positi vis me

13
Filsafat Penelitian Positivisme Paham positivisme dipelopori oleh Auguste Comte. Ditinjau dari sejarah filsafat, filsafatpositivisme merupakan bagian dari filsafat abad moderen. Filsafat pada masa ini muncul sebagaiwujud protes terhadap doktrin yang tanpa dilandasi observasi. Ilmu social positivis adalah metode yang teroganisir yang menggabungkan logika deduktif dengan pengamatan empiris yang dari perilaku individu agar bisa menemukan dan menegaskan seperangkat hukum sebab akibat (kausal) probabilistic, yang dapat digunakan untuk memprediksi pola umum dari aktivitas (Neuman, 2015). Terdapat beberapa filosof abad moderen yang mendukung adanya pemrotesan terhadap doktrin yang tanpa dilandasi observasi. 1. Galileo Galilei Galileo Galilei menemukan teropong bintang dan membuktikan teorinya yanng menerangkan bahwa pusat tata surya adalah matahari, bukan sebagaimana berabad-abad yang menjadi doktrin bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya. Pandangan Galilei didominasi oleh pemikiran yang sangat empiris yang menyandarkan kebenaran kepada pengalaman yang dapat diobservasi. 2. Thomas Hobbes Hobbes menyatakan segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya sesuai dengan hukum alam. 3. John Locke 1

Upload: gde-ngurah-biw

Post on 30-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

metpen

TRANSCRIPT

Page 1: Positi Vis Me

Filsafat Penelitian Positivisme

Paham positivisme dipelopori oleh Auguste Comte. Ditinjau dari sejarah filsafat,

filsafatpositivisme merupakan bagian dari filsafat abad moderen. Filsafat pada masa ini

muncul sebagaiwujud protes terhadap doktrin yang tanpa dilandasi observasi. Ilmu social

positivis adalah metode yang teroganisir yang menggabungkan logika deduktif dengan

pengamatan empiris yang dari perilaku individu agar bisa menemukan dan menegaskan

seperangkat hukum sebab akibat (kausal) probabilistic, yang dapat digunakan untuk

memprediksi pola umum dari aktivitas (Neuman, 2015).

Terdapat beberapa filosof abad moderen yang mendukung adanya pemrotesan

terhadap doktrin yang tanpa dilandasi observasi.

1. Galileo Galilei

Galileo Galilei menemukan teropong bintang dan membuktikan teorinya yanng

menerangkan bahwa pusat tata surya adalah matahari, bukan sebagaimana berabad-

abad yang menjadi doktrin bahwa bumilah yang menjadi pusat tata surya. Pandangan

Galilei didominasi oleh pemikiran yang sangat empiris yang menyandarkan

kebenaran kepada pengalaman yang dapat diobservasi.

2. Thomas Hobbes

Hobbes menyatakan segala yang ada ditentukan oleh sebab, sedangkan prosesnya

sesuai dengan hukum alam.

3. John Locke

Menurut Locke, tiap pengetahuan yang diperoleh manusia terdiri dari sensasi

(berhubungan dengan dunia luar) dan refleksi (pengenalan intuitif).

4. David Hume

Menurut Hume, semua pengalaman adalah akibat dari interaksi seseorang dengan

lingkungan. Sumber pengetahuan adalah empiris. Pengetahuan yang bermanfaat,

pasti, dan benar hanya diperoleh lewat indera (Achmadi, 1995 : 9).

Dalam pandangan filsafatnya, Comte membagi tahap perkembangan pengetahuan

manusia secara berurutan menjadi tiga, yaitu:

1. Teologis

Pengetahuan manusia dihubungkan dengan kepercayaan roh dan dewa-dewa.

2. Metafisik

Pengetahuan sudah dihubungkan dengan realitas namun belum dilakukan verifikasi.

1

Page 2: Positi Vis Me

3. Positif

Pengetahuan hanya benar bila teruji dalam verifikasi.

Menurut Comte pengetahuan yang benar haruslah positif. Pengetahuan positif bebas

dari jangkauan nilai dan prasangka penafsiran, objektif, dan terbuka untuk selalu diuji.

Positivisme

Positivisme adalah positif. Positif adalah segala yang tampak seperti apa adanya,

sebatas pengalaman-pengalaman objektif. Paham filsafat positivisme menganjurkan bahwa

pengetahuan haruslah positif. Pengetahuan yang positif adalah pengetahuan yang objektif

serta bebas dari nilai, prasangka, dan subjektivitas. Filsafat positivisme menjunjung tinggi

objektivitas dan menganggapnya sebagai salah satu persyaratan dasar pengetahuan yang

benar. Kebenaran harus bersifat objektif dan universal. Ilmu social positivis digunakan

secara luas, dan positivism, didefinisikan secara luas, adalah pendekatan terhadap ilmu-ilmu

alam. Pada kenyataannya, kebanyakan orang mengasumsikan bahwa pendekaran positivis

adalah sains.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kebenaran positif mempunyai

bebrapa

unsur sebagai berikut.

1. Objektif

Objektif artinya kesesuaian pengetahuan dengan objeknya.

2. Positif

Kebenaran merupakan kenyataan faktual yang dapat diobservasi. Kebenaran tampak

dari penampilan.

3. Verifikasi

Verifikasi adalah pengukuhan dengan fakta empirik. Menurut Carnap (Delfgauw,

1998 : 120), tidak ada gunanya mengajukan pertanyaan metafisik sebab jawabannya

tidak dapat dikatakan benar atau tidak benar, melainkan semata-mata tidak

mengandung makna.

Pendekatan Positivisme dalam Penelitian

Gejala alam maupun gejala sosial adalah objek penelitian yang penting dikaji manusia

untuk memperoleh manfaat seluas-luasnya. Lebih jauh lagi, kenyataan di sekeliling manusia

bisa diformulasikan menjadi ilmu pengetahuan yang jelas dan terukur. Untuk memperolah

nilai kebermanfaatan, manusia melakukan pendekatan terhadap alam dan lingkungan

2

Page 3: Positi Vis Me

sosialnya. Sehingga manusia lebih memahami dan mengetahui aturan dan hukum-hukum

pada lingkungannya. Positivistik bisa menjalankan peran pendekatan ilmiah pada gejala

lingkungan untuk diformulasikan menjadi pengetahuan yang bemakna. Pengetahuan modern

mengharuskan adanya kepastian dalam suatu kebenaran. Sehingga, sebuah fakta dan gejala

dapat dikumpulkan secara sistematis dan terencana harus mengikuti asas yang terukur,

terobservasi dan diverifikasi. Dengan begini, pengetahuan menjadi bermakna dan sah

menurut tata cara positivistik.

Positivistik sendiri sebenarnya merupakan sebuah paham penelitian. Istilah ini juga

merujuk pada sudut pandang tertentu, sehingga boleh disebut sebagai pendekatan. Paham

penelitian positivistik berbau statistik dan biasanya menolak pemahaman metafisik dan

teologis. Bahkan, paham positivistik sering menganggap bahwa pemahaman metafisik dan

teologis terlalu primitif dan kurang rasional. Artinya, kebenaran metafisik dan teologis

dianggap ringan dan kurang teruji. Singkat kata, positivistik lebih berusaha ke arah mencari

fakta atau sebab-sebab terjadinya fenomena secara objektif, terlepas dari pandangan pribadi

yang bersifat subjektif.

Tujuan penelitian dengan pendekatan positivisme adalah menjelaskan yang pada

akhirnya memungkinkan untuk memprediksi dan mengendalikan fenomena, benda-benda

fisik atau manusia. Kriteria kemajuan puncak dalam paradigma ini adalah bahwa

kemampuan "ilmuwan" untuk memprediksi dan mengendalikan (fenomena) seharusnya

berkembang dari waktu ke waktu. Perlu dicermati reduksionisme dan determinisme yang

diisyaratkan dalam posisi ini. Peneliti terseret ke dalam peran "ahli", sebuah situasi yang

tampaknya memberikan hak istimewa khusus, namun boleh jadi justru tidak layak, bagi

seorang peneliti.

Positivistik lebih menekankan pembahasan singkat, dan menolak pembahasan yang

penuh diskripsi cerita. Peneliti yang akan menggunakan positivistik, harus berani

membangun teori-teori atau konsep dasar, kemudian disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Peneliti lebih banyak berpikir induktif, agar menghasilkan verifikasi sebuah fenomena.

Penelitian positivistic menuntut pemisahan antara subyek peneliti dan obyek penelitian

sehingga diperoleh hasil yang obyektif. Kebenaran diperoleh melalui hukum kausal dan

korespondensi antar variabel yang diteliti. Karenanya, menurut paham ini, realitas juga dapat

dikontrol dengan variabel lain. Biasanya peneliti juga menampilkan hipotesis berupa prediksi

awal setelah membangun teori secara handal.

3

Page 4: Positi Vis Me

Suatu penelitian yang memiliki dasar positivistik memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

1. Menekankan objektivitas secara universal dan tidak dipengaruhi oleh ruang

dan waktu.

2. Menginterpretasi variabel yang ada melalui peraturan kuantitas atau angka.

3. Memisahkan peneliti dengan objek yang hendak diteliti. Membuat jarak

antara peneliti dan yang diteliti, dimaksudkan agar tidak ada pengaruh atau

kontaminasi terhadap variabel yang hendak diteliti.

4. Menekankan penggunaan metode statistik untuk mencari jawaban

permasalahan yang

hendak diteliti.

Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Positivisme

Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian

dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah

mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis

yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam

penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara

pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian

kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari

fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme.

Menurut positivisme, ilmu yang valid adalah ilmu yang dibangun dari empirik.

Dengan pendekatan positivisme dalam metodologi penelitian kuantitatif, menuntut adanya

rancangan penelitian yang menspesifikkan objeknya secara eksplisit, dipisahkan dari objek-

objek lain yang tidak diteliti. Metode penelitian kuantitatif merupakan pendekatan penelitian

yang mewakili paham positivistik. Metodologi penelitian kuantitatif mempunyai batasan-

batasan pemikiran yaitu: korelasi, kausalitas, dan interaktif; sedangkan objek data, ditata

dalam tata piker kategorisasi, interfalisasik dan kontinuasi. (Muhadjir,2008 : 12).

Penelitian kuantitatif menggunakan alur pemikiran positivisme untuk mengkaji hal-

hal yang ditemui di lapangan, tentunya sebelum melakukan penelitian maka kasus atau

masalah yang akan diteliti sudah terlebih dahulu digolongkan masuk ke kuantitatif atau

kualitatif, sehingga dalam proses selanjutnya peneliti tingggal melakukan riset dengan

mengedepankan alur pemikiran yang tepat.

Acuan filosofik dasar metodologi penelitian positivistik kuantitatif adalah sebagai berikut:

1. Acuan hasil penelitian terdahulu

4

Page 5: Positi Vis Me

Sesuai dengan filsafat ilmunya, positivisme tunduk kepada bukti kebenaran empirik,

maka sumber pustaka yang perlu dicari adalah "bukti empirik hasil-hasil penelitian

terdahulu".

2. Analisis, sintesis dan refleksi

Metodologi positivistik menuntut dipilahnya analisis dari sintesis. Dituntut data

dikumpulkan, dianalisis, barulah dibuat kesimpulan atau sintesis.

3. Fakta objektif

a. Variabel

Dalam penelitian positivistik kebenaran dicari dengan mencari hubungan relevan

antara unit terkecil jenis satu dengan unit terkecil jenis lain.

b. Eliminasi data

Cara berfikir positivistik adalah meneliti sejumlah variabel dan mengeliminasi

variabel yang tidak teliti.

c. Uji reliabilitas, validitas instrument dan validitas butir

Penelitian positivistik menuntut data obyektif. Obyektif dalam paradigma

kuantitatif diwujudkan dalm uji kualitas instrumennya yang disebut uji reliabilitas

dan validitas instrumennya. Dari uji validitas instrumen tersebut berarti instrumen

tersebut dapat dipakai untuk mengumpulkan data yang obyektif. Kualitas

instrumen lebih tinggi lagi dapat diuji lebih lanjut lewat uji validitas setiap soalnya

atau uji validitas butirnya. Uji validitas butir diuji daya diskriminasi dan tingkat

kesukarannya.

4. Argumentasi

a. Fungsi parameter

Sejumlah variabel diuji pengaruhnya dengan teknik uji relevansi atau

korespondensi antar sejumlah variabel. Uji korespondensi hanya membuktikan

hubungan parallel antar banyak variabel (bukan sebab-akibat).

b. Populasi

Subyek penelitian adalah subyek pendukung data, subyek yang memiliki data

yang diteliti.

c. Wilayah atau penelitian

Membahas lingkungan yang memberi gambaran latar belakang atau suatu

lingkungan khusus yang dapat memberi warna lain pada populasi yang sama.

5. Realitas

a. Desain standar

5

Page 6: Positi Vis Me

Kerangka berfikir hubungan variabel-variabelnya harus jelas, dirancang hipotesis

yang dibuktikan termasuk dirancang instrumen pengumpulan datanya yang teruji

validitas instrumennya dan juga validitas butir soalnya dan dirancang teknik

analisis.

b. Uji kebenaran

Realitas dalam paradigma kuantitatif obyektif adalah kebenaran sesuai signifikansi

statistik dan pemaknaannya juga sebatas teknik uji yang digunakan. Unsur-unsur

data untuk uji kebenaran menyangkut melihat antara lain jumlah subyeknya, jenis

datanya, distribusi datanya, mean, simpangan bakunya dan teknik uji korelasinya.

Realitas atau kebenaran yang diakui dalam positivistik sebatas obyek yang diteliti

dan seluas populasi penelitiannya dan dijamin oleh teknik pengumpulan data,

teknik analisis, dan penetapan populasi.

Kritik Positivisme

Kritik paling umum yang dibuat dan diterima di kalangan ilmuwan sosial adalah

kritik seputar perluasan metode-metode ilmiah dalam wilayah kehidupan sosial manusia.

Kelompok anti positivis yang menggunakan garis argumen ini menegaskan bahwa antara

kehidupan social manusia dan fakta alam yang menjadi pokok kajian ilmu-ilmu alam terdapat

perbedaan mendasar. Perbedaannya adalah bahwa tingkah laku manusia tidak dapata

diramalkan (unpredictable) yang disebabkan oleh tiga faktor:

1. Kehendak bebas manusia yang unik

2. Karakter hidup sosial yang tunduk aturan dan bukan tunduk hukum

3. Peran kesadaran dan makna dalam kehidupan social

Langkah-Langkah Riset Metode Ilmiah (Positivis)

Riset metode ilmiah (positivis) merupakan riset yang terstruktur dengan langkah-

langkah yang jelas dan sistematik. Langkah-langkah dari riset ilmiah adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi isu atau topic dari riset

2. Menjual ide atau isu tersebut dengan cara menjustifikasi bahwa isu tersebut adalah

menarik dan penting untuk diteliti

3. Menentukan tujuan dan konstribusi dari riset

4. Mengembangkan hipotesis

5. Merancang riset

6. Mengumpulkan data

6

Page 7: Positi Vis Me

7. Menganalisis data dan menguji hipotesis

8. Membuat ringkasan, mengevaluasi dan mendiskusikan hasil serta menyimpulkan

hasilnya

9. Menunjukkan keterbatasan dan halangan-halangan riset

10. Mengusulkan perbaikan-perbaikan riset berikutnya

Penulisan Hasil Riset

Laporan hasil riset menunjukkan laporan tertulis setelah riset selesai dilakukan dan

dilaporkan kepada pihak yang membutuhkannya. Isi dari laporan tertulis ini juga

menunjukkan proses dari riset tersebut. Secara umum, isi dari laporan riset adalah sebagai

berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Berisi tentang isu riset, motivasi dari riset yang menunjukkan mengapa isu riset ini

penting dan perlu diteliti, tujuan daru riset dan konstribusi riset

Bab 2 Kajian teori dan pengembangan hipotesis

Bab ini mengkaji tentang teori yang digunakan di dalam riset untuk mengembangkan

hipotesis dan menjelaskan hasil fenomena riset. Dengan menggunakan teori yang

sudah dikajidan juga riset-riset sebelumnya. Hipotesis yang sudah ada dapat

dikembangkan.

Bab 3 Desain riset

Dalam bab ini menjelaskan tipe dari riset yang digunakan, rancangan sampel yang

meliputi jenis, sumber, proses seleksi dan karakteristik datanya. Di dalam bab ini juga

membahas model empiris yang digunakan untuk menguji hipotesis yang sudah

dikembangkan sebelumnya.

Bab 4 Hasil

Bab ini menunjukkan hasil dari pengujian hipotesis menggunakan data yang diolah

sesuai dengan model empiris yang sudah ditetapkan.

Bab 5 Ringkasan, simpulan, diskusi, implikasi, kekurangan-kekurangan dan saran-

saran

Ringkasan menunjukkan hasil riset secara padat. Simpulan menunjukkan keberhasilan

dari tujuan riset. Simpukan menunjukkan hipotesis mana yang didukung dan mana

yang tidak didukung. Saran-saran yang diberikan karena adanya keterbatasan dari

riset.

Lampiran-lampiran

7

Page 8: Positi Vis Me

Daftar Pustaka

Karakteristik Riset Yang Baik

Cooper dan Schindler (2003) mengatakan bahwa riset yang baik mengikuti standar

dari metode ilmiah (scientific method). Beberapa karakteristik dari riset yang baik adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan dari riset secara jelas didefinisikan

2. Proses riset dijelaskan secara rinci

3. Rancangan riset direncanakan dengan baik

4. Kerterbatasan riset diungkapkan secara jujur

5. Standar etis yang tinggi diterapkan

6. Analisis yang cukup untuk kebutuhan pengambilan keputusan

7. Hasil-hasil riset disampaikan dengan tidak ambiguis

8. Konklusi dijustifikasi

9. Pengalaman riset terefleksikan

8

Page 9: Positi Vis Me

Daftar Pustaka

Jogiyanto (2010). Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah Dan Pengalaman-Pengalaman. Yogyakarta, BPFE.

Neuman, W. L. (2015). Metodologi Penelitian Sosial: Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Kembangan Utara. Jakarta Barat, PT. Indeks.

Purwanto (2010). Metode Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.

9