praktikum fisiologi

15
Laporan Praktikum Kelelahan Otot-Saraf Pada Manusia Kelompok B1 Nama NIM Tanda tangan Reinaldo Putra Hardian 102013036 Angela Tiana 102013143 Muhammad Sajid Bin Mohd Rafee 102013498 Shella 102013428 Indra F Liong 102013166 Liebenash Fenny Christy 102013387 Dessy C Noelik 102013056 Ansarti Dalien Jigibalon 102013230 Dola Lonita 102013342 Siti Mariam Narastitian Pambudi 102012153 Nabilla Chusnah 102013215 1

Upload: amandadamayanti

Post on 19-Dec-2015

220 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Praktikum fisiologi

Laporan Praktikum

Kelelahan Otot-Saraf Pada Manusia

Kelompok B1

1

Nama NIM Tanda tangan

Reinaldo Putra Hardian 102013036

Angela Tiana 102013143

Muhammad Sajid Bin Mohd Rafee

102013498

Shella 102013428

Indra F Liong 102013166

Liebenash Fenny Christy 102013387

Dessy C Noelik 102013056

Ansarti Dalien Jigibalon 102013230

Dola Lonita 102013342

Siti Mariam Narastitian Pambudi 102012153

Nabilla Chusnah 102013215

Page 2: Praktikum fisiologi

Fakultas KedokteranUniversitas Kristen Krida Wacana

Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510Telepon: (021) 5694-2061 (hunting), Fax: (021) 563-1731

Tahun Ajaran 2013/2014

A. Tujuan Percobaan / Pemeriksaan

1. Membedakan ergogram yang memperlihatkan kerja steady state dan kerja dengan

kelelahan

2. Mendemonstrasikan dengan pengaruh faktor:

a) Gangguan peredaran darah

b) Istirahat

c) Massage

d) Menetapkan perubahan warna dan suhu kulit akibat iskemia

B. Alat - Alat yang Digunakan

1. Kimograf

2. Kertas

3. Perekat

4. Manset sfigmomanometer

2

Page 3: Praktikum fisiologi

5. Ergograf

6. Metronome (frekuensi 1 detik)

C. Cara Kerja

Percobaan 1: Kerja Steady State

1. Menyediakan alat dan bahan yang diperlukan untuk melakukan percobaan

2. Memasang semua alat sesuai dengan petunjuk yang diberikan

3. Mencatat dan melakukan satutarikan tiap 4 detik menurut irama alat yang

diperdengarkan diruang praktikum sampai ½ putaran tromol. Setiap kali setelah

melakukan tarikan, lepaskan segera jari saudara dari pelatuk sehingga kembali ke

tempat semula.

Percobaan 2: Pengaruh Gangguan Peredaran Darah

1. Memasang manset sfignomanometer pada lengan atas kanan orang percobaan yang

sama.

2. Sebagai latihan melakukan beberapa kali oklusi pembuluh darah lengan atas dengan

jalan memompa manset dengan cepat sampai denyut nadi atas radialis tak teraba lagi.

3. Dengan manset tetap terpasang, tapi tanpa oklusi, melakukan 12 kali tarikan dengan

frekuensi satu tarikan tiap 4 detik sambil dicatat pada kimograf.

4. Tanpa menghentikan tromol pada tarikan 13, mulailah memompa manset dengan

cepat sampai denyut nadi atas radialis tidak teraba lagi. Selama pemompaan orang

percobaan tetap melakukan latihan.

5. Memberi tanda pada kurva pada saat denyut nadi atas radialis tidak teraba lagi.

6. Setelah terjadi kelelahan total, menurunkan tekanan dalam manset sehingga peredaran

darah pulih kembali.

7. Dengan frekuensi yang sama melanjutkan tarikan dan pencatatan sehingga pengaruh

factor oklusi tidak terlihat lagi.

Percobaan 3: Pengaruh Percobaan dan Massage

1. Latihan ini dilakukan oleh orang percobaan lain.

2. Besarkan beban erograf sampai hamper maksimal.

3

Page 4: Praktikum fisiologi

3. Sambil mencatat, melakukan satu tarikan satu detik sampai terjadi kelelahan total,

kemudian hentikan tromol.

4. Berilah istirahat selama 2 menit. Selama istirahat lengan tetap dibiarkan diatas meja.

5. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kira - kira 2 cm, jalakan kimograf

dan lakukan kembali tarikan dengan frekuensi dan beban yang sama sampai terjadi

kelelahan total dan kemudian hentikan tromol.

6. Berilah istirahat selama 2 menit lagi. Selama masa istirahat ini, lakukan massage pada

lengan OP. Massage dilakukan dengan cara mengurut dengan tekanan kuat ke arah

perifer, kemudian dengan tekanan ringan ke arah jantung. Massage dilakukan dari

fossa cubitii hingga ujung jari.

7. Setelah tromol diputar dengan tangan sepanjang kira - kira 2 cm, jalankan kimograf

dan lakukan kembali tarikan seperti pada nomer 5.

8. Membandingkan ketiga erogram yang sodara peroleh dan berusahalah

menganalisanya.

Percobaan 4: Rasa Nyeri, Perubahan Warna, dan Suhu Kulit akibat Iskemia

1. Latihan ini dilakukan pada orang percobaan lain dan tanpa pencatatan erogram.

2. Memasang manset pada lengan atas kanan OP dan berikan pembebanan yang cukup

berat sehingga penarikan hanya akan memperhatikan penyimpangan ujung pencatat

yang kecil saja.

3. Memperhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan OP.

4. Melakukan satu tarikan setiap satu detik sambil diadakan oklusi sehingga terjadi

kelelahan total atau sampai terjadi rasa sakit yang tak tertahankan.

5. Menghentikan tindakan oklusi segera setelah PS (pasien simulasi) merasa nyeri yang

hebat sekali. Perhatikan suhu dan warna kulit lengan bawah kanan PS.

D. Hasil Pemeriksaan/Percobaan

Orang Percobaan (OP) :

1. Reinaldo Putra Hardian 102013036

2. Indra F Liong 102013166

3. Liebenash Fenny Christy 102013387

1. Kerja Steady – State

4

Page 5: Praktikum fisiologi

Grafik pada kimograf terlihat stabil karena adanya jeda waktu dari tarikan satu ke tarikan

berikutnya dan beban ergograf tidak besar.

2. Pengaruh Gangguan Peredaran Darah

Garis pada kimograf awalnya stabil dan panjang, akan tetapi semakin lama garis semakin

memendek karena terjadinya kelelahan otot pada OP.

3. Pengaruh Istirahat dan Massage

Pada percobaan ketiga bagian yang pertama, pada awalnya garis-garis memanjang kemudian

lama-kelamaan garis memendek karena beban semakin berat dan fekuensi tarikan semakin

cepat. Setelah itu, OP istirahat selama 2 menit.

5

Page 6: Praktikum fisiologi

Pada percobaan ketiga bagian kedua, dengan beban yang sama dilakukan tarikan lagi

kemudian garis semakin cepat menurun atau memendek lalu OP diberi istirahat lagi sambil di

massage tangannya. Massage dengan cara mengurut dengan tekanan kuat ke arah perifer,

kemudian dengan tekanan ringan kearah jantung. Massage yang dilakukan dari fosssa cubiti

hingga ujung jari.

Pada percobaan ketiga bagian tiga, OP melakukan tarikan kembali namun terlihat perubahan

pada percobaan ini. Garis pada kimograf terlihat lebih tinggi dari pada percobaan sebelumnya

dikarenakan pada waktu istirahat tangan OP diberi massage.

4. Rasa Nyeri, Perubahan Warna, dan Suhu Kulit akibat Iskemia

Suhu Warna Kulit Keadaan

OP

Suhu tangan dingin Kulit pucat dan agak

kebiruan

Tangan nyeri dan lemas

E. Pembahasan

Sistem muskular (otot) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan

tubuh.1-4 Terdapat tiga jenis yaitu: otot polos, otot jantung, dan otot rangka. Dari ketiga otot

tersebut, otot yang memiliki andil besar dalam pergerakan tubuh manusia adalah otot rangka.

Gerakan-gerakan yang dilakukan oleh tubuh, mulai dari gerak yang sederhana hingga

gerakan yang kompleks, dilakukan oleh otot rangka. Otot rangka yang bekerja secara sadar

(dipengaruhi saraf) akan melakukan mekanisme gerak otot yaitu kontrasi dan relaksasi. 1-4

Untuk melakukan gerak otot dibutuhkan energi yang akan didapat dari proses metabolosme

otot dengan melibatkan glukosa. 1-4

6

Page 7: Praktikum fisiologi

Otot merupakan alat gerak aktif karena kemampuannya berkontraksi. Otot akan memendek

jika sedang berkontraksi dan memanjang jika berelaksasi. Kontraksi otot dapat terjadi apabila

otot sedang melakukan kegiatan, sedangkan relaksasi otot terjadi jika otot sedang beristirahat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa otot memiliki 4 ciri, yaitu: kontraktilitas,

eksitabilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. 1-4

Kontraktilitas adalah saat dimana serabut otot berkontaksi dan menegang. Pada eksitabilitas,

serabut otot akan merespon dengan kuat jika distimulasi oleh impuls saraf. Ekstensibilitas,

serabut otot memiliki kemampuan untuk meregang melebih panjang otot saat relaks.

Sementara, elastisitas, serabut otot dapat kembali ke ukurannya semula setelah berkontraksi

atau meregang. 1-4

Kontraksi otot dapat terjadi akibat impuls saraf. 1-4 Impuls saraf yang sifatnya elektrik,

dihantar ke sel-sel otot secara kimiawi oleh sambungan otot-saraf. Impuls sampai ke

sambungan otot-saraf yang mengandung gelembung-gelembung kecil asetikolin yang

kemudian akan dilepaskan ke dalam ruang antara saraf dan otot (celah sinaps). Ketika

asetikolin yang dilepaskan menempel pada sel otot, ia akan menyebabkan terjadinya

depolarisasi dan aktivitas listrik akan menyebar ke seluruh sel otot. Proses ini kemudiaan

diikuti dengan pelepasan ion Ca2+ (kalsium) yang berada diantara sel otot. 1-4 Ion kalsium

akan masuk ke dalam otot dan kemudian mengangkut troponin dan tropomiosin ke aktin,

sehingga posisi aktin berubah. Impuls listrik yang menyebar akan merangsang kegiatan

protein aktin dan miosin hingga keduanya akan bertempelan membentuk aktomiosin. Aktin

dan miosin yang saling bertemu akan menyebabkan otot memendek dan terjadilah peristiwa

kontraksi. Kejadian ini akan menyebabkan pergeseran filamen (sliding filamen) yang

berujung pada peristiwa kontraksi. Apabila berlangsung normal, kontraksi otot akan selalu

diikuti dengan relaksasi, yaitu proses pemulihan sel otot ke keadaan istirahat. Relaksasi otot

akan segera terjadi apabila pemberian rangsangan atau penjalaran impuls ke sel otot

dihentikan. 1-4

Secara sederhana, peristiwa relaksasi otot akan terjadi apabila ATP pada kepala miosin telah

habis sehingga miosin tidak lagi dapat berikatan dengan aktin. 1-4 Relaksasi otot diawali

dengan pengaktifan pompa kalsium yang akan membuat jumlah kalsium turun karena ion

kalsium kembali ke dalam plasma. Dengan kembalinya ion kalsium, maka ia tidak lagi

berikatan dengan troponin dan tropomiosin. Hal ini menyebabkan aktin dan miosin kembali

berpisah, otot kembali memanjang, terjadilah relaksasi. 1-4

7

Page 8: Praktikum fisiologi

Pada fase relaksasi setelah otot mengalami ketegangan maksimal atau tonus pada fase

istirahat masih terdapat sejumlah tegangan.5 Pemijitan atau pemberian massage dilakukan

agar mengurangi jumlah tegangan pada otot dengan lebih cepat sehingga dapat disimpulkan

dengan menggunakan pemijitan relaksasi otot lebih cepat dan bila sudah selesai fase relaksasi

atau istirahat akan menghasilkan kontraksi otot yang lebih maksimal dari yang tidak

dirangsang. 1-4

Kontraksi otot sangat bergantung pada produksi ATP dari salah satu dari tiga sumber, yaitu:

kreatin fosfat yang disimpan di otot, fosforilasi oksidatif bahan makanan yang disimpan di

atau ke otot, dan glikolisis aerob maupun anaerob. 1-4,6 Saat kerja yang dilakukan otot tidak

terlalu berat, serabut otot dapat memenuhi energinya dengan proses aerob (dengan oksigen).

Akan tetapi, apabila kerja yang dilakukan terlalu berat sehingga pasokan oksigen tidak

mencukupi, maka energi akan didapat melalui proses anerob (tanpa oksigen).

Proses aerob dialami saat otot sedang berelaksasi. Pada proses ini, karbohidrat akan dipecah

menjadi gula sederhana yang disebut glukosa. 6 Glukosa yang tidak diperlukan oleh tubuh

akan dikonversi menjadi glikogen dan disimpan di hati serta otot. Selama oksidasi, glikogen

akan menjadi karbondioksida dan air, serta terbentuk 36 adenosin trifosfat (ATP). 6 Nantinya,

apabila otot hendak melakukan kontraksi, ATP akan diubah menjadi adenosin difosfat

(ADP). Hasil sampingan dari proses ini adalah asam laktat.1 Apabila kerja otot terlalu keras,

akan menyebabkan pasokan oksigen berkurang sehingga penghasilan energi harus melewati

proses anaerob (tanpa oksigen). Pada proses ini, selain ATP yang dihasilkan lebih sedikit

(2ATP), proses anaerob menghasilkan lebih banyak asam laktat. Karena oksigen tidak

mencukupi, asam laktat akan menumpuk dan berdifusi ke dalam cairan darah. 1-4,6 

Keberadaan asam laktat di dalam cairan darah akan merangsang pusat pernapasan sehingga

frekuensi dan kedalaman napas meningkat. Hal ini akan terus berlangsung, sampai jumlah

oksigen cukup untuk memungkinkan sel otot dan hati mengoksidasi asam laktat dengan

sempurna dengan mengubahnya menjadi glikogen. Oksigen ekstra yang dibutuhkan untuk

membuang tumpukan asam laktat disebut oxygen debt. 1-4,6 

Kelelahan otot dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya: waktu istirahat otot yang

kurang, kontraksi yang terus-menerus; meningkat; atau berlangsung dalam waktu lama, asam

laktat yang meningkat, sumber energi berkurang, dan kerja enzim yang berkurang. 1-4,6 

8

Page 9: Praktikum fisiologi

Apabila waktu istirahat otot terlalu sedikit padahal kerja otot (kontrasi) berlangsung dalam

waktu yang cukup lama, maka otot dapat kehabisan energi (ATP). 1-4,6  Otot tidak memiliki

waktu yang cukup untuk memproduksi ATP yang baru, jika terus berlangsung hal demikian,

maka produksi ATP akan dialihkan dengan cara anaerob. Produksi dengan cara anaerob akan

membuat penimbunan asam laktat semakin banyak. Asam laktat yang merupakan hasil

sampingan peristiwa dari pemecahan glikogen dapat menyebabkan “pegal linu” dalam otot

ataupun dapat menyebabkan “kecapaian” otot. Kecapaian atau kelelahan otot biasanya

ditandai dengan tubuh yang menjadi lemas dan juga lelah. 1-4,6 

Asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa dengan bantuan enzim-enzim yang ada di

hati. Akan tetapi hanya sekitar 70% asam laktat yang dapat diubah kembali menjadi glukosa

oleh enzim-enzim dalam hati. Cara lain untuk mengurangi penimbunan asam laktat adalah

dengan menambah pasokan oksigen ke dalam darah. Kebutuhan oksigen yang tinggi akan

mengakibatkan seseorang bernapas dengan terengah-engah. 1-4

Kelelahan otot yang dialami oleh orang percobaan dikarenakan jumlah asam laktat yang

meningkat. Peningkatan asam laktat dapat terjadi karena tidak memberikan waktu istirahat

yang cukup pada otot. Kerja yang terlalu berat pada otot, membuat otot tidak lagi mampu

mencukupi kebutuhan ATPnya dengan cara aerob. Maka untuk menghasilkan ATP, otot akan

melakukannya dengan jalan anaerob yang justru memberikan lebih banyak hasil sampingan

asam laktat, yang kemudian menjadi penyebab kelelahan otot. 1-4

Iskemia adalah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suplai oksigen terhadap suatu

jaringan atau organ tertentu, iskemia pada suatu organ menyebabkan terjadinya hipoksia pada

sel-selnya, karena sel mengalami pengurangan suplai oksigen menyebabkan metababolise di

dalam sel mengalami penurunan.7

Akibatnya terjadi penurunan produksi ATP sebagai sumber energi terhadap berbagai aktifitas

sel, termasuk didalammya adalah penurunan energi untuk aktifitas transport aktif. 7 Transport

aktif menggerakan pompa NaK yang berfungsi memompa natrium dari intrasel ke luar sel,

karena adanya penurunan sumber energi untuk menggerakan pompa natrium maka terjadi

kelebihan ion natrium di dalam sel. Sebagai dampak darikelebihan ion natrium intraselular

adalah terjadi pemindahan air dari ekstrasel ke dalam intrasel sehingga terjadilah

penumpukan cairan dalam sel atau edem sel (pembengkakan seluler). 7 Pada kondisi ini

sitoplasma secara mikroskopik akan tampak pucat. 7

9

Page 10: Praktikum fisiologi

F. Kesimpulan

Kontraksi otot sangat bergantung pada produksi ATP. Saat kerja yang dilakukan otot tidak

terlalu berat, serabut otot dapat memenuhi energinya dengan proses aerob. Akan tetapi,

apabila kerja yang dilakukan terlalu berat sehingga pasokan oksigen tidak mencukupi, maka

energi akan didapat melalui proses anerob. Kelelahan otot adalah ketidak mampuan otot

untuk mempertahankan tenaga yang diperlukan atau yang diharapkan. Faktor yang

menyebabkan kelelahan otot diantaranya adalah penumpukan asam laktat dan pengosongan

ATP. Massage merupakan cara pemulihan otot untuk melakukan kerja selanjutnya karena dia

mengembalikan oksigen ke otot. Aliran darah yang dihambat dengan melakukan oklusi

(penutupan aliran darah) dapat menghambat kerja otot karena oksigen yang dialirkan darah

dihambat dan menyebabkan energi menjadi ikut terhambat.

Daftar Pustaka

1. Slonane E. Anatomi dan fisiologi untuk pemula. Jakarta: EGC, 2004.h.119-24

2. Cambridge Comm. Ltd. Anatomi Fisiologi.Jakarta: EGC,2004.h.9,11,13

3. Watson R. Anatomi dan fisiologi untuk perawat. Jakarta: EGC, 2002.h.193-199

4. Pearce EC. Anatomi dan fisiologi. Jakarta: Gramedia, 2009.h.19-22

5. Guyton AC, Hall JE. Fisiologi kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

(EGC);2011.h. 83.

6. Cowin JE. Buku saku patofisiologi. Ed 3 (rev). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2009.h.320-1.

7. Underwood J. Patologi umum dan sistematik. Jakarta ; Penerbit Buku Kedokteran

EGC : 1999;1(2);173.

10

Page 11: Praktikum fisiologi

11