praktikum ibu handling & restrain

13
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Restraint (pengekangan) didefinisikan sebagai suatu penahanan secara paksa; dalam hal ini pada praktik veteriner, suatu metode penahanan hewan secara paksa dibawah pengawasan para teknis veteriner (Ballard et al 2009). Definisi lain dri kata restraint dalam kedokteran hewan adalah membtasi aktivitas suatu hewan secara verbal, fisikan, dan atau farmakologis supaya hewan tersebut dicegah dari melukai diri serta yang berada di sekelilingnya (Crow et al 2009). Ini adalah keterampilan yang membutuhkan latihan untuk menguasai dan merasa percaya diri dalam melakukannya. Objektif pengekangan hewan antara lain adalah untuk menangani hewan supaya suatu prosedur medis dapat dilakukan tanpa melukai hewan maupun manusia yang bersangkutan.restraint dan handling dilakukan untuk memfasilitasi pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan optalmik dan rektal, mengadministrasi obat per oral, injeksi, dan topical, mengenakan bandase pada hewan, melakukan prosedur seperti kateterisasi, dan untuk mencegah hewan dri melukai diri contohnya dengan menggunakan Elizabeth collar. Hewan yang berbeda membutuhkan teknik pengekangan yang berbeda dan meminimalkan stress serta risiko melukai hewan tersebut. Teknik- teknik yang tidak sesuai dapat mengakibatkan gangguan fisiologis yang dapat berakibat fatal. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah tersedia banyak produk obat-obatan untuk anestesi, sehingga akan terdapat banyak pilihan penggunaan anestetika pada proses operasi.Berbagai prosedur diagnostik dan operasi (operasi mayor atau minor) di dunia kedokteran hewan sering dibawah pengaruh anestesi.Operasi mempunyai beberapa tujuan antara lain untuk memperbaiki cacat perolehan, membantu dalam proses kelahiran, membantu dalam menentukan diagnosa penyakit, untuk mengembalikan fungsi organ serta dapat digunakan untuk memperindah penampilan. Operasi dapat dilakukan saat hewan dalam keadaan sehat yaitu operasi yang tidak emergency atau operasi elective, misalnya operasi untuk memperindah penampilan. Operasi yang dilakukan dalam keadaan emergency, misalnya karena kecelakaan harus segera dioperasi dan dianestesi terlebih dahulu untuk penyelamatan jiwa pasien.

Upload: realveterinarian

Post on 16-Jan-2016

133 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Tiket masuk praktikum Ilmu Bedah Umum

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum IBU Handling & Restrain

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangRestraint (pengekangan) didefinisikan sebagai suatu penahanan secara paksa; dalam hal ini

pada praktik veteriner, suatu metode penahanan hewan secara paksa dibawah pengawasan para teknis veteriner (Ballard et al 2009). Definisi lain dri kata restraint dalam kedokteran hewan adalah membtasi aktivitas suatu hewan secara verbal, fisikan, dan atau farmakologis supaya hewan tersebut dicegah dari melukai diri serta yang berada di sekelilingnya (Crow et al 2009). Ini adalah keterampilan yang membutuhkan latihan untuk menguasai dan merasa percaya diri dalam melakukannya. Objektif pengekangan hewan antara lain adalah untuk menangani hewan supaya suatu prosedur medis dapat dilakukan tanpa melukai hewan maupun manusia yang bersangkutan.restraint dan handling dilakukan untuk memfasilitasi pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan optalmik dan rektal, mengadministrasi obat per oral, injeksi, dan topical, mengenakan bandase pada hewan, melakukan prosedur seperti kateterisasi, dan untuk mencegah hewan dri melukai diri contohnya dengan menggunakan Elizabeth collar. Hewan yang berbeda membutuhkan teknik pengekangan yang berbeda dan meminimalkan stress serta risiko melukai hewan tersebut. Teknik-teknik yang tidak sesuai dapat mengakibatkan gangguan fisiologis yang dapat berakibat fatal.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini telah tersedia banyak produk obat-obatan untuk anestesi, sehingga akan terdapat banyak pilihan penggunaan anestetika pada proses operasi.Berbagai prosedur diagnostik dan operasi (operasi mayor atau minor) di dunia kedokteran hewan sering dibawah pengaruh anestesi.Operasi mempunyai beberapa tujuan antara lain untuk memperbaiki cacat perolehan, membantu dalam proses kelahiran, membantu dalam menentukan diagnosa penyakit, untuk mengembalikan fungsi organ serta dapat digunakan untuk memperindah penampilan. Operasi dapat dilakukan saat hewan dalam keadaan sehat yaitu operasi yang tidak emergency atau operasi elective, misalnya operasi untuk memperindah penampilan. Operasi yang dilakukan dalam keadaan emergency, misalnya karena kecelakaan harus segera dioperasi dan dianestesi terlebih dahulu untuk penyelamatan jiwa pasien.

Anestesi sebelum operasi sangat penting dilakukan pada hewan untuk menghilangkan rasa sakit dan mempermudah pekerjaan dalam operasi. Tujuan hewan dianestesi sebelum dioperasi untuk memastikan hewan tidak dapat merasa nyeri maupun sakit sehingga dapat mengurangi penderitaan bagi hewan. Salah satu cara yang diambil adalah dengan penggunaan anestesi umum. Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Pemilihan obat anestesi umum harus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu jenis operasi, lamanya operasi, temperamen hewan, fisiologis hewan, dan spesies hewan (Erwin, 2009).

Perkembangan ilmu kedokteran tentang cairan dan tehnik pemberian cairan memberikan tantangan akan pengetahuan tentang pengaruh dan respon yang dapat terjadi akibat pemberian cairan tersebut. Pada masa awal tahun 1930-an penggunaan cairan infus yang dikenal hanya terbatas antara lain ; infus Nacl dan dextrose 5 % , akan tetapi sekarang ini telah banyak tersedia berbagai macam cairan mulai dari cairan infus untuk mengkoreksi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan infus yang merupakan suatu terapi dari suatu masalah kesehatan, maupun cairan infus yang ditujukan untuk pemberian nutrisi.

Pemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat. Pemasangan kateter intravena digunakan untuk

Page 2: Praktikum IBU Handling & Restrain

memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi. (World Health Organization, 2005).

1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknik-teknik pengendalian dan

pengekangan fisik terhadap hewan yang akan dilakuan pemeriksaan atau perlakuan lebih lanjut seperti pemeriksaan fisik, pemberian obat secara injeksi atau oral, serta pengambilan darah. Selain itu praktikum ini juga bertujuan untuk melakukan premedikasi dan anestesi pre operasi secara tepat, dan pemasangan IV catheter yang sesuai. Dengan memperlajari teknik yang benar, diharapkan supaya tidak terjadi cedera pada hewan maupun orang yang berada di sekeliling hewan tersebut sewaktu pemeriksaan berlangsung.

Page 3: Praktikum IBU Handling & Restrain

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 HANDLING & RESTRAIN2.1.1 Handling Kucing

Merupakan cara penanganan hewan sebelum diperiksa dengan cara menghalangi gerak aksi dari hewan secara fisik.Beberapa hal yang harus diingat sebelum melakukan handling pada kucing adalah:1. Gunakan metode handling paling minimal atau sederhana.2. Pastikan pintu dan jendela tertutup rapat, karena kucig merupakan hewan yang pandai untuk

melarikan diri.3. Jangan pernah memperlakukan semua kucing itu sama, karena kita harus memperhatikan

jugabahasa tubuh dari kucing.

4. Jangan memegang kucing terlalu kencang, karena akan menyebabkan kucing merasa terancam dan kucing akan mencoba untuk memberikan perlawanan.

Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan handling adalah:1. Memegang kepala kucing dengan kedua tangan (posisi jempol diatas kepalakucing).2. Memegang kaki kucing dengan cara menjepitkan jari-jari kita di sela-sela kaki kucing

(Lane, 2004; Aspinall, 2006).

2.1.2 Restrain KucingMerupakan cara penanganan hewan sebelum diperiksa dengan cara menghalangi gerak

aksi dari hewan menggunakan bahan-bahan kimiawi (obat penenang). Restrain secara kimiawi adalah restrain yang menggunakan obat– obat penenang atau menggunakan Tranquilizer. (Anief, 1995).Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk melakukan restrain adalah:1. Menggunakan handuk untuk menutupi (menggulung) tubuh kucing.2. Menggunakan Cat Restrain Bag3. Menggunakan penutup kepala kucing (Muzzles).4. Menggunakan Cat Lasso

(Lane, 2004; Aspinall, 2006).

Page 4: Praktikum IBU Handling & Restrain

Obat penenang (psikotropika) adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan prilaku. Obat penenang sendiri dibagi antara lain:a. Obat-obat yang menekan fungsi-fungsi psikis tertentu di SSP.

Obat Golongan Neuroptika Obat yang tergolong transquillizer 

b. Obat-obat yang menstimulir (merangsang) fungsi-fungsi tertentu di SSP. Obat golongan anti depressiva Obat golongan Psikostimulansia

c. Obat-obat yang mengacaukan mental tertentu (LSD/Lysergic Acid   Dicthylamide).Yang biasanya dipergunakan sebagai obat penenang untuk hewan adalah kategori

Transquillizer. Transqullizer adalah obat-obat penenang yang berkhasiat selektif terutama pada bagian otak yang menguasai emosi-emosi kita, yakni sistem limbis dan menekan SSP. Bedanya dengan golongan neurotika adalah bukan merupakan anti psikotropika.

2.2 PREMEDIKASI & ANESTESI2.2.1 Premedikasi

Dengan kemajuan teknik anestesi sekarang, tujuan utama pemberian premedikasi tidakhanya untuk mempermudah induksi dan mengurangi jumlah obat-obat yang digunakan, akan tetapi terutama untuk menenangkan pasien sebagai persiapan anestesia. Kini obat premedikasi ringan banyak digunakan, agar masa pulih setelah pembedahan singkat. Selain itu ditekankan agar obat-obat yang digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien oleh karena kebutuhan tiap-tiap pasien berbeda.A. Tujuan Premedikasi

1. Menimbulkan rasa nyaman bagi pasiena. menghilangkan rasa khawatirb.memberikan ketenanganc. membuat amnesiad. memberikan analgesia

2. Memudahkan induksiPada saat ini kebutuhan pemberian obat-obatan khusus untuk membuat induksi

anestesi menjadi lebih mudah sudah berkurang. Hal ini karena banyak dipakai induksi intra vena dan penggunaan pelemas otot yang mengurangi kesulitan khususnya pernafasan serta karena pemakaian uap yang tidak merangsang seperti halothan. Sebelum induksi inhalasi lebih-lebih pada pasien yang kekar dan emosional pemberian morfin atau pethidin banyak menguntungkan. Selain itu disebutkan bahwa narkotika dapat mengurangi takipnu yang sering terjadi selama anestesi dengan halothan.

3. Mengurangi dosis dan obat anestesi.

Page 5: Praktikum IBU Handling & Restrain

Tujuan premedikasi untuk mengurangi metabolisme basal sehingga induksi dan pemeliharaan anestesi menjadi lebih mudah dan diperlukan obat-obatan lebih sedikit sehingga pasien akan sadar lebih cepat.

4. Menekan refleks yang tidak diinginkan.Trauma bedah dapat menyebabkan bagian tubuh bergerak, bila anestesi tidak

memadai. Obat-obat analgetika dapat diberikan sebelum pembedahan, sehingga anestetika lemah seperti N2O memerlukan sedikit penambahan obat-obat lain selama anestesi. Misalnya dilatasi sfingter anus dan penarikan testikulus merupakan penyebab crowing selama anestesi yang dangkal. Trauma pada kulit dapat menyebabkan perubahan denyut jantung dan tekanan darah.

5. Mengurangi sekresi jalan nafasAtropin dan hiosin mengurangi sekresi saluran nafas. Hal ini tampak

menguntungkan pada pemakaian eter. Sekresi berlangsung selama anestesi dan dapat dirangsang oleh tindakan seperti pengisapan atau pemasangan pipa jalan nafas trakea. Antikolinergik ini digunakan untuk mengurangi sekresi bronkus sebelum anestesi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dosis Obat1. Usia2. Suhu3. Emosi4. Nyeri5. Penyakit

C. Waktu Dan Cara Pemberian ObatTergantung kepada cara pemberian obat. Pemberian obat secara subcutan tidak akan

efektif dalam 1 jam, secara IM minimum harus ditunggu 40 menit. Pada kasus yang sangat darurat dengan waktu tindakan pembedahan yang tidak pasti obat-obat dapat diberikan secara IV. Obat akan segera efektif sebelum induksi. Bila pembedahan belum akan dimulai dalam waktu 1 jam dianjurkan pemberian premedikasi IM, cara subcutan tidak dianjurkan. Harus diingat semua obat premedikasi bila diberikan secara IV dapat menyebabkan sedikit hipotensi kecuali atropin dan hiosin. Hal ini dapat dikurangi dengan pemberian secara berlahan-lahan dan diencerkan.untuk

D. Obat-Obatan Yang Sering Digunakan Untuk Premedikasi1. Sulfas Atropine

(Parasympatholytic Agent)Farmakologi:

Obat ini mempunyai efek blokade pada organ-organ yang disarafi oleh saraf cholinergic post ganglion seperti otot polos, glandula sekresi. Obat ini adalah parasympatholitic depresant, parasympatewtic anticholinergic.

Pada mata menimbulkan paralise dari sphincter iris yang mengakibatkan pupil melebar, walaupun demikian jika dosis hanya 0,6 mg tidak akan mempengaruhi daya akomodasi. Kelenjar ludah, bronchial dan keringat dilumpuhkan oleh obat ini, sedangkan otot-otot bronchial menjadi relax, yang menyebabkan dead space anatomis dan physiologis sedikit bertambah. Pada penderita dengan temperatur tinggi, obat ini harus diberikan dengan hati-hati terutama anak-anak.

Pada sistem sirkulasi, kecepatan denyut jantung pada mulanya kadang-kadang menjadi lebih lambat, akibat rangsangan meduler (vagal), tetapi efek ini tidak tampak pada

Page 6: Praktikum IBU Handling & Restrain

pemberian secara IV dengan dosis klinis. Atropine 1,3 mg yang diberikan secara subcutan akan menaikkan denyutan nadi sebanyak 20 – 30 kali/menit dan berlangsung sampai 2 jam. Jika dosis 0,6 mg secara IV diberikan, maka denyut nadi akan naik sampai 20 kali/menit. Atropine dapat mencegah te3rjadinya reflex-[reflex yang menimbulkan vagal stimulation, syscope, bradycardi. Dalam kasus-kasus tachycardia yang hebat, misal pada thyrotoxicosis, hyperpyrexia atau penyakit jantung, penggunaan atropine sebaiknya dihindari. Suatu kenyataan telah membuktikan bahwa:- Jika sebelumnya tidak mendapat pre medikasi atropine, maka jika diberikan atropine IV

dengan dosis 0,5 mg akan terjadi bradicardia. Jika dosis lebih dari 0,5 mg akan terjadi tachycardia.

- Jika penderita telah mendapat premedikasi atropine, maka jika diberikan lagi dosis secara IV, maka akan terjadi tachycardia walau bagaimanapun kecepatan penyuntikannya.

- Obat ini dikeluarkan melalui ginjal dan sebagian dihancurkan dalam tubuh.

2. Derivat FenothiazinDerivat fenothiazin yang banyak di gunakan untuk premidikasi adalah prometazin.

Obat ini pada mulanya di gunakan sebagai anti histamin.Kasiat farmakologiTerhadap saraf:

Menimbulkan depresi saraf pusat, bekerja pada formasioretikularis dan hypothalamus

Menekan pusat muntah dan mengatur suhu obat Ini berpotensi dengan sedative lainnya.

Terhadap respirasi: Menyebabkan dilatasi otot polos saluran nafas dan menghambat sekresi kelenjar.

Terhadap kardiovaskuler: Menyebabkan vasodilatasi sehingga dapat memperbaiki perfusi jaringan

Terhadap saluran cerna efek lainnya Menurunkan peristaltik usus, mencegah spasme dan mengurangi sekresi kelenjar.

Efek lainnya adalah menekan dekresi katekolamin dan sebagai antikholinergik.Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa kasiat promethazin sebagai obat

premedikasi adalah sebagai sedative, antiemetic, antikhonergik, antihistamin, bronkodilator dan anti pretika.

3. MorphineBerasal dari bahasa Gerika dari kata mopheus yang artinya dewa mimpi.

Farmakologi:Obat yang mendepresi metabolisme secara langsung, efeknya yang terutama adalah

pada susunan saraf pusat, sistem pernafasan dan pada usus.Pada sistem saraf pusat :

Obat ini menyebabkan tidur dan analgesia. Lebih efektif untuk mengatasi rasa sakit yang terus menerus dan tidak tajam dibandingkan dengan rasa sakit yang tajam dan selang seling. Analgesia lebih efisien jika obat ini diberikan sebelum terjadinya serangan rasa sakit dari pada jika sudah terjadi serangan rasa sakit. Analgesia itu kadang-kadang disertai dengan euphoria. Obat ini mendepresi pusat pernafasan. Tonus parasimpatis meninggi mungkin karena efek anticholinestrasi dari morphine. Tekanan cerebrospinalis meninggi karena bertambahnya aliran darah ke otak akibat kenaikan PCO2.

Page 7: Praktikum IBU Handling & Restrain

Pada sistem pernafasan :Sensitifitas pusat pernafasan menurun.kecepatan dan dalamnya pernafasan berkurang.

PCO2 dalam arteri dan alveolus meninggi. Pernafasan dapat menjadi periodik (chyne stokes) atau irregular (biot). Dapat pula terjadi bronchoconstrictie oleh karena efek anticholinesterase. Depresi pernafasan yang maksimum terjadi 30 menit setelah penyuntikan secara IM.

Faktor-faktor yang menambah depresi pernapasan setelah seseorang mendapat morphine adalah tidur, umur yang lanjut, pemberian obat-obat lain termasuk barbiturate – anestesi umum – alkohol – phenothiazine.

Faktor-faktor yang melawan depresi pernafasan tersebut adalah rasa kasit, keadaan emosi, tolerasi addictie, obat-obat tertentu sebagai antagonis seperti nalorphine – naloxone.

Pada gastrointestinalis :Morphine menyebabkan spincter usus menyempit, gerakan lambung menurun, pylorus

berkontraksi. Tonus otot pada usus halus dan usus besar meninggi tapi peristaltiknya menurun. Maka akibatnya terjadi konstipasi karena usus yang spasme dan diam. Pengaruh morphine pada saluran makanan ini adalah secara lokal (tidak central).

Atropine dan propantheline bromide 15 – 30 mg dapat melawan pengaruh ini, sedangkan neostigmin akan memperkuat pengaruh morphine. Enek-enek dan muntah-muntah terjadi karena rangsangan pada chemoreceptor medller bukan rangsangan langsung dari muntah. Muntah-muntah yang terjadi dipengaruhi oleh gerakan tubuh dan posisi penderita, karena morphine membuat pusat muntah menjadi sensitive terhadap gerakan vestibulum. Perphenazine (fentazine) adalah antidotum yang baik terhadap nausea dan muntah-muntah akibat morphine. Obat ini dapat diberikan peroral, rectum atau injeksi.

Morphine menyebabkan spincter oddi (pada ductus choledoctus) berkontraksi sehingga tekanan cairan empedu meninggikarena terhalang pengosongannya. Atropine mempunyai sedikit antagonis dalam hal ini. Tapinitroglycerine mempunyai antagonis yang kuat dalam hal ini.

Pada sistem cardiovasculer :Pada dosis klinis pengaruhnya tidak begitu besar, kadang-kadang terjadi sedikit

menurun nadi dan tekanan darah terutama jika pemberian IV. Pada penderita morphinis dapat diikuti dengan collaps vasculer jika ia secara mendadak disuruh berdiri. Terjadi vasodilatasi terutama dikepala dan leher, pengeluaran keringat meningkat. Morphine kadang-kadang menimbulkan rasa gatal terutama pada hidung. Kadang menimbulkan reaksi alergi. Morphine dapat meninggikan kadar gula darah.

2.2.2 AnestesiKata anestesi berasal dari bahasa yunani yang berarti keadaan tanpa rasa sakit. Anestesi

dibagi menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan anestesi umum. Pada anestesi lokal hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilangnya kesadaran, sedangkan pada anestesi umum hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran.

Anestesi sebelum operasi sangat penting dilakukan pada hewan untuk menghilangkan rasa sakit dan mempermudah pekerjaan dalam operasi. Tujuan hewan dianestesi sebelum dioperasi untuk memastikan hewan tidak dapat merasa nyeri maupun sakit sehingga dapat mengurangi penderitaan bagi hewan. Salah satu cara yang diambil adalah dengan penggunaan

Page 8: Praktikum IBU Handling & Restrain

anestesi umum. Anestesi umum adalah hilangnya rasa sakit disertai hilangnya kesadaran. Pemilihan obat  anestesi umum harus didasarkan atas beberapa pertimbangan, yaitu jenis operasi, lamanya operasi, temperamen hewan, fisiologis hewan, dan spesies hewan (Erwin, 2009). Saat ini anestesi yang banyak digunakan oleh Dokter Hewan praktek adalah anestesi secara injeksi. Anestesi secara injeksi baik yang diberikan secara intramuskular atau intravena pada umumnya digunakan untuk operasi yang memerlukan waktu pendek. Penggunaan anestesi ini karena beberapa alasan tertentu, diantaranya karena penggunaan yang praktis, relatif tidak mahal, dan obat yang digunakan relatif mudah didapat. Kekurangan dari anestesi secara injeksi adalah kedalaman anestesinya tidak bisa dikontrol dan untuk recovery pasien harus menunggu proses metabolisme agen anestetika tersebut. Anestesi secara injeksi juga dapat menimbulkan stres akibat restrain dan rasa sakit ditempat penyuntikan, serta jika sudah diinjeksikan tidak dapat ditarik kembali. Berbeda dengan anestesi secara inhalasi dimana dalam penggunaannya memerlukan seseorang yang dapat menggunakan mesin anestesi, sehingga kurang praktis, anestetika yang digunakan relatif sulit didapat sehingga mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh klien,serta dapat menghasilkan tekanan intracranial pada pasien.

Ketamin sebagai salah satu anestesi injeksi, dapat digunakan sebagai anestesi umum pada kucing, primata,kuda, sapi, unggas, dan anjing. Ketamin termasuk anestesi golongan dissosiatif. Ketamin merupakan analgesik yang bekerja kuat pada sistem saraf pusat melalui saraf simpatomimetik dan parasimpatolitik. Ketamin merangsang proses metabolisme, kerja kardiovaskular, salivasi, meningkatkan suhu tubuh, detak jantung dan tekanan arteri. Ketamin bila diberikan secara tunggal memiliki beberapa efek samping antara lain meningkatnya tekanan darah arteri terutama bila diberikan secara intravena, hipersalivasi, halusinasi, dan tidak adanya refleks otot (Erwin, 2009). Penggunaan ketamin sebagai agen anestesi memiliki beberapa keuntungan diantaranya adalah mudah pengaplikasiannya, induksi cepat, dan dapat dikombinasikan dengan agen preanestesi lainnya . Penggunaan ketamin juga memiliki dampak negatif karena menyebabkan terjadinya ketegangan otot, oleh karena itu perlu dicarikan alternatif campuran ketamin untuk menghilangkan efek ketegangan otot karena akibat ketamin.

Acepromazin merupakan transquilizer yang sering digunakan sebagai premedikasi anestesi. Acepromazine menghambat reseptor postsinap dopamin dalam sistem saraf pusat dan menekan sistem dalam tubuh yang mengatur tekanan darah sehingga mengakibatkan hipotensi dan bradikardia. Adanya vasodilatasi pembuluh darah dan penurunan denyut jantung mengakibatkan aliran darah ke pembuluh darah menurun termasuk yang ke jaringan dan tekanan darah menjadi rendah.Acepromazin juga merupakan salah satu golongan sedativa yang memiliki efek muskuli relaksan, sehingga cocok dikombinasikan dengan ketamin yang dapat menyebabkan kekakuan otot pada pasien.

2.3 IV CATHETERPemasangan kateter intravena adalah menempatkan cairan steril melalui jarum langsung ke

vena pasien. Biasanya cairan steril mengandung elektrolit (natrium, kalsium, kalium), nutrien (biasanya glukosa), vitamin atau obat.

Pemasangan kateter intravena digunakan untuk memberikan cairan ketika pasien tidak dapat menelan, tidak sadar, dehidrasi atau syok, untuk memberikan garam yang diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit, atau glukosa yang diperlukan untuk metabolisme, atau untuk memberikan medikasi (World Health Organization, 2005).

Untuk pemilihan kateter, pilihlah alat dengan panjang terpendek, diameter terkecil yang memungkinkan administrasi cairan dengan benar.

Page 9: Praktikum IBU Handling & Restrain

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1995. Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Aspinal, V. 2006. Clinical Procedures in Veterinary Nursing. Toronto: Elseveir Lim.

Ballard. 2009. Diagnostic Methods in Veterinary Medicine. Edinburgh: Oliver and Boyd.

Crow, S.J., 2009. How to Restraint a Cat. California.

Erwin. 2005. Synopsis of Anaesthesia 6th Edition. USA.

Goth, Andres. 2009. Medical Pharmacology: Principles and Concepts 2nd Edition. London.

Lane, D.R., Cooper, B., 2004. Veterinary Nursing: Formerly Jone’s Animal Nursing. Pergamon: BSAVA.

Robertson, J., D., 2005. Recent Advances in Anaesthesia and Analgesia. London.