porselen

24
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Basis Gigitiruan Resin Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di antaranya adalah kayu, tulang, ivory, keramik, metal, aloi dan bermacam polimer lainnya. 3,12 Sebelum tahun 1937, bahan basis gigitiruan yang digunakan adalah vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid, plastik vinil dan porselen. 3,12 Penggunaan vulkanit dalam kedokteran gigi mengandung karet dengan 32% sulfur dan oksida logam untuk pigmen warna. 3,4 Kelebihan bahan ini adalah tidak toksik dan tidak iritasi, akan tetapi vulkanit menyerap saliva dan menjadikannya tidak higienis. Nitroselulosa dan fenol formaldehid mempunyai kelemahan yaitu stabilitas warna jelek. Porselen mempunyai kelemahan sangat sulit dalam pembuatan dan mudah pecah. 3 Pada tahun 1937, resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan sebelumnya. 12 Resin akrilik memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan perubahan dimensi kecil. 8 Basis gigitiruan fleksibel diperkenalkan oleh Arpad dan Tibor Nagy sekitar tahun 1950. 21 Basis ini dibuat dengan bahan yang bebas monomer dan memiliki banyak keuntungan dibanding bahan basis konvensional sehingga lebih estetik, lebih nyaman, kuat dan tahan lama. 9,22 Universitas Sumatera Utara

Upload: marchredy

Post on 08-Feb-2016

109 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

porselen

TRANSCRIPT

Page 1: porselen

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Basis Gigitiruan Resin

Berbagai bahan yang digunakan diawal pembuatan basis gigitiruan di

antaranya adalah kayu, tulang, ivory, keramik, metal, aloi dan bermacam polimer

lainnya.3,12 Sebelum tahun 1937, bahan basis gigitiruan yang digunakan adalah

vulkanit, nitroselulosa, fenol formaldehid, plastik vinil dan porselen.3,12 Penggunaan

vulkanit dalam kedokteran gigi mengandung karet dengan 32% sulfur dan oksida

logam untuk pigmen warna.3,4 Kelebihan bahan ini adalah tidak toksik dan tidak

iritasi, akan tetapi vulkanit menyerap saliva dan menjadikannya tidak higienis.

Nitroselulosa dan fenol formaldehid mempunyai kelemahan yaitu stabilitas warna

jelek. Porselen mempunyai kelemahan sangat sulit dalam pembuatan dan mudah

pecah.3

Pada tahun 1937, resin akrilik terutama polimetilmetakrilat (PMMA) telah

diperkenalkan dan dengan cepat menggantikan bahan sebelumnya.12 Resin akrilik

memiliki sifat yang menguntungkan yaitu estetik, warna dan tekstur mirip dengan

gingiva sehingga estetik di dalam mulut baik, daya serap air relatif rendah dan

perubahan dimensi kecil.8

Basis gigitiruan fleksibel diperkenalkan oleh Arpad dan Tibor Nagy sekitar

tahun 1950.21 Basis ini dibuat dengan bahan yang bebas monomer dan memiliki

banyak keuntungan dibanding bahan basis konvensional sehingga lebih estetik, lebih

nyaman, kuat dan tahan lama.9,22

Universitas Sumatera Utara

Page 2: porselen

2.1.1 Klasifikasi Resin Berdasarkan Sifat Termal

Resin sulit diklasifikasikan, oleh karena itu diklasifikasikan berdasarkan sifat

termal yaitu termoplastik dan termoset : 3,5,6,23,24

2.1.1.1 Termoplastik

Termoplastik adalah bahan yang tidak mengalami perubahan kimia sewaktu

pembentukan yang hasil akhirnya adalah sama seperti asli kecuali bentuknya. Bahan

termoplastik dapat dilunakkan dan dibentuk berulang-ulang dengan cara pemanasan.

Termoplastik mengeras setelah mould, dan larut dalam larutan organik.3 Seluloid,

selulosa nitrat, resin vinil, nilon, polikarbonat, polieten dan polystyrene merupakan

contoh bahan termoplastik yang digunakan sebagai basis gigitiruan. Basis selulosa

digunakan sekitar tahun 1870 dan mempunyai kelemahan yaitu melengkung ketika

dipakai di dalam mulut, stain dan warna yang jelek. Resin vinil mempunyai ciri-ciri

yang diperlukan sebagai basis gigitiruan tetapi mempunyai tahap resistensi yang

rendah terhadap fatik dan menyebabkan terjadinya fraktur setelah pemakaian yang

lama.6

2.1.1.2 Termoset

Termoset adalah suatu bahan yang dalam pemrosesannya mengalami

perubahan kimia. Hasil akhirnya berbeda daripada bahan awalnya. Setelah proses

pembuatannya sempurna, bahan ini tidak dapat dilunakkan kembali kepada bentuk

lain karena bahan ini hanya dapat dibentuk sekali saja melalui pemanasan. Nama lain

untuk termoset adalah thermo-hardening polymer.6

Universitas Sumatera Utara

Page 3: porselen

Vulkanit, fenol formaldehid dan resin akrilik adalah contoh thermo-hardening

yang digunakan sebagai basis gigitiruan. Vulkanit merupakan bahan yang menjadi

pilihan hampir seratus tahun. Walaupun banyak materi lain diperkenalkan tetapi

vulkanit masih digunakan sampai awal tahun 1930 dan pada saat diperkenalkan bahan

polimetilmetakrilat atau resin akrilik digunakan sebagai bahan basis gigitiruan.

Fenol formaldehid juga dikenal sebagai bakelit, diaplikasikan secara universal

di dalam industri dan beberapa perubahan telah dilakukan untuk membentuk bakelit

sebagai basis gigitiruan. Walau bagaimanapun, bakelit menunjukkan kesulitan dalam

pemrosesan. Kelemahannya adalah kehilangan warna setelah beberapa lama dipakai

dalam mulut.6 (Gambar 1)

Gambar 1. Perbedaan antara termoplastik dan termoset5

2.1.2 Sifat Ideal Basis Gigitiruan Resin

Ada beberapa sifat ideal basis gigitiruan resin yaitu : 3,4,9,21,24

1. Tidak ada rasa, tidak ada bau, tidak toksik dan tidak iritasi pada jaringan

lunak mulut

2. Estetik

Universitas Sumatera Utara

Page 4: porselen

3. Stabilitas dimensi yaitu tidak mengembang, mengecut dan melengkung

semasa pemrosesan serta semasa pemakaiannya

4. Kekuatan yang cukup tinggi yaitu tidak mudah patah atau pecah

5. Tidak larut dalam cairan mulut

6. Tipis dan ringan

7. Mudah dibuat dan direparasi

8. Biokompatibilitas yaitu bahan basis bebas monomer dan tidak ada reaksi

alergi

Namun belum dijumpai bahan resin yang memiliki seluruh sifat ini.

2.1.3 Kegunaan Resin

Kegunaan resin adalah : 3

1. Pembuatan basis gigitiruan

2. Resin akrilik cross-linked untuk gigitiruan

3. Restorasi gigi ; tambalan, inlay dan laminate (resin komposit)

4. Peralatan ortodonsia dan pedodonsia

5. Mahkota dan jembatan (resin akrilik atau resin komposit)

6. Protesa maksilofasial (obturator pada celah palatal)

7. Inlay dan post-core pattern

8. Dai lepasan

9. Pelindung mulut untuk atlet

10. Sendok cetak

11. Splint dan stents

Universitas Sumatera Utara

Page 5: porselen

2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan Cara Pembuatan

Bahan basis gigitiruan dibagi menjadi 2 teknik yaitu teknik compression

moulding dan teknik injection moulding12

1. Bahan basis gigitiruan menggunakan teknik compression moulding

Kebanyakan basis gigitiruan sebagian lepasan dibuat menggunakan teknik

compression moulding. Bahan ini mempunyai sifat-sifat fisis yang baik, mudah

digunakan dan harganya murah. Polimer dan monomer dicampur sehingga

membentuk dough stage dan ditekan ke dalam mould.12 Pemberian tekanan secara

perlahan-lahan memungkinkan adonan resin mengalir merata ke dalam semua rongga

dalam kuvet. Kelebihan bahan kemudian dibuang. Pemberian tekanan dilanjutkan

sampai sebagian besar kuvet berkontak rapat antara satu sama lain.25 Resin akrilik

konvesional polimerisasi panas adalah bahan yang menggunakan teknik compression

moulding.12

2. Bahan basis gigitiruan menggunakan teknik injection moulding

Selain teknik compression moulding yang biasa dilakukan, basis gigitiruan

juga dapat dibuat melalui teknik injection moulding. Bahan diisi ke dalam mould

melalui metode injeksi.9 Nilon merupakan bahan yang mengaplikasikan teknik ini.

Tidak ada perbedaan sifat fisis antara teknik compression moulding dengan teknik

injection moulding. 3,12

Universitas Sumatera Utara

Page 6: porselen

2.2 Bahan Basis Gigitiruan Resin Akrilik

2.2.1 Pengertian

Resin akrilik adalah turunan etilen yang mengandung gugus vinil dalam

rumus strukturnya.21

Ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. Satu kelompok adalah

turunan asam akrilik, CH=CHCOOH dan kelompok lain dari asam metakrilik

CH2=C(CH3)COOH.3,21 (Gambar 2)

Setiap molekul metil metakrilat dianggap sebagai ‘mer’. Pada keadaan yang

sesuai, molekul metil metakrilat akan menyambung membentuk suatu rantai poli

(metilmetakrilat).8

H CH3 H CH3 H CH3 H CH3 H CH3

C = C C = C C = C C = C C = C

H C = O H C = O H C = O H C = O H C = O

O O O O O

CH3 CH3 CH3 CH3 CH3

Metil metakrilat Polimetilmetakrilat

Gambar 2. Segmen 1 hingga 4 merupakan ilustrasi pengulangan ‘mer’ metil metakrilat di dalam rantaian polimer.12

X

H2C=CH

Universitas Sumatera Utara

Page 7: porselen

2.2.2 Jenis Resin Akrilik

Resin akrilik dapat dibedakan atas 3 jenis yaitu resin akrilik polimerisasi

panas, polimerisasi sinar dan swapolimerisasi. Resin akrilik polimerisasi panas adalah

resin akrilik yang memerlukan energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut

dengan menggunakan perendaman air dan oven gelombang mikro (microwave).

Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan dengan sinar yang

terlihat oleh mata. Resin akrilik swapolimerisasi adalah resin akrilik yang

menggunakan energi gelombang mikro dan panas untuk melakukan proses

polimerisasi basis gigitiruan. Penggunaan energi termal menyebabkan dekomposisi

benzoil peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk

sebagai hasil proses ini akan mengawali polimerisasi. 25

2.2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

2.2.3.1 Komposisi

Komposisi resin akrilik polimerisasi panas terdiri atas : 3,12

1. Polimer

Polimer : butiran atau granul polimetalmetakrilat

Inisiator : benzoil peroksida

Pigmen/pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik

2. Monomer

Monomer : metil metakrilat

Agen Cross-linked : etilenglikol dimetilakrilat (1-2%)

Inhibitor : hidrokuinon (0,006%)

Universitas Sumatera Utara

Page 8: porselen

Agen cross-linked dapat berfungsi sebagai jembatan atau ikatan kimia yang

menyatukan 2 rantai polimer. Apabila etilenglikol dimetilakrilat dimasukkan ke

dalam adukan, beberapa ikatan akan terbentuk yang mana merupakan suatu struktur

disebut jaringan 3 dimensi. Cross-linked ini memberikan peningkatan ketahanan

terhadap deformasi serta mengurangi solubilitas dan penyerapan air.3,21

2.2.3.2 Reaksi Polimerisasi

Proses polimerisasi dicapai dengan menggunakan panas dan tekanan. Secara

ringkas reaksinya seperti berikut :

Bubuk (polimer) + Cairan (monomer) + Panas (eksternal) Polimer + Panas

(reaksi).3

2.2.3.3 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas umumnya diproses dalam sebuah kuvet

dengan menggunakan teknik compression-moulding. Perbandingan polimer dan

monomer biasanya 3:1 berdasarkan volume atau 2:1 berdasarkan berat. Bahan yang

telah dicampur akan melewati empat tahap yaitu : 3,25

1. Tahap pertama: tahap basah, seperti pasir (wet sand stage)

2. Tahap kedua: tahap lengket berserat (tacky fibrous) selama polimer larut

dalam monomer (sticky stage)

3. Tahap ketiga: tahap lembut, seperti adonan, sesuai untuk diisi ke dalam mould

(dough stage / gel stage)

4. Tahap keempat: tahap kaku, seperti karet (rubbery stage)

Universitas Sumatera Utara

Page 9: porselen

Setelah pembuangan malam, adonan dimasukkan ke dalam mould gips.

Kuvet ditempatkan, di bawah tekanan, dalam water bath dengan waktu dan suhu

terkontrol untuk memulai polimerisasi resin akrilik polimerisasi panas. Umumnya

resin akrilik polimerisasi panas dipolimerisasi dengan menempatkan kuvet dalam

water bath dengan suhu konstan pada 70 ºC selama 90 menit dan dilanjutkan dengan

perebusan akhir pada suhu 100 ºC selama 30 menit.12

Setelah prosedur polimerisasi, kuvet dibiarkan dingin secara perlahan

hingga mencapai suhu kamar untuk memungkinkan pelepasan internal stress yang

cukup sehingga meminimalkan perubahan bentuk basis. Selanjutnya dilakukan

pemisahan kuvet dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah fraktur atau

membengkoknya gigitiruan. Setelah dikeluarkan dari kuvet, basis gigitiruan akrilik

dihaluskan dengan menggunakan kertas pasir dari kasar sampai halus. Proses akhir

pemolesan biasanya menggunakan pumis di bawah air.3,21

2.2.3.4 Sifat-Sifat

Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas :1,3,7,12,21,25-28

1. Pengerutan

Ketika monomer metilmetakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli

(metilmetakrilat), kepadatan massa bahan berubah dari 0,94 menjadi 1,19g/cm3.

Perubahan menghasilkan pengerutan volumetrik sebesar 21%. Akibatnya, pengerutan

volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan

nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis.1,3,21

Universitas Sumatera Utara

Page 10: porselen

2. Perubahan dimensi

Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang

bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh

penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang

disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang

diakibatkan oleh penyerapan air.3,21

3. Konduktivitas termal

Konduktivitas termal adalah pengukuran termofisika mengenai seberapa baik

panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal

yang rendah yaitu 0.0006 ( .28

4. Solubilitas

Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah

kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang

terdapat dalam rongga mulut.25

5. Penyerapan Air

Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan

dalam jangka waktu tertentu.7 Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika

ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini menimbulkan efek

yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air

sebesar 0.69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah

difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan

ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai

polimer. Umumnya, basis gigitiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi

Universitas Sumatera Utara

Page 11: porselen

jenuh dengan air. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang

berlebihan bisa menyebabkan diskolorisasi. 25-28

6. Porositas

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisis, estetik, dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas

cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan

oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang

rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut.

Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen

polimer dan monomer. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin

akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat,

prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke

dalam mould yang tepat.1,25-28

7. Stabilitas warna

Resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yu-

lin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari

nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik

menunjukkan nilai diskolorisasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan

kopi.12

Universitas Sumatera Utara

Page 12: porselen

2.2.3.5 Keuntungan dan Kerugian Keuntungan resin akrilik polimerisasi panas adalah:29

1. Harga murah dan pembuatan mudah

2. Mudah direparasi/ modifikasi

3. Tidak larut dalam cairan mulut

4. Estetik sangat baik

5. Ikatan kimia yang baik pada gigitiruan akrilik

Kerugian resin akrilik polimerisasi panas adalah:29

1. Daya tahan fatik rendah

2. Konduktivitas rendah

3. Kekuatan fleksural rendah

2.3 Bahan Basis Gigitiruan Nilon Termoplastik

2.3.1 Pengertian

Nilon adalah nama generik bagi keluarga polimer yang dikenal secara generik

sebagai poliamida dan ditemukan pertama kali pada tahun 1935 oleh Wallace

Carothers di DuPont.30 Poliamida ini dihasilkan oleh reaksi kondensasi antara

diamina (2—NH2 grup) dan asam dibasik atau asam karboksilik (2—COOH grup).4,12

Asam amino sebagai monomer akan bereaksi bersama identical molecule untuk

membentuk poliamida.30,31 (Gambar 3)

Universitas Sumatera Utara

Page 13: porselen

Gambar 3. Reaksi antara 2 asam amino (monomer) untuk menghasilkan rantai

panjang (polimer)31

Nilon mengandung ikatan linear (ikatan polimer tunggal) yang mengandung

hexamethylenadiamine dan asam karboksilik di dalam nilon termoplastik yang akan

membentuk ikatan poliamida yang panjang. Ikatan linear dalam nilon termoplastik ini

lebih lemah dibanding dengan ikatan polimer yang bercabang atau yang mempunyai

cross-link pada resin akrilik.11

Selain itu, nilon merupakan basis gigitiruan fleksibel yang memiliki sifat fisik

dan estetik yang khas. Gigitiruan ini memiliki derajat fleksibilitas dan stabilitas yang

sangat baik dan dapat dibuat lebih tipis dengan ketebalan tertentu yang telah

direkomendasikan sehingga sangat fleksibel, ringan dan tidak mudah patah.9

2.3.2 Manipulasi

Nilon tidak dapat larut pada hampir semua kondisi. Hal ini karena nilon tidak

bisa membentuk adonan (dough) melalui teknik yang biasa tetapi bahan tersebut

harus diinjeksi ke dalam kuvet dengan tekanan. Teknik injection moulding ini

memerlukan peralatan yang khusus. Ruangan pada mould diisi dengan resin (nilon

termoplastik) di bawah tekanan menggunakan injektor. Pemasangan spru dilakukan

dengan cara memasukkan spru dari bagian belakang kuvet ke bagian posterior dari

Universitas Sumatera Utara

Page 14: porselen

malam pada kedua sisi model, nilon dibentuk di dalam mould gips.21 Kemudian nilon

dilunakkan menggunakan furnace pada suhu 248,8-265,5 ºC. Nilon yang lunak

ditekan masuk menggunakan alat injektor.12,32

2.3.3 Sifat-Sifat

Sifat-sifat fisik basis gigitiruan nilon termoplastik adalah :8,9,11,12,25,28,33-35

1. Pengerutan

Pengerutan linear pada nilon sebesar 0.3-0.5 %. Pengerutan linear memberi

efek nyata pada adaptasi basis gigitiruan. Berdasarkan pada pengerutan volumetrik

sebesar 7 %, basis gigitiruan harus menunjukkan pengerutan linear kurang lebih

2 %.8,25

2. Perubahan dimensi

Teknik injection moulding menunjukkan stabilitas dimensi yang baik

dibanding dengan teknik compression moulding. Garfunkel dan Anderson dkk (1988)

menyatakan bahwa dari hasil penelitian menunjukkan perubahan dimensi pada

injection moulding lebih rendah daripada compression moulding.12

3. Penyerapan air

Penyerapan air yang tinggi merupakan kekurangan utama dari nilon. Hal ini

karena nilon termoplastik mempunyai serat yang menyerap air.12 Nilon termoplastik

juga memiliki sifat hidroskopi yaitu kemampuan suatu zat untuk menyerap molekul

air dari lingkungannya.11 Jenis nilon yang pertama memiliki nilai penyerapan air yang

tinggi yaitu 8,5 %, kemudian dikembangkan jenis nilon yang ditambah glass

reinforced yang memiliki penyerapan air yang relatif rendah hingga 1,2 %.12 Tujuan

Universitas Sumatera Utara

Page 15: porselen

penambahan glass reinforced adalah untuk mengurangi sifat penyerapan air pada

nilon. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang berlebihan bisa

menyebabkan diskolorisasi.28,33-35 Mathews dan Smith (1955) menyatakan bahwa

bahan ini mempunyai penyerapan air yang tinggi setelah pemakaian beberapa

minggu. 12

4. Porositas

Nilon hampir tidak memiliki porositas.9 Porositas pada nilon disebabkan

masuknya udara selama proses injection moulding. Bila udara ini tidak dikeluarkan,

gelembung-gelembung besar dapat terbentuk pada basis gigitiruan.25

5. Stabilitas warna

Stabilitas warna adalah kemampuan dari suatu lapisan permukaan atau

pigmen untuk bertahan dari degradasi yang disebabkan pemaparan dari lingkungan.

Yu-lin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dari empat bahan polimer dan

menemukan bahwa diskolorisasi nilon setelah perendaman dalam larutan kopi dan teh

lebih besar daripada resin akrilik.12

2.3.4 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungan nilon termoplastik adalah :10,21

1. Tidak menggunakan cangkolan logam maupun kawat yang dapat terlihat di

permukaan gigi sehingga dapat meningkatkan estetik.

2. Tipis dan ringan tetapi sangat kuat sehingga tidak mudah patah dan

mengalami kerusakan.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: porselen

3. Biokompatibilitas tercapai karena bahan nilon termoplastik bebas monomer

dan logam, yang menjadi dasar penyebab reaksi alergi pada beberapa pasien serta

tidak bersifat toksik.

4. Tekanan hampir seluruhnya disalurkan ke gigi penyangga dan struktur

tulang dibawahnya.

5. Pasien bebas melakukan pergerakan selama pengunyahan karena

fleksibilitas gigitiruan yang tinggi sehingga meningkatkan kenyamanan.

6. Bahan yang translusen menggambarkan warna jaringan yang berada

dibawahnya sehingga gigitiruan hampir tidak terlihat.

7. Tidak berubah posisi akibat adanya air, stabil, tekstur tidak berubah dan

tidak kehilangan retensi dari gigi.

Kerugian nilon termoplastik adalah :21

1. Kesulitan dalam memperbaiki apabila terjadi kerusakan.

2. Pembuatannya memerlukan peralatan khusus di laboratorium.

2.4 Stabilitas Warna

Stabilitas warna adalah kemampuan lapisan permukaan atau zat warna untuk

menolak degradasi karena kontak lingkungan.12 Warna merupakan salah satu sifat

bahan restorasi gigi yang cukup penting. Suatu basis gigitiruan yang ideal seharusnya

memiliki warna yang mendekati warna alami jaringan lunak rongga mulut.1,28

Warna suatu benda tergantung pada panjang gelombang cahaya yang

dipantulkan atau yang diserap. Suatu benda yang translusen akan meneruskan berkas

cahaya, menyerap berkas yang lain, membiaskan dan memantulkan cahaya.15,25,28

Universitas Sumatera Utara

Page 17: porselen

2.4.1 Alat Pengukuran Warna

Suatu perubahan warna tidak dapat dideteksi oleh mata manusia karena

kemampuan mata manusia dalam menilai perubahan warna sangat variasi dan

terbatas. Beberapa instrumen ilmiah telah dicipta untuk mengukur intensitas cahaya

dan panjang gelombang cahaya diantaranya adalah colorimeter, spectrophotometer,

densitometer dan photometer.12,13,25 Spectrophotometer, densitometer dan photometer

sama pentingnya dengan colorimeter. Colorimeter adalah alat yang sensitif terhadap

cahaya yang digunakan dalam colorimetry untuk mengukur intensitas warna dari

suatu benda atau warna sampel dalam kaitannya dengan komponen merah, biru, dan

hijau cahaya yang dipantulkan dari objek atau sampel.36(Gambar 4)

Spectrophotometer terdiri dari 2 jenis pencahayaan yaitu UV spectrophotometer

dan IR spectrophotometer yang mana UV spectrophotometer menggunakan cahaya

ultra violet dan IR spectrophotometer menggunakan cahaya infrared.37 Pada

penelitian ini digunakan alat FTIR spectrophotometer untuk mengukur besarnya

intensitas cahaya dan panjang gelombang cahaya yang diteruskan oleh suatu benda

menggunakan prinsip spektrum cahaya (Gambar 5). Kelebihan alat ini adalah dapat

mendeteksi perubahan panjang gelombang yang berlaku pada gugus fungsi kimia

suatu bahan. 38,39

Universitas Sumatera Utara

Page 18: porselen

Gambar 4. Colorimeter36

Prinsip pengukuran perubahan warna adalah dengan menggunakan perbedaan

panjang gelombang cahaya dengan satuan cm-1. Bila intensitas cahaya yang

diteruskan lebih banyak dari intensitas cahaya yang dipantulkan, maka nilai panjang

gelombang akan meningkat berarti warna makin terang dan stabilitas warna lebih

baik. Begitu juga sebaliknya, jika intensitas cahaya yang diteruskan makin berkurang,

maka nilai panjang gelombang akan menurun berarti warna menjadi lebih gelap dan

stabilitas warna lebih buruk.25

Gambar 5. Spectrophotometer37

Universitas Sumatera Utara

Page 19: porselen

2.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Warna

Menurut Crispin dan Caputo (cited from Muetia R) perubahan warna dapat

disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :40

a. Pencemaran bahan pada waktu proses pembuatan bahan atau

pengolahannya.

b. Kemampuan penyerapan (permeabilitas) cairan pada bahan. Proses

absorpsi dan adsorpsi cairan tergantung pada keadaan lingkungannya.

c. Akibat reaksi kimia di dalam bahan itu sendiri dan berbagai teknik

pengolahan yang mengakibatkan terjadinya porositas pada permukaannya sehingga

memudahkan penumpukan kotoran.

d. Lingkungan sekitar tempat gigitiruan di dalam mulut yang kurang baik.

Kebiasaan makan dan minum sesuatu yang banyak mengandung zat warna dan

minuman tersebut.

Menurut Annusavice, perubahan warna yang terjadi pada resin dapat

bervariasi, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah ukuran sampel,

mikroporositas sampel dan lamanya kontak antara bahan. Semakin luas ukuran

sampel maka semakin besar perubahan fisik pada bahan tersebut dapat terjadi.

Mikroporositas menentukan terjadinya penempelan partikel warna daerah yang

poreus. Semakin banyak porositas maka akumulasi dari zat warna yang terabsorbsi

melalui proses difusi juga akan semakin banyak.41 Lama kontak antara bahan resin

dan zat berwarna mempengaruhi perubahan warna, hal ini karena semakin lama

bahan resin direndam maka semakin besar perubahan warna yang terjadi.15,41

Universitas Sumatera Utara

Page 20: porselen

Selain itu, stabilitas warna dan kekasaran permukaan mempunyai hubungan

yang erat antara satu sama lain. Ini karena kekasaran permukaan akan mempengaruhi

retensi plak dan akumulasi stain pada bahan restorasi. Makin kasar sesuatu

permukaan maka makin mudah akumulasi stain dan akhirnya menyebabkan

perubahan warna pada bahan restorasi.42

Bahan-bahan yang menyebabkan perubahan warna pada basis gigitiruan

antara lain zat atau bahan pewarna sintetis maupun alami yang bisa didapat dari

makanan dan minuman. Umumnya makanan atau minuman dapat memiliki warna

karena lima hal yaitu :43

a. Pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan hewan, sebagai

contoh klorofil yang memberi warna hijau, karoten yang memberi warna jingga

sampai merah, dan mioglobin yang memberi warna merah pada daging.

b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan. Reaksi ini akan

memberikan warna cokelat sampai kehitaman, contohnya pada kembang gula

karamel, atau pada roti bakar.

c. Reaksi Maillard yaitu reaksi antara gugus amino protein dengan gugus

karbonil gula pereduksi, reaksi ini memberikan warna gelap misalnya pada susu

bubuk yang disimpan lama.

d. Reaksi senyawa organik dengan udara (oksidasi) yang menghasilkan warna

hitam, misalnya warna gelap atau hitam pada permukaan buah-buahan yang telah

dipotong dan dibiarkan di udara terbuka beberapa waktu. Reaksi ini dipercepat oleh

adanya kontak dengan oksigen.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: porselen

e. Penambahan zat warna, baik alami maupun sintetik. Zat warna sintetik

termasuk ke dalam zat adiktif atau bahan tambahan makanan yang penggunaannya

tidak bisa sembarangan.

2.5 Teh

Teh merupakan functional food mengingat khasiat dan potensi yang

terkandung di dalam teh dapat meningkatkan kesehatan tubuh dan merupakan sumber

zat gizi. Teh merupakan minuman sehat yang telah dikenal sejak sekitar 5000 tahun

yang lalu di negeri Cina. Teh merupakan tanaman daerah tropis dan subtropis yang

secara ilmiah dikenal dengan Camellia Sinensis.17

2.5.1 Jenis Teh

Terdapat empat jenis teh yang biasa dijual di pasaran yaitu teh hitam, teh

oolong, teh hijau dan teh putih. Lebih dari tigaperempat teh dunia diolah menjadi teh

hitam yang mana teh ini lebih digemari oleh orang Indonesia. Cara pengolahannya,

daun dijemur di bawah panas matahari sehingga mengalami perubahan kimiawi

sebelum dikeringkan dan dilanjutkan dengan proses fermentasi. Perlakuan tersebut

akan menyebabkan warna daun menjadi coklat dan memberikan citarasa teh hitam

yang khas.17-20,44-45

Universitas Sumatera Utara

Page 22: porselen

2.5.2 Komponen Teh

Terdapat banyak komponen aktif yang terkandung dalam daun teh yang

mempunyai hubungan erat terhadap kesehatan manusia. Komponen aktif yang

terkandung dalam teh, baik yang volatil maupun yang nonvolatil antara lain sebagai

berikut :17,45

1. Polifenol (10-25%)

2. Methylxanthines

3. Asam amino

4. Peptida

5. Tannic acids (9-20%)

6. Vitamin C (150-250 mg%)

7. Vitamin E (25-70 mg%)

8. Vitamin K (300-500 IU/g)

9. ß-karoten (13-20%)

10. Kalium (1795 mg%)

11. Magnesium (192 mg%)

12. Mangan (300-600 ug/ml)

13. Fluor (0,1-4,2 mg/L)

14. Zink (5,4 mg%)

15. Selenium (1,0-1,8 ppm%)

16. Tembaga (0,01 mg%)

17. Besi (33 mg%)

18. Kalsium (7 mg%)

Universitas Sumatera Utara

Page 23: porselen

19. Kafein (45-50 mg%)

Teh bersifat asam, sesuai dengan penelitian oleh Joseph yang menyatakan

teh mempunyai nilai pH 3.5.16 Definisi asam adalah suatu zat yang dapat memberi

proton (ion H+) kepada zat lain. Secara umum, asam merupakan senyawa kimia yang

bila dilarutkan dalam air akan menghasilkan larutan dengan pH lebih kecil dari 7.46

Sebagian besar teh mengandung ikatan biokimia yang disebut polifenol,

termasuk didalamnya flavonoid. Flavonoid merupakan suatu kelompok antioksidan

yang secara alamiah ada pada sayur-sayuran, buah-buahan dan minuman seperti teh

dan anggur yang mampu mencegah terjadinya kerusakan DNA oleh radikal bebas

yaitu memiliki kemampuan untuk mencegah terjadinya penyakit kanker.

Selain itu, teh juga mempunyai sifat germisidal dan germistatik terhadap

berbagai bakteri gram positif dan gram negatif, oleh karena itu konsumsi teh bisa

menghambat pertumbuhan dan perlekatan bakteri gram positif dan gram negatif yang

ada di dalam rongga mulut pemakai gigitiruan selain memberi perubahan warna pada

basis gigitiruan itu sendiri.17-20,44,45

2.5.3 Kegunaan dan Khasiat Teh

Kegunaan dan khasiat teh dalam kehidupan sehari-hari, antara lain

adalah:17,45

1. Menurunkan resiko penyakit kanker

2. Menurunkan berat badan

3. Efektif mencegah virus influenza A dan B selama masa kontak yang

pendek

Universitas Sumatera Utara

Page 24: porselen

4. Mencegah osteoporosis dan karies

5. Dapat memperkecilkan ukuran tumor

6. Menurunkan kadar kolesterol

7. Menghambat perkembangan leukemia

8. Sumber mineral dan vitamin

Universitas Sumatera Utara