polisemi

12
Polisemi berarti sepatah kata mempunyai banyak arti atau sepatah kata mempunyai arti lebih dari satu. Dalam polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini: 1. Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu. Misalnya kepala yang mempunyai arti ’bahagian atas tubuh manusia, tempat mata, hidung, dan tumbuhnya rambut’, tetapi dapat juga berarti ’orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor, tempat bekerja, dan sebagainya. 2. Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu dipakai untuk memberi keterangan benda lain. Misalnya bagian-bagian tubuh manusia seperti pinggang, leher, kaki, serta mulut. Kata-kata tersebut dipakai untuk memberi keterangan benda lain dengan dasar perbandingan yang sama seperti terdapat pada bentuk pinggang perahu, leher botol, kaki meja, dan mulut sungai. 3. Sepatah kata konkret dapat pula dipergunakan untuk suatu pengertian abstrak. Misalnya kata-kata menyala, meluap, serta berkobar pada bentuk-bentuk berikut ini: o Kemarahan abang menyala-nyala karena anak itudiam seribu bahasa. o Keinginan adik meluap-luap untuk mengikuti acara pelantikan itu.

Upload: ediginting

Post on 01-Jul-2015

953 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: polisemi

Polisemi berarti sepatah kata mempunyai banyak arti atau sepatah kata

mempunyai arti lebih dari satu. Dalam polisemi dapat terjadi hal-hal berikut ini:

1. Sepatah kata dapat berarti lebih dari satu.

Misalnya kepala yang mempunyai arti ’bahagian atas tubuh manusia,

tempat mata, hidung, dan tumbuhnya rambut’, tetapi dapat juga berarti

’orang yang menjadi pimpinan pada sebuah kantor, tempat bekerja, dan

sebagainya.

2. Kata yang mempunyai arti petunjuk benda tertentu dipakai untuk memberi

keterangan benda lain.

Misalnya bagian-bagian tubuh manusia seperti pinggang, leher, kaki, serta

mulut. Kata-kata tersebut dipakai untuk memberi keterangan benda lain

dengan dasar perbandingan yang sama seperti terdapat pada bentuk

pinggang perahu, leher botol, kaki meja, dan mulut sungai.

3. Sepatah kata konkret dapat pula dipergunakan untuk suatu pengertian

abstrak.

Misalnya kata-kata menyala, meluap, serta berkobar pada bentuk-bentuk

berikut ini:

o Kemarahan abang menyala-nyala karena anak itudiam seribu

bahasa.

o Keinginan adik meluap-luap untuk mengikuti acara pelantikan itu.

o Semangat mahasiswa berkobar-kobar dalam menuntut

penyelesaian masalah itu.

4. Kata yang sama berubah artinya karena berbeda indera yang

menerimanya.

Misalnya kata pedas dan manis dalam kata-kata berikut ini:

o Kata-kata ayah si Amir sangat pedas untuk anak yang seusia

seperti itu.

o Cabai itu sudah tentu sangat pedas apalagi dicampur dengan

merica.

o Rasa teh itu sangat manis karena diberikan gula yang sangat

banyak.

Page 2: polisemi

o Anak gadis yang sangat manis itu sudah dua tahun mengikuti

perkuliahan di perguruan tinggi kami ini.

Hipernimi ialah kata-kata yang maknanya mencakup makna kata-kata

lainnya. Misalnya, kata bunga melingkupi makna kata-kata anggrek, kamboja, ros,

kenanga, melati, dan mawar. Dengan kata lain, yang dimaksud dengan bunga

bukan hanya mawar dan ros, tetapi termasuk pula anggrek, kamboja, kenanga, dan

melati. Kebalikan dari hipernimi adalah hiponim. Hiponim adalah kata-kata yang

maknanya termasuk di dalam makna kata-kata lainnya. Misalnya, makna kata

merah sudah termasuk serta merupakan bagian didalam makna kata warna; makna

kata burung sudah termasuk di dalam makna kata unggas.

3). Lazim

Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa indonesia. Kelompok kata

ataupun pengelompokan kata yang seperti itu memang sudah lazim dan

dibiasakan dalam bahasa indonesia.

Contoh:

Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi, kita tidak dapat mengatakan

anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kedua kelompok kata ini

mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari

sudut makna dan pemakaiannya.

4). Benar

Yang dimaksud dengan benar adalah pilihan kata itu harus mempunyai bentuk

yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku di dalam bahasa indonesia. Kata-

kata yang kita pilih itu mematuhi aturan tata bahasa Indonesia.

Contoh:

Kata-kata pengrusak pada pengrusak rumah, merubah pada merubah rencana,

serta pentrapan pada pentrapan teknologi adalah kata-kata yang tidak benar atau

kata-kata yang tidak sesuai dengan kaidah tata bahasa Indonesia Seharusnya kata-

Page 3: polisemi

kata ini adalah perusak di dalam bentuk perusak rumah, mengubah di dalam

bentuk mengubah rencana, dan penerapan di dalam bentuk penerapan teknologi.

b). Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Makna Kata

Pilihan kata pada bagian ini harus memperhatikan makna dasar kata yang

bersangkutan. Kesulitannya adalah orang tidak dapat lagi membedakan makna

kata dasar dan makna yang telah mengalami perjalanan sejarah, pengalaman

pribadi, perbedaan perasaan, perbedaan lingkungan, perbedaan tujuan, perbedaan

nilai-nilai makna, serta perbedaan profesi. Untuk mengenal makna dasar dengan

baik, satu-satunya cara adalah dengan membuka dan membaca kamus standar

bahasa yang bersangkutan.

Makna dasar sepatah kata disebut dengan denotasi atau makna denotatif.

Sedangkan makna-makna yang lainnya itu disebut dengan asosiasi atau makna

asosiatif yang terkadang disebut juga dengan konotasi atau makna konotatif.

Pilihan kata yang sesuai dengan makna kata harus memperhatikan sudut

makna kata itu sendiri. Makna kata itu bermacam-macam antara lain:

1. Makna denotatif

2. Makna asosiatif, yang terdiri atas:

o Makna konotatif

o Makna stilistik

o Makna afektif

o Makna reflektif

o Makna kolokatif

o Makna interpretatif

1. Makna denotatif

Makna denotatif adalah makna yang sesuai dengan apa adanya, makna yang

sesuai dengan hasil observasi, makna yang diberi batasan. Nama lain untuk

makna denotatif ini adalah makna konseptual yaitu makna menurut konsep

yang ada.

Page 4: polisemi

Contoh:

Secara denotatif kata-kata bini dengan istri, laki dengan suami, tidak ada

perbedaannya.

2. Makna asosiatif

Makna asosiatif berhubungan dengan masyarakat pemakai bahasa tersebut,

nilai-nilai yang ada pada masyarakat pemakai bahasa itu, perkembangan kata

itu sesuai dengan kehendak pemakai bahasa, pribadi pemakai bahasa, masa

kata itu dipergunakan, dan perasaan pemakai bahasa. Keenam makna berikut

dibaeah ini termasuk makna asosiatif.

a. Makna konotatif

Makna konotatif adalah makna yang timbul karena makna

konseptual/denotatif mendapat tambahan-tambahan sikap sosial, sikap diri

dalam suatu zaman, sikap pribadi, dan kriteria tambahan lainnya.

Contoh:

Kata wanita dan perempuan berbeda maknanya berdasarkan konotasinya.

Kata wanita mengandung makna ’manusia dewasa berjenis kelamin betina

yang lebih berani, agresif, modern, profesional, lebih terdidik, kurang

pandai memasak, dan kurang sensitif’. Sedangkan kata perempuan

mengandung makna ’manusia dewasa berjenis kelamin betina yang kurang

profesional, pandai memasak, kurang terdidik, dan sangat sensitif’.

b. Makna stilistik

Makna stilistik berhubungan dengan gaya pemilihan kata dalam tutur

ataupun karang-mengarang sesuai dengan lingkungan masyarakat

pemakai bahasa tersebut. Makna stilistik dapat dibedakan berdasarkan: a.

Profesi (seperti bahasa sastra, bahasa hukum, dan bahasa jurnalistik); b.

Status (seperti jargon, slang, dan bahasa percakapan); d. Pribadi (seperti

bahasa gaya Mochtar Lubis, bahasa gaya Idrus, bahasa gaya Sutan Takdir

Alisyahbana).

c. Makna afektif

Page 5: polisemi

Makna afektif berhubungan dengan perasaan pembicara/pemakai bahasa

secara pribadi, baik terhadap lawan bicara maupun terhadap obyek

pembicaraan. Makna afektif akan lebih berkesan dalam bahasa lisan

daripada dalam bahasa tulis. Makna afektif lebih jelas dengan pemakaian

kata-kata seruan aduh, aduhai, aha, ahai, amboi, biar!, mampus lu!, cib,

cis, lho, oh, puih, wah, yakh.

d. Makna reflektif

Makna reflektif umumnya menghubungkan antara makna

denotatif/konseptual yang satu dengan makna denotatif/konseptual yang

lain. Pilihan kata dengan makna denotatif/konseptual tertentu

menimbulkan refleksi kepada sesuatu yang hampir bersamaan. Umumnya

makna reflektif ini lebih cenderung kepada sesuatu yang bersifat sakral,

sesuatu yang bersifat tabu, sesuatu yang kurang sopan. Dan sesuatu yang

haram. Makna reflektif diperoleh berdasarkan pengalaman pribadi,

pengalaman bersama, dan perjalanan sejarah.

Contoh:

Kata baju hijau mengandung makna reflektif karena dapat menimbulkan

pengertian sopan ’sesuatu yang dapat melindungi’, tetapi dapat juga

mengandung pengertian ’sesuatu yang menakutkan’.

e. Makna kolokatif

Makna kolokatif berhubungan dengan makna dalam frase sebuah bahasa.

Hubungan makna kolokatif dalam bahasa indonesia lebih banyak

berdasarkan kelaziman dan kebiasaan.

Contoh:

Kata cepat dan laju mempunyai pasangan atau kelompok kata tertentu.

Kedua kata itu mempunyai makna kolokatif. Kita dapat mengatakan bus

cepat malamdan janggal rasanya kalau kita mengatakan bus laju malam.

f. Makna interpretatif

Makna interpretatif berhubungan dengan penafsiran dan juga tanggapan

dari pendengar ataupun pembaca. Si X menulis/berbicara dan si Q

membaca/mendengar. Lalu si Q akan memberikan tafsiran pilihan

Page 6: polisemi

kata/diksi yang dilakukan si X. Tafsiran dan tanggapan si Q haruslah

sesuai dengan pilihan kata/diksi si X. Apabila hal ini tidak terjadi,

kesalahpahaman antara si X dan si Q akan muncul.

c). Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Lingkungan Sosial Kata

Dalam pilihan kata harus selalu diperhatikan lingkungan pemakaian kata-

kata. Dengan membedakan lingkungan itu, pilihan kata yang kita lakukan akan

lebih tepat. Lingkungan itu dapat kita lihat berdasarkan:

o Tingkat sosial yang mengakibatkan terjadinya sosiolek;

o Daerah/geografi yang mengakibatkan terjadinya dialek;

o Resmi/formal dan tidak resmi/nonformal yang mengakibatkan terjadinya

bahasa baku/bahasa standar dan bahasa yang tidak baku/bahasa

nonstandar,

o Umum dan khusus yang mengakibatkan terjadinya bahasa umum dan

bahasa khusus/bahasa profesional.

Dialam bahasa indonesia kata-kata tertentu kita bedakan penggunaanya karena

adanya perbedaan rasa bahasa, seperti kasar, halus, saying, benci, hormat, dan

lain-lain. Kata-kata mati, meninggal dunia, wafat, tewas, misalnya, kita bedakan

penggunaanya di dalam bahasa Indonesia berdasarkan rasa bahasa, bukanlah

melihat tingkat sosialnya.

Pilihan kata /diksi juga harus memperhitungkan kata-kata dan makna yang

profesional. Pilihan kata/diksi berdasarkan profesi tidak sama dengan istilah.

Pilihan kata berdasarkan profesi merupakan pilihan kata yang telah kita lazimkan

jika orang membicarakan masalah tertentu.

Contoh:

Umum Profesional

Dibuat dirakit

Tengah madya

Tukang ahli

Rumah wisma, graha

Page 7: polisemi

Penonton televisi pirsawan, pemirsa

Pembantu asisten

Arang karbon

Pekerja karyawan, pegawai

d). Pilihan Kata Sesuai dengan Kaidah Mengarang

Pilihan kata yang sesuai dengan karang-mengarang harus memperhatikan

hal-hal berikut ini.

1. Pilihan kelompok kata yang berpasangan tetap

Contoh:

o Terdiri dari, terdiri dalam, terdiri atas

o Ditemani oleh, ditemani dari, ditemani dengan

o Bebas akan, bebas atas, debas dari

2. Pilihan kata yang langsung

Contoh:

o Ia menelepon kekasihnya. (pilihan kata yang langsung)

o Ia memanggil kekasihnya melalui telepon. (pilihan kata yang panjang

dan berbelit-belit)

3. Pilihan kata yang dekat dengan pendengar/pembaca

Pilihan kata pada bagian ini harus sesuai dengan tingkat sosial, tingkat

pendidikan, tingkat pengetahuan lawan berbicara, sehingga pembicara/penulis

dekat dengan pendengar/pembaca. Pilihan kata untuk anak-anak akan berbeda

dengan pilihan kata untuk orang dewasa.

3. Kata ilmiah, Kata populer, Kata Jargon dan Slang

Kata Kajian (ilmiah) dan Populer

KAJIAN POPULER

Batuan Batu

Populasi Penduduk

Page 8: polisemi

Makro Besar

Abses Bisul

produk, prestasi, keluaran Hasil

Metode Cara

bermakna, signifikan Berarti

Fraksi Pecahan

Indeks Pununjuk

Konses Iizin

Jargon merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam

bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu. Kata-kata ini merupakan kata

sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu(dokter, militer, perkumpulan rahasia,

ilmuwan, dan sebagainya): populasi, volume, abses, dan sebagainya.

Kata-kata slang adalah semacam kata percakapan yang tinggi atau murni. Kata

slang adalah kata yang nonbaku, yang informal yang disusun secara khas atau

kata-kata biasa yang diubah atau kata-kata khiasan yang khas. Contoh Slang:

asoy, manatahan, belum tahu, dia, dan sebagainya(bersifat sementara).