praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

181
TESIS PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN EVALUASI DIRI SEKOLAH ONLINE DI SDN NO 3 BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG NI PUTU AYU RASTITI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Upload: trinhdien

Post on 31-Dec-2016

264 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

Page 1: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

TESIS

PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN EVALUASI DIRI

SEKOLAH ONLINE DI SDN NO 3 BANJARANGKAN

KABUPATEN KLUNGKUNG

NI PUTU AYU RASTITI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 2: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

i

TESIS

PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN EVALUASI DIRI

SEKOLAH ONLINE DI SDN NO 3 BANJARANGKAN

KABUPATEN KLUNGKUNG

NI PUTU AYU RASTITI

NIM 1290261002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 3: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

ii

PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN EVALUASI DIRI

SEKOLAH ONLINE DI SDN NO 3BANJARANGKAN

KABUPATEN KLUNGKUNG

Tesis ini untuk memperoleh gelar Magister

pada Program Magister, Program Studi Kajian Budaya

Program Pascasarjana Universitas Udayana

NI PUTU AYU RASTITI

NIM 1290261002

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI KAJIAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015

Page 4: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

N A M A : Ni Putu Ayu Rastiti

NIM : 1290261002

Program Studi : Kajian Budaya

Judul Tesis : Praktik Pengisian Instrumen EDS Online di SDN No 3

Banjarangkan Kabupaten Klungkung

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat.

Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka

saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010

dan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, 6 April 2015

Ni Putu Ayu Rastiti

Page 5: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

ix

ABSTRAK

Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang praktik pengisian instrumen

evaluasi diri sekolah (EDS) online di SDN No 3 Banjarangkan, Kabupaten

Klungkung. Praktik pengisian instrumen EDS online adalah proses pengisian

instrumen EDS yang dilakukan dengan transaksi realtime (terkoneksi langsung

dengan internet) melalui layanan PADAMU NEGERI yang dikeluarkan oleh Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan

Mutu Pendidikan (SDMPK-PMP), Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Kemdikbud). Dalam implementaisnya, praktik pengisian instrumen EDS online

belum sepenuhnya dilakukan sesuai dengan buku pedoman sehingga data yang

dihasilkan belum sepenuhnya mencerminkan kondisi sekolah yang sebenarnya.

Sebagai kajian kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan Kabupaten Klungkung,

faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No

3 Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, serta mengungkap dampak dan

menginterpretasi makna praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori praktik, teori

pendidikan untuk pembebasan, teori hegemoni, dan teori semiotika. Penelitian ini

menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik

observasi, wawancara, dan studi dokumen. Teknik penentuan informan dilakukan

dengan purposif sampling sedangkan instrumen adalah peneliti sendiri dengan

menggunakan pedoman wawancara, ditunjang dengan buku catatan, dan alat

perekam.

Analisis terhadap data yang dikumpulkan menunjukkan praktik pengisian

instrumen EDS online dimulai dari proses persiapan, dan praktik pengisian

instrumen EDS (pengisian instrumen EDS guru, siswa, dan kepala sekolah). Faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain ketersediaan sarana pendukung yang

memadai, kurangnya kemampuan menggunakan komputer, kurangnya pemahaman

terhadap EDS dan Standar Nasional Pendidikan (SNP), kurangnya komitmen sekolah

melaksanakan EDS, dan kurangnya dukungan pemerintah daerah.

Ada dua dampak dan lima makna yang bisa diinterpretasi dari penelitian ini.

Dampak tersebut adalah dampak positif dan negatif. Dampak positif di antaranya

NUPTK kepala sekolah dan guru menjadi aktif permanen, sekolah memiliki profil

mutu capaian SNP, tersedianya data bagi Dinas Pendidikan untuk merencanakan

program pendidikan di kabupaten, dan tersusunnya peta mutu SNP tingkat provinsi

dan nasional. Dampak negatif di antaranya guru lebih termotivasi kepada NUPTK

daripada pengisian instrumen EDS online, siswa tidak memiliki kesempatan untuk

memahami EDS, dan hasil pengisian instrumen EDS online belum mencerminkan

kondisi sekolah yang sebenarnya. Adapun makna yang tampak dari praktik pengisian

instrumen EDS online ini adalah makna penjaminan mutu pendidikan, makna

kerjasama, makna hegemoni, makna resistensi, dan makna pencitraan.

Kata kunci : praktik, Evaluasi Diri Sekolah, SDN No 3 Banjarangkan, Padamu

Negeri

Page 6: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

x

ABSTRACT

This thesis was a result of research on the practice in filling in online

school self evaluation instrument in SDN 3 Banjarangkan, Klungkung Regency.

The practice in filling in online school self assessment instrument was a process

of filling in the school self evaluation which was done through real-time

transaction (directly connected to the internet) through the PADAMU NEGERI

application that issued by Departement of Education and Culture Human

Resources Development and Education Quality, The Ministry of Education dan

Culture. On its implementation, the practice in filling in online school self

evaluation instrument was not perfectly done suit to the manual book hence the

data resulted not absolutely reflect the real school condition yet.

As qualitative research, this research aimed at knowing the practice in

filling in online school self evaluation instrument in SDN 3 Banjarangkan,

Klungkung Regency, factors that influenced the practice in filling in online

school self evaluation instrument in SDN 3 Banjarangkan, Klungkung Regency,

and also figure out the impact and interpreted the meaning of influenced the

practice in filling in online school self evaluation instrument in SDN 3

Banjarangkan, Klungkung Regency.

Theories used in this research were theory of practice, theory of education

for freedom, theory of hegemony, and theory of semiotic. This research used

qualitative method. Data gathered by using observation technique, interview, and

document study. Technique of determining the informant was done through

purposive sampling, where as instrument by researcher herself by using interview

manual, supported with note book and recorder.

Analysis on collected data showed that the practice of filling in online

school self evaluation instrument started form preparation process, and practice

of filling in school self assessment instrument (school self evaluation instrument

filling for teachers, students and headmaster). Factors that influenced were the

availability of adequate facilities, the lack of competence in using computers, the

lack of understanding toward school self evaluation and National Standard of

Education, the lack of school commitment in implementing school self

evaluation, and the lack of local government support.

There were two impacts and five meanings that could be interpreted from

this research. Those impacts were positive and negative. Positive impacts such as

headmaster‟s and teachers‟ NUPTK permanently active, school has the profile of

quality achievement toward National Standard of Education, provided data for

Education Department of Klungkung Regency, and composed quality map and

achievement toward Education National Standard. Negative impacts such as

teachers were more motivated in NUPTK data collection rather than the

substantial meaning of school self assessment, students did not have any

opportunity in understanding school self assessment, and result data of school

self evaluation instrument filling did not reflect the real school condition. While

meanings viewed in the practice in filling in online school self evaluation

instrument were meaning of education quality assurance, meaning of

Page 7: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xi

collaboration, meaning of hegemony, meaning of resistence, and meaning of

imaging.

Key words: practice, school self evaluation, SDN No. 3 Banjarangkan, PADAMU

NEGERI.

Page 8: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xii

RINGKASAN

Evaluasi Diri Sekolah (EDS) merupakan sebuah program yang digulirkan

oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu

Pendidikan (BPSDMPK-PMP) sebagai sebuah strategi untuk melakukan

penjaminan mutu di sekolah. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 63

Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP) mewajibkan

seluruh sekolah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

melakukan penjaminan mutu.

Kemajuan teknologi dan informasi menjadi alasan pemerintah

mengeluarkan kebijakan pelaksanaan EDS tahun 2013 di sekolah dilakukan

secara online yang diintegrasikan dengan pendataan Nomor Unik Pendidik dan

Tenaga Kependidikan. Ketersediaan sarana teknologi dan informasi yang

mendukung tanpa disertai dengan kemampuan sumber daya manusia menjadi

salah satu faktor praktik pengisian instrumen EDS online tidak bisa dilakukan

sesuai dengan petunjuk yang ada pada buku pedoman.

Tesis ini merupakan hasil penelitian yang dilakukan di SDN No 3

Banjarangkan Kabupaten Klungkung. Praktik pengisian instrumen EDS online

yang belum sesuai dengan petunjuk pada buku pedoman, pengisian instrumen

yang tidak dilakukan secara realtime, pengisian instrumen EDS siswa yang

dilakukan oleh orangtua, dan pengisian instrumen tanpa disertai dengan dokumen

pendukung yang mengakibatkan hasil pengisian instrumen EDS tidak

mencerminkan kondisi sekolah yang sebenarnya.

Page 9: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xiii

Penelitian ini difokuskan kepada tiga rumusan masalah, yakni (1)

bagaimana praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan,

Kabupaten Klungkung ?, (2) Faktor-faktor apa yang memengaruhi praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan, Kabupaten

Klungkung ?, dan (3) Bagaimana dampak dan makna praktik pengisian instrumen

EDS online di SDN No 3 Banjarangkan, Kabupaten Klungkung ?

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk memahami secara mendalam

dan kritis mengenai praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan, Kabupaten Klungkung. Data penelitian ini diperoleh dengan

menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen. Data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan teori praktik dari Piere Bourdieu, teori

pendidikan untuk pembebasan dari Paulo Freire, teori hegemoni dari Antonio

Gramsci, dan teori semiotika dari Ferdinand de Saussure.

Analisis terhadap data yang dikumpulkan menunjukkan praktik pengisian

instrumen EDS online dimulai dari proses persiapan, dan praktik pengisian

instrumen EDS (pengisian instrumen EDS guru, siswa, dan kepala sekolah).

Faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS online

tersebut adalah ketersediaan sarana pendukung yang memadai, kurangnya

kemampuan menggunakan komputer, kurangnya pemahaman terhadap EDS dan

Standar Nasional Pendidikan (SNP), kurangnya komitmen sekolah melaksanakan

EDS, dan kurangnya dukungan pemerintah daerah.

Dampak dari praktik pengisian instrumen EDS online ini dibagi menjadi dua

yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak positif ditunjukkan dengan

Page 10: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xiv

NUPTK kepala sekolah dan guru menjadi aktif secara permanen, sekolah memiliki

profil mutu capaian SNP, tersedianya data bagi Dinas Pendidikan untuk

merencanakan program pendidikan di kabupaten, dan tersusunnya peta mutu capaian

SNP. Sedangkan dampak negatif adalah guru lebih termotivasi kepada NUPTK

daripada pengisian instrumen EDS online, siswa tidak memiliki kesempatan untuk

memahami EDS, dan hasil pengisian instrumen EDS online belum mencerminkan

kondisi sekolah yang sebenarnya. Adapun makna yang tampak dari praktik pengisian

instrumen EDS online ini adalah makna penjaminan mutu pendidikan, makna

kerjasama, makna hegemoni, makna resistensi, dan makna pencitraan.

Agar pelaksanaan EDS online di masa yang akan datang lebih baik dan

sesuai dengan yang diharapkan, dapat diberikan beberapa saran. Pertama,

pemerintah pusat dalam menggulirkan program hendaknya memperhatikan

kondisi dan kesiapan sekolah terlebih dahulu. Kedua, pendidik dan tenaga

kependidikan (PTK) khususnya guru agar lebih meningkatkan kompetensi dalam

bidang teknologi terutama penggunaan komputer. Ketiga, pemerintah daerah,

khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga hendaknya menghilangkan

pandangan yang membedakan program pusat dan program daerah, sehingga

tercipta sinergi yang positif untuk membangun pendidikan yang bermutu.

Page 11: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xv

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

PRASYARAT GELAR ................................................................................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iii

LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ........................................... iv

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ............................................. v

UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vi

ABSTRAK .................................................................................................... ix

ABSTRACT .................................................................................................... x

RINGKASAN TESIS .................................................................................... xii

DAFTAR ISI ................................................................................................. xv

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xx

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xxi

GLOSARIUM ............................................................................................... xxiii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 8

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

1.3.1 Tujuan Umum ................................................................................. 9

1.3.2 Tujuan Khusus ................................................................................ 9

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................... 9

1.4.1 Manfaat Teoretis ............................................................................. 10

Page 12: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xvi

1.4.2 Manfaat Praktis ............................................................................... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN

MODEL PENELITIAN ................................................................................. 11

2.1 Kajian Pustaka ................................................................................ 11

2.2 Konsep ............................................................................................ 16

2.2.1 Praktik Pengisian Instrumen Evaluasi Diri Sekolah Online ........... 16

2.2.2 Program Evaluasi Diri Sekolah ...................................................... 17

2.2.3 Sekolah Dasar Negeri Nomor 3 Banjarangkan .............................. 18

2.3 Landasan Teori ............................................................................... 19

2.3.1 Teori Praktik ................................................................................... 19

2.3.2 Teori Pendidikan untuk Pembebasan ............................................. 22

2.3.3 Teori Hegemoni .............................................................................. 23

2.3.4 Teori Semiotika .............................................................................. 25

2.4 Model Penelitian ............................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 29

3.1 Rancangan Penelitian ..................................................................... 29

3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................ 32

3.3 Jenis dan Sumber Data ................................................................... 33

3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 34

3.5 Teknik Penentuan Informan ........................................................... 35

3.6 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36

3.7 Teknik Analisis Data ...................................................................... 38

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data ............................................ 40

BAB IV PROFIL SDN NO 3 BANJARANGKAN ...................................... 41

Page 13: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xvii

4.1 Letak Geografis SDN No 3 Banjarangkan ..................................... 41

4.2 Identitas Sekolah ............................................................................ 42

4.3 Visi dan Misi Sekolah .................................................................... 43

4.4 Kondisi Siswa ................................................................................. 46

4.5 Kondisi Guru dan Pegawai Administrasi ....................................... 47

4.6 Ketersediaan Sarana dan Prasarana ................................................ 49

4.6.1 Sarana ............................................................................................. 49

4.6.2 Prasarana ......................................................................................... 52

4.7 Prestasi Siswa ................................................................................. 64

4.8 Hasil Evaluasi Diri Sekolah SDN No 3 Banjarangkan .................. 67

BAB V PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN EDS ONLINE DI SDN

NO 3 BANJARANGKAN ............................................................................ 70

5.1 Persiapan Teknis dan Sumber Daya Manusia ................................ 70

5.1.1 Persiapan Teknis ............................................................................. 70

5.1.2 Persiapan Sumber Daya Manusia ................................................... 82

5.2 Aktivasi Akun ................................................................................ 85

5.3 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online ...................................... 92

5.3.1 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online oleh Guru ..................... 97

5.3.2 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online oleh Siswa .................... 102

5.3.3 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online oleh Kepala Sekolah .... 109

BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRAKTIK

PENGISIAN INSTRUMEN EDS ONLINE DI SDN NO 3

BANJARANGKAN ...................................................................................... 111

6.1 Ketersediaan Sarana Pendukung yang Memadai ........................... 111

6.2 Kurangnya Kemampuan Menggunakan Komputer ........................ 112

Page 14: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xviii

6.3 Kurangnya Pemahaman terhadap EDS dan SNP ........................... 115

6.4 Kurangnya Komitmen Sekolah Melaksanakan EDS ...................... 120

6.5 Kurangnya Dukungan Pemerintah Daerah ..................................... 127

BAB VII DAMPAK DAN MAKNA PRAKTIK PENGISIAN

INSTRUMEN EDS ONLINE DI SDN NO 3 BANJARANGKAN ............ 129

7.1 Dampak Praktik Pengisian Instrumen EDS Online ..................... 129

7.1.1 Dampak Positif Praktik Pengisian Instrumen EDS Online ......... 129

7.1.1.1 NUPTK Kepala Sekolah dan Guru menjadi Aktif Permanen ..... 130

7.1.1.2 Sekolah Memiliki Profil Mutu Capaian SNP .............................. 131

7.1.1.3 Tersedianya Data bagi Dinas Pendidikan untuk Merencanakan

Program Pendidikan di Kabupaten .............................................. 132

7.1.1.4 Tersusunnya Peta Mutu Capaian SNP Tingkat Provinsi dan

Nasional ....................................................................................... 133

7.1.2 Dampak Negatif Praktik Pengisian Instrumen EDS Online ........ 136

7.1.2.1 Guru Lebih Termotivasi kepada NUPTK daripada Pengisian

Instrumen EDS online ................................................................. 136

7.1.2.2 Siswa Tidak Memiliki Kesempatan untuk Memahami EDS ....... 137

7.1.2.3 Hasil Pengisian Instrumen EDS Online belum Mencerminkan

Kondisi Sekolah yang Sebenarnya .............................................. 139

7.2 Makna Praktik Pengisian Instrumen EDS Online ...................... 141

7.2.1 Makna Penjaminan Mutu Pendidikan ......................................... 141

7.2.2 Makna Kerjasama ........................................................................ 143

7.2.3 Makna Hegemoni ........................................................................ 144

7.2.4 Makna Resistensi ......................................................................... 147

7.2.5 Makna Pencitraan ........................................................................ 149

7.3 Refleksi ........................................................................................ 151

Page 15: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xix

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 155

8.1 Simpulan ...................................................................................... 155

8.2 Saran ............................................................................................ 157

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 159

LAMPIRAN .................................................................................................. 164

Page 16: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xx

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Hubungan antara masalah penelitian, sumber data,

teknik, dan instrumen penelitian ................................................... 38

Tabel 4.1 Kondisi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin dan

Tingkatan Kelas Tahun 2013/2014 .............................................. 47

Tabel 4.2 Kondisi Guru dan Pegawai Administrasi Berdasarkan

Kualifikasi Pendidikan ................................................................. 48

Tabel 4.3 Ketersediaan Buku ........................................................................ 50

Tabel 4.4 Kondisi Perlengkapan Kelas ......................................................... 51

Tabel 7.1 Capaian SNP Jenjang SD di Provinsi Bali ................................... 135

Page 17: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xxi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Lokasi SDN No 3 Banjarangkan ........................................... 41

Gambar 4.2 Identitas SDN No 3 Banjarangkan ........................................ 43

Gambar 4.3 Visi dan Misi Sekolah ........................................................... 45

Gambar 4.4 Ruang Guru ........................................................................... 54

Gambar 4.5 Ruang IT ................................................................................ 55

Gambar 4.6 Ruang Perpustakaan .............................................................. 56

Gambar 4.7 Ruang UKS ............................................................................ 57

Gambar 4.8 Kantin Sekolah ...................................................................... 58

Gambar 4.9 Ruang Kelas 1,2, dan 3 .......................................................... 59

Gambar 4.10 Ruang Kelas Va ..................................................................... 60

Gambar 4.11 Halaman Sekolah ................................................................... 62

Gambar 4.12 Tempat Ibadah ....................................................................... 63

Gambar 4.13 Denah SDN No 3 Banjarangkan ............................................ 64

Gambar 4.14 Lomba Macepat Putra tahun 2012 ......................................... 67

Gambar 5.1 Integrasi Pelaksanaan NUPTK dan EDS ............................... 75

Gambar 5.2 Alur VerVal Level 1 .............................................................. 76

Gambar 5.3 Alur Verifikasi dan Validasi Formulir A01 ........................... 78

Gambar 5.4 Halaman SIAP Online untuk Aktivasi Akun ........................ 86

Gambar 5.5 Halaman Aktivasi Akun Sekolah .......................................... 87

Gambar 5.6 Profil SDN No 3 Banjarangkan ............................................. 88

Gambar 5.7 Halaman Aktivasi Akun PTK ................................................ 90

Page 18: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xxii

Gambar 5.8 Komponen Instrumen EDS Online ........................................ 96

Gambar 5.9 Alur Aktivasi dan VerVal Level 2 ......................................... 98

Gambar 5.10 Halaman Login Siswa pada Layanan PADAMU NEGERI .. 103

Gambar 5.11 Halaman SIAP PADAMU untuk Siswa ................................ 104

Gambar 5.12 Contoh Pertanyaan pada Instrumen EDS Online Siswa ........ 105

Gambar 5.13 Tampilan Layanan PADAMU NEGERI Setelah pengisian

Instrumen EDS Online Siswa……………………………... 108

Gambar 7.1 Profil Mutu Capaian SNP SDN No 3 Banjarangkan ............. 131

Gambar 7.2 Sebaran SD Sasaran EDS Tahun 2013 ................................. 134

Gambar 7.3 Capaian Pemenuhan Standar Jenjang SD Tingkat Nasional . 135

Page 19: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

xxiii

GLOSARIUM

habitus : kebiasaan, penampilan yang merupakan hasil dari

aktivitas sosial.

hegemoni : pengaruh kepemimpinan atau dominasi kekuasaan

inferensi : membuat kesimpulan berdasarkan fakta

internalisasi : penanaman nilai ke dalam jiwa seseorang

login : proses masuk ke jaringan komputer

makidung : menembang dalam bahasa Bali

observasi : pengamatan langsung terhadap suatu obyek

online : terhubung dengan internet

padmasana : tempat pemujaan agama Hindu, tempat menstanakan

Tuhan Yang Maha Esa

ranah : ruang atau wilayah atau lingkungan terjadinya

sesuatu

realtime : kondisi pengoperasian suatu perangkat internet yang

dibatasi oleh rentang waktu

resistensi : perlawanan yang dilakukan dengan cara halus atau

diam-diam

stakeholders : para pihak yang memiliki kepentingan dalam

pendidikan.

updating : pembaruan

verifikasi : pemeriksaaan kebenaran data

Page 20: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan yang bermutu, dalam arti menghasilkan lulusan yang sesuai

dengan harapan masyarakat, baik dalam kualitas pribadi, moral, pengetahuan

maupun kompetensi kerja menjadi syarat mutlak dalam kehidupan masyarakat

global yang terus berkembang. Dalam merealisasikan pendidikan yang bermutu

dituntut penerapan program mutu yang terfokus pada upaya-upaya

penyempurnaan mutu seluruh komponen dan kegiatan pendidikan. Banyak

masalah mutu dihadapi dalam dunia pendidikan, seperti mutu lulusan, mutu

pengajaran, bimbingan dan latihan dari guru-guru, serta mutu profesionalisme

dan kinerja guru. Mutu-mutu tersebut terkait dengan mutu manajerial para

pemimpin pendidikan, keterbatasan dana, sarana dan prasarana, fasilitas

pendidikan, media, sumber belajar, alat dan bahan latihan, iklim sekolah,

lingkungan pendidikan, serta dukungan dari pihak-pihak yang terkait dengan

pendidikan. Semua kelemahan mutu dari komponen pendidikan tersebut berujung

pada rendahnya mutu lulusan.

Rendahnya mutu pendidikan merupakan tanggungjawab seluruh

komponen masyarakat untuk bersama-sama melaksanakan perbaikan dan

peningkatan mutu pendidikan. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) pasal 1 (3) menyebutkan Sistem

Page 21: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

2

Pendidikan Nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling

terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Lebih lanjut

pada pasal 4 (6) menyatakan pendidikan diselenggarakan dengan

memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam

penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan.

Dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan digunakan

Standar Nasional Pendidikan (SNP). Pasal 1 (1) Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 menyatakan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Lebih lanjut pada pasal 3 disebutkan Standar Nasional Pendidikan

berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.

Tujuan Standar Nasional Pendidikan dijelaskan pada pasal 4 yang menyatakan

Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional

dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat. Seiring dinamika masyarakat dan

perkembangan jaman, dan guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan mutu dan daya saing

bangsa melalui pengaturan kembali Standar Nasional Pendidikan melalui

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 sehingga susunan Standar Nasional

Pendidikan adalah (1) Standar Kompetensi Lulusan, yaitu kriteria mengenai

kualifikasi kemampuan lulusan mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

(2) Standar Isi yaitu kriteria mengenai ruang lingkup materi dan tingkat

Page 22: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

3

kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis

pendidikan tertentu. (3) Standar Proses yaitu kriteria mengenai pelaksanaan

pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi

Lulusan. (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan yaitu kriteria mengenai

pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental serta pendidikan dalam

jabatan. (5) Standar Sarana dan Prasarana yaitu kriteria mengenai ruang belajar,

tempat berolah raga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel

kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi serta sumber belajar lain

yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi. (6) Standar Pengelolaan yaitu kriteria

mengenai perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan pendidikan pada

tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi atau nasional agar tercapai

efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. (7) Standar Pembiayaan

yaitu kriteria mengenai komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan

yang berlaku selama satu tahun. (8) Standar Penilaian Pendidikan, memuat

kriteria mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar

peserta didik (PP No. 32 Th 2013: ps. 5-12).

Seluruh jenjang satuan pendidikan di Indonesia diharapkan mampu

mencapai SNP. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mewujudkan hal tersebut

adalah dengan melaksanakan penjaminan mutu pendidikan seperti yang diatur

dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP). Pasal 1 ayat 2 peraturan ini

menyebutkan penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu

Page 23: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

4

oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program

pendidikan, pemerintah daerah, pemerintah dan masyarakat untuk menaikkan

tingkat kecerdasan kehidupan bangsa melalui pendidikan. Salah satu tujuan

penjaminan mutu pendidikan seperti yang tertuang pada pasal 2 (2e) adalah

terbangunnya sistem informasi mutu pendidikan formal dan nonformal berbasis

teknologi informasi dan komunikasi yang andal, terpadu, dan tersambung yang

menghubungkan satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau

program pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi dan

pemerintah (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan). Kegiatan penjaminan

mutu pendidikan ini dilakukan oleh satuan pendidikan didukung oleh

penyelenggara pendidikan yang terdiri dari pemerintah kabupaten/kota,

pemerintah provinsi dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Salah satu strategi dalam melakukan penjaminan mutu di satuan

pendidikan (sekolah) adalah dengan melakukan Evaluasi Diri Sekolah (EDS).

Dalam Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun 2007

tanggal 23 Mei 2007 dinyatakan bahwa a. Sekolah/Madrasah melakukan evaluasi

diri terhadap kinerja sekolah/madrasah. b. Sekolah/Madrasah menetapkan prioritas

indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan perbaikan dalam rangka

pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan. c. Sekolah/Madrasah melaksanakan: 1)

evaluasi proses pembelajaran secara periodik, sekurang-kurangnya dua kali dalam

setahun, pada akhir semester akademik; 2) evaluasi program kerja tahunan secara

periodik sekurang-kurangnya satu kali dalam setahun, pada akhir tahun anggaran

sekolah/madrasah. d. Evaluasi diri sekolah/madrasah dilakukan secara periodik

berdasar pada data dan informasi yang sahih.

Page 24: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

5

EDS merupakan program awal dari rangkaian kegiatan yang perlu

dilakukan di sekolah. Idealnya sebuah sekolah mengawali perencanaan

kegiatannya dengan EDS sebab EDS ini merupakan pedoman dan panduan bagi

sekolah untuk membuat program dan perencanaan lainnya. Dengan melakukan

EDS warga sekolah dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan sekolahnya,

sehingga langkah-langkah perbaikan dan titik fokus pengembangan sekolah dapat

dilakukan dengan tepat. Oleh karena itu, EDS dapat lebih efektif dalam

pencapaian mutu pendidikan di sekolah. Kegiatan EDS dilakukan oleh internal

sekolah dibawah bimbingan pengawas sekolah binaan masing-masing. Dengan

pelaksanaan EDS ini diharapkan akan dihasilkan profil mutu sekolah.

Implementasi EDS di sekolah melibatkan beberapa pihak atau instansi

yang terlibat langsung yakni, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia

Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan

PMP), Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP), Dinas Pendidikan

Kabupaten/Kota, Pengawas Sekolah, Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan

Tingkat Kecamatan, sekolah, serta pendidik dan tenaga kependidikan (PTK).

Setiap instansi memiliki perannya masing-masing dalam proses peningkatan

mutu pendidikan. Lembaga Pejaminan Mutu Pendidikan Provinsi Bali memiliki

peran dan fungsi untuk memfasilitasi penjaminan mutu termasuk di dalamnya

adalah fasilitasi penyelenggaraan EDS. Dalam rangka memfasilitasi ini dilakukan

kolaborasi dengan lembaga yang bertanggungjawab terhadap pendidikan di

daerah, seperti yang dinyatakan oleh Kepala Pejaminan Mutu Pendidikan

Page 25: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

6

Provinsi Bali dalam bukunya yang berjudul “Anatomi Penjaminan Mutu di

Provinsi Bali”, sebagai berikut :

“Dalam mengelaborasikan dan mengimplementasikan tugas dan fungsi

ini, langkah pertama adalah melakukan kolaborasi asimetris dengan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga atau lembaga yang bertanggungjawab

dalam pembinaan pendidikan dan kebudayaan di tingkat provinsi dan

kabupaten/kota di Provinsi Bali. Kolaborasi yang kami lakukan dapat

berupa Rapat Koordinasi, fasilitasi berbagai program Dinas Pendidikan

Kabupaten dan Kota serta Provinsi, dan kerjasama dalam peningkatan

kompetensi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Provinsi Bali.

Salah satu wujud kolaborasi mutualistik yang kami lakukan adalah

menandatangani komitmen bersama antara LPMP Provinsi Bali dengan

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kabupaten dan Kota se-Bali.

Dalam membangun kerjasama itu, kita rasakan sangat penting adanya

dokumen acuan sebagai definisi kerja bersama dalam meyakinkan

berbagai pihak bahwa penyelenggaraan pendidikan oleh sekolah di

berbagai jenjang pendidikan mengacu kepada suatu Standar Nasional

Pendidikan” (Mariana,2013:viii).

Dilihat dari perkembangannya, program EDS dimulai pada tahun 2010

yang dilakanakan oleh Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (PPMP), Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP), Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan yang menyasar 10000 sekolah (satuan pendidikan) di seluruh

Indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah sekolah sasaran program EDS terus

mengalami peningkatan. Tahun 2011 menyasar 29000 sekolah, tahun 2012

menyasar 39000 sekolah, dan tahun 2013 menyasar seluruh sekolah se-Indonesia

dari jenjang SD,SMP,SMA dan SMK baik negeri maupun swasta yang berada di

bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Khusus di Provinsi

Bali pada tahun 2010 disasar 57 sekolah jenjang Sekolah Dasar (SD) yang

merupakan sekolah inti, sebagai perwakilan terhadap 57 kecamatan yang ada di

Bali (LPMP Prov. Bali,2010:3). Tahun 2011 bertambah menjadi 1202 sekolah

Page 26: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

7

sasaran yang meliputi seluruh sekolah jenjang SD,SMP,SMA dan SMK di

Kabupaten Jembrana, Klungkung dan Karangasem (LPMP Prov. Bali, 2011: 2).

Jumlah sekolah sasaran terus bertambah pada tahun 2012 menjadi 1324 (LPMP

Prov. Bali, 2012 : 1) dan tahun 2013 menjadi 3122 sekolah yang meliputi seluruh

sekolah negeri maupuan swasta dari semua jenjang yang ada di Provinsi Bali,

kecuali sekolah yang berada dibawah naungan Kementerian Agama (LPMP

Prov. Bali,2013: 15).

Sekolah Dasar Negeri No 3 Banjarangkan (SDN No. 3 Banjarangkan)

merupakan salah satu sekolah sasaran program EDS sejak tahun 2010 hingga

2013. Program EDS merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara periodik, jadi

sejak tahun 2010 SDN No 3 Banjarangkan telah empat kali melaksanakan EDS.

Implementasi EDS di sekolah pada tahun 2013 ini adalah dengan pengisian

instrumen yaitu instrumen Evaluasi Diri Sekolah (instrumen EDS) yang

dilakukan secara online yang terintegrasi dengan pendataan Nomor Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (NUPTK).

Pelaksanaan EDS yang baik dan efektif menjadi salah satu faktor yang

membantu keberhasilan proses pendidikan di sekolah. Selama ini pelaksanaan

EDS selalu diyakini berjalan dengan efektif sehingga hasilnya pun diyakini

sebagai gambaran yang sebenarnya dari kondisi sekolah dalam pencapaiannya

memenuhi SNP. Namun realitanya masih terjadi ketidaksesuaian antara teori

dengan aplikasi di lapangan. Sekolah belum bisa melaksanakan pengisian

instrumen EDS online sesuai dengan petunjuk yang ada pada buku pedoman.

Page 27: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

8

Kesenjangan antara teori dan praktik yang terjadi pada pengisian

instrumen EDS online menarik untuk diteliti, dikarenakan selama ini pemerintah

hanya terfokus kepada hasil dan kurang menaruh perhatian kepada bagaimana

praktik pengisian instrumen berlangsung, faktor-faktor yang memengaruhi, serta

dampak dan makna timbul setelah pengisian instrumen EDS online tersebut.

Perhatian terhadap ketiga hal ini penting, agar bisa diketahui kelebihan dan

kelemahan dalam penyelenggaraan program EDS khususnya dalam praktik

pengisian instrumen EDS online sehingga bisa dilakukan perbaikan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut.

1. Bagaimana praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan ?

2. Faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS online di

SDN No 3 Banjarangkan ?

3. Bagaimana dampak dan makna praktik pengisian instrumen EDS online di

SDN No 3 Banjarangkan ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian mengenai praktik pengisian insrumen EDS online di

SDN No 3 Banjarangkan ini dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khusus.

Masing-masing tujuan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Page 28: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

9

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk mengkaji fenomena praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan agar diperoleh

pemahaman yang lebih mendalam. Dengan melakukan pengkajian diharapkan

mendapat gambaran/potret praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan. Potret praktik pengisian instrumen EDS online ini dapat

digunakan sebagai refleksi untuk perbaikan dan pengembangan pelaksanaan EDS

di masa yang akan datang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui dan mengidentifikasi bagaimana praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

2. Untuk mengungkap faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

3. Untuk mengungkap dampak dan menginterpretasi makna dari praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian terhadap praktik pengisian instrumen EDS online di SDN

No 3 Banjarangkan ini diharapkan memberikan dua manfaat yakni, manfaat

teoretis dan manfaat praktis. Kedua manfaat tersebut dijelaskan sebagai berikut.

Page 29: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

10

1.4.1 Manfaat Teoretis

1. Memberikan wawasan keilmuan yang komprehensif mengenai fenomena

praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan sebagai

sebuah penelitian kritis kajian budaya (critical cultural studies).

2. Menambah referensi penelitian tentang praktik pengisian instrumen EDS

online khususnya yang terjadi di SDN No 3 Banjarangkan.

3. Menjadi pijakan bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian tentang

praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan di masa

yang akan datang.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah, khususnya LPMP

Provinsi Bali dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Klungkung, untuk melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program EDS

yang dilakukan secara online, sehingga berbagai kekurangan dan kelemahan

dalam pelaksanaannya bisa diminimalisir.

2. Dasar pemahaman dan penyadaran bagi sekolah bahwa pengisian instrumen

EDS online bukan sekedar formalitas, namun ada tindak lanjut berupa

program perbaikan mutu yang diwujudkan dengan tindakan nyata melalui

penyusunan rencana kerja sekolah (RKS).

Sebagai bahan masukkan bagi pemerintah melakukan pembinaan kepada

sekolah dalam rangka membangun budaya penjaminan mutu yang dilakukan

secara mandiri (internally driven).

Page 30: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

11

BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI,

DAN MODEL PENELITIAN

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka merupakan penelaahan terhadap bahan bacaan yang secara

khusus berkaitan dengan objek yang sudah dilakukan oleh orang lain. Tujuannya

adalah untuk menemukan aspek, dimensi lain di luar masalah yang sudah

dibicarakan/diteliti oleh orang lain (Ratna,2010:276). Pada penelitian ini dikaji

empat hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Keempat hasil

penelitian yang dikaji masih memiliki keterkaitan dengan masalah evaluasi dan

peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

Sebagai langkah awal dalam penelitian ini dilakukan kajian pustaka

terhadap sebuah disertasi susunan I Gusti Lanang Wiratma (2013) yang berjudul

“Pengelolaan Pembelajaran Kimia Pada SMAN 1 Singaraja dan SMAN 1

Gianyar : Dekonstruksi Implementasi Standar Proses”. Penelitian ini mengkaji

tentang pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Gianyar dan SMAN 1

Singaraja dalam rangka mendekonstruksi makna dibaliknya. Paradigma kajian

budaya yang digunakan dalam penelitian ini membongkar bagaimana bentuk

pengelolaan pembelajaran kimia pada SMAN 1 Gianyar dan SMAN 1 Singaraja,

fakor-faktor yang memengaruhi dampak dan makna dari pengelolaan

pembelajaran kimia. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa guru kimia

dalam memberikan pembelajaran kimia tidak mempersiapkan diri dengan

Page 31: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

12

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai yang disyaratkan oleh standar

proses pada Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Penelitian yang dilakukan di atas memiliki persamaan dengan penelitian

tentang praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

Persamaannya yaitu mengkaji penerapan standar nasional pendidikan di sekolah

dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan sesuai yang diamanatkan oleh PP

No 19 Tahun 2005 jo PP No 32 Tahun 2013 tentang Standar Nasional

Pendidikan. Perbedaannya, penelitian ini lebih memfokuskan kepada standar

proses khusunya standar proses pembelajaran kimia sedangkan penelitian di SDN

No 3 Banjarangkan memfokuskan kepada upaya pemenuhan SNP dengan

melakukan evaluasi diri sekolah (EDS). Meskipun memiliki perbedaan,

penelitian yang dilakukan oleh I Gusti Lanang Wiratma ini memberikan referensi

bagi penelitian yang dilakukan di SDN No 3 Banjarangkan bahwa upaya

pencapaian SNP di sekolah masih belum memenuhi harapan dan belum berjalan

dengan semestinya.

Kajian kedua adalah disertasi dari I Made Jiwa (2010) yang meneliti

“Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah, Kecerdasan Emosional Guru

dan Kompetensi Guru dengan Keefektifan Sekolah pada Sekolah Menengah

Pertama Negeri di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali”. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan struktural antara kepemimpinan kepala sekolah,

kecerdasan emosional guru, kompetensi guru dengan keefektifan sekolah pada

Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali serta

memperoleh kejelasan hubungan struktur antara variabel-variabel baik secara

Page 32: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

13

langsung maupun tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

kondisi dan keefektifan pengelolaan pendidikan pada Sekolah Menengah Pertama

Negeri di Kabupaten Tabanan Provinsi Bali belum dapat dilaksanakan secara

maksimal sesuai dengan harapan. Hal ini dikarenakan kesenjangan antara kriteria

sekolah efektif dengan kenyataan di lapangan masih lebar yang dapat dilihat pada

aspek : (1) dukungan, yakni lemahnya dukungan orangtua siswa baik dari sosial

ekonomi, komunikasi maupun dukungan moral dan motivasi belajar pada putra-

putri mereka. (2) Kondisi-kodisi internal yang memungkinkan terciptanya

pengelolaan pendidikan efisien dan efektif belum nampak maksimal. (3) Iklim

sekolah yang menyangkut kemampuan guru khususnya pada kecakapan individu

(personal skill) dan kecakapan sosial (social skill) masih rendah, yang perlu

ditingkatkan agar mampu mengelola kurikulum dengan baik merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran, serta mengevaluasi dan menindaklanjuti hasil

belajar siswa. (4) Variasi proses pembelajaran belum optimal. Kondisi ini

disebabkan karena keterampilan pedagogik sosial dan profesional guru masih

rendah. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan di SDN No 3

Banjarangkan adalah sama-sama mengkaji kepemimpinan kepala sekolah dan

kompetensi guru dalam mewujudkan dan meningkatkan efektivitas kerja di

sekolah sehingga meningkatkan mutu sekolah. Perbedaannya, penelitian ini

memfokuskan kepada kepemimpinan kepala sekolah dan kompetensi guru dalam

membangun efektivitas kerja sedangkan pada penelitian di SDN No 3

Banjarangkan memfokuskan kepada peran kepemimpinan dan kompetensi kepala

sekolah dan guru dalam praktik pengisian instrumen EDS online. Komitmen dan

Page 33: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

14

kompetensi kepala sekolah dan guru dalam bidang teknologi merupakan salah

satu faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS online di SDN

No 3 Banjarangkan.

Kajian pustaka ketiga sebuah disertasi dari Wayan Paramartha (2010)

yang berjudul “Hubungan Karakteristik Sekolah, Partisipasi Masyarakat, Iklim

Sekolah dan Kemampuan Manajemen dengan Keefektifan Sekolah pada Sekolah

Menengah Atas Negeri di Provinsi Bali”. Pada penelitian ini keefektifan sekolah

dilihat dari segi input, proses, ouput dan hubungan antar faktor tersebut. Salah

satu konsekuensi dari manajemen berbasis sekolah adalah menuntut kemampuan

manajemen sekolah melalui dukungan partisipasi masyarakat sebagai

stakeholder. Dukungan ini sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan

keefektifan sekolah yang berorientasi pada peningkatan mutu. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan di SDN No 3 Banjarangkan

adalah sama-sama mengkaji karakteristik sekolah, partisipasi masyarakat, iklim

sekolah dan kemampuan manajemen berperan dalam penyelenggaraan

pendidikan. Perbedaannya pada penelitian ini diteliti tentang hubungan

karakteristik, partisipasi masyarakat, iklim sekolah dan kemampuan manajemen

dengan keefektivan sekolah, sedangkan pada penelitian di SDN No 3

Banjarangkan diteliti tentang partisipasi sekolah dalam pengisian instrumen EDS

online. Partisipasi seluruh komponen dan kemampuan manajemen sekolah

menjadi faktor penting dalam praktik pengisian instrumen EDS online di SDN

No 3 Banjarangkan.

Page 34: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

15

Kajian terakhir adalah sebuah tesis dari I Putu Pranatha Sentosa (2012)

dengan judul “Studi Evaluasi Pelaksanaan Program Manajemen Berbasis Sekolah

(Studi pada Tiga Sekolah Menengah Pertama yang Sebelumnya menjadi Rintisan

Program Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di Kabupaten

Jembrana)”. Pada hasil penelitian disebutkan bahwa salah satu indikator dalam

peningkatan mutu pendidikan adalah manajemen sekolah. Manajemen sekolah

memegang peranan penting dalam pencapaian tujuan dan cara memanfaatkan

sumber daya yang ada di sekolah. Manajemen berbasis sekolah adalah strategi

untuk meningkatakan pendidikan dengan mendelegasikan kewenangan

pengambilan keputusan penting dari pusat dan daerah ke tingkat sekolah,

sehingga sekolah menjadi unit pengambilan keputusan penting tentang

penyelenggaraan pendidikan secara mandiri. Menajemen berbasis sekolah

memberikan kesempatan pengendalian lebih besar bagi kepala sekolah, guru,

murid dan orang tua atas proses pendidikan di sekolah.

Penelitian yang dilakukan oleh I Putu Pranatha Sentosa di atas memiliki

persamaan dengan penelitian di SDN No 3 Banjarangkan, yakni sama-sama

melihat peranan manajemen sekolah dalam menentukan susksesnya

penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Perbedaannya adalah pada penelitian ini

memfokuskan pada kewenangan kepala sekolah dalam pengambilan keputusan

tentang penyelenggaraan pendidikan yang dilakukan secara mandiri, sedangkan

pada penelitian di SDN No 3 Banjarangkan difokuskan kepada komitmen kepala

sekolah melaksanakan upaya penjaminan mutu melalui pengisian instrumen EDS

online.

Page 35: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

16

Seluruh kajian pustaka di atas memberikan referensi pada penelitian

tentang praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

Manajemen sekolah, kompetensi guru dan kepala sekolah, serta partisipasi

anggota sekolah yang semuanya turut memegang peranan dalam praktik

pengisian instrumen EDS online.

2.2. Konsep

Setiap kata adalah konsep, bahkan setiap simbol yang memiliki makna

tertentu adalah konsep (Ratna,2010:108). Pada penelitian ini digunakan tiga

konsep yakni Praktik Pengisian Instrumen Evaluasi Diri Sekolah Online,

Program Evaluasi Diri Sekolah, dan Sekolah Dasar Negeri Nomor 3

Banjarangkan.

2.2.1 Praktik Pengisian Instrumen Evaluasi Diri Sekolah Online

Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “praktik” diartikan sebagai

pelaksanaan secara nyata apa yang disebut di teori

(www.kamusbahasaindonesia.org). Praktik pengisian instrumen EDS online

adalah proses pengisian instrumen EDS online sesuai dengan ketentuan yang

berlaku yang ada pada buku Pedoman Pelaksanaan Penjaminan Mutu yang

dikeluarkan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK dan PMP),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Instrumen EDS online merupakan

alat utama yang digunakan dalam pelaksanaan program EDS untuk memperoleh

Page 36: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

17

serangkaian informasi tentang tingkat pencapaian sekolah terhadap SNP.

Instrumen EDS online disusun oleh BPSDMPK-PMP, Kementerian Pendidikan

dan Kebudayaan (BPSDMPK-PMP; 2013: 19).

Secara operasional praktik pengisian instrumen EDS online merupakan

keseluruhan proses yang dilakukan oleh guru, siswa, dan kepala sekolah dalam

melakukan pengisian instrumen EDS online. Proses tersebut mengacu kepada

ketentuan yang ada pada buku pedoman, salah satunya adalah melakukan

pengisian instrumen secara realtime terhubung langsung dengan internet.

2.2.2 Program Evaluasi Diri Sekolah (EDS)

EDS yang dalam bahasa Inggris disebut dengan School Self Evaluation

(SSE) merupakan sebuah program dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

melalui BSDMPK-PMP dalam rangka penjaminan dan peningkatan mutu

pendidikan di Indonesia. EDS adalah suatu proses yang memberikan

tanggungjawab kepada sekolah untuk mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dan

mendorong sekolah untuk menetapkan prioritas peningkatan mutu sekolah

(BPSDMPK-PMP,2013:17).

EDS bersifat sistemik yang sangat penting dalam sistem pengembangan

pendidikan nasional karena dengan melaksanakan program EDS sekolah

berperan dalam membangun informasi pendidikan nasional terutama dalam

memotret kinerja sekolah dalam penerapan 8 SNP. Informasi yang terbangun

menjadi dasar perencanaan peningkatan mutu berkelanjutan dan pengembangan

kebijakan pendidikan pada tingkat kab/kota, provinsi dan nasional. Melalui

Page 37: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

18

program EDS, sekolah bisa mengukur seberapa baik kinerja yang dimiliki

sekolah dan mencari cara untuk meningkatkan kinerjanya (PSDMPK-

PMP,2013,10-11).

Tujuan utama program EDS adalah agar sekolah mengevaluasi mutu

pendidikan yang mereka berikan berdasarkan idikator dalam SNP dan untuk

mengetahui kelebihan mereka dan mengidentifikasi bidang yang membutuhkan

perbaikan. Informasi yang diperoleh kemudian dipergunakan untuk perencanaan

dan memprioritaskan program perbaikan dan pengembangan sekolah. Proses ini

menyediakan informasi mengenai tingkatan standar dan mutu di sekolah yang

dapat diberikan melalui sistem data yang akan mengarahkan data tersebut untuk

perencanaan pada tingkat kabupaten, provinsi dan nasional.

2.2.3 Sekolah Dasar Negeri Nomor 3 Banjarangkan

Dalam konsep Sekolah Dasar Negeri Nomor 3 Banjarangkan yang

selanjutnya akan disingkat SDN No 3 Banjarangkan, ada tiga penggalan kata

yang dijelaskan yakni Sekolah Dasar Negeri, Nomor 3, dan Banjarangkan. Pada

Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 17

disebutkan (1) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi

jenjang pendidikan menengah, (2) Pendidikan Dasar berbentuk Sekolah Dasar

(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajad serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain

yang sederajad (UU Sisdiknas Tahun 2003).

Page 38: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

19

”Negeri” merupakan status sekolah yang sepenuhnya dimiliki oleh

pemerintah Republik Indonesia. Jadi Sekolah Dasar Negeri merupakan jenjang

pendidikan dasar yang pengelolaan dan tanggungjawabnya berada dibawah

naungan Pemerintah Republik Indonesia yang dalam hal ini Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan. Kata ”nomor” menunjukkan urutan dan angka 3

(tiga) yang tercantum setelah kata nomor sebagai penanda ketiga sekolah tersebut

didirikan di suatu wilayah. Banjarangkan merupakan sebuah wilayah kecamatan

yang ada di Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali, tempat sekolah itu berada.

Secara keseluruhan konsep Sekolah Dasar Negeri Nomor 3 Banjarangkan dapat

disimpulkan pendidikan jenjang dasar ketiga dibawah tanggungjawab

Kementerian Pendidikan Kebudayaan yang didirikan di Kecamatan

Banjarangkan, Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali.

2.3 Landasan Teori

Untuk menjawab pertanyaan yang tersaji dalam rumusan masalah,

digunakan empat buah teori yaitu teori praktik dari Piere Bourdieu, teori

pendidikan untuk pembebasan dari Paulo Freire, teori hegemoni dari Antonio

Gramsci, dan teori semiotika dari Ferdinand De Saussure. Masing-masing teori

tersebut akan dijelaskan satu persatu di bawah ini.

2.3.1 Teori Praktik

Teori praktik merupakan gagasan pemikiran Bourdieu sebagai produk

dari relasi habitus sebagai produk sejarah, dan ranah yang juga produk sejarah,

Page 39: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

20

dimana dalam ranah ada pertaruhan, kekuatan-kekuatan serta orang yang banyak

memiliki modal, serta orang yang tidak memiliki modal. Pengaruh-pengaruh

yang membentuk pemikiran Bourdieu sangat beragam karena menggabungkan

sosiologi, antropologi, dan filsafat. Bukunya yang paling terkenal adalah

Distinction : A Social Critique of the Judgement of Teste (dalam Harker,R.dkk,

2009:x).

Di bidang sosiologi, Bourdieu lebih dikenal sebagai pakar sosiologi

pendidikan. Bourdieu mengkaji berbagai struktur kuasa dalam pengajaran. Dia

menggambarkan sekolah sebenarnya mereproduksi pembagian cultural

masyarakat dengan berbagai cara yang kelihatan dan tidak, di samping

netralitasnya yang tampak. Sekolah, dalam pemikiran Bourdieu merupakan

penggunaan kekerasan simbolik untuk melegitimasi tatanan sosial yang berlaku

atau absah (Harker,R.dkk, 2009:x).

Dalam bukunya yang paling berpengaruh In Other Words : Essays

Toward a Reflexive Sosiology (dalam Edkins J dan Williams,NV, 2010:139)

Bourdieu menggambarkan bahwa apa yang dikatakan dan dilakukan orang pada

dasarnya adalah sesuatu yang lain daripada sekedar refleksi dari apa yang terjadi

di benak mereka atau sekedar produk dari struktur sosial dan struktur.

Habitus adalah konsep yang dikembangkan Bourdieu untuk memahami

sumber-sumber budaya terhadap subjektivitas dari para aktor sosial. Habitus

merupakan “orientasi semi sadar” (meskipun bukan bawaan) yang dimiliki oleh

individu terhadap dunia. Orientasi ini membentuk landasan bagi praktik. Habitus

bersifat tahan lama dan bisa berpindah dan berfungsi di level setengah sadar

Page 40: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

21

sebagai pembangkit prinsip dan pengatur praktik dan representasi. Terdapat dua

poin penting tentang habitus yaitu pertama, habitus menjiwai tindakan kolektor-

kolektor sosial maupun individual. Aktor-aktor yang memiliki posisi sama dalam

bidang tertentu cenderung mengembangkan disposisi serupa dan dengan

demikian melakukan praktik-praktik serupa. Kedua, habitus memainkan peran

sentral dalam keawetan hirarki. Konsep habitus Bourdieu memberi perspektif

yang jelas terhadap asal usul budaya dari suatu aksi sosial (Edkins.J dan

Williams,NV, 2010:141).

The field atau ranah merupakan konsep penting lainnya dalam teori

praktik Bourdieu. Konsep field menurut Bourdieu adalah “semesta sosial

tertentu” yang didefinisikan oleh “stakes” (“enjeux”) atau “pertaruhan” tempat

para aktor sosial saling bersaing. Bourdieu menggambarkan field sebagai dunia

sosial yang terus menerus dalam proses diferensial progresif dan jumlah dari

kendala struktur pada tindakan para anggotanya. Dalam field terjadi perjuangan

yang para aktornya bersaing untuk mendapatkan berbagai bentuk sumber daya

material maupun power simbolis (Edkins.J dan Williams,NV, 2010:142).

Konsep capital (modal) dalam pandangan Bourdieu memiliki dua

dimensi. Pertama, capital merupakan pertaruhan para peserta di field yang

senantiasa melakukan perjuangan. Kedua, konsep itu terdiri dari sumber-sumber

yang dimobilisasi oleh para peserta yang sama dalam upaya mereka mengejar

tujuan-tujuan. Maka dari itu capital adalah berbagai bentuk power dalam field

tertentu. Capital bisa mengambil berbagai bentuk. Capital bisa berupa modal

ekonomi dalam hal kepemilikan harta benda dan sumber-sumber keuangan. Akan

Page 41: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

22

tetapi, capital juga dapat berbentuk “modal budaya” atau “modal simbolik”

(Edkins.J dan Williams,NV,2010:142). Teori praktik Bourdieu digunakan untuk

mengkaji rumusan masalah pertama pada penelitian ini yaitu praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

2.3.2 Teori Pendidikan untuk Pembebasan

Teori pendidikan untuk pembebasan dikemukakan oleh Paulo Freire. Ia

dilahirkan di Recife, Brasil timur laut, pada 19 September 1921. Bagi Freire,

kebanyakan hubungan sosial dalam masyarakat kapitalis didasarkan pada

hubungan penindasan. Freire melihat praktik pendidikan yang terjadi lebih

tampak sebagai alat hegemoni penguasa untuk mempertahankan status quo.

Perjalanan sejarah yang membentuk masyarakat berkelas pada akhirnya

menggunakan perangkat pendidikan untuk melegitimasi kekuasaan, di mana

peserta didik dilatih dan didoktrin untuk mengikuti dan menuruti ideologi kelas

penguasa. Dalam konteks Brasil tempat Freire mengembangkan teori dan

praktiknya, kenyataan tersebut adalah ketidakadilan ekonomi, sosial, dan politik

yang luas dimana jutaan orang tidak memiliki modal ekonomi, sosial, dan

pendidikan. Freire mendesak perlunya sebuah konsepsi baru mengenai

pendidikan yang bersumber dari pemikiran dan pandangan dunia yang sangat

berbeda dan membutuhkan pendekatan epistemologi yang juga sangat berbeda.

Pendidikan emansipatoris bagi Freire tidak pernah merupakan suatu

transmisi pengetahuan yang sederhana. Mengetahui bukanlah mengumpulkan

fakta dan informasi yang disebutnya “penyimpanan” (banking, diibaratkan seperti

Page 42: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

23

menyimpan uang di bank). Mengetahui berarti membentuk diri sebagai subjek

dunia, diri yang mampu menuliskan kembali apa yang telah dibacanya dan

bertindak di dunia ini untuk mengubahnya secara radikal (Palmer, 2010:215).

Teori pendidikan pembebasan dari Paulo Freire ini akan digunakan untuk

membahas rumusan masalah pertama yaitu praktik pengisian instrumen EDS

online dan rumusan masalah kedua yaitu faktor-faktor yang memengaruhi praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

2.3.3 Teori Hegemoni

Teori ini dikemukakan oleh Antonio Gramsci. Gramsci merupakan salah

satu pemikir yang kental mengikuti pemikiran Marxian pada tulisannya dalam

mengkonstruksi teori sosial politik. Antonio Gramsci lahir di Sardinia, Italia,

pada 22 Januari 1891. Karena kemiskinan, pada tahun 1903 Gramsci harus

meninggalkan sekolah dan membantu perekonomian keluarga. Dengan susah

payah dan segala upaya Gramsci mampu melanjutkan pendidikannya hingga

kuliah dan berkenalan dengan bacaan dan aktivitas politik kelompok sosialisme.

Ketika Cagliari – kota tempatnya bersekolah – memburuk, Gramsci mulai

menyadari sejarah masyarakatnya.

Tonggak perubahan hidupnya bermula di Universitas Turin tempatnya

kuliah. Di sana Gramsci berkenalan dengan tokoh-tokoh penting, baik akademisi

maupun politisi, terutama Benedetto Croce, “Godfather” lingkungan intelektual

Italia pada masa itu. Tahun 1913 untuk pertama kalinya Gramsci berhubungan

dengan gerakan sosialis di Turin, dan aktif di jurnalistik mingguan Partai Sosialis

Page 43: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

24

sebagai editor, kolumnis dan analis. Tahun 1917 setelah terjadi pemberontakan di

Turin dan ditahannya para pekerja serta pemimpin sosialis, Gramsci terpilih

sebagai Komite Sementara Partai Sosialis. Tahun 1919 Gramsci mendirikan

jurnal L’Ordine Nuovo yang sekaligus menjadi organ Dewan Pabrik, di mana ide-

ide politik Gramsci diluncurkan dan berperan penting dalam persiapan revolusi.

Januari 1921 Partai Sosialis pecah, kemudian berdiri Partai Komunis Italia di

mana Gramsci terpilih sebagai pengurus pusat. Di sini Gramsci berseberangan

dengan sekretaris umumnya, Bordiga, seputar konsep Fasisme yang bagi Gramsci

bukan hanya berbahaya tetapi juga cenderung berkuasa. Fasisme merupakan

sebuah gerakan politik yang didirikan mantan pemimpin Sosialis, Benito

Mussolini.

Pada tahun 1926 Fasis Italia ini memberangus semua publikasi kekuatan

politik kiri, dan Gramsci yang baru dua tahun menjabat sekretaris jenderal PCI

(Partai Komunis Italia) ditangkap dan di penjara. Gramsci beberapa kali pindah

penjara dan baru pada Januari 1929 memperoleh ijin menulis. Tulisan karya

pertamanya “Prison Notebooks” suatu ekspresi yang telah memberikan

sumbangan besar bagi Marxisme dan meletakkan kerangka dasar dan perspektif

baru dalam memahami masalah dan menciptakan revolusi sosialis di Italia dan

dunia modern lain. Gramsci meninggal pada 27 April 1937. Sepuluh tahun

kemudian kumpulan surat-surat Gramsci dari penjara diterbitkan dan berlanjut

dengan terbitnya karya-karya monumental Gramsci (Santoso, 2012: 73-75).

Secara singkat menurut Gramsci, hegemoni berarti suatu situasi tempat

sebuah blok historis dari fraksi-fraksi kelas yang berkuasa menggunakan otoritas

Page 44: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

25

sosial dan kepemimpinan atas kelas-kelas subordinatnya dengan cara

mengombinasikan kekuatan dengan persetujuan sadar (consent). Selanjutnya

Gramsci mengatakan “agar yang dikuasai taat pada penguasa, maka yang

dikuasai hendaknya mampu menginternalisasikan nilai-nilai penguasa di samping

memberikan persetujuan atas subordinasi mereka. Dalam hal ini ideologi

dipandang sebagai ide, makna dan praktik yang kendati mengklaim sebagai

kebenaran universal, merupakan peta makna yang sebenarnya menopang

kekuasaan kelompok sosial tertantu. Ideologi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

praktis kehidupan, namun ia adalah fenomena material yang berakar pada kondisi

sehari-hari (Barker,2011:62). Teori hegemoni Gramsci ini digunakan untuk

membahas rumusan masalah kedua yaitu faktor-faktor yang memengaruhi praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan dan rumusan

masalah ketiga pada penelitian ini yaitu dampak dan makna praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

2.3.4 Teori Semiotika

Semiotika berasal dari kata Yunani, yaitu: semeion yang berarti tanda.

Dalam pandangan Piliang, penjelajahan semiotika sebagai metode kajian ke

dalam berbagai cabang keilmuan ini dimungkinkan karena ada kecenderungan

untuk memandang berbagai wacana sosial sebagai fenomena bahasa. Dengan

kata lain, bahasa dijadikan model dalam berbagai wacana sosial. Berdasarkan

pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dapat dianggap sebagai

fenomena bahasa, maka semuanya dapat juga dipandang sebagai tanda. Hal ini

Page 45: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

26

dimungkinkan karena luasnya pengertian tanda itu sendiri. (Piliang,1998:262 via

http://www.kampusislam.com).

Semiotika melihat berbagai gejala dalam suatu kebudayaan sebagai tanda

yang dimaknai oleh masyarakatnya. Ferdinand de Saussure (1916) melihat tanda

sebagai terdiri atas significant (bentuk) yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan dengan istilah penanda, dan signifie (makna) yang dalam bahasa

Indonesia diterjemahkan dengan istilah petanda. Namun yang dimaksud dengan

bentuk adalah citra (image) tentang bunyi suatu kata. Jadi dalam tanda bahasa,

bukan bunyi bahasa itu sendiri yang dimaksud dengan bentuk, melainkan citra

tentang bunyi itu. Setiap tanda selalu terdiri atas penanda dan petanda. Dalam

teori ini tanda adalah sesuatu yang terstruktur karena terdiri atas komponen

(dalam hal ini ada dua) yang berkaitan satu sama lain dan membentuk satu

kesatuan (Hoed,2008:40).

Barthes (dalam Hoed, 2008:5) menggunakan pengembangan teori tanda

de Saussure (penanda dan petanda) sebagai upaya menjelaskan bagaimana

kehidupan bermasyarakat didominasi oleh konotasi. Konotasi adalah

pengembangan segi petanda (makna atau isi suatu tanda) oleh pemakai tanda

sesuai dengan sudut pandangnya. Dalam proses memahami makna, terlepas dari

aliran semiotik struktural atau pragmatis yang dianut, semiotik dapat digunakan

untuk mengkaji kebudayaan. Kebudayaan (gejala budaya) dilihat oleh semiotik

sebagai suatu sistem tanda yang berkaitan satu sama lain dengan cara memahami

makna yang ada di dalamnya.

Page 46: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

27

Teori semiotika ini akan digunakan untuk menganalisis rumusan masalah

ketiga yaitu dampak dan makna praktik pengisian instrumen EDS online di SDN

No 3 Banjarangkan. Dengan menggunakan teori ini ingin diungkap bagaimana

dampak serta apa makna pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan.

2.4 Model Penelitian

Keterangan tanda :

: Pengaruh secara searah

: Saling mempengaruhi

Sekolah Pemerintah

Kondisi :

1. Sarana dan

Prasarana

2. Sumber daya

manusia (SDM)

Praktik pengisian

instrumen EDS online di

SDN No 3 Banjarangkan

Regulasi :

1. UU No 20 Th

2003

2. PP No 19 Th 2005

3. PP No 32 Th 2013

4. Permendiknas No

63 Th 2009

Praktik pengisian

instrumen EDS online

di SDN No 3

Banjarangkan

Dampak dan makna

praktik pengisian

instrumen EDS online

di SDN No 3

Banjarangkan

Faktor-faktor

memengaruhi praktik

pengisian instrumen EDS

online di SDN No 3

Banjarangkan

Page 47: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

28

Penjelasan Model Penelitian

Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan formal memiliki kewajiban

untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan melaksanakan penjaminan mutu

pendidikan (quality assurance). Salah satu strategi dalam penjaminan mutu

adalah dengan melaksanakan pengisian instrumen EDS online. Regulasi yang

menjadi acuan dalam pengisian instrumen EDS online yaitu Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

kemudian diperbaharui dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

(SPMP).

Selain regulasi, pengisian instrumen EDS online juga tergantung kepada

kondisi sekolah yakni ketersediaan sarana dan prasarana serta sumber daya

manusia (SDM). Regulasi dan sarana prasarana serta sumber daya manusia akan

berpengaruh pada praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan. Dalam sudut pandang kajian budaya, praktik pengisian instrumen

EDS online di SDN No 3 Banjarangkan dapat dikaji dari tiga permasalahan yaitu

praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan, faktor-

faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan, dan dampak serta makna praktik pengisian instrumen EDS online

di SDN No 3 Banjarangkan.

Page 48: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

29

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian

Menurut Iskandar dalam bukunya yang berjudul Metodologi Penelitian

Kualitatif, rancangan penelitian merupakan uraian singkat tentang kerangka

penelitian yang dilakukan (Iskandar,2009:165). Penelitian tentang praktik

pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan, merupakan

penelitian yang menggunakan pendekatan kajian budaya yang berarti dengan

sendirinya merupakan penelitian kualitatif. Kutha Ratna dalam bukunya

Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial pada Umumnya yang

menyatakan rancangan penelitian yang digunakan dalam kajian budaya disusun

atas dasar metode kualitatif (Ratna, 2010:292). Selain itu alasan penggunaan

metode kualitatif dalam sebuah penelitian disebabkan karena, 1) sifat masalah

penelitian itu sendiri yakni bertujuan mengkaji makna; 2) karena tujuan

penelitian adalah untuk memahami yang tersembunyi di balik fenomena riil

(Iskandar, 2009:37). Alasan ini sangat sesuai dengan penelitian praktik pengisian

instrumen EDS online pada SDN No 3 Banjarangkan di mana tujuan penelitian

adalah untuk mengkaji makna dan memahami yang tersembunyi dibalik

pengisian instrumen tersebut.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berpegang kepada paradigma

naturalistik atau fenomenologi karena senantiasa dilakukan dalam setting alamiah

terhadap suatu fenomena (Iskandar,2009:32). Paradigma penelitian kualitatif

Page 49: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

30

adalah pendekatan sistematika dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman

hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Penelitian kualitatif lebih

berorientasi kepada upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh

(holistic) dan menyediakan data secara deskriptif sistematik dan berdasarkan

konteks (Iskandar,2009:32-35).

Menurut Bogdan dan Biklen (Ratna,2010:102), ciri-ciri penelitian

kualitatif antara lain (1) penelitian berlangsung dalam setting alamiah langsung

pada sumber data, sehingga penelitian cenderung lama, dilakukan secara terus-

menerus. (2) Peneliti langsung berfungsi sebagai instrumen, dengan konsekuensi

terjadinya partisipasi, refleksi, dan imajinasi peneliti. (3) Hasil penelitian lebih

bersifat deskripsi, narasi melalui kata-kata. (4) Analisis data secara induktif,

dengan mempertimbangkan relevansi berbagai data yang ditemukan di lapangan.

(5) Penelitian lebih pada proses dibandingkan dengan hasil, sehingga

menekankan pada makna dibandingkan dengan arti, gejala-gejala di balik data.

Menurut Moleong dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif

(Iskandar, 2009:46) ada sebelas karakteristik penelitian kualitatif yang dijabarkan

sebagai berikut.

1. Latar alamiah, penelitian dilakukan pada situasi alamiah dalam suatu

keutuhan.

2. Manusia sebagai alat, manusia atau peneliti merupakan alat pengumpulan

data yang utama.

3. Metode kualitatif, metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

4. Analisis data secara induktif, yaitu mengacu kapada temuan lapangan.

5. Teori dari dasar atau grounded theory, menuju pada arah penyusunan teori

berdasarkan data.

6. Deskriptif, data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka.

7. Lebih mementingkan proses daripada hasil.

Page 50: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

31

8. Adanya batas yang ditentukan oleh fokus, perlunya batas penelitian atas dasar

fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian.

9. Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, punya versi lain tentang

validitas, reliabilitas dan obyektivitas.

10. Desain yang bersifat sementara, desain penelitian terus berkembang sesuai

dengan kenyataan lapangan.

11. Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersama.

Menurut Iskandar (Iskandar,2009:52), jenis pendekatan yang digunakan

dalam penelitian kualitatif ini adalah pendekatan fenomenologi yang berorientasi

untuk memahami, menggali dan menafsirkan arti dari peristiwa-peristiwa,

fenomena-fenomena dan hubungan dengan orang-orang yang biasa dalam situasi

tertentu. Adapun karakteristik pendekatan fenomenologi adalah sebagai berikut.

1. Tidak berasumsi mengetahui hal-hal apa yang berarti bagi manusia yang akan

diteliti.

2. Memulai penelitian dengan keheningan untuk menangkap apa yang sedang

diteliti.

3. Menekankan pada aspek subjektif perilaku manusia, berusaha masuk di

dalam dunia konseptual subyek, agar dapat memahami bagaimana dan makna

apa yang mereka konstruksi di sekitar peristiwa dalam kehidupan sehari-hari.

4. Mempercayai bahwa dalam kehidupan manusia banyak cara yang dipakai

untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman, melalui interaksi dengan orang

lain dan ini merupakan makna dari pengalaman realita.

5. Semua cabang kualitatif berpendirian bahwa untuk memahami subyek adalah

dengan melihatnya dari sudut pandang subyek sendiri, artinya dalam

melakukan penelitian kualitatif, peneliti menggunakan pendekatan

mengkonstruksikan penelitiannya berdasarkan pandangan subyek yang

diteliti.

Proses pengumpulan data dengan menggunakan metode kualitatif tidak

bersifat baku tetapi terus dikembangkan di lapangan. Data yang dikumpulkan

lebih mengarah kepada data tekstual berupa kata-kata. Data tidak akan memiliki

makna jika disajikan semata-mata hanya sebagai data, tetapi harus

diinterpretasikan, diuraikan segala sesuatu yang ada dibalik data. Dalam kajian

budaya, tujuan interpretasi terhadap data adalah untuk menentukan objektivitas

Page 51: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

32

dalam penelitian. Dengan kata lain interpretasi di sini adalah interpretasi yang

bersifat objektif, mengaitkan objek dengan referensi-referensi yang relevan

(Ratna,2010:306).

Fenomena yang diteliti dalam penelitian ini adalah praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan, pada tahun 2013. Fenomena

praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan diteliti dan

dikaji berdasarkan kesesuaian antara praktik pengisian dengan prinsip

pelaksanaan yang tertuang dalam buku pedoman pelaksanaan.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian yaitu

mengetahui bagaimana praktik pengisian instrumen EDS online dilaksanakan,

faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS online, serta

mengetahui dampak dan menginterpretasi makna praktik pengisian instrumen

EDS online tersebut. Beberapa pertimbangan yang mendasari pemilihan SDN No

3 Banjarangkan sebagai lokasi penelitian adalah sebagai berikut.

1. SDN No 3 Banjarangkan merupakan sekolah yang mewakili Kecamatan

Banjarangkan sebagai piloting project (percontohan) pelaksanaan program

EDS pada tahun 2010, sehingga secara kuantitas lebih banyak melaksanakan

program EDS dibandingkan dengan sekolah lainnya.

2. SDN No 3 Banjarangkan belum menunjukkan perubahan yang signifikan

dalam upaya pemenuhan SNP.

Page 52: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

33

3.3 Jenis dan Sumber Data

Menurut Kerlinger (Ratna,2010: 141) data adalah hasil penelitian, baik

yang diperoleh melalui pengamatan (observasi), wawancara, dan proses

pemahaman lain, melaluinyalah ditarik inferensi. Dalam penelitian ini jenis data

yang digunakan adalah data kualitatif dan data kuantitatif (sebagai penunjang

data kualitatif). Data kualitatif berupa pernyataan, uraian, pendapat, dan deskripsi

hasil pengamatan terhadap praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan. Pernyataan, uraian dan pendapat diperoleh dari pernyataan guru,

siswa, kepala sekolah, pengawas sekolah, operator sekolah, unsur Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung, dan LPMP Provinsi

Bali yang diwawancarai. Deskripsi diperoleh dengan mendeskripsikan segala

sesuatu yang diamati dengan apa adanya. Selain data kualitatif dikumpulkan juga

data kuantitatif berupa angka-angka seperti catatan statistik sekolah, kondisi

sarana dan prasarana dan lain-lainnya.

Sumber data dalam penelitian ini ada dua jenis yaitu sumber data primer

dan sumber data sekunder. Sumber data primer, sumber data aktual pada saat

terjadinya peristiwa pengumpulan data. Sumber data sekunder, dari tangan kedua

atau sumber lain yang telah ada sebelum penelitian dilakukan (Ratna, 2010:143).

Dengan kata lain, sumber data primer diperoleh pada saat penelitian berlangsung

melalui observasi dan wawancara terhadap guru, kepala sekolah, siswa,

pengawas sekolah, operator sekolah, unsur Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Klungkung, dan LPMP Provinsi Bali. Selain hasil

wawancara dilengkapi pula foto dan denah sekolah sebagai penunjang.

Page 53: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

34

Sedangkan sumber data sekunder berupa sumber-sumber tertulis seperti laporan

hasil pelaksanaan EDS SDN No 3 Banjarangkan tahun 2010, 2011, 2012, dan

2013, Profil Mutu Capaian SNP SDN No 3 Banjarangkan tahun 2013, dan Peta

Mutu Pendidikan Provinsi Bali Tahun 2013 (LPMP Provinsi Bali).

3.4 Instrumen Penelitian

Salah satu karakter dalam penelitian kualitatif adalah human instrumen,

manusia sebagai alat, sehingga dalam penelitian ini yang menjadi instrumen atau

alat dalam penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti adalah alat pengumpul data

utama, karena bila menggunakan instrumen lain (bukan manusia) akan

menyulitkan untuk mengadakan penyesuaian terhadap berbagai kenyataan yang

terjadi di lapangan. Dalam meneliti praktik pengisian instrumen EDS online,

peneliti berinteraksi dengan responden agar bisa memahami hubungan berbagai

kenyataan yang ada di lapangan.

Pada saat mengumpulkan data di SDN No 3 Banjarangkan ini digunakan

interview guide (pedoman wawancara) yaitu susunan pertanyaan yang dapat

dikembangkan dan diperdalam di lapangan untuk mengumpulkan data. Untuk

merekam hasil wawancara digunakan alat bantu merekam berupa alat perekam

berupa handphone (HP). Selain pedoman wawancara digunakan juga field notes

(catatan lapangan) untuk mencatat apa yang didengar, dan dilihat dalam

penelitian. Selain dicatat apa yang dilihat dalam penelitian juga

didokumentasikan dalam bentuk photo, yang nanti bisa digunakan sebagai bukti

penelitian.

Page 54: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

35

3.5 Teknik Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif didasarkan kepada tujuan

dan masalah penelitian yang dikaji. Pemilihan informan dalam penelitian ini

dilakukan secara purposive sampling yaitu berdasarkan tujuan tertentu dengan

maksud untuk meningkatkan kegunaan informasi yang didapat dari informan.

Informan dipilih dari orang-orang yang memiliki ciri-ciri yang esensial dalam

populasi sehingga dianggap cukup representatif mewakili segala lapisan populasi

(Nasution,2003:98).

Menurut Lincoln dan Guba (Iskandar, 2009:115) ada beberapa ciri-ciri

khusus pemilihan informan berdasarkan purposive sampling, yakni :

1. Emergent Sampling Design, bersifat sementara, sebagai pedoman awal terjun

ke lapangan, di lapangan bisa berubah sesuai dengan keadaan.

2. Serial Selection of Sample Units, menggelinding seperti bola salju (snow

ball), sesuai dengan petunjuk yang didapatkan dari informan-informan yang

telah diwawancarai.

3. Continuous Adjusment or “Focusing” of the Sample, siapa yang akan dikejar

sebagai informan baru disesuaikan dengan petunjuk informan sebelumnya

dan sesuai dengan kebutuhan penelitian, unit informan yang dipilih makin

lama makin terarah sejalan dengan terarahnya fokus penelitian.

4. Selection to the point ofredundancy, pengembangan informan dilakukan terus

sampai informan mengarah ke titik jenuh.

Pada penelitian ini ada beberapa kriteria yang akan digunakan sebagai

informan yaitu : 1) mereka yang terlibat langsung (berperan sebagai responden)

dalam pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan yakni siswa,

guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah. 2) Kepala Seksi Kurikulum

Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Klungkung. 3) Kepala LPMP Bali (diwakili oleh Kasi Pemetaan Mutu dan

Supervisi) sebagai pemegang kebijakan program EDS di Provinsi Bali.

Page 55: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

36

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini data dikumpulkan dengan menggunakan metode

kualitatif. Menurut Miles dan Huberman (Silalahi, 1999:226), data kualitatif

merupakan sumber dari deskripsi yang luas dan kokoh, serta memuat penjelasan

tentang proses-proses yang terjadi dalam lingkup setempat. Dengan data

kualitatif dapat dipahami alur peristiwa secara kronologis, menilai sebab-akibat

dalam lingkup pikiran orang-orang setempat, dan memperoleh penjelasan yang

lengkap dan bermanfaat.

Data kualitatif diperoleh dengan melakukan observasi, wawancara

mendalam dan studi dokumen. Observasi berfungsi sebagai eksplorasi yang

membantu memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang permasalahan yang

diteliti (Nasution,2003:106). Kegiatan observasi meliputi melakukan

pengamatan, pencatatan secara sistematik kejadian-kejadian, perilaku, obyek-

obyek yang dilihat dan hal-hal lain yang diperlukan dalam mendukung penelitian.

Salah satu peranan pokok dalam melakukan observasi ialah untuk menentukan

interaksi yang kompleks dengan latar belakang sosial yang alami, sehingga data

yang disajikan adalah gambaran realistik perilaku atau kejadian (Iskandar, 2009:

121). Observasi terhadap praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3

Banjarangkan dilakukan dengan mengamati perilaku keseharian kepala sekolah,

guru dan siswa setelah program EDS berlangsung. Melakukan pengamatan

terhadap kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Dari observasi ini

bisa diketahui bagaimana kenyataan sebenarnya, sehingga bisa diketahui

Page 56: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

37

kesesuaian antara pengisian data pada instrumen dengan realita yang terjadi di

sekolah.

Selain dengan observasi, pengumpulan data pada penelitian ini juga

dilakukan dengan melakukan interview (wawancara) terhadap beberapa informan

yang telah ditentukan. Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang

bertujuan untuk memperoleh informasi. Wawancara dapat berfungsi deskriptif

yaitu melukiskan dunia kenyataan seperti yang dialami oleh orang lain dan juga

berfungsi eksploratif untuk mendapatkan data yang mendalam dari informan

(Nasution,2003:113). Penelitian terhadap praktik pengisian instrumen EDS online

di SDN No 3 Banjarangkan dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur yang

dipandu dengan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. Pertanyaan

dalam pedoman wawancara mengacu kepada pengalaman dan perilaku informan

dalam melakukan pengisian instrumen EDS online, pendapat dan pemahaman

tentang program EDS serta pertanyaan tentang dampak dan manfaat dari program

EDS.

Untuk memperoleh data yang lebih lengkap, pada penelitian ini juga

dilakukan studi dokumentasi terhadap arsip dan dokumen yang berada di tempat

penelitian maupun yang berada di luar tempat penelitian yang berhubungan

dengan program EDS. Menurut Arikunto (dalam Iskandar, 2009: 134), teknik

dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan

sebagainya”. Jenis dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini di antaranya

hasil pengisian instrumen EDS online SDN No 3 Banjarangkan tahun 2013

Page 57: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

38

(dokumen SDN No 3 Banjarangkan), Analisis Hasil EDS Kabupaten Klungkung

2013 (dokumen di LPMP Provinsi Bali), Peta Mutu Pendidikan Provinsi Bali

tahun 2013 (dokumen LPMP Provinsi Bali), serta dokumen pendukung lainnya.

Hubungan antara masalahan penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

dan instrumen penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3.1 Hubungan antara masalah penelitian,sumber data,

teknik dan instrumen penelitian

Masalah

penelitian

Sumber data Teknik

pengumpulan data

Instrumen

penelitian

Praktik pengisian

instrumen EDS

online

1. Kepala

Sekolah

2. Guru

3. Siswa

4. Pengawas

Sekolah

1. Wawancara

2. Observasi

3. Studi

dokumentasi

1. Peneliti

2. Pedoman

wawancara

3. Catatan

lapangan

Faktor-faktor yang

memengaruhi

praktik pengisian

instrumen EDS

online

1. Kepala

Sekolah

2. Guru

3. Siswa

4. Kasi PMS

LPMP Bali

1. Wawancara

2. Observasi

3. Studi

Dokumentasi

1. Peneliti

2. Pedoman

wawancara

3. Catatan

lapangan

Dampak dan

makna praktik

pengisian

instrumen EDS

online

1. Kepala

Sekolah

2. Guru

3. Siswa

4. Pengawas

Sekolah

5. Kasi

Kurikulum

Dikdas

1. Wawancara

2. Observasi

3. Studi

Dokumentasi

1. Peneliti

2. Pedoman

wawancara

3. Catatan

lapangan

3.7 Teknik Analisis Data

Menurut Miles dan Huberman (dalam Emzir,2011:129) ada tiga macam

kegiatan dalam analisis data kualitatif, yaitu 1) reduksi data, 2) model data (data

Page 58: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

39

display), dan 3) penarikan/verifikasi kesimpulan. Reduksi data merujuk pada

proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi, dan pentransformasian

“data mentah” yang terjadi dalam catatan-catatan lapangan tertulis. Pada proses

reduksi ini, data hasil wawancara di transkrip (diketik dalam bentuk teks).

Transkrip hasil wawancara dipadukan dengan catatan lapangan sebagai hasil

observasi, diklasifikasikan, dipilih data yang sesuai, dan membuang data yang

tidak sesuai dengan fokus penelitian.

Langkah kedua adalah model data (data display). Model data sebagai

suatu kumpulan informasi yang tersusun yang membolehkan pendeskripsian

kesimpulan (Emzir,2011:131). Bentuk model data kualitatif adalah teks naratif.

Data yang telah direduksi disusun secara sistematis sehingga sehingga dapat

menjelaskan atau menjawab masalah yang diteliti. Hasil wawancara dan

observasi disusun secara sistematis sehingga menjelaskan secara kronologis

proses yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah dan siswa ketika melakukan

pengisian instrumen EDS online.

Penarikan kesimpulan sebagai langkah ketiga dalam analisis data

hanyalah sebagian dari suatu konfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan

diverifikasi selama penelitian berlangsung. Reduksi data, model data, dan

penarikan simpulan sebagai sesuatu yang jalin menjalin pada saat sebelum,

selama, dan sesudah pengumpulan data untuk membangun wawasan umum yang

disebut dengan analisis. Analisis dapat berubah dan mengalami perbaikan dan

pengembangan pengembangan sejalan dengan data yang masuk. Proses analisis

berlangsung selama penelitian dan penulisan tesis ini. Data yang telah diperoleh

Page 59: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

40

sebelumnya terus dilengkapi dengan mencari data lainnya yang mendukung.

Proses ini dibuktikan dengan wawancara yang dilakukan terhadap pengawas

sekolah I Nyoman Marjaya pada tanggal 12 September 2014, untuk melengkapi

data mengenai dampak dan makna praktik pengisian instrumen EDS online di

SDN No 3 Banjarangkan.

3.8 Teknik Penyajian Hasil Analisis Data

Penyajian hasil analisis data merupakan sekumpulan informasi tersusun

yang memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan

tindakan. Melalui data yang disajikan dapat dilihat dan dipahami yang sedang

terjadi, apa yang harus dilakukan dan menganalisis tindakan apa yang harus

dilakukan berdasarkan pemahaman dari penyajian-penyajian tersebut. Penyajian

analisis data yang sering digunakan dalam metode kualitatif adalah dalam bentuk

teks naratif (Silalahi,1999:265).

Pada penelitian ini penyajian data disajikan secara terstruktur sehingga

praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan dapat

dipahami dengan jelas. Penyajian data hasil penelitian terhadap praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan dilakukan dengan dua cara,

yakni dengan cara formal dan non formal. Penyajian data secara formal dilakukan

dalam bentuk tabel, grafik, dan foto. Penyajian data secara nonformal dilakukan

dalam bentuk narasi. Hasil wawancara terhadap informal ditampilkan

dalam bentuk teks (hasil wawancara).

Page 60: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

41

BAB IV

PROFIL SDN NO 3 BANJARANGKAN

4.1 Letak Geografis SDN No 3 Banjarangkan

SDN No 3 Banjarangkan merupakan lembaga pendidikan formal tingkat

dasar yang berada di Kecamatan Banjarangkan, Kabupaten Klungkung.

Berlokasi di Jalan Pepaya No.1 Banjarangkan, Kecamatan Banjarangkan,

Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali. Lokasi ini berjarak sekitar 1 km dari pusat

Kecamatan Banjarangkan dan sekitar 6 km dari pusat Kabupaten Klungkung

yaitu Semarapura. Jarak yang tidak begitu jauh dari pusat pemerintahan

kecamatan dan kabupaten memudahkan sekolah untuk berkoordinasi dengan Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pendidikan Kecamatan Banjarangkan dan Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung. Lokasi SDN No 3

Banjarangkan dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.

Lokasi SDN No 3 Banjarangkan

U

S

Skala 1:455.000

Gambar 4.1 Lokasi SDN No 3 Banjarangkan

Page 61: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

42

4.2 Identitas Sekolah

1. Nama Sekolah : SDN No 3 Banjarangkan

2. Nomor Statistik Sekolah : 101220601020

3. Status Sekolah : Negeri

4. Akreditasi : A

5. Tahun Berdiri : 1974

6. Tahun Penegerian : 1974

7. Alamat Sekolah

a. Jalan : Pepaya No.1

b. Desa/Kelurahan : Banjarangkan

c. Kecamatan : Banjarangkan

d. Kabupaten : Klungkung

e. Provinsi : Bali

f. Kode Pos : 80752

8. Kegiatan belajar/mengajar : Pagi

9. Bangunan sekolah : Milik sendiri

10. Jarak ke pusat kecamatan : 1 km

11. Jarak ke pusat kabupaten : 6 km

12. Jumlah rayon : 32 sekolah

13. Kepala Sekolah

a. Nama : A.A. Istri Sayang, S.Pd

b. HP : 081338551194

Page 62: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

43

Identitas sekolah ditulis pada sebuah papan yang dipasang di dinding

bagian depan ruang kepala sekolah. Selain identitas yang dipajang pada dinding,

adapula identitas yang dipajang di depan sekolah seperti yang tampak pada

gambar 4.2.

Gambar 4.2 Identitas SDN No 3 Banjarangkan

(Dokumen Ayu, Maret 2014)

Berbeda dengan identitas sekolah yang dipasang di dinding bagian depan

ruangan kepala sekolah, identitas yang ada di depan pintu gerbang sekolah

mencantumkan data yang lebih sederhana hanya tertulis nama sekolah,

kecamatan di mana sekolah berada, dan tahun pendirian sekolah.

4.3 Visi dan Misi Sekolah

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dengan melihat

perkembangan dan kebutuhan sekolah, telah dilakukan perubahan terhadap visi

Page 63: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

44

dan misi sekolah. Perubahan ini terlihat dari visi dan misi sekolah tahun

2011/2012 yang berbeda dengan visi dan misi sekolah pada tahun 2031/2014.

Visi SDN No 3 Banjarangkan pada tahun 2011 adalah Meningkatkan Prestasi

Siswa di Bidang Akademik sesuai dengan Budaya Bangsa dengan indikatornya

yaitu meningkatkan prestasi akademik melalui Ulangan Akhir Semester (UAS),

meningkatkan prestasi bidang olahraga dan seni tari, serta meningkatkan

kedisiplinan. Untuk mencapai visi tersebut dilaksanakanlah beberapa misi yaitu,

1) melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, 2)

menumbuhkembangkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh

sekolah, 3) menciptakan lingkungan yang kondusif, meningkatkan prestasi

dibidang seni tari dan olahraga, 4) meningkatkan jumlah siswa yang diterima

masuk ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP), 5) meningkatkan

perolehan rata-rata UAS dari tahun ke tahun, 6) meningkatkan hubungan

kerjasama dengan masyarakat, orang tua dan pemerintah, 7) memantapkan serta

meningkatkan disiplin siswa dan guru (SDN No. 3 Banjarangkan, 2011: p.9).

Pada tahun 2013 visi dan misi sekolah diperbarui agar sejalan dengan

karakteristik SDN No 3 Banjarangkan menjadi Unggul dalam Prestasi

Perolehan Nilai Akademik dan Non Akademik yang Berwawasan Seni dan

Budaya yang Berakar pada Moral Agama. Untuk mewujudkan visi yang telah

ditetapkan ada beberapa misi yang dilaksanakan oleh sekolah yaitu, 1)

memantapkan pelaksanaan Trisandya dan sembahyang, 2) mengaktifkan wajib

baca bagi setiap siswa, 3) memantapkan kegiatan belajar mengajar setiap siswa di

kelas, 4) meningkatkan kegiatan seni budaya dan olahraga, 5) peningkatan

Page 64: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

45

keterampilan yang menunjang kegiatan agama yaitu menganyam, mejejahitan,

membuat sesajen, 6) peningkatan kerjasama dengan komite sekolah stakeholder

serta lingkungan masyarakat demi kemajuan sekolah, 7) menyertakan siswa

dalam mengikuti berbagai lomba, 8) menerapkan sanksi yang tegas kepada

pelanggar disiplin, 9) membuka saran dan usul, kritik yang bersifat korektif dan

konstruktif ke rah motivatif demi peningkatan mutu, dan 10) membudayakan

semangat kreatif, inovatif, dan partisipasi, serta komitmen siswa dan guru pada

tugas dan kewajiban. Visi dan misi sekolah pada tahun 2014 dapat dilihat pada

gambar 4.3 di bawah ini.

Gambar 4.3 Visi dan Misi Sekolah

(Dokumen : Ayu, Maret 2014)

Page 65: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

46

Di dalam visi dan misi ini tersirat ada 3 pesan dan harapan yang ingin

diraih dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yakni, 1) sekolah ingin

memiliki prestasi secara akademik yang ditunjukkan dengan nilai akademik yang

baik, 2) sekolah juga ingin memiliki prestasi dalam bidang non akademik seperti

kesenian dan olahraga, dan 3) dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah tetap

berpegang teguh kepada moral agama sehingga apa yang ingin di raih tetap

berlandaskan kejujuran, kebenaran dan kebaikan. Visi dan misi sekolah dipajang

pada dinding bagian luar ruang kepala sekolah dengan tujuan bisa dilihat oleh

setiap orang yang datang ke sekolah, namun dari hasil pengamatan di sekolah

tidak semua komponen sekolah memperhatikan dan hafal dengan visi dan misi

tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun visi dan misi telah dipajang

tetapi tidak efektif untuk membuat seluruh komponen sekolah memahaminya.

4.4 Kondisi Siswa

Jumlah siswa yang ada di SDN No 3 Bajarangkan terhitung cukup banyak

yakni 199 terdiri dari 6 jenjang kelas yakni kelas 1,2,3,4,5 dan 6, yang terbagi

dalam beberapa rombongan belajar. Rombongan belajar (rombel) adalah

kelompok peserta didik yang terdaftar pada satu satuan kelas (Permendiknas No.

24 Tahun 2007). Kelas 1 terdiri dari 1 rombel, kelas 2 terdiri dari 1 rombel, kelas

3 terdiri dari 1 rombel, kelas 4 terdiri dari 2 rombel, kelas 5 terdiri dari dua

rombel, dan kelas 6 terdiri dari 1 rombel. Gambaran mengenai jumlah siswa

berdasarkan jenis kelamin dan jenjang kelas ditampilkan pada tabel 4.1 di bawah

ini.

Page 66: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

47

Tabel 4.1 Kondisi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin dan Tingkatan Kelas

Tahun 2013/2014

Jenis Kelamin Tingkatan Kelas

Jumlah 1 2 3 4 5 6

L 19 15 17 8 22 15 96

P 22 19 12 15 21 14 103

Jumlah 41 34 29 23 43 29 199

Sumber ; SDN No 3 Banjarangkan 2014

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional ( Permendiknas) Nomor

41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, pada persyaratan proses pembelajaran

disebutkan batas maksimal peserta didik dalam satu rombel jenjang SD adalah 28

orang (Permendiknas No 41 Tahun 2007). Dilihat dari tabel 4.1 di atas

menunjukkan bahwa jumlah siswa per rombel di SDN 1 Banjarangkan berjumlah

di atas 28 orang, kecuali rombel kelas 4 dan 5 (karena kelas lima dibagi menjadi

2 rombel). Ini berarti bahwa capaian standar proses dilihat dari jumlah siswa

dalam satu rombel, SDN No 3 Banjarangkan belum memenuhi Standar Nasional

Pendidikan.

4.5 Kondisi Guru dan Pegawai Administrasi

SDN No 3 Banjarangkan memiliki 15 orang guru dan satu orang pegawai

administrasi. Pada pasal 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16

Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru

menyebutkan setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan

kompetensi guru yang berlaku secara nasional (Permendiknas No 16 Tahun

2007). Ketentuan kualifikasi pendidikan juga berlaku bagi pegawai administrasi

Page 67: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

48

sesuai dengan yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

24 Tahun 2008 tentang Standar Administrasi Sekolah/Madrasah. Pada pasal 1

ayat 2 peraturan ini menyebutkan untuk dapat diangkat sebagai tenaga

administrasi sekolah/madrasah seseorang wajib memenuhi standar tenaga

administrasi sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional. (Permendiknas No

24 Tahun 2008). Gambaran kondisi guru dan pegawai administrasi berdasarkan

kualifikasi pendidikan di SDN No 3 Banjarangkan dapat dilihat pada tabel 4.2

berikut.

Tabel 4.2 Kondisi Guru dan Pegawai Administrasi Berdasarkan

Kualifikasi Pendidikan

Kualifikasi Pendidikan Jumlah Guru Jumlah Pegawai

administrasi

S1/D4 13 0

D3 0 0

D2 2 0

D1 0 1

SMA 0 0

Jumlah 15 1

Sumber : SDN No 3 Banjarangkan Tahun 2014

Guru pada SD/MI, atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki

kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana

(S1) dalam bidang pendidikan SD/MI (D-IV/S1 PGSD/PGMI) atau psikologi

yang diperoleh dari program studi yang terakreditasi (Permendiknas No 16 tahun

2007). Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar guru di SDN No

3 Banjarangkan (sebanyak 13 orang) telah memenuhi kualifikasi pendidikan yang

disyaratkan, sedangkan 2 orang guru masih berkualifikasi D2 yang berarti perlu

ditingkatkan pendidikannya lagi agar memenuhi ketentuan.

Page 68: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

49

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2008 menyebutkan

pelaksana urusan administrasi umum untuk SD/MI/SDLB berpendidikan minimal

SMK/MAK/SMA/MA atau yang sederajat. Berdasarkan tabel 4.2 di atas tampak

bahwa kualifikasi pendidikan tenaga administrasi di SDN No 3 Banjarangkan

adalah D1 yang berarti telah melampaui yang disyaratkan dalam SNP.

4.6 Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pada ketentuan umum lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) No 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana

Sekolah/Madrasah Pendidikan Umum dinyatakan bahwa yang di maksud dengan

sarana adalah perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah, dan

prasarana adalah fasilitas dasar untuk menjalankan fungsi sekolah. Satu SD/MI

memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 6 rombongan

belajar dan maksimum 24 rombongan belajar (Permendiknas No 24 Tahun

2007). Sarana dan prasana menjadi dua hal yang saling melengkapi dalam

menjalankan proses belajar mengajar di sekolah. Ketersediaan sarana dan

prasarana yang dimiliki oleh SDN No 3 Banjarangkan dapat dijelaskan sebagai

berikut.

4.6.1 Sarana

Berdasarkan penjelasan di atas yang dikategorikan sebagai sarana adalah

buku, meja belajar siswa, meja guru, kursi siwa, kursi guru, dan lemari untuk

Page 69: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

50

menyimpan perlengkapan di kelas. Ketersediaan sarana harus memenuhi criteria

minimum yang ditetapkan dalam standar sarana dan prasarana.

Pada tahun ajaran 2013/2014 SDN No 3 Banjarangkan memiliki sejumlah buku

pelajaran yang dapat dilihat pada tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Ketersediaan Buku

No Judul Buku Untuk

Kelas

Jenis Buku Jumlah

Teks Penunjang Bacaan

1 Mari Belajar Matematika I s/d VI 13 25 - 38

2 Bahasa Indonesia I s/d VI 81 33 - 114

3 IPA I s/d VI 80 33 - 113

4 IPS I s/d VI 155 33 - 188

5 PPKn I s/d VI 66 38 - 104

6 Agama Hindu I s/d VI 102 - - 102

7 SBK I s/d VI 6 - - 6

8 Bahasa Bali I s/d VI - - - -

9 Bahasa Inggris I s/d VI 37 - - 37

10 Budi Pekerti I s/d VI 1 1 - 2

Sumber : SDN No 3 Banjarangkan 2013/2014

Buku adalah karya tulis yang diterbitkan sebagai sumber belajar. Buku

yang digunakan dalam proses belajar terdiri dari tiga jenis yakni buku teks

pelajaran, buku penunjang (buku referensi), dan buku bacaan (buku pengayaan).

Yang dimaksud dengan buku teks pelajaran adalah buku pelajaran yang menjadi

pegangan peserta didik dan guru untuk setiap mata pelajaran. Buku penunjang

(buku referensi) adalah buku rujukan untuk mencari informasi atau data tertentu,

dan buku bacaan (buku pengayaan) adalah buku untuk memperkaya pengetahuan

peserta didik dan guru (Permendiknas No 24 Tahun 2007).

Page 70: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

51

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa SDN No 3 Banjarangkan tidak

memiliki buku teks pelajaran untuk mata pelajaran Bahasa Bali bagi siswa kelas

I s/d VI. Buku penunjang untuk mata pelajaran Agama Hindu, Seni Budaya dan

Keterampilan (SBK), Bahasa Bali dan Bahasa Inggris juga belum tersedia. Buku

bacaan sama sekali belum ada, sehingga selama ini proses belajar mengajar

hanya mengandalkan buku teks pelajaran saja. Ketersediaan jumlah buku jika

dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada dikategorikan masih belum

memadai dan belum memnuhi syarat yang ditentukan oleh Permendiknas No 24

Tahun 2007 yang menyatakan bahwa jumlah buku teks pelajaran yang tersedia

adalah 1 eksemplar per mata pelajaran per siswa, buku referensi minimal 10 judul

per sekolah, dan buku bacaan 840 buku per sekolah ( Permendiknas No 24 Tahun

2007).

Sarana lain yang juga digunakan dalam proses belajar mengajar adalah

meja siswa, kursi siswa, meja guru, kursi guru, dan lemari. Gambaran mengenai

ketersediaan sarana ini dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Kondisi Perlengkapan Kelas

No Perlengkapan Kelas Kondisi

Jumlah Baik Rusak

1 Kursi siswa 80 20 100

2 Meja Siswa 80 20 100

3 Kursi guru 7 - 7

4 Meja Guru 7 - 7

5 Lemari Kelas 7 - 7

Sumber : SDN No 3 Banjarangkan 2013

Page 71: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

52

Jenis kursi dan meja siswa yang digunakan adalah kursi dan meja bentuk

memanjang yang bisa ditempati oleh dua siswa. Jumlah bangku yang tersedia

cukup memadai jika dibandingkan dengan jumlah siswa yang ada. Selain kursi

dan meja siswa, tiap kelas juga dilengkapi dengan satu buah meja dan kursi guru

serta lemari tempat menyimpan perlengkapan kelas. Ukuran kursi guru, meja

guru lebih besar dibandingkan dengan kursi dan meja siswa sehingga nyaman

untuk digunakan. Jumlah meja guru, kursi guru, dan lemari kelas yang tersedia

sudah memadai untuk 7 ruang kelas yang ada.

4.6.2 Prasarana

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007 mensyaratkan

sebuah SD sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut.

1. Ruang kelas

2. Ruang perpustakaan

3. Laboratorium IPA

4. Ruang pimpinan (kepala sekolah)

5. Ruang Guru

6. Tempat beribadah

7. Ruang UKS

8. Jamban

9. Gudang

10. Ruang sirkulasi

11. Tempat bermain/olahraga (Permendiknas No 24 Tahun 2007).

Kategori prasarana mencakup lahan, bangunan, ruang-ruang, dan instalasi

daya dan jasa wajib dimiliki oleh sekolah. SDN No 3 Banjarangkan berdiri di

atas lahan seluas 1000 m2 dengan status milik sendiri. Lahan sekolah

dimanfaatkan untuk bangunan gedung sekolah, halaman sekolah, dan tempat

ibadah. Bangunan gedung sekolah terdiri dari 3 blok yaitu blok utara, timur dan

Page 72: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

53

barat. Gedung pada blok bagian utara terdiri dari 4 ruangan yang masing-masing

difungsikan sebagai ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang informasi dan

teknologi (IT), dan sebuah ruang kelas.

Ruang kepala sekolah (ruang pimpinan) berada sejajar dengan ruang guru.

Fungsi ruang pimpinan adalah sebagai tempat melakukan kegiatan pengelolaan

sekolah, pertemuan dengan sejumlah kecil guru, orang tua murid, unsur komite

sekolah, petugas dinas pendidikan, atau tamu lainnya. Sesuai dengan ketentuan

minimum yang telah ditentukan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

Nomor 24 Tahun 2007, luas minimum ruang pimpinan 12 m2 dan lebar minimum

3m. Ruang pimpinan mudah diakses oleh guru dan tamu sekolah/madrasah, dapat

dikunci dengan baik. Ruang pimpinan dilengkapi dengan meja dan kursi

pimpinan, meja dan kursi tamu, lemari, papan stantistik (Permendiknas No 24

Tahun 2007). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, luas ruang Kepala

SDN No 3 Banjarangkan masih belum memadai dengan luas kurang dari 12m2.

Di ruangan tersebut juga terdapat meja dan kursi tamu, lemari kaca yang

dimanfaatkan untuk memajang piala dan surat penghargaan yang diperoleh dari

berbagai perlobaan yang pernah diikuti dan dijuarai.

Bersebelahan dengan ruang kepala sekolah adalah ruang guru. Ruang

guru adalah ruang untuk guru bekerja di luar kelas, beristirahat, dan menerima

tamu, baik peserta didik maupun tamu lainnya. Dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional disebutkan rasio minimum luas ruang guru 4 m2/pendidik

dan luas minimum 32 m2. Ruang guru juga harus mudah dicapai dari halaman

sekolah ataupun dari luar lingkungan sekolah, serta dekat dengan ruang kepala

Page 73: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

54

sekolah. Perlengkapan sarana penunjang yang juga harus tersedia di ruang guru

adalah kursi kerja dan meja kerja untuk masing-masing guru, serta lemari yang

bisa digunakan secara bersama-sama oleh para guru (Permendiknas No 24 Tahun

2007). Kondisi ruang guru di SDN No 3 Banjarangkan dapat dilihat pada gambar

4.4 di bawah ini.

Gambar 4.4 Ruang guru

(Dokumen : Ayu, Maret 2014)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan kondisi ruang guru SDN No 3

Banjarangkan belum memadai dengan luas ruangan yang kurang dari 32 m2.

Ruang guru yang bersebelahan dengan ruang kepala sekolah memudahkan

koordinasi antara kepala sekolah dan guru. Di ruang guru terdapat meja dan kursi

untuk masing-masing guru, meja dan kursi tamu, serta beberapa buah lemari.

Page 74: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

55

Di sebelah timur ruang guru terdapat ruang Informasi dan Teknologi (IT).

Meskipun dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007

tentang Standar sarana dan Prasarana Pendidikan tidak disebutkan ketentuan

tersedianya ruang IT untuk Sekolah Dasar, namun SDN No 3 Banjarangkan telah

memilikinya yang bisa dilihat pada gambar 4.5 di bawah ini.

Gambar 4.5 Ruang IT

(Dokumen : Ayu, Maret 2014)

Ruang IT disediakan secara swadaya oleh sekolah sejak tahun 2011. Di

ruang IT tersedia dua unit komputer yang sering digunakan oleh pegawai tata

usaha (TU) untuk mengetik dan mengerjakan administrasi sekolah. Selain dua

unit komputer, ruang IT juga sudah dipasangi jaringan internet sehingga sangat

membantu dan mempermudah dalam pelaksanaan pengisian instrumen EDS

online tahun 2013. Di sebalah timur ruang IT terdapat satu ruang kelas yang

digunakan sebagai tempat belajar kelas VI.

Page 75: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

56

Di deretan blok timur, ada tiga bangunan gedung yakni gedung yang

berguna sebagai ruang perpustakaan, gedung Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)

yang bersebelahan dengan kantin sekolah, dan gedung untuk ruang kelas.

Gedung perspustakaan terdiri dari satu ruang yakni ruang untuk perpustakaan,

yang bisa dilihat pada gambar 4.6 berikut.

Gambar 4.6 Ruang Perpustakaan

(Dokumen : Ayu, Maret 2014)

Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan

guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,

mengamati, mendengar, dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.

Luas minimum luas perpustakaan yang disyaratkan adalah sama dnegan luas satu

ruang kelas. Lebar minimum adalah 5 m. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela

untuk member pencahayaan yang memadai untuk membaca buku. Ruang

Page 76: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

57

perpustakaan terletak di bagian sekolah yang mudah dicapai. Perpustakaan juga

harus dilengkapi dengan sarana berupa buku teks pelajaran, buku panduan

pendidik, buku pengayaan, buku referensi dan sumber belajar lain. Harus

disediakan pula meja dan kursi tempat membaca, meja kerja untuk pengelola

perpustakaan, rak buku, rak majalah, dan rak surat kabar (Permendiknas No 24

Tahun 2007). Di lihat dari luas ruang perpustakaan yang ada di SDN NO 3

Banjarangkan sudah memadai namun dari segi kelengkapan sarana terutama buku

pengayaan, buku referensi, dan sumber belajar lainnya masih kurang.

Di sebelah timur gedung perpustakaan, terdapat bangunan ruang UKS

seperti yang ditampilkan pada gambar 4.7 di bawah ini.

Gambar 4. 7 Ruang UKS

(Dokumen : Ayu, Maret 2014)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007 mensyaratkan

sebuah SD harus memiliki ruang Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Ruang UKS

Page 77: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

58

berfungsi sebagai tempat untuk penanganan dini peserta didik yang mengalami

gangguan kesehatan di sekolah. Ruang UKS dapat digunakan sebagai ruang

konseling. Luas minimum ruang UKS 12m2. Ruang UKS juga harus dilengkapi

dengan sarana berupa tempat tidur, lemari, meja, kursi, catatan kesehatan

pendidik, termo meter badan, tensimeter, penimbang badan, pengukur tinggi

badan, peralatan P3K, selimut, dan tandu (Permendiknas No 24 Tahun 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan luas ruangan UKS belum

sesuai dengan batas minimum ketentuan Standar Sarana dan Prasarana

Pendidikan yakni 12m2, begitu pula ketersediaan sarana pendukungnya. Di ruang

UKS hanya tersedia sebuah tempat tidur kecil, lemari, dan perlengkapan P3K.

Ketersediaan sarana ini masih belum memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan

pada Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan.

Di sebelah timur ruang UKS ini terdapat sebuah kantin sekolah seperti

yang ditampilkan pada gambar 4.8 berikut.

Gambar 4.8 Kantin sekolah

(Dokumen : Ayu, Maret 2014)

Page 78: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

59

Ketersediaan kantin sekolah tidak termasuk ketentuan minimum Standar

Sarana dan Prasarana Pendidikan seperti yang dimuat Peraturan Menteri

Pendidikan Nomor 24 Tahun 2007. Banyak sekolah menyediakan kantin sekolah

sebagai tempat bagi siswa untuk membeli makanan dan minuman ketika sedang

berada di sekolah. Kantin SDN No 3 Banjarangkan dikelola dengan sistem sewa,

yaitu disewakan kepada masyarakat yang berminat berjualan tempat tersebut.

Sekolah cukup mengambil uang sewa tanpa perlu terlibat dalam menyediakan

hidangan yang akan dijual.

Di sebelah selatan gedung UKS terdapat sebuah gedung yang terdiri dari

3 buah ruangan kelas yang digunakan untuk ruang kelas 1, 2, dan 3. Terdapat

juga toilet (jamban) yang terdiri dari toilet untuk guru dan untuk siswa. Gambar

untuk gedung kelas ini ditampilkan pada gambar 4.9 berikut.

Gambar 4.9 Ruang Kelas 1,2 dan 3

(Dokumen : Ayu, April 2014)

Page 79: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

60

Selain tiga ruang kelas di deretan blok timur, juga terdapat deretan tiga

ruang kelas lainnya pada sebuah gedung di blok barat. Deretan tiga ruang kelas

itu digunakan sebagai tempat belajar kelas IV, Va, dan Vb. Salah satu ruang

kelas yang berada pada gedung blok barat yang digunakan sebagai ruang belajar

kelas Va ditampilkan pada gambar 4.10 berikut.

Gambar 4.10 Ruang Kelas Va

(Dokumen : Ayu, April 2014)

Ruang kelas adalah tempat kegiatan pembelajaran teori, praktik yang

tidak memerlukan peralatan khusus, atau praktik dengan alat khusus yang mudah

dihadirkan. Jumlah minimum ruang kelas sama dengan banyak rombongan

belajar. Kapasitas maksimum ruang kelas adalah 28 peserta didik. Rasio

minimum luas ruang kelas adalah 2 m2/peserta didik. Untuk rombongan belajar

dengan peserta didik kurang dari 15 orang, luas minimum ruang kelas adalah 30

m2. Lebar minimum ruang kelas adalah 5m. Ruang kelas memiliki jendela yang

Page 80: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

61

memungkinkan pencahayaan yang memadai untuk membaca buku dan untuk

memberikan pandangan ke luar ruangan. Ruang kelas memiliki pintu yang

memadai agar peserta didik dan guru dapat segera keluar ruangan jika terjadi

bahaya, dan dapat dikunci dengan baik saat tidak digunakan. Ruang kelas

dilengkapi sarana berupa kursi siswa dan meja siswa sejumlah siswa yang ada,

kursi dan meja guru, lemari, rak hasil karya peserta didik, alat peraga, jam

dinding, papan tulis, papan pajangan, tempat cuci tangan dan tempat sampah

(Permendiknas No 24 Tahun 2007).

Berdasarkan hasil pengamatan di SDN No 3 Banjarangkan rasio luas

ruangan kelas belum sesuai dengan ketentuan minimum Standar Sarana dan

Prasarana Pendidikan, namun luas tersebut sangat memadai karena jumlah siswa

yang ada untuk masing-masing rombel masih di bawah 28 orang. Dari segi sarana

pendukung juga masih belum lengkap, di kelas hanya terdapat kursi dan meja

siswa untuk seluruh siswa, kursi dan meja guru, papan tulis, papan pajangan,

lemari dan jam dinding. Untuk alat peraga tidak disimpan di kelas tetapi dibawa

oleh guru masing-masing.

Di antara gedung blok utara dan selatan terdapat halaman sekolah, yang

berguna sebagai tempat bermain siswa ketika jam istirahat. Peraturan Menteri

Pendidikan nasional No 24 Tahun 2007 menyebutkan bahwa rasio minimum luas

tempat bermain/berolahraga adalah 3 m2/peserta didik. Untuk SD/MI dengan

banyak peserta didik kurang dari 180, luas minimum tempat bermain

/berolahraga 540 m2 ( Permendiknas No 24 Tahun 2007). Halaman SDN No 3

Banjarangkan ditampilkan pada gambar 4.11 berikut.

Page 81: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

62

Gambar 4.11.Halaman Sekolah

(Dokumen : Ayu, April 2014)

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, luas halaman sekolah belum

memenuhi ketentuan minimum, namun kondisi ini tidak begitu berpengaruh

kepada siswa. Di sekitar halaman ditanami berbagai tumbuhan sehingga halaman

tampak begitu teduh dan asri.

Selain ruang terbuka untuk halaman sekolah, juga tersedia tempat

beribadah. Tempat beribadah berfungsi sebagai tempat warga sekolah melakukan

ibadah yang diwajibkan oleh agama masing-masing pada waktu sekolah. Banyak

tempat ibadah sesuai dengan kebutuhan tiap SD/MI, dengan luas minimum

12m2. Tempat beribadah dilengkapi sarana berupa rak untuk menyimpan

perlengkapan ibadah, perlengkapan ibadah, dan jam dinding (Permendiknas No

24 Tahun 2007).

Page 82: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

63

Mayoritas guru dan siswa yang ada di SDN No 3 Banjarangkan beragama

Hindu sehingga tempat beribadah yang ada adalah sebuah padmasana, seperti

yang tampak pada gambar 4.12 berikut ini.

Gambar 4.12 Tempat Ibadah

(Dokumen : Ayu, April 2014)

Padmasana berdiri di pojok timur laut pekarangan sekolah. Bentuk

pemujaan umat Hindu berbeda dengan umat lainnya, sehingga ketentuan luas

minimum dan sarana tempat beribadah yang telah diatur pada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No 24 Tahun 2007 tidak tepat untuk dijadikan ukuran.

Sesuai dengan yang tercantum pada visi dan misi sekolah bahwa kegiatan

belajar mengajar berlandaskan moral agama, maka setiap siswa sebelum

melangsungkan kegiatan belajar diwajibkan untuk sembahyang di padmasana

Page 83: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

64

dan Tri Sandya di ruang kelas. Gambaran yang lebih jelas mengenai keseluruhan

prasarana yang ada di SDN No 3 Banjarangkan dapat dilihat pada denah di

bawah ini.

R. Guru R. IT R. Kls VI

Tempat ibadah

R. Kepsek

Gerbang sekolah U R. Perpustakaan

R. Kls Va S Kantin

R. Kls Vb Halaman sekolah R. UKS

R. Kls IV

R. Kls I

R. Kls II

R. Kls III

jamban

Gambar 4.13 Denah SDN No 3 Banjarangkan

4.7 Prestasi Siswa

Prestasi yang diraih oleh SDN No 3 Banjarangkan tidak lepas dari upaya

pengembangan diri yang dilakukan oleh sekolah melalui kegiatan ektrakurikuler.

Page 84: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

65

Dalam Standar Isi disebutkan Kurikulum SD memuat 8 mata pelajaran, muatan

lokal, dan pengembangan diri. Mata pelajaran terdiri dari Pendidikan Agama,

Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan

Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampulan, dan Pendidikan

Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler

untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi

daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke

dalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan

pendidikan. Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh

oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta

didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan,

bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan

pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga

kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan

pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan

dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir

peserta didik (Permendiknas No 22 Tahun 2006). SDN No 3 Banjarangkan

menjalankan dengan baik ketiga muatan kurikulum tersebut sehingga mampu

berprestasi dalam berbagai bidang.

1. Prestasi dalam bidang akademik

1. Prestasi untuk tingkat kabupaten yaitu, Juara II Olimpiade Matematika

Tahun 2010 dalam rangka HUT ke 63 SMPN 1 Semarapura, Juara III

Olimpiade MIPA tingkat SD tahun 2013.

Page 85: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

66

2. Prestasi tingkat provinsi yaitu, Juara I Pembinaan Olimpiade MIPA Tahun

2010, Juara I Pembinaan MIPA tahun 2013.

3. Prestasi tingkat nasional yaitu Juara III Olimpiade MIPA pada tahun 2013.

2. Prestasi dalam bidang non akademis

1. Prestasi dalam bidang kesenian yakni Juara III Lomba Bercerita Tingkat

SD/MI se-Bali pada tahun 2011, Juara I Lomba Tari Pendet Porsenijar

Kecamatan Banjarangkan pada tahun 2012, Juara II Macepat Putra

Porsenijar Kecamatan Banjarangkan pada tahun 2012, Juara III Lomba

Mesatua Bali tahun 2012.

2. Prestasi dalam bidang olahraga adalah Juara I Lomba Catur Putri Tingkat

SD Kecamatan Banjarangkan pada tahun 2011, Juara I Lomba Senam

Tingkat SD dalam rangka HUT RI ke 67 tahun 2012, Juara I Lomba

Sepeda Hias tingkat SD Putra dalam rangka HUT RI ke 67 tahun 2012,

Juara III Lomba Senam Tingkat SD dalam rangka HUT Proklamasi

Kemerdekaan RI ke 68 Kecamatan Banjarangkan, Juara I Lomba Sepeda

Hias tingkat SD Putri dalam rangka HUT Proklamasi kemerdekaan RI ke

68 tahun 2013.

Pencapaian prestasi dalam bidang akademik maupun non akademik tidak

terlepas dari kerja keras guru membimbing siswa dalam kegiatan akademik dan

ekstrakurikuler yang disediakan di sekolah, yaitu seni tari, seni tabuh, catur,

mekidung/macepat, dan bulutangkis. Siswa yang memiliki kemampuan dalam

bidang akademis dibimbing lebih intensif oleh wali kelas maupun guru lainnya.

Setiap siswa juga diwajibkan memilih salah satu kegiatan ektrakurikuler sesuai

Page 86: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

67

dengan minat dan bakatnya. Salah satu lomba yang diikuti oleh siswa dalam

bidang seni dapat dilihat pada gambar 4.14 di bawah ini.

Gambar 4.14 Lomba Macepat Putra Tahun 2012

(Dokumen : SDN No 3 Banjarangkan, 2012)

Berbagai prestasi yang telah berhasil diraih oleh siswa siswi SDN No 3

Banjarangkan merupakan aplikasi visi sekolah yakni Unggul dalam Prestasi

Perolehan Nilai Akademik dan Non Akademik yang Berwawasan Seni dan

Budaya yang Berakar pada Moral Agama, yang diraih dengan menjalankan misi

meningkatkan kegiatan seni budaya dan olahraga, dan menyertakan siswa dalam

mengikuti berbagai lomba. Hal ini menunjukkan bahwa visi sekolah bukan hanya

sebuah slogan tetapi benar-benar dijalankan dengan tindakan nyata.

4.8 Hasil Evaluasi Diri Sekolah SDN No 3 Banjarangkan

SDN No 3 Banjarangkan telah menjadi piloting project program Evaluasi

Diri Sekolah (EDS) sejak tahun 2010. Dalam pencapaian 8 Standar Nasional

Page 87: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

68

Pendidikan (SNP) dari hasil pengisian instrumen EDS tahun 2010 menunjukkan

bahwa SDN No 3 Banjarangkan memiliki kelebihan (kekuatan) dalam

pencapaian Standar Proses dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), dan

kekurangan (kelemahan) masih terdapat pada Standar Sarana Prasarana, Standar

Isi, Standar Penialaian, Standar Pengelolaan, Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan serta Standar Pembiayaan (LPMP Prov. Bali, 2010:1-12).

Hasil pengisian instrumen EDS tahun 2011 menunjukkan pencapaian

Standar Sarana dan Prasarana adalah paling baik di SDN No 3 Banjarangkan

dengan capaian melebihi SNP, sedangkan Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan dan Standar Pembiayaan dengan tahap pengembangan masih

terbilang rendah. Kualifikasi pendidik yang rendah dan belum memadai adalah

indikator yang masih belum memenuhi SNP. Demikian pula halnya dengan

Perumusan Anggaran dan Belanja Sekolah (RAPBS) pada Standar Pembiayaan

juga menjadi kelemahan karena belum melibatkan pemangku kepentingan di

dalamnya (SDN 3 Banjarangkan,2011:1-105).

Tahun 2012 hasil EDS di SDN No 3 Banjarangkan menunjukkan

pebedaan yang signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. Seluruh standar yakni

Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasaran, Standar Pengelolaan,

Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian masih berada dibawah SNP (http://e-

eds.kemdikbud.go.id).

Tahun 2013 adalah tahun keempat SDN No 3 Banjarangkan melakukan

pengisian instrumen EDS yang dilakukan secara online (disebut EDS online).

Page 88: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

69

Hasilnya menunjukkan hanya Standar Penilaian dan Standar Pengelolaan yang

telah memenuhi SNP. Standar yang lainnya masih berada dibawah SNP dan

perlu dilakukan perbaikan ( SDN No. 3 Banjarangkan, 2013.p.1). Hasil pengisian

EDS online ini berbeda dengan hasil pengisian instrumen EDS online jenjang SD

untuk Kabupaten Klungkung secara keseluruhan. Capaian SNP untuk Kabupaten

Klungkung dilihat dari hasil pengisian instrumen EDS online 2013 menunjukkan

hanya pada standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) yang memenuhi

SNP, sedangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Isi, Standar Proses,

Standar Penilaian, dan Standar Pengelolaan masih belum memenuhi SNP (LPMP

Prov. Bali,2013.p.203). Hasil ini menunjukkan isian instrumen EDS online pada

SDN No 3 Banjarangkan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil

capaian SNP di Kabupaten Klungkung.

Perlu dijelaskan di sini, aplikasi pengukuran ketercapaian standar yang

digunakan untuk menentukan “status” memenuhi SNP berbeda-beda tiap

tahunnya. Hal ini menyesuaikan dengan aplikasi yang digunakan. Seperti telah

dijelaskan, tiap tahun jenis intrumen dan cara pengisian instrumen yang

digunakan berbeda-beda sehingga cara pengukurannya pun berbeda-beda. Namun

perbedaan instrumen dan alat ukur yang digunakan bukanlah menjadi ukuran

sebuah sekolah telah melakukan evaluasi diri dengan baik, melainkan lebih

diutamakan kepada proses pengisian intrumen dilakukan sesuai dengan petunjuk

pelaksanaan dan data yang diisi pada instrumen adalah data yang benar sesuai

dengan kondisi sekolah tanpa dibuat-buat untuk menjaga citra sekolah.

Page 89: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

70

BAB V

PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN EDS ONLINE

DI SDN NO 3 BANJARANGKAN

Praktik diartikan sebagai pelaksanaan secara nyata apa yang disebut

dalam teori (www.kamusbahasaindonesia.org). Praktik pengisian intrumen EDS

online mengacu kepada ketentuan yang telah ditetapkan dalam buku Pedoman

Pelaksanaan Penjaminan Mutu. Pada praktik pengisian instrumen EDS online di

SDN No 3 Banjarangkan ada tiga tahapan yang dilakukan yakni, persiapan teknis

dan sumber daya manusia, aktivasi akun, dan pengisian instrumen EDS online.

5.1 Persiapan Teknis dan Sumber Daya Manusia

Persiapan teknis dan sumber daya manusia merupakan tahapan pertama

yang harus dilakukan oleh sekolah, sebelum melangkah ke tahap selanjutnya.

Persiapan teknis pada dan sumber daya manusia akan dibedakan dan dijelaskan di

bawah ini.

5.1.1 Persiapan Teknis

Persiapan teknis yang dimaksud adalah persiapan sarana dan prasarana

yang mendukung praktik pengisian instrumen EDS online. Persiapan teknis

terdiri dari persiapan komputer beserta jaringan internet, persiapan akun, dan

persiapan dokumen pendukung yang diperlukan dalam pengisian instrumen di

sekolah. Berbeda dengan tahun 2012, pelaksanaan EDS tahun 2013 dilakukan

Page 90: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

71

dengan pendekatan transaksi realtime berbasis internet. Pengisian instrumen

dilakukan pada saat responden (guru, siswa, kepala sekolah) terkoneksi dengan

situs http://padamu.kemdikbud.go.id. Proses pelaksanaan EDS secara online

dilakukan untuk meningkatkan efisiensi waktu dan sumber daya dengan asumsi

semakin banyak jumlah satuan pendidikan yang telah memiliki fasilitas teknologi

informasi dan komunikasi (TIK) seperti komputer, laptop, dan internet, serta

semakin berkembang dan stabilnya jaringan komunikasi data di seluruh Indonesia

(BPSDMPK-PMP, 2013: 16).

Pertama, persiapan sarana dan prasarana pendukung. Dalam penyediaan

sarana dan prasarana, SDN No 3 Banjarangkan telah memiliki dua unit komputer

yang layak pakai, dan jaringan internet. Seperangkat alat ini ditempatkan di ruang

IT yang sekaligus menjadi tempat operator sekolah bekerja. Selain dua perangkat

komputer, operator sekolah dan beberapa guru juga telah memiliki laptop yang

bisa digunakan untuk melakukan pengisian instrumen EDS online. Dapat

dikatakan, proses pengisian instrumen EDS online tidak terpaku kepada dua

komputer yang tersedia tetapi juga bisa menggunakan laptop. Demikian pula

dengan jaringan internet, tidak terpaku dengan jaringan internet yang ada di

sekolah melainkan bisa menggunkan modem yang dimiliki secara individu.

Secara kuantitas dan kualitas ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sudah

sangat memadai, dengan demikian proses pengisian instrumen EDS online tidak

saja bisa dilakukan di sekolah tetapi bisa dilakukan dirumah masing-masing

asalkan memiliki komputer/laptop dan ada jaringan internet.

Page 91: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

72

Kedua adalah mempersiapkan akun. Akun, disediakan oleh layanan

PADAMU NEGERI, pada website http://padamu.kemdikbud.go.id. PADAMU

NEGERI merupakan singkatan dari Pangkalan Data Penjaminan Mutu

Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia, adalah sebuah Layanan Sistem

Informasi Terpadu Online yang dibangun oleh Badan Pengembangan Sumber

Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan – Penjaminan Mutu Pendidikan

(BPSDMPK-PMP). PADAMU NEGERI dibangun sebagai pusat layanan terpadu

yang bersumber dari/ke sistem transaksional BPSDMPK-PMP Kemdikbud

lainnya, meliputi Evaluasi Diri Sekolah (EDS), Nomor Unik Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (NUPTK), Sertifikasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PTK), dan Diklat PTK (BPSDMPK-PMP,2013: 3).

Untuk mengembangkan aplikasi PADAMU NEGERI, BPSDMPK-PMP

bekerjasama dengan Telkom. Selama ini Telkom telah memiliki aplikasi yang

disebut SIAP online. Aplikasi ini memiliki beberapa layanan di antaranya adalah

Sistem Informasi Managemen (SIM), PPDB (Penerima Peserta Didik Baru)

online, pembuatan website sekolah, jejaring sosial dan lainnya. Semua layanan

tersebut ada yang bersifat gratis dan ada juga yang berbayar. PADAMU

NEGERI dibangun menggunakan platform SIAP online, artinya menu-menu

PADAMU NEGERI dan SIAP online terintegrasi menjadi satu. Dengan demikian

ketika operator sekolah sudah melakukan aktivasi akun PADAMU NEGERI

maka secara otomatis sekolah mendapatkan layanan SIAP online dari pihak

Telkom. Berkaitan dengan program EDS online, SIAP online yang diberikan

bersifat grastis (BPSDMPK-PMP,2013:3).

Page 92: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

73

Pada layanan PADAMU NEGERI, tersedia 4 (empat) tipe akun yang

yang terdiri dari akun institusi, akun individu publik, akun individu institusi, dan

akun admin/operator institusi. Pertama akun institusi, merupakan akun yang

bersifat tetap mengikat pada institusi. Tidak bisa dihapus/dinonaktifkan. Akun

institusi dapat didelegasikan kepada individu yang ditunjuk oleh pimpinan

institusi. Format akun institusi adalah merupakan angka kode institusi yang

diberikan oleh sistem SIAP online. Akun institusi sekolah (akun sekolah)

berisikan kode institusi, yang dibagikan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten ke

sekolah-sekolah. Kedua akun individu publik, akun ini bersifat personal publik

tidak terkait dengan institusi manapun. Untuk mendaftar dan mengaktifkan akun

ini dilakukan melalui layanan SIAP Komunitas pada www.siapku.com (berbasis

email individu). Ketiga akun individu institusi, merupakan akun yang bersifat

personal bagi para anggota resmi yang terikat dengan institusi. Akun individu

institusi diterbitkan oleh admin/operator institusi terkait. Format akun ini berupa

angka kode individu institusi yang diberikan oleh sistem SIAP online. Angka

kode individu untuk PTK dan siswa yang tercetak pada Surat Aktivasi Akun

yang diberikan oleh operator/admin sekolah kepada masing-masing PTK dan

siswa yang menjadi responden. Keempat akun admin/operator institusi,

merupakan akun individu publik atau akun individu institusi yang didaftarkan

dan diberikan hak akses sebagai anggota grup admin/operator pada institusi oleh

pengelola akun institusi BPSDMPK-PMP,2013: 4-6).

Pada pelaksanaan program EDS online ini khususnya dalam lingkup

sekolah hanya digunakan 3 tipe akun, yakni akun sekolah, akun operator sekolah

Page 93: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

74

dan akun individu (akun kepala sekolah, guru, dan siswa). Akun sekolah

diberikan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung.

Akun operator sekolah diperoleh setelah mendaftarkan di layanan SIAP online.

Untuk kepala sekolah dan guru, mereka akan mendapatkan akun individu setelah

sebelumnya melakukan verifikasi dan validasi (VerVal) data NUPTK yang

disebut dengan VerVal Level 1. Seperti telah disebutkan, pelaksanaan program

EDS tahun 2013 terintegrasi dengan pendataan NUPTK , karenanya dalam proses

pengisian instrumen EDS online untuk kepala sekolah dan guru yang sering

disebut dengan pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) berbasis kepada

NUPTK.

NUPTK merupakan kode identitas unik yang diberikan kepada seluruh

pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (staf) di seluruh satuan pendidikan

(sekolah) di Indonesia. NUPTK dibangun oleh Direktorat Peningkatan Mutu

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) Depdiknas tahun 2006. Seiring

dengan program reformasi birokrasi, NUPTK sejak tahun 2011 dikelola oleh

Sekretariat Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP) Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan Negara Republik Indonesia.

Dalam perkembangannya NUPTK menjadi syarat utama yang harus

dimiliki oleh seluruh PTK se-Indonesia untuk dapat mengikuti program-program

kementerian seperti sertifikasi PTK, Uji Kompetensi PTK, Diklat PTK, dan

berbagai tunjangan PTK. BPSDMPK-PMP yang bertanggungjawab sepenuhnya

terhadap pengelolaan NUPTK memiliki kepentingan terhadap pelaksanaan

Page 94: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

75

verifikasi dan validasi ulang NUPTK 2013 dalam rangka meningkatkan

penjaminan mutu pendidikan nasional khususnya para PTK. Dengan adanya

peran aktif PTK dalam melaksanakan program VerVal NUPTK periode 2013 ini

BPSDMPK-PMP dapat membantu peningkatan mutu para PTK dengan lebih

obyektif, transparan, akurat, dan berkesinambungan (BPSDMPK-PMP,2013:3).

Bentuk integrasi pendataan NUPTK dan EDS online dapat dilihat pada gambar

5.1 di bawah ini.

Gambar 5.1 Integrasi pelaksanaan NUPTK dan EDS

( Sumber : BPSDMPK-PMP, 2013 )

Page 95: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

76

Meskipun program EDS ini berbasis NUPTK, bukan berarti kepala

sekolah maupun guru yang belum memiliki NUPTK luput dari proses pengisian

EDS online. Seluruh kepala sekolah dan guru yang ada di sekolah baik yang

telah memiliki NUPTK atau belum wajib melakukan pengisian instrumen EDS

online. Bagi kepala sekolah maupun guru yang telah memiliki NUPTK ada

beberapa langkah yang dilakukan untuk VerVal Level 1, sesuai dengan alur

berikut.

Gambar 5.2 Alur VerVal Level 1.

(Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id)

Page 96: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

77

Alur di atas berlaku untuk kepala sekolah atau guru yang telah memiliki

NUPTK. Proses VerVal Level 1 diawali dengan pengunduhan formulir yang

tersedia pada http://padamu.kemdikbud.go.id dengan memasukkan kata kunci

nama kepala sekolah/guru atau NUPTK. Bila kepala sekolah/guru tidak

mengalami perpindahan tempat bertugas, atau yang dari awal bertugas di sekolah

induk langsung mengunduh formulir A01, sedangkan bagi yang mengalami

perubahan mengunduh formulir A02 atau A03 sesuai dengan keperluan. Bagi

kepala sekolah atau guru yang mengunduh formulir A02 atau A03 melakukan

perbaikan dan pemuktahiran data sesuai dengan kondisi terkini. Setelah formulir

A02 atau A03 tersebut dilengkapi diserahkan ke operator Dinas Pendidikan

Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung. Untuk di SDN No 3 Banjarangan,

formulir A02 dan A03 dikumpulkan ke sekolah, selanjutnya operator sekolah

yang membawa ke kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Klungkung diserahkan kepada operator kabupaten. Tujuan pengumpulan ini

adalah untuk menghindari ada formulir dari guru yang tercecer atau tidak

terverifikasi. Setelah semua formulir diverifikasi dan divalidasi oleh Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung, akan mendapatkan

formulir A01. Untuk kepala sekolah atau guru yang sejak awal memperoleh

formulir A01, tidak perlu melakukan verifikasi ke Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Klungkung, cukup mendapat pengesahan dari kepala

sekolah. Formulir A01 tersebut dengan melampirkan dokumen pendukung di

serahkan kepada operator sekolah untuk dilaksanakan entri data, seperti yang

tampak pada gambar alur berikut.

Page 97: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

78

Gambar 5.3 Alur verifikasi dan validasi formulir A01

(Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id)

Operator sekolah segera melakukan pengecekan setelah mendapatkan

formulir A01 dari kepala sekolah dan guru. Bila semua data dan dokumen

Page 98: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

79

pendukung telah lengkap, operator sekolah segera mencetak surat tanda bukti

Verval Level 1 ( S02b) yang diserahkan kepada kepala sekolah dan guru. Surat

tanda bukti VerVal Level 1 ini berisi kode aktivasi akun dan sebagai bukti bahwa

data sudah di entri oleh operator sekolah dan status NUPTK menjadi “Sementara

Aktif”.

Bagi kepala sekolah atau guru yang tidak memiliki NUPTK bisa

memperoleh surat aktivasi akun dengan menggunakan Peg ID. Peg ID merupakan

identitas sementara untuk guru yang memiliki fungsi sama dengan NUPTK. Cara

memperoleh Peg ID adalah dengan cara mendaftar di layanan SIAP online. Alur

yang harus dijalani berbeda dengan kepala sekolah atau guru yang telah memiliki

NUPTK, namun pada pembahasan ini hal tersebut tidak dibicarakan sebab

mengacu kepada hasil penelitian kepala sekolah dan seluruh guru yang ada di

SDN No 3 Banjarangkan telah memiliki NUPTK.

Dari hasil pengamatan di lapangan, alur VerVal 1 ini menimbulkan

keluhan dari beberapa guru, seperti yang terungkap dari hasil wawancara berikut.

“Terlalu banyak yang harus dilengkapi buk, sekarang ini kita kan berpikir

kalau guru itu kerjanya kan ngajar, belum lagi harus bikin administrasi

dan lainnya, misalnya RPP, juga silabus yang nanti akan dijadikan bahan

supervisi sama ibu kepala sekolah” (Indah, wawancara 25 Maret 2014).

Penuturan serupa juga diungkapkan oleh guru lainnya yang mengatakan

sebagai berikut.

“Kita kan guru kelas kecil jadi kadang waktu kita gak sempat. Tapi

gimana yang namanya tugas tetap harus dijalani” (Suarthini, 25 Maret

2014).

Dari pernyataan kedua guru di atas nampak bahwa mereka merasa

terbebani dengan prosedur yang harus dilakukan. Guru SD sebagian besar adalah

Page 99: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

80

guru kelas, yang berarti mereka harus mengajar dan bertanggungjawab sebagai

wali kelas selama satu hari penuh. Berbeda dengan guru pada jenjang SMP atau

SMA/SMK yang rata-rata merupakan guru mata pelajaran (mapel) yang hanya

mengajar 2 – 4 jam pada satu kelas. Perbedaan peran ini mempengaruhi jumlah

waktu luang yang dimiliki oleh guru untuk melengkapi dokumen-dokumen yang

diperlukan dalam VerVal. Guru SD memiliki waktu luang yang lebih sedikit

daripada guru pada jenjang di atasnya.

Keluhan-keluhan yang disampaikan oleh guru di atas merupakan wujud

resistensi terhadap program EDS yang dirasakan memberatkan. James C. Scott

menyatakan resistensi merupakan bentuk penolakan diam-diam yang diistilahkan

sebagai hidden transcript . Resistensi ini diwujudkan dalam bentuk keluhan-

keluhan yang hanya bisa mereka ungkapkan dalam hati maupun dengan teman-

teman sesama guru di sekolah. Resistensi menjadi pilihan karena penolakan

secara terbuka tidak mungkin dilakukan (reviewgersos.blogspot.com).

Pembuatan surat aktivasi akun siswa tidak serumit kepala sekolah atau

guru. Siswa yang menjadi responden tidak perlu melakukan VerVal data,

operator sekolah cukup mendaftarkan nama-nama siswa di layanan PADAMU

NEGERI. Apabila nama dan identitas pribadi siswa telah terdaftar, operator

sekolah mencetak surat aktivasi akun yang berisikan SIAP ID dan password.

Setelah seluruh responden memperoleh surat aktivasi akun, mereka dinyatakan

siap untuk login ke layanan PADAMU NEGERI dan melakukan pengisian data

pribadi dan instrumen EDS online.

Page 100: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

81

Persiapan ketiga adalah mempersiapkan dokumen pendukung yang

diperlukan pada saat pengisian instrumen EDS online. Sebagai bentuk

akuntabilitas terhadap pelaksanaan EDS, petugas harus menginformasikan

kepada sekolah untuk menyiapkan berbagai dokumen pendukung seperti RKS,

kurikulum, RPP, pedoman-pedoman pembelajaran dan penilaian, peraturan

menteri yang mengacu kepada penjaminan mutu dan SNP. Kelengkapan

dokumen pendukung tersebut menjadi acuan dalam proses verifikasi dan validasi

hasil isian EDS melalui kegiatan kunjungan langsung oleh pengawas sekolah atau

LPMP (BPSDMPK-PMP, 2013: 41).

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, SDN No 3 Banjarangkan

belum memiliki dokumentasi yang baik. Selain itu sekolah juga tidak

mempersiapkan dokumen peraturan menteri yang mengacu kepada panjaminan

mutu dan SNP. Tindakan yang tidak mempersiapkan dokumen pendukung untuk

pengisian instrumen EDS online ini juga bisa dikatakan sebagai resistensi.

Berbeda dengan keluhan-keluhan di atas yang hanya diungkapkan dalam hati dan

dengan sesama guru, perlawanan yang ditunjukkan disini diwujudkan dalam

bentuk perilaku tidak mempersiapkan dokumen pendukung. Terjadinya perilaku

ini sebagai akibat dari terbatasnya tenggang waktu yang diberikan oleh layanan

PADAMU dalam mengisi instrumen EDS online. Waktu yang singkat tidak

memungkinkan sekolah untuk mempersiapkan dokumen dalam waktu segera.

Page 101: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

82

5.1.2 Persiapan Sumber Daya Manusia

Persiapan sumber daya manusia (SDM) dalam rangka pelaksanaan

program EDS khususnya pengisian instrumen EDS online ini terbagi menjadi dua

yaitu persiapan SDM pemetaan dan responden (kepala sekolah, guru, dan siswa

yang akan mengisi EDS online). Pertama, persiapan SDM pemetaan.

Keberhasilan program EDS khususnya dalam pengisian instrumen EDS online,

diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang memadai dalam arti memahami

tentang EDS dan penjaminan mutu, serta menguasai TIK. Ada beberapa

komponen SDM yang akan terlibat langsung dalam pelaksanaan program EDS

ini yakni operator LPMP, operator tingkat kabupaten, operator tingkat

kecamatan, pengawas sekolah, dan operator sekolah.

Sebagai langkah awal mempersiapkan SDM pemetaan yang memiliki

kualitas, LPMP Provinsi Bali melaksanakan kegiatan pembekalan yang disebut

dengan Capacity Building (CB) kepada pengawas sekolah serta operator, yang

terdiri operator tingkat kabupaten dan kecamatan. Pelaksanaan CB ini sangat

penting dilakukan terutama untuk mematangkan kesiapan pengawas sekolah

dalam melaksanaan pendampingan di sekolah, seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Seksi Pemetaan Mutu dan Supervisi, Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) Provinsi Bali berikut ini.

“Kegiatan capacity building (CB) ini sebenarnya lebih ditekankan kepada

peningkatan kapasitas pengawas sekolah. Karena apa ? Banyak dari

pengawas-pengawas kita yang belum memiliki pengetahuan dan

pemahaman yang baik tentang penjaminan mutu itu. Bila pengawas

belum paham akan sulit dia mengibaskan kepada sekolah binaan yang ada

di wilayahnya. Apalagi tahun ini kita menggunakan instrumen yang

berbeda dengan tahun sebelumnya. Tahun ini kita total menggunakan

instrumen online yang terhubung secara realtime, jadi pada CB inilah kita

Page 102: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

83

pacu mereka untuk belajar menggunakan aplikasi yang dibantu oleh

operatornya kabupaten maupun kecamatan masing-masing” (Gusti Ayu

Sriati,wawancara 5 Mei 2014).

Pelaksanaan CB untuk pengawas sekolah dan operator

kabupaten/kecamatan dilaksanakan dalam waktu yang bersamaan dengan materi

yang disampaikan sebagai berikut.

1. Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan

2. Penjaminan Mutu Pendidikan dan Strategi Pemenuhan Standar Pelayanan

Minimal (SMP) dan Standar Nasional Pendidikan (SNP)

3. Mekanisme Pelaksanaan Pemetaan Mutu

4. Instrumen Pemetaan Mutu

5. Penggunaan Aplikasi Sistem PADAMU NEGERI

6. Pemanfaatan Hasil Pemetaan Mutu

7. Penyusunan Rencana Tindak Lanjut (BPSDMPK-PMP,2013:33)

Masing-masing materi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. 1)

Kebijakan penjaminan mutu pendidikan merupakan komitmen pemerintah dalam

upaya melakukan penjaminan mutu pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional No. 63 Tahun 2009. 2) Penjaminan mutu pendidikan dan

strategi pemenuhan SNP merupakan pemaparan mengenai konsep penjaminan

mutu pendidikan secara umum yang meliputi pemenuhan SNP, kaitan Evaluasi

Diri Sekolah dengan penjaminan mutu, dan manfaat evaluasi diri dalam upaya

peningkatan mutu dan membangun budaya mutu. 3) Mekanisme pelaksanaan

pemetaan mutu merupakan prosedur/mekanisme pelaksanaan pemetaan mutu di

sekolah mulai dari pembekalan sampai pada pelaporan pemetaan mutu. 4)

Instrumen pemetaan mutu berisi tentang pengenalan instrumen pemutahiran

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) dan instrumen pemetaan mutu versi

2013, serta cara pengisian instrumen. 5) Penggunaan aplikasi PADAMU

NEGERI merupakan pengenalan sistem PADAMU NEGERI agar pengawas

Page 103: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

84

maupun operator sekolah mampu mengoperasikan aplikasi PADAMU NEGERI

dan mengimbaskannya di sekolah binaan masing-masing. 6) Pemanfaatan hasil

pemetaan mutu merupakan pemaparan tentang pemanfaatn hasil pemetaan mutu

bagi satuan pendidikan dan pemerintah kabupaten/kota. 7) Penyusunan rencana

tindak lanjut, pengawas sekolah diharapkan menyusun rencana kerja yang akan

diimplementasikan di sekolah binaannya masing-masing sehingga pelaksanaan

pengisian instrumen EDS online bisa berjalan dengan lancar (BPSDMPK-PMP,

2013:35).

Pada kegiatan CB ini terlihat terjadinya sebuah proses internalisasi yang

dilakukan oleh pemerintah terhadap pengawas dan operator kabupaten maupun

kecamatan. Internalisasi merupakan proses penanaman nilai ke dalam jiwa

seseorang sehingga nilai tersebut tercermin dari perilaku yang ditampakkan

(zangpriboemi.blogspot/2014). Setelah mengikuti CB di LPMP Provinsi Bali,

pengawas sekolah dan operator memiliki pemahaman yang benar tentang EDS

dan mampu menjalankan tugasnya di sekolah. Seorang pengawas sekolah

diharapkan mampu melakukan hal-hal sebagai berikut.nga Dengan enyim internalis

1. Melaksanakan pendampingan proses pemetaan mutu pendidikan di sekolah

2. Memandu dan mengarahkan sekolah dalam pengisian instrumen eds

3. Memastikan setiap sekolah memenuhi target instrumen EDS

4. Melakukan visitasi ke setiap sekolah untuk melakukan Verifikasi dan

Validasi (VerVal) fisik hasil isian EDS online yang ada di sistem aplikasi

(BPSDMPK-PMP,2013:27)

Tugas operator kabupaten maupun kecamatan lebih kepada masalah

teknis. Operator kabupaten bertugas mengaktifkan akun login ke sistem,

memonitor proses aktivasi akun setiap sekolah, dan memandu sekolah dalam

pelaksanaan pemetaan mutu pendidikan di sekolah. Operator kecamatan memiliki

Page 104: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

85

tugas mengaktifkan akun login ke sistem, membantu distribusi surat aktivasi akun

sekolah, membantu proses aktivasi akun sekolah di wilayahnya, dan membantu

dan mengarahkan para operator sekolah dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawab operasional sistem (BPSDMPKPMP,2013:25). Operator sekolah

merupakan orang yang ditunjuk dan dipercaya oleh kepala sekolah untuk

melakukan pengisian data dan membantu secara teknis bila kepala sekolah serta

para guru melakukan VerVal data NUPTK.

Kedua, adalah persiapan responden. Responden di SDN No 3

Banjarangkan adalah Kepala Sekolah SDN No 3 Banjarangkan, 15 orang guru,

dan 57 orang siswa, dimana syarat jumlah responden siswa yang ditentukan buku

pedoman antara 30 – 60 orang (BPSDMPK-PMP,2013:25). Responden siswa

diambil dari siswa kelas Va (30 orang) dan Vb (27 orang) dengan alasan hanya

kelas tersebut yang memenuhi jumlah yang disyaratkan. Secara kuantitas

persiapan untuk responden di SDN No 3 Banjarangkan sudah sangat memadai.

5.2 Aktivasi Akun

Ada tiga jenis akun yang harus diaktivasi di sekolah, yakni akun sekolah,

akun PTK (guru dan kepala sekolah), dan akun siswa. Setelah mendapatkan surat

aktivasi akun PADAMU dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Klungkung, akun pertama yang harus diaktivasi adalah akun institusi

sekolah agar SDN No 3 Banjarangkan bisa menggunakan layanan ini. Surat

aktivasi akun menyertakan UserID dan Kode Aktivasi. Aktivasi terhadap akun

sekolah ini dilakukan oleh operator sekolah yang sekaligus bertanggungjawab

Page 105: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

86

atas terkoneksinya sekolah pada layanan PADAMU NEGERI. Langkah-langkah

yang harus diikuti untuk melakukan aktivasi akun sekolah adalah sebagai berikut.

1. Membuka layanan SIAP online seperti gambar 5.4 berikut.

Gambar 5.4 Halaman SIAP online untuk aktivasi akun

( Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id )

Pada layanan tersebut, terdapat beberapa menu pilihan yaitu login LPMP,

login Disdik, login Sekolah, dan Aktivasi Akun Sekolah. Di antara pilihan

menu tersebut operator sekolah harus memilih menu Aktivasi Akun Sekolah,

Page 106: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

87

maka akan muncul halaman Aktivasi Akun Sekolah seperti yang terlihat pada

gambar 5.5 di bawah ini.

2. Halaman Aktivasi Akun Sekolah

Gambar 5.5 Halaman Aktivasi Akun Sekolah

( Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id )

3. Pada halaman aktivasi akun sekolah, operator sekolah memasukkan SIAP

ID serta kode aktivasi yang diberikan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Klungkung.

4. Melakukan penggantian kode aktivasi dengan password baru untuk

melindungi akun sekolah dari orang-orang yang tidak bertanggungjawab.

5. Melakukan pengisian data pengelola akun sekolah (data operator sekolah)

yang dilanjutkan dengan pengisian data profil sekolah. Untuk memberikan

Page 107: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

88

gambaran lokasi sekolah, operator juga harus memilih koordinat lokasi

yang telah disediakan oleh sistem.

6. Setelah semua data terisi dan telah dilakukan konfirmasi pada sistem, akun

sekolah dinyatakan telah terdaftar dan bisa melakukan login pada layanan

PADAMU NEGERI, dan profil sekolah akan tampak seperti gambar 5.6

berikut.

Gambar 5.6 Profil SDN No 3 Banjarangkan

( Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id )

Pengisian data yang dilakukan secara real time pada sistem aplikasi

seringkali tidak terhindar dari “error system”, sehingga terjadi ketidak sesuaian

antara data yang diisi dengan yang terekam pada sistem aplikasi. Seperti pada

profil SDN No 3 Banjarangkan di atas, terlihat adanya perbedaan jumlah guru

Page 108: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

89

yang tercatat di sistem aplikasikasi dengan realitas di sekolah. Jumlah guru yang

terlihat pada sistem menunjukkan jumlah 30 orang sedangkan realitasnya hanya

ada 15 orang guru. Hal ini dikarenakan karena gangguan pada sistem ketika

pengiriman data pertama, sehingga operator mengirim ulang untuk yang kedua

kalinya. Oleh sistem data terbaca menjadi dua kali pengiriman sehingga jumlah

guru yang tercatat menjadi 30 orang guru. Dalam penelitian ini tetap berpedoman

kepada data riil yang ada di sekolah yakni sebanyak 15 orang guru.

Akun kedua yang diaktifkan adalah akun PTK ( kepala sekolah dan guru).

Kepala sekolah dan guru yang telah melengkapi formulir A01 dan telah

memperoleh surat tanda bukti VerVal Level 1 wajib melakukan aktivasi akun

dengan menggunakan NUPTK dan kode aktivasi yang tertera pada surat tersebut.

Dari hasil pengamatan di lapangan, kepala sekolah dan 15 guru di SDN No 3

Banjarangkan telah memiliki surat tanda bukti VerVal Level 1, hal ini

menunjukkan kerja keras operator sekolah yang telah membantu sehingga seluruh

guru dan kepala sekolah telah menyelesaikan prosedur dan melengkapi formulir

A01. Setelah memiliki surat bukti aktivasi akun kepala sekolah dan guru wajib

melakukan aktivasi akunnya masing-masing. Langkah-langkah yang harus diikuti

untuk melakukan aktivasi akun sesuai buku pedoman pemetaan adalah sebagai

berikut.

Page 109: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

90

1. Membuka halaman SIAP online dan memilih menu aktivasi akun PTK dan

akan muncul seperti gambar 5.7 berikut.

Gambar 5.7 Halaman aktivasi akun PTK

(Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id)

2. Memasukkan NUPTK/PegID dan kode aktivasi yang tercantum pada lembar

surat tanda bukti verval level 1 (yang disebut juga surat aktivasi akun)

masing-masing PTK.

3. Melakukan pengisian data pribadi PTK. Jika PTK melakukan aktivasi secara

mandiri pada tahap inilah kesempatan untuk memeriksa biodata diri sendiri

serta data login username dan password (BPSDMPK-PMP,2013:33).

Page 110: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

91

Di dalam buku Pedoman Pemetaan Mutu yang dikeluarkan oleh

BPSDMPK-PMP disebutkan PTK melakukan aktivasi akun (BPSDMPK-PMP,

2013:12). Hal berarti masing-masing responden khususnya PTK melakukan

aktivasi akun masing-masing dengan terkoneksi langsung dengan layanan

PADAMU NEGERI. Dari hasil pengamatan di SDN No 3 Banjarangkan, aktivasi

akun kepala sekolah dan guru tidak dilakukan sendiri melainkan dilakukan oleh

operator sekolah. Kepala sekolah dan guru mengisi data pribadi pada formulir

cetak yang sudah disediakan oleh operator. Selanjutnya operator memasukkan

data tersebut ke dalam sistem. Operator sekolahlah yang melakukan pemeriksaan

data pribadi milik kepala sekolah dan guru, termasuk merubah password akun

mereka. Hal serupa terjadi pada proses aktivasi akun siswa. Dikarenakan siswa

belum menguasai komputer, operator sekolah yang memasukkan data manual

yang telah diisi oleh siswa.

Pada proses aktivasi akun ini guru maupun siswa hanya mengikuti dan

melengkapi apa yang disuruh oleh operator. Hakekat pendidikan menurut Paulo

Freire adalah “proses memanusiakan manusia kembali”. Gagasan ini berangkat

dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan sosial, politik, ekonomi, dan budaya

membuat masyarakat mengalami proses dehumanisasi (Topatimasang,R.

dkk.2010:xvi). Hal ini diasumsikan bahwa tidak ada masalah dengan sistem yang

digunakan, masalah treletak pada sikap, pengetahuan, dan keterampilan

responden menggunakan komputer. Dalam pola ini proses aktivasi akun lebih

memfokuskan kepada bagaimana membuat sistem (layanan PADAMU NEGERI)

Page 111: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

92

di sekolah bisa bekerja, dan mengesampingkan komitmen guru dan siswa

terhadap sistem tersebut.

5.3 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online

Alat yang digunakan dalam kegiatan EDS ini adalah sebuah instrumen

yang disebut dengan instrumen EDS. Oleh karena pada tahun 2013 ini pengisian

instrumen dilakukan secara online, maka disebut dengan instrumen EDS online.

Instrumen EDS online ini merupakan hasil perbaikan dan pembaruan terakhir

yang dilakukan oleh Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan

dan Kebudayaan Pusat Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP),

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak tahun 2010, instrumen EDS

telah 4 kali mengalami perbaikan, dari segi bentuk, isi maupun cara

pengisiannya. Bentuk instrumen EDS yang digunakan pada tahun 2010 masih

berupa hardcopy, instrumen dicetak kemudian diberikan kepada sekolah untuk

mengisi. Instrumen tahun ini mencakup 8 SNP dengan komponen masing-masing

standar berbeda-beda. Standar Sarana Prasarana (sarpras) adalah yang pertama

yang terdiri dari 2 komponen, dilanjutkan dengan Standar Isi (SI) dengan 2

komponen, Standar Proses Belajar dengan 6 komponen, Standar Penilaian dengan

3 komponen, Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan 2 komponen, Standar

Pengelolaan dengan 6 komponen, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

(PTK) dengan 1 komponen, dan terakhir Standar Pembiayaan dengan 3

komponen. Cara pengisian instrumen ini dilakukan secara manual, sekolah

Page 112: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

93

mendeskripsikan kondisi riil sekolah sesuai dengan komponen yang terdapat

dalam instrumen.

Pada pelaksanaan EDS tahun 2011, dilakukan perbaikan terhadap

instrumen EDS yang akan digunakan. Dari segi bentuk, tahun 2011 digunakan

dua jenis instrumen yakni instrumen dalam bentuk hardcopy (cetak) dan dalam

bentuk softcopy. Instrumen hardcopy diisi dengan cara manual sedangkan

softcopy dengan cara online. Pengisian instrumen EDS secara online dilakukan

dengan cara mengunduh instrumen dari sistem Dapodik (data pokok pendidik,

kemdikbud) dengan menggunakan Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN)

masing-masing sekolah. Instrumen dapat diisi secara offline kemudian diunggah

kembali ke Dapodik dengan menggunakan NPSN sekolah.

Perubahan juga terjadi pada segi isi instrumen, masing-masing standar

dibagi dalam komponen dan indikator. Susunan 8 SNP pada instrumen ini adalah,

Standar Isi yang terdiri dari 2 komponen dan 5 indikator, Standar Proses yang

terdiri dari 5 komponen dan 9 indikator, Standar Kompetensi Lulusan (SKL)

yang terdiri dari 2 komponen dan 6 indikator, Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PTK) yang terdiri dari 3 komponen dan 6 indikator, Standar

Sarana dan Prasarana yang terdiri dari 5 komponen dan 5 indikator, standar

pengelolaan terdiri dari 6 komponen dan 12 indikator, Standar Pembiayaan terdiri

dari 3 komponen dan 9 indikator, dan terakhir Standar Penilaian Pendidikan yang

terdiri dari 3 komponen dan 8 indikator.

Tahun 2012 dalam program EDS hanya digunakan satu jenis instrumen

yakni instrumen dalam bentuk online yang dapat diunduh pada situs http://e-

Page 113: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

94

eds.kemdikbud.go.id. Hampir sama dengan cara pengisian instrumen EDS online

tahun 2011, sekolah dengan menggunakan NPSN mengunduh instrumen EDS

kemudian mengisinya secara offline dan mengunggahnya kembali. Dari segi isi

terjadi perubahan, instrumen terdiri dari dua jenis yaitu jenis isian dan angket.

Daftar isian yang harus diisi oleh kepala sekolah dan guru adalah isian data dasar,

dan telaah silabus. Angket ada empat jenis yakni angket untuk kepala sekolah,

angket untuk guru, angket untuk siswa dan angket untuk komite sekolah. Angket

untuk kepala sekolah memuat pertanyaan seputar Standar Isi, Standar Proses,

Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Penilaian, Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan (SKL), Standar Sarana dan Prasarana, dan Standar

Pengelolaan. Pada angket guru memuat pertanyaan yang menyangkut Standar Isi,

Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Standar Sarana dan

Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian. Untuk angket siswa

terdiri dari pertanyaan yang mengacu kepada Standar Proses, Standar Sarana dan

Prasarana, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian. Terakhir, angket untuk

komite sekolah hanya memuat pertanyaan seputar Standar Pembiayaan.

Pengisian instrumen EDS yang dilakukan secara online dari segi waktu

dinilai lebih efektif dan dari segi biaya lebih efisien karena tidak perlu membuat

hardcopy (print). Hal ini menjadikan pada tahun 2013 instrumen yang digunakan

adalah instrumen EDS online, yang pengisiannya diintegrasikan dengan data

Nomor Unik Pendidik dan Tenaga Kependidikan (NUPTK). Pengintegrasian ini

diprioritaskan pada pemetaan seluruh sekolah di Indonesia sebagai baseline data

pemenuhan mutu pendidikan sesuai dengan SNP. Pengisian instrumen EDS dan

Page 114: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

95

data NUPTK ini dilakukan dengan menggunakan layanan PADAMU NEGERI

pada situs http://padamu.kemdikbud.go.id. PADAMU NEGERI merupakan

singkatan dari Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan Negara kesatuan

Republik Indonesia, sebuah layanan sistem terpadu online yang dibangun oleh

BPSDMPK-PMP, Kemdikbud. PADAMU NEGERI dibangun sebagai pusat

layanan data terpadu yang bersumber dari/ke sistem transaksional BPSDMPK-

PMP Kemdikbud yang meliputi Evaluasi Diri Sekolah (EDS), NUPTK,

sertifikasi PTK, dan Diklat PTK. Instrumen mengacu kepada 8 SNP yang terdiri

dari beberapa indikator. Standar Kompetensi Lulusan (SKL) menjadi acuan untuk

Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian, Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan (PTK), dan Standar Pengelolaan. Sementara untuk Standar Sarana

dan Standar Prasarana hanya di jaring melalui data dasar. Adapun yang

membedakan instrumen EDS online 2013 dengan instrumen EDS tahun

sebelumnya adalah sebagai berikut.

1. Instrumen mencakup beberapa pertanyaan pokok pada tiap standar yang

terkait dengan SNP sebagai dasar bagi sekolah untuk memperoleh informasi

dan data secara rinci tentang kinerjanya secara kualitatif.

2. Instrumen terdiri dari sejumlah pertanyaan terkait dengan 8 SNP yang paling

erat hubungannya dengan mutu penyelenggaraan pendidikan yang hasilnya

menjadi dasar untuk menyusun Rencana Kerja Sekolah/Rencana Kerja

Anggaran Sekolah.

3. Instrumen terdiri dari instrumen kepala sekolah, guru dan siswa (LPMP Prov.

Bali,2013:13).

Dapat disimpulkan bahwa instrumen EDS online yang digunakan pada

tahun 2013 ini terdiri dari dua jenis isian data, yakni isian data dasar dan angket.

Data dasar berisikan tentang identitas sekolah, siswa dan rombel, kurikulum dan

beban belajar, sarana dan prasarana, pendidik dan tenaga kependidikan, serta

Page 115: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

96

anggaran dan pembiayaan pendidikan. Keseluruhan isian data dasar diisi oleh

operator sekolah berdasarkan data yang ada di sekolah. Angket terdiri dari

beberapa buah pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban. Responden dapat

memilih lebih dari satu jawaban sesuai dengan realitas di sekolah dan bukti fisik

yang ada. Angket ini diisi oleh guru, kepala sekolah dan siswa. Keterkaitan kedua

komponen tersebut dapat dilihat pada gambar 5.8 berikut.

Gambar 5.8 Komponen Instrumen EDS

(Sumber : BPSDMPK-PMP,2013)

Meskipun instrumen terus mengalami perkembangan namun dalam hal

melakukan penjaminan mutu yang diutamakan adalah proses ketika pengisian

yang diharapkan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan. Dalam proses

pengisian instrumen EDS online ada beberapa tahap yang harus dilakukan. Tahap

yang harus dilalui oleh guru, siswa dan kepala sekolah berbeda antara satu

dengan yang lainnya.

Page 116: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

97

5.3.1 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online oleh Guru

Praktik pengisian instrumen EDS online dilakukan secara terintegrasi

dengan pelaksanaan pendataan PTK dan dilaksanakan di sekolah. Pada dasarnya

pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara realtime berbasis internet. Seluruh

responden harus mengisi data dan menjawab pertanyaan pada aplikasi yang

disediakan pada web dengan alamat http://padamu.kemdikbud.go.id. Dengan

demikian seluruh responden harus mempunyai akses terhadap internet, baik di

sekolah maupun di luar sekolah (BPSDMPK-PMP, 2013:39).

Instrumen EDS online wajib diisi oleh semua guru baik yang telah

memiliki NUPTK maupun yang belum memiliki NUPTK. Guru yang belum

memiliki NUPTK bisa menggunakan Peg ID yang dapat diperoleh dengan

melakukan pendaftaran pada layanan PADAMU NEGERI. Fungsi Peg ID adalah

sebagai pengganti NUPTK yang akan digunakan untuk melakukan login ke

layanan PADAMU NEGERI.

Pengisian instrumen guru dilakukan bersamaan dengan proses verifikasi

dan validasi ulang data PTK level 2 (VerVal Level 2) yang dilakukan secara

online. Alur VerVal level 2 dimaksudkan untuk menyatakan status keaktifan

PTK menjadi PERMANEN AKTIF. Pada proses ini operator kecamatan dan

operator sekolah harus melakukan pendampingan untuk memastikan sekolah siap

melaksanakan EDS dan memasukkan datanya ke sistem, sedangkan pengawas

sekolah harus hadir untuk memberikan pendampingan terhadap substansi EDS.

Langkah-langkah yang harus dilakukan pada proses VerVal Level 2 dapat

dilihat pada gambar alur di bawah ini.

Page 117: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

98

Gambar 5.9 Alur aktivasi dan VerVal Level 2

(Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id

Alur di atas dapat dijelaskan setelah guru melakukan aktivasi akun dan

login pada layanan PADAMU NEGERI, harus mengisi data rinci dan riwayat

utama diri serta mengisi instrumen EDS. Selanjutnya guru menyerahkan bukti

cetak telah melakukan VerVal Level 2 dilampiri dokumen pendukung tersebut ke

Page 118: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

99

operator sekolah untuk mendapatkan cetak surat tanda bukti pemeriksaan berkas

Verval Level 2 dan pakta integritas. Pakta integritas ditandatangani oleh PTK dan

kepala sekolah. Dengan ditandatanganinya pakta intergritas tersebut, proses

VerVal Level 2 dinyatakan telah selesai dan NUPTK guru dinyatakan

PERMANEN AKTIF.

Pada proses pengisian formulir, pengisian data rinci, dan mengisi

instrumen EDS ditemukan ketidaksesuaian dengan apa yang telah ditentukan

pada buku pedoman. Pengisian formulir, data rinci, dan mengisi instrumen EDS

harus dilakukan secara realtime oleh masing-masing responden. Namun

kenyataan di lapangan menunjukkan pengisian instrumen dilakukan secara

manual dengan cara mengunduh instrumen EDS kemudian dicetak dan dibagikan

kepada seluruh guru yang ada di sekolah.

Pada pelaksanaan program EDS sekolah mengandalkan pegawai

administrasi sekolah (operator sekolah) untuk menyelesaikannya yang

dikarenakan sebagian besar guru tidak bisa menggunakan komputer. Kurangnya

kemampuan menggunakan komputer dianggap sebagai sesuatu yang biasa dan

bila ada keperluan yang berkaitan dengan komputer langsung minta bantuan

pegawai administrasi. Dalam konsep Bourdieu kebiasaan ini disebut dengan

habitus. Habitus adalah konsep yang dikembangkan Bourdieu untuk memahami

sumber-sumber budaya terhadap subjektivitas dari para aktor sosial. Aktor-aktor

yang memiliki posisi sama dalam bidang tertentu cenderung mengembangkan

disposisi serupa dan dengan demikian melakukan praktik-praktik yang serupa

pula. Bourdieu menekankan bahwa lembaga-lembaga mau tidak mau

Page 119: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

100

mengembangkan habitus kolektif dalam fungsinya sebagai aktor sosial

(Edkinds.J dan Williams NV, 2010:138-140). Bentuk pengembangan habitus

kolektif tercermin pada hasil wawancara berikut ini.

“Karena tidak bisa IT jadi prin out yang disebar dan diisi oleh gurunya.

Biasanya idenya seperti itu buk” (Dewa, wawancara 3 Maret 2014).

Penuturan lain diungkapkan oleh guru yang menguasai IT dengan

pernyataannya sebagai berikut.

“Guru yang baru-baru seperti saya bisa komputer bu. Tapi waktu itu saya

langsung dikasi copian dulu yang diisi dulu baru kemudian dimasukkan

ke internetnya sama operator” (Indah, wawancara 25 Maret 2014).

Tindakan kolektif yang diambil oleh kepala sekolah untuk menyerahkan

tanggungjawab pengisian instrumen EDS online kepada operator merupakan

wujud antisipasi sekolah terhadap rendahnya kemampuan guru menggunakan

komputer. Kondisi ini terus berlangsung ketika pemerintah pusat mengharuskan

semua guru menyelesaikan pengisian instrumen EDS online tepat waktu agar

terhindar dari sanksi penonaktifan NUPTK. Dalam posisi ini pemerintah pusat

adalah pemilik modal (capital). Modal dalam konsep Bourdieu disebut dengan

capital (kapital). Kapital bisa berupa modal ekonomi dalam hal kepemilikan harta

benda dan sumber-sumber keuangan. Akan tetapi, kapital juga dapat berbentuk

“modal budaya” atau “modal simbolik”. Posisi yang dimiliki oleh pemerintah

pusat merupakan modal simbolik. Modal simbolik mungkin paling tepat

dipahami sebagai wujud dalam ritual-ritual pengakuan dan terutama dalam

akumulasi prestise. Modal ini berasal dari keberhasilan dalam perolehan dan

penggunaan modal ekonomi dan modal budaya, tetapi itu juga sumber yang dapat

dimobilisasi dalam dirinya dalam perjuangan untuk merebut dan

Page 120: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

101

mempertahankan perbedaan dan dominasi. Kepemilikan atas modal simbolis

memungkinkan para aktor dominan melestarikan hierarki sosial melalui

kekerasan simbolis (Edkinds.J dan Williams NV, 2010:144).

Menurut Bourdieu hubungan yang dinamis antara habitus si aktor dengan

field (ranah) merupakan jantung dari “theory of practice”. Konsep field menurut

Bourdieu adalah “semesta sosial tertentu” yang didefinisikan oleh “stakes”

(“enjeux”) atau “pertaruhan” tempat para aktor sosial saling bersaing (Edkins J

dan Williams NV,2010:140). Field dalam hal ini adalah sekolah. Sekolah

menjadi arena pertaruhan antara guru dan pemerintah. Di satu sisi guru memiliki

keterbatasan kemampuan menggunakan komputer, di sisi lain pemerintah

mengharuskan agar pengisian instrumen EDS online berjalan dengan tuntas.

Disinilah terjadi pertaruhan antara sekolah dan pemerintah. Dengan sanksi

penonaktifan NUPTK pemerintah berhasil membuat seluruh guru melakukan

pengisian instrumen EDS online meskipun dibantu oleh operator sekolah. Seperti

yang diungkapkan dalam wawancara berikut.

“Biasanya apa yang diperlukan untuk pengisian diserahkan kepada

operator, dan operator yang memasukkan datanya. Jadi kita cuma

mendampingi apa yang diperlukan” (Dewa Ayu, wawancara 19 Maret

2014)”.

Pernyataan guru tersebut serupa dengan pernyataan operator sekolah yang

mengatakan sebagai berikut.

“Sebenarnya tiap guru bawa masing-masing password-nya buk, tapi

karena sebagian besar tidak bisa komputer diserahkan semua kepada

operator. Memang dari dulu kami yang ditugasi untuk membuat EDS,

saya dulu disuruh sama Pak Dewa ( kepala sekolah sebelumnya) untuk

bikin EDS yang dicontreng-contreng itu” (Dewa,wawancara 3 Maret

2014).

Page 121: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

102

Dari pemaparan hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa meminta

bantuan operator sekolah untuk mengentri data yang telah diisi secara manual

merupakan wujud praktik pengisian instrumen EDS online yang dilaksanakan di

SDN No 3 Banjarangkan.

5.3.2 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online oleh Siswa

Di SDN No 3 Banjarangkan, diambil 57 orang siswa untuk dijadikan

responden pengisian instrumen EDS online hal ini sesuai dengan syarat yang

ditentukan yakni 30-60 orang (BPSDMPK-PMP,2013,p.25). Mereka yang

dilibatkan adalah siswa dari kelas Va dan Vb. Prosedur pengisian instrumen

siswa berbeda dengan guru, siswa tidak perlu melakukan proses verifikasi dan

validasi data sebelumnya. Setelah data pribadi siswa dimasukkan oleh operator

maka secara langsung mereka mendapatkan SIAP ID dan password. SIAP ID dan

password inilah yang digunakan login ke layanan PADAMU NEGERI, seperti

yang ditunjukkan pada gambar 5.10 berikut.

Page 122: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

103

Gambar 5.10 Halaman login siswa pada layanan PADAMU NEGERI

(Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id )

Setelah siswa login ke sistem, maka pada halaman PADAMU NEGERI

akan tampil seperti gambar berikut.

Page 123: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

104

Gambar 5.11 Halaman SIAP PADAMU untuk siswa

(Sumber : http://padamu.kemdikbud.go.id)

Dari gambar halaman di atas dapat dilihat bahwa tahapan yang harus

dilalui oleh siswa dalam mengisi instrumen EDS Online ada 2 yakni mengisi data

dasar dan mengisi instrumen (angket) EDS. Pengisian data dasar telah dilakukan

sebelumnya oleh operator sekolah, sehingga siswa hanya cukup mengisi

instrumen EDS yang telah tersedia. Instrumen untuk siswa SD terdiri dari 26

pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban di bawahnya. Sama halnya dengan

cara menjawab instrumen guru, siswa dapat memilih lebih dari satu jawaban yang

Page 124: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

105

tersedia sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Gambar 5.12 berikut adalah

contoh pertanyaan yang ada pada instrumen EDS online untuk siswa.

Gambar 5. 12 Contoh Pertanyaan pada instrumen EDS online Siswa

(Sumber : BPSDMPK-PMP,2013)

Pengisian instrumen EDS online dilakukan secara mandiri dalam kondisi

realtime (terhubung langsung) dengan internet juga berlaku bagi siswa, mulai

dari aktivasi akun, login, dan mengisi instrumen. Oleh karena para siswa belum

bisa mengoperasikan komputer dan internet, maka operator SDN No 3

Page 125: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

106

Banjarangkan membagikan instrumen dalam bentuk cetak. Seperti penuturan

operator berikut ini.

“Anak-anak kan belum bisa memakai internet buk, tidak seperti anak-

anak di kota ya…jadi biar mudah kita kasikan yang copian itu terus ngisi

centang-centangnya. Caranya sama kayak guru mengisi itu di centang

pilihannya” (Dewa, wawancara 25 April 2014).

Penuturan operator ini dibuktikan dengan isian instrumen dalam bentuk

cetak yang dikumpulkan di sekolah. Pada instrumen tersebut masing-masing

siswa mengisi jawaban dengan mencentang pilihan jawaban yang tersedia.

Instrumen cetak yang berikan oleh guru kelas dibawa pulang dan diisi oleh

orangtua di rumah. Setelah jawaban tersebut terisi kembali dibawa ke sekolah

dan dikumpulkan kepada guru untuk selanjutnya diserahkan kepada operator

sekolah untuk dimasukkan ke dalam sistem. Kenyataan ini dungkapkan oleh

siswa berikut.

“Dibawa pulang diisi di rumah sama bapaknya. Soalnya gak bisa ngisinya

jadi bapaknya yang ngisi” (Gung Ardi, wawancara 25 Maret 2014).

Pernyataan siswa ini juga didukung oleh temannya yang mengatakan hal

serupa.

“Dikasi sama gurunya boleh diisi dirumah terus dibawa ke sekolah lagi.

Dibantu sama bapaknya ngisinya..bapaknya gak nanya isi aja” (Ngakan,

wawancara 25 Maret 2014).

Pernyataan kedua siswa ini dibenarkan oleh operator sekolah yang

mengatakan sebagai berikut.

“Anak-anak diijinkan membawa pulang buk untuk diisi dirumah.

Mungkin guru yang membagikan tidak memberikan penjelasan jadi anak-

anak tidak mengerti ya..jadi itu mungkin sebabnya orangtuanya yang

ngisi” (Dewa, wawancara 25 Maret 2014).

Page 126: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

107

Ketika mencoba melakukan klarifikasi kepada orangtua murid yang

dihubungi, mereka menolak untuk diwawancarai dengan alasan bekerja dan lupa

dengan instrumen tersebut karena sudah lama berlalu. Meski demikian,

pernyataan siswa dan operator di atas cukup menunjukkan bahwa pengisian

isntrumen EDS siswa ada yang diisi oleh orangtua, bukan oleh siswa itu sendiri.

Hal ini tidak sesuai dengan petunjuk pengisian instrumen EDS bahwa pengisian

instrumen dilakukan oleh responden. Kenyataan ini pula menjadi penyebab

banyak pilihan jawaban yang tidak sesuai dengan realitas di sekolah, karena

orangtua siswa memang tidak memahami apa yang terjadi di sekolah.

Dari praktik pengisian instrumen EDS online yang dilakukan oleh siswa

terlihat terjadi proses dehumanisasi terhadap siswa. Siswa tidak diberikan

penjelasan dan tidak diberikan kesempatan untuk bertanya. Freire dalam teori

pendidikan untuk pembebasan menegaskan bahwa pertanyaan seperti “apa?”,

“mengapa?”, “bagaimana?”, “untuk tujuan apa?”, “bagi siapa”, sangatlah penting

untuk setiap aktivitas pendidikan (Palmer,2010:214).

Setelah seluruh siswa mengumpulkan instrumen cetaknya, operatorlah

yang memasukkannya ke dalam sistem. Bila semua data telah masuk maka pada

halaman layanan PADAMU NEGERI siswa yang bersangkutan akan muncul

seperti gambar 5.13 di bawah ini.

Page 127: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

108

Gambar 5.13 Tampilan layanan PADAMU setelah

pengisian instrumen EDS siswa

(Sumber ://padamu.kemdikbud.go.id)

Dengan munculnya tampilan gambar 5.12 di atas, berarti bahwa proses

pengisian instrumen EDS online yang dilakukan oleh siswa telah selesai. Jika

siswa ingin bergabung dan melanjutkan aktivasi pada dasbor yang lain pada

layanan ini dapat masuk ke jejaring SIAPku dan bisa berkomunikasi maupun

berbagi dengan pengguna SIAP lainnya.

Dari hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa ketidaksesuaian

pola pengisian instrumen EDS online oleh siswa disebabkan oleh kurang

Page 128: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

109

berjalannya peran guru, kepala sekolah, maupun pengawas sekolah dalam

memberikan sosialisasi kepada siswa. Instrumen yang diberikan dalam bentuk

hardcopy dibagikan begitu saja kepada siswa untuk selanjutnya diisi dan

dikumpulkan kembali. Tidak terjadi cross chek terhadap hasil pengisian

instrumen dengan realitas yang ada di sekolah, sehingga apapun yang diisi dalam

isntrumen siswa sudah dianggap sebagai suatu kebenaran dan kesesuaian.

5.3.3 Praktik Pengisian Instrumen EDS Online oleh Kepala Sekolah

Proses pengisian instrumen EDS online yang terintegrasi dengan NUPTK

akan dinyatakan selesai jika :

1. Kepala sekolah telah mengisi kelengkapan data NUPTK disertai dengan

pengisian data dasar sekolah, angket kepala sekolah dan angket siswa.

2. Guru telah mengisi kelengkapan data NUPTK disertai dengan pengisian

angket guru (BPSDMPK-PMP,2013: 41).

Hal di atas berarti bahwa kepala sekolah baru bisa melakukan pengisian

instrumen EDS online jika seluruh guru dan siswa yang menjadi responden telah

selesai mengisi instrumennya masing-masing. Proses pengisian instrumen EDS

online untuk kepala sekolah hampir sama dengan proses pengisian instrumen

untuk guru yakni melalui tahapan verifikasi dan validasi data NUPTK. Jika tahap

verval tidak dilakukan maka tidak akan bisa melakukan pengisian instrumen EDS

online. Proses ini diakhiri dengan pengisian data rinci dan verval level 2 dan

NUPTK yang bersangkutan dinyatakan aktif oleh sistem.

Seluruh guru dan siswa yang menjadi responden telah melakukan

pengisian instrumen EDS online, yang berarti kepala sekolah telah bisa

melakukan pengisian instrumen EDS untuk kepala sekolah. Sama halnya dengan

Page 129: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

110

pengisian instrumen EDS online oleh guru dan siswa, proses pengisian instrumen

EDS online kepala sekolah juga dilakukan dengan mengisi instrumen cetak yang

hasilnya dimasukkan ke dalam sistem oleh operator sekolah. Seperti yang

diungkapkan di bawah ini.

“Kalau ngisi EDSnya ibu kepala sekolahnya sendiri, nanti yang

memasukkan ke PADAMU NEGERI baru operatornya buk” (Widi,

wawancara 3 Maret 2014).

Pada pengisian instrumen EDS online kepala sekolah yang dilakukan

pada SDN No 3 Banjarangkan, tidak ditemui banyak kendala. Sebanyak 42

pertanyaan yang harus dijawab sebagian besar berkaitan dengan proses supervisi

yang dilakukan oleh kepala sekolah terhadap gurunya, disamping juga masalah

pengelolaan sekolah.

Dengan diselesaikannya seluruh proses VerVal Level 2 yang dilakukan

oleh kepala sekolah ini, berarti keseluruhan proses pelaksanaan program EDS di

SDN No 3 Banjarangkan telah selesai. NUPTK seluruh guru dan kepala sekolah

telah dinyatakan “AKTIF PERMANEN”.

Page 130: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

111

BAB VI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PRAKTIK PENGISIAN

INSTRUMEN EDS ONLINE DI SDN NO 3 BANJARANGKAN

Praktik pengisian instrumen EDS online di sekolah tidak terlepas dari

berbagai faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaannya. Ada beberapa faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan pengisian instrumen EDS online ini yaitu

ketersediaan sarana pendukung, kurangnya kemampuan dalam menggunakan

komputer, kurangnya pemahaman terhadap EDS dan Standar Nasional

Pendidikan (SNP), kurangnya komitmen sekolah dalam melaksanakan program

EDS, dan kurangnya dukungan pemerintah daerah. Faktor-faktor tersebut akan

dijabarkan di bawah ini.

6.1 Ketersediaan Sarana Pendukung yang Memadai

Pengertian sarana mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana adalah

perlengkapan pembelajaran yang dapat dipindah-pindah (Permendiknas No 24

Tahun 2007). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang dimaksudkan

dengan sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam

mencapai maksud dan tujuan (www.academia.edu.com). Pada proses pengisian

instrumen EDS online alat yang digunakan untuk melakukan pengisian instrumen

adalah seperangkat komputer atau laptop yang bisa tersambung dengan jaringan

internet.

Page 131: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

112

Dari hasil pengamatan di SDN No 3 Banjarangkan, ketersediaan sarana

komputer sangat memadai terbukti dengan adanya dua unit komputer beserta

jaringan internet yang bisa diakses di ruang IT. Selain tersedianya komputer,

operator sekolah juga memiliki sebuah laptop pribadi yang bisa mengakses

jaringan internet dengan menggunakan modem. Dengan adanya sarana ini proses

pengisian intrumen EDS online bisa dilakukan dengan cepat. Seperti yang

diungkapkan oleh operator sekolah sebagai berikut.

“Saya lebih sering pakai laptop saya kerjanya buk soalnya bisa dikerjakan

di rumah, lagipula kalau siang hari untuk mengakses ke server sangat

sulit..,lambat. Jadi lebih sering saya melakukan entri data di rumah

malam-malam karena pengguna yang masuk ke server lebih sedikit

jadinya lebih lancar prosesnya” (Dewa, wawancara 25 April 2014).

Penuturan operator sekolah ini didukung juga oleh pengawas sekolah

yang mengatakan sebagai berikut.

“Dari segi sarana penunjang seperti komputer sudah ada perkembangan

ada penambahan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pada tahun

2010 misalnya, sekolah belum memiliki komputer di sekolah sehingga

pengisian instrumen EDS pada saat itu dilakukan di warnet oleh salah

seorang guru yang ditugaskan oleh kepala sekolah” (I Nyoman Marjaya,

wawancara 12 September 2014).

Dari penuturan operator dan pengawas sekolah di atas dapat disimpulkan

bahwa dari segi sarana untuk pengisian instrumen EDS online tidak menjadi

kendala di SDN No 3 Banjarangkan.

6.2 Kurangnya Kemampuan Menggunakan Komputer

Kemajuan informasi dan teknologi menuntut manusia untuk

menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Tidak terkecuali para guru yang

ada di sekolah. Pada pasal 20(b) Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang

Page 132: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

113

Guru dan Dosen disebutkan bahwa dalam melaksanakan tugas

keprofesionalannya guru berkewajiban meningkatkan dan mengembangkan

kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (UU No 14 tahun 2005).

Hal ini menunjukkan bahwa guru dituntut untuk mengembangkan diri bukan

hanya dalam bidang akademik tetapi juga teknologi termasuk penggunakan

komputer dan internet.

Pentingnya penguasaan teknologi informasi dan komunikasi sebagai

bagian dari tuntutan kompetensi guru adalah guna mendukung pelaksanaan

tugasnya seperti penyusunan perencanaan pembelajaran, penyajian pembelajaran,

evaluasi dan analisis hasil pembelajaran, serta mencari dan mengunduh sumber-

sumber belajar. Teknologi canggih seperti komputer merupakan keterampilan

yang sudah harus melekat dalam kehidupan guru, sehingga dalam melaksanakan

tugas pembelajaran dapat membantu dan mendorong pola belajar yang

menumbuhkan krativitas dan sikap kritis para siswa.

Hasil pengamatan menunjukkan tidak semua guru yang ada di SDN No 3

Banjarangkan menguasai teknologi terutama menggunakan komputer.

Kemampuan pengoperasian komputer dominan dimiliki oleh guru yang masih

muda, sehingga menimbulkan kesenjangan di antara yang senior dan junior.

Kondisi ini menjadi kendala ketika program pengisian instrumen EDS online

digulirkan ke sekolah. Guru-guru termasuk kepala sekolah yang tidak menguasai

komputer mengalami kesulitan ketika akan melakukan verifikasi data NUPTK

maupun pengisian instrumen EDS online. Seperti penuturan guru berikut.

Page 133: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

114

“Jujur saja buk tiyang memang tidak bisa komputer nggih, gimana ya

sudah tua begini sulit rasanya belajar itu ya, sudah otaknya sudah tua. Jadi

kalau ada modelnya seperti ngisi data-data gitu ya saya minta tolong sama

pegawainya disini yang jadi operator itu ya” (Wagiani, wawancara 25

April 2014).

Penuturan guru ini dibenarkan oleh pegawas sekolah yang mengatakan

sebagai berikut.

“Yang jadi kendala sampai saat ini bahwa kemampuan guru dalam

menguasai IT masing kurang, dari 15 orang guru yang bisa cuma 4, kita

inginkan setengah jadi biar berimbang” (Marjaya,wawancara 12

September 2014).

Kondisi di atas menunjukkan para guru kurang memiliki motivasi untuk

meningkatkan kemampuan. Menurut teori motivasi yang dikembangkan oleh

Abraham H. Maslow mengungkapkan bahwa manusia pada dasarnya mempunyai

lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu 1) kebutuhan fisiologis (physiological

need), seperti rasa lapar, haus, istirahat; 2) kebutuhan rasa aman (safety needs),

tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan

intelektual; 3) kebutuhan akan kasih saying (love needs); 4) kebutuhan akan

harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol

status; dan 5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya

kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam

dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata

(akhmadsudrajad.wordpress.com). Para guru kurang memiliki motivasi

memenuhi kebutuhan untuk aktualisasi diri, yakni belajar menggunakan

komputer.

Selain guru, kurangnya kemampuan menggunakan komputer juga dialami

oleh siswa di SDN No 3 Banjarangkan. Sekolah selama ini memang tidak

Page 134: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

115

menyediakan ekstrakurikuler komputer seperti halnya Sekolah Dasar yang ada di

Denpasar. Selain sarana yang kurang mendukung seperti tidak adanya

laboratorium komputer, kendala lainnya adalah kurangnya daya dukung orangtua

terhadap kegiatan tambahan di sekolah.

6.3 Kurangnya Pemahaman terhadap EDS dan SNP

EDS merupakan sebuah program yang dikembangkan oleh Badan

Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDMPK-PMP), Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Program

ini merupakan implementasi dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor

63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP).

Dalam Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 19 tahun

2007 tentang Standar Pengelolaan dinyatakan bahwa a Sekolah/Madrasah

melakukan evaluasi diri terhadap kinerja sekolah/madrasah. b. Sekolah/Madrasah

menetapkan prioritas indikator untuk mengukur, menilai kinerja, dan melakukan

perbaikan dalam rangka pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan.c.

Sekolah/Madrasah melaksanakan: 1) evaluasi proses pembelajaran secara periodik,

sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun, pada akhir semester akademik;2)

evaluasi program kerja tahunan secara periodik sekurang-kurangnya satu kali

dalam setahun, pada akhir tahun anggaran sekolah/madrasah. d. Evaluasi diri

sekolah/madrasah dilakukan secara periodik berdasar pada data dan informasi yang

sahih (Permendiknas No 17 tahun 2007). Ini berarti bahwa setiap sekolah negeri

Page 135: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

116

maupun swasta yang ada di wilayah Negara Republik Indonesia wajib melakukan

evaluasi diri.

Pada buku panduan penyelenggaraan EDS yang dikeluarkan oleh

BPSDMPK-PMP disebutkan tujuan utama EDS adalah agar sekolah

mengevaluasi mutu pendidikan yang mereka berikan berdasarkan indikator utama

untuk dapat mengetahui kelebihan mereka dan mengidentifikasi bidang yang

membutuhkan perbaikan. Informasi tersebut kemudian dipergunakan untuk

perencanaan dan memprioritaskan bidang untuk perbaikan dan pengembangan

sekolah. Proses ini menyediakan informasi mengenai tingkatan standar dan mutu

di sekolah yang dapat diberikan melalui sistem data yang akan mengarahkan data

tersebut untuk perencanaan pada tingkat Kabupaten, Propinsi dan Nasional.

Proses peningkatan mutu berkelanjutan sangat diperlukan bagi akreditasi sekolah.

Lebih lanjut dalam panduan tersebut juga disebutkan bahwa EDS dimaksudkan

untuk hal-hal sebagai berikut.

1) Penyusunan profil sekolah yang komprehensif dengan data mutakhir.

2) Perencanaan dan perbaikan-diri secara berkelanjutan.

3) Penjaminan mutu internal sekolah.

4) Pemberian informasi mengenai sekolah kepada masyarakat dan pihak tertentu

yang memerlukannya (stakeholders).

5) Persiapan evaluasi eksternal/akreditasi (BPSDMPK-PMP, 2013:16).

Setelah sekolah melaksanakan program EDS akan diperoleh sejumlah

manfaat baik bagi sekolah maupun pemerintah. Manfaat tersebut adalah sebagai

berikut.

1. Bagi sekolah

a. Membantu untuk mengidentifikasi masalah, penilaian program dan

pancapaian sasaran. Sekolah dapat mengidentifikasikan kelebihan serta

kekurangannya sendiri dan merencanakan pengembangan ke depan.

Page 136: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

117

b. Memperkuat buadaya evaluasi kelembagaan (institusional evaluation)

dan analisis-diri.

c. Mendorong sekolah untuk meninjau kembali kebijakan yang telah using.

d. Memberi informasi tentang status sekolah dibandingkan dengan sekolah

lain.

e. Sekolah dapat memiliki data dasar yang akurat sebagai dasar untuk

pengembangan dan peningkatan di masa datang.

f. Sekolah dapat mengidentifikasikan peluang dan tantangan untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

g. Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk membuat program peningkatan

mutu pendidikan melalui BOS dalam rangka penjaminan mutu

pendidikan.

h. Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk mendorong sekolah guna

meningkatkan mutu sebagai persiapan menghadapi akreditasi atau sistem

penjaminan mutu eksternal.

i. Sekolah dapat memberikan laporan formal kepada pemangku

kepentingan demi meningkatkan akuntabilitas sekolah. Hasil EDS dapat

dimanfaatkan sebagai ukuran jaminan mutu layanan pendidikan sebagai

bentuk akuntabilitas bagi masyarakat.

j. Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk menciptakan budaya peningkatan

mutu pendidikan di sekolah secara berkelanjutan.

2. Bagi pemerintah kabupaten/kota. Provinsi, dan pusat

a. Menyediakan data dan informasi yang penting untuk perencanaan,

pembuatan keputusan, dan perencanaan anggaran pendidikan pada tingkat

kabupaten, provinsi, dan nasional.

b. Mengidentifikasikan bidang prioritas untuk memenuhi kebutuhan sarana

dan prasarana pendidikan.

c. Mengidentifikasi jenis dukungan yang dibutuhkan terhadap sekolah.

d. Mengidentifikasi pelatihan serta kebutuhan program pengembangan

lainnya.

e. Mengidentifikasikan keberhasilan sekolah berdasarkan berbagai indikator

pencapaian sesuai dengan standar nasional pendidikan dan standar

pelayanan minimal.

f. Hasil Evaluasi Diri Sekolah dapat dimanfaatkan sebagai dasar

pertimbangan dalam penyusunan perencanaan, analisis kebutuhan

sekolah, analisis kebutuhan program pendidikan di tingkat

kabupaten/kota, provinsi, dan nasional.

g. Hasil Evaluasi Diri Sekolah memberikan gambaran mutu sekolah yang

merupakan cerminan dari totalitas keadaan dan karakteristik masukan,

proses dan luaran atau layanan sekolah yang diukur berdasarkan SNP

yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

h. Hasil EDS tentang pemetaan sekolah dalam pencapaian standar mutu

layanan pendidikan, khusus untuk pemenuhan standar PTK dapat

Page 137: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

118

digunakan untuk melakukan pemindahan guru antar sekolah oleh Dinas

Pendidikan atau Kemendikbud.

i. Hasil EDS yang menyajikan data yang akurat terkait kondisi sarana dan

prasarana sekolah dapat dimanfaatkan untuk program rehabilitasi sekolah

rusak dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan merujuk pada Standar

Nasional Pendidikan.

j. Hasil EDS yang menyajikan angka partisipasi dalam pendidikan dapat

dimanfaatkan sebagai data pemenuhan wajib belajar sehingga dapat

diajukan solusi permasalahan yang dihadapi.

k. Hasil EDS dapat dimanfaatkan untuk menganalisis kinerja bidang

pendidikan sehingga dapat diketahui apakah sekolah telah memenuhi

pendidikan bagi siswa agar memiliki kompetensi abad 21 sehingga dapat

bersaing secara regional dan nasional (BPSDMPK-PMP, 2013:18).

Pengertian tentang EDS serta manfaatnya tersebut kurang dipahami oleh

unsur-unsur yang terlibat dalam program EDS khususnya EDS online. Kurangnya

pemahaman terhadap EDS terlihat dari penuturan guru di bawah ini.

“EDS apa ya sama seperti tahun tahun lalu itu ya, yang ngisi standar-

standar itu ya. Cuma sekarang pakai online ngisinya ya kalau dulu kan

kita ketik di komputer baru dikirim di sistem” (Eka, wawancara 25 April

2014).

Penuturan serupa juga diungkapkan oleh guru lainnya yang dikutip dari

hasil wawancara berikut.

“Yang verval-verval itu kan ya, yang ngisi data NUPTK itu…agak ribet

Bu karena pakai internet ya susah untuk yang tidak bisa komputer.

Tujuannya ya biar kita tau kekurangan..bisa melakukan perbaikan..itu saja

sih menurut saya” (Indah, wawancara 25 April 2014).

Apa yang dituturkan oleh kedua guru tersebut dibenarkan pula oleh

kepala sekolah yang mengatakan sebagai berikut.

“Kalo paham EDS sih saya rasa enggak ya, kalo mencentang-centang itu

mereka bisa tapi tidak tau kemana arahnya. Saya kembalikan lagi kepada

gurunya masing-masing untuk belajar dan memahami apa itu EDS” (A.A.

I.Sayang, wawancara 3 Maret 2014).

Page 138: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

119

Selain kurangnya pemahaman terhadap EDS guru-guru itu juga

menunjukkan ketidakpahaman mereka terhadap delapan standar yang ada dalam

SNP yang terlihat dari penuturannya di bawah ini.

“Kalau 8 standar saya taunya pengelolaan saja ya, karena kebetulan waktu

ini saya dapatnya pengelolaan jadi taunya pengelolaan saja. Kalau temen

yang lain sama saja kayaknya jadi apa yang kita dikasi ya taunya itu aja

jadinya, jadi yang mana aja ditangani ya itu aja yang kita tau. Mungkin

saja rasa ingin taunya juga kurang jadi seperti saya misalnya hehe”

(Eka,wawancara 25 April 2014).

Penuturan serupa juga disampaikan oleh guru yang lain seperti kutipan

wawancara berikut.

“Delapan standar apa ya…standar isi, pengelolaan…apa lagi ya hehe..

saya gak hafal hehe.. Tapi kita kalau instrumen kan ngisi aja sudah ada

pembagian pertanyaannya untuk standar apa pertanyaannya apa gitu”

(Indah, wawancara 25 Maret 2014).

Penuturan kedua guru diatas menunjukkan bahwa mereka tidak hafal dan

delapan standar yang ada dalam SNP. Demikian pula dengan para siswa seperti

penuturan siswa berikut.

“Cuma dikasi fotocopian untuk dibawa pulang diisi sama orangtua”

(Gung De, wawancara 3 Maret 2014)

Penuturan siswa tersebut juga dibenarkan oleh temannya dengan

pernyataannya sebagai berikut.

“Tidak ada dikasi penjelasan, gurunya cuma kasi untuk diisi di rumah

terus dikumpulkan lagi di sekolah” (Dw Ayu, wawancara 3 Maret 2014)

Dari penuturan guru dan siswa di atas jelas menunjukkan bahwa ketika

mengisi instrumen EDS online mereka tidak dilandasi oleh pemahaman tentang

SNP. Bagi operator sekolah maupun bagi kepala sekolah, yang terpenting adalah

guru, siswa, dan kepala sekolah sendiri telah melakukan pengisian instrumen dan

Page 139: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

120

selesai dalam tenggang waktu yang telah ditentukan oleh LPMP. Ketepatan

waktu penyelesaian menghindari guru dan kepala sekolah dari sanksi berupa

penonaktifan NUPTK. Sekolah terhegemoni oleh program EDS online dan

prosedur yang ada di dalamnya. Menurut Gramsci hegemoni berarti suatu situasi

tempat sebuah blok historis dari fraksi-fraksi kelas yang berkuasa menggunakan

otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas-kelas subordinatnya dengan cara

mengombinasikan kekuatan dengan persetujuan sadar (consent). Selanjutnya

Gramsci mengatakan “agar yang dikuasai taat pada penguasa, maka yang

dikuasai hendaknya mampu menginternalisasikan nilai-nilai penguasa di samping

memberikan persetujuan atas subordinasi mereka. Dalam hal ini ideologi

dipandang sebagai ide, makna dan praktik yang kendati mengklaim sebagai

kebenaran universal, merupakan peta makna yang sebenarnya menopang

kekuasaan kelompok sosial tertantu. Ideologi tidak dapat dipisahkan dari aktivitas

praktis kehidupan, namun ia adalah fenomena material yang berakar pada kondisi

sehari-hari (Barker,2011:62-63). Kurangnya pemahaman kepala sekolah, guru,

serta siswa terhadap EDS dan SNP menunjukkan upaya internalisasi yang telah

dilakukan sebelumnya berupa kegiatan capacity building kurang berhasil.

6.4 Kurangnya Komitmen Sekolah Melaksanakan EDS

Kunci utama keberhasilan pengisian instrumen EDS online adalah adanya

komitmen dari sekolah dalam menjalankannya dengan sepenuh hati. Komitmen

tersebut harus dimiliki oleh kepala sekolah sebagai orang yang bertanggungjawab

terhadap peningkatan mutu di sekolah. Komitmen ini dapat diterapkan dalam

Page 140: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

121

fungsi manajerial kepala sekolah. Tugas kepala sekolah dalam menerapkan

komitmen untuk melaksanakan pengisian instrumen EDS online dapat dilakukan

dengan melakukan pendekatan persuasi kepada guru dan siswa. Pendekatan

persuasi yang dimaksudkan disini adalah mampu meyakinkan secara halus

sehingga guru maupun siswa yang akan mengisi instrumen EDS online merasa

perlu dan menganggap penting pengisian instrumen EDS online tersebut. Selain

melakukan pendekatan persuasif, kepala sekolah juga harus bisa memberikan

keteladanan, mampu menunjukkan hal yang patut dicontoh oleh guru maupun

siswa. Salah satunya yaitu melakukan pengisian instrumen EDS online secara

jujur dan sesuai dengan kondisi sekolah yang sebenarnya, tidak dibuat-buat dan

tidak melebih-lebihkan.

Pengamatan di lapangan menunjukkan komitmen sekolah masih sangat

kurang. Kepala sekolah menginformasikan kepada para guru dan siswa yang akan

dijadikan responden untuk mempersiapkan diri melakukan pengisian instrumen

EDS online. Informasi yang disampaikan pun sebatas yang diketahui. Hal ini

dikarenakan informasi yang diterima dari pengawas sekolah dan operator

kabupaten juga tidak lengkap.

Kurangnya komitmen ini dikarenakan sekolah tidak merasakan dampak

secara langsung dari pelaksanaan program EDS online ini. Sekolah tidak

memahami bahwa penjaminan mutu merupakan sebuah proses yang

berkelanjutan dan selalu ada perbaikan dan inovasi di dalamnya. Sekolah lebih

menyukai bila sebuah program yang digulirkan ke sekolah memberikan manfaat

secara instan dan langsung menyangkut kesejahteraan sekolah. Hal ini bisa dilihat

Page 141: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

122

dari perbedaan antusiasme sekolah dalam melaksanakan pengisian EDS online,

dengan program pemerintah lainnya seperti Pendataan Dapodik, dan Akreditasi

Sekolah.

Pemerintah pusat dan daerah sangat banyak menggulirkan program ke

sekolah, yang satu dengan lainnya sering tumpang tindih. Pendataan Dapodik dan

Akreditasi Sekolah adalah program yang jadwal pelaksanaannya hampir

bersamaan dengan EDS online. Dapodik merupakan singkatan dari Data Pokok

Pendidikan. Dapodik merupakan program yang diluncurkan pemerintah dalam

hal ini adalah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka mendata

semua elemen yang saling terkait di lembaga pendidikan yang merupakan sumber

data utama pendidikan nasional yang merupakan bagian dari program

perencanaan pendidikan nasional dalam memajukan dunia pendidikan dalam

skala nasional (Pasero Dua, www.tabloidedukasi.com,2014). Tujuan lain aplikasi

Dapodik ini adalah sebagai data pokok yang digunakan berbagai pihak di

lingkungan pendidikan seperti Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan

(P2TK) dan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan

Kebudayaan dalam mengambil kebijakan dala hal penyaluran segala bantuan dan

intervensi pembangunan seperti Biaya Operasional Sekolah (BOS), aneka

tunjangan, perencanaan kebutuhan guru, pembinaan karir, bantuan sarana dan

prasarana, dan lain-lainnya (Nanang Qosyim, nq99.worpress.com,2013).

Aplikasi dalam Dapodik juga memerlukan peran serta operator sebagai

petugas entry data, dengan prosedur yang hampir sama ruwetnya dengan aplikasi

layanan PADAMU NEGERI. Antara aplikasi Dapodik maupun PADAMU

Page 142: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

123

NEGERI memiliki perbedaan sebab masing-masing program mempunyai tugas

yang berbeda, namun tujuannya sama yakni sebagai pendataan lengkap

pendidikan. Layanan PADAMU NEGERI dikelola oleh Badan Pengembangan

Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu

Pendidikan (BPSDMPK-PMP) bekerjasama dengan PT. Telkom melalui program

VerVal NUPTK dan EDS, sedangkan Dapodik dikelola oleh Direktorat Jenderal

Pendidikan dasar Kemdikbud berkoordinasi dengan Pusat data Statistik

Pendidikan (PDSP) dalam rangka integrasi data pendidikan Kemdikbud.

Keberadaan PADAMU NEGERI dan Dapodik dapat dilihat pada kutipan surat

edaran Wamendikbud tanggal 30 Agustus 2013 di

http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id. di bawah ini.

PERIHAL PADAMU NEGERI DAN DAPODIK

PADAMU NEGERI tidak ditujukan sebagai pengganti program DAPODIK

Kemdikbud. Layanan PADAMU NEGERI dikelola oleh BPSDMPK-PMP

Kemdikbud bekerjasama dengan PT. Telkom secara legal dalam rangka

pelaksanaan tupoksi Penjaminan Mutu Pendidikan melalui program EDS dan

VerVal NUPTK yang telah berlangsung setiap tahun sejak tahun 2006 hingga

saat ini.

Dari kerjasama tersebut Sistem PADAMU NEGERI dibangun diatas “Platform”

Aplikasi SIAP Online Edisi Gratis (Bebas Biaya) milik PT. Telkom.Hasil

PADAMU NEGERI sebagai dasar perencanaan program UKG, Sertifikasi Guru,

Diklat PTK diperiode selanjutnya mulai 2014 nanti. Jadi tidak perlu ada

kekuatiran berlebihan terhadap kehadiran PADAMU NEGERI yang tujuannya

berbeda dengan DAPODIK. Hal ini sama halnya dengan program PDSS dari

Dikti untuk proses seleksi SNMPTN (https://pdss.snmptn.ac.id/).

PADAMU NEGERI terbuka untuk menunggu hasil DAPODIK secara

menyeluruh agar bisa segera berbagi data yang akurat melalui PDSP sehingga

layak menjadi sumber referensi data utama bagi unit kerja lainnya yang

membutuhkan termasuk PADAMU NEGERI BPSDMPK-PMP. Jika nantinya

hasil DAPODIK telah siap dan terbuka akses datanya melalui PDSP maka

PADAMU NEGERI tentu akan menyesuaikan di periode selanjutnya.

Page 143: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

124

PADAMU NEGERI mendukung program DAPODIK sebagaimana yang

direncanakan untuk digunakan sebagai sumber data tunggal (referensi data

utama) bagi seluruh unit utama di Kemdikbud mulai tahun 2014 nanti.

BPSDMPK-PMP sebagai salah satu unit utama Kemdikbud telah menyiapkan

Aplikasi PADAMU NEGERI saat ini termasuk perangkat pendukungnya untuk

terintegrasi dengan DAPODIK mulai 2014 nanti sebagaimana surat edaran dari

Wamendikbud tanggal 30 Agustus 2013. PADAMU NEGERI juga disiapkan

sebagai “Contingency Plan” BPSDMPK-PMP untuk antisipasi pada suatu

keadaan yang tidak sesuai rencana utama tersebut. Demikian semoga bisa

mencerahkan semua pihak terkait.

Salam PADAMU NEGERI INDONESIAku

Sumber : http://bpsdmpk.kemdikbud.go.id

Keberadaan aplikasi Dapodik menjadi semakin penting ketika pada tahun

2013 proses pencairan tunjangan profesi guru akan berpedoman kepada data yang

tersimpan di Dapodik. Operator sekolah harus melakukan pendataan profil

sekolah, siswa dan guru secara akurat dan lengkap, sebab jika terjadi kesalahan

akan mengakibatkan tidak cairnya berbagai jenis bantuan untuk sekolah termasuk

tunjangan profesi guru dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS).

Pelaksanaan Dapodik dan PADAMU NEGERI dalam kurun waktu yang hampir

bersamaan menjadikan tugas operator sekolah menjadi semakin menumpuk

sehingga tidak fokus kepada pengisian instrumen EDS online. Dampak langsung

yang dirasakan sekolah jika pengisian data pada Dapodik tidak sesuai adalah

tidak cairnya dana BOS serta tunjangan profesi guru menjadikan sekolah

mengutamakan pengisian Dapodik.

Selain pengisian Dapodik hal lain yang mempengaruhi komitmen sekolah

terhadap pengisian instrumen EDS online adalah pelaksanaan Akreditasi Sekolah.

Instrumen yang digunakan pada pelaksanaan akreditasi sekolah juga mengacu

Page 144: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

125

kepada 8 SNP, sekolah cukup mencentang pilihan jawaban sesuai dengan kondisi

sekolah. Secara umum indikator dalam instrumen mirip dengan instrumen EDS

online. Perbedaannya adalah pada pemanfaatan hasil pengisian instrumen. Jika

pada pengisian isntrumen EDS online data akan digunakan sebagai bahan

perbaikan untuk meningkatkan mutu sekolah, pada akreditasi hasilnya akan

menjadi alat ukur bagi kelayakan sekolah dalam menyeenggarakan pendidikan.

Selain untuk menilai kelayakan, juga untuk meningkatkan citra sekolah, seperti

penuturan kepala sekolah berikut.

“Akreditasi itu ada standar penilaiannya, masing-masing guru saya bagi

perstandar. Ngisinya yang kayak centang-centang terus diisi manual, trus

print out-nya dikirim. Pertanyaannya hampir sama dengan EDS. Jadi

nanti hasil akreditasi itu menentukan kelayakan sekolah, kalau tidak layak

seperti SDN 3 Takmung dengan jumlah siswa yang sedikit kalau tidak

layak bisa di regrouping dia” (A.A.I.Sayang, wawancara 3 Maret 2014).

Guru lainnya menuturkan hal yang sama dengan kepala sekolah seperti

pernyataannya di bawah ini.

“Sebenarnya tugasnya sama cuma dibagi-bagi pengerjaannya untuk

semua guru, tapi adminnya tetap satu, kemudian hasilnya di-print out.

Intinya pada waktu akreditasi nilainya kan harus lebih baik dari

sebelumnya, dulu sekolah kami dapat nilai 88 tetapi setelah ada perbaikan

kekurangan-kekurangan jadi sekarang kami sudah dapat nilai A. Nilai

akreditasi ini berpengaruh kepada citra sekolah, kalau akreditasinya A kan

masyarakat berasumsinya sekolah itu layak” (Ngakan, wawancara 3

Maret 2014).

Begitu pentingnya hasil akreditasi menjadikan sekolah dengan sungguh-

sungguh melakukan perbaikan guna memperoleh nilai terbaik, seperti yang

dikatakan oleh kepala sekolah berikut ini.

“Kita berusaha mendapatkan nilai yang lebih baik dari sebelumnya

sehingga dapat nilai A. Kalo umpamanya kita dapat nilai C …wah itu kita

dipertanyakan layak apa tidak sekolahnya kan begitu, kita harus lihat apa

yang kurang, dimana kurangnya..yang sulit kan kalo kita sudah dapat nilai

Page 145: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

126

tinggi bisa nggak kita pertahankan. Kalo nilainya turun kan kinerja kepala

sekolah yang dipertanyakan, kerja apa nggak kan begitu ya…”

(A.A.I.Sayang, wawancara 3 Maret 2014).

Penuturan kepala sekolah ini menunjukkan bahwa memang sekolah

berkomitmen kepada program yang memberikan dampak langsung kepada

sekolah maupun kepada tenaga pendidik di sekolah. Data Dapodik yang akan

berimbas kepada pencairan berbagai bantuan ke sekolah seperti dana BOS dan

tunjangan profesi guru, serta akreditasi sekolah yang akan memberikan status

kelayakan bagi sekolah lebih memberikan dampak nyata kepada keberlangsungan

sekolah.

Dimasukkannya berbagai program ke sekolah memperlihatkan sekolah

diperlakukan seperti “bank data” untuk kepentingan pemerintah pusat. Paulo

Freire menyebutnya sebagai sebuah “penyimpanan” seperti menyimpan uang di

bank (Palmer,2010,p. 215). Dalam pendidikan gaya bank ini tidak ada proses

dialogis, sehingga terjadi dehumanisasi dan menghilangkan kebebasan.

Dehumanisasi sendiri bersifat mendua, karena hal ini selain terjadi pada kaum

tertindas karena hak untuk berpikir dan berbicara dibungkam juga terjadi pada

kaum penindas karena mengingkari hati nuraninya (achmad soefandi,

www.acdemia.edu.21 juni 2014).

Program EDS adalah program yang dilaksanakan dengan fungsi pemetaan

yakni memberikan gambaran kondisi sekolah yang ada di seluruh wilayah negera

Republik Indonesia dalam ketercapaiannya memenuhi SNP. Program EDS ini

bersifat periodik yang dilaksanakan tiap tahun dari tahun 2010. Jadi ketika

program tersebut dilaksanakan dalam beberapa kurun waktu diharapkan akan

Page 146: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

127

menghasilkan model sekolah seperti yang diharapkan oleh pemerintah, yakni

sekolah yang berpenjaminan mutu. Berpenjaminan mutu artinya melakukan

proses penjaminan mutu mulai dari pengumpulan data (mengisi instrumen EDS

online), mengolah data, dan melakukan tindak lanjut hasil pengolahan data

berupa penyusunan Rencana Kerja Sekolah yang mengacu kepada hasil

pengolahan data EDS.

6.5 Kurangnya Dukungan Pemerintah Daerah

Kegiatan penjaminan mutu dalam pendidikan bukanlah menjadi

tanggungjawab pemerintah pusat saja, melainkan sudah menjadi tanggungjawab

bersama antara pemerintah pusat, daerah dan masyarakat. Pada pasal 7 ayat 2

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 63 Tahun 2009 tentang Sistem

Penjaminan Mutu Pendidikan menyebutkan pemerintah kabupaten atau kota

mensupervisi, mengawasi, mengevaluasi, dan dapat memberi bantuan, fasilitasi,

saran, arahan, dan/bimbingan kepada satuan atau program pendidikan sesuai

kewenangannya dalam penjaminan mutu pendidikan. Selama pengisian

instrumen EDS online di SDN 3 Banjarangkan, peran pemerintah Kabupaten

Klungkung dalam membantu masih kurang. Selama pelaksanaan pengisian

instrumen EDS online ini tidak pernah ada pejabat dari Dinas Pendidikan Pemuda

dan Olahraga Kabupaten Klungkung maupun Unit Pelaksana Teknis Dinas

Pendidikan Kecamatan Banjarangkan yang datang untuk memberikan pengarahan

maupun melakukan monitoring ke SDN No 3 Banjarangkan.

Page 147: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

128

Pengawas Sekolah sebagai perwakilan Dinas Pendidikan dalam

pelaksanaan Monitoring Sekolah oleh Pemerintah Daerah (MPSD) juga sangat

minim dalam memberikan pendampingan. Kehadiran pejabat maupun pengawas

lebih intens berkunjung ke sekolah jika menyangkut pelaksanaan akreditasi

sekolah. Seperti penuturan guru berikut.

“Saya tidak pernah sih liat dia duduk, kecuali waktu akreditasi sekolah itu

baru je kompak datang. Kalo kegiatan yang ini tidak, harusnya dia kan

punya jadwal sendiri harusnya, dia kan mewilayahi daerah sini harusnya

memantau sekolah ini samapai dimana EDSnya kan dia punya

tanggungjawab itu. Kalau kami didatangi ya syukur kalau tidak didatangi

ya mau gimana lagi” (Dewa Ayu, wawancara 19 maret 2014).

Guru lainnya juga menyebutkan hal yang sama bahwa pengawas sekolah

kurang mememberikan dukungan dan pendampingan dengan pernyataannya

sebagai berikut.

“Pengawasnya kalau nggak salah cuma sekali aja buk, paling ya nanya

sudah sampai verval berapa. Paling kepala sekolah saja yang ngasi

pengarahan. Jadi kalau ada masalah ya nanya sama teman sama-sama

kita” (Suarthini, wawancara 19 Maret 2014).

Kurangnya dukungan pemerintah daerah terhadap pelaksanaan EDS

online ini menunjukkan bahwa sinergi antara pemerintah pusat dan daerah dalam

penyelenggaraan penjaminan mutu pendidikan belum terjalin dengan baik.

Page 148: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

129

BAB VII

DAMPAK DAN MAKNA PRAKTIK PENGISIAN INSTRUMEN

EDS ONLINE DI SDN NO 3 BANJARANGKAN

7.1 Dampak Praktik Pengisian Instrumen EDS Online

Dampak dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti pengaruh

kuat yang mendatangkan akibat baik akibat positif maupun akibat negatif

(kbbi.web.id). Proses pengisian instrumen EDS online terdiri dari tiga aspek

kegiatan yakni, persiapan teknis dan sumber daya manusia, aktivasi akun, dan

praktik pengisian instrumen EDS online. Dampak praktik pengisian instrumen

EDS online di SDN No 3 Banjarangkan merupakan akibat yang dihasilkan dari

keseluruhan proses pengisian instrumen EDS online terhadap sekolah maupun

stakeholder yaitu BPSDMPK-PMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

(Pemerintah Pusat), LPMP Provinsi Bali, dan Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Klungkung.

7.1.1 Dampak Positif Praktik Pengisian Instrumen EDS Online

Dampak positif berarti akibat positif yang ditimbukan dari praktik

pengisian instrumen EDS online terhadap sekolah maupun stakeholders yang

berkepentingan. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan ada empat dampak

positif praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan,

yakni 1) NUPTK kepala sekolah dan guru menjadi “aktif permanen”, 2) Sekolah

memiliki profil mutu capaian SNP, 3) Tersedianya data untuk perencanaan

Page 149: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

130

program pendidikan di kabupaten, 4) Tersusunnya peta mutu capaian SNP tingkat

provinsi dan nasional. Masing-masing dampak positif tersebut akan dijabarkan di

bawah ini.

7.1.1.1 NUPTK Kepala Sekolah dan Guru menjadi “Aktif Permanen”

Terintegrasikannya pengisian instrumen EDS online 2013 dengan

pendataan NUPTK memberikan manfaat yang positif bagi kepala sekolah dan

seluruh guru yang ada di SDN No 3 Banjarangkan. Kepala sekolah dan guru

“dipaksa” untuk melakukan “updating” data melalui proses verifikasi dan

validasi data yang mereka lakukan. Talcott Parsons seorang pakar sosiologi

dalam bukunya yang terkenal Toward a General Theory of Action

mengemukakan empat karakteristik dari action manusia yakni : 1) Suatu action

mempunyai tujuan. 2) Suatu action mempunyai motivasi yang menyangkut

penggunaan energi. 3) Suatu action berada di dalam suatu situasi. 4) Suatu action

mempunyai karakteristik adanya pengaturan normatif (Tilaar,HAR,2000:53).

Dalam proses updating data yang dilakukan oleh para guru dan kepala sekolah,

terlihat mereka melakukan tindakan tersebut atas dasar tujuan menghindari

NUPTK dinonaktifkan.

Dengan terselesaikannya seluruh rangkaian prosedur pengisian data dan

instrumen EDS online yang mereka lakukan berarti NUPTK mereka dinyatakan

“aktif permanen” yang berarti bisa digunakan untuk berbagai keperluan seperti

mengikuti pelatihan pengembangan diri, pengajuan sertifikasi guru, dan lainnya.

Page 150: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

131

7.1.1.2 Sekolah memiliki Profil Mutu Capaian SNP

Hasil pengisian instrumen EDS online menghasilkan profil mutu capaian

SNP SDN No 3 Banjarangkan. Profil mutu capaian SNP ini menjadi cerminan

bagi sekolah untuk melihat kondisi sekolah berdasarkan pencapaiannya dalam

pemenuhan SNP. Profil mutu capaian SNP SDN No 3 Banjarangkan dapat dilihat

pada gambar di bawah ini.

7.1 Profil Mutu Capaian SNP SDN No 3 Banjarangkan

Sumber : LPMP Provinsi Bali 2013

4.456.50

6.08

7.625.79

7.52

6.17

0.00

5.00

10.00SKL

Standar Isi

Standar Proses

Standar PenilaianStandar PTK

Standar Pengelolaan

Rerata SNP

PROFIL MUTU CAPAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Page 151: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

132

Profil mutu capaian SNP SDN No 3 Banjarangkan menunjukkan bahwa

capaian tertinggi dari 8 SNP di sekolah ini adalah pada Standar Penilaian dengan

skor 7.62 sedangkan capaian terendah ada pada Standar Kompetensi Lulusan

(SKL) dengan skor 4.45. Melalui diagram hasil ini sekolah menjadi mengetahui

bahwa yang menjadi kelemahan dan perlu mendapat perhatian dan peningkatan

adalah Standar Kompetensi Lulusan, sedangkan yang sudah mendapatkan nilai

baik adalah Standar Penilaian. Dengan demikian yang perlu menjadi program

prioritas peningkatan dan pengembangan di sekolah adalah pada standar

kompetensi lulusan.

7.1.1.3 Tersedianya Data bagi Dinas Pendidikan untuk Merencanakan

Program Pendidikan di Kabupaten

Bagi pemerintah daerah khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga Kabupaten Klungkung hasil pengisian instrumen EDS online ini

memberikan data dan informasi tentang kondisi capaian SNP jenjang pendidikan

dasar yang ada di wilayahnya. Hal ini sesuai dengan fungsi pemerintah daerah

dalam penyelenggaraan peningkatan mutu pendidikan yakni monitoring sekolah

oleh pemerintah daerah (MSPD). Melalui MSPD ini pemerintah daerah

menjaring seluruh informasi yang akan dijadikan panduan dalam menyusun

program kerja jangka pendek dalam bidang pendidikan. Seperti yang

diungkapkan oleh koordinator pengawas SD kabupaten Klungkung, Ngakan

Kasub Sidan berikut ini.

Page 152: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

133

“Hasil EDS menjadi data yang sangat penting bagi pemerintah daerah

khususnya jenjang pendidikan dasar untuk penyusunan program kerja.

Sejauh ini hasil EDS sudah dimasukkan dalam penyusunan program

pendidikan, namun belum seluruhnya. Digunakan skala prioritas dalam

pemilihan program, seperti misalnya sekarang ada kurikulum 2013 jadi

program tersebut yang akan dikejar penyesuaiannya” (Kasub Sidan,

wawancara 20 Agustus 2014).

Dari penuturan di atas terlihat bahwa pemerintah daerah telah berupaya

memanfaatkan hasil pengisian EDS meskipun tidak semua bisa dilaksanakan

dengan segera.

7.1.1.4 Tersusunnya Peta Mutu Capaian SNP tingkat Provinsi dan

Nasional

Hasil pengisian instrumen EDS online ini memberikan manfaat kepada

LPMP Provinsi Bali sebagai penyelenggara program EDS tingkat provinsi. Pasal

23 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 23 menyatakan

(1) bahwa Menteri memetakan secara nasional pemenuhan SNP oleh satuan atau

program pendidikan, (2) dalam pemetaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

yang menyangkut satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan

pendidikan menengah, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen

bekerjasama dengan LPMP, P2PNFI, BPPNFI, dan Departemen Agama, dan

Kementerian/Lembaga pemerintah lainnya penyelenggara satuan pendidikan.

Peraturan ini dengan jelas menyebutkan bahwa Lembaga Penjaminan Mutu

Pendidikan (LPMP) adalah bagian dari penyelenggara penjaminan mutu.

Pada penyelenggaraan EDS online tahun 2013 ini LPMP Provinsi Bali

telah memetakan 3345 sekolah (LPMP Provinsi Bali,2013:1). Data ini

Page 153: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

134

menunjukkan bahwa telah 3345 sekolah jenjang SD,SMP,SMA, dan SMK yang

telah melakukan pengisian instrumen EDS online. Masing-masing kabupaten

yang telah melaksanakan program EDS ini dapat dilihat pada diagram berikut.

Gambar 7.2 Sebaran SD sasaran EDS tahun 2013

Sumber : LPMP Provinsi Bali

Dari hasil pengisian instrumen EDS online dapat dilihat capaian SNP

untuk jenjang SD pada masing-masing kabupaten di Bali sebagai berikut.

No Kota Total

1 Kab. Badung 6.35

2 Kab. Bangli 6.87

3 Kab. Buleleng 6.13

4 Kab. Gianyar 6.46

5 Kab. Jembrana 6.43

6 Kab. Karang Asem 6.51

7 Kab. Klungkung 6.51

8 Kab. Tabanan 5.98 9 Kota Denpasar 6.53

Rerata 6.36

Tabel 7.1 Capaian SNP Jenjang SD di Provinsi Bali

Sumber : LPMP Provinsi Bali 2013

26511% 160

7%

46620%

28012%

1848%

35115%

1335%

31113%

2119%

Total

Kab. Badung

Kab. Bangli

Kab. Buleleng

Kab. Gianyar

Kab. Jembrana

Kab. Karang Asem

Kab. Klungkung

Kab. Tabanan

Kota Denpasar

.

Page 154: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

135

Dalam tingkat nasional hasil pengisian instrumen EDS online juga

memberikan gambaran pemetaan capaian sekolah terhadap SNP seperti yang

tampak pada gambar 7.2 berikut.

Gambar 7.3 Capaian Pemenuhan Standar Jenjang SD Tingkat Nasional

Sumber : BPSDMPK-PMP 2013

Gambar diagram di atas merupakan hasil pemetaan terhadap capaian SNP

jenjang SD di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia. Data menunjukkan

kurang dari 15 % sekolah dasar yang telah mencapai SNP. Sebagian besar masih

belum memenuhi atau melampaui SNP.

74624

2547

37845

17020

334

0

10000

20000

30000

40000

50000

60000

70000

80000

MENUJU SNP 1

MENUJU SNP 2

MENUJU SNP 3

SNP DI ATAS SNP

Page 155: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

136

7.1.2 Dampak Negatif Praktik Pengisian Instrumen EDS Online

Dari keseluruhan proses pada praktik pengisian instrumen EDS online

terjadi beberapa ketidak sesuaian yang mengakibatkan timbulnya dampak yang

kurang baik (negatif) bagi guru, siswa, maupun sekolah. Dampak negatif tersebut

adalah, 1) Guru lebih termotivasi kepada NUPTK daripada pengisian instrumen

EDS online, 2) Siswa tidak memiliki kesempatan memahami EDS, 3) Hasil

pengisian instrumen EDS online belum mencerminkan kondisi sekolah yang

sebenarnya.

7.1.2.1 Guru Lebih Termotivasi kepada NUPTK daripada Pengisian

Instrumen EDS Online

Integrasi pengisian instrumen EDS online dengan pendataan NUPTK

menjadikan guru lebih termotivasi melakukan pengisian instrumen EDS online

untuk mempertahankan NUPTK, bukan berkomitmen untuk melakukan evaluasi

terhadap kinerja sekolah dalam upaya pemenuhan SNP. Hal ini tercermin dari

yang diungkapkan oleh guru berikut.

“Biasanya kita kontrol bu, karena kadang apa yang kita kirim tidak sesuai

hasilnya dengan yang kita print, sering terjadi kekeliruan begitu. Jadi

kontinyu melihat,paling tidak bertanya apa yang kurang begitu misalnya

SK-SK, SK naik pangkat. Itu sering terjadi perubahan-perubahan yang

mungkin kita tidak tahu kalau tidak diingatkan sama operator kadang

tidak tahu” (Dewa Ayu, wawancara 19 Maret 2014).

Dari ungkapan di atas terlihat yang dikhawatirkan adalah jika ada

persyaratan pendukung yang belum terpenuhi yang mengakibatkan proses

verifikasi dan validasi datanya terhambat. Fokus terhadap proses verval juga

Page 156: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

137

ditunjukkan oleh pengawas sekolah yang melakukan pembinaan ke sekolah

seperti yang diungkapkan sebagai berikut.

“Pengawasnya kesini sekali buk, untuk mengecek vervalnya saja. Nanya

sudah sampai dimana. Kan begini buk harus guru dulu, siswa, kalau sudah

semuanya baru bisa kepala sekolahnya” (Dewa, wawancara 3 Maret

2014).

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa guru, kepala sekolah, maupun

pengawas sekolah telah terhegemoni oleh sistem. Mereka secara sadar

menyetujui bahwa prosedur berupa VerVal 1 dan VerVal 2 menentukan aktif atau

tidak aktifnya NUPTK mereka. Sehingga dengan segala upaya mereka berusaha

untuk melakukannya mesti terkendala oleh kemampuan dan waktu. Secara tidak

sadar mereka ikut berperak sebagai pelaksana hegemoni.

7.1.2.2 Siswa Tidak Memiliki Kesempatan untuk Memahami EDS

Pengisian instrumen EDS online juga wajib dilakukan oleh siswa.

Tujuannya adalah agar para siswa bisa melakukan penilaian terhadap proses

belajar mengajar yang dilakukan selama ini. Melalui penilaian ini bisa diketahui

kelemahan atau kelebihan guru dalam melakukan proses belajar mengajar. Sama

halnya dengan praktik pengisian instrumen EDS online oleh guru, praktik

pengisian instrumen EDS online oleh siswa juga dilakukan dengan cara manual

yang dibagikan oleh guru.

Hasil penelitian menunjukkan sebelum melakukan pengisian instrumen

siswa tidak diberikan sosialisasi atau pembekalan mengenai maksud dan tujuan

pengisian instrumen. Instrumen dibagikan dan siswa diminta untuk mengisinya di

Page 157: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

138

rumah. Tidak adanya sosialisasi mengabaikan hak siswa untuk bertanya dan

memahami apa yang harus dia kerjakan. Instrumen dibawa pulang dan diisi oleh

orang tua di rumah. Seperti penuturan guru berikut.

“Tidak ada sosialisasi bu, sama kayak gurunya mereka-reka sendiri

tentang EDS itu. Siswa diijinkan untuk membawa pulang dan diisi di

rumah” (Widi, wawancara 3 Maret 2014).

Paulo Freire mengungkapkan hakikat pembebasan adalah suatu proses

bangkitnya kesadaran kritis terhadap sistem dan struktur sosial yang menindas.

Pembebasan tidak saja berarti terbebas dari kesulitan aspek material saja, tetapi

juga ada ruang kebebasan dalam aspek spiritual, ideologi, maupun kultural

(Topatimasang,R.2010:47). Dalam pengisian instrumen EDS online ini para

siswa para siswa masih terkekang oleh struktur hirarki yang berlaku di sekolah

yang menempatkannya sebagai objek. Praktik seperti ini tidak menumbuhkan

kesadaran kritis di kalangan siswa untuk memahami dan mengerti apa yang

berlaku di sekolahnya.

7.1.2.3 Hasil Pengisian Instrumen EDS Online belum Mencerminkan

Kondisi Sekolah yang Sebenarnya

Pengisian instrumen EDS siswa dalam bentuk cetak yang dilakukan di

rumah oleh orangtua siswa menghasilkan data yang tidak sesuai dengan kondisi

sekolah yang sebenarnya. Hal ini tampak pada hasil isian instrumen EDS online

siswa sebagai berikut.

Page 158: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

139

S.3.26 Teknologi informasi dan komunikasi yang dimanfaatkan oleh guru

sebagai sumber /media belajar :

Internet. 42%

Radio. 14%

Televisi. 23%

Komputer. 86%

Tidak ada jawaban yang sesuai. 11%

25%50%75%100%

Responden: 57 Siswa

Data diatas adalah jawaban yang diberikan 57 orang siswa yang menjadi

responden terhadap salah satu pertanyaan pada standar proses untuk siswa. Dari

data tersebut, terlihat bahwa 86% siswa menjawab teknologi informasi dan

komunikasi yang dimanfaatkan oleh guru sebagai sumber/media belajar adalah

komputer, 42% menyatakan internet, 23% menyatakan televisi, 14% menyatakan

radio, dan 11% menyatakan tidak ada jawaban yang sesuai. Jawaban ini jelas

tidak sesuai dengan kondisi yang ada di sekolah. Jika guru menggunakan media

belajar berupa computer seharusnya di ruang kelas tersedia komputer/laptop dan

LCD. Namun hasil pengamatan di ruang sekolah sama sekali tidak terdapat

komputer maupun LCD. Ketidak sesuaian hasil pengisian instrumen EDS online

lainnya juga terdapat pada jawaban terhadap pertanyaan untuk standar proses

pada instrumen EDS online siswa berikut berikut.

Jumlah percobaan/eksplorasi yang kamu lakukan di sekolah selama satu

semester adalah

Tidak ada. 19%

Satu sampai tiga percobaan . 37%

Empat sampai tujuh percobaan . 14%

Lebih dari tujuh percobaan . 30%

25%50%75%100%

Responden: 57 Siswa

Page 159: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

140

Dari jawaban di atas terlihat bahwa sebesar 37% siswa menjawab jumlah

percobaan/eksplorasi yang dilakukan oleh siswa di sekolah selama satu semester

adalah satu sampai tiga percobaan. Hal ini berbeda dari pengakuan siswa yang

sempat diwawancara yang mengatakan sebagai berikut.

“Nggak pernah paling kalau dapat IPAnya di kelas saja pakai buku

belajarnya” (Gung Ardi, wawancara tanggal 25 maret).

Pernyataan ini serupa dengan siswa lainnya yang juga sempat

diwawancarai yang mengatakan sebagai berikut.

“Kalo belajar IPAnya pakai LKS itu, gak ada percobaan” (Ngakan,

wawancara 25 maret 2014).

Kedua pernyataan siswa ini sesuai dengan kondisi sekolah yang tidak

memiliki ruangan laboratorium dan peralatan IPA yang memadai. Meskipun ada

beberapa buah tabung reaksi yang tersimpan di perpustakaan, terlihat benda itu

tidak pernah terpakai. Penuturan di atas memperjelas bahwa data yang diisi pada

instrumen bukanlah data yang sesuai dengan kondisi sekolah yang sebenarnya

melainkan berdasarkan perkiraan semata.

7.2 Makna Praktik Pengisian Instrumen EDS Online

Makna dalam hal ini berarti maksud pembicara atau pengertian yang

diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan (kbbi.web.id). Menurut teori

dekonstruksi Derrida, pemaknaan hal yang dimaknai adalah suatu proses

membongkar dan menganalisis secara kritis hal yang dimaknai. Hubungan penanda

dan petanda tidak bersifat tetap, tetapi dalam kenyataan dapat “ditunda” untuk

Page 160: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

141

memperoleh hubungan yang lain atau baru. Oleh karena itu, makna suatu tanda

diperoleh tidak berdasarkan pembeda antar tanda yang hubungan antar penanda –

petanda bersifat tetap, tetapi dapat berubah-ubah sesuai dengan kehendak pemakai

tanda. Apa yang terjadi dalam proses pemahaman makna tanda tidak sekadar karena

ada proses oposisi (difference), tetapi karena ada proses “penundaan” hubungan

antara penanda (bentuk tanda) dan petanda (makna tanda) untuk menemukan makna

lain atau makna baru (Hoed, 2011:16). Praktik pengisian instrumen EDS online yang

dilakukan di SDN No 3 Banjarangkan sebagai petanda atau sebagai teks memiliki

makna-makna tertentu. Makna-makana tersebut adalah makna peningkatan mutu

pendidikan, makna kerjasama, makna hegemoni, makna resistensi, dan makna

pencitraan.

7.2.1 Makna Penjaminan Mutu Pendidikan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013

menyebutkan setiap Satuan Pendidikan pada jalur formal dan nonformal wajib

melakukan penjaminan mutu pendidikan. Penjaminan mutu pendidikan tersebut

bertujuan untuk memenuhi atau melampaui Standar Nasional Pendidikan. Proses

penjaminan mutu dapat menggiring penyelenggaraan pendidikan yang bermutu

dalam upaya menghasilkan lulusan yang berkarakter dan memiliki daya saing.

Penjaminan mutu pendidikan tidak terlepas dari pelaksanaan EDS. EDS

merupakan upaya sistemik untuk menghimpun dan mengolah data (fakta dan

informasi yang sahih dan realiabel untuk mengetahui keadaan sekolah yang dapat

digunakan sebagai landasan tindakan manajemen (strategi) untuk mengelola

kelangsungan program atau penyelenggaraan sekolah. Sekolah melakukan EDS

Page 161: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

142

untuk dapat memperbaiki mutu pelaksanaan pendidikan. Hasil EDS digunakan

untuk membuat rencana kerja sekolah (RKS) agar mutu sekolah dapat

ditingkatkan.

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan SDN No 3 Banjarangkan

berusaha melakukan penjaminan mutu meskipun belum sepenuhnya sesuai

dengan buku pedoman. Sekolah telah memasukkan data profil sekolah yang

memuat identitas sekolah, letak geografis sekolah, kondisi guru, tenaga

kependidikan, dan siswa. Pengisian instrumen EDS online oleh seluruh guru dan

siswa juga menunjukkan sekolah melakukan tahap awal dalam proses EDS yakni

proses pengumpulan data. Data yang telah diisi dalam instrumen ini hasilnya

diolah oleh sistem aplikasi PADAMU NEGERI. Hasil pengolahan ini kemudian

dianalisia oleh LPMP Provinsi Bali dengan melibatkan pengawas sekolah.

Analisis hasil ini merupakan tahap pengolahan data yang menghasilkan ouput

berupa rekomendasi-rekomendasi terhadap standar-standar yang perlu

mendapatkan perhatian untuk dilakukan perbaikan. Hasil rekomendasi ini

diserahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Klungkung untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam penyusunan program

pendidikan.

Meskipun belum berjalan dengan sempurna, praktik pengisian instrumen

EDS online ini telah menunjukkan adanya proses penjaminan mutu yang dimulai

dari pengumpulan data, pengolahan data, dan menghasilkan output rekomendasi-

rekomendasi untuk pemerintah daerah. Pemerintah daerah yang selanjutnya

menindaklanjuti rekomendasi-rekomendasi yang telah diberikan.

Page 162: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

143

7.2.2 Makna Kerjasama

Muara dari pelaksanaan program EDS di sekolah adalah agar terciptanya

budaya mutu di sekolah, yang berarti sekolah bisa melakukan kegiatan

mengevaluasi diri dengan dorongan dari dalam diri sendiri. Untuk menciptakan

budaya mutu tersebut diperlukan kerjasama antara satuan pendidikan dengan

pihak-pihak lain yang terkait sesuai dengan ketentuan yang berlaku (Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan

Mutu Pendidikan) yaitu penyelenggara satuan pendidikan atau program

pendidikan, pemerintah kabupaten atau kota, pemerintah provinsi, dan

pemerintah pusat (Kemdikbud). Pada pasal 6 Permendiknas ini menyatakan

bahwa penyelenggara satuan pendidikan atau program pendidikan mensupervisi,

mengawasi, dan memberi fasilitas, saran, arahan, dan/atau bimbingan kepada

satuan atau program pendidikan dalam penjaminan mutu pendidikan. Ketentuan

ini menyiratkan harus adanya kerjasama dari semua instansi yang terlibat

langsung, dalam hal ini Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Klungkung dan LPMP Provinsi Bali.

Pada praktik pengisian instrumen EDS online ini, kerjasama tersebut

terlihat dari peran serta Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten

Klungkung menyediakan staf/guru yang ditugaskan menjadi operator kabupaten,

operator kecamatan, dan operator sekolah. Peran operator sangatlah penting, dan

tanpa dukungan dari operator yang solid sulit bagi program EDS yang dilakukan

secara online bisa berjalan sesuai dengan tepat waktu. Bentuk kerjasama lainnya

Page 163: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

144

adalah ketika dilakukan analisis terhadap hasil EDS online. LPMP Provinsi Bali

mengundang pengawas sekolah jenjang SD di Kabupaten Klungkung untuk

melakukan analisis terhadap hasil EDS online. Hasil analisis ini dilaporkan oleh

pengawas sekolah kepada Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga

Kabupaten Klungkung agar diketahui kondisi ketercapaian SNP untuk jenjang

pendidikan dasar yang ada di Kabupaten Klungkung.

7.2.3 Makna Hegemoni

Pengelolaan pendidikan di Indonesia selama ini masih bersifat macro

oriented, proses dan kebijakan banyak diatur oleh birokrasi di tingkat pusat yang

diteruskan ke tataran birokrasi yang ada di daerah. Demikian pula halnya dalam

penyelenggaraan penjaminan mutu melalui program EDS ini. Pemerintah pusat

menghendaki agar seluruh sekolah yang ada di wilayah Negara Kesatuan

Republik Indonesia melakukan upaya penjaminan mutu secara internal sesuai

dengan yang diamanatkan oleh Permendiknas No 63 Tahun 2009. Keinginan ini

diteruskan ke birokrasi yang ada di bawahnya yakni LPMP Provinsi Bali dan

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung. Seperti yang

disebutkan pada bagian Menimbang poin „a‟ Permendiknas No 63 Tahun 2009,

bahwa pendidikan nasional menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah,

pemerintah daerah, dan masyarakat dan oleh karena itu penjaminan mutu

pendidikan menjadi tanggung jawab bersama ketiga unsur tersebut.

Pemerintah berusaha keras agar penjaminan mutu pendidikan melalui

pengisian instrumen EDS online berjalan dengan cepat maka dilibatkanlah

Page 164: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

145

beberapa pihak atau instansi yang terlibat langsung yang disebut simpul

penjaminan mutu yang terdiri dari BPSDMPK-PMP, LPMP Provinsi Bali, Dinas

Pendidikan Kabupaten Klungkung, Pengawas Sekolah, Unit Pelaksana Teknis

tingkat kecamatan, sekolah, dan PTK. Melalui simpul penjaminan mutu ini

pemerintah mendorong agar setiap sekolah melakukan pengisian instrumen EDS

online yang hasilnya akan digunakan sebagai dasar bagi sekolah untuk

melakukan perbaikan sehingga bisa memenuhi SNP. Di balik dorongan ini, ada

manfaat yang didapat oleh pemerintah yakni dengan waktu yang efektif dan

efisien bisa melakukan pemetaan terhadap mutu sekolah yang ada di seluruh

Indonesia.

Dalam pendidikan kritis disebutkan bahwa proses pendidikan tidak

pernah lepas dari kekuasaan. Melalui Permendiknas No 63 Tahun 2009

pemerintah telah menanamkan sebuah ideologi tentang penjaminan mutu dengan

menggunakan program EDS sebagai strateginya. Althusser pada dasarnya melihat

konsep ideologi sebagai mekanisme konstruksi posisi-posisi subjek dengan mana

subjek memandang dunia sekitarnya. Mekanisme ideologis ini, terutama

berlangsung lewat efek wacana, kemudian melalui penalaran wacana diproduksi

pengetahuan yang memilah antara yang di dalam dan di luar nalar. Dalam hal ini

yang di luar nalar dengan sendirinya dianggap ditolak/tidak relevan. Dengan cara

ini ideologi seakan-akan dipilah pula antara yang berkaitan dengan kondisi yang

secara nyata dialami dalam kehidupan sehari-hari (jadi tidak palsu), terutama

dalam kaitan kekuasaan atau relasi kelas (Widja, 2012:34).

Page 165: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

146

Gramsci mengembangkan pemikiran tentang ideologi dengan cara yang

lebih halus. Gramsci menekankan bahwa produksi dan pertahanan praktik-praktik

otoritatif dalam relasi kekuasaan tersebut berlangsung secara halus melalui

mekanisme kombinasi antara paksaan dan persetujuan sadar sehingga aspek

dominasi (paksaan) itu sendiri tidak dirasakan secara telanjang (sadar) dalam

praktik kehidupan nyata (Widja,2012:34).

Pada praktik pengisian instrumen EDS online, praktik-praktik otoritatif

berlangsung dengan halus sehingga dengan sadar sekolah mau mengisi

instrumen. Dari hasil pengamatan di SDN 3 Banjarangkan, bentuk praktik

hegemoni yang terjadi adalah dengan keharusan memperpanjang NUPTK guru

dan kepala sekolah diwajibkan mengisi instrumen EDS online yang ada di

layanan PADAMU NEGERI. Jika hal tersebut tidak dilakukan maka NUPTK

guru dan kepala sekolah akan dinonaktifkan. Tidak aktifnya NUPTK akan

menyulitkan guru maupun kepala sekolah untuk mengikuti pelatihan

pengembangan karir maupun pembayaran tunjangan profesi gurunya. Sanksi

penonaktifan NUPTK ini membuat guru dan kepala sekolah merasa khawatir,

sehingga mereka harus mengisi instrumen EDS online. Keharusan

memperpanjang NUPTK juga merubah pandangan sekolah terhadap hakekat

pelaksanaan EDS online, mereka lebih terpaku kepada proses VerVal daripada

kesesuaian dan kebenaran data EDS yang mereka lakukan.

Page 166: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

147

7.2.4 Makna Resistensi

Praktik pengisian instrumen EDS online menunjukkan praktik hegemoni

dalam pelaksanaannya di sekolah. Kekuasaan dalam pendidikan menjadikan

sekolah tidak punya pilihan selain mengikuti program yang digulirkan oleh

pemerintah. Dalam praktiknya, tidak ada praktik hegemoni yang bebas dari

perlawanan yang biasa dikenal dengan istilah resistensi. James C. Scott, seorang

antropolog dalam bukunya yang berjudul Domination and the Arts of Resistance:

Hidden Transcripts (http://reviewgersos.blogspot.com) berpendapat resistensi

merupakan senjata buat mereka yang kalah. Resistensi dilakukan secara sadar,

sengaja, dan penuh kehati-hatian. Hal ini dipilih karena perlawanan secara

terbuka atau revolusi tidak mungkin dilakukan karena rasa takut akan kekuasaan.

Resistensi sering dianggap sebagai sesuatu yang sia-sia, namun resistensi

menunjukkan bahwa terjadi perlawanan di dalam kepatuhan.

Pada praktik pengisian instrumen EDS online juga terlihat adanya

resistensi yang dilakukan oleh guru dan kepala sekolah. Selama empat kali

menjadi objek pelaksanaan EDS online, sekolah dituntut untuk mengisi data yang

dituangkan dalam instrumen EDS. Seluruh pertanyaan yang ada dalam instrumen

tersebut harus diisi dengan benar sesuai dengan kondisi sekolah. Pada tahun

pertama pelaksanaan EDS sekolah sangat berharap bahwa hasil dari pengisian

instrumen akan segera di respon oleh pemerintah, terutama dalam bidang sarana

dan prasarana yang menjadi kebutuhan utama dalam kelancaran proses belajar

mengajar. Namun realitanya, tidak ada tindak lanjut terhadap hasil EDS tersebut.

Hal serupa terjadi pada tahun kedua dan ketiga, bahkan setiap tahun sekolah

Page 167: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

148

disodorkan dengan instrumen dan cara pengisian yang berubah, sehingga harus

menunggu instrumen yang dibuat oleh pemerintah pusat baru bisa melakukan

pengisian instrumen EDS. Pengisian instrumen EDS hanya menjadi kewajiban

ketika ada instruksi dari atasan dan bukan dari kesadaran sekolah (internally

driven). Tidak adanya dampak langsung yang dirasakan oleh sekolah menjadikan

sekolah setengah hati dalam melaksanaan pengisian EDS, seperti yang

diungkapkan oleh guru berikut.

“Sebenarnya kami juga bingung buk tiap tahun ngisi EDS, beda-beda lagi

instrumen dan cara ngisinya. Hasilnya juga gak dipakai apa ya. Tahun

depan berubah lagi instrumennya jadi kami harus nunggu instrumen baru

lagi kan begitu lagi Buk” (Widi, wawancara 3 Maret 2014).

Penuturan guru di atas menunjukkan bahwa sebenarnya mereka merasa

kecewa jenuh dengan pengisian instrumen EDS tiap tahun tetapi tidak ada

perubahan yang dirasakan. Kekecewaan ini mereka tunjukkan dengan melakukan

resistensi. Dari hasil pengamatan di sekolah, bentuk resistensi yang dilakukan

adalah 1) keluhan-keluhan dari para guru yang menilai program EDS yang

terintegrasi dengan pendataan NUPTK banyak menyita waktu. 2) melakukan

pengisian instrumen EDS online tidak sesuai dengan realita sekolah, 3)

menyerahkan proses peng-entri-an data ke dalam layanan PADAMU NEGERI

kepada operator sekolah, dan 4) pengisian instrumen EDS online tidak disertai

dokumen pendukung.

7.2.5 Makna Pencitraan

Pencitraan adalah proses atau cara membentuk gambaran atau kesan

(kbbi.web.id). Pencitraan sekolah berarti proses atau cara yang dilakukan oleh

Page 168: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

149

sekolah untuk membentuk gambaran atau kesan kepada masyarakat sehingga

terlihat lebih baik dari yang sebenarnya. Apa yang terjadi dalam proses pemahaman

makna tanda tidak sekadar karena ada proses oposisi (difference), tetapi karena ada

proses “penundaan” hubungan antara penanda (bentuk tanda) dan petanda (makna

tanda) untuk menemukan makna lain atau makna baru (Hoed, 2008:16).

Dalam teori semiotika yang dikemukakan oleh Ferdinand de Saussure,

tanda sebagai terdiri atas significant (bentuk) yang dalam bahasa Indonesia

diterjemahkan dengan istilah penanda, dan signifie (makna) yang dalam bahasa

Indonesia diterjemahkan dengan istilah petanda. Namun yang dimaksud dengan

bentuk adalah citra (image) tentang bunyi suatu kata. Jadi dalam tanda bahasa,

bukan bunyi bahasa itu sendiri yang dimaksud dengan bentuk, melainkan citra

tentang bunyi itu. Setiap tanda selalu terdiri atas penanda dan petanda. Dalam

teori ini tanda adalah sesuatu yang terstruktur karena terdiri atas komponen

(dalam hal ini ada dua) yang berkaitan satu sama lain dan membentuk satu

kesatuan (Hoed,2008:40).

Pada praktik pengisian instrumen EDS online, makna pencitraan itu

terlihat dari capaian SNP SDN No 3 Banjarangkan seperti yang ditunjukkan pada

gambar 7.1 di atas. Meskipun secara umum seluruh capaian standar di SDN No 3

Banjarangkan belum memenuhi SNP namun dari seluruh stnadar capaan Standar

Penilaian memiliki angka tertinggi yakni 7.62. Pada PP No 32 Tahun 2013

tentang perubahan SNP disebutkan Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria

mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta

didik. Hasil capaian pengisian instrumen EDS oline tersebut memberikan kesan

Page 169: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

150

bahwa SDN No 3 Banjarangkan memiliki mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar yang baik. Artinya selama empat kali melaksanakan

program EDS, pola penilaian hasil belajar siswa oleh guru mengalami banyak

perubahan. Namun hal tersebut berbeda dengan penuturan guru berikut.

“Setelah ngisi EDS biasa saja, sama saja rasanya kecuali kalau nanti ada

perubahan misalnya perubahan kurikulum yang sekarang banyak

dibicarakan itu mungkin baru berubah” (Suartini, wawancara 19 Maret

2014)

Penuturan serupa juga diungkapkan oleh guru lainnya yang mengatakan

sebagai berikut.

“Kalau untuk mengajar di kelas sih gak ada pengaruhnya ya, biasa saja sih

seperti biasanya” (Eka, wawancara 25 April 2014)

Dari penuturan guru di atas terlihat bahwa tidak terjadi perubahan atau

perkembangan yang signifikan terhadap penilaian proses belajar siswa yang

dilakukan oleh guru. Apa yang terjadi masih sama dengan tahun-tahun

sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa hasil pengisian instrumen EDS online yang

menunjukkan capaian standar penilaian hasil belajar siswa memberikan makna

pencitraan yang membuat masyarakat menilai bahwa guru-guru di SDN No 3

Banjarangkan memiliki pola penilaian hasil belajar yang baik.

7.3 Refleksi

Potret yang di dapat adalah adanya harapan sekaligus tuntutan dari

pemerintah pusat agar seluruh sekolah di wilayah Negara Kesatuan Republik

Indonesia melakukan penjaminan mutu pendidikan sesuai dengan Permendiknas No

63 Tahun 2009, melalui pelaksanaan pengisian instrumen EDS online yang

Page 170: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

151

terintegrasi dengan pendataan NUPTK. Pelaksanaan EDS online ini diyakini bisa

membantu sekolah dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya sendiri dengan

mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan. Disamping berguna untuk sekolah,

hasil dari pengisian instrumen sekolah ini juga diharapkan bisa menyediakan data

kepada pemerintah pusat maupun daerah mengenai kondisi sekolah diukur dari

pencapaiannya memenuhi SNP.

Harapan dan tuntutan ini tidak didukung oleh kesiapan sekolah yang

melaksanakan EDS. Keterbatasan sumber daya manusia dalam menggunakan

komputer, pemahaman terhadap EDS dan SNP yang masih kurang, kurangnya

komitmen sekolah, dan dukungan pemerintah daerah yang rendah menjadi kendala

yang harus dihadapi oleh sekolah. Penggunaan aplikasi berbasis internet dengan

transaksi realtime pada pengisian instrumen EDS online tanpa disertai kemampuan

daya dukung sekolah menimbulkan praktik hegemoni. Dari praktik hegemoni ini

memunculkan resistensi dalam bentuk keluhan-keluhan dari para guru yang merasa

terbebani. Namun mereka tidak bisa menolak karena sanksi yang harus diterima

adalah penonaktifan NUPTK yang mereka miliki, yang akan mengakibatkan guru

tidak bisa mengikuti berbagai kegiatan yang berhubungan dengan profesinya.

Untuk memenuhi tuntutan tersebut, sekolah melakukan praktik pengisian

instrumen EDS online dengan cara yang tidak sesuai dengan petunjuk yang ada pada

buku pedoman. Bentuk ketidaksesuaian itu sudah terlihat dari proses aktivasi akun.

Proses aktivasi akun yang seharusnya dilakukan oleh responden secara terkoneksi

langsung dengan layanan PADAMU NEGERI, justru diwakilkan oleh operator.

Demikian pula aktivasi akun siswa, operatorlah yang membantu melakukan aktivasi.

Ketidaksesuai kedua terlihat dari pengisian instrumen EDS online guru, siswa, dan

Page 171: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

152

kepala sekolah dilakukan dengan cara manual. Instrumen EDS yang ada di layanan

PADAMU NEGERI diunduh kemudian dicetak dan dibagikan.

Meskipun dilakukan dengan berbagai kendala, ada dampak positif dan

negatif yang bisa dilihat. Pemaksaan terhadap pengisian instrumen EDS online

membuat seluruh guru dan kepala sekolah di SDN No 3 Banjarangkan telah aktif

secara permanen, dan data individu yang telah diupdate pada proses verval telah

tersimpan dalam database. Sekolah juga memiliki profil mutu capaian SNP,

sehingga bisa mengetahui kondisinya secara internal. Data hasil pengisian instrumen

EDS online juga memberikan sumbangan yang penting bagi pemerintah daerah

dalam mengembangkan program pendidikan di kabupaten. Untuk LPMP Provinsi

Bali dan Pemerintah pusat, hasil pengisian instrumen EDS online ini membantu

menyusun peta mutu ketercapaian sekolah dalam memenuhi SNP tingkat provinsi

dan nasional.

Selain dampak positif, pengisian instrumen EDS online juga menimbulkan

dampak negatif bagi sekolah. Pertama, pengisian instrumen EDS online yang

terintegrasi dengan pendataan NUPTK menjadikan guru lebih terfokus kepada upaya

“menyelamatkan” NUPTK-nya dari penonaktifan, sehingga komitmen mengisi

instrumen EDS dengan benar dari segi isi dan pelaksanaannya menjadi kurang.

Kedua, proses pengisian insrumen EDS oleh siswa tanpa didahului oleh sosialisasi

membuat siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk mengetahui dan memahami

EDS itu sendiri. Ketiga, hasil yang ditunjukkan dari pengisian instrumen EDS online

tidak menunjukkan kondisi sekolah yang sebenarnya. Terdapat ketidaksesuaian

antara apa yang diisi dengan kenyataan yang ada di sekolah.

Page 172: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

153

Dari praktik pengisian instrumen EDS online ini dapat diinterpretasikan

makna, yakni pertama, makna penjaminan mutu. Praktik pengisian instrumen

EDS online ini telah menunjukkan adanya proses input yaitu pengumpulan data

melalui pengisian instrumen EDS online, yang dilanjutkan dengan analisis data

yang dilakukan oleh LPMP Provinsi Bali dan pengawas sekolah yang akhirnya

menghasilkan output berupa rekomendasi untuk pemerintah daerah (Dinas

Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Klungkung). Makna kedua adalah

makna kerjasama, antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah terjalin

kerjasama yang dapat mengurangi jarak antara pemerintah pusat dengan

pemerintah daerah. Makna ketiga adalah makna hegemoni yang terlihat dari

pelaksanaan EDS online yang bersifat otoritatif, melibatkan kuasa pemerintah

yang membuat para guru merasa khawatir dengan sanksi yang akan diterima.

Makna keempat adalah makna resistensi yang terlihat dari keluhan-keluhan yang

disampaikan oleh para guru. Makna kelima adalah makna pencitraan. Hasil

pengisian instrumen EDS online yang menunjukkan sekolah memiliki nilai tinggi

pada standar penilaian membuat kesan bahwa SDN No 3 Banjarangkan memiliki

pola penilaian belajar siswa yang baik. Secara keseluruhan praktik pengisian

instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan perlu dipersiapkan dengan

baik oleh segenap stakeholder, sehingga program EDS online yang dijalankan

oleh pemerintah bisa berjalan dengan baik.

Page 173: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

155

BAB VIII

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bagian akhir studi ini disajikan simpulan hasil pembahasan dan

saran/rekomendasi. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif dengan

menggambarkan secara singkat hasil penelitian. Rekomendasi berisikan harapan-

harapan serta kemungkinan-kemungkinan yang bisa dilakukan di masa yang akan

datang dalam pelaksanaan program EDS, khususnya praktik pengisian instrumen

EDS online. Simpulan dan rekomendasi akan diuraikan sebagai berikut.

8.1 Simpulan

Dalam simpulan berikut diuraikan jawaban terhadap tiga rumusan

masalah sebagai hasil kajian dari penelitian ini. Adapun simpulan yang diperoleh

adalah sebagai berikut.

1. Praktik pengisian instrumen EDS online di SDN No 3 Banjarangkan.

Pada tahap persiapan pelaksanaan pengisian instrumen EDS online ada keluhan

sejumlah guru yang merasa terbebani dengan proses verval yang panjang. Namun

keluhan tersebut menjadi berkurang ketika sekolah memutuskan untuk

menugaskan operator sekolah untuk membantu. Praktik pengisian instrumen EDS

online di SDN No 3 Banjarangkan belum berjalan dengan baik, terlihat dari

adanya ketidaksesuaian antara praktik pengisian instrumen dengan petunjuk yang

ada pada buku pedoman. Ketidaksesuaian tersebut adalah 1) bahwa setiap

responden tidak melakukan pengisian instrumen secara realtime di layanan

Page 174: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

156

PADAMU NEGERI, melainkan mengisi dalam format hardcopy yang diisi

secara manual dan dimasukkan ke dalam sistem oleh operator sekolah. 2)

pengisian instrumen EDS siswa dalam bentuk hardcopy yang dibagikan oleh

sekolah tidak dilakukan oleh siswa yang menjadi responden, melainkan diisi oleh

orangtua siswa di rumah, sehingga data yang diisi tidak mencerminkan kondisi

nyata di sekolah.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi praktik pengisian instrumen EDS

online di SDN No 3 Banjarangkan. Terdapat lima faktor yang berpengaruh

terhadap praktik pengisian instrumen EDS online yakni pertama, ketersediaan

sarana pendukung yang memadai. SDN No 3 Banjarangkan telah memiliki dua

unit komputer dan jaringan internet untuk mengakses layanan PADAMU

NEGERI. Kedua, kurangnya kemampuan dalam menggunakan komputer. Kepala

sekolah dan sebagian besar guru lainnya tidak bisa mengoperasikan komputer,

demikian pula dengan siswa. Ketiga, kurangnya pemahaman tentang EDS dan

SNP, yang menjadikan mereka melakukan pengisian instrumen tidak didasari

oleh pemahaman yang benar tentang EDS dan SNP. Keempat, kurangnya

komitmen sekolah dalam melaksanakan program EDS. Sekolah lebih antusias

bila melaksanakan program yang memberikan dampak secara langsung kepada

sekolah, seperti program Dapodik dan Akreditasi Sekolah. Kelima, kurangnya

dukungan pemerintah daerah. Selama pelaksanaan pengisian instrumen EDS

online tidak ada pejabat Disdikpora yang melakukan monitoring ke sekolah.

Pendampingan yang dilakukan oleh pengawas sekolah sebagai perwakilan dinas

pendidikan juga sangat kurang.

Page 175: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

157

3. Dampak dan makna praktik pengisian instrumen EDS online di SDN

No 3 Banjarangkan. Dampak praktik pengisian instrumen EDS online ada dua

yakni dampak positif dan dampak negatif. Dampak postif dari praktik pengisian

isntrumen EDS online ini adalah 1) NUPTK Kepala sekolah dan guru menjadi

“aktif permanen”, 2) Sekolah memiliki profil mutu capaian SNP, 3) Tersedianya

data bagi Dinas Pendidikan untuk merencanakan program pendidikan di

kabupaten, 4) Tersusunnya peta mutu capaian SNP tingkat provinsi dan nasional.

Dampak negatifnya adalah 1) Guru lebih termotivasi kepada NUPTK daripada

pengisian instrumen EDS online, 2) Siswa tidak memiliki kesempatan untuk

memahami EDS, dan 3) Hasil pengisian instrumen EDS online belum mencerminkan

kondisi sekolah yang sebenarnya. Makna praktik pengisian instrumen EDS online

ada lima yakni 1) Makna penjaminan mutu pendidikan, 2) Makna kerjasama, 3)

Makna hegemoni, 4) Makna resistensi, dan 5) Makna pencitraan.

8.2 Saran

Praktik pengisian instrumen EDS online merupakan implementasi dari

proses penjaminan mutu yang dilakukan dalam lingkup sekolah. Implementasi

yang benar akan meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Oleh sebab itu

semua simpul pemetaan yang terlibat langsung dalam program EDS harus

bersinergi satu dengan lainnya, agar proses penjaminan mutu terlaksana dengan

baik. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat diberikan saran-saran

sebagai berikut.

Page 176: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

158

1. Pemerintah pusat dalam menggulirkan program hendaknya

memperhatikan kondisi dan kesiapan sekolah terlebih dahulu. Sebab ketersediaan

sarana dan prasarana pendidikan serta SDM khususnya jenjang sekolah dasar

sangat minim, berbeda dengan jenjang yang lebih tinggi SMP, SMA, maupun

SMK. Pada jenjang pendidikan dasar peran guru selain berfungsi sebagai

pengajar juga menjadi tenaga administrasi. Dari segi kualitas, kompetensi guru

sekolah dasar masih rendah khususnya dalam penguasaan teknologi.

2. Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) khususnya guru agar lebih

meningkatkan kompetensi dalam bidang teknologi terutama penggunaan

komputer, sehingga bila dikemudian hari ada program serupa tidak akan

tergantung kepada orang lain.

3. Pemerintah daerah, khususnya Dinas Pendidikan Pemuda dan

Olahraga. Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga di derah hendaknya

menghilangkan pandangan yang membedakan program pusat dan program

daerah. Dukungan pemerintah daerah terhadap program pusat harus ditingkatkan,

sehingga bisa bersinergi dengan baik. Sinergi yang baik antara pemerintah pusat

dan daerah akan memberikan hasil yang baik bagi kemajuan pendidikan.

Page 177: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

159

DAFTAR PUSTAKA

Agger, Ben. 2012. Teori Sosial Kritis (Kritik, Penerapan dan Implikasinya).

Yogjakarta: Kreasi Wacana.

Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan

Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSMPK dan PMP).2012. “Konsep,

regulasi dan Kebijakan Penjaminan Mutu Pendidikan”. Jakarta :

Kemdikbud.

--------.2013. “Panduan Pelaksanaan Pemetaan Mutu Pendidikan Tahun 2013”.

Jakarta: Kemdikbud.

--------.2013. “PADAMU NEGERI : Pangkalan Data Penjaminan Mutu

Pendidikan Negara Kesatuan Republik Indonesia (buku panduan bagi

admin sekolah) ”. Jakarta : Kemdikbud.

--------.2013. “Kitab SIAP PADAMU NEGERI”. Jakarta : Kemdikbud.

--------.2013. “Panduan Evaluasi Diri Sekolah untuk Penjaminan Mutu

Pendidikan”. Jakarta : Kemdikbud.

Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi).

Jakarta : Bumi Aksara.

Barker, Chris. 2011. Cultural Studies (Teori dan Praktik). Yogjakarta : Kreasi

Wacana.

Bungin, Burhan. 2010. Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan

Publik dan Ilmu Sosial Lainnya). Jakarta : Kencana.

-------,2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : Rajagrafindo Persada.

Emzir,2010. Metodologi Penelitian Kualitatif ; Analisis Data. Jakarta :

Rajagrafindo Persada.

Harker,R.dkk, 2009. ( Habitus x Modal ) + Ranah = Praktik. Yogyakarta :

Jalasutra.

Hasa, Sandi Suwardi.2011. Pengantar Cultural Studies (Sejarah, Pendekatan

Konseptual, dan Isu Menuju Studi Budaya Kapitalisme Lanjut. Jogjakarta

: AR-RUZZ Media.

Hoed, Benny H. 2008. Semiotika dan Dinamika Sosial Budaya. Jakarta : Fakultas

Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI.

Page 178: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

160

http://padamu.kemdikbud.go.id. 2013.

http://reviewgersos.blogspot.com. Menguak Makna Tersembunyi di Balik

Resistensi. Diunduh 17 Januari 2015.

http://www.kamusbahasaindonesia.org. Diunduh 20 Juni 2014.

http://zangpriboemi.blogspot.com. Diunduh Mei 2014.

Iskandar, 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada.

Jenny Edkins – Nick Vaughan Williams. 2009. Teori-Teori Kritis Menantang

Pandangan Utama Studi Politik Internasional. Yogyakarta : Pustaka

Baca.

Jiwa, I Made. 2010. “Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Kecerdasan Emosional Guru dan Kompetensi Guru dengan Kefektifan

Sekolah pada Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Tabanan

Provinsi Bali”. Disertasi. Malang : Universitas Negeri Malang.

Kutha Ratna, I Nyoman. 2010. Metodologi Kajian Budaya dan Ilmu Sosial

Humaniora pada Umumnya. Yogjakarta : Pustaka Pelajar.

Layanan SIAP Padamu Negeri. http://padamu.kemdikbud.go.id.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Bali.2010. “Laporan

Pelaksanaan Quality Assurance Tahun 2010”. Laporan Kegiatan.

Denpasar.

Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Bali. 2011. “Pemetaan Mutu

Pendidikan Berbasis Evaluasi Diri Sekolah Online Provinsi Bali Tahun

2011”. Denpasar.

---------.2012. “Laporan Analisis Hasil Evaluasi Diri Sekolah dan Monitoring

Sekolah oleh Pemerintah Daerah”. Laporan Kegiatan. Denpasar.

---------.2013. “Peta Mutu Pendidikan Provinsi Bali Berbasis Evaluasi Diri

Sekolah Tahun 2013”. Denpasar.

Manurung,PH.2007. Komunikasi dan Kekuasaan. Yogyakarta : FISIF Atma Jaya.

Mardin. 2012. “Peran Evaluasi Diri Sekolah (EDS) dalam Mewujudkan Budaya

Mutu pada Satuan Pendidikan”. Artikel. Makasar : LPMP Sulawesi

Selatan.

Page 179: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

161

Mariana,Alit.2013. Anatomi Sistem Penjaminan Mutu di Provinsi Bali.

Denpasar: LPMP Provinsi Bali.

Nasution,S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara.

Nurkolis. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah Teori, Model dan Aplikasi. Jakarta:

PT Grasindo.

Palmer, Joy A. 2010. 50 Pemikir Paling Berpengaruh terhadap Dunia

Pendidikan Modern (Biografi, Dedikasi, dan Kontribusinya). Jogjakarta :

Laksana.

Paramartha, Wayan. 2010. “Hubungan Karakteristik Sekolah, Partisipasi

Masyarakat, Iklim Sekolah dan Kemampuan Manajemen dengan

Keefektifan Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri di Provinsi

Bali. Disertasi. Malang : Universitas Negeri Malang.

Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jakarta.

---------.No. 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Standar Nasional Pendidikan.

Jakarta.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 19 Tahun 2007 Tentang Standar

Pengelolaan. Jakarta.

---------.No 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana. Jakarta.

---------.No 63 Tahun 2009 Tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Jakarta.

Riduwan. 2009. Metode dan Teknik Penyusunan Proposal Penelitian. Bandung :

Alfabeta.

Sadiman, Arief S. dkk. 2003. Media Pendidikan. Jakarta. PT. Raja Grafindo

Persada.

Sahertian, Piet A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam

Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta : PT. Rineka

Cipata.

Scheerens,Jaap. 2013. Peningkatan Mutu Sekolah. Jakarta : Wacana Ilmu.

SDN No 3 Banjarangkan, 2013. Rencana Pengembangan Sekolah SDN No 3

Banjarangkan Tahun 2013/2014.

Page 180: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

162

Sentosa, I Putu Pranatha. 2012. “Studi Evaluasi Pelaksanaan Program

Manajemen Berbasis Sekolah ( Studi pada Tiga Sekolah Menengah

Pertama yang Sebelumnya menjadi Rinstisan Program Manajemen

Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah di Kabupaten Jembrana”. Tesis.

Singaraja : Universitas Pendidikan Ganesha.

Silalahi, Ulber. 1999. Metode dan Metodologi Penelitian. Bandung : Bina

Budhaya.

Sudrajad,Akhmad.2008. Teori–Teori Motivasi. Akhmadsudrajad.wordpress.com.

Suparno,P. dkk. 2002. Reformasi Pendidikan. Yogjakarta : kanisius.

Suryosubroto. 2004. Manajemen Pendidikan Sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipata.

Susanto,Listyono. 2009. Epistemologi Kiri. Jakarta : Ar-Ruzz Media.

Suyanto. 2008. Dialog Interaktif tentang Pendidikan. Yogyakarta : Multi

Pressindo.

Syafarudin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan: Konsep,

Startegi dan Aplikasi. Jakarta: Grafindo.

Syah, Muhibbin. 1999. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan baru. Bandung

: Remaja Rosdakarya.

Syaodih,Nana. 2006. Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (

Konsep, Prinsip, dan Instrumen.Jakarta : Refika Aditama.

Taqwa,R. 2011. Resistensi terhadap Praktik Dominasi Kekuasaan dalam Institusi

Pendidikan Usia Dini : Studi Kasus Sekolah Azifa di Yogyakarta. Journal

Kependudukan Indonesia diunduh melalui http://eprints.unsri.ac.id.

Tilaar,HAR. 2010. Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia

(Strastegi Reformasi Pendidikan Nasional). Bandung : Remaja

Rosdakarya.

---------2003. Kekuasaan dan Pendidikan Suatu Tinjauan dari Perspektif Studi

Kultural. Jakarta : Indonesia Tera.

---------.2006. Standarisasi Pendidikan Nasional (Suatu Tinjauan Kritis). Jakarta

: Rineka Cipta.

---------.2012. Perubahan Sosial dan Pendidikan (Pengantar Pedagogik

Transformatif untuk Indonesia). Jakarta : Rineka Cipta.

Page 181: praktik pengisian instrumen evaluasi diri sekolah online di sdn no 3

163

Tjiptono, Fandy & Anastasia Diana. 2002. Total Quality Manajement. Edisi

Revisi.Yogyakarta : Andy Offset.

Tobroni, 2010. “Teori-teori mengukur mutu sekolah”. Diunduh melalui

http://tobrani.staff.umm.ac.id. Tanggal 15 Mei 2014.

Topatimasang,Roem.dkk. 2010. Pendidikan Popular (Membangun Kesadaran

Kritis). Yogyakarta : Insistpress.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Jakarta.

--------. No 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Jakarta.

Widja, I Gde. 2012. Pendidikan Sebagai Ideologi Budaya (Mengamati

Permasalahan Pendidikan Melalui Pendekatan Kajian Budaya).

Denpasar : Program Magister (S2) dan Doktor (S3) Kajian Budaya

Universitas Udayana; Krishna Abadi.

Wijaya,Nyoman. 2012. Menerobos Badai, Biografi Intelektual Prof. Dr. I Gusti

Ngurah Bagus. Denpasar : Pustaka Larasan dan TSP.

Wiratma, I Gusti Lanang. 2013. “Pengelolaan Pembelajaran Kimia Pada SMAN

1 Singaraja dan SMAN 1 Gianyar : Dekonstruksi Implementasi Standar

Proses”. Disertasi. Denpasar : Universitas Udaya.

Zealoutous,Justang. “Masalah Pendidikan : Buruknya Kualitas Pendidikan di

Indonesia”. Diunduh pada http://blog.umy.ac.id/arimcreat tanggal 10

November 2012.

Zulkarnain, Iskandar. 2013. “Pendidikan Indonesia : Dari Hegemoni dan Kuasa

Pengetahuan ke Pendangkalan Kemanusiaan. Journal, diunduh dari

http://www.journal.ubb.ac.id/index.php/sosiologi/article/view/67/62