ppn objek
TRANSCRIPT
LOGO
ObjekPajak Pertambahan
Nilai
Instruktur :Taripar Doly, SE.,MM
OBJEK PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
Objek PPNUmum Dan Khusus
Umum◦ Pasal 4
Khusus (mulai ada sejak UU No 11 Tahun 1994)◦ Pasal 16 C Kegiatan Membangun Sendiri Yang
Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan.
◦ Pasal 16 D Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh pengusaha kena pajak.
Objek PPNUU Nomor 42 Tahun 2009
Pasal 4 (1) Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: a. penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; b. impor Barang Kena Pajak; c. penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha; d. pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; e. pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; f. ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; g. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak; dan h. ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak. (2) Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan.
PengertianBarang Kena Pajak
1. Semua barang pada prinsipnya merupakan Barang Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yg ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri. (UU PPN menganut azas negatif list)
2. Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud.
Yang diatur secara rinci oleh Undang Undang PPN adalah barang-barang yg tidak dikenakan PPN, yaitu di Pasal 4A ayat (2) Undang Undang Nomor 42
Tahun 2009.
Dengan demikian, secara otomatis barang-barang lainnya merupakan Barang Kena Pajak.
Barang Yang Tidak Dikenai PPN (Non BKP) Pasal 4A (2) UU PPN
BARANGTIDAK KENA
PAJAK(Ps. 4A ay.2)
Barang hasil pertambangan atauhasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya
Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
Makanan dan minuman yang disajikan dihotel, restoran, rumah makan, warung,dan sejenisnya baik yang dikonsumsi ditempat maupun tidak, termasuk makan-an dan minuman yang diserahkan oleh
usaha jasa boga atau katering(Menghindari Pajak Berganda : merupakan PDRD)
Uang, emas batangan dan surat berharga
Mulai 1-04-2010
Barang Yang Tidak Dikenai PPN (Non BKP) Pasal 4A (2) UU PPN
BARANG HASIL PERTAM-BANGAN ATAU PE-NGEBORAN YANG
DIAMBIL LANGSUNGDARI SUMBERNYA
Minyak mentah (crude oil)
Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat
Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur,batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar(feldspar), garam batu (halite), grafit/andesit, gips,kalsit, kaolin, leusit. magnesit, mika, marmer, nitrat,opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,fosfat (phospat), talk, tanah serap (fullers earth), ta-nah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif,
zeolit, basal, dan trakkit.
Panas bumi
Batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
Bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga,bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit
Mulai 1-04-2010
Barang Yang Tidak Dikenai PPN (Non BKP) Pasal 4A (2) UU PPN
BARANG KEBUTUHANPOKOK YG DI –
BUTUHKAN RAK-YAT BANYAK
Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam
Daging, yaitu daging segar tanpa diolah tetapi telah me-lalui proses disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan,dibekukan, dikemas atau tidak, digarami, dikapur, dia -samkan, diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus.
Telur, yaitu telur yang tdk diolah termasuk telur yang telah dibersihkan, diasinkan atau dikemas
Susu, yaitu susu perah baik yg telah melalui proses didi-nginkan maupun dipanaskan, tidak mengandung tambah-an gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak
Buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yg dipetik, baik ygtelah melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong,diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas.
Sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci,ditiriskan, dan/atau disimpan pada suhu rendah, terma-suk sayuran segar yang dicacah
Mulai 1-04-2010
PengertianJasa Kena Pajak
setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yg menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia utk dipakai
termasuk jasa yg dilaku-kan utk menghasilkan brgkrn pesanan atau permin-taan dg bahan dan atas
petunjuk Pemesan
JASA(Ps. 1 angka 5 UU PPN 1984)
Ps 1 angka 6 jo Ps 4A ay. (3) UU PPN 1984
JASA KENA PAJAK
DIKENAI PAJAK
Tiap jasa dpt dikenai pajakkecuali UU menetapkan sebaliknya
PengertianJasa Kena Pajak
Semua jasa pada prinsipnya merupakan Jasa Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yg ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri.
Yang diatur secara rinci oleh Undang Undang PPN adalah jasa-jasa yg tidak dikenakan PPN, yaitu di Pasal 4A ayat (3) Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.
Dengan demikian, secara otomatis jasa-jasa lainnya merupakan Jasa Kena Pajak
KEAGAMAAN
JASA TDK KENA PAJAK
11
KESEHATAN MEDIK
PELAYANANSOSIAL
PENGIR. SRT DG PERANGKO
PENDIDIKAN
PENYIARANYG BUKAN BER-
SIFAT IKLAN
ANGKUT. UMUM DARAT, AIR, DAN JAUDN
YG MENJD BAG DARIJAULN
TENAGAKERJAPERHO-
TELANPEMERINTAHAN
UMUM
JASA TIDAK KENA PAJAKPs. 4A ay. (3)UU PPN 1984
KEUANGAN
ASURANSI
KESENIAN &HIBURAN
PENYEDIA-AN TEMPAT
PARKIR
TELP. UMUMCOIN BOX
PENGIR. UANG DG. WESEL POS
JASA BOGA
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa pelayanan kesehatan medis, meliputi: jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi; jasa dokter hewan; jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi,
dan ahli fisioterapi; jasa kebidanan dan dukun bayi; jasa paramedis dan perawat; jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan,
laboratorium kesehatan, dan sanatorium; jasa psikolog dan psikiater; dan jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa pelayanan sosial; meliputi: jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo; jasa pemadam kebakaran; jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan; jasa lembaga rehabilitasi; jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk
krematorium; dan jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.
Jasa Tidak Kena Pajak (Non JKP)
jasa pengiriman surat dengan perangko. Jasa pengiriman surat dengan perangko meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko tempel dan menggunakan cara lain pengganti perangko tempel.
jasa keuangan; meliputi : jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu; jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain
dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa :• sewa guna usaha dengan hak opsi;• anjak piutang;• usaha kartu kredit; dan/atau• pembiayaan konsumen;
jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
jasa penjaminan.
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa asuransi. Yang dimaksud dengan "jasa asuransi" adalah jasa pertanggungan yang meliputi asuransi kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis asuransi, tidak termasuk jasa penunjang asuransi seperti agen asuransi, penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi.
jasa keagamaan; meliputi: jasa pelayanan rumah ibadah; jasa pemberian khotbah atau dakwah; jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan jasa lainnya di bidang keagamaan.
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa pendidikan;meliputi:◦ jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa
penyelenggaraan pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan akademik, dan pendidikan profesional; dan
◦ jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah. jasa kesenian dan hiburan. Jasa kesenian dan hiburan meliputi
semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan. Jasa penyiaran yang
tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan komersial.
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
jasa tenaga kerja;meliputi: jasa tenaga kerja; jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia
tenaga kerja tidak bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja.
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa perhotelan, meliputi:◦ jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
◦ jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, dan hostel.
jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi jenis-jenis jasa yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah, antara lain pemberian Izin Mendirikan Bangunan, pemberian Izin Usaha Perdagangan, pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, dan pembuatan Kartu Tanda Penduduk
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
jasa penyediaan tempat parkir. Yang dimaksud dengan "jasa penyediaan tempat parkir" adalah jasa penyediaan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat parkir dan/atau pengusaha kepada pengguna tempat parkir dengan dipungut bayaran.
jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam. Yang dimaksud dengan "jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam" adalah jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam atau koin, yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta.
jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan jasa boga atau katering.
Jasa Tidak Kena Pajak(Non JKP) Pasal 4A (3) UU PPN
Termasuk Pengertian PenyerahanBarang Kena Pajak
PenyerahanBKP
penyerahan hak atas Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian;
pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha (leasing);
penyerahan Barang Kena Pajak kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang;
pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;
Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang;
penyerahan Barang Kena Pajak secara konsinyasi; dan
penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena Pajak.
BukanPenyerahan
BKP
penyerahan Barang Kena Pajak kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang;
penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang-piutang;
penyerahan Barang Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan tempat pajak terutang;
pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c UU PPN.
Tidak Termasuk Dalam PengertianPenyerahan BKP
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai kepabeanan.
Daerah PabeanDan PKP Didalamnya
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Barang Kena Pajak meliputi baik pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun
Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan
Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Penyerahan BKP Di Dalam Daerah Pabean Yang Dilakukan Oleh Pengusaha
Pasal 4 ayat 1 huruf a
Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak;
Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya
Impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar Daerah Pabean ke dalam Daerah Pabean
Pajak juga dipungut pada saat impor Barang Kena Pajak. Pemungutan dilakukan melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Impor Barang Kena PajakPasal 4 ayat 1 huruf b
Siapapun yang memasukkan Barang Kena Pajak ke dalam Daerah Pabean, tanpa memperhatikan apakah dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya atau tidak, tetap dikenai pajak
Pengusaha yang melakukan kegiatan penyerahan Jasa Kena Pajak meliputi baik Pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) maupun
Pengusaha yang seharusnya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi belum dikukuhkan
Penyerahan JKP Dalam Daerah Pabean Yang Dilakukan Oleh Pengusaha
Pasal 4 ayat 1 huruf c
Penyerahan JKP Dalam Daerah Pabean Yang Dilakukan Oleh Pengusaha
Pasal 4 ayat 1 huruf c
Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat-syarat sbb:
Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak;
Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean; dan
Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya.
Termasuk dalam pengertian penyerahan Jasa Kena Pajak adalah Jasa Kena Pajak yang dimanfaatkan untuk kepentingan sendiri dan/atau yang diberikan secara cuma-cuma
Untuk dapat memberikan perlakuan pengenaan pajak yang sama dengan impor Barang Kena Pajak, atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapa pun di dalam Daerah Pabean juga dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dari Luar Daerah Pabean Di Dalam Daerah Pabean
Pasal 4 ayat 1 huruf d
Contoh : Pengusaha A yang berkedudukan di Jakarta memperoleh hak
menggunakan merek yang dimiliki Pengusaha B yang berkedudukan di Hongkong. Atas pemanfaatan merek tersebut oleh Pengusaha A di dalam Daerah Pabean terutang Pajak Pertambahan Nilai
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean Di dalam Daerah Pabean
Pasal 4 ayat 1 huruf e
Jasa yang berasal dari luar Daerah Pabean yang dimanfaatkan oleh siapapun di dalam Daerah Pabean dikenai Pajak Pertambahan Nilai
Contoh : Pengusaha Kena Pajak C di Surabaya memanfaatkan Jasa Kena
Pajak dari Pengusaha B yang berkedudukan di Singapura. Atas pemanfaatan Jasa Kena Pajak tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dihitung dengan cara sebagai berikut :
10% x jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak apabila dalam jumlah tersebut tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai; atau
10/110 x jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak apabila dalam jumlah tersebut sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai.
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dan Atau JKP Dari Luar Daerah Pabean
Dalam hal tidak diketemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis untuk pembayaran atau meskipun diketemukan adanya kontrak atau perjanjian tertulis akan tetapi tidak dengan tegas dinyatakan bahwa dalam jumlah kontrak atau perjanjian sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai, maka Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dihitung sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan jumlah yang dibayarkan atau seharusnya dibayarkan kepada pihak yang menyerahkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dan Atau JKP Dari Luar Daerah Pabean
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dipungut oleh Orang Pribadi atau Badan
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dan Atau JKP Dari Luar Daerah Pabean
Yang memanfaatkan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
pada saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean tersebut.
disetorkan seluruhnya ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan terjadinya pemungutan.
Bagi PKP, PPN yang telah disetor dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bulan terutangnya pajak.
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dan Atau JKP Dari Luar Daerah Pabean
Saat dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKP TB) dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean (JKP LN) adalah saat yang diketahui terjadi lebih dahulu dari peristiwa-peristiwa sebagai berikut :
saat BKP TB atau JKP LN tersebut secara nyata digunakan oleh pihak yang memanfaatkannya;
saat harga perolehan BKP TB dan atau JKP LN tersebut dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
saat harga jual BKP TB dan atau penggantian JKP LN tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
saat harga perolehan BKP TB dan atau JKP LN tersebut dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya;
Dalam hal saat dimulainya pemanfaatan BKP TB dan atau JKP LN tidak diketahui, maka saat dimulainya pemanfaatan BKP TB dan atau JKP LN adalah tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian atau saat lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
Bagi PKP, SPM PPN tsb diperlakukan sebagai laporan pemungutan Pajak Pertambahan Nilai atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean.
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Dan Atau JKP Dari Luar Daerah Pabean
• Bagi orang pribadi atau badan yang bukan Pengusaha Kena Pajak, wajib melaporkan pemungutan dan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dengan mempergunakan lembar ketiga bukti setoran Pajak ke Kas Negara paling lambat akhir bulan berikutnya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan badan tersebut.
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud adalah setiap kegiatan mengeluarkan Barang Kena Pajak Berwujud dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean
Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Pasal 4 ayat 1 huruf f & g
Pengusaha yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud hanya Pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1).
Pengusaha yang melakukan ekspor BKP TB hanya pengusaha yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3A ayat (1) UU PPN.
1. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten, desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia, merek dagang, atau bentuk hak kekayaan intelektual/industrial atau hak serupa lainnya;
2. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah;
3. Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial;
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKP TB)Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g
4. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-hak tersebut pada angka 1, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada angka 2, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada angka 3, berupa :
◦ penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada masyarakat melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;
◦ penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi atau radio yang disiarkan/dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa; dan
◦ penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKP TB)Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g
5. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio; dan
6. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan intelektual/industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (BKP TB)Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf g
Termasuk dalam pengertian ekspor Jasa Kena Pajak adalah penyerahan Jasa Kena Pajak dari dalam Daerah Pabean ke luar Daerah Pabean oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan dan melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud atas dasar pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan di luar Daerah Pabean.
Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Pasal 4 ayat 1 huruf h dan Pasal 4 ayat (2)
Ketentuan mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai PPN diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Pereturan Menteri Keuangan nomor 70/PMK.03/2010 dan Lampirannya stdtd Peraturan menteri Keuangan nomor 30/PMK.03/2011 tentang Batasan Kegiatan dan Jenis JKP yang atas ekspornya dikenai PPN
1. Jasa Maklon yang batasan kegiatannya memenuhi ketentuan;
2. Jasa Perbaikan dan perawatan yang batasan kegiatannya memenuhi ketentuan;
3. Jasa Konstruksi, yaitu layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi, dan layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi, yang batasan kegiatannya memenuhi ketentuan.
Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak Pasal 4 ayat 1 huruf h
untuk selain Jasa Maklon: jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang bergerak
yang dimanfaatkan di luar Daerah Pabean; atau jasa yang melekat pada atau jasa untuk barang tidak
bergerak yang terletak di luar Daerah Pabean
Batasan Kegiatan dan Jenis JKP Yang Atas Ekspornya Dikenai Pajak Pertambahan Nilai
PERMENKEU NO. 70/PMK.03/2010
Pengertian Jasa Maklon:adalah pemberian jasa dalam rangka proses penyelesaian suatu barang tertentu yang proses pengerjaannya dilakukan oleh pihak pemberi jasa (disubkontrakkan), dan pengguna jasa menetapkan spesifikasi, serta menyediakan bahan baku dan/atau barang setengah jadi dan/atau bahan penolong/pembantu yang akan diproses sebagian atau seluruhnya, dengan kepemilikan atas barang jadi berada pada pengguna jasa.
• Saat terutangnya Pajak Pertambahan Nilai atas Ekspor Jasa Kena Pajak adalah pada saat Penggantian atas jasa yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai penghasilan.
Saat dan Tempat Terutang
• PPN terutang di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan, atau tempat lain selain tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak.
• Pengusaha Kena Pajak yang melakukan Ekspor Jasa Kena Pajak wajib membuat Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak pada saat Ekspor Jasa Kena Pajak.
Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak
• Pemberitahuan Ekspor Jasa Kena Pajak yang dilampiri dengan invoice sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan adalah dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak.
• Atas kegiatan ekspor barang yang dihasilkan dari kegiatan ekspor Jasa Maklon oleh Pengusaha Kena Pajak eksportir Jasa Maklon tidak dilaporkan sebagai ekspor Barang Kena Pajak dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
I. Pajak Pertambahan Nilai atas: perolehan Barang Kena Pajak; perolehan Jasa Kena Pajak; pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean; pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean, dan/atau impor Barang Kena Pajak,
II. yang tidak berhubungan langsung dengan kegiatan ekspor Jasa Maklon, merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan
Perlakuan PM
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan pertimbangan untuk mencegah terjadinya penghindaran pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
Untuk melindungi masyarakat yang berpenghasilan rendah dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri, maka diatur batasan kegiatan membangun sendiri dengan Keputusan Menteri Keuangan
Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) Yang Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan Pasal 16 C
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas KMS yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain
Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) Yang Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan Pasal 16 C
KMS yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya, dikenakan PPN dengan pertimbangan untuk mencegah terjadinya penghindaran pengenaan PPN.
Untuk melindungi masyarakat yang berpenghasilan rendah dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri, maka diatur batasan kegiatan membangun sendiri dengan Keputusan Menteri Keuangan
PMK NO. 163/PMK.03/2012 tanggal 22 Oktober 2012
Kegiatan Membangun Sendiri PMK NO. 163/PMK.03/2012 tanggal 22 Oktober 2012
PPN Kegiatan Membangun Sendiri (KMS)
Syarat :Dilakukan tidak dlm kegiatan usaha/pekerjaannyaDibangun utk tempat tinggal/tempat usahaLuas bangunan 200 m2 atau lebihkonstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja
Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
PPN Terutang
10 % x 20 % x DPP
Setor BankTgl 15
setiap bulan
DPP = Biaya yang dikeluarkan setiap bulan dalam tahap membangun (tidak termasuk harga beli tanah)
48
PENYETORAN KMS
Ada NPWP
Belum NPWP
KMS satu wilayah kerja KPP dengan Kode KPP di NPWP
SSP
KMS beda wilayah kerja KPP dengan Kode KPP di NPWP
Di Kolom NPWP diisi lengkap
Di kolom NPWP diisi 0 + kode KPP
Di kotak Penyetor dicantumkan NPWP
Di kotak Penyetor dicantumkan alamat Penyetor
Setiap Bulan, Paling lama tgl 15 bulan berikutnya
10% x 20% X Biaya Yang dikeluarkan/ Dibayar (DPP)
Di Kolom NPWP diisi 0 + kode KPP KMS
Kode MAP (Mata Anggaran Penerimaan) dan Kode JenisSetoran pada SSP:a. MAP : 411211b. KJS : 103
Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri tidak dapat dikreditkan
Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antar tahapan-tahapan tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
Kegiatan mendirikan bangunan yang dilakukan melalui kontraktor atau pemborong bukan merupakan kegiatan membangun sendiri sepanjang dapat dibuktikan bahwa atas kegiatan membangun tersebut telah dipungut Pajak Pertambahan Nilai.
Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
Saat terutang Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan membangun sendiri adalah pada saat dimulainya kegiatan membangun sendiri secara fisik seperti penggalian fondasi, pemasangan tiang pancang, atau kegiatan fisik lainnya.
Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah di tempat bangunan tersebut didirikan.
Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
Cara penghitunganKMS Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
PPN Kegiatan Membangun Sendiri Terutang =
Jumlah biaya yang dikeluarkan dan atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan
pada setiap bulannya.
“Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan kegiatan membangun sendiri tidak dapat dikreditkan”.
10% x 20% x
Tidak termasuk harga perolehan tanah
Contoh Kasus KMS Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
Bp Hartanto melakukan kegiatan membangun sendiri sebuah rumah 1 lt berlokasi di Jakarta dengan luas 250 m2. Pengeluaran selama bulan Desember 2012 s.d April 2013 :
PPN terutang :
Penerapan DPP PPN KMS Secara Jabatan KMS Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
Pasal 16 C
Dalam hal WP
Fiskus
Tidak Memberikan data/bukti biaya/pendukung
Memberikan, namun tidak benar/lengkap (ada indikasi ketidakwajaran)
Verifikasi/
PemeriksaanUsul
HSBGNTerendah
Wajib Pajak
PENETAPAN DPP PPN KMS
Secara JABATAN
Tidak/Kurang Menyetor PPN KMS Terutang
Sudah dihimbau/ditegor, namun tetap belum memenuhi Bangunan
Selesai
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c Undang Undang Nomor 42 Tahun 2009.
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP
Pasal 16 D
Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh pengusaha kena pajak
Pasal 16 D
Ps. 16D UU PPN 1984
Pajak Pertambahan Nilai dike-nakan atas penyerahan aktivaoleh Pengusaha Kena Pajak yang menurut tujuan semulatidak untuk diperjualbelikan
sepanjang Pajak PertambahanNilai yang dibayar pada saatperolehannya dapat dikredit-kan.
1-1-1995 s.d. 31-3-2010
Pajak Pertambahan Nilai dike-nakan atas penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva yangmenurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh Pe-ngusaha Kena Pajak, kecualiatas penyerahan aktiva yang
Pajak Masukannya tidak dapatdikreditkan sebagaimana dimak-maksud dalam Pasal 9 ayat (8)
huruf b dan huruf c.
Mulai 1-4-2010
Penyerahan Barang Kena Pajak, antara lain, berupa mesin, bangunan, peralatan, perabotan, atau Barang Kena Pajak lain yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak dikenai pajak.
Namun, Pajak Pertambahan Nilai tidak dikenakan atas pengalihan Barang Kena Pajak yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dan pengalihan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yaitu kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, yang menurut ketentuan Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c Pajak Masukan atas perolehan aktiva tersebut tidak dapat dikreditkan
Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh pengusaha kena pajak Pasal 16 D.
Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh pengusaha kena pajak Pasal 16 D.
12/6/00 23/8/00
Dikukuhkansbg PKP
PT TekstilmembeliMobil box
31/3/010
Mobil boxdijual
1/4/010
Mobil boxdijual
Tidak kenaPPN
Ps. 16D sampai dengan 31-3-010“…. sepanjang PPN yang dibayar padasaat perolehannya, dapat dikreditkan”
Tidak dapatdikreditkan krn
dibayar sebelumdikukuhkan sbg
PKP (Ps. 9 ay. (8)
huruf a)
Ps. 16D mulai 1-4-010“…., kecuali atas penyerahan aktiva ygPajak Masukannya tdk dpt dikreditkansebagaimana dimaksud dlm Pasal 9
ayat (8) huruf b dan huruf c”
DikenaiPPN
MembayarPPN
PT MAJU adalah PKP yang bergerak dalam bidang industri garmen
5 April 2010 perusahaan membeli kendaraan Sedan untuk operasional direksi senilai Rp 200 juta Truk untuk distribusi senilai Rp 400 juta
4 Desember 2010 perusahaan menjual kedua kendaraan tersebut sedan dijual seharga Rp 150 juta Truk dijual seharga Rp 300 juta
Kasus
LOGOEmail : [email protected] : www.nusahati.com