potret akuntansi dari lensa final filsafat ilmu

19
Tugas Final : Filsafat Ilmu 1 POTRET AKUNTANSI DARI LENSA CRITICAL STRUCTURALIS Disusun Oleh : Bertha Beloan (NIM. P3400212505)

Upload: arnoldbro

Post on 10-Aug-2015

403 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

POTRET AKUNTANSI DARI LENSACRITICAL STRUCTURALIS

TRANSCRIPT

Page 1: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 1

POTRET AKUNTANSI DARI LENSA CRITICAL STRUCTURALIS

Disusun Oleh :

Bertha Beloan (NIM. P3400212505)

Page 2: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 2

PENDAHULUAN

1. Pengertian Paradigma

Paradigma dalam bahasa Inggris disebut paradigm dan dalam bahasa

Perancis disebut paradigme, istilah tersebut berasal dari bahasa Latin, yakni para

dan deigma. Secara etimologis, para berarti (di samping, di sebelah) dan deigma

berarti (memperlihatkan, yang berarti, model, contoh, arketipe, ideal). Sedangkan

deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau

mempertunjukkan sesuatu.

Arti paradigma secara etimologis.

Kata paradigma berasal dari bahasa Yunani yang berarti suatu model,

teladan, arketif dan ideal. Berasal dari kata para yang berarti di samping

memperlihatkan dirinya. Arti paradigma ditinjau dari asal usul beberapa bahasa

diantaranya:

a) Menurut bahasa Inggris adalah keadaan lingkungan.

b) Menurut bahasa Yunani adalah para yang berarti disamping di sebelah dan

dikenal sedangkan deigma berarti suatu model, teladan, arketip, dan ideal.

Arti paradigma secara terminologis.

a) Paradigma adalah konstruk berpikir berdasarkan pandangan yang menyeluruh

dan konseptual terhadap suatu permasalah dengan menggunakan teori formal,

eksperimentasi dan metode keilmuan yang terpercaya.

b) Paradigma adalah suatu pandangan terhadap dunia alam sekitarnya, yang

merupakan persfektif umum, suatu cara untuk menjabarkan masalah-masalah

dunia nyata yang kompleks.

Pengertian paradigma menurut para ahli.

1) Thomas Khun

Menurut Thomas Khun Paradigma merupakan landasan berpikir atau konsep

dasar yang dianut atau dijadikan model, baik berupa model atau pola yang

Page 3: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 3

dimaksud para ilmuwan dalam upayanya mengandalkan studi-studi keilmuan.

Thomas Khun dalam karyanya The Structure of Scientific Revolution

(Chicago: The Univesity of Chicago Prerss, 1970). Paradigma di sini

diartikan Khun sebagai kerangka referensi atau pandangan dunia yang

menjadi dasar keyakinan atau pijakan suatu teori.

2) C.J. Ritzer

Menurut C.J. Ritzer paradigma merupakan pandangan mendasar para

ilmuawan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang seharusnya

dipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Dari pengertian ini dapat

disimpulkan, dalam suatu cabang ilmu pengetahuan dimungkinkan terdapat

beberapa paradigma. Artinya dimungkinkan terdapatnya beberapa komunitas

ilmuwan yang masing-masing berbeda titik pandangnya tentang apa yang

menurutnya menjadi pokok persoalan yang semestinya dipelajari dan diteliti

oleh cabang ilmu pengetahuan tersebut

3) Robert Friedrichs.

Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang

sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif

seseorang mengenai realita dan akhirnya akan menentukan bagaimana

seseorang menanggapi realita itu.

4) Masterman

Masterman sendiri merumuskan paradigma sebagai “pandangan mendasar

dari suatu ilmu yang menjadi pokok persoalan yang dipelajari (a fundamental

image a dicipline has of its subject matter)

Mastermen mengklasifikasikan dalam tiga pengertian paradigma.

Paradigma metafisik yang mengacu pada sesuatu yang menjadi pusat

kajian ilmuwan.

Paradigma Sosiologi yang mengacu pada suatu kebiasaan sosial

masyarakat atau penemuan teori yang diterima secara umum.

Page 4: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 4

Paradigma Konstrak sebagai sesuatu yang mendasari bangunan konsep

dalam lingkup tertentu, misalnya paradigma pembangunan, paradigma

pergerakan.

2. Paradigma kritikal Strukturalis

Paradigma ini mempercayai bahwa perubahan radikal dibentuk pada sifat

struktur sosial. Masyarakat kontemporer dapat dikarakteristikan dengan konflik

fundamental yang akan menghasilkan perubahan radikal melalui krisis politik dan

ekonomi. Paradigma ini berdasarkan pada Marx, yang diikuti oleh Engles, Lenin,

dan Bukharin. Paradigma ini memiliki sedikit perhatian di Amerika diluar teori

konflik.

Adapun kekuatan dari paradigma teori kritis ini terletak pada karakternya

yang ingin selalu membebaskan (to emancipate) dan mengubah (to transform).

Pandangan ini berangkat dari pemikiran bahwa masyarakat yang normal adalah

masyarakat yang selalu menghendaki adanya perubahan bukannya masyarakat

yang cenderung stabil atau pada posisi status quo

Studi tentang teori kritis tidak dapat dilepaskan dari Mazhab Frankfurt.

Sebuah mazhab yang berisikan kumpulan filsuf-filsuf yang berafiliasi dengan

institut penelitian sosial di Frankfurt, Jerman. Mazhab ini berdiri tahun 1930

dengan Max Horkheimer sebagai direktur dari institut penelitian sosial tersebut.

Beberapa nama terkenal seperti Theodor Adorno, Walter Benjamin dan Jurgen

Habermas merupakan anggota dan pendukung dari mazhab Frankfurt ini.

Pemikiran mazhab ini sebenarnya berakar dari pemikiran Karl Marx yang

menentang hegemoni dan dominasi kapitalisme pada abad 19.

Max Horkheimer mengembangkan teori kritis dengan beberapa asumsi

sebagai berikut :

1) Teori kritis bersifat historis, artinya dikembangkan berdasarkan situasi

masyarakat yang konkret dan berpijak di atasnya. Teori kritis tidak

bermaksud menentukan hukum-hukum universal yang berlaku di segala masa

dan tempat;

Page 5: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 5

2). Teori kritis bersifat kritis terhadap dirinya sendiri. Teori kritis

mempertahankan kesahihannya melalui evaluasi, kritis dan refleksi terhadap

dirinya sendiri, bukan pada sikap netral;

3). Teori kritis memiliki kecurigaan kritis terhadap masyarakat aktual;

4). Teori kritis itu merupakan teori dengan maksud praktis.

Ketidaknetralan teori kritis itu terletak pada pemihakannya pada praksis

sejarah tertentu. Pemihakan itu terdapat dalam tujuan teori kritis yaitu

pembebasan manusia dari perbudakan, membangun masyarakat atas dasar

hubungan antar pribadi yang merdeka dan pemulihan kedudukan manusia sebagai

subyek yang mengolah sendiri kenyataan sosialnya. Dengan demikian, teori kritis

hendak mengkritis keadaan-keadaan aktual dengan referensi pada tujuannya. Jadi

teori kritis mengandung muatan utopia tertentu sehingga tidak netral dan memiliki

maksud praksis emansipatoris

Jika dilihat secara seksama maka tujuan teori kritis adalah menghilangkan

berbagai bentuk dominasi maupun hegemoni yang berkembang dalam konteks

sosial tertentu dan mendorong kebebasan, keadilan dan persamaan. Teori ini

menggunakan metode reflektif dengan cara mengkritis secara terus menerus

terhadap tatanan atau institusi sosial, politik atau ekonomi yang ada, yang

cenderung tidak kondusif bagi pencapaian kebebasan, keadilan, dan persamaan.

Secara substantif teori kritis ini tidak sama dengan pemikiran filsafat dan

sosiologi tradisional yang tidak bersifat kontemplatif murni. Selain itu, tidak

hanya mau menjelaskan, mempertimbangkan, merefleksikan dan menata realitas

sosial tapi juga bahwa teori tersebut mampu membawa perubahan.

Pada dasarnya, esensi teori kritis adalah konstruktivisme, yaitu memahami

keberadaan struktur-stuktur sosial dan politik sebagai bagian atau produk dari

intersubyektivitas dan pengetahuan secara alamiah yang memiliki karakter politis,

terkait dengan kehidupan sosial dan politik. Sifat politis pengetahuan ini

berkembang dari atau dipengaruhi oleh tiga pemikiran yang berbeda, yaitu :

1. Pertama, pemikiran Kant mengenai keterbatasan pengetahuan, yaitu bahwa

manusia tidak dapat memahami dunia secara keseluruhan melainkan hanya

sebagian saja (parsial).

Page 6: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 6

2. Kedua, pemikiran Hegel dan Marx bahwa teori dan pembentukan teori tidak

bisa dipisahkan dari masyarakat. Ilmuwan harus melakukan refleksi terhadap

teori atau proses pembentukan teori tersebut.

3. Ketiga, pemikiran Horkheimer yang membedakan teori ke dalam dua

kategori, yakni tradisional dan kritis. Teori tradisional menganggap adanya

pemisahan antara teoretisi dan obyek kajiannya. Artinya, teori tradisional

berangkat dari asumsi mengenai keberadaan realitas yang berada di luar

pengamat, sementara teori kritis menolak asumsi pemisahan antara subyek-

obyek dan berargumen bahwa teori selalu memiliki dan melayani tujuan atau

fungsi tertentu.

Page 7: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 7

AKUNTANSI DARI SUDUT PANDANG PARADIGMA

KRITIKAL STRUKTURALIS

1. Napak Tilas Akuntansi

Akuntansi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Sejarah

perkembangan pemikiran akuntansi (accounting thought) dibagi dalam tiga

periode: tahun 4000 SM – 1300 M; tahun 1300 – 1850 M, dan tahun 1850 M

sampai sekarang. Masing-masing periode memberi kontribusi yang berarti bagi

ilmu akuntansi. Pada periode pertama akuntansi hanyalah bentuk record-keeping

yang sangat sederhana, maksudnya hanyalah bentuk pencatatan dari apa saja yang

terjadi dalam dunia bisnis saat itu. Periode kedua merupakan penyempurnaan dari

periode pertama, dikenal dengan masa lahirnya double-entry bookkeeping. Pada

periode terakhir banyak sekali perkembangan pemikiran akuntansi yang bukan

lagi sekedar masalah debit kiri – kredit kanan, tetapi sudah masuk ke dalam

kehidupan masyarakat.

Perkembangan sekulerisasi melahirkan ilmu pengetahuan yang bersifat

positivistik. Perspektif positivistik menitikberatkan pada praktik akuntansi

sebagaimana adanya (menjawab pertanyaan what is). Dalam Watts and

Zimmerman (1986) menyatakan bahwa fungsi dari ilmu pengetahuan positivistik

adalah to explain (menjelaskan hubungan antar variabel) dan to predict

(memprediksi kejadian di masa yang akan datang berdasarkan teori yang telah

ada). Sebaliknya pertanyaan normatif seperti what should atau apa yang

seharusnya dilakukan menjadi terpinggirkan bahkan diserahkan sepenuhnya

kepada individu-individu sesuai dengan selera dan hawa nafsunya. Dalam sejarah

ilmu pengetahuan barat kondisi demikian mencerminkan adanya semangat

kebangkitan manusia (renaissance) dan gerakan pencerahan (aufklarung) di Eropa

Barat. Manusia menjadi bebas dari belenggu agama dan Tuhan. Efek dari

sekulerisasi ini melahirkan praktik kapitalisme yang merambah hampir di

Page 8: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 8

sebagian besar negara di dunia. Kapitalisme global mengancam ke semua aspek

kehidupan manusia tak terkecuali di bidang ilmu akuntansi.

Pada sisi yang lain konsekuensi dari penerapan akuntansi positivistik

tersebut menunjukkan dampak yang kurang memuaskan. Fakta menunjukkan

banyaknya skandal akuntansi dan manipulasi laporan keuangan yang melanda

perusahaan serta rendahnya kepedulian mereka akan tanggung jawab sosial dan

lingkungan menyiratkan bahwa terjadi perubahan yang sangat besar pada para

pelaku akuntansi.

Akuntansi dari sudut pandang positivis atau yang biasa disebut mainstream

lebih mempertahankan status quo dan kapitalis, hal ini lah yang coba di bongkar

oleh kaum non positivis dalam hal ini kaum kritikal strukturalis dimana:

Akuntansi Fungsional mengabaikan dua aspek penting yaitu lingkungan dan

sosial sehingga gagal menggambarkan realitas bisnis yang semakin

kompleks;

Sifat egoisme sangat melekat pada akuntansi fungsional sehingga terefleksi

ke dalam bentuk private costs/benefits dan berorientasi melaporkan profit

untuk kepentingan pemilik modal/pemegang saham. Oleh karena itu

informasi akuntansi menjadi egois dan mengabaikan pihak lain.

Akuntansi modern lebih bersifat materialistik sehingga memarjinalkan nilai-

nilai spiritualitas padahal manusia sebagai pelaku akuntansi memiliki dua hal

tersebut yakni material dan spiritual. Jika manusia diarahkan untuk

menjalankan praktik akuntansi yang beorientasi pada materi (profit) maka

perilaku yang muncul berkaitan dengan upaya pencapaian tujuan tersebut

berpotensi melanggar aturan dan kehilangan nilai-nilai etika, agama dan

moralitas.

Page 9: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 9

2. AKUNTASI DALAM PANDANGAN PARADIGMA KRITIKAL

STRUKTURALIS

Pandangan strukturalis radikal terhadap akuntansi akan melihat susunan

sosial dari sudut pandang realisme, positivisme, deterministik, dan nomotesis.

Pandangan ini berusaha mencari perubahan radikal, emansipasi, dan

menggunakan suatu analisis yang menekankan pada konflik struktural, bentuk

dominasi, pertentangan, dan penghapusan. Paradigma ini akan menghasilkan teori

akuntansi yang berdasar pada metafora seperti: instrumen dominasi, sistem

perpecahan dan bencana.

Akuntan strukturalis akan mempertahankan pandangan objektif mengenai

dunia sosial, tetapi tetap berfokus pada pertentangan dan kecenderungan krisis

yang ditimbulhan oleh proses akuntansi. Tidak seperti humanis radikal yang

menekankan pada fenomena super struktural seperti: ideologi dan kesadaran yang

terdistorsi, strukturalis radikal pada akuntansi berfokus pada hubungan antara

akuntansi dengan hubungan dominasi ekonomi dan politik.

Tulisan ini mencoba memaparkan akuntansi dalam perspektif paradigma

kritikal strukturalis. Ulasan dimulai dari awal sejarah kemunculan akuntansi

kemudian berkembangnya pemikiran akuntansi tersebut. Akuntansi sejak

kemunculannya hingga saat ini semakin menunjukkan peran dan fungsinya dalam

masyarakat sebagai suatu sistem utama yang memproses dan menghasilkan

informasi keuangan, dan akan terus berkembang sejalan dengan perubahan dan

perkembangan masyarakat.

Peran akuntansi pada analisis klasik Weber mengenai birokrasi sebagai

suatu bentuk dominasi, yang pada analisis Robert Michels disebut “hukum kaku

oligarki:, analisis Marxist yang menyatakan bahwa organisasi timbul sebagai

instrumen dominasi yang bermanfaat, yang dipahami sebagai bagian penting dari

proses dominasi yang lebih luas dalam masyarakat secara keselurahan. David

Cooper menyatakan, “Dari sudut pandang golongan strukturalis radikal ini,

organisasi merupakan kekuatan sosial yang berusaha mempertahankan

Page 10: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 10

pembagian kerja dan distribusi kekayaan dan kekuasaan dalam masyarakat.

Menurut peneliti dalam bidang ini, perspektif penelitian akuntansi terkini sudah

hampir hilang, ada aktualitas organisasi yang mencakup diskriminasi- seksual

dan ras, pola- pola lapisan sosial dan distribusi kekayaan, kekuasaan dan

penghargaan yang tidak merata.

Dengan memperhatikan inisiatif akuntansi, pendekatan ini menekankan

pada kebebasan relatif praktik, kebijakan, dan teori akuntansi dari kekuatan

politis, ekonomi yang terang-terangan. Perkembangan akuntansi dapat dipandang

sebagai suatu proses “sui generis” yang dijabarkan dari dalam. Agenda serupa untuk

akuntansi pada pemikiran strukturalis radikal telah jelas dinyatakan, ‟‟Teori

radikal mungkin dapat juga diterapkan pada pertanyaan-pertanyaan khusus

akuntansi lebih lanjut. “Apa yang mendasari pergeseran utama pada praktik

pelaporan yang teratur dan seberapa besar kepentingan yang diberikan akuntan

pada perubahan ini? Apakah faktor yang menentukan tingkat etonomi,

dibandingkan dengan keuntungan dan kerugian kelompok-kelompok, berapa

banyak penjelasan yang diberikan bagi wawasan penulis, seperti yang

diungkapkan Benson bahwa aturan itu merupakan kepentingan yang tertahan atau

bebas? Apakah tingkat otonomi pemyataan berbeda untuk setiap bidang

kepentingan yang diatur? Bagaimanakah seharusnya posisi akuntan terkait dengan

“lokasi perjuangan” aturan pernyataan? Siapakah yang berada pada posisi

beijuang untuk mengendalikan peralatan aturan pemyataan, dan bagaimanakah

seharusnya Akuntan memilih posisi sebagai pendukung? Dominasi pemikiran

neoklasik lanjutan berfungsi untuk mengeluarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut

dari agenda penelitian akuntansi. Situasi ini akan terns berjalan selama akuntansi

tidak jauh dari pemikiran ideal, yaitu segala sesuatunya seharusnya terbuka untuk

diadakannya diskusi pada komunitas intelektual.

Patut dipahami bahwa studi akuntansi kritis dilakukan atau disetting dalam

situasi dan kondisi tertentu. Hal ini menegaskan bahwa disiplin akuntansi tidaklah

dikembangkan pada media yang hampa (kosong) namun lahir dalam konteks

lingkungan sosial dan masyarakat tertentu. Satu statement yang sangat familiar

bahwa akuntansi sangat dipengaruhi oleh lingkungannya (socially constructed),

Page 11: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 11

telah menjadi sebuah keniscayaan dalam pengembangan praktek akuntansi.

Sekiranya riset akuntansi dilakukan dalam perspektif ini maka sejumlah konsep,

kumpulan prinsip maupun teori-teori baru akan muncul sejalan dengan

perkembangan lingkungannya yang bersifat kontekstual.

Sejalan dengan hal tersebut Geuss (1981) menyatakan bahwa studi

akuntansi kritis sangat kental dengan nuansa pencerahan (producing

enlightenment) dan pembebasan (being inherently emancipator). Maksud yang

sama juga ditegaskan oleh Catchpowle et al. ( 2004) yakni salah satu pusat

perhatian dari teori kritis adalah bagaimana membebaskan manusia dalam

lingkungan sosial tertentu dari belenggu alienasi, dominasi dan eksploitasi.

Terjadinya kesenjangan distribusi pendapatan antar golongan masyarakat

dalam sebuah aktifitas ekonomi di Indonesia disebabkan oleh kontribusi praktek

akuntansi. Bahwa akuntansi modern berwajah kapitalistik telah melegalisasikan

„laba perusahaan” kepada para pemilik modal. Semakin besar laba yang didapat

maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh para pemilik modal. Laba

perusahaan seolah-olah hanya milik para pemilik modal bukan milik karyawan

atau masyarakat umum. Akuntansi modern menegasikan bahkan menafikan peran

karyawan atau masyarakat umum dalam menghasilkan laba perusahaan.

Kaum kritikal mencoba mengkritisi dominasi praktek akuntansi modern

yang melegalisasi kekayaan semata-mata untuk para pemilik modal. Akuntansi

yang “benar” tentunya harus berpijak pada prinsip “distribusi keadilan” yang

merata bagi semua pihak ternasuk masyarakat di luar perusahaan. Oleh karena itu

perlu adanya reformasi pada bentuk akuntansi saat ini supaya lebih bernilai

“keadilan”. Kritik yang dilakukan secara konsisten akan berdampak pada upaya

meluruskan kembali situasi kemapanan yang cenderung membelenggu dan

mendominasi pada jalan keadilan bagi semua pihak (bukan hanya pemilik modal)

tak terkecuali pada praktek akuntansi.

Page 12: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 12

3. Dekonstruksi Akuntansi

dekonstruksi nilai postulat akuntansi dan konsep teori akuntansi adalah

Persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan stakeholder yang meliputi

mendapatkan kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, mendapatkan

perlakuan yang manusiawi sebagaimana mestinya tanpa diskriminasi, tidak

meremehkan, tidak mengeksploitasi, apalagi menyiksa, dan mendapatkan

kesejahteraan yang adil dan proporsional. Berlandaskan nilai-nilai Ketuhanan

(Jujur & Amanah), Kebijaksanaan (mengedepankan kearifan local), Peri

Kemanusiaan (mengedepankan cinta kasih antar sesama) dan cinta tanah air

(perlindungan terhadap lingkungan, bangsa dan negara). Sehingga konsep ini

berpandangan bahwa Owners Capital, Owners Employess, Owners Manager dan

Owener Society mendapatkan persamaan hak dalam hal perlakukan

kesejahteraan. Sehingga dalam pandangan emansipasi pemilik perusahaan adalah

pemodal, manajemen, buruh dan masyarakat.

Untuk itu, konsep teoritis akuntansi merupakan pernyataan yang harus

dapat dibuktikan kebenarannya untuk menopang dan mewujudkan tujuan laporan

keuangan yang menggambarkan sifat-sifat akuntansi yang berperan dalam

ekonomi bebas yang ditandai oleh adanya pengakuan pada kepemilikan bersama.

Dengan demikian, perubahan yang diharapkan dari dekonstuksi akuntansi

kritis ini adalah Pertama, membongkar paham akuntansi kapitalis dengan

mendekonstruksi akuntansi yang melihat manusia (buruh) bukan sebagai mesin,

pendulang Income bagi kepentingan manajemen dan Kas untuk meningkatkan

kekayaan/kesejahteraan bagi kasta tertinggi dalam akuntansi yakni pemilik modal,

namun akuntansi melihat buruh, manajemen dan pemodal adalah sama-sama

pemilik. Sehingga baik buruh, manajemen dan pemodal mendapatkan

kesempatan yang sama untuk mengembangkan diri, mendapatkan perlakukan

yang manusiawi sebagaimana mestinya tanpa diskriminasi, tidak meremehkan,

tidak mengeksploitasi, apalagi menyiksa, dan mendapatkan kesejahteraan yang

adil dan proporsional. Dengan mengedepankan moral, etika, jujur dan amanah.

Page 13: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 13

Kedua, membongkar keyakinan kaum positivis bahwa akuntansi itu benar

atau salah tidak dibutuhkan pembuktian. Melainkan ketika terjadi pelanggaran

dalam praktek akuntansi perlu ada pembuktian sehingga diketahui siapa yang

benar dan siapa yang salah jika yang salah adalah akuntansi maka dilakukan

perbaikan konsep teori yang melatarbelakangi praktek akuntansi. Namun jika

oknum yang salah maka sangki tegas harus diberikan.

Ketiga membongkar keyakinan bahwa akuntansi itu tidak membutuhkan

moral, etika apalagi kejujuran dan amanah, karena akuntansi merupakan sekuler.

Dengan mendekonstruksi konsep akuntansi fungsional maka uentuk tujuan

income disyaratkan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan, kebijaksanaan, peri

kemanusiaan dan cinta tanah air, sehingga peran moralitas, etika, kejujuran dan

amanah serta kecintaan terhadap pelestarian lingkungan, bangsa dan negara

sanggat dominan. Hal ini jelas menunjukan bahwa dengan konsep akuntansi

terbebas dari sekuler.

Page 14: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 14

KESIMPULAN

Akuntansi semakin menunjukkan peran dan fungsinya dalam masyarakat

sebagai sistem yang memproses dan menghasilkan informasi keuangan dan akan

terus berkembang sejalan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat

terutama dalam masyarakat bisnis.

Sejarah akuntansi adalah studi tentang evolusi pemikiran, praktik dan

institusi akuntansi sebagai tanggapan terhadap perubahan lingkungan dan

kebutuhan sosial.

Pandangan strukturalis radikal terhadap akuntansi tidak hanya sekedar

angka-angka untuk para pemilik modal tapi juga tetap memperhatikan lingkungan

dan mempertahankan pandangan objektif mengenai dunia social. Kaum kritikal

mencoba mengkritisi dominasi praktek akuntansi modern yang melegalisasi

kekayaan semata-mata untuk para pemilik modal. Akuntansi yang “benar”

tentunya harus berpijak pada prinsip “distribusi keadilan” yang merata bagi semua

pihak ternasuk masyarakat di luar perusahaan dan lingkungan.

Akuntansi Kritis berpandangan bawah:

1) Manusia (buruh) bukan sebagai mesin, pendulang Income bagi kepentingan

manajemen dan Kas untuk meningkatkan kekayaan/kesejahteraan bagi kasta

tertinggi dalam akuntansi yakni pemilik modal, namun akuntansi melihat

buruh, manajemen dan pemodal adalah sama-sama pemilik,

2) Ketika terjadi pelanggaran dalam praktek akuntansi perlu ada pembuktian

sehingga diketahui siapa yang benar dan siapa yang salah jika yang salah

adalah akuntansi maka dilakukan perbaikan konsep teori yang

melatarbelakangi praktek akuntansi. Namun jika oknum yang salah maka

sangki tegas harus diberikan.

3) Untuk tujuan income disyaratkan mengedepankan nilai-nilai ketuhanan,

kebijaksanaan, peri kemanusiaan dan cinta tanah air, penekanannya adalah

peran aktif moralitas, etika, kejujuran, amanah serta kecintaan terhadap

pelestarian lingkungan, bangsa dan negara.

Page 15: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 15

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, Jati dan Gugus Irianto. 2008. Akuntansi & Kekuasaan : dalam konteks Bank

BUMN Indonesia. FE Univ. Brawijaya & Aditya Media Publishing. Malang.

Burrell, G dan G. Morgan, 1979, Sociological Paradigms and Organisational Analysis :

Elements of The Sociology of Corporate Life. Heinemann Educational Books,

London

Roslender, R. 1992. Sociological Perspectives on Modern Accountancy. London and New

York:

Soetriono dan SRDm Rita Hanafie. 2007. Filsafat Ilmu dan Metodologi

Penelitian. CV Andi Offset. Yogyakarta.

Triyuwono, Iwan. 2006. Perspektif, Metodologi, Dan Teori Akuntansi Syariah.

Edisi Satu. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada.

http://kumparta.blogspot.com/2012/07/akuntansi-emansipasi-agenda_143.html

Page 16: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 16

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………… i

KATA PENGANTAR …………………………………………………….. ii

DAFTAR ISI ……………………………………………………………… iii

PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

1. Pengertian Paradigma ……………………………………………... 1

2. Paradigma Strukturalis ……………………………………………. 3

AKUNTANSI DARI SUDUT PANDANG

PARADIGMA KRITIKAL STRUKTURALIS ….….…………………… 6

1. Napak Tilas Akuntansi……………………….………..…………… 6

2. Akuntansi dari sudut pandang kritikal strukturalis …..……………. 8

3. Dekonstruksi Akuntansi …………………………….…..……………. 11

KESIMPULAN ……………………………………………….…………... 13

DAFTAR PUSTAKA

Page 17: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas

rahmat dan karunianya yang telah diberikan sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan Makalah “Potret Akuntasi dari Lensa Kritikal

Strukturalis”. Makalah ini diajukan sebagai tugas Final dalam matakuliah Final

Filsafat Ilmu

Penulis menyadari bahwa penulisan dan penyusunan makalah ini masih

jauh dari sempurna. Oleh karena itu adanya masukan, pendapat, maupun kritik

dan saran yang membangun sangat diperlukan. Semoga hasil makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca dan menambah kazana pengetahuan mengenai

paradigm kritikal strukturalis dalam melihat Akuntansi.

Makassar, 20 Januari 2013

Bertha Beloan

Page 18: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 18

Page 19: POTRET AKUNTANSI DARI LENSA  final filsafat ilmu

Tugas Final : Filsafat Ilmu 19