pro dan kontra - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/bab 4.pdf · keberadaan...

30
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 98 BAB IV PRO DAN KONTRA A. Pendahuluan Wacana penghapusan kolom agama dalam KTP telah santer terdengar sejak pencalonan presiden Joko Widodo. Dalam salah satu programnya, Joko Widodo melalui juru bicaranya mengatakan bahwa ia akan menghapus kolom agama dalam KTP. Fenomena kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk ternyata menjadi isu besar ditingkat publik. Isu yang kian besar menjadi berbagai perbincangan di media sosial dan menimbulkan gerakan opini yang semakin lama semakin menjauh dari fakta. Gerakan opini tersebut mengesankan bahwa pemerintahan Jokowi-JK menisbikan keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran “sesat”. 1 Dengan melihat pendapat masyarakat mengenai opini tersebut. Peneliti menghimpun berbagai pendapat untuk melihat bagaimana upaya Negara dalam memenuhi penikmatan hak minoritas agama, dan temuan-temuan terhadap pelanggaran dan pengabaian haknya. Dalam penyajiannya, ditemukan dua pendapat besar. Pro terhadap penghapusan dan kontra terhadap penghapusan kolom agama dalam KTP. 1 Teuku Kemal Fasya, “Mengolok-olok Agama Minoritas”, http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mengolok-olok-agama-minoritas (Selasa, 11 Juli 2017, 07.24), 1.

Upload: lephuc

Post on 16-Mar-2019

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

98

BAB IV

PRO DAN KONTRA

A. Pendahuluan

Wacana penghapusan kolom agama dalam KTP telah santer terdengar sejak

pencalonan presiden Joko Widodo. Dalam salah satu programnya, Joko Widodo

melalui juru bicaranya mengatakan bahwa ia akan menghapus kolom agama dalam

KTP. Fenomena kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk ternyata menjadi isu

besar ditingkat publik. Isu yang kian besar menjadi berbagai perbincangan di media

sosial dan menimbulkan gerakan opini yang semakin lama semakin menjauh dari fakta.

Gerakan opini tersebut mengesankan bahwa pemerintahan Jokowi-JK menisbikan

keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran

“sesat”.1

Dengan melihat pendapat masyarakat mengenai opini tersebut. Peneliti

menghimpun berbagai pendapat untuk melihat bagaimana upaya Negara dalam

memenuhi penikmatan hak minoritas agama, dan temuan-temuan terhadap pelanggaran

dan pengabaian haknya. Dalam penyajiannya, ditemukan dua pendapat besar. Pro

terhadap penghapusan dan kontra terhadap penghapusan kolom agama dalam KTP.

1 Teuku Kemal Fasya, “Mengolok-olok Agama Minoritas”, http://www.satuharapan.com/read-detail/read/mengolok-olok-agama-minoritas (Selasa, 11

Juli 2017, 07.24), 1.

Page 2: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

99

Pendapat pro yang dimaksud adalah pendapat yang setuju terhadap penghapusan

kolom agama dalam KTP. Sedangkan pendapat kontra yang dimaksud adalah pendapat

yang tidak setuju jika kolom agama dalam KTP dihapus (setuju tetap ada).

Untuk memperoleh data, digunakan wawancara sebagai data utama serta

sumber dari media sebagai data pelengkap. Wawancara ditujukan kepada para ahli

agama dan tokoh masyarakat yang concern terhadap isu terkait. Wawancara dilakukan

untuk mencari poin-poin mengenai pro dan kontra penghapusan kolom agama dalam

KTP disertai alasannya. Jenis wawancara yang dilakukan adalah wawancara bebas atau

free interview.2 Sedangkan pengumpulan sumber data dilakukan dengan teknik

snowball.

Wawancara bebas dapat memberikan gambaran mengenai pemikiran subjek

secara luas. Sehingga poin dapat didapatkan secara lebih gamblang. Tehnik snowball

dilakukan untuk mempermudah pencarian subjek sumber data dengan pemikiran yang

hampir serupa. Misal: A merupakan tokoh agama yang kontra terhadap penghapusan

kolom agama dalam KTP. Peneliti mewawancarai A dan mendapatkan poin-poin.

Diakhir wawancara, A diminta untuk menunjukkan subjek lain yang aktif dalam isu

tersebut. Secara tidak langsung, A akan menunjuk B untuk menguatkan apa yang telah

ia jabarkan dengan sudut Endang berbeda. Hal serupa juga akan terjadi pada C, D, dan

seterusnya yang memiliki pandangan yang berbeda.

2Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1994), 139.

Page 3: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

100

Selanjutnya, dari beberapa metode pengumpulan data tersebut, didapatkan

kategorisasi pendapat. Kategorisasi ini berdasarkan survei dan angket yang telah

disebarkan kepada masyarakat secara umum, serta sebagai bahan pertanyaan

wawancara terhadap para korban dan tokoh agama. berikut hasil angket yang telah

dihimpun:

Jumlah responden secara keseluruhan mengenai survei dan pengajuan

pertanyaan tentang kolom agama dalam Kartu Tanda Penduduk, terdiri dari 64.3%

Page 4: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

101

wanita, 32.1% pria, dan sisa persentase terdiri dari gender ketiga.

Keseluruhan responden dalam penelitian ini terdiri dari empat pemeluk

agama dan keyakinan. Jumlah terbesar berasal dari responden beragama islam yakni

89.3%, sedangkan sisanya beragama Buddha, Konghucu, dan Penghayat Kepercayaan.

Page 5: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

102

Sebagian besar responden telah memiliki. Sebanyak 96.4% responden telah

memiliki Kartu Tanda Penduduk. Sebagian kecil responden tidak mencantumkan

keterangan mengenai kepemilikan KTP-nya, namun mengungkapkan kekesalan dalam

survei yang ditujukan kepada Pencatatan Sipil.

Sebanyak 67.9% responden setuju dengan pencantuman kolom agama dalam

Kartu Tanda Penduduk. Sedangkan 32.1% lainnya tidak setuju dengan pencantuman

agama dalam Kartu Tanda Penduduk. Dalam persentase ini tidak ditemukan responden

yang memilih untuk berada diantara kedua pendapat. Artinya sebagian besar responden

tidak setuju dengan penghapusan kolom agama dalam KTP. Dari data ini, peneliti

menggolongkan pendapat responden dalam dua pendapat besar, pro dan kontra.

Page 6: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

103

Sebagian besar responden (64.3%) dalam penelitian ini tidak mengalami

kesulitan ketika melakukan pengurusan administrasi kependudukan di Kantor

Pencatatan Sipil. Sedangkan 28.6% lainnya mengaku pernah mengalami kesulitan

ketika melakukan pengurusan administrasi kependudukan di Kantor Pencatatan Sipil.

Sisanya, sebanyak 7.1% responden merasa tidak yakin terhadap jawaban dari

pertanyaan ini.

Page 7: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

104

Kedua diagram diatas merupakan pendapat para responden mengenai

penghapusan kolom agama dalam Kartu Tanda penduduk. Dalam dua pendapat besar

tersebut, responden memberikan keterangan mengenai persetujuan dan

Page 8: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

105

ketidaksetujuannya dalam survei tersebut. Dua pendapat dan masing-masing alasannya

dihimpun peneliti dalam sub bab berikutnya.

B. Setuju terhadap Penghapusan Kolom Agama

1. Pengakuan atas Eksistensi dan Identitas.

Sebagian besar masyarakat Indonesia telah mengetahui fakta bahwa bangsa

mereka merupakan bangsa yang multi, dari segi bahasa, suku, dialek, agama budaya,

dan lain-lain. Hal ini dapat dilihat melalui gagasan “Bhinneka Tunggal Eka”.

Semboyan yang sangat populer bagi masyarakat Indonesia. Dengan dasar gagasan yang

demikian, seharusnya akan menjadi hal yang mudah untuk membangun pengertian

terhadap sesama warga negara dengan perbedaan-perbedaan.

Dalam gagasan “Bhinneka Tunggal Ika”, terkandung kesadaran mengenai

keberagaman atau pluralitas sebagai fakta sosiologis. Keberagaman tersebut menjadi

modal sosial. Di Indonesia dijumpai banyak agama seperti Baha’i, Yahudi, Kristen

Ortodoks, Sikh, Tao, atau agama-agama perennial, bahkan ada pula yang mengaku

saintolog atau atheis. Selain itu di Indonesia juga masih eksis keberadaan agama lokal

(indigenous religions), seperti Parmalim di Sumatera Utara, Kaharingan di

Kalimantan, Sapto Darmo di Jawa Tengah, Sunda Wiwitan di Kuningan, Jawa Barat,

serta agama-agama disekitar pedalaman Kalimantan dan Papua. 3

3 Musdah Mulia, “Dehumanisme Politik Agama di Indonesia”, http://mujahidahmuslimah.com/beranda/images/upload/dok/dehumanisme-politik-agama-di-

Indonesia.pdf (Selasa, 11 Juli 2017, 07.24), 2.

Page 9: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

106

Interpretasi agama dilakukan oleh semua agama. interpretasi dimaksud

adalah penalaran dan penjabaran mengenai bukti-bukti dan fenomena yang

diungkapkan penganut agama bahwa agama yang diyakininya selama ini merupakan

kebenaran. Interpretasi agama dilakukan untuk meningkatkan keimanan seseorang.

Bicara tentang agama, hakikatnya adalah bicara tentang interpretasi agama,

dan faktanya tidak ada interpretasi tunggal dalam agama dan kepercayaan mana pun.

Sepanjang interpretasi agama tidak membawa kepada pemutlakan agama dan

kepercayaan tertentu, kekerasan, dan pemaksaan terhadap kelompok yang berbeda.

Keberagaman agama adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat dihindari.

Identitas dan eksistensi sebagai warga negara berpengaruh signifikan

terhadap warganya. Identitas berguna untuk mengklarifikasi data perorangan yang

tinggal di satu tempat. Identitas juga berguna sebagai pengakuan warga negara

terhadap hak-haknya. Tanpa identitas tersebut, seseorang tidak akan memiliki hak

untuk mendapatkan haknya seperti kesehatan, keselamatan, dan lain-lain. Bahkan

tanpa identitas, seorang dapat ditangkap dan berurusan dengan hukum.

Penghapusan kolom agama dalam KTP pada dasarnya diwarnai oleh

semangat pemenuhan hak atas jaminan dan pengakuan yang sama dihadapan hukum

sesuai asas Equality Before The Law.4 Dalam asas tersebut setiap orang dipandang

sama di meja hukum. Asas ini sejalan dengan hukum dalam undang-undang Pasal 27

4 Khairul Fahmi, dkk., Dokumen Kebijakan: Penghapusan Diskriminasi Agama/Keyakinan,

(Jakarta: Pustaka Masyarakat Setara), 83.

Page 10: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

107

ayat (1) UUD 19455. “segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum

dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak

ada kecualinya.” Dalam pasal yang lain dalam Konstitusi, yaitu Pasal 28 D Ayat (3)

ditegaskan bahwa: “Setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama

dalam pemerintahan.”6

Menurut pendapat ini, pencantuman kolom agama dalam KTP membuka

celah diskriminasi keyakinan. Seseorang yang mencantumkan agama dalam KTP

secara langsung dikatakan bahwa agamanya diakui, dan secara tidak langsung

mengatakan ada agama yang tidak/belum diakui. Pernyataan ini didasarkan pada Pasal

64 ayat 2 UU Adminduk yang berbunyi:

”Keterangan tentang agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam data kependudukan”.

Dari situlah muncul kebijakan dehumanisme dan rentan terhadap sikap

tidak diakuinya eksistensi kelompok penghayat kepercayaan berupa pencantuman

kolom agama dalam KTP. Aturan tersebut diskriminatif karena agama yang boleh

diisi dalam kolom tersebut hanyalah agama yang diakui pemerintah. Pola diskriminasi

yang terdapat dalam pencantuman dalam KTP, yaitu melakukan penolakan untuk

5 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, pasal 27, ayat 1. 6 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28D, ayat 3.

Page 11: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

108

penulis agama atau kepercayaan yang dianut, ditulis dengan enam agama yang diakui,

dan ditulis “lain-lain” atau tanda (-).7

Pengakuan eksistensi warga negara yang mendasar adalah pengakuan

ketuhanan bagi warga negara. Hal tersebut tidak terwujud dalam kebijakan pemerintah

yang mengakui hanya enam agama. Hal ini berpengaruh besar terhadap penganut selain

keenam agama. Selain pengakuan agama, hak yang akhirnya tidak terpenuhi adalah

pembinaan dan pembelajaran mengenai agamanya. Pengaruh berantai pada dana

bantuan pendidikan keagamaan yang digelontorkan pemerintah dan pengadaan fasilitas

keagamaan tidak menyentuh penghayat kepercayaan. Bentuk pembedaan yang

merugikan inilah yang disebut dengan perilaku diskriminatif.

Menurut Lastri, warga penghayat Sapto Darmo Surabaya, identitas

keagamaan sangat penting dimiliki oleh setiap orang. Penulisan kolom agama yang

tidak sesuai dengan agama yang dianut sangat dirasakan kesulitannya bagi penghayat.

Keinginan penulisan agama penghayat juga mengalami kesulitan di setiap tingkatan

pengurusan Adminduk. Aturan mengenai kolom agama yang dikosongkan

menggunakan tanda “-“ dianggap Negara sebagai satu solusi jitu mengenai status

keagamaan para penghayat kepercayaan, disisi lain juga memicu timbulnya pertanyaan

dan diskriminasi pelayanan publik, akses kesehatan, bantuan pemerintah, hingga

pemakaman.8

7 Fatchur Rochman, “Penghapusan Kolom Agama dalam KTP”, https://constituendum.wordpress.com/2016/01/21/penghapusan-kolom-agama-dalam-ktp/ (Selasa, 11 Juli 2017, 07.54). 8 Lastri, Wawancara, Malang, 27 April 2017.

Page 12: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

109

2. Diskriminasi dan Pemicu Konflik

Pada bagian ini, peneliti membahas mengenai pencantuman kolom Agama

dalam KTP yang berhubungan erat dengan timbulnya konflik. Dalam kuesioner yang

telah disebarkan, peneliti menemukan bahwa salah satu alasan masyarakat yang tidak

menyetujui adanya kolom agama dalam KTP adalah bahwa kolom Agama dan

pembahasan mengenai agama sendiri selalu menimbulkan konflik yang tidak

berkesudahan.

Munculnya berbagai macam konflik, ketegangan dan kekacauan dalam

dunia sosial menurut Peter Beger bukan semata disebabkan karena institusi-institusi

atau lembaga-lembaga (seperti agama) yang tidak berfungsi, melainkan disebabkan

faktor kepentingan dari individu-individu dalam dunia sosial. Kepentingan individu-

individu yang memiliki pengaruh dalam pemerintahan ini justru sering kali

menyingkirkan program-program kelembagaan.9

Diskriminasi pada dasarnya mempunyai 3 paparan, yaitu:10

a. Aturan yang diskriminatif.

b. Perasaan didiskriminasi: kata asli yang berkonotasi negatif.

c. Pelaksanaan yang diskriminatif, meski aturannya tidak diskriminatif.

9 I. B. Putera Manuaba, “Memahami Teori Konstruksi Sosial”, Masyarakat Kebudayaan dan Politik, Vol. 21 No. 3 (Juli-September, 2008), 225. 10 Almanda Basherina, “Kebijakan Formulasi Tindak Pidana Diskriminasi Ras Dan Etnis

dalam Perspektif Pembaharuan Hukum Pidana” (Semarang: Universitas Diponegoro), 73.

Page 13: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

110

Diskriminasi sebagai suatu perbuatan membatasi hak-hak seseorang sebagai

ungkapan ketidakadilan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:11

a. kegagalan dalam proses asimilasi;

b. adanya pluralisme budaya dan agama;

c. klasifikasi sosial buatan kaum penjajah / kolonial;

d. imbas dari kebijakan politik pemerintah yang sedang berkuasa;

e. adanya kecemburuan sosial antar ras / antar etnis;

f. paham nativisme yang berlebihan.

Menurut Undang-Undang nomor 39 tahun 1999 tentang HAM pasal 1 ayat

312, diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang langsung

ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,

etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa,

keyakinan politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan

pengakuan, pelaksanaan atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar

dalam kehidupan baik individual maupun kolektif dalam bidang politik, ekonomi,

hukum, sosial, budaya, dan aspek kehidupan lainnya.

Diskriminasi merupakan serangan kepada individu sekaligus terhadap

sistem. Diskriminasi terhadap individu dapat dirasakan sebagai bentuk kekerasan fisik,

psikis, verbal, atau tindakan pembiaran. Sedangkan dalam bentuk sistem, diskriminasi

11 Alo Liliweri, Prasangka & Konflik; Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, (Yogyakarta: LKiS, 2005), 90. 12 Republik Indonesia, Undang-Undang No. 39 Tahun 1999, pasal 1, ayat 3.

Page 14: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

111

individu dapat menjadi contoh bagi kelompok lain untuk memperlakukan seseorang

yang bercirikan sama dengan perlakuan yang sama.

Melalui wawancara intensif yang dilakukan kepada dua penghayat, seorang

panganut Syiah dan sekelompok Ahmadi, peneliti menemukan fakta sosial bahwa pintu

diskriminasi dan konflik tidak terjadi akibat kesalahpahaman masyarakat terhadap

minoritas keyakinan. Masyarakat sekitar lokasi aliran kepercayaan tidak

menyumbangkan gelombang protes. Diskriminasi dalam beberapa kasus justru terjadi

setelah pemangku kebijakan dan tokoh keagamaan menyatakan pandangan dari

kelompok mereka, sehingga masyarakat yang mengikuti pandangan tersebut13

Dalam hal kolom agama dalam KTP, bentuk diskriminasi akan sangat

mudah dilakukan. Diskriminasi setidaknya dapat dilakukan dalam dua bentuk.

Pertama, diskriminasi terhadap kolom agama itu sendiri. Pembedaan seseorang

terhadap orang lain mengenai kolom agama yang diakui dan tidak diakui merupakan

pembedaan diskriminatif. Kelompok aliran kepercayaan tidak dicantumkan ke dalam

KTP karena dalam database Adminduk tidak tersedia. Hal ini memberikan peluang

pemenuhan hak yang tidak setara. Agama yang diatur dalam Kementrian Agama

mendapatkan fasilitas yang sesuai dengan pemenuhan negara. Sedangkan kelompok

aliran kepercayaan, termasuk didalamnya agama-agama nonlokal tidak terpenuhi

fasilitasnya.

13 Lastri dan Hari, Wawancara, Malang, 27 April 2017; Tajul Muluk, Wawancara,

Sidoarjo, 14 Juni 2017; Mln. Basuki Ahmad, Wawancara, Kuningan, 18 Mei 2016.

Page 15: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

112

Kedua, masalah turunan yang muncul dari pengistimewaan enam agama

menjadikan pola pikir superior bagi pengikutnya. Dalam kasus ekstremis, penganut

agama yang radikal cenderung memusuhi umat aliran kepercayaan. Hal ini diperkuat

dengan tidak dicantumkannya kolom agama bagi pemeluk agama yang belum diakui.

Sehingga pihak ekstremis memiliki dasar penguatan atas tindakan yang mereka

lakukan. Hal ini diperparah dengan penanganan pemerintah dalam mengatasi sweeping

terhadap umat kepercayaan. Seperti pada kasus aliran kepercayaan di Aceh Singkil,

pembunuhan dan penyerangan massa terhadap Tgk. Aiyub dan para pengikutnya.

3. Jaminan Kebebasan

Penghapusan kolom agama dalam KTP merupakan satu cita-cita untuk

memberikan jaminan kebebasan kepada seluruh warga negara memilih agama yang

diyakininya. Saat ini Indonesia telah membuka celah terjadinya diskriminasi terhadap

warga negaranya yang agama dan kepercayaannya tidak diakui melalui pencantuman

kolom agama dalam KTP. Pola diskriminasi yang terdapat dalam pencantuman dalam

KTP, yaitu melakukan penolakan untuk menulis agama atau kepercayaan yang dianut,

ditulis dengan enam agama yang diakui, ditulis “lain-lain” atau tanda (-).14

Bentuk pemaksaan negara kepada warganya secara administratif dengan

memilih salah satu agama yang diakui pemerintah. Pemberian tanda (-) pada aliran

kepercayaan juga mengakibatkan timbulnya berbagai pertanyaan seperti, apakah

14 Fatchur Rochman, “Penghapusan Kolom Agama dalam KTP”, https://constituendum.wordpress.com/2016/01/21/penghapusan-kolom-agama-dalam-ktp/

(Selasa, 11 Juli 2017, 07.54).

Page 16: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

113

pemilik KTP ateis? Bentuk pemaksaan tersebut menyebabkan banyak penganut aliran

kepercayaan lebih memilih untuk tidak memiliki KTP. Hal tersebut akhirnya

menghambat kegiatan pencatatan kependudukan oleh Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kementerian Dalam Negeri.15

Berbeda dengan praktik diatas, Pasal 28E ayat (2) UUD NRI 1945,

menyebutkan: “Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan,

menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya”.16

Pasal 18 ayat (1) ICCPR17 mengatakan dengan jelas:

Setiap orang berhak atas kebebasan berfikir, keyakinan dan beragama. Hak ini

mencakup kebebasan untuk menetapkan agama atau kepercayaan atas pilihannya

sendiri, dan kebebasan, baik di tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama

dan kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, pentaatan, pengalaman, dan pengajaran.

Salah satu pengakuan negara adalah adanya pemberian kebebasan negara,

yang inti normatifnya adalah diakuinya asas non-coercion atau tidak adanya paksaan.

Sejalan dengan visi negara Indonesia sebagai negara Pancasila, negara kebangsaan

yang religius dan mengedepankan keberagaman, religious nation State. Negara yang

15 “Pemerintah tidak berniat hapus kolom agama di E-KTP”, http://www.kemendagri.go.id/news/2014/11/11/pemerintah-tidak-berniat-hapus-kolom-agama-di-e-ktp (Selasa, 11 Juli 2017, 08.49). 16 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28E, ayat 2. 17 Persatuan Bangsa Bangsa, Kovenan Sipil dan Politik, pasal 18, ayat 1.

Page 17: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

114

memfasilitasi berkembangnya semua agama yang dipeluk oleh rakyatnya tanpa

membedakan besarnya jumlah pemeluk masing-masing.18

Pencantuman kolom agama dalam KTP pada dasarnya hanya menunjukkan

bahwa negara tidak mengakui dan menghormati identitas agama dan kepercayaan yang

berkembang dalam masyarakat. Dengan demikian, wajarlah apabila PBB melalui

Rekomendasi No. CERD/C/IDN/CO/3 dari Komite Anti Diskriminasi Rasial (CERD)

PBB pada tanggal 15 Agustus 2007 merekomendasikan Indonesia untuk menghapus

kolom agama dalam KTP yang dinilai telah melahirkan diskriminasi.19

Disisi lain, mengakui setiap agama dan mencantumkannya dalam KTP

bukanlah hal yang tepat dan dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan negara dalam

melindungi suatu agama dan kepercayaan sehingga menumbuhsuburkan paham-paham

dan aliran-aliran yang sejatinya bertentangan dengan Pancasila yang berakibat

mengancam keamanan nasional.

4. Keamanan

Undang-Undang Otonomi Khusus bagi daerah istimewa Aceh dan Papua

merupakan peluang bagi upaya promosi keamanan dan perlindungan. Hal ini dapat

menjadikan budaya asli untuk berkembang. Sayangnya hal tersebut tidak sesuai

18 Samsul Arifin, “Mahfud MD: Pancasila Berpaham Religious Nation State”, http://beritajatim.com/politik_pemerintahan/273294/mahfud_md:_pancasila_berpaham_religious_nation_state.html (Selasa, 11 Juli 2017, 08.54). 19 Fatchur Rochman, “Penghapusan Kolom Agama dalam KTP”, https://constituendum.wordpress.com/2016/01/21/penghapusan-kolom-agama-dalam-ktp/

(Selasa, 11 Juli 2017, 08.55).

Page 18: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

115

implementasi karena penerapan Qanun di Aceh yang bermuatan diskriminatif,

terutama bagi perempuan dan warga non-muslim.

Namun dengan hal seperti demikian, kesetaraan belum benar-benar tercapai.

Walaupun kedua provinsi dengan otonomi khusus dianggarkan dana yang lebih besar

dari provinsi yang lain, namun jumlah kelompok miskin dan marjinalisasi masih terus

terjadi. Perlindungan kepada kelompok minoritas dengan afirmative action tidak

diimbangi dengan jaminan keamanan dan ketenangan dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini terkait dengan fungsi pertahanan teritorial yang masih diberlakukan di Papua

dengan pendekatan sekuritisasi dan meningkatkan jumlah personil polisi dan TNI.

Upaya ini disertai dengan pengawasan intensif dan pengamanan yang berlebihan di

sekitar provinsi Papua. Inilah yang semakin meingkatkan pelanggaran HAM di Papua

tak juga berkesudahan.20

Bagi pihak yang setuju dengan penghapusan kolom agama dalam KTP,

jaminan keamanan akan didapatkan dengan Otonomi Khusus yang didasarkan kepada

keunikan budaya non-agama. Dengan demikian, kontribusi pemerintah dalam

pembangunan kedua provinsi tersebut dapat dilakukan lebih baik dengan

meminimalisir aksi-aksi sweeping terhadap minoritas yang biasanya dilakukan dengan

pemeriksaan KTP di lokasi-lokasi rentan. Penghapusan kolom agama dalam KTP akan

20 Aryos Nivada, “Desentralisasi Asimetris; Politik Aceh dan Papua”, http://www.imparsial.org/?option=com_kunena&Itemid=56&direction=DESC&func=userlist

&orderby=username (Selasa, 11 Juli 2017, 09.04).

Page 19: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

116

sangat dirasakan manfaatnya terutama di dua provinsi otonomi khusus tersebut, bagi

Kristen dan aliran kepercayaan di Aceh serta bagi muslim di Papua.

5. Privasi

Agama sebagai identitas selalu menjadi dua mata pisau bagi penganutnya.

Satu mata pisau yang mengandung manfaat diantaranya sebagai pencatatan

perkawinan, identitas agama, atau pengurusan fisik dalam kondisi darurat seperti

kecelakaan. Namun disisi lain, agama juga merupakan satu hal yang cukup riskan

diungkapkan dalam kehidupan publik. Seperti halnya ketika terjadi sweeping akibat

situasi yang memanas antarpemeluk agama, seperti kasus Sampit dan kasus aliran

kepercayaan di Aceh Singkil.

Peran agama di ruang publik selalu mengundang kontroversi. Respektif

interpretasi dan ekspektasi yang beragam tentang peran agama memiliki spektrum yang

memfokuskan pada mentalitas peran agama di ruang publik. Pada ujung spektrum

lainnya terdapat mazhab pemikiran sebaliknya yang menghendaki sublimasi agama ke

wilayah privat. Fakta empiris mengajarkan, Politisasi bahasa-bahasa agama untuk

kepentingan politik jangka pendek lebih dominan dilakukan ketimbang logika

ketulusan di balik penghadiran agama dalam ruang publik. Akibatnya, penghadiran

agama dalam ruang publik sering kali memicu ketegangan-ketegangan, skisme politik

dan konflik horizontal yang diakibatkan oleh gesekan kepentingan, baik intra maupun

antarpemeluk agama yang berbeda. Kondisi semacam ini tentu saja kontraproduktif

Page 20: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

117

dengan etos kehidupan publik yang bertumpu pada prinsip tata-kelola yang baik (good

governance).21

Akar masalah disensus antara agama dan prinsip tata-kelola yang baik

sebenarnya berawal dari modus keberagamaan yang cenderung replikatif-karikatif.

Model-model kesalihan masa lalu yang abai terhadap moralitas publik kekinian

menjadi fokus keberagamaan model ini. Personifikasi kesalihan hanya bekerja pada

tataran simbolik yang justru tidak memenuhi kebutuhan publik yang sesungghnya.

Kehadiran agama dalam ruang publik menjadi anakronistik dan agama semakin tidak

menemukan titik pijakan yang kokoh di tengah konfigurasi ruang publik yang semakin

kompleks. Diperlukan kerendahhatian di kalangan pemeluk agama untuk mengakui

dan menemukan loopholes yang menjadi titik lemah bagi disensus di antara keduanya,

untuk kemudian merumuskan sebuah sistem teologi tata-kelola yang menopang

keberlangsungan etos peradaban publik. Dalam perspektif ini, kesalihan publik

merupakan continuum dari kesalihan soliter. Sebaliknya, kesalihan soliter merupakan

sine qua non bagi kesalihan publik.22

Agama tidak selayaknya menjadi sentral kehidupan negara yang berbasis

kepada kebangsaan religius seperti Indonesia. Satu agama mayoritas tidak akan dapat

memenuhi pemikiran-pemikiran agama lain yang beragam. Oleh karena itu, bagi sudut

pandang yang pro terhadap penghapusan kolom agama, tidak seharusnya agama

21 Masdar Hilmy, “Agama dan Teologi Tata kelola”, https://core.ac.uk/download/pdf/34212271.pdf (Selasa, 11 Juli 2017, 09.08). 22 Ibid,.

Page 21: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

118

dicantumkan dalam KTP. Hal ini disebabkan oleh mata pisau agama yang tidak dapat

dikendalikan dengan baik oleh semua orang.

Agama harus mampu mengendalikan diri untuk tidak terlalu jauh

mengintervensi kehidupan publik. Privatisasi identitas agama akan melakukan

pencegahan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan. Agama dituntut mampu

berinteraksi dengan publik bersifat embedded seperti good governance, hak asasi

manusia, ketertiban sipil, dan ketaatan hukum tanpa melakukan pencampuradukkan

kepentingan didalamnya.

C. Tidak Setuju terhadap Penghapusan Kolom Agama

1. Identitas Negara

Negara Indonesia merupakan negara Bhinneka yang berarti memiliki

keberagaman yang kompleks dalam bentuk suku, agama, ras, etnis, bangsa, dan

kepercayaannya. Keberagaman tersebut merupakan anugerah sekaligus sesuatu yang

cukup membahayakan bagi Indonesia. Anugerah tersebut merupakan kekayaan yang

unik. Jika di kebanyakan negara yang memiliki keragaman diakibatkan oleh arus

imigrasi dan kesejahteraan negara tersebut, Indonesia memiliki keberagaman karena

nenek moyang yang menempati wilayah tersebut memang telah beragam sejak

berabad-abad sebelumnya. Hal tersebut menjadikan banyaknya ragam kebudayaan

etnik, bahasa, kepercayaan, bahkan hingga bentuk fashion yang berbeda.

Ancaman yang dimaksud peneliti bukan mengenai kerusakan eksternal, dari

luar negara. Ancaman yang dimaksud justru akan terjadi ketika keragaman di Indonesia

Page 22: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

119

tidak dapat dikelola dengan benar. Pembentukan kebijakan yang salah dapat menyulut

konflik vertikal maupun horizontal. Konflik vertikal mungkin terjadi ketika negara

melakukan diskriminasi terhadap keberagaman yang diakui oleh seluruh bangsanya,

sehingga rakyat melakukan perlawanan bersama kepada negara. Konflik horizontal

mungkin terjadi akibat pembentukan status sosial yang tidak setara oleh negara.

Namun para founding father telah menemukan satu cara untuk menyatukan

keberagaman tersebut yaitu dengan dibentuknya dasar negara Pancasila. Salah satu

poin penting dalam Pancasila adalah ketuhanan. Ketuhanan dianggap sangat penting

bagi implementasi negara.

Pendapat yang tidak setuju dengan penghapusan kolom agama dalam KTP

merasa bahwa implementasi tersebut dapat diaplikasikan hingga akar rumput dengan

pencantuman kolom agama bagi setiap individu.

Indonesia sebagai negara yang berketuhanan dan wujud dari prinsip

ketuhanan adalah agama, itulah sebabnya para pendiri negara merumuskan secara

simultan antara ketuhanan dan agama pada Pancasila dan Pasal 29 UUD Negara RI

Tahun 1945.23

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam Pancasila sebagai nilai luhur

dianggap sangat penting diimplementasikan dalam kehidupan bangsanya. Sila ini

adalah yang paling penting karena menjadi sumber utama nilai-nilai bangsa Indonesia

23 Lauddin Marsuni, “Agama Dalam Perspektif Hukum Tata Negara”, http://rakyatsulsel.com/agama-dalam-perspektif-hukum-tata-negara.html (Rabu, 12 Juli 2017,

23.14).

Page 23: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

120

yang menjiwai, mendasari dan membimbing bagaimana caranya mewujudkan sila

kedua sampai sila kelima hingga dapat terlaksana.24

Pengakuan secara Yuridis dan Konstitusional juga dituangkan pada pasal 29

ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945: Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha

Esa.25 Sehingga konsekuensi bagi negara adalah tindakan hukum dan segala hal

mengenai ketentuan dan legitimasi hukum harus berorientasi atas ketuhanan.

Ketuhanan dalam hal paling sederhana dapat diwujudkan dengan pemuatan

identitas bahwa seseorang beragama. Karena individu merupakan bentuk paling

sederhana dari unsur negara untuk menunjukan identitas ketuhanan sebagai identitas.26

Identitas negara secara individu hanya dapat diimplementasikan dalam bentuk

kartu identitas (identity card) dalam hal ini adalah Kartu Tanda Penduduk. Kolom

agama dalam KTP merupakan keharusan yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh

seluruh rakyat Indonesia. Menurut bapak Khoiri, staf dinas Perhubungan yang juga

merupakan aktivis lintas agama, tanpa kolom agama, Indonesia tidak akan dapat

menunjukkan entitas negara berketuhanan yang digaungkannya. Kolom agama dalam

KTP juga digunakan sebagai satu bentuk pembeda Indonesia dengan negara lain yang

tidak menjadikan ketuhanan sebagai unsur penting yang melekat pada negaranya.27

24 Khoiri, Wawancara, Surabaya, 2 Agustus 2017. 25 Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar, pasal 29, ayat 1. 26 Lauddin Marsuni, “Agama Dalam Perspektif Hukum Tata Negara”, http://rakyatsulsel.com/agama-dalam-perspektif-hukum-tata-negara.html (Rabu, 12 Juli 2017, 23.14). 27 Khoiri, Wawancara, Surabaya, 2 Agustus 2017.

Page 24: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

121

2. Manfaat

Pencantuman setiap kolom dalam KTP memiliki fungsi yang tidak dapat

disepelekan. KTP sebagai kartu identitas memiliki peran sebagai pembeda antara satu

penduduk dengan penduduk yang lain. Fungsi KTP dapat dirasakan ketika seseorang

tergabung dalam komunitas kemasyarakatan. Ketika identitas seseorang sama,

misalnya nama, maka kecenderungan lain lah yang dijadikan tolak ukur bagi orang lain

untuk membedakan dua individu.

Keberadaan kolom agama menurut Wakil Menteri Agama Nasaruddin Umar

bukanlah dimaksudkan untuk mendiskriminasi bagi agama-agama diluar dari 6 yang

telah diakui, akan tetapi kolom agama berfungsi sebagai cara untuk memaksimalkan

pelayanan dari pemerintah itu sendiri. Tanpa adanya kolom agama di KTP dipastikan

dapat terjadi kekacauan dalam tata administrasi yang berhubungan dengan masalah

agama, sedangkan dengan adanya kolom agama di KTP akan membuat seseorang

mudah diidentifikasi agamanya sehingga perlakuan administrasi yang diberlakukan

dapat disesuaikan dengan agama atau kepercayaan yang seseorang peluk.

Contoh paling mudah yang dapat diangkat adalah masalah perkawinan.

Berdasarkan Pasal 2 Undang-Undang No. 1 Tahun 197428 bahwa perkawinan yang sah

adalah yang dilakukan sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing, hal

ini sekaligus menegaskan bahwa pada saat ini perkawinan beda agama tidaklah

28 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974.

Page 25: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

122

diperbolehkan. Ketiadaan kolom agama di KTP akan menyebabkan seseorang tidak

mengetahui agama pasangannya dan apabila ternyata pada saat telah menikah kondisi

faktualnya berbeda agama hal itu mengakibatkan perkawinannya menurut yuridis dan

agama menjadi tidak sah karena telah terjadi perkawinan beda agama, lebih jauh lagi

anak yang lahir dari perkawinan tersebut bukanlah sebagai anak yang sah. Contoh

lainnya adalah terkait pengambilan sumpah di pengadilan yang disesuaikan dengan

agama yang dipeluk oleh seseorang. Apabila tidak ada bukti otentik berupa kolom

agama dalam KTP, hal ini tentunya mempersulit hakim untuk mengetahui agama

seseorang yang faktual dan apabila orang tersebut memanfaatkan situasi ini dengan

disumpah bukan dengan agama yang sejatinya ia yakini, itu artinya ia tidak memiliki

keterikatan vertikal dengan tuhannya dalam bersaksi, lebih jauh lagi hal ini membuka

peluang dirinya untuk membuat sumpah palsu di pengadilan karena memiliki hak

ingkar.29

3. Ketertiban Administrasi

Pencantuman kolom agama dalam KTP merupakan usaha yang dilakukan

pemerintah demi tertibnya administrasi kependudukan. Upaya-upaya penyimpangan

agama dapat dicegah. Menurut Cester Kamesha, pemuka agama Hindu, Penghapusan

kolom agama bukan merupakan solusi bagi Indonesia untuk mencapai kebebasan

beragama dan diskriminasi, namun justru dapat menimbulkan masalah baru yang lebih

29 Patty Regina, dkk., “Penghapusan Kolom Agama dalam KTP”, (makalah tidak diterbitkan,

Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015), 13.

Page 26: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

123

krusial dan lebih kompleks dari sebelumnya.30 Kepala Perwakilan Ombudsman Bali,

Umar Ibnu Alkhattab mengungkapkan31:

"Wacana pengosongan agama bagi masyarakat yang menganut keyakinan atau

kepercayaan tertentu di luar ketentuan enam agama yang diakui pemerintah itu akan

menimbulkan permasalahan baru seperti masuknya paham ISIS (Islamic State of Iraq

and Syria),"

Indonesia telah mengatur kewajiban seseorang dalam memeluk agama dan

keyakinannya. Hal tersebut termaktub dalam UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang

Perubahan atas UU No. 23/2006 tentang Administrasi Kependudukan32 Pasal 64 Ayat

(1), disebutkan bahwa KTP elekronik mencantumkan gambar lambang Garuda

Pancasila dan peta wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang memuat elemen

data penduduk, yaitu NIK, nama, tempat tanggal lahir, laki-laki atau perempuan,

agama, status perkawinan, golongan darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan,

pasfoto, masa berlaku, tempat dan tanggal dikeluarkan KTP-el, dan tanda tangan

pemilik KTP elektronik tersebut.

Penganut paham radikal akan lebih mudah melakukan aksi-aksi ke sejumlah

wilayah di Indonesia. Dampak dari kebijakan penghapusan agama akan jauh lebih

30 Cester Kamesha, Wawancara, Surabaya, 2 Agustus 2017. 31 Ant, “Ombudsman: Pengosongan Kolom Agama Bikin Masalah Baru”,

http://nasional.harianterbit.com/nasional/2014/11/10/11203/0/20/Ombudsman-Pengosongan-Kolom-Agama-Bikin-Masalah-Baru (Kamis, 13 Juli 2017, 00.56). 32 Republik Indonesia, UU Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas UU No. 23/2006

tentang Administrasi Kependudukan.

Page 27: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

124

terasa dan memicu dampak-dampak turunan yang tidak bisa dibayangkan sebelumnya.

33

Keyakinan dan kepercayaan tidak berhak didiskriminasi dalam bentuk

apapun. Namun penghapusan kolom agama menjadi masalah jika kebijakan-kebijakan

belum sejalan dengan aturan tersebut. Pengosongan kolom agama bagi aliran

kepercayaan dapat dikatakan sebagai kemajuan bagi kesadaran terhadap hak asasi

manusia di Indonesia.

Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 sebagai perubahan atas UU

Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan disebutkan bahwa agama

yang dicantumkan dalam KTP elektronik adalah agama resmi yang diakui Pemerintah.

Sehingga, untuk mengisi kolom agama dengan keyakinan memerlukan waktu untuk

melakukan perubahan atas UU tersebut.

D. Kesimpulan

Pro kontra mengenai kolom agama dalam KTP telah terjadi sejak awal

kepemimpinan presiden Joko Widodo. Hal ini dikarenakan salah satu program jangka

panjangnya adalah penghapusan diskriminasi etnis, keyakinan, dan status sosial. Salah

satu wacana yang cukup kontroversial adalah penghapusan kolom agama dalam KTP.

Wacana yang kontroversial ini menimbulkan berbagai macam tanggapan.

Peneliti menggolongkan tanggapan-tanggapan mengenai wacana tersebut dalam dua

33 Cester Kamesha, Wawancara, Surabaya, 2 Agustus 2017.

Page 28: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

kelompok besar, pro dan kontra. Kedua kelompok tersebut memiliki alasan yang kuat

dalam mempertahankan argumen masing-masing.

Kelompok yang pro terhadap penghapusan kolom agama dalam KTP

memiliki beberapa poin penting. Pertama, bahwa kolom agama menekan eksistensi

dan identitas sesungguhnya dari komunitas marginal keagamaan seperti penghayat

kepercayaan, agama lokal, serta agama lain yang dianut warga negara Indonesia.

Kedua, kolom agama membuka pintu diskriminasi terhadap minoritas keagamaan dan

keyakinan. Pengurusan kartu identitas diluar enam agama yang sulit memicu seseorang

memilih untuk menyerah dan mencantumkan agama yang tidak diyakini atau justru

memilih untuk tidak memiliki kartu identitas. Tindakan ini dapat mengurangi hak-hak

warga negara untuk mendapatkan fasilitas keagamaan. Berbagai kasus pelanggaran

HAM dipicu oleh masalah keyakinan dan berujung kepada urusan administrasi

kependudukan, tindakan lebih lanjut adalah kekerasan secara verbal, psikis, hingga

kekerasan fisik. Ketiga, negara telah menjamin kebebasan beragama dan berkeyakinan

warganya dan melindunginya demi hukum. Berbagai pasal dan undang-undang

mengenai kebebasan beragama mulai gencar dibentuk sejak pasca reformasi, termasuk

ratifikasi kovenan internasional HAM, namun sejak pemerintahan Susilo Bambang

Yudhono tercatat penurunan terhadap kebebasan beragama. Dalam laporan khusus

Komnas HAM dan Komnas Perempuan, tercatat berbagai kasus pelanggaran HAM atas

nama agama, sebagian pelanggaran tersebut dilegitimasi dengan pembentukan

peraturan dan undang-undang diskriminatif. Keempat, penghapusan kolom agama

dalam KTP dapat memberikan rasa aman kepada kelompok-kelompok minoritas.

Page 29: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

Berbagai kasus pelanggaran HAM dimaksudkan untuk menyama-ratakan agama dan

keyakinan korban dengan pelaku, hal tersebut dibuktikan dengan kolom agama dalam

KTP. Sehingga tanpa adanya kolom agama tersebut dapat mengurangi tindakan

represif. Kelima, agama merupakan hak individu dan menjadi kepentingan masing-

masing. Kolom agama dalam KTP memicu masalah jika seseorang memiliki

interpretasi yang berbeda mengenai satu keyakinan dengan orang lain. Agama yang

tidak dicantumkan dalam KTP juga berfungsi untuk mendorong seseorang berbuat

sesuai agama yang diyakininya sehingga tidak ada lagi Islam KTP dan lain-lain.

Pendapat kontra terhadap penghapusan kolom agama dalam KTP memiliki

alasan yang sama kuat. Pertama, Indonesia adalah negara yang berketuhanan sehingga

tidak sepatutnya konsep ketuhanan yang tercantum dalam KTP dihilangkan begitu saja.

Kolom agama dapat mendorong seseorang melaksanakan agama yang dianutnya serta

memantaskan diri sesuai agama yang dicantumkan. Kedua, kolom agama dicantumkan

dalam KTP dengan tujuan yang sangat kompleks. Segala bantuan keagamaan dari

negara dapat dimaksimalkan berkat adanya kolom agama. Urusan administrasi mulai

dari urusan perkawinan, serta deteksi dini terhadap perkawinan beda agama dapat

diminimalisir karena akan menyebabkan kesulitan pengurusan administrasi kedua

pasangan dan keturunannya sehingga akses terhadap hak tersendat. Salah satu contoh

yang sering diangkat adalah jika seseorang mengalami kecelakaan fatal, maka akan

mudah mengurus fisiknya dalam kondisi darurat dengan melihat agama dalam KTP

nya. Ketiga, ketertiban administrasi menjadi poin pokok dalam pencantuman kolom

agama. bertolak belakang dengan pendapat pro penghapusan, pendapat ini menyatakan

Page 30: PRO DAN KONTRA - digilib.uinsby.ac.iddigilib.uinsby.ac.id/19036/7/Bab 4.pdf · keberadaan agama-agama di Indonesia dan membuka peluang pembenaran aliran ... Keberagaman tersebut menjadi

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

127

bahwa dihapusnya kolom agama dalam KTP justru akan menimbulkan masalah baru

dan masalah turunan lainnya seperti munculnya aliran-aliran radikal dan ekstremis.

Kegiatan aliran radikal yang tidak dapat dipantau dengan baik sering kali menimbulkan

masalah tak berkesudahan.

Dari sekian banyak pendapat yang dapat dihimpun peneliti, kedua

pandangan memiliki pandangan masing-masing dengan sudut yang berbeda. Namun

jika dikomparasikan melalui pandangan John Locke mengenai hak yang melekat pada

diri setiap individu, yakni hak hidup, kebebasan, dan kepemilikan yang tidak dapat

dicabut oleh negara, maka kasus-kasus yang terjadi dalam contoh pada bab sebelumnya

menjadi pendukung pendapat bahwa kolom agama dalam KTP memberikan kontribusi

yang jauh lebih sedikit daripada menyumbangkan masalah pelanggaran terhadap

kelompok minoritas keagamaan.

Kolom agama dalam KTP juga menjadi pemicu gagalnya negara dalam

memenuhi prinsip-prinsip hak asasi manusia seperti prinsip kesetaraan, diskriminasi,

serta prinsip kewajiban positif. Bahkan dalam pembatasan kebebasan beragama yang

diatur dalam undang-undang, berbagai peraturan dan keputusan, serta kovenan yang

telah diratifikasi oleh Indonesia, pembatasan terhadap kebebasan beragama tidak

dilaksanakan sesuai standar aturan yang berlaku.

Aturan-aturan dan peraturan diskriminatif yang berhasil tercatat dari kasus-

kasus pelanggaran HAM yang dicontohkan memperlihatkan lemahnya pengetahuan

oknum pemerintahan mengenai hak-hak warga negara pada prinsip-prinsip hak asasi

manusia.