pr ujian praktikum kel.3

17
A. Komunikasi Terapeutik Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari- hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni: a. Pengetahuan b. Ketulusan c. Semangat d. Praktek 1. Pengetahuan Mengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari. Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan- tahapan yang dilalui dalam proses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan yang bersangkutan

Upload: alfun-hidayatulloh

Post on 17-Dec-2015

13 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PR Ujian Praktikum Kel.3

TRANSCRIPT

Microsoft Word - makalah terapetik.doc

A. Komunikasi Terapeutik

Peranan komunikasi bagi perawat sangat besar sekali untuk lebih mengembangkan kepribadian serta untuk kelancaran pelaksanaan tugas sehari- hari.Menurut Kariyoso Ada 4 (empat) keharusan bagi perawat dalam serangkaian komunikasi dengan pasien maupun dalam penyuluhan kesehatan di masyarakat. Empat keharusan tersebut yakni:a. Pengetahuanb. Ketulusanc. Semangatd. Praktek1. PengetahuanMengetahui pokok permasalahan yang akan dibicarakan dan disampaikan dalam penyuluhan. Dalam usaha berkomunikasi dengan baik, seorang perawat harus mempunyai pengetahuan yang cukup sehingga memudahkan dalam melaksanakan tugasnya setiap hari.Meskipun pasien tidak mengetahui dengan baik tentang rencana asuhan keperawatan (nursing care plan), namun bilaperawat mendiskusikannya dan mengajak kerjasama dengan pasien tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalamproses perawatan akhirnya pasien akan menaruh kepercayaan kepada perawatan yang bersangkutan karena telah meminta pendapatnya.Kemudahan dalam melaksanakan tugas, sangat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dimiliki perawat itu sendiri. Seorang perawat bukan sekedar menghafal nama pasien, alamat, diet dan lain-lain akan tetapi dari cara berkomunikasi turut besar pula andilnya. Begitu juga bila dalam memberikan penyuluhan kesehatan dimasayarakat, pertanyaan-pertanyaan dari warga masyarakat akan dapat dijawab dengan jelas serta memberikan tindak lanjut, daripada menganggap tugas penyuluhan kesehatan sekedar menjalankan tugas saja oleh karena kemampuan yang terbatas. Tepatnya perawat yang memiliki pengetahuan yang luas akan lebih mudah berkomunikasi daripada wawasan pengetahuannya terbatas.2. KetulusanSekedar mengenal pasien dan kebutuhannya saja tidaklah cukup, tapi kepercayaan yang sepenuh hati (tulus) tidak bisa diabaikan begitu saja. Penampilan seorang perawat yang tulus tercermin dari sikapnya yang sederhana, mau mendengarkan keluhan-keluhan pasien tanpa bermaksud untuk melecehkannya atau mencemoohnya.Dalam melaksanakan tugas setiap harinya seorang perawat sering berhadapan denagn pasien yang memiliki bermacam-macam sifat dan tabiat. Namun dengan sikapnya yang tulus seorang perawat dapat membantu meringankan beban pasien tanpa membedakan antara pasien yang satu dengan pasien yang lainnyaMeskipun gaji Perawat bukanlah gaji yang tinggi, namun seorang perawat memperoleh kepuasan batin apabila mampu membantu pasien dalam mengatasi penyakitnya, lebih-lebih bila nasihat dan saran-sarannya diterima dengan baik oleh pasien. Walaupun kehadirannya ada yang memuji tapi tidak sedikit pula yang merasa tidak puas terhadap asuhan perawatan yang telah diberikan, sehingga muncul istilah suster judes. Saya sering di bilang suster judes oleh pasien di sini mungkin karena saya cerewet selalu mengingatkan pasien kalau mereka tidak mau minum obat atau melanggar larangan yang sudah di jelaskan oleh dokter, tapi lama kelamaan kalau kitanya sabar , pasien juga akan mengeri sendir ungkap suster H yang bekerja di salah satu Rumah Sakit Swasta terkenal di Bandung.Tapi satu hal yang perlu kita garis bawahi, perawat tetaplah perawat, sosok manusia yang bisa khilaf. Sedangkan yang membedakannya karena keahlian dan ketulusannya dalam mebantu pasien dalam mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan penyakitnya.3. SemangatDalam berkomunikasi dengan pasien, selain pengetahuan dan ketulusan seorang perawat haruslah bersemangat. Semangat hidup yang tinggi dapat mempengaruhi semangat pasien. Akan halnya penyakit yang diderita oleh pasien lebih cepat sembuh bila nasihat dan saran-saran serta anjuran dokter ditaati sepenuhnya oleh pasien.Misalnya tentang diet dan istirahat yang cukup, kemudian bisa pula melatih bagian tubuh pasien yang kurang berfungsi (mobilisasi) dengan kursi roda, kruk dan sebagainya sesuai instruksi unit rehabilitasi. Dengan semangat yang terus dipompakan oleh perawat keyakinan pasien untuk sembuh lebih besar lagi.Selain itu sebagai penyebab ketidakmampuan pasien untuk bekerjasama karena perasaannya terkekang dan sulit dikeluarkan, keadaan ini dapat disebabkan kurangnya perhatian perawat sehingga pasien merasa dikucilkan. Menghadapi situasi yang demikian, seorang perawat dengan naluri keibuan haruslah bijaksana terutama dalam mengubah kekangan perasaan pasien dengan memberikan dorongan. Jadi, selain perawat harus bersemangat dalam bekerja juga memberikan semangat kepada pasien.4. PraktekUntuk dapat berbicara yang baik atau komunikatif tidaklah cukup sekedar teori saja, namun lebih ditekankan pada praktis terapan atau praktek. Pribadi yang tampil utuh sebagai seorang perawat bukanlah suatu hal yang mudah. Lingkungan menuntut untuk mampu melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, sementara kepribadian perawat juga mendapat porsi yang sama.Untuk itu agar lebih luwes namun sigap serta tidak kaku dalam berbicara maka latihan intensif salah satu jalan keluarnya. Dan kemmpuan dalam rangka praktek berbicara setiap harinya harus lebih ditingkatkan hingga mencapai kondisi yang diinginkan oleh pesawat itu sendiri. Latihan ini bisa berupa menyebutkan konsonan huruf hidup A, I, U, E, O tiap sehabis bangun tidur. Bisa juga dengan menghitung dari 1 sampai 100 dan kebalikannya dari seratus mundur hingga mencapai angka satu. Dengan latihan praktek demikian ditambah lagi praktekberbicara di depan umum akan menghilangkan rasa cemas hingga tidak kaku dan berani tampil.Pada akhirnya bila empat keharusan tersebut dijalankan, niscaya tidak ada kesulitan dalam berkomunikasi bagi perawat baik di rumah sakit maupun di puskesmas khususnya pada saat penyuluhan kesehatan.5. Pengertian Komunikasi TerapeutikKomunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut.Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang dihadapi pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya.Komunikasi terapeuitk termasuk komunikasi untuk personal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar petugas kesehatan dengan pasien.Menurut Purwanto komunikasi terapeutik merupakan bentuk keterampilan dasar untuk melakukan wawancara dan penyuluhan dalam artian wawancara digunakan pada saat petugas kesehatan melakukan pengkajian memberi penyuluhan kesehatan dan perencaan perawatanTujuan komunikasi terapeutikMenurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik :a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya.b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang adac. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya.Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu :a. Tingkah laku perawatDirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita- berita tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya.b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakitPelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial.Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan.Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada hubungnnya dengan jiwaSosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di dalam masyarakat.c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik.Proses Komunikasi terapeutikProses ini terdiri dari unsur komunikasi prinsip komunikasi dan tahapan komunikasi. Unsur komunikasi terdiri dari :Sumber komunikasi yaitu pengirim pesan atau sering disebut komunikator yaitu orang yang menyampaikan atau menyiapkan pesan. Komunikator dalam makalah ini adalah para perawat yang tugas utamanya ialah membantu pasien dalam mengatasi masalah sakit akut, sakit kronis, dan memberikan pertolongan pertama pada pasien dalam keadaan gawat darurat.Komunikator memiliki peranan penting untuk menentukan keberhasilan dalam membentuk kesamaan persepsi dengan pihak lain dalam makalah ini ialah pasien. Kemampuan komunikator mencakup keahliaan atau kredibilitas daya tarik dan keterpercayaan merupakan faktor yang sangat berpengaruh dan menentukan keberhasilan dalam melakukan komunikasi.Unsur komunikasi terapeutik selain komunikator, yaitu pesan merupakan salah satu unsur penting yang harus ada dalam proses komunikasi. Tanpa kehadiran pesan, proses komunikasi tidak terjadi. Komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan tepat, dapat dimengerti, dan dapat diterima komunikan.Effendy (2000:41) mengatakan bahwa komunikasi akan berhasil bila pesan yang disampaikan memenuhi syarat sebagai berikut:1. Pesan harus direncanakan2. Pesan menggunakan bahasa yang dapat dimengerti kedua belah pihak3. Pesan itu harus menarik minat dan kebutuhan pribadi penerima4. Pesan harus berisi hal-hal yang mudah difaham5. Pesan yang disampaikan tidak samar-samar.B. Manajemen Stres1. Pengertian Stress

Stes merupakan suatu respon adap if individu terhadap si uasi yang diterima seseorang sebagai suatu tantangan atau ancaman keberadaannya.

Secara umum orang yang mengalami stress merasakan perasaan khawatir, tekanan, letih, ketakutan, elated, depresi, cemas dan marah. Terdapat t iga aspek gangguan seseorang yang mengalami stress yaitu gangguan dari aspek f isik, aspek kognitif (pemikiran) dan aspek emosi. Gejala fisik yang dialami seseorang yang stres ditandai dengan denyut jantung yang tinggi dan tangan berkeringat , sakit kepala, sesak napas, nause or upset tummy, constipation, sakit punggung atau pundak, rushing around, bekerja berlama-lama, tidak ada kontak dengan rekan, fatique, gangguan tidur dan perubahan berat badan yang drastis. Secara aspek kognitif atau pikiran, stress ditandai dengan lupa akan sesuatu, sulit berkonsentrasi, cemas mengenai sesuatu hal, sulit untuk memproses informasi, dan mengemukakan pernyat aan-pernyataan yang negatif terhadap diri sendiri. Dari aspek emosi, st ress dit andai dengan sikap mudah marah, cemas dan cepat panik, ketakutan, sering menangis, dan mengalami peningkatan konflik interpersonal.

2. Hal-Hal yang Menimbulkan Stress

Hal-hal yang dapat menimbulkan strees disebut stressor. Ancaman, kejadian atau perubahan merupakan stresor. Terdapat dua tipe stresor yaitu stresor yang berasal dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

3. External Stresors

Physical Environment misalnya kebisingan, cahaya yang berlebihan, suhu udara yang panas dan kondisi ruangan yang sempit.

SocialInt eract ion misalnya mengalami tindakan yang kasar,korban sikap berkuasa, menerima tindakan agrasif dari pihak lain dan mengalami kekerasan Organisational, situasi organisasi yang dapat menimbulkan st ress adalah adanya peraturan yang terlalu, red tape,dan tekanan date line yang harus dipenuhi. Peristiwa penting dalam hidup misalnya kelahiran, kematian kehilangan pekerjaan, promosi, dan perubahan status perkawinan. Kecerobohan kegiatan sehari-hari, misalnya rutinitas bepergian dalam jarak jauh, lupa menyimpan kunci, dan kerusakan mesin.

4. Internal Stressors

Stressor int ernal dapat disebabkan adanya pemilihan terhadap gaya hidup yang diwarnai dengan kecanduan minum minuman yang mengandung kafein, kurang tidur dan jadwal yang terlalu padat. Pembicaraan pribadi yang negative, hal ini ditandai denganpemikiran yang pesimis, sering ,mengkritik diri sendiri dan melakukan analisis yang berlebihan. Jebakan pemikiran, misalnya harapan yang tidak realistis, taking things personally, terlalu banyak yang dipikirkan atau tidak berpikir sama sekali, exaggeration dan berpikir kaku.5. Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisikb. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbalORIENTASI

Selamat pagi pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagiBagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukanBagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?KERJASekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:Bu, saya perlu uang untuk membeli rokok. Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.b. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya, katakan: Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan. Coba bapak praktekkan. Bagus pakc. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal bapak dapat mengatakan: Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu. Coba praktekkan. BagusTERMINASIBagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah dengan bicara yang baik?Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajariBagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll. Bagus nanti dicoba ya Pak!Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti yaC. Strategi Pelaksanaan Spiritual untuk Manajemen Marah

Spiritualitas adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek:1. berhubungan dengan sesuatu yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan;

2. menemukan arti dan tujuan hidup;

3. menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri;

4. mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan Yang Maha Tinggi. Mempunyai kepercayaaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap sesuatu atau seseorang. Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama, kepercayaan didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam, Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu yang berhubungan dengan Ketuhanan, kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai wewenang atau kuasa, suatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan (belief) dan keyakinan sepenuhnya (action). Harapan (hope), harapan merupakan suatu konsep multidimensi, suatu kelanjutan yang sifatnya berupa kebaikan, perkembangan, dan bisa mengurangi sesuatu yang kurang menyenangkan. Harapan juga merupakan energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai sutau prestasi dan berorientasi ke depan. Agama, adalah sebagai sistem organisasi kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah yang terorganisasi atau teratur. Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup, kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritualitas juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dan lingkungan) dan transpersonal (hubungan yang tidak dapat dilihat yaitu suatu hubungan dengan ketuhanan yang merupakan kekuatan tertinggi). Adapun unsur-unsur spiritualitas meliputi kesehatan spiritual, kebutuhan spiritual dan kesadaran spiritual. Dimensi spiritual merupakan suatu penggabungan yang menjadi satu kesatuan antara unsur psikologikal, fisiologikal atau fisik, sosiologikal dan spiritual. Kata spiritual sering digunakan dalam percakapan sehari-hari. Untuk memahami pengertian spiritual dapat dilihat dari berbagai sumber. Menurut Oxford English Dictionary, untuk memahami makna kata spiritual dapat diketahui dari arti kata-kata berikut ini: persembahan, dimensi supranatural, berbeda dengan dimensi fisik, perasaan atau pernyataan jiwa, kekudusan, sesuatu yang suci, pemikiran yang intelektual dan berkualitas, adanya perkembangan pemikiran dan perasaan, adanya perasaan humor, ada perubahan hidup, dan berhubungan dengan organisasi keagaamaan. Sedangkan berdasarkan etimologinya, spiritual berarti sesuatu yang mendasar, penting, dan mampu menggerakan serta memimpin cara berfikir dan bertingkah laku seseorang . Berdasarkan konsep keperawatan, makna spiritual dapat dihubungkan dengan kata-kata: makna, harapan, kerukunan, dan sistem kepercayaan (Dyson, Cobb, Forman, 1997). Dyson mengamati bahwa perawat menemukan aspek spiritual tersebut dalam hubungan seseorang dengan dirinya sendiri, orang lain, dan dengan Tuhan. Menurut Reed (1992) spiritual mencakup hubungan intra-, inter-, dan transpersonal. Spiritual juga diartikan sebagai inti dari manusia yang memasuki dan mempengaruhi kehidupannya dan dimanifestasikan dalam pemikiran dan prilaku serta dalam hubungannya dengan diri sendiri, orang lain, alam, dan Tuhan (Dossey & Guzzetta, 2000). Para ahli keperawatan menyimpulkan bahwa spiritual merupakan sebuah konsep yang dapat diterapkan pada seluruh manusia. Spiritual juga merupakan aspek yang menyatu dan universal bagi semua manusia. Setiap orang memiliki dimensi spiritual. Dimensi ini mengintegrasi, memotivasi, menggerakkan, dan mempengaruhi seluruh aspek hidup manusia. DAFTAR PUSTAKAEffendy, Onong. 2000. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT.RosdakaryaKariyoso.1994. Pengantar Komunikasi Bagi Siswa Perawat.Penerbit Buku Kedokteran EGCKeliat, B.A. (1999). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta :EGC

Kharela, L. 2012. Aspek Spiritual Dalam Proses Keperawatan. http://liutam imakharela.com/p/kesehatan-spiritual-dan-aplikasinya.html [diakses pada 16 Desember 2014]

Purwanto ,Heri. 1994. Komunikasi untuk Perawat. Jakarta : EGG

Stuart GW, Sunden . 1998 . Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta EGCSuliswati, dkk. 1999. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC