populasi dan sampel

18
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu komponen yang sangat perlu diperlukan. Populasi dan sampel sebagai keseluruhan atau sebagian contoh dari objek- objek yang diteliti. Mendengar istilah sampel, orang akan akan cenderung menghubungkannya dengan contoh. Misalnya ketika jalan-jalan dipusat perbelanjaan dan diberikan hadiah sabun dalam bentuk yang lebih kecil, maka disebut sampel (contoh) sabun (asli). Lalu, apa hubungannya sampel barang tersebut dengan statistik? Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu haruslah sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat dan efisien. Kendala-kendala yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam menentukan populasi dan sampel peneliti hendaklah memperhatikan hal-hal yang memang berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel yang tepat. B. RUMUSAN MASALAH 1. Apakah pengertian populasi dan sampel? 2. Apa saja teknik atau cara dalam menentukan sampel? 3. Bagaimanakah teknik dalam menentukan sampel? C. TUJUAN 1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Penelitian. 2. Dapat menjadi karya tulis yang berguna dalam menetapkan populasi dan sampel.

Upload: catherine-ferrell

Post on 24-Oct-2015

72 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Populasi Dan Sampel

BAB I

PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Dalam melakukan penelitian, populasi dan sampel merupakan satu komponen yang

sangat perlu diperlukan. Populasi dan sampel sebagai keseluruhan atau sebagian contoh dari

objek-objek yang diteliti. Mendengar istilah sampel, orang akan akan cenderung

menghubungkannya dengan contoh. Misalnya ketika jalan-jalan dipusat perbelanjaan dan

diberikan hadiah sabun dalam bentuk yang lebih kecil, maka disebut sampel (contoh) sabun

(asli). Lalu, apa hubungannya sampel barang tersebut dengan statistik?

Dalam menentukan populasi dan sampel penelitian, sudah barang tentu haruslah

sesuai dengan langkah-langkah yang ditentukan serta haruslah tepat dan efisien. Kendala-

kendala yang timbul selayaknya dapat diantisipasi oleh peneliti. Oleh karenanya, dalam

menentukan populasi dan sampel peneliti hendaklah memperhatikan hal-hal yang memang

berkaitan dengan populasi dan sampel, sehingga didapatkan sampel yang tepat.

B.     RUMUSAN MASALAH

1. Apakah pengertian populasi dan sampel?

2. Apa saja teknik atau cara dalam menentukan sampel?

3. Bagaimanakah teknik dalam menentukan sampel?

C.    TUJUAN

1. Untuk melengkapi tugas mata kuliah Metode Penelitian.

2. Dapat menjadi karya tulis yang berguna dalam menetapkan populasi dan sampel.

3. Dapat menjadi bahan diskusi yang terkait dengan polulasi dan sampel.

Page 2: Populasi Dan Sampel

BAB II

PEMBAHASAN

POPULASI DAN SAMPEL

A. POPULASI

1. Pengertian Populasi

Populasi berasal dari kata bahasa inggris population, yang berarti jumlah penduduk.

Oleh karena itu, apabila disebutkan kata populasi, orang kebanyakan menghubungkannya

dengan masalah-masalah kependudukan. Hal tersebut ada benarnya juga, karena itulah makna

kata populasi sesungguhnya.

Sedangkan menurut Kamus Pelajar terbitan Pusat Bahasa Departemen Pendidikan

Nasional tahun 2003, populasi adalah jumlah orang atau penduduk dalam suatu daerah;

jumlah penghuni baik manusia maupun makhluk hidup lainnya pada suatu tempat atau ruang

tertentu. Populasi : “Wilayah generalisasi yang terdiri atas; objek/subek yang mempunyai

kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan”. (Sugiono, 2004:55)

Populasi menurut Gay (1987:102) merupakan kelompok tertentu dari sesuatu (orang,

benda, peristiwa, dan sebagainya) yang dipilih oleh peneliti yang hasil studinya atau

penelitiannya dapat digeneralisasikan terhadap kelompok tersebut. Suatu populasi sedikitnya

mempunyai satu karakteristik yang membedakannya dengan kelompok yang lain.

Menurut Arikunto (2006:130) menyatakan populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian. Jika seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,

maka penelitiannya merupakan penelitian populasi atau studi populasi atau sensus. Subyek

penelitian adalah tempat variabel melekat. Variabel penelitian adalah objek penelitian.

Menurut Margono (2004: 118), populasi adalah seluruh data yang menjadi perhatian kita

dalam suatu ruang lingkup dan waktu yang kita tentukan. Jadi populasi berhubungan dengan

data, bukan manusianya. Kalau setiap manusia memberikan suatu data maka, maka

banyaknya atau ukuran populasi akan sama dengan banyaknya manusia. Populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2002: 108).

Sementara itu Sukardi (2010:53) menyatakan populasi adalah semua anggota

kelompok manusia, binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat

dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu penelitian. Di pihak

lain, Sisworo dalam Mardalis (2009:54) mendefenisikan populasi sebagai sejumlah kasus

yang memenuhi seperangkat kriteria yang ditentukan peneliti. Sugiyono (2001: 55)

Page 3: Populasi Dan Sampel

menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Sedangkan dalam metode penelitian kata populasi amat populer, digunakan untuk

menyebutkan serumpun atau sekelompok objek yang menjadi sasaran penelitian. Oleh

karenanya, populasi penelitian merupakan keseluruhan (universum) dari objek penelitian

yang berfungsi sebagai sumber data. Objek penelitian dapat berupa manusia, benda, hewan,

tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup, dan sebagainya, sehingga objek-objek

ini dapat menjadi sumber data penelitian yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu

penelitian (Hadari Nawawi, 1983:141).1

2. Jenis-Jenis Populasi

Dilihat dari batasannya, populasi dapat dibedakan menjadi:

a. Populasi terbatas atau populasi terhingga, yakni populasi yang memiliki batas

kuantitatif secara jelas karena memiliki kareakteristik yang terbatas.

b. Populasi tak terbatas atau populassi tak terhingga, yakni populasi yang tidak dapat

ditemukan batas-batasnya, sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah

secara kuantitatif.

Selain itu, menurut Margono (2004: 119) populasi dapat dibedakan kedalam hal berikut ini:

a. Populasi teoritis, yakni sejumlah populassi yang batas-batasnya ditetapkan secara

kualitatif.

b. Populassi yang tersedia, yakni sejumlah populasi yang secara kuantitatif dapat

dinyatakan dengan tegas.

Berdasarkan sifatnya, Margono (2004: 119-120) menyatakan populasi dapat dibedakan

menjadi:

a. Populasi yang bersifat homogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat

yang sama, sehingga tidak perlu dipersoalkan jumlahnya secara kuantitatif.

b. Populasi yang bersifat heterogen, yakni populasi yang unsur-unsurnya memiliki sifat

atau keadaan yang bervariasi sehingga perlu ditetapkan batass-batasnya baik secara

kualitatif maupun secara kuantitatif.

Selain pembedaan-pembedaaan diatas, populasi juga dapat dibedakan antara populasi

sampling dan populasi sasaran.

B. SAMPEL

1 Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: RinekaCipta, 2007. Hal. 118

Page 4: Populasi Dan Sampel

1. Pengertian Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2006:131).

Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu

yang menjadi objek penelitian. Margono (2004: 121) menyatakan bahwa sampel adalah

sebagai bagian dari populasi, sebagai contoh (monster) yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu.

Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi

dalam penelitian dengan kata lain sampel sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan

cara-cara tertentu. Sampel ditentukan oleh peneliti berdasarkan pertimbangan masalah,

tujuan, hipotesis, metode dan instrumen penelitian, disamping pertimbangan waktu, tenaga

dan biaya.

Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil penelitian atau kesimpulan

penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan penelitian digeneralisasikan terhadap

populasi. Yang dimaksud menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian

dari sampel sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.

Hadi (Margono, 2004: 121) menyatakan bahwa sampel dalam suatu penelitian timbul

disebabkan hal berikut:

1. Peneliti bermaksud mereduksi objek penelitian sebagai akibat dari besarnya jumlah

populasi, sehingga harus meneliti sebagian saja.

2. Penelitian bermaksud mengadakan generalisasi dari hasil-hasilkepenelitiannya, dalam arti

mengenakan kesimpulan-kesimpulankepada objek, gejala, atau kejadian yang lebih luas.

Adapun keuntungan jika penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel antara

lain (Arikunto, 2006:133) :

a. Sampel jumlahnya lebih sedikit.

b. Jika populasi terlalu besar, khawatir akan ada yang terlewatkan.

c. Lebih efisien.

d. Penelitian populas bisa bersifat merusak.

e. Penelitian populasi bisa terjadi ketidak akuratan data

f. Lebih memungkinkan.

Page 5: Populasi Dan Sampel

Dalam penyusunan sampel perlu disusun kerangka sampling yaitu daftar dari semua

unsur sampling dalam populasi sampling, dengan syarat:

a. Harus meliputi seluruh unsur sampel.

b. Tidak ada unsur sampel yang dihitung dua kali.

c. Harus up to date.

d. Batas-batasnya harus jelas.

e. Harus dapat dilacak dilapangan.

Menurut Teken (dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Efendi) ciri-ciri sample yang

ideal adalah:

a. Dapat menghasilkan gambaran yang dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti.

b. Dapat menentukan presisi (precision) dari hasil penelitian dengan menentukan

penyimpangan baku  (standar) dari taksiran yang diperoleh.

c. Sederhana, sehingga mudah dilaksanakan.

d. Dapat memberikan keterangan sebanyak mungkin dengan biaya yang rendah.

C. KRITERIA SAMPEL REPRESENTETIF

Sampel yang representatif adalah sampel yang benar-benar dapat mewakili dari

seluruh populasi. Jika populasi bersifat homogen, maka sampel bisa diambil dari populasi

yang mana saja, namun jika populasi bersifat heterogen, maka sampel harus mewakili dari

setiap bagian yang heterogen dari populasi tersebut sehingga hasil penelitian dari sampel

dapat terpenuhi terhadap setiap anggota populasi.

Menurut Arikunto (2006:133) kita boleh mengadakan penelitian sampel bila subyek

didalam populasi benar-benar homogen. Apabila subyek populasi tidak homogen, maka

kesimpulannya tidak boleh diberlakukan bagi populasi. Sebagai contoh populasi yang

homogen adalah air teh dalam sebuah gelas. Kita ambil sampelnya sedikit dengan ujung

sendok dan kita cicip. Jika rasanya manis, maka kesimpulan dapat digeneralisasikan untuk air

teh keseluruhan dalam gelas. Berarti kesimpulan bagi sampel berlaku untuk populasi.

Populasi atau sampel dapat berupa makhluk hidup, seperti manusia, hewan,

tumbuhan dan dapat pula berupa benda mati atau benda tak hidup, seperti gejala alam, air,

tanah, udara, nilai dan sebagainya. Populasi mempunyai berbagai sifat, seperti ada populasi

yang homogen, bertingkat, berkelompok dan sebagainya. Oleh karena itu timbul pula

berbagai macam teknik pengambilan sampel.

Pengambilan sampel harus dilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh sampel

yang benar-benar dapat menggambarkan keadaan populasi yang sesungguhnya atau dapat

Page 6: Populasi Dan Sampel

juga dikatakan sampel haruslah representatif (mewakili) populasi. Menurut Nasution

(1987:115) memilih suatu jumlah tertentu untuk diselidiki dari keseluruhan populasi disebut

sampling.

Jadi, dapat disimpulkan syarat data sampel yang baik, yaitu:

1. Obyektif (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya)

2. Representatif (mewakili keadaan yang sebenarnya)

3. Memiliki variasi yang kecil

4. Tepat Waktu dan Relevan.

D. TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL

Penetapan jumlah sampel yang terlalu banyak selalu lebih baik dari pada kurang

(oversampling is always better than undersampling). Meskipun demikian ada cara untuk

memperoleh sampel minimal yang harus diselidiki dengan menggunakan rumus:

n ≥ pq (z .

12

. a

b)

2

(Hadari Nawawi, 1983:149)

Keterangan :

n = jumlah sampel

≥ = sama dengan atau lebih besar

p = proporsi populasi persentase kelompok pertama

q = proporsi sisa di dalam populasi

z12

= derajat koefisien konfidensi pada 99% atau 95%

b = persentase perkiraan kemungkinan membuat kekeliruan dalam menentukan ukuran

sampel2

Contoh:

Jika diketahui jumlah populasi guru SMA lulusan D3 di Jateng adalah 40.000 orang.

Di antara mereka banyak yang tinggal di daerah pedesaan (luar kota) sebanyak 50.000 orang.

Berapa sampel yang perlu diselidiki dalam rangka mengungkapkan hambatan penanaman

disiplin sekolah di wilayah masing-masing ?

2 Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: RinekaCipta, 2007. Hal. 123

Page 7: Populasi Dan Sampel

Perhitungan :

F= 50.000400.000

x 100 %=12,5 %atau P=0,125

q = 1,00 – 0,125 = 0,875

z12

= 1,96 (pada derajat konfidensi 99% atau 0,05%

b = 5% atau 0,05

dimasukkan ke dalam rumus sebagai berikut :

n ≥ 0,125 x0,875¿

n > 168,05 dibulatkan 169 orang

Jika peneliti kurang puas dengan jumlah sampel minimum itu, maka dapat dilakukan

peningkatan jumlah sampel dengan meningkatkan koefisien konfidensi, misalnya mengambil

99% sebesar 2,58. Demikian juga ukuran sampel dapat diperbesar lagi dengan memperkecil

perkiraan persentase kemungkinan membuat kesalahan dalam penarikan sampel, misalnya

sebesar 2% atau b=0,02. Dari contoh itu, maka sampel minimum menjadi :

n ≥ 0,125 x0,875¿

n ≥1.740,21 dibulatkan 1,740 orang

Apabila proporsi di dalam populasi yang tersedia tidak diketahui maka variasi p dan

q dapat mengganti dengan harga maksimum, yakni (0,5 x 0,5=0,25). Ukuran sampel yang

harus diselidiki :

n ≥ 0,25¿

n ≥ 384

Adapun cara lain dalam menentukan pengambilan sampel adalah dengan

menggunakan Teknik Sampling. Teknik sampling merupakan prosedur atau langkah-langkah

penentuan sampel. Teknik sampling adalah cara untuk menetukan sampel yang jumlahnya

sesuai dengan ukuran sampel yang akan dijadikan sumber data sebenarnya, dengan

memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang representatif

(mewakili populasi baik dalam karakteristik maupun jumlahnya).

Secara umum terbagi dua yaitu:

1. Probability Sampling

Dimana dalam pengambilan sampel memberikan peluang yang sama kepada setiap

anggota populasi untuk menjadi sampel. Teknik ini meliputi:

a. Simple Random Sampling

Page 8: Populasi Dan Sampel

Teknik ini adalah teknik yang paling sederhana (simple). Sampel diambil

secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan yang ada dalam populasi. Dengan kata

lain, teknik ini menganggap bahwa populasi bersifat homogeny.

Misalnya :

Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta yang berjumlah 500 orang.

Jumlah sampel ditentukan dengan Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan

adalah sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205. Jumlah sampel

205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa memperhatikan kelas, usia dan jenis

kelamin.

b. Proportionate Stratified Random Sampling

Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling namun penentuan

sampelnya memperhatikan strata (tingkatan) yang ada dalam populasi. Dengan kata

lain, teknik ini menganggap populasi bersifat heterogen.

Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah 125. Dengan rumus

Slovin (lihat contoh di atas) dan tingkat kesalahan 5% diperoleh besar sampel adalah

95. Populasi sendiri terbagi ke dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan)

yang masing-masing berjumlah :

Marketing       : 15

Produksi         : 75

Penjualan       : 35

Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-masinng bagian

tersebut ditentukan kembali dengan rumus n = (populasi kelas / jml populasi

keseluruhan) x jumlah sampel yang ditentukan

Marketing       : 15 / 125 x 95            = 11,4 dibulatkan 11

Produksi         : 75 / 125 x 95            = 57

Penjualan       : 35 / 125 x 95            = 26.6 dibulatkan 27

Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah 11 + 57 + 27 = 95

sampel.

Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang diteliti adalah keterogen

(tidak sejenis) yang dalam hal ini berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran

sampel pada masing-masing strata atau kelompok diambil secara proporsional untuk

memperoleh

c. Disproportionate Stratified Random Sampling

Page 9: Populasi Dan Sampel

Disproporsional stratified random sampling adalah teknik yang hampir mirip

dengan proportionate stratified random sampling dalam hal heterogenitas populasi.

Namun, ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada pertimbangan jika

anggota populasi berstrata namun kurang proporsional pembagiannya.

Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000 orang yang berstrata

berdasarkan tingkat pendidikan SMP, SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya

sangat tidak seimbang yaitu :

SMP    : 100 orang

SMA    : 700 orang

DIII     : 180 orang

S1        : 10 orang

S2        : 10 orang

Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini sangat tidak seimbang

(terlalu kecil dibandingkan dengan strata yang lain) sehingga dua kelompok ini

seluruhnya ditetapkan sebagai sampel

d. Cluster Sampling

Cluster sampling atau sampling area digunakan jika sumber data atau populasi

sangat luas misalnya penduduk suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan

yang tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang dijadikan sampelnya,

maka wilayah populasi terlebih dahulu ditetapkan secara random, dan menentukan

jumlah sample yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan

menggunakan teknik proporsional stratified random sampling mengingat jumlahnya

yang bisa saja berbeda.

Contoh :

Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas proses belajar mengajar di tingkat

SMU. Populasi penelitian adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya

sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka penentuan sampelnya

dilakukan dalam tahapan sebagai berikut :

Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah. Misalnya ditentukan secara

acak 10 Provinsi yang akan dijadikan daerah sampel. Tahap kedua, mengambil

sampel SMU di tingkat Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel

provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka diambil secara acak

SMU tingkat Kabupaten yang akan ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten

Page 10: Populasi Dan Sampel

Sampel), dan seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan dijadikan

sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan SMU yang dijadikan sampel ini

diharapkan akan menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.

2. Non Probability Sampling

Dalam pengambilan sampel dengan cara nonprobability besarnya peluang elemen

untuk ditentukan sebagai sampel tidak diketahui. Dengan kata lain setiap anggota populasi

tidak memiliki kesempatan atau peluang yang sama sebagai sampel.

Teknik-teknik yang termasuk ke dalam Non Probability ini antara lain :

a. Sampling Sistematis

Teknik ini adalah teknik sampling yang menggunakan nomor urut dari

populasi baik yang berdasarkan nomor yang ditetapkan sendiri oleh peneliti maupun

nomor identitas tertentu, ruang dengan urutan yang seragam atau pertimbangan

sistematis lainnya.

Contohnya :

Akan diambil sampel dari populasi karyawan yang berjumlah 125. Karyawan

ini diurutkan dari 1 – 125 berdasarkan absensi. Peneliti bisa menentukan sampel yang

diambil berdasarkan nomor genap (2, 4, 6, dst) atau nomor ganjil (1, 2, 3, dst), atau

bisa juga mengambil nomor kelipatan (2, 4, 8, 16, dst).

b. Sampling Kuota

Sampling Kuota adalah teknik sampling yang menentukan jumlah sampel dari

populasi yang memiliki ciri tertentu sampai jumlah kuota (jatah) yang diinginkan.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap

kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka sampel kuota dapat

ditetapkan masing-masing 10 siswa per sekolah.

c. Sampling Insidential

Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara kebetulan, atau siapa

saja yang kebetulan (insidential) bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok

dengan karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan sampel.

Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada pelayanan Mall A.

Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall

A tersebut, maka siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan peneliti

(yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.

Page 11: Populasi Dan Sampel

d. Sampling Purposive

Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Misalnya, peneliti ingin

meneliti permasalahan seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan

adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan jelas permasalahan ini.

Atau penelitian tentang pola pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil

adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki kompetensi di bidang ini.

Teknik ini biasanya dilakukan pada penelitian kualitatif.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil atau kurang dari 100.

Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru di SMA XXX

Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka seluruh guru dijadikan sampel

penelitian.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah sampel yang semula kecil

kemudian terus membesar ibarat bola salju. Dimana sampel yang pertama di ambil

disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya,

sehingga jumlah sampel semakin banyak. Misalnya akan dilakukan penelitian tentang

pola peredaran narkoba di wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi,

kemudian terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau responden

terus berkembang sampai ditemukannya informasi yang menyeluruh atas

permasalahan yang diteliti. Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.

Beberapa kemungkinan dalam menetapkan sampel dari populasi :

a. Sampel proporsional

Sampel proporsional menunjuk kepada perbandingan penarikan sampel dari beberapa

substansi yang tidak sama jumlahnya. Dengan kata lain, unit sampling pada setiap

subsample sebanding jumlahnya dengan unit sampling dalam setiap sub populasi.

b. Area sampel

Sampel ini memiliki kesamaan dengan proporsional sampel. Perbedaannya terletak

pada subpopulasi yang ditetapkan berdasarkan daerah penyebaran populasi yang

Page 12: Populasi Dan Sampel

hendak diteliti. Perbandingan besarnya subpopulasi menurut daerah penelitian

dijadikan dasar dalam menentukan ukuran setiap subsample.

c. Sampel ganda

Penarikan ganda atau sampel kembar dilakukan dengan maksud mengulangi

kemungkinan sampel minimum yang diharapkan tidak masuk seluruhnya. Untuk itu

jumlah atau ukuran sampel ditetapkan dua kali lebih baik dari yang ditetapkan.

Penentuan sampel sebanyak dua kali lipat itu dilakukan terutama apabila alat

pengumpul data yang dipergunakan adalah kuesioner atau angket yang dikirim

melalui pos.

d. Sampel majemuk

Sampel majemuk ini merupakan perluasan dari sampel ganda. Pengambilan sampel

dilakukan lebih dari dua kali lipat, tetap memiliki kesamaan dengan unit sampling

yang pertama. Dengan sample majemuk ini kemungkinan masuknya data sebanyak

jumlah sampel yang telah ditetapkan tidak diragukan lagi.3

3 Margono, S. Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: RinekaCipta, 2007. Hal. 130