portofolio abses peritonsil dr.dinda dr.quamila
DESCRIPTION
laporan kasus dan materi abses peritonsilTRANSCRIPT
PORTOFOLIO
Topik : Abses Peritonsil
Tanggal (kasus) : 4 Mei 2013 Presenter : dr. Quamila Fahrizani Afdi
dr. Dinda Yenviarti
Tanggal Presentasi : 16 Mei 2013 Pendamping : dr. Aan Widhi Anningrum
dr. Dharmanto S.
Tempat Presentasi : RSUD H. Damanhuri Barabai
Obyektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Laki-laki, usia 25 tahun, dengan keluhan sulit dan nyeri menelan sejak lebih
kurang 1 minggu, keluhan disertai dengan demam serta mulut yang sukar dibuka.
Tujuan : mengetahui diagnosis dan tatalaksana pasien dengan Otitis Eksterna
Bahan bahasan Tinjauan
pustaka
Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi
dan dikusi
Email Pos
Data Pasien : Nama : Tn. A Nomor Registrasi : -
Nama Wahana : RSUD H.
Damanhuri
Telp : - Terdaftar sejak : 4 Mei 2013
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis / Gambaran Klinis :
Sulit dan nyeri menelan sejak lebih kurang 1 minggu, keluhan disertai dengan demam,
mulut yang sukar dibuka, serta mulut berbau tidak sedap.
Keluhan nyeri menelan cukup sering dialami pasien (berulang) dan pasien pernah
berobat ke Puskesmas dengan: pembesaran amandel.
Sekitar 2 minggu sebelumnya pasien tertusuk tulang ikan didaerah sekitar amandel nya.
Higiene mulut pasien buruk.
Keluhan nyeri pada telinga ada seminggu yang lalu bersamaan dengan nyeri dan sukar
menelan, sekarang nyeri pada telinga sudah berkurang.
2. Riwayat pengobatan :
Pasien sebelumnya hanya berobat ke Puskesmas karena keluhan nyeri menelan yang
1
berulang (tonsilitis)
3. Riwayat kesehatan / penyakit :
Pasien tidak pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang mengeluhkan keluhan yang sama dengan pasien.
5. Riwayat pekerjaan : -
Pasien adalah seorang wiraswasta.
Hasil Pembelajaran :
Diagnosis dan tatalaksana pasien dengan abses peritonsil.
Rangkuman Hasil Pembelajaran Portofolio :
1. Subjektif :
Sulit dan nyeri menelan sejak lebih kurang 1 minggu, keluhan disertai dengan demam,
mulut yang sukar dibuka, serta mulut berbau tidak sedap.
Keluhan nyeri menelan cukup sering dialami pasien (berulang) dan pasien pernah
berobat ke Puskesmas dengan: pembesaran amandel.
Sekitar 2 minggu sebelumnya pasien tertusuk tulang ikan didaerah sekitar amandel nya.
Higiene mulut pasien buruk.
Keluhan nyeri pada telinga ada seminggu yang lalu bersamaan dengan nyeri dan sukar
menelan, sekarang nyeri pada telinga sudah berkurang.
2. Objektif :
Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis cooperative
Frekuensi nadi : 98 x/menit
Frekuensi nafas : 22 x/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Suhu : 38,2o C
Pemeriksaan Sistemik
Kepala : tidak ada kelainan
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : tidak teraba pembesaran KGB
Paru : dalam batas normal
Jantung : dalam batas normal
2
Abdomen : dalam batas normal
Extremitas : oedem (- /-)
Status Lokalis
Orofaring dan Mulut
Mulut : Trismus (+) 1 cm
Pemeriksaan Kelainan Dekstra Sinistra
Palatum mole & arkus
faring
Simetris/tidak Tidak Simetris
Warna Hiperemis
Edema Ada
Bercak/eksudat Tidak ada
Dinding faringWarna Merah muda Merah muda
Permukaan Rata Rata
Tonsil
Ukuran Sulit dinilai Sulit dinilai
Warna Hiperemis Hiperemis
Permukaan Tidak rata Tidak rata
Muara kripti Tidak melebar Tidak melebar
Detritus Tidak ada Tidak ada
Eksudat Tidak ada Tidak ada
Perlengketan dengan
pilarSulit dinilai Sulit dinilai
Peritonsil
Warna Hiperemis Hiperemis
Edema Tidak ada Ada (?)
Abses Tidak ada Ada (?)
Tumor
Lokasi Tidak ada Tidak ada
Bentuk Tidak ada Tidak ada
Ukuran Tidak ada Tidak ada
Permukaan Tidak ada Tidak ada
Konsistensi Tidak ada Tidak ada
GigiKaries/radiks Ada Ada
Kesan Higiene mulut buruk
Lidah
Warna Merah muda
Bentuk Dalam batas normal
Deviasi Tidak ada
Massa Tidak ada
3
Gambar
Hasil Laboratorium :
Hb : 14,6 gr/dL
Leukosit : 13.700 ribu/mm3
Eritrosit : 5,34 juta/mm3
Trombosit : 228.000 ribu/mm3
Hematokrit : 43%
Diff count : 0/0/0/82/12/6
3. Assesment (Penalaran Klinis)
Abses Peritonsil (Quincy)
Etiologi
Abses peritonsil biasanya merupakan komplikasi tonsilitis akut atau
infeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Weber di kutub atas tonsil.
Biasanya kuman penyebabnyasama dengan kuman penyebab tonsillitis, yaitu ; grup A
streptokokus β hemolitikus, pneu,okokus, Streptokokus viridian, dan Streptokokus piogenes
Mikroorganisme lain yang dapat menjadi penyebab abses peritonsil adalah
laktobasilus, actinomyces, spesies Neisseria, diphtheroid, dan spesies Bacteroides. Beberapa
bukti menunjukkan bahwa bakteri aerob dan anaerob sering menyebabkan abses peritonsil.
Patofisiologi
Patofisiologi abses peritonsil belum diketahui secara pasti. Namun teori yang paling
banyak diterima adalah perkembangan dari episode tonsilitis eksudatif ke peritonsillitis dan
kemudian terjadi proses pembentukan abses.
Daerah superior dan lateral fosa tonsilaris merupakan jaringan ikta longgar, okeh
karena itu infiltrasi supurasi ke ruang potensial peritonsil tersering menempati daerah ini. Pada
4
stadium permulaan (tadium infiltrate), terjadi proses pembengkakan dan tampak permukaan
peritonsil hipere,is. Bila prosses berlanjut, terjadi supurasi sehingga daerah tersebut lebih
lunak. Pembengkakan peritonsil akan mendorong tonsil dan uvula ke arah kontralateral. Bila
proses berlangsung terus, peradangan jaringan di sekitarnya akan menyebabkan iritasi pada
m.pterigoid interna sehingga timbul trismus.
Teori lain menyatakan abses peritonsil di kelenjar Weber. Kelenjar ludah minor ini
ditemukan di ruang peritonsil dan diperkirakan berfungsi membantu pembersihan debris dari
amandel. Kemungkinan, obstruksi kelenjar Weber akibat infeksi, nekrosis jaringan dan proses
pembentukan abses, mengakibatkan terjadinya abses peritonsil.
Manifestasi Klinis
Pasien abses peritonsil biasanya datang ke klinik dengan keluhan utama nyeri menelan
(odinofagia). Selain itu pasien juga mengeluhkan demam, lemah, lesu serta nyeri kepala. Pada
kasus yang agak berat, terdapat sulit menelan (disfagia), nyeri alih ke telinga pada sisi
terbentuknya abses peritonsil , salivasi yang meningkat, serta trismus. Pembengkakan
peritonsil mengganggu artikulasi sehingga pasien sulit berbicara dan mengakibatkan suara
gumam (hot potato voice).
Inspeksi terperinci pada daerah yang membengkak mungkin sulit karena
ketidakmampuan pasien membuka mulut. Pemeriksaan mulut dengan menggunakan spatula
5
lidah menyebabkan pasien merasa tidak nyamandan ada rasa ingin muntah. Diagnosis sering
hamper pasti dapat ditegakkan bila pemeriksa melihat pembengkakan peritonsil yang luas,
mendorong uvula melewati garis tengah, dengan edema dari palatum mole. Tonsil sendiri
dapat terlihat bengkak, hiperemis, dan mungkin banyak detritus. Tonsil juga dapat terdorong
ke arah medial, depan, ataupun bawah,
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien yang dicurigai abses peritonsil perlu dilakukan pemeriksaan darah
lengkap. Selain itu perlu dilakukan juga throat culture atau throat swab and culture.
Pemeriksaan ini diperlukan untuk identifikasi organisme yang infeksius. Hasilnya dapat
digunakan untuk pemilihan antibiotik yang tepat dan efektif, sehingga dengan pemebrian
antibiotic yang tepat dengan sendirinya akan mencegah timbulnya resistensi antibiotik.
Prosedur diagnosis juga dapat dilakukan dengan melakukan Aspirasi jarum (needle
aspiration). Tempat aspiration dibius / dianestesi menggunakan lidocaine dengan epinephrine
dan jarum besar (berukuran 16–18) yang biasa menempel pada syringe berukuran 10cc.
Aspirasi material yang bernanah (purulent) merupakan tanda khas, dan material dapat dikirim
ke bagian mikrobiologi untuk dibiakkan.
Foto rontgen jaringan lunak lateral nasofaring dan orofaring juga dapat dilakukan
untuk menyingkirkan diagnosis abses retropharyngeal. Selain itu di beberapa negara maju
digunakan ultrasonografi oral sebagai pemeriksaan penunjang pasien yang dicurigai
mengalami abses peritonsil. Gambaran yang diharapkan muncul adalah gambaran kompleks
massa bercampur dengan gambaran ecoic.
Diagnosis Banding
Abses peritonsil dapat didiagnosis banding dengan penyakit-penyakit abses leher
dalam lainnya yaitu, abses retrofaring, abses parafaring, abses submandibula,dan angina
ludovici. Hal ini dikarenakan pada semua penyakit abses leher dalam nyeri temggorok,
demam serta terbatasnya gerakan membuka mulut merupakan keluhan yang paling umum.
Untuk mebedakan abses peritonsil dengan penyakit abses leher dalam lainnya, diperlukan
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang cermat.
Penatalaksanaan
Pada stadium infiltrasi, diberikan antibiotika dosis tinggi dan obat simtomatik. Juga
perlu kumur-kumur dengan air hangat dan kompres dingin pada leher. Antibiotik yang
6
diberikan ialah penisilin 600.000-1.200.000 unit atau ampisilin/amoksisilin 3-4 x 250-500 mg
atau sefalosporin 3-4 x 250-500 mg, metronidazol 3-4 x 250-500 mg.
Bila telah terbentuk abses, dilakukan pungsi pada daerah abses, kemudian diinsisi
untuk mengeluarkan nanah. Tempat insisi ialah di daerah yang paling menonjol dan lunak,
atau pada pertengahan garis yang menghubungkan dasar uvula dengan geraham atas terakhir.
Intraoral incision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa overlying abses, biasanya
diletakkan di lipatan supratonsillar. Drainase atau aspirate yang sukses menyebabkan
perbaikan segera gejala-gejala pasien.
Bila terdapat trismus, maka untuk mengatasi nyeri, diberikan analgesia lokal di
ganglion sfenopalatum. Pada pasien abses peritonsil juga perlu dilakukan tonsilektomi.
Prognosis
Abses peritonsil merupakan penyakit yang jarang menyebabkan kematian kecuali jika
terjadi komplikasi berupa abses pecah spontan dan menyebabkan aspirasi ke paru. Selain itu
komplikasi ke intrakranial juga dapat membahayakan nyawa pasien. Abses peritonsil hampir
selalu berulang bila tidak diikuti dengan tonsilektomi., maka perlu dilakukan tonsilektomi
pada pasien abses peritonsil. Tonsilektomi sebaiknya dilakukan pada saat peradangan telah
mereda, biasanya terdapat jaringan fibrosa dan granulasi pada saat operasi.
4. Plan
1. Diagnosis : Susp. abses peritonsil dd/ tumor tonsil
2. Pemeriksaan penunjang : Aspirasi jarum
3. Penatalaksanaan : (pasien menolak dirujuk ke Spesialis THT di Kandangan)
IVFD RL 20 tetes/ menit
Ranitidin inj 1 amp/ 12 jam IV
Ketorolac inj 30 mg/ 8 jam IV
Ceftriaxon inj 2 gr/ 24 jam IV
Metronidazole inf 500 mg/ 8 jam
Betadine gargle 3 x sehari
Diet : Makanan lunak TKTP
4. Follow up :
5 Mei 2013 :
S/ :
7
- Abses pecah sendiri, keluar cairan berwarna putih disertai darah
- Demam (-)
- Nyeri menelan (+)
- Sulit membuka mulut (+)
O/ :
KU : Sedang
Kes : CMC
TD : 100/80 mmHg
Nadi : 80 x/i
Nafas : 16 x/i
Status lokalis : tonsil ukuran sulit dinilai, hiperemis, permukaan tidak rata, eksudat (-);
peritonsil kiri edema (+), abses (+)↓ , hiperemis, pus (+), darah (-)
A/ : Abses peritonsil kiri
P/ :
IVFD RL 20 tetes/ menit
Ranitidin inj 1 amp/ 12 jam IV
Ketorolac inj 30 mg/ 8 jam IV
Ceftriaxon inj 2 gr/ 24 jam IV
Metronidazole inf 500 mg/ 8 jam
Betadine gargle 3x sehari
Diet : Makanan lunak TKTP
6 Mei 2013
S/ :
- Abses (+)↓↓
- Demam (-)
- Nyeri menelan (+)
- Sulit membuka mulut (+)
O/ :
KU : baik
Kes : CMC
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 82 x/i
Nafas : 18 x/i
8
Status lokalis : tonsil ukuran sulit dinilai, hiperemis, permukaan tidak rata, eksudat (-);
peritonsil kiri edema (+), abses (+)↓, hiperemis, pus (+), darah (-)
A/ : abses peritonsil kiri dengan perbaikan
P/ : pasien pulang atas permintaan sendiri
Paracetamol tab 3 x 500 mg, bila nyeri
Cefixim tab 2 x 400 mg selama 5 hari
Metronidazol tab 3 x 500 mg
Diet : Makanan lunak TKTP
Jaga kebersihan oral
Betadine gargle 3x sehari
Kontrol kembali ke poli THT
Daftar Pustaka :
1. Gosselin BJ. Peritonsillar Abscess. February 4, 2010. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/194863-overview#aw2aab6b2b1aa. Diakses
pada tanggal: 10 Mei 2013
2. Steyer TE. Peritonsillar Abscess. January 1, 2001. Available at :
http://www.aafp.org/afp/2002/0101/p93.html. Diakses pada tanggal: 10 Mei 2013
3. Rusmarjono, Hermani B. Nyeri Tenggorok. In : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Editor : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD. 6th edition. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008;214.
4. Rusmarjono, Hermani B. Abses Leher Dalam. In : Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Editor : Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD. 6th edition. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2008;226-7.
5. Adam G, Boeis LR, Highler PA. Selulitis Peritonsilaris dan Abses (Quincy). In : Buku
Ajar Penyakit THT. Editor : Effendi H, Santoso RAK. 6th edition. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2000;333
6. Vorvick LJ. Peritonsillar Abscess. November, 23 2010. Available at :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000986.htm. Diakses pada tanggal:
10 Mei 2013
9