presentasi sejarah

46
Presentasi Sejarah Kelompok 2 : 1. Istikhara 2. Nur Noviyantika 3. Renna Ariestiara 4. Rizky Anwar 5. Tresty Gita Rachmawati Kelas XI IPA 5

Upload: iqbal-rivaldi

Post on 29-Jun-2015

271 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi Sejarah

Presentasi SejarahKelompok 2 :1. Istikhara2. Nur Noviyantika3. Renna Ariestiara4. Rizky Anwar5. Tresty Gita Rachmawati

Kelas XI IPA 5

Page 2: Presentasi Sejarah

Perjuangan Fisik Mempertahankan Kemerdekaan

Page 3: Presentasi Sejarah

1. Pertempuran Surabaya (10 Nopember 1945)

Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 dibawah pimpinan Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby mendarat di Surabaya. Dengan tujuan untuk melucuti serdadu Jepang dan menyelamatkan para interniran sekutu. Pemimpin pasukan sekutu menemui Gubernur Jawa Timur R.M. Soerjo untuk membicarakan maksud kedatangan mereka.

Page 4: Presentasi Sejarah

Setelah mengadakan pertemuan antara wakil-wakil pemerintah RI dengan Jendral A.W.S Mallaby dan berhasil mencapai suatu kesepakatan yaitu :

a. Inggris berjanji bahwa diantara mereka tidak terdapat angkatan perang Belanda.

b. Disetujuinya kerjasama antara kedua belah pihak untuk menjamin keamanan dan ketentraman.

c. Segera dibentuk kontak biro sehingga kerja sama dapat terlaksana

d. Inggris hanya ingin melucuti senjata Jepang saja.

Page 5: Presentasi Sejarah

Pada tanggal 26 Oktober 1945 malam harinya suatu peleton pasukan Field Security Section dibawah pimpinan Kapten Shaw melakukan penyerangan ke penjara Kalisosok untuk membebaskan Kolonel Huiyer bersama kawan-kawannya.

Pada tanggal 27 Oktober 1945 pukul 11.00 pesawat terbang Inggris menyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perintah agar rakyat Surabaya pada khususnya dan Jawa Timur untuk menyerahkan senjata yang dirampas dari tangan Jepang. Mallaby mengaku tidak tahu soal pamflet-pamflet tersebut. Ia bahkan berpendirian bahwa sekalipun sudah terdapat perjanjian dengan pemerintah RI,tapi ia akan melaksanakan tindakan sesuai isi pamflet-pamflet tersebut. Sikap itu menghilangkan kepercayaan pemerintah RI terhadap pihak Inggris.

Page 6: Presentasi Sejarah

Pada tanggal 27 Oktober 1945, terjadi kontak senjata yang pertama antara Indonesia dengan pasuka Inggris. Kontak senjata itu meluas, sehingga terjadi pertempuran pada tanggal 28, 29 dan 30 Oktober 1945. Dalam pertempuran itu, pasukan sekutu dapat dipukul mundur dan bahkan hampir dapat dihancurkan oleh pasukan Indonesia. Pemimpin pasukan sekutu Brigadir Jendral A.W.S. Mallaby berhasil ditawan oleh para pemuda.

Page 7: Presentasi Sejarah

Melihat kenyataan itu, Komandan pasukan sekutu menghubungi presiden Soekarno untuk mendamaikan perselisihan antara bangsa Indonesia dengan pasukan sekutu-Inggris diSurabaya. Pada tanggal 30 Oktober 1945,Bung Karno, Bung Hatta, dan Amir Syarifuddin datang ke Surabaya untuk mendamaikan perselisihan itu. Perdamain berhasil di capai dan di tanda tangani oleh kedua belah pihak.

Pasukan inggris kemudian mendatangkan bala bantuan dari difisi V di pimpin Mayor Jenderal Mansergh dengan 24.000 orang anak buahnya mendarat di Surabaya. Tanggal 9 November 1945, Inggris mengeluarkan ultimatum yang berisi ancaman bahwa pihak inggris akan menggempur kota Surabaya dari darat, laut dan udara.

Page 8: Presentasi Sejarah

Apabila orang-orang Indonesia tidak menaati ultimatum itu Inggris mengeluarkan instruksi yang isinya:

“….semua pemimpin bangsa Indonesia dari semua pihak di kota Surabaya harus datang selambat-lambatnya tanggal 10 November 1945 pukul 06.00 pagi, pada tempat yang telah ditentukan dan membawa bendera Merah Putih dengan diletakkan diatas tanah pada jarak seratus meter daritempat berdiri, lalu mengangkat tangan tanda menyerah.”

Ultimatum itu ternyata tidak ditaati. Pada tanggal10 November 1945 terjadi pertempuran yang sangat dahsyat.

Page 9: Presentasi Sejarah
Page 10: Presentasi Sejarah

2. Pertempuran Ambarawa - Magelang

Pertempuran di Ambarawa terjadi pada tanggal 20 Nopember 1945 dan berakhir pada tanggal 15 Desember 1945. pertempuran itu terjadi antara pasukan TKR bersama rakyat Indonesia melawan pasukan Sekutu-Inggris. Peristiwa itu berlatar belakang insiden di Magelang sesudah mendaratnya Brigade Artileri dari Divisi India ke-23 di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945.

Page 11: Presentasi Sejarah

Akan tetapi kedatangan sekutu-Inggris diikuti oleh orang-orang NICA (Nederland Indische Civil Administration) yang kemudian mempersenjatai bekas tawanan itu. Pada tanggal 26 Oktober 1945 terjadi insiden di kota Magelang yang berkembang menjadi pertempuran antara pasukan TKR dengan pasukan gabungan Sekutu-Inggris dan NICA.

Page 12: Presentasi Sejarah

Tanggal 2 Nopember 1945 mereka mengadakan gencatan senjata dan memperoleh kata sepakat yang dituangkan dalam 12 pasal.

a. Pihak sekutu tetap akan menempatkan pasukannya di Magelang untuk melindungi danmengurus evakuasi APWI (Allied Prisoners War and Interneers atau Tawanan Perang dan Interniran Sekutu).

b. Jalan Ambarawa – Magelang terbuka sebagai jalur lalu lintas Indonesia Sekutu.

c. Sekutu tidak akan mengakui aktifitas NICA dalam badan-badan yang berada dibawahnya.

Page 13: Presentasi Sejarah

Pihak sekutu ternyata mengingkari janjinya tanggal 20 Nopember 1945 di Ambarawa pecah pertempuran antara pasukan TKR di bawah pimpinan Mayor Sumarto dan Tentara Sekutu. Pada tanggal 21 Nopember 1945, pasukan sekutu yang di Magelang ditarik di Ambarawa. Pada tanggal 22 Nopember 1945 pertempuran berkobar didalam kota dan pasukan sekutu melakukan pengeboman terhadap kampung-kampung disekitar Ambarawa.

Page 14: Presentasi Sejarah

Serangan fajar pada tanggal 21 Nopember 1945 dan berhasil menduduki desa Pingit dan merebut desa-desa yang sebelumnya diduduki sekutu.Pada tanggal 26 November 1945,pimpinan pasukan TKR dari purwokerto yaitu Letnan Kolonel Isdiman gugur dan digantikan oleh Kolonel Soedirman.Pasukan sekutu Inggris terusir dari banyu biru pada tanggal 5 Desember 1945,yang memerintahkan pertahanan terdepan.Pada tanggal 11 Desember 1945,Kolonel Soedirman mengambil prakarsa untuk mengumpulkan masing-masing komandan sektor.Serangan direncakan pada tanggal 12 Desember 1945 pukul 04.30 dipimpin oleh masing-masing komandan yang melakukan serangan secara mendadak dari semua sektor.

Page 15: Presentasi Sejarah

Pada tanggal 12 Desember 1945 dini hari,pasukan-pasukan TKR bergerak menuju sasaran masing-masing. Dalam waktu setengah jam pasukan TKR berhasil mengepung musuh didalam kota. Pertahanan yang terkuat terletak di Ambarawa. Ambarawa dikepung selama 4 hari 4 malam.

Pada tanggal 15 Desember 1945 musuh meninggalkan Ambarawa dan mundur ke Semarang. Pertempuran di Ambarawa ini mempunyai arti penting karena letaknya yang sangat strategis. Apabila musuh menguasai Ambarawa,mereka dapat mengancam Surakarta,Magelang dan Yogyakarta.

Page 16: Presentasi Sejarah
Page 17: Presentasi Sejarah

3. Pertempuran Medan AreaPada tanggal 9 Nopember 1945 pasukan sekutu dibawah pimpinan Brigadir Jenderal T.E.D Kelly mendarat di Sumatera Utara yang di ikuti oleh pasukan NICA. Sehari setelah mendarat tim RAPWI mendatangi tawanan yang ada di Medan atas persetujuan Gubernur M.Hasan kelompok itu langsung di bentuk menjadi Medan Batalyon KNIL. Dengan adanya kekuatan itu ternyata bekas tawanan menjadi arogan dan sewenang-wenang hingga memancing munculnya insiden. Insiden pertama terjadi tanggal 13 Oktober 1945 di jalan Bali,Medan. Insiden itu berawal dari ulah seorang penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak lencana Merah Putih.

Page 18: Presentasi Sejarah

Pada tanggal 10 Oktober 1945 dibentuk TKR Sumatra Timur dengan pimpinannya Ahmad Tahir. Dan sejak 15 Oktober 1945 menjadi Pemuda Republik Indonesia Sumatera Timur dan kemudian erganti nama menjadi Pesindo.

Pada tanggal 10 Agustus 1946, diselenggarakan pertemuan di Tebing Tinggi antara komando pasukan yang berjuang di Medan yang memutuskan dibentuknya satu komando yang bernama Komando Resiman Laskar Rakyat Medan Area. Komando resiman itu terdiri atas empat sektor, dan tiap sektor dibagi 4 subsektor.

Page 19: Presentasi Sejarah

4. Bandung Lautan Api

Pasukan sekutu Inggris memasuki kota Bandung sejak pertengahan Oktober 1945. Menjelang November 1945, pasukan NICA melalukan aksi teror di Bandung.

Untuk meredakan ketegangan diadakan perundingan antara pihak RI dengan sekutu/NICA. Akhirnya Bandung dibagi menjadi 2 bagian. Pasukan sekutu menduduki wilayah Bandung bagian utara, sedangkan Indonesia memperoleh bagian selatan.

Page 20: Presentasi Sejarah

Meskipun pihak Indonesia telah mengosongkan Bandung utara, tapi sakutu menuntut pengosongan sejauh 11km. Hal itu membuat rakyat Bandung marah, mereka kemudian melakukan aksi tempur. Bandung terbakar hebat dari batas timur Cicadas sampai barat Andir. Satu juta jiwa penduduknya mengungsi ke luar kota pada tanggal 23 dan 24 Maret 1946. meninggalkan Bandung yang telah menjadi lautan api.

Page 21: Presentasi Sejarah
Page 22: Presentasi Sejarah

5. Peristiwa Merah Putih di Manado

Peristiwa merah putih terjadi tanggal 14 Februari 1946 di Manado. Para pemuda tergabung dalam pasukan KNIL Kompeni VII bersama laskar rakyat dari barisan pejuang melakukan perebutan kekuasaan pemerintahan di Manado, Tomohondan Minahasa.

Pada tanggal 16 Februari 1946 mereka mengeluarkan surat selebaran yang menyatakan bahwa kekuasaan diseluruh Mananado telah berada ditangan bangsa Indonesia. Para pemimpin dan pemuda menyusun pasukan keamanan dengan nama Pasukan Pemuda Indonesia yang dipimpin oleh Mayor Waisan.

Page 23: Presentasi Sejarah

Bendera Merah putih dikibarkan diseluruh Minahasa hampir selama satu bulan sejak tanggal 14 Februari 1946. Dr. Sam Ratulangi diangkat sebagai Gubernur Sulawesi yang bertugas untuk memperjuangkan keamanan dan kedaulatan rakyat Sulawesi. Dr. Sam Ratulangi membuat petisi yang ditanda tangani oleh 540 pemuka masyarakat Sulawesi. Kemudian pada tahun 1946, Sam Ratulangi ditangkap dan dibuang ke Serui (Papua).

Page 24: Presentasi Sejarah
Page 25: Presentasi Sejarah

6. Pertempuran Margarana (20 Nopember 1946)

Pada tanggal 2 dan 3 Maret 1946 lebih kurang 2000 tentara Belanda mendarat di Pulau Bali. Ketika Belanda mendarat di Pulau Bali, pimpinan Laskar Bali, Letnan Kolonel I Gusti Ngurah Rai sedang menghadap ke markas tinggi TKR di Yogyakarta. Ketika kembali dari Yogyakart I Gusti ngurah Rai menemukan pasukannya porak-poranda akibat serangan yang dilakukan oleh pasukan Belanda.

Page 26: Presentasi Sejarah

I Gusti Ngurah Rai berusaha untuk mempersatukan pasukannya, sementara Belanda terus membujuk Ngurah Rai agar mau bekerja sama dengan pihak Belanda namun ajakan itu ditolak.

Setelah berhasil mempersatukan pasukannya kembali, pada tanggal 18 Nopember 1946 Ngurah Rai dan pasukan melakukan serangan terhadap Markas Belanda yang ada di kota Tabanan dan pasukan Ngurah Rai mengalami kemenangan. Kemudian pasukan Ngurah Rai mundur kearah utara dan memusatkan markas perjuangannya didesa Margarana.

Page 27: Presentasi Sejarah

Karena mengalami kekalahan pada tanggal 20 Nopember 1946 Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya yang ada di Pulau Bali dan Lombok untuk mengepung Bali. Daerah Margarana diserang dengan tiba-tiba. Dalam pertempuran itu Ngurah Rai menyerukan perang puputan. Ngurah Rai dan pasukannya gugur dalam perang itu. Oleh karena itu pada tanggal 20 Nopember selalu diperingati sebagai Hari Pahlawan Margarana oleh rakyat Bali.

Page 28: Presentasi Sejarah
Page 29: Presentasi Sejarah

7. Agresi Militer I dan Perjanjian Renville

Tujuan utama agresi Belanda adalah merebut daerah-daerah perkebunan yang kaya dan daerah yang memiliki sumber daya alam, terutama minyak. Namun sebagai kedok untuk dunia internasional, Belanda menamakan agresi militer ini sebagai Aksi Polisionil, dan menyatakan tindakan ini sebagai urusan dalam negeri. Letnan Gubernur Jenderal Belanda, Dr. H.J. van Mook menyampaikan pidato radio di mana dia menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Linggajati. Pada saat itu jumlah tentara Belanda telah mencapai lebih dari 100.000 orang, dengan persenjataan yang modern, termasuk persenjataan berat yang dihibahkan oleh tentara Inggris dan tentara Australia.

Page 30: Presentasi Sejarah

Serangan di beberapa daerah, seperti di Jawa Timur, bahkan telah dilancarkan tentara Belanda sejak tanggal 21 Juli malam, sehingga dalam bukunya, J. A. Moor menulis agresi militer Belanda I dimulai tanggal 20 Juli 1947. Belanda berhasil menerobos ke daerah-daerah yang dikuasai oleh Republik Indonesia di Sumatera, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Fokus serangan tentara Belanda di tiga tempat, yaitu Sumatera Timur, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di Sumatera Timur, sasaran mereka adalah daerah perkebunan tembakau, di Jawa Tengah mereka menguasai seluruh pantai utara, dan di Jawa Timur, sasaran utamanya adalah wilayah di mana terdapat perkebunan tebu dan pabrik-pabrik gula.

Page 31: Presentasi Sejarah

Agresi tentara Belanda berhasil merebut daerah-daerah di wilayah Republik Indonesia yang sangat penting dan kaya seperti kota pelabuhan, perkebunan dan pertambangan. Pada 29 Juli 1947, pesawat Dakota Republik dengan simbol Palang Merah di badan pesawat yang membawa obat-obatan dari Singapura, sumbangan Palang Merah Malaya ditembak jatuh oleh Belanda dan mengakibatkan tewasnya Komodor Muda Udara Mas Agustinus Adisutjipto, Komodor Muda Udara dr. Abdulrahman Saleh dan Perwira Muda Udara I Adisumarmo Wiryokusumo.

Page 32: Presentasi Sejarah

8. Perjanjian Renville

Perjanjian Renville adalah perjanjian antara Indonesia dan Belanda yang ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948 di atas geladak kapal perang Amerika Serikat sebagai tempat netral, USS Renville, yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Perundingan dimulai pada tanggal 8 Desember 1947 dan ditengahi oleh Komis Tiga Negara (KTN), Committee of Good Offices for Indonesia, yang terdiri dari Amerika Serikat, Australia, dan Belgia.

Page 33: Presentasi Sejarah

Pemerintah RI dan Belanda sebelumnya pada 17 Agustus 1947 sepakat untuk melakukan gencatan senjata hingga ditandatanganinya Persetujuan Renville, tapi pertempuran terus terjadi antara tentara Belanda dengan berbagai laskar-laskar yang tidak termasuk TNI, dan sesekali unit pasukan TNI juga terlibat baku tembak dengan tentara Belanda.Kesepakatan yang diambil dari Perjanjian Renville adalah sebagai berikut :

Belanda hanya mengakui Jawa tengah, Yogyakarta, dan Sumatra sebagai bagian wilayah Republi Indonesia

Disetujuinya sebuah garis demarkasi yang memisahkan wilayah Indonesia dan daerah pendudukan Belanda

TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia diYogyakarta

Page 34: Presentasi Sejarah
Page 35: Presentasi Sejarah
Page 36: Presentasi Sejarah

9. Agresi Militer II

Agresi Militer Belanda II atau Operasi Gagak terjadi pada 19 Desember 1948 yang diawali dengan serangan terhadap Yogyakarta, ibu kota Indonesia saat itu, serta penangkapan Soekarno, Mohammad Hatta, Sjahrir dan beberapa tokoh lainnya. Jatuhnya ibu kota negara ini menyebabkan dibentuknya Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Sumatra yang dipimpin oleh Sjafruddin Prawiranegara.Pada hari pertama Agresi Militer Belanda II, mereka menerjunkan pasukannya di Pangkalan Udara Maguwo dan dari sana menuju ke Ibukota RI di Yogyakarta. Kabinet mengadakan sidang kilat. Dalam sidang itu diambil keputusan bahwa pimpinan negara tetap tinggal dalam kota agar dekat dengan Komisi Tiga Negara (KTN) sehingga kontak-kontak diplomatik dapat diadakan.

Page 37: Presentasi Sejarah

Tanggal 18 Desember 1948 pukul 23.30, siaran radio dari Jakarta menyebutkan, bahwa besok paginya Wakil Tinggi Mahkota Belanda, Dr. Beel, akan mengucapkan pidato yang penting. Sementara itu Jenderal Spoor yang telah berbulan-bulan mempersiapkan rencana pemusnahan TNI memberikan instruksi kepada seluruh tentara Belanda di Jawa dan Sumatera untuk memulai penyerangan terhadap kubu Republik. Operasi tersebut dinamakan "Operasi Kraai."

Pukul 2.00 pagi 1e para-compgnie (pasukan para I) KST di Andir memperoleh parasut mereka dan memulai memuat keenambelas pesawat transportasi, dan pukul 3.30 dilakukan briefing terakhir. Pukul 3.45 Mayor Jenderal Engles tiba di bandar udara Andir, diikuti oleh Jenderal Spoor 15 menit kemudian. Dia melakukan inspeksi dan mengucapkan pidato singkat. Pukul 4.20 pasukan elit KST di bawah pimpinan Kapten Eekhout naik ke pesawat dan pukul 4.30 pesawat Dakota pertama tinggal landas. Rute penerbangan ke arah timur menuju Maguwo diambil melalui Lautan Hindia. Pukul 6.25 mereka menerima berita dari para pilot pesawat pemburu, bahwa zona penerjunan telah dapat dipergunakan. Pukul 6.45 pasukan para mulai diterjunkan di Maguwo.

Page 38: Presentasi Sejarah

Seiring dengan penyerangan terhadap bandar udara Maguwo, pagi hari tanggal 19 Desember 198, WTM Beel berpidato di radio dan menyatakan, bahwa Belanda tidak lagi terikat dengan Persetujuan Renville. Penyerbuan terhadap semua wilayah Republik di Jawa dan Sumatera, termasuk serangan terhadap Ibukota RI, Yogyakarta, yang kemudian dikenal sebagai Agresi Militer Belanda II telah dimulai. Belanda konsisten dengan menamakan agresi militer ini sebagai "Aksi Polisional".

Penyerangan terhadap Ibukota Republik, diawali dengan pemboman atas lapangan terbang Maguwo, di pagi hari. Pukul 05.45 lapangan terbang Maguwo dihujani bom dan tembakan mitraliur oleh 5 pesawat Mustang dan 9 pesawat Kittyhawk. Pertahanan TNI di Maguwo hanya terdiri dari 150 orang pasukan pertahanan pangkalan udara dengan persenjataan yang sangat minim, yaitu beberapa senapan dan satu senapan anti pesawat 12,7. Senjata berat sedang dalam keadaan rusak. Pertahanan pangkalan hanya diperkuat dengan satu kompi TNI bersenjata lengkap. Pukul 06.45, 15 pesawat Dakota menerjunkan pasukan KST Belanda di atas Maguwo. Pertempuran merebut Maguwo hanya berlangsung sekitar 25 menit. Pukul 7.10 bandara Maguwo telah jatuh ke tangan pasukan Kapten Eekhout. Di pihak Republik tercatat 128 tentara tewas, sedangkan di pihak penyerang, tak satu pun jatuh korban

Page 39: Presentasi Sejarah

Sekitar pukul 9.00, seluruh 432 anggota pasukan KST telah mendarat di Maguwo, dan pukul 11.00, seluruh kekuatan Grup Tempur M sebanyak 2.600 orang –termasuk dua batalyon, 1.900 orang, dari Brigade T- beserta persenjataan beratnya di bawah pimpinan Kolonel D.R.A. van Langen telah terkumpul di Maguwo dan mulai bergerak ke Yogyakarta.

Serangan terhadap kota Yogyakarta juga dimulai dengan pemboman serta menerjunkan pasukan payung di kota. Di daerah-daerah lain di Jawa antara lain di Jawa Timur, dilaporkan bahwa penyerangan bahkan telah dilakukan sejak tanggal 18 Desember malam hari. Segera setelah mendengar berita bahwa tentara Belanda telah memulai serangannya, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan perintah kilat yang dibacakan di radio tanggal 19 Desember 1948 pukul 08.00.

Page 40: Presentasi Sejarah

10. Pemerintahan DaruratSoedirmandalam keadaan sakit melaporkan diri kepada

Presiden. Soedirman didampingi oleh Kolonel Simatupang, Komodor Suriadarma serta dr. Suwondo, dokter pribadinya. Kabinet mengadakan sidang dari pagi sampai siang hari. Karena merasa tidak diundang, Jenderal Soedirman dan para perwira TNI lainnya menunggu di luar ruang sidang. Setelah mempertimbangkan segala kemungkinan yang dapat terjadi, akhirnya Pemerintah Indonesia memutuskan untuk tidak meninggalkan Ibukota. Mengenai hal-hal yang dibahas serta keputusan yang diambil adalam sidang kabinet tanggal 19 Desember 1948. Berhubung Soedirman masih sakit, Presiden berusaha membujuk supaya tinggal dalam kota, tetapi Sudirman menolak. Simatupang mengatakan sebaiknya Presiden dan Wakil Presiden ikut bergerilya. Menteri Laoh mengatakan bahwa sekarang ternyata pasukan yang akan mengawal tidak ada. Jadi Presiden dan Wakil Presiden terpaksa tinggal dalam kota agar selalu dapat berhubungan dengan KTN sebagai wakil PBB. Setelah dipungut suara, hampir seluruh Menteri yang hadir mengatakan, Presiden dan Wakil Presiden tetap dalam kota.

Page 41: Presentasi Sejarah

Sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan oleh Dewan Siasat, yaitu basis pemerintahan sipil akan dibentuk di Sumatera, maka Presiden dan Wakil Presiden membuat surat kuasa yang ditujukan kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran yang sedang berada di Bukittinggi. Presiden dan Wakil Presiden mengirim kawat kepada Syafruddin Prawiranegara di Bukittinggi, bahwa ia diangkat sementara membentuk satu kabinet dan mengambil alih Pemerintah Pusat. Pemerintahan Syafruddin ini kemudian dikenal denganPemerintahan Darurat Republik Indonesia. Selain itu, untuk menjaga kemungkinan bahwa Syafruddin tidak berhasil membentuk pemerintahan di Sumatera, juga dibuat surat untuk Duta Besar RI untuk India, dr. Sudarsono, serta staf Kedutaan RI, L.N. Palar dan Menteri Keuangan Mr. A.A. Maramis yang sedang berada di New Delhi.

Page 42: Presentasi Sejarah

Empat Menteri yang ada di Jawa namun sedang berada di luar Yogyakarta sehingga tidak ikut tertangkap adalah Menteri Dalam Negeri, dr. Sukiman, Menteri Persediaan Makanan,Mr. I.J. Kasimo, Menteri Pembangunan dan Pemuda, Supeno, dan Menteri Kehakiman, Mr. Susanto. Mereka belum mengetahui mengenai Sidang Kabinet pada 19 Desember 1948, yang memutuskan pemberian mandat kepada Mr. Syafrudin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat di Bukittinggi, dan apabila ini tidak dapat dilaksanakan, agar dr. Sudarsono, Mr. Maramis dan L.N. Palar membentuk Exile Government of Republic Indonesia di New Delhi, India.

Pada 21 Desember 1948, keempat Menteri tersebut mengadakan rapat dan hasilnya disampaikan kepada seluruh Gubernur Militer I, II dan III, seluruh Gubernur sipil dan Residen di Jawa, bahwa Pemerintah Pusat diserahkan kepada 3 orang Menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Kehakiman, Menteri Perhubungan.

Page 43: Presentasi Sejarah

Pada pukul 07.00 WIB tanggal 22 Desember 1948 Kolonel D.R.A. van Langen memerintahkan para pemimpin republik untuk berangkat ke Pelabuhan Udara Yogyakarta untuk diterbangkan tanpa tujuan yang jelas. Selama di perjalanan dengan menggunakan pesawat pembom B-25 milik angkatan udara Belanda, tidak satupun yang tahu arah tujuan pesawat, pilot mengetahui arah setelah membuka surat perintah di dalam pesawat, akan tetapi tidak disampaikan kepada para pemimpin republik. Setelah mendarat di Pelabuhan Udara Kampung Dul Pangkalpinang (sekarang Bandara Depati Amir) para pemimpin republik baru mengetahui, bahwa mereka diasingkan ke Pulau Bangka, akan tetapi rombongan Presiden Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim terus diterbangkan lagi menuju Medan, Sumatera Utara, untuk kemudian diasingkan ke Brastagi dan Parapat, sementara Drs. Moh. Hatta (Wakil Presiden), RS. Soerjadarma (Kepala Staf Angkatan Udara), MR. Assaat (Ketua KNIP) dan MR. AG. Pringgodigdo (Sekretaris Negara) diturunkan di pelabuhan udara Kampung Dul Pangkalpinang dan terus dibawa ke Bukit Menumbing Mentok dengan dikawal truk bermuatan tentara Belanda dan berada dalam pengawalan pasukan khusus Belanda.

Page 44: Presentasi Sejarah

Setelah itu Soedirman meninggalkan Yogyakarta untuk memimpin gerilya dari luar kota. Perjalanan bergerilya selama delapan bulan ditempuh kurang lebih 1000 km di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur. Tidak jarang Soedirman harus ditandu atau digendong karena dalam keadaan sakit keras. Setelah berpindah-pindah dari beberapa desa rombongan Soedirman kembali ke Yogyakarta pada tanggal 10 Juli 1949.

Kolonel A.H. Nasution, selaku Panglima Tentara dan Teritorium Jawa menyusun rencana pertahanan rakyat Totaliter yang kemudian dikenal sebagai Perintah Siasat No 1 Salah satu pokok isinya ialah : Tugas pasukan-pasukan yang berasal dari daerah-daerah federal adalah berwingate (menyusup ke belakang garis musuh) dan membentuk kantong-kantong gerilya sehingga seluruh Pulau Jawa akan menjadi medan gerilya yang luas.

Salah satu pasukan yang harus melakukan wingate adalah pasukan Siliwangi. Pada tanggal 19 Desember 1948 bergeraklah pasukan Siliwangi dari Jawa Tengah menuju daerah-daerah kantong yang telah ditetapkan di Jawa Barat. Perjalanan ini dikenal dengan nama Long March Siliwangi. Perjalanan yang jauh, menyeberangi sungai, mendaki gunung, menuruni lembah, melawan rasa lapar dan letih dibayangi bahaya serangan musuh. Sesampainya di Jawa Barat mereka terpaksa pula menghadapi gerombolan DI/TII.

Page 45: Presentasi Sejarah
Page 46: Presentasi Sejarah

Sekian Presentasi Sejarah dari kelompok

2

Terima Kasih Atas Perhatiannya