porto folio

46
PORTOFOLIO Hipertensi PERIODE 15 JULI 2013 – 23 SEPTEMBER 2013 Oleh : Aulia Shahnaz 54081001064 Pembimbing: Dr. H.M.A. Husnil Farouk, MPH BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG 2012/2013

Upload: aulia-shahnaz

Post on 21-Jan-2016

16 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Porto Folio

PORTOFOLIOHipertensi

PERIODE 15 JULI 2013 – 23 SEPTEMBER 2013

Oleh :Aulia Shahnaz54081001064

Pembimbing:Dr. H.M.A. Husnil Farouk, MPH

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA PALEMBANG2012/2013

Page 2: Porto Folio

HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus dengan Judul :

Hipertensi

Disusun Oleh :

Aulia Shahnaz54081001064

Telah diterima sebagai salah satu tugas dalam mengikuti Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kedokteran Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang.

Mengetahui, Kepala Puskesmas Pembina Palembang

Palembang, 20 Agustus 2013 Pembimbing,

drg.Lizanna Farianty

196209031992032004

Page 3: Porto Folio

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan portofolio yang berjudul Hipertensi. Di kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dr. H.M.A. Husnil Farouk, MPH selaku pembimbing yang telah membantu penyelesaian portofolio ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada drg. Lizanna Farianty selaku kepala puskesmas padang selasa, dr. Hj. Salmah Hamid, MM selaku dokter umum di puskesmas padang selasa, seluruh petugas yang berkerja di puskesmas padang selasa, dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan portofolio ini. Portopolio ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat kami harapkan.

Demikianlah penulisan portopolio ini, semoga bermanfaat, amin.

Palembang, Agustus 2013

Penulis

Page 4: Porto Folio

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. iHALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iiKATA PENGANTAR..........................................................................................iiiDAFTAR ISI ........................................................................................................ivBAB I KASUS..........................................................................................................

A. Anamnesis.....................................................................................................B. Pemeriksaan Fisik........................................................................................C. Pemeriksaan Penunjang..............................................................................D. Diagnosis Banding........................................................................................E. Diagnosis.......................................................................................................F. Terapi............................................................................................................G. Komplikasi....................................................................................................H. Prognosis.......................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................A. Definisi............................................................................................................B. Etiologi............................................................................................................C. Manifestasi Klinik.........................................................................................D. Patofisiologi....................................................................................................E. --------F. -----------

BAB III PENCEGAHAN DAN PEMBINAAN.....................................................A. Genogram.....................................................................................................B. Home visit.....................................................................................................C. Denah Rumah...............................................................................................D. Denah Lokasi................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................

Page 5: Porto Folio

BAB IKASUS

Nama Penderita : Tn. Ahmad HJenis Kelamin : Laki-lakiUmur : 54 tahunDokter Muda Pembina : Aulia Shahnaz, S.Ked

A. AnamnesisKeluhan Utama : sering pusing-pusing dan tegang pada leher belakangRPP : Sekitar 1 tahun yang lalu os sering merasa pusing secara tiba-tiba,

kadang os merasa pengelihatannya manjadi gelap, susah tidur, mual (-), muntah (-), pusing yang berputar-putar (-), os hanya meminum obat warung bila keluhan mulai dirasakan. Os belum pernah berobat sebelumnya.

RPK : hipertensi (+), ayah Os

B. Pemeriksaan FisikKeadaan Umum  : Tampak sakit sedang

Kesadaran  :  Compos Mentis

Tekanan Darah  :  160/100 mmHg

Nadi  :  118 x/m regular, isi dan tegangan cukup

Temperatur  :  36.7 ºC di axilla

RR  :  38 x/m, tipe thoracoabdominal

Berat Badan  :  68 kg

Tinggi Badan  :  160 cm

Lingkar Perut  :  91 cm

Page 6: Porto Folio

Keadaan Spesifik

Kulit

Warna sawo matang, efloresensi tidak ada, scar tidak ada, pigmentasi dalam batasnormal, ikterus pada kulit tidak ada, temperatur kulit normal, keringat umumtidak ada, keringat setempat tidak ada, pucat pada telapak tangan dan kaki tidak ada, sianosis tidak ada, lapisan lemak cukup. 

Kelenjar Getah Bening

Kelenjar getah bening submandibular, leher, axilla, dan inguinal tidak adapembesaran, nyeri tekan tidak ada.

Kepala

Bentuk bulat, simetris, rambut rontok ada, deformitas tidak ada, perdarahan temporal tidak ada, dan nyeri tekan tidak ada.

Mata

Eksopthalmus dan Endopthalmus tidak ada, edema palpebra tidak ada, conjungtiva palpebra kedua mata pucat tidak ada, sklera ikterik tidak ada, pupili sokor, refleks cahaya baik, penglihatan kabur pada kedua mata tidak ada, gerakan bola mata ke segala arah dan simetris, lapangan penglihatan baik.

Hidung

Bagian luar tidak ada kelainan, septum dan tulang-tulang perabaan baik. Selaputlendir dalam batas normal. Tidak ditemukan adanya penyumbatan danperdarahan. Pernapasan cuping hidung tidak ada.

Telinga

Tophi tidak ada, pada liang telinga tidak ada kelainan, nyeri tekanproc. mastoideus tidak ada, selaput pendengaran tidak ada kelainan, pendengaranbaik.

Mulut

Tonsil tidak ada pembesaran, pucat pada lidah tidak ada, atrofi papil tidak ada, gusi berdarah tidak ada, stomatitis tidak ada, rhagaden tidak ada, bau pernapasanyang khas tidak ada.

Page 7: Porto Folio

Leher

Pembesaran kelenjar getah bening tidak ada, pembesaran kelenjar tiroid tidak ada, JVP (5+0) cm H2O, hipertrofi m. sternocleidomastoideus tidak dijumpai. 

Dada

Bentuk thorax`normal simetris kanan dan kiri, sela iga tidak melebar, retraksi dinding thorax tidak ada, ginekomastia tidak ada, tidak ditemukan venectasis danspider nevi.

Paru-paru

Inspeksi  :  Statis, dinamis simetris kanan dan kiri

Palpasi  :  Stemfremitus kanan = kiri

Perkusi  :  Sonor di kedua lapangan paru

Auskultasi : Vesikuler (+) normal, ronkhi basah halus (-), wheezing (-)

Jantung

Inspeksi  :  Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi  :  Ictus cordis tidak teraba

Perkusi  : Batas atas jantung ICS II, kanan 1 jari lateral lineaparasternalis dextra, kiri linea axillaris anterior sinistra

Auskultasi :  HR: 118x/m, BJ I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen

Inspeksi  :  Cembung

Palpasi  :  Lemas, NT (-) Hepar dan Lien tidak teraba, undulasi (-)

Perkusi  :  Shifting Dullness (-)

Auskultasi :  Bising Usus (+) Normal

Ekstremitas Atas

Kedua ekstremitas atas tampak pucat tidak ada, palmar eritema tidak ada,

Page 8: Porto Folio

nyeriotot dan sendi tidak ada, gerakan kesegala arah, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, jari tabuh tidak ada, eutoni, eutropi, tremor tidak ada, edema ada pada kedua lengan dan tangan tidak ada.

Ekstremitas Bawah

Kedua ekstremitas bawah tidak tampak pucat, nyeri otot dan sendi tidak ada, kekuatan +5, refleks fisiologis normal, refleks patologis tidak ada, eutoni, eutrophi, varices tidak dijumpai, jaringan parut ada, pigmentasi dalam batas normal, jari tabuh tidak ada, turgor cukup, edema pretibial (-).

Alat Kelamin

Tidak diperiksa

C. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan Laboraturium :Hematologi

Hb  :  12 g/dl (normal : 12 – 16 g/dl)

Leukosit  :  4000 / mm3 (normal : 4000-10000/mm3)

Trombosit :  152.000/mm3(normal : 150.000-500.000/mm3)

BSS  :  112 mg/dl

D. Diagnosis BandingHipertensi stadium IIMigrantGangguan tidur

E. DiagnosisHipertensi stadium II

F. Terapi Medikamentosa

- Captropil 2x12,5mg- Vit. B12 1x1

Nonmedikamentosa- Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuh- Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Page 9: Porto Folio

- Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

- Ciptakan keadaan rileks- Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

- Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu.

- Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

G. Komplikasi- CHF- Side efek dari terapi: ACE inhibitors, merupakan kelas obat-obatan yang

bisa menyebabkan batuk panjang pada 10 hingga 15% pasien. Jangan teruskan obat tersebut. Jika batuk, berkonsultasilah dengan dokter untuk mencari obat pengganti yang lebih tepat. ACE inhibitors termasuk Lotensin, Monopril, Prinivil, Zestril, Accupril, Altace, Vasotec, dan Capoten.

H. PrognosisQuo ad vitam: dubia Quo ad fungtional: dubia

Page 10: Porto Folio

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

II.1. Tekanan darah

Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.

A. Klasifikasi

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg

Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg

Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg

Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg

Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering ditemukan pada usia lanjut.

Sejalan dengan bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah; tekanan sistolik terus meningkat sampai usia 80 tahun dan tekanan diastolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan atau bahkan menurun drastis.

Dalam pasien dengan diabetes mellitus atau penyakit ginjal, penelitian telah menunjukkan bahwa tekanan darah di atas 130/80 mmHg harus dianggap sebagai faktor risiko dan sebaiknya diberikan perawatan.

Page 11: Porto Folio

B. Pengaturan tekanan darah

Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya

Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat terjadi "vasokonstriksi", yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.Sebaliknya, jika:

Aktivitas memompa jantung berkurang

Arteri mengalami pelebaran

Banyak cairan keluar dari sirkulasi

Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Penyesuaian terhadap faktor-faktor tersebut dilaksanakan oleh perubahan di dalam fungsi ginjal dan sistem saraf otonom (bagian dari sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi tubuh secara otomatis).

C. Perubahan fungsi ginjalGinjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:

Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.

Page 12: Porto Folio

Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.

Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.

Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah; karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi. Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa menyebabkan naiknya tekanan darah.

D. Sistem saraf otonomSistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang

untuk sementara waktu akan:

Meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik tubuh terhadap ancaman dari luar)

Meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah yang lebih banyak)

Mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan meningkatkan volume darah dalam tubuh

Melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin), yang merangsang jantung dan pembuluh darah.

II.2. Definisi Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah satu faktor resiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.

Page 13: Porto Folio

The Joint National Community on Preventation, Detection evaluation and treatment of High Blood Preassure dari Amerika Serikat dan badan dunia WHO dengan International Society of Hipertention membuat definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah seseorang tekanan sistoliknya 140 mmHg atau lebih atau tekanan diastoliknya 90 mmHg atau lebih atau sedang memakai obat anti hipertensi.

Pada anak-anak, definisi hipertensi yaitu apabila tekanan darah lebih dari 95 persentil dilihat dari umur, jenis kelamin, dan tinggi badan yang diukur sekurang-kurangnya tiga kali pada pengukuran yang terpisah.

Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Hipertensi dikenal pula sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan kelompok sosial ekonomi. Hipertensi adalah suatu penyakit yang tidak menimbulkan gejala (asimptomatik). Apabila tidak terkontrol maka akan menyebabkan terjadinya gangguan pada organ-organ tubuh, seperti otak, jantung, ginjal, retina, aorta dan pembuluh darah tepi

Diketahui 9 dari 10 orang yang menderita hipertensi tidak dapat diidentifikasi penyebab penyakitnya. Itulah sebabnya hipertensi dijuluki pembunuh diam-diam atau silent killer. Seseorang baru merasakan dampak gawatnya hipertensi ketika telah terjadi komplikasi. Jadi baru disadari ketika telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan fungsi jantung, koroner, fungsi ginjal, gangguan fungsi kognitif atau stroke. Hipertensi pada dasarnya mengurangi harapan hidup para penderitanya.

Hipertensi selain mengakibatkan angka kematian yang tinggi (high case fatality rate) juga berdampak kepada mahalnya pengobatan dan perawatan yang harus ditanggung para penderita. Perlu pula diingat hipertensi berdampak pula bagi penurunan kualitas hidup.

Hipertensi sebenarnya dapat diturunkan dari orang tua kepada anaknya. Jika salah satu orang tua terkena Hipertensi, maka kecenderungan anak untuk menderita hipertensi adalah lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki orang tua penderita hipertensi.

II.3. Insiden Hipertensi

Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung,

Page 14: Porto Folio

pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia kurang dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur.

II.4. Diagnosis

Secara umum seseorang dikatakan menderita hipertensi jika tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg (normalnya 120/80 mmHg). Sistolik adalah tekanan darah pada saat jantung memompa darah ke dalam pembuluh nadi (saat jantung mengkerut). Diastolik adalah tekanan darah pada saat jantung mengembang dan menyedot darah kembali (pembuluh nadi mengempis kosong).

Sebetulnya batas antara tekanan darah normal dan tekanan darah tinggi tidaklah jelas, sehingga klasifikasi Hipertensi dibuat berdasarkan tingkat tingginya tekanan darah yang mengakibatkan peningkatan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Menurut WHO, di dalam guidelines terakhir tahun 1999, batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg, sedangkan bila lebih dari 140/90 mmHG dinyatakan sebagai hipertensi; dan di antara nilai tsb disebut sebagai normal-tinggi. (batasan tersebut diperuntukkan bagi individu dewasa diatas 18 tahun).

II.5. Penyebab  Hipertensi

A. Penyebab hipertensi secara epidemiologi

Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut “silent killer” karena sifatnya asimptomatik dan setelah beberapa tahun menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian hipertensi dan penyakit yang menyertainya.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18 tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke. Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang dewasa, peningkatan tekanan

Page 15: Porto Folio

darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.

Berdasarkan American Heart Association (AHA, 2001), terjadi peningkatan rata-rata kematian akibat hipertensi sebesar 21% dari tahun 1989 sampai tahun 1999. Secara keseluruhan kematian akibat hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%. Data Riskesdas menyebutkan hipertensi sebagai penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia.

Hipertensi perlu diwaspadai karena merupakan bahaya diam-diam. Tidak ada gejala atau tanda khas untuk peringatan dini bagi penderita hipertensi. Selain itu, banyak orang merasa sehat dan energik walaupun memiliki hipertensi. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Tekanan darah adalah kekuatan yang ditimbulkan oleh jantung yang berkontraksi seperti pompa, sehingga darah terus mengalir dalam pembuluh darah. Kekuatan itu mendorong dinding pembuluh arteri atau nadi. Tekanan darah diperlukan agar darah tetap mengalir dan mampu melawan gravitasi serta hambatan dalam dinding arteri. Tanpa adanya kekuatan secara terus – menerus dalam sistem peredaran, darah segar tidak dapat terbawa ke otak dan jaringan seluruh tubuh.

Tekanan darah yang paling rendah terjadi saat tubuh dalam keadaan istirahat atau tidur dan akan naik sewaktu latihan atau berolahraga. Hal ini disebabkan dalam latihan atau olahraga diperlukan aliran darah dan oksigen yang lebih banyak untuk otot–otot. Jika terdapat hambatan misalnya karena penyempitan pembuluh arteri, tekanan darah akan meningkat dan tetap pada tingkat yang tinggi, semakin besar hambatan tekanan darah akan semakin tinggi.

Ada faktor pemicu penyebab tekanan darah tinggi yang tidak dapat dikendalikan. Ada juga yang dapat dikendalikan sehingga bisa mengatasi penyakit darah tinggi. Beberapa faktor tersebut antara lain:

1. Keturunan

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Jika seseorang memiliki orang-tua atau saudara yang memiliki tekanan darah tinggi, maka kemungkinan ia menderita tekanan darah tinggi lebih besar. Statistik menunjukkan bahwa masalah tekanan darah tinggi lebih tinggi pada kembar identik

Page 16: Porto Folio

daripada yang kembar tidak identik. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa ada bukti gen yang diturunkan untuk masalah tekanan darah tinggi.

2. Usia

Faktor ini tidak bisa dikendalikan. Penelitian menunjukkan bahwa seraya usia seseorang bertambah, tekanan darah pun akan meningkat. Anda tidak dapat mengharapkan bahwa tekanan darah Anda saat muda akan sama ketika Anda bertambah tua. Namun Anda dapat mengendalikan agar jangan melewati batas atas yang normal.

3. Garam

Faktor ini bisa dikendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes, penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit hitam.

4. Kolesterol

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan darah akan meningkat.

5. Obesitas / Kegemukan

Faktor ini bisa dikendalikan. Orang yang memiliki berat badan di atas 30% berat badan ideal, memiliki kemungkinan lebih besar menderita tekanan darah tinggi.

6. Stres

Faktor ini bisa dikendalikan. Stres dan kondisi emosi yang tidak stabil juga dapat memicu tekanan darah tinggi.

7. Rokok

Faktor ini bisa dikendalikan. Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi. Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi,

Page 17: Porto Folio

merupakan kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

8. Kafein

Faktor ini bisa dikendalikan. Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah.

9. Alkohol

Faktor ini bisa Anda kendalikan. Konsumsi alkohol secara berlebihan juga menyebabkan tekanan darah tinggi.

10. Kurang Olahraga

Faktor ini bisa dikendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah tinggi namun jangan melakukan olahraga yang berat jika menderita tekanan darah tinggi.

B. Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

1. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.

2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), kegemukan, konsumsi minuman beralkohol, merokok, kurang olah raga dan pemakaian obat-obatan dll. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.

Page 18: Porto Folio

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:

a. Penyakit Ginjal o Stenosis arteri renaliso Pielonefritiso Glomerulonefritiso Tumor-tumor ginjalo Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal

b. Kelainan Hormonal o Hiperaldosteronisme

o Sindroma Cushing

o Feokromositoma

c. Obat-obatan

o Pil KB

o Kortikosteroid

o Siklosporin

o Eritropoietin

o Kokain

o Penyalahgunaan alkohol

o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)

d. Penyebab Lainnya

o Koartasio aorta

o Preeklamsi pada kehamilan

o Porfiria intermiten akut

o Keracunan timbal akut.

Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:

Page 19: Porto Folio

Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya.

Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.

Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat.

Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.

Menurut Guytondan Hall efek lethal dari hipertensi terutama disebabkan tiga hal berikut:

(1) Kelebihan beban kerja pada jantung, yang menimbulkan perkembangan awal dari penyakit jantung kongestif, penyakit jantung koroner, atau keduanya, yang seringkali menyebabkan kematian akibat serangan jantung.

(2) Tekanan yang tinggi, yang seringkali menyebabkan rupturnya pembuluh darah utama di otak, yang diikuti oleh kematian pada sebagian besar otak, keadaan ini disebut infark serebral. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan nama ‘stroke’. Bergantung pada bagian otak mana yang terkena, stroke dapat menyebabkan kelumpuhan, demensia, kebutaan, atau berbagai 14 gangguan otak yang serius lainnya.

(3) Tekanan yang tinggi hampir selalu menyebabkan berbagai pendarahan pada ginjal, yang menimbulkan banyak kerusakan pada area ginjal, dan akhirnya terjadi gagal ginjal, uremia, dan kematian.

II.6. Peranan Angiotensin Converting Enzyme (ACE)

Enzim yang mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II disebut dengan Angiotensin Converting Enzyme (ACE). Perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II tidak saja terjadi di paru-paru, namun ACE ditemukan pula di sepanjang jaringan epitel pembuluh darah. Rangkaian dari seluruh sistem renin

Page 20: Porto Folio

sampai menjadi angiotensin II dikenal dengan Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem tersebut memegang peranan penting dalam patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam perjalanan penyakitnya. RAAS merupakan sistem hormonal yang kompleks berperan dalam mengontrol sism kardiovaskular, ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi tekanan darah.

Gambar Peranan ACE dalam menurunkan tekanan darah

Page 21: Porto Folio

Gambar Diagram mekanisme aksi dari ACE Inhibitor

Salah satu obat yang digunakan untuk mengembalikan tekanan darah pada penderita hipertensi yaitu ACE-inhibitor. ACE-inhibitor merupakan obat unggulan untuk penyakit kardiovaskular, terutama dalam memperbaiki fungsi dan anatomi pembuluh darah arteri, memperbaiki fungsi endotel, meregresi tunika media, meregresi dan menstabilkan plak aterosklerosis. Obat-obatan yang termasuk dalam ACE inhibitor tersebut bekerja dengan menghambat efek angiotensin II yang bersifat sebagai vasokonstriktor. Selanjutnya ACE menyebabkan degradasi bradikinin menjadi peptida inaktif atau dalam pengertian bradikinin tidak diubah. Dengan demikian peranan ACE pada hipertensi yaitu meningkatkan kadar bradikinin yang memberikan kontribusi sebagai vasodilatator untuk ACE-inhibitor. Akibat vasodilatasi maka menurunkan tahanan pembuluh peripheral, preload dan afterload pada jantung sehingga tekanan darah dapat diturunkan.

Page 22: Porto Folio

Peranan ACE di otak

Angiotensinogen merupakan molekul prkursor untuk angiotensin I, II, III enzim renin, angiotensin converting enzim (ACE) dan aminopeptidase A dan N yang seluruhnya dapat disintesis di dalam otak. Reseptor-reseptor angiotensin AT(1), AT(2), dan AT(4) juga disintesis di dalam otak. Reseptor AT(1) ditemukan di beberapa bagian otak, seperti paraventrikular hipothalamus, nukleus supraoptik, lamina terminalis, nukleus parabrachial lateral, dan medula ventrolateral yang diketahui mempunyai fungsi regulasi sistemkardiovaskular dan/atau keseimbangan eletrolit dan cairan tubuh. Studi immunohistokimia dan neuropharmakologi dapat menjelaskan bahwa angiotensinergic saraf digunakan angiotensin II dan/atau angiotensin III sebagai neurotransmiter atau neuromodulator di dalam bagian-bagian otak tersebut. Angiotensinoen disintesis terutama pada astrocytes, tetapi proses dimana angiotensin II menghasilkan atau menggabungkan dengan neuron untuk digunakan sebagai neurotransmiter masih belum jelas. Reseptor AT(4) serupa dengan insulin-regulated aminopeptidase (IRAP) dan berperan dalam mekanisme memory. Angiotensinergic pada saraf dan peptida-peptida angiotensin penting dalam fungsi saraf dan mempunyai peranan penting homeostasis, khususnya yang berhubungan dengan fungsi kardiovasculer dan osmoregulasi.

Peranan angiotensin II sangat penting pada sistem kardiovaskular dan homeostatic yang dapat mengaktifkan reseptor-reseptor spesifik terutama angiotensin II tipe 1 (AT1) yang berlokasi di dalam peripheral dan otak. Fakta memperlihatkan bahwa renin angiotensin system (RAS) di dalam otak penting untuk menjaga tekanan darah normal dan perkembangan pada hipertensi. Baru-baru ini telah diketahui keberadaan ACE2 di dalam otak berperan sebagai enzim yang memodulasi aktivitas RAS otak selama perkembangan hipertensi neurogenic.

Peranan reseptor AT1 yaitu menjaga keseimbangan cairan tubuh, tekanan darah, siklus hormon reproduksi, dan perilaku seksual. Reseptor AT2 mempunyai peranan pertumbuhan pembuluh darah (varcular) dan kontrol aliran darah. Reseptor AT4 terdistribusi pada neocortex, hippocampus, cerebelum, struktur ganglia basalis, dan beberapa jaringan periheral. Reseptor AT4 berperan dalam kemampuan memory, regulasi aliran darah, pertumbuhan neurit, angiogenesis dan fungsi ginjal.

Page 23: Porto Folio

Gambar Peranan ACE di otak

II.7. Gejala Klinis

Peninggian tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial dan tergantung dari tinggi rendahnya tekanan darah, gejala yang timbul dapat berbeda-beda. Kadang-kadang hipertensi esensial berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak dan jantung.

Perjalanan penyakit hipertensi sangat berlahan. Penderita hipertensi mungkin tidak menunjukkan gejala selama bertahun – tahun. Masa laten ini menyelubungi perkembangan penyakit sampai terjadi kerusakan organ yang bermakna.

Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala khusus. Gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu:

Page 24: Porto Folio

1) Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala2) Sering gelisah

3) Wajah merah

4) Tengkuk terasa pegal

5) Mudah marah

6) Telinga berdengung

7) Sukar tidur

8) Sesak nafas

9) Rasa berat di tengkuk

10) Mudah lelah

11) Mata berkunang-kunang

12) Mimisan (keluar darah dari hidung)

13) Mual14) Muntah15) Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada

otak, mata, jantung dan ginjal.

Hipertensi dapat diketahui dengan mengukur tekanan darah secara teratur. Penderita hipertensi, apabila tidak ditangani dengan baik, akan mempunyai resiko besar untuk meninggal karena komplikasi kardiovaskular seperti stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan gagal ginjal, target kerusakan akibat hipertensi antara lain:

Otak: menyebabkan stroke Mata: menyebabkan retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan

kebutaan

Jantung: menyebabkan penyakit jantung koroner (termasuk infark kantung), gagal jantung

Ginjal: menyebabkan penyakit ginjal kronik, gagal ginjal terminal

Page 25: Porto Folio

Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.

II.8. Pengobatan Hipertensi

Pengobatan hipertensi secara garis besar dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

1. Pengobatan non obat (non farmakologis)

Pengobatan non farmakologis kadang-kadang dapat mengontrol tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis menjadi tidak diperlukan atau sekurang-kurangnya ditunda. Sedangkan pada keadaan dimana obat anti hipertensi diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk mendapatkan efek pengobatan yang lebih baik.

Pengobatan non farmakologis diantaranya adalah :

a. Diet rendah garam/kolesterol/lemak jenuhb. Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada pengobatan farmakologis.

c. Ciptakan keadaan rileksBerbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat

mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.d. Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45

menit sebanyak 3-4 kali seminggu.e. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

2. Pengobatan dengan obat-obatan (farmakologis)

Page 26: Porto Folio

Obat-obatan antihipertensi. Terdapat banyak jenis obat antihipertensi yang beredar saat ini. Untuk pemilihan obat yang tepat diharapkan menghubungi dokter.

Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing) sehingga volume cairan ditubuh berkurang yang mengakibatkan daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh obatannya adalah Hidroklorotiazid dan Furosemide.

Penghambat Simpatetik

Golongan obat ini bekerja dengan menghambat aktivitas saraf simpatis (saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas ). Contoh obatnya adalah : Metildopa, Klonidin dan Reserpin.

Betabloker

Mekanisme kerja anti-hipertensi obat ini adalah melalui penurunan daya pompa jantung. Jenis betabloker tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap gangguan pernapasan seperti asma bronkial. Contoh obatnya adalah : Metoprolol, Propranolol dan Atenolol. Pada penderita diabetes melitus harus hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (kondisi dimana kadar gula dalam darah turun menjadi sangat rendah yang bisa berakibat bahaya bagi penderitanya). Pada orang tua terdapat gejala bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat harus hati-hati.

Vasodilator

Obat golongan ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah : Prasosin, Hidralasin. Efek samping yang kemungkinan akan terjadi dari pemberian obat ini adalah : sakit kepala dan pusing.

Penghambat enzim konversi Angiotensin

Cara kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah Kaptopril. Efek samping yang mungkin timbul adalah : batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

Page 27: Porto Folio

Antagonis kalsium

Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah : Nifedipin, Diltiasem dan Verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit, pusing, sakit kepala dan muntah.

Penghambat Reseptor Angiotensin II

Cara kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat Angiotensin II pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah Valsartan (Diovan). Efek samping yang mungkin timbul adalah : sakit kepala, pusing, lemas dan mual.

Dengan pengobatan dan kontrol yang teratur, serta menghindari faktor resiko terjadinya hipertensi, maka angka kematian akibat penyakit ini bisa ditekan.

Obat tradisional yang dapat digunakan untuk mengobati hipertensi sbb.

Murbei Daun cincau hijau

Seledri (tidak boleh lebih 1-10 gr per hari, karena dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara drastis)

Bawang Putih (tidak boleh lebih dari 3-5 siung sehari)

Rosela

Daun misai kucing

Minuman serai. Teh serai yang kering atau serai basah (fresh) diminum 3 kali sehari. Dalam seminggu dapat nampak penurunan tekanan darah tinggi

II.9. Pencegahan

1. Pencegahan Primer : a) Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari.b) Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak perbanyak

aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health Advisory from the National High

Page 28: Porto Folio

Blood Pressure Education Program Amerika Serikat bahwa  penurunan berat badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darah sampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg.

c) Kurangi minum minuman atau makanan beralkohol. Jika Anda menderita tekanan darah tinggi, sebaiknya hindari

konsumsi alkohol secara berlebihan. Untuk pria yang menderita hipertensi, jumlah alkohol yang diijinkan maksimal 30 ml alkohol per hari sedangkan wanita 15 ml per hari.

d) Konsumsi minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsi minyak ikan yang

mengandung asam lemak (omega-3) dapat menurunkan tekanan darah secara signifikan terutama bagi mereka yang menderita diabetes.

e) Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan kalsium. Kalium, magnesium dan kalsium mampu mengurangi tekanan darah tinggi.

2. Pencegahan Sekundera) Pola makanan yang sehat

Salah satu faktor penyebab utama terjadinya hipertensi adalah asteroklerosis. Kondisi ini disebabkan konsumsi lemak berlebih. Oleh karena untuk mencegah timbulnya hipertensi adalah mengurangi konsumsi lemak yang berlebih selain pemberian obat-obatan bilamana diperlukan. Pembatasan konsumsi lemak sebaiknya dimulai sejak dini sebelum hipertensi muncul, terutama pada orang-orang yang mempunyai riwayat keturunan hipertensi dan pada orang menjelang usia lanjut. Sebaiknya mulai umur 40 tahun pada wanita agar lebih berhati-hati dalam mengkonsumsi lemak karena mendekati menopause.

Prinsip utama dalam melakukan pola makan sehat adalah gizi seimbang, di mana mengkonsumsi beragam makanan yang seimbang yaitu:

Sumber karbohidrat: biji-bijian. Sumber protein hewani: ikan, unggas, daging putih, putih telur,

susu rendah/bebas lemak. Sumber protein nabati: kacang-kacangan dan polong-polongan

serta hasil olahannya. Sumber vitamin dan mineral: sayur dan buah-buahan segar.

Mengatur menu makanan sangat penting bagi penderita hipertensi  untuk mencegah komplikasi. Makanan yang harus dihindari adalah :

Page 29: Porto Folio

Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, usus, minyak kelapa, soto ayam, daging kambing)

Makanan  dan minuman dalam kaleng (sarden, soft drink) Makanan yang di olah dengan menggunakan garam natrium (ikan

asin, asinan) Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan, telur asin)

Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori dengan kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang mengandung kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan lemaknya tinggi. Di samping itu, agar melakukan aktifitas fisik yang cukup untuk mencapai kebugaran jasmani yang baik.

b) Mengurangi garam dan  natrium di diet andac) Fisik Aktifd) Mengurangi Akohol Intakee) Berhenti Merokok juga berperan besar untuk mengurangi tekanan

darah tinggi atau hipertensi.f) Hindari obat yang bisa meningkatkan tekanan darah. Konsultasikan ke

dokter jika Anda menerima pengobatan untuk penyakit tertentu, untuk meminta obat yang tidak meningkatkan tekanan darah.

3. Pencegahan Tersiera) Pengontrolan darah secara rutin

Periksa tekanan darah secara berkala. Dan lakukan pengecekan ulang minimal setiap 2 tahun untuk kelompok nomotensi dan setiap tahun untuk kelompok pre hipertensi, yaitu tekanan darah sistolik 120-139 mmHg atau diastolik 80-90mmHg.

b) Olahraga dengan teratur dan di sesuaikan dengan kondisi tubuh. Olahraga secara teratur bisa menurunkan tekanan darah tinggi. Jika

Anda menderita tekanan darah tinggi, pilihlah olahraga yang ringan seperti berjalan kaki, bersepeda, lari santai, dan berenang. Lakukan selama 30 hingga 45 menit sehari sebanyak 3 kali seminggu.

c) Jalankan terapi anti stres agar mengurangi stres dan Anda mampu mengendalikan emosi Anda.

II.10. Efek Samping Pengobatan Hipertensi

1) Kelelahan dan pusing

Page 30: Porto Folio

Jika tekanan darah sudah meningkat untuk beberapa waktu, pada saat obat digunakan dan tekanan darah kembali menurun perlahan, maka untuk sementara waktu terjadi pengurangan aliran darah di beberapa pembuluh darah (termasuk pembuluh darah di otak). Pembuluh darah yang mengerut memerlukan waktu untuk kembali rileks. Penurun aliran darah ini bisa menyebabkan kelelahan dan pusing.

Pasien yang merasa kelelahan saat menggunakan obat-obatan, bisa mengontrol gejala tersebut dengan mengonsumsi obat setiap selang beberapa hari. Jika menghentikan penggunaan, tekanan darah akan naik dan pasien merasa lebih baik. Tapi jika meneruskan siklus ini, mereka tidak akan pernah berhenti merasakan kelelahan, yang umumnya akan menghilang setelah dua hingga enam minggu terapi.

2) BatukACE inhibitors, merupakan kelas obat-obatan yang bisa menyebabkan

batuk panjang pada 10 hingga 15% pasien. Jangan teruskan obat tersebut. Jika batuk, berkonsultasilah dengan dokter untuk mencari obat pengganti yang lebih tepat. ACE inhibitors termasuk Lotensin, Monopril, Prinivil, Zestril, Accupril, Altace, Vasotec, dan Capoten.

3) Sering buang air kecil

Menggunakan diuretik, akan membuat Anda sering-sering buang air seni. Cobalah mengonsumsi obat tersebut di pagi hari dan minum banyak air sebelum tidur. Selain itu, jangan menggunakan diuretik dalam rentang waktu satu jam sebelum bepergian. Salah satu diuretik yang paling umum digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi adalah hydrochlorothiazide.

4) Retensi cairan

Pada dasarnya, setiap jenis obat hipertensi yang bukan diuretik bisa menyebabkan edema atau retensi cairan. Calcium channel blockers seperti amlodipine (dikenal juga dengan Norvasc) dan nifedipine (dikenal juga dengan Procardia) sangat dikenal bisa menyebabkan pembengkakan dan rasa sakit di kaki. Obat-obatan ini juga bisa memperburuk kondisi gagal jantung atau gangguan jantung lainnya.

5) Disfungsi seksual

Page 31: Porto Folio

Laki-laki kemungkinan menghindari pengobatan hipertensi karena takut mengalami impotensi. Setiap jenis obat yang menurunkan tekanan darah, berpotensi menyebabkan impotensi. Laki-laki yang mengalami disfungsi seksual sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk mencari pilihan lain. Beberapa pasien bisa menggunakan viagra jika hipertensi mereka tidak diikuti oleh gangguan jantung lainnya.

Disfungsi ereksi (DE), kemungkinan disebabkan oleh penyakit pembuluh darah, bukan karena obat-obat hipertensi yang digunakan. Salah satu penyebab munculnya DE adalah karena sudah menderita hipertensi selama bertahun-tahun. DE cenderung timbul tenggelam. Pasien kemungkinan menyalahkan obat-obatan sebagai pemicunya dan berhenti menggunaan obat tersebut. Padahal, penyebab sebenarnya kemungkinan adalah penyakit pembuluh darah akibat hipertensi dan pasien justru tidak menggunakan obat-obatan secara teratur.

6) Aritmia jantung/detak jantung tidak normal

Diuretik yang seringkali diresepkan untuk menurunkan tekanan darah, bisa mengurangi kadar kalium dalam darah dan memicu aritmia jantung. Jenis obat-obatan lainnya kemungkinan terlalu memperlambat detak jantung.

7) Reaksi alergi

Alergi akibat obat hipertensi sangat jarang terjadi tapi sangat berbahaya. Alergi terhadap ACE inhibitors atau angiotensin receptor blockers, bisa menyebabkan pembengkakan berbahaya di wajah dan tenggorokan sehingga menghambat saluran pernafasan. Biasanya ditandai dengan pembengkakan tiba-tiba, diawali di sekitar bibir dan wajah, kadang-kadang diikuti dengan kesulitan bernafas. Gangguan ini bersifat mematikan. Karena itu, pastikan segera menjalani perawatan di rumah sakit.

8) Hidung tersumbat karena vasodilator mukosa9) Mulut kering

10) Gangguan lambung-usus

11) Gangguan penglihatan

12) Bradycardia kecuali Hidralazin yang justru menyebabkan tachycardia

Page 32: Porto Folio

BAB IIIPENCEGAHAN DAN PEMBINAAN

A. Genogram(kita gambar pedegree “Family Tree” untuk lebih jelas mengenai ilustrasi genogram baca di Buku kesayangan dr. Husnil ya “KEDOKTERAN KELUARGA; Arsita Eka Prasetya; Halaman :71-72 “)

B. Home visitMenilai Fungsi KeluargaFungsi Keluarga menurut Notoatmojo, 2003, yaitu :- Fungsi Holistik- Fungsi Fisiologis- Fungsi Patologis- Fungsi hubungan antar manusia- Fungsi Keturunan- Fungsi Perilaku- Fungsi Nonperilaku- Fungsi Indoor- Fungsi Outdoor

Page 33: Porto Folio

(untuk lebih jelas temen-temen bisa buka Buku “KEDOKTERAN KELUARGA; Arsita Eka Prasetya; Halaman : 33-35saat pengaplikasiannya dapat dilihat di halaman :75)

C. Denah Rumah

D. Denah Lokasi