portofolio kejahatan asusila

14
Borang Portofolio Kejahatan Asusila No. ID dan Nama Peserta : dr. Sandy Saputra No. ID dan Nama Wahana : RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS Topik : Tanggal (kasus) : Nama Pasien : No. RM : Tanggal Presentasi : Pembimbing : Pendamping : dr. I Putu Abdi W Sp.OG dr. Nani Pudji Hastuti dr. Asih Trimurtini Tempat Presentasi : Aula RSUD Brigjend H Hasan Basry Objektif Presentasi : □ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa Neonatus □ Bayi □ Anak Remaja □ Dewasa Lansia □ Bumil Deskripsi : Tujuan : Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara Diskusi □ Presentasi dan □ E-mail □ Pos 1

Upload: april-smith

Post on 26-Sep-2015

214 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dr. sandy

TRANSCRIPT

Borang Portofolio Kejahatan Asusila

No. ID dan Nama Peserta :dr. Sandy Saputra

No. ID dan Nama Wahana :RSUD Brigjend H Hasan Basry HSS

Topik :

Tanggal (kasus) :

Nama Pasien :No. RM :

Tanggal Presentasi :Pembimbing:Pendamping :dr. I Putu Abdi W Sp.OGdr. Nani Pudji Hastutidr. Asih Trimurtini

Tempat Presentasi :Aula RSUD Brigjend H Hasan Basry

Objektif Presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi :

Tujuan :

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit

Cara Membahas : Diskusi Presentasi dan Diskusi E-mail Pos

Data Pasien :Nama : Nn Naimah 27 tahunNo. Registrasi :

Nama Klinik : Telp : Terdaftar sejak :

Data Utama untuk Bahan Diskusi :

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

2. Riwayat Pengobatan : (-)

3. Riwayat Kesehatan / Penyakit : (-)

4. Riwayat Pekerjaan : -

5. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik : Pasien tinggal bersama orang tua dan lingkungan kurang bersih.

Daftar Pustaka : FKUI. 1997. Ilmu Kedokteran Forensik Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Edisi I. Jakarta. FKUI. 1996. Teknik Autopsi Forensik. Bagian Kedokteran Forensik FKUI. Jakarta Idries, Munim, Abdul, dr. 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Bina Rupa Aksara. Jakarta http://dediafandi.staff.unri.ac.id/2010/05/06/visum-et-repertum-pada-korban-hidup/ http://thiazone.blogspot.com/2009/12/visum-et-repertum-pendahuluan-visum-et.html

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio1. Subjektif : Pasien datang ke rs diantar keluarga ingin melakukan visum et repertum,menurut keterangan dari keluarga pasien telah diperkosa 7 hari yang lalu.

2. Assesment (penalaran klinis) :Pemeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana, hendaknya dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi memiliki kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti.Visum et Repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Di Indonesia pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga merupakan tindak kejahatan seksual umumnya dilakukan oleh dokter ahli Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan, kecuali di tempat yang tak ada dokter ahli demikian, dokter umumlah yang harus melakukan pemeriksaan.Umumnya korban kejahatan susila yang dimintakan visum et repertumnya pada dokter adalah kasus dugaan adanya persetubuhan yang diancam hukuman oleh KUHP (meliputi perzinahan, perkosaan, persetubuhan dengan wanita yang tidak berdaya, persetubuhan dengan wanita yang,belum,cukup.umur,serta.perbuatan.cabul).

Untuk kepentingan peradilan, dokter berkewajiban untuk membuktikan adanya persetubuhan atau perbuatan cabul, adanya kekerasan (termasuk keracunan), serta usia korban. Selain itu juga diharapkan memeriksa adanya penyakit hubungan seksual, kehamilan, dan kelainan psikiatrik sebagai akibat dari tindakan pidana tersebut. Dokter tidak dibebani pembuktian adanya pemerkosaan, karena istilah pemerkosaan adalah istilah hukum yang harus dibuktikan didepan sidang pengadilan.Persetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undang dapat dilihat pada pasal-pasal yang tertera pada bab XIV KUHP, yaitu bab tentang kejahatan terhadap kesusilaan, yang meliputi baik yang persetubuhan didalam perkawinan maupun persetubuhan diluar perkawinan.Persetubuhan didalam perkawinan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksud oleh pasal 288 KUHP, ialah bila seorang suami melakukan persetubuhan dengan istrinya yang belum mampu kawin dengan mengakibatkan luka-luka, luka berat atau mengakibatkan kematian.

Pada tindak pidana diatas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, dan apakah terjadi tanda-tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menetukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindak pidana ini. KUHP 285 Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.KUHP 286Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar perkawinan padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana pernjara paling lama sembilan tahun.KUHP 294Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya atau anak piaraannya, anak yang dibawah pengawasannya, orang dibawah umur yang diserahkan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau bujangannya atau orang yang dibawah umur, dihukum dengan hukuman penjara selama-lamanya tujuh tahun.

RIWAYAT KASUSPada tanggal 19 Maret 2015 pukul 11.00 WITA telah dilakukan pemeriksaan terhadap wanita yang berusia 27 tahun atas permintaan keluarga.Hasil pemeriksaan didapatkan:1. Korban datang dalam keadaan sadar2. Keadaan umumnya baik, Tekanan Darah 100/70 mmHg, Tinggi Badan 146 cm, Berat Badan 41 kg, Refleks pupil dan cahaya positif 3. Korban mengaku telah mengalami: Perkosaan pada tanggal4. Tempat kejadian di rumah pelaku5. Keadaan pakaian korban: Pakaian luar1. Kemeja lengan pendek : keadaan rapi2. Celana Jeans : keadaan rapi Pakaian dalam1. Kaos dalam : keadaan rapi2. Celana dalam : keadaan rapi6. Penampilan korban: baik, rapi, keadaan mental korban: kurang7. Kurang Kooperatif dalam pemeriksaan8. Jumlah gigi: 27, gigi ke VIII belum tumbuh9. Air susu atau colostrum: Tidak ada10. Rambut ketiak: Sudah tumbuh11. Rambut kemaluan: Sudah tumbuh12. Tidak ditemukan luka pada kepala, leher, dada, perut, anggota gerak atas, anggota gerak bawah, dan pada bagian tubuh lainnya.13. Pada rectal Toucher tonus otot spingter anus normal, bengkak (-), darah (-)14. Perinium: utuh 15. Selaput dara : Robek lama arah jam 3, jam 6 dan jam 9 sampai dasar, tidak dijumpai darah,bengkak (-)16. Liang kemaluan : Dapat dilalui 2 jari tanpa sakit

KESIMPULAN 1. Pada korban perempuan berusia kurang lebih: 27 tahun2. Datang dalam keadaan: sadar3. Tanda-tanda seks skunder: Sedang berkembang4. Tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan pada seluruh tubuh5. Selaput dara : Robek lama arah jam 3, jam 6,dan jam 9 sampai dasar6. Liang kemaluan : Dapat dilalui 2 jari tanpa sakit7. Laboratorium: Tes kehamilan dari air kencing Negatif (-), Analisa sperma tidak ditemukan bentukan spermatozoa8. Kesimpulan: Robekan lama selaput dara, tidak dijumpai darah, bengkak (-)

PEMBAHASANPada pasien perempuan yang berumur kurang lebih 27 tahun datang kerumah sakit dalam keadaan sadar. Ditemukannya tanda seks sekunder yang berkembang serta tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan pada pasien. Pada selaput dara ditemukan robek lama arah jam 3, jam 6 dan jam 9 sampai dasar. Liang kemaluan dapat dilalui 2 jari tanpa sakitPersetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis kedalam vagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi. Adanya robekan pada hymen merupakan pertanda adanya suatu benda (penis atau benda lain) yang masuk kedalam vagina.Pada pasien di atas juga tidak ditemukan adanya bercak air mani pada celana dalam korban dikarenakan korban datang 7 hari setelah kejadian. Dimana apabila pada persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulet tersebut mangandung sperma, maka adanya sperma didalam liang vagina merupakan tanda pasti adanya persetubuhan. Apabila ejakulat tidak mengandung sperma maka pembuktian adanya persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat tersebut. Dengan demikian hasil dari upaya pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya: Besarnya penis dan derajat penetrasinya Bentuk dan elastisitas selaput dara ( hymen) Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sendiri Posisi persetubuhan dan Keaslian barang bukti dan waktu pemeriksaanKomponen yang terdapat didalam ejakulat yang dapat diperiksa adalah enzim asam fosfatase, kholin dan spermin. Baik enzim asam fosfatase, kholin dan spermin bila dibandingkan dengan sperma, nilai untuk pembuktian lebih rendah oleh karena ketiga komponen tersebuttidak spesifik. Walaupun demikian enzim fosfatase masih dapat diandalkan, oleh karena keadaan enzim fosfatase yang terdapat dalam vagina barasal dalam wanita itu sendiri, kadarnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan asam fosfatase yang berasal dari kelenjar prostate.

Dengan demikian apabila dengan kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya pembuktian adanya persetubuhan secara kedokteran forensik tidak mungkin dapat dilakukan secara pasti. Sebagai konsekuensinya dokter tidak dapat secara pasti pula menentukan bahwa pada wanita tidak terjadi persetubuhan; maksimal dokter harus mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya itu tidak ditemukan tanda-tanda persetubuhan, yang mencakup dua kemungkinan: pertama, memang tidak ada persetubuhan dan kedua persetubuhan ada tetapi tanda-tandanya tidak dapat ditemukan.Sperma didalam liang vagina masih dapat bergarak dalam waktu 4-5 jam postcoital, sperma masih dapat ditemukan tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam postcoital, dan bila wanitanya mati masih akan ditemukan sampai 7-8 hari.Perkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan dari selaput dara yang robek, yang pada umumnya penyembuhan tersebut akan dicapai dalam waktu 7-10 hari postcoitala) Pemeriksaan adanya kehamilanTerjadinya kehamilan jelas merupakan tanda adanya persetubuhan, akan tatapi oleh karena waktu yang dibutuhkan untuk itu cukup lama, dengan demikian nilai bukti ini menjadi kurang oleh karena kemungkinan yang menjaditersangka pelaku kejahatan menjadi bertambah, hal mana mempersulit penyidikan dan membutuhkan waktu yang lebih banyak untuk mengungkap kasusnya.b) Faktor waktu dan factor keaslian dari barang buktiDidalam pemeriksaan kasus-kasus korban kejahatan seksual faktorwaktu dan keaslian barang bukti yang diperksasangat berperan didalam menentukan keberhasilan pemeriksaan. Tanda-tanda persetubuhan dengan berlangsungnya waktu akan menghilang dengan sendirinya, luka-luka akan menyembuh. Dengan demikian pemeriksaan sedini mungkin merupakan keharusan, bila dari pemeriksaan diharapkan hasil yang maksimal. Pakaian korban yang telah diganti, tubuh wanita yang telah dibersihkan akan menyulitkan pemeriksaan oleh karena keadaanya sudah tidak asli.

Pemeriksaan yang dilakukan harus yakin akan semua bukti-bukti yang ditemukan karena berbeda dengan di klinik ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna untuk memperoleh banyak bukti. Tapi dalam melaksanakan kewajiban itu dokter jangan sampai meletakkan kepentingan si korban dibawah kepentingan pemeriksaan. Terutama bila korban masih anak-anak hendaknya pemeriksan itu tidak sampai menambah trauma pisikis yang sudah dideritanya.Pada tindak pidana kasus pemerkosaan perlu dibuktikan apakah telah terjadi tindak persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau dengan ancaman kekerasan. Dokter dapat menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, dan apakah terdapat tanda-tanda kekerasan. Tetapi ia tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindak pidana ini.

PENUTUPKUHP Pasal 287(1) Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak jelas, bahwa belum waktunya untuk dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan keculai jika umur wanita belum sampai umur 12 tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal 291 dan pasal 294.

Pada kasus ini pasien mengaku telah diperkosa, berdasarkan hasil pemeriksaan yang didapatkan tanda-tanda seks sekunder sedang berkembang, tidak ditemukan luka-luka pada tubuh, perinium ditemukan utuh, dan selaput dara robek arah jam 3, jam 6 dan jam 9, liang kemaluan dapat dilalui 2 jari tanpa sakit.

10