portofolio anxietas

Upload: saidi-zaki

Post on 14-Apr-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 portofolio anxietas

    1/3

    1. Subyektif :

    Pasien mengeluh dadanya berdebar-debar, tidak bisa tidur, jika tidur

    terbangun pada pertengahan malam kemudian pasien merasa sesak, pasien juga sering

    sakit kepala, dan gemetar. Hal tersebut sudah dirasakan sudah beberapa tahun dan

    terasa memberat 2-3 bulan ini. Menurut pasien, kejadian ini terjadi setiap pasien

    memikirkan kondisi ank-anaknya. Pasien mencemaskan akan nasib anak-anaknya

    karena pasien bekerja sebagai supir lepas yang tidak jelas jumlah penghasilannya.

    Kecemasan semakin bertambah ketika pasien merasa hanya dia seorang dirilah yang

    membesarkan anak-anaknya tanpa ditemani istrinya yang telah meninggalkannya 5

    tahun yang lalu. Riwayat konsumsi obat-obatan atau minuman disangkal.

    2. Objektif

    Kepala : ca-/-, si-/-

    Leher : JVP tdk meningkat, kelenjar tiroid tidak tampak membesar

    Thorak : pulmo : sonor +/+, vesikuler +/+, rh -/-, wh -/-

    Cor : ictus kordis tampak di midline clavicula sinistra, thrill

    Konfigurasi cor dbn, S1/S2 reguler

    Abdomen : BU + N, timpani, supel, NT (-), H/L ttb

    Ekstremitas : akral hangat, tremor (-)

    Pada pemeriksaan status mental didapatkan, seorang laki-laki dengan baju

    kaos biru celana pendek hitam, wajah sesuai usia, penampilan rapih, kulit sawo

    matang, tampak gelisah, kesadaran compos mentis, perilaku dan aktivitas psikomotor

    tenang, pembicaraan spontan dan lancar,intonasi biasa dan kooperatif, mood cemas,

    afek kesan cemas, empati dapat diraba rasakan, daya konsentrasi baik, tidak ada

    gangguan persepsi dan isi pikir.

    3. Assesment

  • 7/29/2019 portofolio anxietas

    2/3

    Pada kasus tersebut, gejala-gejala yang dialami pasien semakin menjadi ketika pasien

    sedang mencemaskan anak-anaknya. Keluhan yang diutarakan pasien serta dari

    pemeriksaan memenuhi kriteria gangguan cemas menyeluruh dalam PPDGJ, yaitu :

    a. Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung

    hampir setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak

    terbatas atau hanya menonjolkan pada keadaan situasi khusus tertentu saja.

    b. Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

    1) kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk , sulit

    konsentrasi dan dsb.

    2) ketegangan motorik (gelisah,sakit,kepala,gemetaran tidak dapat santai)

    3) overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan , berkeringat, jantung berdebar-

    debar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dsb

    4) pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan

    (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang menonjol.

    5) adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari),

    khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas

    menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode

    depresi (F32.), gangguan anxietas fobik (F40) gangguan panik (F41,0) atau

    gangguan obsesif-kompulsif (F42).

    Jadi, pasien ini di diagnosis mengalami gangguan cemas menyeluruh.

    4. Plan

    Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh adalah

    pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi.

    1.Psikoterapi

    Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi :

    a) Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka panjang dan jangka

  • 7/29/2019 portofolio anxietas

    3/3

    pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien dan

    pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara langsung.

    b) Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi pasien.

    2. Farmakoterapi

    Golongan benzodiazepine sebagai drug of choice dari semua obat yang mempunyai

    efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya. Pemberiannya

    tidak boleh lebih dari 3 bulan, dan penghentiaannya harus selalu secara bertahap agar

    tidak menimbulkan gejala lepas obat.

    Di puskesmas pasien, kami berikan pasien obat diazepam 2x2mg.

    Perlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar

    diramalkan. Pengobatan mungkin memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang

    terlibat.