presus glaukoma kronik

Upload: ndan-rahma

Post on 16-Jul-2015

113 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

STATUS PASIEN

A. IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Agama Alamat : Tn. TR : Laki-Laki : 86 tahun : Islam : Jakarta

Tanggal Pemeriksaan : 29 September 2011

B. ANAMNESIS Auto anamnesis pada tanggal 29 September 2011 Keluhan Utama : Penglihatan mata kanan dan kiri kabur secara perlahan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan Tambahan : Tidak Ada

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke poli RSPAD dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri kabur secara perlahan sejak 6 bulan yang yang lalu. Pasien tidak mengeluh matanya merah, sakit kepala, nyeri, gatal dan berair pada mata. Awalnya pasien bila berjalan sering tersandung terutama bila menaiki tangga. Pasien juga sering merasa silau jika melihat sinar lampu. Pasien sebelumnya sudah berobat ke RSPAD dan sudah mendapat pengobatan untuk penyakitnya. Pasien sudah memakai kacamata sebelumnya tetapi pasien tidak mengingat waktunya. Pasien memiliki riwayat hipertensi dan diabetes. Pasien juga mengatakan memiliki riwayat penyakit katarak pada kedua mata dan sudah di operasi. Riwayat Penyakit Dahulu : Hipertensi sejak kapan) Diabetes Melitus ingat sejak kapan) Penyakit Jantung : (+), terkontrol dengan amlodipine (pasien tidak ingat : (+), terkontrol dengan glibenclamide (pasien tidak : Disangkal 1

Trauma Mata Katarak kanan tahun 2006 Riwayat Penyakit Keluarga :

: Disangkal : (+), riwayat operasi mata kiri tahun 2005 dan mata

Riwayat penyakit yang sama pada keluarga disangkal.

C. PEMERIKSAAN FISIK Status Generalis Keadaan Umum Kesadaran Tanda Vital Kepala Mulut THT Thoraks Abdomen Ekstremitas Tekanan darah :130/90 mmHg Nadi : 74 x/menit Pernapasan : 20 x/menit Suhu : tidak diperiksa : Normocephal : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa : Tidak diperiksa : Baik : Compos Mentis

Status Optalmologis

1. Visus Keterangan Tajam Penglihatan Koreksi OD 5/12 C -1,25 X 900 6/12 Pin hole tetap OS 3/60

Addisi Distansia Pupil Kacamata Lama

S -0,50 C -2,00 X 900 6/60 Pin hole tetap + 3.00 + 3.00 62 mm/60 mm C -1,25 X 900 S -0,50 C -2,00 X 900

2

2. Kedudukan Bola Mata Keterangan Eksoftalmus Endoftalmus Deviasi Gerakan bola mata 3. Super Silia Keterangan Warna Letak 4. Palpebra Superior dan Inferior Keterangan Edema Nyeri Tekan Ektropion Entropion Blefarospasme Sikatrik Fissura Palpebra Ptosis Hordeolum Kalazion Pseudoptosis OD Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 11 mm Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada OS Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada 11 mm Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada OD Hitam Simetris OS Hitam Simetris OD Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Baik ke segala arah OS Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Baik ke segala arah

5. Konjungtiva Tarsalis Superior dan Inferior Keterangan Hiperemis Folikel Papil Sikatrik Anemia Kemosis 6. Konjungtiva Bulbi Keterangan Injeksi Konjungtiva Injeksi Siliar Perdarahan Subkonjungtiva OD Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada OS Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada OD Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada OS Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

3

Pterigium Pinguekula Nervus Pigmentosus Kista Dermoid 7. Sistem Lakrimalis Keterangan Punctum Lakrimalis Tes Anel 8. Sklera Keterangan Warna Ikterik 9. Kornea Keterangan Kejernihan Permukaan Ukuran Sensibilitas Infiltrat Perforasi Arkus Senilis Edema Tes Plasido 10. Bilik Mata Depan Keterangan Kedalaman Kejernihan Hifema Hipopion Efek Tyndall 11. Iris Keterangan Warna Kriptae Bentuk Sinekia

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada Tidak Ada

OD Terbuka Tidak di lakukan

OS Terbuka Tidak dilakukan

OD Putih Tidak Ada

OS Putih Tidak Ada

OD Jernih Licin 12 mm Baik Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Konsentris

OS Jernih Licin 12 mm Baik Tidak ada Tidak ada Ada Tidak ada Konsentris

OD Dalam Jernih Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan

OS Dalam Jernih Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan

OD Coklat Kehitaman Jelas Bulat Tidak Ada

OS Coklat Kehitaman Jelas Bulat Tidak Ada

4

Koloboma 12. Pupil Keterangan Letak Bentuk Ukuran Refleks Cahaya Langsung Refleks Cahaya Tak Langsung 13. Lensa Keterangan Kejernihan Letak Shadow Test 14. Badan Kaca Keterangan Kejernihan 15. Fundus Okuli Keterangan A. Papil Bentuk Batas Warna CD Ratio B. Makula Lutea Refleks Edema C. Retina Robekan Rasio A/V Sikatrik 16. Palpasi Keterangan Nyeri Tekan Massa Tumor Tensi Okuli

Tidak Ada

Tidak Ada

OD Ditengah Bulat 3 mm Positif Positif

OS Ditengah Bulat 3 mm Positif Positif

OD Jernih Ditengah (-)

OS Jernih Ditengah (-)

OD Jernih

OS Jernih

OD Bulat Tidak tegas Kuning pucat 0,7 (+) Tidak ada Tidak ada 2/3 Tidak ada

OS Bulat Tidak tegas Kuning pucat 0,7 (+) Tidak ada Tidak ada 2/3 Tidak ada

OD Tidak ada Tidak ada Normal perpalpasi

OS Tidak ada Tidak ada Normal perpalpasi

5

Tonometri Schiotz 17. Kampus Visi Keterangan Tes Konfrontasi

8/7,5

8/7,5

OD Lebih sempit dari pemeriksa

OS Lebih sempit dari pemeriksa

D. RESUME Pasien datang ke poli RSPAD dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri kabur secara perlahan sejak 6 bulan yang yang lalu. Awalnya pasien bila berjalan sering tersandung terutama bila menaiki tangga. Pasien juga sering merasa silau jika melihat sinar lampu. Pasien sebelumnya sudah berobat ke RSPAD dan sudah mendapat pengobatan untuk penyakitnya. Pasien sudah memakai kacamata sebelumnya tetapi pasien tidak mengingat waktunya. Pasien memiliki riwayat

hipertensi dan diabetes. Pasien juga mengatakan memiliki riwayat penyakit katarak pada kedua mata dan sudah di operasi. Pemeriksaan status generalis : dalam batas normal Status Optalmologis Visus Keterangan Tajam Penglihatan Koreksi OD 5/12 C -1,25 X 900 6/12 Pin hole tetap OS 3/60 S -0,50 C -2,00 X 900 6/60 Pin hole tetap + 3.00 + 3.00 62 mm/60 mm C -1,25 X 900 S -0,50 C -2,00 X 900

Addisi Distansia Pupil Kacamata Lama Bilik Mata Depan Keterangan Kedalaman Kejernihan Hifema Hipopion Efek Tyndall

OD Dalam Jernih Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan

OS Dalam Jernih Tidak ada Tidak ada Tidak dilakukan

6

Fundus Okuli Keterangan A. Papil Bentuk Batas Warna CD Ratio B. Makula Lutea Refleks Edema C. Retina Robekan Rasio A/V Sikatrik Palpasi Keterangan Nyeri Tekan Massa Tumor Tensi Okuli Tonometri Schiotz Kampus Visi Keterangan Tes Konfrontasi OD Lebih sempit dari pemeriksa OS Lebih sempit dari pemeriksa OD Tidak ada Tidak ada Normal perpalpasi 8/7,5 OS Tidak ada Tidak ada Normal perpalpasi 8/7,5 OD Bulat Tidak tegas Kuning pucat 0,7 (+) Tidak ada Tidak ada 2/3 Tidak ada OS Bulat Tidak tegas Kuning pucat 0,7 (+) Tidak ada Tidak ada 2/3 Tidak ada

Pemeriksaan Penunjang Perimetri Arah Keatas Kemedial Kebawah Ketemporal OD 300

OS 250 500 410 400

450 300 320

7

E. DIAGNOSIS KERJA OD : Glaukoma kronik OS : Glaukoma kronik F. DIAGNOSIS BANDING Tidak ada G. PEMERIKSAAN ANJURAN Pemeriksaan Perimetri Pemeriksaan Tonometri H. PENATALAKSANAAN OD dan OS 1. Memakai kacamata sesuai dengan visus terbaik 2. Timolol maleate 0,50 %, 2 kali tetes sehari 3. TIO (Tekanan Intra Okular) dipantau setiap bulan 8

I. PROGNOSIS OD Qua ad vitam Qua ad functionam Qua ad sanationam : dubia ad bonam : dubia ad bonam : dubia ad bonam OS dubia ad bonam dubia ad bonam dubia ad bonam

9

ANALISIS KASUSDiagnosis pasien ini adalah Glaukoma Kronik ODS yang ditegakan berdasarkan: 1. Anamnesis

Pasien laki-laki berusia 86 tahun datang ke poli RSPAD dengan keluhan penglihatan mata kanan dan kiri kabur secara perlahan sejak 6 bulan yang lalu. Keluhan ini dapat dimasukan ke dalam kelompok mata tenang visus turun perlahan. Penyakit mata dengan gejala seperti ini adalah kelainan refraksi, katarak, glaukoma kronik, dan kelainan makula dan retina. Pasien mengaku sering tersandung terutama bila menaiki tangga. Pasien juga sering merasa silau jika melihat sinar lampu. Ini merupakan ciri-ciri pada penderita glaukoma kronik. Adanya penyempitan lapang pandang tepi menyebabkan penderita sulit melihat benda-benda yang terletak di sisi lain ketika penderita melihat lurus kedepan yang disebut juga penglihatan terowongan atau tunnel vision. Pasien memiliki riwayat operasi katarak pada kedua mata. Ini dapat menyingkirkan kelainan katarak pada pasien. 2. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Oftalmologi Visus OD : 5/12, setelah koreksi (C -1,25 X 900) visus menjadi 6/12 OS : 3/60, setelah koreksi (S -0,50 C -2,00 X 900) visus menjadi 6/60 Tajam penglihatan pasien setelah koreksi tidak mencapai 6/6 ini dapat disebabkan oleh gangguan pada media pembiasan cahaya. Media pembiasan cahaya yaitu kornea, akuos humor, lensa, badan kaca, dan retina. Ini kemungkinan di terdapat gangguan di humor akuos yaitu meningkatnya volume humor akuos. Sudut bilik mata depan kanan dan kiri dalam, ini disebabkan karena adanya glaukoma sudut terbuka yang sudah berjalan kronik.

10

Pada pemeriksaan funduskopi, mata kanan dan mata kiri batas papil tidak jelas, warna kuning pucat, CD Ratio 0,7. Ini menunjukkan adanya glaukoma, karena pada glaukoma akan terjadi pembesaran cup disk ratio. Pada pemeriksaan tekanan intraokuler dengan cara digital didapatkan tekanan intra ocular normal per palpasi dan dengan tonometri Schiotz mata kanan dan kiri tekanannya 8/7,5 yaitu 15,6 mmHg (normal). Tekanan Intra Okular normal karena pasien sebelumnya sudah memiliki riwayat penyakit glaukoma dan sudah mendapatkan pengobatan sebelumnya. Pada tes konfrontasi, lapang pandang mata kanan dan kiri pasien lebih sempit dari pemeriksaan, ini dapat disebabkan karena glaukoma kronik yang dapat menyebabkan atrofi papil saraf optik. 3.Pemeriksaan Penunjang Perimetri Arah Keata Kemedial Kebawah Ketemporal Keatas : 550 Kemedial : 600 Kebawah : 700 Ketemporal : 900/lebih OD 300 450 300 320 OS 250 500 410 400

Kampus yang normal

Pada pemeriksaan perimetri, lapang pandang mata kanan dan kiri pasien menyempit. ini dapat disebabkan karena glaukoma kronik yang dapat menyebabkan atrofi papil saraf optik.

11

4. Penatalaksanaan Untuk penatalaksanaan pasien ini adalah pemberian kacamata yang sesuai dengan koreksi visus yang terbaik. Pasien juga diberikan timolol maleate 0,50 % 1-2 kali tetes sehari yang bertujuan menghambat produksi cairan aqueous humour. 5. Prognosis Mata Kanan dan Mata Kiri Quo ad vitam : dubia ad bonam Ini karena tanda-tanda vital pasien masih baik atau dalam batas normal Quo ad functionam: dubia ad bonam Ini karena Tekanan Intraokular pasien sudah normal walaupun lapang pandangnya menyempit. Juga pasien sudah diberikan pengobatan dan kontrol secara rutin. Quo ad sanationam : dubia ad bonam Pasien sudah kontrol secara teratur sehingga kemungkinan untuk timbulnya kekambuhan akan berkurang.

12

TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI Bilik Mata Depan Bilik mata depan adalah suatu ruangan pada mata yang dibatasi oleh kornea dan iris. Bagian tepi dibatasi oleh sudut bilik mata depan. Anatomi sudut ini adalah garis schwalbe, anyaman trabekula ( di atas kanal schlemm ) dan taji sklera ( sklera spur ). Aqueous Humour Aqueous Humour adalah suatu cairan jernih yang mengisi Camera Occuli Anterior dan Camera occuli Posterior mata. Komposisi Aqueous Humour serupa dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrat askorbat, piruvat, dan laktat yang lebih tinggi sedangkan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah. Pada dasarnya seluruh cairan ini dibentuk oleh Processus Silliaris, Aqueous Humour hampir seluruhnya terbentuk sebagai sekresi aktif dari lapisan epitel Processus Silliaris..

Aliran Keluar Aqueous Humour Aqueous Humour masuk ke dalam bilik mata belakang kemudian mengalir ke bilik mata depan melalui pupil. Setelah sampai ke bilik mata depan aqueous humour 13

akan meninggalkan bola mata melalui suatu bangunan yang disebut trabekulum yang terletak di sudut iridokornea. Keseimbangan antara produksi dan pengeluaran/ pembuangan aqueous humour inilah yang menentukan jumlah aqueous humour di dalam bola mata.

B. DEFINISI Glaukoma adalah neuropati optik yang sensitive terhadap TIO yang mengakibatkan perubahan struktur papil saraf optic, sering berhubungan dengan kerusakan lapang pandang.

C. EPIDEMIOLOGI Diseluruh dunia, glaukoma dianggap sebagai penyebab kebutaan yang tinggi, 2% penduduk berusia lebih dari 40 tahun menderita glaukoma. Glaukoma juga

didapatkan pada usia 20 tahun, meskipun jarang. Pria lebih banyak diserang dari pada wanita.

D. KLASIFIKASI Glaukoma Sudut Terbuka Disebut juga glaucoma simpleks atau glaucoma kronik, hampir 90 % dari semua kasus. Glaukoma Sudut Tertutup

Disebut juga glaucoma akut. Normal Tension Glaukoma

Disebut juga low-tension / normal pressure glaucoma. Ditandai dengan TIO tidak tinggi tetapi papil saraf optic rusak. Glaukoma Kongenital

14

E. PATOFISIOLOGI Mekanisme peningkatan intraocular pada glaukoma di karenakan gangguan aliran aqueous humour adalah kelainan sistem drainase sudut bilik mata depan yaitu pada glaukoma sudut terbuka atau gangguan akses aqueous humour ke sistem drainase seperti pada glaukoma sudut tertutup. Peningkatan tekanan intraokuler pada glaucoma kronik diakibatkan adanya ketidakseimbangan dalam produksi dan drainase aqueous humour. Saluran yang normalnya mengalirkan cairan tersebut dari dalam mata tidak berfungsi dengan baik sehingga lebih banyak cairan di produksi terus menerus tetapi tidak dapat dibuang karena saluran drainase tidak bisa berfungsi dengan baik. Hal ini menyebabkan peningkatan jumlah cairan di dalam mata sehingga meningkatkan tekanan intraocular.

F. MANIFESTASI KLINIS Mulai timbulnya gejala glaucoma simpleks ini agak lambat yang kadangkadang tidak disadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan. Pada glaucoma simpleks tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg. Mata tidak merah atau tidak terdapat keluhan, yang mengakibatkan terdapat gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa disadari oleh penderita. Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil disertai dengan ekskavasio glaukomatosa. Gangguan saraf optik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa penciutan lapang pandang. Glaukoma primer yang kronis dan berjalan lambat sering tidak ketahui bila mulainya, karena keluhan pasien amat sedikit atau samar. Misalnya mata sebelah terasa berat, kepala pening sebelah, kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas. Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kacamata untuk presbiopia lebih kuat dibanding usianya. Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah berat. G. PEMERIKSAAN Pemeriksaan ketajaman penglihatan Ketajaman penglihatan yang baik belum berarti tidak ada glaukoma. Pada glaukoma sudut terbuka, kerusakan saraf mata dimulai dari tepi lapang 15

pandangan dan lambat laun meluas ke tengah. Dengan demikian penglihatan sentral (fungsi makula) bertahan lama, walaupun penglihatan perifer sudah tidak ada. Pemeriksaan Tonometri Tonometri adalah pengukuran tekanan intraokular. Untuk mengukur besarnya tekanan intraokuler, instrumen yang paling luas digunakan adalah tonometer aplanasi goldmann yang dilekatkan ke slit lamp. Ketebalan kornea berpengaruh terhadap keakuratan pengukuran. Tekanan intraocular yang korneanya tebal akan ditaksir lebih tinggi dan kornea yang lebih tipis ditaksir terlalu rendah. Sedangkan tonometer schiotz dipakai untuk mengukur indentasi kornea yang ditimbulkan oleh beban yang diketahui sebelumnya. Pemeriksaan Genioskopi Untuk menilai lebar sempitnya sudut bilik mata depan juga dapat membedakan glaucoma sudut tertutup atau sudut terbuka. Pemeriksaan Perimetri Untuk menilai gangguan lapang pandang, menentukan luas total lapangan pandang masing-masing mata Pemeriksaan Funduskopia Untuk menilai diskus optikus adalah metode yang paling mudah dan akurat untuk mendiagnosa glaukoma sedini mungkin karena perubahan pada diskus optikus terjadi sebelum adanya keluhan penurunan lapang pandang pada pasien. Normalnya cup disk ratio adalah 0,3. Pada glaucoma akan terjadi pembesaran cup disk ratio disertai dengan perdarahan meskipun belum terdapat peningkatan tekanan intraocular. H. PENATALAKSANAAN I. Medikamentosa 1. Parasimpatomimetik : miotikum, memperbesar outflow. a. Pilokarpin 2 - 4 %, 3-6 dd tetes sehari b. Eserin - %, 3-6 dd tetes sehari

16

di teteskan pada waktu tekanan intraokuler menaik. Eserin sebagai salep mata dapat diberikan malam hari. 2. Simpatomimetik : mengurangi produksi humour aqueous. Epinefrin 0,5 2 %, 2 dd 1 tetes sehari. 3. Beta blocker : Menghambat Produksi humour aqueous Timolol maleat 0,25 0,5 %, 1 2 dd 1 tetes sehari. 4. Carbon anhydrase inhibitor : menghambat produksi humour aqueous Asetazolamide 250 mg, 4 dd 1 tablet Obat-obat ini biasanya diberikan satu persatu atau kalau perlu dapat dikombinasi. Kalau tidak berhasil, dapat dinaikkan frekuensi penetesannya atau presentase obatnya, ditambah dengan obat tetes yang lain atau tablet. monitoring semacam inilah yang mengharuskan penderita glaukoma sudut terbuka selalu dikelola oleh dokter dan perlu pemeriksaan yang teratur. II. Operasi Pada umumnya operasi ditangguhkan selama mungkin dan baru dilakukan bila : 1. Tekanan intraokuler tak dapat dipertahankan dibawah 22 mmHg. 2. Lapang pandangan terus mengecil. 3. Orang sakit tak dapat dipercaya tentang pemakaian obatnya. 4. Tidak mampu membeli obat. 5. Tak tersedia obat-obat yang diperlukan. Prinsip operasi : fistulasi, membuat jalan baru untuk mengeluarkan humour aqueous, oleh karena jalan yang normal tak dapat dipakai lagi. Macam Operasi : Iridenkleisis Trepanasi Sklerotomi Siklodialise

17

Trabekulektomi

I. PROGNOSIS Apabila terdeteksi dini, sebagian besar pasien glaukoma dapat ditangani dengan baik secara medis. Tanpa pengobatan, glaukoma sudut terbuka dapat berkembang secara perlahan sehingga akhirnya menimbulkan kebutaan total. Apabila obat tetes antiglaukoma dapat mengontrol tekanan intraokular pada mata yang belum mengalami kerusakan glaumatosa luas, prognosis akan baik walaupun penurunan lapangan pandang dapat terus berlanjut.

18

DAFTAR PUSTAKA 1. Ilyas S. 2008. Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi. Jakarta : Balai Penerbit FKUI 2. Vaughan D, Asbury T. 1994. Korpus Vitreum Dalam:. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Edisi 14. Jakarta: Widya Medika 3. Kooner KS. Primary Open Angle Glaucoma. In : Clinical Pathway of Glaucoma. NewYork : Thieme; 2000. 4. Mason H. Anatomy and physiology of the Eye, in Mason, H. & McCall, S.Visual Impairment: Access to Education for Children and Young People, David Fulton Publishers, London, 1999.

19