praktikum voltameter tembaga
TRANSCRIPT
Laporan Pendauluan Praktikum Voltameter Tembaga
Diposkan oleh Elektro_BoY
Voltameter Tembaga merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besar
tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan
tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca
atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anoda sedangkan yang di tengah sebagai
katoda. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10cm (tinggi x diameter). Tembaga
memiliki berat jenis 8,93 gram/cm3, titik cairnya : 1083 0C, mampu tariknya : 200 – 360
N/mm2, perpanjangan/regangan/ : 35 – 50 %, penyusutan dingin : 2%. Metal/logam dapat
bertindak sebagai konduktor listrik, akibat adanya pergerakan bebas dari elektron-
elektron pada strukturnya. Secara sederhana konduksinya disebut konduksi metalik.
Pada larutan elektrolit yang ada kecenderungan sebagai konduksi listrik,
dalamperistiwa ini dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1 Larutan elektrolit sebagai konduktor
Jika kedua elektrode dihubungkan dengan arus listrik searah (DC), maka ion-ion
pada larutan akan bergerak berlawanan arah. Artinya, ion-ion positif akan bergerak ke
elektrode negatif, sebaliknya ion-ion negatif akan bergerak kearah elektrode positif.
Pergerakan-pergerakan muatan ion dalam larutan akan membawa energi listrik. Kondisi
demikian ini disebut elektrolitik. Apabila ion-ion dalam larutan terkontak dengan
elektrode maka reaksi kimia akan terjadi. Pada katode akan mengalami reduksi dan pada
anoda akan mengalami oksidasi.
Sifat hantaran listrik zat cair dapat dibedakan
1. Isolator, misal : air murni, minyak, dll.
2. Larutan ion, misal :
a. mengalami perubahan kimia, misal : asam-basa, garam.
b. tidak mengalami perubahan kimia, misal : air raksa, logam cair.
Sesuai dengan tujuan percobaan ini, maka untukmenghitung arus, diperlukan
endapan logam di katoda. Maka, akan ditinjau aspek kuantitatif pada elektrolisis ini
dengan mengggunakan hukum Faraday, yaitu :
“ Dalam elektrolisis, lewatnya 1 Faraday pada rangkaian menyebabakan oksidasi
satu bobot ekivalen suatu zat pada satu elektrode dan reduksi satu bobot ekivalen
pada elektrode yang lain.”
Dan dinyatakan dalam rumus :
G = a . i . t
Dimana : G = jumlah endapan logam (gr)
a = ekivalen elektrokimia (gr/coloumb)
i = arus (Ampere)
t = waktu (detik)
Dengan “i . t” adalah jumlah arus yang akan disuplai, secara kuantitatif dinyatakan
sebagai 1 Faraday, sehingga sesuai pula dengan kuantitas satuan standar kelistrikan yang
menyatakan banyaknya elektron yang melewati elektrolit adalah coloumb maka :
1 Faraday = 1 mol elektron = 96500 Coloumb
Sehingga rumus diatas menjadi :
G = a . i . t 96500
Karena larutan yang dipakai adalah dalam percobaan adalah CuSO4, maka reaksi
kimia yang terjadi bila terdapat arus listrik adalah :
CuSO4 --- > 2 Cu2+ + SO42-
Pada anoda : SO42- > 2 e + SO4
Pada katoda: Cu2+ + 2e > Cu
Artinya Cu2+ dari larutan garam bergerak menuju katoda dan anoda kehilangan Cu2+ yang
dipakai untuk menetralkan SO42-. Sesuai dengan reaksi diatas, dan definisi ekivalensi
elektrokimia, yaitu bobot zat yang diperlukan untuk memperoleh atau melepaskan 1 mol
elektron, maka harga elektrovalensi kimia untuk Cu dapat ditentukan sebagai berikut:
Dari hukum Faraday, rumus untuk “a” adalah :
a = G / (i . t) ; dimana i . t adalah 1 Faraday
maka:
a = G / 1 Faraday = G / (96500 C)
Karena 1 mol Cu (63,5) gr menghasilkan 2 mol elektron, maka hanya diperlukan 0,5 mol
Cu (63,5/2) gr untuk menghasilkan 1 mol elektron. Sehingga harga “a” untuk Cu dapat
dicari :
a = G gr = 0,3294 mg / C
2 . 96500 C
Setelah harga “a” diketahui maka harga i ditentukan berdasar persamaan :
i = G / (a . t)= G / (0,3294 . t), dengan : G = dalam miligram
a = dalam miligram/C
t = dalam detik
i = dalam ampere
Dengan persamaan tersebut, akan dapat dihitung besarnya “i” sesungguhnya yang
nantinya akan dibandingkan dengan angka “i” pada amperemeter. Dengan demikian,
besarnya keseksamaan dari penunjukkan jarum amperemeter dengan voltameter tembaga
dapat diperhitungkan dengan ralat perhitungan.
Sifat Tembaga
Tembaga yang dikatakan murni sifatnya, yaitu lunak, liat, dan dapat diregangkan
atau mulur. Selain itu juga kemampuannya sebagai penghantar panas dan penghantar
listriknya tinggi, juga tahan korosi. Pada udara terbuka, tembaga membentuk lapisan
pelindung berwarna hijau dari Cu karbonat yang dikenal dengan nama Platina. Tembaga
bila berhubungan langsung dengan asam cuka, akan menjadi terusi yang beracun.
Kemampuan untuk dikerjakan
Tembaga murni jelek untuk dicor, dimana dalam proses pengecoran, hasilnya
Porus. Akan tetapi apabila diberikan suatu tambahan yaitu dengan jumlah kurang dari 1%
bersama-sama akan memperbaiki sifat untuk mampu dicor. Tambahan-tambahan tersebut
antara lain: seng, mangan, timah putih, timah hitam, magnesium, nikel, phospor, dan
silisium.
Sebagai bahan setengah jadi, bahwa tembaga dapat dicor dalam suhu antara 800 -
900 0 C untuk dibuat blok, plat yang nantinya dilanjutkan proses rol atau ditekan untuk
dibuat batangan, profil atau pipa, dan lain sebagainya. Dan untuk pengerjaan selanjutnya
seperti proses dingin untuk dibuat atau dijadikan lembaran-lembaran tipis (foil) sampai
ketebalan 0,01 mm dan dibuat kawat sampai diameter 0,02 mm, akan tetapi dengan cara
tersebut, tembaga akan menjadi keras dan rapuh. Karena sifat mampu bentuknya baik
sekali, tembaga dibuat bermacam-macam kebutuhan barang-barang tempa maupun tekan
(forming). Melalui proses pelunakan ulang (soft anealing) pada temperatur antara 300 -
700 °C akan didapatkan sifat seperti semula dan harga/nilai keregangannya kembali
meningkat. Dan proses terakhir pada quenching tidak akan kembali keras, melainkan
menjadi bahan mampu tempa.
Untuk pengerjaan yang berhubungan dengan panas yang berulang-ulang atau
untuk bagian yang dilas atau disolder, dapat menggunakan bermacam-macam bahan
tembaga, misalnya dari tembaga jenis bebas O2 yaitu SB-Cu atau SD-Cu, bahanbahan
tersebut baik dan lunak. Dan untuk penyolderan keras maupun pengelasan tanpa gas
lindung pun akan baik kemampuan lasnya. Pada pengerjaan permesinan, misalnya :
pembubutan, frais, bor atau shaping, dan sebagainya, bahwa tembaga murni mempunyai
tatal atau cip yang terlalu liat dan padat, dan dapat merusak alat potongnya (cutter).
Untuk itu pada alat potong untuk pengerjaan tembaga, diberikan sudut pemotongan
khusus dan menggunakan minyak tanah atau oli bor emultion (dromus B) sebagai pelicin
membantu pemotongan.
Penggunaannya
Tembaga pada umumnya digunakan sebagai bahan kebutuhan perlistrikan, kawat tambahan solder, pipa-pipa pemanas atau pendingin, penutup atap, dan khususnya digunakan sebagai bahan paduan maupun logam paduan.