gangguan anxietas

22
No. ID dan Nama Peserta : / dr. Siti Aisyah Permatasari No. ID dan Nama Wahana : / Poliklinik RSUD Daya Makassar Topik : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1) Tanggal Kasus : 20 Maret 2014 Nama Pasien : Tn.F No. RM : 150423 Tanggal Presentasi : 6 Juni 2014 Pendamping : dr. Musbicha Tempat Presentasi : RSUD Daya Kota Makassar Objek presentasi : Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa Neonatu s Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil Deskripsi : Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan cemas yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar dan keringat dingin. Tujuan : Mendiagnosis kelainan pasien dengan gangguan jiwa non psikotik dan memberikan penanganan tepat pada pasien yang dicurigai memiliki gangguan cemas menyeluruh. Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit Cara Diskusi Presentasi Email Pos 1

Upload: oviex182

Post on 13-Dec-2015

226 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

medics

TRANSCRIPT

Page 1: gangguan anxietas

No. ID dan Nama Peserta : / dr. Siti Aisyah Permatasari

No. ID dan Nama Wahana : / Poliklinik RSUD Daya Makassar

Topik : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)

Tanggal Kasus : 20 Maret 2014

Nama Pasien : Tn.F No. RM : 150423

Tanggal Presentasi : 6 Juni 2014 Pendamping : dr. Musbicha

Tempat Presentasi : RSUD Daya Kota Makassar

Objek presentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi : Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan

cemas yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar

dan keringat dingin.

Tujuan : Mendiagnosis kelainan pasien dengan gangguan jiwa non psikotik dan memberikan

penanganan tepat pada pasien yang dicurigai memiliki gangguan cemas menyeluruh.

Bahan

Bahasan :

Tinjauan

PustakaRiset Kasus Audit

Cara

membahas :Diskusi

Presentasi dan

diskusiEmail Pos

Data Pasien : Nama : Tn. F No. Registrasi : 150423

Nama klinik : Poliklinik RSUD Daya Makassar

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis / Gambaran Klinis :

Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan cemas

yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-

debar dan keringat dingin. Keluhan ini dirasakan hampir setiap hari. Keluhan ini

mulai dirasakan sejak kekasih pasien menuntut menikah secepat mungkin. Pasien juga

mengeluhkan sering merasa panas di bagian lambung serta sakit di daerah punggung.

Pasien terkadang mengalami ketakutan tanpa sebab. Pasien mengaku sulit tidur.

Pasien merasa khawatir ditinggal oleh kekasihnya dan menyebabkan pasien selalu

1

Page 2: gangguan anxietas

merasa gelisah. Pasien juga merasa cemas ketika sedang bekerja.

BAB : biasa

BAK : lancar

2. Riwayat Pengobatan :

Riwayat pengobatan sebelumnya (+) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Daya. Hasil

pemeriksaan dalam batas normal sehingga pasien di konsul ke Poliklinik Psikiatri.

3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.

4. Riwayat Keluarga :

Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.

5. Riwayat kehidupan pribadi :

Riwayat pranatal

Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan di bantu dokter di rumah sakit

Riwayat masa kanak-kanak dan remaja

Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya. Dapat

bersosialisasi dengan teman-temannya.

Riwayat pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir SMA.

Riwayat agama

Pasien Beragama Islam

Hubungan dengan keluarga

Pasien belum menikah. Hubungan dengan ibu dan saudara cukup dekat.

6. Riwayat Pekerjaan :

Pasien bekerja sebagai teknisi di bidang IT.

7. Riwayat kehidupan keluarga :

Pasien merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara (P,L,P,L,L,P,L). Ayah pasien

meninggal sejak 1994.

8. Situasi sekarang :

Pasien tinggal di tempat kerja, kadang-kadang tinggal bersama ibunya.

Persepsi pasien terhadap dirinya :

Pasien ingin kembali sehat seperti sebelumnya. Menurut pasien semenjak sakit dia

merasa selalu cemas, jantung berdebar-debar, nyeri punggung dan tidur terganggu.

Daftar Pustaka :

2

Page 3: gangguan anxietas

1. Judul Buku: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III; Penulis: Dr.

Rusdi Maslim, Sp.KJ; Cetakan 1, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,

Jakarta, 2001

2. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat

Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.

3. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed.

Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579- 633.

4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.

Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007. Hal. 23-41.

Hasil Pembelajaran :

1. Menegakkan diagnosis gangguan cemas

2. Mengetahui penatalaksanaan gangguan cemas, meliputi psikofarmaka dan terapi

suportif

Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :

1. Subjektif :

Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan cemas

yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-

debar dan keringat dingin. Keluhan ini dirasakan hampir setiap hari. Keluhan ini

mulai dirasakan sejak kekasih pasien menuntut menikah secepat mungkin. Pasien

juga mengeluhkan sering merasa panas di bagian lambung serta sakit di daerah

punggung. Pasien terkadang mengalami ketakutan tanpa sebab. Pasien mengaku

sulit tidur. Pasien merasa khawatir ditinggal oleh kekasihnya dan menyebabkan

pasien selalu merasa gelisah. Pasien juga merasa cemas ketika sedang bekerja.

BAB : biasa

BAK : lancar

Riwayat Pengobatan :

Riwayat pengobatan sebelumnya (+) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Daya.

Hasil pemeriksaan dalam batas normal sehingga pasien di konsul ke Poliklinik

Psikiatri.

3

Page 4: gangguan anxietas

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Riwayat dengan keluhan yang sama tidak ada.

Riwayat Keluarga :

Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.

Riwayat kehidupan pribadi :

Riwayat pranatal

Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan di bantu dokter di rumah sakit

Riwayat masa kanak-kanak dan remaja

Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya. Dapat

bersosialisasi dengan teman-temannya.

Riwayat pendidikan

Tingkat pendidikan terakhir SMA.

Riwayat agama

Pasien Beragama Islam

Hubungan dengan keluarga

Pasien belum menikah. Hubungan dengan ibu dan saudara cukup dekat.

Riwayat Pekerjaan :

Pasien bekerja sebagai teknisi di bidang IT.

Riwayat kehidupan keluarga :

Pasien merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara (P,L,P,L,L,P,L). Ayah pasien

meninggal sejak 1994.

2. Objektif :

A. Deskripsi umum

1. Penampilan : Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umur, cara berjalan

dan sikap tubuh biasa, mengenakan baju kaos berwarna hitam, jaket berwarna

merah, jins berwarna hitam penampilan cukup rapi.

Kesadaran : Baik (Pasien Kooperatif)

2. Perilaku dan aktivitas motorik : Pasien terlihat tenang.

3. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang

4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

B. Keadaan Afektif ( mood), Perasaan, Empati

4

Page 5: gangguan anxietas

1. Mood : Cemas

2. Afek : Cemas

3. Empati : dapat dirabarasakan

C. Fungsi intelektual (kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai taraf pendidikan

2. Daya konsentrasi : baik

3. Daya ingat : baik

4. Orientasi (waktu,tempat,orang ) : baik

5. Pikiran abstrak : baik

6. Bakat kreatif : tidak ditemukan

7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik

D. Gangguan Persepsi

1. Halusinasi : tidak ada

2. Ilusi : tidak ada

3. Depersonalisasi : tidak ada

4. Derealisasi : tidak ada

E. Proses Pikir

- Arus pikir :

a. Produktivitas : cukup

b. kontinuitas : relevan dan koheren

c. hendaya berbahasa : tidak ada

- Isi pikir :

a. Preokupasi : Cemas dan khawatir karena kekasih pasien menuntut

untuk menikah secepat mungkin

b. Gangguan isi pikir : tidak ada

F. Pengendalian impuls : baik

G. Daya nilai :

a. Norma sosial : baik

5

Page 6: gangguan anxietas

b. Uji daya nilai : baik

c. Penilaian realitas : baik

H. Tilikan (insight) : Derajat VI ( Pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)

I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya

3. Assesment :

Berdasarkan subjektif dan objektif yang meliputi gejala klinis, pemeriksaan

fisis, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Cemas

Menyeluruh (F41.1)

GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F41.1)

Pendahuluan

Dari studi kepustakaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan bahwa

istilah anxietas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Kata dasar

anxietas dalam bahasa Indo Jerman adalah ‘’angh’’ yang dalam bahasa latin berhubungan

dengan kata ‘’angustus, ango, angor, anxius, anxietas, angina”. Kesemuanya mengandung

arti ‘’sempit” atau ‘’konstriksi”. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety

neurosis’’. Kata anxiety diambil dari kata ‘’angst” yang berarti ‘’ketakutan yang tidak–

perlu’’. Pada mulanya Freud mengartikan anxietas inu sebagai transformasi lepasnya

ketegangan seksual yang menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan

saluran pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir

yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya anxietas diartikan sebagi

suatu respon terhadap situasi yang berbahaya.

Anxietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, tidak

menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau

ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat

peningkatan aktifitas otonomik. Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas

menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan

menetap sekurang kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas

disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi

sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini

merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menatap selama beberapa

6

Page 7: gangguan anxietas

minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan

motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan.

Epidemiologi

Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan anxietas yang paling sering

dijumpai diklinik, diperkirakan 12 % dari seluruh gangguan anxietas. Prevalensinya di

masyarakat diperkirakan 3 %, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5 %. Di

Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2% -5%.

Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang datang

meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan wanita.

Etiologi

Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor

yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, factor biologic dan psikologik. Faktor

biologik yang berperan pada gangguan ini adalah ‘’neurotransmitter’’. Ada tiga

neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin ,serotonin, dan

gamma amino butiric acid atau GABA . Namun menurut Iskandar neurotransmitter yang

memegang peranan utama pada gangguan cemas menyeluruh adalah serotonin, sedangkan

norepinefrin terutama berperan pada gangguan panik.

Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan

pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus

sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar

norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan

menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi.

Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan

norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya anxietas, sedangkan Gamma

Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya anxietas ini. Pengaruh dari

neutronstransmitter ini pada gangguan anxietas didapatkan dari peranan benzodiazepin pada

gangguan tersebut. Benzodiazepin dan GABA membentuk “GABA Benzodiazepin

complex”yang akan menurunkan anxietas atau kecemasan. Penelitian pada hewan primata

yang diberikan suatu agonist inverse benzodiazepine Beta- Carboline-Carboxylic-Acid

(BCCA) menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan anxietas.

Mengenai peranan serotonin dalam gangguan anxietas ini didapatkan dari hasil

pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap anxietas seperti

7

Page 8: gangguan anxietas

buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A (5-HT 1A).

Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex sehingga ia dapat

berperan sebagai anti cemas. Kemungkinan lain adalah interaksi antara serotonin dan

norepinefrin dalam mekanisme anxietas sebagai anti cemas.

Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik yang berperan dalam terjadinya anxietas

ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu : teori psikoanalitik, teori behavorial,

dan teori eksistensial. Menurut teori psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah akibat dari

konflik unconscious yang tidak terselesaikan. Teori behavior beranggapan bahwa terjadinya

anxietas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap bahaya.

Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang selektif pada detil-detil

negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses informasi, dan pandangan yang

negative terhadap kemampuan pengendalian dirinya. Teori eksistensial bependapat bahwa

terjadinya anxietas adalah akibat tidak adanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara

spesifik. Ketiadaan ini membuat orang menjadi sadar akan kehampaannya di dalam

kehidupan ini .

Gambaran Klinik

Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan motorik,

hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan berlebihan dan

mengganggu aspek lain kehidupan pasien.

Gejala klinis Gangguan Cemas Menyeluruh meliputi:

Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir

setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas atau hanya

menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating atau

mengambang).

Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: kecemasan

(khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dll),

ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai, dsb),

overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnea, jantung

berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan gangguan

lainnya).

Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta

keluhan somatik berulang yang menonjol.

Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya

8

Page 9: gangguan anxietas

depresi, tidak membetalkan diagnosis utama Gangguan anxietas menyeluruh,

selema hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, gangguan

anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan obsesif kompulsif.

Diagnosis Berdasarkan PPDGJ-III

F41 Gangguan Anxietas Lainnya

• Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada

situasi lingkungan tertentu saja.

• Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari anxietas

fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.

F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik)

• Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya

gangguan ansietas fobik (F40.-)

• Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat

(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:

a)   Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;

b)  Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya

(unpredictable situation)

c)    Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di

antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi

“anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu

yang mengkhawatirkan akan terjadi).  

F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh.

Pedoman Diagnostik

• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir

setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau

hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau

“mengambang”)

• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:

a. kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk , sulit

konsentrasi dan dsb.)

b. ketegangan motorik (gelisah,sakit,kepala,gemetaran tidak dapat santai)

9

Page 10: gangguan anxietas

c. overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan , berkeringat, jantung berdebar-

debar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dsb)

d. pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk

ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang

menonjol.

e. adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari),

khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas

menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari

episode depresi (F32.), gangguan anxietas fobik (F40) gangguan panik

(F41,0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42).

F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi

Pedoman diagnostik

Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak

menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostic

tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun

tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.

Bila ditemukan anixetas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus

dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.

Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan

diagnostik tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak

fdapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu

diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan.

Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka

harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.

F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya

Pedoman Diagnostik

Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan

(meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori

gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.

Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam

kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan

dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.

10

Page 11: gangguan anxietas

F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD

F41.9 gangguan anxietas YTT 

Diagnosis Banding

Diagnosis banding gangguan kecemasan menyeluruh adalah semua kondisi medis

yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia darah standar,

elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi kafein,

penyalahgunaan stimulan, putus alkohol dan putus sedatif atau hipnotik.

Terapi

Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh adalah

pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi. Pengobatan mungkin

memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang terlibat.

1. Psikoterapi

Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi :

a. Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka panjang dan jangka

pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien dan

pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara langsung.

b. Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi pasien.

c. Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar

dan mengenali keuatan ego pasien.

2. Farmakoterapi

Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat yang

mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya. Spektrum

klinis benzodiazepine meliputi efek antianxietas, anti konvulsan, anti insomnia, premdikasi

tindakan operatif.

a.    Benzodiazepin

Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis

terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan dengan

waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak

diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off

selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas,

11

Page 12: gangguan anxietas

antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang

termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain :

•    Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg im/iv),

broadspectrum

•    Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum

•    Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien dengan

kelainan hati dan ginjal

•    Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor performance

paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang masih ingin tetap aktif

•    Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia

berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.

•    Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe

antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-depresi.

b.    Non-benzodoazepin (Buspiron)

Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam 

memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal.

Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-

3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan Benzodiazepin

tidak akan memberikan respon yang baik dengan Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan

bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian dilakukan tapering

Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.

Efek Samping Obat Anxietas

Efek samping obat anxietas dapat berupa:

• sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,

kemampuan kognitif melemah)

• relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah)

Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih

dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat. Penghentian obat

12

Page 13: gangguan anxietas

secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena), yaitu pasien

menjadi iritabel, bingung, gelisah, imsomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi,

dan lain-lain.hal ini berkaitan dengan penurunan kadar benzodiazepin dalam plasma.

Untuk obat benzodiazepin dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala

putus obatnya dibandingkan dengan obat benzodiazepin dengan waktu paruh panjang.

Misalnya clobazam, sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat. Benzodiazepin

tidak dianjurkan diberikan kepada pasien-pasien yang memiliki riwayat peminum alkohol,

penyalahgunaan obat, atau unstable personality karena sering menimbulkan ketergantungan

relatif.

Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat maksimum lama pemberian 3 bulan

(100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.

Pengaturan dosis Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) -> naikan dosis setiap 3 -5 hari sampai mencapai

dosi optimal -> dipertahankan 2-3 minggu -> diturunkan 1/8 kali setiap 2- 4 minggu ->

dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose) -> bila kambuh di naikkan lagi dan

bila tetap efektif perthankan 4-8 minggu -> tapering off.

Prognosis

Perlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar

diramalkan. Sebanyak 25 % dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik.

4. Plan

Aksis I :

Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya rasa cemas

dan jantung berdebar disertai keringat dingin, gelisah, rasa panas pada lambung sehingga

menimbulkan penderitaan (distress) bagi pasien sehingga pasien dikatakan menderita

gangguan jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam

menilai realita sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa non psikotik. Pada

pemeriksaan status internus dan neurologi tidak ditemukan keluhan maka pasien dikatakan

mengalami gangguan jiwa non psikotik non organik.

Pada pasien ini ditemukan adanya tanda kecemasan berupa khawatir, jantung

berdebar, keringat dingin dan rasa panas pada lambung yang dirasakan hampir setiap hari

selama 3 bulan, maka berdasarkan PPDGJ III didiagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh

13

Page 14: gangguan anxietas

(F41.1).

Aksis II : ciri kepribadian tidak khas

Aksis III : tidak ditemukan kelainan organobiologi

Aksis IV : stressor psikososial : Cemas dan khawatir karena kekasih pasien menuntut

untuk menikah secepat mungkin.

Aksis 5 : GAF Scale 70-61 berupa gejala ringan dan menetap, disabilitasi ringan

dalam fungsi, secara umum masih baik

RENCANA TERAPI

Farmakoterapi

- Alprazolam 0,5 mg 3 x ½ tab

Psikoterapi suportif

- Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan

dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.

- Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat

membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya

dan menganjurkan untuk berobat teratur.

- Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang

disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan

lingkungan yang kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan.

Pendidikan

Menjelaskan prognosis penyakit dan efek samping dari farmakoterapi yang mungkin

terjadi

Konsultasi

Dilakukan konsultasi pada dokter spesialis jiwa

Rujukan

Diperlukan jika terjadi komplikasi dan efek samping dari farmakoterapi serius yang harus

ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.

Makassar, 6 Juni 2014

Peserta, Pendamping,

14

Page 15: gangguan anxietas

dr. Siti Aisyah Permatasari dr. Musbicha

15