politik benazir bhutto - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/penelusuraninformasi/file-pdf/khoirul... ·...

133
POLITIK BENAZIR BHUTTO (Analisis terhadap Keberhasilan Menjadi Perdana Menteri Pakistan Tahun 1988 dan 1993) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Disusun oleh: KHOIRUL IMAM NIM: 103033227819 PEMIKIRAN POLITIK ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009 M./1430 H

Upload: hoangbao

Post on 19-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

POLITIK BENAZIR BHUTTO

(Analisis terhadap Keberhasilan Menjadi Perdana Menteri Pakistan

Tahun 1988 dan 1993)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Disusun oleh:

KHOIRUL IMAM

NIM: 103033227819

PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009 M./1430 H

Page 2: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan

karunia-Nya memberikan potensi keilmuan dan wawasan kepada penulis. Shalawat serta

salam selalu tercurah kepada junjungan, panutan, nabi akhir zaman Muhammad SAW.

Alhamdulillah penulis telah menyelesaikan skripsi yang berjudul “POLITIK BENAZIR

BHUTTO” (Analisis terhadap Keberhasilan Menjadi Perdana Menteri Pakistan Tahun

1988 dan 1993). Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Selanjutnya pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu memperlancar proses penyusunan skripsi ini, antara

lain:

1. Keluarga tercinta. Bapak H. Achmad Chotib dan Ibu Hj. Siti Mahwiyah atas

segala motivasi, dukungan moril, materil, serta doa restu yang diberikan sehingga

penulis dapat menyelesaikan studi ini. Dan juga kakak-kakak ku tercinta ceu Anis

dan a’ Heru

2. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. Selaku rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Bapak Dr. Amin Nurdin, MA. Selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Bapak Drs. Agus Darmadji, M. Fils. Dan Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M. Ag.

Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pemikiran Politik Islam Fakultas

Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 3: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

5. Ibu Dra. Haniah Hanafie, M. Si. Selaku dosen pembimbing atas kesabaran, kritik,

dan saran-saran yang diberikan kepada penulis selama menyusun skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan staff pengajar pada program studi Pemikiran Politik Islam

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta atas sega ilmu

pengatahuan yang diberikan selama proses belajar.

7. Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Ushuluddin

dan Filsafat, dan Perpustakaan CSIS Jakarta. Terima kasih banyak atas pinjaman

bukunya.

8. Irmayanti, sosok yang selalu menemani dalam senang dan sedih, dan yang selalu

membuat kenangan manis yang tak terlupakan dalam hidup, Semoga kau selalu

menjadi ruh penyemangat dalam hidup ku. Entah jodoh ku atau bukan (kita lihat

saja nanti he…). Pokoknya Thanks for all.

9. Kawan-kawan prodi Pemikiran Politik Islam, khususnya angkatan 2003.

Sahabatku Rizal, Dedi, Burhan, Edi, Subairi, Fajri, Arya, Sigit, Ust Ahmarul

Hadi, Yuli, Selly, Rufi’ah, Aniq, Fahmi, Davan, Damar, Hendri, Nabil,Yosep,

Anang, Bahrul, Ayip, Arif, Suhadi, Alan dan Bos Rudin (si kantong ajaib), smoga

kita semua menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat amien.

10. Sahabat mahasiswa Seperjuangan ku Idung, Kubil, Parto, Boy, Mayat, Udel,

Badut, Burex, Kazoy, Karyo, Evi, Lutfi. Semoga kita semua menjadi Muslim

yang Moderat, Mukmin yang Demokrat dan Muhsin yang Diplomat.

Page 4: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Skripsi ini tentu bukanlah sebuah karya yang sempurna dan bebas dari kesalahan.

Karena itu, kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan di masa mendatang sangat

penulis nantikan.

Akhirnya, semoga skripsi ini bermanfaat bagi siapa saja, khususnya bagi para

pegiat kajian pemikiran pilitik Islam.

Tangerang, 26 Desembe 2008

Khoirul Imam

Page 5: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

DAFTAR ISI

HALAMAN

KATA PENGANTAR ………………………………………………………................ i

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………….. iv

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah……………………………………………………….... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah…………………………………………... 11

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian……………………………………….............. 11

D. Metode Penelitian………………………………………………………………. 12

E. Sistematika Penulisan…………………………………………………………... 12

BAB II. SEJARAH POLITIK PAKISTAN DAN BIOGRAFI BENAZIR BHUTTO

A. Sejarah dan Kondisi Sosial Politik Pakistan…….……………………………….14

B. Biografi Politik Benazir Bhutto……...…………………………………………. 28

B.1. Riwayat Hidup dan Pendidikan……………………………………………..28

B.2. Latar Belakang dan Pengalaman Politik…………………………………... 30

BAB III. BENAZIR BHUTTO DALAM KANCAH POLITIK

A. Keterlibatan dalam Partai Politik…………………………………….................. 35

A. 1. Kematian Zulfikar Ali Bhutto…………………………………………… 36

A. 2. Kediktatoran Pemerintahan Zia ul-Haq …………………………………. 40

A. 3. Penerus perjuangan politik Zulfikar Ali Bhutto…………………………. 43

Page 6: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

B. Ikut Pencalonan menjadi Perdana Menteri ……………………………........ 44

B. 1. Kemenangan dalam Pemilu 1988……………………………………......... 44

B. 2. Dua Puluh Bulan di bawah Pemerintahan Benazir Bhutto…...................... 50

B. 3. Kekalahan dalam Pemilu 1990………………………………..................... 62

C. Upaya Benazir Bhutto Menggoyahkan Pemerintahan Nawaz

Sharif………....... 71

C. 1. Mempengaruhi Opini Publik……………………………………………… 74

C. 2. Menggalang Demonstrasi…………………………………………………. 81

C. 3. Mendesak untuk diadakannya Pemilu……………………………………. 85

BAB IV. KEMBALINYA BENAZIR BHUTTO DALAM KEKUASAAN POLITIK

TAHUN 1993

A. Konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif……………………………………………… 89

A 1. Pemecatan Perdana Menteri Nawaz Sharif oleh Presiden Ishaq Khan….. ...90

A. 2. Kontroversi Amandemen ke-8………………………………………….. ...91

A. 3. Sikap Benazir Bhutto terhadap konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif………. 96

B. Sikap Politik Militer……………………………………………………………. .98

B. 1. Kuatnya pengaruh Militer di Pakistan………………………………….. …99

B. 2. Ketidaksukaan Militer terhadap Pemerintahan Nawaz Sharif…………... 100

C. Keberhasilan Benazir Bhutto Menjadi Perdana Mentri Kedua Kalinya………. 103

C. 1. Terselenggaranya Pemilu Tahun 1993………………………………....... 104

C. 2. Merebut kembali Mahkota Perdana Menteri……………………………. 113

Page 7: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………. 117

B. Saran ………………………………………………………………………….. 123

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………125

Page 8: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Benazir Bhutto pertama kali berhasil menjadi Perdana Menteri Pakistan pada

bulan Desember 1988, setelah partai yang dipimpinnya Pakistan People's Party (PPP)

memenangkan pemilu 16 November 1988 dengan memperoleh 92 kursi dari 207 kursi

yang diperebutkan. sementara saingannya Islamic Democraty Aliance (IDA) / Islami

Jamhoori Ittehad (IJI) berhasil memeperoleh 54 kursi dan Muhajir Qoumi Movement

(MQM) mendapat 13 kursi.1 meskipun PPP menang, namun kemenangannya bukanlah

mayoritas mutlak yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu pemerintahan. sehingga PPP

terpaksa berkoalisi dengan MQM yaitu sebuah partai politik yang relatif baru yang

pendukungnya terdiri dari masyarakat imigran berbahasa Urdu di propinsi Sindh.

Sebagai seorang wanita pertama yang berhasil meraih posisi Perdana Menteri

Pakistan, kepemimpinannya atas pemerintahan Pakistan sebenarnya tetap tak diterima

oleh golongan konservatif. Alasannya masih dominannya budaya feodalisme yang

menempatkan pria berada diatas wanita. Kalangan konservatif ini termasuk di dalamnya

golongan Islamis, yaitu para pemimpin agama yang merupakan produk pendidikan

dengan wawasan agama, tetapi memiliki sedikit apresiasi terhadap tantangan-tantangan

pembaharuan dan modernitas negara bangsa.2 Mereka menginginkan Pakistan didasarkan

pada hukum Islam secara komplit, mengingat alasan didirikannya negara Pakistan adalah

keinginan orang muslim India untuk membentuk bangsa Muslim dengan merealisasikan

1 “Sekilas Perjalanan Politik Bhutto”, KOMPAS, 27 Desember 2007. h. 4.

2 John L Esposito, Agama dan Perubahan Sosial Politik (Jakarta: Aksera Perdata, 1983), h. 231.

Page 9: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

hukum-hukum Islam dalam kehidupan bernegara. Golongan Islamis ini terbagi menjadi

dua, yaitu golongan Islam Populer yang mencampurkan tradisi dengan ajaran Islam, dan

golongan Islam Sentralis yang ingin menerapkan ajaran dasar Islam, kendati dengan

menerima budaya yang tidak bertentangan dengan Islam. Menurut interpretasi mereka,

ajaran Islam tidak memperkenankan wanita menjadi pemimpin suatu negara dan atau

pemerintahan.

Sedangkan Benazir Bhutto termasuk ke dalam golongan Modernis Sekuler yang

berpendidikan dan berpemikiran Barat, namun kurang pendidikan dan pemahaman

tentang Islam, terutama dalam hubungannya dengan kepentingan mendefinisikan

Pakistan sebagai sebuah negara Islam. Benazir beranggapan bahwa negara tidak perlu

didasarkan pada Al-Quran dan Sunah karena apabila negara telah berusaha mewujudkan

cita-cita sekulerisme itu bersamaan dengan persamaan hak dan keadilan, maka negara

akan dengan sendirinya telah mewujudkan nilai-nilai pokok Islam.3 Antara ketiga

golongan tersebut, terjadi pertentangan karena belum ditemukannya konsensus yang jelas

yang sesuai dengan Ideologi Islam dan bagaimana aplikasinya dalam program-program

dan kebijakan-kebijakan negara. Di sini terlihat bahwa Islam telah menjadi faktor yang

sangat menentukan dalam perkembangan politik di Pakistan, sipil atau militer, dan

apapun corak politiknya, otoriter dan diktatoris, tidak dapat mengabaikan peranan nilai-

nilai dasar Islam.4

Sejak awal memerintah, pemerintahan Benazir Bhutto tidak pernah sepi dari

kecaman. Salah satunya disebabkan oleh kegagalan Benazir Bhutto dalam mengatasi

3 Dhurorudin Mashad, "Pemilu di Pakistan 1990; Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan", Jurnal Ilmu Politik, No. 13 (Jakarta: PT Gramedia, 1983), h. 73. 4 Dhurorudin Mashad, "Pemilu di Pakistan 1990; Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan”, h. 73.

Page 10: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

kemelut etnis yang berlarut-larut antara etnis Sindh yang merupakan penduduk asli

dengan etnis Muhajir yang merupakan kaum pendatang. Konflik etnis pada masa

pemerintahan Benazir Bhutto ini memuncak karena ia tidak memenuhi janjinya, untuk

antara lain: memberikan pekerjaan pada etnis Muhajir yang menganggur sebagai akibat

dari sisitem quota yang telah diberlakukan sejak Ali Bhutto; membebaskan para tahanan

pemimpin MQM yang ditahan sejak pemerintahan Zia Ul Haq; dan membagi kekuasaan

secara adil sebagaimana yang telah dijanjikan sewaktu pembentukan koalisi.

Tindakan Benazir Bhutto tidak mencerminkan sikap pemimpin Pakistan yang

mempunyai penduduk heterogen. Benazir Bhutto sangat mementingkan etnisnya saja

dengan memberikan lowongan jabatan-jabatan penting di pemerintahan pada teman-

temannya di partai, saudara dan kenalan dekatnya. Kebijakan sosial ekonomi Benazir

Bhutto justru memperbesar sistem monopoli dan oligopoli yang dilakukan oleh orang-

orang kaya di Pakistan dan menghambat kepentingan ekonomi kelompok Muhajir.

Akibatnya MQM keluar dari koalisi dan kemudian konflik terus berlanjut antara etnis

Sindh dan etnis Muhajir. Situasi dimanfaatkan oleh IJI, pimpinan Nawaz Sharif, sebagai

pihak oposisi untuk menjatuhkan Benazir Bhutto.

Sikap Benazir Bhutto yang begitu tenang tanpa reaksi nyata untuk secepatnya

menyelesaikan konflik, tentu saja menimbulkan ketidakpuasan dari kalangan Angkatan

Darat. Kelompok ini merasa bertanggung jawab terhadap keselamatan dan ketentraman

masyarakat. Bahkan Staf Angkatan Darat Jendral Mirza Aslam Beg, telah mengadakan

pembicaraan dengan beberapa pejabat pemerintahan. Mereka menganggap perlunya

segera diambil prakarsa politik berupa pengambilalihan secara langsung kekuasaan di

Sindh oleh pemerintah federal dan memberlakukan Undang-Undang Darurat terbatas

Page 11: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

untuk menyelesaikan masalah kerusuhan di propinsi Sindh yang sudah begitu sangat

memprihatinkan.5

Pemeritah Benazir Bhutto menolak permintaan militer karena Benazir Bhutto

takut tindakan ini akan mengundang diberlakukannya semacam Undang-Undang Militer

yang dapat menimbulkan tindakan intimidasi. Selain itu Benazir Bhutto juga khawatir

militer akan melangkahi kekuasaan sipil di propinsi Sindh. Dan yang paling penting

adalah ketakutan Benazir Bhutto akan terlibatnya militer kembali dalam politik di

Pakistan.

Sesungguhnya dalam percaturan politik Pakistan dewasa ini dikuasai oleh tiga

faktor utama penentu jalannya pemerintahan, yaitu: presiden, militer, dan perdana

menteri. Oleh karena itu, siapapun yang menjadi perdana menteri sudah seharusnyalah

berusaha menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan hubungan perdana menteri

dengan militer dan presiden dapat terjalin dengan serasi. Apabila gagal maka sangatlah

munkin terjadi persaingan dan bahkan permusuhan diantara tiga kekuatan sentral ini,

yang seringkali berakhir dengan jatuhnya pemerintah. Kondisi ini tampaknya terjadi pada

diri Benazir Bhutto yang sejak awal berkuasa, hubungan Benazir Bhutto dengan militer

tidak begitu harmonis dan semakin memburuk karena Benazir Bhutto dinilai terlalu ikut

campur terhadap masalah intern dalam tubuh militer. Permusuhan ini mulai jelas terlihat

pada waktu Benazir Bhutto memecat Letjen. Hamid Gul (seorang Jendral senior yang

berpengaruh dan menjadi salah satu arsitek kebijakan tentang Afghanistan) dari

jabatannya, pada bulan Agustus 19896 Presiden dan militer tidak suka atas tindakan

Benazir Bhutto ini.

5 Sekilas Perjalanan Politik Bhutto”, KOMPAS, 27 Desember 2007. h. 4.

6 Dhurorudin Mashad, "Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih Kekuasaan", h. 80.

Page 12: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Pertentangan menjadi semakin parah setelah Benazir Bhutto ingin mencabut

Amandemen ke-8 produk rezim Zia ul-Haq dengan alasan untuk memurnikan konstitusi

1973. Padahal alasan sebenarnya adalah Benazir Bhutto khawatir kalau sewaktu-waktu

dipecat Presiden karena tidak mampu mengatasi konflik etnis yang berkepanjangan.

Berlakunya Amandemen ke-8 tentu saja membuat kekhawatiran bagi Benazir Bhutto

karena memberikan kekuasaan kepada Presiden untuk menghapuskan atau membatalkan

pemerintahan yang terpilih dari hasil pemilu dan memungkinkan Presiden untuk

menunjuk Dewan Militer atau pejabat militer untuk menjalankan pemerintahan.7

Keinginan Benazir Bhutto sulit direalisir, karena memerlukan konsensus dari Majelis

Nasional. Sementara saat itu PPP bukanlah mayoritas, apalagi ia tidak didukung oleh

oposisi.

Kenyataan memeperlihatkan bahwa pemerintahan Benazir Bhutto yang selama

dua puluh bulan tidak mampu menyelesaikan masalah-masalah dalam negeri Pakistan.

Seperti kerusuhan etnis, janji-janji yang tidak terpenuhi, serta adanya tuntutan korupsi

dan nepotisme. Tindakan nepotisme yang dilakukan Benazir Bhutto telah mengakibatkan

telah terjadinya tindakan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh orang-orang

dekat Benazir Bhutto. Suaminya, Asif Ali Zardari dan Bapak mertuanya dituduh mencari

keuntungan sebagai perantara bagi orang-orang yang ingin memperoleh kontrak-kontrak

besar dari pemerintah. Dengan berbagai alasan tersebut, Akhirnya Presiden Ishaq Khan

pada tanggal 6 Agustus 1990 mengeluarkan keputusan No. 178, membubarkan parlemen

dan membekukan kabinet Benazir Bhutto.8

7 Deepak Tripathi, “Pakistan In Trumoil” artikel diakses pada 22 Desember 2007, dari http//www.

danielpinem.wordpress.com/perpustakaan/hubungan-internasional/krisis-politik-baru-di-pakistan/

8 Dhurorudin Mashad, "Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih Kekuasaan". h. 80.

Page 13: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Setelah Benazir Bhutto jatuh, Presiden Ghulam Ishaq Khan mengangkat saingan

Benazir Bhutto di parlemen yaitu Ghulam Mustafa Jatoi sebagai Perdana Menteri untuk

memimpin pemerintahan sementara sambil mempersiapkan pemilu 24 Oktober 1990.

Dalam pemilu tersebut ternyata IJI pimpinan Nawaz Sharif berhasil memperoleh 106

kursi dari 207 kursi yang diperebutkan parlemen. Sedangkan People's Democratic

Alliance (PDA) pimpinan Benazir Bhutto yang merupakan koalisi dari PPP dengan

beberapa partai kecil yaitu Tehrik-i -Istiqlal, Tehrik Nifaz Firqah Javariya dan PML

Qasim Group, hanya memperoleh 45 kursi dan MQM sebagai kekuatan politik ketiga

terbesar hanya memperoleh 15 kursi.9

Nawaz Sharif memang dipercaya oleh sekitar 53 juta pemilih dari 130 juta rakyat

untuk memimpin pemerintahan Pakistan. Namun mantan Perdana Menteri Benazir

Bhutto tetap muncul dalam kancah politik, kendati hanya sebagai oposisi. Tanggal 18

November 1992 misalnya, PDA gabungan partai-partai oposisi dibawah pimpinan

Benazir Bhutto melancarkan demonstran yang berjumlah sekitar tiga puluh sampai empat

puluh ribu orang itu semula akan melakukan long march dari Rawalpindi ke gedung

parlemen Islamabad, namun dicegah oleh polisi dan para petugas keamanan lainnya.10

Tujuan demonstrasi itu adalah untuk menjatuhkan pemerintahan Pakistan

pimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif, yang partainya IJI memenangkan pemilu 24

Oktober 1990. Benazir Bhutto menuduh pemerintahan yang ada tidak sah karena

melakukan kecurangan dalam pemilu tersebut. Pemerintahan Nawaz Sharif dituduh pula

telah melakukan korupsi dan oleh sebab itu harus mundur. Bahkan, akhirnya muncul pula

protes-protes di beberapa kota menuntut mundurnya Nawaz Sharif terutama setelah

9 “Sekilas Perjalanan Politik Bhutto”, KOMPAS, 27 Desember 2007. h. 4

10 Mohammad Guntur Romli, “Oposisi Di Pakistan” artikel diakses tanggal 22 Desember 2007,

dari http://hasanpanai.blogspot.com/2007/12/benazhir-tewas-dunia-gempa.html

Page 14: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Benazir Bhutto melakukan perjalanan politik sepanjang 1600 km dengan kereta api untuk

membangkitkan tuntutan pelaksanaan pemilu yang baru.11

Adanya manuver politik

pemerintahan care taker dalam upaya mendiskreditkan Benazir Bhutto melalui

"pertangungjawaban" (accountability) dengan mengadili dirinya atas tuduhan korupsi dan

menyalahgunakan kekuasaan, mengakibatkan kredibilitas Benazir Bhutto dan tokoh-

tokoh PPP merosot tajam. Namun setelah Nawaz Sharif berkuasa ternyata masalah

"pertanggungjawaban" (accountability) yang dilancarkan oleh pemerintah care taker

belum pernah membuktikan secara kongkrit atas tuduhan berbagai kesalahan, sehingga

tidak menutup kemungkinan rakyat kembali percaya kepada dirinya.

Benazir Bhutto cukup tanggap untuk segera memanfaatkan situasi ini dalam

upaya merebut kembali simpati rakyat dengan menyebar White Paper yang berisi

tuduhan bahwa selama pemilu pemerintah telah melakukan manipulasi yang

memungkinkan kelompok Nawaz Sharif menang mutlak.12

Hal tersebut sempat membuat

repot kubu Nawaz Sharif.

Benazir Bhutto juga memanfaatkan situasi yang terjadi di Pakistan, dimana terjadi

pertentangan antara Nawaz Sharif dan Presiden Ishaq Khan. Diantara mereka timbul

ketidak cocokan tentang pengangkatan pejabat-pejabat senior di Angkatan Bersenjata,

lembaga Yudikatif dan Pertahanan Sipil. Percekcokan yang paling serius mencuat ketika

Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Asif Nawaz Janjua, mendadak meninggal dunia.

Nawaz Sharif telah berusaha mengusulkan beberapa nama atas pilihannya untuk

menggantikan jabatan tersebut. Nama-nama tersebut ditolak oleh Presiden Ghulam Ishaq

Khan dan sekutunya diangkatan bersenjata. Presiden akhirnya malah menunjuk Jendral

11 Mohammad Guntur Romli, “Oposisi Di Pakistan”

12 Dhurorudin Mashad, "Pertentangan Segi Tiga: Nawaz Sharif-Ishaq Khan-Benazir Bhutto",

Suara Karya, 9 Juli 1993.

Page 15: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Abdul Waheed kakar, rekan sejawat yang masih satu suku dengan Presiden sebagai

Kepala Staf Angkatan Darat yang baru.13

Benazir Bhutto semula sempat melakukan rekonsiliasi dengan Nawaz Sharif

sehingga ia ditunjuk sebagai ketua komite Hubungan Luar Negeri. Keduanya

berkeinginan menghapus Amandemen ke-8 yang memberikan kekuasaan yang lebih luas

kepada Presiden. Dalam rangka menegakkan demokrasi di Pakistan. Namun seiring

dengan kian parahnya perseteruan Ishaq Khan-Nawaz Sharif, Benazir Bhutto kemudian

malah berbalik berpihak kepada Presiden Ishaq Khan yang semula merupakan musuhnya

karena melakukan pemecatan atas dirinya ketika Benazir Bhutto menjadi Perdana

Menteri Pakistan. Benazir Bhutto berpihak kepada Presiden Ishaq Khan karena dijanjikan

akan diberi jabatan menteri bagi kubu Benazir Bhutto dalam kabinet sementara setelah

kejatuhan kabinet Nawaz Sharif, disamping dijanjikan pula akan diselenggarakan pemilu

secepatnya.14

Nawaz Sharif kemudian dipecat oleh Presiden Ishaq Khan pada tanggal 18 April

1993, namun ia mengajukan gugatan ke pengadilan. Pada Akirnya Mahkamah Agung

dengan perbandingan suara 10 : 1 mengumumkan bahwa tindakan Presiden Ishaq Khan

memecat Nawaz Sharif dan Majelis Nasional telah melampaui batas-batas

kekuasaannya.15

Dengan demikian Mahkamah Agung membatalkan pemecatan tersebut.

setelah itu pereseteruan diantara keduanya terus berlangsung sampai akhirnya Presiden

Gulam Ishaq Khan dan Perdana Mentri Nawaz Sharif setuju sama-sama mundur dari

jabatannya untuk menyelesaikan krisis politik yang telah berlangsung selama enam bulan.

13 Deepak Tripathi, “Pakistan In Trumoil.”

14 Sharif Al Mujahid, Pakistan History, The Fart East and Australasia 1994, 25 th editions

(London: Europa Publications Limited, 1993), h. 802.

15. Mohammad Guntur Romli, “Oposisi Di Pakistan.”

Page 16: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Mereka membubarkan parlemen, serta sepakat mengadakan pemilu baru, 6 dan 9

Oktober 1993 untuk membuktikan siapa yang lebih dipercaya rakyat untuk memimpin

Pakistan. Kesepakatan ini dicapai setelah Kepala Staf Angkatan Darat Jendral Abdul

Waheed Kakar, mengadakan pertemuan dengan kedua pimpinan puncak Pakistan.16

Setelah itu diadakan pemilu baru 6 dan 9 Oktober 1993, yang dimenangkan oleh PPP

serta mengantarkan Benazir Bhutto terpilih menjadi Perdana Mentri Pakistan untuk kedua

kalinya.

Dengan mengamati kejadian-kejadian di Pakistan, khususnya sejak jatuhnya

kekuasaan Benazir Bhutto pada tanggal 6 Agustus 1990 dan kemudian menang kembali

dalam pemilu 6 dan 9 Oktober 1993, menimbulkan kesan yang sangat menarik.

Dikatakan menarik karena meskipun Benazir Bhutto pernah gagal dalam

pemerintahannya pada 1988-1990 dengan berbagai tuduhan negatif sehingga kalah dalam

pemilu 1990, namun ternyata rakyat masih memilihnya lagi sebagai Perdana Menteri

Pakistan untuk periode 1993-1998.

Dan ketika tanggal 26 November 2007 Benazir Bhutto kembali menyatakan akan

mengikuti pemilu di Pakistan yang akan diselenggarakan pada 8 Januari 2008. Namun

tragedi penembakan dan bom bunuh diri yang terjadi pada tanggal 27 Desember di

Rawalpindi, telah mengenai leher dan dada oleh seorang laki-laki bersenjata yang

kemudian meledakkan bom yang menempel di tubuhnya. Benazir Bhutto yang terluka

parah sempat di bawa ke Rumah Sakit Umum Rawalpindi. Dan akhirnya Benazir Bhutto

meninggal dunia pada pukul 18.16 waktu setempat.17

16 Dhurorudin Mashad."Prospek Penyelesaian Kemelut Politik Pakistan," Republika 24 Juli 1993.

17 Zaenal Ali. Tragedi Benazir Bhutto (Yogyakarta: Narasi, 2008), h. 37.

Page 17: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam penulisan skripsi ini, penulis hanya membahas dan membatasi politik

Benazir Bhutto di Pakistan tahun 1988-1993. Adapun mengenai perumusan masalahnya

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana keterlibatan Benazir Bhutto dalam kancah politik Pakistan?

2. Faktor-faktor apa yang melatarbelakangi keberhasilan Benazir Bhutto meraih

kekuasaan menjadi Perdana Menteri Pakistan Tahun 1988 dan Tahun 1993?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk meneliti:

1. Keterlibatan Benazir Bhutto dalam kancah politik Pakistan

2. Faktor-faktor yang melatarbelakangi keberhasilan Benazir Bhutto meraih

kekuasaan menjadi Perdana Menteri Pakistan Tahun 1988 dan Tahun 1993.

Dan kegunaannya:

1. Mengenal lebih dekat tokoh Benazir Bhutto sebagai sosok wanita pertama

(pada abad modern ini) yang berhasil memelopori kepemimpinan di negara

Pakistan.

Page 18: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

2. Dapat memberikan tambahan wawasan bagi para pembaca, khususnya para

peminat perpolitikan wilayah Asia Selatan.

3. Pengembangan Ilmu Politik di bidang kepemimpinan atau kekuasaan di

negara-negara sedang berkembang khususnya Pakistan.

D. Metode Penelitian

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan tipe penelitian kualitatif,

yaitu penelitian yang cenderung dan banyak digunakan dalam Ilmu-ilmu Sosial yang

berhubungan dengan prilaku, gejala-gejala yang diamati yang tidak selalu berbentuk

angka-angka atau koevisien antar variabel dan penelitian lebih sering berbentuk studi

kasus.

Tekhnik pengumpulan data yang digunakan, dilakukan dengan mengumpulkan

bahan pustaka. Yaitu, buku, media massa, artikel, jurnal dan lainnya yang berhubungan

dengan tema bahasan penelitian ini.

Sedangkan tekhnik analisis data menggunakan deskriptif analisis. Yaitu,

memaparkan dan menggambarkan serta menganalisa data-data yang diperoleh.

Untuk pedoman penulisan skripsi, penulis mengacu pada buku Pedoman

Akademik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun

2004-2005.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan sistematika sebagai berikut:

Bab I Merupakan bab pendahuluan, yang didalamnya dibahas tentang latar belakang

Page 19: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan

sistematika penulisan.

Bab II Akan dibahas tentang sejarah singkat perpolitikan Pakistan dan biografi Benazir

Bhutto: riwayat hidup, pendidikan, latar belakang dan pengalaman politik.

Bab III Membahas keterlibatan Benazir Bhutto dalam kancah politik Pakistan, yang

didalamnya akan dibahas keterlibatan dalam partai politik: kematian Zulfikar Ali Bhutto,

kediktatoran pemerintahan Zia ul-Haq, penerus perjuangan politik Zulfikar Ali Bhutto.

Ikut pencalonan menjadi Perdana Menteri: kemenangan dalam Pemilu 1988, Dua Puluh

Bulan di bawah Pemerintahan Benazir Bhutto, kekalahan dalam Pemilu 1990. Dan upaya

Benazir Bhutto menggoyahkan Pemerintahan Nawaz Sharif: dengan mempengaruhi

Opini Publik, menggalang Demonstrasi, dan mendesak untuk diadakannya Pemilu.

Bab IV Membahas Faktor-faktor yang melatarbelakangi keberhasilan Benazir Bhutto

meraih kembali kekuasaannya menjadi Perdana Menteri Pakistan untuk yang kedua

kalinya tahun 1993. yang didalamnya membahas konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif:

pemecatan Perdana Menteri Nawaz Sharif oleh Presiden Ishaq Khan, kontroversi

Amandemen ke-8, Sikap Benazir Bhutto terhadap konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif.

Sikap Politik Militer: kuatnya pengaruh Militer di Pakistan, ketidaksukaan Militer

terhadap Pemerintahan Nawaz Sharif. Keberhasilan Benazir Bhutto menjadi Perdana

Mentri Kedua Kalinya: terselenggaranya Pemilu Tahun 1993 dan Merebut kembali

Mahkota Perdana Menteri.

Bab V Merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran

Page 20: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

BAB II

SEJARAH POLITIK PAKISTAN DAN BIOGRAFI BENAZIR BHUTTO

Dalam membahas Politik Benazir Bhutto terhadap keberhasilannya menjadi

Perdana Menteri Pakistan tahun 1988 dan 1993, pada bab ini penulis sangat perlu rasanya

untuk membahas sejarah kondisi sosial politik pakistan, yang mana didalamnya akan di

uraikan sejarah berdirinya negara Pakistan sampai dengan masalah-masalah yang terjadi

setelah kemerdekaan, seperti masalah pembagian wilayah, belum ditemukannya

konsensus mengenai dasar negara yang sesuai dengan Islam, masih adanya budaya

feodalisme yang menempatkan pria dominan atas wanita sampai pada masalah etnis,

yang semua itu sedikit banyak berpengaruh bagi karir politik Benazir Bhutto.

Selain membahas sejarah politik pakistan akan dibahas pula biografi Benazir

Bhutto, yang didalamnya akan diuraikan tentang riwayat hidup, pendidikan dan

latarbelakang pengalaman politik yang kesemuanya itu sanagat berpengarauh terhadap

langkah-langkah politik Benazir Bhutto kedepan.

A. Sejarah dan Kondisi Sosial Politik Masyarakat Pakistan

Pakistan mencapai kemerdekaan pada tanggal 14 Agustus 194718

, sebagai hasil

dari usaha kurang lebih seratus juta orang Muslim India di bawah pimpinan Mohammad

18

Pakistan adalah satu-satunya negara muslim yang didirikan atas nama Islam. Negara pakistan

memperoleh kemerdekaan dari inggris pada tanggal 14 Agustus 1947, namun pakistan telah dipopulerkan

sejak tahun 1933 oleh perkumpulan Mahasiswa Muslim India di Inggris, yang dipimpin oleh Khoudri

Rahmat Ali. Menurut satu versi , nama Pakistan adalah singkatan dari Punjab, Afgan, Kashmir, Sind, dan

Baluchistan. Akan tetapi Pakistan menurut versi lain dalam bahasa Parsi mengandung arti yaitu: Pak (suci)

Page 21: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Ali Jinnah. Peristiwa bersejarah tersebut diawali pada pagi hari tanggal 14 Agustus 1947,

dengan pengangkatan sumpah Ali Jinnah sebagai Gubernur Jenderal Pakistan yang

pertama oleh Lord Mounbatten, yaitu seorang raja muda terakhir dari negara India

jajahan Inggris.19

Tiga hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 11 Agustus 1947, Ali Jinnah

memimpin pertemuan pertama Dewan Konstitusi, sebuah dewan yang beranggotakan

kurang dari tujuh puluh orang yang dipercayakan dengan tugas untuk membuat kerangka

landasan hukum bagi sebuah negara baru.

Selama minggu-minggu tersebut, Ali Jinnah sebagai Presiden dari Liga Muslim

(Muslim League) telah menerima ratusan politikus di kediamannya. Dalam sebuah

pertemuan khusus di Dewan Konstitusi, sebutan sebagai “ Quaid-i-Azam atau Pemimpin

Besar” dianugrahkan kepada Ali Jinnah.20

Untuk itu hal-hal yang berkaitan dengan

masalah Gubernur Jenderal dan kepresidenan diartikan oleh Jinnah sebagai tugas yang

sangat mendasar. Ia sebenarnya merasa tidak perlu diperlakukan sebagai penerima

kehormatan atas tugas yang telah dilaksanakannya untuk mendirikan sebuah negara baru

bagi orang-orang Muslim India. Karena setelah tugas tersebut selesai, Ali Jinnah masih

mempunyai tugas untuk menyediakan struktur-struktur politik, ekonomi dan administrasi.

Kemampuan yang diperlihatkan Ali Jinnah dalam minggu-minggu di awal

kemerdekaan ini sangatlah mengesankan. Tidak saja berdasarkan usianya, yang saat itu

hampir 71 tahun, namun karena pada bulan Agustus 1947 itu, penyakit yang selalu

dirahasakannya telah bertambah parah. Namun tidak ada yang mengatahui tentang

dan Stan (negara). John L. Esposito, Ensiklopedi Dunia Islam Modern, (New York, Syracuse Press, 1995)

h. 227.

19 Shahid Javed Burki, PAKISTAN: The Continuing Search for Nationhood, secound edition (San

Francisco: Westview Press, 1993), h. 37. 20 John L. Esposito, Islam dan Politik, Alihbahasa H.M. Joesoef Sou’yb, (Cet: 1, PT Bulan

Bintang Jakarta), 1990, h. 156.

Page 22: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

penyakit Ali Jinnah tersebut, termasuk Perdana Menteri Liaquat Ali Khan yang

merupakan salah satu teman dekat politiknya. Ali Jinnah mempunyai alasan untuk

merahasiakan berita tentang penyakitnya terhadap kawan-kawan politiknya ketika ia

pertama kali mengetahuinya pada tahun 1945. Ia khawatir berita tentang penyakitnya

dapat memperlambat proses penarikan Inggris dari wilayah India yang telah di prakarsai

oleh Lord Mounbatten sesaat setelah kunjungannya.

Lord Mounttabaten mengepalai penarikan tentara Inggris dari wilayah India

dengan satu keyakinan bahwa hal tersebut adalah untuk kepentingan orang-orang Hindu

dan Muslim untuk tetap menjaga persatuan India. Keyakinan ini didukung oleh Indian

National Congress yang merupakan partai dari Gandhi, Nehru dan mayoritas masyarakat

Hindu di India.21

Tetapi Ali Jinnah mempunyai pandangan yang berbeda. Ali Jinnah

mengatakan:

“Golongan masyarakat itu telah membuka kartunya bahwa Hindustan adalah buat kaum

Hindu. Tindakan partai Congress hanyalah berkedok kebangsaan.”22

Ia melanjutkan untuk berargumentasi dengan semangat yang besar yang dipandang oleh

para lawan politiknya sebagai karakter yang keras kepala dan tidak mau berkompromi.

Ali Jinnah meyakini bahwa orang-orang Muslim di India akan mendapatkan perlakuan

yang kurang adil di negara itu, karena mereka hanya terdiri dari kelompok minoritas

kecil.

Cita-cita umat Islam untuk mendirikan pemerintahannya sendiri mulai tercapai,

ketika pada tanggal 3 Juni 1947, pemerintah Inggris menyetujui dasar pembagian India.

Dan akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1947, berdirilah negara Pakistan. Dengan

21Zahir Khan, “Kashmir, 56 Tahun Dibawah Pendudukan India”, artkel diakses pada 9 Oktober

2008 dari http://www.pelita.or.id/baca.php?id=23032 22 W. C. Smith, Islam Dalam Sejarah Modern (Jakarta: Bharata, 1959), h. 30.

Page 23: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

demikian terlihat bahwa usaha Ali Jinnah tidaklah sia-sia dengan lahirnya negara

Pakistan. Jinnah sangat berjasa bagi kemerdekaan bangsa Pakistan meskipun tiga belas

bulan kemudian, tepatnya pada tanggal 11 September 1948, ia meninggal dunia akibat

penyakit TBC yang dideritanya.23

Namun dengan merdekanya negara Pakistan, bukan

berarti tidak terdapat masalah di dalam kelangsungan pemerintahan negara tersebut.

Diawali oleh pertukaran penduduk antara Pakistan dengan India, dimana Pakistan

kehilangan 6 Juta orang Hindu namun sebagai gantinya mendapat 8 Juta orang pengungsi

Muslim dari India. Para pengungsi ini berasal dari dua kelompok. Kelompok yang paling

penting pengaruhnya pada masa awal perkembangan ekonomi dan politik adalah kaum

Muslim yang datang dari Delhi, Uttar Pradesh, Madya Pradesh, Bumbay, Gujarat dan

Bhopal, Hyderabad dan Junagarh. Arus perpindahan kelompok penduduk yang kedua

datang dari Timur Distrik Punjab.24

Mohammad Ali Jinnah mendorong kaum Muslim untuk pindah dari India ke

Pakistan, khususnya bagi mereka yang mempunyai keahlian dan keterampilan karena di

negara baru Pakistan ini sangat kekurangan tenaga ahli dan terampil dalam jumlah

besar.25

Saat itu Pakistan pada pokoknya mempunyai bentuk ekonomi yang didasarkan

atas hasil pertanian. Tingkat urbanisasi dan melek hurup masih sangat rendah. Ali Jinnah

juga yakin bahwa penduduk asli Pakistan tidak akan mampu menyediakan modal sumber

daya manusia yang diperlukan oleh sebuah negara baru. Hal tersebut harus diatasi dengan

jalan mendatangkan dari luar. Selaras dengan usahanya itu, Ali Jinnah membujuk kaum

23 Shahid Javed Burki, PAKISTAN: The Continuing Search for Nationhood, h. 38. 24 Shahid Javed Burki, PAKISTAN: The Continuing Search for Nationhood, h. 40. 25Bahkan di Pakistan justru terjadi perpindahan penduduk Hindu dan Sikh yang kebanyakan

adalah wiraswasta dan manager profesional, yang mengakibatkan Punjab semakin hancur ekonominya.

Lebih lanjut, pabrik dan industri di Pakistan kurang dari 1/10 industri yang ada di benua tersebut. Pakistan

saat itu kekurangan modal dan tenaga ahli untuk mengembangkan industrinya. Sharif Al Mujahid,

Pakistan History, The far East and Australasia 1994, h. 794.

Page 24: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Muslim dari kaum pedagang, kaum bankir, para dokter, pengacara dan pegawai negeri

sipil dari propinsi India sebagai kaum minoritas Islam untuk pindah ke Pakistan.

Pidato perdananya yang terkenal di hadapan Dewan Pemilih pada tanggal 11

Agustus 1947 telah diterima oleh sejumlah besar pengikutnya. Dia mengatakan:

“kalian dapat beragama apapun atau dari kasta manapun atau aliran manapun yang tidak

mempunyai kaitan dengan urusan kenegaraan…Kita memulai dengan prinsip dasar

bahwasanya kita semua adalah penduduk dengan hal yang sama dari sebuah

negara…Sekarang saya pikir bahwa kita harus selalu menempatkan hal tersebut di

hadapan kita sebagai idealisme dan kalian akan menentukan bahwa dalam perjalanan

waktu, kaum Hindu akan berhenti menjadi Hindu dan kaum Muslim akan berhenti

menjadi kaum Muslim. Tidak berarti dalam kehidupan beragama karena hal itu

merupakan kepercayaan yang paling pribadi dari setiap individu. Namun yang dimaksud

adalah di dalam hal berpolitik sebagai penduduk atau sebagai warga sebuah negara.”26

Negara Pakistan yang bangkit sebagai hasil dari perpindahan penduduk secara

besar-besaran yang cenderung mempunyai keyakinan beragama yang sama, ternyata jauh

melampaui dugaan Ali Jinnah. Seandainya Pakistan tetap mempertahankan sejumlah

minoritas kaum beragama di sekitar garis perbatasan, maka rancangan Undang-

undangnya harus menampung perbedaan agama yang ada. Oleh karenanya adalah hal

yang sangat logis dan masuk akal bagi Ali Jinnah untuk berbicara mengenai masalah

politik dan Undang-Undang dengan harapan perbedaan agama dapat berperan bagi

sebuah negara yang didirikan berdasarkan agama.

Mayoritas penduduk yang berurbanisasi dari India tertarik untuk berdiam di kota-

kota di barat daya Pakistan, kebanyakan di Karachi dan Hyderabad. Karachi adalah kota

26 Shahid Javed Burki, PAKISTAN: The Continuing Search for Nationhood, h. 40.

Page 25: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

kelahiran Mohammad Ali Jinnah dan dipilih sebagai Ibukota Pakistan. Oleh karena

kebanyakan orang yang pindah ke Pakistan berdiam di Karachi agar mendapat manfaat

dari peluang ekonomi yang sedang dibuka untuk mereka. Namun karena tidak semuanya

dapat tertampung di Karachi, maka sebagian dari mereka bergerak menuju ke Hyderabad,

Sukkur dan kota-kota lainnya. Pada tahun 1951 saat Pakistan mengadakan sensus yang

pertama, pengungsi tercatat sebanyak 57% dari seluruh penduduk Karachi, 65% di kota

Hyderabad dan 55% di kota Sukkur. Secara keseluruhan para penduduk yang pindah dari

India tahun 1951 tercatat 46% dari jumlah penduduk campuran di kota besar di

Pakistan.27

Setelah pisahnya Pakistan dan India, ternyata negara Muslim ini mempunyai

masalah yang berkaitan dengan faktor etnis dan wilayah.

Pada mulanya Pakistan dibagi menjadi dua wilayah yang berlainan, yaitu Pakistan

Timur (Propinsi Bengal Timur) dan Pakistan Barat (meliputi Propinsi Punjab, Sindh,

NWFP dan Baluchistan). Pakistan Timur luasnya hanya 1/7 dari luas seluruh wilayah

Pakistan dan berpenduduk 4/7 dari jumlah seluruh penduduk Pakistan. Sedangkan

Pakistan Barat yang luasnya 6/7 dari seluruh wilayah Pakistan namun hanya mempunyai

3/7 dari seluruh jumlah penduduk Pakistan. Selain itu, kedua wilayah Pakistan tersebut

dipisahkan oleh jarak sekitar 1600 kilometer.28

Secara umum Pakistan didominasi oleh dua kelompok budaya yang berbeda satu

dengan yang lainnya, yaitu Bengali dan Patham. Bengali di Pakistan Timur dan Pathan di

Barat Punjab dan Sindhi yang juga merupakan budaya di Pakistan Barat merupakan

kelompok budaya yang lain, namun tidak sekuat dua budaya yang terdahulu. Bahasa

Bengali digunakan oleh hampir semua orang di Pakistan Timur sedangkan bahasa

27 Shahid Javed Burki, PAKISTAN: The Continuing Search for Nationhood, h. 42. 28 Sharif Al Mujahid, Pakistan History, h. 794.

Page 26: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Punjabi dan Sindh tidak digunakan oleh semua orang di Pakistan Barat. Pakistan Barat

budayanya lebih dekat ke Timur Tengah, kecuali Punjab yang dipengaruhi oleh budaya

Hindu. Sedangkan Pakistan Timur budayanya lebih dekat ke India.

Ketidak senangan Pakistan Timur timbul ketika pada tahun 1952, pemerintah

pusat mengumumkan bahwa bahasa Urdu akan menjadi bahasa resmi Pakistan.

Demonstrasi mahasiswa seluruh Pakistan Timur meledak pada Februari 1952. dan dalam

kerusuhan tersebut beberapa orang meninggal dan terluka ketika pemerintah pusat

memadamkan demonstrasi tersebut pada tanggal 21 Februari 1952. Tanggal tersebut

dijadikan “Shaheed Day” (Martyrs) bagi Pakistan Timur. Peristiwa tersebut mempunyai

arti politis yang luas karena dengan adanya peristiwa tersebut, Pakistan Timur kemudian

melontarkan isu bahwa masalah bahasa merupaka wujud dominasi Pakistan Barat

terhadap Pakistan Timur.29

Ketidak senangan Pakistan Timur terhadap Pakistan Barat juga terlihat dalam

bidang ekonomi. Bagi Pakistan Barat, Pakistan Timur merupakan sumber bahan mentah

yang murah yang diperlukan bagi industri yang berpusat di barat terutama di Punjab dan

Sindh, disamping ia juga merupakan sumber bahan mentah untuk ekspor. Salah satu

sumber ekspor yang terbesar bagi Pakistan adalah jute yang dihasilkan oleh Pakistan

Timur. Namun untuk mengekspornya harus melalui suatu proses yang dilakukan oleh the

State Bank of Pakistan. Bank inilah yang mengatur alokasi impor yang pembayarannya

dilakukan dari hasil jute tersebut dan alokasi impor tersebut ditentukan oleh Pakistan

Barat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa prioritas adalah untuk kepentingan Pakistan

29 Isbodroini Suyanto, “Pakistan yang terkoyak”, Seminar Nasional XI (Asosiasi Ilmu Politik

Indonesia), Manado, September 1993, h. 15-16.

Page 27: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Barat.30

Pada tahun 1959-1960 income per kapita di Pakistan Barat 30% lebih besar dari

Pakistan Timur, lima tahun kemudian meningkat menjadi 40% dan tahun 1969-1970

menjadi 60%.31

Sehingga dapat dikatakan pula bahwa Pakistan Barat telah

mengeksploitasi Pakistan Timur. Padahal Pakistan Timur adalah penghasil bahan mentah

yang sangat diperlukan bagi perekonomian Pakistan.

Selain itu pula, timbul konflik antara etnis Punjabi dan etnis Bengali, dimana etnis

Punjabi telah mendominasi birokrasi (civil service) dan militer. Padahal etnis Bengali

berharap bahwa mereka akan mendapat tempat di birokrasi dengan jabatan-jabatan yang

berarti di masa yang akan datang. Namun ternyata tidaklah demikian, bahkan dalam

militerpun, dominasi etnis punjabi sudah demikian kokohnya.

Ketidak seimbangan antara luas wilayah dengan jumlah penduduknya di Pakistan

Timur dibandingkan dengan Pakistan Barat, kurang lancarnya komunikasi antara

Pakistan Timur dengan pemerintahan pusat yang berada di Pakistan Barat, terdapatnya

diskriminasi ekonomi dan politik antara Pakistan Barat dengan Pakistan Timur, adanya

pertentangan etnis Punjabi dan etnis Bengali dan ketidakadilan pembagian hasil

pembangunan, menyebabkan Pakistan Timur dengan bantuan dari India pada akhirnya

memisahkan diri menjadi negara Bangladesh pada tahun 1971.32

Setelah Pakistan Timur melepaskan diri menjadi negara Bangladesh, Pakistan

tinggal terdiri atas lima etnis utama, yaitu etnis Baluch, etnis Punjabi, etnis Sindh, etnis

Pathan dan etnis Muhajir. Dari kelima etnis yang ada di Pakistan, dapat dikategorikan ke

dalam dua kelompok, yaitu kelompok “pendatang baru” dan kelompok “penduduk asli”

30 Isbodroini Suryanto, “Pakistan yang terkoyak”, h. 19. 31 Isbodroini Suryanto, “Pakistan yang terkoyak”, h. 20. 32”Perang Kemerdekaan Bangladesh”, data diakses pada 11 November 2008 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Kemerdekaan_Bangladesh

Page 28: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

yang dimaksud dengan pendatang baru adalah etnis Muhajir yang datang dari India

setelah Pakistan memisahkan diri dari India. Sedangkan kelompok penduduk asli terdiri

dari etnis Punjabi, Pathan, Sindh dan Baluch yang sudah ratusan tahun tinggal menetap di

Pakistan.

Penduduk Pakistan hingga Januari 1993, diperkirakan berjumlah 120, 84 juta

jiwa, terdiri dari 63, 441 juta pria dan 57, 399 juta wanita. Mayoritas penduduk (82, 77

juta jiwa) tinggal di wilayah pedesaan dan selebihnya (38, 065 juta jiwa) tinggal di daerah

perkotaan. 40 juta rakyat Pakistan hidup di bawah garis kemiskinan dan 65% dari

penduduk Pakistan masih buta huruf.33

Banyaknya jumlah penduduk Pakistan yang masih

buta huruf, menggambarkan bahwa tingkat pendidikan masyarakat Pakistan juga masih

rendah, terutama pendidikan bagi kaum wanita. Sehingga sampai saat ini masih ada yang

beranggapan bahwa pria kedudukannya lebih tinggi dari wanita dan cenderung

memandang wanita hanyalah sebagai pengurus rumah tangga. Anggapan tersebut

didukung pula oleh sebagian ulama Pakistan yang mengatakan bahwa dalam ajaran

agama Islam, wanita tidak diperkenankan menjadi Imam dalam sholat bersama dimana

ada makmum laki-laki atau dengan kata lain seorang wanita tidak boleh menjadi

pimpinan bagi laki-laki. Hal ini tentu saja menyebabkan kaum wanita di Pakistan menjadi

jauh tertinggal dibandingkan kaum prianya, dan kondisi demikian akan berpengaruh pula

terhadap pemilihan pimpinan pemerintahan.

Wilayah Pakistan secara administratif dibagi ke dalam 4 propinsi sebagai

peninggalan masa penjajahan Inggris, yang berdasarkan etnis-etnis penduduk asli

Pakistan, yaitu: propinsi Punjab, propinsi Baluchistan, propinsi Sindh dan propinsi North

West Frontier Pathan (propinsi Pathan). Keempat propinsi ini mempunyai hak-hak

33 Isbodroini Suryanto, “Pakistan yang terkoyak”, h. 22.

Page 29: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

khusus yang cukup besar bagi pemerintahan propinsi. Hak-hak istimewa ini tentu saja

diharapkan oleh etnis Muhajir sebagai etnis pendatang. Karena mereka banyak berada di

propinsi Sindh, tepatnya di wilayah Karachi dan Hyderabad, mereka mengharapkan agar

wilayah Karachi dan Hyderabad menjadi propinsi tersendiri.34

Antara empat propinsi ini masing-masing juga mempunyai bahasa yang berbeda

etnis Sindh berbahasa Sindhi, etnis Punjabi berbahasa Punjabi, etnis Baluch berbahasa

Baluchis dan etnis Pathan berbahasa Putshu serta etnis Muhajir yang tinggal di propinsi

Sindh berbahasa Urdu. Meskipun demikian bahasa Urdu dan Inggris dapat menjadi

bahasa pengantar bagi komunikasi antara mereka.

Fanatisme kesukuan dengan adanya ciri khusus dari masing-masing etnis yang

berlainan masih mencuat di Pakistan. Masing-masing etnis berpendirian bahwa

etnisnyalah yang terbaik dan ini memunculkan persaingan yang tidak sehat antara

mereka. Kondisi in ternyata berpengaruh pula dalam kehidupan politik, termasuk di

dalamnya semangat untuk bergabung ke dalam suatu partai yang dapat mewakili

kelompok etnisnya.

Etnis Pathan yang dominan kedua dalam militer dan birokrasi mempunyai

kesadaran etnis yang besar, dengan menyebut budaya mereka sebagai Pakhtua Wali.

Mereka menyebut dirinya sebagai patriot sejati yang memegang kehormatan, keramah-

tamahan dan berjiwa petualang dan mereka bahkan sempat memunculkan suatu

keinginan untuk mendirikan negara sendiri, Pakhtunistan, yang meliputi wilayah NWFP

dan sebagian Baluchistan yang berbatasan dengan wilayah Afghanistan. Wilayah ini

34 Daerah Karachi dan Hyderabad merupakn daerah yang subur dan memiliki banyak air, daerah

tersebut berhasil dikembangkan oleh orang-orang Muhajir sebagai daerah industri yang sangat

membutuhkan banyak air, kompasinteraktif, “Suku bangsa di Bangladesh", artikel diakses pada 11

November 2008 dari http://id.kompasinteraktif.org/wiki/Kategori:Suku_bangsa_di_Bangladesh

Page 30: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

merupakn basis utama dari ANP (Awami National Party), yang di bentuk oleh Khan

Abdul Ghafar Khan pada tahun 1957 dan menjadi partai yang kuat di propinsi NWFP dan

Baluchistan. Dalam pemilu 1970, partai tersebut bergabung dengan partai Jamiat ul

Ulama i Islami (JUI) dan dapat memenangkan pemilu di propinsi serta membentuk

pemerintahan di NWFP di bawah pimpinan Khan Abdul Wali Khan, anak dari Khan

Abdul Ghafar Khan.35

Orang-orang punjabi menganggap dirinya sebagai ahli waris tradisi peperangan,

tentara yang baik, administrator yang efisien dan Muslim yang taat. Etnis Punjabi terlihat

mendominasi etnis lainnya di Pakistan, hal ini dapat diketahui dari jumlah penduduk

Pakistan yang ternyata 60% dari seluruh penduduk Pakistan adalah etnis Punjabi. Selain

itu keanggotaan birokrasi sipil dan militer dikuasai oleh etnis Punjabi dan propinsi Punjab

jika dibandingkan dengan propinsi lainnya memang lebih kaya dan lebih maju serta

merupakan pusat industri Pakistan. Keadaan tersebut menimbulkan perasaan superior

pada etnis Punjabi yang jumlahnya jauh lebih besar dari etnis-etnis lainnya sehingga

mereka merasa bahwa dirinya lebih layak untuk memerintah Pakistan.36

Sedangkan Baluchistan (yang luasnya sekitar 40% dari seluruh wilayah Pakistan)

juga dengan identitas kewilayahan atau kesukuannya punya aliansi politik yang berbeda.

Baluchistan adalah propinsi terluas namun hanya dihuni 5% dari total penduduk Pakistan

dan cenderung pro-ANP. Namun sebagian besar tinggal di Karachi, propinsi Sindh.

35 Craig Baxter, Yogendra K. Malik, Charles H. Kennedy, and Robert C. Oberst, Government and

Politics in South in Asia, secound edition (Boulder, San Franscisco, Oxford: Westview Press, 1991), h.

182-183. 36John L Esposito, Islam dan Politik (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), h. 166.

Page 31: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Kaum Baluch yang tinggal di Baluchistan hanya terkonsentrasi terutama di distrik kalat

dan di perbatasan Baluchistan-Iran37

Sindh adalah sutu-satunya propinsi, dimana PPP mempunyai dukungan mayoritas

di Majelis Propinsi Sindh. Namun bersamaan dengan itu Sindh adalah propinsi yang

memusingkan mengenai masalah keamanan dalam negerinya. Suhu politik yang tinggi

berpangkal pada keadaan etnis yang terbagi-bagi antara penduduk asli suku Sindh dengan

penduduk pendatang, khususnya kaum Muhajir yang mayoritas berdiam di kota Karachi.

Etnis Muhajir yang karena keuletan dan pendidikannya, dapat hidup lebih baik

secara ekonomis daripada penduduk aslinya, etnis Sindh. Orang Muhajir banyak

menguasai lapangan pekerjaan di Sindh. Keadaan ini membuat perasaan tidak suka dan

tidak puas etnis Sindh terhadap etnis Muhajir sehingga melahirkan kecemburuan sosial.

Di lain pihak etnis Muhajir sering diperlakukan sebagai warga negara “kelas dua” oleh

etnis Sindh dan pemerintah propinsi Sindh.38

Perseteruan kaum Sindh sebagai penduduk asli dengan kaum Muhajir sejak 1947

hingga kini hampir memenuhi catatan sejarah Pakistan. Kaum Muhajir adalah tulang

punggung pembangunan perdagangan di kota pelabuhan Karachi. Mereka menguasai

industri, pendidikan, dan sumber-sumber lainnya, yang tingkatnya di atas rata-rata kaum

asli, Sindh.39

Kondisi tersebut akhirnya menumbuhkan kecemburuan sosial kaum Sindh

terhadap kaum Muhajir. Mereka memandang muhajir telah mengambil hak milik suku

Sindh. Kaum Muhajir ini secara politis bergabung ke dalam MQM (Muhajir Qoumi

37Dhurorudin Mashad, “Otonomi dan Pembangunan Daerah, Antara Otonomi dan Instabilitas:

Delima Dalam Politik Pakistan”, Seminar Nasional XIII (Asosiasi Ilmu Politik Indonesia), Bangkinang,

Riau, 1-3 November, 1995, h. 9. 38Craig Baxter, Government and Politics in South in Asia, h. 187. 39 Dhurorudin Mashad, “Otonomi dan Pembangunan Daerah, Antara Otonomi dan Instabilitas:

Delima Dalam Politik Pakistan”, h. 10.

Page 32: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Movement), yang pada dua dekade terakhir merupakan partai politik ketiga terbesar di

Pakistan.

Dengan adanya primordialisme sempit terutama didasarkan pada semangat

etnisitas akhirnya menghasilkan suatu pola politik terkotak-kotak antara satu propinsi

dengan propinsi lainnya. Pola primordialisme sempit demikian jelas sangat mengancam

stabilitas bahkan persatuan nasional. Sementara itu, partai politik yang diharapkan dapat

menjadi sarana pemersatu bangsa, ternyata akhirnya tersesat pula ke dalam semangat

primordialisme ini. Di Pakistan, hampir “tidak ada” partai politik yang bersifat nasional

dan dapat mengatasi semua perbedaan suku, melainkan hampir semua telah

terkontaminasi semangat etnisitas. Misalnya, masyarakat Sindh cenderung menjadi

pendukung PPP (Pakistan People’s Party) dengan pimpinan yang berasal dari Sindh

sehingga dianggap lebih mewakili “prestise” suku Sindh. Orang Punjab cenderung

memilih partai yang dipimpin oleh orang Punjab dan Muhajir cenderung memilih MQM

sebagai partainya kaum Muhajir.40

Selain masalah etnis, masalah agama dan politik ternyata juga menjadi masalah

penting dalam negara. Pakistan didirikan atas kesamaan agama dan perjuangan untuk

memperoleh kedaulatan yang disemangati oleh ajaran Islam. Dengan demikian, timbul

keinginan masyarakat Pakistan untuk menjadikan Pakistan sebagai negara Islam.41

Namun setelah Pakistan berdiri sebagai suatu negara yang berdaulat, belum dicapai

kesepakatan mengenai apakah negara Muslim itu harus menjadi suatu negara yang

40 Boentarto, “Martir Demokrasi Pakistan Benazir Bhutto (1953-2007),” artikel diakses pada 11

November 2008, dari http://www.tokohindonesia.com/aneka/tokohdunia/benazir-bhutto/index.shtml 41Negara Islam ialah suatu negara ketuhanan, di mana firman Tuhan menjadi dasarnya, dan suara

rakyat (musyawarah) berkuasa. Dengan tegas dapat dikatakan bahwa firman Tuhan dan ajran Nabi

bergabung dengan suara rakyat, menjadi kekuasaan yang tertinggi di dalam negara, Zainal Abidin Ahmad,

Konsep Politik dan Ideologi Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), h. 69.

Page 33: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

berdasarkan hukum Islam dan diperintah oleh para pemimpin agama ataukah mengambil

sistem pemerintahan sekuler seperti halnya dengan India.

Akhirnya terdapat dualisme hubungan antara nasionalisme dan agama. Kalangan

konserfatif yang termasuk di dalamnya golongan Islamis menginginkan Pakistan

didasarkan pada hukum Islam secara komplit, mengingat alasan didirikannya negara

Pakistan adalah keinginan Muslim India untuk membentuk bangsa Muslim dengan

merealisasikan hukum-hukum Islam dalam kehidupan bernegara. Di lain pihak, golongan

modernis sekuler berpandangan Islam hanya sebagai sumber nasionalisme belaka

sehingga tidak perlu mendasarkan negara pada Al-Quran dan Sunnah. Karena apabila

negara telah berusaha mewujudkan cita-cita sekulerisme itu bersamaan dengan hak dan

keadilan maka negara akan dengan sendirinya telah mewujudkan nilai-nilai pokok

Islam.42

Dalam pelaksanaannya, setiap pemerintahan mempunyai persepsi sendiri

mengenai bentuk suatu negara Islam. Ali Bhutto misalnya mempersepsikan sosialisme

Islam sebagai wujud dari negara Islam. Dan ternyata kata Islam hanya digunakan Ali

Bhutto sebagai upaya legitimasi pemerintahan sosialisme gaya baratnya.43

Sementara itu,

Zia ul-Haq yang mempersepsikan islamisasi sebagai wujud dari negara Islam untuk

melaksanakan pemurnian Islam ternyata juga tidak dapat melaksanakan sepenuhnya

pemurnian Islam itu.44

Dengan belum ditemukannya konsensus yang jelas yang sesuai dengan ideologi

Islam dan bagaimana aplikasinya dalam program-program dan kebijakan-kebijakan

42 Dhurorudin Mashad, “Pemilu di Pakistan 1990: Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan”, Jurnal Ilmu Politik 13 (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 73. 43 Riaz Hassan, Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme, terj. Dewi Haryani (Jakarta:

Rajawali Press, 1985), h. 75. 44 Riaz Hassan, Islam dari Konservatisme sampai Fundamentalisme, h. 75.

Page 34: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

negara, telah menempatkan Islam sebagai faktor yang sangat menentukan dalam

perkembangan politik di Pakistan. Pihak manapun yang akan memerintah Pakistan, sipil

atau militer, dan apapun corak politiknya, otoriter dan diktatoris atau demokratis, tidak

dapat mengabaikan peranan Islam.45

“Islam” dipakai pemerintah untuk melegitimasi

kekuasaannya. Namun bersamaan dengan hal itu, “Islam” pun dimanfaatkan oleh pihak

oposisi untuk menjatuhkan penguasa.

Ketika pemerintahan sipil termasuk partai-partai politik dan birokrasi tidak

mampu mengatasi masalah-masalah tersebut, baik yang dilatar belakangi oleh konflik

etnis maupun isu agama, akhirnya militer pun seringkali tampil ke kancah politik untuk

mengambil alih kekuasaan dengan alasan menyelamatkan negara.

B. Biografi Politik Benazir Bhutto

B.1. Riwayat Hidup dan Pendidikan

Benazir (dalam bahasa Pakistan berarti: tak ada duanya) dilahirkan di Karachi 21

Juni 1953 dan meninggal kamis, 27 Desember 2007 dalam serangan tembakan dan bom

bunuh diri di Rawalpindi.46

Benazir Bhutto Dilahirkan dari pasangan Ali Bhutto dengan

istri keduanya Begum Nusrat. Benazir dikenal dunia sebagai politisi Pakistan yang

menjadi perempuan pertama yang berhasil memimpin sebuah negara yang berpenduduk

mayoritas Islam dalam sejarah dunia di masa pasca-kolonial. Ia terpilih dua kali sebagai

Perdana Menteri Pakistan yaitu pada periode 1988-1990 dan 1993-1996.47

Ia dibesarkan

dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas masih buta huruf dan feodal yang masih

45Dhurorudin Mashad, “Pemilu di Pakistan 1990: Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan”, h.73. 46 Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto (Yogyakarta: Narasi, 2008), h. 36. 47 Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto, h. 55.

Page 35: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

cenderung memandang wanita sejenis perabot keluarga, dimana laki-laki keluar rumah

mencari nafkah dan wanita cukup mengurus rumah tangga. Pembagian kerja demikian

oleh masyarakat Pakistan dipercaya sebagai telah diatur oleh alam secara luhur dan adil,

dan oleh karena itu harus dipertahankan.48

Kepercayaan demikian lebih diperkuat oleh interpretasi sebagian Ulama Pakistan

yang 97% penduduknya beragama Islam, bahwa agama Islam tidak mengijinkan pria

menjadikan wanita sebagai Imam dalam shalat berjamaah (bersama). Sehingga sebagai

konsekuensi kiasnya, seorang wanita tak diperkenankan menjadi pemimpin,

termasuk dalam pemerintahan. Karakteristik masyarakat feodal (dengan masyarakat

didomonasi kaum pria) ini akhirnya menyebabkan terhambatnya mobilitas hidup

dikalangan wanita. Wanita cenderung tertinggal dalam banyak hal, termasuk bidang

pendidikan.

Namun, justru dalam situasi demikian ternyata Benazir Bhutto berhasil

memperlihatkan perbedaan mendasar dalam latar belakang kehidupannya. Benazir

mengalami proses Sosialisasi, Internalisasi, dan Enkulturisasi49

secara lebih

menguntungkan dibanding umumnya wanita Pakistan. Nilai-nilai yang tertanam dalam

diri Benazir ini, baik yang diperoleh karena usaha aktif lewat bangku sekolah maupun

dari berbagai pengalaman hidup yang ia alami sangat berpengaruh dalam membentuk

48 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam (Jakarta: Pustaka

CIDESINDO, 1996), h. 7. 49

Sosialisasi adalah proses pengajaran penamaan sikap terhadap seseorang tentang bagaimana

seseorang seharusnya berinteraksi dengan orang lain. Internalisasi adalah proses pengajaran dari penanaman sikap terhadap orang lain. Tentang bagaimana cara seseorang mengemukakan perasaan / isi

hati, baik rasa cinta, benci suka maupun duka. Sedang Enkulturisasi adalah proses pengajaran dan

penanaman sikap terhadap seseorang tentang bagaimana seseorang menyesuaikan diri terhadap nilai-nilai

dan norma-norma yang dianut masyarakat. Lebih jelas lihat Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil

Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 8.

Page 36: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

watak kepribadian baik sebagai seorang individu maupun sebagai anggota masyarakat

serta membedakannya dengan kebanyakan wanita Pakistan.

Berbeda dengan mayoritas rakyat Pakistan yang hidup dalam kemiskinan, sebagai

anak Ali Bhutto dengan latar belakang keluarga tuan tanah yang kaya kehidupan Benazir

tak pernah kekurangan materi. Apalagi Ali Bhutto pun adalah pejabat tinggi yang luas

pergaulan dan pengalamannya, yang oleh sebab itu dia punya sikap berbeda dari

umumnya keluarga Pakistan dalam urusan pendidikan anak-anaknya. Bhutto yang

dikenal berpandangan cenderung sekuler bersikap sangat moderat dalam mendidik

anaknya. Bahkan walaupun berasal dari keluarga Muslim, Benazir diperkenankan

menamatkan pendidikan di sekolah-sekolah Katolik.

Dimasa kecil dan remajanya, Benazir belajar di lady Jennings Nursery School dan

sekolah perempuan Jesus and Mary di Karachi, Pakistan. Seterusnya di Rawalpindi

Presantation Convent. Ia lulus O-level ketika berumur 15 tahun. Begitu setelah tamat

sekolah menengahnya Benazir telah dikirim ke Amerika untuk melanjutkan

pendidikannya di Radcliffe College, sekolah katolik khusus wanita di bawah bendera

Harvard University. Di Amerika dalam waktu relarif singkat ternyata Benazir sudah

mampu menemukan pribadinya dalam menghadapi budaya Barat yang sangat berbeda

dari budaya Pakistan. Sehingga ia segera dapat aktif terlibat dalam berbagai kegiatan,

termasuk ikut berpartisipasi dalam demonstrasi anti perang Vietnam.50

Benazir lulus dari Harvard University pada tahun 1973 dan melanjutkan kuliah

di Oxford University di Inggris dan lulus tahun 1977. Dikampusnya Benazir dikenal

sebagai orator ulung, bahkan pada tahun 1976 Benazir terpilih menjadi pemimpin Oxford

Union, sebuah kelompok diskusi di kampus Oxford dan ia menjadi perempuan Asia

50 Dhuroruddin, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 9.

Page 37: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pertama yang memimpin kelompok elit tersebut sehingga langsung menarik perhatian

media di seluruh dunia.51

b. 2. Latar Belakang dan Pengalaman Politik

Dari latar belakang sosial-budaya dan pendidikan tergambar jelas bahwa jiwa

Benazir mengalami percampuran (akulturasi) budaya antara nilai-nilai Islam yang

mengatur seluruh aspek kehidupan dengan nilai-nilai sekuler Barat, antara nilai-nilai

feodal masyarakat Pakistan dengan nilai-nilai kebebasan Barat. Akulturasi demikian

akhirnya membentuk Benazir pada suatu pribadi “mendua” dalam arti tak mempunyai

ketertarikan kuat terhadap suatu nilai tertentu, baik terhadap Islam, adat-istiadat Pakistan,

maupun nilai-nilai sekuler Barat. Dalam kehidupannya Benazir pun cenderung berusaha

“mengawinkan” berbagai nilai yang telah tersosialisasi, terinternalisasi dan

terenkulturisasi dalam dirinya itu.52

Benazir sebenarnya telah mulai kenal dunia politik sejak ia masih “kanak-

kanak”,hal ini dimungkinkan mengingat ayahnya, Ali Bhutto, sudah menjabat pos-pos

penting di pemerintahan Pakistan mulai dari Menteri Luar Negeri, Ketua Delegasi

Pakistan di PBB, dan akhirnya sebagai Perdana Menterti tetkala Benazir masih kecil.

Sedari kecil Benazir memang telah dipersiapkan Ali Bhutto untuk terjun ke dunia

politik. Terbukti setelah Ali Bhutto berkuasa pada tahun 1970 segera membina putri

sulungnya untuk melanjutkan aspirasi politiknya. Untuk itu Benazir segera dikirim ke

Harvad (AS) dan selanjutnya ke Oxford (Inggris) untuk membina ilmu pengatahuan yang

berkaitan dengan soal-soal pemerintahan.

51 Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto, h. 56. 52 Dhuroruddin, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 10.

Page 38: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Kendati demikian waktu itu Benazir sebenarnya tak cukup tertarik pada dunia

politik praktis, meskipun di kampus dia telah dikenal sebagai orator ulung dan cerdas,

sehingga cukup potensial untuk terjun dalam politik. Bahkan, tetkala pulang ke Pakistan

pada pertengahan 1977 pun Benazir masih menyatakan:

“Tapi aku bukanlah seorang aktifis politik…aku hanya tertarik pada masalah-

masalah internasional tanpa melibatkan unsur politik dalam kehidupanku.”53

Dengan kata lain waktu itu Benazir belum berniat terjun ke dunia politik kendati

sang ayah, Ali Bhutto, sudah mempersiapkan Benazir untuk dunia tersebut. Hal demikian

terefleksi dari tindakkan-tindakkan Ali Bhutto, misalnya, pada usia 18 tahun oleh sang

ayah Benazir diikut sertakan dalam perjalanan bersejarah ke Simla, India, dimana Bhutto

dan Ghandi menandatangani perjanjian Simla untuk mengakhiri krisis Bangladesh.

Bahkan tetkala berusia 25 tahun Benazir diangkatnya menjadi anggota komite sentral

Partai Rakyat Pakistan.

Setelah ayahnya dieksekusi pada 1979 oleh rezim militer Zia ul-Haq, Benazir

secara tidak resmi menjadi pemimpin sementara Partai Rakyat Pakistan. Namun ia

dikenai penahanan rumah pada 1979-1984. Sejak tahun 1984 hingga 1986 ia bahkan

diasingkan walau kemudian bisa kembali ke Pakistan dan segera menjadi tokoh penting

yang memposisikan diri sebagai oposisi Presiden Zia ul-Haq.54

Pada 8 Desember 1987, Benazir menikah dengan Asif Ali Zardari di Karachi.

Mereka mendapat tiga anak, yaitu Bilawal, Bakhtwar, dan Aseefa.55

Pada Agustus 1988,

Presiden Zia ul Haq tewas dalam kecelakaan pesawat terbang. Akibatnya, terjadi

kekosongan kekuasaan di Pakistan. Dalam pemilu yang dilakukan kemudian, Partai

53 Dhuroruddin, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 73. 54 Zaenal, Tragedi Benazir Bhutto, h. 58 55 Zaenal, Tragedi Benazir Bhutto, h. 58

Page 39: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Rakyat Pakistan memenangkan mayoritas kursi di Dewan Nasional yang berujung pada

pengangkatan Benazir Bhutto sebagai perdana menteri pada 1 Desember 1988. Benazir

Bhutto menjadi perempuan Muslim pertama di dunia yang menjadi perdana menteri.

Pada awalnya, Benazir sangat popular dan dilihat sebagai tokoh yang sangat

berbeda dengan pemerintah militer. Tetapi dua kali masa jabatannya sebagai perdana

menteri berakhir dengan pemecatan atas dakwaan korupsi. Benazir meninggalkan kantor

perdana menteri dengan reputasi yang hancur. Selama berkuasa, Benazir banyak

menghadapi perlawanan dari gerakan-gerakan Islam ekstrim yang tidak menyukai

kepemimpinan seorang perempuan.

Dalam pemilu berikutnya yang berlangsung pada Oktober 1993, Partai Rakyat

Pakistan menang kembali dan untuk yang kedua kalinya Benazir Bhutto menjadi Perdana

Menteri Pakistan. Namun kembali masalah korupsi, maka Presiden Pakistan Farooq

leghari membubarkan pemerintahan pada November 1996.56

Setelah Jenderal Pervez Musarraf melakukan kudeta pada 1999, kondisi Benazir

tidak mengalami perubahan berarti. Permohonan agar tuduhannya terhadap dirinya dan

suaminya dicabut, ditolak oleh pimpinan Pakistan Pervez Musarraf. Ia kemudian

diasingkan dan diancam akan ditangkap jika berani kembali ke Pakistan. Benazir Bhutto

pun hidup dalam pengasingan di London dan Dubai sejak akhir tahun 1999.57

Karena dekrit Musharraf tahun 2002 melarang mantan perdana menteri

mencalonkan diri untuk ketiga kalinya, maka Benazir tidak bisa ikut pemilu tahun itu.

Benazir pun mendapat ganjalan karena statusnya sebagai terpidana tidak

memungkinkannya memimpin sebuah partai.

56 “Sekilas Perjalanan Politik Bhutto”, KOMPAS, 27 Desember 2007. h. 4. 57 Ririn, “Perjalanan Benazir Bhutto” data diakses pada 6 Juni 2008 dari

http://suryoele.wordpress.com/2008/05/19/perjalanan-benazir-bhutto/

Page 40: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Pada tahun 2007 ketika akan dilangsungkannya pemilu, dimulailah pembicaraan

mengenai kemungkinan kembalinya Benazir Bhutto ke Pakistan. Musharraf akhirnya

memberi amnesti terhadap tuduhan korupsi yang ditimpakan pada Benazir di masa

pemerintahan Nawaz Sharif.

Pada Oktober 2007, Benazir bisa kembali ke Pakistan setelah delapan tahun hidup

di pengasingan di Dubai. Tapi ancaman terhadapnya tidak pernah surut. Selain

pemerintah, banyak kalangan yang kurang menyukainya. Pada tanggal 27 Desember

2007, terjadi tembakan dan ledakan bom yang mengakhiri perjalanan Benazir Bhutto

dalam kancah politik Pakistan, dan akhirnya Benazir meninggal bersama puluhan orang

yang mengikutinya. 58

BAB III

BENAZIR BHUTTO DALAM KANCAH POLITIK

Pada tanggal 17 Agustus 1988, Pakistan digemparkan dengan peristiwa terjadinya

kecelakaan pesawat terbang yang mengakibatkan meninggalnya Jenderal Mohammad Zia

ul Haq dan juga 20 tokoh top militer Pakistan, termasuk didalamnya Kepala Staf

Gabungan Angkatan Bersenjata Jenderal Akhtar Abdul Rahman serta Duta Besar

58 Bambang Kurniawan, “Pembunuhan Benazir dan Tragedy Pakistan”, artikel diakses pada 7 Juni

2008, dari http://www.mail-archive.com/[email protected]/msg05923.html

Page 41: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Amerika untuk Pakistan Arnold Raphel dan penasehat militer Amerika di Pakistan

Brigjend. Herbert Wassom. Pesawat Hercules tersebut meledak di udara hanya beberapa

menit setelah lepas landas dari bandara sipil Bahawalpur, 550 km sebelah Selatan

Islamabad, pukul 11.30 waktu setempat.59

Berita kematian Zia ul Haq tentu saja membawa kegembiraan bagi Benazir Bhutto

yang memang telah lama berambisi untuk menyingkirkan Zia ul Haq dari kekuasaannya.

Benazir Bhutto menyimpan dendam pribadi terhadap Zia ul Haq, akibat telah

menghukum gantung ayahnya, yaitu Zulfikar Ali Bhutto 4 April 1979 di penjara pusat

Rawalpindi.

Proses Benazir untuk meraih kekuasaan menjadi semakin lancar, setelah militer

Pakistan sebagai kelompok yang paling menentukan dalam politik Pakistan membiarkan

terlaksananya pemilu secara jujur dan adil. Meskipun sesungguhnya militer Pakistan

tidak ingin orang sipil berkuasa di negeri itu, namun pada saat itu militer tidak siap

mengambil alih kekuasaan ketika Presiden Zia ul-Haq tewas dalam kecelakaan pesawat.

. Karena tokoh-tokoh militer lainnya yang bisa diandalkan untuk menggantikan Zia ul-

Haq juga ikut tewas. Dari 30 orang penumpang yang terdapat di dalam pesawat tersebut,

tak ada seorangpun yang selamat. Dengan demikian mau tidak mau kalangan oposisi sipil

dapat maju untuk bersaing mengikuti pemilu di Pakistan.

Dalam bab ini penulis akan membahas awal ketertarikan Benazir Bhutto terhadap

politik dengan keterlibatannya dalam partai politik yang didirikan Ali Bhutto, yang

kemudian ikut pencalonan menjadi perdana menteri yang didalamnya membahas

kemenangan pada pemilu 1988, Dua Puluh Bulan Pakistan dibawah Pemerintahan

59“Misteri kematian Zia ul-Haq,” data diakses pada 11 November, dari

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1989/08/05/SEL/mbm.19890805.SEL21028.id.html

Page 42: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Benazir Bhutto, dan mengenai kekalahannya dalam Pemilu 1990. selain itu akan dibahas

pula upaya-upaya yang dilakukan Benazir Bhutto untuk menggoyahkan pemerintahan

Nawaz Sharif yang berhasil memenangkan pemilu tersebut.

A. Keterlibatan dalam Partai Politik

Setelah eksekusi dilakukan terhadap ayahnya Zulfikar Ali Bhutto tahun 1979 pada

masa pemerintahan militer Mohammad Zia-ul-Haq, Benazir Bhutto secara tidak resmi

menjadi pimpinan sementara Partai Rakyat Pakistan.

Dengan demikian Benazir menjadi penerus partai yang didirikan ayahnya,

termasuk permusuhannya dengan pemerintahan yang berkuasa. Dan ia menjadi tokoh

penting yang memposisikan diri sebagai oposisi Presiden Zia ul-Haq lewat partainya itu.

PPP secara nyata mendapat manfaat dari sikap Benazir Bhutto yang

membangkitkan kembali kenangan tentang ayahnya serta berjuang untuk perubahan. Dia

mendapat manfaat karena popularitasnya di masyarakat, setelah ketertindasan 11 tahun di

bawah pemerintahan militer Zia ul-haq. Benazir Bhutto sudah mengenal kehidupan di

penjara pada tahun 1978 akibat menghina rezim penguasa dalam berbagai pidatonya.

Sejak tahun 1984 hingga 1986 Benazir bahkan diasingkan ke luar negeri.60

Kematian sang ayah dan kerasnya tekanan rezim berkuasa terhadap diri Benazir

tidaklah membuat takut akan perlawanannya terhadap pemerintahan. Hal ini justru

dijadikan fundamen bagi titik balik kehidupan Benazir untuk mulai terlibat dalam kancah

politik Pakistan dengan memimpin partai politik yang di besarkan oleh ayahnya, untuk

60 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam (Jakarta:Pustaka

CIDESINDO, 1996), h. 14.

Page 43: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

menentang pemerintahan Zia ul-Haq yang dianggap telah memporak-porandakan

kehidupan demokrasi di Pakistan.

Dalam hal ini akan dibahas keterlibatannya dalam partai politik yang diawali oleh

kematian Zulfikar Ali Bhutto oleh kediktatoran rezim Zia ul-Haq dan meneruskan

perjuangan politik Zulfikar Ali Bhutto atas tekanan yang terus menerus yang di lakukan

oleh pemerintahan Zia terhadap keluarga Bhutto.

A. 1. Kematian Zulfikar Ali Bhutto

Dinasti politik keluarga Bhutto dibangun oleh Zulfikar Ali Bhutto. Dia lahir di

wilayah Larkana (waktu itu masih di bawah kekuasaan inggris dan kemudian menjadi

wilayah Provinsi Sindh di bawah Pakistan) pada 5 Januari 1928. ayahnya bernama Shah

Nawaz Bhutto seorang tuan tanah yang kaya raya.

Pada 1947, Ali Bhutto dikirim untuk menempuh pendidikan tinggi di University

Southern California, kemudian kuliah di Universitas Barkeley, California, dan pada tahun

1949 meraih gelar sarjana ilmu politik. Selama di Berkeley, Ali Bhutto tertarik untuk

mempelajari teori sosialisme dan memberikan kuliah tentang kesempatan sosialisme di

dunia Islam. Pada 1950, Zulfikar belajar hukum di The Christ Church, Oxford Inggris.

Ali Bhutto kemudian menikah dengan Begum Nusrat Ispahani, merupakan istri keduanya

setelah bercerai dari Shireen Amir Begum. Dari Ispahani, Ali Bhutto mendapat seorang

anak perempuan yang kelak menjadi penerusnya yaitu Benazir Bhutto. Sekembalinya di

Pakistan, Ali Bhutto mengajar di Sindh Muslim College.

Karir politik Ali Bhutto dimulai pada tahun 1957 ketika menjadi anggota termuda

delegasi Pakistan yang dikirim ke PBB. Ali Bhutto berbicara di komite keenam PBB

tentang Agresi dan menjadi pemimpin delegasi Pakistan ke Konferensi PBB tentang

Page 44: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Aturan Kelautan 1958. di tahun yang sama Ali Bhutto menjadi menteri termuda dalam

kabinet Presiden Muhammad Ayub Khan. Dia menjadi orang kepercayaan Ayub Khan,

walaupun usianya masih muda.

Ali Bhutto kemudian ditunjuk menjadi Menteri Luar Negeri. Dia mengubah arah

kebijakan luar negeri Pakistan yang sebelumnya pro-Barat. Ali Bhutto sering mengkritik

kebijakan AS di wilayah itu. Dia menjalankan politik luar negeri yang merdeka dari

pengaruh AS. Sebagai sandarannya, Ali Bhutto menjalin hubungan yang sangat baik

dengan Cina. Ali Bhutto bahkan terkenal karena sikapnya yang keras terhadap India. 61

Ketika terjadi pergolakan hebat di Kashmir dan India, dia mengirimkan pasukan

besar ke wilayah itu. Ali Bhutto mengobarkan semboyan perang dengan berbicara pedas

terhadap India dalam Sedang Dewan Keamanan PBB. Ali Bhutto menuding India

melakukan agresi dan menyatakan, “kami akan berperang selama seribu tahun!” lalu Ali

Bhutto merobek-robek berkas DK PBB dan beranjak dari hadapan sidang. Akibatnya,

Pakistan dan Indoia terlibat dalam peperangan hebat yang mengkhawatirkan bagi AS,

Inggris, dan Uni Soviet. Perang baru mereda setelah PBB turun tangan.

Ali Bhutto kemudian mendampingi Presiden Ayub Khan dalam negoisasi dengan

India. Negoisasi itu menyepakati bahwa masing-masing negara mundur ke garis batas

sebelum perang. Perjanjian damai itu tidak disambut baik oleh Ali Bhutto dan sebagaian

besar rakyat Pakistan. Karena kritiknya terhadap Ayub Khan, Ali Bhutto mulai disisihkan

dan akhirnya dia menjadi tokoh oposisi terhadap pemerintahan Ayub Khan. Setelah

mundur dari kabinet, Ali Bhutto mendirikan Partai Rakyat Pakistan yang mendapat

dukungan besar dari rakyat. Partai ini pula yang kermudian rajin melakukan demonstrasi

sehingga Ayub Khan kemudian mengundurkan diri dari jabatannya.

61 Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto (Yogyakarta: Narasi, 2008), h. 48.

Page 45: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Tongkat kepemimpinan Pakistan diserahkan kepada Jenderal Yahya Khan yang

kemudian menggelar pemilu pada 7 Desember 1970. Dalam pemilu itu Partai Rakyat

Pakistan meneng telak di wilayah Pakistan Barat, sementara di Pakistan Timur, Liga

Awami pimpinan Sheikh Mujibir Rahman meraih suara terbanyak. Liga Awami menolak

tawaran Ali Bhutto untuk berkoalisi dan malah membentuk Dewan Nasional yang

kemudian lahirnya negara Bangladesh. Atas intervensi India, kekuatan tentara Pakistan di

wilayah timur dikalahkan, dan negara Bangladesh pun lahir.62

Ali Bhutto menyalahkan kebijakan Yahya Khan atas kemerdekaan Bangladesh.

Tekanan rakyat terhadap pemerintah pun semakin keras. Akhirnya Yahya mengundurkan

diri dan menyerahkan tongkat kepemimpinan Pakistan kepada Zulfikar Ali Bhutto. Di

masa kepemimpinannya, Pakistan tidak menjadi lebih damai. Langkah politik dan

kebijakannya banyak yang kontroversial. Dia melakukan perjanjian damai dengan India

untuk membebaskan 93.000 tawanan perang Pakistan di India. Dalam perjanjian itu Ali

Bhutto dianggap terlalu banyak memberi konsesi kepada India. Di sektor bisnis, Ali

Bhutto dianggap meresahkan karena menasionalisasi perusahaan industri barat. Dia juga

dianggap berkhianat karena mengakui keberadaan negara Bangladesh.

Ketika situasi semakin tidak menentu, Ali Bhutto dituduh menghilangkan nyawa

lawan-lawan politiknya. Situasi Pakistan semakin tegang, lalu dia menunjuk Jederal Zia

ul-Haq untuk menjadi panglima angkatan bersenjata. Ali Bhutto juga mulai menetapkan

kebijakan mengembangkan senjata nuklir. Penolakkan atas kepemimpinan Ali Bhutto

semakin kuat.

Pada bulan Juli 1977 Zia ul-Haq mengambil alih kekuasaan dari Zulfikar Ali

Bhutto dengan cara mengkudeta. Kudeta yang dilakukan Zia pada tahun 1977, ditanggapi

62Zaenal Ali, Tragedi Benazir Bhutto, h. 50-51.

Page 46: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

dengan berbagai macam sikap oleh rakyat Pakistan di satu sisi kekhawatiran terhadap

tindakkan “pembedahan” politik yang dilakukan militer dan harapan bahwa militer tidak

akan lama menguasai pemerintahan.

Zia bersumpah bahwa dia akan mengembalikan pemerintahan ke sipil di tangan

wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat setelah negara dalam keadaan aman dan akan

menyelenggarakan pemilu yang fair yang akan diselenggarakan pada bulan Oktober

1977.63

Namun, kenyataannya Zia tidak memenuhi janjinya tersebut, malahan sebaliknya

dia berusaha untuk mengkonsolidasikan kekuasaan dan memperluas tujuan-tujuan

politiknya demi menguasai sepenuhnya kehidupan politik Pakistan. Ia menguasai

kehidupan politik, berusaha menarik dukungan dari berbagai kelompok agar

kekuasaannya dapat dipertahankan diantaranya dari unsur militer, birokrasi, tuan tanah,

dan unsur-unsur religius.

Zia tidak hanya mempertimbangkan militer sebagai pilar utama dan fundamental

bagi rezimnya, tetapi dia memberikan militer suatu posisi yang sangat penting dalam

konstitusi sebagai pemegang tertinggi integritas negara. Dengan pembatalan pemilu yang

dijanjikan oleh Zia pada tanggal 18 Oktober 1977, telah memperbesar kekuasaan militer

dalam kehidupan politik Pakistan.

Kediktatoran Zia ul-Haq sangat terlihat jelas saat dia menghukum gantung

Zulfikar Ali Bhutto dan memenjarakan lawan-lawan politiknya termasuk Benazir Bhutto

dan keluarganya. Kematian sang ayah dan kerasnya tekanan rezim berkuasa terhadap diri

Benazir tidaklah membuat takut akan perlawanannya terhadap pemerintahan. Hal ini

63 Veena Kukreja, “Military Politics in Pakistan: Ten Years of Zia’s Rule, Strategic Analysis”,

Agustus 1988, h. 427-428.

Page 47: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

justru dijadikan fundamen bagi titik balik kehidupan Benazir untuk mulai tertarik dan

terlibat dalam kancah politik Pakistan dengan menjadi oposisi untuk menentang

pemerintahan Zia ul-Haq yang dianggap telah memporak-porandakan kehidupan

demokrasi di Pakistan.

A. 2. Kediktatoran Pemerintahan Zia ul-Haq

Zia ul-Haq mengambil tindakkan cepat untuk melegitimasi kudetanya dan

melanjutkan pemerintahan atas nama Islam. Dia bersumpah akan melaksanakan sistem

pemerintahan Islam (Nizham i-Islami). Islam menjadi lambang utama rezimnya, dan

tampaknya mewarnai kebijakan dalam dan luarnegeri dengan kekuatan militernya.64

Ketika mengambil kekuasaan sebenarnya Zia ul-Haq tidak memiliki

kecenderungan untuk mengembangkan suatu program politik, tetapi Zia mengumumkan

rezimnya hanya akan memerintah selama sembilan puluh hari untuk memulihkan kembali

keadaan dan mengadakan pemilihan umum.

Pada kenyataannya Zia menunda pemilihan umum untuk waktu yang tak terbatas,

melarang partai-partai politik, dan melakukan sensor ketat terhadap media, kekuasaannya

sebagai pelaksana undang-undang darurat perang dan sebagai presiden dijustifikasi atas

nama Islam.

Pengeluaran partai-partai politik dari partisipasi pemerintahan jelas telah

memberikan kekuasaan yang besar bagi Zia ul-Haq, dan tindak diakuinya partai politik

dalam sistem islami berarti memberikan legitimasi bagi pemerintahannya.

Alasan mengapa Jenderal Zia ul-Haq mengkudeta pemerintahan Zulfikar Ali

Bhutto ialah para pemimpin politik telah gagal untuk mengemudikan negara keluar krisis,

64 John L. Esposito dan Jon O. Voll, Demokrasi di Negara-negara Muslim; Problem dan Prospek

(Bandung: Mizan, 1999), h. 144

Page 48: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

dan dia menambahkan, tidak melihat adanya prospek kompromi antara PPP dan PNA

karena saling ketidak percayaann mereka. Hal ini dikhawatirkan bahwa kegagalan PPP

dan PNA untuk mencapai kompromi akan membawa negara ke situasi kekacauan. Zia

juga menyatakan bahwa rezimnya hanya berfungsi untuk sementara waktu, hal ini

ditegaskan oleh pernyataannya bahwa angkatan bersenjata Pakistan menginginkan bahwa

pemerintah harus tetap berada ditangan wakil-wakil yang dipilih oleh rakyat.65

Kenyataannya Zia tidak memenuhi janji tersebut, bahkan dia berusaha untuk

mengkonsolidasikan kekuasaan dan memperluas tujuan-tujuan politiknya demi

menguasai sepenuhnya kehidupan politik Pakistan. Ia menguasai kehidupan politik,

berusaha menarik dukungan dari berbagai kelompok agar kekuasaannya dapat

dipertahankan diantaranya dari unsur militer, birokrasi, tuan tanah, dan unsur-unsur

religius. Zia tidak hanya mempertimbangkan militer sebagai pilar utama dan fundamental

bagi rezimnya, tetapi dia memberikan militer suatu posisi yang sangat penting dalam

konstitusi sebagai pemegang tertinggi integritas negara. Dengan pembatalan pemilu yang

dijanjikan oleh Zia pada tanggal 18 Oktober 1977, telah memperbesar kekuasaan militer

dalam kehidupan politik Pakistan.

Zia sebagai figur sentral militer, kemudian menamakan dirinya sebagai Presiden

dan ketua administrasi Undang-Undang darurat perang (Chief Martial Law

Administrator-CMLA). Dia segera menetapkan kekuasaan militer, pada pucuk struktur

pemerintahan.

Legalitas para perwira militer merupakan faktor utama yang memungkinkan Zia

memegang kendali kekuasaan selama 11 tahun. Dukungan ini bisa diperoleh karena dua

cara yang dilakukan Zia untuk mempertahankan loyalitas para perwira militer kepadanya.

65 Sawhney, Zia’s Pakistan (New Delhi: ABC Publishing House, 1985), h. 13-23.

Page 49: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Pertama , Zia sebagai presiden tidak meninggalkan masalah-masalah militer kepada

perwira lain. Kedua, para komandan militer senior Zia menerapkan prinsip rotasi kerja

dan periode penugasan yang telah ditetapkan. Dalam cara yang pertama, Zia tidak pernah

melepaskan jabatan Ketua Staf Angkatan Darat (KSAD) yang diduduki sejak bulan Maret

1976.

Kediktatoran Zia ul-Haq sangat terlihat saat dia menghukum mati Zulfikar Ali

Bhutto juga memenjarakan lawan-lawan politiknya termasuk keluarga Bhutto. Benazir

diusir dari Pakistan tahun 1982 setelah mendekam tiga tahun dalam penjara. Tidak hanya

itu bahkan ibunya Nusrat pernah dijebloskan pula ke penjara.

Tekanan Pemerintahan Zia ul-Haq selama 11 tahun terhadap kluarga Bhutto

ternyata mendapat manfaat, semakin besarnya dukungan rakyat dan simpatisan pada diri

Benazir Bhutto sebagai tokoh oposisi yang berani menentang pemerintahan militer Zia

ul-Haq. Dari sikap ini menjadikan Benazir Bhutto menjadi tokoh yang sangat populer

dengan membangkitkan kembali kenangan tentang ayahnya serta berjuang untuk

perubahan. Dengan demikian Benazir Bhutto menjadi penerus perjuangan politik Zulfikar

Ali Bhutto, atas kediktatoran yang dilakukan pemerintahan militer Zia ul-Haq.

A. 3. Penerus perjuangan politik Zulfikar Ali Bhutto

Kematian Ali Bhutto pada 4 April 1979 telah menghancurkan hampir seluruh

kebahagiaan diri dan keluarganya, namun hal itu tidaklah membuat Benazir dalam

kesedihan. Peristiwa itu justru dijadikan fundamen bagi titik balik kehidupan Benazir

untuk mulai terjun dalam kehidupan politik meneruskan perjuangan politik ayahnya

dengan menentang pemerintahan Zia ul-haq yang dianggap telah memporak-porandakan

kehidupan Demokrasi. Mulanya, Benazir tidak terlalu suka terlibat dalam urusan politik

Page 50: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

praktis. Namun setelah terjadi malaise sosial politik yang berujung pada kematian sang

ayah, akhirnya benazir berbalik arah menjadi sangat terlibat dalam politik.66

Benazir yang mulanya hanya seorang gadis manja, akhirnya harus berhadapan

dengan kerasnya politik pakistan. Benazir akhirnya berani untuk berusaha membongkar

segala kebobrokan pemerintahan Zia ul-Haq yang disebutnya telah memporak-

porandakan kehidupan demokrasi. Benazir diubah oleh beratnya bebaban moral

perjuangan di masa-masa susah akibat kematian sang ayah dan tekanan yang di lakukan

pemerintah berkuasa terhadap keluarga Bhutto.

Benazir Bhutto secara tidak resmi menjadi pimpinan sementara Partai Rakyat

Pakistan. Dengan demikian Benazir menjadi penerus partai yang didirikan ayahnya,

termasuk permusuhannya dengan pemerintahan yang berkuasa. Dan ia menjadi tokoh

penting yang memposisikan diri sebagai oposisi Presiden Zia ul-Haq lewat partainya itu.

PPP secara nyata mendapat manfaat dari sikap Benazir Bhutto yang membangkitkan

kembali kenangan tentang ayahnya serta berjuang untuk perubahan. Dia mendapat

manfaat karena popularitasnya di masyarakat, setelah ketertindasan 11 tahun di bawah

pemerintahan militer Zia ul-haq. Lewat partainya itu dia memposisikan diri sebagai

oposisi.

B. Ikut Pencalonan menjadi Perdana Menteri

Dalam sub bab ini penulis akan membahas Benazir Bhutto dalam pencalonannya

menjadi perdana menteri dengan kemenangannya dalam pemilu 1988 dan

pemerintahannya yang hanya bertahan Dua Puluh Bulan, serta kembali ikut sertanya

dalam pemilu 1990 dimana Benazir Bhutto dalam pemilu ini mengalami kekalahan dari

66 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 13-14.

Page 51: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

lawan politiknya Nawaz Sharif.

b. 1. Kemenangan dalam Pemilu 1988

Dalam Pemilu November 1988 tiga pesaing utama segera muncul yaitu PPP, IJI,

dan MQM. IJI pimpinan Nawaz Sharif adalah partai aliansi yang terdapat dari beberapa

partai sayap kanan, dengan anggota yang terbesar adalah PML. IJI mengumumkan

jaminan atau kesanggupan untuk meneruskan kebijakan Zia, terutama melanjutkan

kebijakan Islamisasi dalam bidang ekonomi dan kemasyarakatan. MQM pimpinan Altaf

Hussain adalah partai politik baru untuk memajukan kedudukan kaum Muhajir di bidang

ekonomi dan politik, yang merupakan para pengungsi dari Delhi Utar Pradesh, Bihar dan

Madya Pradesh ketika India terpecah pada tahun 1947. PPP pimpinan Benazir Bhutto

berkampanye untuk mengadakan pembaharuan demokrasi termasuk peninjauan kembali

terhadap Amandemen ke-8 yang tercantum dalam konstitusi 1973 yang mana telah

memperkuat kedudukan Presiden atas Legislatif.67

PPP secara nyata mendapat manfaat dari sikap Benazir Bhutto yang

membangkitkan kembali kenangan tentang ayahnya serta berjuang untuk perubahan. Dia

mendapat manfaat karena popularitasnya di masyarakat, setelah 11 tahun di bawah

pemerintahan militer, dan penampilan figur pemegang tampuk kekuasaan yang berbeda.

IJI, bagaimanapun tidak mempunyai seoang figur yang populer. Tidak satupun para calon

yang diunggulkan pada waktu itu, dapat menyaingi kharisma dan dinamisme Benazir

Bhutto.

Pemilu untuk Majelis Nasional diselenggarakan tanggal 16 November 1988.

pemilu tersebut dilukiskan oleh para pengamat asing, sebagai pemilu yang dilaksanakan

67 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 61-62.

Page 52: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

secara terbuka. Pemilu ini untuk mengisi 237 kursi di Majelis Nasional, dengan perincian

207 kursi diperebutkan oleh partai politik dan kelompok independen sedangkan 30 kursi

tambahan diberikan bagi 10 kursi untuk politikus non Islam dan 20 kursi untuk kaum

wanita.68

Hasil dari pemilu mengejutkan ketiga partai tersebut, PPP tidak mencapai hasil

yang diharapkan, khususnya daerah Punjab. PPP mendapat 92 kursi dari 207 kursi yang

diperebutkan. Hal ini bukan merupakan kemenangan mutlak meskipun PPP merupakan

satu-satunya partai yang mempunyai kursi di keempat propinsi.

Sedangkan IJI hanya mencapai hasil gemilang di daerah Punjab, dengan

memperoleh total 54 kursi. Sementara itu MQM meraih kemenangan di Karachi dan

Hyderebad, yaitu 2 kota terbesar di propinsi Sindh dengan memperoleh 13 kursi dan

sisanya dikuasai oleh partai-partai kecil. (lihat tabel 1)

Tabel 1.

Hasil Pemilihan Umum Anggota Majelis Nasional Bulan November 198869

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan People’s Party (PPP) 92 kursi

2. Islami Jamhoori Ittihad (IJI) 54 kursi

3. Muhajir Qaumi Movement (MQM) 13 kursi

4. Kelompok Independen 30 kursi

5. Partai Kecil 18 kursi

68 “Sekilas Perjalanan Politik Bhutto”, KOMPAS, 28 Desember 2007. h. 4.

69 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 63.

Page 53: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

TOTAL 207 kursi

Dari tabel 1 terlihat bahwa PPP mendapat suara terbanyak. Dalam pemilihan di

propinsi Sindh, Benazir Bhutto memperoleh suara terbanyak. Sementara IJI dan partai-

partai kecil lainnya sama sekali tidak memperoleh suara di propinsi Sindh. Benazir

Bhutto yang orang Sindh tentunya sangat dudukung oleh masyarakat Pakistan yang

cenderung memilih PPP sebagai partainya. Hal ini jelas sangat berperan bagi menangnya

Benazir Bhutto dalam pemilu 1988, karena jumlah penduduk di propinsi Sindh adalah

nomor dua terbesar di Pakistan. Selain itu ia mampu memanfaatkan nama besar ayahnya,

Ali Bhutto untuk menarik simpati masyarakat Pakistan lainnya yang berasal dari etnis

yang berbeda dengannya, khususnya masyarakat pedesaan agar mendukungnya. Karena

kebijakan-kebijakan di masa pemerintaha Ali Bhutto banyak mengutamakan kepentingan

masyarakat bawah, dengan program “Sosialisme Islamnya”.70

Ternyata strategi tersebut

memberikan hasil yang menggembirakan dimana PPP berhasil menang pula di Punjab,

yang merupakan tempat saingannya, Nawaz Sharif.

Bahkan dengan semangat “Bhutoisme” pula, Benazir Bhutto berusaha bekerja

sama dengan kaum Islam Populer yang dipimpin oleh kyai. Kyai ini berperan sebagai

patron, dan dengan adanya kerja sama tersebut diharapkan Benazir Bhutto akan dapat

menguasai kliennya, yaitu masyarakat pedasaan. Pada masa pemerintahan Ali Bhutto,

para Kyai tersebut sangat mendukungnya di mana meskipun Ali Bhutto melakukan

kebijakan Land Reform, namun kebijakannya tidak berlaku bagi para kyai. Kyai tersebut

malah diberikan bantuan tanah wakaf. Pemerintah juga ikut memelihara tempat-tempat

keramat leluhur mereka dan tetap melindungi tanah mereka. Dengan latar belakang

70 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. ix.

Page 54: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

tersebut, tentunya para Kyai cenderung mendukung Benazir Bhutto dengan partainya PPP

sebagai pewaris kebijakan Ali Bhutto.

Keberhasilan Benazir Bhutto untuk meraih suara moyoritas dalam pemilu 1988,

tak lepas karena ia juga melakukan pendekatan kepada para wanita Pakistan dengan

usahanya memberikan pengertian Islam dari segi sejarah. Ia mengatakan bahwa ratu

Sheba pernah berkuasa pada masa pra Islam, Yaman pernah dikuasai oleh beberapa

wanita Muslim, seperti malika Urwa yang berkuasa hampir 50 tahun pada abad ke-11.71

Bahkan sebelum Benazir Bhutto muncul dalam politik Pakistan , telah ada Fatimah

Jinnah yang memimpin partai Liga Muslim dan pernah mencalonkan diri dalam

pemilihan Presiden melawan Jenderal Ayub Khan pada tahun 1964.72

dengan demikian

Benazir Bhutto dapat mengatakan bahwa sebenarnya wanita boleh menjadi pemimpin,

sehingga kaum wanita Pakistan mayoritas masih buta huruf mendukungnya dan

menganggap Benazir Bhutto sebagai generasi baru yang memperjuangkan emansipasi

wanita Pakistan.73

PPP tidak hanya mmperoleh suara mayoritas di propinsi Sindh, melainkan juga di

propinsi Punjab. Padahal IJI dipimpin oleh Nawaz Sharif yang berasal dari Punjab. Hal

ini dikarenakan Nawaz Sharif menganggap dirinya sebagai penerus kebijakan Zia ul-Haq.

Sementara rakyat sudah bosan dengan cara kepemimpinan Zia ul-Haq yang keras dan

represif. Saat itu rakyat berharap akan adanya suatu pemerintahan sipil yang demokratis.

71Budi Winarno, “Wanita Berkuasa di Dunia”, artikel diakses pada 27 Februari 2007 dari

http://search.yahoo.com/search;_ylt=A0oGklLNMRlJBfEAPutXNyoA?p=pemilu+di+pakistan+1988&y=S

earch&fr=moz2&ei=UTF-8 72 Azaz Ahmad, Islamic Modernism 1957-1964, bab II (London: University Press, 1992), h. 209. 73 Anita M Weiss, “Benazir Bhutto and The Future of Women in Pakistan”, ASIAN SURVEY. Vol.

XXX No 5, May 1990, h 445.

Page 55: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Oleh karena itu, mereka cenderung memilih PPP yang dipimpin oleh Benazir Bhutto dan

menganggapnya sebagai simbol demokrasi di Pakistan.

Dalam pemilihan itu, beberapa figur yang terkemuka dari periode Zia ul-Haq,

termasuk mantan PM khan Junejo gagal untuk mendapatkan tempat di Majelis Nasional

dalam pemilu 1988. Bahkan dalam pemilu itu , Benazir sendiri sukses merebut 3 kursi

sekaligus di daerah pemilihan Larkana, Lahore, dan Karachi. Hal ini memang sah karena

konstitusi Pakistan tak melarang seorang calon maju di beberapa daerah pemilihan

sekaligus. Sebaliknya, IJI hanya berhasil meloloskan Nawaz Sharif, Ketua Menteri

propinsi Punjab. Dengan demikian kesempatan Benazir untuk terpilih sebagai Perdana

Menteri Pakistan semakin terbuka sehingga Benazir Bhutto pun disibukan untuk mencari

dukungan dari kemenangan MQM dan partai-partai kecil lainnya di parlemen.

Memang dari tabel 1 dapat dilihat bahwa PPP telah memperoleh suara mayoritas.

Namun Benazir Bhutto belum dapat di pastikan tampil sebagai perdana menteri, karena

partainya tidak memperoleh mayoritas mutlak 2/3 dari seluruh jumlah kursi parlemen

atau setidaknya minimal 50%+1. Untuk itu, ia harus berkoalisi dengan partai-partai

lainnya.

Sementara itu, kelompok-kelompok sosial, ekonomi dan para profesional yang

dijuluki oleh Benazir Bhutto “kaum Islamabad” menjadi ragu sebelum meminta Benazir

Bhutto untuk membentuk sebuah pemerintahan. Para birokrat sipil dan militer, pedagang

dan industrialis besar serta kelas menengah mempunyai alasan untuk mengkhawatirkan

kembalinya PPP. Mereka seluruhnya pernah menjadi korban kebijakan politik PPP yang

Page 56: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

serius pada masa pemerintahan ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto.74

Keadaan ini membuat

mereka memakai Ishaq Khan sebagai pelindung.

Benazir Bhutto kemudian menyetujui beberapa prasyarat yang ditetepkan oleh

“kaum Islamabad” yaitu membiarkan urusan militer untuk ditangani oleh golongan

militer, melanjutkan kebijakan Zia mengenai perang sipil yang berkelanjutan di negara

tetangga Afghanistan. Membujuk IJI untuk bekerja sama di Punjab dan melaksanakan

program penyesuaian struktur ekonomi, melanjutkan sikap pemerintah sementara yang

telah bekerja sama dengan International Monetery Found (IMF) dan World Bank.

Untuk menjamin bahwa kesepakatan itu ditepati, Benazir Bhutto juga telah

menyetujui permohonan “kaum Islamabad” yang meminta agar partainya menjadikan

Ishaq Khan sebagai presiden. Sepuluh hari kemudian, Benazir Bhutto pun berhasil

menjadi Perdana Menteri setelah membujuk MQM untuk berkoalisi membentuk

pemerintahan bersama. Bahkan PPP bekerja sama dengan IJI dan MQM untuk memilih

Ghulam Ishaq Khan sebagai Presiden dan Benazir Bhutto pun akhirnya mengukir sejarah

besar menjadi Perdana Menteri wanita pertama di sebuah negara mayoritas Islam pada

abad Modern.75

b. 2. Dua Puluh Bulan di bawah Pemerintahan Benazir Bhutto.

Sampai awal Agustus 1988, tak seorang pun menduga bahwa Benazir Bhutto

bakal secepat itu menjadi Perdana Menteri. Bukan karena popularitasnya ataupun

bakatnya, tetapi saat itu Zia ul-Haq telah nemutuskan untuk “menyingkirkan” Benazir

Bhutto dari partai PPP selama hidupnya serta melakukan segala cara untuk melaksanakan

hal tersebut mulai dari menggantung ayahnya, yaitu Zulfikar Ali Bhutto, mengadakan

74 Shahid Javed Burki, “Current History”, h. 118. 75 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 71-72.

Page 57: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pemilu tanpa partai pada tahun 1979 serta memperkuat kelompok-kelompok politik untuk

melawan PPP.76

Namun demikian manipulasi politik, penendasan dan pengawasan yang

dilancarkan Zia ul Haq ternyata tidak dapat menghancurkan kharisma Ali Bhutto serta

dukungan rakyat terhadap partainya , PPP dan Benazir Bhutto. Sekalipun ia masih muda,

pernah mengalami pahitnya penjara dan pembuangan, Benazir Bhutto tetap aktif di dalam

kegiatan-kegiatan politik sebagai pemimpin oposisi yang terkemuka dan terkenal blak-

blakan selama 11 tahun, yang akhirnya telah membentuk kualitas pribadi

kepemimpinannya.

Ia berhasil menduduki jabatan Perdana Menteri dalam usia 35 tahun, tanggal 2

Desember 1988 dan merupakan wanita pertama yang menjadi Perdana Menteri di negara

Pakistan.77

Ia mengobarkan semangat demokrasi ke seluruh pelosok Pakistan. Dengan

mengobarkan semangat demokrasinya itu, pamornya menanjak dan mendapat dukungan

di mana-mana. Rakyat Pakistan mendukung pemerintahannya karena rakyat memang

menghendaki suatu pemerintahan sipil, di mana rakyat sudah bosan diperintah rezim

militer yang otoriter selama 11 tahun.

Sejak awal pemerintahannnya pada bulan Desember 1988, sebenarnya sudah

dilemahkan dengan kenyataan bahwa PPP hanya mempunyai sejumlah kecil kursi di

Majelis Nasional dan diawasi oleh dua dari empat pemerintahan propinsi, yaitu Sindh dan

NWFP. Hal ini sempat memberi kekhawatiran terhadap pendukungnya dan mengusulkan

sebaiknya Benazir mempertahankan posisinya sebagai oposisi saja daripada mencoba

untuk menjalankan pemerintahan dengan kondisi yang kurang baik.

76 Raul B. Rais, “PAKISTAN IN 1988: From Command to Conciliaton Politics”, ASIAN SURVEY,

Vol XXIX, No. 2, February 1989, h. 204. 77 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 72.

Page 58: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Setelah wafatnya Jenderal Zia ul Haq, kekuasaan selama satu dekade yang terdiri

dari dua pusat kekuasaan, pola Diarchy, yaitu Presiden dan Perdana Menteri (Presiden

Zia ul Haq waktu itu sekaligus menjabat sebagai Panglima Angkatan Bersenjata),

selanjutnya digantikan oleh sebuah “Troika” di Pakistan. Jabatan Kepala Staf Angkatan

Darat dan Presiden yang semula dipegang oleh Zia ul Haq, kemudian diisi oleh dua orang

yang berbeda, Yaitu Jenderal Mirza Aslam Beg selaku pemimpin Angkatan Bersenjata

dan Ghulam Ishaq Khan yang sejak tanggal 17 Agustus 1988 menjabat sebagai presiden

sementara pun segera mengadakan pemilihan umum. Pemilihan umum yang dilakukan

berdasarkan pada sistem partai akan dilaksanakan pada tanggal 16 November 1988 dan

telah menciptakan sebuah pusat kekuasaan yang lain, yaitu Perdana Menteri.78

Pergeseran dari pola Diarchy ke Troika ini semula diharapkan dapat membuka

peluang bagi keluwesan sistem politik Pakistan. Secara teoritis adalah dimungkinkan bagi

Perdana Menteri untuk berurusan dengan militer dan Presiden secara terpisah, dan jika

dibutuhkan dapat mempermiankan satu terhadap lainnya. Namun kenyataannya, politik

segitiga ini nantinya malah menimbulkan banyak masalah untuk Perdana Menteri.

Selama menjalankan pemerintahannya, ia dihadapkan pada persoalan

ketidakcocokannya dengan Presiden Ghulam Ishaq Khan dan Kepala Staf Angkatan

Darat Jenderal Mirza Aslam Beg. Padahal untuk melanggengkan suatu pemerintahan di

negara Pakistan, seorang perdana menteri harus dapat menjalankan hubungan dan kerja

sama yang baik dengan Presiden dan militer. Apabila gagal, hal tersebut dapat

menyebabkan jatuhnya pemerintahan yang dipimpinnya.

78 Samina Yusman, “the Politics of Dismissal in Pakistan”, Asian Studies Review, Vol 17. No. 1,

July 1993 h. 86.

Page 59: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Sebenarnya sejak Benazir Bhutto tampil sebagai pemimpin Pakistan, rongrongan

militer sudah terasa. Bahkan ia harus memberikan konsensi tertentu kepada Angkatan

Bersenjata, termasuk ikut campurnya militer dalam menentukan anggaran pertahanan

keamanan, tahun 1989/1990 misalnya anggaran Angkatan Bersenjata mencapai Rs. 51,77

milyar atau 36,9% dari anggaran tahun 1989/1990. Pemerintahan Benazir Bhutto yang

semula ingin meningkatkan anggaran di bidang kesehatan dan pendidikan, namun karena

meningkatnya ketegangan dengan India adalah mustahil untuk berdebat demi

pengurangan anggaran pertahanan keamanan ketika anggaran pertahanan keamanan

tahun 1990/1991 dipresentasikan.

Benazir Bhutto dalam hal apapun merasa enggan untuk memotong terlalu besar

pengeluaran untuk militer karena ketakutannya akan meningkatnya campur tangan dan

atau terjadinya konflik dengan militer. Bersamaan dengan hal tersebut Angkatan

Bersenjata juga ragu-ragu untuk menjatuhkan pemerintahan demokratis karena hal ini

pasti akan membuat Amerika memotong anggaran bantuan militernya untuk Pakistan.

Oleh karena itu pihak Angkatan Bersenjata masih mempertahankan sumber pendapatan

dan pengaruhnya yang paling dibutuhkan, sementara itu menghindarkan campur

tangannya di dalam kontroversi politik yang dirasanya paling cocok ditangani oleh kaum

politisi sipil.

Meskipun Angkatan Bersenjata waktu itu secara resmi mengakui kedaulatan sipil,

tetapi pengaruhnya di dalam memformulasikan kebijakan luar negeri tetap besar. Dalam

hal ini, Benazir Bhutto juga harus memberikan konsensi terhadap militer mengenai

masalah Afghanistan, di mana ia harus melanjutkan kebijakan Zia ul-Haq dalam soal

Afghanistan. Namun akhirnya ia melakukan juga kesalahan dengan memecat Letjen.

Page 60: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Hamid Gul, seorang Kepala Dinas Intellegen yang merupakan salah satu arsitek

kebijakan tentang Afghanistan. Hal ini menimbulkan ketidaksukaan militer dan Presiden

terhadap Benazir Bhutto.79

Militer semakin tidak senang pada Benazir Bhutto karena telah ikut campur dalam

masalah intern militer, dengan tindakannya memperpanjang masa dinas sejumlah pejabat

militer yang sudah pensiun. Pimpinan militer menilai hal itu sebagai usaha yang jelas-

jelas ingin memecah belah Angkatan Bersenjata, dan menganggap langkah yang

ditempuhnya sebagai upaya untuk menarik dukungan perwira yang dipromosokannya

itu.80

Hubungan Benazir Bhutto dengan militer semakin memburuk ketika

pemerintahannya tidak dapat mengatasi masalah etnis yang muncul kembali sejak tanggal

9 Maret 1989, yaitu konflik antara etnis Muhajir yang merupakan warga imigran India

yang berbahasa Urdu melawan Pathan Punjabi yang berasal dari Karachi Utara, akibat

MQM memboikot sebuah harian lokal berbahasa Urdu yang sebelumnya menolak

meliputi kegiatan Muhajir.81

Kemelut etnis ini memang telah memaksa pemerintah untuk menerapkan larangan

ke luar rumah. Para pemimpin etnis yang bentrok pun sebenarnya mengadakan

pertemuan untuk membuat strategi bersama guna menghentikan pertumpahan darah.

Namun kerusuhan justru kian buruk, bahkan merembet melibatkan etnis Sindh dan

melebar ke kota Hyderabad dan kota kecil Sindh. Pertentangan antara etnis Sindh dengan

79 Dhurorudin Mashad, "Pemilu di Pakistan 1990; Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan", h. 80. 80

Muladi Mughni, “Doktrin Militerisme dan Jihadisme di Pakistan”, artikel diakses pada 12 Agustus 2008 dari, http://klikinter.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

81 Sebenarnya hubungan kedua etnis tersebut telah tegang sejak 1986, terutama akibat persaingan

lapangan kerja, penjualan obat terlarang dan senjata. Bahkan, pada bentrokan tahun 1986 sekitar 150 orang

telah menjadi korban. Dan sampai tahun 1989 korban akibat bentrokan kedua etnis tersebut telah mencapai

lebih dari 500 orang. Muladi Mughni, “Doktrin Militerisme dan Jihadisme di Pakistan.”

Page 61: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

etnis Muhajir yang telah mendominasi lapangan pekerjaan di propinsi Sindh. Konflik

etnis pada masa pemerintahan Benazir Bhutto memuncak karena Benazir tidak memenuhi

janjinya terhadap kaum Muhajir untuk antara lain: memberikan pekerjaan pada etnis

Muhajir yang menganggur sebagai akibat dari sistem quota yang telah diberlakukan sejak

Ali Bhutto; membebaskan para tahanan MQM yang di tahan sejak pemerintahan Zia ul

Haq, dan janji Benazir Bhutto untuk membagi kekuasaan secara adil sebagaimana yang

telah dijanjkan sewaktu pembentukan koalisi.82

Kendati Angkatan Darat telah melihat kerusuhan ini sebagai persoalan serius,

namun anehnya justru Benazir Bhutto terlihat tenang dan melukiskan kerusuhan tersebut

hanya sebagai “pemberontakan kecil”. Benazir Bhutto hanya memerintahkan militer

untuk mengirimkan kendaraan lapis baja dan memberlakukan jam malam sebagai upaya

untuk meredakan konflik etnis tersebut, namun tindakan ini hanya bersifat sementara dan

setelah militer pergi ternyata konflik antar etnis berlanjut lagi.83

Sehingga Jenderal Aslam Beg atas inisiatifnya sendiri mengadakan pertemuan

dengan beberapa pejabat, termasuk ketua Menteri propinsi Sindh, yang disusul pula

dengan pembicaraan Aslam Beg bersama sejumlah perwira di Markas Besar Angkatan

Darat di Karachi. Dalam kesempatan itu, Aslam Beg menyebut betapa kerusuhan itu

sudah sedemikian parahnya sehingga tidak saja perlu menghukum beberapa pelaku

kejahatan, melainkan perlu pula segera diambil suatu prakarsa politik untuk

menyelesaikan berupa pengambilan secara langsung kekuasaan di Sindh oleh pemerintah

federal dan memberlakukan Undang-Undang Darurat terbatas.

82 Charles H. Kennedy, “Policies of Ethnic Preference in Pakistan”, ASIAN SURVEY, vol. XII,

NO. 6, September 1989, hal. 695. 83Muhammad Farouk, “Pengaruh Militer di Pakistan”, artikel diakses pada 28 meret 2008 dari,

http://www.media-indonesia.com/subscribe/login.asp?mcid=

Page 62: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Ternyata Benazir Bhutto mengabaikan usulan Aslam Beg dan malah menuduh

militer dengan cara bermaksud untuk kembali berperan dalam politik. Benazir Bhutto

takut tindakan ini akan mengandung semacam Undang-Undang Militer yang dapat

menimbulkan tindakan intimidasi.84

Akhirnya kerusuhan menjadi semakin parah dan

bahkan pada tanggal 1 Mei 1989 pimpinan MQM, Altaf Hussein menarik para

menterinya dari pemerintahan Benazir Bhutto dan dengan demikian menandai akhir dari

koalisi pemerintahan MQM-PPP.85

Sehingga MQM kemudian berpindah haluan ke

Combined Opposition Party (COP).

Masalah utama yang selalu dihadapi oleh propinsi Sindh di bidang keamanan

dan ketertiban memang mempunyai dampak yang luas, karena tidak hanya

mempengaruhi sitiasi politik di propinsi Sindh itu sendiri, tetapi juga dalam lingkup

nasional. Penyebabnya masih bersifat traditional, yaitu pertentangan antar kelompok,

suku dan ras. Namun faktor yang paling dominan mempertajam pertentangan itu

sehingga mempunyai dampak nasional adalah pertentangan antar partai MQM dengan

PPP. Pengikut-pengikut kedua faksi tersebut selalu berbenturan satu sama lainnya, yang

mengakibatkan jatuhnya korban dari kedua pihak. MQM dengan didukung oleh IJI,

bersama-sama menjadikan masalah keamanan dan ketertiban propinsi Sindh ini sebagai

isu nasional untuk kepentingan politiknya.

Jenderal Mirza Aslam Beg berpendapat bahwa masalah keamanan dan

ketertiban masyarakat hanya akan dapat diselesaikan secara tuntas, apabila militer diberi

wewenang melebihi ketentuan yang tercantum dalam konstitusi. Namun Benazir Bhutto

berkeberatan terhadap tuntutan militer tersebut, karena khawatir banyak dari pengikut-

84 84Muhammad Farouk, “Pengaruh Militer di Pakistan.” 85 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 80.

Page 63: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pengikut PPP yang terlibat kerusuhan akan dimasukkan dalam tahanan, apalagi pimpinan

Angkatan Darat adalah Muhajir. Kalau hal ini sampai terjadi akan merugikan posisi PPP.

Militer Pakistan sebenarnya tidak ingin orang sipil berkuasa di negeri itu. Jika

Benazir tampil sebagai Pemimpin, hal itu tidak seluruhnya karena kharisma keluarga

Bhutto atau pesona pribadi Benazir Bhutto, tetapi karena militer tidak siap untuk

mengambil alih kekuasaan ketika Zia ul-Haq tewas dalam kecelakaan pesawat tanggal 17

Agustus 1988. Aslam Beg yang tampil pada masa transisi itu tidak mampu menghimpun

kekuasaan dengan segera, sehingga secara artifisial mekanisme demokrasi sempat

berjalan sampai tampilnya Benazir dalam pemilu 16 November 1988. tetapi ketika usaha

konsolidasi berjalan dua tahun, militer sudah kembali merasa solid dan mulai

merongrong pemerintahan demokratis pimpinan Benazir. Aslam Beg juga pada

akhirnya telah mempengaruhi keputusan Benazir Bhutto untuk mengganti Ketua Menteri

propinsi Sindh yaitu Qaim Ali Shah dengan Aftab Shaban Mirani.86

Dari uraian tersebut, terlihat bahwa peranan militer sangat kuat di Pakistan.

Benazir pun bisa naik ke posisi puncak pada akhir tahun 1988 tak lepas karena

persetujuan para Jenderal Pakistan. Namun ketika dia tidak bisa mengatasi masalah-

masalah yang terjadi di dalam negeri Pakistan, maka militer menarik kembali

persetujuannya. Militer menganggap pemerintahan sipil di bawah pimpinan Benazir

Bhutto telah gagal dalam mengatasi konflik etnis di Pakistan. Bahkan militer kemudian

ikut mendeskriditkan PPP dengan tuduhan melakukan koripsi dan penyalahgunaan

kekuasaan, sehubungan dengan adanya beberapa kasus mengenai ketidakbecusan

kabinetnya serta korupsi dalam pemerintahan Benazir Bhutto. Sebagai contoh, pada bulan

86Widiyartono R, “Jalan Darah Keluarga Benazir Bhutto Ayah digantung, Dua Adik ditembak

Mati”, data diakses pada 16 Oktober 2008, dari

http://www.wawasandigital.com/index.php?option=com_content&task=view&id=15749&Itemid=28

Page 64: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Desember 1989, Begum Rehan Sarwar, menteri negara urusan peranan wanita

meresmikan sebuah pusat pelatihan komputer di Islamabad. Tetapi Benazir kemudian

mengatahui bahwa pusat pelatihan tersebut telah bubar hanya dalam waktu 24 jam. Hal

tersebut dikarenakan komputer-komputer yang ada di sana ternyata hanya disewa khusus

untuk acara pembukaan tersebut. Lalu di bulan yang sama, menteri perdagangan

ditemukan telah mengadakan negoisasi kontrak dagang yang sangat menguntungkan

dengan sebuah perusahaan Abu Dhabi yang tidak dikenal sebelumnya yang memberi hak

monopoli bernilai USD 30 Juta pertahunnya kepada perusahaan ekspor beras Pakistan

untuk mengekspor beras ke negara Emirat Arab (UAE). Paling tidak perjanjian ini

merupakan penyalahgunaan kewenangan.87

Dari awal pemerintahannya, Benazir Bhutto memang dinilai tidak memilih

orang-orang yang tepat dalam anggota kabinet pemerintahannya. Ia hanya

mempertahankan Sahebzada Yaqub Khan yang pernah menjabat sebagai menteri luar

negeri dari pemerintahan sebelumnya. Tetapi rekan-rekan kabinetnya yang lain tidak

mempunyai pengalaman dinas. Walaupun kabinetnya tercatat sebagai salah satu yang

terbesar, namun dapat dikatakan bahwa tidak ada politisi yang berbobot dalam kabinet.

Sementara itu, pihak oposisi yang ditulangpunggungi IJI cukup berhasil

mengekspor isu yang di lontarkan oleh golongan dan partai-partai agama yang

konservatif bahwa seorang wanita tidak dibenarkan memegang pemerintahan.

Pemerintaha Benazir Bhutto terlibat pertikaian dengan para Ulama Pakistan yang

berpegang teguh pada hukum Syariah dan menunjukan ketidak senangan atas

pengangkatan seorang wanita untuk menjadi kepala pemerintahan di negara itu.

87 Tamir Hasan, “Peranan Militer Sangat Kuat di Pakistan”, artikel diakses pada 28 Maret 2008,

dari http://beritadotcom.blogspot.com/2007_11_15_archive.html

Page 65: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Meskipun ia telah berusaha keras menyesuaikan diri dengan keadaan tersebut, ia tetap

tidak mampu meredakan penolakan para ulama atas dirinya.

Penolakan para Ulama semakin keras ketika Benazir Bhutto mulai menjauhi

Syariah Islam, bahkan ia menyatakan akan membatalkan pengadilan Syariah.88

Kemudian

ia juga telah mengeluarkan suatu kebijakan yang sangat ditentang oleh para Ulama dan

militer. Benazir Bhutto yang dalam pidato-pidatonya menyatakan dukungannya kepada

gerilyawan Mujahiddin sesuai dengan janjinya untuk melanjutkan kebijakan pemerintah

sebelumnya, namun kenyataannya Benazir Bhutto tidak lagi mengupayakan kemenangan

kaum Mujahiddin lewat pertarungan senjata tetapi mengupayakan suatu penyelesaian

politik.

Perubahan kebijakan Pakistan terhadap Afghanistan dapat dilihat dari kasus

penggantian Letjen. Hamid Gul selaku Dirjen Badan Intellegen Antar Angtkatan dengan

Jenderal Shamsur Rahman Kallu. Padahal Hamid Gul adalah salah seorang arsitek

kebijakan Pakistan tentang Afghanistan. Ia dikabarkan cenderung memberi dukungan

kuat terhadap kelompok fundamentalis di kalangan kaum Mujahiddin, khususnya faksi

yang dipimpin Gulbuddn Hekmatyar.89

Walaupun perubahan kebijakan itu dimaksudkan agar para pengungsi

Afghanistan meninggalkan Pakistan guna memenuhi tuntutan warga Pakistan yang

merasa terganggu oleh keberadaan lebih dari tiga juta pengungsi Afghanistan di Pakistan.

Tetapi kalangan militer dan oposisi, pendukung kuat faksi-faksi garis keras Mujahiddin,

tetap tidak bisa menerima alasan tersebut. Menurut mereka, sikap pemerintah Benazir

88Nurani Soyomukti, “Dua Musuh Bubuyutan Bersaing Lagi”, artikel diakses pada 4 April 2008,

dari http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/1989/08/05/SEL/mbm.19890805.SEL21028.id.html 89 Ahmad Jubaedi, “Kaum Fundamentalis di Pakistan”, artikel diakses pada 12 Agustus 2008, dari

http://indonesia99.blogspot.com/2007_12_01_archive.html

Page 66: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Bhutto tidak sesuai dengan maksud utama negara Pakistan dalam membantu Mujahiddin

Afghanistan, yaitu dalam upaya berdirinya negara Afghanistan yang Islamis di bawah

pimpinan Gulbuddin Hekmatyar. Apalagi sikap pemerintah Benazir Bhutto ternyata pada

akhirnya hanya untuk menyenangkan pihak Amerika Serikat saja.

Hampir setiap sidang parlemen, pemerintahan Benazir Bhutto terus menerus

diboikot oleh pihak oposisi. Bahkan oposisi melancarkan mosi tidak percaya terhadap

Perdana Menteri Benazir Bhutto, walau akhirnya tidak berhasil menjatuhkan Benazir.

Pengajuan dari mosi tidak percaya ini didahului oleh serangan protes terhadap

pemerintahan Benazir Bhutto yang dituduh tidak mempu berprestasi, nepotisme dan

melemahkan gerak Islamisasi. COP juga menggunakan fatwa dari para ulama Arab Saudi

yang menegaskan lagi bahwa kepemimpinan seorang wanita tidak diperkenankan di

sebuah negara Islam. Selain itu, di Pakistan masih ada budaya feodalisme yang

menempatkan kedudukan pria lebih tinggi dari wanita.

Hubungan Benazir Bhutto dengan Presiden Ghulam Ishaq Khan juga

memburuk ketika Benazir ingin mencabut Amandemen ke-8 produk rezim Zia ul-Haq

dengan alasan ingin memurnikan Konstitusi 1973. padahal alasan sebenarnya adalah

Benazir khawatir kalau sewaktu-waktu dipecat Presiden karena tidak mampu mengatasi

masalah-masalah dalam negeri Pakistan selama pemerintahannya. Pemerintahan PPP

ingin mencabut Amandemen ke-8 yang memberikan kekuasaan lebih pada Presiden,

sehingga dapat mengancam kedudukan Perdana Menteri. Adanya Amandemen ke-8

dalam kehidupan konstitusi telah mempersempit ruang gerak Benazir Bhutto sebagai

kepala pemerintahan sehingga Benazir berusaha untuk menghapusnya. Namun

pencabutan tersebut tidak mudah, karena memerlukan konsensus dari Majelis Nasional,

Page 67: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

sedangkan PPP saat itu bukanlah mayoritas, apalagi tidak didukung oleh oposisi Benazir

bhutto saat itu terlalu yakin pada dukungan massa partainya, PPP dan hal ini merupakan

kekeliruannya yang pertama selama masa pemerintahannya. Usia muda dan kekurang

pengalamannya, menyebabkan Benazir Bhutto tergelincir berkonfrontasi melawan

Presiden dan Kepala Staf Angkatan Darat yang akhirnya malah menyebabkan

kejatuhannya.

Hasil pembangunan yang dicapai oleh pemerintah Benazir Bhutto memang

tidaklah terlalu mengesankan. Parlemen belum juga membuahkan produk Undang-Udang

sejak berkuasanya Benazir Bhutto. Pendukung PPP menuduh bahwa hal tersebut terjadi

karena kaum oposisi mempunyai kekuatan dan dukungan yang sangat luar biasa besarnya

di Majelis Nasional, namun hal ini tidak juga menjelaskan kenyataan bahwa rancangan

peraturan baru belum juga diajukan.

Selain masalah tersebut di atas, juga terdapat beberapa masalah lain, yaitu

adanya pertentangan antara pemerintah federal dengan propinsi Punjab, di mana yang

menjadi Ketua Menteri adalah Nawaz Sharif, yang juga menjadi ketua IJI. Seperti halnya

dengan masalah Sindh, pertentangan ini diperlebar menjadi isu nasional untuk

kepentingan IJI. Nawaz Sharif membentuk Bank Daerah Punjab dan mengusulkan untuk

membentuk stasiun televisi daerah. Dalam kaitannya dengan dua hal tersebut, ia

menentang hak monopoli pemerintah federal. Kepentingan propinsi lain, sehingga seolah-

olah sebagai pertentangan antara pusat dengan daerah secara menyeluruh. Misalnya,

Ketua menteri propinsi Baluchistan, Nawab Akbar Bugti tergabung dengan Nawaz Sharif

dan menuntut seperti yang diinginkan oleh IJI, yaitu antara lain: pemberian otonomi yang

lebih luas dan masalah bersidangnya dewan untuk kepentingan umum (Council of

Page 68: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Comman Interst – CCI). CCI adalah suatu badan yang terdiri dari empat ketua menteri

propinsi ditambah dengan empat menteri pemerintahan federal, yang digariskan pada

Undang-undang 1973, meskipun Undang-Undang tersebut belum pernah disahkan.

Presiden Ghulam Ishak Khan setelah berkonsultasi dengan pimpinan

Angkatan Bersenjata Pakistan akhirnya pada tanggal 6 Agustus 1990 mengeluarkan

keputusan No. 178, yaitu memberlakukan parlemen dan membekukan kabinet Benazir

Bhutto. Adapun alasannya adalah: tidak berfungsinya badan legislatif; pertentangan

antara pemerintah pusat dan propinsi; korupsi dan nepotisme; kegagalan menegakkan

keamanan dan ketertiban di propinsi Sindh, dan pelanggaran konstitusi. Dengan bubarnya

parlemen dan kabinet di tingkat federal, otomatis parlemen dan kabinet propinsi juga

membubarkan diri.

Dari uraian tadi terlihat bahwa Presiden Ghulam Ishaq Khan membubarkan

kabinet pernah mengajukan mosi tidak percaya dengan tuduhan bahwa pemerintahan

Benazir Bhutto korupsi, nepotisme dan tidak becus memerintah . Tetapi mosi yang

dikemukakan dalam bulan November 1989 itu tidak memperoleh dukungan mayoritas,

sehingga gagal menyingkirkan Benazir Bhutto. Namun, tuduhan yang sama terhadap

Benazir Bhutto akhirnya muncul kembali dalam pengumuman Presiden Ghulam Ishaq

Khan mengenai pembubaran kabinet Benazir Bhutto dan parlemen.

Jelaslah bahwa kejatuhan pemerintahan Benazir Bhutto bisa dikatakan

sebagai kudeta tanpa kekerasan, yang ujung tombaknya adalah Ghulam Ishak Khan tetapi

diduga dalangnya adalah militer. Tindakan Ghulam Ishaq Khan untuk memecat

pemerintahan Benazir Bhutto yang dinilai sebagai langkah yang berani, boleh jadi karena

Page 69: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

adanya tekanan dari pihak militer yang memang sudah berkali-kali merebut kekuasaan di

negeri itu.

b. 3. Kekalahan dalam Pemilu 1990

Tanggal 6 Agustus 1990, Presiden Ghulam Ishaq Khan memecat Benazir Bhutto

dari jabatan Perdana Menteri. Ia mengumumkan pembubaran pemerintahan Benazir

Bhutto, dengan alasan utama berupa korupsi dan nepotisme. Sesudah melakukan

pemecatan, Ishaq Khan menunjuk saingan Benazir Bhutto, Ghulam Mustafa Jatoi (58

tahun) sebagai Perdana Menteri untuk memimpin pemerintahan sementara sekaligus

mempersiapkan pemilu pada bulan Oktober 1990. keempat Majelis Propinsi juga

dibubarkan dan ditunjuk pula seorang Ketua Menteri sementara.90

Benazir Bhutto menolak mengakui pemerintahan Ghulam Mustafa Jatoi ini dan

mengajukan tuntutan kepada Mahkamah Agung agar pemerintahan Mustafa Jatoi

dibubarkan dan diganti dengan kabinet peralihan yang netral. Namun Mahkamah Agung

menolak tuntutan itu serta mengemukakan “sembilan tindakan pelanggaran dan

kelalaian” yang memberikan alasan sah dan layak untuk memecat Benazir Bhutto.

Pelanggaran dan kelalaian itu, misalnya: penyadapan telepon, penggunaan pesawat

Angkatan Udara selama mosi tidak percaya di parlemen, kegagalan mendapat dukungan

yang cukup di Majelis Tinggi yang didominasi oposisi, penyalahgunaan dana rahasia,

kegagalan mengendalikan pelanggaran hukum di propinsi Sindh dan konfrontasi antara

pusat dan pemerintah daerah.91

Ghulam Mustafa Jatoi adalah pemimpin Combined Opposition Party (COP). Ia

memulai karir politiknya di Pakistan People’s Party (PPP) yang dibentuk oleh Zulfikar Al

90 Boentarto, “Martir Demokrasi Pakistan Benazir Bhutto (1953-2007)”. 91 Boentarto, “Martir Demokrasi Pakistan Benazir Bhutto (1953-2007)”.

Page 70: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Bhutto dan pernah menjabat Ketua Menteri Propinsi Sindh pada masa pemerintahan Ali

Bhutto. Namun ketika Benazir Bhutto mengambil alih kekuasaan pada 1988-1990, ia

berperan sebagai tokoh oposisi bagi PPP.92

COP, sebagaimana namanya adalah kelompok yang berbeda-beda, yang lebih

dipersatukan oleh rasa kebencian yang sama terhadap pemerintahan Benazir Bhutto

ketimbang program alternatif yang lebih masuk akal. Dalam hal ini COP nampaknya

melanjutkan tradisi Pakistan National Alliance (PNA) yang ikut membantu kejatuhan

Zulfikar Ali Bhutto pada tahun 1977 serta Gerakan untuk Perbaikan Demokrasi

(Movement for the Restiration of Democracy – MRD) yang berkapanye menentang Zia

ul-Haq sejak tahun 1981.93

Pengikut terbesar dari COP adalah Islami Jamhoori Ittehad (IJI), aliansi sembilan

partai yang terbentuk sesaat sebelum pemilu tahun 1988. anggotanya yang paling kuat

dari aliansi ini adalah Pakistan Moslem League (PML), yang dipimpin oleh mantan

Perdana Menteri Mohammad Khan Junejo dan Ketua Menteri propinsi Punjab, Nawaz

Sharif. Pengikut kedua yang terpenting dari COP adalah kaum Muhajir yang tergabung

dalam Muhajir Qoumi Movement (MQM) dari Karachi dan beberapa daerah urban di

propinsi Sindh.

COP nempaknya ingin meningkatkan tekanannya pada hal-hal yang berkaitan

dengan Islam secara resmi, namun pada prakteknya harus sedikit membedakan program

kerjanya dari apa yang dimiliki PPP. Pertikaian politik pada saat itu berpusat pada

manusianya ketimbang mengenai ideologinya. COP mengatakan bahwa ia sanggup

menyelenggarakan pemerintah yang lebih handal dan lebih jujur. Namun pada

92

Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 163. 93. Nurani Soyomukti, “Benazir Bhutto, Perempuan, dan Demokrasi”, atikel diakses pada 5

Oktober 2008, dari http://esaipolitiknurani.blogspot.com/2008_02_01_archive.html

Page 71: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

kenyataannya tekanan-tekanan untuk mempererat partai koalisi yang terpecah belah jelas

akan menjurus kepada sejenis tawar menawar politik dan perpindahan kaum politisi dari

satu partai ke partai yang lain. Hal ini pada akhirnya tentu dapat mengakibatkan

ketidakstabilan pemerintahan sipil di Pakistan.

Setelah Presiden Ishaq Khan mengakhiri ketidakstabilan pemerintahan Benazir

Bhutto, maka sesuai dengan konstitusi 1973 dan janji dari pemerintahan sementara untuk

mempersiapkan pelaksanaan pemilu, dibentuklah panitia pemilu yang diketuai oleh

hakim Naemuddin, untuk mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan pemilu.94

Ishaq

Khan juga telah menjadwalkan pemilu tingkat nasional maupun pemilihan Majelis

Propinsi yang masing-masing ditetapkan pada tanggal 24 Oktober 1990 dan tanggal 27

Oktober 1990.95

Walaupun Benazir Bhutto tetap mengkritik atas pemecatan dirinya, namun

akhirnya dia bersedia untuk bertanding dalam pemilihan umum yang diharapkan “bebas

dan adil”. Dalam rangka mengsukseskan pemilu, Komite Pemilu Nasional

mengumumkan “Code of Conduct” sebagai tata tertib pemilu guna menjamin

pelaksanaan pemilu yang bebas, jujur dan tidak memihak. Tata tertib itu antara lain;

melarang mengganggu pertemuan yang diadakan partai lain; melarang menyampaikan

pendapat atau bertindak dalam cara apapun yang sifatnya merugikan ideologi,

kedaulatan, integritas dan keamanan negara; menghindari untuk secara langsung

mengkritik partai-partai politik lain dan para pemimpinnya; menghindari pembicaraan

yang menimbulkan rasa pertentangan antar masyarakat; melarang membawa senjata atau

94 Nurani Soyomukti, “Benazir Bhutto, Perempuan, dan Demokrasi”. 95 Shahid Javed Burki, Pakistan: The Continuting Search for Nationhood, secound edition (San

Francisko: Westview Press, 1993), h. 103.

Page 72: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

peledak dalam setiap pertemuan; dan melarang membawa spanduk-spanduk yang

mempunyai unsur intimidasi lebih dari 400 yard di tempat pemungutan suara.

Untuk pelaksanaan pemilu tersebut telah terdaftar 80 partai politik, namun hanya

45 partai politik saja yang akhirnya dinilai memenuhi syarat serta menyampaikan tanda

gambarnya. Di antara partai-partai tersebut yang paling dominan dan menentukan

perimbangan politik di Pakistan hanya ada dua kelompok, yaitu aliansi Islam Jamhoori

Ittehad (IJI) pimpinan Nawaz Sharif dan People’s Democratic Aliance (PDA) pimpinan

Benazir Bhutto. IJI terdiri dari Pakistan Muslem League (PML), National People’s Party

(NPP-Jatoi), Jamiat ul Ulama i Islami Fazlur Rahman (JUIF), Jamaat Islami (JI), Jama’at

Ulema Pakistan (JUP), Awami National Party (ANP), Jamhoori Watan Party (JWP),

Islamic Ahle Hadith Party, Jamaat ul Mashaikh, Azad Group dan Nizami Mustafa Group.

Sedangkan People’s Democratic Alliance (PDA) terdiri dari Pakistan People’s Party

(PPP), Tehrik I Istiqlal, Tehrik Nifaz Firqah Jafariya dan Pakistan Moslem League

(PML) Qasim Group.96

Selama masa kampanye, kedua kelompok tersebut masing-masing telah

menyampaikan program dan janji-janji mereka sebagai platform kampanye. Program

PDA misalnya dapat dilihat dari manifesto. Manifesto itu antara lain berisi rencana

penghapusan Amandemen ke-8; pengajuan daftar kekayaan sebelum dan sesudah menjadi

presiden, perdana menteri, anggota-anggota parlemen dan pejabat-pejabat tinggi,

perbaikan nasib pengacara, kebebasan pers; meningkatkan peranan wanita; menjamin

hak-hak golongan minoritas dalam pemerintahan. Manifesto politik berisi pula rencana

pengembangan sektor industri, pendidikan dan kesehatan, meningkatkan peranan ulama;

96 Sharif Al Mujahid, Pakistan History, The far East and Australasia 1993, 24 th edition (London:

Europa Publications Limited, 1992), h. 803.

Page 73: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

memberantas perdagangan obat-obat terlarang, peningkatan sarana angkutan, modernisasi

angkatan bersenjata, pembangunan program nuklir untuk maksud damai, peningkatan

politik luar negeri; peningkatan sarana untuk kepentingan rakyat seperti fasilitas listrik,

gas, telepon, tempet-tempat rekreasi, sekolah dan rumah sakit.97

Sedangkan program-program yang dicanangkan IJI, meliputi peningkatan

perlindungan hak-hak azasi manusia; memperbaharui sistem peradilan sesuai dengan

perinsip Islam; pembentukan pemerintahan yang jujur dan berwibawa; perbaikan

lembaga kemasyarakatan; penyederhanaan cara mendapatkan pupuk, air minum, listrik,

gas, telepon dan peningkatan pelayanan angkutan umum. Kendati masing-masing telah

memiliki program konkrit seperti tercermin dari manifesto politiknya tadi, namun

kenyataannya selama rapat-rapat umum, kedua kelompok besar tesebut lebih

menfokuskan perdebatan pada isu saling menjelek-jelekan atau bersifat saling berusaha

melemahkan posisi lawan saja. Keduanya jarang menyampaikan program-program yang

sifatnya bermanfaat bagi rakyat.98

Selama kampanye kubu PDA selalu dihantui oleh tindakan pertanggungjawaban

(acountability) yang dilancarkan oleh pemerintahan sementara. Tindakan itu sebagai

langkah lanjut atas tuduhan yang dilancarkan Presiden Ghulam Ishaq Khan terhadap

Benazir Bhutto yang mengakibatkan dipecatnya perdana menteri wanita itu. Pemerintah

sementara ini melakukan penyidikan dan penangkapan para aktifis PPP sesuai dengan

tuduhan yang dijadikan alasan Presiden Ghulam Ishaq Khan untuk membubarkan

pemerintahan Benazir Bhutto. Tidak hanya Benazir Bhutto yang diajukan ke pengadilan,

97Riza Aulia, “Apa yang Terjadi di Pakistan?”, data diakses pada 29 Oktober 2008, dari

http://hizbut-tahrir.or.id/2007/11/22/apa-yang-terjadi-di-pakistan/ 98 Lawrence Ziring, “Pakistan in 1990: The fail of Benazir Bhutto”, ASIAN Survey, Vol. XXXI, No.

2, Februari 1991, h. 119.

Page 74: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

tetapi banyak juga tokoh-tokoh PPP yang diajukan untuk mempertanggungjawabkan

perbuatannya di depan pengadilan sesuai dengan tuduhan atas tindakan mereka selama

dua puluh bulan pemerintahan PPP berkuasa. Tuduhan-tuduhan yang akan dibuktikan di

depan pengadilan meliputi tindak pidana korupsi, teror politik terhadap musuh-musuhnya

serta tindakan-tindakan tidak konstutisional. Waktu itu banyak tokoh PDA khususnya

PPP, yang di tangkap dan ditahan sehingga tidak memungkinkan bagi mereka untuk

berkampanye di daerah para pemilihnya.

Masalah pertanggungjawaban accountability mendapat reaksi keras tidak hanya

dari PPP yang merasa dirugikan, tetapi juga memancing reaksi dari Amerika Serikat yang

disampaikan melalui Duta Besar Amerika Serikat di Pakistan dengan mengkritik bahwa

terjadi ketidakadilan karena diskriminatif hanya diberlakukan terhadap orang-orang PPP,

dan bukan termasuk tokoh-tokoh pemerintah sebelumnya. Dari proses pelaksanaannya

terlihat bahwa motif sebenarnya dari “pertanggungjawaban” accountability lebih bersifat

politis, yaitu untuk menyingkirkan tokoh-tokoh PPP. Dengan demikian diharapkan dapat

memperkuat kedudukan IJI.

Pihak PPP tidak hanya mendapat tekanan dari pemerintah melalui

pertanggungjawaban accountability. Pemerintahan Jatoi ternyata juga semakin keras

berusaha mengeliminir pengaruh Benazir Bhutto dengan menarik para pendukung utama

Benazir untuk bergabung dalam pemerintahan sementara. Jatoi menarik empat orang

mantan sekutu Benazir (Ghulam Mustafa Khan, Miraj Khalid, Mahdoem Shafiquzzaman

dan Kazi Abdul Majed Abid), untuk menjadi menteri dalam pemerintahan sementara.

Pengangkatan Makhdoem Shafiquzzaman ini menjadi pukulan berat bagi Benazir untuk

mengumpulkan dukungan pada pemilu Oktober 1990. Makhdoem adalah keluarga kiyai

Page 75: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

yang dipuja para pengikutnya (para santri) di propinsi Sindh dan Punjab. Sebagaimana

para kiyai lainnya, keluarga Makhdoem ini juga mengikat tali keluarga dengan kaum

Zamidar (tuan tanah muslim), yang juga berpengaruh besar pada rakyat pedesaan.99

Pihak

Angkatan Darat juga memberi peluang bagi kemenangan IJI. Hal ini terlihat dari

penempatan pasukan Angkatan Darat di beberapa daerah para pemilih yang merupakan

basis PPP. Alasan yang disampaikan pimpinan Angkatan Darat bagi penempatan

pasukannya adalah untuk menangkal kemungkinan teror yang akan dilakukan pihak-

pihak tertentu yang ingin mengacaukan pemilu. Namun daerah-daerah tersebut adalah

tempat potensial bagi PPP untuk meraih kemenangan, seperti di propinsi Sindh dan

beberapa tempat di Punjab. Melihat gelagat demikian, ketua PPP Benazir Bhutto dari

awal telah dapat meramalkan bahwa pemilu tersebut tidak akan dapat terlaksana

sebagaimana yang diharapkan, yaitu bebas, jujur dan tidak memihak.

Proses pengadilan atas diri Benazir dan sejumlah mantan menterinya jelas

merugikan PPP, terutama dalam menghadapi pemilu 1990 ini. Benazir tidak dapat

berkampanye secara bebas karena harus menghadiri sidang pengadilan. Hal ini

berpengaruh pada semangat para pendukung tokoh-tokoh PPP lainnya karena Benazir

merupakan tokoh senteral PPP yang pada pemilu 1988 terbukti mampu memobilisasi

massa. Dengan absennya Benazir dari beberapa kampanye PPP, tokoh-tokoh PPP lainnya

tidak terlalu yakin akan dapat menarik simpati massa. Selain itu, selama pengadilan

berlangsung, pers resmi cenderung pula membuat versi yang sudah mengarah pada

“pengadilan oleh media”. Kondisi ini jelas akan berpengaruh besar sebab turunnya

kredibilatas Benazir dan tokoh-tokoh PPP lain di hadapan masyarakat Pakistan. Media

99 Dhururudin Mashad, “Pemilu di Pakistan 1990: Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan”, h. 80.

Page 76: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

massa (pers) adalah pembentuk “opini publik” yang sangat ampuh. Sehingga apa yang

diinformasikan oleh pers tentang diri Benazir Bhutto akan langsung diterima mentah-

mentah oleh masyarakat.

Akhirnya pemilu tanggal 24 Oktober 1990 dimenangkan IJI dengan memperoleh

105 kursi dari 217 kursi yang diperebutkan untuk mengisi 217 kursi di parlemen.

Sementara PDA yang didominasi PPP hanya memenangkan 45 kursi. Dalam pemilu ini,

MQM tampil lagi sebagai kekuatan ketiga terbesar dengan memenangkan 15 kursi, ANP

11 kursi, JUIF 11 kursi, dan partai-partai kecil dan calon Independen 30 kursi (lihat tabel

2). Dari hasil pemilu tesebut terlihat IJI (bersama-sama dengan sekutunya) berhasil

memimpin perolehan suara dengan menjadi mayoritas.

Tabel 2.

Hasil Pemilihan Umum Anggota Majelis Nasional di Pakistan, 24 Oktober 1990100

NO. NAMA PARTAI Perolehan Kursi

1. Islamic Jamhoori Ittehad (IJI) 105 kursi

2. Pakistan People’s Party (PPP) 45 kursi

3. Mohajir Qoumi Movement (MQM) 15 kursi

4. Awami National Party (ANP) 11 kursi

5. Jamaati Ulamai Islami (JUI) 11 kursi

6. Lainnya:

- Nation People’s Party (NPP),

100 Dhururudin Mashad, “Pemilu di Pakistan 1990: Kegagalan Benazir Bhutto Dalam Meraih

Kekuasaan”, Jurnal Ilmu Politik 13 (Jakarta: PT Gramedia, 1993), h. 82.

Page 77: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

- Sind National Party (SNP),

- Tehrik i Nifaz Fiqh i Jafrida (TNFJ),

- dan partai-partai kecil independent.* 30 kursi

Total 217 kursi

* NPP, SNP< TI, TNFJ adalah pendukung People’s Democratic Alliance (PDA)

pimpinan Benazir Bhutto.

Kemenangan IJI ternyata tidak hanya terjadi pada tingkat nasional. Pada

pemilihan tingkat propinsi tanggal 27 Oktober 1990, ternyata menghasilkan pola sama.

IJI dan sekutunya memperoleh 325 kursi dari 473 kursi di keempat propinsi, PDA

ternyata gagal memenangkan suara mayoritas propinsi asal Benazir Bhutto sendiri, Sindh.

Alhasil, dengan kemenangan telak, IJI pun membentuk pemerintahan propinsi di Punjab.

IJI juga menunjukkan kekuatannya di propinsi Sindh dan Baluchistan serta membentuk

pemerintahan koalisi dengan ANP di NWFP. Untuk pertama kalinya pula, IJI dapat

membentuk pemerintahan di empat propinsi.

C. Upaya Benazir Bhutto Menggoyahkan Pemerintahan Nawaz Sharif

Dengan keberhasilan IJI memperoleh suara meyoritas maka pencalonan Nawaz

Sharif sebagai Perdana Menteri Pakistan semakin terbuka. Kendati sebenarnya ada dua

calon dari IJI ditembak mati oleh pendukung oposisi, namun Benazir Bhutto dan

kelompoknya tetap menuduh IJI lah sebagai pihak yang curang dalam pemilu 1990.

selain PPP, partai-partai lain seperti Jamiat Ulema Pakistan. (JUP) pimpinan Ahmad

Noorani ikut pula melontarkan ucapan bahwa selama pemilu dibanyak tempat telah

Page 78: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

terjadi manipulasi yang dirancanakan sebelumnya. Presiden Ghulam Ishaq Khan

dianggap telah gagal memenuhi janjinya untuk menjamin pemilu dilaksanakan dengan

bebas, jujur dan tidak memihak.101

Namun demikian pemilu 1990 tetap dianggap sah apalagi setelah diperkuat oleh

para Peninjau international yang netral, National Democratic Institute (NDI) yang

menyatakan bahwa pemilu tersebut telah terlaksana secara bebas, adil, dan tanpa hal-hal

yang menyimpang secara serius. NDI adalah suatu lembaga dari partai demokrat

Amerika yang berpusat di Washington yang sengaja datang untuk memonitor

pelaksanaan pemilu tersebut. Delegasi NDI terdiri dari 40 orang ahli dari 17 negara,

seperti Amerika Serikat, Sri Langka, Senegal, Turki, Kenya, Namibia, Jepang,

Cekoslovakia, Bulgaria, Swedia dan Afrika Selatan, dan lain-lain.102

Sebagai tindak lanjut dari menangnya IJI, dilaksanakanlah beberapa proses

konstitusional di parlemen, yaitu pemilihan Ketua Majelis Nasional, pemilihan perdana

menteri, pemberian mosi percaya pada Perdana Menteri terpilih dan pelantikan perdana

menteri. Dalam sidang Majelis Nasional tanggal 6 November 1990, telah dilaksanakan

pemilihan Perdana Menteri. Untuk pemilihan tersebut telah diajukan dua orang calon,

masing-masing Nawaz Sharif dari IJI dan Mohammad Afzal Khan dari PDA. Dalam

pemilihan melalui sistem terbuka tersebut, Nawaz Sharif mantan Ketua Menteri Punjab

terpilih secara mutlak dengan mengumpulkan 153 suara. Sedangkan Afzal Khan hanya

memperoleh 39 suara.103

Nawaz Sharif menang mudah dalam pemilihan Perdana Menteri

101“Ghulam Ishaq Khan”, data diakses pada 12 November 2008, dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Ghulam_Ishaq_Khan 102 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 61-62. 103

Kholda Naajiyah, “Seputar Krisis Politik di Pakistan”, data diakses pada 13 November 2008, dari http://politisi.blogspot.com/2007_06_01_archive.html

Page 79: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

karena aliansi IJI yang dipimpinnya merupakan mayoritas di Majelis Nasional. Lebih dari

itu partainya juga berkoalisi dengan MQM, ANP, JUIF, dan JWP.

Nawaz Sharif memulai jabatannya sebagai Perdana Menteri dengan kekuatan

yang cukup besar. Dia memimpin 2/3 mayoritas kursi di Majelis Nasional dan memiliki

dukungan yang besar di Senat. Keempat propinsi juga diperintah oleh orang-orangnya. Ia

pun memperoleh keyakinan dan dukungan dari Presiden Ghulam Ishaq Khan dan Kepala

Staf Angkatan Darat Jenderal Mirza Aslam Beg.104

Untuk melaksanakan kebijakan

pemerintahannya, Perdana Menteri Nawaz Sharif telah membentuk kabinet yang terdiri

dari 19 orang menteri dan 4 orang penasehat Perdana Menteri. Dari sembilan belas orang

menteri tersebut, terdapat sembilan muka lama semasa pemerintahan sementara.

Sebagai politisi, Sharif juga cerdik dengan berhasil menyatukan komponen-

komponen partai yang saling berlawanan dalam aliansi IJI yang berkuasa. Nawaz Sharif

juga sukses membentuk konsensus antara pusat dan propinsi mengenai masalah sensitif

seperti alokasi sungai Indus dan pembagian pemasukan federal. Kedua pemufakatan yang

baik ini dianggap sebagai salah satu keberhasilan diplomatik yang sangat penting, karena

hal ini tidak terpecahkan selama lebih dari 17 tahun.

Tindakan pertama Nawaz Sharif sebagai Perdana Menteri adalah penghapusan

keadaan darurat negara yang diberlakukan sejak tanggal 6 Agustus 1990. dalam pidato

pertamanya, ia menyerukan untuk menjauhkan diri dari “pembalasan politik” dan

mengobarkan semangat untuk bermusyawarah, pengampunan dan menahan diri. Ia juga

bersumpah untuk mengatasi semua masalah-masalah yang besar dengan dasar kerja sama.

104 Rais Ahmad Khan, “PAKISTAN IN 1992: Waiting for Change”, ASIAN SURVEY, Vol. XXXIII,

No. 2, February 1993, h. 130.

Page 80: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Bermula dari hal ini, pemerintahan Nawaz Sharif dinilai oleh banyak pengamat

akan lebih stabil dari berbagai pemerintahan sebelumnya sejak pertengahan tahun 1960-

an. Namun sebenarnya ia tetap dihadapkan pada berbagai masalah dan beberapa isu-isu

yang kontroversial, baik dibidang politik maupun ekonomi. Dengan ini beralasan karena

walaupun Perdana Menteri sering menyerukan untuk rekonsilasi, namun Benazir Bhutto

ternyata secara terus menerus lebih suka mengambil sikap konfrontasi. PDA mengancam

untuk mengadakan pengunduran diri secara masal dan memboikot pemerintahan federal

dan Dewan Propinsi Sindh.

Memang meskipun Benazir telah kalah dalam pemilu 1990, namun tidak berarti ia

langsung hilang dalam kancah politik Pakistan. Benazir Bhutto bertekad untuk tetap di

gelanggang politik, meskipun berbagai kesulitan melilitnya semenjak dipecat dari jabatan

Perdana Menteri. Kesulitan politik dan hukum yang menghadangnya, tidak akan

menghentikan kegiatannya sebagai politikus Pakistan.

Pada bab ini akan dibahas upaya Benazir Bhutto sebagai Oposisi untuk

menggoyahkan Pemerintahan Nawaz Sharif dengan mempengaruhi Opini Publik,

Menggalang Demonstrasi dan mendesak untuk diadakannya Pemilu, berikut

penjelasannya.

C. 1. Mempengaruhi Opini Publik

Selama Nawaz Sharif memerintah Pakistan sejak kemenangannya dalam pemilu

1990, Benazir Bhutto bertindak sebagai pemimpin oposisi. Benazir mulai melancarkan

aksi-aksi politiknya untuk merongrong kewibawaan pemerintah Nawaz Sharif. Berbagai

cara dilakukan mulai dari tuduhan-tuduhan terhadap kesewenang-wenangan pemerintah

yang telah mendiskreditkan PPP dalam kancah politik Pakistan, menyebarkan “White

Page 81: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Paper” yang berisi tentang kecurangan dalam pemilu 1990, melakukan aksi mogok

makan sebagai protes terhadap kecurangan yang dilakukan pemerintah atas partainya,

sampai melakukan “Long March”.

Tak lama setelah pemilu 1990, Benazir memulai aksi protesnya terhadap

pemerintah dengan menyebarkan “White Paper” yang berisi tuduhan bahwa selama

pemilu pemerintah telah melakukan manipulasi yang memungkinkan kelompok Nawaz

Sharif menang mutlak. Oleh karena itu, menurut Benazir Bhutto keberadaan pemerintah

Nawaz Sharif tidaklah absah. Oposisi juga meminta agar masalah pro dan kontra

mengenai pembentukan pemerintahan nasional serta perdebatan-perdebatan mengenai

pidato Presiden pada Sidang Gabungan Parlemen yang dianggap berat sebelah dan tidak

mencerminkan semua golongan untuk diperdebatkan kembali di parlemen.

Belum lagi ketika terjadi Perang Teluk yang pecah pada bulan Januari 1991,

pemerintahan Nawaz Sharif sempat menghadapi krisis kepercayaan karena keputusannya

yang menyanggupi pengiriman 11.000 tentara Pakistan untuk bergabung dalam pasukan

multinasional pimpinan Amerika Serikat. Keputusannya ini menimbulkan gelombang

protes anti Amerika Serikat. Hal ini dieksploitasi oleh beberapa partai termasuk PPP

untuk mengorganisir protes dan unjuk rasa pro-Irak.105

Posisi Nawaz Sharif dalam hal ini memang sulit, karena disatu pihak dia harus

mendapat dukungan dari rakyat, yang menentang kebijakannya dalam Perang Teluk.

Sedangkan di lain pihak harus menjaga hubungan baik dengan Saudi Arabia dan

Amerika Serikat yang merupakan donor utama Pakistan. Selain itu pengiriman pasukan

ke Saudi Arabia juga sebagai realisasi dari perjanjian antara kedua negara tahun 1982, di

mana keduanya akan saling membantu apabila kemerdekaan dan kedaulatannya

105 Sharif Al Mujahid, “Pakistan History, The Far East And Australia 1993”, h 801.

Page 82: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

terancam. Meskipun keputusan tersebut pada akhirnya telah mengakibatkan keduanya

partai agama Jamaat Islami (JI) pimpinan Qazi Hussain Ahmad dari koalisi IJI dan

mundurnya Menteri Agama Pakistan Abdussatar Niazi dari Jama’at Ulama Pakistan

(JUP), pemerintah masih berhasil mempertahankan posisinya dari protes keras

tersebut.106

Setelah melakukan perjalanannya ke luar negeri selama sebulan, Benazir Bhutto

mulai melancarkan serangannya lagi kepada pemerintah dengan tuduhan bahwa

pemerintah Pakistan telah mencoba menyisihkan peranannya sebagai pemimpin oposisi

serta memfitnah suaminya telah melakukan tindakan kriminal. Benazir Bhutto juga

menuduh pemerintah ingin menyingkirkannya dari Majelis Nasional Pakistan dan partai

politik, dengan cara melancarkan beberapa tuduhan pemerintah terhadap ketidak becusan

Benazir Bhutto dalam memerintah Pakistan, seperti antara lain: korupsi, nepotisme,

ktidakmampuan mengatasi masalah dalam negeri Pakistan, pelanggaran konstitusi,

kegagalan mengendalikan pelanggaran hukum dan tata tertib di propinsi Sindh

konfrontasi antara pusat dan daerah. Polisi juga mengajukan tuntutan kepada beberapa

mantan anggota kabinet Benazir Bhutto dengan tuduhan telah berkomplot membunuh

Altaf Hussain, pemimpin MQM.

Ditengah kritikan-kritikan Benazir Bhutto ini, pemerintah Nawaz Sharif berhasil

menguasai isu yang paling kontroversial mengenai pemberian status legal kepada

Syariah, sebuah Undang-Undang resmi yang menerima hukum Islam. Hal tersebut

disampaikan dalam Sidang Majelis Nasional pada pertengahan April 1991. keberhasilan

ini menjadi acuan bagi panitia terpilih untuk meninjau kembali dan mempertimbangkan

usul-usul perubahan. Perubahan Undang-Undang Syariah diterima oleh Majelis pada

106 Sharif Al Mujahid, “Pakistan History, The Far East and Australia 1995”, h. 833.

Page 83: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pertengahan bulan Mei 1991 dan disetujui oleh Senat dua minggu kemudian Akhirnya,

Presiden Ghulam Ishaq Khan mensahkan Undang-Undang Syariah yang menyatakan Al-

Quran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW sebagai hukum tertinggi di Pakistan.107

Menurut Pemerintah, Undang-Undang tersebut ditujukan untuk meng-Islamkan sistem

ekonomi dan pendidikan Pakistan, serta akan mempercepat proses keadilan bagi rakyat

dan menjadikan Pakistan sebagai negara Islam yang sejahtera108

Undang-Undang tersebut

didukung oleh kaum fundamentalis yang bergabung dalam Jamaat Islami (IJI).

Tetapi Benazir Bhutto yang bertindak selaku pemimpin kubu oposisi, menilai

undang-undang tersebut sebagai kemunduran dan inkounstitusional. Bahkan menurut

Benazir Bhutto, undang-undang tersebut akan mengandung sentiman atau pertikaian di

antara para ulama dan sekte-sekte keagamaan. Sekte minoritas Syiah, sejumlah

intelektual dan kelompok-kelompok kaum feminis juga menentang pemberlakuan

undang-undang yang disetujui Majelis Nasional (16 Mei 1991) dan disahkan Senat (28

Mei 1991) itu. Bahkan partai radikal JUI (Jamiat ul Ulema i-Islami) menganggap undang-

undang tersebut hanya sebagai lelucon, dengan alasan undang-undang itu tak melarang

praktek riba dan pemberian bunga atas pinjaman.109

Persamaan-persamaan anti pemerintah di kalangan partai-partai oposisi telah

menimbulkan semangat persatuan, yang diwujudkan dalam All Parties Conference (APC)

dipimpin ketua Pakistan Democratic Party (PDP), Nawabzada Nasrullah Khan. APC ini

bukan merupakan aliansi, tetapi suatu kerja sama antara beberapa partai yang bertujuan

107Ghulam Ishaq Khan”, data diakses pada 12 November 2008, dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Ghulam_Ishaq_Khan 108 Yudi Prianto, “Setelah Masa Berkabung Usai”, artikel diakses pada 12 November 2008, dari

http://majalah.tempointeraktif.com/id/email/1988/09/03/LN/mbm.19880903.LN28105.id.html 109 Hafid Usman, “Political Parties and Leaders” artikel diakses pada 12 November 2008, dari

http://surf.de.uu.net/bookland/compendia/cia/factbook/fields/political_parties_and_leaders.html

Page 84: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

untuk menggalang persatuan dalam menghadapi pemerintah. Kerja sama tesebut terdiri

dari: PDP, PPP, Tehrik Nifaz Firqah Jafariya, Tehrik i-Istiqlal, PML Qasim Group,

Qaumi Mashrik Awami (QMA), Mazdoor Kissan Party (MKP), dan Hizb-e-Jebeb ini

dimaksudkan untuk mengoreksi dan mengkritik kebijakan pemerintah. Upaya yang

dilakukan di luar parlemen adalah melalui unjuk rasa, pawai demonstrasi, dan rapat-rapat

umum. Hal ini tentu saja sangat mendukung People Democratic Alliance (PDA) sebagai

partai oposisi dalam menghadapi pemerintah.

Banyak cara telah dilakukan pemerintah untuk mengatasi agitasi kaum oposisi.

Untuk mengurangi pengaruh PPP di propinsi Sindh yang dianggap sebagai ancaman

utama terhadap kedudukannya misalnya, Nawaz Sharif mengangkat Jam Saddiq Ali, -

seorang mantan pimpinan PPP yang kurang puas pada Zulfikar Ali Bhutto – sebagai

Ketua Menteri. Selama masa pemerintahan Jam Saddiq Ali ini, dilakukan berbagai cara

untuk menghancurkan kekuatan PPP, baik di parlemen maupun di luar parlemen. Banyak

pemimpin PPP termasuk suami Benazir, Asif Zardari ditahan dengan berbagai tuduhan.

Demikian pula di dalam tubuh IJI, Nawaz Sharif telah melakukan pembersihan

kabinetnya terhadap orang-orang yang dianggap terlalu dekat oposisi atau terlalu vokal

menentang kebijkan pemerintahannya, seperti Menteri Dalam Negeri Zahid Sarfraz dan

Menteri Komunikasi Murtaza Jatoi.110

Pada bulan Juli 1991 pemerintah telah pula mengeluarkan Amandemen ke-12.

Amandemen ke-12 ini sebelumnya telah disetujui oleh Majelis Nasional dan Senat, dan

pada akhirnya disetujui oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan sebagai Undang-Undang No.

15/1991. Di keluarkannya amandemen tersebut berawal dari situasi keamanan dan

110“Asif Ali Zardari”, data diakses pada 12 November 2008, dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Asif_Ali_Zardari

Page 85: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

ketertiban yang sedemikian buruknya yang tidak bisa diatasi dengan segala perangkat

kepolisian dan perundang-undangan yang ada. Dengan disetujuinya Amandemen ke-12

ini telah menjadi bagian dari konstitusi 1973 dan harus ditaati oleh semua pihak tanpa

kecuali dan menjadi dasar hukum bagi pembentukan peradilan khusus di keempat

propinsi.

Menurut pemerintah amandemen ini merupakan senjata ampuh untuk

menegakkan keamanan dan ketertiban masyarakat, di mana proses peradilan terhadap

pelaku kejahatan dipercepat. Namun oposisi meragukan dari amandemen tersebut, karena

kalau sekedar menampung kriminal sebenarnya sudah ada pengadilan. Oleh karena itu

oposisi beranggapan bahwa Amandemen ke-12 lebih dimaksudkan untuk menghukum

lawan-lawan politik dan atau kelompok oposisi. Dugaan oposisi ternyata benar, karena

setelah berlakunya Amandemen ke-12 tersebut maka pemerintahan propinsi terutama di

propinsi Sindh, melakukan penangkapan terhadap tokoh-tokoh dan anggota-anggota PPP,

yang ditangkap sebagai pembunuh, teroris dan penculik.

Untuk memprotes pemerintahan Nawaz Sharif yang dianggapnya akan

menghancurkan partainya ini, Benazir dan beberapa tokoh oposisi lantas melakukan aksi

mogok makan pada Minggu tanggal 4 Agustus 1991. Aksi mogok makan selama 12 jam

di luar gedung parlemen ini sebagai protes menentang aksi penahanan dan penyiksaan

5.000 pendukung partainya.111

Bahkan bersamaan dengan tuduhan-tuduhan Benazir

tenteng terjadinya kecurangan dalam pemilu 1990 yang menyebabkan kerugian besar

bagi PPP, ternyata muncul pengakuan kecurangan dari Naveed Malik mantan Penasehat

Perdana Menteri Nawaz Sharif itu mengaku telah berbuat curang, dengan

111 Rosyadi, “Perjalanan Benazir Bhutto”, artikel diakses pada 12 November 2008, dari

http://suryoele.wordpress.com/page/2/

Page 86: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

mengkoordinasikan dua sel pemilu yang dibentuk untuk memanipulasi hasil pemilu agar

Benazir Bhutto (PPP) tidak menang. Dengan demikian terungkaplah sebagian dari

kecurangan-kecurangan pemilu 1990. Benazir Bhutto menuduh bahwa Presiden Ishaq

Khan lah sebagai penanggung jawab utama dari semua kejahatan ini. Bahkan sebagai aksi

protes bagi pemerintah, Benazir berhasil juga membujuk 18 anggota parlemen PPP untuk

mengundurkan diri.112

Setahun sesudah pemecatannya, Benazir Bhutto mengangkat pula isu skandal

ratusan juta dollar yang melibatkan partai yang sedang berkuasa, sebagai tindakan balas

dendam atas isu yang sama ditimpakan pada pemerintahannya, 1988-1990. Isu skandal

yang tersebut terutama dituduhkan pada lembaga-lembaga koperasi simpan pinjam yang

dijalankan para anggota partai berkuasa, yang berhenti membayar setoran dan memohon

bantuan pemerintah. Koperasi-koperasi itu sebagai salah satu contohnya adalah Lembaga

Keuangan Koperasi Nasional (Nation Industrial Credit Financial Corporation – NICFC),

dimiliki anggota partai IJI pimpinan Perdana Menteri Nawaz Sharif.113

Benazir Bhutto menuding Nawaz Sharif dan Menteri Dalam Negeri Shujaan

Hussain telah mengambil pinjaman dalam jumlah besar dari koperasi untuk membiayai

usaha pribadi mereka. Hal ini merupakan pelanggaran terhadap Undang-Undang

Koperasi Masyarakat tahun 1952 yang tidak membenarkan untuk memberikan pinjaman

kepada Perseroan Terbatas (PT). Ada dugaan kuat bahwa perusahaan milik Perdana

Menteri dalam semalam meminjam Rs. 300 juta dari Muslim Commercial Bank dalam

112 Serangan-serangan Benazir Bhutto, ditanggapi Nawaz Sharif dalam sebuah pidato hari

Kemerdekaan Pakistan, 14 Agustua 1991 di Lahore dengan kemarahan, kebencian dan ancaman. Pada saat yang sama, Nawaz Sharif telah pula mendeklarasikan dirinya sebagai pembawa panji prinsip-prinsip Ali

Jinnah. Juga pada hari ulang tahun kematian Zia Ui Haq tiga hari kemudian, ia mengangkat dirinya tersebut

sebagai penjaga warisan Zia Ui Haq, lihat Rais Ahmad Khan, ASIAN SURVEY, h.131.

113 Zacky Khairul Umam, “Pakistan dan Demokrasi yang Tersisih,”artikel diakses pada 12

November 2008, dari http://klikinter.blogspot.com/2007_12_01_archive.html

Page 87: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

rangka membayar kembali hutang-hutangnya kepada NICFC. Dinyatakan juga bahwa

jaminan atas pinjaman tersebut dinaikan secara tidak wajar, sertifikat-sertifikatnya

dipalsukan dan pinjaman-pinjaman baru disetujui tanpa melihat adanya keganjilan-

keganjilan pada pinjaman-pinjaman sebelumnya. Salah satu Perseroan Terbatas yang

dimaksud PDA adalah milik Perdana Menteri, The Itterfaq Group of Industries, yang

memberi hak para pemegang deposito NICFC sejumlah Rs. 61 juta dengan diskon sangat

besar. Namun, pada akhirnya para pemegang deposito tersebut justru kehilangan harapan

untuk menerima uangnya kembali.114

Perdana Menteri membentuk komisi untuk menyelidiki sebab-sebab kebangkrutan

bank-bank koperasi dan mencari segala cara dan upaya untuk mengembalikan uang para

penyetor. Tetapi komisi tersebut gagal bertindak cepat, bahkan hanya memfokuskan

usahanya untuk membersihkan nama Ittefaq Industries tanpa memikirkan cara untuk

memecahkan inti masalah. Pemerintah benar-benar telah dipermalukan dengan tuduhan-

tuduhan ini, sebab persoalannya hampir sama dengan tuduhan Presiden atas Benazir

Bhutto dan kelompoknya yang kasusnya justru sedang dalam proses pengadilan.

C. 2. Menggalang Demonstrasi

Dalam hal ini menurut Benazir, masalah nasional hanya dapat diselesaikan

melalui wakil-wakil rakyat yang murni, baik di Majelis Nasional, Senat, maupun Majelis

Propinsi. Lebih jauh, Benazir Bhutto pada awal September 1992 menyelenggarakan

rapat-rapat umum untuk menuntut pengunduran pemerintahan Nawaz Sharif, seperti rapat

di kota Taxila (35 kilometer dari kota Islamabad) dan kota Marri (sebelah utara

114 Mohammad Waseem, “ ASIAN SURVEY”, h. 628.

Page 88: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Islamabad).115

Sikap Benazir ini didukung hampir seluruh kalangan oposisi. Mereka yang

tergabung dalam PDA itu, berdemonstrasi menentang kepemimpinan Nawaz Sharif.

Dalam arak-arakan yang berlangsung dipimpin Benazir Bhutto, demonstran bergerak dari

Rawalpindi menuju Islamabad sejauh 15 kilometer, sambil meneriakkan agar pemilu

dipercepat. Namun polisi Pakistan telah menggagalkan rencana demonstrasi secara besar-

besaran tersebut.

Sebelumnya, pemerintah sebenarnya telah melarang Benazir Bhutto memimpin

demonstrasi di parlemen. Bahkan pemerintah telah memberlakukan larangan berkumpul

lebih dari lima orang di Islamabad selama dua bulan sejak hari itu juga. Namun Benazir

mengatakan akan menentang perintah itu dan meneruskan rencana Long Marchnya

dengan rute sepanjang 18 kilometer dari Rawalpindi ke gedung parlemen di Islamabad

pada 18 November 1992.116

Ribuan personil para militer dan polisi menutup kota Islamabad dan mengepung

rumah Benazir Bhutto guna mencegah rencana Long Marchnya ke gedung parlemen.

Tentara menggelar ratusan meter kawat berduri di antara pepohonan di sepanjang rute

menuju parlemen. Sementara itu ribuan polisi dan personil para militer beresnjata

senapan berderet di sepanjang jalan, memblokir persimpangan-persimpangan utama dan

memeriksa kartu identitas. Polisi menahan ribuan anggota PPP di seluruh Pakistan, mulai

dari desa-desa terpencil di Kashmir hingga ke Karachi. Selain para anggota PPP, Benazir

Bhutto dan para pemimpin oposisi lainnya juga ditahan. Bahkan sebelumnya, polisi

setempat pula menembakkan berlusin-lusin bom gas air mata terhadap mantan Perdana

115 Triyono Lukmantoro, “Negara-Bangsa dan Politik Kehidupan”, data diakses pada 13

November 2008, dari http://danielpinem.wordpress.com/pemikiran- -september-1992-2/ 116 Arif Budiman, “Pemerintahan Nawaz Sharif”, data diakses pada 13 November 2008, dari

http://zhyntativ.blogspot.com/

Page 89: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Menteri Pakistan itu ketika menuju Rawalpindi, di mana ribuan rakyat menunggunya

untuk bersama-sama menuju gedung parlemen di Islamabad guna menuntut pemilu baru

dan penggantian pemerintahan.

Setelah ditangkap, Benazir Bhutto ditahan di kota Karachi serta dilarang

menginjakkan kakinya di Islamabad selama 30 hari. Di Karachi, ia dan ibunya, Nusrat

Bhutto ditahan di rumah masing-masing yang sudah dipersiapkan menjadi penjara kecil

oleh Departemen Urusan Dalam Negeri. Semua peraturan penjara diberlakukan di rumah.

Meskipun gagal melaksanakan Long March, namun Benazir Bhutto tetap berhasil

membuat Islamabad menjadi lumpuh. Bahkan sekalipun tanpa Benazir, demonstrasi tetap

berlangsung dan melebar bukan hanya di Islamabad dan Karachi tetapi juga di kota-kota

besar lainnya seperti Lahore dan Peshawar. Akibatnya polisi terpaksa menggunakan gas

air mata untuk membubarkan massa. Dalam kerusuhan tersebut belasan orang cedera

serius dan ratusan lainnya terpaksa ditahan.117

Para pejabat pemerintah tampaknya terpancing oleh provokasi Benazir Bhutto.

Mereka, termasuk Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Presiden Ghulam Ishaq Khan. Bagi

Nawaz Sharif, Long March yang dimobilisir Benazir Bhutto memang menimbulkan

berbagai kekhawatiran. Sharif menyadari bahwa partainya sudah tidak populer lagi,

terutama dengan adanya beberapa kelompok yang memisahkan diri dari koalisi IJI,

seperti Jamaat Islami (JI) dan Pakistan Moslem League (PML) Chatta group. Sementara

itu di mata pers, Nawaz Sharif juga mendapat nama buruk akibat tindakannya yang

mencoba menyingkirkan beberapa wartawan terkemuka, seperti Ghulam Hussain dan

Shareen Sehbai. Berbagai tindakan Benazir Bhutto tadi ternyata memberi keuntungan

117 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 153.

Page 90: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pada dirinya yang memang sedang berusaha menarik perhatian, baik di dalam negeri

maupun dari kalangan masyarakat international.

Gagal melakukan Long March, Benazir Bhutto mengubah rencana menjadi suatu

perjalanan kereta api sepanjang 1600 kilometer dari selatan ke Utara menuju Rawalpindi

dan diteruskan ke gedung parlemen di Islamabad guna berkampanye untuk

menggulingkan pemerintahan Nawaz Sharif. Benazir dan ibunya ingin memborong tiket

kereta api untuk para pemimpin partai yang tergabung dalam PDA, tetapi ditekan

pemerintah dengan alasan kehabisan tempat duduk. Namun akhirnya pemerintah tidak

dapat mencegahnya lagi karena pada tanggal 23 November 1992, kereta api Khyber Mail

berhasil membawa Benazir Bhutto dan para pemimpin partai yang tergabung dalam PDA

ke kota-kota Selain Pakistan, Hyderabad dan Bahawalpur. Ribuan massa mengelu-elukan

kedatangan para pemimpin oposisi tersebut, terutama ketika Benazir Bhutto mengunjungi

Lahore dengan berkunjung ke tempat ziarah Muslim untuk berdoa demi keberhasilan

kampannyenya untuk menggulingkan pemerintah.118

Melihat gelagat yang tidak menguntungkan ini, pemerintah kemudian menyatakan

kesediaannya untuk berdialog dengan oposisi, namun dengan syarat oposisi harus

mengakui keberadaan parlemen dan tidak akan melakukan provokasi terhadap

pemerintah. Oposisi ganti mengajukan syarat: pemerintah harus membebaskan semua

tahanan politik; menarik semua tuduhan terhadap oposisi; mempekerjakan kembali

buruh-buruh atau pegawai negeri yang telah dipecat; serta diadakannya pemilu yang

bebas dan jujur untuk pembentukan pemerintahan nasional.

Sebenarnya keinginan Nawaz Sharif untuk berdialog dengan oposisi tersebut

masih dihalangi beberapa tokoh IJI, termasuk Presiden Ishaq Khan. Upaya kerja sama

118Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Isla, h. 155-159.

Page 91: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

antara oposisi dan pemerintah hanya terlihat “berhasil” di propinsi Sindh, terutama

dibentuknya pemerintahan baru dipimpin Muzzafar Hussain Shah. Sedangkan di

propinsi-propinsi lain apalagi di propinsi Punjab kerja sama sulit diwujudkan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa dialog tersebut masih belum berhasil diwujudkan karena antara

kedua belah pihak saling memberikan persyaratan yang sulit diterima oleh masing-

masing pihak.

Mantan Perdana Menteri sementara Ghulam Mustafa Jatoi telah berusaha

menjembatani perbedaan antara Presiden Ghulam Ishaq Khan dengan pemimpin oposisi

Benazir Bhutto. Upaya ini belum menampakan hasil. Satu-satunya instrument yang bisa

mengarah kepada pendekatan antara pemerintah dengan oposisi adalah dengan

diterimanya tawaran pemerintah oleh Benazir Bhutto untuk menjadi Ketua Standing

Committee Parlemen Luar Negeri.

Pencalonan Benazir Bhutto tersebut adalah atas inisiatif Menteri Luar Negeri

Mohammad Siddique Khan Kanju. Inisiatif tersebut diterima baik oleh Nawaz Sharif,

dengan menyatakan bahwa tawaran pemerintah ini tulus dan beritikad baik, yang

diharapkan akan dapat membuka saling pengertian dan kerja sama yang baik antara

pemerintah dengan oposisi mengenai masalah nasional. Benazir Bhutto meskipun

menanggapi pemilihannya tersebut sebagai tanda-tanda yang baik dalam membentuk

hubungan kerja sama yang positif antara pemerintah dengan oposisi, namun hal ini tidak

dapat dikaitkan dengan usaha kearah dialog antara oposisi dengan pemerintah. Apalagi

Komite urusan Luar Negeri ini tidak mempunyai otoritas yang memadai, karena hanya

mampunyai kekuasaan administratif dan keuangan saja. untuk itu, Benazir Bhutto tetap

akan terus menuntut pemerintah agar segera dilaksanakan pemilu yang baru. Namun,

Page 92: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Majelis Nasional pun akhirnya secara bulat memilih ketua oposisi Benazir Bhutto sebagai

Ketua Panitia tetap Majelis Nasional urusan Luar Negeri, tanggal 12 januari 1993.119

C. 3. Mendesak untuk diadakannya Pemilu

Dengan ini terlihat jelas bahwa berbagai tekanan yang dilakukan Benazir Bhutto

(oposisi) untuk menjatuhkan pemerintahan Nawaz Sharif semakin hari kian gentar, baik

di forum parlemen maupun di luar parlemen. Di parlemen, usaha-usaha oposisi selalu

gagal karena mayoritas suara dipegang oleh partai pemerintah (IJI). Sedangkan di luar

parlemen Juga tidak menunjukan hasil karena pihak pemerintah dan Angkatan Bersenjata

ikut terlibat dalam menggagalkan usaha oposisi tersebut. Beberapa kali oposisi

mengadakan “Long March” yang dimulai pada tanggal 18 November 1992, dari kota-

kota besar seperti Karachi, Multan, Lahore dan Peshawar menuju ibukota Islamabad.

Kondisi Long March didukung tidak hanya aliansi PDA yang berintikan PPP pimpinan

Benazir Bhutto, tetapi juga beberapa aliansi oposisi lain seperti National Democratic

Alliance (NDA) dan Islamic Democratic Front (IDF). Namun selalu gagal menembus

pertahanan pemerintah yang melibatkan Angkatan Bersenjata.

Selama Long March telah dilakukan protes-protes keras terhadap pemerintah,

baik melalui media massa maupun parlemen, namun tampaknya pemerintah masih kuat

untuk meredam gejolak politik tesebut. Perdana Menteri Nawaz Sharif dalam

mengimbangi Long March oposisi telah mengadakan rapat-rapat umum di daerah. Hal ini

dilakukan karena Nawaz Sharif khawatir akan kehilangan pengaruh akibat Long March

oposisi tersebut. Bahkan pemerintah telah berusaha untuk melakukan pendakatan

terhadap oposisi dengan mengadakan diolog antara pemerintah dengan oposisi. Namun

119Usman Hamid, “Perjalanan Benazir Bhutto”, artikel diakses pada 14 November 2008, dari

http://www.ciptapangan.com/index.php?action=view_all_news&module=newsmodule&src=%40random44

bde58d708c5

Page 93: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

usaha pemerintah tersebut tidak berhasil karena adanya persyaratan dari kedua belah

pihak yang tidak bisa diterima oleh masing-masing pihak maupun pihak lain.

Meskipun Benazir Bhutto berusaha semaksimal mungkin dalam upaya-upaya

menggoyahkan pemerintahan Nawaz Sharif, tetapi selama Presiden dan Angkatan Darat.

Masih dalam satu barisan dengan pemerintah, sulit bagi oposisi untuk menjatuhkan

Perdana Menteri Nawaz sharif walaupun dengan dalih atau cara apapun.

Oposisi berharap bahwa kampanye menentang Presiden itu akan menunjukkan

bahwa sistem pemerintah yang dijalankan oleh pemerintah Nawaz Sharif tidaklah lebih

baik dari apa yang telah dijalankan oleh pemerintahan Benazir Bhutto. 120

Oleh karena

itu, oposisi berpendapat bahwa untuk mengatasi memburuknya keamanan dan ketertiban

Pakistan perlu diambil tindakan drastis, yaitu penggantian Presiden dan Perdana Menteri.

Oposisi mendesak agar segera diadakan pemilu bebas dan jujur di bawah pemerintahan

sementara yang netral tanpa adanya intervensi Angkatan Bersenjata.

120 Shahid Javed Burki, “Pakistan’s Cautious Democtatic Course, Current History”, h. 122.

Page 94: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

BAB IV

KEMBALINYA BENAZIR BHUTTO DALAM KEKUASAAN POLITIK

TAHUN 1993

Nawaz Sharif akhirnya mengalami nasib yang sama dengan Benazir Bhutto.

Presiden Ghulam Ishaq Khan yang pada masa sebelumnya merupakan sekutu dekat

Nawaz Sharif, akhirnya membubarkan pemerintahan Nawaz Sharif pada tanggal 18 April

1993 dengan tuduhan korupsi, melakukan malperaktek di bidang administrasi

pemerintahan, serta dituduh berbuat subversive terhadap kekuasaan Presiden.121

Atas

dasar tuduhan-tuduhan itulah kemudian dia dipecat dan Majelis Nasional dibubarkan.

Selain itu pemilihan umum yang baru ditetapkan untuk dilaksanakan bulan Juli 1993.

Berakhirnya kekuasaan Nawaz Sharif dalam memimpin Pakistan (1990-1993) ini,

tentu saja membawa kegembiraan bagi Benazir Bhutto yang memang telah lama

berambisi untuk menyingkirkan Nawaz Sharif dari kekuasaannya. Kegembiraan tersebut

menjadikan lengkap setelah Ghulam Ishaq Khan pada akhirnya sepakat mundur dari

panggung politik Pakistan bersama-sama dengan Nawaz Sharif. Hal itu memperlancar

121“Biography of Nawaz Sharif ,” data ini diakses pada 13 November 2008, dari

http://www.pmln.org.pk/profile.php

Page 95: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Benazir Bhutto untuk meraih kekuasaan melalui pemilu yang akan segera dilaksanakan.

Apalagi militer sebagai unsur yang paling menentukan dalam politik Pakistan ternyata

mengambil sikap yang lebih realistis, dengan membiarkan terlaksananya pemilu secara

jujur dan adil. Pemilu tersebut akhirnya dimenangkan PPP. Benazir Bhutto pun akhirnya

tampil kembali ke puncak kekuasaan di Negara Pakistan pada tanggal 19 Oktober 1993.

Untuk mendapatkan gambaran secara lebih jelas tentang faktor faktor

keberhasilan Benazir Bhutto dalam usahanya meraih kekuasaan, pada bab ini akan

diuraikan lebih luas mengenai perpolitikan Pakistan pada waktu itu, mulai dari konflik

antara Ishaq Khan-Nawaz Sharif yang menyebabkan kejatuhan Nawaz Sharif, sikap

politik militer menjelang pemilu sampai terlaksananya pemilu Pakistan tahun 1993 yang

akhirnya mampu mengantarkan Benazir Bhutto ke kursi Perdana Menteri untuk kedua

kalinya di Republik Pakistan.

A. Konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif

Salah satu faktor keberhasilan Benazir Bhutto meraih kembali kekuasaan menjadi

Perdana Menteri adalah dengan adanya konflik Ishaq khan-Nawaz Sharif, dimana kedua

tokoh ini yang tadinya bersama-sama melawan Benazir Bhutto untuk mengganjal untuk

tidak terpilih menjadi menteri pada pemilu 1990. tetapi pada akhirnya kedua tokoh ini

pun dihadapkan pada perselisihan yang menyebabkan permusuhan di antara keduanya.

Konflik antara Ishaq Khan-Nawaz Sharif sebenarnya berakar pada Amandemen

ke-8, dimana Presiden dapat memecat Perdana Menteri, dengan berlakunya Amandemen

ke-8 sistem parlementer telah berubah menjadi kekuasaan “tunggal” di bawah Presiden

dengan kekuasaan di bidang eksekutif, yudikatif dan militer. Sedangkan sistem

Page 96: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

parlementer sesungguhnya Presiden tidak bisa memecat Perdana Menteri karena

wewenang memecat Perdana Menteri hanya berada di tangan parlemen.

Dengan adanya konflik ini sangatlah menguntungkan Benazir Bhutto sebagai

pemimpin Oposisi, disini Benazir dapat menyikapi konflik tersebut dengan baik yang

menyebabkan peluang untuk menggulingkan pererintahan Nawaz Sharif semakin nyata.

A. 1. Pemecatan Perdana Menteri Nawaz Sharif oleh Presiden Ishaq Khan.

Tindakan Presiden Ghulam Ishaq Khan memecat Nawaz Sharif terjadi terutama

setelah kemunculan Nawaz Sharif di televisi yang menuduh Presiden Ghulam Ishaq Khan

telah mengganggu stabilitas pemerintahan terpilih yang dipimpinnya. Pemecatan ini

ternyata membuat “goncangan” politik yang luar biasa. Perdana Menteri menolak

keputusan Presiden itu. Ia menyatakan bahwa dirinya mempunyai dukungan yang sangat

besar di Majelis Nasional dan oleh karenanya tidak akan mundur ataupun menyerah.

Bahkan Sharif menantang Presiden Ghulam Ishaq Khan untuk “bertarung” di pengadilan.

Maka percekcokan pun memuncak diantara dua orang yang paling berkuasa di Pakistan,

yang telah berlangsung sejak berbulan-bulan.

Selama lebih kurang dua tahun Nawaz Sharif telah bekerja sama dengan Ghulam

Ishaq Khan dan Angkatan Bersenjata dalam menjalankan pemerintahan. Namun keadaan

berubah pada tahun 1992, ketika Nawaz Sharif mulai secara sepihak menjalankan roda

pemerintahan. Bahkan akhirnya timbul pula ketidak cocokan tentang pengangkatan

pejabat-pejabat senior di Angkatan Bersenjata, Lembaga Yudikatif dan pertahanan

sipil.122

Percekcokan yang paling seruis mencuat ketika Kepala Staf Angkatan Darat,

122 Deepak Tripathi, “Pakistan in Turmoul, h. 102.

Page 97: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Jenderal Asif Nawaz Janjua mendadak meninggal dunia pada tanggal 3 Januari 1993.123

Nawaz Sharif dan Ghulam Ishaq Khan masing-masing memiliki kepentingan atas

pengangkatan Kepala Staf Angkatan Darat yang baru, karena pengaruhnya yang besar

dalam perpolitikan Pakistan. Nawaz Sharif diketahui telah berusaha mengusulkan

beberapa nama atas pilihannya sendiri untuk menggantikan jabatan tersebut. Nawaz

Sharif kesal karena Presiden sering campur tangan dalam hal kewenangannya sebagai

Perdana Menteri di dalam menjalankan pemerintahan. Ia ingin menaruh orangnya sendiri

pada posisi tersebut, yaitu orang yang akan mendukungnya, atau paling tidak akan tetap

netral. Namun ketiga nama yang diusulkan Nawaz Sharif ditolak Presiden Ghulam Ishaq

Khan dan sekutunya di Angkatan Bersenjata.

Presiden menginginkan seorang sekutu yang terpercaya, tidak hanya untuk

menjaga kekuasaan Presidensial yang besar, sebagai akibat dari Amandemen ke-8 dalam

konstitusi Pakistan, tetapi juga untuk membantunya terpilih kembali untuk masa jabatan

kedua dalam pemilihan Presiden yang akan dilakukan 10 bulan berikutnya. Presiden

Ghulam Ishaq Khan akhirnya menunjuk Jenderal Abdul Waheed Kakar, rekan sejawat

yang masih satu suku dengan Presiden, sebagai Kepala Staf Angkatan Darat yang baru,

melompati enam oring Letnan Jenderal yang senior tanpa konsultasi dengan Perdana

Menteri.124

Walaupun kedua pemimpin itu sepertinya mencapai konsensus dalam pemilihan

tersebut, bentrokan kepentingan antar keduanya menjadi jelas bagi umum, Nawaz Sharif

123

“Asif Nawaz”, data diakses pada 13 November 2008, dari http://en.wikipedia.org/wiki/Asif_Nawaz

124 Tahir Amin,” Pakistan in 1993: Some Dramatic Changes”, ASIAN SURVEY, Vol. XXXIV, No.

2, February 1994, h. 192.

Page 98: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

mengumumkan bahwa ia menginginkan agar Amandemen ke-8 dihapuskan, sehingga

kekuasaan akan kembali ke Perdana Menteri dan parlemen.

A. 2. Kontroversi Amandemen ke-8

Percekcokan antara Presiden dengan Perdana Menteri di Pakistan sebenarnya

berakar pada Amandemen ke-8 yang telah diberlakukan oleh Jenderal Zia Ul Haq pada

tanggal 2 Maret 1985.125

Amandemen tersebut memungkinkan Presiden mempunyai

kekuasaan untuk menghapus atau membatalkan kabinet pemerintahan terpilih hasil

pemilu, serta memungkinkan Presiden menunjuk Dewan Militer atau Pejabat Militer

untuk menjalankan pemerintahan.

Nawaz Sharif berpendapat bahwa bentuk pemerintahan pada saat ini telah

melangkahi kewenangannya sebagai kepala pemerintahan. Sistem parlementer

sesungguhnya tidak memperbolehkan Presiden untuk campur tangan dalam urusan

pengadilan pemerintahan sehari-hari dan tidak bisa memecat Perdana Menteri kerena

wewenang memecat Perdana Menteri hanya berada di tangan parlemen, namun akibat

berlakunya Amandemen ke-8, system parlementer telah berubah menjadi kekuasaan

“tunggal” di bawah Presiden dengan kekuasaan di bidang eksekutif, yudikatif, militer dan

pemerintahan daerah.

Berkat Amandemen ke-8 dalam konstitusi, Presiden juga diberikan hak

prerogratif untuk mengangkat pejabat-pejabat tinggi di kalangan Angkatan Bersenjata,

pengangkatan gubernur untuk empat propinsi dan pengangkatan hakim pada Mahkamah

Agung. Namun penunjukan oleh Presiden tersebut harus mendapat persetujuan dari

angkatan bersenjata. Dengan demikian berarti bahwa militer selalu berada di belakang

125 Yudi Prianto, “About the Islamic Republic of Pakistan”, data ini diakses pada 13 November

2008, dari http://zhyntativ.blogspot.com/2008_07_01_archive.html

Page 99: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

penobatan aktor-aktor politik di Pakistan. Angkatan Bersenjata adalah jaminan yang

paling canggih bagi stabilitas keamanan negara tersebut.

Presiden menyatakan bahwa adalah tugasnya untuk melindungi konstitusional,

termasuk di dalamnya Amandemen ke-8, yang ia warisi dari Zia ul-Haq dan merupakan

“kunci pengaman” dari hukum militer dan kuatnya kedudukan Presiden. Dampaknya

adalah para birokrat yang dekat dengan presiden seringkali tidak menunjukkan rasa

hormatnya terhadap Perdana Menteri Nawaz Sharif. Sementara itu para Ketua Menteri

propinsi serigkali melecehkannya sampai-sampai tidak menyebutnya saat Perdana

Menteri Nawaz Sharif mengunjungi mereka. Sebaliknya jika para ketua Menteri tersebut

berkunjung ke Islamabad, mereka hanya mengadakan kunjungan kehormatan kepada

Presiden tetapi tidak kepada Perdana Menteri. Bahkan sejak penunjukannya, Kepala Staf

Angkatan Darat yang baru mengadakan kunjungan kehormatan sebanyak hanya dua kali

ke Perdana Menteri, namun sedikitnya sudah enam kali pertemuan dengan Presiden.

Tidak jelas apa yang menyebabkan Nawaz Sharif memilih berseteru dengan

Presiden, padahal dia tidak memiliki 2/3 suara mayoritas di Majelis Nasional yang

diperlukan untuk menghapus suatu amandemen. Ia juga tidak memiliki hubungan yang

baik dengan PPP, partai oposisi utama pimpinan Benazir Bhutto yang juga tidak

mengakui hasil pemilu tahun 1990.

Dalam konflik tersebut Presiden akhirnya merekayasa atau perpecahan di dalam

partai yang berkuasa, yaitu Pakistan Muslim League (PML) yang menghasilkan banyak

menteri yang mengundurkan diri. Beberapa orang menteri yang mengundurkan diri

adalah Menteri Negara Urusan Zakat Haji Gul Sher, Menteri perencanaan pembangunan

Hamid Naser Chatta, Menteri Lingkungan Hidup Anwar Saifullah dan penesehat resmi

Page 100: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

setingkat menteri Asad Junejo. Atas tekanan ghulam Ishaq Khan, para menteri kabinet

mulai mengucilkan Nawaz Sharif. Nawaz Sharif yang mulai menyadari kesalahannya,

kemudian berusaha menawarkan Ghulam Ishaq Khan suatu nominasi resmi dari partai

yang berkuasa (IJI) untuk menjadi Presiden yang kedua kalinya, tetapi Presiden menolak

tawaran damai itu.

Memperkirakan dia akan segera dipecat, Nawaz Sharif melakukan suatu pidato

yang keras di televisi pada tanggal 17 April 1993 yang menyalahkan Presiden sebagai

“akar” dari krisis politik yang terjadi, dan menyatakan:

“I will not resign and Iwill not take dictation.126

[“Saya tidak akan mundur dan saya tidak

akan mau didikte.”]

Sebaliknya pada 18 April 1993 Presiden menyatakan, pidato Nawaz Sharif itu sebagai

suatu aksi “sebversi” dan menuduh pemerintahan Nawaz Sharif telah berbuat korupsi,

nepotisme, melecehkan lawan-lawan politik, kurangnya transparansi dalam proses

swastanisasi. Bahkan Ghulam Ishaq Khan secara implisit juga menuduh pemerintah

sebagai bertanggung jawab atas kematian mantan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal

Asif Nawaz Janjua, sehubungan dengan pernyataan janda Jenderal tersebut bahwa

suaminya tidak meninggal secara wajar, melainkan karena suatu pembunuhan politis

akibat diracun oleh persekongkolan yang melibatkan Brigjen Imtiaz (kepala Intelejen)

dan Nisar Ali (penasehat Nawaz Sharif).127

Kedua orang tersebut lantas dicopot dari

jabatannya atas desakan Ghulam Ishaq Khan.

Ghulam Ishaq Khan kemudian menginstruksikan pada Nawaz Sharif agar

melakukan penyelidikan atas laporan janderal Asif Nawaz Janjua tersebut. Namun lagi-

126 Tafsir Amin,’ ASIAN SURVEY”, h. 193. 127

Firman Noor, “Bhutto, Sosialisme, dan Islam”, artikel ini diakses pada 13 November 2008, dari http://jawabali.com/ada/pakistan/

Page 101: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

lagi Nawaz Sharif menunjukkan sikap menentang. Sehingga Ghulam Ishaq Khan semakin

mantap untuk mengeluarkan keputusan memecat Nawaz Sharif. Dengan menggunakan

kekuatannya yang didukung oleh Amandemen ke-8, Ghulam Ishaq Khan memecat

Perdana Menteri tinggal 18 April 1993, membubarkan Majelis Nasional, dan

mengumumkan pemilu baru yang akan dilaksanakan pada tanggal 14 juli 1993 di bawah

kepemimpinan Perdana Menteri sementara, Mir Balakh Sher Mazari. PPP menjadi unsur

utama dalam pemerintahan sementara.

Namun pemerintahan sementara itu hanya bertahan enam minggu. Mahkamah

Agung atas dasar petisi tertulis dari Nawaz Sharif, menyatakan bahwa keputusan

Presiden tersebut adalah illegal dan tidak konstitusional. Mahkamah Agung dengan

perbandingan suara 10 : 1 mengumumkan bahwa tindakan Presiden memecat Nawaz

Sharif dan membubarkan Majelis Nasional adalah telah melampaui batas-batas

kekuasaannya, dan oleh karenanya lantas mengembalikan kekuasaan Perdana Menteri

Nawaz Sharif dan Majelis Nasional.

Tak lama setelah kembali menjabat Perdana Menteri, akhir bulan Mei 1993,

Nawaz Sharif segera menempatkan kembali 137 anggota parlemen pusat di Islamabad

dan parlemen propinsi Punjab dengan dikawal beberapa polisi federal. Kebijakan ini

mendapat tantangan keras dari Mansor Watto Ketua Menteri Punjab, dengan cara

mengirim polisi Punjab serta menagkap beberapa orang kiriman Nawaz Sharif. Bahkan

Mansor Watto dengan dukungan gubernur Punjab, Chaudhury Altaf Hussein segera

membubarkan parlemen propinsi.

Tindakan tersebut jelas ditentang Nawaz Sharif. Sebab, jika ia menerima

maneuver politik Chaudhury Altaf Hussein ini berarti Nawaz Sharif harus melaksanakan

Page 102: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pemilu baru bagi parlemen propinsi itu. Padahal masa pemerintahan dan masa tugas

parlemen hasil pemilu baru berakhir tahun 1995. keberatan Nawaz Sharif ini mendapat

dukungan dari Pengadilan Tinggi Punjab, sehingga pada tanggal 28 Juni 1993 keberadaan

majelis itu dikukuhkan kembali.128

Namun pemerintahan Punjab Pro-Ishaq Sharif untuk

memperkuat posisinya di propinsi asalnya itu. Pada saat yang sama Majelis propinsi

North West Frontier Province (NWFP) dibubarkan, dan suatu mosi tidak percaya

diajukan terhadap Ketua Menteri propinsi Sindh. Dengan memanipulasi perpolitikan

propinsi, Presiden kemudian mengisolasi pemerintah pusat pimpinan Perdana Menteri

Nawaz Sharif.

Pemerintahan Nawaz Sharif lantas berusaha mengeluarkan pasal 234 di parlemen,

dalam upaya mendapatkan kembali kendali atas Punjab. Krisis makin menjadi ketika

Angkatan Darat memutuskan untuk menolak menerima perintah dari pemerintah pusat

tanpa persetujuan Prsiden. Angkatan darat memiliki kepentingan untuk berpihak pada

Presiden, mengingat bahwa Jenderal Abdul Waheed Kakar adalah orang pilihan Ghulam

Ishaq Khan. Apalagi antara Angkatan Bersenjata dengan pemerintahan Nawaz Sharif

tampaknya juga timbul perselisihan karena kecewa dengan hasil operasi militer di

propinsi Sindh dalam rangka memberantas kelompok bandit dan pejabat politik.

A. 3. Sikap Benazir Bhutto terhadap konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif

Akibat pertentangannya dengan Presiden sejak februari 1993, pendukung Nawaz

Sharif terpecah menjadi dua kubu pro-Nawaz Sharif dan Pro Ishaq Khan.129

Perpecahan

ini tentunya akan berakibat fatal dalam pemilu berikutnya karena sebelum pecah kedua

kubu tersebut adalah merupakan satu kekuatan melawan Benazir Bhutto. Bahkan dengan

128“North-West Frontier Province”, data ini diakses pada 13 November 2008,

darihttp://en.wikipedia.org/wiki/North-West_Frontier_Province 129 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 198.

Page 103: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

adanya kedua kubu tersebut, bukan mustahil kubu yang pro-Ishaq Khan nantinya akan

mendukung Benazir Bhutto dalam pemilu 1993.

Benazir Bhtuto saat itu mendapatkan posisi menguntungkan, karena baik

Presiden maupun Perdana Menteri berusaha mendapatkan dukungannya ia kemudian

mengambil kebijakan dua-jalur, yaitu ia bersedia berkompromi dengan pemerintah dan

menerima tawaran jabatan tersebut dari pemerintah Nawaz Sharif adalah karena ia ingin

menggalang kekuatan dengan Nawaz Sharif untuk bersama-sama menghapuskan

Amandemen ke-8 yang memberi kewenangan kepada Presiden untuk membubarkan

parlemen hasil pemilu dan memecat Perdana Menteri yang selama ini mereka anggap

telah menghalangi kekuasaan Perdana Menteri dalam memimpin pemerintahan. Dengan

kedekatannya terhadap pemerintah, ia saat itu juga berusaha untuk mengeluarkan

suaminya, Asif Zardari dari penjara.

Akan tetapi diluar dugaan ia sekaligus juga melakukan tawar menawar rahasia

dengan Presiden, dan meyakinkan Ghulam Ishaq Khan bahwa ia akan mendukung

Presiden untuk melawan Nawaz Sharif maupun untuk pemilihan Presiden berikutnya, dan

sebagai balasannya ia akan mendapatkan pemilu secepatnya. Pertanyaan yang muncul,

kenapa Benazir Bhutto mendukung pemecatan Nawaz Sharif padahal tindakan Presiden

Ghulam Ishaq Khan yang seperti ini pernah dikecamnya ketika ia mengalaminya pada

tahun 1990? Alasannya adalah: Pertama, Ishaq Khan berjanji akan memberi beberapa

jabatan Menteri dalam kabinet sementara kepada kubu Benazir. Kedua, Ishaq Khan

berjanji untuk segera melaksanakan pemilu yang akan menggantikan pemerintahan

Nawaz Sharif. Benazir berharap bahwa lewat pemilu mendatang, partainya akan menang.

Ketiga, apabila partainya menang dalam pemilu 1993, Benazir Bhutto berharap dirinya

Page 104: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

bisa tampil lagi menjadi Perdana Menteri Pakistan. Posisi Benazir yang ambivalen ini

memperkeruh persaingan kekuasaan antara Perdana Menteri dan Presiden.130

Lebih jauh lagi, sikap benazir Bhutto ini akhirnya juga telah menyulut kembali

permusuhan Benazir Bhutto-Nawaz Sharif, yang semula sempat mereda. Sebenarnya

dukungan Benazir Bhutto terhadap Ghulam Ishaq Khan tidaklah menguntungkan dirinya,

misalnya: pertama, jika saja ia tetap konsisten pada sikapnya, tentu kekuatan Benazir

Bhutto-Nawaz Sharif akan mampu menghapus amandemen ke-8 yang selama ini

dianggap telah menghambat terwujudnya kehidupan demokratis di Pakistan. Kedua,

Ishaq Khan ternyata telah melanggar kesepakatan dengan memberikan jatah jabatan

menteri tidak lebih dari seperempat jumlah kabinet. Benazir merasa kecewa, meskipun

suaminya telah pula menduduki salah satu dari jabatan menteri tersebut. Lebih sial lagi,

pemerintahan Nawaz Sharif yang telah dipecat oleh Ishaq Khan ternyata berkuasa

kembali berkat keputusan Mahkamah Agung Pakistan yang telah membatalkan tindakan

pemecatan yang dilakukan Ishaq Khan. Ketiga, sikap Benazir Bhutto yang kelihatan

sekali berambisi untuk meraih kekuasaan dengan tindakannya menyetujui pemecatan

pemerintahan Nawaz Sharif, dikhawatirkan rakyat akan berpikir dua kali untuk

memilihnya dalam pemilu karena ternyata ia bukan seorang demokrat tulen seperti yang

telah ia gambarkan selama ini.

B. Sikap Politik Militer

Dalam percaturan politik Pakistan terdapat tiga kekuatan sentral penentu jalannya

pemerintahan, yaitu militer, presiden dan perdana menteri. Oleh karena itu, siapapun

130 Kholda Naajiyah, “Seputar Krisis Politik di Pakistan”, artikel diakses pada 13 November 2008,

dari http://politisi.blogspot.com/2007_06_01_archive.html

Page 105: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

yang menjadi perdana menteri Pakistan sudah seharusnyalah berusaha menciptakan suatu

kondisi yang memungkinkan hubungan perdana menteri dengan militer dan presiden

dapat terjalin dengan serasi. Apabila gagal maka sangatlah mungkin terjadi suatu

persaingan bahkan permusuhan antara tiga kekuatan sentral tersebut, yang seringkali

berakhir dengan jatuhnya pemerintah.

Sikap politik militer pada waktu itu merupakan salah satu faktor yang

menguntungkan bagi Benazir Bhutto dalam keberhasilan meraih kembali kekuasaan.

Dalam konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif peran militer terlihat jelas. Pertentangan

Presiden Ghulam Ishaq Khan dengan Perdana Menteri Nawaz Sharif akhirnya dapat

diselesaikan berkat campur tangan militer. Masing-masing pihak akhirnya bersepakat

untuk mengundurkan diri dan menyelenggarakan pemilu lewat pemerintahan sementara.

Selain itu militer yang seharusnya bersikap netral kesemua pihak, tetapi dalam

kenyataannya militer lebih dekat dengan presiden, hal ini dikarnakan Jenderal Abdul

Waheed Kakar yang menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat adalah orang pilihan

Presiden. Dengan demikian Ghulam Ishaq Khan bergandengan dengan militer. Otomatis

militer pada waktu itu tidak suka terhadap pemerintahan Nawaz Sharif yang berseteru

dengan Presiden Ishaq Khan. Momen inilah yang dimanfaatkan Benazir Bhutto untuk

merongrong pemerintahan Nawaz Sharif yang sudah tidak didukung lagi oleh militer.

B. 1. Kuatnya pengaruh Militer di Pakistan

Media massa barat umumnya yakin bahwa Ghulam Ishaq Khan tidak sendirian

dalam menggeser Nawaz Sharif. Seperti telah diketahui bahwa peran militer sangatlah

dominan dalam kehidupan politik Pakistan. Meskipun dalam konflik politik Ishaq Khan-

Nawaz Sharif, militer “menyatakan” bersikap netral, tetapi kalau melihat profil petinggi

Page 106: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

militernya, sulit mengatakan bahwa militer benar-benar netral. Yang benar adalah militer

tidak begitu suka terhadap Nawaz Sharif, sehingga tidak lagi memberikan dukungan

kepadanya.

Dalam konflik Ishaq Khan-Nawaz Sharif pun peran militer akhirnya terlihat jelas.

Setelah beberapa usaha perdamaian gagal misalnya, pertentangan kekuatan antara

Presiden Ghulam Ishaq Khan dengan Perdana Menteri Nawaz Sharif akhirnya dapat

diselesaikan berkat campur tangan militer lewat upaya diplomasi yang dilancarkan

Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul Waheed Kakar. Masing-masing pihak

akhirnya bersapakat untuk mengundurkan diri pada tanggal 18 Juli 1993.131

Amandemen ke-8 merupakan alat yang memberikan kekuasaan mutlak pada

Presiden. Sementara dalam kenyataannya Presiden adalah boneka militer karena hampir

selalu meminta persetujuan pihak militer dalam tindakkannya. Karena itu selama

Amandemen ke-8 masih berlaku, militer akan tetap sangat menentukan dalam panggung

politik Pakistan.

B. 2. Ketidaksukaan Militer terhadap Pemerintahan Nawaz Sharif

Militer merasa Nawaz Sharif telah mencampuri urusan militer dan militer menjadi

tidak suka terhadapnya. Sebetulnya hubungan Nawaz Sharif dengan militer mulai

renggang ketika terjadi perselisihan yang menyangkut masalah tindakan militer untuk

mengatasi kekerasan dan perselisihan etnis di Sindh dengan menempatkan satuan

Angkatan Darat di Sindh. Terlebih lagi ketika Jenderal Asif Nawaz Janjua meninggal

dunia dan Presiden Ghulam Ishaq Khan menunjuk Jenderal Abdul Waheed Kakar.

Dibanding Waheed, Asif Nawaz Janjua lebih independen dan tidak terlalu mencampuri

urusan politik. Sejak Abdul Waheed Kakar menjadi Kepala Staf Angkatan Darat itulah,

131 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 202.

Page 107: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Ghulam Ishaq Khan bergandengan dengan militer, mengingat Abdul Waheed Kakar

adalah pilihan Presiden Ghulam Ishaq Khan. Di bawah Abdul Waheed Kakar itulah Inter

Service Intellegence (ISI), sebagai agen rahasia militer menjadi semakin kuat. Memang

keterlibatan militer dealam urusan politik sangat kuat. Salah satu contohnya adalah

bagaimana ISI turut membentuk pengelompokan baru dalam koalisi Islami Jamhoori

Ittehad (IJI) yang didominasi oleh Pakistan Muslim League (PML) pimpinan Nawaz

Sharif sehingga menyebabkan pecahnya IJI menjadi yang pro-Nawaz Sharif dan yang

pro-Ishaq Khan.

Ketidaksukaan militer atas Nawaz Sharif makin membesar setelah Nawaz Sharif

terpilih kembali sebagai pimpinan PML, yang memberinya basis kekuasaan dan kekuatan

yang lebih luas. Sadar bahwa Presiden dan militer siap membidikan senjata kearahnya,

Nawaz Sharif mengumumkan bahwa ia akan meminta parlemen untuk menghapus

Amandemen ke-8 dari konstitusi yang memberi presiden kekuasaan untuk mengangkat

dan memberhentikan perdana menteri, mencalonkan dan menunjuk Kepala Staf Angkatan

Darat serta kekuasaan untuk membubarkan parlemen.

Benazir Bhutto sebagai pemimpin oposisi mengencam untuk melakukan “Long

March” di ibukota dengan ratusan ribu pendukungnya kecuali jika segera diadakan

pemilu. Khawatir dengan akan konsekuensi yang akan terjadi, yaitu takut akan terjadinya

pertumpahan darah yang dapat menimbulkan instabilitas politik dan keamanan di

Pakistan, maka Jenderal Waheed Kakar berupaya untuk mengadakan pembicaraan

dengan kedua kelompok yang saling bertentangan. Pada awalnya tidak satupun (baik

Nawaz Sharif maupun Ishaq khan) menyetujui adanya pemilu, kecuali jika salah satu

pihak mengundurkan diri terlebih dahulu. Pemecahannya menurut Jenderal Waheed

Page 108: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Kakar adalah sangat sederhana, yaitu kedua belah pihak harus berjalan secara seiring

setelah menyetujui tentang siapa yang akan menjadi pemimpin pada pemerintahan

sementara.

Akhirnya dipilih politisi yang jujur dan netral Moeen Qureshi, seorang mantan

Wakil Presiden Bank Dunia yang tinggal di Singapura.132

Ia dianggap sebagai satu-

satunya orang yang dapat diterima semua pihak. Semua pejabat pengganti yang ditunjuk,

termasuk para gubernur dan para ketua menteri dari keempat propinsi adalah para pejabat

pensiunan militer. Sedangkan sebagai Presiden sementara dipilih Ketua Senat Wasim

Sajjad. Kemudian pemerintahan sementara tersebut menetapkan pelaksanaan pemilu baru

pada 6 Oktober 1993.133

Perdana Menteri Qureshi mengatakan pemilihan umum yang

jujur dan adil serta memberikan kesempatan sama kepada semua pihak akan menjadi

“prioritas utama” pemerintahannya.

Penunjukan Moeen Qureshi sebagai pejabat Perdana Menteri sementara

merupakan kejutan besar bagi Pakistan. Moeen Qureshi tidak memiliki hubungan dengan

negara dan pemerintahan Pakistan dalam waktu yang lama, mengingat ia bekerja sebagai

seorang konsultan sekaligus tinggal di Singapura. Tampaknya, dia dipilih oleh kelompok

militer-birokrat karena sifat non-politisnya, sehingga ia bisa diterima oleh partai yang

berkuasa maupun oposisi. Juga karena ia dianggap sebagai orang yang cocok untuk

132 Pada awalnya Moeen Qureshi menolak karena sudah meninggalkan Pakistan selama 40 tahun

dan hanya mengenal sedikit seluk beluk politik di Pakistan. Tetapi pengalamannya yang sedikit itulah yang

justru diinginkan. Setelah akhirnya ia menyetujui tawaran tersebut, maka ia berangkat ke Islamabad pada tanggal 18 Juli 1993 sore hari. Malamnya Nawaz Sharif membubarkan Majelis Nasional serta

mengundurkan diri, beberapa menit kemudian Nawaz Sharif mengambil sumpah jabatan Moeen Qureshi

sebagai perdana Menteri sementara dan kemudian Ishaq Khan mengundurkan diri pula. Kemudian Ketua

Senat, Wasim Sajjad diangkat sebagai Presiden sementara. Yosef Ardi, “krisis Politik Pakistan”. 133Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 216.

Page 109: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

memperbaiki hubungan Pakistan dengan Amerika Serikat dan institusi-institusi finansial

Internasional, yang dapat memberikan pinjaman kepada Pakistan.134

Dengan telah dibubarkannya pemerintahan Nawaz Sharif dan adanya rencana

pemerintahan sementara untuk menyelenggarakan pemilu, maka besar kemungkinan

Benazir Bhutto akan dapat kembali berkuasa di Pakistan. Apalagi Nawaz Sharif sebagai

lawan utamanya tidak lagi didukung oleh partai-partai agama, militer, dan terlebih lagi

oleh Presiden. Untuk itu pemilu 1993 tidak ada pilihan bagi militer selain menginginkan

pemilu dapat terselenggara dengan jujur dan adil.

C. Keberhasilan Benazir Bhutto Menjadi Perdana Mentri Kedua Kalinya

Benazir Bhutto dalam keberhasilan meraih kembali kekuasaan menjadi Perdana

Menteri tidaklah mudah dan melalui proses yang panjang. Menjelang pemilu

dilaksanakan kampanye di beberapa daerah pemilihan. Delapan belas hari sebelum

pemilu, terjadi pertengkaran antara Benazir Bhutto dengan adik lelakinya, Murtaza

Bhutto. Pertengkaran tersebut mungkin akan mengancam popularitas Benazir Bhutto

sendiri dalam tubuh Pakistan People’s Party (PPP), Murtaza, 38 tahun, mulai

mencalonkan diri saat ia berada di Damaskus, Suriah. Ia mengajukan diri untuk menjadi

anggota parlemen propinsi Sindh. Tetapi tindakannya ini tidak direstui kakaknya, yang

mengejutkan adalah sikap ibu mereka, Nusrat Bhutto, yang bersama dengan Benazir

Bhutto menjabat sebagai ketua PPP justru sangat mendukung pencalonan anak lelakinya

itu sehingga kehadiran Murtaza semakin memperjelas perpecahan yang terjadi dalam

keluarga Bhutto.135

Akhirnya pertengkaran itu telah menyebabkan perpecahan dalam

134 Tahir Amin,” ASIAN SURVEY”, h. 195. 135 Tahir Amin,” ASIAN SURVEY”, h. 200.

Page 110: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

tubuh PPP. Untuk pertama kalinya PPP pecah menjadi dua faksi, kendati Murtaza

memakai platform Shaheed Bhutto Committee (SBC). Peristiwa ini memang mengurangi

wibawa keluarga Bhutto. Namun di sisi lain, justru dengan bentroknya Benazir Bhutto

dengan Murtaza akan dapat mematikan isu nepotisme yang dituduhkan pada Benazir

Bhutto.

Bukan hanya keluarga Bhutto, sepuluh hari menjelang pemilu juga terjadi

perpecahan didalam kubu Nawaz Sharif. Nawaz Sharif yang pernah mengalahkan

Benazir Bhuttto dalam pemilu 1990 melalui aliansi sembilan partai, Islami Jamhoori

Ittehad (IJI), namun sebagaian besar dari koalisi tersebut akhirnya membelot pada saat

pemerintahan Nawaz Sharif baru berjalan selama 30 bulan. IJI pecah karena perdebatan

kepentingan diantara partai yang meninggalkan koalisi IJI adalah Nasional People’s Party

(NPP-Jatoi) Jamiat-ul Ulama-i-Islam Fazlur Rahman (JUIF) dan Jamaat Islami (JI).

Bahkan PML sebagai partai terbesar dalam IJI juga pecah akibat pertentangan antara

Ishaq Khan dengan Nawaz Sharif, sehingga menjadi dua kubu yaitu yang pro-Ishaq Khan

dan kubu yang pro-Nawaz Sharif.

Disini akan dijelaskan proses dan terselenggaranya Pemilu 1993. Benazir

Bhutto dan Nawaz Sharif kembali memperebutkan “mahkota” perdana menteri Pakistan.

Peristiwa ini merupakan persaingan yang ketigakali sejak berakhirnya pemerintahan

militer pimpinan Zia ul-Haq.

C. 1. Terselenggaranya Pemilu Tahun 1993

Pemilu untuk Majelis Nasional direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 6

Oktober 1993 dan untuk Majelis Propinsi pada tanggal 9 Oktober 1993.136

Tahun 1988,

Benazir dengan ditopang kharisma mendiang bapaknya, Zulfikar Ali Bhutto, berhasil

136 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 202.

Page 111: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

mengalahkan Sharif. Namun, pada pemilu 1990 Benazir gagal mengulangi suksesnya,

akibat dianggap telah gagal memimpin Pakistan. Walhasil, Benazir yang sempat

memimpin Pakistan selama 20 bulan itu akhirnya tergeser oleh kekuatan Nawaz Sharif.

Setelah Sharif dipaksa mundur dari jabatannya, Benazir-Sharif kembali berhadapan di

Pemilu 1993 guna mengulangi adu kekuatan. Benazir nampak optimis bahwa dirinya

bakal menang. Mengingat kekuatan Sharif sedang rapuh akibat perseteruannya dengan

mantan sekutu utamanaya, Ishaq Khan.137

Namun sebagian besar pengamat mengatakan bahwa kelemahan yang paling

parah bagi prospek pemilihan Nawaz Sharif dalam pemilu adalah akibat perpisahannya

dengan tokoh vokal Qazi Hussain Ahmed pimpinan Jamaat Islami (JI). Qazi Hussain

Ahmed telah membentuk Pakistan Islamic Front (PIF), yang mulai menempatkan diri

sebagai kekuatan politik ketiga setelah PPP dan PML. Selain itu, kelompok PML

sempalan pimpinan Hamid Naser Chatta justru telah bergabung dengan PPP. Hal ini tentu

dapat memperkuat kubu Benazir terutama di propinsi terpadat Punjab, yang merupakan

kartu penentu kemenangan dalam pemilu. Sementara propinsi Sindh masih tetap berada

dalam genggamannya, Benazir Bhutto kemudian mulai melakukan pengaturan pemilihan

di NWFP dan bekerja sama dengan partai keagamaan penting, yakni Jamiat-ul Ulama-i-

Islam Fazlur Rahman (JUIF).138

JUIF mau bekerja sama dengan Benazir Bhutto karena. Pertama, meskipun JUIF

adalah partai keagamaan yang semula sangat menentang kepemimpinan seorang wanita

namun Benazir Bhutto pernah memerintah Pakistan pada tahun 1988-1990 sehingga

kepemimpinan seorang wanita nampaknya tidak terlalu dipersoalkan lagi. Kedua, isu

137 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h.193-194. 138 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 208-209.

Page 112: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

yang muncul menjelang pemilu 1993 bukan lagi isu agama tetapi lebih kepada perebutan

kekuasaan di antara Nawaz Sharif-Ishaq Khan-Benazir Bhutto dan isu ekonomi.

Sedangkan Nawaz Sharif sendiri bentrok dengan partai keagamaan karena mengirim

pasukan ke Irak untuk membantu tentara multinasional pimpinan Amerika Serikat.

Akibatnya Jamaat Islami (JI) keluar dari koalisi IJI dan membentuk PIF, sementara partai

keagamaan lainnya seperti JUIF lebih memilih bekerja sama dengan Benazir Bhutto.

Akhirnya pemilu pun berlangsung sesuai dengan rencana. Pemilu tersebut

diikuti 64 partai politik, termasuk 12 kelompok minoritas non-muslim. Lebih dari 49 juta

orang berduyun-duyun ke kotak suara untuk memilih wakil mereka yang akan mengisi

207 kursi yang diperuntukkan bagi wakil Muslim dalam Majelis Nasional yang

beranggotakan 237 orang. Di antara 1.500 kandidat terdapat sekitar 600 calon

independent. Sekitar 1,4 juta pemilih non Muslim secara terpisah memilih untuk 10 kursi

yang dicadangkan bagi minoritas dan untuk kaum wanita disediakan 20 kursi.139

Dalam pemilu kali ini, partai-partai politik bersaing secara individu partai.

Tidak ada lagi koalisi Islami Jamhoori Ittehad (IJI) ataupun People’s Democratic Alliance

(PDA) karena masing-masing telah pecah menjelang berlangsungnya pemilu. Banyaknya

partai politik di Pakistan yang ikut berpartisipasi dalam pemilu 1993 telah memancing

perjuangan masing-masing partai untuk menawarkan program-program yang ditawarkan

oleh partai-partai utama berbeda satu dengan dengan lainya. Pakistan Moslem League

(PML) pimpinan Nawaz Sharif memfokuskan diri pada liberalisasi perekonomian,

swastanisasi dan industrialisasi dengan tetap menonjolkan nilai-nilai ke-Islaman. Sebagai

simbol pilihannya adalah gambar Harimau. Pakistan People’s Party (PPP) pimpinan

Benazir Bhutto lebih menfokuskan diri pada reformasi struktur (birokrasi), swastanisasi

139 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 210.

Page 113: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

sektor umum dan menawarkan disiplin penggunaan keuangan serta memotong defisit

anggaran. PPP juga menjanjikan mendorong nilai-nilai agama melalui pendekatan

filosofis demi penyesuaian kehidupan modern yang sekuler. Lambang dalam

pemilihannya adalah panah. Pakistan Islamic Front (PIF), kelompok yang sering

dikategorikan fundamentalis, mengajukan program akan membenahi banyaknya

kesalahan manajemen dengan menghentikan korupsi. Lambang pemilihannya adalah

mobil. Sedangkan Muhajir Qoumi Movemen (MQM), partai kuat di daerah Sindh, yang

didirikan oleh Altaf Hussain memilih layang-layang sebagai lambang partainya. Selain

empat partai utama tersebut, puluhan partai lainnya tidak bisa dikesampingkan begitu saja

keterlibatannya dalam pemilu 1993. mereka juga memiliki basis massa meski tidak besar

namun memiliki fanatisme.

Sebagaimana dengan pemilu sebelumnya, pemilu Pakistan 1993 ini kembali

diwarnai dengan persaingan dua tokoh utama pemain politik Pakistan, Benazir Bhutto

dan Nawaz Sharif. PPP pimpinan Benazir Bhutto dan PML pimpinan Nawaz Sharif,

muncul sebagai dua partai terkuat. Akhirnya, PPP beserta koalisinya yaitu PML Chatta

group memperoleh 92 kursi dari 207 kursi yang diperebutkan di Majelis Nasional,

denagan perincian 86 kursi dari PPP sendiri dan 6 kursi dari PML Chatta group.

Sementara saingan utamanya PML hanya memperoleh 72 kursi di Majelis Nasional.

Tabel 3

Hasil Pemilihan Umum Tanggal 6 Oktober 1993.140

140 Deepak Tripathani,” Pakistan: The Return of Benazir Bhutto”, The World Today, December,

1993, h 227.

Page 114: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

NO NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan People’s Party (PPP) 86 kursi

2. Pakistan Moslem League (PML Nawaz Sharif Group) 73 kursi

3. Pakistan Moslem League (PML Junejo/ Chatta group) 6 kursi

4. Pakistan Islamic Front (PIF) 3 kursi

5. Islami Jamhoori Mahaz (IJM) 3 kursi

6. Pakhtoon Khawa Milli Awami Party 3 kursi

7. Awami National Party (ANP) 3 kursi

8. Muttahida Deeni Mahaz 3 kursi

9. Jamhoori Watan Party (JWP) 2 kursi

10. Pakhtoonkhwa Qaumi Party 1 kursi

11. Baluchistan National Mavement (Hai) 1 kursi

12. Baluchistan National Movement (Mengal) 1 kursi

13. National Democratic Alliance (NDA) 1 kursi

14. National People’s Party (NPP) 1 kursi

15. Independent 15 kursi

TOTAL* 202 kursi

* Penghitungan suara di lima daerah pemilihan dihentikan karena berbagai alasan,

termasuk kematian para calon.

Sedangkan pemilu propinsi untuk memilih 483 anggota Majelis Propinsi. Hasil

pemilu propinsi Punjab menunjukan bahwa PML memperoleh 106 kursi dari 240 kursi.

Sedangkan PPP beserta koalisinya yaitu PML Chatta group berhasil memperoleh 112

Page 115: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

kursi, dengan perincian 94 kursi dari PPP dan 18 kursi dari faksi PML sempalan

pimpinan Hamid Naser Chatta. Di propinsi Sindh, PPP memenangkan 56 kursi dari 100

kursi, MQM memenangkan 27 kursi, PML hanya memperoleh 8 kursi, dan satu kursi

diperoleh Murtaza Bhutto, putra Zulfikar Ali Bhutto, yang ikut serta dalam pemilu

dengan platform Shaheed Bhutto Commie (SBC) tanpa bergabung dengan PPP. Di

propinsi NWFP, PPP memenangkan 22 kursi, ANP 21 kursi dan PML Nawaz Sharif

memperoleh 15 kursi. Sementara PML Hamid Nasser Chatta memperoleh 4 kursi dan PIF

juga memperoleh 4 kursi. Di propinsi Baluchistan, PML berhasil memperoleh 6 kursi,

PPP hanya 3 kursi dan sisanya dibagi di antara partai-partai kecil dan para calon

indpenden. (Lihat table 4, 5, 6 dan 7).

Tabel 4

Hasil Pemilu Propinsi Punjab, 9 Oktober 1993.141

NO. NAMA PARTAI PEROLRHAN SUARA

1. Pakistan Moslem League (PML Nawaz Sharif) 106 kursi

2. Pakistan People’s Party (PPP) 94 kursi

3. Pakistan Moslem League (PML Chatta) 18 kursi

4. Pakistan Islamic Front (PIF) 2 kursi

5. National Democratic Party (NDP) 1 kursi

6. Muttahida Deeni Mahaz (MDM) 1 kursi

7. Independent 17 kursi

TOTAL 240 kursi

141 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.

Page 116: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Tabel 5

Hasil Pemilu Propinsi Sindh, 9 Oktober 1993.142

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan People’s Party (PPP) 56 kursi

2. Muttahida Qumi Mahaz-Altaf (MQM-A) 27 kursi

3. Pakistan Moslem League (PMI, Nawaz Sharif) 8 kursi

4. National People’s Party (NPP) 2 kursi

5. Shaheed Bhutto Commite (SBC) 1 kursi

6. Sindh National Front (SNP) 1 kursi

7. Independent 5 kursi

TOTAL 100 kursi

Tabel 6

Hasil Pemilu Propinsi NWFP, 9 Oktober 1993.143

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN SUARA

142 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206. 143 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.

Page 117: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

1. Pakistan People’s Party (PPP) 22 kursi

2. Awami National Party (ANP) 21 kursi

3. Pakistan Moslem League (PML Nawaz Sharif) 15 kursi

4. Pakistan Moslem League (PML) Chatta) 4 kursi

5. Pakistan Islamic Front (PIF) 4 kursi

6. Islami Jamhooti Mahaz (IJM) 1 kursi

7. Jamiat Mushaikh Pakistan (JMP) 1 kursi

8. Muttahida Deeni Mahaz (MDM) 1 kursi

9. Independen 11 kursi

TOTAL 80 kursi

Tabel 7

Hasil Pemilu Propinsi Baluchistan, 9 Oktober 1993.144

NO. NAMA PARTAI PEROLEHAN KURSI

1. Pakistan Moeslim League (PML Nawaz Sharif) 6 kursi

2. Jamhoori Watan Party (JWP) 5 kursi

3. Baluchistan National Movement (BNM Mengal) 4 kursi

4. Paktoon Khwa Milli Awami Party (PKMAP) 4 kursi

5. Pakistan People’s Party (PPP) 3 kursi

6. Islami Jamhoori Mahaz (IJM) 3 kursi

7. Baluchistan National Movement (BNM Hai) 2 kursi

144 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 206.

Page 118: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

8. Awami National Party (ANP) 1 kursi

9. Pakistan National Party (PNP) 1 kursi

10. Muttahida Deeni Mahaz (MDM) 1 kursi

11. Dehi Ittehad Pakistan (DIP) 1 kursi

12. Independent 9 kursi

TOTAL 40 kursi

Pemilu tersebut menampilkan PPP dan aliansinya sebagai partai yang

memperoleh kursi terbanyak di Majelis Nasional, dan di Majelis Propinsi Sindh.

Sedangkan di propinsi Baluchistan dan NWFP, aliansi oposisi menang menang tipis

dibanding PPP. Dengan kemenangan tipis ini, dipastikan partai pimpinan Benazir Bhutto

ini tidak akan mampu memenangkan mayoritas dua pertiga kursi dalam parlemen.

Padahal seperti pernah dikatakan Benazir Bhutto, ia memerlukan sekurang-kurangnya

dua pertiga dari 237 kursi yang diperebutkan dalam parlemen, agar dapat meleksanakan

program-program partainya. Atau paling tidak 119 kursi (50%+ 1) dari 237 kursi

parlemen, yang agaknya juga sulit diraih Benazir Bhutto. Partai yang dapat

mengumpulkan mayoritas sederhana dengan 50%+ 1 (II9 kursi) dari 237 kursi majelis

dapat membentuk pemerintahan. Dan sebuah partai yang mendapat sekitar 90 kursi masih

dapat berharap membentuk pemerintahan dengan mengandalkan calon independen,

delapan anggota dari daerah kesukuan dan 10 yang terpilih untuk menduduki kursi yang

di cadangkan bagi minoritas non Muslim untuk memenuhi jumlah yang diperlukan.

Dengan demikian, terciptanya suatu pemerintahan yang kuat dengan dukungan stabilitas

politik yang lebih mantap masih jauh dari harapan, karena hampir dapat dipastikan

Page 119: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

kedudukan pemerintahan rapuh dan sewktu-waktu bisa guncang, bahkan bisa dijatuhkan

oleh suatu mosi tidak percaya di parlemen.

Hasil pemilu juga menunjukkan bahwa beberapa partai kecil tidak mendapatkan

dukungan yang memadai. Fenomena lain yang dapat dicatat dari pelaksanaan pemilu

tersebut adalah rendahnya partisipasi rakyat dalam menggunakan haknya untuk memilih

wakil-wakilnya di kedua Majelis. Diperkirakan dari 49. 585. 855 calon pemilih terdaftar

hanya 20. 101. 310 (40,5%) pemilih yang hadir ke Tempat Pemilihan Suara (TPS) untuk

menggunakan hak pilihnya. Angka tersebut menunjukkan adanya penurunan partisipasi

rakyat untuk lebih banyak banyak memusatkan perhatiannya kepada pemenuhan

kebutuhan sehari-hari dan kurang peduli dengan masalah-masalah politik. Masyarakat

Pakistan yang mayoritas masih buta huruf (65%). Tampaknya merasa mereka hanya

dijadikan alat saja pada waktu itu.

C. 2. Merebut kembali Mahkota Perdana Menteri

Hasil pemilu Pakistan memang membuka peluang bagi Benazir Bhutto untuk

kembali menjadi Perdana Menteri. Namun tetap harus dicatat bahwa perolehan kursi PPP

melawan PML hanyalah 92 : 72. Kemenangan tipis PPP ini tentu saja belum mampu

untuk menggeser Nawaz Sharif. Bahkan Nawaz Sharif masih tetap yakin akan dapat

menjegal ambisi Benazir yang ingin memegang kembali tampuk kepemimpinan Pakistan.

Sementara Benazir Bhutto sendiri dengan pengalamannya selama tiga tahun berjuang

untuk merebut kembali kekuasaannya, telah menjadikan dirinya bersikap pragmatis dan

mau menerima kompromi. Hal ini ditunjukkan keyakinan Benazir Bhutto bersedia

menjalin “kerja sama” dangan partai agama JUI Fazlur Rahman dan PML Chatta Group

Page 120: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

yang juga merupakan unsur-unsur penting dalam percaturan politik Pakistan. Manufer

Benazir ini tampaknya sangat berpengaruh dalam perolehan suara PPP.145

Perolehan kursi bagi PPP maupun PML yang kurang dari mayoritas sederhana

(119 kursi), menyebabkan Benazir Bhutto dan Nawaz Sharif sama-sama menyatakan

berhak membentuk pemerintahan baru Pakistan. Tampaknya pemerintahan baru tersebut

akan membentuk sebuah pemerintahan koalisi. Dalam upayanya memperoleh dukungan

bagi masing-masing kubu, kedua mantan Perdana Menteri itu terjebak dalam pertarungan

memperebutkan sekitar 40 wakil dari partai politik dan kelompok independen.

Pertarungan tidak hanya di Islamabad, tetapi juga Punjab yang merupakan propinsi

terdapat dengan jumlah penduduk sebesar 60% dari seluruh jumlah penduduk di

Pakistan.146

Baik di Majelis Nasional maupun di Majelis propinsi Punjab, partai Benazir

Bhutto setelah berhasil mendapatkan tambahan kursi dari faksi PML sempalan pimpinan

Hamid Naserr Chatta yang tampaknya memang menolak bekerja sama dengan Nawaz

Sarif. Sementara PML pimpinan Nawaz Sharif yakin “bisa” membentuk sebuah

pemerintahan baru dengan bantuan partai-partai dan kelompok independent. Nawaz

Sharif menyebut calon-calon sekutunya: Awami National Party (ANP), Partai Pakhtoon

Khawa Milli Awami Party, National People’s Party (NPP) dan beberapa kelompok

independent. PML Nawaz Sharif juga berhasil memperoleh delapan kursi di propinsi

Benazir Bhutto, Sindh. Sementara di propinsi Baluchistan, Abdul Samad Achakzai yang

didukung PML Nawaz Sharif Group berhasil mengalahkan ketua PPP di propinsi

tersebut, Fateh Mohammad Hasni. Partai-partai keagamaan dan para independent

145 Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam, h. 21. 146 Yosef Ardi, “krisis Politik Pakistan”, Angkatan Bersenjata, data diakses pada 15 November

2008, dari http://.www.dictatorofthemonth.com/militer/sharif-ishaq=artiecle=316

Page 121: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

menolak untuk mendukung Nawaz Sharif. Namun sebagaimana di maklumi, kesetiaan

politik di Pakistan mudah berubah-ubah bahkan jurang pemisah tidaklah cukup untuk

menjamin kemenangan Benazir Bhutto di Majelis Nasional agar supaya Benazir Bhutto

terpilih sebagai Perdana Menteri.147

Juru bicara PPP mengatakan peluang Benazir Bhutto lebih terbuka karena partai

itu sudah mengumpulkan 20 suara pendukung dan tinggal membutuhkan tiga suara lagi

untuk menjadi kelompok mayoritas. Namun kenyataan ini tetap menghadapkan Benazir

Bhutto pada masalah yang sulit karena tanpa dukungan mayoritas mutlak, Benazir Bhutto

akan kehilangan kekuasaannya untuk menghapus Amandemen ke-8 yang membolehkan

Presiden memecat Perdana Menteri.

Sementara tekad Nawaz Sharif untuk membentuk sebuah pemerintahan semakin

mantap. Dalam rangka mencari dukungan bagi keberhasilannya terpilih kembali menjadi

Perdana Menteri Pakistan, ia juga berusaha menghubungi beberapa “penguasa” untuk

mendapatkan “restu”. Ia berkunjung kepada Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Abdul

Waheed Kakar selama satu jam guna membahas skenario Presiden Wasim Sajjad. Tetapi

nampaknya pertemuan tersebut tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan oleh

Nawaz Sharif.

Tarik menarik antara Benazir Bhutto dengan Nawaz Sharif jelas tidak akan

menghasilkan pemenang kuat. Padahal siapapun yang akhirnya memimpin pemerintahan

Pakistan, perlu dukungan kuat parlemen di propinsi guna menjamin kelancaran

pelaksanaan kebijakan-kebijakan pemerintahannya, terutama di Punjab dan Sindh,

propinsi terkaya dan terbesar di negeri itu. Itulah yang dicari Benazir Bhutto dengan PPP-

nya setelah kemenangan tipisnya.

147 Deepak Tripathi, , ”Pakistan: The Return of Benazir Bhutto”, h. 227.

Page 122: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Sebenarnya untuk menghindar dari ancaman oposisi Nawaz Sharif yang dapat

dipastikan akan merongrong pemerintahannya, maka cara yang dapat ditempuh Benazir

Bhutto adalah dengan merangkul PML Nawaz Sharif Group untuk berkoalisi. Dengan

cara ini, koalisinya akan dapat menguasai mayoritas dua pertiga kursi dalam parlemen.

Dan komitmen Benazir Bhutto untuk dapat menghapus Amandemen ke-8 yang

memberikan kekuasaan lebih kepada Presiden, tentunya akan dapat terlaksana kendati

Nawaz Sharif juga ingin mengubah Amandemen ke-8 tetapi dia menyatakan tidak akan

mendukung Benazir Bhutto. Hal itu tentu sebagai taktiknya untuk meruntuhkan

pemerintahan anak Zulfikar Ali Bhutto itu.

Baik Pakistan People’s Party (PPP) maupun Pakistan Moeslem League (PML

Nawaz Sharif) telah menyatakan siap berkoalisi dengan partai-partai kecil guna

memperkuat pemerintahan. Namun kenyataan memperlihatkan, akhirnya PPP dengan

pertolongan PML sempalan pimpina Hamid Naser Chatta, para calon independent dan

minoritas, mampu membentuk suatu koalisi di pusat PPP dan para sekutunya juga

terbentuk pemerintahan propinsi di Punjab dan Sindh. Sedangkan PML pimpinan Nawaz

Sharif yang duduk sebagai oposisi di pusat, Punjab dan Sindh, maupun membentuk

pemerintahan di NWFP dan Baluchistan dengan bantuan sekutunya.

Berdasarkan hasil pemungutan suara di parlemen Pakistan pada tanggal 19

Oktober 1993, Benazir Bhutto akhirnya ditetapkan sebagai Perdana Menteri dengan

perbandingan 121 mendukungnya dan 72 suara tidak mendukungnya. Benazir Bhutto pun

lantas dilantik oleh Presiden sementara Wasim Sajjad menjadi Perdana Menteri Pakistan

untuk kedua kalinya dengan membawa dua puluh bulan pengalaman sebagai Perdana

Page 123: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Menteri dan tiga tahun sebagai ketua partai oposisi di parlemen.148

Dengan kebaerhasilan

Benazir Bhutto menjadi Perdana Menteri Pakistan untuk periode 1993-1998 sekaligus

menggambarkan bahwa akhirnya ambisi Benazir Bhutto untuk kembali memerintah

Pakistan telah tercapai.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sejak awal pemerintahan Benazir Bhutto (1988-1990) hingga saat ini Pakistan

dikuasai oleh tiga aktor utama, yaitu: Presiden, Perdana Menteri, dan Militer.

Pertentangan yang terjadi diantara Presiden, Perdana Menteri, dan Militer berakar dari

dikeluarkannya Amandemen ke-8 oleh rezim Presiden Zia ul-Haq pada tahun 1985.

dengan amandemen itu presiden bisa memiliki wewenang lebih besar, seperti memilih

dan memberhentikan perdana menteri, pimpinan militer dan anggota senior Mahkamah

Agung. Selain itu, presiden juga dapat membubarkan parlemen. Peralihan dari

pemerintahan parlementer menuju kekuasaan “tunggal” di bawah presiden inilah yang

menjadi pokok permasalahan antara presiden dan perdana menteri di Pakistan yang pada

akhirnya turut pula melibatkan militer.

Dari tahun 1988-1993 di Pakistan telah terjadi tiga kali friksi antar kekuatan

tersebut dan senantiasa perdana menteri yang akhirnya jatuh sebagai tumbal. Friksi

148 Bahkan PPP juga menang mudah dalam pemilihan Presiden pada tanggal 13 November 1993

ketika calonnya Farooq Leghari, mengalahkan calon dari PML yaitu Wasim Sajjad, dengan 274 suara

lawan 168 suara. PPP merasa lebih aman setelah kemenangan ini apalagi Presiden Faroog Leghari

menyatakan bahwa ia menginginkan agar amandemen ke-8 dihapuskan oleh parlemen karena telah menjadi

sumber krisis politik di Pakistan. Dhuroruddin Mashad, Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia

Islam, h. 204-210.

Page 124: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pertama menyebabkan jatuhnya pemerintahan Perdana Menteri Khan Junejo akibat

dipecat presiden Zia ul Haq pada tanggal 29 Mei 1988. friksi kedua berakhir dengan

dipecatnya Perdana Menteri Benazir Bhutto oleh Presiden Ghulam Ishaq Khan pada

tanggal 6 Agustus 1990, dan yang ketiga adalah dipecatnya Perdana Menteri Nawaz

Sharif yang juga akibat ulah Presiden Ghulam Ishaq Khan pada tanggal 18 April 1993.

ada persamaan alasan dalam pemecatan Perdana Menteri dalam ketiga peristiwa tersebut,

yaitu: mereka dituduh melakukan korupsi, nepotisme dan tidak becus memerintah.

Sebagai kelanjutan dari pemecatan tersebut, presiden kemudian mengangkat pejabat

sementara untuk melaksanakan jalannya pemerintahan serta menyiapkan pemilu yang

baru.

Peran militer di dalam tindakan pemecatan oleh presiden terhadap perdana

menteri ternyata sangat besar karena sesuai dengan Amandemen ke-8, tindakan presiden

haruslah dengan persetujuan militer. Terlebih apabila perdana menteri mulai ikut campur

dalam masalah intern militer. Maka militer tentu saja cenderung mendukung tindakan

presiden. Oleh karena itu, Amandemen ke-8 dapat dikatakan sebagai kunci pengaman

dari “hukum militer” dan kuatnya kedudukan presiden. Akibatnya sering muncul

anggapan bahwa presiden adalah boneka militer.

Ketika Nawaz Sharif mulai merintis jalan menuju kursi perdana menteri, ia

memang dekat dengan Presiden. Pencalonannya mendapat dukungan yang kuat dari

Ghulam Ishaq Khan. Namun di Pakistan sebelumnya bukan rahasia lagi jika tiba-tiba

kawan politik berubah menjadi lawan, begitu pula sebaliknya. Pada tahun ketiga setelah

Nawaz Sharif menjabat sebagai Perdana Menteri, mulailah keduanya bentrok

memperebutkan kekuasaan. Demikian pula antara Benazir Bhutto dengan Ghulam Ishaq

Page 125: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Khan, kendati Benazir Bhutto semula membencinya karena telah memecat dirinya pada

tahun 1990 ketika ia ingin menghapus Amandemen ke-8 (sama seperti keinginan Nawaz

Sharif), namun Benazir Bhutto akhirnya justru mendukung Ghulam Ishaq Khan untuk

bersama-sama menjatuhkan Nawaz Sharif dari kursi Perdana Menteri pada tahun 1993.

Uraian mengenai pertentangan yang terjadi antara Nawaz Sharif dengan Ishaq

Khan atau antara Benazir Bhutto denagn Nawaz Sharif merupakan konflik elit.

Perubahan pemerintahan terjadi karena penguasa-penguasa dihadapkan pada beberapa

konflik atau kontradiksi yang tidak dapat diselesaikan dengan cara yang terdapat di dalam

sistem politik. Kontradiksi-kontradiksi ini lambat laun akhirnya menyebabkan

disintegrasi sistem politik kontradiksi-kontradiksi yang terjadi antar elit politik adalah

kontradiksi yang disebabkan oleh kontradiksi kultural, seperti masih kuatnya perasaan

kesukuan antara para tokoh penguasa pakistan tersebut. Dalam kasus pemilihan Kepala

Staf Angkatan Darat misalnya, Nawaz Sharif telah mengusulkan beberapa nama namun

ditolak ghulam Ishaq Khan. Pada akhirnya Presiden malah menunjuk Jenderal Abdul

Waheed Kakar, rekan sejawat yang masih satu suku dengan Presiden sebagai Kepala Staf

Angkatan Darat yang baru. Persaingan antar suku di Pakistan tercermin pula dari konflik

di tingkat elit, di mana Benazir Bhutto yang merupakan suku Sindh cenderung menentang

Nawaz Sharif dari suku Punjabi, demikian pula sebaliknya. Kiranya keadaan tersebut

sesuai pula dengan teori mengenai ikatan primordial dari Clifford Greets yang

mengatakan bahwa konflik yang timbul biasanya salah satunya disebabkan oleh

kesukuan.

Selain kontradiksi kultural, kontradiksi struktural pun dapat menjadi faktor yang

menyebabkan konflik di Pakistan. Benazir Bhutto yang saat itu berperan sebagai ketua

Page 126: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Oposisi terlihat lebih kompak dengan memberikan tekanan-tekanan pada pemerintah

berupa White Paper dan Long March yang diikuti oleh puluhan ribu pengikut-

pengikutnya yang menginginkan jatuhnya pemerintahan Nawaz Sharif. Sementara itu

akibat perseteruan antara Nawaz Sharif dengan Ishaq Khan, maka pada pemilu 1993 IJI

(pimpinan Nawaz Sharif) pecah antara yang pro-Sharif dengan yang pro-Ishaq Khan.

Bahkan PML sebagai unsur utama IJI telah pecah pula menjadi dua faksi, yaitu PML

Sharif dan kelompok PML Hamid Nasser Chatta yang kemudian bergabung dengan PPP.

Bergabungnya PML semplan pimpinan Hamid Nasser Chatta tersebut dengan PPP, tentu

saja sangat menguntungkan Benazir Bhutto dalam perolehan suara pada pemilu 1993.

Meskipun kontradiksi kultural seringkali mewarnai perpolitikkan di Pakistan,

namun dalam kasus keberhasilan Benazir Bhutto menjadi Perdana Menteri untuk kedua

kalinya ini terlihat bahwa kontradiksi srtuktural mempunyai peran yang lebih penting

daripada kontradiksi kultural. Karena jika para penguasa (Presiden Ghulam Ishaq Khan,

Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Kepala Steaf Angkatan Darat Jenderal Abdul Waheed

Kakar) masih berjalan seiring dengan baik, tentu akan sulit bagi oposisi pimpinan Benazir

Bhutto untuk menjatuhkan pemerintah ataupun untuk mendesak agar segera dilaksanakan

pemilu baru. Juga akibat tetjadinya perpecahan di dalam koalisi Islami Jamhoori Ittehad

(IJI) dan di dalam Pakistan Moeslim League (PML) yang sebenarnya merupakan partai

terbesar dalam tubuh IJI, tentu saja mengakibatkan berkurangnya dukungan terhadap

Nawaz Sharif dalam pemilu 1993.

Dengan demikian berarti “pertentangan Nawaz Sharif dengan Ishaq Khan

mengakibatkan melorotnya perolehan suara bagi partai Nawaz Sharif”, adalah terbukti

benar. Demikian pula dengan “perpecahan faksi-faksi dalam PML mengakibatkan

Page 127: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

turunnya dukungan terhadap Nawaz Sharif dan menguatnya dukungan terhadap Benazir

Bhutto” ternyata dapat terbukti. Sehingga PPP pimpinan Benazir Bhutto memperoleh

suara lebih besar dari pada PML pimpinan Nawaz Sharif dalam pemilu 1993. hal ini tentu

saja menjadi salah satu faktor yang menyebabkan Benazir Bhutto dapat meraih kekuasaan

kembai menjadi Perdana Menteri.

Kemenangan Benazir Bhutto dalam pemilu 1993, mengenai pengangkatan tokoh

politik haruslah memiliki kriteria-kriteria tertentu, antara lain: kesesuaian dengan nilai

dominan (nilai dasar) sebuah sistem dalam Masyarakat; mempunyai keahlian-keahlian

tertentu; mempunyai karir dan mobilitas yang memadai; dan mempunyai kewibawaan,

serta mempunyai tingkat keterwakilan terhadap kelomok-kelompok yang ada. Dalam hal

ini Benazir Bhutto nampaknya telah memenuhi berbagai kriteria tersebut, yang

merupakan prasyarat bagi usahanya untuk meraih kekuasaan.

Benazir Bhutto adalah seorang orator ulung yang mampu memobilisasi dan

menarik simpati massa. Ia memanfaatkan nama besar ayahnya untuk memperoleh

dukungan dalam perolehan suara pada pemilu 1993. Gabungan antara keahliannya dan

kharisma ayahnya mampu membentuk kewibawaan Benazir Bhutto di mata masyarakat

Pakistan. Apalagi ia pernah memimpin Pakistan pada tahun 1988-1990, sehingga

golongan konserfatif tidak terlau mengungkit-ngungkit tentang kepemimpinan seorang

wanita. Untungnya isu agama tidak lagi menonjol dalam pemilu 1993, melainkan lebih

pada ekonomi karena Nawaz Sharif tidak lagi didukung oleh partai-partai agama.

Benazir Bhutto memang berbeda dengan wanita-wanita lain yang berada di

Pakistan, yang mana pendidikan mereka masih sangat rendah dengan tingkat buta huruf

yang tinggi di Pakistan, yaitu 65 dari 120, 84 juta jiwa jumlah penduduk Pakistan, yang

Page 128: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

terdiri dari 63, 4441 juta jiwa pria dan 57, 399 juta wanita. Benazir Bhutto merupakan

profil wanita Pakistan yang berhasil memperoleh pendidikan tinggi dari Harvard dan

Oxford University, sehingga wajar saja jika ia tampil dengan cerdik dalam politik di

Pakistan. Sementara Nawaz Sharif yang merupakan saingannya kendati juga berkualitas,

namun saat ia gagal mencegah partainya pecah akibat perseteruannya dengan Presiden

Ghulam Ishaq Khan. Bahkan partai pecahnya itu malah kemudian mendukung PPP.

Dalam kasus ini terlihat Benazir Bhutto cukup cerdik untuk memanfaatkan perseteruan

Ishaq Khan-Nawaz Sharif. Strategi politik menyebabkan Benazir Bhutto berhasil meraih

suara mayoritas dalam pemilu 1993”, juga terbukti.

Benazir Bhutto menyadari bahwa dukungan partainya saja tidak cukup untuk

membentuk sebuah pemerintahan. Oleh karenanya ia berusaha mengadakan pendekatan

dengan partai lain, bahkan ia juga menawarkan beberapa jabatan penting bagi tokoh-

tokoh dari partai yang mau mendukungnya di dalam usahanya untuk membentuk sebuah

pmerintahan. Hal ini merupakan kunci sukses bagi Benazir Bhutto untuk dapat meraih

posisi perdana menteri. Sehingga “sikap pragmatis Benazir Bhutto untuk berbagai jabatan

dalam pemerintahan dengan partai lain telah menyebabkan dirinya meraih posisi Perdana

Menteri”, juga terbukti.

Sementara itu militer yang memainkan peranan penting dalam perpolitikan

Pakistan, sebelum berlangsungnya pemilu 1993 berupaya agar kedua elit politik yang

berseteru (Perdana Menteri Nawaz Sharif dan Presiden Ghulam Ishaq Khan) segera

mundur dari jabatannya masing-masing guna mengakhiri krisis politik yang terjadi dan

bersepakat untuk memilih pemerintahan sementara yang netral untuk bertugas

menyelenggarakan pemilu baru. Militer juga tidak mendukung Nawaz Sharif dalam

Page 129: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

pemilu 1993 karena militer kecewa terhadap sikap Nawaz Sharif yang ikut campur dalam

masalah intern militer. Terlebih lagi, Kepala Staf Angkatan Darat yang baru Jenderal

Abdul Waheed Kakar adalah orang pilihan Presiden Ghulam Ashaq Khan lawan dari

Nawaz Sharif. Sehingga militer tidak mempunyai pilihan terhadap calon Perdana Menteri

baik Benazir Bhutto maupun Nawaz yang bersaing dalam pemilu 1993. Akibatnya militer

cenderung bersikap realistis agar pemilu dapat terlaksana secara jujur dan adil dan tidak

lagi mendukung Nawaz Sharif seperti pada pemilu sebelumnya. Dengan tidak adanya

dukungan militer terhadap Nawaz Sharif, maka kubu Benazir Bhutto berhasil meraih

suara mayoritas dalam pemilu 1993. Militer Pakistan tidak lagi mendukung Nawaz Sharif

menyebabkan kubu Benazir Bhutto meraih suara mayoritas dalam pemilu 1993.

B. Saran

1. Seharusnya Pakistan yang berpenduduk multi-etnis tidak terlalu fanatik terhadap

kesukuannya. Mengingat berdirinya Pakistan atas dasar pada masyarakat

keagamaan untuk menjadi sebuah bangsa Muslim, dengan kata lain , dasar

berdirinya Pakistan adalah untuk membentuk bangsa Muslim dengan

merealisasikan hukum-hukum Islam dalam kehidupan bernegara. Tapi dalam

kenyataannya rasa kesukuan atau etnis lebih di tonjolkan dengan merasa bahwa

etnisnyalah yang paling berkuasa tanpa mempedulikan kesamaan dalam

beragama.

2. Partai-partai Politik di Pakistan seharusnya menjadi alat pemersatu yang

mengarahkan pada terwujudnya rasa kebangsaan demi terciptanya suatu

pemerintahan yang adil untuk kesejahteraan rakyat, dalam kenyataannya partai

Page 130: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

politik di Pakistan banyak yang berdimensikan pada semangat pengelompokan

berdasar latar belakang etnis. Sehingga primordialisme demikian berimplikasi

pula pada berbagai kebijakan dan pengangkatan pejabat suatu pemerintahan di

Pakistan

3. Harus adanya undang-undang yang jelas yang mengatur pembagian kerja presiden

dan perdana menteri. Sehingga hak kekuasaan perdana menteri tidak di

kendalikan oleh presiden juga sebaliknya. Sehingga dalam kekuasaannya di

Pakistan selalu terjadi kekuasaan yang tumpang tindih dimana baik presiden dan

perdana menteri merasa saling berkuasa dan paling bertanggung jawab.

4. Militer seharusnya tidak ikut berkecimpung dalam politik peraktis. Toh dalam

kenyataannya justru militerlah yang selalu mengendalikan perpolitikan Pakistan.

Hal ini menjadikan tiga aktor utama dalam perpolitikan Pakistan: militer, presiden

dan perdana menteri. Sehingga, siapapun yang ingin menjadi pemimpin Pakistan

seolah haruslah mendapatkan restu dahulu dari pihak militer.

5. Pihak Oposisi seharusnya menjadi suatu badan pembanding dalam kebijakan-

kebijakan pemerintah, dengan memberikan jalan keluar atau masukan-masukan

kepada pemerintah. Dengan tidak menjadi provokator yang mengarah kepada

kehancuran negara dengan cara anarkis untuk menggulingkan pemerintahan

berkuasa.

Page 131: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

DAFTAR PUSTAKA

Bhutto, Benazir. The way out: Interviews, impressions, statements, and messages.

Mahmood Publications. 1988.

Bhutto, Benazir. Benazir Bhutto defends herself. Rhotas Books. 1990

Bhutto, Benazir. Issues in Pakistan. Jang Publishers. 1993.

Ali, Zaenal. Tragedi Benazir Bhutto. Yogyakarta: Narasi. 2008.

Mashad, Dhurorudin. Pemilu di Pakistan 1990; Kegagalan Benazir Bhutto Dalam

Meraih Kekuasaan, Jurnal Ilmu Politik, No. 13 Jakarta: PT Gramedia, 1983.

Mashad, Dhuroruddin. Benazir Bhutto: Profil Politisi Wanita di Dunia Islam

Jakarta:Pustaka CIDESINDO. 1996.

Esposito, John L. Ensiklopedi Dunia Islam Modern, New York, Syracuse Press. 1995.

Esposito, John L. Islam dan Politik. Jakarta: PT Bulan Bintang. 1990.

Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Ummat Islam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 1999.

Ahmad, Zaenal Abidin. Konsep Politik dan Ideologi Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1977.

Apter, David E. Pengantar Analisa Politik. Jakarta: LP3ES, 1988.

Page 132: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi

Crouch, Harold. Rezim Militer: Perkembangan Politik dan Modernisasi. Jakarta:

Yayasan Perkhidmatan, 1982.

Duverger, Maurich. Sosioligi Politik. Jakarta: Rajawali Press, 1985.

Esposito, Jhon L. Agama dan Perubahan Sosio-Politik, terj. S.H.S. Jakarta: Aksara

Perdata, 1983.

Greetz, Clifford. Ikatan-Ikatan Primordial dan Politik Kebangsaan di Negara-Negara

Baru, Pembangunan Politik dan Perubahan Politik (Sebuah Bunga Rampai),

editor oleh Juwono Sudarsono. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1991.

Budiardjo, Miriam, Dasar-dasar Ilmu Politik, Jakarta: Gramedia, 1982.

L. Garl Brown, Wajak politik Islam, Jakarta: Serambi,2003.

Albert Hourani, Pemikiran Liberal di Dunia Arab, (terj) (Bandung: Mizan Pustaka,

2004).

Hasan, Rias. Islam Dari Konservatisme Sampai Fundamentalisme, terj. Dewi Haryani.

Jakarta: Rajawali Press, 1985.

Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Jakarta::

Bulan Bintang, 1975.

Huntington, Samuel P. Tertib Politik di Dalam Masyarakat Yang Sedang Berubah.

Jakarta: CV. Rajawali , 1983.

Sligman, Lester G. Pengangkatan Tokoh-Tokoh Politik, Beberapa Aspek Dalam

Pembangunan Politik, Tarj. Afan Gaffar. Jakarta: CV. Rajawali, 1990.

Varma, S.P. Teori Politik Modern. Jakarta: CV Rajawali, 1990.

Page 133: POLITIK BENAZIR BHUTTO - cs.unsyiah.ac.idfrdaus/PenelusuranInformasi/File-Pdf/KHOIRUL... · Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat ... tetapi memiliki sedikit apresiasi