presentase tugas manajemen (habibullah hsb 8146132040)
TRANSCRIPT
Administrasi dalam arti sempit yaitu dari kata
administratie (bahasa Belanda), yang meliputi
kegiatan ; catat-mencatat, surat-menyurat,
pembukuan ringan, ketik-mengetik, agenda,
dan sebagainya yang bersifat teknis
ketatausahaan. Jadi Tata Usaha adalah bagian
kecil kegiatan daripada administarsi yang akan
dipelajari.
*
Administrsi dalam arti luas dari kata administration (bahasa,
Inggris), di bawah ini akan dikemukakan beberapa pendapat arti
atau definisi dari pada administrasi dalam arti luas, yaitu :
Menurut Leonard D. White, Administrasi adalah suatu proses yang
pada umumnya terdapat pada semua usaha kelompok, negara
atau swasta, sipil atau militer, usaha yang besar atau kecil, dan
sebagainya.
H. A. Simon, dkk, Administrasi sebagai kegiatan dari pada
kelomopk yang mengadakan kerjasama untuk menyelesaikan
tujuan bersama.
William H. Newman, Administrasi didefinisikan sebagai
bimbingan, kepemimpinan dan pengawasan daripada usaha-usaha
kelompok individu-individu terhadap tercapainya tujuan
bersama.
Sementara itu Mamduh mendefinisikan Manajemensebagai “sebuah proses merencanakan, mengorganisir, mengarahkan, dan mengendalikankegiatan untuk mencapai tujuan organisasi denganmenggunakan sumberdaya organisasi”
Definisi tersebut mencakup beberapa kata / pengertian kunci, yaitu : Proses yang merupakankegiatan yang direncanakan; Kegiatanmerencanakan, mengorganisir, mengarahkan, danmengendalikan yang sering disebut sebagai fungsimanajemen.
*
*Diantara definisi yang diberikan para ahli manajemen tersebut adalah sebagai berikut:
*Stoner & Wankel: manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses penggunaan sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.
*Terry: Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, meng-organisasikan, menggerakkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
*Oei Liang Lee: Manajemen adalah ilmu dan seni merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengkoordinasikan serta mengawasi tenaga manusia dengan bantuan alat-alat untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Persamaan tersebut menurut M.F. Dimock dalam bukunya Public
Administration, mengemukakan dua kata yang saling kait mengait.
beliau memberikan definisi administrasi sebagai
berikut. “Administration (or management) is a planned approach to
the solving ofall kinds of problems in almost every individual or
group activity both publics or private”. (Administrasi atau
manajemen adalah suatu pendekatan rencana terhadap
pemecahan/semua macam masalah yang kebanyakan terdapat pada
setiap individu atau kelompok, baik negara atau swasta).
Perbedaan tersebut menurut Dalton B. Me. Farland dalam bukunya
Management membedakan administrasi dengan manajemen sebagai
berikut. “Administration refers to the determination of major aims
and policies, where as management refers to the carrying out of
operation designed to accomplish the aims and effective
policies”. (Administrasi ditunjukkan terhadap penentuan tujuan
pokok dan kebijakannya, sedangkan manajemen ditunjukkan
terhadap pelaksanaan kegiatan dengan maksud
menyelesaikan/mencapai tujuan dan pelaksanaan kebijakan yang
telah diambil).
*
Menurut Panglaykim dan Tanzil (1986: 34), jika manajemen
menetapkan kebijaksanan yang harus dituruti, maka
administrasi yang menyelenggarakannya
(Administrasi atau manajemen adalah suatu pendekatan
rencana terhadap pemecahan/semua macam masalah yang
kebanyakan terdapat pada setiap individu atau kelompok,
baik negara atau swasta) Dari definisi di atas jelas bahwa
antara administrasi dengan manajemen tidak ada
perbedaan, namun disamakan
Berdasarkan dua pengertian yang
membedakan administrasi dan
manajemen di atas, maka untuk
memperjelas diberikan contoh
sebagaimana dianut dalam Tata Negara
Republik Indonesia. MPR sebagai penentu
kebijaksanaan dan Garis-garis Besar
Haluan Negara yang berlaku dalam
periode 5 tahunan merupakan
administrasi, sedangkan pemerintah di
bawah pimpinan presiden yang
melaksanakan. Merealisasikan
kebijaksanaan dan GBHN yang ditetapkan
oleh administrasi merupakan manajemen
Model Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) ini adalah suatu idedimana kekuasaan pengambilan keputusan yang berkaitandengan pendidikan diletakkan pada tempat yang paling dekatdengan proses belajar mengajar, yakni sekolah.
Dalam pelaksanaan MBS tersirat adanya tugas sekolahuntuk meningkatkan mutu pendidikan menggunakanstrategi yang lebih memberdayakan semua potensisekolah secara optimal.
Sisi kelebihan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah sekolah memiliki kekuasaan, antara lain :
(1) mengambil keputusan berkaitan denganpengelolaan kurikulum
(2) keputusan berkaitan dengan rekruitmen danpengelolaan guru dan pegawai administrasi
(3) keputusan berkaitan dengan pengelolaan sekolah
*
* Pendekatan proses, dikenal pula sebagai pendekatan tradisional atau klasik.
Pendekatan peoses berlandaskan pada penelitian dan percobaan.
* Pendekatan sistem, mengutamakn adanya berbagai faktor yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi sebagai suatu kebulatan.
* Pendekatan pengalaman, menekankan pentingnya peranan pelaku dalam memperoleh
pengalaman dari kerjanya.
* Pendekatan hubungan kerja kemanusiaan, melandasi konsepnya bahwa dalam setiap
rangkaian kegiatan penataan kerja sama sekelompok orang pasti melibatkan hubungan
antar pelakunya.
* Pendekatan pembuatan putusan, menekankan pentingnya peranan keputusan yang
rasional.
* Pendekatan formal, dilandasi pemikiran bahwa setiap pelaku bekerja sesuai dengan
tugasnya yang telah ditentukan.
* Pendekatan spontanitasi, menekankan pentingnya peranan kegiatan informal.
* Pendekatan partisipasi, menghargai berbagai bakat,kemahiran,gagasan,kemampuan
dan pengetahuan dari para pelaku penataan kerja sama.
* Pendekatan tantangan dan tanggapan, dalam rangkaian penataan kerja sama para
pelaku akan bekerja secara baik apabila diberi alasan melalui berbagai tantangan dan
kebebasan.
*Pendekatan pengarahan, dalam rangkaian kegiatan penataan kerja
sama para bawahan menginginkan petunjuk,bimbingan, dan
penjelasan apa yang harus dilakukan.
*Pendekatan kontrol dan keseimbangan, didasari pemikiran bahwa
penyimpangan, kesalahan, dan penyalahgunaan wewenang yang
timbul dalam rangkaian kegiatan penataan kerja sama sekelompok
orang disebabkan oleh tiadanya kegiatan yang bersifat membatasi
perilaku.
*Pendekatan sistem sosial, memandang administrasi sebagai rangkaian
kegiatan penataan yang timbul dalam suatu organisasi yang
merupakan sistem sosial yang kompleks sehingga diperlukan
penelaahan masalah antar hubungan kebudayaan, proses
pembentukan kelompok, peranan individu ,status, tradisi, dan adat
istiadat.
*dan Pendekatan matematis. disebut pula dengan pendekatan
kuantitatif. Pendekatan ini dilandasi oleh pemikiran bahwa barbagai
asas dalam administrasi merupakan pola-pola rasional yang logis.
*
A. STRATEGI DAN PENDEKATAN TQM
PENGERTIAN TQM
Total Quality Management (TQM) dapat didefinisikan
dari tiga kata yang dimilikinya yaitu: Total
(keseluruhan), Quality (kualitas, derajat/tingkat
keunggulan barang atau jasa), Management (tindakan,
seni, cara menghendel, pengendalian, pengarahan).
Dari ketiga kata yang dimilikinya, definisi TQM adalah:
“sistem manajemen yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan (customer satisfaction) dengan kegiatan
yang diupayakan benar sekali (right first time),
melalui perbaikan berkesinambungan (continous
improvement) dan memotivasi karyawan “ (Kid
Sadgrove, 1995)[ 12
Dalam TQM / MMT, sekolah dipahami sebagai Unit Layanan
Jasa, yakni pelayanan pembelajaran.
Sebagai unit layanan jasa, maka yang dilayani sekolah
(pelanggan sekolah ) adalah:
1. Pelanggan internal : guru, pustakawan, laboran, teknisi dan
tenaga administrasi,
2. Pelanggan eksternal terdiri atas :
1) Pelanggan primer (siswa),
2) Pelanggan sekunder (orang tua, pemerintah dan masyarakat),
3) Pelanggan tertier (pemakai/penerima lulusan baik diperguruan
tinggi maupun dunia usaha).
13
DIMENSI KUALITAS JASA PENDIDIKAN ( Menurut Maxwell )
1. Akses yang berhubungan dengan kemudahan mendapatkan jasapendidikan yang diperoleh di tempat yang mudah dijangkau padawaktu yang tepat dan nyaman.
2. Kecocokan dengan timgkat kebutuhan pelanggan, yaitukecocokan akan profil tingkat pendidikan populasi dan kelompokyang membutuhkannya.
3. Efektivitas yang berhubungan dengan adanya kemampuanpenyaji jasa pendidikan (staf pengajar) untuk melayani ataumenciptakan hasil yang diinginkan.
4. Ekuitas yang berhubungan dengan distribusi sumber-sumberpelayanan lembaga pendidikan yang adil dalam suatu sistem yangdidukung secara umum.
5. Diterima secara social yang berhubungan dengan kondisilingkungan, komunikasi dan kebebasan, atau keleluasaan pribadi.
6. Efesiensi dan ekonomis yang mengacu kepada pengertian layananterbaik untuk besarnya biaya yang tepat.
14
Dalam TQM / MMT (Manajemen Mutu Terpadu) keberhasilan sekolahdiukur dari tingkat kepuasan pelanggan, baik internal maupuneksternal. Sekolah dikatakan berhasil jika mampu memberikanpelayanan sama atau melebihi harapan pelanggan. Dilihat jenispelanggannya, maka sekolah dikatakan berhasil jika :
1. Siswa puas dengan layanan sekolah, antara lain puas denganpelajaran yang diterima, puas dengan perlakuan oleh gurumaupun pimpinan, puas dengan fasilitas yang disediakan sekolah.Pendek kata, siswa menikmati situasi sekolah.
2. Orang tua siswa puas dengan layanan terhadap anaknya maupunlayanan kepada orang tua, misalnya puas karena menerimalaporan periodik tentang perkembangan siswa maupun program-program sekolah.
3. Pihak pemakai/penerima lulusan (perguruan tinggi, industri,masyarakat) puas karena menerima lulusan dengan kualitassesuai harapan.
4. Guru dan karyawan puas dengan pelayanan sekolah, misalnyapembagian kerja, hubungan antarguru/karyawan/pimpinan,gaji/honorarium, dan sebagainya. (Panduan Manajemen Sekolah,2000:193).[14]
15
PENDEKATAN KUALITAS LAYANAN JASA PENDIDIKAN
*Terdapat dua pendekatan untuk memberikan pelayanan
yang bermutu kepada pengguna jasa pendidikan, yaitu
sebagai berikut.
1. Pendekatan Segitiga Layanan (triangle Service)
Merupakan suatu model interaktif manajemen layanan
yang mencerminkan hubungan antara lembaga
pendidikan dengan para pengguna jasa pendidikan
(siswa/mahasiswa). Model tersebut terdiri dari 3
elemen, yaitu :
a) Strategi Layanan (Service Layanan)
Suatu strategi untuk memberikan layanan dengan
mutu yang sebaik-baiknya kepada para pengguna jasa.
Strategi layanan yang efektif harus didasari oleh
konsep atau misi yang dapat dengan mudah
dimengerti oleh seluruh individu dalam lembaga
pendidikan.
16
b) Sumber Daya Manusia yang Memberikan Pelayanan (people)
Dalam hal ini ada tiga kelompok SDM yang memberikan layanan, yaitu SDM kelompok pertama adalah staf pengajar (guru, dosen) yang berhadapan secara langsung dengan pelanggan dalam prosespembelajaran. Kelompok SDM kedua adalah mereka yang menyiapkan sarana proses pembelajaran (alat untukmempelancar proses pembelajaran) dan kelompok SDM ketigaadalah penjaga keamanan sekolah. Tergolong dalam kelompokmanapun, SDM tetap diperlukan untuk memusatkan perhatianpada para pelanggan dengan cara mengetahui siapa pelangganlembaga pendidikan tersebut, apa saja kebuthan para pelanggan, dan mencari tahu bagaimana cara memenuhi/memuaskankebutuhannya.
c) Sistem Layanan (service system)
Prosedur atau tata cara untuk memberikan layanan kepada parapelanggan yang melibatkan seluruh fasilitas fisik yang dimilikidan sumber daya manusia yang ada. Sistem ini harus layananyang efektif adalah kemudahan untuk memberikan layanandengan sistem yang hampir tidak kelihatan oleh pelanggan.
17
2. Pendekatan Total Quality Service (TQS)
*Total quality service atau layanan mutu terpadu adalah suatukeadaan ketika sebuah lembaga pendidikan memiliki kemampuanuntuk memberikan pelayanan bermutu kepada para pelangganmaupun pemilik lembaga pendidikan (pemerintah atau yayasan) san pegawainya. TQS ini memiliki 5 elemen yang saling terkait satusama lain, yaitu :
a) Riset Pasar dan Pelanggan (market and customer research)
Riset pasar adalah kegiatan penelitian terhadap struktur dandinamika pasar tempat lembaga pendidikan berada yang meliputiidentifikasi segmen pasar, analisis demografis, dan analisis kekuatanyang ada di dalam pasar itu sendiri.
b) Perumusan Strategi (strategy formulation)
Suatu proses perancangan strategi untuk mempertahankanpelanggan yang ada dan meraih pelanggan baru.c) Pendidikan, Pelatihan, dan Komunikasi (education, traningand communication)
Pendidikan dan pelatihan sangat penting dalam pengembangandan peningkatan mutu layanan (pengetahuan dan kemampuan) sumber daya manusia agar mereka mampu memberikan layananyang bermutu kepada para pelanggannya. Adapun komunikasiberperan dalam mendistribusikan informasi kepada setiap individuyang terlibat dalam lembaga pendidikan.
18
*d) Penyempurnaan Proses (process improvement)
*Penyempurnaan proses merupakan berbagai usaha di setiap hierarki
manajemen pendidikan untuk secara berkesinambungan
menyempurnakan proses pemberi layanan dan secara aktif
memberikan cara baru dalam memperbaiki layanan.
e) Penilaian, Pengukuran, dan Umpan balik (assessment,
measurement, and feedback)
Penilaian, pengukuran, dan umpan balik berperan dalam
menginformasikan kepada penyaji jasa pendidikan seberapa jauh
mereka mampu memenuhi keinginan dan harapan pelanggannya.
Hasil penilaian kinerja dan umpan balik dapat dijadikan dasar untuk
memberikan balas jasa kepada merka, serta memberikan isyarat
kepada lembaga pendidikan tentang apa yang masih harus
diperbaiki, kapan diperbaiki, dan bagaimana cara memperbaikinya.
19
Strategi Peningkatan Mutu Layanan Pendidikan.
1. Fokus pada Pengguna Jasa Pendidikan (Pelanggan)
Kepuasan pengguna jasa pendidikan merupakan factor yang
sangat penting dalam TQM. Oleh sebab itu, identifikasi
pengguna jasa pendidikan dan kebutuhan mereka
merupakan aspek yang krusial. Adapun langkah pertama
TQM adalah memandang siswa/mahasiswa sebagai
pelanggan yang harus dilayani dengan baik.
20
2. Kepemimpinan
Kesadaran akan kualitas dalam lembaga pendidikan tergantung kepadafaktor intangibles, terutama sikap manajemen tingkat atas (pimpinanlembaga pendidikan dasar menengah, kepala sekolah, dan pemimpinperguruan tinggi/rektorat) terhadap kualitas jasa pendidikan. Pencapaian tingkat kualitas bukan hasil penerapan jangka pendek untukmeningkatkan daya saing, melainkan melalui implementasi TQM yang mensyaratkan kepemimpinan yang kontinyu.[17] Dewan sekolah, pengawas dan administrator berperan dalam memfokuskan danmemberi arahan pada wilayah dan sekolah. Merekalah yang memilikivisi masa depan, dan mereka jugalah yang berkemampuan mengajakpara guru dan staf untuk mau menerima visi itu sebagai miliknya. Inimengacu pada tanggung jawab bersam. Para guru dan staf memilikikomitmen untuk mewujudkan visi tersebut.[18] Pemimpin perlumemiliki karakteristik pribadi yang mencakup dorongan, motivasi untukmemimpin, kejujuran dan integritas, kepercayaan diri, inisiatif, krativitas/originalitas, adaptabilitas/fleksibikitas, kemampuan kognitif, serta pengetahuan dan charisma. Kualitas manajerial pimpinan harusdapat memberikan inspirasi pada semua jajaran manajemen agar mampu memperagakan kualitas kepemimpinan yang sama, yang diperlukan untuk mengembangkan budaya TQM. Oleh sebab itu, keterlibatan langsung pemimpin lembaga pendidikan sangat penting.
21
3. Perbaikan yang Berkesinambungan
Perbaikan yang berkesenimbangunan berkaitan dengan komitmen
(continuous quality improvement atau CQI) dan proses (continuous
process improvement). Komitmen terhadap kualitas dimulai dengan
pernyatann dedikasi pada misi dan visi bersama, serta
pemberdayaan semua partisipan untuk secara inkremental
mewujudkan visi tersebut (Lewis dan Simth, 1994). Perbaikan yang
berkesinambungan tergantung kepada dua unsur. Pertama,
mempelajari proses, alat, dan ketrampilan yang tepat. Kedua,
menerapkan ketrampilan baru pada small achieveable projects.
Upaya perbaikan kualitas secara berkesinambungan dalam lembaga
pendidikan harus menggunakan pendekatan sistem terbuka atas
fungsi inti lembaga pendidikan, student learning. Ada tiga
pendekatan yang digunakan untuk menjamin kualitas lembaga
pendidikan, yaitu (1) Pendekatan akreditas, (2) Pendekatan
outcome assessment, dan (3) Pendekatan sistem terbuka (Lewish &
Smith, 1994)
22
4. Manajemen SDM
Selain merupkan aset organisasi yang paling vital, sumber
daya manusia merupakan pelanggan internal yang menetukan
kualitas akhir sebuah jasa dan lembaganya. Oleh sebab itu,
sukses tidaknya implementasi TQM sangat ditentukan oleh
kesiapan, kesediaan, dan kompetensi sumber daya manusia
dalam lembaga pendidikan yang bersangkutan untuk
merealisasikannya secara sungguh-sungguh.
23
5. Manajemen Berdasarkan Fakta
Pengambilan keputusan harus didasarkan pada fakta yang
nyata tentang kualitas yang didapatkan dari berbagai sumber
di seluruh jajaran organisasi. Jadi, tidak semata-mata atas
dasar intuisi, praduga, atau organizational politics. Berbagai
alat telah dirancang dan dikembangkan untuk mendukung
pengumpulan dan analisi data, serta pengambilan keputusan
berdasarkan fakta.
24
Kesenjangan dan Upaya-upaya Perbaikan dalam Layanan
Lembaga Pendidikan
Kesenjangan yang terjadi pada lembaga pendidikan, yang
dapat membuat lembaga pendidikan tidak mampu
memberikan layanan yang bermutu kepada para
pelanggannya. Ada 5 kesenjangan yang dapat membuat
lembaga pendidikan tidak mampu memberikan layanan yang
bermutu kepada pelanggannya.
25
1)Kesenjangan 1:
Kesenjangan antara harapan pelanggan dan persepsi
manajemen lembaga pendidikan.
Kesenjangan tersebut terbentuk akibat pihak manajemen
lembaga pendidikan salah memahami apa yang menjadi
harapan pelanggan lembaga pendidikan.
26
2) Kesenjangan 2:
Kesenjangan antara persepsi pihak manajemen lembaga
pendidikan atas harapan pelanggan dan spesifikasi kualitas
layanan.
Kesenjangan tersebut terjadi akibat kesalahan dalam
menerjemahkan persepsi pihak ke dalam bentuk tolak ukur
kualitas layanan.
3)Kesenjangan 3:
Kesenjangan antara spesifikasi kualitas layanan dan
pemberian layanan kepada pelanggan.
Kesenjangan tersebut lebih di akibatkan oleh
ketidakmampuan sumber daya manusia lembaga pendidikan
untuk memenuhi standar mutu layanan yang ditetapkan.
27
4)Kesenjangan 4:
Kesenjangan antara pemberian layanan kepada pelanggan
dan komunikasi eksternal lembaga pendidikan.
Kesenjangan ini tercipta karena lembaga pendidikan tidak
mampu memenuhi janjinya yang dikomunikasikan secara
eksternal melalui berbagai bentuk promosi.
5)Kesenjangan 5:
Kesenjangan antara harapan pelanggan dan kenyataan
layanan yang diterima.
Kesenjangan tersebut sebagai akibat tidak terpenuhinya
harapan para pelanggan.
28
*CARA MENGHILANGKAN KESENJANGAN ( Menurut Zeithhaml ):
1) Menghilangkan kesenjangan 1:
memberikan kesempatan kepada para pelanggan untuk
menyampaikan ketidakpuasan mereka kepada lembaga
pendidikan, mencari tahu keinginan dan harapan para
pelanggan lembaga pendidikan sejenis, melakukan penelitian
yang mendalam tentang pelanggan, membentuk panel
pelanggan, melakukan studi komperhensif tentang harapan
pelanggan, memperbaiki kualitas komunikasi antarsumber
daya manusia dalam lembaga pendidikan, serta mengurangi
birokrasi lembaga pendidikan.
29
2) Menghilangkan kesenjangan 2:
memperbaiki kualitas kepemimpinan lembaga pendidikan,
mempertinggi komitmen sumber daya manusia terhadap mutu
layanan, mendorong sumber daya manusia lebih inovatif dan
responsive terhadap ide-ide baru, serta standarisasi
pekerjaan yang ingin dicapai secara efektif.
3) Menghilangkan kesenjangan 3:
memperjelas uraian pekerjaan, meningkatkan kesesuain
antara sumber daya manusia, teknologi dan pekerjaan,
megukur kinerja dan balas jasa sesuai dengan kinerja,
membangun kerja sama antara sumber daya manusia, serta
memperlakukan pelanggan seperti bagian dari keluarga besar
lembaga pendidikan.
30
4)Menghilangkan kesenjangan 4:
memperlancar arus komunikasi antara unit dalam organisasi
lembaga pendidikan, memberikan pelayanan yang konsisten,
memberikan perhatian yang lebih besar pada aspek vital mutu
layanan, menjada agar pesan yang disampaikan secara
eksternal tidak membentuk harapan para pelanggan yang
melebihi kemampuan lembaga pendidikan serta mendorong
para pelanggan untuk menjadi pelanggan yang lebih baik dan
loyal.[16]
31
B. STRATEGI DAN PENDEKATAN MBS (
Manajemen Berbasis Sekolah )
Konsep Dasar MBS
Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada
hakikatnya adalah penyerasian sumber daya
yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah
dengan melibatkan semua pemangku
kepentingan yang terkait dengan sekolah secara
langsung dalam proses pengambilan keputusan
untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu
sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
32
*
Pola Lama Berubah
ke
Pola MBS
1. Sentralistik
2. Subordinasi
3. Pengambilan keputusan
terpusat
4. Pendekatan birokratik
5. Pengorganisasian yang
hirarkis
6. Mengarahkan
7. Dikontrol dan diatur
8. Infromasi ada pada yang
berwenang
9. Menghindari risiko
10.Menggunakan dana sesuai
anggaran sampai habis
1. Desentralisasi
2. Otonomi
3. Pengambilan keputusan
partisipatif
4. Pendekatan profesional
5. Pengorganisasian yang
setara
6. Memfasilitasi
7. Motivasi diri dan saling
Mempengaruhi
8. Informasi terbagi
9. Mengelola risiko
10.Menggunakan dana sesuai
kebutuhan dan seefisien
mungkin
33
*Diharapkan dengan menerapkan manajemen
pola MBS, sekolah lebih berdaya dalam beberapa
hal berikut:
1. Menyadari kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman bagi sekolah tersebut.
2. Mengetahui sumberdaya yang dimiliki dan masukan
pendidikan yang akan dikembangkan.
3. Mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk
kemajuan lembaganya.
4. Bertanggungjawab terhadap orangtua, masyarakat,
lembaga terkait, dan pemerintah dalam
penyelenggaraan sekolah.
5. Persaingan sehat dengan sekolah lain dalam usaha
usaha kreatif-inovatif untuk meningkatkan layanan
dan mutu pendidikan. 34
6. Meningkatkan peran serta Komite Sekolah, masyarakat, dunia usaha dan dunia industri (DUDI) untuk mendukung kinerjasekolah.
7. Menyusun dan melaksanakan program sekolah yang mengutamakan kepentingan proses belajar mengajar(pelaksanaan kurikulum), bukan kepentingan administratif saja.
8. Menerapkan prinsip efektivitas dan efisiensi dalam penggunaansumber daya sekolah (anggaran, personil, dan fasilitas).
9. Mampu mengambil keputusan yang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kondisi lingkungan sekolah walau berbeda daripola umum atau kebiasaan.
10. Menjamin terpeliharanya fasilitas dan sumber daya yang ada disekolah dan bertanggung jawab kepada masyarakat.
11. Meningkatkan profesionalisme personil sekolah.
12. Meningkatnya kemandirian sekolah di segala bidang.
13. Adanya keterlibatan semua unsur terkait dalam perencanaanprogram sekolah (misal: KS, guru, Komite Sekolah, tokohmasyarakat, dll).
14. Adanya keterbukaan dalam pengelolaan anggaran pendidikan sekolah.
35