(laporan 3 ibuv) simulasi handling dan restrain hewan besar dan kecil

Upload: hanna-tham

Post on 08-Jul-2015

3.423 views

Category:

Documents


64 download

TRANSCRIPT

SIMULASI HANDLING DAN RESTRAIN HEWAN BESAR DAN KECIL Selasa/ 8 Maret 2011/11.00-13.30

KELOMPOK I Sarojini Selvaraju Nurulaini Fitria Kaliwon Nur Astri Fadzillah Mechor Rida Tiffarent Jeffry Matheus Manurung Dhia Mardhia Engcong B04058004 B04078003 B04078005 B04080004 B04080008 B04088022

BAGIAN BEDAH DAN RADIOLOGI DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2

BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Restraint pengekangan didefinisikan sebagai suatu penahanan secara paksa; dalam hal ini pada praktik veteriner, suatu metode penahanan hewan secara paksa dibawah pengawasan para teknis veteriner (Ballard et al 2009). Definisi lain dari kata restraint dalam kedokteran hewan adalah membatasi aktivitas suatu hewan secara verbal, fisikal, dan atau farmakologis supaya hewan tersebut dicegah dari melukai diri serta yang berada di sekelilingnya (Crow et al 2009). Ini adalah keterampilan yang membutuhkan latihan untuk menguasai dan merasa percaya diri dalam melakukannya. Objektif pengekangan hewan antara lain adalah untuk menangani hewan supaya suatu prosedur medis dapat dilakukan tanpa melukai hewan maupun manusia yang bersangkutan. Restraint dan handling dilakukan untuk mefasilitasi pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan optalmik dan rektal, mengadministrasi obat per oral, injeksi, dan topikal, mengenakan bandase pada hewan, melakukan prosedur seperti kateterasi, dan untuk mencegah hewan dari melukai diri contohnya dengan menggunakan Elizabeth collar. Hewan yang berbeda membutuhkan teknik pengekangan yang berbeda dan meminimalkan stres serta risiko melukai hewan tersebut. Teknik-teknik yang tidak sesuai dapat mengakibatkan gangguan fisiologis yang dapat berakibat fatal. B. Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mempelajari teknikteknik pengendalian dan pengekangan fisik terhadap hewan yang akan dilakukan pemeriksaan atau perlakuan lebih lanjut seperti pemeriksaan fisik, pemberian obat secara injeksi atau oral, serta pengambilan darah. Dengan mempelajari teknik yang benar, diharapkan supaya tidak terjadi cedera pada hewan maupun orang di sekeliling hewan tersebut sewaktu pemeriksaan berlangsung.

3

4

Bab 2. Material dan Metoda Alat-alat yang digunakan antara lain tali dan spoit. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah satu ekor kucing (untuk setiap kelompok) dan satu ekor anjing, vitamin C sebagai contoh tablet dan air sebagai ganti obat dalam bentuk cair. a. Pengendalian dan Aplikasi Obat pada Kucing Pengendalian kucing yang dilakukan dalam praktikum kali ini antara lain mengangkat kucing, membawa kucing pada jarak yang dekat, mengikat mulut kucing, menghandle kucing di atas meja, mengikat kaki kucing saat dilakukan operasi dengan bius total, memasukkan pil/tablet ke mulut kucing, serta memasukkan obat cair secara per oral. Kucing diangkat dengan cara berdiri di sebelah kiri kucing. Kemudian tangan kanan memegang bagian dada. Jari telunjuk diselipkan di antara kedua kaki depan. Kulit pada bagian punggung-leher dipegang dan diangkat dengan dengan tangan kiri. Badan kucing dikempit di antara lengan dan pinggang. Kucing dibawa untuk jarak yang dekat dengan diawali tahaptahap diatas, selanjutnya badan kucing dipegang dengan sepanjang tangan kanan. Mengikat mulut/moncong kucing dengan menggunakan tali dilakukan untuk waktu yang tidak lama. Pertama dibuat simpul mati di bagian ventral mulut. Selanjutnya dibuat simpul mati lagi di tengkuk (belakang telinga), salah satu ujung tali ditarik ke arah cranial/ ke mulut dan diselipkan dari atas ke bawah ikatan yang dibuat di awal. Kemudian diikat dengan simpul mati ditengkuk dan ditimpa dengan simpul rifer. Kucing dihendel di atas meja dengan memegang kedua kaki kucing depan dan belakang masing-masing dengan tangan kiri dan kanan. Jari telunjuk kita diselipkan diantara kedua kaki. Posisi kita saat menghendel kucing di atas meja yaitu di sisi kanan/kiri tubuh kucing (senyaman mungkin). Kucing kemudian

5

dibaringkan di sisi lateral tersebut. Leher kucing ditekan dengan pergelangan tangan sementara tangan yang lain menekan kaki kucing. Saat dilakukan operasi pembedahan bagian ventral perut (laparotomi). Kucing dibius total kemudian ditelentangkan. Keempat kaki kucing diikat dengan membuat simpul Tomfool. Kemudian lubangnya dimasukkan ke masing-masing kaki kucing sedang ujung yang lain diikat ke meja. Pemberian obat berupa pil/tablet dalam hal ini vitamin dilakukan dengan memegang kepala (rahang atas) dengan tangan dan ibu jari menekan sudut mulut. Pil ditempatkan diantara ibu jari dan telunjuk tangan yang lain. Rahang bawah ditekan dengan jari tengah kemudian pil dijatuhkan di bagian belakang/pangkal lidah. Mulut selanjutnya segera ditutup sampai hewan menunjukkan refleks menelan. Sementara obat cair dimasukkan dengan bantuan spoit/disposable syringe (tanpa jarum/needle). Kulit bagian sudut mulut (pipi) kucing yang kendur ditarik. Spoit berisi obat (dalam praktikum digunakan air) dimasukkan dicelah sudut mulut kemudian obat dimasukkan. Cairan dimasukkan perlahan-lahan sambil menunggu hewan menelan cairan. b. Pengendalian dan Aplikasi Obat pada Anjing Pengendalian anjing yang dilakukan pada praktikum kali ini yaitu mengikat moncong anjing (moncong panjang dan moncong pendek), membuat tali leher anjing, mengikat kaki anjing, mengangkat dan membawa anjing, serta memasukkan obat berupa pil/tablet dan obat cair. Mengikat moncong anjing (moncong panjang) dengan membuat simpul mati di dorsal moncong dilanjutkan simpul mati lagi di ventral moncong. Kemudian dibuat simpul mati lagi di tengkuk (belakang telinga) dan ditimpa dengan simpul refer. Sementara untuk anjing moncong pendek tahapan pengikatan sama seperti pada kucing.

6

Tali leher anjing dibuat dengan melingkarkan tali di leher anjing. Satu sisi tali lebih panjang dari sisi yang lain karena digunakan untuk menarik saat mengajak anjing jalan. Kemudian membuat simpul kupu-kupu di dorsal leher anjing. Mengangkat anjing dimulai dengan berdiri di sisi kiri/kanan anjing. kedua tangan dan lengan merangkul kaki depan dan kaki belakang anjing. Tubuh anjing dengan keempat kakinya dalam rangkulan. Memasukkan obat baik pil/ tablet ataupun cair per oral dilakukan dengan cara yang sama seperti pada kucing. Hanya saja rahang atas dipegang pada bagian moncong dan harus dipegang lebih kuat. c. Pengendalian dan aplikasi obat pada sapi dan domba Sapi paling mudah di hendel dengan mengikat bagian kepalanya. Sama ada diikat bagian mukanya atau pada hidung. Mengikat bagian kepala dinamakan sebagai halter. Halter bisa diperbuat dari kotten, nilon dan twine. Orang yang memegang tali sapi sebaiknya berada di sebelah kiri dari kepala sapi. Selain dari mengikat bagian kepala, menghendel dengan nose lead juga boleh digunakan. Cara ini dilakukan dengan menjepit bagian hidungnya.

Gambar 1: Halter

7

Gambar 2: Nose lead

Kadang untuk handling sapi maupun domba yang tidak koperatif sebaiknya sapi ataupun domba dijatuhkan atau dibaringkan ke tanah. Untuk itu dapat digunakan beberapa

metode, seperti metode Rope squeeze dan metode Burley yang diperkenalkan oleh Dr.D.R. Burley Georgia.

8

Metode Rope squeeze

1. Ikat pada leher sapi dengan ikatan bowline knot

2. Bawa hujung tali ke samping

9

3. Ambil tali yang telah di bawa ke samping, ikat tubuhnya seperti gambar diatas

4. Buat lilitan yang sama pada bagian cauda dengan lilitan yang sama

Metode Burley

10

Tali perlu disilangkan pada tubuh sapi seperti pada gambar diatas. Kelebihan metode ini ialah, tali tidak akan menekan bagian dada dan tidak membahayakan organ genital. Kedua kaki akan jatuh setelah ditarik. Pemberian obat ke dalam mulut sapi biasanya menggunakan bantuan Speculum examination. Spekulum ini dapat diatur besar bukaannya. Kelebihannya adalah dapat mempermudah pemberian obat per oral dan pemeriksaan mulut juga dapat menjaga keselamatan kita dari digigit oleh sapi.

11

Gambar 3: pemakaian Speculum Examination d. Pengendalian pada kuda Kuda adalah salah satu hewan monogastrik berteracak satu. Kuda memiliki otot yang besar dan kuat. Kondisi anatomi kuda mendukung kuda untuk dapat berlari cepat dan jauh. Kuda memiliki tenaga yang besar dan mampu menanggung beban yang berat. Kuda memiliki ekspresi yang terkadang di luar dugaan. Seekor kuda bisa tiba-tiba sangat senang atau marah dan dapat membahayakan orang yang berada di dekatnya. Kuda memiliki teknik pertahanan diri melalui tendangan kakinya yang kuat terutama kaki belakang dan kekuatan giginya untuk menggigit. Aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kuda relatif berbahaya, tetapi tingkat risiko dapat diminimalisir, terutama ketika dia merasa ketakutan atau stress. Kuda yang dapat menjadi sangat berbahaya adalah kuda yang terlihat tenang. Handling yang aman termasuk di dalamnya mempelajari sebuah perangkat aturan-aturan yang dapat diterapkan pada semua kuda, tanpa melupakan bahwa setiap kuda memilki karakter individu masing-masing. Seekor kuda harus diikat dengan aman dan ditangani oleh orang yang mampu menghandlenya. Seekor kuda harus memakai brongsong dan tali kendali sebagai handling kuda yang mana dan paling minimal. Jangan pernah bekerja di samping kuda yang tidak diikat.

12

Saat membersihkan kandang kuda atau lapangan kuda harus diamankan terlebih dahulu. Sikap hati-hati saat membersihkan feses yang terdapat di dekat kuda sangat diperlukan karena konsentrasi orang yang membersihkan feses tersebut akan berkurang terhadap kuda sehingga keselamatannya dapat terancam. Posisi aman terhadap kuda adalah dalam jarak yang sangat dekat dengan kuda atau dalam jarak yang terhindar dari gigitan dan tendangan kuda yaitu mendekati 3-4 meter. Melalui jarak yang tetap dekat dan kontak fisik dengan kuda serta berbicara kepada kuda akan membuat kuda menjadi tahu di mana orang tersebut berada dan dapat mengurangi rasa terkejutnya dan gerakan tiba-tibanya. Area yang paling sensitif pada kuda adalah hidung, telinga, dan legok lapar. Di alam liar predator akan menangkap hidung kuda untuk menjatuhkannya, sehingga secara naluri kuda akan waspada saat ada seseorang yang menyentuh area tersebut. Hidung diinervasi sangat oleh banyak saraf sehingga dapat membuatnya menjadi sensitive. Kuda tidak

melihat objek tepat di depan kepalanya. Hal ini berkaitan dengan posisi mata kuda yang berada di samping, sehingga kuda menggunakan ketajaman pendengarannya untuk mengenali objek yang ada di depannya. Di samping itu, kuda dapat menjadi sangat panik saat telinganya ditangkap. Luka pada kaki kuda dapat mempengaruhi kemampuan bertahan hidup kuda di alam liar. Sehingga secara alamiah kuda akan waspada saat seseorang memegang kakinya. Bab 4. Penutup A. Kesimpulan Restrain dan handling merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga keselamatan pemeriksaan petugas dan operasi hewan terhadap semasa hewan melakukan maupun

tersebut. Mengaplikasikan simpul-simpul yang telah dipelajari sebelumnya dengan teknik yang benar merupakan upaya dalam

13

membantu usaha menghandling agar tidak terjadi cedera pada hewan maupun orang di sekeliling hewan tersebut sewaktu pemeriksaan berlangsung.

14

B. Saran Perlu diingat hal terpenting dalam restrain dan handling adalah keselamatan hewan dan petugas, bahkan hewan terbaik yang telah dilatih pun tetap menjadi hewan yang membahayakan terutama ketika dia merasa ketakutan atau stress, sehingga sulit untuk dihandling. Oleh itu mahasiswa harus lebih berhati-hati. Selain itu, diharapkan mahasiswa dapat diberi peluang untuk menghandling kuda dan sapi secara langsung, agar mahasiswa bisa mengetahui lebih banyak tentang cara handling hewan besar.

Daftar Pustaka Ballard B and Rockett J. 2009. Restraint and Handling for Veterinary Technicians and Assistants. Delmar: New York. and Rodents. Wiley-Blackwell: Iowa Crow SE, Walshaw SO, Boyle JE. 2009. Manual of Clinical Procedures in Dogs, Cats, Rabbits, Huntington P.J..2004.Horse Sense: The Guide to Horse Care in Australia and New Zeland 2nd Ed.Collingwood VIC:Landlinks Press. Brown Jeremy H. and Pilliner Sarah.1994.Horse Care A Practical Manual of Horse Mastership.UK:Blackwell Scientific Publications Fowler ME. 2008. Restraint and Handling of Wild and Domestic Animals. Blackwell: Iowa Qu WM, Huang ZL, Matsumoto N, Xu XH, Urade Y. 2008. Drug Delivery Through a Chronically Implanted Stomach Catheter Improves Efciency of Evaluating Wake-Promoting Journal of Neuroscience Methods Components. 175:5863.

http://www.elsevier.com/locate/jneumeth [12 Maret 2011]

15

Lampiran Cara ikatan Tomfool Knot (untuk mengikat kaki sapi dan domba)

16

17

Cara membuat jerat leher (bowline)

18

Cara membuat jerat leher ke 2 (bowline 2) Jerat leher ini boleh di aplikasikan untuk membentuk ikatan pada leher domba dan sapi