politik adalah pendidikan
DESCRIPTION
Bahan baca bacaTRANSCRIPT
POLITIK ADALAH PENDIDIKAN “Kampanye Bukan Hanya Sekedar Meraup Suara”
Mahasiswa A : “eh lo uda liat blum poster di parkiran.?”
Mahasiswa B : “liat coy, yang ada foto2 itu ya, keren ya, gw bakal milih dia kyknya”
Mahasiswa A : “kenapa lo milih dya.? Emang lo tau apa yg dya bawa”
Mahasiswa B : “timsesnya orang2 hebat, jadi biar gw ga tau kontennya, ya uda pilih aj”
Mahasiswa A : “praktis, hm….”
eginilah kampus kita kini, paling
tidak untuk sementara waktu. Tak
sulit lagi menemui konsolidasi dan
diskusi, basis massa mulai didekati dan
diajak untuk mengambil peran. Semua
upaya dilakukan untuk memperjuangkan
kesempatan dapat melanjutkan cita – cita
besar dalam kemahasiswaan di kampus
ini. Seiring dengan itu, tak lama gagasan
besar mulai ramai dibicarakan, metode
kembali direkonstruksi, namun sudahkah
dipastikan tujuan utama tidak memudar?
Memastikan tujuan adalah hal utama yang
harus dilakukan. Tanpa kepastian tujuan,
arah gerak dan upaya hanya akan menjadi
suatu hal yang tidak efektif bahkan justru
akan menambah panjang deretan
penyimpangan yang kontraproduktif.
Menghadirkan tujuan adalah tugas
pemimpin. Lantas apa realita yang terjadi
justru berbeda. Momentum pemilihan
pemimpin tak lagi fokus kepada
memasyarakatkan tujuan yang akan kita
kejar bersama, melainkan sibuk mencari
cara untuk memenangkan momentum ini.
Praktek praktis mulai bermunculan,
berbagai taktik dipersiapkan termasuk
memanfaatkan kepercayaan orang lain
terhadap aktor di momentum ini.
Tidakkah kita merasa ini menciderai
pendidikan?
Memang lebih mudah mewujudkan
perubahan apabila kita dapat merekayasa
sistem. Namun kesuksesan terwujudnya
perubahan tidak lantas lepas dari peran
serta orang – orang yang mendukung.
Sehingga tingkat pemahaman dari mereka
yang kita pimpin menjadi faktor penentu
dan harus dipastikan sebelum kelak
akhirnya kita memimpin. Hal inilah yang
kemudian menjadi jawaban bahwa
mengejar posisi bukan merupakan satu –
satunya hal yang harus diprioritaskan
dalam pertarungan politik.
Namun teori tak selalu indah.
Pencerdasan massa tak jua diprioritaskan
oleh aktor – aktor dalam lakon pemilihan
pemimpin ini. Jumlah basis massa yang
terlibat hanya menjadi simbol – simbol
tak sadar potensi. Memimpin berarti
mengabdi bekerja, sehingga momentum
sebelumnya adalah investasi.
Masyarakatkan atau siap ditinggalkan
ketika baru dipercaya memimpin kelak.
B