predomestikasi ikan brek dan ikan lukas sungai serayu-makalah publikasi untuk jurnal semnaskan 2010

21
1 Aspek Reproduksi dan Ekologis Brek (Puntius orphoides) dan Lukas (P. bramoides) Sebagai Dasar Domestikasi dan Diversifikasi Budidaya Perikanan PRIYO SUSATYO, SUGIHARTO, W. LESTARI Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto Korespondens : Telp.: 085869718260; fax: (0281)631700 E-mail address: [email protected] Abstrak Penelitian tentang upaya penelusuran tentang aspek reproduksi, ekologis beberapa jenis ikan tangkapan Brek (Puntius orphoides), dan Lukas (P. bramoides) dari sungai Serayu Banyumas (secara terintegasi dan sistematik) sebagai dasar upaya domestikasi dan diversifikasi budidaya perikanan intensif. Penelitian dilakukan dengan tujuan: (1) mengaklimasi dan mempredomestikasikan dua jenis ikan hasil tangkapan dari Sungai Serayu Banyumas (Brek dan Lukas) pada kolam alami (ex situ); (2) mengetahui profil hormonal estrogen (17ß-estradiol), progesterone, testoteron, FSH ikan jantan dan betina selama periode pre-domestikasi/satu siklus reproduksi; (3) mengetahui gambaran histologis perkembangan testis dan ovarium ikan tersebut selama satu siklus reproduksi; (4) mengetahui beberapa aspek fisiologis dan ekologis (karakteristik substrat habitat baru, kebiasaan pakan); (5) natural spawning (pemijahan alami di kolam budidaya) dibantu dengan metode induksi GnRh analogue. Preparasi sediaan histiologis dengan metode paraffin, pewarnaan Haematoxylin Eosin; analisis hormon dengan metode ELISA menggunakan mesin Microplate Reader- LB-6200 Labotron. Uji kesukaan pakan dari media/substrat pemeliharaan (index of electivity dan index of preponderance. Hasil yang diperoleh: Ikan Brek dan Lukas sudah berhasil adaptif (data indeks kesukaan pakan/Indeks of Preponderance masing-masing 56,893 dan 62,854. profil hormon sampai akhir periode predomestikasi 8 bulan, berurutan dari Brek dan Lukas : (17ß-estradiol = 1058,06–854,85 pg./ml; 395,18–854,85pg/ml); progesterone = 0,29–0,72 ng/ml; 0,20-0,52 ng/ml); (FSH = 10,87-15,68 mlU/ml; 8,26-13,74 mlU/ml); (testosterone = 4,18-9,92 ng/ml; 3,98-9,34 ng/ml). ada 5 (lima) tahapan perkembangan oogenesis Brek dan Lukas sama yakni chromatin nucleolar stage (cns); perinucleolar stage (ps); cortical alveolar stage (cas); vitellogenic stage (vs) dan mature/ripe stage (ms). Tahapan spermatogenesis Brek, Benter, Lukas sama yakni tahap spermatogonium; spermatosit primer; spermatosit sekunder; spermatid, spermatozoa. Pada pre-domestikasi 4 bulan hanya induk Lukas yang mampu memijah; dan pada akhir periode pre-domestikasi 8 bulan, Brek dan Lukas berhasil memijah. Semua induk stok yang masih berada di kolam alami dan akan terus didomestikasi untuk menjadi stok induk super suatu saat. Larva pasca penetasan tetap dipelihara untuk penelitian lebih lanjut. Kata kunci: pre-domestikasi, ikan Brek (Puntius orphoides), ikan Lukas (P. bramoides); indeks elektivitas pakan, reproduksi

Upload: priyo-susatyo

Post on 27-Jul-2015

853 views

Category:

Documents


10 download

TRANSCRIPT

Page 1: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

1

Aspek Reproduksi dan Ekologis Brek (Puntius orphoides) dan Lukas (P. bramoides) Sebagai Dasar Domestikasi dan Diversifikasi Budidaya Perikanan

PRIYO SUSATYO, SUGIHARTO, W. LESTARI

Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, PurwokertoKorespondens : Telp.: 085869718260; fax: (0281)631700

E-mail address: [email protected]

Abstrak

Penelitian tentang upaya penelusuran tentang aspek reproduksi, ekologis beberapa jenis ikan tangkapan Brek (Puntius orphoides), dan Lukas (P. bramoides) dari sungai Serayu Banyumas (secara terintegasi dan sistematik) sebagai dasar upaya domestikasi dan diversifikasi budidaya perikanan intensif. Penelitian dilakukan dengan tujuan: (1) mengaklimasi dan mempredomestikasikan dua jenis ikan hasil tangkapan dari Sungai Serayu Banyumas (Brek dan Lukas) pada kolam alami (ex situ); (2) mengetahui profil hormonal estrogen (17ß-estradiol), progesterone, testoteron, FSH ikan jantan dan betina selama periode pre-domestikasi/satu siklus reproduksi; (3) mengetahui gambaran histologis perkembangan testis dan ovarium ikan tersebut selama satu siklus reproduksi; (4) mengetahui beberapa aspek fisiologis dan ekologis (karakteristik substrat habitat baru, kebiasaan pakan); (5) natural spawning (pemijahan alami di kolam budidaya) dibantu dengan metode induksi GnRh analogue. Preparasi sediaan histiologis dengan metode paraffin, pewarnaan Haematoxylin Eosin; analisis hormon dengan metode ELISA menggunakan mesin Microplate Reader-LB-6200 Labotron. Uji kesukaan pakan dari media/substrat pemeliharaan (index of electivity dan index of preponderance. Hasil yang diperoleh: Ikan Brek dan Lukas sudah berhasil adaptif (data indeks kesukaan pakan/Indeks of Preponderance masing-masing 56,893 dan 62,854. profil hormon sampai akhir periode predomestikasi 8 bulan, berurutan dari Brek dan Lukas : (17ß-estradiol = 1058,06–854,85 pg./ml; 395,18–854,85pg/ml); progesterone = 0,29–0,72 ng/ml; 0,20-0,52 ng/ml); (FSH = 10,87-15,68 mlU/ml; 8,26-13,74 mlU/ml); (testosterone = 4,18-9,92 ng/ml; 3,98-9,34 ng/ml). ada 5 (lima) tahapan perkembangan oogenesis Brek dan Lukas sama yakni chromatin nucleolar stage (cns); perinucleolar stage (ps); cortical alveolar stage (cas); vitellogenic stage (vs) dan mature/ripe stage (ms). Tahapan spermatogenesis Brek, Benter, Lukas sama yakni tahap spermatogonium; spermatosit primer; spermatosit sekunder; spermatid, spermatozoa. Pada pre-domestikasi 4 bulan hanya induk Lukas yang mampu memijah; dan pada akhir periode pre-domestikasi 8 bulan, Brek dan Lukas berhasil memijah. Semua induk stok yang masih berada di kolam alami dan akan terus didomestikasi untuk menjadi stok induk super suatu saat. Larva pasca penetasan tetap dipelihara untuk penelitian lebih lanjut.

Kata kunci: pre-domestikasi, ikan Brek (Puntius orphoides), ikan Lukas (P. bramoides); indeks elektivitas pakan, reproduksi

Pengantar

Daerah Aliran Sungai Serayu meliputi daerah aliran yang sangat luas, meliputi kabupaten

Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap memiliki keanekaragaman jenis

ikan yang hidup di situ dan beberapa diantaranya dari Familia Cyprinidae dengan jumlah spesies

dan jumlah individu yang cukup banyak (Lestari dan Sugiharto, 2008). Terdapat 7 spesies ikan

dari familia Cyprinidae yang berhasi tertangkap dari sepanjang hulu sampai dengan bagian middle

DAS Serayu, yakni Osteochilus hasselti C.V. (Nilem); O. Microcephalus; O. kahajenensis; Puntius

javanicus (Tawes); P. orphoides ( Brek); Rasbora argyrotaenia; R. lateristriata. Sedangkan

menurut Harsini (2005) dan Halamsyah (2000), di sepanjang DAS Serayu area wilayah Banyumas

Page 2: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

2

(middle) berhasi tertangkap 9 spesies dari familia Cyprinidae, yakni Puntius javanicus (Tawes); P.

bramoides (Lukas); P. binotatus (Beunteur); Osteochilus hasselti C.V. (Nilem); O. Microcephalus;

O. kahajenensis; Rasbora argyrotaenia; R. lateristriata. Tetapi jenis ikan Brek dan Lukas saat ini

sudah berada pada kondisi kritis (jumlahnya semakin sedikit).

Di daerah Banyumas, beberapa jenis ikan air tawar yang telah lama dibudidayakan dan

memiliki nilai ekonomi cukup penting sampai saat ini adalah Gurami, Nilem, Lele, Tawes, ikan

Mas, Nila, Mujahir (Susatyo dan Sugiharto, 2001; Susatyo dan Soeminto, 2002).

Salah satu upaya untuk menangani domestikasi beberapa jenis ikan tangkapan (Brek dan

Lukas) yang cenderung semakin menurun jumlahnya adalah dengan melakukan kegiatan awal

predomestikasi dengan serangkaian penelitian guna mendapatkan pengetahuan dan teknik untuk

mempersiapkan ikan uji tersebut pada kondisi siap dibudidayakan di kolam budidaya alami (ex-

situ). Dalam rangka pemanfaatan ikan Brek dan Lukas secara berkelanjutan, diperlukan upaya

predomestikasi dengan berpedoman pada data dasar biologi dan ekologinya, seperti aspek biologi

reproduksi ikan uji, baik mengenai aspek anatomi-histologi proses gametogenesis, regulasi

hormonal maupun strategi reproduksinya, fisiologi, perilaku/kebiasaan makan, kemampuan

memijah, dan karakteristik substrat habitatnya di alam. Menurut Kime (2008), analogi

menggunakan informasi dari jenis ikan lain untuk menduga aspek reproduksi ikan uji tersebut

tidak akan dapat memperoleh informasi yang valid, apalagi untuk mengetahui mampu tidaknya

jenis ikan uji tersebut menyelesaikan siklus reproduksinya di alam, tidak sepenuhnya dapat

dilakukan mengingat tingginya plastisitas reproduksi pada masing-masing jenis ikan. Jadi, harus

dilakukan penelitian secara langsung pada ikan Brek dan Lukas untuk memperoleh informasi

semua aspek yang mendukung syarat-syarat berhasilnya kegiatan domestikasi. Diharapkan

melalui penelitian ini (baik pada skala lapangan maupun laboratorium) dapat ditemukan model

domestikasi yang teruji dan aplikatif bagi masyarakat maupun pihak pengguna lainnya.

Kegiatan Penelitian ini dilakukan kegiatan dengan tujuan untuk : (1) mengaklimasi dan

mempredomestikasi ikan Brek dan Lukas, ikan hasil tangkapan dari Sungai Serayu pada kolam

alami yang memenuhi beberapa syarat budidaya; (2) mengetahui profil hormonal periodikal yakni

estrogen (estradiol-17β), progesteron, testosteron, FSH induk ikan jantan dan betina selama

periode predomestikasi/satu siklus reproduksi; (3) mengetahui histologis perkembangan testis dan

ovarium ikan ini selama satu siklus reproduksi yang dievaluasi dengan mengukur IKG dan

mengamati perkembangan oosit serta spermatozoa; (4) mengetahui beberapa aspek ekologis dan

fisiologis (karakteristik substrat habitat baru, kebiasaan pakan); (5) natural spawning (pemijahan

alami di kolam budidaya) atau dibantu dengan metode induksi dengan Ovaprim.

Bahan dan Metode

Penelitian dengan metode survei. Materi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah ikan-Brek dan ikan Lukas jantan - betina dengan bobot tubuh 250-400 gr (Brek) dan 100-

Page 3: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

3

200 gr (Lukas), hasil tangkapan dari sepanjang aliran Sungai Serayu. Kegiatan penangkapan ikan

dilakukan di sungai Serayu yang melewati Kabupaten Banyumas saja, meliputi region sungai

Serayu yang alirannya dimulai diantara dukuh Congot, kecamatan Kemangkon Purbalingga

sebagai up stream, Kedung Uter Kecamatan Banyumas sebagai middle stream. Sedangkan region

sungai Serayu barat selatan adalah aliran sungai setelah keluar pintu gerbang Bendung Gerak

Serayu yang merupakan lokasi aliran Serayu terakhir yang berbatasan dengan Kabupaten Cilacap

sebagai down stream.

Ikan-ikan hasil tangkapan (Brek dan Lukas) di predomestikasikan dalam dua buah kolam

pemeliharaan ukuran 10 x 10 m2 yang disekat-sekat menjadi 16 petak, menggunakan batas

rangka bambu berstrimin. Suplai air yang cukup dengan in let dan out let yang lancar. Penelitian

dilaksanakan dari bulan Februari 2008 sampai dengan Desember 2009. Kelompok ikan tahap

predomestikasi 1 bulan (Maret-April 2009), digali informasi hormonal dan gametogenesisnya pada

bulan Mei 2009, predomestikasi 2 bulan (April-Juni 2009), digali informasinya pada bulan Juni

2009; predomestikasi 4 bulan (Februari-Juni 2009), digali informasi pada Akhir Juli 2009;

predomestikasi 8 bulan (Februari-Oktober 2009), digali informasinya pada bulan Oktober 2009;

sejak pemeliharaan awalnya ini di beri pakan berupa pellet pakan buatan dan berselang-seling

dengan daun sente dan daun singkong.

Pengukuran kadar hormon dilakukan menggunakan metode EIA/ELISA, dengan kit’s

catalog EIA-estradiol kit (untuk estradiol), EIA-progesteron kit (untuk progesteron) dan EIA-

testosteron kit (untuk testosteron). Sebelum dilakukan pengukuran kadar hormon, dilakukan

kalibrasi menurut prosedur yang telah ditentukan oleh Petunjuk Kit. Assay dilakukan

menggunakan mesin Microplate Reader-LB-6200 Labotron.

Ovarium dan testis diangkat dari rongga abdomen melalui pembedahan. Organ-organ ini

difiksasi dengan larutan Normal Buffer Formalin (NBF) selama minimal 24 jam pada suhu ruang.

Selanjutnya dibuat sediaan histologis dengan metode parafin dan diwarnai dengan Mayer’s

Haematoxylin-Eosin. Oosit dikelompokkan ke dalam lima tahapan yaitu chromatin nucleolar stage,

perinucleolar stage, cortical alveolar stage, vitellogenic (yolk) stage dan mature / ripe stage.

Ukuran diameter oosit pada setiap tahapan perkembangan dalam masing-masing ovarium diamati

untuk mengidentifikasi jenis tahapan ini. (Çakici dan Üçüncü, 2007). Untuk spermatogenesis

denga tahapan spermatogonium, spermatosit primer, spermatosit sekunder dan spermatozoa

(Brito dan Bazzoli, 2004).

Induksi pemijahan alami dengan menyuntikkan/menginduksikan GnRH analogue pada

induk jantan dan betina yang ditengarai telah matang kelamin, menggunakan Ovaprim 0.5 cc/kg

BB. Selanjutnya analisis fisika dan kimia air dilakukan pada stasiun sampling sungai Serayu dan

kolam percobaan meliputi temperatur, nilai pH, kandungan O2 terlarut dan CO2 bebas.

Tabulasi dan Presentasi Data. Penghitungan gonado-somatik indeks (GSI) atau Indeks

Kematangan Gonad (IKG). IKG dihitung dengan rumus = bobot gonad : (bobot tubuh+bobot

gonad) x 100%. Data berupa kadar masing-masing hormon steroid dan gonadotropin (Tabel 2 dan

Page 4: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

4

3), IKG (Tabel 4), juga index of electivty dan index of preponderance (Tabel 6) disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik batang. Histologis gonad jantan dan betina dianalisis secara deskriptif.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan penelitian diperoleh hasil sebagai berikut.

Lokasi Penangkapan ikan uji dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Lokasi Pengamatan pada Tiga Stasiun Penangkapan Ikan di Aliran Sungai Serayu

No Nama Desa Altitude Lintang Selatan Bujur Timur1 Congot (upstream) 384 m dpl 070 20’ 499’’ 1090 20’ 796’’2 Kedung Uter (middle stream) 285 m dpl 070 30’ 519’’ 1090 17’ 422’’3 Bendung Gerak (down stream) 254 m dpl 070 31’ 393’’ 1090 12’ 139’’

Tabel 2. Rerata kadar hormon steroid pada ikan Brek pada akhir periode predomestikasi 1; 2; 4 dan 8 bulan

Seks ikan

HormonRerata Kadar hormon (data ± SD)

1 bulan 2 bulan 4 bulan 8 bulanBetina Est (pg/ml) 1293.59 ± 45.44 1021.63 ± 27.56 1541.08 ± 72.52 1493.27 ± 183.09

Prog (ng/ml) 0.31 ± 0.02 0.51 ± 0.03 0.47 ± 0.19 0.84 ± 0.03

FSH (mIU/ml) 10.75 ± 0.10 13.64 ± 0.62 13.82 ± 1.08 14.09 ± 1.45

Jantan Testos(ng/ml) 5.07 ± 0.61 7.50 ± 0.70 9.10 ± 0.17 8.95 ± 0.87

Tabel 3. Rerata kadar hormon steroid pada ikan Lukas pada akhir periode predomestikasi 1; 2; 4 dan 8 bulan

Seks ikan

HormonRerata Kadar hormon (data ± SD)

1 bulan 2 bulan 4 bulan 8 bulan

Betina Est (pg/ml) 652.77 ± 17.36 489.00 ± 15.29 455.94 ± 37.40 750.22 ± 86.43Prog (ng/ml) 0.26 ± 0.03 0.42 ± 006 0.47 ± 0.04 0.69 ± 006FSH (mIU/ml) 8.97 ± 0.76 11.46 ± 1.047 10.72 ± 1.90 11.89 ± 1.72

Jantan Testos(ng/ml) 4.38 ± 0.33 5.88 ± 0.64 6.88 ± 0.06 8.66 ± 075Keterangan :

Est = estradiol; Prog = progesteron; Testos = testosteron; FSH =Follicle Stimulating Hormon

Gametogenesis Ikan Uji. Testis Lukas maupun Brek memiliki bentuk dan formasi yang

sama, tunggal dan bercabang dua, beraspek jernih transparan. Ovarium Brek dan Lukas seperti

halnya ovarium Cyprinideae yang lain berupa organ berpasangan yang menyatu pada bagian

anteriornya, terletak ke arah anterior organ viscera dengan kisaran warna kuning cerah, kuning tua

dan kuning oranye sesuai kematangan kelamin.

Aktivitas Oogenesis. Berdasarkan pengamatan histologis terhadap gonad betina ikan uji,

baik Brek, maupun Lukas, keduanya menunjukkan gambaran tingkat perkembangan oosit yang

relatif sama. Semua tahapan perkembangan oosit pada kedua jenis ikan uji tersebut pada setiap

akhir masing-masing periode predomestikasi dijumpai, hanya berbeda pada proporsinya. Evaluasi

histologis pada gonad betina menunjukkan adanya lima tahapan perkembangan oosit, yakni

chromatin nucleolar stage (cns), perinucleolar stage (ps), cortical alveolar formation stage (cas),

vitellogenic stage (vs) dan mature / ripe stage (ms) (Gambar 3). Tahapan perkembangan oosit dari

Page 5: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

5

dua jenis ikan uji (Brek dan Lukas) meskipun relatif sama, tetapi berbeda pada diameter oosit pada

masing-masing tahapan perkembangannya (Tabel 4).

Indeks Kematangan Gonad. Nilai IKG ketiga jenis ikan betina memperlihatkan

kecenderungan yang meningkat pada akhir masing-masing periode predomestikasi (Gambar 1).

Gambar. 1. Indeks Kematangan Gonad Ikan Brek dan Lukas betina (kiri) dan jantan (kanan) pada awal dan akhir masing-masing periode predomestikasi

Gambar 2. Proporsi Oosit pada Tahapan Oogenesis Induk Brek (kiri) dan Lukas (kanan) Keterangan : P1b = predomestikasi 1 bulan; P2b = predomestikasi 2 bulan; P4b = predomestikasi 4 bulan; P8b =

predomestikasi 8 bulan; (cns = chromatin nuclear stage; ps = perinuclear stage; ca = cortical alveolar stage ; vs = vitellogenic stage; ms = mature / ripe stage)

Tabel 4. Variasi diameter oosit tahapan perkembangan pada masing-masing jenis ikan uji

No Jenis tahapan oositDiameter oosit (µm)

Brek Lukas 1 chromatin nucleolar stage (cns) 129 – 137 202 - 237 2 perinucleolar stage (ps) 146 – 219 285 - 380 3 cortical alveolar stage (cas) 286 – 302 332 - 366 4 vitellogenic stage (vs) 396 – 428 446 - 503 5 mature/ripe stage (ms) 541 – 646 684 - 788

Aktivitas Spermatogenesis. Identifikasi terhadap histologi testis menunjukkan bahwa

struktur mikroskopis testis kedua jenis ikan uji baik Brek maupun Lukas yang semuanya dari

familia Cyprinidae adalah sama, yakni termasuk tipe testis lobuler berlumina. Testis Brek dan

Lukas berjumlah satu pasang, atau mirip tunggal bercabang dua, organ ini memanjang,

menggantung pada dinding dorsal tubuh oleh selaput mesenterium. Testis beraspek transparan,

bening dan pada pengamatan anatomi organ ini diselubungi oleh badan lemak. Testis tersusun

Page 6: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

6

sebagai suatu anastomosa/anyaman dari lobulus-lobulus yang bertemu pada saluran sperma

utama yakni ductus spermaticus. Dua zona secara tegas dapat segera terlihat dalam pengamatan

pada potongan melintang testis. Pada region luar didominasi oleh struktur lobulus seminiferus

dengan dinding berisi sel-sel epitel germinalis spermatogenik. Region sebelah dalam tersusun oleh

lumen-lumen lobulus yang terisi oleh spermatozoa.

Tipe sel dari testis dalam urutan pemasakan sesuai dengan pengesahan dari uji screening

untuk substansi aktif endokrin pada ikan, OECD dalam Brito and Bazzoli, 2004) adalah :(1) Sper-

matogonium: tipe sel terbesar dan terdiri dari nukleus vesikuler dengan membran nukleus yang

tegas dan nukleoli; (2) Spermatocyte: spermatosit primer lebih besar dari spermatosit sekunder;

(3) Spermatid: tipe sel terkecil dengan inti padat dan lingkaran sempit pada sitoplasma yang asid-

ofilik; (4) Spermatozoa: sel matang dengan nucleus bulat beraspek gelap dan berflagella. Sel-sel

spermatogenik ini tersebar secara acak di dalam testis dalam kelompok-kelompok tipe sel. Di

dalam lumina lobulus terdapat beberapa kelompok sel yang berada pada tahapan spermatogenik

yang sama. Dijumpai juga sel Sertoli, berada pada dinding lobula bersama sel-sel germinal lain-

nya.

Pada periode predomestikasi 1 bulan dan 2 bulan, testis ikan Brek dan Lukas berada pada

tahapan initial ripening, spermatogonia berjumlah sedikit, spermatosit primer dan spermatosit

sekunder dalam jumlah yang relatif banyak, tetapi jumlah tahapan spermatozoa sedikit.

Sedangkan pada akhir periode predomestikasi 4 dan 8 bulan, telah mencapai tahapan mature/ripe

stage, sebagian lumina lobula didominasi oleh spermatozoa dengan jumlah relatif banyak (Gambar

4).

Tahap perkembangan oosit Deskripsi struktur histologisChromatin nuclear stageOosit merupakan sel berbentuk sferis/bola kecil mengandung sebuah nuk-leus terletak di sentral sel. Nukleus mengandung satu sampai empat nu-cleoli bersama dengan anyaman khromatin. Sitoplasma merupakan lapisan tipis, dan bersifat basofilik kuat (suka terhadap pewarnaan yang sifatnya basa). Sel folikuler sulit untuk diamati ( ) = 30µ

Perinuclear stageJumlah nukleoli bertambah dan tersusun sepanjang sisi dalam dari mem-bran nukleus. Nukleus besar dan dikelilingi oleh peningkatan massa sito-plasma yang tampak terlihat kurang basofilik. Sel-sel folikuler adalah monolayer, tersusun atas satu lapis sel pipih membungkus oosit ( ) = 30 µCortical alveoli stageSitoplasma terisi pemunculan vesikel-vesikel terang (cortical alveoli). Vesikel mulai terakumulasi pada bagian tepi/perifer oosit. Nukleus tetap perinukleoler. Membrane nukleus mulai menjadi kusut. Satu bungkus primer tipis bersifat asidofilik, zona radiata terlihat di bagian tepi nukleus. Lapisan folikuler terlihat di bagian tepi oosit ( ) = 30 µ

Page 7: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

7

Vitelogenic (yolk) stageUkuran oosit meningkat. Granula yolk kecil terlihat sebagai suatu area berbentuk cincin bersifat asidofilik dalam sitoplasma. Nukleus masih kusut. Zona radiata tampak terang/cerah sebagai satu pita non seluler yang sangat asidofilik. Lapisan-lapisan folikuler berupa lapisan kolumner atau kuboid simpleks (yang berkembang dengan baik) dibungkus oleh lapisan thecal (tersusun atas sel-sel pipih berlapis) ( ) = 30 µ

Mature / ripe stageTerlihat pembesaran cortical alveoli dan granula yolk. Ukuran oosit meningkat. Terlihat Migrasi nukleus kearah perifer/tepi oosit. Lapisan zona radiata terlihat terang/cerah. Sel-sel folikel bentuk kubus atau kubus rendah dikelilingi/dibungkus oleh lapisan thecal tipis ( ) = 100 µ

Gambar 3. Deskripsi struktur histologis masing-masing tahapan perkembangan oosit Brek dan Lukas yang dijumpai pada gonad betina, Harris Hematoxylin-Eosin

Gambar 4. Proporsi masing-masing tahapan spermatogenesis pada Ikan Brek dan Lukas pada masing-masing periode predomestikasi

Proporsi spermatogenesis pada ikan Brek dan Lukas pada periode predomestikasi. Pada

periode predomestikasi 1 bulan dan 2 bulan, testis ikan Brek dan Lukas berada pada tahapan

initial ripening, spermatogonia berjumlah sedikit, spermatosit primer dan spermatosit sekunder

dalam jumlah yang relatif banyak, tetapi jumlah spermatozoa sedikit. Sedangkan pada akhir

periode predomestikasi 4 dan 8 bulan (Gambar 4), telah mencapai tahapan mature/ripe stage,

sebagian lumina lobula didominasi oleh spermatozoa dengan jumlah banyak.

Aktivitas Pemijahan selama periode predomestikasi, telah dilaksanakan tiga kali

penginduksian pemijahan, yakni pada akhir periode predomestikasi 2 bulan, 4 bulan dan 8 bulan

(Tabel 5). Kegiatan ini dilakukan untuk menguji kemampuan melakukan pemijahan induk jantan

dan betina pasca predomestikasi di kondisi kolam alami ex situ. Berdasarkan hasil kegiatan ini

diharapkan dapat diketahui kesiapan induk-induk pasca predomestikasi, sebagai dasar penjajagan

awal budidaya nantinya.

BREK LUKAS

Page 8: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

8

Tabel 5. Data Ikan-ikan yang dicoba untuk dipijahkan dengan bantuan induksi Ovaprim pada akhir periode predomestikasi 1; 2; 4 dan 8 bulan

No Tanggal pemijahan/jenis

ikan

Keterangan

1

3-06-2009Akhir

Predomestikasi 2 bulan

Brek

1 ekor induk betina (400 gram) : 3 ekor induk jantan (rata-rata 250 gram), 6 jam setelah penginduksian, induk betina mati (IKG sudah cukup tinggi, yakni 19), hasil pengamatan histologis sediaan gonad betina menunjukkan sudah mencapai tahapan vitelogenesis menjelang mature (dilakukan di kolam percobaan), tidak berhasil mijah

2

7-07-2009Akhir

Predomestikasi 4 bulan

Lukas

3 ekor betina matang kelamin (± 60 gram) : 5 jantan (± 50 gram), ± 10 jam setelah induksi ovaprim berhasil mijah secara parsial, 8 jam setelah mijah telur-telur mengalami swelling, sebagian telur-telur lainnya kandungan kuning yolk nya keluar dari telur. Semua induk betina mati 1 jam setelah spawning. Hasil pengamatan histologis gonad induk betina ini sudah mencapai tahap vitelogenesis (dilakukan di akuarium ukuran 30 x 60 x 50 cm

324-10-2009Akhir

predomestikasi 8 bulan

Brek

2 ekor betina matang kelamin (± 225 gram) : 5 jantan (± 100 gram), 11 jam setelah induksi ovaprim berhasil mijah, semua induk baik betina maupun jantan sehat pasca mijah (dilakukan di bak berukuran 2.5 m x 1 m). Telur-telur hasil mijah didistribusi dan ditebar di bak penetasan dan beberapa akuarium, berhasil menetas dan hidup

Lukas

4 ekor betina matang kelamin (± 75 gram) : 4 jantan (± 50 gram), 12 jam setelah induksi ovaprim berhasil mijah, semua induk baik betina maupun jantan sehat pasca mijah (dilakukan di bak berukuran 2.5 m x 1 m). Telur-telur hasil mijah didistribusi dan ditebar di bak penetasan dan beberapa akuarium, berhasil menetas dan hidup

Uji Kebiasaan Pakan Ikan. Plankton yang ditemukan di kolam percobaan selama penelitian

terdapat 54 genera (zooplankton 22 genera dan fitoplankton 32 genera). Zooplankton terdiri dari (6

genera) dari Kelas Rotifera; 8 genera dari Kelas Crustaceae; 4 genera dari Kelas Ciliata; 3 genera

dari Kelas Sarcodina. Sedangkan fitoplankton (2 genera) dari Kelas Euglenophyceae; 8 genera

dari Kelas Cyanophyceae; 11 genera dari Kelas Chlorophyceae dan 11 genera dari Kelas

Bacillariophyceae (Tabel 6).

Tabel 6. Nilai index of preponderance (IP) jenis pakan ikan uji pada masing-masing kolam pemeliharaan

No Jenis PakanNilai Index of Preponderance (%)

Kolam Brek Kolam Lukas1. Zooplankton 10,632 9,9862. Fitoplankton 56,893 62,8543. Undetermined material 0,518 0,0484. Cacing - 7,6225. Potongan hewan 0,03 0,0026. Potongan tumbuhan 28,893 1,5287. Gastropoda - 15,0238. Detritus 1,268 1,264

Pengamatan terhadap isi saluran pencernaan ikan Brek dan Lukas didapatkan 51 genera

(zooplankton 9 genera dan fitoplankton 42 genera). Zooplankton terdiri dari 2 genera dari Kelas

Rotifera; 3 genera dari Kelas Ciliata; 2 genera dari Kelas Sarcodina. Sedangkan fitoplankton 2

genera dari Kelas Euglenophyceae; 10 genera dari Kelas Cyanophyceae; 17 genera dari Kelas

Chlorophyceae dan 13 genera dari Kelas Bacillariophyceae.

Page 9: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

9

Penelitian penelusuran profil hormonal, aktivitas gametogenesis dan spek ekologis

ikanBrek dan Lukas yang tertangkap di Sungai Serayu ini bertujuan untuk menggali informasi awal

profil hormonal dan tingkat perkembangan reproduksi ikan-ikan tangkapan yang

dipredomestikasikan di kolam-kolam budidaya, sebelum ikan-ikan ini siap untuk dibudidayakan.

Upaya predomestikasi ikan dari lingkungan in situ (sungai, perairan laut dan lain-lain) ke

lingkungan ex situ barunya (misal kolam budidaya) akan selalu diikuti serangkaian proses adaptasi

terhadap kondisi baru ini, termasuk pengaruh paparan fotoperioda di lingkungan barunya. Upaya

ini dilakukan oleh Kujawa et al  (1999) pada ikan-ikan liar dalam status hampir punah di Polandia,

yang didomestikasi melalui perlakuan model kolam pembenihan untuk induk matang gonad

dengan pemijahan buatan.

Di alam bebas, pada perairan seperti sungai, danau, laut, aktivitas fisiologi reproduksi ikan-

ikan yang hidup di dalamnya sangat dipengaruhi oleh fotoperiodisitas setempat (Zanuy et al.

1995). Zanuy mengamati pengaruh fotoperiode hari-hari terang yang panjang yang dan hari-hari

gelap terhadap profil hormonal plasma 17β-estradiol (E2) dan proses vitelogenesis ovarium, fekun-

ditas, waktu pemijahan dan kualitas telur ikan sea bass. Fekunditas relatif dari kelompok ikan ter-

papar hari terang yang pendek sama dengan kelompok kontrol 257.000 butir telur dengan 230.000

butir telur/ kg induk betina siap mijah. Tetapi pada kelompok ikan terpapar hari terang panjang

fekunditas relatifnya menurun sampai dengan separoh dari nilai fekunditas kelompok kontrol

(124.000 butir telur).

Profil hormonal ikan-ikan teleostei, baik dari perairan laut maupun tawar (non budidaya)

beberapa telah dilaporkan oleh Frantzena et al (2004), Skjæraasen et al (2004); Shimizu (2003);

Zanui et al (1995). Semua author ini melaporkan penelitiannya mengenai hubungan pengaruh

fotoperiode terhadap profil hormonal dan perkembangan reproduksi ikan uji. Tetapi level beberapa

hormon ikan uji ini didapatkan dari kelompok ikan-ikan yang tertangkap di perairan alami dari

berbagai periode musim, untuk ikan-ikan dari daerah tropis kurang informasinya.

Data fluktuasi profil keempat jenis hormone pada ikan Brek dan Lukas jantan dan betina

tersaji Tabel 2 dan Tabel 3, sedangkan nilai Indeks Kematangan Gonad pada Gambar 1.

Gambaran aktivitas gametogenesis baik oogenesis maupun spermatogenesis menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan parameter-parameter ini sampai akhir periode predomestikasi 8 bulan.

Meskipun tidak diikuti dengan keberhasilan induksi pemijahan di akhir periode predomestikasi 1; 2;

dan 4 bulan, karena hanya induk-induk Lukas yang berhasil mijah pada akhir periode

predomestikasi 2 bulan, tetapi pada akhir periode predomestikasi 8 bulan, induk-induk Brek dan

Lukas keduanya berhasil mijah (Tabel 5).

Reproduksi pada ikan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang mengontrol kelenjar

endokrin terutama yang berperan dalam pembentukan hormon reproduksi yang diperlukan untuk

perkembangan gonad, gametogenesis dan siklus reproduksi (Fujaya, 2002). Shimizu (2003)

menjelaskan bahwa proses reproduksi, penyiapan pemasakan kelamin ikan sampai dengan

periode pemijahan dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, fotoperioda dan temperatur.

Page 10: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

10

Selanjutnya dijelaskan bahwa pada musim kering (summer) dengan hari terang yang pendek

(≤13L), proses kemunduran gonad yang kuat memulai berhentinya periode pemijahan. Tetapi

kedua peneliti Fujaya dan shimizu, hanya meneliti ikan-ikan pada daerah sub tropis yang tentunya

sangat berbeda dengan fotoperiode daerah tropois.

Proses predomestikasi ikan uji pada penelitian ini dimulai pada bulan Februari 2009.

Sampai akhir Bulan Februari 2009 hujan terakhir masih turun di lokasi penelitian, desa Kutosari

Kecamatan Baturaden, Banyumas, meskipun frekuensi tidak setiap hari. Mulai Maret 2009 sampai

dengan Agustus 2009 di daerah Banyumas sudah mulai memasuki musim kemarau. Meskipun

demikian input air kolam percobaan tidak pernah kekurangan, mengingat lokasi kolam sangat

dekat dengan sumber mata air yang berasal dari Baturaden. Seperti ikan-ikan tropis lainnya,

tentunya ikan sungai Brek dan Lukas secara alami terkondisi pada kisaran alami fotoperiode

12L:12D hingga 14L:10D bahkan sampai 16L:8D.

Profil hormon 17β- estradiol dari kedua kelompok ikan uji pada akhir predomestikasi 2

(P2b) dan 4 bulan (P4b) menurun dibandingkan kadar awalnya pada predomestikasi 1 bulan

(Tabel 2 dan Tabel 3). Profil hormon progesterone, FSH dan Testosteron justru relatif meningkat

dari periode predomestikasi 1 bulan sampai akhir periode predomestikasi 8 bulan (P8b). Periode

predomestikasi 2 bulan (P2b) dimulai pada bulan Maret - Mei, predomestikasi 4 bulan (P4b)

dimulai bulan Februari – Juni, sedangkan predomestikasi 8 bulan dimulai pada bulan februari –

Oktober. Periode P2b dan P4b berada pada musim kemarau, dimana hari terang yang panjang

bisa maksimal (≥ 14L).

Terjadi penurunan kadar 17β-estradiol dari periode P1b, P2b, tetapi pada P4b dan P8b

kadarnya justru terus meningkat bersamaan dengan peningkatan kadar hormon progesteron mulai

dari periode P2b, P4b sampai dengan akhir periode P8b . Keadaan ini merupakan suatu hal yang

menarik karena proporsi oosit tahap vitelogenic stage (vs) pada akhir periode P4b dan P8b justru

terus meningkat (Gambar 2). Menurut Biswas et al (2005) hormon 17β-estradiol yang diproduksi

pada ovarium sebagian akan menuju ke hati untuk memacu sintesis vitelogenin. Vitelogenin yang

diproduksi oleh hati akan dibawa ke gonad melalui aliran darah dan diinternalisasi ke dalam

sitoplasma oosit pada proses vitelogenesis (Fujaya, 2002). Proses vitelogenesis akan

mengakibatkan bertambah besarnya volume oosit sebagai suatu proses perubahanan tahapan

perkembangan oosit ke tahapan vitelogenesis pre mature (Arukwe dan Goksoyr, 2003; Çakici dan

Üçüncü, 2007). Dalam hal ini pola regulasi hormonal kedua jenis ikan Brek dan Lukas belum dapat

dijelaskan, karena dalam penelitian ini tidak dilakukan pengukuran kadar vitelogenin selama

periode predomestikasi. Oleh karena itu, penelitian ini belum dapat menjelaskan apakah profil

vitellogenin (fluktuasinya) mengikuti fluktuasi 17β- estradiol dan progesteron.

Kadar hormon testosteron dan FSH pada kedua jenis ikan uji Brek dan Lukas meningkat

dari periode P1b, P2b, P4b sampai dengan P8b. Pada umumnya, kelompok ikan dari Familia

Cyprinidae dapat melakukan pemijahan sepanjang tahun seperti juga Nilem (Osteochilus hasselti)

Page 11: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

11

dan Tawes (Puntius javanicus). Fasilitasi testosteron dan FSH pada ikan jantan dan betina adalah

memicu gametogenesis ke arah pematangan gonad.

Terdapat keterlambatan proses oogenesis kedua jenis ikan uji pada penelitian ini untuk

mencapai tahapan mature pada induk-induk betina. Dilihat dari Gambar 2, proprosi oosit yang

mendekati 40% – 50% baru dapat dicapai induk-induk betina pada akhir periode predomestikasi 8

bulan (P8b). Seperti diketahui, ikan-ikan tropis dari kelompok Cyprinideae seperti halnya Nilem,

Tawes yang juga satu familia dengan Brek dan Lukas (materi penelitian ini) dapat melakukan

pemijahan kembali lebih kurang setelah 2 sampai dengan 3 bulan dari pemijahan sebelumnya. Hal

inilah yang menjadikan pertanyaan, mengapa pada ikan-ikan predomestikasi pada penelitian

(khususnya Brek dan Lukas yang kemungkinan telah berhasil memijah di sungai, kemungkinan),

tidaklah demikian dan perlu waktu cukup panjang (8-9 bulan) setelah di predomestikasikan di

kolam budidaya dari tempat aslinya di sungai Serayu. Kemungkinan yang bisa untuk menjelaskan

adalah terjadinya stress pada ikan-ikan predomestikasi. Pada dua bulan pertama aklimatisasi

predomestikasi di kolam, ikan-ikan uji belum mau mengkonsumsi pakan (pellet, daun sente,

maupun daun ubi kayu) yang diberikan. Proses adaptasi pakan terjadi setelah memasuki akhir

bulan kedua yakni mau mengkonsumsi pellet, pada akhir bulan ketiga, baru mulai mengkonsumsi

pakan tambahan. Lebih lanjut diketahui bahwa ikan yang mengalami stress akan meningkatkan

sekresi hormon glukokortikoid dari kelenjar adrenal, sekresi glukokortikoid akan menghambat

sekresi gonadotropin dari kelenjar pituitari (Matsuwaki et al., 2006). Dengan demikian hal yang

mungkin terjadi pada penelitian ini terjadi karena aklimatisasi ikan dengan lingkungan barunya.

Banyak spesies ikan dalam program konservasi ke arah domestikasi mengalami disfungsi

reproduktif (Kouril et al., 2008). Kasus yang terjadi pada kelompok familia Cyprinidae yakni di-

fungsi reproduksi ini ditandai dengan ketidak mampuannya untuk mencapai final oocyte maturation

(Yaron,1995; Mananos et al., 2009). Setelah sukses menyelesaikan tahap vitellogenesis, ikan

ternyata tidak mampu melanjutkan tahap gamatogenesis dan ovulasi berikutnya. Hal seperti inilah

yang kemungkinan terjadi pada ikan Brek dan Lukas pada penelitian ini. Peningkatan kadar hor-

mon progesteron, FSH dan testosteron pada periode predomestikasi sampai dengan 4 bulan (P4b)

belum mampu untuk mendukung pencapaian pada tahapan kematangan oosit dari induk-induk ini.

Oleh karena kondisi lingkungan artifisial seperti halnya kolam konservasi ikan inilah beber-

apa jenis ikan familia Cyprinidae menunjukkan disfungsi endokrin reproduksi (Kroupova et al.,

2005; Sudova et al., 2007), yakni kebanyakan pada tingkat final oocyte maturation (Yaron, 1995).

Hal ini disebabkan oleh sekresi hormon LH yang tidak cukup dari kelenjar hipofisa (Mananos et

al., 2009), yang dibutuhkan bagi aktivasi steroidogenesis dan FOM (Kouril dan Kodorek, 2007).

Dilihat dari pengamatan histologis terhadap ovarium/gonad betina dan testisnya, maka ikan

Brek dan Lukas sebagaimana kelompok Cyprinidae lainnya yang sejenis dikelompokkan ke dalam

kelompok multiple spawners (multiple-batch group- asynchronous spawner) (Mananos et al.,

2009), dengan karakteristik dijumpainya berbagai atau semua tahapan perkembangan oogenik

pada gonad betina dan spermatogenik pada testis. Hasil penghitungan IKG pada induk betina Brek

Page 12: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

12

dan Lukas yang dapat mencapai nilai 16% - 19% pada periode final oocyte maturation menjelang

mijah. Pada pengamatan di kolam, 2 ekor induk betina Brek yang telah mencapai nilai IKG tinggi ±

19% sampai dengan akhir predomestikasi 8 bulan belum dapat memijah, itupun mati beberapa

setelah sebelumnya diberikan perlakuan induksi Ovaprim beberapa jam pasca induksi. Induk

betina yang mati ini, pada hasil pengamatan histologis gonad keduanya telah mencapai tahap ma-

ture oocye stage dengan proporsi 83.7 %. Kemungkinan yang terjadi adalah over ripe pada telur-

telurnya, sementara itu pemicuan perangsangan dari lingkungan untuk memijah belum atau tidak

segera tercapai. Tetapi, untuk induk betina lainnya (seperti induk yang telah berhasil memijah

pasca induksi Ovaprim pada akhir predomestikasi 8 bulan) pada 25 Oktober 2009 (Tabel 5), pada

salah satu induk yang dikorbankan (tidak ikut dipijahkan) untuk keperluan pengamatan, memiliki

nilai IKG 16% dengan gambaran histologi gonad telah mencapai tahap matang/mature oocyte

juga, tetapi dengan proporsi yang lebih rendah 60,6%.

Menurut beberapa peneliti yang menangani konservasi ikan-ikan dari kelompok Cyprinidae

(Alok et al., 1997; Kouryl et al., 2008) penginduksian induk-induk betina menggunakan Canadian

preparation Ovaprim yang mengandung GnRH + domperidone 0,5 cc/kg bobot badan, seperti

yang kami lakukan pada penelitian ini sangat membantu mengatasi terjadinya disfungsi reproduksi

pada ketidakmampuan induk mencapai tahap akhir (final oocyte maturation) yang selanjutnya bisa

berhasil menyelesaikan tahap memijahnya.

Pada uji kebiasaan pakan ikan Brek dan Lukas yang telah dilakukan (Tabel 6), dapatlah

dijelaskan bahwa terdapat sedikit perbedaan antara kolam pemeliharaan Brek dan Lukas. Pada

kolam Brek potongan tumbuhan dan fitoplankton adalah sebagai pakan utama, zooplankton

sebagai pakan pelengkap, potongan hewan dan detritus merupakan pakan tambahan. Pada kolam

Lukas fitoplankton adalah pakan utama, zooplankton, cacing dan gastropoda sebagai pakan

pelengkap, potongan hewan, detritus dan potongan tumbuhan sebagai pakan tambahan.

Bagaimanapun juga, hasil pengujian ini dapat digunakan untuk mengkonfirmasi apakah ikan-ikan

uji telah sepenuhnya memanfaatkan jenis-jenis pakan alami dalam kolam, sebagai syarat

keberhasilan kemampuan adaptifnya dengan kondisi barunya ex situ.

Kami masih memiliki beberapa stok pasangan induk Brek dan Lukas yang telah melewati

masa predomestikasi hampir 9 bulan. Pada kesempatan lainnya benih larva pasca pemijahan

induk Brek dan Lukas yang masih hidup tetap kami pelihara sampai saat ini mudah-mudahan

dapat dilanjutkan dengan penelitian berikutnya sampai usia matang kelamin pertama, sedangkan

induk-induk Brek dan Lukas di kolam bisa menjadi induk super ”predomesticated”.

Kesimpulan

1. Proses aklimatisasi dengan pola predomestikasi mencapai tahap berhasil, dilihat dari nilai

Index of preponderance (kesukaan pakan alami) pada kolam percobaan mencapai kisaran

37%-63% (fitoplankton); 20%-39% (potongan tumbuhan), 8,75%-10,79% (zooplankton); 0,2%-

14,9% (detritus, gastropoda, cacing dan potongan hewan);

Page 13: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

13

2. Kadar Hormon ikan Brek dan Lukas : 17β- estradiol turun dari periode P1b – P4b dan

meningkat pada akhir periode P8b; progesteron, FSH dan testosteron terus meningkat mulai

periode P1b – akhir periode P8b;

3. Histologi oogenesis, ovarium terdiri atas 5 kelompok tahapan perkembangan oosit : chromatin

nucleolar stage (cns); perinucleolar stage (ps); cortical alveolar stage (cas); vitellogenic stage

(vs) dan mature / ripe stage (ms), sedangkan histologi spermatogenik testis terdiri dari 5

kelompok tahapan : spermatogonium, spermatosit primer; spermatosit sekunder; spermatid

dan spermatozoa;

4. Pada akhir periode predomestikasi 8 bulan 2 ekor induk Brek : 5 induk jantan berhasil

memijah; 5 pasang induk Lukas berhasil memijah pasca induksi sGnRH + domperidone 0,5

cc/kg bobot badan (Ovaprim), ± 10-12 jam pasca induksi.

Ucapan Terima Kasih

Terima kasih kami sampaikan kepada Dewan Riset Nasional dan Kementerian

Riset dan Teknologi RI, yang telah memberikan dana Penelitian Ristek Insentif Dasar

Tahun 2008-2009 sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan penelitian dan

pelaporannya tepat waktu.

Daftar Pustaka

Abasal, F.J. & Megina, C. 2004. Testicular development in migrant and spawning bluefin tuna (Thunnus thynnus (L.) from the eastern Atlantic and Mediterranean. J. Fish Bull. Vol.102, pp: 407-417.

Alimuddin & Wiyono, E.S. 2005. Domestikasi atau restocking? INOVASI Vol. 5/XVII/November 2005. http://www.io.ppi-jepang.org. Diakses 10 April 2008.

Alok D., Pillai, D. & Garg, L.C. (1997): Effect of d-Lys6 salmon sGnRH alone and in combination with domperidone on the spawning of common carp during the late spawning season. J.Aquaculture International, Vol 5, pp: 369–374.

APHA, 1985. Standard Methods for The Examination of Water and Waste Water, Public Health Association Inc, New York.

Arukwe, A. & Goksoyr, A. 2003. Eggshell and Egg Yolk Proteins in Fish : Hepatic Proteins for the Next Generation : Oogenetic, Population, and Evolutionary Implications of Endocrine Disruption. Comparative Hepatology 2:1-21. URL : http://www.comparative-hepatology.com. 16 Maret 2009

Biswas .A.K, Morita, T., Yoshizaki, G., Maita, M. & Takeuchi, T. 2005. Control of reproduction in Nile tilapia Oreochromis niloticus (L.) by photoperiod manipulation. J. Aquaculture, Vol (243), pp : 229– 239.

Brito,M.F.G & Bazzoli, N. 2003. Reproduction of the surubim catfish (Pisces, Pimelodidae) in the São Francisco River, Pirapora Region, Minas Gerais, Brazil. Arq. Bras. Med. Vet. Zootec., Vol. 55(5), pp : 624-633.

Çakici, Ő & Üçüncü, I. 2007. Oocyte Development in the Zebrafish, Danio rerio (Teleostei: Cyprinidae). E.U. Journal of Fisheries Sciences. 24 (1-2), pp: 137-141.

Frantzena, M., Arnesenb, A.M., Damsgårdb, B., Tveitenb, H. & Johnsena, H.K. 2004. Effects of photoperiod on sex steroids and gonad maturation in Arctic charr. J.Aquaqulture.Vol. (7), pp : 6-13.

Page 14: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

14

Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi. Jakarta.

Halamsyah, A.I. 2000. Pakan Kebiasaan, Indeks Kematangan Gonad, Fekunditas dan Faktor Kondisi Ikan Lukas (Puntius bramoides C.V.) di Sungai Banjaran Kabupaten Banyumas. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto

Harsini. 2005. Kebiasaan Pakan Ikan Brek (Puntius arphoides) yang Tertangkap di Sungai Serayu. Laporan Penelitian. Fakultas Biologi UNSOED, Purwokerto.

Haryono. 2008. Proses Domestikasi Ikan Tambra (Tor spp.) Untuk Pemanfaatan Berkelanjutan. http://www.biotek.lipi.go.id. Diakses 17 April 2008.

Kime, A. 2008. Production of germ-line chimera in rainbow trout by blastomere trasplantation. Mol. Rep. Dev. Vol (59), pp :380-389.

Kouril J., Svoboda A., Hamackova J., Kalab P., Kolarova J., Lepicova A., Sedova M., Savina L., Rendon P.M., Svobodova Z., Barth T. & Vykusova B. (2007): Repeated administration of different hormonal preparations for artificial propagation and their effects on reproduction, survival and blood biochemistry profiles of female tench (Tinca tinca L.). Czech Journal of Animal Science, Vol (52), pp : 183–188.

Kouril J., Mraz, J., Hamackova, J., & Barth, T. 2008. Hormonal induction of tench (Tinca tinca L.) with the same treatments at two sequential reproductive seasons. J. Cybium, Vol. (32_, pp : 61-66.

Kroupova H., Machova J. & Svobodova Z. 2005. Nitrite influence on fish: a review. J. Veterinarni Medicina, Vol. (50), pp : 461–471.

Kujawa, R., Kucharczyk, D., Maincare, A.  1999.  A Model System For Keeping Spawners of Wild

and Domestic Fish Before Artificial Spawning.  J. Aquacultural Engineering. Vol. (20), pp :

85-89.

Lestari, W. & Sugiharto. 2008. Studi Bioekologi Ikan Sungai Mastacembelus unicolor dari Sungai Serayu yang Terancam Punah, dalam Upaya Membangun Strategi Konservasi. Laporan Penelitian Fundamental DIKTI.

Mananos E., Duncan, N., & Mylonas, D. 2009. Reproduction and control of ovulation, spermiation and spawning in cultured fish. 3–80. In: Cabrita E., Robles V., Herraez P. (eds.): Methods in Reproductive Aquaculture: J. Marine and Freshwater Species. CRC Press, Florida. 549 pp.

Skjæraasen, J.E., Salvanes, A.G.V., Karlsen, Ø., Dahle, R., Nilsen, T. & Norberg,B. 2004. The Effect of Photoperiod on Sexual Maturation, Appetite and Growth in Wild Atlantic Cod (Gadus morhua L.) . J. Fish Physiology and Biochemistry. Vol.30 (2), pp : 163-174 (12).

Shimizu, A. 2003. Effect of photoperiod and temperature on gonadal activity and plasma steroid levels in a reared strain of the mummichog (Fundulus heteroclitus) during different phases of its annual reproductive cycle. National Research Institute of Fisheries Science, Fisheries Research Agency, Fukuura 2-12-4, Kanazawa, Yokohama 236-8648, Japan.

Sudova E., Machova J., Svobodova Z. & Vesely T. 2007: Negative effects of malachite green and possibilities of its replacement in the treatment of fish eggs and fish: a review. J. Veterinarni medicina, Vol. (52), pp : 527–539.

Susatyo, P. dan Soeminto. 2002. Viabilitas Telur Ikan Nilem (Osteochilus hasselti C.V.) yang Ditunda Oviposisinya Setelah Menunjukkan Gejala Mijah. Biosfera. Scientific Journal. Vol. 12 (2).

Susatyo, P. dan Sugiharto. 2001. Aspek Perubahan Hormonal dan Histologis Selama Perkembangan Ovarium Belut Sawah (Monopterus albus Zuiew) yang Diinduksi Secara Artifisial. Biosfera.Scientific Journal. Vol. (16).

Yaron, Z. 1995. Endocrine control of gametogenesis and spawning induction in the carp. J. Aqua-culture, Vol. (129), pp : 49–73.

Page 15: Predomestikasi Ikan Brek Dan Ikan Lukas Sungai Serayu-Makalah Publikasi Untuk Jurnal Semnaskan 2010

15

Zanuy, S., Prat, F., Carillo, M. & Bromage, N.R. 1995. Effects of constant photoperiod on spawn-ing and plasma 17P-oestradiol levels of sea bass (Dicentrarchus labrax). J. Aquat. Living Resour., Vol. (8), p : 147-152.