praktikum fisiologi - kurare

8
Tujuan Praktikum : Mengetahui apa pengaruh larutan tubokurarin pada katak. Selain itu juga, mengetahui reaksi katak dan seberapa besar rangsang yang diperlukan untuk kaki katak setelah disuntikkan dengan larutan tubokurarin. Mengetahui tempat kerja kurare pada katak. Alat dan Binatang Percobaan yang Diperlukan : 1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul. 2. Waskom besar yang berisi air. 3. 3 ekor katak + penusuk katak + benang. 4. Stimulator induksi + elektroda perangsang. 5. Gelas arloji. 6. Semprit 2 cc + jarumnya. 7. Larutan Ringer. 8. Larutan Tubokurain (dicairkan 1:1 dalam Ringer). 9. Larutan Atropin (0,01 % dalam Ringer). 10. Larutan Prostigmin (dicairkan 1:1 dalam Ringer). 11. Larutan tubokurain 1% (dari ampul). Cara kerja : I . Pengamatan Sikap, Gerakan dan Waktu Reaksi Seekor Katak terhadap Berbagai Rangsang Sebelum dan Sesudah Penyuntikan Kurare. 1) Ambilah seekor katak dan letakkan di pelat kaca. Perhatikan kegiatan binatang tersebut (aktif/pasif). Hitunglah frekuensi pernapasannya per menit. 2) Cobalah menelentangkan katak tersebut beberapa kali dan perhatikan reaksinya (kembali/tidak kembali ke posisi semula). 3) Masukkkan katak ke dalam waskom yang berisi air dan perhatikan reaksinya (dapat berenang/tidak). 4) Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks- refleks nosiseptif dengan cara sebagai berikut : a. Katak di pegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung bebas. 1

Upload: ayu-natalia

Post on 13-Sep-2015

36 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

fisiologi

TRANSCRIPT

Tujuan Praktikum :Mengetahui apa pengaruh larutan tubokurarin pada katak. Selain itu juga, mengetahui reaksi katak dan seberapa besar rangsang yang diperlukan untuk kaki katak setelah disuntikkan dengan larutan tubokurarin. Mengetahui tempat kerja kurare pada katak.Alat dan Binatang Percobaan yang Diperlukan :1. Pelat kaca + papan fiksasi + beberapa jarum pentul.2. Waskom besar yang berisi air.3. 3 ekor katak + penusuk katak + benang.4. Stimulator induksi + elektroda perangsang.5. Gelas arloji.6. Semprit 2 cc + jarumnya.7. Larutan Ringer.8. Larutan Tubokurain (dicairkan 1:1 dalam Ringer).9. Larutan Atropin (0,01 % dalam Ringer).10. Larutan Prostigmin (dicairkan 1:1 dalam Ringer).11. Larutan tubokurain 1% (dari ampul).

Cara kerja :I . Pengamatan Sikap, Gerakan dan Waktu Reaksi Seekor Katak terhadap Berbagai Rangsang Sebelum dan Sesudah Penyuntikan Kurare.1) Ambilah seekor katak dan letakkan di pelat kaca. Perhatikan kegiatan binatang tersebut (aktif/pasif). Hitunglah frekuensi pernapasannya per menit.2) Cobalah menelentangkan katak tersebut beberapa kali dan perhatikan reaksinya (kembali/tidak kembali ke posisi semula).3) Masukkkan katak ke dalam waskom yang berisi air dan perhatikan reaksinya (dapat berenang/tidak).4) Keluarkan katak dari air dan selidikilah refleks-refleks nosiseptif dengan cara sebagai berikut :a. Katak di pegang sedemikian rupa sehingga kedua kaki belakangnya tergantung bebas.b. Rangsanglah dengan menjepit salah satu telapak kakinya dengan pinset.c. Tetapkan waktu reaksinya.5) Suntikan 0,5 cc larutan tubokurain 1:1 ke dalam kantung limfe iliakal (disebelah os coccygis, di bawah kulit). Dalam waktu 15-20 menit setelah penyuntikan tersebut ulanglah percobaan 1 sampai 4 di atas tadi dan perhatikan berbagai perbedaan sikap reaksinya. 6) Sebelum pernapasan berhenti sama sekali, suntikanlah kedalam kantung limfe iliakal berturut-turut:a. 0,5 cc larutan Atropin 0,01 %b. 1 cc larutan Prostigmin 1:17) Setelah terjadi pemulihan lakukan sekali lagi percobaan 1 s/d 4 diatas. Oleh latihan bagian II dan III.II. Pengaruh Kurare terhadap Sesuatu Bagian Lengkung Refleks1) Ambil katak lain dan rusaklah otaknya saja tetapi jangan merusak medulla spinalisnya.2) Bebaskan n. Ishiadicus paha kanan3) Ikatlah seluruh paha kanan kecuali n. Ishiadicus nya4) Suntikkan 0,5 cc larutan tubo-kurarin 1 : 1 ke dalam kantong limfe depan dengan membuka mulut katak cukup lebar dan menusukkan jarum suntik ke dasar mulut ke arah lateral. Periksalah pada kaki yang tidak diikat setiap 5 menit berkurangnya refleks nosiseptif dan timbulnya kelumpuhan umum. Bila peristiwa di atas belum, ulangi suntikan setiap 20 menit.5) Rangsanglah ujung jari kaki kanan dengan ransang faradik yang cukup kuat sehingga terjadi withdrawal refleks. Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.6) Rangsanglah ujung jari kaki kiri dengan rangsang faradik yang cukup kuat sehingga terjadi withdrawal refleks. Catatlah kekuatan rangsang yang digunakan.7) Bebaskan n. Ischiadicus kaki kiri dan buanglah sedikit kulit yang menutupi m. Gastrocnemius kanan dan kiri.8) Tentukan ambang-rangsang-buka untuk masing-masing n. Ischdiadicus.9) Tentukan ambang-rangsang-buka untuk masing-masing m. Gastrocnemius yang dirancang secara langsung.III. Tempat Kerja Kurare pada Sediaan Otot-Saraf1) Buatlah 2 sedian otot-saraf (A dan B) dari seekor katak lain dan usahan agar didapatkan saraf yang sepanjang-panjangnya.2) Masukka otot sedian A dan saraf sediaan B ke dalam gelas arloji yang berisi 1/2 cc larutan tubo-kurarin 1% (lihat gamar).3) Selama menunggu 20 menit basahilah saraf sediaan A dan otot sediaan B dengan larutan Ringer.4) Berilah rangsangan dengan arus buka pada:a) Saraf sediaan Ab) Otot sediaan Bc) Otot sedian Ad) Saraf sediaan B5) Tentukan kekuatan rangsangan yang digunakan baik untuk sediaan yang memberikan jawaban maupun yang tidak memberikan jawaban.6) Buatlah kesimpulan tentang tempat kerja kurare

Mematikan Kodok atau Katak1) Pelajari dengn seksama letak foramen occippitale magnum pada sebuah rangka yang disediakan.2) Setelah itu, kodok/katak di genggam dalam tangan kiri, sehinnga bagian antara kepala dan punggung kodok/katak terletak diantara ibu jari dan jari telunjuk.3) Dengan penusuk katak tusuk di garis median di antara tulang belakang kepala dan atlas ke dalam medulla oblongata melalui foramen occipitale magnum dengan menembus kulit dan lapisan-lapisan jarinngan lainnya.4) Tusuk terus sehinnga masuk ke dalam ruang kepala,kmd korek-korek otak sampai rusak.5) Tarik penusuk dari otak ,dan tusuk kedalam canalis vertebralis.6) Dengan demikian otak dan sumsum tulang belakang telah dirusak. Kerusakan susunan saraf pusat ini dapat dibuktikan dari melemaskan seluruh tubuh bunatang (pengurangan tonus-tonus otot-otot) dan menghilangkan refleks-refleks (jika kornea sisinggung mata tidak akan berkedip lagi ,dan jika kaki tidak di tarik lagi.7) Bila No. 6 telah tercapai dengan sempurna pembuatan sediaan otot/otot-saraf dapat dimulai.Pembahasan :Percobaan 1 - Pengamatan Sikap, Gerakan dan Waktu Reaksi Seekor Katak terhadap Berbagai Rangsang Sebelum dan Sesudah Penyuntikan KurareSebelum disuntikkan larutan tubo-kurarin :1. Frekuensi pernafasan : 59 per 60 detik2. Kegiatan katak : aktif3. Saat kaki kata direntangkan : langsung kembali ke posisi semula4. Saat katak dimasukkan ke dalam waskom berisi air : katak dapat berenang5. Setelah 3 detik kaki katak dijepit, katak menarik kakinyaSetelah disuntikkan 0,5 cc larutan tubokurarin :1. Frekuensi pernafasan : 42 per 60 detik2. Kegiatan katak : pasif3. Saat kaki kata direntangkan : kembali ke posisi semula, namun membutuhkan waktu yang lebih lama4. Saat katak dimasukkan ke dalam waskom berisi air : katak tidak berenang5. Setelah 10 detik kaki katak dijepit, katak menarik kakinya6. Setelah katak disuntikkan atropin dan prostigmin, katak tetap hidup namun katak menjadi lemas dan pasif, sehingga langkah ke 7 tidak dapat dilakukanTubokurarin (kurare) merupakan pelumpuh otot, memiliki sifat sebagai berikut : bersifat antagonistik (menghalangi) proses menempelnya asetilkolin pada molekul reseptor (menduduki reseptor asetilkolin di motor end-plate) merupakan inhibitor kompetitif dari asetilkolin, sehingga memiliki struktur secara umum yang hampir sama dengan asetilkolin menghambat aktivitas ganglionik tingkat sedang pada reseptor nikotinik pelepasan histamine dapat menyebabkan bronkospasme dan hipotensi kurare dapat melumpuhkan fungsi otot, tetapi tidak melumpuhkan sarafKurare menyebabkan kelumpuhan dengan urutan tertentu, kerjanya diawali dari sistem saraf perifer lalu berlanjut terus hingga akhirnya menganggu sistem pernapasan (dapat menghentikan kerja sistem pernapasan). Kerja awal kurare ialah pada otot rangka yang kecil dan bergerak cepat seperti otot ekstrinsik mata, jari kaki dan tangan. kemudian disusul oleh otot yang lebih besar seperti otot tungkai, leher dan badan. Selanjutnya otot interkostal dan yang terakhir lumpuh adalah diafragma. Paralisis atau kelumpuhan pada diafragma merupakan salah satu pertanda bahwa sudah cukup banyak kandungan kurare yang ada di dalam tubuh, sehingga tubuh tidak mampu mengkontraksikan diafragma untuk bernapas dan berujung pada kematian. Atropin merangsang medulla oblongata dan pusat lain di otak. Atropin disini digunakan sebagai penawar / antidote dari tubo-kurarin. Namun penggunaan atropin memiliki efek negatif yaitu menghentikan kerja jantung. Oleh karena itulah, untuk mencegah efek negatif dari atropine, digunakanlah prostigmin. Prostigmin dapat memberikan efek perangsangan otot dan respirasi secara langsung. Sebagian dari efek central antikolinesterase dapat diatasi oleh atropine, tetapi pada ganglion dan otot rangka atropin tidak memberikan efek.

Percobaan 2 - Pengaruh Kurare terhadap Sesuatu Bagian Lengkup RefleksKekuatan rangsang yang digunakan sampai terjadi withdrawal reflex : Kaki kiri = 0,1 x 20 mV Kaki kanan (yang diikat) = 0,1 x 10 mVAmbang-rangsang-buka : N. Ischiadicus kaki kiri : 0,1 x 20 mV M. Gastrocnemius kaki kiri : 0,1 x 20 mV M. Gastrocnemius kaki kanan : 0,1 x 10 mVTujuan kaki kanan katak diikat kuat adalah agar aliran darah ke kaki kanan terhambat sehingga tubokurarin yang disuntikkan tidak masuk ke aliran darah di kaki kanan tersebut. Dari percobaan yang kita lakukan, maka dapat kita ketahui bahwa withdrawal reflex disebabkan oleh rangsangan yang menimbulkan rasa nyeri sehingga akhirnya membuat gerakan berupa menarik bagian yang terkena rangsang menjauh dari sumber rangsang tersebut.Ambang rangsang adalah rangsang minimal pada nervous ischiadicus yang dapat menimbulkan kontraksi otot gastrocnemius. Rangsang langsung adalah rangsang yang diberikan langsung pada otot katak tidak melalui sarafnya.

Percobaan 3 - Tempat Kerja Kurare pada Sediaan Otot-SarafKekuatan rangsang yang digunakan pada otot (secara langsung) : Larutan kurare : 0,1 x 50 Larutan ringer : 0,1 x 10Kekuatan rangsang yang digunakan pada saraf (tidak langsung) : Larutan kurare : 0,1 x 30 Larutan ringer : 0,1 x 20Dari percobaan ini dapat kita ketahui bahwa tempat kerja kurare sebenarnya adalah di otot. Dapat dilihat dari hasil percobaan yang menunjukkan bahwa otot yang terendam kurare membutuhkan kekuatan rangsang yang lebih besar daripada kekuatang rangsang yang digunakan saat saraf yang terendam dalam kurare. Untuk kerja kurare sendiri telah dijelaskan di pembahasan bagian awal percobaan 1. Selain larutan kurare, kami juga menggunakan larutan Ringer, larutan ini merupakan larutan fisiologis dan nama lain dari NaCl 0,9%. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa larutan NaCl 0,9% merupakan larutan yang bersifat isotonis terhadap sel, sehingga penggunaan dari larutan Ringer ini diharapkan mampu memberikan perbandingan yang signifikan antara kerja saraf-otot secara normal (dalam tubuh) dengan kinerja saraf-otot yang telah di bawah pengaruh kurare.

KESIMPULAN :Pemberian kurare terhadap katak mengahasilkan kelumpuhan otot tetapi tidak melunmpuhkan saraf, lalu pemberian atropine untuk penawar kurare/turbokurarin tetapi masih menghasil kan efek kurang baik yaitu menghentikan kerja jantung , untuk itu di berikanlah prostigmin untuk pembangkit kerja otot termasuk otot jantung. Selain larutan kurare, kami juga menggunakan larutan Ringer, larutan ini merupakan larutan fisiologis dan nama lain dari NaCl 0,9% sebagai larutan yg bersifat isotonis terhadap sel .6