populasi dan pola penyebaran kantong semar di rhino camp ...digilib.unila.ac.id/24722/2/skripsi...

60
POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR (Nepenthes gracilis) DI RHINO CAMP RESORT SUKARAJA ATAS KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS) (Skripsi) Oleh SARTIKA FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Upload: dangthu

Post on 22-Mar-2019

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR(Nepenthes gracilis) DI RHINO CAMP RESORT SUKARAJA ATAS

KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

(Skripsi)

Oleh

SARTIKA

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 2: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

Sartika

ABSTRAK

POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR(Nepenthes gracilis) DI RHINO CAMP RESORT SUKARAJA ATAS

KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

Sartika

Kantong semar (Nepenthes gracilis) tergolong tumbuhan karnivora yang dapat

ditemui di beberapa hutan di Indonesia dengan beragam bentuk. Keunikan

tanaman ini berasal dari kantong yang dibentuk oleh daun sebagai mekanisme

pertahanan diri untuk mendapatkan makanan. Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan (TNBBS) tepatnya Rhino Camp Resort Sukaraja Atas menjadi salah satu

habitat dari tanaman unik ini, sehingga memiliki peran penting terhadap

keberadaan tanaman tersebut. Penelitian ini menjadi penting dilakukan karena

belum tersedianya data mengenai N. gracilis dilokasi tersebut. Penelitian

dilakukan pada bulan Februari 2016 yang bertujuan untuk mengetahui populasi

dan pola penyebaran N. gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas TNBBS.

Penelitian ini menggunakan metode transek bergaris yang penempatannya secara

purposive sampling. Ditemukan sebanyak 2079 kantong N. gracilis yang tersebar

di enam transek. Sebanyak 60% N. gracilis menutupi lokasi petak pengamatan

dengan nilai parameter kuantitatif Nepenthes terbesar terdapat pada transek tiga

Page 3: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

Sartika

dengan Kerapatan (K)= 11,080 kantong/ha, Kerapatan Relative (KR)= 26,67%,

Frekuensi (F)= 0,150%, Frekuensi Relative (FR)= 25,08% dan nilai terendah

terdapat pada transek enam dengan Kerapatan (K)= 1,200 kantong/ha, Kerapatan

Relative (K)= 28,9 %, Frekuensi (F)= 0,041%, Frekuensi Relative (FR)= 6,85.

Termasuk pada pola penyebaran bergerombol dengan ketinggian tempat antara

615 – 645 m dpl.

Kata kunci: Nepenthes, Sukaraja Atas, TNBBS, Transek Garis.

.

Page 4: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

Sartika

ABSTRACT

POPULATION AND DISTRIBUTION PATTERN KANTONG SEMAR(Nepenthes gracilis) IN RHINO CAMP RESORT SUKARAJA ATASREGION BUKIT BARISAN SELATAN NASIONAL PARK (BBSNP)

By

Sartika

Kantong semar (Nepenthes gracilis) classified as carnivorous plants which could

be found within some forests area in Indonesia in various forms. The uniqueness

from this plants is on its pitcher shape which constructed from its leaf as the

defense mechanism, particularly to gain nutrition. Bukit Barisan Selatan National

Park (BBSNP), particularly Rhino Camp, Sukaraja Atas Resort has become one of

its habitat, therefore this place is essential through its sustainability. Due to the

fact that less data available about N. gracilis in that location, so that this reaserch

was need to be done. The research was conducted in February 2016 with the aims

to determined the population and dissemination pattern of N. gracilis in Rhino

Camp, Sukaraja Atas Resort, BBSNP. The data was collected by line transects

which placed purposively. The results shown that there was 2079 pitcher of N.

gracilis disseminated on six transects. About 60% N. gracilis covered locations

plot observations with highest quantitative parameter value was situated on 3rd

transect with the density (D) 11, 08 pitcher/ha, relative density (DR) 26, 67%,

frequency (F) 0,150%, relative frequency (FR) 25, 08% and the lowest was on

Page 5: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

Sartika

sixth transect with the density (D) 1,200 pitcher/ha, relative density (DR) 28, 9%,

frequency (F) 0,041%, relative frequency (FR) 6,85. The dissemination pattern

included as assembled in the altitude 615-645 meters above sea level.

Keywords : Line transect, Nepenthes, Sukaraja atas, BBSNP.

Page 6: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR(Nepenthes gracilis) DI RHINO CAMP RESORT SUKARAJA ATAS

KAWASAN TAMAN NASIONAL BUKIT BARISAN SELATAN (TNBBS)

Oleh

SARTIKA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan KehutananFakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 7: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini
Page 8: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini
Page 9: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Simpangsari, Sumberjaya, Lampung

Barat, pada tanggal 05 Februari 1994, merupakan anak ke

dua dari enam bersaudara pasangan Bapak Bambang

Sutrisno dan Ibu Ngatemi. Penulis mengawali pendidikan

di Sekolah Dasar (SD) yaitu SD Negeri 03 Simpangsari

diselesaikan pada tahun 2006, selanjutnya Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 02 Sumberjaya diselesaikan pada tahun 2009

dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 01 Sumberjaya diselesaikan pada

tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan tingginya di Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Selama kuliah penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa

Pajar Baru Kecamatan Pancajaya Kabupaten Mesuji pada semester ganjil tahun

ajaran 2014/2015. Selanjutnya, pada bulan Januari hingga Maret tahun 2015

penulis melaksanakan Praktek Umum (PU) di Bagian Kesatuan Pemangkuan

Hutan (BKPH) Ngadisono Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kedu Selatan

Perum Perhutani Divisi Regional Jawa Tengah pada bulan Juli hingga September

2015. Pada tahun ajaran 2015/2016 Penulis dipercayai menjadi asisten dosen mata

kuliah Analisis Keanekaragaman Hayati.

Page 10: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

Selain menjalani perkuliahan sebagai peningkatan hardskill penulis juga aktif

mengikuti organisasi kemahasiswaan sebagai wadah pembelajaran dan

peningkatan kapasistas softskill. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai

anggota muda Himpunan Mahasiswa Jurusan Kehutanan (Himasylva) dan tahun

2013 hingga 2016 terdaftar menjadi anggota utama.

Page 11: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

Dalam kerendahan hati ini ku dedikasikan karya sederhanaku ini kepada orang-orang yangkusayangi Ayahanda Bambang Sutrisno, dan Ibunda Ngatemi. Cece tersayang Ismi

Rahayu, serta adik adikku Fitri Anriyani, Sri Kartini, Dimas Adi Saputra dan DirgaAdi Saputra serta Ari Winata Findua semoga ini dapat menjadi langkah awal untuk dapat

membuat kalian bahagia dan bangga kepadaku.

Page 12: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

iii

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin sembah sujud, dan syukur kepada Allah SWT berkat

karunia serta kemudahan yang Engkau berikan akhirnya skripsi sederhana dengan

judul ”Populasi dan Pola Penyebaran Kantong Semar (Nepenthes gracilis) di

Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan (TNBBS)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan di Universitas Lampung ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam

selalu terlimpahkan keharibaan Rasulullah Muhammad SAW.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan guna langkah penulis berikutnya yang lebih baik.

Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan

bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan

kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan., M.Si. sebagai pembimbing pertama yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari

awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

2. Bapak Jani Master, S.Si., M.Si. sebagai pembimbing kedua yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan, motivasi dan petunjuk kepada penulis

mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

terselesaikan.

Page 13: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

iii

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. sebagai dosen penguji atas saran

dan kritik yang telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.S. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung yang telah banyak membantu Penulis dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 (satu).

5. Ibu Dr. Melya Riniarti., S.P.,M.Si selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung yang telah banyak membantu Penulis dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 (satu).

6. Bapak Duriat, S.Hut., M.Si selaku Sekertaris Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung yang telah banyak membantu Penulis dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 (satu).

7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Lampung yang telah banyak membantu Penulis dalam

menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 (satu).

8. Pengelola Taman Nasional Bukit Barisan Selatan yang telah membantu dalam

menyelesaikan tugas akhir Penulis.

9. Teman teman yang membantu pengumpulan data dilapangan Nano Suryono,

Susi Indriyani, Delima NR, Apri Hidayat, Kristian GB Nahor, Erin Agesta A,

Rita Gusmalinda, Roly Mardinata, Anggraini Eka W

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Bandar Lampung, 17 November 2016

Sartika

Page 14: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

v

DAFTAR ISI

HalamanDAFTAR TABEL ................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... vii

I. PENDAHULUANA. Latar Belakang .................................................................................. 1B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 3D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 4E. Kerangka Pemikiran .......................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKAA. Morfologi Nepenthes ...................................................................... 7B. Habitat Nepenthes .......................................................................... 13C. Faktor Fisik Lingkungan ............................................................... 16D. Jenis – Jenis Nepenthes di Sumatera .............................................. 17E. Status Perlindungan ........................................................................ 17F. Fungsi Ekonomi dan Ekologi Nepenthes ....................................... 18G. Keanekaragaman Spesies ............................................................... 20H. Kerapatan ....................................................................................... 21I. Pola Penyebaran ............................................................................. 22

III. METODE PENELITIANA. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 23B. Alat dan Bahan ............................................................................... 23C. Batasan Penelitian ............................................................................ 24D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data .................................................................................... 242. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................... 25

E. Analisis Data ..................................................................................... 27F. Penyajian Data .................................................................................. 28

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIANA. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) .......................... 29B. Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS .......................................... 32

Page 15: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

v

HalamanV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Populasi Nepenthes gracilis ........................................................... 34B. Parameter Kuantitatif ..................................................................... 45C. Pola Penyebaran Nepenthes gracilis ............................................... 48D. Parameter Lingkungan ................................................................... 52

VI. SIMPULAN DAN SARANA. Simpulan .......................................................................................... 57B. Saran ................................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 59

LAMPIRANTabel 4-5 .................................................................................................. 65-68Gambar 18-21 .......................................................................................... 69-70

Page 16: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman1. Jumlah N. gracilis pada tiap transek di Rhino Camp Sukaraja Atas

Kawasan TNBBS ..................................................................................... 34

2. Data kerapatan dan frekuensi dari Nepenthes pada tiap transek diRhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS ............................ 45

3. Hasil pengukuran faktor abiotik pada petak pengamatan diRhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS ............................ 52

4. Tabel hasil pengukuran ketinggian tempat serta titikdiketemukannya N. Gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja AtasKawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ................... 65

5. Data hasil pengamatan populasi dan pola penyebaran N. Gracilisdi Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan Taman NasionalBukit Barisan Selatan (TNBBS) ............................................................. 67

Page 17: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman1. Diagram alir kerangka penelitian populasi dan pola persebaran

Nepenthes gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja AtasKawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) ................ 6

2. Bentuk kantong Nepenthes ................................................................... 11

3. Bagian - bagian Nepenthes ................................................................ 12

4. Desain petak contoh dengan metode transek garis ............................... 26

5. Nepenthes gracilis warna kantung hijau (a) kantung merah (b)dan kantung coklat kemerahan (c) ........................................................ 37

6. Nepenthes gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas KawasanTNBBS dengan kantong berwarna hijau .............................................. 37

7. Nepenthes gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja AtasKawasan TNBBS .................................................................................. 38

8. Bunga Nepenthes gracilis yang mekar di Rhino Camp ResortSukaraja Atas Kawasan TNBBS .......................................................... 39

9. Paku resam (Gleichenia spp) yang ditempeli Nepenthesgracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS.......... 40

10. Artabothrys sp. (Annonaceae) yang ditemukan di sekitar tempattumbuh Nepenthes gracilis di Rhino Camp Resort SukarajaAtas Kawasan TNBBS .......................................................................... 41

11. Smilax sp. (Smilaceae) yang ditemukan di sekitar tempattumbuh Nepenthes gracilis di Rhino Camp Resort SukarajaAtas Kawasan TNBBS ......................................................................... 42

12. Crassocephalum Crepidioides (Asteraceae) yang ditemukan disekitar tempat tumbuh Nepenthes gracilis di Rhino CampResort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS ............................................... 42

Page 18: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

viii

Gambar Halaman13. Blechnum finlaysonianum (Blechnaceae) yang ditemukan di

sekitar tempat tumbuh Nepenthes gracilis di Rhino CampResort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS ............................................... 43

14. Melastoma malabathricum (Melastoma) yang ditemukan disekitar tempat tumbuh Nepenthes gracilis di Rhino CampResort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS ............................................... 43

15. Clidemia hirta (Clidemia) yang ditemukan di sekitar tempattumbuh Nepenthes gracilis di Rhino Camp Resort SukarajaAtas Kawasan TNBBS ......................................................................... 44

16. Imperata cylindrical (Imperata) yang ditemukan di sekitartempat tumbuh Nepenthes gracilis di Rhino Camp ResortSukaraja Atas Kawasan TNBBS .......................................................... 44

17. Pola penyebaran Nepenthes gracilis di Rhino Camp ResortSukaraja Atas TNBBS dengan menggunakan ArcGIS 10.3 ................. 49

18. Proses identifikasi jenis Nepenthes di Rhino Camp ResortSukaraja Atas Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS)................................................................................................ 69

19. Pembuatan plot pengamatan di Rhino Camp Resort SukarajaAtas Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS)................................................................................................ 69

20. Pengukuran tutupan kanopi di Rhino Camp Resort SukarajaAtas Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS)................................................................................................ 70

21. Pemindahan data yang didapat pada petak pengamatan di RhinoCamp Resort Sukaraja Atas Kawasan Taman Nasional BukitBarisan Selatan (TNBBS)...................................................................... 70

Page 19: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Nepenthes merupakan tumbuhan bawah (herba) dan dapat tumbuh sebagai liana

maupun tumbuh secara teresterial (Mansur, 2012). Tumbuhan ini mempunyai

kemampuan memangsa serangga (insectivorous species/pitcher plan), sehingga

digolongkan sebagai tumbuhan karnivora dan umumnya hidup pada tanah miskin

hara (Mardhiana dkk., 2012), pemangsaan tersebut merupakan mekanisme

tersendiri bagi Nepenthes untuk mengatasi keterbatasan hara yang ada.

Tanaman Nepenthes termasuk tumbuhan yang dilindungi berdasarkan Undang-

Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan

Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on

International Trade in Endangered Species (CITES) yang mengategorikan N.

gracilis dalam Appendix II (CITES, 2008). Tanaman yang masuk dalam

Appendix-2 merupakan tanaman yang terancam punah namun populasinya lebih

banyak di alam dibandingkan Appendix-1. N. gracilis juga masuk pada red list,

kriteria IUCN dengan kriteria Risiko Rendah (Low Risk) (IUCN, 2000).

Page 20: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

2

Nepenthes termasuk salah satu tanaman unik dan terkenal di dunia yang banyak

tumbuh di hutan (Anwar dkk., 2006). Keunikan Nepenthes terlihat dari bentuk dan

warna kantong yang beranekaragam sehingga menjadikan tanaman ini sebagai

tanaman hias yang bernilai ekonomi tinggi (Puspitaningtyas dkk., 2007).

Terdapat 103 jenis Nepenthes yang sudah dipublikasikan (Firstantinovi dan

Karjono, 2006). Terdapat 64 jenis diantaranya hidup di Indonesia (Handayani,

2008) sebanyak 32 jenis tersebar di Pulau Borneo yaitu Serawak, Sabah, Brunei

dan anah yang dikenal sebagai pusat persebaran Nepenthes. Pulau Sumatra

menempati posisi kedua dengan 29 jenis yang sudah teridentifikasi (Anwar dkk.,

2007), 10 jenis di Pulau Sulawesi, sembilan jenis di Papua, empat jenis di Maluku

dan dua jenis di Jawa. Saat ini N. gracilis di temukan di beberapa Negara yaitu

Brunei Darussalam; Indonesia (Kalimantan, Sulawesi, Sumatera); Malaysia

(Peninsular Malaysia, Sabah, Sarawak); Singapore dan Thailand.

Salah satu habitat N. gracilis di Pulau Sumatra yaitu di Kawasan Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS) tepatnya di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas.

TNBBS sendiri merupakan salah satu perwakilan dataran rendah yang memiliki

tingkat biodiversitas cukup tinggi dengan ekosistem yang masih asli. Terletak di

ujung selatan bagian barat Provinsi Lampung sampai bagian selatan Provinsi

Bengkulu. Populasi Nepenthes di alam semakin berkurang (Akhriadi dan

Hernawati, 2006) dan hanya dapat di temukan di kawasan konservasi seperti di

TNBBS. Eksploitasi Nepenthes dari alam untuk kepentingan ekonomi serta

degradasi hutan yang mengancam habitat alami dari Nepenthes memperburuk

keberadaannya di alam (Anwar, 2007).

Page 21: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

3

Jenis flora yang baru di temukan di TNBBS yaitu 514 jenis tumbuhan, 126 jenis

anggrek, 26 jenis rotan, 15 jenis bambu. Informasi mengenai jenis dan pola

penyebaran Nepenthes di Kawasan TNBBS masih belum mencukupi. Menurut

Das (1997), kelengkapan informasi merupakan faktor esensial dalam menyusun

rencana konservasi dan strategi pengelolaan sumber daya alam hayati sehingga

perlu dilakukanya penelitian mengenai populasi dan pola penyebaran N. gracilis

di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS yang dapat dijadikan

sebagai sumber informasi dan penyusunan strategi konservasi yang dapat

diupayakan.

B. Rumusan Penelitian

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah

1. Bagaimanakah populasi N. gracilis di Rhino Camp?

2. Bagaimanakah pola penyebaran dari N. gracilis di Rhino Camp Resort

Sukaraja Atas Kawasan TNBBS?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi populasi dan pola penyebaran N.

gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS.

Page 22: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

4

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan data atau sumber informasi ilmiah

untuk penelitian yang membutuhkan data mengenai jenis, parameter kuantitatif

dan pola penyebaran N. gracilis di Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS dan

diharapkan menjadi bahan masukan bagi pengelola kawasan TNBBS serta

Universitas Lampung untuk melakukan tindakan konservasi lebih lanjut di Resort

Sukaraja atas TNBBS.

E. Kerangka Penelitian

Nepenthes adalah tumbuhan yang memiliki kantong pada ujung daunnya dengan

berbagai bentuk, ukuran, dan warna yang beranekaragam (Handayani, 2008).

Variasi dari kantong ini yang menjadikan Nepenthes dimanfaatkan sebagai

tanaman hias. Menurut Listiawati dan Siregar (2008) selain sebagai tanaman hias,

cairan yang terdapat di dalam kantong Nepenthes yang belum terbuka dapat

digunakan sebagai obat.

Berkurangnya N. gracilis dihabitat alami menjadikannya dalam golongan

tumbuhan yang dilindungi. Berkurangnya populasi tanaman ini di alam

dikarenakan banyaknya pemanfaatan secara langsung dari habitatnya serta

semakin berkurangnya habitat di alam. Oleh karena terus berkurangnya populasi

Nepenthes di alam, pemerintah memberikan status konservasi tanaman Nepenthes

termasuk tanaman yang dilindungi berdasarkan Undang-Undang No. 5 tahun 1990

tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya serta Peraturan

Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Hal ini

Page 23: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

5

juga didukung dengan adanya regulasi Convention on International Trade in

Endangered Species (CITES), yaitu Nepenthes rajah dan Nepenthes khasiana

yang sudah terancam punah di alam, termasuk dalam kategori Appendix I (daftar

seluruh spesies tumbuhan dan hewan liar yang dilarang dalam segala bentuk

perdagangan internasional). N. gracilis, dan Nepenthes yang lain berada dalam

kategori Appendix II (daftar spesies tumbuhan dan hewan liar yang tidak

terancam punah, tetapi mungkin terancam punah apabila perdagangan terus

berlanjut) (Anwar, dkk., 2006).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi dan pola persebaran N.

gracilis dengan menggunakan metode transek garis yang penempatannya secara

purposive sampling dimana terdapat jenis N. gracilis. Pengamatan dibuat secara

diskontinu dengan ukuran plot masing-masing adalah 5 m x 5 m, jumlah transek

di lapangan yaitu sebanyak enam dengan panjang masing-masing transek adalah

100 m. Informasi yang didapat diharapkan mampu menjadi bahan masukan bagi

pengelolaan dan masyarakat sekitar TNBBS untuk melakukan tindakan

konservasi. Berikut diagram alir kerangka pemikiran jenis, kerapatan dan pola

penyebaran Nepenthes di Resort Sukaraja Atas TNBBS disajikan pada Gambar 1.

Page 24: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

6

Gambar 1. Diagram alir kerangka penelitian populasi dan pola penyebaranNepenthes gracilis di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas KawasanTaman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Nepenthes di Rhino Camp Resort Sukaraja AtasTNBBS

Identifikasijenis

Nepenthes

Mengukur Suhu Kelembaban Keasaman

tanah (pH) Tutupan

kanopi

Analisis data

Informasi tentang jenis, kerapatan danpola penyebaran N. gracilis

Titik koordinatdan ketinggian

JumlahNepenthes per-transek

Data Sekunder (Studi Literatur)Data Primer (Observasi langsung)

MetodeTransek garis

ParameterLingkungan

jenis dan jumlahNepenthes

petak terdapatNepenthes danjumlah seluruhpetak

jenisNepenthes

K dan KRF dan FR Peta penyebaran

Page 25: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

Hutan adalah sumberdaya alam yang merupakan habitat alami berbagai jenis

tumbuhan dan satwa liar. Saat ini habitat satwa liar dan tumbuhan terus menerus

mengalami tekanan dari aktivitas manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan

hidup. Menurut Soerinegara dan Indrawan (1982) tumbuhan memiliki korelasi

yang sangat nyata dengan tempat tumbuh dalam hal penyebaran jenis, kerapatan,

dan penyebaran. Dalam kondisi iklim yang sama, komunitas tumbuhan

ditentukan oleh keadaan topografi serta kesuburan tanah.

A. Morfologi Nepenthes

Klasifikasi Nepenthes termasuk dalam kerajaan Plantae, divisi Magnoliophyta,

subdivisi Magnoliophyta, kelas Choripetaleae, ordo Nepenthales, family

Nepenthaceae, genus Nepenthes, spesies Nepenthes spp. (Dariana, 2010).

Nepenthes termasuk dalam famili Nepenthaceae yang monogenerik atau satu

genus (Keng, 1969). Famili tersebut merupakan satu dari tiga famili tumbuhan

berbunga yang dikenal sebagai tumbuhan pemangsa (Core, 1962). Morfologi

kantong Nepenthes adalah kunci utama dalam determinasi jenis-jenis tumbuhan

tersebut. Karakteristik akar dan daun juga sangat penting untuk diperhatikan

dalam menentukan jenis Nepenthes (Lauffenburger dan Arthur, 2000).

Page 26: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

8

Adapun morfologi tanaman Nepenthes sebagai berikut:

1. Batang

Nepenthes mempunyai batang sangat kasar dengan diameter 3-5 cm dan panjang

internodus antara 3-10 cm dengan warna bervariasi yaitu hijau, merah coklat

kehitaman dan ungu tua. Pada beberapa spesies, panjang batang Nepenthes dapat

mencapai hingga 15-20 meter (Osunkoya dkk., 2007). Batang Nepenthes

merambat diantara semak belukar dan pohon menggunakan sulur daun atau dapat

juga menyemak di atas permukaan tanah. Bentuk batang dari tiap Nepenthes

berbeda tergantung dari spesiesnya, ada yang segitiga, segiempat, membulat dan

bersudut (Hansen, 2001).

2. Daun

Helaian daun Nepenthes panjang berwarna hijau atau hijau kekuningan dengan

calon kantong terdapat di luar helaian daun keluar dari sulur berbentuk silinder

dengan ukuran sama panjang atau lebih panjang dari daun. Ujung sulur yang

berwarna kuning kehijauan berkembang menjadi kantong pada lingkungan yang

sesuai (James dan Pietropaolo, 1996).

3. Akar

Nepenthes merupakan tanaman berakar tunggang sebagaimana tanaman dikotil

lainnya. Perakaran tumbuh dari pangkal batang, memanjang, dengan akar-akar

sekunder di sekitarnya. Akar yang sehat berwarna hitam dan tampak berisi namun

perakaran Nepenthes rata-rata kurus dan sedikit, bahkan hanya terbenam sampai

kedalaman 10 cm dari permukaan tanah (Clarke, 2001).

Page 27: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

9

4. Bunga

Nepenthes merupakan tanaman dioceous, yaitu bunga jantan dan bunga betina

berada pada tanaman yang berbeda. Bunga dihasilkan dari bagian apex pada

batang tanaman yang telah dewasa. Benang sari berjumlah 40 - 46, tangkai

sarinya berlekatan membentuk suatu kolom. Bakal buah menumpang, beruang

empat dan berisi banyak bakal biji. Tangkai putik berjumlah satu atau kadang

tidak ada dengan bentuk kepala putik berlekuk-lekuk (Kurata dkk., 2008).

Perkembangbiakan Nepenthes dialam yaitu secara generatif yaitu pada bunga

betina serangga dibutuhkan sebagai polinator dan setelah terjadi penyerbukan

tersebut, bunga betina akan berkembang membentuk buah dan menghasilkan biji.

Buah yang telah matang sempurna akan pecah dan biji-biji Nepenthes yang ringan

ini sangat mudah diterbangkan oleh angin dan selanjutnya biji ini akan tumbuh di

tempat yang sesuai (Giusto dkk., 2008).

Perkembangbiakan secara vegetatif pada Nepenthes biasanya dilakukan karena

tanaman ini sulit berkembang di alam. Biasanya perkembangbiakan vegetatif

melalui stek yaitu dengan cara memotong batang tanaman dewasa yang telah

memanjang. Bahan stek yang digunakan dapat berupa pucuk ataupun bagian

batang lainnya yang masih berwarna hijau. Menurut Baloari dkk. (2013),

perkembangbiakan vegetatif di alam Nepenthes dengan pembentukan tunas juga

dapat menyebabkan adanya pertumbuhan individu baru dan akan terbentuk secara

mengelompok.

Page 28: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

10

5. Buah dan biji

Buah Nepenthes membutuhkan waktu sekitar tiga bulan agar dapat berkembang

penuh hingga masak setelah masa fertilisasi. Ketika masak, buah tanaman

Nepenthes akan retak menjadi empat bagian dan biji-bijinya akan terlepas.

Penyebaran biji Nepenthes biasanya dengan bantuan angin. Kapsul buah tanaman

Nepenthes tersebut banyak yang rusak karena gigitan ngengat. Ngengat biasanya

memakan buah dari tanaman Nepenthes yang sedang berkembang (Clarke, 1997)

6. Kantong

Kantong Nepenthes mempunyai warna sangat menarik yaitu hijau dengan bercak

merah. Serangga yang tertarik oleh warna, lebih jauh dipikat dengan ekstrafloral

nectaria dan bau-bauan yang dihasilkan oleh kelenjar di bagian bawah bibir yang

berlekuk-lekuk dan menjorok ke dalam rongga kantong. Serangga teresebut

terpeleset dari bibir yang licin berlilin ke dalam cairan di dalam kantong yang

berisi enzim proteolitik dan hidrolitik pencernaan yang dihasilkan kelenjar di

pangkal kantong (Wang, 2007). Lilin di permukaan kantong memungkinkan

serangga yang terjebak untuk tidak keluar. Proses dekomposisi tersebut

menyediakan beberapa nutrisi penting yang mungkin tidak tersedia dan tidak

dapat diperoleh secara optimal oleh Nepenthes dari lingkungannya (Frazier,

2000).

Secara umum bentuk kantong Nepenthes menyerupai kendi, piala, terompet

ataupun periuk. Setiap jenis Nepenthes setidaknya memiliki dua bentuk kantong,

karena antara kantong bawah (Lower pitcher) dan kantong atas (Upper pitcher)

Page 29: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

11

menunjukkan bentuk yang jauh berbeda. Menurut Mansur (2006), adapun sketsa

beberapa bentuk umum kantong Nepenthes ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Bentuk Kantong Nepenthes (sumber: Widhiastuti dan Saputri, 2010).

Dengan keterangan gambar sebagai berikut:(A) Bentuk kendi (Ventricose).

A-1 kendi berleher panjang seperti pada kantong atas (upper pitcher) N.diatas Jebb & Cheek. ;A-2 kendi gentong, bentuk umum kantong bawah (lower pitcher);A-3 kendi bermulut lebar sepeti N. clipeata Danser.,A-4 kendi berperut besar , bentuk kantong pada Nepenthes spp.,

(B) bentuk piala / gelas.B-1 bentuk cawan piala (strikingly infundibular) seperti pada N. dubiaDenser. dan N. inermis Denser.,B-2 bentuk gelas tambun (globose), khas pada N. ampullaria Jack.,B-3 bentuk bola-tambun (urceolate) bermulut seperti pada N. aristolochiodesJebb & Cheek.,

(C) bentuk terompet (infundibular).C-1 bentuk terompet panjang / langsing, bentuk khas pada N. spectabilisDanser.,C-2 bentuk terompet pendek/tambun seperti pada N. rafflesiana Danser. danN. rafflesiana Jack

Page 30: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

12

Nepenthes tergolong dalam ‘carnivorous plant’ atau tumbuhan pemangsa, namun

sering juga disebut dengan ‘insectivorous plant’ atau tumbuhan pemangsa

serangga. Memiliki kantong yang berfungsi sebagai sumber hara seperti nitrat

dan fosfat. Aktivitas enzim proteolase sangat dipengaruhi oleh pH (keasaman)

dengan pH<4. Tumbuhan ini hidup di tanah yang miskin unsur hara mengunakan

kantongnya sebagai alat untuk memenuhi kekurangan suplai nutrisi dari tanah.

Sulurnya dapat mencapai permukaan tanah atau menggantung pada cabang-

cabang ranting pohon sehingga berfungsi sebagai pipa penyalur nutrisi dan air.

Kantong Nepenthes bukan bunga, melainkan daun yang berubah fungsi menjadi

alat untuk memperoleh nutrisi dari serangga yang terperangkap, sedangkan yang

mirip daun sebenarnya adalah tangkai daun yang melebar, dan tetap berfungsi

sebagai dapur untuk fotosintesis (Mansur, 2006). Berikut adalah bagian bagian

dari Nepenthes dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Bagian - Bagian Nepenthes (sumber: Widhiastuti dan Saputri, 2010).

Page 31: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

13

Menurut Witarto (2006), kemampuan Nepenthes yang unik dan berasal dari

negara tropis itu menjadikannya sebagai tanaman hias pilihan yang eksotis di

Jepang, Eropa, Amerika dan Australia justrus di Indonesia sendiri sedikit yang

mengenal dan memanfaatkannya.

Menurut Mansur (2006), Nepenthes memilki tiga bentuk kantong yang berbeda

meskipun dalam satu individu yaitu:

1. Kantong roset, merupakan kantong kantong yang keluar dari ujung daun roset.

2. Kantong bawah, merupakan kantong keluar dari daun yang letaknya tidak jauh

dari permukaan tanah dan biasanya menyentuh permukaan tanah. Kantong ini

memiliki dua sayap yang befungsi sebagai alat bantu untuk menangkap

serangga.

3. Kantong atas merupakan kantong berbentuk corong atau silinder dan tidak

memiliki sayap. Kantong ini berfungsi untuk menangkap serangga yang

terbang, bukan serangga yang berasal dari tanah.

B. Habitat Nepenthes

Nepenthes hidup di tempat terbuka atau agak terlindung di habitat yang miskin

unsur hara dan memiliki kelembaban udara yang cukup tinggi. Tumbuhan ini

dapat hidup di hutan hujan tropik dataran rendah, hutan pegunungan, hutan

gambut, hutan kerangas, gunung kapur, dan padang savana. Berdasarkan

ketinggian tempat tumbuhnya Nepenthes dibagi menjadi tiga kelompok yaitu

Nepenthes dataran rendah, Nepenthes dataran menengah dengan ketinggian 500-

1000 m dpl dan Nepenthes dataran tinggi (Anwar dkk., 2007).

Page 32: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

14

Sutoyo (2007), menyebutkan beberapa Nepenthes yang hidup dataran tinggi yaitu

N. burbidgeae, N. lowii, N. rajah, N. villosa, N.fusca, N. sanguinea, N. diatas, N.

densiflora, N. dubia, N. ephippiata. Jenis-jenis tersebut adalah penghuni daerah

pegunungan berketinggian lebih dari 1000 m dpl dengan kisaran suhu malam hari

yaitu 20–12ºC dan siang hari antara 25–30ºC. Nepenthes dataran rendah

diantaranya yaitu N. alata, N. eymae, N. khasiana, N. mirabilis, N. ventricosa, N.

ampullaria, N. bicalcarata, N. gracilis, N. maxima, N. reinwardtiana dan N.

tobaica. Jenis-jenis ini tumbuh di dataran berketinggian 0–500 m dpl. Nepenthes

dataran rendah biasanya bersifat epifit menempel di batang pepohonan. Namun

ada juga yang hidup secara terestrial di atas tanah bercampur serasah dedaunan.

Suhu harian antara 22–34º C dan kelembaban udara 70–95%. Sedangkan

Nepenthes dataran menengah yaitu N. raflesiana, N. adnata, N. clipeata, dan N.

mapuluensis.

Karakter dan sifat Nepenthes berbeda pada tiap jenisnya. Beberapa Nepenthes

yang hidup di habitat hutan hujan tropik dataran rendah dan hutan pegunungan

bersifat epifit, yaitu menempel pada batang atau cabang pohon lain. Pada habitat

yang cukup ekstrim seperti hutan kerangas yang suhunya bisa mencapai 30º C

pada siang hari, Nepenthes beradaptasi dengan daun yang tebal untuk menekan

penguapan air dari daun. Sementara kantong semar di daerah savana umumnya

hidup terestrial, tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 m

(Anwar dkk., 2006).

Page 33: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

15

Menurut Mansur (2006), terdapat beberapa hara alami Nepenthes dan

karakteristiknya sebagai berikut:

1. Hutan Hujan Tropik Dataran Rendah

Tipe ekosistem hutan hutan hujan tropik dataran rendah memiliki jenis vegetasi

lebih beragam dibandingkan dengan tipe lainnya. Hutan ini tersebar mulai dari

garis pantai hingga ketinggian 1.500 m dpl dengan suhu antara 22o C - 34o C dan

kelembaban udara 70 – 95%. Nepenthes yang hidup dihabitat ini ada yang

bersifat epifit, seperti N. veitchii dan N. gymnamphora.

2. Hutan Pegunungan

Hutan pegunungan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl dengan suhu udara

lebih dingin dan sering di selimuti kabut. Keanekaragaman jenis pohon di hutan

ini kurang bervariasi dibandingkan dengan dataran rendah. Nepenthes yang hidup

di habitat pegunungan antara lain N. tentaculata dan N. lowii.

3. Hutan Gambut

Keanekaragaman tumbuhan di hutan gambut relatif rendah, hanya tumbuhan

toleran yang dapat hidup di lingkungan genangan air asam dengan kelembaban

yang cukup tinggi. Beberapa Nepenthes yang dapat toleran terhadap kondisi

tempat tumbuh seperti tersebut antara lain: N. rafflesian, N. ampullaria, dan N.

gracilis.

4. Hutan Kerangas

Ciri utama hutan kerangas adalah lantai hutannya ditutupi oleh pasir putih yang

bersifat asam dan berasal dari batuan Ultrabasic. Hutan ini memiliki suhu diatas

Page 34: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

16

30o C. Nepenthes yang tumbuh ditempat ini seperti N. reinwardtiana, N. gracilis,

N. rafflesian, dan N. stenophyla.

5. Padang Savana

Ditempat inilah N. maxima hidup berkelompok dekat sumber-sumber air, seperti

parit dan sungai kecil. Umumnya, Nepenthes yang hidup di daerah terrestrial

tumbuh tegak dan memiliki panjang batang kurang dari 2 meter.

C. Faktor Fisik Lingkungan

Menurut Mansur (2006) menyatakan bahwa adapun faktor-faktor fisik lingkungan

yang diperlukan agar tanaman Nepenthes tumbuh dengan baik adalah sebagai

berikut:

1) Suhu Nepenthes dataran rendah umumnya hidup pada kisaran suhu 20-35oC,

sedangkan jenis dataran tinggi pada suhu 10-30oC. Ada beberapa jenis

Nepenthes dataran tinggi yang menghendaki suhu rendah hingga 4oC, untuk

dapat tumbuh dengan baik.

2) Kelembaban udara yang tinggi (>70%) merupakan syarat penting bagi

Nepenthes untuk tumbuh baik. Jika kelembaban terlalu rendah, dipastikan

Nepenthes tidak akan membentuk kantong dan tumbuhan ini tidak akan

tumbuh dengan baik. Memelihara tanaman dekat dengan sumber atau

genangan air dapat membantu agar kelembaban udara tetap tinggi.

3) Tingkat kebutuhan Nepenthes akan intensitas cahaya tergantung dari masing-

masing jenisnya. Terdapat beberapa jenis Nepenthes yang menghendaki sinar

matahari secara langsung dan ada juga yang membutuhkan sinar matahari

Page 35: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

17

secara tidak langsung. Meskipun intensitas cahaya yang dibutuhkan berbeda

untuk setiap jenisnya, tetapi penggunaan paranet dengan intensitas cahaya

50% yang diterima tanaman, umumnya sangat baik untuk semua jenis

Nepenthes dataran rendah yang ditanam di luar ruangan.

D. Jenis – Jenis Nepenthes di Sumatera

Terdapat 29 jenis Nepenthes di Sumatra yang menjadikan Sumatra sebagai urutan

kedua sebagai tempat persebaran Nepenthes di Indonesia. Dari jenis – jenis yang

sudah ditemukan, 12 diantaranya masih dalam proses identifikasi (Hernawati dan

Akhriadi, 2006). Semua jenis Nepenthes yang berada di Sumatra tersebar dari

rendah dataran sampai ke dataran tinggi. Menurut Oktiawan (2010) terdapat tiga

jenis Nepenthes yang dapat di Gunung Pesagi Lampung Barat yaitu N. spectabilis

Danser, N. pectinata Danser dan N. talangensis Nerz et Witsuba dengan pola

penyebaran ketiganya secara berkelompok.

E. Status Perlindungan

Status tanaman Nepenthes termasuk tanaman yang dilindungi berdasar- kan

Undang-Undang No. 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Hayati dan

Ekosistemnya serta Peraturan Pemerintah No. 7/1999 tentang Pengawetan Jenis

Tumbuhan dan Satwa. Hal ini sejalan dengan regulasi Convention on

International Trade in Endangered Species (CITES), dari 103 spesies Nepenthes di

dunia yang sudah dipublikasikan, 2 jenis: N. rajah dan N. khasiana masuk dalam

Page 36: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

18

kategori Appendix-1. Sisanya berada dalam kategori Appendix-2. Itu berarti

segala bentuk kegiatan perdagangan sangat dibatasi.

F. Fungsi Ekonomi dan Ekologi Nepenthes

Nepenthes tidak hanya unik dan indah namun tanaman ini mempunyai beberapa

manfaat diantaranya adalah:

1) Sebagai indikator iklim pada suatu kawasan atau areal yang di tumbuhi oleh

Nepenthes, berarti kawasan tersebut memiliki tingkat curah hujan dan

kelembaban tertentu, sertaindikator tanah miskin unsur hara.

2) Sebagai tumbuhan obat tradisional, yaitu cairan dari kantong Nepenthes

khasiana, digunakan sebagai obat batuk, untuk obat tetes mata, katarak, gatal-

gatal, radang pencernaan (Mansur, 2006). Rebusan akar Nepenthes ampularia

dan Nepenthes gracilis digunakan untuk mengobati sakit perut, Nepenthes

reinwardtiana digunakan untuk penyembuhan radang kulit, obat panas dalam

anak-anak dan anak-anak yang ngompol (Heyne, 1987) sedangkan di Irian

jaya dan Kalimantan akarnya digunakan sebagai astrigen (Cheek & Jebb,

2001; Irawanto, 2009). Sementara itu, kandungan protein (enzim protease

yang kemungkinan besar adalah Nepenthesin I dan Nepenthesin II) di dalam

kantong Nepenthes berpotensi untuk pengembangan bertani protein (Witarto,

2006).

3) Sumber air minum bagi pendaki gunung yang kehausan N. gymnamphora

merupakan sumber air yang layak minum karena pH-nya netral (6-7), tetapi

kantong yang masih tertutup, sebab kantong yang terbuka sudah

Page 37: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

19

terkontaminasi dengan jasad serangga yang masuk kedalam, dan pH-nya 3

sedangkan rasanya masam.

4) Sebagai Pengganti tali, batang dari Nepenthes reinwardtiana dan Nepenthes

ampularia berguna sebagai pengganti rotan karena bersifat liat dan tahan

lama, digunakan untuk mengikat pagar dan memikul barang (Heyne,1987).

5) Kantong yang sudah dewasa dipakai untuk wadah/tempat membuat dan

memasak makanan “rice pot” seperti lamang, godah (Sari, 2009).

6) Pengendali populasi serangga hama dan penyakit, peran penting dari

Nepenthes yang memangsa serangga seperti semut dan serangga lain yang

berpotensi sebagai hama dan penyakit.

7) Sumber Plasma Nuftah, Nepenthes merupakan spesies alami dengan potensi

genetik yang sangat tinggi. Secara genetis jenis Nepenthes berpeluang untuk

diisolasi dan direkayasa sedemikian rupa sehingga dapat direkombinasikan

dengan jenis-jenis Nepenthes yang lainnya untuk di budidayakan.

Keseimbangan ekosistem dan kekayaan plasma nutfah alam penting untuk

dijaga. Nepenthes saat ini telah menjadi industri florikultura di negara maju

seperti Eropa dan Amerika, bahkan Nepenthes mampu menjadi komoditi yang

sangat menguntungkan bagi negara tersebut. Melalui teknik perbanyakan

kultur jaringan, Nepenthes diperbanyak dan diperdagangkan secara legal

(padahal jenis yang mereka perbanyak adalah Nepenthes dari Indonesia).

Nilai ekonomi dari Nepenthes sebagai sumber plasama nuftah ini dapat

dihitung berdasarkan ketentuan harga jual dari plasma nuftah unggul di pasar

internasional.

Page 38: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

20

Perbanyakan Nepenthes dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu stek batang,

biji dan memisahkan anakan. Contoh dari jenis Nepenthes spp. liar yang telah

dibudidayakan sebagai tanaman hias adalah sebagai berikut: Nepenthes mirabilis,

N. reinwardtiana, N. rafflesiana, N. xhookeriana, N. ampullaria, N. gracilis, N.

truncata, N. bellii, N. khasiana, N. ventricosa, N. ventrata, N. adrianii, N. veitchii

dan N. northiana (Julianti, 2008).

G. Keanekaragaman Spesies

Keanekaragaman Spesies (H’) merupakan ciri tingkat komunitas berdasarkan

organisasi biologinya. Keanekaragaman spesies dapat digunakan untuk

menyatakan struktur biologinya dan mengukur stabilitas komunitas, yaitu

kemampuan komunitas untuk menjaga dirinya sendiri tetap stabil meskipun ada

gangguan terhadap komponen-komponennya (Indriyanto, 2006).

Suatu komunitas memiliki keanekargaman jenis yang tinggi, bila jenis yang

melimpah dan banyak ditemukan dalam komunitas tersebut (Brower dan Zar,

1979). Diversitas yang tinggi mengidentifikasikan bahwa komunitas tersebut

sangat sangat kompleks. Hal tersebut akan mengakibatkan interaksi jenis semakin

beragam. Menurut Odum (1993), tingkat kompetisi antar jenis dalam komunitas

akan keras apabila tingkat keanekargaman jenis tersebut tinggi serta memiliki

kelimpahan populasi. Meningkatnya persaingan dapat disebabkan oleh

terbatasnya sumber makanan dalam suatu habitat.

Page 39: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

21

H. Kerapatan

Kerapatan adalah jumlah individu suatu jenis tumbuhan dalam suatu luasan

tertentu, misalnya 100 individu/ha. Frekuwensi suatu jenis tumbuhan adalah

jumlah petak contoh dimana ditemukannya jenis tersebut dari sejumlah petak

contoh yang dibuat. Biasanya frekwensi dinyatakan dalam besaran persentase.

Basal area merupakan suatu luasan areal dekat permukaan tanah yang dikuasai

oleh tumbuhan. Untuk pohon, basal areal diduga dengan mengukur diameter

batang (Kusuma, 1997). Suatu daerah yang didominasi oleh hanya jenis-jenis

tertentu saja, maka daerah tersebut dikatakan memiliki keanekaragaman jenis

yang rendah. Keanekaragaman jenis terdiri dari 2 komponen; Jumlah jenis dalam

komunitas yang sering disebut kekayaan jenis dan Kesamaan jenis. Kesamaan

menunjukkan bagaimana kelimpahan species itu (yaitu jumlah individu, biomass,

penutup tanah, dan sebagainya) tersebar antara banyak species itu (Ludwiq dan

Reynolds, 1988).

Dalam metode garis, kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang

terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup

oleh individu tumbuhan dan dapat merupakan prosentase perbandingan panjang

penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat

(Syafei, 1990). Frekuensi diperoleh berdasarkan kekerapan suatu spesies yang

ditemukan pada setiap garis yang disebar (Rohman, 2001).

Page 40: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

22

I. Pola Penyebaran

Pola adalah bentuk atau model sedangkan sedangkan Penyebaran adalah

pergerakan sehingga pola Penyebaran individu merupakan bentuk pergerakan

individu ke dalam atau keluar dari populasi. Individu-individu yang ada dalam

populasi mengalami penyebaran didalam habitatnya mengikuti salah satu diantara

pola penyebaran yang disebut pola distibusi intern yaitu distribusi acak (random),

distribusi seragam (uniform), dan distribusi bergerombol (clumped) (Indriyanto,

2006). Menurut Odum (1993) struktur alamiah tergantung tempat tumbuhan

tersebut tersebar di dalamnya. Keanekargaman pola penyebaran dapat

dikalsifikasikan sebagai berikut:

1. Penyebaran acak, ditandai dengan beberapa diantara individu ditemukan

menyebar di beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lain.

2. Penyebaran seragam, ditandai dengan temukannya individu-individu pada

tempat tertentu dalam suatu komunitas.

3. Penyebaran mengelompok, ditandai dengan ditemukannya individu-individu

selalu dalam kelompok dan jarang individu tersebut berada terpisah dari

komunitas.

Nepenthes sering ditemukan dengan pola penyebaran berkelompok dipengaruhi

oleh faktor lingkungan biotik maupun abiotik seperti kondisi habitat tempat

tumbuh selain itu pola penyebaran secara berkelompok juga di pengaruhi oleh

perkembangbiakan secara generatif maupun vegetatif (Baloari dkk., 2013).

Page 41: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

23

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 di Rhino Camp Resort

Sukaraja Atas Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat dan bahan untuk

pembuatan plot pengamatan, pengambilan data jenis Nepenthes, dan pencatatan

serta dokumentasi.

1. Alat yang digunakan dalam pembuatan plot pengamatan diantaranya:

GPS, kompas, meteran, patok kayu dan tali rapia. Alat dalam pengambilan

data jenis, kerapatan dan pola penyebaran Nepenthes diantaranya: buku

identifikasi (Listiawati dan Siregar, 2008), thermometer, hygrometer, pH

meter dan densiometer. Alat yang digunakan dalam dokumentasi, pencatatan,

Pengolahan data dan pembahasan menggunakan alat-alat seperti kamera, alat

tulis, tally sheet dan seperangkat komputer.

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tumbuhan Nepenthes di Resort

Sukaraja Atas Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

Page 42: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

24

C. Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini meliputi:

1. Penelitian ini dilakukan di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Taman Nasional

Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

2. Penelitian ini hanya mengidentifikasi jenis, jumlah dan pola penyebaran

Nepenthes.

3. Jenis dan jumlah kantong Nepenthes yang diamati adalah Nepenthes yang

masuk dalam petak pengamatan.

4. Pengukuran parameter lingkungan seperti suhu, kelembapan, tutupan kanopi

dan keasaman tanah (pH tanah) saat pengamatan berlangsung dilapangan.

D. Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a) Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan

dengan melakukan pengamatan dan pengambilan data berupa jenis dan

jumlah kantong Nepenthes pada setiap plot, titik koordinat, ketinggian

tempat serta pengukuran parameter lingkungan berupa suhu, kelembapan

tanah, keasaman tanah (pH tanah) dan tutupan kanopi.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang yang berkaitan dengan

penelitian untuk mencari, mengumpulkan, dan menganalisis data

penunjang berupa keadaan fisik lokasi penelitian, iklim, vegetasi, serta

Page 43: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

25

jenis-jenis Nepenthes menggunakan studi literatur baik sumber elektronik

maupun sumber tertulis.

2. Prosedur Pengumpulan Data

a) Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan sebelum pengambilan data berlangsung, yang

bertujuan untuk mengenali areal penelitian, kondisi lapangan, dan

memudahkan saat pengamatan.

b) Pengamatan Nepenthes

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode transek garis

yang penempatannya secara purposive sampling di sepanjang jalur dimana

terdapat jenis Nepenthes. Intensitas sampling petak pengamatan sebesar

0,1% dari luas 1000 ha akan diambil 1 ha dengan 120 plot. Dalam petak

tersebut dibuat sebanyak enam garis transek dengan panjang 100 m secara

diskontinu yang kemudian dalam masing - masing transek dibagi plot

sebanyak 20 plot dengan ukuran 5m x 5m. Metode ini sebagai modifikasi

dari metode jalur, garis – garis tersebut merupakan petak contoh (plot)

maka Nepenthes yang berada tepat pada plot tersebut dicatat jenisnya dan

jumlahnya. Sehingga sepanjang garis transek terdapat petak-petak pada

jarak tertentu yang sama. Metode ini dipilih dalam penelitian karena lebih

dapat mewakili populasi. Desain petak dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 44: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

26

10m ………………..

T.1 T.2 T.6 Garis rintis

Gambar 4. Desain Petak Contoh dengan Metode Transek Garis

c) Setelah membuat petak pengamatan, dilakukan pengamatan terhadap

parameter lingkungan seperti suhu, kelembapan, tutupan kanopi dan

keasaman tanah (pH tanah).

d) Untuk mengetahui jenis Nepenthes maka dilakukan identifikasi serta

dokumentasi berupa gambar menggunakan kamera.

e) Analisis data kerapatan (K) memerlukan informasi mengenai jenis dan

jumlah kantong Nepenthes (Yelli, 2013) dalam setiap petak

diketemukannya Nepenthes serta luas plot pengamatan.

f) Analisis data frekuensi (F) memerlukan informasi mengenai jumlah petak

contoh diketemukannya Nepenthes serta jumlah seluruh plot pengamatan.

g) Analisis data pola penyebaran menggunakan analisis deskripsi.

20

3

2

1

4

n

20

n

4

3

2

1

T.1

20

1

T.1

2

T.1

3

T.1

4

T.1

n

T.1

100

m

Page 45: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

27

h) Kemudian pada setiap plot di tentukan titik koordinat, serta ketinggian

tempat.

i) Melakukan analisis data dan membuat peta penyebaran sesuai dengan data

yang diperoleh.

E. Analisis Data

Dalam mendeskripsikan kelimpahan suatu vegetasi menurut Kusuma (1997) suatu

komunitas tumbuhan memerlukan tiga macam parameter penting yaitu densitas,

frekuensi dan dominansi. Ukuran dominansi dapat dinyatakan dalam berbagai

parameter antara lain biomassa, penutupan tajuk, luas basal areal, indeks nilai

penting dan perbandingan nilai penting (summed dominance ratio) (Indriyanto,

2006).

1. Kerapatan (K)

Kerapatan atau Densitas menunjukan jumlah individu dalam suatu petak.

Kerapatan dapat juga dapat diartikan banyaknya (abudance) merupakan jumlah

individu dari satu jenis pohon dan tumbuhan lain yang besarnya dapat ditaksir

atau dihitung. Perhitungan diketahui sebagai berikut:

Kerapatan (K) =

Kerapatan Relatif (KR) = x 100%

Page 46: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

28

2. Frekuensi (F)

Frekuensi merupakan besarnya intensitas diketemukannya suatu jenis organisme

dalam pengamatan keberadaan organisme pada suatu komunitas atau ekosistem.

Frekuensi suatu spesies tumbuhan adalah jumlah petak contoh tempat

diketemukannya suatu spesies dari sejumlah petak contoh yang dibuat. Frekuensi

Perhitungan Frekuensi dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

Frekuensi (F) =

Frekuensi Relatif (FR)= x 100%

F. Penyajian Data

Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan gambar, kemudian dianalisi

secara deskriptif.

Page 47: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

29

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Melalui Surat Pernyataan Menteri Pertanian No.736/Mentan/X/1982 tanggal 14

Oktober 1982 menyatakan bahwa Bukit Barisan Selatan ditetapkan menjadi

Taman Nasional dan sebagai respon pemerintah Indonesia terhadap keputusan

kongres taman nasional dunia di Bali. Sejak masa kolonial Belanda sekitar tahun

1930an kawasan tersebut telah ditetapkan sebagai areal konservasi dengan tujuan

untuk melindungi flora dan fauna yang meliputi kawasan Suaka Margasatwa

Gunung Raya dengan luas 47.782 ha, Suaka Margasatwa Sumatera Selatan I (SM

SS I) dengan luas 324.494 ha melalui Besluit Van Degouvernoor – General Van

Nederlandsch Indie Nomor 48 Stbl 1935, dan hutan lindung dengan luas 256.620

ha (Suyadi dan Gaveau 2007). Pada tanggal 1 April 1979, memperoleh status

kawasan pelestarian alam yang kemudian ditetapkan sebagai Taman Nasional

(Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

Pada tahun 2004 TNBBS ditetapkan oleh UNESCO pada sidang komisi warisan

dunia sebagai tapak warisan dunia. Berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan No.

P.03/Menhut - II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang organisasi dan tata kerja

unit pelaksanaan teknis Taman Nasional Bahwa Balai Taman Nasional Bukit

Page 48: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

30

Barisan Selatan ditetapkan menjadi Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan

Selatan (Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

TNBBS merupakan kawasan lindung terbesar ketiga di pulau Sumatera dengan

luas 356.800 ha meliputi Propinsi Bengkulu hingga ujung Selatan Propinsi

Lampung. Secara administratif TNBBS termasuk dalam Kabupaten Lampung

Barat, Kabupaten Pesisir Barat dan Kabupaten Tanggamus Propinsi Lampung

serta Kabupaten Bengkulu Selatan, Propinsi Bengkulu dengan koordinat geografis

4o31’ – 5o57’ LS dan 103o34’ – 104o43’ BT (Suyadi dan Gaveau, 2007).

Kawasan TNBBS terletak di ujung selatan dari rangkaian pegunungan Bukit

Barisan sehingga memiliki topografi yang cukup bervariasi yaitu mulai datar,

landai, bergelombang, berbukit-bukit curam, dan bergunung-gunung dengan

ketinggian berkisar antara 0-1964 m dpl. Daerah berdataran rendah (0-600 m

dpl), dan berbukit-bukit (600–1000 m dpl) terletak di bagian tengah, dan utara

TNBBS. Puncak tertinggi adalah Gunung Palung (1964 m dpl) yang terletak di

sebelah barat Danau Ranau, Lampung Barat. Keadaan lapangan bagian utara

bergelombang sampai berbukit-bukit dengan kemiringan bervariasi anntara 200-

800. Bagian selatan merupakan daerah yang datar dengan beberapa bukit yang

cukup tinggi, dan landai dimana makin ke selatan makin datar dengan kemiringan

berkisar 30–50 (Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

Kawasan TNBBS memiliki dua zona iklim yaitu bagian Barat Taman Nasional

dengan curah hujan antara 3000-3500 per tahun dan bagian Timur Taman

Nasional antara 2500-3000 mm per tahun (Oldeman dkk., 1979). Berdasarkan

klasifikasi Schmidt dan Ferguson, bagian barat Kawasan TNBBS termasuk tipe

Page 49: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

31

iklim A (basah) dengan lebih dari 9 (sembilan) bulan basah per tahun dan di

bagian timur termasuk tipe iklim B yang lebih kering dari tipe A dan mempunyai

7 (tujuh) bulan basah per tahun. Musim hujan berlangsung dari Bulan November

sampai Mei. Musim kemarau dari Bulan Juni sampai Agustus. Curah hujan rata-

rata per tahun 2.500-3.000 mm per tahun di bagian barat dan 3.000-4.000 mm per

tahun di bagian timur, dengan suhu berkisar 20oC-28oC.

Menurut Peta Geologi Sumatera (Lembaga Penelitian Tanah 1965), kawasan

TNBBS terdiri dari Batuan Endapan, Batuan Vulkanik dan Batuan Plutonik

dengan sebaran paling luas adalah Batuan Vulkanik yang dijumpai di bagian

tengah dan utara Taman Nasional. Sebagian besar tanah di kawasan TNBBS

adalah jenis Podsolik Merah Kuning yang labil dan rawan erosi. Topografi

kawasan TNBBS bervariasi antara 0-600 mdpl di daerah pantai dan lebih dari

1.000 mdpl di daerah berbukit yang terdapat di bagian selatan kawasan, rangkaian

pegunungan Bukit Barisan Selatan di bagian tengah dan bagian utara dengan

ketinggian antara 1.000 – 2.000 mdpl. Kondisi lapangan di bagian timur kawasan

TNBBS mempunyai kemiringan sedang (20-40%). Kemiringan yang terjal

(>80%) terdapat di bagian utara kawasan, sedangakan bagian barat dan selatan

relatif datar (3-5%).

Page 50: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

32

B. Resort Sukaraja Atas Kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan(TNBBS)

TNBBS memiliki wilayah Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) yang

terdiri dari Resort Sukaraja Atas merupakan SPTN Wilayah I Sukaraja dengan

luas ± 94.745 ha. Resort Sukaraja Atas merupakan satu dari lima resort lingkup

SPTN Wilayah I Sukaraja, pondok kerja resort Sukaraja yang berfungsi sebagai

pusat administrasi dan operasional resort berkedudukan di Dusun Wonosari Pekon

Sukaraja, Kecamatan Semaka Kabupaten Tanggamus (Taman Nasional Bukit

Barisan Selatan, 2014).

Pekon Sukaraja secara administratif pemerintahan termasuk dalam wilayah

Kecamatan Semaka, Kabupaten Tanggamus, Propinsi Lampung. Sedangkan

secara administratif pengelolaan taman nasional, termasuk dalam Seksi

Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Sukaraja, Bidang Pengelolaan Taman

Nasional Wilayah I Semaka, Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan

(Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

Keberadaan masyarakat dapat menjadi mitra strategis dalam mendukung upaya

pengamanan kawasan TNBBS, peran serta masyarakat yang cukup penting dalam

pelestarian hutan yaitu dengan menanamkan kesadaran pentingnya hutan bagi

kehidupan, menghilangkan kebiasaan ladang berpindah, menanam pohon,

menjaga lingkungan hidup, menghemat dan air bersih. Pekon Sukaraja yang

wilayahnya berbatasan langsung dengan kawasan TNBBS memiliki keadaan

topografi yaitu bergelombang dan berbukit dengan kemiringan berkisar antara 10˚

sampai dengan 30̊ . Terdapat tiga dusun di Pekon Sukaraja yaitu dusun Wonorejo,

Page 51: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

33

dusun Wonosari dan dusun Sumber Rejo yang terletak pada ketinggian sekitar

650 mdpl (Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan, 2014).

Page 52: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

57

VI. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Rhino Camp Resort Sukaraja Atas Kawasan

TNBBS pada bulan Februari 2016 ditemukan Nepenthes gracilis dengan keadaan

berbunga. Terdapat sebanyak 2.079 kantong atau 297-520 individu dengan

persentase 60% Nepenthes yang menutupi lokasi penelitian. Cara hidupnya

menempel pada Gleichenia linearis sebagai penopang tubuhnya, selain itu

ditemukan juga tumbuhan lain di sekitar Nepenthes gracilis, meliputi: Artabothrys

sp. (Annonaceae), Smilax sp. (Smilaceae), Crassocephalum Crepidioides

(Asteraceae), Blechnum finlaysonianum (Blechnaceae), Melastoma

malabathricum (Melastoma), Clidemia hirta (Clidemia) Imperata cylindrical

(Clidemia) dan Imperata cylindrical (Imperata). Termasuk dalam pola penyebaran

secara bergerombol pada ketinggian 615 – 645 m dpl.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah

perlu dilakukan pengelolaan dan perlindungan terhadap Nepenthes gracilis untuk

tetap menjaga kelestariannya. Studi lanjutan mengenai Nepenthes gracilis

dikarenakan jenis Nepenthes ini biasanya hidup berdampingan dengan Nepenthes

Page 53: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

58

lain kemungkinan masih terdapat Nepenthes reinwardinata dan Nepenthes

mirabilillis yang terdapat di sekitar Resort Sukaraja Atas Kawasan TNBBS.

Page 54: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

58

DAFTAR PUSTAKA

Page 55: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

59

DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.H., Hamid, A.H., Juhari, M.A.A., Norhafizah, S., Tamizi, A dan Indris,W. M. R. 2011. Spesies composition and dispersion pattern of pitcher plantrecorded from Rantau Abang in Marang District Terengganu State ofMalaysia. Journal International of botany. 7(2):162–169

Anwar, F., Kunarso, A dan Rahman, T.S. 2007. Kantong semar (Nepenthes sp.) diHutan Sumatera tanaman unik yang langka. Prosiding ekspose hasil hasilpenelitian. 173-181p

Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. 2014. Kondisi Umum TamanNasional Bukit Barisan Selatan. http://tnbbs.org/web/sejarah.html. Diaksespada 12 Januari 2016

Baloari G., Linda, R dan Mukarlina. 2013. Keanekaragaman jenis dan poladistribusi Nepenthes spp. di Gunung Semahung Kecamatan Sengah TemilaKabupaten Landak. Jurnal Protobiont. 2(1):1-6

Bismark, M dan Murniati. (2011). Status Konservasi Dan Formulasi StrategiKonservasi Jenis-Jenis Pohon Yang Terancam Punah (Ulin, Eboni danMichelia). Prosiding Lokakarya nasional, pusat penelitian danpengembangan konservasi dan rehabilitasi badan litbang kehutananbekerjasama dengan ITTO. 1-274p

Brower, J.E dan Zar, J.H. 1979. Buku. Field and Laboratory Methods ForGeneral Ecology. Brown Company Publishers. Iowa. 28p

Carolyn, R. D., Baskoro, P.T dan Prasetyo, L.B. 2013. Analisis degradasi untukpenyusunan arahan strategi pengendaliannya di Taman Nasional GunungHalimun Salak Provinsi Jawa Barat. Jurnal Globe. 15(1):39-47

Cheek, M. dan Jebb, M. 2001. Nepenthaceae. Jurnal Flora Malesiana.Series I.15(2000):1-157

CITES. 2008. Convention on International Trade in Endangered Species of WildFauna and Flora. Seventeenth Meeting Of The Plants Committee Geneva(Switzerland). https://www.cites.org/. Diakses pada 29 Mei 2015

Page 56: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

60

Clarke, C. 1997. Nepenthes of Borneo. Natural History Publications. Kinabalu.Firstantinovi, E.S. dan Karjono. 2006. Kami Justru Mendorong. ArtikelMajalah Trubus Edisi 444 November 2006/XXXVII. 21p

________. 2001. Nepenthes of Sumatra and Peninnsular Malaysia. KotaKinabalu, Sabah, Malaysia. Borneo. Jurnal Natural Publication. 11(5):2-6

Core, L.E. 1962. Plant Taksonomy Cetakan 3. Buku. Prentice-Hall, Inc. USA. 02p

Dariana. 2010. Keanekaragaman Nepenthes dan Pohon Inang di Taman WisataAlam Sicikeh-cikeh Kabupaten Dairi Sumatera Utara. Tesis. UniversitasSumatera Utara. Medan. 94p

Das, I. 1997. Conservation problem of tropical Asia’s most threatened turtle. In:Van Abbema J (ed.). Prosiding Conservation, restoration, andmanagement of tortoises and turtles. New York Turtle and Tortoise Societyand WCS Turtle Recovery Program, New York. 158-177p

Dwi, M dan Hary, W. (2007). Keanekaragaman nepenthes di Suaka Alam SulasihTalang - Sumatera Barat. Jurnal Biodiversitas. 8(2):152-156

Departemen Kehutanan.1999. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7Tahun 1999 Tentang Jenis-Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar yangDilindungi. Buku. Jakarta. 25p

Engler, A. 1908. Das Pflanzenreich Regni Vegetabilis Conspectus. Leipzig Verlagvon Wilhelm Engelman. 245p

Firstantinovi, E.S dan Karjono. 2006. Kami justru mendorong. Artikel MajalahTrubus. Edisi 444. November 2006/XXXVII. 21p

Frazier, K.C. 2000. The enduring controversis concerning the process of proteindigestion in nepenthes (Nepenthaceae). International Carnivorous PlantSociety (ICPS) – Sciences Article. 29(2):56-61

Giusto B.D., Grosbois, V., Fargeas, E., Marshall, D.J. dan Gaume, L. 2008.Contribution of pitcher fragrance and fluid viscosity to high prey diversityin a nepenthes carnivorous plant from Borneo. Journal of Bioscience.33(1):121-136

Handayani, T. 2008. (Nepenthes spp.) Koleksi Kebun Raya Bogor yangberpotensi sebagai tanaman hias. Warta Kebun Raya. Bogor. 3(1):26-31

Hansen, E. 2001. Where rocks sing, ants swim, and plants eat animals: findingmembers of the nepenthes carnivorous plant family in Borneo. JurnalDiscovery. 22(10):60-68

Page 57: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

61

Hernawati dan Alkriadi. 2006. A Lile Guide to the Nepenthe of Sumatera. Buku.Pili Publisher. Jawa Barat. Indonesia. 94p

Heyne, K. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Jilid II. Buku. Yayasan SaranaWana Jaya. Jakarta. 2521p

Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi. Bumi Aksara. Jakarta. 208p

Irawanto, R. 2009. Pemanfaatan tumbuhan Nepenthes oleh masyarakat desaBagak Singkawang. Kalimantan Barat. Prosiding seminar NasionalEtnobotani IV. Cibinong Science Center. LIPI. 1(8):1884-1889

Irwan, Z.D. 1992. Prinsip Prinsip Ekologi dan organisasi: Ekosistem, Komunitasdan Lingkungan. Bumi. Bumi Aksara. Jakarta. 210p

Istomo. 1994. Hubungan antara Komposisi, Struktur dan Penyebaran Ramin(Gonystylus bancamus (Miq.) Kurtz.) dengan Sifat - Sifat Tanah Gambut:Studi Kasus di Areal HPH PT. Inhutani III Kalimantan Tengah. Tesis.Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 103p

IUCN. 2000. IUCN red list categories and criteria: version 3.1. Gland: IUCNSpecies Survival Commission. http://www.iucnredlist.org/technical-documents/categories-and-criteria/2001-categories-criteria. Diakses pada28 Mei 2015

James dan Pietropaolo, P. 1996. Carnivorous Plants of The World. Buku. TimberPress, Inc. USA. 206p

Julianti, A. 2008. Sinar Ultraviolet Pada Tanaman http:// arxGorhRuCoJ/kompas-cetak/jateng/. htm sinar ultraviolet pada tanaman.id. Diakses tanggal 29 Mei2015

Keng, H. 1969. Orders and Families of Malayan Seed Plants. University ofMalaya Press. Hongkong. 371p

Khairil, M., Dewantara, I dan Widiastuti, T. 2015. Studi keanekaragaman jeniskantong semar (Nepenthes Spp) di Kawasan Hutan Bukit Beluan KecamatanHulu Gurung. Jurnal Hutan Lestari. 3(2):259-264

Kurata K.T., Jaffre dan Setoguchi, H. 2008. Genetic diversity andgeographicalstructure of the pitcher plant nepenthes vieillardii in New Caledonia: achloroplast DNA haplo-type analysis. American Journal of Botany.95:1632–1644

Kusuma, C.1997. Metode Survey Vegetasi. Buku. Penerbit Insitut PertanianBogor. Bogor. 26p

Page 58: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

62

Lauffenburger, A. dan Arthur W. 2000. The Nepenthaceae of the NetherlandsIndiens. http://www.omnistera. Com/botany/cp/ pictures/nepenthes/denser.Diakses pada 20 Maret 2015

Listiawati, A. dan Siregar, C. 2008. Entuyut (Nepenthes) Asal Kalimantan Barat.Buku. Pontianak. Untan Press. 88p

Ludwiq, J.A., and J. F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology a Primer on Methodsand Computing. John Wiley and Sons. New York. 62p

Mansur, M. 2006. Nepenthes, Kantung Semar yang Unik. Buku. Jakarta. PenerbitSwadaya. 23-26p

________. 2008. Penelitian ekologi nepenthes di Laboratorium Alam HutanGambut Sabangau Kereng Bangkirai Kalimantan Tengah. Jurnal TeknologiLingkungan. 9 (1):67-73

________. 2012. Keanekaragaman jenis tumbuhan pemakan serangga dan lajufotosintesisnya di Pulau Natuna. Jurnal Berita Biologi. 11(1):33-40

Mardhiana., Parto, Y., Hayati,R dan Priadi, D.P. 2012. Karakteristik danKemelimpahan Nepenthes di Habitat Miskin Unsur Hara. Jurnal LahanSuboptimal. 1(1):50-56

Meriko, L. 2012. Biologi bunga tumbuhan Nepenthes (N. ampullaria, N. Gracilis,dan N. Reinwardtiana.). Jurnal Pelangi. 4(2):2460-3740

Nursaniah. 2015. Studi Kantung Semar (Nepenthes spp.) di Kawasan HutanBatang Toru Blok Barat Kabupaten Tapanuli Utara Sumatera Utara.Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Medan. 86P

Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Tj. Samigan.[Penerjemah]; Srigandono[Editor]. Terjemahan dari: Fundamental of Ecology. Gajah Mada Press.Yogyakarta. 697P

Oktiawan, D. 2010. Jenis, Kerapatan, dan Pola Penyebaran Kantong SemarNepenths spp di Gunung Pesagi Kabupaten Lampung Barat. Skripsi. Tidakdipublikasikan. 75p

Oldeman, L.R., Las, I. dan Darwis, S.N. 1979. An Agroclimatic Map of Sumatra.Bogor: Contr. Res. Inst. Agric. 52:1-35

Osunkoya, O., Daud, S.D., Di-Giusto, B., Wimmer, F.L dan Holige, T.M. 2007.Construction costs and physico-chemical properties of the assimilatoryorgans of Nepenthes species in Northern Borneo. Annalisis of Botany.99:895-90

Page 59: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

63

Paluvi, N., Mukarlina dan Linda, R. 2015. Struktur Anatomi Daun, Kantung danSulur Nepenthes gracilis Korth. yang Tumbuh di Area Intensitas CahayaBerbeda. Jurnal Protobiont. 4(1):103-107.

Purwanto, W. A. 2007. Budi Daya Ex-Situ Nepenthes, Kantong Semar nanEksotis. Buku. Kanisius. Yogyakarta. 42p

Puspitaningtyas, D. Murti dan H. Wawaningrum. 2007. Keanekaragamannepenthes di Suaka Alam Sulasih Talang-Sumatra Barat. JurnalBiodiversitas. 8(2):152-156

Redaksi Agromedia. 2007. Buku Pintar Tanaman Hias. Buku. AgroMediaPustaka. Jakarta. 174p

Rohman, F dan Sumberartha I W. 2001. Petunjuk Praktikum Ekologi Tumbuhan.JICA: Malang. 28p

Sari, R. 2009. Keanekaragaman jenis kantung semar (Nepenthes spp) danpemanfaatannya bagi masyarakat lokal. Prosiding seminar NasionalEtnobotani IV. Cibinong Science Center. LIPI. 308-312p

Sastrapradja, S dan Afriastini, J.J. 1985. Kerabat Paku. Buku. Lembaga BiologiNasional. Bogor. 113p

Siti, M. 2012. Keanekaragaman, Pola Sebaran, dan Asosiasi Nepenthes Di HutanKerangas Kabupaten Belitung Timur Provinsi Kepulauan Bangka- Belitung.Skripsi. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. 97p

Soerinegara, I dan Indrawan, A. 1982. Ekologi Hutan Indonesia. Buku.Departemen Manajemen Hutan Fakultas Kehutanan Institut PertanianBogor. Bogor

Suhatman, A. 2014. Rumah Nepenthes Jaga Kantung Semar dari Kepunahan.Berita satu. Edisi 14 April. 11p

Suyadi, H., dan Gaveau, D.L.A. 2007. Akar penyebab deforestasi di SekitarSungai Pemerihan Perbatasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan,Lampung Barat. Jurnal Ilmiah Nasional. 8 (4): 0126-1754.

Syafei, E. S. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Buku. Institut TeknologiBandung. Bandung. 107p

Wang, C.W. 2007. Nepenthes enzymes. Proceedings of Sarawak NepenthesSummit 18 –21 August 2007. Serawak Forestry. Malaysia. 40-46.

Wiryono. 2009. Ekologi Hutan. Buku. Universitas Bengkulu Press. Bengkulu.137p

Page 60: POPULASI DAN POLA PENYEBARAN KANTONG SEMAR DI RHINO CAMP ...digilib.unila.ac.id/24722/2/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

64

Witarto, A. B. 2006. Protein Pencerna di Kantong Semar. Lembaga IlmuPengetahuan Indonesia. http://www.lipi.go.id. Diakses 25 Maret 2015.

Yelli, F. 2013. Induksi pembentukan kantong dan pertumbuhan dua spesiestanaman kantong semar ( Nepenthes spp.) pada berbagai konsentrasi mediams secara in vitro. Jurnal Agrotropika. 18(2):56-62