postpartum hemorrhage
TRANSCRIPT
Nama : Nisrina Ariesta Syaputri
NIM : 04111001011
Kelompok : L2
Tutor : dr. Eka Febri
POSTPARTUM HEMORRHAGE (PPH)
A. Definisi
Pendarahan pasca persalinanatau postpartum hemorrhage adalah pendarahan yang
masif (> 500 ml setelah bayi lahir) yang berasal dari tempat implantasi plasenta,
robekan jalan lahir, dan jaringan sekitarnya dan merupakan salah satu penyebab
kematian ibu disamping pendarahn karena hamil ektopik dan abortus.
B. Etiologi
a. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta
- Hipotoni sampai Atonia Uteri
- Sisa Plasenta
Sisa plasenta maksudnya:
Kotiledon atau selaput ketuban yang tersisa
Plasenta susenturiata
Plasenta akreta, inkreta dan perkreta
b. Pendarahan karena robekan
- Episiotomi yang melebar
- Robekan pada perineum, serviks dan vagina
- Ruptura uteri
c. Gangguan koagulasi
- Jarang ditemukkan namun dapat terjadi pada kasus trombofilia, sindroma
HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet), preeklamsia,
solutio plasenta, kematian janin dalam kandungan, dan emboli air ketuban.
1
C. Klasifikasi PPH
a. PPH primer
Adalah PPH yang terjadi dalam 24 jam pertama dan biasanya disebabkan karena
atonia uteri, robekan jalan lahir, dan sisa sebagian plasenta.
b. PPH sekunder
Adalah PPH yang terjadi setelah 24 jam persalinan dan biasanya disebabkan
karena sisa plasenta.
D. Atonia Uteri
Definisi:
Adalah lemahnya tonus atau kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu
menutup pendarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta
lahir.
Faktor predisposisi:
Hipotoni sampai Atonia Uteri dapat dikarenakan:
- Akibat anastesi
- Ibu dengan keadaan umum yang jelek misalnya anemis, atau menderita penyakit
menahun
- Distensi berlebihan atau regangan rahim yang berlebihan (gameli, anak besar dan
hidramnion)
- Partus lama, partus kasep sehingga menyebabkan kelelahan
- Partus presipitatus / partus terlalu cepat
- Persalinan karena induksi oksitosin
- Multiparitas
- Terdapat mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim
- Korioamnionitis
- Pernah atonia sebelumnya
Diagnosis:
Diagnosis ditegakkan apabila setelah bayi dan plasenta lahir, ternyata pendarahannya
masih aktif, banyak dan bergumpal serta pada palpasi ditemukan fundus uteri masih
setinggi pusatatau lebih dengan kontraksi yang lembek.
2
Tatalaksana:
Dampak yang terjadi adalah perubahan pada keadaan umum ibu seperti (kesadarannya
berkurang, anemis bahkan sampai syok hipovolemik). Adapun tindakan yang dapat
langsung dilakukan adalah:
a. Sikap trendelenberg, memasang venous line dan memberikan oksigen
b. Merangsang kontraksi uterus dengan cara:
- Masase fundus uteri dan mmerangsang puting susu
- Memberikan oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan secra i.m,
i.v, atau s.c
- Memberikan derivat prostaglandin F2α
- Pemberian misoprostol 800-1000 µg per-rektal
- Kompresi bimanual internal maupun eksternal
- Kompresi aorta abdominalis
- Pemasangan tampon kondom (hanya bersifat temporer misalnya ketika
kita ingen merujuk ke RS)
c. Apabila semua tindakan tersebut gagal maka dipersiapkan untuk melakukan
tindakan operatif seperti laparotomi (operasi yang dilakukan untuk membuka
abdomen), dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau
melakukan histerektomi (pengangkkatan uterus). Alternatifnya berupa:
- Ligasi arteria uterina atau arteria ovarika
- Operasi ransel B Lynch
- Histerektomi supravaginal
- Histerektomi total abdominal
E. Robekan Jalan Lahir
Etiologi:
Terjadi pada persalinan dengan trauma. Robekan jalan lahir biasanya disebabkan oleh
episiotomi, robekan spontan perineum, trauma forseps atau vacum ekstraksi atau
karena versi ekstraksi. Selain itu rupturnya uteri juga dapat terjadi dikarenakan
persalinan macet (kasep), uterus dengan lokus minoris resistensia, adanya atonia uteri
dan cairan bebas intraabdominal.
3
Pemeriksaan:
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara inspeksi pada vulva, vagina, dan serviks
dengan memakai spekulum untuk mencari sumber pendarahan dengan ciri warna
darah yang merah segar, dan pulsatif sesuai dengan denyut nadi.
Tatalaksana:
Semua sumber pendarahan yang terbuka harus diklem, diikat dan luka ditutup dengan
jahitan cat-gut lapis demi lapis sampai pendarahan berhenti.
F. Retensio Plasenta
Definsi
Adalah tertinggalnya plasenta dalam uterus setengah jam setelah anak lahir. Plasenta
yang sulit dilepaskan dari uterus pada pertolongan aktif kala III disebabkan oleh
terlalu kuatnya ikatan antara plasenta dengan uterus.
a. Plasenta akreta bila implantasinnya menembus desidua basalis dan Nitabuch layer
b. Plasenta inkreta bila plasenta sampai menembus miometrium
c. Plasenta perkreta bila implantasi menembus perimetrium
Faktor predisposisi:
a. Plasenta previa
b. Bekas seksio sesarea
c. Pernah kuret berulang
d. Multiparitas
Tatalaksana:
Pada retensio plasenta, sepanjang plasenta belum terlepas dan tidak akan
menimbulkan pendarahan. Namun apabila sebagian plasenta sudah terlepas maka
akan menimnulkan pendarahan yang cukup banyak (pendarahan kala III) dan harus
diantisipasi dengan cara melakukan plasenta manual meskipun kala uri belum lewat
setengah jam.
Sisa plasenta dapat diduga bila kala uri berlangsung tidak lancaratau setelah
melakukan plasenta manual ternyata ditemukan adanya kotiledon yang tidak
sempurnapada saat melakukan pemeriksaan plasenta dan masih ada pendarahan dari
ostium uteri eksternum pada saat kontraksi rahim sudah baik dan robekan jalan lahir
sudah terjahit. Untuk itu perlu dilakukan eksplorasi kedalam rahim secara digital atau
manual atau kuret dan pemberian uterotonika.
4
G. Inversi Uterus
Definisi:
Adalah keadaan dimana lapisan dalam uterus turun dan keluar lewat ostium uteri
eksternum yang dapat bersifat inkomplit bahkan komplit.
Faktor penyebab:
a. Atonia uteri
b. Serviks yang masih terbuka lebar
c. Adanya kekuatan yang memnarik fundus kebawah (misalnya plasenta akreta,
inkreta dan perkreta yang plasentanya ditarik kuat dari bawah), adanya tekanan
yang kuat pada fundus uteri dari atas (manuver crede), atau tekanan intra
abdominal yang keras dan tiba-tiba (batuk dan bersin).
Diagnosis:
Adapun tanda tandanya adalah:
a. Syok karena kesakitan
b. Pendarahan yang banyak dan bergumpal
c. Di vulva tampak ada endometrium terbalik dengan atau tanpa plasenta yang masih
melekat
Tatalaksana:
a. Memanggil bantuan anastesi dan memasang infus
b. Memberikan tokolitik (MgSO4) untuk melemaskan uterus yang terbalik sebelum
dilakukan reposisi
c. Didalam uterus, plasenta dilepaskan secara manual dan bila berhasil dilepaskan
dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infus atau i.m tangan tetap
dipertahankakn agar konfigurasi uterus kembali normal dan stelah itu tangan
operator baru dilepaskan
d. Pemberian antibiotika dan transfusi sesuai keperluan
e. Intervensi bedah dilakukan apabila terjadi jepitan serviks yang kuat sehingga
manuver diatas tidak bisa dilakukan. Laparotomi dapat dilakukan untuk
mengembalikan uterus ke konfigurasinya semula dan histerektomi dapat
dilakukan apabila uterus yang terjepit udah mengalami iskemik dan nekrosis
akibat jepitan serviks yang kuat.
5
H. Pendarahan Akibat Gangguan Pada Pembekuan Darah
Faktor predisposisi:
a. Solutio plasenta
b. Kematian janin dalam kandungan
c. Eklamsia
d. Emboli cairan ketuban
e. Sepsis
Diagnosis:
Dapat dicurigai apabila penyebab yang lain dapat disingkirkan dan terdapat riwayat
serupa pada persalinan sebelumnya.
Pemeriksaan:
a. Waktu pendarahan dan waktu pembekuan yang memanjang
b. Trombositopenia
c. Hipofibrinogenemia dan tendensi adanya FDP (fibrin degradation product)
d. Perpanjangan tes protrombin dan PTT (partial tromboplastin time)
Tatalaksana:
a. Transfusi darah dan produknya seperti FFP (fresh frozen plasma)
b. Pemberian trombosit
c. Pemberian fibrinogen dan heparinisasi
d. Pemberian EACA (epsilon amino caproic acid)
I. Pencegahan
1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia, dan lain lain pada saat hamil dan persalinan pasien dalam
keadaan optimal
2. Mengenal faktor predisposisi PPH seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar,
hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPH sebelumnya, dan kehamilan resiko
tinggi lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama
4. Kehamilan dengan resiko tinggi agar melahirkan di rumah sakit rujukan
5. Kehamilan resiko rendah dapat melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPH dan
mengadakan rujukan sebagaimana mestinya
6
J. Dampak PPH
Dampak yang dapat terjadi pada ibu tergantung dari:
a. Volume darah saat ibu hamil
b. Seberapa besar tekanan hipervolemia yang sudah dicapai
c. Kadar Hb sebelumnya
Dampak yang akan terjadi pada ibu:
a. Perubahan tanda vital yang meliputi (kesadaran menurun, berkeringat dingin,
hippotensi, sesak nafas, nadi >100x/menit)
b. Kematian pada ibu yang terjadi
- 45% pada 24 jam pertama setelah bayi lahir
- 68-73% dalam 1 minggu setelah bayi lahir
- 82-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir
Sumber : Buku Ilmu Kebidanan “Sarwono Prawirohardjo”
Analisis Masalah yang Terkait:
1. Apa penyebab dan mekanisme PPH (pada kasus)?
a. Pendarahan dari tempat implantasi plasenta
- Hipotoni sampai Atonia Uteri
Mekanisme: Ketika kala III persalinan maka akan terjadi pelepasan plasenta
dari dinding uterus. Ketika terjadi pelepasan itulah terjadilah pendarahan.
Penghentian pendarahan hanya dapat terjadi jika anyaman miometrium
menjepit pembuluh darah yang berjalan diantara anyaman tersebut. Pada
Atonia uteri, tidak terjadi kontraksi pada miometrium sehingga mekanisme
penjepitan tersebut gagal berfungsi dan menyebabkan pembuluh darah
terbuka lebar dan terjadilah PPH.
- Sisa Plasenta
Sisa plasenta maksudnya:
Kotiledon atau selaput ketuban yang tersisa
Plasenta susenturiata
Plasenta akreta, inkreta dan perkreta
b. Pendarahan karena robekan
- Episiotomi yang melebar
7
- Robekan pada perineum, serviks dan vagina
- Ruptura uteri
Mekanisme: Robekan persalinan terutama robekan serviks ke lateral dapat
mengenai cabang-cabang arteri uterina sehingga dapat menyebabkan
pendarahan.
c. Gangguan koagulasi
- Jarang ditemukkan namun dapat terjadi pada kasus trombofilia, sindroma
HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelet), preeklamsia,
solutio plasenta, kematian janin dalam kandungan, dan emboli air ketuban.
Berdasarkan data yang ada di kasus maka kemungkinan besar penyebab
postpartum hemorrhage pada kasus ini adalah atonia uteri dan retensio plasenta.
Hal ini dikarenakan salah satu penyebab terbanyak terjadinya atonia uteri adalah
multiparitas (pada kasus ibu ini G5P4A0). Untuk etiologi pendarahan akibat
robekan jalan lahir, tidak ada data yang menyatakan bahwa pada paritas ke-4 ibu
ini mengalami trauma akibat tindakan atau alat bantu seperti episiotomi, robekan
spontan perineum, trauma forseps atau vacum ekstraksi atau karena versi
ekstraksi. Dan untuk etiologi gangguan pada koagulasi, pada kasus kurang
terdapat hasil pemeriksaan lab yang memperkuat etiologi tersebut seperti PT,
APTT, dll.
2. Apa dampak riwayat PPH dengan kehamilan sekarang (terhadap ibu)?
Dampak riwayat PPH terhadap kehamilan ibu yang selanjutnya adalah dapat
terjadi postpartum hemorrhage yang berulang pada kehamilan selanjutnya, sehingga
ibu ini akan menjadi kelompok resiko tinggi terjadinya postpartum hemorrhage.
Selanjutnya ibu ini agar disarankan untuk melakukan persalinan di rumah sakit
rujukan.
Adapun dampak yang dapat terjadi akibat PPH terhadap ibu yaitu
terganggunya keadaan umum meliputi (kesadaran menurun, berkeringat dingin,
hipotensi, sesak nafas, nadi >100x/menit) yang selanjutnya dapat terjadi syok
hipovolemik apabila tidak dilakukan penanganan yang adekuat sesegera mungkin.
8
9