gangguan anxietas
DESCRIPTION
medicsTRANSCRIPT
No. ID dan Nama Peserta : / dr. Siti Aisyah Permatasari
No. ID dan Nama Wahana : / Poliklinik RSUD Daya Makassar
Topik : Gangguan Cemas Menyeluruh (F41.1)
Tanggal Kasus : 20 Maret 2014
Nama Pasien : Tn.F No. RM : 150423
Tanggal Presentasi : 6 Juni 2014 Pendamping : dr. Musbicha
Tempat Presentasi : RSUD Daya Kota Makassar
Objek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan
cemas yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-debar
dan keringat dingin.
Tujuan : Mendiagnosis kelainan pasien dengan gangguan jiwa non psikotik dan memberikan
penanganan tepat pada pasien yang dicurigai memiliki gangguan cemas menyeluruh.
Bahan
Bahasan :
Tinjauan
PustakaRiset Kasus Audit
Cara
membahas :Diskusi
Presentasi dan
diskusiEmail Pos
Data Pasien : Nama : Tn. F No. Registrasi : 150423
Nama klinik : Poliklinik RSUD Daya Makassar
Data utama untuk bahan diskusi:
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan cemas
yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-
debar dan keringat dingin. Keluhan ini dirasakan hampir setiap hari. Keluhan ini
mulai dirasakan sejak kekasih pasien menuntut menikah secepat mungkin. Pasien juga
mengeluhkan sering merasa panas di bagian lambung serta sakit di daerah punggung.
Pasien terkadang mengalami ketakutan tanpa sebab. Pasien mengaku sulit tidur.
Pasien merasa khawatir ditinggal oleh kekasihnya dan menyebabkan pasien selalu
1
merasa gelisah. Pasien juga merasa cemas ketika sedang bekerja.
BAB : biasa
BAK : lancar
2. Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan sebelumnya (+) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Daya. Hasil
pemeriksaan dalam batas normal sehingga pasien di konsul ke Poliklinik Psikiatri.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat dengan keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
5. Riwayat kehidupan pribadi :
Riwayat pranatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan di bantu dokter di rumah sakit
Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya. Dapat
bersosialisasi dengan teman-temannya.
Riwayat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir SMA.
Riwayat agama
Pasien Beragama Islam
Hubungan dengan keluarga
Pasien belum menikah. Hubungan dengan ibu dan saudara cukup dekat.
6. Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai teknisi di bidang IT.
7. Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara (P,L,P,L,L,P,L). Ayah pasien
meninggal sejak 1994.
8. Situasi sekarang :
Pasien tinggal di tempat kerja, kadang-kadang tinggal bersama ibunya.
Persepsi pasien terhadap dirinya :
Pasien ingin kembali sehat seperti sebelumnya. Menurut pasien semenjak sakit dia
merasa selalu cemas, jantung berdebar-debar, nyeri punggung dan tidur terganggu.
Daftar Pustaka :
2
1. Judul Buku: Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III; Penulis: Dr.
Rusdi Maslim, Sp.KJ; Cetakan 1, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya,
Jakarta, 2001
2. Departemen Kesehatan R.l. Direktorat Kesehatan Jiwa Masyarakat , Direktorat
Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat: Gangguan Anxietas.
3. Sadock BJ, Sadock VA: Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry 10 th.ed.
Lippincott Williams & Wilkins, 2007:579- 633.
4. Maslim, Rusdi. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga.
Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya: 2007. Hal. 23-41.
Hasil Pembelajaran :
1. Menegakkan diagnosis gangguan cemas
2. Mengetahui penatalaksanaan gangguan cemas, meliputi psikofarmaka dan terapi
suportif
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subjektif :
Laki-laki 28 tahun datang ke Poliklinik Psikiatri RSUD Daya dengan keluhan cemas
yang dialami sejak tiga bulan yang lalu. Pasien juga merasakan jantung berdebar-
debar dan keringat dingin. Keluhan ini dirasakan hampir setiap hari. Keluhan ini
mulai dirasakan sejak kekasih pasien menuntut menikah secepat mungkin. Pasien
juga mengeluhkan sering merasa panas di bagian lambung serta sakit di daerah
punggung. Pasien terkadang mengalami ketakutan tanpa sebab. Pasien mengaku
sulit tidur. Pasien merasa khawatir ditinggal oleh kekasihnya dan menyebabkan
pasien selalu merasa gelisah. Pasien juga merasa cemas ketika sedang bekerja.
BAB : biasa
BAK : lancar
Riwayat Pengobatan :
Riwayat pengobatan sebelumnya (+) di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Daya.
Hasil pemeriksaan dalam batas normal sehingga pasien di konsul ke Poliklinik
Psikiatri.
3
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Riwayat dengan keluhan yang sama tidak ada.
Riwayat Keluarga :
Riwayat keluhan yang sama dalam keluarga tidak ada.
Riwayat kehidupan pribadi :
Riwayat pranatal
Pasien lahir normal, cukup bulan, dan persalinan di bantu dokter di rumah sakit
Riwayat masa kanak-kanak dan remaja
Pasien tumbuh dan berkembang sesuai umur sebagaimana anak seumurnya. Dapat
bersosialisasi dengan teman-temannya.
Riwayat pendidikan
Tingkat pendidikan terakhir SMA.
Riwayat agama
Pasien Beragama Islam
Hubungan dengan keluarga
Pasien belum menikah. Hubungan dengan ibu dan saudara cukup dekat.
Riwayat Pekerjaan :
Pasien bekerja sebagai teknisi di bidang IT.
Riwayat kehidupan keluarga :
Pasien merupakan anak ke 4 dari 7 bersaudara (P,L,P,L,L,P,L). Ayah pasien
meninggal sejak 1994.
2. Objektif :
A. Deskripsi umum
1. Penampilan : Tampak seorang laki-laki wajah sesuai umur, cara berjalan
dan sikap tubuh biasa, mengenakan baju kaos berwarna hitam, jaket berwarna
merah, jins berwarna hitam penampilan cukup rapi.
Kesadaran : Baik (Pasien Kooperatif)
2. Perilaku dan aktivitas motorik : Pasien terlihat tenang.
3. Pembicaraan : Spontan, lancar, intonasi sedang
4. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif
B. Keadaan Afektif ( mood), Perasaan, Empati
4
1. Mood : Cemas
2. Afek : Cemas
3. Empati : dapat dirabarasakan
C. Fungsi intelektual (kognitif)
1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai taraf pendidikan
2. Daya konsentrasi : baik
3. Daya ingat : baik
4. Orientasi (waktu,tempat,orang ) : baik
5. Pikiran abstrak : baik
6. Bakat kreatif : tidak ditemukan
7. Kemampuan menolong diri sendiri : baik
D. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi : tidak ada
2. Ilusi : tidak ada
3. Depersonalisasi : tidak ada
4. Derealisasi : tidak ada
E. Proses Pikir
- Arus pikir :
a. Produktivitas : cukup
b. kontinuitas : relevan dan koheren
c. hendaya berbahasa : tidak ada
- Isi pikir :
a. Preokupasi : Cemas dan khawatir karena kekasih pasien menuntut
untuk menikah secepat mungkin
b. Gangguan isi pikir : tidak ada
F. Pengendalian impuls : baik
G. Daya nilai :
a. Norma sosial : baik
5
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik
H. Tilikan (insight) : Derajat VI ( Pasien sadar dirinya sakit dan perlu pengobatan)
I. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya
3. Assesment :
Berdasarkan subjektif dan objektif yang meliputi gejala klinis, pemeriksaan
fisis, maka dapat disimpulkan bahwa pasien menderita Gangguan Cemas
Menyeluruh (F41.1)
GANGGUAN CEMAS MENYELURUH (F41.1)
Pendahuluan
Dari studi kepustakaan yang dibuat oleh Lewis pada tahun 1970, ditemukan bahwa
istilah anxietas mulai diperbincangkan pada permulaan abad ke-20. Kata dasar
anxietas dalam bahasa Indo Jerman adalah ‘’angh’’ yang dalam bahasa latin berhubungan
dengan kata ‘’angustus, ango, angor, anxius, anxietas, angina”. Kesemuanya mengandung
arti ‘’sempit” atau ‘’konstriksi”. Pada tahun 1894, Freud menciptakan istilah ‘’anxiety
neurosis’’. Kata anxiety diambil dari kata ‘’angst” yang berarti ‘’ketakutan yang tidak–
perlu’’. Pada mulanya Freud mengartikan anxietas inu sebagai transformasi lepasnya
ketegangan seksual yang menumpuk melalui system saraf otonom dengan menggunakan
saluran pernafasan. Kemudian anxietas ini diartikan sebagai perasaan takut atau khawatir
yang berasal dari pikiran atau keinginan yang direpresi. Akhirnya anxietas diartikan sebagi
suatu respon terhadap situasi yang berbahaya.
Anxietas merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, tidak
menentu, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau
ancaman bahaya, dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat
peningkatan aktifitas otonomik. Menurut DSM-IV yang dimaksud gangguan cemas
menyeluruh adalah suatu keadaan ketakutan atau kecemasan yang berlebih-lebihan, dan
menetap sekurang kurangnya selama enam bulan mengenai sejumlah kejadian atau aktivitas
disertai oleh berbagai gejala somatik yang menyebabkan gangguan bermakna pada fungsi
sosial, pekerjaan, dan fungsi - fungsi lainnya Sedangkan menurut ICD-10 gangguan ini
merupakan bentuk kecemasan yang sifatnya menyeluruh dan menatap selama beberapa
6
minggu atau bulan yang ditandai oleh adanya kecemasan tentang masa depan, ketegangan
motorik, dan aktivitas otonomik yang berlebihan.
Epidemiologi
Gangguan cemas menyeluruh merupakan gangguan anxietas yang paling sering
dijumpai diklinik, diperkirakan 12 % dari seluruh gangguan anxietas. Prevalensinya di
masyarakat diperkirakan 3 %, dan prevelansi seumur hidup (life time) rata-rata 5 %. Di
Indonesia prevalensinya secara pasti belum diketahui, namun diperkirakan 2% -5%.
Gangguan ini lebih sering dijumpai pada wanita dengan ratio 2 : 1, namun yang datang
meminta pengobatan rationya kurang lebih sama atau 1 :1 antara laki-laki dan wanita.
Etiologi
Etiologi dari gangguan ini belum diketahui secara pasti, namun diduga dua faktor
yang berperan terjadi di dalam gangguan ini yaitu, factor biologic dan psikologik. Faktor
biologik yang berperan pada gangguan ini adalah ‘’neurotransmitter’’. Ada tiga
neurotransmitter utama yang berperan pada gangguan ini yaitu, norepinefrin ,serotonin, dan
gamma amino butiric acid atau GABA . Namun menurut Iskandar neurotransmitter yang
memegang peranan utama pada gangguan cemas menyeluruh adalah serotonin, sedangkan
norepinefrin terutama berperan pada gangguan panik.
Dugaan akan peranan norepinefrin pada gangguan cemas didasarkan percobaan
pada hewan primata yang menunjukkan respon kecemasan pada perangsangan locus
sereleus yang ditunjukan pada pemberian obat-obatan yang meningkatkan kadar
norepinefrin dapat menimbulkan tanda-tanda kecemasan, sedangkan obat-obatan
menurunkan kadar norepinefrin akan menyebabkan depresi.
Peranan Gamma Amino Butiric Acid pada gangguan ini berbeda dengan
norepinefrin. Norepinefrin bersifat merangsang timbulnya anxietas, sedangkan Gamma
Amino Butiric Acid atau GABA bersifat menghambat terjadinya anxietas ini. Pengaruh dari
neutronstransmitter ini pada gangguan anxietas didapatkan dari peranan benzodiazepin pada
gangguan tersebut. Benzodiazepin dan GABA membentuk “GABA Benzodiazepin
complex”yang akan menurunkan anxietas atau kecemasan. Penelitian pada hewan primata
yang diberikan suatu agonist inverse benzodiazepine Beta- Carboline-Carboxylic-Acid
(BCCA) menunjukkan gejala-gejala otonomik gangguan anxietas.
Mengenai peranan serotonin dalam gangguan anxietas ini didapatkan dari hasil
pengamatan efektivitas obat-obatan golongan serotonergik terhadap anxietas seperti
7
buspiron atau buspar yang merupakan agonist reseptor serotorgenik tipe 1A (5-HT 1A).
Diduga serotonin mempengaruhi reseptor GABA-Benzodiazepin complex sehingga ia dapat
berperan sebagai anti cemas. Kemungkinan lain adalah interaksi antara serotonin dan
norepinefrin dalam mekanisme anxietas sebagai anti cemas.
Sehubungan dengan faktor-faktor psikolgik yang berperan dalam terjadinya anxietas
ada tiga teori yang berhubungan dengan hal ini, yaitu : teori psikoanalitik, teori behavorial,
dan teori eksistensial. Menurut teori psiko-analitik terjadinya anxietas ini adalah akibat dari
konflik unconscious yang tidak terselesaikan. Teori behavior beranggapan bahwa terjadinya
anxietas ini adalah akibat tanggapan yang salah dan tidak teliti terhadap bahaya.
Ketidaktelitian ini sebagai akibat dari perhatian mereka yang selektif pada detil-detil
negative dalam kehidupan, penyimpangan dalam proses informasi, dan pandangan yang
negative terhadap kemampuan pengendalian dirinya. Teori eksistensial bependapat bahwa
terjadinya anxietas adalah akibat tidak adanya rangsang yang dapat diidentifikasi secara
spesifik. Ketiadaan ini membuat orang menjadi sadar akan kehampaannya di dalam
kehidupan ini .
Gambaran Klinik
Gejala utama dari ganguan anxietas adalah rasa cemas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonomik, dan kewaspadaan kognitif. Kecemasan berlebihan dan
mengganggu aspek lain kehidupan pasien.
Gejala klinis Gangguan Cemas Menyeluruh meliputi:
Penderita menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai bulan, yang tidak terbatas atau hanya
menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (free floating atau
mengambang).
Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut: kecemasan
(khawatir akan nasib buruk seperti berada di ujung tanduk, sulit berkonsentrasi, dll),
ketegangan motorik (gelisah, gemetaran, sakit kepala, tidak dapat santai, dsb),
overaktivitas otonomik (terasa ringan, berkeringat, takikardi, takipnea, jantung
berdebar-debar, sesak napas, epigastrik, pusing kepala, mulut kering, dan gangguan
lainnya).
Pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk ditenangkan serta
keluhan somatik berulang yang menonjol.
Adanya gejala-gejala lain yang sifatnya sementara (untuk beberapa hari), khususnya
8
depresi, tidak membetalkan diagnosis utama Gangguan anxietas menyeluruh,
selema hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari episode depresi, gangguan
anxietas fobik, gangguan panik atau gangguan obsesif kompulsif.
Diagnosis Berdasarkan PPDGJ-III
F41 Gangguan Anxietas Lainnya
• Manifestasi anxietas merupakan gejala utama dan tidak terbatas (not restricted) pada
situasi lingkungan tertentu saja.
• Dapat disertai gejala-gejala depresif dan obsesif, bahkan beberapa unsure dari anxietas
fobik, asal saja jelas bersifat sekunder atau ringan.
F41.0 Gangguan Panik (anxietas paroksismal episodik)
• Gangguan panic baru ditegakkan sebagai diagnosis utama bila tidak ditemukan adanya
gangguan ansietas fobik (F40.-)
• Untuk diagnostik pasti, harus ditemukan adanya bebrapa kali serangan anxietas berat
(severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira satu bulan:
a) Pada keadaan-keadaan dimana sebenarnya secara objektif tidak ada bahaya;
b) Tidak terbatas pada situasi yang telah diketahui atau dapat diduga sebelumnya
(unpredictable situation)
c) Dengan keadaan yang relative bebas dari gejala-gejala anxietas pada periode di
antara serangan-serangan panic (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi
“anxietas antisipatorik”, yaitu anxietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu
yang mengkhawatirkan akan terjadi).
F41.1 Gangguan Cemas Menyeluruh.
Pedoman Diagnostik
• Penderita harus menunjukkan anxietas sebagai gejala primer yang berlangsung hampir
setiap hari untuk beberapa minggu sampai beberapa bulan, yang tidak terbatas atau
hanya menonjol pada keadaan situasi khusus tertentu saja (sifatnya “free floating” atau
“mengambang”)
• Gejala-gejala tersebut biasanya mencakup unsur-unsur berikut:
a. kecemasan (khawatir akan nasib buruk, merasa seperti diujung tanduk , sulit
konsentrasi dan dsb.)
b. ketegangan motorik (gelisah,sakit,kepala,gemetaran tidak dapat santai)
9
c. overaktifitas otonomik (kepala terasa ringan , berkeringat, jantung berdebar-
debar,sesak napas, keluhan lambung, pusing kepala, mulut kering dsb)
d. pada anak-anak sering terlihat adanya kebutuhan berlebihan untuk
ditenangkan (reassurance) serta keluhan-keluhan somatik berulang yang
menonjol.
e. adanya gejala-gejala lain yang bersifat sementara (untuk beberapa hari),
khususnya depresi, tidak membatalkan diagnosis utama gangguan anxietas
menyeluruh, selama hal tersebut tidak memenuhi kriteria lengkap dari
episode depresi (F32.), gangguan anxietas fobik (F40) gangguan panik
(F41,0) atau gangguan obsesif-kompulsif (F42).
F41. 2 Gangguan campuran anxietas dan depresi
Pedoman diagnostik
Terdapat gejala-gejala anxietas maupun depresi, dimana masing-masing tidak
menunjukkan rangkaian gejala yang cukup berat untuk menegakkan diagnostic
tersendiri. Untuk anxietas, beberapa gejala otonomik harus ditemukan walaupun
tidak terus menerus, disamping rasa cemas atau kekhawatiran berlebihan.
Bila ditemukan anixetas berat disertai depresi yang lebih ringan, maka harus
dipertimbangkan kategori gangguan anxietas lainnya atau gangguan anxietas fobik.
Bila ditemukan sindrom depresi dan anxietas yang cukup berat untuk menegakkan
diagnostik tersebut harus dikemukakan, dan diagnosis gangguan campuran tidak
fdapat digunakan. Jika karena suatu hal hanya dapat dikemukakan datu
diagnostikmaka gangguan depresif harus diutamakan.
Bila gejala-gejala tersebut berkaitan erat dengan stress kehidupan yang jelas, maka
harus digunakan kategori F43.2 gangguan penyesuaian.
F41.3 Gangguan Anxietas Campuran lainnya
Pedoman Diagnostik
Memenuhi criteria gangguan anxietas menyeluruh dan juga menunjukkan
(meskipun hanya dalam jangka waktu pendek) ciri-ciri yang menonjol dari kategori
gangguan F40-F49, akan tetapi tidak memenuhi kriterianya secara lengkap.
Bila gejala-gejala yang memenuhi criteria dari kelompok gangguan ini terjadi dalam
kaitan dengan perubahan atau stress kehidupan yang bermakna, maka dimasukkan
dalam kategori F43.2, gangguan penyesuaian.
10
F41.8 Gangguan Anxietas lainnya YTD
F41.9 gangguan anxietas YTT
Diagnosis Banding
Diagnosis banding gangguan kecemasan menyeluruh adalah semua kondisi medis
yang menyebabkan kecemasan. Pemeriksaan medis harus termasuk tes kimia darah standar,
elektrokardiogram, dan tes fungsi tiroid. Klinisi harus menyingkirkan intoksikasi kafein,
penyalahgunaan stimulan, putus alkohol dan putus sedatif atau hipnotik.
Terapi
Pengobatan yang paling efektif untuk pasien dengan kecemasan menyeluruh adalah
pengobatan yang mengkombinasikan psikoterapi dan farmakoterapi. Pengobatan mungkin
memerlukan cukup banyak waktu bagi klinisi yang terlibat.
1. Psikoterapi
Pendekatan psikoterapi untuk gangguan kecemasan menyeluruh meliputi :
a. Terapi kognitif perilaku, terapi ini memiliki keunggulan jangka panjang dan jangka
pendek. Pendekatan kognitif secara langsung menjawab distorsi kognitif pasien dan
pendekatan perilaku menjawab keluhan somatik secara langsung.
b. Terapi suportif, terapi yang menawarkan ketentraman dan kenyamanan bagi pasien.
c. Terapi berorientasi tilikan, memusatkan untuk mengungkapkan konflik bawah sadar
dan mengenali keuatan ego pasien.
2. Farmakoterapi
Golongan benzodiazepine sebagai “drug of choice” dari semua obat yang
mempunyai efek anti-anxietas, disebabkan spesifitas, potensi dan keamanannya. Spektrum
klinis benzodiazepine meliputi efek antianxietas, anti konvulsan, anti insomnia, premdikasi
tindakan operatif.
a. Benzodiazepin
Merupakan pilihan obat pertama. Pemberian benzodiazepine dimulai dengan dosis
terendah dan ditingkatkan sampai mencapai respons terapi. Penggunaan sediaan dengan
waktu paruh menengah dan dosis terbagi dapat mencegah terjadinya efek yang tidak
diinginkan. Lama pengobatan rata-rata 2-6 minggu, dilanjutkan dengan masa tapering off
selama 1-2 minggu. Spektrum klinis Benzodiazepin meliputi efek anti-anxietas,
11
antikonvulsan, anti-insomnia, dan premedikasi tindakan operatif. Adapun obat-obat yang
termasuk dalam golongan Benzodiazepin antara lain :
• Diazepam, dosis anjuran oral = 2-3 x 2-5 mg/hari; injeksi = 5-10 mg im/iv),
broadspectrum
• Chlordiazepoxide, dosis anjuran 2-3x 5-10 mg/hari, broadspectrum
• Lorazepam, dosis anjuran 2-3x 1 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, untuk pasien-pasien dengan
kelainan hati dan ginjal
• Clobazam, dosis anjuran 2-3 x 10 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas, psychomotor performance
paling kurang terpengaruh, untuk pasien dewasa dan usia lanjut yang masih ingin tetap aktif
• Bromazepam, dosis anjuran 3x 1,5 mg/hari, dosis anti-anxietas dan anti-insomnia
berjauhan (dose-related), lebih efektif sebagai anti-anxietas.
• Alprazolam, dosis anjuran 3 x 0,25 – 0,5 mg/hari, efektif untuk anxietas tipe
antisipatorik, “onset of action” lebih cepat dan mempunyai komponen efek anti-depresi.
b. Non-benzodoazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron lebih efektif dalam
memperbaiki gejala kognitif dibanding gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal.
Dosis anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek klinisnya baru terasa setelah 2-
3 minggu. Terdapat bukti bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan Benzodiazepin
tidak akan memberikan respon yang baik dengan Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan
bersama antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian dilakukan tapering
Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.
Efek Samping Obat Anxietas
Efek samping obat anxietas dapat berupa:
• sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,
kemampuan kognitif melemah)
• relaksasi otot (rasa lemas, cepat lelah)
Potensi menimbulkan ketergantungan obat disebabkan oleh efek obat yang masih
dapat dipertahankan setelah dosis terakhir, berlangsung sangat singkat. Penghentian obat
12
secara mendadak akan menimbulkan gejala putus obat (rebound phenomena), yaitu pasien
menjadi iritabel, bingung, gelisah, imsomnia, tremor, palpitasi, keringat dingin, konvulsi,
dan lain-lain.hal ini berkaitan dengan penurunan kadar benzodiazepin dalam plasma.
Untuk obat benzodiazepin dengan waktu paruh pendek lebih cepat dan hebat gejala
putus obatnya dibandingkan dengan obat benzodiazepin dengan waktu paruh panjang.
Misalnya clobazam, sangat minimal dalam menimbulkan gejala putus obat. Benzodiazepin
tidak dianjurkan diberikan kepada pasien-pasien yang memiliki riwayat peminum alkohol,
penyalahgunaan obat, atau unstable personality karena sering menimbulkan ketergantungan
relatif.
Untuk mengurangi resiko ketergantungan obat maksimum lama pemberian 3 bulan
(100 hari) dalam rentang dosis terapeutik.
Pengaturan dosis Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) -> naikan dosis setiap 3 -5 hari sampai mencapai
dosi optimal -> dipertahankan 2-3 minggu -> diturunkan 1/8 kali setiap 2- 4 minggu ->
dosis minimal yang masih efektif (maintenance dose) -> bila kambuh di naikkan lagi dan
bila tetap efektif perthankan 4-8 minggu -> tapering off.
Prognosis
Perlangsungan dari gangguan ini bersifat kronis residif dan prognosisnya sukar
diramalkan. Sebanyak 25 % dari penderita gangguan ini mengalami gangguan panik.
4. Plan
Aksis I :
Dari autoanamnesis dan pemeriksaan status mental ditemukan adanya rasa cemas
dan jantung berdebar disertai keringat dingin, gelisah, rasa panas pada lambung sehingga
menimbulkan penderitaan (distress) bagi pasien sehingga pasien dikatakan menderita
gangguan jiwa. Pada pemeriksaan status mental tidak ditemukan hendaya berat dalam
menilai realita sehingga pasien dikatakan mengalami gangguan jiwa non psikotik. Pada
pemeriksaan status internus dan neurologi tidak ditemukan keluhan maka pasien dikatakan
mengalami gangguan jiwa non psikotik non organik.
Pada pasien ini ditemukan adanya tanda kecemasan berupa khawatir, jantung
berdebar, keringat dingin dan rasa panas pada lambung yang dirasakan hampir setiap hari
selama 3 bulan, maka berdasarkan PPDGJ III didiagnosis Gangguan Cemas Menyeluruh
13
(F41.1).
Aksis II : ciri kepribadian tidak khas
Aksis III : tidak ditemukan kelainan organobiologi
Aksis IV : stressor psikososial : Cemas dan khawatir karena kekasih pasien menuntut
untuk menikah secepat mungkin.
Aksis 5 : GAF Scale 70-61 berupa gejala ringan dan menetap, disabilitasi ringan
dalam fungsi, secara umum masih baik
RENCANA TERAPI
Farmakoterapi
- Alprazolam 0,5 mg 3 x ½ tab
Psikoterapi suportif
- Ventilasi: memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan
dan keluhannya sehingga pasien merasa lega.
- Konseling: memberikan penjelasan dan pengertian kepada pasien sehingga dapat
membantu pasien dalam memahami penyakitnya dan bagaimana cara menghadapinya
dan menganjurkan untuk berobat teratur.
- Sosioterapi: memberikan penjelasan kepada pasien, keluarga pasien dan orang-orang
disekitarnya sehingga mereka dapat memberikan dukungan moral dan menciptakan
lingkungan yang kondusif agar dapat membantu proses penyembuhan.
Pendidikan
Menjelaskan prognosis penyakit dan efek samping dari farmakoterapi yang mungkin
terjadi
Konsultasi
Dilakukan konsultasi pada dokter spesialis jiwa
Rujukan
Diperlukan jika terjadi komplikasi dan efek samping dari farmakoterapi serius yang harus
ditangani di rumah sakit dengan sarana dan prasarana yang lebih memadai.
Makassar, 6 Juni 2014
Peserta, Pendamping,
14
dr. Siti Aisyah Permatasari dr. Musbicha
15