presentasi perskons

22
Politik Hukum Pengelolaan Migas Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor36/PUU/2012 Tentang Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 )

Upload: tubagus-siswadi-wijaksana

Post on 20-Dec-2015

5 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

perskon

TRANSCRIPT

Politik Hukum Pengelolaan Migas Dalam Mewujudkan Negara Kesejahteraan (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor36/PUU/2012 Tentang Permohonan Pengujian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001)

Latar Belakang

Rumusan Masalah:1. Bagaimana politik hukum pengelolaan

migas sebelum dan setelah di berlakukannya Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU/2012 mengenai pengujian Undang-Undang Migas Nomor 22 Tahun 2001 dalam mencapai Negara kesejahteraan?

2. Bagaimana Implementasi dari Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 36/PUU/2012 mengenai pengujian Undang-Undang Migas Nomor 22 Tahun 2001?

1. Mengabulkan permohonan para Pemohon untuk sebagian

2

.

M

e

n

o

l

a

k

p

e

r

m

o

h

o

n

a

n

p

a

r

a

P

e

m

o

h

o

n

u

n

t

u

k

s

e

l

a

i

n

d

a

n

s

e

l

e

b

i

h

n

y

a

3. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesiasebagaimana mestinya

Terkait Pasal 1 angka 23, Pasal 4 ayat (3), Pasal 41 ayat (2), Pasal 44, Pasal 45, Pasal 48 ayat (1), Pasal 59 huruf a, Pasal 61, dan Pasal 63, serta Frasa “dengan Badan Pelaksana” dalam Pasal 11 ayat (1), frasa “melalui Badan Pelaksana” dalam Pasal 20 ayat (3), frasa “berdasarkan pertimbangan dari Badan Pelaksana dan” dalam Pasal 21 ayat (1), frasa “Badan Pelaksana dan” dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001, Seluruh hal yang berkait dengan Badan Pelaksana dalam Penjelasan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001

Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945.

Tidak mempunyai kekuatan hukum menggikat.

Fungsi dan tugas Badan Pelaksana Minyak dan Gas Bumi dilaksanakan oleh Pemerintah, c.q. Kementerian terkait, sampai diundangkannya Undang-Undang yang baru yang mengatur hal tersebut

Mahkamah Konstitusi sebagai Negative Legislator (Pengubah dan Penghapus Norma) bukan sebagai Positive Legislator maka dibutuhkan implementasi yang akan dilaksanakan oleh addresat putusan MK yakni DPR dan Pemerintah.

: “The annulment of a law is legislative function, an act so to speak of negative legislation. A court which is competent to abolish laws individually or generally functions as a negative legislator”.Hans Kelsen

Terdapat 2 (dua) hal penting yang menjadi pendapat Mahkamah yang juga menjadilandasan pertimbangan:

Kontrak Kerja Sama (KKS) yang telah ditandatangani antara eks BP Migas dan Badan Usaha atau Bentuk Usaha Tetap, harus tetap berlaku sampai masa berlakunya berakhir atau pada masa lain sesuai dengan kesepakatan.

Untuk mengisi kekosongan hukum karena tidak adanya lagi BP Migas, menurut MK, (sampai terbentuknya aturan yang baru) fungsi dan tugas BP Migas harus dilaksanakan oleh Pemerintah selaku pemegang kuasa pertambangan c.q. Kementerian yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam bidang Migas.  Segala hak serta kewenangan BP Migas dalam KKS setelah putusan MK, dilaksanakan oleh Pemerintah atau BUMN yang ditetapkan oleh Pemerintah.

 

Kepmen No

3135/k/08/MPF/201

3

PerPres Nomor 95

Tahun 2012

3 Poin Penting Perpres Nomor 95 Tahun 2013

Segala kontrak dengan K3S tetap berlaku sampai dengan masa berlakunya kontrak

Seluruh proses pengelolaan yang sedang dilakukan oleh BPMIGAS dilanjutkan oleh MESDM. 

Pepres dan Permen yang telah disebutkan diatas mengakibatkan BP migas dibawah Kementerian ESDM sehingga kedudukan pelaksanaan dan kontrak Migas ditangan pemerintah

kedudukan pelaksanaan dan kontrak

Sebelum:Business to business

(B to B),

Sesudah:Business to

government ( B to G)

Pembentukan SKK Migas oleh Pemerintah itu pun, sifatnya juga sementara, masih diperlukannya kepastian hukum yang menjamin pelaksanaan migas bagi pemerintah, rakyat Indonesia dan pihak lain yang bersakutan, sampai adanya aturan yang baru atau revisi UU Migas dari DPR

Kesimpulan Politik hukum mengenai pengelolaan migas

tercantum dalam bab XIV UUD 1945 tentang “ perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial”, khususnya Pasal 33 ayat (2) dan (3), yang menetapkan bahwa cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai negara, dan bumi, air dan kekayaan alam yang yang terkandung didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat

Putusan MK yang menyatakan BP Migas Inskontitusional, megakibatkan BP Migas Bubar.

Pembentukkan SKK Migas Melalui Perpers dan Kepres Tidak Serta merta menyelesaikan masalah

Saran:Politik hukum pengelolaan Migas harus

sesuai dengan semangat dan jiwa Pasal 33 UUD 1945 dengan asas hak menguasai Negara agar terciptanya Negara kesejahteraan

Pemerintah segera merumuskan Revisi Undang-Undang Migas, diharapkan pemerintah tidak hanya merubah kebijakkan kontrak-kontrak tetapi juga manajemen pengelolaan yang lebih baik dengan dasar tujuan untuk kemakmuran rakyat.

Permasalahan kontrak migas haruslah dibuat dalam bentuk business to business (B to B), bukan business to government ( B to G)

TERIMA KASIH