pr dokter flora

Upload: guadelupe-maria-melisa-wiriadinata

Post on 10-Feb-2018

248 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    1/12

    1. Imaging Pada Toxoplasmosis Serebri:

    MRI: T1: Lesi hipointens. T2: Lesi hiperintens. FLAIR: sinyal hiperintenskarena edema. Efek desak ruang. Dengan kontras didapatkan peripheral ring

    enchancement (asymetric target sign), edema di sekitar cincin.

    CT- Scan: Dengan kontras didapatkan peripheral ring enchancement. Bisa

    terlihat edema di sekitar cincin (hipodens) Predileksi di ganglia basal (75%) sisanya di gray-white juntion, korteks.

    DD utama radiologi CNS limfoma biasanya ditreat dengan toxoplasmosis

    juga. Membedakan dengan SPECT tapi alatnya sulit.

    Atrofi serebrikarena efek HIV

    2. Pengobatan Toksoplasmosis Serebri:

    Regimen Pengobatan toxoplasmosis serebri:

    Minimum 3 minggu, optimal 6 minggu. Dalam hari ke-3 sudah terlihat

    perbaikan pada 51% pasien, 91% pasien pada minggu kedua. Penyembuhan

    radiologis dalam 3 minggu. Bila hari ke 3 mulai perburukan neurologis, atautidak berespon pengobatan pada hari ke 14 maka dibiopsi untuk mengeksklusi

    limfoma.

    Pyrimethamine dan sulfadiazine menghambat jalur metabolisme asam folat lebih baik diberi suplemen untuk mencegah komplikasi hematologis.

    Untuk ibu hamil boleh diberikan regimen yang sama namun sulfadiazine

    menyebabkan hiperbilirubinemia pada anak. Bisa diganti terapi alternatif.

    Untuk yang tidak dapat toleransi oral diberikan regimen TMP (10/mg/kg/hari)dan SMX (50 mg/kg/hari).

    Terapi antiretroviral dapat diteruskan ketika toxoplasmosis akut sudah selesai

    diobatitidak ada guideline pasti.

    Dexamethasone ( 4 mg tiap 6 jam ) diberikan jika ada perburukan kondisi

    dalam 48 jam atau terdapat midline shift atau tanda peningkatan TIK. Lalu

    tappering off di hari-hari berikutnya. Dexamethasone hati-hati karena

    peningkatan risiko infeksi oportunistik.

    Regimen Profilaksis:

    Primer: pada pasien seropositif IgG dengan CD4 + < 100 atau CD4+ < 200dengan infeksi oportunistik atau keganasan. Profilaksis dengan TMP-SMX.

    Profilaksis primer dihentikan bila CD4+ > 200 untuk 3 bulan berturut-turut.

    Pasien yang tidak diberi terapi rumatan akan 50-80% akan relaps. Terapi

    profilasis sekunder diberikan dihentikan jika CD4+ > 200 dan bertahan selamalebih dari 6 bulan.

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    2/12

    Terapi profilaksis sekunder dan primer diberikan kembali jika hitung CD4+ 50%, hipertensi tidak dapat

    terkontrol dan perubahan mikrovaskuler otak yang luas.

    Pemberian antikoagulan untuk pencegahan sekunder Pasien dengan stroke tipe

    kardioembolik

    Fibrilasi atrium:

    Direkomendasikan untuk pengobatan antikoagulan dengan antagonisvitamin K (target INR 2,5 dengan rentang 2-3) (evidence A)

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    3/12

    Jika ada kontraindikasi, diberikan aspirin sebagai pengganti antikoagulan.

    (Evidence A)

    Pasien dengan fibrilasi atrial dan mempunyai risiko tinggi terjadi stroke

    (stroke atau tIA dalam 3 bulan terakhir, CHADS score 5-6, dengan katup

    mekanik, menderita penyakit jantung rematik) memerlukan terapi

    sementara antikoagulan oral, dapat dipertimbangkan terapi bridgingdengan pemberian LMWH subkutan. (evidence C)

    Pasien yang tidak dapat memeriksa INR secara teratur dapat diberikan

    dabigatran etexilate (evidence B).

    Dan pengobatan penyakit jantung lainnnya seperti MCI dan thrombus

    ventrikel kiri jantung, kardiomiopati, penyakit katup jantung dst.

    4. CT SCAN SOL ibu Saminingsih suspek SOL apa? (Jenis histologi ttn).

    a. Neoplasma primer:

    i. Glioma: tumor intrakranial primer paling umum dan paling sering

    menyebabkan kalsifikasi intrakranial patologis. Pada CT terlihatsebagai area yang mengalami perubahan densitas dikeliling edema dan

    efek massa. Terdapat penguatan signifikan setelah pemberian kontras.

    ii. Meningioma: 15-20% tumor otakprimer. Bersifat jinak, batas tegas

    yang berasal dari setiap bagian meningeal yang menutupi otak. Lokasi

    tersering di falx, parasagital, sayap sphenoid, dan kecembungan

    hemisfer Cirinya berupa lesi berbatas tegas yang diperkuat setelah

    pemberian kontras.

    iii. Lain-lain: neuroma austik, tumor hipofisis, tumor serebelum.

    5. Metastasis Otak Predileksi Tempatnya

    Tumor primer (urutan frekuensi terbanyak-terkecil): paru-paru, payudara, melanoma,

    ginjal, kolon. Pada wanita fokus primer umumnya dari mamae, cervix dan paru.

    Sedangkan pada pria berasal dari prostat dan paru-paru. Predileksi metastasis tumor

    otak 70% pada serebrum, 30% pada serebelum.

    Gambaran radiologis: metastasis dapat tunggal atau multipel. Lesi multipel

    kemungkinan besar metastasis. Dapat bersifat hemoragik, kistik atau mengalami

    kalsifikasi atau kavitas, edema sekitar. Setelah kontras akan terjadi penguatan di lesi

    maupun di sekitarnya karena kerusakan BBB.

    6. Membedakan SOL otak dari imaging

    Neoplasma:

    Limfoma malignan: lesi single, selalu lebih besar dari 3 cm, dengan densitas isodens

    sampai hiperdens dengan penyangatan internal saat pemberian kontras.

    MRI:

    T1 relaxation T2 relaxation Tissue /lesion

    intensity intensity CSF, cyst,hygromas, serebromalasia

    intensity intensity Iskemia, oedema,demyelination,moist malignant

    tumours

    intensity Slight intensity Subacute/perdarahan kronis

    intensity intensity Lemak, tumor dermoid, lipoma,some metastasis,atheroma

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    4/12

    Isointense intensity Perdarahan akut

    Isointense Isointense Meningioma (umumnya diidentifikasi dari edema sekitar

    CT Scan pada lesi dengan etiologi vaskular

    1. Epidural hematoma:

    Hematoma epidural akut, umumnya muncul setelah trauma. Temuan pada ct scanmencakup hiperdensitas, ekstraaksial, bikonveks, massa berbentuk lensa yang

    terutama ditemukan di area temporal otak. Terdapat hematoma pada kulit kepala ,

    serta fraktur tengkorak pada window tulang.

    2. Hematoma subdural:

    a. Akut: bentuk bulat sabit, garis ekstraserebral atenuasi tinggi yang dapat

    menyebrangi garis tengah

    b. Kronis: muncul pada SDH yang berusia lebih dari 3 minggu, densitas rendah

    3. Intracerebral Hematoma:

    a. Kontusi serebral: lesi kecil berbatas tegas dengan atenuasi tinggi dalam

    parenkim otak (salt & pepper appearance)

    b.

    Ada kemungkinan lesi dikelilingi cincin hipodens dari edemac. Bisa terdapat darah intraventrikel

    d. Dapat terjadi herniasi otak terutama subfalcine dan transtentorial

    4. Perdarahan subararachnoid (dari ruptur aneurisma)

    a. Pada CT, terdapat hiperdens dari arah yang terlihat pada sulkus dan sisternabasalis.

    b. Regio falx menjadi hiperdens, melebar dan berbatas tidak tegas

    c. Konsentrasi terbesar pada tempat pecahnya aneurisma

    Gambaran darah pada MRI

    Fase Waktu T1Hiperakut < 24 jam Isointens

    Akut 1-3 hari Isointens

    Subakut awal 3-7 hari Terang

    Subakut akhir 7-14 hari Terang

    Kronis > 14 hari Gelap

    Edema serebral

    1. Vasogenik: predominan di white matter

    2. Sitotoksik: predominan di gray dan white matter

    Gambaran CT

    1.

    Hilangnya diferensiasi normal substansia grisea dan alba2. Terlihat pendataran sulci

    3. Kompresi ventrikel

    4. Dapat terlihat adanya pendataran sisterna basiler dan herniasi otak

    SOL Infeksi

    Abses serebral merupakan kondisi yang seringkali terjadi pada pasien dengan kondisi sistem

    imun tubuh yang menurun. Abses dapat terjadi karena bakteri, fungi, dan organisme parasit.

    Pencitraan MRI merupakan teknik spesifik dan sensitif untuk diagnosis abses bakterial

    piogenik. Temuan tipikal antara lain:

    - Lesi massa dengan cincin tipis dan halus pada pemakaian kontras

    -Derajat edema vasogenik bervariasi

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    5/12

    - Terlihat adanya restriksi difusi air pada Diffusion-weighted imaging (DWI) karenaadanya viskositas tinggi dan selularitas tinggi dari pus.

    Fitur lesi infeksi non pyogenik kurang spesifik

    Toxoplasmosis:

    -Gambaran nekrosis sentral tanpa materi purulen

    - Tidak terdapat restriksi difuusi air seperti pada abses piogenik

    Abses fungal:

    - Dari penelitian didapatkan hiperintensitas pusat pada DWI, sesuai dengan gambaran

    restriksi difusi air

    - Pada pasien dengan kapsul yang belum terbentuk sempurna, pada DWI didapatkan

    penurunan difusi diperifer abses, tetapi meningkat di bagian pusat

    - Lesi ring-enhancing singleatau multiple

    - Lesi berlokasi pada pertemuan antara substansia grisea dan alba, serta pada ganglia

    basalis

    -Di sekitar lesi terdapat edema vasogenik dengan gambaran hiperintens

    - Tidak terdapat gambaran perdarahan, infark, atau hidrosefalus

    Abses bakterial

    - Lesi single atau multiple massa dengan cincin tipis dan halus pada pemakaian kontras

    - Pola hiperintens di sekitar lesi pada gambaran MRI T2, sesuai gambaran edema

    vasogenik

    7. Encephalitis menyebabkan perdarahan? Paling sering disebabkan apa? Paling sering

    dimana?

    Infeksi SSP yang dapat mengakibatkan pendarahan pada SSP

    Pendarahan pada jaringan SSP dapat diakibatkan oleh infeksi virus, bakteri, jamur dan

    parasit. Infeksi Virus yang tersering berkaitan dengan pendarahan intracranial adalah

    infeksi HIV. Hal ini berhubungan dengan vaskulopati akibat infeksi HIV yang dapat

    mengakibatkan pendarahan pada basal ganglia, lobus cerebri, dan cerebellum. Pada

    infeksi SSP oleh HIV pada anak anak juga biasa dapat ditemukan pembentukan

    aneurisma pada arteri arteri besar pada circulus willisi. Aneurisma ini dapat ruptur

    dan mengakibatkan pendarahan intracranial. Selain itu infeksi HIV juga dapat

    mengakibatkan trombositopenia yang meningkatkan pendarahan spontan, termasuk

    pendarahan intracranial.

    Infeksi SSP bakterial yang meningkatkan resiko pendarahan intracranial adalahinfeksi SSP oleh M. Tuberkulosis. Infeksi M.TBC dapat mengakibatkan oklusi pada

    sinus venosus dan menyebabkan pendarahan. Selain itu, eksudat pada lapisan

    leptomenings dapat mengakibatkan pembentukan aneurisma tipe mycotic yang dapat

    ruptur. Lokasi aneurisma dapat bervariasi, namun umumnya dapat ditemukan pada

    arteri cerebellar inferior posterior, yang jika rupture dapat mengakibatkan pendarahan

    intraventrikuler. Tuberkuloma sendiri dapat mengakibatkan pendarahan

    intraparenkimal.

    Infeksi SSP oleh jamur yang sering menyebabkan pendarahan intracranial adalahinfeksi oleh Aspergillus sp. Infeksi oleh aspergillus sp. Dapat mengakibatkan

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    6/12

    pembentukan aneurisma tipe mycotic, dan seringkali dapat mengakibatkan

    pendarahan subarachnoid. Selain itu, pendarahan subarachnoid juga dapat disebabkan

    oleh infeksi oleh candida albicans. Infeksi SSP oleh parasite yang dapat

    mengakibatkan pendarahan adalah infeksi oleh malaria pada malaria serebral.

    Selain itu, infeksi oleh cacing pita (cysticercosis) berupa neurocysticercosis dapatmengakibatkan vaskulitis yang dapat mengakibatkan pendarahan intracranial,

    biasanya pada pembuluh darah perforatum yang kecil dan juga pendarahan

    subarachnoid akibat ruptur aneurisma.

    Sumber : Carod-Artal FJ. Stroke in central nervous system infections. Ann Indian Acad

    Neurol 2008;11:64-78

    8. Trauma yang menyebabkan tumor di otak

    Hingga saat ini belum ditemukan sebuah bukti konkrit yang menyatakan

    korelasi antara riwayat trauma kepala dan peningkatan faktor resiko timbulnya tumor

    SSP. Beberapa literature menyebutkan bahwa riwayat trauma kepala berat merupakan

    faktor resiko terbentuknya neoplasma SSP berupa meningioma, namun hingga saat ini

    belum dapat dibuktikan korelasi kuat antara kedua hal ini.

    Sumber : Salvati, M, Caroli, E, Rocchi, G, Frati, A, Brogna, C and Orlando, ER

    (2004). Post-traumatic glioma. Report of four cases and review of the literature.

    Tumori. 90: 416-9. Department of Neurosurgery, INM Neuromed IRCCS, Pozzilli,

    Italy.

    Nygren, C, Adami, J, Ye, W, Bellocco, R, af Geijerstam, JL, Borg, J and Nyren, O

    (2001). Primary brain tumors following traumatic brain injury--a population-based

    cohort study in Sweden. Cancer Causes Control. 12: 733-7. Department of

    Rehabilitation Medicine, Karolinska Institute, Danderyd Hospital, Stockholm,Sweden

    9. ADEM (acute demyelinating encephalomyelitis)

    Acute Disseminated Encephalomyelitis (ADEM) secara umum dianggap sebagai kelainan

    demielinesasi inflamasi monofasik disertai dengan manifestasi klinis pleiotropic, yang

    umumnya melibatkan ensefalopati, namun dapat melibatkan juga sindrom fokal atau

    multifokal yang mengarah kepada kelainan demielinesasi inflamasi Sistem Saraf Pusat (SSP),

    termasuk Neuritis Optika (NO), dan myelitis. Oleh karena itu, ADEM menjadi DD dari

    sebuah sindroma demielinesasi yang terisolasi (clinically isolated syndrome/CIS). Namun,

    CIS terbanyak, terutama pada orang dewasa, adalah pertanda sebuah Sklerosis Multipel dan

    masa kambuh di masa mendatang. Tanda pada ADEM adalah perjalanan monofasiknya. Oleh

    karena itu, kebanyakan dokter mengobati ADEM dengan pengobatan jangka pendek. Meski

    demikian, membedakan antara ADEM dan kelainan demielinesasi inflamasi lainnya secara

    dini dan akurat terutama Sklerosis Multipel (SM) dan Neuromielitis Optika (NMO)

    sangatlah penting untuk prognosis dan pengobatan, karena banyak pasien dengan SM atau

    NMO, terutama mereka dengan penyakit onsetnya secara agresif dan parah dapat menerima

    manfaat dari terapi dini untuk menekan penyakit saat ini dan kekambuhan pada masa akan

    datang.

    Menurut penelitian retrospektif dan prospektif terbaru, karakteristik klinis, pencitraan otak,dan laboratorium ADEM sangatlah bermanfaat dalam membedakan ADEM dengan MS.

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    7/12

    Secara keseluruhan, ADEM perlu dipikirkan saat terdapat satu atau lebih dari hal-hal berikut:

    multifokal, presentasi awal polisimptomatik, usia lebih muda dari 10 tahun, tanda dan gejala

    meningoensefalitis, ensefalopati, Neuritis Optik bilateral, pleositosis LCS tanpa ikatan

    oligoklonal, lesi yang terdeteksi oleh MRI dengan struktur yang tidak tipikal terdapat pada

    SM, seperti substansia gricea atau korteks yang dalam; dan lesi yang terdeteksi oleh MRIyang besar dan menunjukkan batas yang tidak jelas dan peningkatan setelah pemberian bahan

    kontras Gadolinium.

    Karakteristik klinis, laboratorium, dan pencitraan otak ditekankan oleh penelitian terbaru

    untuk lebih membantu membedakan ADEM dari kelainan demielinesasi inflamasi monofasik

    lainnya. Meskipun demikian, harus ditekankan bahwa fitur tersebut hanya didasari oleh

    diagnosis retrospektif dari pasien yang menampakkan kriteria yang ditetapkan secara tidak

    resmi untuk ADEM. Maka, kegunaan diagnostic dari karakteristik klinis tetap belum jelas

    karena tidak adanya penelitian validasi prospektif menggunakan gold standard klinis atau

    klinikopatologis. Karena ADEM belum mempunyai definisi yang pasti, penelitian terbaru

    menjadikan perbedaan antara ADEM dan MS semakin tidak jelas dengan mengusulkan

    spektrum ADEM yang luas termasuk bentuk multifasik atau rekuren. Perbedaan patologis

    antara ADEM dan MS dipertimbangkan untuk menjawab pertanyaan mengenai apakah

    perbedaan tersebut dapat dipergunakan sebagai goldstandard untuk membedakan ADEM

    dari kelainan demielinesasi inflamasi lainnya dan debat mengenai bagaimana

    mendefinisikannya.

    DEFINISI KLINIS DARI ADEM

    Saat ini, tidak ada kriteria diagnosis klinis untuk ADEM yang diterima, prospektif, danterverifikasi secara klinis. Penelitian retrospektif terdahulu mengalami kesulitan berupa

    kriteria inklusi yang terlalu luas, hingga hampir pasti merangkum kemungkinan presentasi

    awal Sklerosis Multipel dan Neuromielitis Optika. Dalam menyusun penelitian retrospektif

    dan klinikopatologis, Mikaeloff et al telah menerapkan definisi yang paling terbatas yang

    terdapat kini dalam studi prospektif pada anak-anak:

    Kejadian pada anak yang sebelumnya sehat berupa gejala akut dan meliputi serangan seperti

    berikut: lebih dari satu defisit neurologis (serangan polisimptomatik; perubahan fungsi luhur;

    dan gabungan dari perubahan yang terlihat pada MRI, jika termasuk lesi substansia alba.

    Walaupun kriteria Mikaeloff et al meramalkan sebuah perjalanan monofasik pada

    kebanyakan pasien selama durasi follow-up rata-rata sebanyak 5.5 3.6 tahun, 18% pasien

    masih mengalami kekambuhan pada topis SSP yang berbeda dengan serangan pertama, dan

    menunjukkan perjalanan klinis yang konsisten dengan MS. Mikaeloff et al meramalkan

    diagnosis SM pada pasien dengan kekambuhan, namun lainnya telah menyimpulkan bahwa

    kasus demikian memberikan bukti bahwa ADEM dapat kambuh atau terulang. Data patologis

    tidak ditemukan dalam semua penelitian besar mengenai kejadian ADEM yang terdiagnosa

    secara klinis.

    Menurut International Pediatric MS Study Group (IPMSSG) kriteria diagnostik ADEM masih

    belum jelas dan menekankan kebutuhan akan validasi secara prospektif dalam waktu 10

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    8/12

    hingga 20 tahun kedepan. Kriteria consensus tersebut dikembangkan untuk anak-anak (

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    9/12

    mendeskripsikan pasien dengan riwayat infeksi atau vaksinasi yang jelas. ADEM dalam

    artikel ini meliputi kasus kasus dengan ataupun tanpa riwayat infeksi atau vaksinasi yang

    jelas. Definisi ini konsisten dengan kriteria klinis yang diajukan, dan mengasumsikan bahwa

    terdapat sebuah proses SSP yang dimediasi oleh sistim imun yang unik dengan patofisiologi

    yang jelas jelas tidak dipengaruhi oleh pencetus imun, yang biasanya tidak terlihat jelasdalam riwayat klinis, walaupun ada. Mengabaikan adanya riwayat infeksi atau vaksinasi dari

    kriteria ADEM didukung dengan perbandingan signifikan pada pasien ADEM yang di

    evaluasi secara prospektif, retrospektif, dan patologis, yang tidak mempunyai riwayat infeksi

    atau vaksinasi. Riwayat infeksi atau vaksinasi dapat menambah kemungkinan terjadinya

    ADEM, namun juga lebih sering terjadi pada pasien dengan presentasi pertama SM. Maka

    dari itu, syarat mengenai adanya riwayat infeksi atau vaksinasi tidaklah spesifik maupun

    sensitive untuk ADEM.

    USIA YANG LEBIH MUDA SAAT PRESENTASI

    ADEM lebih sering terjadi pada anak anak. Dalam satu penelitian pada anak-anak dengan

    ADEM yang berdomisili di San Diego County, California, insidensinya di ramal setidaknya

    0,4/100,000/tahun. Insidensi ADEM pada pasien dewasa belum di evaluasi. Pasien pediatric

    yang memenuhi kriteria Mikaeloff et al untuk ADEM berada pada usia rata-rata 7.1 tahun,

    sedangkan untuk MS dengan usia rata-rata 12.0 tahun. Lima persen pasien MS berusia

    kurang dari 16 tahun, namun pasien SM dilaporkan juga ditemukan pada usia semuda 1

    tahun. Meskipun demikian, seiring dengan berkembangnya spektrum SM pada pediatric,

    beberapa bukti menunjukkan bahwa presentasi seperti-ADEM pada SM pediatric dapat saja

    tidak dikenali. Kenyataan bahwa pasien yang menunjukkan penyakit demielinesasi sebelum

    usia 10 tahun lebih mungkin mengidap ADEM daripada SM, menjelaskan bahwa usia tidakdapat digunakan sebagai faktor pembeda secara pasti.

    NEURITIS OPTIK BILATERAL: ADEM ATAU NMO?

    Dale et al menemukan bahwa 23% dari 40 pasien yang terdiagnosa dengan ADEM

    menampilkan Neuritis Optik bilateral. Dalam penelitian yang sama juga, NO unilateral hanya

    terdapat pada pasien yang kemudian di klasifikasikan kembali menjadi MS, tanpa ada satu

    pun yang menampilkan NO bilateral. Walaupun jarang sekali, kejadian NO bilateral

    dirasakan dapat menjadi pembeda ADEM dari SM yang potensial; perbedaan yang kuat ini

    tidak terjadi lagi pada penelitian berikutnya dengan menggunakan kriteria diagnostic yang

    bahkan lebih restriktif. NO bilateral sangat jarang pada MS, namun juga dikenal sebagai

    manifestasi daripada NMO. Kasus NMO dapat mengkontaminasi beberapa seri penelitian

    ADEM. Walaupun kriteria diagnosis dahulu untuk NMO mengusulkan bahwa tidak terdapat

    lesi substansi alba pada MRI otak, publikasi terkini memberikan bukti akan spektrum yang

    lebih luas, termasuk lesi yang konsisten dengan ADEM dan SM. Pasien dengan NMO

    mempunyai antibody terhadap aquaporin-4 water channel, biomarker patogenik yang

    ditemukan baru-baru ini.

    NMO-immunoglobulin IgG positif pada sebanyak 76% kasus NMO klinis, namun tidak

    merupakan kriteria absolut untuk diagnosis. Penatalaksanaan dini NMO dapat mengurangi

    risiko kekambuhan yang lebih parah. Pemeriksaan serologis NMO-IgG tersedia baru-baru ini

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    10/12

    dan belum dievaluasi dalam seri penelitian ADEM terkini. NO bilateral kurang spesifik untuk

    ADEM daripada yang awalnya disarankan oleh Dale et al dan memberi gambaran

    ketidakpastian antara ADEM dengan NMO, yang sepertinya berbeda secara patofisiologi.

    Penelitian ADEM di masa depan sebaiknya melibatkan pengujian NMO-IgG dalam kasus-

    kasus yang potensial secara klinis memberi gambaran NO, myelitis, atau kombinasikeduanya.

    10.AVM pada dewasa muda dengan parese selalu menjadi DD

    Arteriovenous malformation atau AVM merupakan kelainan kongenital yang bisa terdapat di

    otak maupun medula spinalis, terbentuk dari anyaman abnormal antara arteri dan vena. AVM

    bukanlah neoplasma walaupun mereka cenderung untuk berekspansi seiring waktu sehingga

    terkadang disebut angioma.

    Epidemiologi:

    - Insiden penderita AVM 1/100000 tiap tahun.- AVM lebih banyak pada pria daripada wanita.

    Patofisiologi:

    AVM terbentuk saat masa prenatal yang tidak diketahui penyebabnya. Pada peredaran darah

    otak normal, darah yang kaya akan oksigen berasal dari jantung dialirkan ke otak melalui

    pembuluh darah arteri arteriol kapiler otak. Setelah itu, darah yang sudah tidak

    mengandung oksigen dialirkan kembali ke jantung dan paru melalui vena. Pada AVM,

    pembuluh darah abnormal karena epitel sambungan antara arteri dan vena tipis sehingga

    berpotensi untuk pecah pembuluh darah. AVM dapat timbul dimana saja namun umumnya

    paling sering timbul pada teritori arteri cerebri media.

    Tanda dan Gejala Klinis:

    - Perdarahan: 40-60% pasien dengan AVM datang dengan perdarahan baik

    intracerebral ataupun intraventrikuler. Tidak seperti aneurisma sakular, AVM

    biasanya berdarah pada pasien dengan umur lebih muda yaitu 20-40 tahun. Bisa

    juga timbul vasospasme dan komplikasi iskemik selanjutnya.

    - epilepsi: bangkitan umum atau parsial dapat timbul pada pasien dengan AVM

    khususnya apabilalesi timbul pada permukaan kortikal. Pada pasien AVM yangdatang dengan perdarahan, 30% mempunyai riwayat epilepsi.

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    11/12

    - Defisit neurologis: AVM yang besar khususnya yang melibatkan daerah basal

    ganglia dapat menimbulkan manifestasi klinis berupa demensia progresif,

    hemiparesis atau defek lapangan pandang sebagai akibat dari steal effectnya.

    AVM di daerah batang otak juga dapat menimbulkan defisit motorik atau

    sensorik, dengan atau tanpa keterlibatan saraf kranial.

    -Sakit kepala: serangan sakit kepala biasanya dapat dinyatakan dengan jelaslokasinya, unilateral, dengan sensasi berdenyut keras.

    - Bruit kranial: aurkultasi di sekitar bola mata dapat terdengar bruit.

    Diagnosis:

    - CT Scan: kebanyakan AVM dapat terlihat pada CT scan kecuali tertutup oleh

    adanya hematoma intrakranial. Penggunaan kontras intravena dapat memperjelas

    visualisasi yang menimbulkan lesi kriptik.

    - MRI dapat memperlihatkan AVM dengan jelas sebagai regio dengan aliran darah

    yang besar dengan perubahan signal di sekitarnya karena perdarahan lama atau

    gliosis. MRI juga merupakan diagnostik terpilih untuk malformasi kavernosa

    karena kadang luput dari CT scan dan sulit terlihat pada angiografi. Kebanyakanlesi menunjukkan perubahan signal karena batas lesi yang menunjukkan deposisi

    hemosiderin.

    - Angiografi cerebral: angiografi menunjukkan pembuluh yang mensuplai dan

    menjadi drainase AVM. Pada keberadaan hematoma, angiografi dapat ditunda

    sampai hematoma menghilang karena tekanan lookal dapat menyerupai AVM.

    Jika angiogram negatif, digunakan MRI untuk mengeksklusi adanya malformasi

    cavernosa.

  • 7/22/2019 PR Dokter Flora

    12/12

    Tatalaksana:

    - Pembedahan :

    o Indikasi untuk intervensi: hematoma yang meluas berhubungan dengan

    AVM, defisit neurologis fokal yang progresif, kemungkinan perdarahankhususnya pada pasien muda dan AVM < 3 cm. Dipikirkan juga risiko

    operasi yang biasanya tinggi pada AMV berdiameter lebih dari 3 cm, yang

    berdrainase pada vena yang dalam.

    o Metode operasi dapat berupa eksisi, stereotactic radiosurgery, dan

    embolisasi tergantung besarnya lesi dan lokasi AVM.

    Dibuat Oleh :

    Andre Sugiyono 2011-061-097

    Aurelia 2012-061-129 Anna Paramitha 2012-061-122

    Ahmad Nadim 2012-061-124

    Dionisius Rianto 2011-061-100

    Paskalis Indra 2011-061-092

    Ornella Widyapuspita 2011-061-098 Monika Katherina 2012-061-128

    Stefhanie Harri 2012-061-123