pph

8
I. Pengertian dan Konsep Dasar Pajak Penghasilan,Subjek dan Objek PPh Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak. Subjek Pajak Penghasilan Subjek PPh adalah orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; badan; dan bentuk usaha tetap (BUT). Objek Pajak Penghasilan Objek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. II. Kewajiban Pajak Subjektif Kewajiban Pajak Subjektif Pajak Penghasilan adalah jenis pajak subjektif di mana pengenaan pajaknya lebih melihat subjeknya dulu daripada objeknya. Subjek Pajak Dalam Negeri adalah : 1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia 2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia 3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,menggantikan yang berhak. Subyek Pajak Luar Negeri adalah :

Upload: theybubut

Post on 01-Nov-2015

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPh

I. Pengertian dan Konsep Dasar Pajak Penghasilan,Subjek dan Objek PPh

Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) dikenakan terhadap orang pribadi dan badan, berkenaan

dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh selama satu tahun pajak.Subjek Pajak Penghasilan

Subjek PPh adalah orang pribadi; warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak; badan; dan bentuk usaha tetap (BUT).

Objek Pajak PenghasilanObjek Pajak Penghasilan adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP), baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

II. Kewajiban Pajak Subjektif

Kewajiban Pajak Subjektif Pajak Penghasilan adalah jenis pajak subjektif di mana pengenaan pajaknya lebih melihat subjeknya dulu daripada objeknya.Subjek Pajak Dalam Negeri adalah :1. Orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari

183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, atau yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

2. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia 3. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,menggantikan yang berhak.Subyek Pajak Luar Negeri adalah :Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia : 1. Yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia ; 2. yang dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia bukan dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.Dimulainya kewajiban pajak subyektif :a. Subyek Pajak Dalam Negeri : - Orang Pribadi pada saat dilahirkan, berada atau berniat tinggal di Indonesia. - Badan pada saat didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia. b. Subyek Pajak Luar Negeri : - Orang Pribadi pada saat menerima atau memperoleh penghasilan dari Indonesia. - Badan pada saat menjalankan usaha /melakukan kegiatan BUT.Berakhirnya kewajiban pajak subyektif : a. Subyek Pajak Dalam Negeri :

- Orang Pribadi pada saat meninggal dunia atau meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya.

- Badan pada saat dibubarkan/tidak lagi bertempat kedudukan di Indonesia.

Page 2: PPh

b. Subyek Pajak Luar Negeri : - Orang Pribadi pada saat tidak lagi menerima atau memperoleh penghasilan dari

Indonesia. - Badan pada saat tidak lagi menjalankan usaha, tidak lagi melakukan kegiatan

BUT.

III. Cara Menghitung Pajak Penghasilan

1. Tarif Pasal 17 dikalikan PKP untuk :a. Pegawai tetap, termasuk Pejabat Negara, PNS, anggota TNI/POLRI, pejabat negara

lainnya, pegawai BUMN dan BUMD, dan anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.PKP = Ph Bruto - (Biaya Jabatan +Iuran Pensiun+iuran THT/JHT + PTKP)

b. Penerima pensiun yang dibayarkan secara bulananPKP = Ph Bruto - (Biaya Pensiun + PTKP)

c. Pegawai tidak tetap, pemagang, dan calon pegawaiPKP = Ph Bruto - PTKP

d. Distributor perusahaan MLM atau Direct Selling dan kegiatan sejenis lainnyaPKP = Ph Bruto per bulan - PTKP per bulan

2. Tarif Pasal 17 dikalikan PKP untuk :

a. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain dengan nama apapun sebagai imbalan atas jasa atau kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan yang diberikan, termasuk yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak :

1) Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron, bintang iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/ peragawati, pemain drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya

2) Olahragawan3) Pengarang, peneliti, dan penerjemah4) Pemberi jasa dalam segala bidang termasuk teknik, komputer dan sistem aplikasinya,

telekomunikasi, elektronika, fotografo, ekonomi dan sosial5) Agen iklan6) Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta

sidang atau rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan7) Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan8) Peserta perlombaan9) Petugas penjaja barang dagangan10) Petugas dinas luar asuransi

Page 3: PPh

b. Honorarium yang diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama

c. Jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus yang diterima atau diperoleh mantan pegawaid. Penarikan dana pada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri

Keuangan oleh peserta program pensiun.

3. Tarif sebesar 15% dikalikan Ph Neto (50% x Penghasilan Bruto) untuk :

Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, terdiri dari : a. Pengacara;b. Akuntan;c. Arsitek;d. Dokter;e. Konsultan;f. Notaris;g. Penilai;h. Aktuaris.4. Tarif sebesar 15% dikalikan Ph Neto (50% x Penghasilan Bruto) untuk :Penghasilan berupa uang pesangon, uang tebusan pensiun yang dibayar oleh dana pensiun

yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, dan Tunjangan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, yang dibayarkan sekaligus oleh Badan Penyelenggara Pensiun atau Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja.

Pehitungan PPh Final sbb :a. Penghasilan bruto s.d. Rp 25.000.000 tidak dikenakan PPh Final.b. Penghasilan bruto di atas Rp 50.000.000,00 s.d. Rp 100.000.000 sebesar 10%c. Penghasilan bruto di atas Rp 100.000.000,00 s.d. Rp 200.000.000,00 sebesar 15% d. Penghasilan bruto di atas Rp 200.000.000,00 sebesar 25%

IV. Saat Pelunasan/Pembayaran Pajak Penghasilandengan self assessment yang digunakan dalam system perpajakan nasional, perlu adanya

kepastian yang menetapkan kapan Pajak Penghasilan tersebut harus dilunasi. Ketentuan Peraturan Pemerintah No. 138 tahun 2000 telah menetapkan saat pelunasan pajak dalam tahun berjalan dengan kualifikasi :

A. Melalui Pihak Lain1. Terhadap pemotongan pajak penghasilan oleh pihak – pihak yang melakukan

pemotongan PPh pasal 21 terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau pada akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu

2. Pemungutan pajak oleh pihak – pihak yang melakukan pemungutan sebagaimana diatur dalam pasal 22 ayat 1 UU PPh terutang pada saat pembayaran, kecuali ditetapkan lain oleh menteri keuangan

3. Pemotongan pajak penghasilan oleh pihak – pihak sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 UU PPh, terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir

Page 4: PPh

bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu

4. Pemotongan pajak penghasilan atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat 1 dan ayat 2 UU PPh, terutang pada akhir bulan dilakukannya pembayaran atau akhir bulan terutangnya penghasilan yang bersangkutan, tergantung peristiwa yang terjadi terlebih dahulu

B. Langsung oleh Wajib Pajak Sendiri1. Untuk wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang menerima penghasilan

sehubungan dengan pekerjaan dari badan – badan yang tidak melakukan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 ayat 2 UU PPh, wajib memiliki NPWP dan melaksanakan sendiri penghitungan dan pembayaran pajak penghasilan yang terutang dalam tahun berjalan serta melaporkannya dalam Surat Pemberitahuan Tahunan

2. Pelunasan pajak penghasilan melalui pembayaran pajak oleh wajib pajak sendiri yakni angsuran pajak penghasilan dalam tahun pajak berjalan

3. Pelunasan pajak penghasilan melalui pambayaran pajak oleh wajib pajak atas penghasilan – penghasilan tertentu yang diatur tersendiri dengan Peraturan Pemerintah, sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat 2 UU PPh

C. Saat Sesudah Akhir Tahun PajakPelunasan pajak sesudah tahun pajak berakhir dilakukan apabila jumlah pajak penghasilan yang terutang untuk suatu tahun pajak lebih besar daripada jumlah kredit pajak untuk tahun pajak yang bersangkutan

V. Sanksi Pidana

Pasal 39 Undang-Undang KUP menyatakan bahwa seseorang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut, sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, diancam dengan pidana penjara paling sedikit 6 bulan dan paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar.Pidana penjara tersebut ditambahkan 1 kali menjadi 2 kali sanksi pidana bila seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 tahun, terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

VI. Pengurangan Penghasilan (Biaya)

(1) Besarnya PKP bagi wajib pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk :a. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dalam kegiatan usaha,

antara lain :Biaya pembelian bahan, bunga,sewa,royalty,premi asuransi,biaya administrasi,biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri

Page 5: PPh

Keuangan, biaya perkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah,gaji,honorarium,bonus,tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang.

b. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun

c. Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangand. Kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam

perusahaan atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan

e. Kerugian selisih kurs mata uang asingf. Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesiag. Biaya beasiswa, magang, dan pelatihanh. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya

diatur dalam Peraturan Pemerintahi. Biaya pembangunan infrastruktur social yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintahj. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan

Pemerintahk. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dengan

Peraturan Pemerintahl. Piutang yang nyata – nyata tidak dapat ditagih dengan syarat :

- Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba – rugi komersial- Wajib pajak harus menyerahkan daftar oiutang yang tidak dapat ditagih kepada

Direktorat Jenderal Pajak

REFERENSI

Page 6: PPh

Undang – undang Pajak Penghasilan Nomor 38 tahun 2008

http://masalahpajak.blogspot.com

http://pajak.go.id