praktikum fisiologi tumbuhan

90
LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Oleh : Desi Ariani : 342008187. Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M.si. PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG 2010

Upload: desi-beris

Post on 27-Jun-2015

2.563 views

Category:

Documents


48 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN

Oleh :

Desi Ariani : 342008187.

Dosen Pengasuh : Dra. Sri Wardhani, M.si.

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PALEMBANG

2010

A. Praktikum ke : 1

B. Judul : Mengamati Proses Osmosis pada Tumbuhan.

C. Tujuan : Untuk mengetahui adanya proses osmosis pada tumbuhan.

D. Dasar Teori :

Osmosis adalah perpindahan air melalui membran permeabel selektif dari bagian

yang lebih encer ke bagian yang lebih pekat. Membran semipermeabel harus dapat ditembus

oleh pelarut, tapi tidak oleh zat terlarut, yang mengakibatkan gradien tekanan sepanjang

membran. (dikutip dari id.wikipedia.org/wiki/osmosis).

Menurut Kimball (1983) bahwa proses osmosis akan berhenti jika kecepatan

desakan keluar air seimbang dengan masuknya air yang disebabkan oleh perbedaan

konsentrasi. Osmosis pada tumbuhan terjadi secara alami dengan adanya perbedaan

konsentrasi air yang ada diluar dan didalam tumbuhan yang menyebabkan air keluar dan

masuk.

Peristiwa masuk dan keluarnya air dari tumbuhan diperngaruhi lingkungannya,

pada saat keadaan hipotonik maka air akan masuk kedalam tumbuhan, namun apabila

lingkungan sekitarnya hipertonik, maka air akan keluar dari tumbuhan yang akan

menyebabkan tumbuhan kekurangan air.

Air yang ada ditanah masuk karena adanya perbedaan konsentrasi air dan akan

masuk melalui akar dan akan melewati Epidermis – korteks – endodermis – perisikel xylem.

Xylem yang merupakan pengangkut air akan membawa air keseluruh bagian tumbuhan

hingga kedalam sel – sel tumbuhan itu sendiri dan akan dipakai untuk fotosintesis dan lain-

lain.

Pada saat keadaan lingkungan hipotonik, air akan masuk kedalam sel dan sel akan

mengembang dan turgid, dan apabila ini terus terjadi akan mengakibatkan pecahnya sel itu

sendiri akibat banyaknya air yang masuk kedalam sel, sedangkan pada keadaan hipertonik,

air akan keluar meninggalkan sel menuju lingkungan, sehingga sel akan menciut serta mati.

Menurut Tjitrosomo (1987), jika sel dimasukan ke dalam larutan gula, maka arah

gerak air neto ditentukan oleh perbedaan nilai potensial air larutan dengan nilainya didalam

sel. Jika potensial larutan lebih tinggi, air akan bergerak dari luar ke dalam sel, bila potensial

larutan lebih rendah maka yang terjadi sebaliknya, artinya sel akan kehilangan air. Apabila

kehilangan air itu cukup besar, maka ada kemungkinan bahwa volum sel akan menurun

demikian besarnya sehingga tidak dapat mengisi seluruh ruangan yang dibentuk oleh

dinding sel. Membran dan sitoplasma akan terlepas dari dinding sel, keadaan ini dinamakan

plasmolisis. Sel daun Rhoeo discolor yang dimasukan ke dalam larutan sukrosa mengalami

plasmolisis. Semakin tinggi konsentrasi larutan maka semakin banyak sel yang mengalami

plasmolisis.

Membran protoplasma dan sifat permeabel deferensiasinya dapat diketahui dari

proses plasmolisis. Permeabilitas dinding sel terhadap larutan gula diperlihatkan oleh sel-sel

yang terplasmolisis. Apabila ruang bening diantara dinding dengan protoplas diisi udara,

maka dibawah mikroskop akan tampak di tepi gelembung yang berwarna kebiru-biruan.

Jika isinya air murni maka sel tidak akan mengalami plasmolisis. Molekul gula

dapat berdifusi melalui benang-benang protoplasme yang menembus lubang-lubang kecil

pada dinding sel. Benang-benang tersebut dikenal dengan sebutan plasmolema, dimana

diameternya lebih besar daripada molekul tertentu sehingga molekul gula dapat masuk

dengan mudah (Salisbury, 1995).

Komponen potensial air pada tumbuhan terdiri atas potennsial osmosis (solut) dan

potensial turgor (tekanan). Dengan adanya potensial osmosis cairan sel, air murni cenderung

memasuki sel. Sebaliknya potensial turgor di dalam sel mengakibatkan air meninggalkan

sel. Pengaturan potensial osmosis dapat dilakukan jika potensial turgornya sama dengan nol

yang terjadi saat sel mengalami plasmolisis. Nilai potensial osmotik dalam tumbuhan

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain : tekanan, suhu, adanya partikel-partikel bahan

terlarut yang larut di dalamnya, matrik sel, larutan dalam vakuola dan tekanan hidrostatik

dalam isi sel. Nilai potensial osmotik akan meningkat jika tekanan yang diberikan juga

semakin besar. Suhu berpengaruh terhadap potensial osmotik yaitu semakin tinggi suhunya

maka nilai potensial osmotiknya semakin turun (semakin negatif) dan konsentrasi partikel-

partikel terlarut semakin tinggi maka nilai potensial osmotiknya semakin rendah (Meyer and

Anderson, 1952).

Larutan yang di dalamnya terdapat sekumpulan sel dimana 50% berplasmolisis

dan 50% tidak berplasmolisis disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis ini terjadi apabila sel

berada dalam keadaan tanpa tekanan. Nilai potensial osmosis sel dapat diketahui dengan

menghitung nilai potensial osmosis larutan sukrosa yang isotonik terhadap cairan sel.

Berdasarkan hasil praktikum, plasmolisis insipien terjadi pada konsentrasi 0,18 M dengan

potensial osmosis -4,40 atm. Menurut Salisbury dan Ross (1992), potensial air murni pada

tekanan atmosfer dan suhu yang sama dengan larutan tersebut sama dengan nol, maka

potensial air suatu larutan air pada tekanan atmosfer bernilai negatif.

Keadaan volume vakuola dapat untuk menahan protoplsma agar tetap menempel

pada dinding sel sehingga kehilangan sedikit air saja akan berakibat lepasnya protoplasma

dari dinding sel. Peristiwa plasmolisis seperti ini disebut plasmolisis insipien. Plasmolisis

insipien terjadi pada jaringan yang separuh jumlahnya selnya mengalami plasmolisis.

Hal ini terjadi karena tekanan di dalam sel = 0. potensial osmotik larutan penyebab

plasmolisis insipien setara dengan potensial osmotik di dalam sel setelah keseimbangan

dengan larutan tercapai (Salisbury and Ross, 1992). Adanya potensial osmosis cairan sel air

murni cenderung untuk memasuki sel, sedangkan potensial turgor yang berada di dalam sel

mengakibatkan air untuk cenderung meninggalkan sel. Saat pengaturan potensial osmosis

maka potensial turgor harus sama dengan 0. Agar potensial turgor sama dengan 0 maka

haruslah terjadi plasmolisis.

Plasmolisis adalah suatu proses lepasnya protoplasma dari dinding sel yang

diakibatkan keluarnya sebagian air dari vakuola (Salisbury and Ross, 1992). Menurut

Winduwati (2000), karakteristik permeasi air pada membran osmosis balik telah dipelajari

dengan menggunakan membran komposit modul modul sopitral wound dan larutan klorida

dalam air dalam larutan umpan.

E. Pelaksanaan Praktikum :

1. Waktu dan tempat :

Waktu pelaksanaan praktikum pada 08 Oktober 2010 pukul 09.00 Wib dan

tempat di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pend. Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan :

Alat : Cawan petri (2buah), gelas kimia (1buah), pisau, pengaduk dan tusuk gigi.

Bahan : Air/akuades, garam halus, kentang dan timun.

3. Cara Kerja :

a. Iris kentang dan timun yang berukuran sedang dan ketebalan kurang lebih 0,5 cm,

sebanyak 4 potong. Usahakan ketebalan irisan sama.

b.Buat larutan garam dengan cara menambahkan 1 sendok makan garam dalam

200ml air. Aduk dengan baik hingga garam laut.

c. Isi cawan petri pertama dengan larutan garam ¾ tinggi petri dan cawan petri kedua

di dengan air/akuades. Beri label pada petri yang berisi larutan garam dengan “air

garam” dan label “air” untuk petri berisi air/akuades.

d.Masukkan masing-masing 2iris kentang dn 2 iris timun ke dalam petri “air garam”

dan dalam petri “air”.

e. Biarkan selama 15 menit kemudian amati tingkat kekerasannya. Tuliskan hasil

pengamatan Anda pada tabel berikut ini.

F. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil Pengamatan :

Perlakuan air garam Perlakuan Air

15 menit 30 menit 15 menit 30 menit

Kentang - - + ++

Timun - -- + ++

Keterangan :

Tingkat kekerasan ditunjukkan dengan tanda +, semakin keras bahan makatanda +

yang diberikan semakin banyak.

2. Pembahasan

Bahan Diskusi :

1.Mengapa irisan kentang dan timun harus mempunyai ketebalan yang sama?

2.Apakah terdapat perbedaan kekerasan kentang/timun yang terdapat dalam larutan

garam dan yang terdapat dalam air? Mengapa demikian?

3.Apakah terdapat perbedaan kekerasan antara kentang dan timun dalam larutan yang

sama? Mengapa demikian?

4.Tuliskan analisis Anda secara jelas dan tajam dalam laporan praktikum!

Jawab :

1. Irisan kentang dan timun harus mempunyai ketebalan yang sama karena agar

pada saat peredaman air garam dan air biasa baik kentang dan timun proses

penyerapan osmosis sama.

2. Iya, terdapat perbedaan kekerasan kentang/timun yang terdapat dalam larutan

garam dan yang terdapat dalam air karena, kentang/timun yang terdapat dalam

larutan garam dalam waktu 15 menit dan 30 menit. Semakin lembut

dikarenakan, terjadi proses osmosis semipermiabel. Sedangkan, kentang/timun

yang terdapat dalam larutan air biasa semakin keras dikarenakan terjadi proses

osmosis permeabel pada semua sel kentang dan timun.

3. Iya, terdapat perbedaan kekerasan kentang/timun yang terdapat dalam larutan

garam dan yang terdapat dalam air karena, kentang/timun yang terdapat dalam

larutan garam dalam waktu 15 menit dan 30 menit. Semakin lembut

dikarenakan, terjadi proses osmosis semipermiabel. Sedangkan, kentang/timun

yang terdapat dalam larutan air biasa semakin keras dikarenakan terjadi proses

osmosis permeabel pada semua sel kentang dan timun.

4. Pada peristiwa osmosis ini terjadi dua peristiwa osmosis, yaitu :

a. Osmosis semipermiabel yang dibuktikan dengan perendaman kentang dan

timun ke dalam air garam.

b. Osmosis permeable yang dibuktikan dengan perendaman kentang dan timun ke

dalam air biasa.

G. Kesimpulan :

a. Adanya perbedaan kekerasa antara kentang dan timun dalam larutan yang sama.

b. Kentang dan timun yang direndam di dalam larutan garam akan semakin lembut.

c. Kentang dan timun yang direndam di dalam larutan air biasa akan semakin keras.

H. Daftar Pustaka :

Online,(http://www.artikel-ilmiah.110mb.com/osmosis.htm) 16,Desember 2010.

Online,(http://ayimadaco6084.files.wordpress.com)16,Desember 2010.

I. Lampiran :

Gambar 1 : Timun dan kentang di rendaman aquades.

Gambar 2 : Timun dan kentang di rendaman air garam.

A. Praktikum ke : 2

B. Judul : Transpirasi Tumbuhan

C. Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh lingkungan terhadap kecepatan

transpirasi pada tumbuhan dengan metode penimbangan.

D. Dasar Teori :

Transpirasi pada hakekatnya adalah penguapan. Transpirasi dapat diartikan

sebagai hilangnya air dalam bentuk uap air dari dalam jaringan tubuh

tumbuhan.Meskipun transpirasi terjadi pada setiap bagian tumbuhan (meskipun hanya

sedikit), tetapi pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung melalui daun. Hal

ini terjadi karena luasnya permukaan daun dan juga karena daun-daun itu lebih kena

udara daripada bagian tumbuhan yang lain.

Ada 2 tipe transpirasi yang terjadi di daun, yaitu :

1. Transpirasi kutikula, dimana penguapan air yang terjadi secara langsung melalui

kutikula epidermis. Kutikula daun relative tidak tembus air, dan pada sebagian

besar jenis tumbuhan transpirasi kutikula hanya sekitar 10 persen.

2. Transpirasi stomata, dimana terjadinya kehilangan air berlangsung melalui

stomata.

Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, sehingga di antara sel-sel tersebut

terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh sel-sel mesofilyang jenuh air. Air

menguap dari dinding-dinding basah ini le ruang-ruang antar sel, dan uap air

kemudian berdifusi melalui stomata ke atmosfer. Asalkan stomata terbuka, difusi uap

air ke atmosfer pasti terjadi, kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembab.

A. Stomata

1. Bentuk dan Fungsi Stomata

Lubang stomata tidak bundar, melainkan oval, dimana hal ini berkaitan dengan

intensitas pengeluaran air. Mempunyai diameter 6-8µ dan luas kira-kira 90µ². Bentuk

stomata yang oval lebih memudahkan pengeluaran air dibandingkan bentuk yang

bulat. Deretan molekul-molekul air yang lewat akan lebih banyak jika keliling

(perimeter) stomata lebih panjang.

Demikian pula dengan letaknya satu sama lain, dimana diperantarai dengan

jarak tertentu, yang juga berkaitan dengan intensitas penguapan. Dalam batas-batas

tertentu, semakin banyak jumlah stomata transpirasi yang terjadi semakin cepat.

Tetapi jika lubang-lubang stomata terlalu berdekatan, maka penguapan melalui

lubang yang satu malah terhambat oleh penguapan dari lubang yang berdekatan. Hal

ini terjadi karena jalan yang ditempuh oleh molekul-molekul air yang melalui lubang

tidak lurus melainkan membelok, sebagai akibat dari pengaruh tepi (sudut) sel-sel

penutup stomata. Menurut Dwidjosepoetro (1998) pengeluaran air yang maksimal

terjadi jika jarak antara stoma-stoma itu 20 kali diameternya.

2. Mekanisme Kerja Stomata

a. Membukanya Stomata

Didalam sel penutup banyak terdapat amilum pada malam hari , yang

digunakan untuk metabolisme tanpa ada cahaya matahari.

Adanya sinar matahari tumbuhan mengadakan fotosintesis CO2 menjadi

CH2O 1-fosfat.

Ion H+ berkurang PH

Enzim fosforilase mengubah amilum yang ada di dalam sel-sel penutup jadi

glukosa.

Terbentuknya glukosa ini maka masuknya air ke dalam sel penjaga.

Karena banyaknya air menyebabkan sel-sel penjaga mengembang dan

stomata membuka.

b. Menutupnya stomata

Jika sel-sel penjaga tidak kena sinar matahari, PH menurun.

Enzim fosforilase mengubah glukosa menjadi amilum.

Turunnya nilai osmosis dan berkurangnya turgor

Sel-sel penjaga kekurangan air, mengerut dan stomata menutup.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Transpirasi

1. Faktor Internal

Adapun faktor-faktor internal meliputi besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun,

permukaan daun yang berlapis lilin atau tidak, banyaknya sedikitnya bulu pada

permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, bentuk stomata dan lokasi stomata.

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju transpirasi meliputi sinar

matahari,temperature, kebasahan udara, angin dan keadaan air di dalam tanah.

C. Fungsi Transpirasi bagi Tumbuhan

1. mempercepat laju pengangkutan unsure hara melalui pembuluh xilem.

2. menjaga turgiditas sel tumbuhan agar tetap dalam kondisi optimal.

3. sebagai salah satu cara untuk menjaga stabilitas daun.

E. Pelaksanaan Praktikum

1. Waktu dan Tempat:

Waktu pelaksanaan praktikum pada 15 Oktober 2010 pukul 09.00 Wib

tempat di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan

Pend. Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan:

Alat : Erlenmeyer 250ml (2buah), sumbat Erlenmeyer atau sumbat gabus

(2buah), gelas ukur 250ml, stopwatch, timbangan, termometer,higmometer,

luxmeter, lampu pijar 100 watt, statip, pisautajam, penggaris, ember, air, vaselin,

kertas grafik/millimeter blok.

Bahan : Dua pucuk tanaman pacar air (Impatien balsemia).

3. Cara Kerja :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b. Tanaman pacar air yang digunakan mempunyai kondisiyang hampir sama,

dengan tinggi sekitar 20cm dan daun dalam keadaan baik, tidak rusak atau sobek

dengan jumlah yang relative sama.

c. Siapkan 2 buah Erlenmeyer dan isi dengan air sebanyak 150ml.

d. Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air di dalam air dengan

pisau yang tajam dan segera masukkan potongan tanaman tersebut pada tabung

erlenmeyer melalui lubang pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air.

e. Olesi celah-celah yang ada, misalnya pada sekitar sumbat penutup, dengan

vaselin untuk menghindari penguapan yang mungkin terjadi.

f. Timbang kedua Erlenmeyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang ada

di dalamnya dan mencatatnya.

g. Letakkan Erlenmeyer 1 di dalam ruangan (transpirasi pada tempat gelap) dan

Erlenmeyer 2 pada tempat dengan jarak 20cm dari lampu pijar 100watt

(transpirasi pada tempat terang).

h. Kemudian ukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu,

intensitas cahaya dan kelembaban. Catat hasil pengukuran.

i. Ulangi pengukuransebanyyak 3 kali (3 x 30menit).

j. Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada tanaman tersebut,

kemudian mengukur luas total daun tersebut dengan kertas grafik/milimeter

dengan cara :

1. Membuat pola masing-masing daun pada kertas grafik/milimeter.

2. Menghitung luas daun dengan ketentuan, apabila kurang dari kotak dianggap nol

dan lebih dari satu dianggap satu.

F. Hasil dan Pengamatan

1. Hasil Praktikum

a. Hasil penimbangan terhadap keduatanaman selama transpires, dilakukan dengan

mengisi tabel di bawah ini.

Tabel 1. Selisih Berat Tanaman Pacar Air (Impatien balsemia) selama Transpirasi

di Tempat Terang.

Waktu Berat Awal

(g)

Selisih Berat

(g)

Selisih Berat (g) Rata-rata

30 menit pertama 6,57 6,57 0

30 menit kedua 6,57 6,56 0,01 0,00333333

30 menit ketiga 6,56 6,56 0

Tabel 2. Selisih Berat Tanaman Pacar Air (Impatien balsemia) selama Transpirasi

di Tempat Gelap.

Waktu Berat Awal

(g)

Selisih Berat

(g)

Selisih Berat (g) Rata-rata

30 menit pertama 5,78 5,78 0

30 menit kedua 5,78 5,77 0,01 0,00333333

30 menit ketiga 5,77 5,76 0

b. Hasil perhitungan terhadap luas daun tanaman, diisikan pada tabel berikut.

Tabel 3. Luas Daun selama Transpirasi.

Nomor Perlakuan Luas Daun (cm²)

1 Tempat Terang 88

2 Tempat Gelap 91

c. Hasil pengukuran terhadap keadaan lingkungan di sekitar tanaman, diisikan pada

tabel di bawah ini.

Tabel 4. Pengukuran Keadaan Lingkungan

No Perlakuan Suhu Intensitas Cahaya (Cd) Kelembaban (%)

1 Tempat Terang 31ºC 4 K 85%

2 Tempat Gelap 31ºC 0,6 K 85%

d. Hitung kecepatan transpirasi di tempat terang dan tempat gelap, dengan rumu

berikut:

Kecepatan transpirasi = rata-rata selisih berat : lamanya transpirasi : luas daun.

Tabel 5. Kecepatan Transpirasi Tanaman

No Perlakuan Kecepatan Transpirasi (g/menit/cm²)

1 Tempat Terang 0,00000126

2 Tempat Gelap 0,00000122

G. Pertanyaan:

1. Apakah ada perbedaan berat awal dan akhir pada semua perlakuan (terang dan

gelap)? Mengapa demikian?

2. Apakah ada perbedaan terhadap selisih berat awal dan berat akhir pada masing-

masing perlakuan? Mengapa demikian?

3. Apakah metode penimbangan untuk menentukan kecepatan transpirasi yang

dilakukan dalam percobaan ini dapat dijadikan patokan terhadap semua tumbuhan?

Jelaskan alasannya!

4. Mengapa pemotongan batang tanaman pacar air (Impatien balsemia) harus dilakukan

di dalam air dan dipotong secara miring?

Jawab :

1. Terdapat perbedaan berat awal dan akhir pada semua perlakuan (terang atau gelap)

karena pada awal percobaan tanaman pacar air belum mengadakan transpirasi tetapi,

setelah tanaman pacar air diletakkan di bawah lampu pijar pada perlakuan di tempat

terang dan tempat teduh. Pacar air telah mengalami transpirasi sehingga pada saat

penimbangan akhir berat pacar akhir menjadi sedikit berkurang, selisih berat awal

dan akhir sekitar 0,01gr.

2. Tidak ada perbedaan terhadap selisih berat awal dan akhir pada masing-masing

perlakuan, karena pada masing-masing perlakuan yaitu pada tempat terang dan gelap

selisih berat awal dan akhir sama-sama sebanyak 0,01gr.

3. Tidak hanya metode penimbangan untuk menentukan kecepatan transpirasi yang

dilakukan dalam percobaan ini menjadi patokan terhadap semua tumbuhan, tetapi

juga intensitas cahaya pada semua perlakuan apabila intensitas cahaya tersebut terang

maka transpirasi pada tumbuhan berlangsung cepat. Dengan demikian kita dapat

mengetahui apakah transpirasi yang dilakukan pada semua perlakuan berlangsung

cepat atau lambat.

4. Pemotongan pacar air (Impatien balsemia) harus dilakukan didalam air dan dipotong

secara miring, Hal ini dilakukan agar

H. Bahan Diskusi :

Lingkungan mempunyai peranan terhadap kecepatan transpirasi yang terjadi pada

tumbuhan. Uraikan maksud pernyataan tersebut dengan lengkap, jelas dan padat!

Lingkungan mempunyai peranan terhadap kecepatan transpirasi yang terjadi

pada tumbuhan, misalnya angin. Adanya angin dapat mempengaruhi laju transpirasi.

Angin dapat memacu laju transpirasi jika udara yang bergerak melewati permukaan

daun tersebut lebih kering (kelembaban nisbinya lebih rendah) dari udara di sekitar

tumbuhan tersebut.

I.Daftar Pustaka :

Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers

J. Lampiran :

Gambar : Transpirasi di tempat terang dan gelap.

A. Praktikum ke : 3

B. Judul : Respirasi Tumbuhan.

C. Tujuan : Untuk mengetahui banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh

tumbuhan dalam proses pernapasan.

D. Dasar Teori :

Yang dimaksud dengan respirasi adalah proses penguraian bahan makanan yang

menghasilkan energi. Respirasi dilakukan oleh semua penyusun tubuh, baik sel-sel

tumbuhan maupun sel hewan dan manusia. Respirasi dilakukan baik siang maupun

malam (syamsuri, 1980).

Sebagaimana kita ketahui dalam semua aktivitas makhluk hidup memerlukan

energi, tumbuhan juga. Respirasi terjadi pada seluruh bagian tubuh tumbuhan, pada

tumbuhan tingkat tinggi respirasi terjadi baik pada akar, batang maupun daun dan

secara kimia pada respirasi aerobik pada karbohidrat (glukosa) adalah kebalikan

fotosintesis. Pada respirasi pembakaran glukosa oleh oksigen kan menghasilkan energi.

Karena semua bagian tumbuhan tersusun atas jaringan dan jaringan tersusun atas sel,

maka respirasi terjadi pada sel (jasin, 1989).

Kandungan katalis disebut juga enzim, sangat penting untuk siklus reaksi

respirasi (sebaik-baiknya proses respirasi ). Beberapa reaksi kimia membolehkan

mencampur dengn fungsi dari enzim memperbat enzim atau dengan mengkombinasi

dengan sisi aktifnya. Penggunaan ini akan dapat dilihat hasilnya pada inhibitor dari

aktivitas enzim (mertens, 1966). Sistem pernapasan adalah pertukaran gas O2 dan CO2

dalam tubuh organisme dan bertujuan mendapatkan energi. Alat respirasi pada berbagai

hewan berbeda-beda. Pada hewan tingkat rendah O2 langsung berdifusi melalui

permukaan tubuh, pada serangga adalah trakea, kalajengking dengan paru-paru buku,

ikan dengan insang, katak dengan paru-paru, kulit dan rongga mulut, reptile dengan

paru-paru, dll (panduan primagama).

Respirasi juga terjadi pada manusia yang disebut dengan pernapasan. Proses

menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida. Respirasi pada manusia bisa

memiliki gangguan seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut atau yang disebut

juga (ISPA), hal ini merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia karena masih

tingginya angka kejadian ISPA terutama pada anak balita. Untuk mencegahnya bisa

digunakan sanitasi rumah, yaitu usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan

pada pengawasan terhadap struktur fisik, dimana orang menggunakan sebagai tempat

berlindung yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Sarana tersebut antara lain

ventilasi, suhu, kelembapan, padatan hunian, penerangan alami, kontruksi bangunan,

sarana pembuangan sampah, sarana pembuangan kotoran manusia dan penyediaan air

bersih ( nindya, sulistyorini, 2005).

Ditinjau dari kebutuhannya akan oksigen, respirasi dapat dibedakan menjadi

dua macam yaitu :

1. Respirasi Aerobik (aerobik)

Respirasi aerob yaitu respirasi yang menggunakan oksigen oksigen bebas untuk

mendapatkan energi. Persamaan reaksi proses respirasi aerob secara sederhana dapat

dituliskan: C6H12O6 + 6H2O >> 6H2O + 6CO2 + 675 kal

Dalam kenyataan reaksi yang terjadi tidak sesederhana itu. Banyak tahapan

yang terjadi dari awal hingga terbentuknya energi. Reaksi-reaksi itu dapat dibedakan

menjadi 3 tahapan yaitu glikolosis, siklus krebs dan transport elektron (syamsuri,

1980).

a. Glikolisis

Kata “glikolisis” berarti “menguraikan gula” dan itulah yang tepatnya terjadi

selama jalur ini. Glukosa, gula berkarbon enam, diuraikan menjadi dua gula berkarbon

tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian dioksidasi, dan atom sisanya disusun ulang

untuk membuat dua molekul piruvat (champbell, 2002). NADH merupakan sumber

elektron berenergi tinggi, sedangkan ATP adalah persenyawaan berenergi tinggi.

Selama glikolisis dihasilkan 4 molekul ATP, akan tetapi 2 molekul ATP diantaranya

digunakan kembali untuk berlangsungnya reaksi-reaksi yang lain sehingga tersisa 2

molekul ATP yang siap digunakan untuk tubuh. Seluruh proses glikolisis tidak

memerlukan oksigen.

Reaksi glikolisis terjadi di sitoplasma (di luar mitokondria). Hasil akhir

sebelum memasuki siklus krebs adalah asam piruvat. Ada yang membedakan tahap ini

menjadi dua yaitu glikolisis dan dekarbosilasi oksidatif. Glikolisis mengubah senyawa

6C menjadi senyawa 2C pada hasil akhir glikolisis. Yang dimaksud dekarbosilasi

oksidatif adalah reaksi asam piruvat diubah menjadi asetil KoA (syamsuri, 1980..

b. Siklus krebs

Glikolisis melepas energi kurang dari seperempat energi kimiawi yang

tersimpan dalam glukosa, sebagian besar energi itu tetap tersimpan dalam dua molekul

piruvet. Jika ada oksigen molekuler, piruvat itu memasuki mitokondria dimana enzim

siklus krebs menyempurnakan oksidasi bahan bakar organiknya (champbell, 2002.

Memasuki siklus krebs, asetil KoA direaksikan dengan asam oksaloasetat (4C)

menjadi asam piruvat (6C). selanjutnya asam oksaloasetat memasuki daur menjadi

berbagai macam zat yang akhirnya menjadi asam oksalosuksinat.

Dalam perjalanannya, 1C (CO2) dilepaskan. Pada tiap tahapan, dilepaskan

energi dalam bentuk ATP dan hidrogen. ATP yang dihasilkan langsung dapat

digunakan. Sebaliknya, hidrogen berenergi digabungkan dengan penerima hidrogen

yaitu NAD dan FAD, untuk dibawa ke sistem transport elektron. Dalam tahap ini

dilepaskan energi, dan hidrogen direasikan dengan oksigen membentuk air. Seluruh

reaksi siklus krebs berlangsung dengan memerlukan oksigen bebas (aerob). Siklus

krebs berlangsung didalam mitokondria (Syamsuri, 1980).

c. Sistem Transpor Elektron

Energi yang terbentuk dari peristiwa glikolisis dan siklus krebs ada dua

macam. Pertama dalam bentuk ikatan fosfat berenergi tinggi, yaitu ATP atau GTP

(Guanin Tripospat). Energi ini merupakan energi siap pakai yang langsung dapat

digunakan. Kedua dalam bentuk transport elektron, yaitu NADH (Nikotin Adenin

Dinokleutida) dan FAD (Flafin adenine dinukleotida) dalam bentuk FADH2. Kedua

macam sumber elektron ini dibawa kesistem transfer elektron. Proses transfer

elektron ini sangat komplek, pada dasarnya, elektron dan H+ dan NADH dan FADH2

dibawa dari satu substrak ke substrak yang lain secara berantai.

Setiap kali dipindahkan, energi yang terlepas digunakan untuk mengikatkan

fosfat anorganik (P) kemolekul ADP sehingga terbentuk ATP. Pada bagian akhir

terdapat oksigen sebagai penerima, sehingga terbentuklah H2O. katabolisme 1

glukosa melalui respirasi aerobik menghasilkan 3 ATP. Setiap reaksi pada glikolisis,

siklus krebs dan transport elektron dihasilkan senyawa – senyawa antara. Senyawa itu

digunakan bahan dasar anabolisme (Syamsuri, 1980).

2. Respirasi Anaerobik (Anaerob)

Respirasi anaerobik adalah reaksi pemecahan karbohidrat untuk mendapatkan

energi tanpa menggunakan oksigen. Respirasi anaerobik menggunakan senyawa

tertentu misalnya asam fosfoenol piruvat atau asetal dehida, sehingga pengikat

hidrogen dan membentuk asam laktat atau alcohol. Respirasi anaerobik terjadi pada

jaringan yang kekurangan oksigen, akan tumbuhan yang terendam air, biji – biji yang

kulit tebal yang sulit ditembus oksigen, sel – sel ragi dan bakteri anaerobik. Bahan

baku respirasi anaerobik pada peragian adalah glukosa. Selain glukosa, bahan baku

seperti fruktosa, galaktosa dan malosa juga dapat diubah menjadi alkohol. Hasil

akhirnya adalah alcohol, karbon dioksida dan energi. Glukosa tidak terurai lengkap

menjadi air dan karbondioksida, energi yang dihasilkan lebih kecil dibandingkan

respirasi aerobik. Reaksinya :

C6H12O6 Ragi >> 2C2H5OH + 2CO2 + 21Kal

Dari persamaan reaksi tersebut terlihat bahwa oksigen tidak diperlukan.

Bahkan bakteri anaerobik seperti klostidrium tetani (penyebab tetanus) tidak dapat

hidup jika berhubungan dengan udara bebas. Infeksi tetanus dapat terjadi jika luka

tertutup sehingga member kemungkinan bakteri tambah subur (Syamsuri, 1980).

Proses pernafasan pada hakikatnya untuk memperoleh energi yang sangat

penting dalam kegiatan sehari-hari, sumber energy yang digunakan oleh tumbuhan

berasal dari energi cahaya matahari Energi cahaya matahari ditangkap oleh zat hijau

daun untuk proses fotosintesis, hasilnya disimpan dalam wujud zat gula. Zat gula

inilah yang dibakar untuk proses pernafasan. Zat gula yang berlebih diubah menjadi

bahan-bahan yang penting untuk pertumbuhan dan sebagian disimpan dalam bentuk

amilum.

Dalam proses pernafasan, zat gula dibakar oleh oksigen (O2) menjadi energy

dengan sisa pembakaran berupa uap air (H2O) dan karbondioksida (CO2). Secara

singkat dan sederhana proses bernafas (respirasi) dalam tubuh tumbuhan adalah :

C6H12O6+6O2 energi+6CO2+6H20

Dalam proses bernafas oksigen yang diperlukan untuk membakar gula

diambil dari udara luar, sedangkan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O) sebagai

hasil samping dari respirasi akan dikeluarkan dari tubuh ke udara luar. Sisa

pembakaran zat gula yaitu, karbondioksida dan air akan dikeluarkan dari tubuh

tumbuhan. Kedua zat tersebut dikeluarkan melalui mulut daun (stomata) dan lentisel.

Selain digunakan untuk melepas air dan CO2, stomata dan lentisel juga digunakan

untuk tempat masuknya O2 dan CO2 dari luar. Keluar masuknya zat-zat tesebut

dilakukan secara difusi.

E. Pelaksanaan Praktikum

1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum pada 22 Oktober 2010 pukul 08.00 Wib

tempat di Laboratorium Biologi Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pend. Biologi

Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan

Alat : Respirometer sederhana, Spuit.

Bahan : KOH Kristal, Kapas, Eosin, Vaselin dan Kecambah.

3. Cara Kerja :

a. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

b. Timbang kecambah masing-masing 3 gram (perlakuan I) dan 4 gram (perlakuan

II).

c. Masukkan 3 butir KOH Kristal ke dalam botol respirometer lalau masukkan

kapas secukupnya yang berfungsi sebagi sekat.

d. Kemudian masukkan kecambah untuk perlakuan I.

e. Kemudian tutup botol dengan penyumbat yang mengandung pipa beskala den

berikan vaselin pada mulut tutup botol secukupnya sehingga benar-benar rapat

agar udara luar tidak mempengaruhi tekanan di dalam botol.

f. Letakkan instrument pada meja yang datar.

g. Tetesi eosin pada ujung pipa respirometer yang terbuka. Tempatkan eosin tepat

pada angka nol makaa perhitungannya harus dikurangi dengan angka awal.

h. Amati pergerakan eosin tersebut dan catatlah kecepatan bergeraknya sebanyak

3 kali dalam jangka waktu masing-masing selama 5 menit (3 x 5menit).

i. Ulangi cara yang sama untuk perlakuan II.

F. Data Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan diisikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Laju Kecepatan Oksigen pada Respirometer

Berat Kecambah 5menit pertama 5 menit kedua 5menit ketiga Rata-rata (ml)

3 gram 0,38 0,21 0,18 0,25

4 gram 0,23 0,22 0,18 0,21

Hasil diatas didapatkan dari :

Berat kecambah 3 gram:

pada menit pertama : 0,38.

pada menit kedua : 0,59-0,38 = 0,21.

pada menit ketiga : 0,77-0,59 = 0,25.

Berat kecambah 4 gram:

pada menit pertama : 0,23.

pada menit kedua : 0,23-0,45 = 0,22.

pada menit ketiga : 0,63-0,15 = 0,18.

Komsumsi Oksigen :

Berat kecambah 3 gram : 0,25 : 3 : 12 = 0,00694ml/gr/jam.

Berat kecambah 4 gram : 0,21 : 4 : 12 = 0.00437ml/gr/jam.

G. Pertanyaan :

1. Apakah ada perbedaan antara perlakuan I (berat kecambah 3gram) dengan

perlakuan II (berat kecambah 4gram)? Jelaskan!

Jawab :

Tidak ada perbedaan antara perlakuan I dan II karena, baik pada

perlakuan I dan II waktu pengamatan sama-sama dilakukan dalam waktu 15

menit.

2. Apakah setiap bagian tanaman mempunyai komsumsi oksigen yang sama pada

saat respirasi? Jelaskan alasannya!

Jawab :

Setiap bagian tanaman mempunyai komsumsi oksigen yang sama pada

saat respirasi karena, Hanya saja yang membedakannya ialah umur tumbuhan.

Umur tumbuhan akan mempengaruhi laju respirasinya. Laju respirasi tinggi pada

saat perkecambahan dan tetap tinggi pada fase pertumbuhan vegetative awal (di

mana laju pertumbuhan juga tinggi) dan kemudian turun dengan bertambahnya

umur tumbuhan.

3. Jelaskan fungsi KOH pada percobaan ini!

Jawab :

Fungsi KOH pada percobaan ini adalah mengikat CO2, sehingga

pergerakan dari eosin benar-benar hanya disebabkan oleh komsumsi oksigen.

H. Daftar Pustaka:

Online, (http://pipia.blogdetik.com) 15 Desember 2010.

Online, (www.dostoc.com/docs/24594300/Fisiologi-Tumbuhan-Lely) 15 Desember

2010.

I. Lampiran :

Gambar : alat-alat yang digunakan pada saat praktikum.

A. Praktikum ke : 4.

B. Judul : Fotosintesis.

C. Tujuan : Untuk mengetahui bahwa fotosintesis menghasilkan oksigen dan

fotosintesis dipengaruhi oleh beberapa faktor.

D. Dasar Teori :

Pengertian

Fotosintesis ialah suatu prosespada tumbuhan hijau untuk menyusun senyawa

organik dari karbondioksida dan air. Proses ini hanya biasa terjadi jika ada cahaya dan

melalui perantara pigmen hijau klorofil yang terletak pada organel sitoplasma yang

disebut kloroplas. Reaksi secara keseluruhan dapat dinyatakan dengan persamaan

berikut ini :

klorofil

6 CO2 +6 H2O + energi cahaya CH2O + 6O2

( bahan organik )

Dalam persamaan di atas, CH2O merupakan rumus umum untuk menyatakan

bahwa bahan organik yang pada umumnya berupa pati atau beberapa karbohidrat lain.

Dari persamaan di atas pula dinyatakan bahwa 6 CO2 digunakan, sedang 6 O2

dilepaskan dalam proses. Maka dapat dikatakan bahwa jumlah volume CO2 yang

diperlukan sama dengan jumlah O2 yang dibebaskan atau disebut dengan Koefisien

Fotosintesis.

Tempat Terjadinya Fotosintesis

Dengan adanya cahaya, fotosintesis dapat terjadi pada sembarang bagian hijau

tumbuhan, akan tetapi pada tumbuhan darat yang khusus, hanya daun dengan

permukaan yang luas dan kloroplas yang melimpah yang merupakan pusat utama

kegiatan ini. Karena kutikula relative kedap gas, maka karbon dioksida harus

memasuki daun melalui stomata. Setelah berada di dalam daun, karbon dioksidaakan

berdifusi ke dalam sistem ruang udara antarsel dan larut dalam air yang menjenuhkan

dinding sel-sel mesofil.

Karbon dioksida ini lalu berdifusi, atau bergerak aktif karena aliran protoplasma,

melalui air pada sitoplasma memasuki kloroplas, Dengan kehadiran cahaya terjadilah

fotosintesis dalam kloroplas. Jika sehelai daun sedang aktif berfotosintesis, konsentrasi

karbon dioksida padapermukaan kloroplas akan menipis dan suatu gradasi (gradient)

karbon dioksida akan terbentuk antara permukaan kloroplas dan atmosfer luar.

Asalkan stomata tetap terbuka, karbon dioksida akan terus berdifusi ke dalam daun,

jumlahnya bergantung pada terjalnya gradasi konsentrasi, yang pada gilirannya akan

bergantung pada kegiatan kloroplas.

Jika konsentrasi karbon dioksida menurun pada permukaan kloroplas, konsentrasi

oksigen akan meningkat, dan suatu gradasioksigen akan terbentuk pada arah yang

berlawanan dari gradasi karbon dioksida. Jadi difusi karbon dioksida kea rah dalam itu

diikuti oleh difusi simultan oksigen ke arah luar.

Cahaya, Sifat-sifatdan Pengaruhnya terhadap Fotosintesis

Menurut Planck dan Einstein cahaya terdiri atas partikel-partikel kecil yang

disebut foton yang mempunyai sifat-sifat materi, gelombang dan energi yang dinyatakan

dengan kuantum. Berapa banyak energi yang dmilik oleh cahaya bergantung kepada

panjang pendeknya gelombang, seperti misalya sinar ungu lebih pendek gelombangnya

daripada sinar merah.

Energi sinnar yang dipergunakan oleh tumbuhan yang mengadakan fotosintesis

hanya 0,5 – 2% saja dari jumlah energi sinar yang tersedia. Energi yang diberikan oleh

sinar bergantung kepada kualitas (berapa panjang gelombang), intensitas (banyaknya

sinar per 1cm² per detik) dan waktu penyinaran (sebentar atau lama).

Sinar yang paling bermanfaat untuk fotosintesis, bila diurutkan dari yang

bergelombang panjang, maka sinar-sinar tersebut adalah merah, jingga, kuning, hijau,

biru, nila, ungu. Sinar-sinar yang mempunyai gelombang lebih pendek dari sinar ungu

(yaitu sinar ultra-ungu, sinar X, sinar gamma dan sinar kosmik) serta sinar yang lebih

panjang gelombangnya daripada sinar merah (yaitu sinar infra-merah), semua tidak

mempunyai kepentingan dalam fotosintesis.

Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu

yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang

berada pada kisaran cahaya tampak (380-700nm). Hal ini terkait pada sifat pigmen

penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada

membrane grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu.

Cahaya yang diabsorbsi oleh pigmen kloroplas digunakan dalam fotosintesis. Jika

berkas cahaya dengan berbagai panjang gelombang dipancarkan pada daun hijau dan

kecepatan fotosintesis pada setiap panjang gelombang diukur, ternyata bahwa gelombang

sinar biru dan sinar merah adalah yang paling efektif dalam melakukan fotosintesis.

Menurut Lakitan (2004, 122) sinar biru kurang efisien (tetapi sama efektifnya) untuk

fotosintesis dibandingkan dengan cahaya merah, hal ini disebabkan karena sebagian

energy dari foton sinar biru akan segera dibebaskan dalam bentuk panas sebelum bias

dimanfaatkan untuk fotosintesis. Sedangkan sinar hijau paling tidak efektif dalam

melakukan fotosintesis.

Pigmen dan Peranannya dalam Fotosintesis

1. Klorofil

Klorofil adalah pigmen hijau yang merupakan salah satu dari pigmen fotosintesis

yang berperan penting dalam menyeleksi panjang gelombang cahaya matahari yang

energinya diambil dalam fotosintesis.

Kloroplas terdapat pada semua tumbuhan yang berwarna hijau, termasuk batang

dan buah yang belum matang. Kloroplas mempunyai bentuk seperti cakram dengan ruang

yang disebut stroma yang merupakan tempat terjadinya reaksi gelap fotosintesis. Stroma

ini dibungkus oleh lapisan membrane tilakoid. Di dalam stroma terdapat tumpukan

lamella tilakoid yang disebut granum (jamak grana). Granum sendiri terdiri atas membran

tilakoid yang merupakan tempat terjadinya reaksi terang fotosintesis. Di dalam granum

inilah tempat terdapatnya klorofil. Pengubahan energy cahaya menjadi energy kimia

berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa sebagai produk akhir

fotosintesis berlangsung di stroma (Subandi, 2008).

Keterangan:

1. membran luar2. ruang antar membran3. membran dalam4. stroma5. lumen tilakoid (inside of thylakoid)6. membran tilakoid7. granum (kumpulan tilakoid)8. tilakoid (lamella)9. pati10. ribosom11. DNA plastida12. plastoglobula

Gambar Struktur Kloroplas

Semua tanama hijau mengandung klorofil a dan klorofil b. Klorofil a merupakan

pigmen hijau tua yang mampu menyerap cahaya merah dan biru-keunguan, dan sangat

berperan dalam reaksi gelap fotosintesis. Klorofil b merupakan pigmen hijau kebiruan

yang mampu menyerap cahaya biru dan merah kejinggaan. Klorofil b banyak terdapat

pada tumbuhan, ganggang hijau dan beberapa bakteri autotrof. Klorofil a terdapat sekitar

75% dari total klorofil. Kandungan klorofil pada tanaman adalah sekitar 1% berat kering.

Dalam daun klorofil banyak terdapat bersama-sama dengan protein dan lemak yang

bergabung satu dengan yang lain.

Terlalu banyak sinar berpengaruh buruk pada klorofil. Bila klorofil dihadapkan

pada sinar kuat maka akan tampak berkurang hijaunya. Hal ini dapat dilihat pada daun-

daun yang terus-menerus kena sinar matahari langsung, warnanya menjadi hijau

kekuningan. Cahaya yang diabsorbsi oleh pigmen kloroplas merupakan pemberi energy

cahaya yang dibutuhkan oleh fotosintesis.

2. Karotenoid (C40H56)

Pigmen ini berwarna kuning-oranye sampai merah karena menyerap sinar biru

dan lembayung lebih kuat daripada sinar warna lain. Pigmen ini terkadang terdapat pula

pada bagian tumbuhan yang tidak hijau, dan tidak berperan dalam fotosintesis. Pada

buah-buahan yang telah masak, klorofil telah menghilang (terurai) dan hanya warna

kuning atau merah yang tampak. Dalam hal demikian, kloroplas telah berganti isi dan

kemudian disebut kromoplas. Karotenoid membentuk warna jingga pada wortel serta

banyak buah dan sayur lainnya.

Karena karotenoid tidak dapat bertindak secara fotosintesis tanpaadanya

klorofil,maka karotenoid berperan dalam fotosintesis dengan cara menyerap energy

cahaya dan menyalurkannya ke klorofil. Klorofil tersebut akan mengubah energy ini

menjadi energy kimia sama seperti jika klorofil mengabsorbsi sendiri cahaya itu. Untuk

inilah pigmen karotenoid kadang-kadang dinyatakan sebagai pigmen tambahan,

fungsinya yang nyata ialah meningkatkan efisiensi fotosintesis.

3. Pigmen-pigmen Lain

Selain klorofil dan karotenoid, di dalam kloroplas juga terdapt beberapa pigmen

lain, seperti antosianin dan xantofil (turunan karotenoid/C4H54(OH)2). Antosianin

memberikan warna merah, biru atau ungu (tergantung derajat keasamannya), seperti pada

buah anngur, daging jambu biji, bunga mawar dan buah kana. Xantofil memberikan

warna kuning dan membantu dalam penerimaan sinar pada proses fotosintesis. Daun tua

yang kehilangan klorofil warnanya akan menjadi kuning atau merah karena pergantian

pigmen, hal yang tampak jelas pada daun yang gugur.

Mekanisme Fotosintesis

Fotosintesis terdiri dari 3 tahap yaitu menangkap energi dari cahaya matahari,

menggunakan energy untuk membuat ATP dan NADPH, dan menggunakan ATP dan

NADPH tersebut untuk membuat senyawa organik dari CO2.

Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian

utama, yaitu reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak

memerlukan cahaya tetapi memerlukan karbon dioksida).

Dalam terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energy kimia dan

menghasilkan oksigen, sedangkan dalam reaksi gelap terjadi serangkaian reaksi yang

membentuk gula ini diperoleh dari reaksi terang. Reaksi gelap bertujuan untuk mengubah

senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul gula.

1. Reaksi Terang

Reaksi terang merupakan tahap fotosintesis yang mengubah energy matahari

menjadi energi kimia, yaitu dengan pembentuka NADPH (sumber dari electron

berenergi) dan ATP (energy sel yang serba guna). Reaksi ini memerlukan molekul air dan

sinar matahari. Proses diawali dengan penangkapan energi cahaya/foton oleh pigmen.

Penangkapan energi cahaya atau fotosistem merupakan tahap pertama dari proses

fotosintesis. Ketika klorofil menyerap energi foton dari cahaya, electron pada klorofil

akan terlepas ke orbit luar (tereksitasi). Elektron ini akan ditangkap oleh penerima

electron yaitu plastokuion. Unit penangkapan elektron ini dengan fotosistem. Jadi secara

sederhana, unit yang mampu untuk menangkap energi cahaya matahari, yaitu klorofil

yang melepaskan electron dan menyerap foton (energi cahaya dengan panjang gelombang

yang sesuai), disebut dengan fotosistem. Masing-masing fotosistem mengandung sekitar

300 molekul pigmen yang terlibat langsung atau tidak langsung dalam proses fotosintesis.

Reaksi terang menggunakan 2 fotosistem yang berhubungan. Fotosistem I (PS I)

menyerap cahaya dengan panjang gelombang 700nm maka disebut P700, berfungsi untuk

menghasilkan NADPH. Fotosistem II (PS II) menyerap cahaya dengan panjang

gelombang 680nm maka disebut P680, berfungsi untuk membuat potensial oksidasi

cukup tinngi sehingga bias memecah air. Bila bekerja bersama, 2 fotosistem ini

melakukan proses fotofosforilasi non-siklik yang menghasilkan ATP dan NADPH.

Fotosistem I mentransfer elektron ke NADP+ untuk membentuk NADPH. Kehilangan

elektron digantikan oleh elektron dari fotosistem II. Fotosistem II dengan potensial

oksidasinya yang tinggi dapat memecah air untuk menggantikan elektron yang ditransfer

ke fotosistem I. Kedua fotosistem ini dihubungkan oleh kompleks pembawa elektron

yang disebut sitokrom.

Secara sederhana, reaksi terang dapat disimpulkansebagai berikut. Kloroplas

menyerap cahaya dan cahaya menggerakkan transfer elektron dan hydrogen ke penerima

yaitu NADP+ (nikotinamida adenine dinukleotida fosfat) untuk direduksi menjadi

NADPH. Pada proses ini, air terurai. Reaksi terang pada fotosintesis ini melepaskan O2.

Pada reaksi terang juga terjadi fosforilasi yang mengubah ADP menjadi ATP.

Reaksi keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut :

Sinar matahari + ADP + Pi (fosfat anorganik) + NADP+ +2H2O atp + NADPH +

3H+ + O2.

2. Reaksi Gelap

Reaksi gelap merupakan reaksi lanjutan dari reaksi terang dalam fotosintesis,

dimana tidak membutuhkan cahaya. Bahan reaksi gelap adalah ATP dan NADPH

(dihasilkan dari reaksi terang), dan CO2 (yang berasal dari udara bebas). Dari reaksi

gelap ini, akan dihasilkan glukosa (C6H12O6).

Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu :

a. Siklus Calvin-Benson

Ditemukan oleh Melvin Calvin dan Andrew Benson. Pada siklus ini tumbuhan

mengubah senyawa dengan 5 atom C menjadi senyawa dengan 3 atom C. Oleh sebab itu

tumbuhan yang menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C3.

b. Siklus Hatch-Slack

Ditemukan oleh M.D. Hatch dan Charles R. Slack. Pada siklus ini akan terbentuk

senyawa dengan 4 atom C, sehingga tumbuhan yang melalui reaksi gelap mengikuti jalur

ini dinamakan tumbuhan C4.

Secara umum, reaksi gelap dapat dibagi menjadi tiga tahapan (fase), yaitu fiksasi,

reduksi dan regenerasi.

a. Fiksasi/karboksilasi

Pada fase fiksasi, 6 molekul ribulosa difosfat (RuDp) mengikat 6 molekul CO2

dari udara dan membentuk 6 molekul beratom 6-C yang tidak stabil yang kemudian

pecah menjadi 12 molekul beratom C-3 yang dikenal dengan 3-asam fosfogliserat

(Phospogliseric Acd/PGA). Selanjutnya, 3-asam fosfogliserat ini mendapat tambahan 12

gugus fosfat, dan membentuk 1,3- difosfogliserat. Kemudian, 1,3-difosfogliserat masuk

ke dalam fase reduksi.

b. Reduksi

Senyawa 1,3 difosfogliserat direduksi oleh H+ dari NADPH, yang kemudian

menjadi NADP+, dan terbentuklah 12 molekul fosfogliseraldehid (PGAL) yang beratom

3-C. Selanjutnya, 2 molekul fosfogliseraldehid melepaskan diri dan menyatukan diri

menjadi 1 molekul glukosa yang beratom 6-C (C6H12O6). Sebanyak 10 molekul

fosfogliseraldehid yang tersisa kemudian masuk ke dalam fase regenerasi, yaitu

pembentukan kembali ribulosa difosfat.

c. Regenerasi

Pada fase ini, 10 molekul fosfogliseraldehid berubah menjadi 6 molekul ribulosa

fosfat. Jika mendapat tambahan gugus fosfat, maka ribulosa fosfat akan berubah menjadi

ribulosa difosfat (RuDP), yang kemudian kembali mengikat CO2 dan siklus dimulai lagi.

Pada beberapa tumbuhan tertentu, tidak terjadi pengikatan CO2 secara langsung

sebagaimana halnya siklus Calvin. Pada tumbuhan ini senyawapertama yang terbentuk

bukanlah senyawa dengan 3 atom C (PGA), melainkan senyawa dengan 4 atom C, yaitu

asam oksaloasetat (Oksaloacetic Acid/OAA). OAA terbentuk jika CO2 ditambahkan ke

dalam senyawa dengan 3 atom C yaitu fosfoenolpiruvat (Phospoenol Piruvat/PEP)

dengan diperantarai oleh enzim PEP karboksilase. PEP adalah senyawa berenergi tinggi

dan gugus fosfatnya yang berenergi tinggi dan gugus fosfatnya yang berenergi tinggi itu

terlepas jika senyawa dikarboksilasi. Jalur alternative ini disebut Siklus Hatch-Slack.

Dalam siklusnya, PEP mengikat CO2 dari udara sehingga akan dihasilkan asam

oksaloasetat, yang segera diubah menjadi asam dengan 4 karbon lainnya yaitu asam

malat. Malat akan terkarboksilasi menjadi piruvat dan CO2. Piruvat akan kembali

menjadi PEP yang terjadi di sel mesofil, sedangkan CO2 akan masuk ke dalam siklus

Calvin yang berlangsung di sel bundle-sheet atau berkas pembuluh pengangkat

(sekelompok sel di sekitar pembuluh xylem dan floem).

Fiksasi Karbon Dioksida

Berdasarkan hasil pertama fiksasi (penambatan) karbon dioksida (CO2) pada

kegiatan fotosintesis, tumbuhan diklasifikasikan menjadi 3, yaitu :

1. Tanaman C3

a. Proses fotosintesis menurut daur Calvin.

b. Senyawa yang menambat CO2 adalah ribulosa difosfat (RuDP) dengan bantuan

enzim RuDP karboksilase.

c. Hasil pertama dari fiksasi CO2 adalah asam fosfogliserat (PGA), yaitu sumber

senyawa dengan 3 gugus atom karbon (3-C).

d. Tanaman yang termasuk C3umumnya adalah spesies yang tumbuh di daerah

beriklim sedang (temperate) seperti kentang, gandum, gula, bit, tembakau, bayam

dan kedelai.

2. Tanaman C4

a. Proses fotosintesis menurut daur Hatch-Slack.

b. Senyawa yang memfiksasi karbon dioksida adalah fosfoenol piruvat (PEP) dengan

bantuan enzim PEP karboksilase.

c. Hasil pertama fiksasi CO2 adalah asam oksaloasetat (OAA), yaitu senyawa

dengan 4 gugus atom C (4-C).

d. Jalur Hatch-Slack ini terpisahkan oleh ruang (pada sel yang berbeda) yaitu di sel

mesofil dan di sel selubung berkas pengangkut/ikatan pembuluh.

e. Mempunyai anatomi daun tipe Kranz yang memungkinkan tidak terjadi

fotorespirasi, karena konsentrasi oksigen dalam stroma rendah.

f. Tanaman yang termasuk C4 umumnya adalah spesies-spesies yang tumbuh di

daerah tropis dan sub tropis seperti jagung, tebu, sorgum dan rumput-rumput

savana.

3. Tanaman CAM (Crassulacean Acid Metabolism)

a. Proses fotosintesis CAM mirip jalur Hatch-Slack, tetapi terpisah sementara oleh

waktu (bukan oleh ruang).

b. Disebut CAM karena tanaman ini mengalami akumulasi asam malt dan asam

organik lain yang menyebabkan kenaikan keasaman. Hal ini karena stomata

tanaman ini membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari. Akibatnya

pada malam hari asam malat dan asam organic lain menumpuk,pH menjadi

meningkat/tinggi dan hilang pada siang hari (pH menurun/rendah).

c. Penambatan CO2 dilakukan pada waktu malam harridan dibentuk senyawa

dengan gugus 4-C.

d. Pada siang hari pada saat stomata dalam keadaan tertutup terjadi dekarboksilasi

senyawa 4-C tersebut dan penambatan kembali CO2 melalui kegiatan pada daur

Calvin. Jadi tanaman CAM mempunyai beberapa persamaan dengan kelompok

tanaman C4, yaitu dengan adanya dua tingkat sistem penambahan CO2.

e. Termasuk kelompok tanaman CAM ini adalah tanaman yang tumbuh di daerah

panas (gurun seperti kaktus dan tanaman-tanaman padang pasir, agave, anggrek

dan nanas.

Perbedaan ciri-ciri antara tanaman C3, C4 dan CAM dapat dilihat berikut ini :

Tanaman C3 Tanaman C4 Tanaman CAM

Umumnya merupakan

spesies

Tanaman daerah beriklim

sedang (temperate).

Umumnya merupakan

spesies tanaman daerah

temperate tropik atau

sbtropik.

Umumnya merupakan

spesies tanaman daerah

temperate panas (arid)

Produksi sedang (30 ton

berat kering per hektar)

Produksi tinggi (80 ton

berat kering per hektar)

Umumnya produksi

rendah

Hanya mempunyai satu tipe

kloroplas, tidak ada anatomi

daun tipe Kranz

Mempunyai dua tipe

kloroplas, adaanatomi

daun tipe Kranz

Hanya mempunyai satu

tipe kloroplas, sedikit

anatomi daun tipe Kranz.

Aseptor CO2 adalah RuDP

(gula 5C).

Aseptor pertama CO2

adalah PEP (asam 3C).

Aseptor CO2 pada

keadaan gelap adalah

PEP, dan pada keadaan

terang RuDP.

Senyawa pertama yang

terbentuk adalah PGA (3C).

Senyawa pertama yang

terbentuk adalah OAA

Senyawa pertama pada

gelap adalah OAA dan

(4C). pada terang adalh PGA.

Hanya ada satu jalur fiksasi

CO2

Ada dua jalur fiksasi

CO2 yang terpisah

tempatnya.

Ada dua jalur fiksasi

CO2 yang terpisah

waktunya.

Ada fotorespirasi. Tidak ada fotorespirasi. Idem C4.

Efisiensi penggunaan air

rendah.

Efisiensi penggunaan air

sangat tinggi.

Idem C4.

Fotosintesis sudah jenuh

pada 1/3 sinar matahari

penuh.

Umumnya pada sinar

yang tinggi belum jenuh.

Idem C4.

Stomata terbuka pada siang

hari.

Stomata terbuka pada

siang hari.

Stomata terbuka pada

malam hari.

Penjelasan :

a. Fotorespirasi adalah sejenis respirasi pada tumbuhan yang dibangkitkan oleh

penerimaan cahaya yang diterima oleh daun, dimana terjadinya oksidasi senyawa

dua karbon (2C) menjadi CO2 dan air yang bersamaan dengan fotosintesis, dan

menggunakan substrat yang sama yaitu ribulosa difosfat (RuDP), tanpa

menghasilkan energi yang berguna bagi metabolisme. Walaupun menyerupai

respirasi (pernafasan) biasa, yaitu proses oksidasi yang melibatkan oksigen,

mekanisme respirasi karena rangsangan cahaya ini agak berbeda ini agak berbeda

dan dianggap sebagai proses fisiologi tersendiri. Adanya fotorespirasi mengurangi

efisiensi fotosintesis karena mengurangi akumulasi energi. Dengan kata lain

fotorespirasi merupakan suatu penghamburan energy bagi tumbuhan.

b. Anatomi daun tipe Kranz mempunyai cirri-ciri ruang antar sel kecil-kecil, vena

yang rapat, sel-sel berkas pengangkutnya besar-besar dan banyak berisi kloroplas.

Anatomi seperti ini memungkinkan tidak terjadi fotorespirasi, karena konsentrasi

oksigen dalam stroma rendah.

c. Tipe kloroplas

Pada tanaman C4, mempunyai dua tipe kloroplas yaitu kloroplas tipe besar dan

banyak mengandung butir pati terdapat pada berkas pembuluh (bundle sheats),

dan kloroplas yang ukurannya leih kecil dan tidak mempunyai butir pati terdapat

di sel-sel mesofil.

Pada tanaman C3, mempunyai satu tipe kloroplas yang terdapat di semua sel

mesofil.

d. Efisiensi penggunaan air

Pada tanaman C4, mampu melakukan fotosintesis dengan stomata setengah

tertutup, bahkan hampir tertutup, sehingga daun—daunnya dapat berfotosintesis

dengan efisiensi sekaligus mengurangi hilangnya air. Hal ini disebabkan karena

tanaman C4 sangat efisien dalam mengikat CO2 sehingga pada intensitas cahaya

dan suhu yang tinggi stomatanya dapat hamper menutup untuk mengurangi

transpirasi air dari daun. Pada keadaan lingkungan bagi tanaman C3 merupakan

ancaman, C4 dapat tumbuh lebih cepat.

Pada tanaman CAM, dapat berfotosintesis tanpa kehilangan sejumlah besar air

karena transpirasi stomata kecil sekali (stomata tertutup sepanjang hari). Hali ini

disebabkan tanaman CAM mempunyai mekanisme pengikatan CO2 dari udara

yang difiksasi pada malam hari ketika stomata terbuka penuh. Itulah sebabnya,

dalam keadaan kekurangan air, tanaman CAM lebih dapat bertahan hidup

dibandingkan tanaman yang lannya.

e. Efisiensi pengikatan CO2 pada proses fotosintesis

Jika konsentrasi CO2 di atmosfer menurun sampai sekitar ¼ konsentrasi

normalnya, maka fotosintesis lengkap tanaman C3 akan berhenti. Tetapi

fotosintesis lengkap tanaman C4 dapat terus berlangsung pada konsentrasi CO2

yang menurun sampai 10 ppm atau bahkan lebih rendah.

Tanaman C3 melakukan fotorespirasi sedangkan C4 melakukan sedikit atau

bahkan tidak melakukan fotorespirasi sama sekali. Untuk menekan fotorespirasi,

tanaman C4 mengembangkan strategi ruang dengan memisahkan jaringan yang

melakukan reaksi terang (sel mesofil) dan reaksi gelap (sel selubung pembuluh

atau bundle sheath). Strategi yang diambil tanaman CAM bersifat waktu

(temporal), yaitu memisahkan waktu untuk reaksi terang (pada saat penyinaran

penuh) dan reaksi gelap (di malam hari).

Tanaman C4 dapat mengikat CO2 secara efisien sekali karena adanya enzim PEP

karboksilase yang mempunyai afinitas tinggi terhadap CO2.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Fotosintesis

1. Faktor Internal

Adapunfaktor-faktor internal meliputi perbedaan antara spesies, umur daun, laju

translokasi hasil fotosintesis (adanya penimbunan fotosintat), dan semua factor yang

mempengaruhi gerakan stomata (resistensi di dalam terhadap difusi gas bebas).

2. Faktor Eksternal

Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi laju fotosintesis meliputi

konsentrasi karbon dioksida, intensitas cahaya, ketersediaan air. kandungan klorofil

dan suhu.

E. Pelaksanaan Praktikum

1. Waktu dan Tempat

Waktu pelaksanaan praktikum pada 17 Desember 2010 pukul 09.00 Wib tempat

di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pend.

Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan

Alat : Gelas kimia, corong kaca, tabung reaksi, thermometer, counter, kawat dan

lampu pijar 100 watt.

Bahan : Es batu, air panas 40ºC, NaHCO3 dan Hydrilla verticiliata.

3. Cara Kerja :

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan.

2. Rangkaian alat-alat seperti gambar di bawah ini sebanyak 5 perangkat.

Perhatikanlah bahwa tabung reaksi harus dalam keadaan penuh berisi air (jangan

ada rongga udara).

3. Perangkat I langsung diletakkan di bawah lampu pijar 100 watt dengan jarak

sekitar 20cm dari alat. Lampu pijar dianggap sebagai cahaya matahari.

4. Perangkat II dibuat dengan menambahkan beberapa potong es batu, perangkat III

ditambahkan air panas sehingga suhu air pada percobaan menjadi sebesar 40ºC,

dan pada perangkat IV ditambahkan NaHCO3 sebanyak 5 gram. Ketiga perangkat

ini juga diletakkan di bawah lampu pijar sama seperti perangkat I.

5. Terakhir, perangkat V diletakkan langsung di tempat teduh.

6. Amati apa yang terjadi setelah 15 menit. Catat hasil pengamatan pada tabel.

F. Data Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan yang telah dilakukan diisikan pada tabel di bawah ini. Data

yang dikumpulkan meliputi waktu mulai keluarnya gelembung, jumlah gelembung

selama waktu pengamatan (15 menit) dan suhu air selama percobaan berlangsung.

Tabel 1. Hasil Pengamatan terhadap Waktu, Suhu Air dan Jumlah Gelembung.

Perangkat Perlakuan Waktu Suhu Gelembung

I Cahaya matahari

langsung

3 menit 16

detik

Awal 28ºC akhir

28ºC

3

II Cahaya langsung

+es

- Awal 30ºC akhir

20ºC

0

III Cahaya langsung +

air hangat

1 menit 5 detik Awal 42ºC akhir

39ºC

16

IV Cahaya langsung +

NaHCO3

1 menit 40

detik

Awal 30ºC akhir

30ºC

2

V Tempat teduh 2 menit 23

detik

Awal 28ºC akhir

28ºC

6

G. Pertanyaan :

1. Perlakuan mana yang menghasilkan gelembung udara lebih banyak? Jelaskan!

Jawab :

Perlakuan yang menghasilkan gelembung udara lebih banyak ialah perlakuan III.

Seharusnya perlakuan yang menghasilkan gelembung udara lebih banyak ialah perlakuan

IV dengan menambahkan NaHCO3.

2. Perlakuan mana yang menghasilkan gelembung udara paling sedikit? Jelaskan!

Jawab :

Perlakuan yang menghasilkan gelembung udara paling sedikit perlakuan II yang

sama sekali tidak menghasilkan gelembung udara hal ini disebabkan karena pada

perlakuan II tersebut di tambah sedikit es batu sehingga terjadi penurunan suhu air dari

30ºC menjadi 20ºC akibatnya Hydrilla verticiliata tidak mengadakan fotosintesis. Tetapi

apabila pada perlakuan ini ditambahkan NaHCO3 maka Hydrilla verticiliata akan

menghasilkan gelembung udara yang banyak.

3. Apakah tujuan penggunaan NaHCO3 pada perlakuan IV? Jelaskan berdasarkan hasil

percobaan setelah dibandingkan dengan perlakuan pada perangkat I!

Jawab :

Tujuan penggunaan NaHCO3 pada perlakuan IV adalah untuk menambah

kandungan CO2 yang terdapat dalam air, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :

NaHCO3 + H2O NaOH + CO2 + H2O

Percobaan yang ditambah larutan NaHCO3 ternyata dapat mempercepat laju fotosintesis.

Fungsi larutan NaHCO3 disini sebagai katalis dalam reaksi fotosintesis.

4. Gelembung gas apakah yang dihasilkan dari percobaan tersebut? Bagaimana cara

membuktikannya?

Jawab :

Gelembung gas yang dihasilkan dari percobaan yaitu Oksigen (O2

5. Berdasarkan banyak sedikitnya gelembung gas yang dihasilkan dari tiap-tiap

perangkat percobaan, urutkanlah dari yang menghasilkan gelembung gas paling

banyak ke yang menghasilkan gelembung gas paling sedikit!

Jawab :

Berdasarkan banyak sedikitnya gelembung gas yang dihasilkan dari tiap-tiap

perangkat percobaan, urutan yang menghasilkan gelembung gas yang paling banyak

ke yang menghasilkan gelembung paling sedikit, yaitu : Perangkat III, V, I, IV dan II.

6. Berdasarkan percobaan di atas, tentukan faktor apakah yang mempengaruhi proses

fotosintesis?

Jawab :

Faktor yang mempengaruhi proses fotosintesis, yaitu :

suhu.

kekeruhan air.

cahaya.

tempat teduh.

tempat tidak teduh.

7. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ini, faktor manakah yang paling efektif

untuk berlangsungnya proses fotosintesis?

Jawab :

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan ini, faktor yang paling efektif untuk

berlangsungnya proses fotosintesis ialah tempat berlangsungnya percobaan pada

tempat tidak teduh, dibawah lampu pijar akan menghasilkan gelembung udara yang

banyak. Jika dibandingkan dengan percobaan di tempat teduh yang menghasilkan

gelembung udara yang relatif sedikit. Tetapi apabila pada perlakuan di tempat teduh

tersebut ditambahkan NaHCO3 maka akan menghasilkan gelembung udara yang

banyak.

H. Daftar Pustaka :

Lakitan, Benyamin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Rajawali Pers.

Online, ( http://situsbiologiindonesia.blogspot.com/2009/08/fotosintesis.html) 28 Desember 2010.

Online, (http://smartbekantan.blogspot.com/2009/04/bab-i-pendahuluan-1) 05 Januari 2010.

I. Lampiran :

Gambar : Alat dan Bahan yang Digunakan.

Gambar : Perangkat III.

A. Praktikum ke : 5.

B. Judul : Fotosintesis II ( Uji Pati dalam Daun).

C. Tujuan : Untuk mengetahui bahwa fotosintesis menghasilkan karbohidrati

(pati/amilum).

D. Dasar Teori :

Tumbuhan terutama tumbuhan tingkat tinggi, untuk memperoleh makanan

sebagai kebutuhan pokoknya agar tetap bertahan hidup, tumbuhan tersebut harus

melakukan suatu proses yang dinamakan proses sintesis karbohidrat yang terjadi dibagian

daun satu tumbuhan yang memiliki kloropil, dengan menggunakan cahaya matahari.

Cahaya matahari merupakan sumber energi yang diperlukan tumbuhan untuk proses

tersebut. Tanpa adanya cahaya matahari tumbuhan tidak akan mampu melakukan proses

fotosintesis, hal ini disebabkan kloropil yang berada didalam daun tidak dapat

menggunakan cahaya matahari karena kloropil hanya akan berfungsi bila ada cahaya

matahari (Dwidjoseputro, 1986)

Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdapat di alam sebagai molekul

yang kompleks dan besar. Karbohidrat sangat beraneka ragam contohnya seperti sukrosa,

monosakarida, dan polisakarida. Monosakarida adalah karbohidrat yang paling

sederhana. Monosakarida dapat diikat secara bersama-sama untuk membentuk dimer,

trimer dan lain-lain. Dimer merupakan gabungan antara dua monosakarida dan trimer

terdiri dari tiga monosakarida (Kimball, 2002).

Fotosintesis berasal dari kata foton yang berarti cahaya, dan sintesis yang berarti

menyusun.Jadi fotosintesis dapat diartikan sebagai suatu penyusunan senyawa kimia

kompleks yang memerlukan energi cahaya. Sumber energi cahaya alami adalah matahari.

Proses ini dapat berlangsung karena adanya suatu pigmen tertentu dengan bahan CO2 dan

H2O. Cahaya matahari terdiri atas beberapa spektrum, masing-masing spektrum

mempunyai panjang gelombang berbeda, sehingga pengaruhnya terhadap proses

fotosintesis juga berbeda (Salisbury, 1995).

Energi foton yang digunakan untuk menggerakkan elektron melawanan gradient

panas di dalam fotosistem I dari sebuah agen dengan tenaga reduksi kuat, yang secara

termodinamis mampu mereduksi CO2 di dalam fotosistem II dari air dengan pelepasan

O2, jika sebuah molekul pigmen menyerap sebuah foton masuk ke dalam sebuah keadaan

tereksitasi, karena satu elektronnya pada keadaan dasar pindah ke orbit (Anwar, 1984).

Fotosintesis merupakan suatu proses biologi yang kompleks, proses ini

menggunakan energi dan cahaya matahari yang dapat dimanfaatkan oleh klorofil yang

terdapat dalam kloroplas. Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran

luar dan membran dalam. Membran dalam mengelilingi suatu stroma yang mengandung

enzim-enzim tang larut dalam struktur membran yang disebut tilakoid. Proses fotosintesis

dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain air (H2O), konsentrasi CO2, suhu, umur

daun, translokasi karbohidrat, dan cahaya. Tetapi yang menjadi faktor utama fotosintesis

agar dapat berlangsung adalah cahaya, air, dan karbondioksida (Kimball, 1992).

Berbeda dengan organisme heterotrof, organisme autotrof menggunakan energi

yang berasal dari oksidasi dan zat-zat organik tertentu. Organisme yang demikian disebut

kemoautotrof, karena menggunakan zat – zat kimiawi dalam memproduksi senyawa

organik dari senyawa non-organik. Sedangkan peristiwa fotosintesis sendiri dilakukan

oleh organisme autotrof yang seringkali disebut dengan organisme fotoautotrof, karena

dalam proses pembentukan senyawa organiknya menggunakan energi yang berasal dari

cahaya matahari(Kimball, 1992).

Fotosintesis sering didefinisikan sebagai suatu proses pembentukan karbohidrat

dan karbondioksida serta air yang dilakukan sel-sel yang berklorofil dengan adanya

cahaya matahari yang disebabkan oleh oksigen (O2). Ada juga yang mengartikan

fotosintesis dengan suatu peristiwa pengolahan atau pemasakan makanan yang terjadi

pada daun dengan bantuan cahaya matahari (Kimball, 1992). Organisasi dan fungsi suatu

sel hidup bergantung pada persediaan energi yang tak henti-hentinya. Sumber energi ini

tersimpan dalam molekul-molekul organik seperti karbohidrat. Organisme heterotrofik,

seperti ragi dan kita sendiri, hidup dan tumbuh dengan memasukan molekul-molekul

organik ke dalam sel-selnya (Kimball, 1992).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya amilum yang terdapat dalam proses

fotosintesis dapat dilakukan dengan berbagai percobaan, diantaranya dengan memberi

perlakuan variasi cahaya matahari yang berbeda pada daun tumbuhan dan mengujinya

dengan larutan JKJ untuk memperoleh hasil dan data yang bervariasi antara daun

tumbuhan sampel (Ellis, 1986). Menguji ada tidaknya amilum yang terdapat pada daun

dilakukan dengan merebus daun pada air mendidih 30 selama menit, hal ini dilakukan

agar sel dalam daun mati dan sel-sel daun lebih permeabel terhadap iodium atau JKJ.

Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk melarutkan klorofil dan menjadikan

amilum lebih mudah bereaksi dengan larutan JKJ. Setelah itu meletakkan daun pada

cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan lugol/iodium sampai merata.

Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna biru kehitam-hitaman yang menunjukkan

adanya amilum dalam jaringan daun.

Proses pembentukan karbohidrat pada fotosintesis, daun yang diberi perlakuan

dengan dipanaskan pada air mendidih kemudian dimasukkan dalam alkohol panas

mengakibatkan pigmen daun jadi luntur. Daun yang semula berwarna hijau tua berubah

menjadi hijau muda. Hal ini dimaksudkan agar ada tidaknya amilum pada daun dapat

terlihat dengan jelas pada saat daun tersebut dicuci dengan larutan JKJ. Perebusan

dilakukan agar sel dalam daun mati dan menjadikan sel-sel daun lebih permeabel

terhadap larutan JKJ. Memasukkan daun dalam alkohol bertujuan untuk melarutkan

klorofil dan menjadikan amilum lebih mudah bereaksi dengan larutan JKJ. Setelah itu

meletakkan daun pada cawan untuk ditetetsi permukaan daun dengan larutan

lugol/iodium sampai merata. Perlakuan ini membuat daun menjadi berwarna biru

kehitam-hitaman yang menunjukkan adanya amilum dalam jaringan daun. Larutan JKJ

disini berfungsi untuk memberikan warna pada daun agar dapat dibedakan bagian daun

yang mengandung amilum dan tidak.

Setelah dimasukkan dalam larutan JKJ, daun yang telah ditutup sebelumnya

berwarna agak kebiru-tuaan disekitar pinggir – pinggirnya dan di bagian – bagian yang

tidak ditutupi lainnya, sedangkan bagian tengahnya atau bagian yang ditutupi berwarna

sedikit lebih cerah. Hal ini disebabkan karena pada bagian yang ditutup tidak terjadi

proses fotosintesis, sehingga dibagian tersebut tidak terdapat amilum yang ditunjukkan

oleh warna biru tua kehitaman. Sedangkan pada daun yang tidak ditutup warna biru tua

kehitamannya akan merata diseluruh bagiannya, karena pada seluruh bagian permukaan

daun terjadi proses fotosintesis. adapun percobaan lainnya, yaitu :

Percobaan yang dilakukan oleh oleh Julius Von Sachs pada tahun 1860, Julius

membuktikan bahwa proses fotosintesis menghasilkan amilum, caranya daun yang

sebagian dibungkus kertas timah dibiarkan terkena cahaya matahari sejak pagi hari dan

dipetik di sore hari. daun tersebut kemudian direbus untuk mematikan sel-selnya,

selanjutnya daun tersebut dimasukkan ke dalam alkohol agar klorofilnya larut sehingga

daun tersebut menjadi pucat. saat itu daun ditetesi iodin, bagian yang sebelumnya tertutup

oleh kertas timah tetap pucat, sedangkan yang tidak tertutup warnanya menjadi biru

kehitaman. warna biru kehitaman menandakan bahwa di daun tersebut terdapat amilum.

Pada tahun 1822, Engelmann melakukan percobaan dengan menggunakan alga

spirogyra. alga tersebut mempunyai kloroplas seperti spiral. hanya kloroplas yang terkena

cahaya yang mengeluarkan oksigen. kloroplas yang tidak terkena cahaya tidak

mengeluarkan oksigen. hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya bakteri suka oksigen

yang berkerumun di bagian kloroplas yang terkena cahaya.

E. Pelaksanaan Praktikum :

1. Waktu dan Tempat :

Waktu pelaksanaan praktikum pada 31 Desember 2010 pada pukul 08.30 Wib dan

tempat di Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pend.

Biologi Universitas Muhammadiyah Palembang.

2. Alat dan Bahan :

Alat : Gelas kimia, pipet, pinset, pengaduk, plester/selotip.

Bahan : Daun tanaman kembang sepatu (Hibiscus rosesinensis) atau sejenisnya

(Roseaceae), air panas, alkohol 70% dan yodium cair.

3. Cara Kerja :

1. Siapkan daun Hibiscus yang telah ditutupi sebagian daunnya dengan

plester/selotip, satu hari sebelum percobaan dilakukan.

2. Lepaskan plester/selotip dari daun, lalu celupkan daun tersebut ke dalam air

mendidih dan diamkan selama 1 menit.

3. Kemudian didihkan dalam alcohol 70% hingga seluruh daun kehilangan

warnanya.

4. Angkat dan cuci daun dengan menggunakan air mengalir. Lakukan semua tahapan

secara perlahan-lahan sehingga daun tidak menjadi rusak/sobek.

5. Tetesi seluruh permukaan daundengan yodium cair.

6. Amati apa yang tampak pada daun tersebut. Catat hal-hal penting yang terjadi

selama percobaan.

7. Adanya pati akan menimbulkan warna hitam kebiruan. Gelapnya warna yang

terjadi memberikan indikasi perkiraan konsentrasi pati yang ada dalam daun.

F. Pertanyaan :

1. Apakah ada perbedaan warna antara daun yang tertutup dan yang tidak tertutup

plester/selotip? Jelaskan!

Jawab :

Perbedaan warna antar daun yang tertutup dan yang tidak tertutup plester/selotip

adalah warna daun yang tertutup ialah hitam kebiruan, sedangkan daun yang tidak

tertutup warnanya hitam kebiruan yang merata.

2. Apakah daun yang tidak tertutup plester/selotip mempunyai warna yang merata sama

pada permukaannya? Jelaskan!

Jawab :

Daun yang tidak tertutup plester/selotip mempunyai warana yang merata sama

pada permukaannya. Hal ini dikarenakan pada daun yang tidak tertutup plester

tersebut pada saat ditetesi yodium cair akan berwarna hitam kebiruan merata ini

membuktikan bahwa daun yang tidak tertutup plester/selotip tersebut mengandung

pati/amilum dan sebagai tanda daun tersebut melakukan fotosintesis.

3. Mengapa pada saat didihkan dalam alcohol 70% daun menjadi kehilangan warna?

Jelaskan!

Jawab :

Pada saat didihkan dalam alcohol 70% daun kehilangan warna karena klorofil

yang ada pada daun yang larut dalam alcohol dan menjadikan amilum yang ada pada

daun lebih mudah bereaksi dengan yodium cair.

G. Hasil dan Pembahasan :

Pada daun yang ditutupi oleh selotip masih dapat melakukan respirasi dan

transpirasi walaupun tidak mendapat sinar matahari yang cukup, hal ini jelas terlihat

adanya amilum pada daun dengan jumlah yang sedikit. Namun pada daun yang tidak

mendapat perlakuan terdapat banyak amilum sebagai tanda melakukan proses

fotosintesis.

Dari perbedaan warna yang terjadi atas perbedaan perlakuan menunjukkan bagian

daun yang berbeda warna disebabkan oleh faktor kurangnya cahaya matahari, sehingga

daun tersebut tidak dapat melaksanakan fungsi fisiologisnya secara sempurna. Dengan

kata lain, secara umum fotosintesis hanya dapat berlangsung jika ada cahaya matahari

yang cukup mengenai permukaan daun yang ditandai dengan adanya amilum pada daun.

Pada daun yang telah ditetesi yodium terlihat perbedaannya, ada yang berwarna

hitam kebiru-biruan dan coklat. Daun yang telah ditetesi yodium dan berwarna hitam

kebiruan membuktikan bahwa di daun tersebut tidak mengandung pati/amilum,

sedangkan daun yang berwarna hitam kebiruan merata membuktikan bahwa daun

tersebut mengandung amilum.

H. Kesimpulan :

1. Fotosintesis adalah suatu proses biologi yang kompleks dengan menggunakan energi

matahari, CO2 dan H2O yang menghasilkan karbohidrat dan oksigen.

2. Bagian daun yang tidak tertutup kertas karbon menghasilkan warna ungu kehitam-

hitaman yang menandakan terbentuknya amilum yang berarti menunjukkan terjadinya

fotosintesis.

3. Bagian daun yang ditutupi kertas karbon tidak mengalami perubahan warna dan ini

berarti tidak terjadinya fotosintesis dan tidak terdapat amilum.

I. Daftar Pustaka :

Online, (http://smartbekantan.blogspot.com/2009/04/bab-i-pendahuluan-1) 05 Januari

2010.

Online, (http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid) 05 Januari 2010.

Online, (http://annisanfushie.wordpress.com/2008/12/07/fotosintesis/) 05 Januari 2010.

J. Lampiran :

Gambar : Daun yang didihkan dalam alcohol 70%.

Gambar : Daun yang mulai kehilangan warna.

Gambar : Daun yang telah ditetesi yodium cair.

1. Jelaskan mengenai kapasitas tukar kation (KTK)

Jawab :

Partikel liat dan koloid organic penting bagi kesuburan tanah, karena kemampuan

bahan ini dalam mengabsorbsi kation. Kation yang terikat pada partikel liat senyawa

organic dapat dipertukarkan dengan kation yang terlarut dalam larutan tanah. Proses ini

disebut pertukaran kation dan kemampuan tanah untuk mempertukarkan kation, disebut

sebagai kapasitas tukar kation (KTK). Pertukaran kation yang teradsorbsi dengan ion H+

sangat penting, karena menyebabkan ketersediaan dari kation tersebut bagi akar tanaman.

Ion H+ dibebaskan oleh akar dari asam malat dan senyawa organic lainnya ke dalam

tanah. Ion H+ juga dibebaskan jika CO2 bereaksi dengan air membentuk H2CO3.

2. Mengapa sebagian besar tanaman membutuhkan pemupukan nitrogen untuk memacu

pertumbuhannya? Jelaskan!

Jawab :

Sebagian besar tanaman membutuhkan pemupukan nitrogen untuk memacu

pertumbuhannya karena nitrogen yang tersedia dalam NH4+ akan segera teroksidasi

membentuk nitrat oleh bakteri di dalam tanah, Nitrat diserap bulu-bulu akar di dalam

tanah. Nitrat digunakan sebagai bahan dasar protein. Protein digunakan tumbuhan untuk

membangun tubuhnya. Jika tumbuhan mati maka jasadnya akan mengalami penguraian.

Penguraian tersebut akan menghasilkan senyawa amonium yang selanjutnya diubah

menjadi nitrit dengan bantuan bakteri Nitromonas. Nitrit kemudian diubah menjadi nitrat

melalui bantuan bakteri Nitrobacter.

3. Jelaskan 3 cara kontak unsur hara dengan permukaan akar!

Jawab :

3 cara kontak unsur hara dengan permukaan akar, yaitu :

a. Secara difusi dalam larutan tanah.

b. Secara pasif terbawa oleh aliran air tanah.

c. Karena akar tumbuh ke arah posisi hara tersebut dalam matrik tanah.

4. Jelaskan pengangkutan hara mineral di dalam jaringan akar tumbuhan!

Jawab :

Pengangkutan hara mineral di dalam jaringan akar tumbuhan melalui kontak akar,

baru unsure hara tersebut dapat diserap tanaman. Lintasan yang dilalui oleh air dan unsur

hara yang terlarut didalamnya pada jaringan akar menuju pembuluh xilem.

5. Jelaskan 4 prinsip penyerapan hara mineral!

Jawab ;

Empat prinsip penyerapan hara mineral, yaitu :

a. Jika sel tidak melangsungkan metabolisme atau mati, maka membrannya akan lebih

mudah dilalui oleh bahan-bahan yang terlarut (solute). Jika sel dimatikan dengan

perlakuan suhu tinggi atau dengan menggunakan senyawa racun, atau jika prose

metabolismenya dihambat dengan perlakuan suhu rendah atau dengan menggunakan

senyawa penghambat reaksi metabolismenya, maka sebagian ion (atau bahan terlarut)

akan keluar dengan mudah dari dalam sitoplasma sel. Hal ini merupakan bukti, bahwa

permeabilitas membran terhadap ion tersebut menjadi meningkat.

b. Molekul air dan gas-gas yang terlarut didalamnya, sepert N2, O2 dan CO2 dapat

melalui membrane dengan mudah. Belum dapat dijelaskan bagaimana air dan gas-gas

tertentu dapat keluar masuk melalui membran dengan mudah. Tetapi jelas fenomena

ini memberikan keuntungan bagi metabolisme tanaman. Dari hasil percobaan terbukti

bahwa air dapat lebih cepat menembus suatu membrane artificial yang tersusun hanya

fosfolipida, dibandingkan melalui membrane alami sel tumbuhan. Hasil pembuktian

ini memberikan indikasi bahwa air agaknya menembus membrane sel tumbuhan

melalui bagian lipida dari membrane, bukan melalui proteinmembran sebagaimana

sebelumnya diasumsikan.

c. Bahan terlarut yang bersifat hidrofobik menembus membran dengan kemudahan

sebanding dengan tingkat kelarutannya dalam lemak. Bahan terlarut yang lebih

bersifat hidrofobik menembus membrane lebih mudah dibanding senyawa yang

bersifat hidrofilik. Kelarutan dalam lemak berhubungan dengan kemudahan suatu

senyawa untuk terionisasi jika dilarutkan dalam air. Jika suatu senyawa menjadi

bermuatan positif atau negatif, maka senyawa tersebut akan sulit larut dalam lemak

tetapi mudah larut dalam air.

d. Ion-ion atau molekul-molekul yang bersifat hidrofilik dengan tingkat kelarutan dalam

lemak yang sama akan menembus membran dengan tingkat kemudahan yang

berbanding terbalik dengan ukuran berat (berat molekulnya). Ukuran memang

mempengaruhi kemudahan ion menembus membrane, tetapi yang menentukan

kemudahan suatu ion untuk menembus membrane adalah ukuran setelah molekul-

molekul air menempel pada ion-ion tersebut atau ukuran setelah ion terhidrasi

(hydrated size). Jadi bukan ukuran langsung dari ion itu sendiri.

6. Serapan hara mineral bersifat akumulatif, selektif, satu arah dan tidak dapat jenuh.

Jelaskan keempat sifat serapan hara tersebut!

Jawab :

Akumulatif

Konsentrasi hara esensial dalam sel dapat menjadi lebih tinggi disbanding

konsentrasi pada larutan di luar sel. Penyerapan hara pada waktu yang lama yang

menyebabkan konsentrasi hara dalam sel jauh lebih tinggi ini disebut sebagai akumulasi

hara. Perbandingan antara konsentrasi di dalam dan di luar sel disebut sebagai nisbah

akumulasi (accumulation ratio), Konsentrasi kalium dalam jaringan tanaman dapat

mencapai 25 mM, sedangkan didalam larutan tanah umumnya konsentrasi kalium sekitar

0,1 mM. Berarti untuk kasus kalium ini nisbah akumulasi mencapai sekitar 250. Proses

akumulasi ini tentu tidak dapat terjadi hanya karena difusi bebas, tanpa melibatkan energi

metabolic. Sifat akumulatif dari sel dalam kaitannya dengan serapan hara ini berlaku

untuk semua sel hidup, tidak hanya pada tumbuhan tingkat tinggi.

Selektif

Sebagaimana telah didemonstrasikan bahwa serapan ion K+ tidak dipengaruhi

oleh kehadiran ion lain dengan muatan yang sama, seperti ion Na+, apalagi oleh ion-ion

lain yang berbeda valensinya seperti Ca2+ atau Mg2+. Hal sama juga dibuktikan bahwa

serapan ion Cl¯ tidak dipengaruhi oleh NO3¯, H2PO4¯ dan SO4²¯.

Sifat selektifitas ini tidak hanya berlaku untuk penyerapan ion,tetapi juga untuk

senyawa organic seperti asam amino dan gula. Sifat selektifitas ini terlihat pada semua

bagian tanaman. Fakta ini mendukung teori bahwa protein bahwa protein pembawa pada

membran mengangkut ion ke dalam sel, karena enzim dapat mengenal secara selektif dan

diaktifkan atau dihambatkan oleh ion atau senyawa tertentu, tidak oleh sembarang ion

atau senyawa.

Sifat selektif dalam serapan ion ini kadang tidak berperan sepenuhnya. Misalnya

serapan ion ini kadang tidak berperan sepenuhnya. Misalnya serapan ion K+ dapat

dihambat secara kompetetif oleh ion Rb+, ion Cl¯ oleh Br¯, ion Ca2+ oleh Sr²+ atau

kadang Mg²+ dan ion SO4²¯ oleh SeO4²¯ (selenat).

Satu arah

Serapan ion lebih bersifat satu arah. Ion masuk ke sitosol sel dengan lebih dipacu,

tetapi untuk kembali ke luar dari ael akan dihambat. Demikian pula halnya bagi ion-ion

yang diangkut masuk ke dalam vacuola sel, akan jarang yang diangkut kembali ke luar

dari vacuola tersebut. Kebocoran membran (ion keluar dari sitosol) hanya berlangsung

mudah jika membrane tersebut telah rusak, misalnya akibat suhu tinggi atau penyebab

lainnya.

Tidak dapat jenuh

Serapan ion oleh akar tanaman menurut E. Epstein mempunyai paling tidak dua

mekanisme yang berbeda, yakni untuk serapan pada konsentrasi rendah dan untuk pada

konsentrasi tinggi. Jika serapan sepenuhnya berlangsung secara difusi, maka tentunya

laju serapan akan meningkat secara linier dengan menigkatnya konsentrasi larutan dalam

larutan di luar sel. Tetapi pada kenyataannya laju serapan berlangsunglebih cepat dan

tidak bersifat linier, yakni lebih bersifat asimptotik. Laju serapan yang lebih cepat ini

diyakini karena adanya peranan protein pembawa pada membran. Protein pembawa ini

menjadi jenuh pada konsentrasi yang relative rendah, yaknin1mM. Setelah jenuh,

peningkatan konsentrasi larutan tidak lagi mempengaruhi serapan. Pola serapan ini oleh

Epstein disebut sebagai Mekanisme 1.

Kejenuhan pada mekanisme 1 ini ternyata dapat diatasi jika konsentrasi ion

tersebut terus ditingkatkan. Epstein berkeyakinan bahwa tentu ada mekanisme yang lain

yang berperan dalam serapan ion pada konsentrasi tinggi ini, yang mungkin melibatkan

protein pembawa lain (karena protein pembawa pada mekanisme I telah jenuh).

Mekanisme serapan pada konsentrasi tinggi ini disebut oleh Epstein sebagai mekanisme

2.