praktikum 3 fistum
TRANSCRIPT
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
1/19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar BelakangSuatu tumbuhan yang hidup di lingkungan kering harus melindungi persediaan
airnya agar terhindar dari kekeringan. Tumbuhan harus mempunyai ketahanan untuk
menggantikan kerugiannya dan untuk menyediakan air ekstra untuk pertumbuhan.
Ketika daun-daun akan melakukan fotosintesis stomata akan terbuka agar CO2 dapat
masuk, tetapi di waktu yang sama air juga menghambur ke luar. Sebagai tambahan,
proses fotosintesis memerlukan air untuk syarat berlangsungnya proses tersebut
(seperti halnya beberapa proses yang berkenaan dengan metabolisme lain). Oleh
karena itu jika suatu tumbuhan terlalu besar tidak hanya bergantung pada difusi,
namun tumbuhan itu harus mempunyai suatu sistem yang siap mengangkut air dari
lokasi tersedianya air ke lokasi yang tidak tersedia air untuk selanjutnya digunakan
daun-daun dan organ tubuh tumbuhan untuk berfotosintesis. Ini akan menunjukkan
bahwa air adalah kebutuhan yang sangat penting dan berperan dalam memelihara
siklus tumbuh tumbuhan. Tidak kalah pentingya adalah selaput kayu(xylem) yang
berperan sebagai pengangkut air ke seluruh tubuh tumbuhan. Pengangkutan air
melalui xylem dipengaruhi oleh kapilaritas xylem, tekanan akar, transpirasi, daya
adesi-kohesi air, dan faktor lingkungan lainnya.
Transpirasi dapat dikatakan suatu proses kehilangan air dalam bentuk uap dari
jaringan tumbuhan melalui stomata. Kemungkinan kehilangan air dari jaringan
tanaman melalui kegiatan tanaman dapat terjadi, tetapi porsi kehilangan tersebut
sangat kecil bila dibandingkan dengan hilangnya air melalui stomata. Oleh sebab itu
dalam perhitunganya, besarnya jumlah air yang hilang dari jaringan tanaman
umumnya difokuskan untuk air yang hilang melalui stomata. Proses transpirasi
berlangsung selama tumbuhan hidup.
Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-sel mesofil ke rongga antar
sel yang ada dalam daun. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus berlangsung
sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang menguapkan airnya ke
rongga antar sel, tentu akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya
menurun. Kekurangan ini akan diisi oleh air yang berasal darixylem tulang daun yang
selanjutnya akan menerima dari batang dan batang akan menerima dari akar dan
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
2/19
seterusnya. Apabila stomata membuka, uap air dari rongga antar sel akan keluar ke
atmosfer.
Pada dasarnya terjadinya transpirasi ditentukan oleh seberapa besar celah
antara dua sel penutup stomata, sehingga proses-proses yang menyebabkan membuka
menutupnya stomata juga menentukan besarnya transpirasi. Selain itu faktor
lingkungan juga mempengaruhi proses transpirasi diantaranya adalah radiasi cahaya,
kelembaban, suhu, angin dan kondisi air tanah.
Transpirasi menguntungkan tanaman, beberapa keuntungannya dalah sebagai
berikut:
Menjaga stabilitas suhu tubuh. Karbondioksida yang masuk melalui stomatayang terbuka saat terjadi transpirasi dapat dimanfaatkan dalam proses memasak
makanan dan pembentukan energi. Bila glukosa hasil fotosintesis tersebut
sudah terbentuk maka tumbuhan akan mendapatkan energi dan secara otomatis
suhu tubuhnya menjadi stabil.
Memungkinkan percepatan laju pengangkutan unsur hara melalui pembuluhxylem. Pembuluh kayu atauxylem bersumber dari akar yang mengangkut cairan
menuju ke daun. Cairan tersebut adalah unsur hara yang mendapat tekanan
besar ketika proses transpirasi berlangsung pada daun. Hal ini serta merta
membuat pekerjaan pembuluhxylem menjadi lebih cepat.
Menjaga transpor pasif atau turgiditas sel agar tetap berada pada kondisioptimal. Turgiditas sel ini yang menyebabkan sel tumbuhan memiliki bentuk
yang tetap. Dalam turgiditas sel terjadi transpor pasif yaitu pemindahan
molekul, ion, dan senyawa yang sangat diperlukan tumbuhan dalam proses
difusi dan osmosis. Kadar ion Kalium dapat dipertahankan saat transpirasi
berlangsung.
Berdasarkan hal diatas maka kami melakukan eksperimen tentang pengaruh cahaya
terhadap kecepatan transpirasi dengan menggunakan tanaman pacar air (Impatien
balsemia)
B. Rumusan MasalahBagaimana pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman
pacar air (Impatien balsemia)?
http://www.anneahira.com/makanan-berkalori-tinggi.htmhttp://www.anneahira.com/unsur-intrinsik-novel.htmhttp://www.anneahira.com/kura-kura-terbesar.htmhttp://www.anneahira.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.htmhttp://www.anneahira.com/bentuk-bentuk-interaksi-sosial.htmhttp://www.anneahira.com/kura-kura-terbesar.htmhttp://www.anneahira.com/unsur-intrinsik-novel.htmhttp://www.anneahira.com/makanan-berkalori-tinggi.htm -
8/4/2019 praktikum 3 fistum
3/19
C. TujuanMengetahui pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar
air dengan metode penimbangan
D. Manfaat- Mengetahui proses terjadinya transpirasi pada tumbuhan- Mengetahui faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi terjadinya transpirasi
tanaman
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
4/19
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Transpirasi merupakan proses hilangnya air dari tubuh tumbuhan dalam
bentuk uap air. Tumbuhan herba dapat menyerap suatu volume air setiap hari yang
sama dengan beberapa kali volume tanaman itu sendiri. Air yang mengandung
petanda (misalnya berupa isotop radioaktif) dapat diperlihatkan bergerak ke atas
dalam batang sebanyak 75 cm setiap menitnya. Kandungan air dalam tubuh
tumbuhan, hanya 1 dari 2 % dari seluruh air yang digunakan untuk fotosintesis atau di
dalam kegiatan metabolik sel-sel daunnya. Sedangkan sisanya menguap melalui
proses yang disebut transpirasi. Pada tumbuhan, transpirasi dilakukan melalui
stomata, kutikula dan lentisel. Berdasarkan sarana yang digunakan tersebut maka
dikenal dengan istilah transpirasi stomata, transpirasi kutikula dan transpirasi lentisel.
Organ tumbuhan yang paling utama dalam melaksanakan proses transpirasi adalah
daun, karena pada daun banyak dijumpai stomata yang membantu meningkatkan laju
angkutan air dan garam mineral dan mengatur suhu tubuh dengan cara melepaskan
kelebihan panas dari tubuh tumbuhan serta mengatur turgor optimum di dalam sel.
Proses transpirasi terjadi melalui 2 tahapan, yaitu :
1). Evaporasi air dari dinding sel ke ruang antar sel yang ada dalam daun. Proses ini
akan terus berlangsung sampai rongga antar sel jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan air ke rongga antar sel akan kekurangan air sehingga potensial airnya
menurun. Pada tahap inilah air yang diserap oleh akar akan dibawa naik melalui
pembuluhxylem sampai bagian daun.
2). Difusi air dari ruang antar sel ke atmosfer melalui stomata, kutikula ataupun
lentisel. Di samping mengeluarkan air dalam bentuk uap air, tumbuhan dapat pula
mengeluarkan air dalam bentuk tetesan air yang prosesnya disebut gutasi. Gutasi
melalui suatu jaringan kelanjutan darixylem yang disebut hidatoda. Hidatoda bisa
dikatakan juga, suatu lubang yang terdapat pada ujung urat daun yang sering kita
jumpai pada spesies tumbuhan tertentu.
Diatas telah dijelaskan bahwa air yang ditranspirasikan. Air pada tumbuhan
berasal dari dalam tanah yang diangkut oleh rambut-rambut akar dan ditranspot ke
seluruh tubuh tumbuhan melalui pembuluhxylem.
Sampainya air dari rambut akar ke daun melalui 3 jalur yaitu apoplas, trans
membran dan simplas.
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
5/19
Jalur ApoplasPengangkutan air dari rambut akar menuju ke xylem akar yang tidak melalui
membran sel tetapi melalui celah-celah yaitu dinding sel. Pada jalur apoplas
ini air yang diangkut akan menabrak pita kaspari yang liphopilic pada
endodermis sehingga terpental maka air dalam jalur ini harus berubah jalur
yaitu menjadi jalur menembus membran agar air bisa ditranspot ke jaringan
selanjutnya.
Jalur Trans MembranPengangkutan air dari rambut akar ke xylem akar dengan cara menembus
membran sel, minimal membran sel yang ditembus adalah 2 membran.
Pengangkutan jalur ini membuat air bisa mencapai korteks stele sehingga bisa
diteruskan ke batang dan daun.
Jalur SimplasPengangkutan air dari rambut akar menujuxylem akar dengan cara menembus
membran melalui plasmodesmata(celah yang menghubungkan antara satu sel
dengan sel lainnya). Pengangkutan pada jalur ini membuat air bisa mencapai
korteks stele untuk kemudian bisa diteruskan ke jaringan berikutnya seperti
batang dan daun.
Air yang diangkut dari rambut akar menuju ke xylem akar disebut dengan
radial atau short distance transport atau lebih dikenal dengan pengangkutan
ekstravasikuler. Disebut demikian karena tidak berlangsung di luar pembuluh angkut.
Sedangkan pengangkutan air dari xylem akar ke xylem batang disebut dengan
longitudinal atau long distance transport, biasa kita kenal dengan nama pengangkutan
intravasikuler. Disebut demikian karena pengangkutannya melibatkan pembuluh
angkut yaituxylem.
Daun tersusun atas sel-sel epidermis atas, jaringan mesofil yang terdiri atas
jaringan palisade dan jaringan bunga karang dengan ikatan pembuluh diantara sel
epidermis bawah dengan stomata. Transpirasi dimulai dengan penguapan air oleh sel-
sel mesofil ke rongga antar sel yang ada dalam daun. Dalam hal ini rongga antar sel
jaringan bunga karang merupakan rongga yang besar, sehingga dapat menampung uap
air dalam jumlah yang banyak. Penguapan air ke rongga antar sel akan terus
berlangsung selama rongga antar sel belum jenuh dengan uap air. Sel-sel yang
menguapkan airnya ke rongga antar sel tentu akan mengalami kekurangan air
sehingga potensial airnya menurun. Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
6/19
berasal dari xylem tulang daun yang selanjutnya tulang daun akan menerima air dari
batang dan batang menerima dari akar. Uap air yang terkumpul dalam rongga antar
sel akan tetap berada dalam rongga antar sel tersebut selama stomata pada epidermis
daun tidak membuka. Kalaupun ada uap air yang keluar menembus epidermis dan
kutikula, jumlahnya hanya sedikit dan dapat diabaikan. Agar transpirasi dapat
berjalan, maka stomata pada epidermis tadi harus membuka. Apabila stomata
membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan atmosfer.
Stomata tumbuhan pada umumnya membuka pada saat matahari terbit dan menutup
saat hari gelap sehingga memungkinkan masuknya CO2
yang diperlukan untuk
fotosintesis pada siang hari. Umumnya, proses pembukaan memerlukan waktu 1 jam
dan penutupan berlangsung secara bertahap sepanjang sore. Stomata menutup lebih
cepat jika tumbuhan ditempatkan dalam gelap secara tiba-tiba.
Terdapat teori-teori yang menjelaskan tentang membuka dan menutupnya
stomata.
- Teori FotosintesisStomata memiliki sel penjaga dan sel tetangga. Sel penjaga terletak di sebelah
dalam sedangkan sel tetangga berada di luar. Sel penjaga memiliki banyak klorofil
sehingga dapat berfotosintesis. Hasil dari fotosintesis berupa glukosa yang
disimpan di sel penjaga, sehingga mengakibatkan potensial air sel penjaga lebih
rendah daripada sel tetangga. Akibatnya terjadi difusi air dari sel tetangga ke sel
penjaga. Saat sel penjaga telah jenuh dengan air yang ada didalamnya maka
stomata akan membuka dan mengeluarkan air ini dalam bentuk uap yang kita
kenal dengan transpirasi. Jika sudah tidak terjadi fotosintesis maka potensial air di
dalam sel penjaga akan lebih tinggi daripada sel tetangga sehingga air berdifusi
keluar dari sel penjaga menuju sel tetangga. Akibat dari hal ini adalah tertutupnya
stomata.
- Teori Pemompaan Ion K +Perubahan komposisi kimia di dalam sel yang menyebabkan air berpindah dari
satu sel ke sel lainnya, disebabkan proses penyerapan atau pengeluaran ion
Kalium oleh sel tersebut. Ketika sel penjaga secara aktif mengakumulasi ion K+
dari sel-sel epidermis disekitarnya, Potensial Air (PA) dalam sel penjaga menjadi
lebih rendah (lebih negatif) dari sel-sel tetangga disekitarnya. Hal ini
menyebabkan air akan mengalir dari sel-sel tetangga untuk memasuki sel penjaga,
karena air berpindah dari larutan yang memiliki PA tinggi menuju larutan dengan
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
7/19
PA rendah. Ketika air memasuki sel penjaga, tekanan turgor dalam sel penjaga
akan semakin tinggi, hingga akhirnya stomata terbuka. Sebaliknya, ketika ion
kalium (K+) meninggalkan sel penjaga dan terakumulasi di dalam sel tetangga,
potensial air sel tetangga akan menjadi semakin negatif. Sementara itu, potensial
air didalam sel penjaga menjadi lebih tinggi daripada sel tetangga. Hal ini
menyebabkan air keluar dari sel penjaga dan memasuki sel tetangga, sehingga
tekanan turgor di dalam sel penjaga menjadi rendah, dan akhirnya stomata
tertutup.
(sumber http://mekanisme-membuka-dan-menutupnya.html)
- Teori Klasik(Teori Sayre)Pada saat siang hari tumbuhan kekurangan CO2 karena gas karbon ini digunakan
sebagai bahan utama fotosintesis. Kekurangan CO2 menyebabkan H+
dalam sel
tumbuhan juga berkurang. Akibatnya pH dalam sel penjaga menjadi lebih tinggi
dan suasanapun menjadi basa. Akibatnya terjadi fosforilasi pati menjadi glukosa
dalam sel penjaga. Sehingga potensial air saat itu dalam sel penjaga menjadi lebih
rendah daripada potensial air sel tetangga sehingga air masuk ke dalam sel
penjaga dan membuat stomata membuka. Sebaliknya pada malam hari CO 2
berlimpah sehingga H+
pun berlimpah. Ini menyebabkan suasana di dalam sel
penjaga asam sehingga pH turun. Akibatnya potensial air sel penjaga lebih tinggi
daripada potensial air sel tetangga sehingga air keluar dari sel penjaga ke sel
tetangga yang mengakibatkan stomata menutup.
Bagi tumbuhan, transpirasi yang berlangsung memberikan beberapa manfaat,
antara lain :
1) Menyebabkan terjadinya daya isap daun sehingga terjadi transport air di batang.
2) Membantu penyerapan air dan zat hara oleh akar.
3) Mengurangi air yang terserap secara berlebihan.
4) Mempertahankan temperatur yang sesuai untuk daun.
5) Mengatur fotosintesis dengan menbuka dan meututupnya stomata.
Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi transpirasi antara lain adalah :
1.Cahaya
Stomata akan membuka jika terdapat cahaya dan akan menutup jika dalam
keadaan gelap. Jika cahayanya kuat maka akan mempercepat transpirasi, karena
cahaya mengandung panas yang dapat menaikkan temperatur. Kenaikan
temperatur sampai batas tertentu menyebabkan melebarnya stomata.
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
8/19
2.Temperatur
Tumbuhan akan lebih cepat bertranspirasi jika temperatur atau suhunya tinggi.
Hal ini dikarenakan naiknya temperatur akan menambah tekanan uap di dalam
daun dan juga akan menambah tekanan uap di luar daun, akan tetapi tekanan yang
ada di luar daun tidak setinggi tekanan yang ada di dalam daun sehingga uap air
akan berdifusi ke udara bebas (luar daun).
3.Kelembaban
Kelembaban menunjukkan banyak sedikitnya uap yang terkandung di udara.
Makin banyak uap air yang ada di udara maka akan semakin kecil perbedaan
tekanan uap air dalam rongga daun dengan di udara, sehingga laju transpirasi akan
lambat dan begitu pula sebaliknya.
4.Angin
Pada umumnya angin akan meningkatkan kecepatan transpirasi karena angin
membawa pindah uap air yang berkumpul di dekat stomata, sehingga laju
transpirasi akan meningkat karena uap air yang ada di dalam daun akan berdifusi
ke luar dengan cepat.
5.Keadaan air tanah
Laju transpirasi sangat bergantung pada adanya air dalam tanah, karena setiap
air yang hilang harus diganti. Berkurangnya air dalam tanah akan menyebabkan
berkurangnya pengaliran air ke daun, dan hal ini akan menghambat laju transpirasi
(sumber http:// pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan traspirasi
pendahuluan.htm)
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
9/19
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis PenelitianJenis penelitian yang kami gunakan adalah eksperimen karena menggunakan
beberapa variabel yaitu variabel kontrol, variabel manipulasi, dan variabel respon.
Selain itu juga digunakan pembanding dalam penelitian.
B. Variabel Penelitian
a). Variabel Kontrol :
Jenis tanaman yang digunakan yaitu pacar air Ukuran batang pacar air Lebar daun Ukuran dua pucuk tanaman Jumlah air Waktu perlakuan 30 menit yang dilakukan sebanyak 3 kali
b). Variabel Manipulasi: Intensitas cahaya
c). Variabel Respon: Kecepatan transpirasi tanaman pacar air
C. Alat dan Bahan1) Erlemenyer 250 ml (2 buah)2) Sumbat erlemenyer dengan lubang di tengahnya (2 buah)3) Timbangan4) Termometer, hygrometer5) Lux meter6) Bohlam lampu 100 watt dan lampu duduk7) Pisau tajam dan penggaris8) Air9) Vaselin10) Kertas grafik/milimeter11) Dua pucuk tanaman pacar air (Impatien balsemia) yang memiliki kondisi
hampir sama sepanjang 20 cm
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
10/19
D. Langkah Kerja1) Siapkan bahan dan alat yang diperlukan2) Sediakan 2 buah erlemenyer isilah dengan air volume 250 ml3) Potong miring pangkal pucuk batang tanaman pacar air dalam air, dan segera
masukkan potongan tanaman tersebut pada tabung erlemenyer melalui lubang
pada sumbat sampai bagian bawahnya terendam air. Buanglah bunga, kuncup,
daun yang rusak dan olesi luka dengan vaselin. Demikian pula olesi celah-
celah yang ada dengan vaselin (misalnya sekitar sumbat penutup)
4) Timbang kedua erlemenyer tersebut lengkap dengan tanaman dan air yang adadi dalamnya dan catat beratnya sebagai berat awal
5) Letakkan erlemenyer 1 di di dalam ruangan yang gelap dan erlemenyer 2 ditempat terang yaitu tempat yang disinari lampu pijar 100 watt dengan jarak 20
cm. Ukur kondisi lingkungan kedua tempat tersebut meliputi suhu, intensitas
cahaya dan kelembaban.
6) Setiap 30 menit timbanglaherlemenyer beserta perlengkapannya dan catat7) Ulangi pengukuran sebanyak 3 kali8) Setelah penimbangan terakhir, ambil daun-daun pada tanaman tersebut,
kemudian ukurlah luas total daun tersebut dengan kertas milimeter/grafik,
caranya sebagai berikut:
a). buat pola masing-masing daun pada kertas grafik
b). hitung luas daun dengan ketentuan: apabila kurang dari kotak dianggap
nol, dan bila lebih dari dianggap satu
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
11/19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HasilTabel. 1. Pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air
Tanaman
Intensitas
cahaya
(cd/m2)
Suhu
(oC)
Kelembaban
(%)
Berat awal
(gr)
Berat selama proses transpirasi (gr) Rata-rata
selisih
berat(gr)
Kecepatan
transpirasi
(gr/mnt/cm2
30-1 30-2 30-3Selisih
berat
A
(Gelap)
4 x 2000 30 80 402,50 402,00 401,20 401,4
0,5
0,97 2,82 x 10-7
1,3
1,1
B
(Terang)
1212 x 2000 32 75 414,30 413,10 411,10 410,20
1,20
1,37 6,72 x 10-7
2,00
0,90
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
12/19
Tabel. 2. Pengaruh luas daun terhadap transpirasi tanaman pacar air
TanamanJumlah
daun(helai)
Luas daun
(cm2)
Rata-rata luas
(cm2)
Kecepatan
transpirasi
(gr/mnt/cm2)
A
(Gelap)13
18,25
11,45 2,82 x 10-7
14,25
14,00
4,00
8,10
14,17
16,25
11,00
10,00
10,25
13,00
6,25
3.25
B
(Terang)13
6,50
74,39 6,72 x 10-7
15,75
16,25
8,25
4,75
5,75
5,38
11,5439,80
56,20
31,80
6,50
3,25
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
13/19
B. Analisa DataDari tabel 1 dan tabel 2 didapatkan analisa sebagai berikut:
Tanaman A yaitu tanaman yang diletakkan di tempat gelap dengan intensitas cahaya
4x2000 cd/m2
, suhu ruang 30oC dan kelembaban 80 % memiliki berat awal 402,50 gram.
Setelah dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali dalam waktu 90 menit (tiap penimbangan
dilakukan 30 menit) diperoleh berat berturut-turut 402 gram, 401,20 gram, dan 400,10 gram.
Berat erlemenyer beserta tanaman pacar air terus menerus menurun selama 90 menit. Hal ini
mengindikasikan bahwa telah terjadi transpirasi. Air dalam erlemenyer di transpirasikan oleh
tanaman sehingga beratnya berkurang. Rata-rata selisih berat yang didapat adalah 0,97 gram.
Luas daun total 11,45 cm2
sehingga didapatkan kecepatan transpirasi sebesar 2,82
gram/menit/cm2. Tanaman B yaitu tanaman yang diletakkan di tempat terang dengan
intensitas cahaya 1212x2000 cd/m2, suhu ruang 32
oC dan kelembaban 75 % memiliki berat
awal 414,30 gram. Setelah dilakukan penimbangan sebanyak 3 kali dalam waktu 90 menit
(tiap penimbangan dilakukan 30 menit) diperoleh berat berturut-turut 413,10 gram, 411,10
gram dan 410,20 gram. Sama halnya dengan tanaman di tempat A, berat erlemenyer beserta
tanaman pacar air di tempat terang ini terus menerus menurun selama 90 menit. Hal ini
Histogram. 1. Pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan transpirasi tanaman pacar air
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
14/19
mengindikasikan bahwa telah terjadi transpirasi. Air dalam erlemenyer di transpirasikan oleh
tanaman sehingga beratnya berkurang.Rata-rata selisih berat dari tiga kali penimbangan
adalah1,37 gram. Luas daun total untuk tanaman B adalah 74,39 cm2
sehingga didapatkan
kecepatan transpirasi sebesar 6,72 gram/menit/cm2.
Sedangkan untuk histogram diperoleh analisa sebagai berikut:
Semakin tinggi intensitas cahaya maka akan semakin tinggi pula kecepatan transpirasi
tanaman pacar air.
C. PembahasanBerdasarkan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya intensitas cahaya
mempengaruhi kecepatan transpirasi pada tanaman pacar air (Impaten balsemia) dimana pada
intensitas cahaya 1212x2000 cd/m2
mempunyai laju kecepatan transpirasi yang lebih tinggi
daripada intensitas cahaya 4x2000 cd/m2, dengan selisih sekitar 3,9 x 10
-7gr/menit/cm
2. Hal
ini disebabkan karena pada kondisi lingkungan dengan intensitas cahaya tinggi (100
watt/pada siang hari) membuat stomata pada tanaman pacar air akan lebih cepat membuka,
sehingga proses transpirasi berjalan lebih cepat. Membukanya stomata karena pengaruh dari
sel penutup yang mempunyai klorofil dan melakukan aktivitas fotosintesis dengan hasil
terbentuk gula (larut dalam cairan sel penutup) sehingga menyebabkan potensial air (PA)cairan sel penutup turun dan potensial osmotik (PO) cairan sel penutup turun, yang
selanjutnya, terjadi turgor pada sel penutup kemudian stomata membuka dan terjadi
transpirasi.
Saat stomata membuka, maka akan ada penghubung antara rongga antar sel dengan
atmosfer sehingga uap air akan keluar. Akibatnya PA di stomata lebih rendah dari pada di
rongga antar sel, sehingga uap air yang ada di rongga antar sel akan masuk ke stomata dan
terjadi transpirasi. Jika hal ini terus berlangsung, maka sel-sel yang menguapkan airnya ke
rongga antar sel akan mengalami kekurangan air sehingga potensial airnya menurun.
Kekurangan air ini akan diisi oleh air yang berasal darixylem tulang daun, selanjutnya tulang
daun menerima air dari batang, dan batang menerima dari akar, begitu seterusnya. Jadi, dapat
dikatakan jika intensitas cahaya yang mengenai tanaman itu tinggi, maka stomatanya akan
lebih cepat membuka sehingga mempercepat jalannya air dari akar ke batang kemudian ke
xylem tulang daun selanjutnya ke rongga antar sel dan samapi ke stomata hingga terjadi
transpirasi.
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
15/19
Sedangkan pada intensitas cahaya 4x2000 cd/m2
mempunyai kecepatan transpirasi
lebih kecil karena tidak banyak stomata yang membuka, sehingga uap air yang dialirkan ke
udara lebih sedikit. Hal ini menjadikan potensial air dalam rongga antar sel tidak banyak
mengalami penurunan. Sedangkan pada stomata, potensial osmotik (PO) dan potensial air
(PA) cairan sel penutup tinggi. Sehingga terjadi osmosis dari sel penutup ke sel-sel sekitar
yang mempunyai potensial air rendah sehingga stomata menutup dan terjadi aliran air yang
menyebabkan sel penutup kekurangan air atau mengkerut. Hal ini mengakibatkan kecepatan
transpirasi berjalan lambat. Ini juga berlaku untuk suhu, dimana pada suhu 32oC kecepatan
transpirasinya lebih cepat dibandingkan dengan suhu 30oC, kenaikan suhu udara akan
mempengaruhi kelembaban relatifnya. Meningkatnya suhu selain dipengaruhi lingkungan
juga dipengaruhi oleh besarnya intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Kenaikan suhu
akan menyebabkan kelembabab relatif udara menjadi makin rendah. Sehingga akan
mengakibatkan perbedaan tekanan uap air di dalam rongga daun dengan udara luar, menjadi
makin besar yang akhirnya dapat meningkatkan laju transpirasi. Sebaliknya pada suhu 30oC
kelembaban relatifnya tinggi sehingga perbedaan tekanan uap air di dalam daun dengan di
luar daun menjadi makin kecil yang akhirnya menjadikan laju transpirasi makin lambat.
Demikian juga pengaruh luas permukaan daun terhadap kecepatan transpirasi. Pada
permukaan daun yang lebih luas memiliki kecepatan transpirasi lebih tinggi karena daun yang
luas tentu memiliki stomata yang lebih banyak sehingga penguapan air melalui stomata juga
lebih banyak.
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
16/19
BAB V
PENUTUP
A. SimpulanDari praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik suatu kesimpulan yaitu
semakin tinggi intensitas cahaya maka semakin tinggi pula kecepatan transpirasinya.
Pada tempat yang intensitas cahayanya tinggi yaitu sebesar 1212x2000 cd/m2
didapatkan kecepatan transpirasi sebesar 6,72x10-7
gram/menit/cm2. Sedangkan pada
tempat dengan intensitas rendah yaitu 4x2000 cd/m2
diperoleh kecepatan transpirasi
sebesar 2,82x10-7
gram/menit/cm2
B. SaranRuangan harus dibuat sesuai dengan percobaan, jika gelap ruangan harus benar-benar
gelap tanpa ada sedikitpun cahaya yang masuk. Sedangkan pada tempat terang
usahakan lampu 100 watt yang digunakan masih dalam keadaan baik dan pijarnya
juga terang. Tanaman pacar air yang digunakan diusahakan memiliki lebar daun yang
sama, jumlah daun yang sama dan diameter batang yang sama agar hasil sesuai
dengan teori yang ada. Agar hasil perhitungan lebih akurat sebaiknya digunakan
neraca/timbangan yang sama dan dikalibrasi dengan cermat. Ketelitian sangat
dibutuhkan dalam penimbangan, karena selisih sedikit saja akan berpengaruh pada
hasil yang ingin dicapai. Dalam perhitungan luas daun bisa dibagi ke anggota
kelompok agar tidak terlalu lama, sehingga menghabiskan waktu praktikum.
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
17/19
DAFTAR PUSTAKA
- Guritno, B. dan Sitompul, S. M. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. UGMPress. Yogyakarta
- Tim fisiologi tumbuhan. 2011. Penuntun Praktikum FISIOLOGI TUMBUHAN.Surabaya : Jurusan Biologi FMIPA UNESA.
- http://pengaruh-intensitas-cahaya-dan-suhu.html diakses tanggal 28 September2011 pukul 20:55
- http:// mekanisme-membuka-dan-menutupnya.html diakses tanggal 01 Oktober2011 pukul 19:05
- http://pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan traspirasi pendahuluan.htmdiakses tanggal 28 September 2011 pukul 20:57
http://pengaruh-intensitas-cahaya-dan-suhu.html/http://pengaruh-intensitas-cahaya-dan-suhu.html/http://pengaruh-intensitas-cahaya-dan-suhu.html/ -
8/4/2019 praktikum 3 fistum
18/19
Lampiran
Perhitungan kecepatan transpirasi
a). Tanaman A di tempat gelap
Kecepatan transpirasi = 0,97 : 30 : 11,45
= 2,82 x 10-7
gram/menit/cm2
b). Tanaman B di tempat terang
Kecepatan transpirasi = 1,37 : 30 : 74,39
= 6,72 x 10-7
gram/menit/cm2
-
8/4/2019 praktikum 3 fistum
19/19
LAPORAN FISIOLOGI TUMBUHAN
PENGARUH INTENSITAS CAHAYA TERHADAP
KECEPATAN TRANSPIRASI
Oleh :
Oleh :
SUKMA JANEKA K (093204044)
S1 PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
2011