politik & ham nasib gayus dkk ditentukan hari ini filetermasuk berpolitik dengan ... ngan...

1
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merisaukan pudarnya empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang 1945, Negara Kesatuan Re- publik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai acuan kehidupan berbangsa dan bernegara. Kerisauan itu tertuang dalam diskusi di Kantor Dewan Pim- pinan Pusat (DPP) PDIP, Len- teng Agung, Jakarta, kemarin. “Saya rasa kita harus tetap kritis menghadapi segala hal, termasuk berpolitik dengan empat pilar,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Tau- q Kiemas. “Dan kita sudah kehilangan empat pilar ini sekarang,” timpal Romo Benny Susetyo, Sekretaris Jenderal Eksekutif Konferensi Waligereja Indone- sia (KWI), yang juga menjadi pembicara dalam diskusi ter- sebut. Selama ini, lanjut Benny, empat pilar itu telah dikerdil- kan dan tidak lagi dijadikan acuan. Hal itu tidak lepas dari gaya ber- politik yang pragmatis dan transaksional. “Mengapa konstitusi kita tidak dijadikan acuan bagi ke- bijakan nasional? Karena kita terlalu berpolitik pragmatis.” Benny mengatakan empat pi- lar tersebut adalah roh Soekar- no. Menurut dia, roh Presiden pertama RI itu hanya bisa dikembalikan dengan pendi- dikan budi pekerti. Ia mengatakan bila PDIP kem- bali kepada empat pilar bangsa, partai berlambang banteng itu akan mampu meraih kembali kepercayaan rakyat. Kalau pun PDIP juga berkinginan membangun sebuah koalisi, partai itu juga diingatkan un- tuk menggu- nakan empat pilar itu men- jadi dasarnya. Pembicara lainnya dalam diskusi tersebut, Ketua PP Muhammadiyah Din Syam- suddin, mengatakan hal pa- ling mendasar dan mendesak untuk segera ditangani bangsa ini adalah adanya gejala de- viasi, distorsi, dan disorientasi kebangsaan. “Kalau ini ber- lanjut, kita akan mengalami kegamangan dalam berkebang- saan,” ungkap Din. Ia menilai empat pilar ini harus dikembalikan ke tem- patnya semula. “Empat pilar ini adalah tiang negara. Barang siapa yang menegakkannya, ia telah menegakkan negara de- ngan menjadikannya sebagai kepribadian bangsa. Kita harus mampu menuangkan empat pilar ini ke dalam etika kehi- dupan,” kata Din. Menurutnya, empat pilar itu menjadi penting sebagai penopang bagi sebuah bangsa. Indonesia saat ini terkesan ke- hilangan jati diri dan telah ter- jebak liberalisasi dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya. “Demokrasi tak bisa diha- langi. Tapi corak demokrasi apa yang ideal bagi Indonesia ada- lah yang mengejewantahkan sila keempat Pancasila. Harus ada korelasi sesuai dengan nilai dan sistem yang akan diimple- mentasikan,” katanya. Lebih lanjut dikatakannya, Muhammadiyah sebagai or- mas Islam juga merasa gusar melihat terpuruknya kondisi bangsa. (Ant/Ide/P-2) KOMISI Pemberantasan Ko- rupsi (KPK) belum menemu- kan niat jahat (mensrea) yang bisa digunakan sebagai unsur untuk mengikat pejabat negara melakukan dugaan tindak pi- dana korupsi. “Belum ada tindak pidana korupsi dari sisi KPK. Tapi, jangan ditafsirkan tidak ada tindak pidana perbankan di situ,” kata Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah saat rapat dengan tim pengawas skandal Bank Century, kemarin. Rapat yang berlangsung di Gedung DPR itu juga dihadiri Kapolri Jenderal Timur Pra- dopo dan pelaksana tugas Jaksa Agung Darmono. Ia mengakui ada penyim- pangan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) kalau melihat perjalanan dari merger dengan pengeluaran fasilitas pendana- an jangka pendek (FPJP) ke Bank Century. Hanya saja, lanjut dia, UU BI memiliki celah hukum bagi pejabat yang melakukan kesa- lahan. Orang tersebut tidak bisa dihukum, kecuali dilakukan pihak bank umum. Celah itu, imbuh dia, membuat KPK sulit mengategorikan tin- dakan pemberian dana talang- an Rp6,7 triliun untuk Bank Century sebagai pelanggaran hukum atau administratif. Ia menambahkan, skandal Bank Century berbeda dengan penyelewengan dana Yayasan Pengembangan Perbankan In- donesia (YPPI) sebesar Rp100 miliar pada 2003. Dalam kasus YPPI, sejumlah mantan pe- tinggi BI, seperti Burhanuddin Abdullah, Aulia Pohan, Maman Sumantri, Bunbunan Hutapea, dan Aslim Tajuddin telah divo- nis penjara. “Ada keinginan menyuap DPR untuk kasus YPPI. Diban- dingkan kasus Bank Century, konstruksi hukumnya ini be- lum jelas,” cetusnya. Penjelasan itu dipertanya- kan sejumlah anggota dewan. Mensrea atau niat jahat itu pengadilan yang membuktikan bukan KPK. Sementara unsur tindak pidana korupsi cukup perbuatan melawan hukum, merugikan keuangan negara, menguntungkan diri sendiri atau orang lain,” kata ang- gota tim pengawas dari F-PG Chairuman Harahap. Karena perdebatan antara anggota tim pengawas dan KPK tidak tuntas, pimpinan si- dang Anis Matta memutuskan untuk melanjutkan rapat pada pekan depan. “Kita akan lanjutkan minggu depan khusus soal tindak pi- dana korupsi. Kita fokuskan kepada KPK dulu, Polri dan Kejagung akan kita bicara- kan lebih lanjut,” kata Anis. (Din/P-1) MENTERI Pemberdayaan Aparatur Negara dan Refor- masi Birokrasi EE Mangindaan menyatakan bahwa ruang ge- rak bagi aparatur negara untuk melanggar aturan kian sempit. Sistem pengawasan berlapis diharapkan dapat mencegah tindak pidana korupsi seperti dalam kasus aparat pajak Ga- yus Tambunan. “Pak Gayus itu oknum, dan karena ruang geraknya sem- pit, ketahuan. Karenanya ke depan jangan main-main lagi, apalagi instansi pemerintah sudah pakai elektronik semua,” kata Mangindaan di sela-sela Rapat Koordinasi Pendayaan Aparatur Negara dan Refor- masi Birokrasi tingkat Nasional 2010 di Jakarta, kemarin. Menurut Mangindaan, de- ngan ruang gerak yang sem- pit, aparat negara sulit untuk berbuat korup. Berbeda de- ngan sistem yang lama, yang diakuinya tidak terkontrol. Ia juga mengatakan bahwa pengawasan terhadap aparatur negara saat ini diberlakukan berlapis. Selain pengawasan dan kontrol dari masyarakat, juga ada pengawasan dari internal. “Pengawasan nanti ada internal dari instansi. Lalu internal nanti diawasi juga oleh tim independen dan quali- ty assurance. Kemudian, ma- syarakat, jadi triple malah,” jelasnya. Mangindaan berharap, ma- syarakat aktif dalam mengon- trol dan mengawasi kinerja aparatur negara. Agar masya- rakat mudah mengawasi, pe- merintah akan mencari metode agar kinerja aparatur negara dengan gampang dipahami. “Memang konsep grand design pengawasan dan kontrol ma- syarakat kita harapkan. Oleh karena itu, di dalam metode yang kita keluarkan metode pre-emptive dan preventif ha- rus dengan bahasa rakyat. Su- paya rakyat mengerti sehingga rakyat menjadi bagian dari pengawasan. Itulah negara de- mokrasi ya begitu,” tukasnya. Saat membuka Rakornas PAN dan Reformasi Birokrasi 2010, Wakil Presiden Boediono meminta pelaksanaan refor- masi birokrasi berjalan kon- sisten agar target birokrasi yang andal dan efisien yang dicanangkan pemerintah ter- capai 2025. “Jangan sampai reformasi birokrasi berjalan zig-zag tanpa memiliki arah yang jelas. Kasi- han nanti bangsa kita tidak maju-maju dan yang rugi ada- lah anak-anak kita karena tidak maju-maju,” kata Boediono. Wapres menekankan bahwa tujuan utama tugas aparat ne- gara adalah memberikan pela- yanan publik sebaik-baiknya sehingga setiap instansi harus bersama-sama mereformasi sistem pelayanan publik. Untuk meraih hasil optimal, diperlukan sistem penghar- gaan dan hukuman bagi para aparat negara yang selama ini melayani masyarakat. “Jadi penghargaan dan hukuman ti- dak saja diberikan pemerintah pusat, tapi masyarakat juga bisa memberikan penilaian,” kata Wapres yang juga Ketua Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional itu. (Tup/P-3) P IMPINAN DPR resmi mengagendakan pem- bahasan kelanjutan nasib Badan Kehor- matan (BK) DPR dalam sebuah rapat khusus, hari ini. Hasil ra- pat diharapkan bisa memecah kebuntuan situasi yang dialami salah satu alat kelengkapan DPR yang semakin tidak je- las itu. “Kami sudah menerima be- berapa surat mengenai masalah itu. Besok pagi, kita mengada- kan rapat pimpinan dewan lengkap dengan fraksi untuk mencari jalan keluar,” kata Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Golkar, Priyo Budi Santoso, kepada wartawan di Jakarta, kemarin. Kemelut di tubuh BK DPR sudah terjadi hampir setahun lamanya. Badan yang seharus- nya mengawasi perilaku ang- gota dewan, malah cenderung dijadikan tameng para anggota DPR yang bermasalah. Terakhir, sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) mengadukan delapan ang- gota dewan ke BK DPR karena menyimpang saat melakukan perjalanan ke Turki. Semen- tara itu, pimpinan DPR hanya menugaskan anggota BK ke Yunani. Dalam surat pimpinan DPR itu disebutkan kunjungan kerja untuk belajar tentang etika ke Yunani pada 23-29 Oktober 2010. Namun, dalam doku- men, kunjungan anggota BK ke Yunani pada 23-27 Oktober. Kemudian pada 27-29 Oktober mereka berada di Turki tanpa agenda jelas. Ironisnya, ada delapan ang- gota BK DPR yang ikut dalam pelesiran itu. Mereka adalah Nudirman Munir dan Chairu- man Harahap (Golkar), Salim Mengga (Demokrat), Ansory Siregar (PKS), Abdul Rozaq Rais (PAN), Usman Ja’far (PPP), Darizal Basir (Demokrat), dan Ali Maschan Moesa (PKB). Enam dari delapan orang tersebut menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasi kegiatan mereka, dan menye- rang kepemimpinan Ketua BK DPR dari Fraksi PDIP, Gayus T Lumbuun. Priyo melihat kasus kun- jungan kerja ke Yunani itu sebagai puncak dari masalah internal yang sudah lama mem- belit BK. Akan tetapi, sesuai mekanisme tata tertib DPR, hak penggantian seseorang di dalam alat kelengkapan dewan sepenuhnya dimiliki oleh fraksi. “Pimpinan dewan tidak pu- nya kewenangan apa-apa un- tuk menarik anggota dari alat kelengkapan. Itu hak fraksi. Karena itu, kita harus konsul- tasi dengan pimpinan fraksi,” ucapnya. Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah tetap bersikeras, permasalahan ini tetap harus diselesaikan secara internal oleh fraksi. Apa pun keputusan fraksi, sahut dia, itu harus di- hormati oleh fraksi-fraksi lain- nya, termasuk jika Fraksi PDIP mempertahankan keberadaan Gayus. Formasi anggota Fraksi Partai Demokrat di BK sendiri tidak akan berubah. “Ya, kita te- tap juga. Kondisinya memang sama tapi ada jalan keluar,” kelitnya. Hal senada dikemukakan Sekretaris Fraksi PPP Roma- hurmuziy. “Saya kira tidak perlu kocok ulang. Persoalan di BK sudah cukup lama,” ujarnya. Ia mengungkapkan inti ma- salah di BK adalah persoalan Ketua BK Gayus dengan ang- gota BK lainnya dan cukup diselesaikan melalui mediasi pimpinan DPR agar BK kem- bali dapat menjalankan tugas- nya. Namun, Romi, panggilan akrabnya, mengakui bahwa permasalahan BK cukup se- rius. Direktur Indonesia Parlia- mentary Center (IPC) Sulastio mengingatkan, jalan keluar memecahkan kebuntuan di BK DPR sudah seharusnya di- cari. Sebab, jika terus berlarut, ketidaktegasan sikap fraksi ter- hadap anggotanya di BK DPR malah semakin menegaskan adanya upaya melemahkan BK. “Pimpinan fraksi seharusnya bisa mengganti kader mereka di BK secara menyeluruh,” cetusnya. (AO/P-4) [email protected] 4 | Politik & HAM KAMIS, 25 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA MI/SUSANTO BK DPR bukan tameng para anggota dewan bermasalah. Dinny Mutiah Nasib Gayus Dkk Ditentukan Hari Ini Pengawasan nanti ada internal dari instansi. Lalu internal nanti diawasi juga oleh tim independen dan quality assurance. Kemudian, masyarakat, jadi triple malah.” EE Mangindaan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Din Syamsuddin Ketua PP Muhammadiyah PERKEMBANGAN KASUS CENTURY: Wakil Ketua KPK M Jasin (kanan) bersama Kapolri Jenderal Timur Pradopo (kiri) dan Kabareskrim Komjen Ito Sumardi mengikuti rapat kerja dengan Tim Pengawas Century di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin. PDIP Serukan Kembali ke Pancasila KPK belum Temukan Korupsi di Century Perlu Pengawasan Berlapis Aparat Negara MI/USMAN ISKANDAR

Upload: dothien

Post on 07-Apr-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Politik & HAM Nasib Gayus Dkk Ditentukan Hari Ini filetermasuk berpolitik dengan ... ngan menjadikannya sebagai kepribadian bangsa. ... penopang bagi sebuah bangsa. Indonesia saat

PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) merisaukan pudarnya empat pilar yaitu Pancasila, Undang-Undang 1945, Negara Kesatuan Re-publik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai acuan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kerisauan itu tertuang dalam diskusi di Kantor Dewan Pim-pinan Pusat (DPP) PDIP, Len-teng Agung, Jakarta, kemarin.

“Saya rasa kita harus tetap kritis menghadapi segala hal, termasuk berpolitik dengan empat pilar,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDIP Tau-fi q Kiemas.

“Dan kita sudah kehilangan empat pilar ini sekarang,” timpal Romo Benny Susetyo, Sekretaris Jenderal Eksekutif Konferensi Waligereja Indone-sia (KWI), yang juga menjadi pembicara dalam diskusi ter-sebut.

Selama ini, lanjut Benny, empat pilar itu telah dikerdil-kan dan tidak lagi dijadikan acuan. Hal itu t idak lepas dari gaya ber-politik yang pragmatis dan transaksional.

“Mengapa konstitusi kita tidak dijadikan acuan bagi ke-bijakan nasional? Karena kita terlalu berpolitik pragmatis.”

Benny mengatakan empat pi-lar tersebut adalah roh Soekar-no. Menurut dia, roh Presiden pertama RI itu hanya bisa dikembalikan dengan pendi-dikan budi pekerti.

Ia mengatakan bila PDIP kem-bali kepada empat pilar bangsa, partai berlambang banteng itu akan mampu meraih kembali kepercayaan rakyat. Kalau

pun PDIP juga berkingin an membangun sebuah koalisi, partai itu juga diingatkan un-tuk menggu-nakan empat pilar itu men-jadi dasarnya.

Pembicara lainnya dalam

diskusi tersebut, Ketua PP Muhammadiyah Din Syam-suddin, mengatakan hal pa-ling mendasar dan mendesak untuk segera ditangani bangsa ini adalah adanya gejala de-viasi, distorsi, dan disorientasi kebangsaan. “Kalau ini ber-lanjut, kita akan mengalami kegamang an dalam berkebang-saan,” ungkap Din.

Ia menilai empat pilar ini harus dikembalikan ke tem-patnya semula. “Empat pilar ini adalah tiang negara. Barang

siapa yang menegakkannya, ia telah menegakkan negara de-ngan menjadikannya sebagai kepribadian bangsa. Kita harus mampu menuangkan empat pilar ini ke dalam etika kehi-dupan,” kata Din.

Menurutnya, empat pilar itu menjadi penting sebagai penopang bagi sebuah bangsa. Indonesia saat ini terkesan ke-hilangan jati diri dan telah ter-jebak liberalisasi dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya.

“Demokrasi tak bisa diha-langi. Tapi corak demokrasi apa yang ideal bagi Indonesia ada-lah yang mengejewantahkan sila keempat Pancasila. Harus ada korelasi sesuai dengan nilai dan sistem yang akan diimple-mentasikan,” katanya.

Lebih lanjut dikatakannya, Muhammadiyah sebagai or-mas Islam juga merasa gusar melihat terpuruknya kondisi bangsa. (Ant/Ide/P-2)

KOMISI Pemberantasan Ko-rupsi (KPK) belum menemu-kan niat jahat (mensrea) yang bisa digunakan sebagai unsur untuk mengikat pejabat negara melakukan dugaan tindak pi-dana korupsi.

“Belum ada tindak pidana korupsi dari sisi KPK. Tapi, jangan ditafsirkan tidak ada tindak pidana perbankan di situ,” kata Wakil Ketua KPK Chandra M Hamzah saat rapat dengan tim pengawas skandal Bank Century, kemarin.

Rapat yang berlangsung di Gedung DPR itu juga dihadiri Kapolri Jenderal Timur Pra-dopo dan pelaksana tugas Jaksa Agung Darmono.

Ia mengakui ada penyim-pangan yang dilakukan Bank Indonesia (BI) kalau melihat perjalanan dari merger dengan pengeluaran fasilitas pendana-an jangka pendek (FPJP) ke Bank Century.

Hanya saja, lanjut dia, UU BI memiliki celah hukum bagi pejabat yang melakukan kesa-lahan. Orang tersebut tidak bisa dihukum, kecuali dilakukan pihak bank umum.

Celah itu, imbuh dia, membuat KPK sulit mengategorikan tin-dakan pemberian dana talang-an Rp6,7 triliun untuk Bank Century sebagai pelanggar an hukum atau administratif.

Ia menambahkan, skandal Bank Century berbeda dengan penyelewengan dana Yayasan Pengembangan Perbankan In-donesia (YPPI) sebesar Rp100 miliar pada 2003. Dalam kasus YPPI, sejumlah mantan pe-tinggi BI, seperti Burhanuddin Abdullah, Aulia Pohan, Maman Sumantri, Bunbunan Hutapea, dan Aslim Tajuddin telah divo-nis penjara.

“Ada keinginan menyuap DPR untuk kasus YPPI. Diban-dingkan kasus Bank Century,

konstruksi hukumnya ini be-lum jelas,” cetusnya.

Penjelasan itu dipertanya-kan sejumlah anggota dewan. “Mensrea atau niat jahat itu pengadilan yang membuktikan bukan KPK. Sementara unsur tindak pidana korupsi cukup perbuatan melawan hukum, merugikan keuangan negara, menguntungkan diri sendiri atau orang lain,” kata ang-gota tim pengawas dari F-PG Chairuman Harahap.

Karena perdebatan antara anggota tim pengawas dan KPK tidak tuntas, pimpinan si-dang Anis Matta memutuskan untuk melanjutkan rapat pada pekan depan.

“Kita akan lanjutkan minggu depan khusus soal tindak pi-dana korupsi. Kita fokuskan kepada KPK dulu, Polri dan Kejagung akan kita bicara-kan lebih lanjut,” kata Anis. (Din/P-1)

MENTERI Pemberdayaan Aparatur Negara dan Refor-masi Birokrasi EE Mangindaan menyatakan bahwa ruang ge-rak bagi aparatur negara untuk melanggar aturan kian sempit. Sistem pengawasan berlapis diharapkan dapat mencegah tindak pidana korupsi seperti dalam kasus aparat pajak Ga-yus Tambunan.

“Pak Gayus itu oknum, dan karena ruang geraknya sem-pit, ketahuan. Karenanya ke depan jangan main-main lagi, apalagi instansi pemerintah sudah pakai elektronik semua,” kata Mangindaan di sela-sela Rapat Koordinasi Pendayaan Aparat ur Negara dan Refor-masi Birokrasi tingkat Nasional 2010 di Jakarta, kemarin.

Menurut Mangindaan, de-ngan ruang gerak yang sem-pit, aparat negara sulit untuk berbuat korup. Berbeda de-ngan sistem yang lama, yang diakuinya tidak terkontrol.

Ia juga mengatakan bahwa pengawasan terhadap aparatur negara saat ini diberlakukan berlapis. Selain pengawasan dan kontrol dari masyarakat, juga ada pengawasan dari internal. “Pengawasan nanti ada internal dari instansi. Lalu internal nanti diawasi juga oleh tim independen dan quali-ty assurance. Kemudian, ma-

syarakat, jadi triple malah,” jelasnya.

Mangindaan berharap, ma-syarakat aktif dalam mengon-trol dan mengawasi kinerja aparatur negara. Agar masya-rakat mudah mengawasi, pe-merintah akan mencari metode agar kinerja aparatur negara dengan gampang dipahami. “Memang konsep grand design pengawasan dan kontrol ma-syarakat kita harapkan. Oleh karena itu, di dalam metode yang kita keluarkan metode pre-emptive dan preventif ha-rus dengan bahasa rakyat. Su-

paya rakyat mengerti sehingga rakyat menjadi bagian dari pengawasan. Itulah negara de-mokrasi ya begitu,” tukasnya.

Saat membuka Rakornas PAN dan Reformasi Birokrasi 2010, Wakil Presiden Boediono meminta pelaksanaan refor-masi birokrasi berjalan kon-sisten agar target birokrasi yang andal dan efisien yang dicanangkan pemerintah ter-capai 2025.

“Jangan sampai reformasi birokrasi berjalan zig-zag tanpa memiliki arah yang jelas. Kasi-han nanti bangsa kita tidak maju-maju dan yang rugi ada-lah anak-anak kita karena tidak maju-maju,” kata Boediono.

Wapres menekankan bahwa tujuan utama tugas aparat ne-gara adalah memberikan pela-yanan publik sebaik-baiknya sehingga setiap instansi harus bersama-sama mereformasi sistem pelayanan publik.

Untuk meraih hasil optimal, diperlukan sistem penghar-gaan dan hukuman bagi para aparat negara yang selama ini melayani masyarakat. “Jadi penghargaan dan hukuman ti-dak saja diberikan pemerintah pusat, tapi masyarakat juga bisa memberikan penilaian,” kata Wapres yang juga Ketua Tim Pengarah Reformasi Birokrasi Nasional itu. (Tup/P-3)

PIMPINAN DPR resmi mengagendakan pem-bahasan kelanjutan nasib Badan Kehor-

matan (BK) DPR dalam sebuah rapat khusus, hari ini. Hasil ra-pat diharapkan bisa memecah kebuntuan situasi yang dialami salah satu alat kelengkapan DPR yang semakin tidak je-las itu.

“Kami sudah menerima be-berapa surat mengenai masalah itu. Besok pagi, kita mengada-kan rapat pimpinan dewan lengkap dengan fraksi untuk mencari jalan keluar,” kata Wakil Ketua DPR RI dari Fraksi Golkar, Priyo Budi Santoso, kepada wartawan di Jakarta, kemarin.

Kemelut di tubuh BK DPR sudah terjadi hampir setahun lamanya. Badan yang seharus-nya mengawasi perilaku ang-gota dewan, malah cenderung dijadikan tameng para anggota DPR yang bermasalah.

Terakhir, sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM)

mengadukan delapan ang-gota dewan ke BK DPR karena menyimpang saat melakukan perjalanan ke Turki. Semen-tara itu, pimpinan DPR hanya menugaskan anggota BK ke Yunani.

Dalam surat pimpinan DPR itu disebutkan kunjungan kerja untuk belajar tentang etika ke Yunani pada 23-29 Oktober 2010. Namun, dalam doku-men, kunjungan anggota BK ke Yunani pada 23-27 Oktober. Kemudian pada 27-29 Oktober mereka berada di Turki tanpa agenda jelas.

Ironisnya, ada delapan ang-gota BK DPR yang ikut dalam pelesiran itu. Mereka adalah Nudirman Munir dan Chairu-man Harahap (Golkar), Salim Mengga (Demokrat), Ansory Siregar (PKS), Abdul Rozaq Rais (PAN), Usman Ja’far (PPP), Darizal Basir (Demokrat), dan Ali Maschan Moesa (PKB).

Enam dari delapan orang tersebut menggelar konferensi pers untuk mengklarifikasi kegiatan mereka, dan menye-rang kepemimpinan Ketua BK DPR dari Fraksi PDIP, Gayus T

Lumbuun.Priyo melihat kasus kun-

jungan kerja ke Yunani itu sebagai puncak dari masalah internal yang sudah lama mem-belit BK. Akan tetapi, sesuai mekanisme tata tertib DPR, hak penggantian seseorang di dalam alat kelengkapan dewan sepenuhnya dimiliki oleh fraksi.

“Pimpinan dewan tidak pu-nya kewenangan apa-apa un-tuk menarik anggota dari alat kelengkapan. Itu hak fraksi. Karena itu, kita harus konsul-tasi dengan pimpinan fraksi,” ucapnya.

Ketua Fraksi Partai Demokrat Jafar Hafsah tetap bersikeras, permasalahan ini tetap harus diselesaikan secara internal oleh fraksi. Apa pun keputusan fraksi, sahut dia, itu harus di-hormati oleh fraksi-fraksi lain-nya, termasuk jika Fraksi PDIP mempertahankan keberadaan Gayus. Formasi anggota Fraksi Partai Demokrat di BK sendiri tidak akan berubah. “Ya, kita te-tap juga. Kondisinya memang sama tapi ada jalan keluar,” kelitnya.

Hal senada dikemukakan Sekretaris Fraksi PPP Roma-hurmuziy. “Saya kira tidak perlu kocok ulang. Persoalan di BK sudah cukup lama,” ujarnya.

Ia mengungkapkan inti ma-salah di BK adalah persoalan Ketua BK Gayus dengan ang-gota BK lainnya dan cukup diselesaikan melalui mediasi pimpinan DPR agar BK kem-bali dapat menjalankan tugas-nya. Namun, Romi, panggilan akrabnya, mengakui bahwa permasalahan BK cukup se-rius.

Direktur Indonesia Parlia-mentary Center (IPC) Sulastio mengingatkan, jalan keluar memecahkan kebuntuan di BK DPR sudah seharusnya di-cari. Sebab, jika terus berlarut, ketidaktegasan sikap fraksi ter-hadap anggotanya di BK DPR malah semakin menegaskan adanya upaya melemahkan BK. “Pimpinan fraksi seharusnya bisa mengganti kader mereka di BK secara menyeluruh,” cetusnya. (AO/P-4)

[email protected]

4 | Politik & HAM KAMIS, 25 NOVEMBER 2010 | MEDIA INDONESIA

MI/SUSANTO

BK DPR bukan tameng para anggota dewan bermasalah.

Dinny Mutiah

Nasib Gayus DkkDitentukan Hari Ini

Pengawasan nanti ada internal dari instansi. Lalu internal nanti diawasi juga oleh tim independen dan quality assurance. Kemudian, masyarakat, jadi triple malah.”EE MangindaanMenteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Din SyamsuddinKetua PP Muhammadiyah

PERKEMBANGAN KASUS CENTURY: Wakil Ketua KPK M Jasin (kanan) bersama Kapolri Jenderal Timur Pradopo (kiri) dan Kabareskrim Komjen Ito Sumardi mengikuti rapat kerja dengan Tim Pengawas Century di gedung parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin.

PDIP Serukan Kembali ke PancasilaKPK belum Temukan

Korupsi di Century

Perlu Pengawasan Berlapis Aparat Negara

MI/USMAN ISKANDAR