ppom

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis, Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30 tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin terdapat penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit (Price & Wilson, 1994 : 695) BAB II KONSEP DASAR 2.1 Definisi PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa observasi beberapa waktu (Mansunegoro, 1992). Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002). Penyakit Obstuktif Menahun ( PPOM ) merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara dari dab ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif, emfisema, dan asma bronkhial ( Black, 1993 ). 2.2 Etiologi Etiologi penyakit ini belum diketahui.Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang terdapat pada penderita antara lain: 1. Merokok sigaret yang berlangsung lama 2. Polusi udara 3. Infeksi paru berulang

Upload: zeky-battlax-brandal

Post on 02-Jan-2016

49 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPOM

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Penyakit paru-paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk

sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap aliran

udara. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan yang ditandai dengan sebutan PPOM adalah : Bronkhitis,

Emifisema paru-paru dan Asma bronkial. Perjalanan PPOM yang khas adalah panjang dimulai pada usia 20-30

tahun dengan “batuk merokok” atau batuk pagi disertai pembentukan sedikit sputum mukoid. Mungkin terdapat

penurunan toleransi terhadap kerja fisik, tetapi biasanya keadaan ini tidak diketahui karena berlangsung dalam

jangka waktu yang lama. Akhirnya serangan brokhitis akut makin sering timbul, terutama pada musim dingin dan

kemampuan kerja penderita berkurang, sehingga pada waktu mencapai usia 50-60 an penderita mungkin harus

mengurangi aktifitas. Penderita dengan tipe emfisematosa yang mencolok, perjalanan penyakit tampaknya tidak

dalam jangka panjang, yaitu tanpa riwayat batuk produktif dan dalam beberapa tahun timbul dispnea yang membuat

penderita menjadi sangat lemah. Bila timbul hiperkopnea, hipoksemia dan kor pulmonale, maka prognosis adalah

buruk dan kematian biasanya terjadi beberapa tahun sesudah timbulnya penyakit

(Price & Wilson, 1994 : 695)

BAB II

KONSEP DASAR

2.1 Definisi

PPOM adalah kelainan paru yang ditandai dengan gangguan fungsi paru berupa memanjangnya periode ekspira

yang disebabkan oleh adanya penyempitan saluran nafas dan tidak banyak mengalami perubahan dalam masa

observasi beberapa waktu (Mansunegoro, 1992).

Penyakit Paru Obstruktif Kronik ( PPOK ) atau Penyakit Paru Obstruktif Menahun (PPOM) adalah klasifikasi luas

dari gangguan yang mencakup bronkitis kronis, bronkiektasis, emfisema dan asma. (Bruner & Suddarth, 2002).

Penyakit Obstuktif Menahun ( PPOM ) merupakan sejumlah gangguan yang mempengaruhi pergerakan udara

dari dab ke luar paru. Gangguan yang penting adalah bronkhitis obstruktif, emfisema, dan asma bronkhial ( Black,

1993 ).

2.2 Etiologi

Etiologi penyakit ini belum diketahui.Timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan faktor-faktor resiko yang

terdapat pada penderita antara lain:

1. Merokok sigaret yang berlangsung lama

2. Polusi udara

3. Infeksi paru berulang

4. Umur

5. Jenis kelamin

6. Ras

7. Defisiensi alfa-1 antitripsin

8. Defisiensi anti oksidan dll

Page 2: PPOM

Pengaruh dari masing-masing faktor-faktor resiko terhadap PPOM adalah saling memperkuat dan faktor

merokok dianggap yang paling dominan dalam menimbulkan penyakit ini ( Dharmago & Martono, 1999 : 383 ).

2.3  Manifestasi Klinik

1.      Batuk yang sangat produktif, puruken, dan mudah memburuk oleh iritan-iritan inhalan, udara dingin, atau infeksi.

2.      Sesak nafas dan dispnea.

3.      Terperangkapnya udara akibat hilangnya elastisitas paru menyebabkan dada mengembang.

4.      Hipoksia dan Hiperkapnea.

5.      Takipnea.

6.      Dispnea yang menetap

( Corwin , 2000 : 437)

2.4 Anatomi

2.5 Patofisiologi

      Faktor – faktor resiko yang telah disebutkan diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga

menimbulkan kerusakan pada dinding bronkiolus terminal.Akibat dari kerusakan yang timbul akan terjadi obstruksi

bronkus kecil atau bronkiolus terminal, yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi.Udara yang

pada saat inspirasi mudah masuk ke dalam alveoli, saat ekspirasi banyak yang terjebak dalam alveolus dan

terjadilah penumpukan udara atau air trapping. Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak nafas dengan

segala akibat – akibatnya.Adanya obstruksi dini saat awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan

menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi ( Dharmojo & Martono,1999 : 384).

2.6 Pathways 

Page 3: PPOM

                                                                                                              

(Arif Muttaqin, 2008; 157)

2.7 Penatalaksanaan

Intervensi medis bertujuan untuk :

1.      Memilihara kepatenan jalan napas dengan menurunkan spasme bronkhus dan membersihkan sekret yang hilang.

2.      Memilihara keefektifan pertukaran gas.

3.      Mencegah dan mengobati infeksi saluran pernapasan.

4.      Meningkatkan toleransi latihan.

5.      Mencegah adanya komplikasi ( gagal napas akut dan asmatikus )

6.      Mencegah alergen/ iritasi jalan napas.

7.      Membebaskan adanya kecemasan dan mengobati depresinyang sering menyertai adanya obstruksi njalan napas

kronik.

Manajemen medis yang diberikan berupa:

1)      Pengobatan farmakologi.

a)      Ainti inflamasi ( kortikosteroid, natrium kromolin, dan, lain-lain )

b)      Bronkodilator.

Adrenergik : efedrin, epineprin, dan beta adrenegik agonis selektif.

Non Adrenegik : aminofilin, teofilin.

c)      Anthistamin.

d)     Steroid.

e)      Antibiotik.

f)       Ekspektoran

Oksigen digunakan 3 1/menit nasal kanul.

Page 4: PPOM

2)      Higiene paru.

3)      Latihan.

4)      Menghindari bahan iritan.

5)      Diet

( Arif Muttaqin, 2008; 159)

2.8Pemeriksaan Diagnostik

1.      Pengukuran funsi paru

2.      Analisa Gas Darah

3.      Pemeriksaan Laboratorium

4.      Pemeriksaan Sputum

5.      Pemeriksaan Radiologi Thoraks foto ( AP dan Lateral )

6.      Pemeriksaan Bronkogram

( Arif Muttaqin, 2008; 158)

2.9Pemeriksaan Penunjang

1.      Bronkografi

2.      Bronkoskopi

3.      CT-Scan : ada/tidaknya dilatasi bronkial

BAB III

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

3.1  Pengkajian

Page 5: PPOM

Pengkajian mencakup pengumpulan informasi tentang gejala-gejala terakhir juga manifestasi penyakit

sebelumnya. Berikut ini adalah daftar pertanyaan yang bisa digunakan sebagai pedoman untuk mendapatkan riwayat

kesehatan yang jelas dari proses penyakit :

  Sudah berapa lama pasien mengalami kesulitan pernapasan ?

  Apakah aktivitas meningkatkan dispnea? Jenis aktivitas apa?

  Berapa jauh batasan pasien terhadap toleransi aktivitas?

  Kapan selama siang hari pasien mengeluh paling letih dan sesak napas?

  Apakah kebiasaan makan dan tidur terpengaruh?

  Apa yang pasien ketahui tentang penyakit dan kondisinya?

Data tambahan dikumpulkan melalui observasi dan pemeriksaan; pertanyaan yang patut dipertimbangkan untuk

mendapatkan data lebih lanjut termasuk :

  Berapa frekuensi nadi dan pernapasan pasien?

  Apakah pernapasan sama dan tanpa upaya?

  Apakah pasien mengkonstriksi otot-otot abdomen selama inspirasi?

  Apakah pasien menggunakan otot-otot aksesori pernapasan selama pernapasan?

  Apakah tampak sianosis?

  Apakah vena leher pasien tampak membesar?

  Apakah pasien mengalami edema perifer?

  Apakah pasien batuk?

  Apa warna, jumlah dan konsistensi sputum pasien?

  Bagaimana status sensorium pasien?

  Apakah terdapat peningkatan stupor? Kegelisahan?

3.2  Diagnosa Keperawatan

a.       Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus,

batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.

b.      Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi

c.       Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping

obat, kelemahan, dispnea

d.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, malnutrisi

e.       Kurang pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang informasi.

3.3  Intervensi

a)            Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan bronkokonstriksi, peningkatan pembentukan mukus,

batuk tidak efektif, infeksi bronkopulmonal.

Intervensi :

Mandiri

  Auskultasi bunyi nafas

  Kaji frekuensi pernapasan

  Kaji adanya dispnea, gelisah, ansietas, distres pernapasan dan penggunaan otot bantu pernapasan

  Berikan posisi yang nyaman pada pasien : peninggian kepala tempat tidur, duduk pada sandaran tempat tidur.

  Hindarkan dari polusi lingkungan misal : asap, debu, bulu bantal

  Dorong latihan napas abdomen

  Observasi karakteristik batuk misalnya : menetap, batuk pendek, basah

  Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung

  Berikan air hangat

Kolaborasi :

Page 6: PPOM

  Berikan obat sesuai indikasi : bronkodilator, Xantin, Kromolin, Steroid oral/IV dan inhalasi, antimikrobial, analgesik

  Berikan humidifikasi tambahan : misal nebuliser ultranik

  Fisioterapi dada

  Awasi GDA, foto dada, nadi oksimetri

b)            Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ventilasi-perfusi

Intervensi

Mandiri :

  Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan. Catat penggunaan alat bantu pernapasan

  Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien memilih posisi yang mudah untuk bernapas

  Kaji kulit dan warna membran mukosa

  Dorong mengeluarkan sputum,penghisapan bila diindikasikan

  Auskulatasi bunyi nafas

  Palpasi fremitus

  Awasi tingkat kesadaran

  Batasi aktivitas pasien

  Awasi TV dan irama jantung

Kolaborasi :

  Awasi GDA dan nadi oksimetri

  Berikan oksigen sesuai indikasi

  Berikan penekan SSP (antiansietas, sedatif atau narkotik)

  Bantu intubasi, berikan ventilasi mekanik

c)            Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, produksi sputum, efek samping

obat, kelemahan, dispnea

Intervensi :

Mandiri :

  Kaji kebiasaan diet, masukan makanan saat ini. Evalusi berat badan

  Auskultasi bunyi usus

  Berikan perawatan oral sering

  Berikan porsi makan kecil tapi sering

  Hindari makanan penghasil gas dan minuman berkarbonat

  Hindari makanan yang sangat panas dan sangat dingin

  Timbang BB

Kolaborasi :

  Konsul ahli gizi untuk memberikan makanan yang mudah dicerna

  Kaji pemeriksaan laboratorium seperti albumin serum

  Berikan vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi

  Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi

d)           Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya imunitas, malnutrisi

Intervensi :

Mandiri.

   Awasi suhu

   Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan msukan cairan adekuat

   Observasi warna, karakter, bau sputum

   Awasi pengunjung

   Seimbangkan aktivitas dan istirahat

   Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat.

Page 7: PPOM

Kolaborasi :

   Dapatkan spesimen sputum

   Berikan antimikrobial sesuai indikasi

e)            Kurang pengetahuan tentang kondisi/tindakan berhubungan dengan kurang informasi.

Intervensi :

   Jelaskan proses penyakit

   Jelaskan pentingnya latihan nafas, batuk efektif

   Diskusikan efek samping dan reaksi obat

   Tunjukkan teknik penggunaan dosis inhaler

   Tekankan pentingnya perawatan gigi /mulut

   Diskusikan pentingya menghindari orang yang sedang infeksi

   Diskusikan faktor lingkungan yang meningkakan kondisi seperti udara terlalu kering, asap, polusi udara. Cari cara untuk

modifikasi lingkungan

   Jelaskan efek, bahaya merokok

   Berikan informasi tentang pembatasan aktivitas, aktivitas pilihan dengan periode istirahat

   Diskusikan untuk mengikuti perawatan dan pengobatan

   Diskusikan cara perawatan di rumah jika pasien diindikasikan pulang

3.4  Evaluasi

1.      Menunjukkan perbaikan pertukaran gas dengan menggunakan bronkodilator dan terapi oksigen

a.       Tidak menunjukkan tanda-tanda kegelisahan, konfusi, atau agitasi

b.      Hasil pemeriksaan gas darah arteri stabil tetapi tidak harus nilai-nilai yang normal, karena perubahan kronis dalam

kemampuan pertukaran gas dari paru.

2.      Mencapai bersiahan jalan napas.

3.      Memperbaiki pola pernapasan.

a.       Berlatih dan menggunakan pernapasan diafragma dan bibir yang dirapatkan.

b.      Menunjukkan penurunan tanda-tanda bernapas.

4.      Menunjukkan aktivitas perawatan diri dalam batasan toleransi.

a.       Mengatur aktivitas untuk menghindari kelitihan dan dispnea.

b.      Menggunakan pernapasan terkendali ketika melakukan aktivitas.

5.      Mencapai toleransi aktivitas dan melakukan latihan serta melakukan aktivitas dengan sesak napas lebih sedikit.

6.      Mendapatkan mekanisme koping yang efektif serta mengikuti program rehabilitasi paru.

7.      Patuh terhadap program terapeutik.

a.       Mengikuti rigamen pengobatan yang telah ditetapkan

b.      Berhenti merokok

c.       Mempertahankan tingkat aktivitas yang dapat diterima.

(Arif Muttaqin, 2008; 164 )

Page 8: PPOM

BAB IV

PENUTUP

4.1  Kesimpulan

1.      PPOM adalahkelainanparu yang ditandaidengangangguanfungsiparuberupamemanjangnyaperiodeekspirasi

yangdisebabkanolehadanyapenyempitansalurannafasdantidakbanyakmengalamiperubahandalammasaobservasibeb

erapawaktu.PPOMterdiridarikumpulantigapenyakityaituBronkitiskronik, EmfisemaparudanAsma.

2.      Faktorresikodari PPOM adalah :Merokoksigaret yang berlangsung lama, Polusiudara, Infeksiparuberulang, Umur,

Jeniskelamin, Ras, Defisiensi alfa-1 antitripsin, Defisiensi anti oksidan

3.      Manifestasiklinik PPOM adalahpadaLansia, antara lain :Batuk yang sangatproduktif, purulent,

danmudahmemburukolehiritan-iritaninhalen, Sesaknafas, Hipoksiadanhiperkapnea, Takipnea, Dispnea yang

menetap

4.      Penatalaksanaanpadapenderita PPOM :Meniadakan factor etiologidanpresipitasi, Membersihkansekresi Sputum,

Memberantasinfeksi, MengatasiBronkospasme, PengobatanSimtomatik, Penangananterhadapkomplikasi yang

timbul, Pengobatanoksigen, Tindakan ”Rehabilitasi”.

4.2Saran

Menghindarifaktorresiko :

  Anjurkanklienuntuktidakmerokok

  Anjurkanklienuntukcukupistirahat

  Anjurkanklienuntukmenghindari allergen

  Anjurkanklienuntukmengurangiaktifitas

  Anjurkanklienuntukmendapatkanasupangizi yang cukup

DAFTAR PUSTAKA

1.      Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC.

2.      Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

3.      Guyton, Arthur C. 1945. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta : EGC.

4.      Anonim. 2010. Askep Klien PPOM. http://nursingbegin.com/askep-klien-ppom/. By Posted : 22-03-2010

5.      Dwi Atmaja, Arifin. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

PPOM.http://nursecerdas.wordpress.com/2011/10/21/askep-ppom/.By Posted: 21-10-2011

Page 9: PPOM

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF MENAHUN (PPOM)  DEFINISI 

Penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) merupakan semua penyakit pernapasan  yang dikarakteristikkan oleh obstruksi kronis pada aliran udara. Obstruksi jalan napas ini bermaca-macam, mis., inflamasi jalan napas, perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan napas, atau kerusakan jalan napas. PPOM = PPOK (Penyakit Paru obstruktif Kronik) = COPD (Chronik Obstuktif Pulmonary Deases)

KLASIFIKASIPenyakit paru obstruksi menahun (PPOM) meliputi:

a.       Asma: dikarakteristikkan oleh konstriksi yang dapat puliih dari otot halus bronkial, hipersekresi mukosa, dan inflamasi mukosa, serta edema. Faktor pencetus termasuk alergen, masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat, kimia, dan infeksi.

b.      Bronkitis Kronis: Inflamasi luas jalan napas dengan penyempitan atau hambatan jalan napas dan peningkatan produksi sputum mukoid, menyebabkan ketidakcocokan ventilasi-perfusi dan menyebabkan sianosis.

c.       Emfisema: Suatu keadaan klinis dengan kelainan struktur anatomis paru berupa pelebaran dan destruksi dinding alveoli dan bronkiolus terminalis disertai overinflasi.

ETIOLOGIPPOM dianggap sebagai penyakit yang berhubungan dengan interaksi genetik dan lingkungan.

Merokok, polusi udara, dan pemajanan di tempat kerja (batubara, kapas, padi-padian) merupakan faktor resiko penting terjadinya PPOM., prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih dari 20-30 tahunan. Penyakit ini juga dapat terjadi pada individu yang tidak mempunyai enzim yang normal mencegah penghancuran jaringan paru oleh enzim tertentu.

Patofisiologi PPOK / PPOM / COPD

MANIFESTASI KLINIKPerkembangan gejala-gejala yang merupakan ciri PPOM adalah malfungsi pada sistem pernapasan

yang manifestasi awalnya ditandai dengan batuk-batuk dan produksi dahak khususnya yang makin terjadi di saat pagi hari. Napas pendek sedang yang sedang berkembang menjadi napas pendek akut. Batuk dan produksi dahak (pada batuk yang dialami perokok) memburuk menjadi persisten yang disertai dengan produksi dahak yang semakin banyak. Biasanya pasien akan sering mengalami infeksi pernapasan dan kehilangan berat badan cukup drastis sebagai akibat hilangnya nafsu makan karena produksi dahak yang berlebihan, penurunan daya kekuatan tubuh, penurunan kemampuan pencernaan sekunder karena tidak cukupnya oksigenasi sel gastrointestinal.. Pasien mudah merasa lelah dan secara fisik tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari

Page 10: PPOM

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1.      Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru; mendatarnya diafragma; peningkatan area udara

retrosternal; penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama periode remisi (asma).

2.      Tes fungsi paru: dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstruksi atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek terapi, mis., bronkodilator.

3.      TLC: peningkatan pada luasnya bronkitis dan kadang-kadang pada asma; penurunan emfisema4.      Kapasitas inspirasi: menurun pada emfisema5.      Volume residu: meningkat pada emfisema, bronkitis kronis, dan asma6.      FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital kuat menurun pada bronkitis dan asma7.      GDA: memperkirakan progresi proses penyakit kronis8.      Bronkogram: dapat menunjukkan dilatasi silindris bronkus pada inspirasi, kollaps bronkial pada ekspirasi kuat

(emfisema); pembesaran duktus mukosa yang terlihat pada bronkitis9.      JDL dan diferensial: hemoglobin meningkat (emfisema luas), peningkatan eosinofil (asma)10.  Kimia darah: Alfa 1-antitripsin dilakukan untuk meyakinkan defisiensi dan diagnosa emfisema primer11.  Sputum: kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen; pemeriksaan sitolitik untuk

mengetahui keganasan atau gangguan alergi12.  EKG: deviasi aksis kanan, peninggian gelombang P (asma berat); disritmia atrial (bronkitis), peninggian

gelombang P pada lead II, III, AVF (bronkitis, emfisema); aksis vertikal QRS (emfisema)13.  EKG latihan, tes stres: membantu dalam mengkaji derajat disfungsi paru, mengevaluasi keefektifan terapi

bronkodilator, perencanaan/evaluasi program latihan.

PENATALAKSANAAN1.      Diet: tinggi kalori dan protein2.      Terapi IV: hidrasi, heparin lock3.      Terapi oksigen4.      Postural Drainage5.      Insentive Spirometri6.      Antibiotik: Penisillin G potassium, Ampisillin7.      Antipiretik: Aspirin, Acetaminophen8.      Bronkodilator: Metaproterenol sulfat (Alupent), Isotarine (Bronkosol)

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIANa.      Aktivitas/Istirahat

Gejala:-          Keletihan, kelelahan, malaise-          Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit bernapas-          Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi-          Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan

Tanda:-          Keletihan, gelisah, insomnia-          Kelemahan  umum/kehilangan massa otot

b.      SirkulasiGejala:

-          pembengkakan pada ekstremitas bawahTanda:

-          Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, disritmia, distensi vena leher-          Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung-          Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan diameter AP dada)-          Warna kulit/membran mukosa: normal atau abu-abu/sianosis

Page 11: PPOM

-          Pucat dapat menunjukkan anemia

c.       Makanan/CairanGejala:

-          Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia (emfisema)-          Ketidakmampuan untuk makan karena distres pernapasan-          Penurunan berat badan menetap (emfisema), peningkatan berat badan menunjukkan edema (bronkitis)

Tanda:-          Turgor kulit buruk, edema dependen-          Berkeringat, penuruna berat badan, penurunan massa otot/lemak subkutan (emfisema)-          Palpitasi abdominal dapat menyebabkan hepatomegali (bronkitis)

d.      HygieneGejala:

-          Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan bantuan melakukan aktivitas sehari-hariTanda:

-          Kebersihan, buruk, bau badane.       Pernafasan

Gejala:      -          Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol pada   emfisema) khususnya

pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma)

-          “Lapar udara” kronis-          Bentuk menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat bangun) selama minimum 3 bulan

berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (hijau, putih dan kuning) dapat banyak sekali (bronkitis kronis)

-          Episode batuk hilang timbul biasanya tidak produktif pada tahap dini meskipun dapat terjadi produktif (emfisema)

-          Riwayat pneumonia berulang: terpajan pada polusi kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (mis., rokok sigaret) atau debu/asap (mis., abses, debu atau batu bara, serbuk gergaji)

-          Faktor keluarga dan keturunan, mis., defisiensi alfa-anti tripsin (emfisema)-          Penggunaan oksigen pada malam hari atau terus menerus

Tanda:-          Pernafasan: biasanya cepat, dapat lambat, penggunaan otot bantu pernapasan-          Dada: hiperinflasi dengan peninggian diameter AP, gerakan diafragma minimal-          Bunyi nafas: mungkin redup dengan ekspirasi mengi (emfisema); menyebar, lembut atau krekels, ronki, mengi

sepanjang area paru.-          Perkusi: hiperesonan pada area paru-          Warna: pucat dengan sianosis bibir dan dasar kuku.

f.       KeamananGejala:

-          Riwayat reaksi alergi atau sensitif terhadap zat/faktor lingkungan-          Adanya/berulangnya infeksi-          Kemerahan/berkeringat (asma)

g.      SeksualitasGejala:

-          Penurunan libido

h.      Interaksi sosialGejala:

-          Hubungan ketergantungan, kurang sistem pendukung, ketidak mampuan membaik/penyakit lamaTanda:

-          Ketidakmampuan untuk/membuat mempertahankan suara pernafasan-          Keterbatasan mobilitas fisik, kelainan dengan anggota keluarga lalu

i.        Penyuluhan/PembelajaranGejala:

Page 12: PPOM

-          Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kesulitan menghentikan merokok, penggunaan alkohol secara teratur, kegagalan untuk membaik.

PRIORITAS KEPERAWATAN1.      Mempertahankan patensi jalan napas2.      Membantu tindakan untuk mempermudah pertukaran gas3.      Meningkatkan masukan nutrisi4.      Mencegah komplikasi, memperlambat memburuknya kondisi5.      Memberikan informasi tentang proses penyakit/prognosis dan program pengobatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN1.      Jalan nafas inefektif b/d bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, tebal, sekresi kental d/d

pernyataan kesulitan bernapas, perubahan kedalaman/kecepatan bernapas, penggunaan otot bantu pernapasan, bunyi nafas tidak normal, mis., ronki, mengi, krekels; batuk (menetap) dengan/tanpa produksi sputum

Kriteria Hasil:-          Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih dan jelas.     -          Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas, mis., batuk efektif dan mengeluarkan sekret

INTERVENSI RASIONALMandiri:

     Auskultasi bunyi napas, catat adanya bunyi napas tambahan, mis., mengi, krekels, ronki

     Kaji/pantau frekuensi pernapasan, catat rasio inspirasi/ekspirasi

     Catat adanya derajat dispnea, ansietas, distres pernapasan, penggunaan otot bantu napas

     Tempatkan/atur posisi pasien senyaman mungkin, mis., peninggian kepala tempat tidur 15-30°, duduk pada sandaran tempat tidur.

     Pertahankan udara lingkungan/minimalkan polusi lingkungan, mis., debu, asap, dll.

     Bantu latihan napas abdomen atau bibir

     Tingkatkan masukan cairan sampai dengan 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Berikan/anjurkan minum air hangat.Kolaborasi:

     Berikan obat-obatan sesuai indikasi,

     Beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tidak dimanifestasikan adanyan bunyi napas advertisius.

     Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapt ditemukan pada penerimaan atau selama stres/adanya proses infeksi akut.

     Disfungsi pernapasan adalah variabel yang tergantung pada tahap proses akut yang menimbulkan perawatan di Rumah Sakit.

     Peninggian kepala tempat tidur memudahkan fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi.

     Pencetus tipe reaksi alergi pernapasan dapat mentriger episode akut.

     Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara

     Hidrasi membantu menurunkan kekentalan sekret, penggunaan cairan hangat dapat menurunkan spasme bronkus.

     Merilekskan otot halus dan

Page 13: PPOM

mis., bronkodilator menurunkan spasme jalan napas, mengi, dan produksi mukosa.

2.      Kerusakan pertukaran gas b/d gangguan suplai oksigen (obstruksi jalan nafas) oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara, kerusakan alveoli d/d dispnea, bingung, gelisah,  ketidakmampuan mengeluarkan sekret nilai GDA tidak normal (hipoksia dan hiperkapnea), perubahan tanda vital, penurunan toleransi terhadap aktivitas.Kriteria Hasil:

-          Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.

-          Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan/situasi.          

INTERVENSI RASIONAL     Kaji frekuensi, kedalaman

pernapasan, catat penggunaan otot bantu pernapasan, napas bibir.

     Tinggikan kepala tempat tidur, bantu klien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas, dorong nafas dalam perlahan

     Kaji / awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa

     Anjurkan mengeluarkan sputum, penghisapan bila diindikasikan

     Auskultasi bunyi nafas, cata area penurunan udara/bunyi tambahan

     Awasi tanda vital dan irama jantung

Kolaborasi     Berikan oksigen sesuai indikasi

     Berikan penekan SSP (anti ansietas sedatif atau narkotik) dengan hati-hati sesuai indikasi

     Berguna dalam evaluasi derajat distres pernafasan/kronisnya proses penyakit

     Pengiriman oksigen dapat diperbaiki dengan posisi duduk tinggi dan latihan nafas untuk menurunkan kolaps paru

     Sianosis mungkin perifer (terlihat pada kuku)

     Sputum kental, tebal serta banyaknya sekresi adalah sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. Penghisapan dibutuhkan bila batuk tidak efektif

     Bunyi nafas mungkin redup karena penurunan aliran udara atau area konsolidasi, adanya mengidentifikasi spasme bronkus

     Takikardi, disritmia dan penurunan td dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung

     Dapat memperbaiki/mencegah buruknya hipoksia

     Untuk mengontrol ansietas/gelisah yang meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen

3.      Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d dispnea, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah d/d penurunan berat badan, kehilangan massa otot, tonus otot buruk, kelemahan, keengganan untuk makan.Kriteri hasil:

-          Menunjukkan BB meningkatkan-          Mencapai tujuan dengan nilai laboratorium normal dan bebas tanda malnutrisi.-          Melakukan perilaku/perubahan pola hidup untuk menngkatkan dan mempertahankan BB yang tepat.

Page 14: PPOM

INTERVENSI RASIONALMandiri:

     Catat status nutrisi pasien pada penerimaan , catat turgor kulit, BB dan derajat kekurangan BB, ketidakmampuan menelan.

     Pastikan pola diet biasa pada pasien yang disukai/tidak disukai

     Awasi pemasukan/pengeluaran dan BB secara periodik.

     Selidiki anoreksia, mual dan muntah. Catat kemungkinan dengan obat, awasi frekuensi, volume, konsistensi feses.

     Berikan periode istirahat sering.

     Berikan perawatan mulut

     Hindari makanan penghasi gas dan minuman karbonat. Hindari makanan yang sangat panas dan sangat dingin

     Anjurkan makan sedikit tapi sering dengan makanan TKTP

     Motivasi orang terdekat untuk membawa makanan dari rumah dan untuk membagi dengan pasien kecuali kontraindikasi

Kolaborasi:     Rujuk ke ahli diet untuk menentukan

komposisi diet.

     Kaji/observasi nilai pemeriksaan Laboratorium, mis., profil asam amino, besi, glukosa, pemeriksaan fungsi hati dan elektrolit. Berikan vitamin/mineral/elektrolit sesuai indikasi

       Berguna dalam mendefinisikan derajat/luasnya masalah dan pilihan intervensi yang tepat.

       Membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan khusus. Pertimbangan keinginan individu dapat memperbaiki masukan diet.

       Berguna dalam mengukur keefektifan nutrisi dan dukungan cairan.

       Dapat mempengaruhi pilihan diet dan mengidentifikasi pemecahan masalah untuk meningkatkan pemasukan nutrien.

       Membantu menghemat energi khususnya bila kebutuhan metabolik meningkat saat demam.

       Menurunkan rasa tidak enak karena sisa sputum/obat yang merangsang pasien muntah.

       Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu napas abdomen dan gerakan diafragma. Suhu yang ekstrim dapat meningkatkan spasme batuk

       Memaksimalkan masukan nutrisi tanpa kelemahan, menurunkan iritasi gaster.

       Membuat lingkungan sosial lebih normal selama makan dan membantu memenuhi kebutuhan personal.

       Memberikan bantuan dalam perencanaan diet dengan nutrisi adekuat

       Mengevaluasi/mengatasi kekurangan dan mengawasi keefektifan terapi nutrisi

Page 15: PPOM

4.      Resiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidakadekuatan pertahanan utama (penurunan kerja silia, menetapnya sekret), tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan dan peningkatan pemajanan terhadap lingkungan, proses penyakit kronis dan malnutrisi.

Kriteria Hasil:-          Pasien akan mengidentifikasi intervensi untuk mencegah atau menurunkan resiko infeksi-          Perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang nyaman

INTERVENSI RASIONALMandiri:

     Kaji dan awasi suhu tubuh

     Kaji pentingnya latihan napas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat

     Observasi warna, karakter dan bau sputum

     Diskusikan kebutuhan nutrisi adekuat

Kolaborasi:     Dapatkan spesimen sputum dengan

batuk dan pengisapan untuk pewarnaan gram, /kultur/sensitifitas

     Berikan anti mikrobial sesuai indikasi

     Demam dapat terjadi karena infeksi atau dehidrasi

     Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan terjadinya resiko infeksi paru

     Sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukkan adanya infeksi paru

     Malnutrisi dapat mempengaruhi kesehatan umum dan menurunkan tahanan terhadap infeksi

     Dikakukan untuk mengidentifikasi organisme penyebab dan kerentanan terhadap berbagai anti mikrobial

     Dapat diberikan untuk organisme khusus yang teridentifikasi dengan kultur dan sensitifitas atau diberikan secara profilaktik karena resiko tinggi