presentasi alih dan campur kode plus movie

18

Click here to load reader

Upload: prabu-nibras-syaria-alfahri

Post on 09-Aug-2015

247 views

Category:

Documents


32 download

TRANSCRIPT

PENGGUNAAN ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM MASYARAKAT MULTILINGUAL Anisah (127062590..) Rochana Purba Nurfauzi (12706259034)

A. B. C. D.

Materi: Pengertian Alih Kode dan Campur Kode Faktor-Faktor yang mempengaruhi Alih Kode dan Campur Kode Fungsi dan tujuan penggunaan Alih Kode dan Campur Kode Penutup

Penggunaan dua bahasa dan juga pertemuan dua budaya atau lebih, mengakibatkan seorang penutur menggunakan dua bahasa, disadari atau tidak.

Di dalam masyarakat bilingual/multilingual pemakaian dua atau lebih bahasa atau variasi bahasa secara bergantian oleh penutur yang sama kerap terjadi, baik itu disadari ataupun tidak oleh mereka. Kontak yang intensif antara dua bahasa atau lebih di dalam situasi yang bilingual/multilingual seperti dalam masyarakat Indonesia cenderung mengakibatkan timbulnya gejala alih kode (codeswitching), campur kode (code-mixing), dan interferensi (interference).

Dengan kata lain, ketiga gejala tersebut merupakan gejala yang lazim terjadi sebagai produk bilingualisme/ multilingualisme. Pada pertemuan ini, kami akan membahas penggunaan alih kode dan campur kode.

A. Pengertian Alih Kode dan Campur Kode

1. Alih KodeBerikut pendapat para ahli mengenai alih kode: Kridalaksana (1982: 7) alih kode adalah penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain. Nababan (1991: 31) menyatakan bahwa konsep alih kode ini mencakup juga kejadian pada waktu kita beralih dari satu ragam bahasa yang satu, misalnya ragam formal ke ragam lain, misalnya penggunaan kromo inggil (bahasa jawa) ke tutur yang lebih rendah, misalnya, bahasa ngoko, dan sebagainya. Holmes (2001:35) menegaskan bahwa suatu alih kode mencerminkan dimensi jarak sosial, hubungan status, atau tingkat formalitas interaksi para penutur.

Suwito (1985) membagi alih kode menjadi dua, yaitu: 1. Alih kode ekstern, terjadi antara bahasa asli dengan bahasa asing, seperti dari bahasa Indonesia beralih ke bahasa Inggris, Bahasa Arab ke bahasa Indonesia atau sebaliknya. 2. Alih kode intern, terjadi antar bahasa-bahasa daerah dalam satu bahasa nasional (bila alih kode berupa varian), seperti dari bahasa Jawa ngoko menjadi Krama.

Ronald Wardhaugh (1986) 102-103: Ada dua jenis alih kode, yaitu: 1. situational code-switching: occurs when the languages used change according to the situations in which the conversants find themselves: they speak one language in one situation and another in a different one. no topic change is involved. 2. Metaphorical Code-Switching : when a change of topic requires a change in the language used. Some topics may be discussed in either code, but the choice of code adds a distinct flavor to what is said about the topic. the choice encodes certain social values. code-mixing occurs when conversant use both language together to the extent that they change from one language to the other in the course of a single utterance.

Thomason (2004:132): Code Switching is the use of material from two (or more) languages by a single speaker in the same conversation. By implication, the same conversation means that all the other participants also speak, or at least understand, both (or all) the languages. The general topic is sometimes subdivided into two categories, 1. code switching-intersentential switching, which is switching from one language to another at a sentence boundary- and code-mixing or 2. intrasentential switching, in which the switch comes within a single sentence. These two categories are used in many sociolinguistics analyses of switching.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alih kode merupakan gejala peralihan dari satu kode ke kode yang lain dalam suatu peristiwa tutur pemakaian bahasa karena perubahan peran dan situasi.

Alih kode menunjukkan adanya saling ketergantungan antara fungsi kontekstual dan situasional yang relevan dalam pemakaian dua bahasa atau lebih.

back

2. Campur Kode Berikut pendapat para ahli mengenai campur kode:

Kridalaksana (1982; 32) campur kode atau interferensi adalah penggunaan satuan bahasa dari suatu bahasa ke bahasa lain untuk memperluas gaya bahasa atau ragam bahasa; termasuk di dalamnya pemakaian kata, klausa, idiom, sapaan, dan sebagainya.

Nababan (1989:32) campur kode: suatu keadaan berbahasa bilamana orang mencampurkan dua (atau lebih) bahasa atau ragam bahasa dalam situasi berbahasa yang menuntut percampuran bahasa itu.

Campur kode dapat juga dikatakan sebagai alih kode yang berlangsung cepat dalam masyarakat multilinguistik (Holmes, 2001:42).

Campur kode dapat di bagi menjadi dua macam, yaitu campur kode ke dalam (innercode-mixing), yaitu campur kode yang berasal dari bahasa asli dengan segala variasinya, dan campur kode ke luar (outer code-mixing), campur kode yang berasal dari bahasa asing. Semua info penting yang kudu lo tau soal metal bisa lo dapat. Wah, saya isin kalau pergi ke tempat itu. Saya mau download lagu-lagu barat. Upload demo musik kamu atau kirim langsung ke panitia

Latar belakang terjadinya campur kode dapat digolongkan menjadi dua, yaitu sikap (attitudinal type) yang merupakan latar belakang sikap penutur, dan kebahasaan (linguistik type), yaitu latar belakang keterbatasan bahasa, sehingga ada identifikasi peranan, ragam dan keinginan untuk menjelaskan atau menafsirkan. Dengan demikian, campur kode terjadi karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur, bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Campur kode (code-mixing) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya.

Beberapa ujud campur kode (Suwito,1985: 78-80): a. Penyisipan unsur berujud kata Mangka sering kali sok kata-kata seolah-olah bahasa daerah itu kurang penting. (Padahal sering kali ada kata-kata seolah-olah bahasa daerah itu kurang penting) Padahal sering kali ada anggapan bahwa bahasa daerah itu kurang pentingb. Penyisipan unsur berujud frasa Nah karena saya sudah kadhung apik sama dia ya tak teken. (Nah karena saya sudah terlanjur baik dengan dia, ya saya tanda tangan). Nah karena saya sudah benar-benar baik dengan dia, maka saya tanda tangani.

c. Penyisipan unsur berujud klausa Mau apa lagi, ik heb toch iets gedaan (saya toh sudah berusaha) Pemimpin yang bijaksana akan selalu bertindak ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (di depan memberi teladan, di tengah mendorong semangat, di belakang mengawasi). d. Penyisipan unsur berujud baster Banyak klap malam yang harus ditutup. Hendaknya segera diadakan hutanisasi kembali. e. Penyisipan unsur pengulangan kata Sudah waktunya kita menghindari backing-backingan, dan klikklikan. f. Penyisipan unsur-unsur yang berujud ungkapan atau idiom Pada waktu ini, hendaknya kita hindari cara kerja alon-alon asal kelakon.

back

B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Alih Kode dan Campur Kode

Baik alih kode maupun campur kode dilakukan oleh penutur bilingual maupun multilingual dengan tujuan utama agar makna pesan dalam komunikasi dapat diterima dengan lebih efektif. Hymes mengemukakan menyingkatnya menjadi yaitu SPEAKING 16 komponen sebuah istilah tutur yang kemudian dalam bahasa Inggris

Berdasarkan pendapat Hymes tersebut, maka dapat dikaji bahwa dalam suatu peristiwa tutur, alih kode dan campur kode terjadi karena beberapa faktor yaitu (1) penutur dan pribadi penutur, (2) mitra penutur, (3) hadirnya penutur ketiga, (4) tempat dan waktu tuturan berlangsung, (5) modus pembicaraan, dan (6) topik pembicaraan.

back

C. Fungsi dan Tujuan Penggunaan Alih Kode dan Campur Kode 1. mengakrabkan suasana, pada saat baru bertemu: Penutur I : Sudah lama di Jakarta, Pak? Penutur II : Lama juga, dari sejak kuliah. Penutur I : Dulu SMA-nya memang di mana? Penutur II : Di Bone. Penutur I : Si kampong ki tu Penutur II : Tega ki monro komai? Penutur I : Ko ka di Jatinegara mabbola. pada kegiatan semi formal; exp. kegiatan ceramah agama: Penceramah : Bapak ibu para jamaah pengajian yang berbahagia, inkang kulo hormati, Gusti Alloh senantiasa membuka pintu tobat bagi hambanya yang mau bertaubat segala amalan yang kita buat teng dunya nikisewiji jarakpun akan dicatat oleh Gusti Alloh. ~ ingkang kulo = yang saya ~ teng dunya niki = di dunia ini ~ sewiji = sebiji

2. menghormati lawan bicara, Bupati : Berapa anaknya pak ? Warga : Lare kulo wonten sekawan pak. (AnakkuAda empat , Pak) Bupati : Sekolah semua? Warga : Alhamdulliah, kalih sekolah wonten SD, setunggal wonten SMP, ingkang paling ageng sampun wonten SMA. (Alhamdullah, Pak, dua sekolah di SD, satu di SMP, yang besar di SMA) 3. meyakinkan topik pembicaraan, Penceramah : Jamaah yang dirahmati Allah, setiap manusia selalu diberi ujian oleh Allah, hanya dengan kesabaran kita dapat mengatasi segala ujian. Allah sangat menyukai orang-orang yang dapat menjaga kesabarannya, Innallaha maashobirin.

4. Menyajikan humor untuk menghibur. Ketoprak humor yang pernah ditayangkan di salah satu stasiun televisi swasta, dan sangat populer di jamannya merupakan salah satu contoh multilingualisme dalam bahasa, dimana para pemainnya menggunakan dua bahasa dalam percakapannya. Disadari atau tidak, mereka telah melakukan alih bahasa dan campur kode.

5. Menimbulkan gaya atau gengsi penutur. Dont Worry, nggak perlu ada yang dipermasalahkan, everything gonna be ok kho! Aku udah coba buat jalan bareng, tapi ngga ketemu chemestrynya saat ini. Buat sekarang timing-nya ngga pas, well see nanti.

back

D. Penutup

Fungsi dan tujuan penggunaan alih kode dan campur kode yang dipaparkan di muka barulah sebagian. Sebuah penelitian/kajian sosiolinguistik yang lebih khusus, dapat memberikan gambaran lebih banyak tentang berbagai fungsi dan tujuan alih kode dan campur kode, serta berbagai implikatur lainnya yang terkandung dalam sebuah peristiwa tutur.

back

DAFTAR RUJUKAN Alwasilah, Chaedar.1985. Sosiologi Bahasa. Bandung : Angkasa.` Holmes, Janet, 2001. An Introduction to Sociolinguistics. 2nd ed. Edinburgh. Person Education Limited Kridalaksana, Harimurti. 1982. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung : Angkasa Nababan, P.W.J. 1986. Sosiolinguistik : Suatu Pengantar. Jakarta : Gramedia. Sumarsono dan Paina Pariana, 2007. Sosiolinguistik. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Suwito, 1985, Sosiolinguistik, Pengantar Awal.Surakarta: Henry Offset. Thomason, Sarah G, (2004) Language Contact, Edinburgh, Edinburgh University Press Ltd. Wardhaugh, R. (1986), An Introduction to Sociolinguistics, New York, Basil Blackwell Ltd.