ppt ans

30
Sistem saraf otonom Pembimbing : dr.Bustami Sp.BS Oleh : dr.T.Ronasky dr.Aswad affandi

Upload: aswad-affandi

Post on 20-Jun-2015

1.709 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • 1. Pembimbing : dr.Bustami Sp.BSOleh : dr.T.Ronaskydr.Aswad affandi

2. PENDAHULUAN Bagian sistem saraf yang mengatur fungsi viseral tubuh disebut sistem sarafotonom. Sistem saraf otonom adalah bagian sistem saraf tepi yang mengatur fungsiviseral tubuh. Sistem saraf otonom terutama diaktifkan oleh pusat-pusat yang terletak dimedula spinalis, batang otak, dan hipotalamus. Juga, bagian korteks serebri khususnya korteks limbik, dapatmenghantarkan impuls ke pusat-pusat yang lebih rendah sehingga demikianmempengaruhi pengaturan otonomik. Sistem saraf otonom terdiri dari dua subsistem yaitu sistem saraf simpatisdan sistem saraf parasimpatis yang kerjanya saling berlawanan. 3. Fisiologi sistem saraf otonom Serat-serat saraf simpatis maupun parasimpatis mensekresikansalah satu dari kedua bahan transmiter sinaps ini, asetilkolinatau norepinefrin. Serabut postganglion sistem saraf simpatis mengekskresikannorepinefrin sebagai neurotransmitter. Neuron- neuron yang mengeluarkan norepinefrin inidikenal dengan serabut adrenergik. Serabut postganglionsistem saraf parasimpatismensekresikan asetilkolin sebagai neurotransmitter dandikenal sebagai serabut kolinergik. Sedangkan asetilkolin yang dilepaskan dari serabutpreganglion mengaktivasi baik postganglion simpatismaupun parasimpatis. 4. Sintesis asetilkolin penghancurannya setelah disekresikan, danlama kerjanya. Asetilkolin disintesis di ujung terminal serat saraf kolinergik. Sebagian besar sintesis ini terjadi di aksoplasma di luar vesikel. Selanjutnya, asetilkolin diangkut ke bagian dalamvesikel, tempat bahan tersebut disimpan dalam bentukkepekatan tinggi sebelum akhirnya dilepaskan. Asetilkolin begitu disekresikan oleh ujung sarafkolinergik, maka akan menetap dalam jaringan selamabeberapa detik, kemudian sebagian besar dipecah menjadi ionasetat dan kolin oleh enzim asetilkolin esterase yang berikatandengan kolagen dan glikosaminoglikans dalam jaringan ikatsetempat. 5. Gambar Neurotransmiter simpatik dan parasimpatik 6. KONSEP TRANSMISI SISTEM SARAF SIMPATIS DAN PARASIMPATISMekanisme sekresi dan pemindahan transmitter padaujung postganglionik. Beberapa ujung saraf otonom postganglionik terutama sarafparasimpatis memang mirip dengan neuromuskularskeletal, namun ukurannya jauh lebih kecil. Beberapa serat saraf parasimpatis dan hampir semua serat sarafsimpatis hanya bersinggungan dengan sel-sel efektor dariorgan yang dipersarafinya, pada beberapa contoh, serat-seratini berakhir pada jaringan ikat yang letaknya berdekatandengan sel-sel yang dirangsangnya. 7. Sintesis norepinefrin, pemindahannya dan lamakerjanya. Sintesis norepinefrin dimulai di aksoplasma ujung sarafterminal dari serat saraf adrenergik, namun disempurnakan didalam vesikel. Pada medula adrenal, reaksi ini dilanjutkan satu tahap lagiuntuk mengalihkan sekitar 80 persen norepinefrin menjadiepinefrin. Setelah norepinefrin disekresikan oleh ujung ujung sarafterminal, maka kemudian dipindahkan dari tempat sekresinyamelalui tiga cara berikut :1. Dengan proses tranport aktif, diambil lagi ke dalam ujung saraf adrenergik sendiri, yakni sebanyak 50 80 % dari norepinefrin yang disekresikan. 8. 2. Dengan proses tranport aktif, diambil lagi ke dalam ujung saraf adrenergik sendiri, yakni sebanyak 50 80 % dari norepinefrin yang disekresikan.3. Berdifusi keluar dari ujung saraf menuju cairan tubuh di sekelilingnya dan kemudian masuk ke dalam darah, yakni seluruh sisa norepinefrin yang ada.4. Dalam jumlah yang sedikit, dihancurkan oleh enzim (salah satu enzim tersebut adalah monoamin oksidase, yang dapat dijumpai dalam ujung saraf itu sendiri, dan enzim katekol-O- metil transferase yang dapat berdifusi ke seluruh jaringan). 9. Perangsangan atau penghambatansel efektor oleh perubahanpermeabilitas membrannya. Protein reseptor merupakan bagian integral dari membran sel,maka perubahan konformasional pada struktur protein reseptordari banyak sel organ akan membuka atau menutup saluran ionmelalui sela-sela molekul itu sendiri, dengan demikian merubahpermeabilitas membran sel terhadap berbagai ion. Sebagai contoh, saluran ion natrium dan atau kalsium seringkalimenjadi terbuka dan memungkinkan influks ion ion tersebutdengan cepat untuk masuk ke dalam sel yang biasanya akanmendepolarisasikan membran sel dan merangsang sel. Juga pada beberapa sel perubahan lingkungan ion intraseluler akanmenyebabkan kerja sel internal seperti efek langsung ion kalsiumdalam menimbulkan kontraksi otot polos 10. Kerja reseptor melalui perubahan enzim intraseluler. Cara lain agar reseptor dapat berfungsi adalah denganmengaktifkan atau mematikan aktivitas suatu enzim (atau zatkimia intraseluler lainnya) di dalam sel. Enzim seringkaliterlekat pada protein reseptor dimana reseptor menonjol kebagian dalam sel. Sebagai contoh, pengikatan epinefrin dengan reseptornya padabagian luar sel akan meningkatkan aktivitas enzimadenilatsiklase pada bagian dalam sel, dan hal ini kemudianmenyebabkan pembentukan adenosin monofosfat siklik(cAMP). cAMP kemudian dapat mengawali salah satu kerja dari sekianbanyak aktivitas intraseluler yang berbeda-beda, efek pastinyabergantung pada mesin kimiawi dari sel efektor. 11. NTERAKSI NEUROTRANSMITER DENGAN RESEPTOR Norepineprin dan asetilkolin berinteraksi dengan reseptor( protein makromolekul ) di membran lipid sel. Interaksireseptor neurotransmitter ini akan menyebabkan aktivasiatau inhibisi enzim-enzim efektor seperti adenilatsiklaseatau dapat merubah aliran ion-ion sodium dan potassiumdi membran sel melalui protein ion chanel. Perubahan-perubahan iniakan merubah stimuluseksternal menjadi signal intraseluler 12. RESEPTOR-RESEPTOR NOREPINEFRIN Efek farmakologi katekolamin merupakan konsep awal darireseptor-reseptor alfa dan beta adrenergik. Penelitian dengan memakai obat-obatan yang meniru kerjanorepinefrin pada organ efektor simpatis (disebut sebagaisimpatomimetik ) Norepinefrin dan epinefrin, keduanya disekresikan kedalamdarah oleh medula adrenal, mempunyai pengaruh perangsanganyang berbeda pada reseptor alfa dan beta. Oleh karena itu, pengaruh epinefrin dan norepinefrin padaberbagai organ efektor ditentukan oleh jenis reseptor yangterdapatdalam organ tersebut. 13. RESEPTOR ASETILKOLIN Reseptor-reseptor kolinergik dibagi menjadi nikotinik danmuskarinik. Secara fisiologi masing-masing reseptordibagi menjadi beberapa subtipe. Reseptor nikotinik dibagi menjadi 2 yaitu reseptor N1 danN2. N1 terdapat di ganglia otonom sedangkan N2 terdapatdi neuromuscular junction. Reseptor muskarinik dibagi menjadi M1 dan M2.Reseptor M1 terdapat di ganglia otonom dan sistem sarafpusat sedangkan reseptor M2 ada di jantung dan kelenjarludah. 14. Kerja eksitasi dan inhibisi akibat perangsangan simpatis danparasimpatis. Dalam tabel dicantumkan efek-efek yang terjadi pada organviseral tubuh akibat terangsangnya saraf simpatis atauparasimpatis. Dari tabel ini dapat terlihat lagi bahwa perangsangan simpatismenimbulkan efek eksitasi pada beberapa organ tetapimenimbulkan efek inhibisi pada organ lainnya.Efek Otonom pada organ Tubuh : 15. Organ Efek Perangsangan Simpatis Efek Perangsangan ParasimpatisMataPupilDilatasi KonstriksiOtot siliarisrelaksasi ringan konstriksiKelenjarvasokonstriksi dan sekresi ringanrangsangan banyak sekali sekresiNasalLakrimalisParotisSubmandibulaLambungPankreatikKelenjar keringat banyak sekali keringat(kolinergik) berkeringat pada telapak tangan atau tanganKelenjar apokrintebal,sekresi yang berbautidak adaPembuluh darahseringkali konstriksiseringkali memberi sedikit efek/ tidak sama sekali 16. Organ Efek Perangsangan SimpatisEfek Perangsangan ParasimpatisJantung pengurangan kecepatan peningkatan kecepatanOtot peningkatan kekuatan kontraksiPenurunan kekuatan kontraksi(khususnya atrium)Pembuluh koroner dilatasi();konstriksi() DilatasiParu Bronkus DilatasiKonstriksiPembuluh darah Konstriksi Sedang DilatasiUsusLumenPeningkatan Peristaltis Dan Tonus Penurunan peristaltis dan tonus Sfingterpeningkatan tonus RelaksasiHatipelepasan glukosa sintesa glikogen ringanKandung EmpeduRelaksasi KontraksiSaluran empeduGinjalberkurangnya pengeluaran dantidak adasekresi renin 17. OrganEfek Perangsangan Simpatis Efek Perangsangan ParasimpatisKandung kemihDetrusorRelaksasi ringan KontraksiTrigonumKontraksiRelaksasiPenisEjakulasiEreksiArteriol sistemik Viscera abdominalkonstriksi Tidak adaTidak ada Otot konstriksi (adrenergik)KulitKonstriksi Tidak adaDarahKoagulasi MeningkatTidak adaGlulukosa MeningkatTidak adaLipid MeningkatTidak adaMetabolisme BasalMeningkat sampai 100%Tidak adaSekresi medula adrenal MeningkatTidak adaAktivitas mental MeningkatTidak ada 18. OrganEfek Perangsangan Simpatis Efek Perangsangan ParasimpatisOtot piloerektor kontraksitidak adaOtot skeletalpeningkatan glikogenolisis tidak ada Peningkatan kekuatanSel-sel lemaklipolisistidak ada 19. Efek Perangsangan Simpatis dan Parasimpatis pada Organ Spesifik Mata. Ada dua fungsi mata yang diatur oleh sistem saraf otonom, yaitudilatasi pupil dan pemusatan lensa. Kelenjar-kelenjar tubuh. Kelenjar nasalis, lakrimalis, saliva, dan sebagianbesar kelenjar gastrointestinalis terangsang dengan kuat oleh sistem sarafparasimpatis sehingga mengeluarkan banyak sekali sekresi cairan. Sistem gastrointestinal. Sistem gastrointestinal mempunyai susunan sarafintrinsik sendiri yang dikenal sebagai pleksus intramural atau sistem sarafenterik usus. Jantung. Pada umumnya, perangsangan simpatis akan meningkatkanseluruh aktivitas jantung. Pembuluh darah sistemik. Sebagian besar pembuluh darahsistemik, khususnya yang terdapat di visera abdomen dan kulit anggotatubuh, akan berkonstriksi bila ada perangsangan simpatis. 20. Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap tekanan arteri Tekanan arteri ditentukan oleh dua faktor, yaitu daya dorongdarah dari jantung dan tahanan terhadap aliran darah ini yangmelewati pembuluh darah. Perangsangan simpatis meningkatnya daya dorong olehjantung dan tahanan terhadap aliran darah, yang biasanyamenyebabkan tekanan menjadi sangat meningkat. 21. Efek perangsangan simpatis dan parasimpatis terhadap fungsitubuh lainnya. Pada umumnya sebagian besar struktur entodermal, sepertihati, kandung empedu, ureter, kandung kemih, dan bronkusdihambat oleh perangsangan simpatis namun dirangsang olehperangsangan parasimpatis. Perangsangan simpatisjuga mempunyaipengaruhmetabolik, yakni menyebabkan pelepasan glukosa darihati, meningkatkan konsentrasi gula darah, meningkatkanproses glikogenolisis dalam hati ndan otot, meningkatkankekuatan otot, meningkatkan kecepatan metabolisme basal, danmeningkatkan aktivitas mental. 22. TONUS SISTEM SARAF OTONOMSistem saraf simpatis dan parasimpatis selalu aktif dan aktivitas basalnya diatur oleh tonus simpatis atau tonus parasimpatis.Peningkatan atau penurunan aktivitas sistem saraf simpatis menyebabkan perubahan-perubahan yang saling berhubungan dalam resistensi sistem vaskuler. Bila tidak ada tonus simpatis, sistem saraf simpatis hanya menyebabkan vasokonstriksi. 23. Kehilangan innervasi secara akut Kehilangan sistem tonus saraf simpatis secara akut yangdiakibatkan karena regional anesthesia atau transeksi kordaspinalis akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah secaramaksimal (spinal shock). 24. KEHILANGAN INERVASI AKIBAT KEADAAN HIPERSENSITIF Mekanisme dari kehilangan innervasi secara akut akibat reaksihipersensitif diakibatkan karena proliferasi dari resptor-reseptor(up regulation) pada membran postsinaptik yang terjadi akibatnorepineprin atau asetilkolin tidak dilepaskan lagi pada sinap 25. REFLEKS OTONOM Refleks otonom kardiovaskular. Ada beberapa refleks dalamsistem kardiovaskular yang terutama membantu mengaturtekanan darah arteri dan frekuensi denyut jantung. Refleks otonom gastrointestinal. Bagian teratas dari traktusgastrointestinal dan juga rektum terutama diatur oleh refleksotonom Refleks otonom lainnya Pengosongan kandung kemih caranyamirip dengan pengosongan rektum, peregangan kandung kemihmenyebabkan timbulnya impuls ke medula spinalis, dankeadaan ini menyebabkan refleks kontraksi kandung kemih danrelaksasisfingter urinaria, sehinggamempermudahpengeluaran urin. 26. Sistem simpatis seringkali memberi respon terhadap pelepasanimpuls secara masal. Pada kebanyakan kasus, impuls yang dikeluarkan oleh sistemsaraf simpatis hampir merupakan suatu unit yangsempurna, fenomena ini disebut pelepasan impuls masal (massdischarge). Peristiwa ini seringkali timbul bila hipotalamus diaktivasi olehtimbulnya rasa takut atau cemas atau bila mengalami rasa nyeriyang berat. Akibat yang timbul merupakan reaksi yangmenyebar ke seluruh tubuh, disebut respons stres atau tandabahaya (alarm). ). Pada saat lainnya, aktivasi simpatis dapat terjadi padabagian sistem yang terisolasi, terutama sebagai responsterhadap refleks yang melibatkan medula spinalis tetapitidak melibatkan otak. 27. Respons "tanda bahaya " atau respon "stress" dari sitem saraf simpatis Bila sebagian besar daerah sistem saraf simpatis melepaskan impuls padasaat yang bersamaan yakni yang disebut pelepasan impuls secara massal maka dengan berbagai cara keadaan ini akan meningkatkan kemampuantubuh untuk melakukan aktivitas otot yang besar. Marilah kita meringkaskan kejadian ini : 1. Peningkatan tekanan arteri 2. Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot bersamaan denganpenurunan aliran darah ke organ-organ, seperti traktus gastro intestinaldan ginjal, yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik yang cepat 3. Peningkatan kecepatan metabolisme sel diseluruh tubuh 4. Peningkatan konsentrasi glukosa darah 5. Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot 6. Peningkatan kekuatan otot 7. Peningkatan aktivitas mental 8. Peningkatan kecepatan koagulasi darah 28. Pengaturan medula, pons, dan mesensefalon pada sistem saraf otonom Sebagian besar area dalam substansia retikuler dan traktus solitarius medula, pons dan mesensefalon seperti halnya banyak nuklei khusus mengatur berbagai fungsi otonom seperti tekanan arteri, frekuensi denyut jantung sekresi kelenjar di traktus gastrointestinal, gerakan peristaltik gastrointestinal dan kuatnya kontraksi kandung kemih. Perlu ditekankan disini bahwa faktor paling penting yang dikendalikan oleh batang otak adalah tekanan arteri, frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan. 29. Pengaturan pusat otonom batang otak oleh area yang lebih tinggi. Sinyal-sinyal yang berasal dari hipotalamus dan bahkan dari serebrum dapat mempengaruhi aktivitas hampir semua pusat pengatur otonom batang otak. Contohnya perangsangan daerah yang sesuai pada hipotalamus dapat mengaktifkan pusat pengatur kardiovaskular medula dengan cukup kuat untuk meningkatkan tekanan arteri sampai lebih dari dua kali normal. Demikian juga, pusat-pusat hipotalamik lainnya dapat mengatur suhu tubuh, meningkatkan atau menurunkan salivasi dan aktivitas gastrointestinal, atau menimbulkan pengosongan kandung kemih. 30. TERIMA KASIH