policy brief perbaikan tata kelola dtks : yang tidak

8
PerbaikanTataKelolaDTKS: MenghadirkanMereka YangTidakTerlihat DalamPembangunan RingkasanEksekutif Keberadaan kelompok marginal seringkali menjadi populasi yang tersembunyi di berbagai negara, tidak terkecuali di Indonesia. Keberadaanya yang tersembunyi, menyebabkanmerekaseringkalitidakterdatadenganbaik, yang berdampak pada minimnya peran negara untuk melindungidanmemenuhihak-hakmereka.Hinggasaatini, masihdijumpaihakdasarkelompokmasyarakatmarginal belum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawa konsekwensibagikehidupandiri,keluargadanmasyarakat. Olehkarenanyapentinguntukmendorongpemerintahdan pemerintahdaerahberupayauntukmemastikankelompok masyarakat marjinal terdaftar pada data kependudukan danDataTerpaduKesejahteraanSosial(DTKS)bagimereka yang memenuhi kriteria intervensi program dan kegiatan pembangunan termasuk program perlindungan sosial. Dalam konteks penyelenggaraan jaminan sosial untuk menanggulangidampakCovid-19,keberadaanDTKSyang tidakdiperbaharuisecarareguler,tidakhanyamenyulitkan pemerintah dalam penyaluran bantuan, akan tetapi juga menjadipotensikonflikditingkatmasyarakat. Di11kabupaten/kotadi3provinsiwilayahProgramPEDULI telah dilakukan insiasi untuk meminimalisir tingkat inclusion dan exclusion error melalui ujicoba sinkronisasi data DTKS dengan data kelompok marginal yang tereksklusi. Mereka adalah kelompok difabel, masyarakat adat, anak dan remaja rentan, korban kekerasan masa lalu, agama minoritas dan transjender/waria. Masing-masing kelompok marginalinimemilikikarakteristikkhususyangmenyebabkan mereka seringkali di kucilkan atau mendapatkan stigma secarasosialmaupunjugadariprosespendataan. Pendataan pada Kelompok difabel mengalami exclusion error karena adanya stigma sebagai pembawa sial, aib keluarga, kutukan sehingga sering dikucilkan dan disembuyikan oleh keluarga dan masyarakat. Kelompok korbanpelanggaranHAMmasalalumendapatkanstigma sebagai musuh negara, tahanan politik, berbahaya dari masyarakat maupun pemerintah. Selain itu, mereka berdomisilidiwilayahyangmemilikitingkatkesulitantinggi secarageografis.Kondisiserupajugaterjadipadakelompok agama minoritas, mereka sering tidak terdata karena adanyastigmasebagaiorangyangtidakberagama,primitif dan berdomisili secara berkelompok di wilayah yang sulit dijangkau.Misalnyadiwilayahhutanadat. Pendataan pada komunitas masyarakat adat juga mengalami exclusion error karena lokasi tempat tinggal mereka yang tersebar dan masuk ke dalam hutan atau wilayahterpencilyangsulitdiakses,dianggapprimitifserta memilikiserangkaianaturanyangharusdipatuhiketikaakan masuk ke wilayah mereka. Misalnya tidak boleh menggunakan alas kaki, harus menggunakan baju warna hitam, tidak membawa alat elektronik dll. Untuk exclusion errorpadapendataankelompokanakdanremajarentan karena mereka tidak terdata dalam dokumen kartu keluarga,tidakmemilikiidentitasdiri(NIK). Sedangkan pendataan kelompok transjender/waria mengalamiexclusionerror dikarenakandomisilimereka yang berpindah-pindah, tidak memiliki dokumen kependudukan, tidak diakui atau diusir oleh keluarga masih adanya stigma dari masyarakat maupun pemerintah. Selain memiliki karakteristik khusus per komunitas yang mempengaruhi keterjangkauan pendataan. Secara umum penyebab inclusion dan exclusion error pada proses pendataan kelompok masyarakat marginal dikarenakan 1) belum memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan dokumen adminduk (administrasi dan kependudukan) lainnya, 2) pelaksanaan musyawarah desa/kelurahan yang belum efektif dan sensitif terhadap keberadaan kelompok marjinal di sekitarnya, 3) kriteria rumah tangga sasaran yang tidak sesuai dengan kondisi lokal, 4) kelompok marginal memiliki karakteristik lokal yang belum terakomodasi dalamkriteriadanprosespendataanDTKS,5)BDT(Basis DataTerpadu)yangmasihkurangakurat. Dengansegenaptantanganyangdihadapi,timprogram berhasilmelakukanadvokasisebanyak1.755datausulan baru kelompok marginal yang tereksklusi. Proses ini dilakukan melalui mekanisme verifikasi dan validasi (verivali) reguler DTKS tahun 2019 bersama dengan Pemerintah Daerah di 11 kabupaten/kota. Dari praktek baik ini, maka perlu dilakukan beberapa perbaikan dalam proses verivali DTKS kedepan sehingga dapat mengakomodirkelompokmarginalyangselamainimasih tereksklusidaribasisdatautamapemerintah. Rekomendasi RegulasidanKebijakan Kemensos dan pokja (kelompok kerja) data di pemerintah pusat harus melakukan review atas regulasitatakelolaDTKSuntukmemastikanprosesdan modulpendataanmenjangkaukelompok masyarakatyangpalingmarginal. PolicyBrief

Upload: others

Post on 20-Nov-2021

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanRingkasanEksekutifKeberadaankelompokmarginalseringkalimenjadipopulasi yang tersembunyi di berbagai negara, tidakterkecualidi Indonesia.Keberadaanyayang tersembunyi,menyebabkanmerekaseringkalitidakterdatadenganbaik,yang berdampak pada minimnya peran negara untukmelindungidanmemenuhihak­hakmereka.Hinggasaatini,masihdijumpaihakdasarkelompokmasyarakatmarginalbelum terpenuhi secara maksimal, sehingga membawakonsekwensibagikehidupandiri,keluargadanmasyarakat.Olehkarenanyapentinguntukmendorongpemerintahdanpemerintahdaerahberupayauntukmemastikankelompokmasyarakatmarjinal terdaftarpadadatakependudukandanDataTerpaduKesejahteraanSosial(DTKS)bagimerekayangmemenuhi kriteria intervensi program dan kegiatanpembangunan termasuk program perlindungan sosial.Dalam konteks penyelenggaraan jaminan sosial untukmenanggulangidampakCovid­19,keberadaanDTKSyangtidakdiperbaharuisecarareguler,tidakhanyamenyulitkanpemerintahdalampenyaluranbantuan,akan tetapi jugamenjadipotensikonflikditingkatmasyarakat.Di11kabupaten/kotadi3provinsiwilayahProgramPEDULItelahdilakukan insiasiuntukmeminimalisir tingkat inclusiondan exclusion errormelalui ujicoba sinkronisasi data DTKSdengandatakelompokmarginalyangtereksklusi.Merekaadalah kelompok difabel, masyarakat adat, anak danremaja rentan, korban kekerasan masa lalu, agamaminoritasdan transjender/waria.Masing­masingkelompokmarginalinimemilikikarakteristikkhususyangmenyebabkanmereka seringkali di kucilkan atau mendapatkan stigmasecarasosialmaupunjugadariprosespendataan.Pendataan pada Kelompok difabelmengalami exclusionerror karenaadanya stigma sebagai pembawa sial, aibkeluarga, kutukan sehingga sering dikucilkan dandisembuyikan oleh keluarga dan masyarakat. KelompokkorbanpelanggaranHAMmasalalumendapatkanstigmasebagai musuh negara, tahanan politik, berbahaya darimasyarakat maupun pemerintah. Selain itu, merekaberdomisilidiwilayahyangmemilikitingkatkesulitantinggisecarageografis.Kondisiserupajugaterjadipadakelompokagama minoritas, mereka sering tidak terdata karenaadanyastigmasebagaiorangyangtidakberagama,primitifdan berdomisili secara berkelompok diwilayah yang sulitdijangkau.Misalnyadiwilayahhutanadat.Pendataan pada komunitas masyarakat adat jugamengalami exclusion error karena lokasi tempat tinggalmereka yang tersebar dan masuk ke dalam hutan atauwilayahterpencilyangsulitdiakses,dianggapprimitifsertamemilikiserangkaianaturanyangharusdipatuhiketikaakanmasuk ke wi layah mereka. Misalnya t idak bolehmenggunakanalaskaki,harusmenggunakanbajuwarnahitam, tidakmembawaalatelektronikdll. Untukexclusionerrorpadapendataankelompokanakdanremajarentankarena mereka tidak terdata dalam dokumen kartukeluarga,tidakmemilikiidentitasdiri(NIK).

Sedangkan pendataan kelompok transjender/wariamengalamiexclusionerror dikarenakandomisilimerekayang berpindah­pindah, tidak memiliki dokumenkependudukan, tidak diakui atau diusir oleh keluargamasih adanya stigma dari masyarakat maupunpemerintah.Selain memiliki karakteristik khusus per komunitas yangmempengaruhi keterjangkauan pendataan. Secaraumum penyebab inclusion dan exclusion error padaproses pendataan kelompok masyarakat marginaldikarenakan 1) belum memiliki NIK (Nomor IndukKependudukan) dan dokumen adminduk (administrasidan kependudukan) la innya, 2) pe laksanaanmusyawarah desa/kelurahan yang belum efektif dansensitif terhadap keberadaan kelompok marjinal disekitarnya,3)kriteria rumah tanggasasaranyang tidaksesuai dengan kondisi lokal, 4) kelompok marginalmemiliki karakteristik lokal yang belum terakomodasidalamkriteriadanprosespendataanDTKS,5)BDT(BasisDataTerpadu)yangmasihkurangakurat.Dengansegenaptantanganyangdihadapi,timprogramberhasilmelakukanadvokasisebanyak1.755datausulanbaru kelompok marginal yang tereksklusi. Proses inidilakukan melalui mekanisme verifikasi dan validasi(verivali) reguler DTKS tahun 2019 bersama denganPemerintahDaerahdi11kabupaten/kota.Daripraktekbaik ini, maka perlu dilakukan beberapa perbaikandalam proses verivali DTKS kedepan sehingga dapatmengakomodirkelompokmarginalyangselamainimasihtereksklusidaribasisdatautamapemerintah.RekomendasiRegulasidanKebijakan Kemensos dan pokja (kelompok kerja) data dipemerintah pusat harus melakukan review atasregulasitatakelolaDTKSuntukmemastikanprosesdanmodu l penda taan men jangkau ke lompokmasyarakatyangpalingmarginal.

PolicyBrief

Page 2: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

Sosialisasi regulasi pelaksanaan DTKS harus dilakukansecara berjenjang sehingga dipahami oleh semuapemangkukepentingandidaerah. MembuatsoftcopybukupanduantentangDTKSyangmeliputi regulasi, proses pendataan, verifikasi danvalidasidatasertapenetapandata. ProsespendataansesuaialuryangtercantumdalamPermensos 5 Tahun 2019 perlu diberikan penekanantidak harus dilakukan secara serentak. Perubahansekecilapapunakansangatberartidalammemastikanvaliditasbasisdataterpadu. Proses pendataan DTKS harus juga di sinergikandengan Pasal 29 Perpres No 96 Tahun 2018 untukmemastikan jangkauan kepada kelompok marginaldankelompokyangmemilikikarakteristikkhusussepertiwaria, difabel, masyarakat adat dan penghayatkepercayaansertakelompokyangdomisilinyaadadipedalaman.ManagemenPendataan Meng op t i m a l k a n T K P K D ( T i m K o o r d i n a s iPenanggulangan Kemiskinan Daerah) sebagailembaga payung koordinasi kebijakan dan programpengentasan kemiskinan untuk mendorong DTKSdigunakan oleh lintas OPD (Organisasi PerangkatDaerah)didaerah. DinasSosial sebagaipengelolaDTKSmenjadibagianPokjaDataTKPKDyangmenyediakandanmemastikanpemanfaatan database program kemiskinan danperlindungansosial. Melibatkan pemerintah desa secara aktif sebagaiujung tombak pendatan maupun pemanfaat DTKS,mengingatsaat inidesamengeloladanadesayangdapat digunakan untuk melakukan pendataanmandiri dan pelaksanaan program pengentasankemiskinanskaladesa. MemberikankewenangankepadaDinsos(DinasSosial)untukmengolahDTKSdalambentukdatasiappakaiuntukkebutuhanOPDataupemangkukepentingandidaerah.PerbaikanJenisData Segera ubah terminologi penyandang cacat yangtercantum dalam form pendataan DTKS menjadidisabilitassesuaidenganUUNo.8Tahun2016tentangPenyandangDisabilitas. Menambahkan jenis ragam disabilitas dalam subvariabelformpendataanDTKS. Mengakomodasi itemdata yangdiluar basis RumahTanggayaitudataberbasisnonrumahtanggasepertiindividudankomunitas. Mendorong kolaborasi antara Dinsos dan DinasDukcapil (Kependudukan dan Catatan Sipil) untukpemenuhanadmindukkelompokmarginal.

AktordanSDM Memberikan kewenangan kepada daerah untukmengoptimalkan potensi kader lokal maupunorganisasi masyarakat sipil dalam proses verifikasidanvalidasi(Verivali)DTKS. Bisamengambilalternatifmengoptimalkanpetugasregistrasi kependudukan di tingkat desa karenacukupefektifuntukmelakukanpendataan. Melibatkan atau bekerjasama dengan CSO/LSMataupihaklaindalammelakukansosialisasitentangDTKS.LatarBelakangDTKS(DataTerpaduKesejahteraanSosial)menghimpundata 40% rumah tangga miskin dan sangat miskin diIndonesia dan menjadi basis data utama programpenanggulangankemiskinan&perlindungansosialyangmenjadi rujukan kementerian/lembaga maupunpemerintah daerah. Walaupun proses dan metodependataan DTKS terus disempurnakan, namun masihditemukanindividuataupunkelompokmasyarakatyangberhakatausesuaikriteriabelumdimasukkandalambasisdatautamaini.TingkatinclusiondanexclusionerrorDTKSatauyangseringdisebutdenganBDTmasihcukuptinggi.Hal ini menyebabkan sistem penargetan programperlindungan sosial atau program pengentasankemiskinan tidak tepat sasaran. Exclusion error banyakterjadipadakelompokmasyarakatmarginaldiantaranyakelompok disabilitas, perempuan, anak dan remajarentan,penghayatkepercayaandanagamaminoritas,masyarakatadat,korbankekerasanmasalaludanwaria.Mereka seharusnya menjadi kelompok prioritas yangmasuk dalam DTKS, mengingat kelompok ini sangatrentanterdampaksecarasosialekonomidantertinggaldar i pembangunan. Hal in i berdampak padapemenuhan hak dasar dan kualitas hidup kelompokmarginal. Banyak dari mereka yang belum memilikiidentitasdirisehinggasulitmengaksesprogramlayananpublikdaripemerintah.Salahsatunyaadalah programperlindungansosial.

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief

Page 3: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

Beberapa faktor umum penyebab exclusion errorpendataan terjadi pada kelompok marginal karena 1)belum memiliki NIK (Nomor Induk Kependudukan), 2)pelaksanaan musyawarah desa/kelurahan yang belumefektifdansensitifterhadapkeberadaankelompokmarjinaldi sekitarnya,3)kriteria rumah tanggasasaranyang tidaksesuaidengankondisilokal,4)kelompokmarginalmemilikikarakteristik lokalyangbelumterakomodasidalamkriteriadanproses pendataanDTKS, 5) BasisData Terpadu yangmasihkurangakuratdan6)beberapakelompokmarginalberdomisilidiwilayahyangsulitdijangkau,memilikiaturanyangharusdipatuhisepertipadamasyarakatadatdanjugaada yang berpindah­pindah, 7) Basis data kelompokmarginal tidak selalu berbasis Rumah Tangga melainkanindividumaupunkomunitas.Kelompok marginal ditengarai juga menjadi salah satupenyumbang angka kemiskinan. Untuk itu perlindunganterhadap kelompok marginal dalam mendapatkan hakdasarnya penting dilakukan oleh Pemerintah maupunorganisasilainyangbergerakdibidangsosial.Perlindunganinidapatdilakukanjikadatamasyarakatkelompokmarginalterpenuhi dan tersedia. Oleh karenanya, pemerintahseharusnya melakukan pendataan terhadap masyarakatkelompok marginal dan memberikan perlakuan khususterhadapkelompoktersebut.TemuanPentingInisiasiSinkronisasiData:UpayaMeminimalisirExclusionDanInclusionErrorSejakOktober2018,ProgramPedulimelaluiPusatRehabilitasiYAKKUM(PRY)melakukanujicobaadvokasidatakelompokmarginal(penerimamanfaatProgramPeduli)dengandataDTKS. Hal ini dilakukan untuk mengetahui strategimeminimalisir exclusion dan inclusion error data padakelompok yang tereksklusi. Ujicoba dilakukan dimasing­masing kelompok mitra dengan mengambil lokasi 11(sebelas) Kabupaten/Kota di 3 (tiga) propinsi yaitu DIY,SulawesiSelatandanNTT.Ujicoba ini dilakukan dengan cara sinkronisasi data yaitudatakelompokmarginalyangdimilikiolehProgramPedulidisandingkan dengan DTKS yang dimiliki oleh Dinas Sosialdimasing­masingwilayah.ProsespenyandingandilakukanolehDinasSosialselakupengelolaDTKSdidaerahbersama­sama dengan organisasi masyarakat sipil. Dari hasilpenyandingandiperolehinformasidatakelompokmarjinalyang belum masuk dalam DTKS atau disebut denganexclusion error. Data inilah yang selanjutnya dimasukkandalamdataprelistawalkabupaten/kotauntukselanjutnyadibawa dalam proses verivali di lapangan denganmengacu pada Permensos No. 28 Tahun 2017 tentangpedoman umum verifikasi dan validasi Data TerpaduPenangananFakirMiskindanOrangTidakMampu.Prosesujicobainitelahberhasilmemasukkansebanyak1.755datausulanbarupadavervalDTKStahun2019.

Regulasi dan Kebijakan DTKS belum tersosialisasidenganbaikkepadaPemerintahDaerahKebijakanDTKSmerupakanmandatdariUUNo.13Tahun2011 tentang penanganan fakir miskin. Dalam pasal 8sampaidenganpasal11diaturtentangpendataanfakirmiskin sebagai dasar intervensi program dan kegiatanpengentasankemiskinandiIndonesia.Selainitu,UUNo.23tahun 2014 tentang pembagian urusan pemerintah dib idang sos ia l juga mengamanatkan tentangpengelolaandatafakirmiskin.Kementrian Sosial menindaklanjuti dengan melakukanverifikasi dan validasi data DTKS secara periodik yangdituangkandalamPermensosNo.28Tahun2017tentangpedoman umum verifikasi dan validasi Data TerpaduPenangananFakirMiskindanOrangTidakMampu.Padapertengahan2019,permensos inidiperbaharuimenjadiPermensosNo.5Tahun2019tentangPengelolaanDataTerpaduKesejahteraanSosial.Regulasitersebutmenjadipedoman bagi pemer intah dalam melakukanpengelolaan DTKS. Selain regulasi yang ada dipemerintah pusat, ada juga pemerintah daerah yangsudah berinisiatif dengan membuat regulasi tentangpenanggulangan kemiskinan, seperti Kota Makasardengan Perwali No. 70 Tahun 2015 tentang strategipercepatanpenanggulangan kemiskinandaerah KotaMakasartahun2015–2019yangdidalamnyamengaturtentangmekanismepengelolaandatakemiskinan.Dari 11 kabupaten/kota wilayah dampingan ProgramPeduli, hanya 40% yang telah mengetahui danmengimplementasikan regulasi DTKS seperti amanatPemensosNo28Tahun2017,sedangkansisanyabelummelakukanvervalDTKS.

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief

AlurintegrasikelompokmarginaldalamprosesvervalDTKS

Page 4: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

MinimnyapemahamantentangregulasipengelolaanDTKSterlihatdarikebijakanpelaksanaanverivalidata.Misalnyaadapemerintahdaerahyangmenyatakanbahwaprosesverivali harus dilakukan serentak yangmemerlukan biayayangcukupbesar.Padahaldalamprakteknyaperubahansekecil apapun dalam proses vervali data sangat berartiuntukperbaikanbasisdataini.Belajar dari praktek baik verivali DTKS, komunikasi intensifdengan pemerintah daerah terkait dengan regulasi dankebijakan DTKS menjadi kunci keberhasilan pelaksanaanadvokasi data penerima manfaat Program Peduli. Daripraktekbaikini,DinsosdanBappedamemahamisubstansiregulasi tata kelolaDTKSdanbersediamelakukan verivalidatatahun2019.Ditatarankebijakandanregulasi,inisiatifiniberhasilmendorongpemdalokasipilotingmenindaklanjutidatausulanprogrampedulimenjadiprelistdataBDTtahun2019 dan menjadi basis data dalam verval data DTKSreguler.AdanyakomitmendaripemdadalammelakukanperbaikandataDTKSdenganmemasukkandatakelompokmitraprogrampeduli.DiantaranyaPemerintahKabupatenTimor Tengah Selatan, Kulon Progo, Sumba Timur, SumbaBarat,Barru,sertaPemerintahKotaMakassar.ManagemenpendataanDTKSManagemenpendataanDTKSterdiridarikelembagaandaninfrastruktur yang mendukung proses pendataan.KelembagaanyangmenjadipengelolaDTKSdibeberapadaerahmasihbelumberjalansecaraoptimal.DinasSosialsebagai leading sector verifikasi dan validasi data belummenjalankan proses pemutakhiran data secaramaksimalkarena keterbatasan dana, sumberdaya manusia, dandukungandaripemda.Selainitu,posisiDinasSosialsebagaiOPDpelaksana jugadirasa kurangmemiliki otoritas untukmengkoordinasikanlintasOPDsehinggakewenanganuntukmedorong OPD lain menggunakan DTKS menjadi kurangkuat. Hal ini diperparah dengan belum berjalannyake lembagaan TKPKD untuk mengkoord inas i kanpengelolaan data kemiskinan. Padahal Dinas Sosialseharusnya menjadi bagian dari pokja data TKPKD yangmenjadi“dapur”untukmengolahdatakemiskinan(DTKS).Persoalan lain adalah ego sektoral antar lembagapemerintah terkait dengan pengelolaan data, termasukDTKS.Contohkasus:pascaBDTdikelolaKemensos(pusat)dan Dinsos (daerah), di beberapa daerah munculketidakharmonisanantaraBappedadenganDinsos.Belajardariprosesinisiasiyangtelahdilakukan,kondisidiatasmenyebabkan munculnya resistensi dari pemerintahdaerah, khususnya Dinsos. Ada pemda yang menolakkerjasamadenganmitraProgramPedulidalamperbaikandataDTKS.PemdamerasabahwavervaldataDTKShanyabolehdilakukanolehPemdadandilakukansecaraserentak.Sedangkan untuk melakukan serentak, pemda tidakmemiliki dana yang cukup untuk pendanaan. KomitmenDinasSosialdalammelakukanpemutakhirandata sangatbergantung pada dukungan pemangku kepentingan didaerah khususnya Bappeda, TAPD (Tim AnggaranPemerintahDaerah)danDPRD(DewanPerwakilanRakyatDaerah)

untuk menyediakan penganggaran yang memadai.Olehsebab itu,pemerintahdaerahperluberkolaborasidan memanfaatkan potensi pihak lain sebagai mitrapembangunan dalam mendukung verivali data.Misalnya dengan melibatkan pemerintah desa dalammemperbaikipendataanditingkatdesa.P eme r i n t ah Kabupa ten Bone s eca ra s e r i u smenganggarkan dana dalam APBD (AnggaranPendapatandanBelanjaDaerah)tahun2020sebesar1,3MkhususuntukvervaldataBDT.Sejalandenganhalitu,integrasipengelolaanDTKSdenganmenggunakansistemaplikasi SIKS­NG (Sistem Informasi Kesejahteraan SosialNext Generation) menimbulkan tantangan barudikalanganpemerintahdaerah.InfrastrukturyangmendukungprosespendataanDTKSdidaerahmasihsangatminim,banyakdaerahyangbelummemilikiperangkatyangmemadaiuntukaplikasiSIKS­NG.Beberapa daerah menyampaikan bahwa seringkaliterjadigangguan sistem (error) ketikamenginputdata,sehinggaadadaerahyangbelummenginputdatahasilverval sejak tahun 2018, seperti di Kota Makassar.Pembaharuan aplikasi SIKS­NG juga di rasakan terlalucepat,sehinggamenyulitkanpemerintahdaerahdalammenyesuaikan perubahan tersebut. Dalam tahun 2019saja,terdapattigakalipembaharuansistemaplikasiSIKS­NG. Ada beberapa daerah yang sudah mengetahuipembaharuanaplikasiakantetapibelummelakukanupdateaplikasiSIK­NGterbarukarenaaplikasiyangterbarutidaksertamertamenyediakankemudahanuntukimportdata yang sudah terinput sehingga operator harusmenginputulangdata.Dis i s i la in, beberapa pemer intah daerah jugamenyampaikan bahwa perangkat komputer yangmereka miliki belum kompatibel untuk aplikasi SIK­NG,sehingga mereka harus melakukan pengadaanperangkat komputer baru. Untuk memudahkankoordinasi, operator SIK­NG telah dimasukkan dalamaplikasimediasosialuntukpengelolaSIK­NG(operator)seluruhIndonesia.Akantetapimediainiternyatabelumcukup efektif sebagai sebuah media diskusi. Banyakpermasalahanyangdihadapikhususnyaolehpemdadiluarjawadanketikadilontarkandalamforumbaikonlinemaupunofflinemasihbelumjelastindaklanjutnya.Dari sisiprosespendataan,persoalanketepatanwaktupendataan menjadi tantangan bagi banyak daerah.TidaksemuadaerahdapatmelakukanpendataantepatwaktusesuaidengantenggatwaktudariKemensos.Halinidisebabkankarenaminimnyapendanaandansumberdaya manusia yang dimiliki untuk melakukan verval.Sedangkandari sisiaksesdataDTKS, tidak semuamitraprogrampedulimempunyaiaksesuntukmendapatkandata DTKS dari Dinsos di daerah. Beberapa mitramembutuhkanwaktuyanglamauntukmengaksesdatainikepadaDinsosmaupunBappeda.

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief

Page 5: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

PerbaikanJenisDataTerpaduKesejahteraanSosialDTKSberbasisNIKsedangkandatapenerimamanfaatmitraprogramPeduliyangdimilikiolehtimprogram,banyakyangbelummemilikiNIK.Hal inilahyangmenyebabkanbanyakmasyarakat dampingan Program Peduli yang meskimemenuhikriteria40%wargadengantingkatkesejahteraanrendah,tetapitidakmasukdalamDTKS.Pusdatin Kemensos mengakui bahwa data yang masukdalam DTKS selama ini memang masih belum sempurnakarenamasihadabeberapakelompokrentanyangbelummasuk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor salahsatunyapenentuankriteriadanatauindikator.IndikatorDTKSbelummengakomodasikebutuhankelompokrentandantermarjinalkankhususnyakelompokdifabel.Subindikator jenis disabilitas masih terbatas, belum lengkapmencantumkanragamdisabilitasyangada.Selainitu,padaform pendataan DTSK masih menggunakan terminologilama untuk penyebutan disabilitas yaitu penyandangcacat. Padahal sudahadaUUDisabilitas yangmengaturtentanghalini.Koordinasi lintas sektor dibutuhkan untuk memastikankelengkapanitemdatadalamDTKS,termasukmemastikansemua penduduk dapat mengakses NIK. Mengingat NIKmenjadiprasyaratutamadalampendataanDTKS.BelajardariprosesyangdilakukanolehProgramPeduli,kerjasamayangdibangunoleh lintas sektormemudahkankelompokmarginalmengakses data adminduk dari Dinas Dukcapil.Inisiatif ini mampu mewujudkan pemenuhan NIK bagikelompok rentan mitra program peduli dan mereka bisamasukdalamdataprelistDTKSuntukselanjutnyadilakukanverivali.AktordanSDMPengelolaDTKSMasih terbatasnya pengetahuan pemerintah daerahtentangvervaldataDTKS,ditunjukkandenganbeberapapemda(Dinsos)yangbelummengetahuitentangtahapanvervaldataDTKS.SelamainimerekamengikutisosialisasidariKemensos di Propinsi tapi belum melaksanakannya didaerah. Hal ini di perparah dengan kebijakan rotasiperangkat daerah yang tidak di sertai dengan transferpengetahuanyangmemadai,danberdampak terhadapprosesverivaliDTKS.Selain aspek transfer pengetahuan, keterbatasan SDM didaerah juga menyebabkan beberapa daerah masihkesulitanuntukmelakukanprosesverivaliDTKS.MisalnyaSDMyang memiliki kapasitas dan pengetahuan teknologiinformasi yangmemadai untukmenjadi operator aplikasiSIKNGdanpetugaspendatadilapangan/desa/kelurahan.SDMdaerahbanyak yang sudahberusia lanjutdanataululusanSMA/sederajatyangmenyebabkankapasitasSDMrendah.Belajar dari proses inisiatif yang dilakukan, beberapapemerintahdaerahtidakhanyaberkomitmen,

akan tetapi juga berkolaborasi denganMitra ProgramPeduli untuk melakukan sinkronisasi data penerimamanfaaat program Peduli dengan DTKS. BentukkolaborasiantaraMitraProgramPeduli&Dinsosberupapelatihanmaupunfasilitasipelasanaanvervaldata.Belajar dari proses inisiatif yang dilakukan, beberapapemerintah daerah tidak hanya berkomitmen, akantetapi dengan Mitra Program Peduli untuk melakukansinkronisasi data penerima manfaaat program Pedulidengan DTKS. Bentuk kolaborasi antara Mitra ProgramPeduli & Dinsos berupa pelatihan maupun fasilitasipelasanaanvervaldata.D i n s o s m e l a k u k a n p e l a t i h a n k e p a d arelawan/pendamping Program Peduli tentang DTKS.Relawan/pendamping program Peduli bersama Dinsosmemfasilitasi proses pelatihan enumerator data yangberasal dari warga desa/komunitas.Warga bergotongroyong atau berpartisipasi secara swadaya dalammelakukanpendataandikomunitas.SejalandenganamanatUUNo.17tahun1997tentangStatistik yang diturunkan dalam PP No. 51 Tahun 1999tentangpenyelenggaraanstatistikmenyebutkanbahwalembaga,organisasiperorangandanataumasyarakatlainnya dapatmenjalankan statistik khusus. Ini menjadipeluangbagidaerahdandesauntukmengoptimalkansumber dayamanusia yangadadalamproses verivalidataBDT.Mitralokaldankadermitradampinganyangdi lat ih o leh Dinsos untuk menjadi enumeratorpemutakhirandatadapatmenjadi tenagapengumpuldatadalamprosesVerifikasidanValidasidatareguler.DiKabupatenKulonProgo,enumeratorDTKS,salahsatunyamenggunakan KPKD (Kader penanggulangankemiskinan desa) untuk semakin mempercepat prosespemutakhirandata.Jikahanyamengandalkanpekerjasosial (TKSK – TenagaKesejahteraan Sosial Kecamatan,PendampingPKH–ProgramKeluargaHarapan,TRC–TimReaksiCepatdll)yangdimilikiolehKemensosmakaakanmemakanwaktuyangsangatlama.

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief

Photocredit:PusatRehabilitasiYakkumWorkshopNasionalPembelajaranSinkronisasiDTKSdenganDataPenerimaManfaatProgramPeduli

Page 6: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

TantanganDanPembelajaranInisiasiSinkronisasiData : Upaya Meminimalisir Exclusion DanInclusionErrorPenetapan target sasaran program pengentasankemiskinan dan perlindungan sosial sangat bergantungpadakualitasbasisdatayangdimiliki,makapentinguntukdapat meminimalisir tingkat exclusion dan inclusion error.ExclusionerrorpadaDTKSbanyakterjadikepadakelompokrentandanmarginal.Program Peduli melalui Pusat Rehabilitasi YAKKUMmelakukan inisiasi advokasi DTKS untuk membantumeminimalisir exclusion dan inclusion error ini. Meskiprosesnyatelahmengacupadaregulasiyangditetapkanakantetapimasihbanyakdijumpaitantangandalamprosesimplementasi memastikan kelompok penerima manfaatdapat terdata. Hal ini di sebabkan karakteristik kelompokmarj inal yang berbeda­beda dan membutuhkanpendekatan yang berbeda pula. Pembelajaran dalamprosesverivalipadakelommpokinidapatdigunakanolehpemerintahuntukmenyempurnakanmetodependataan&verivalidimasayangakandatang.a)OrangdenganDisabilitasI n i s i a t i f penda taan pada p i l a r i n i denganmengoptimalkan kader desa sebagai pendata, sertamembekali petugas pendata dengan pengetahuantentang disabilitas, ragam disabilitas dan strategikomunikasi dengan keluarga. Praktek baik ini mampumempermudahpendata untukmenjangkaudisabilitasyang selama ini masih disembunyikan oleh keluargasehinggatidakterdata.DarihasilverivalidataBDTdi4Kabupaten/Kota, tim program mampu memasukkansebanyak380datausulanbaru.

Tantanganyangdihadapiolehpendatadalamverivalidatapenyandangdisabilitas yaitumasihada kendaladalam menjangkau penyandang disabilitas karenaadanya stigma dari keluarga dan masyarakat, sertapemahaman pendata tentang ragam dan jenisdisabilitas. Pada tahap inputdatadalamaplikasi SIKS­NG, masih ada kendala di level operator data dikecamatan sehingga harus dilakukan oleh operatortingkatkabupaten.Selainitu,masihadakelengkapan

datayangbelumdilampirkansehinggadatabelumbisa masuk dalam aplikasi SIKS­NG seperti datarekeninglistrikdandataKK(KartuKeluarga).Beberapakeluarga disabilitas memang tidak mempunyairekening listrik karena mereka numpang di listriktetangga dan dengan kearifan lokal merekamembagitagihanlistrikbulanan.b) Korban diskriminasi, intoleransi dan kekerasanberbasisagamaInisiatifyangdilakukandalamverivalipadakelompokini di awali dengan melakukan pendekatan dankomunikasi dengan pemimpin komunitas. Langkahselanjutnyaadalahmelakukanadvokasidanfasilitasiperekaman data kependudukan bagi anggotakomun i ta s yang be l um mem i l i k i i den t i t a skependudukan,terutamapadakomunitaspenghayatkepercayaan.Prosesini juga,melibatkankaderlokalyang memahami aturan­aturan adat, mengingatbeberapa komunitas penghayat kepercayaan jugamerupakanmasyarakatadat.Dariprosesinisiatifdi2kabupatenmampumemasukkansebanyak197datausulanbaru.

Tantangan pada inisiatif baik ini adalah banyaknyawarga yang belum memiliki kelengkapan admindukseperti Kartu Keluarga, NIK, akta kelahiran dan aktanikah; lokasi pemukiman komunitas yang sulit dijangkau karena berada dalam kawasan hutanmasyarakat adat; jumlah anggota komunitas yangcukup banyak dan tersebar secara tidak merata didalamkawasanhutan;pendatanjugaharusmematuhiaturanadatketikaakanmasukdalamkawasanhutanadatsepertitidakbolehmenggunakanalaskaki;sertadatapenerimamanfaatProgramPeduliyangberbasisnamaindividubukanberbasisrumahtanggasehinggatimbersamaDinasSosialharusmelakukanpendataanulangberbasisrumahtangga.c)Transjender/WariaI n i s i a t i f pada p i l a r i n i d i l a k u kan denganmengoptimalkan komunitas waria untuk melakukanverivali data dan menekankan pada identitaskependudukansesuaidenganNIK.Melaluipraktekbaik

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief

Page 7: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

yang dilakukan di satu kota, tim program mampumemasukkan 78 data usulan baru. Tantangan yangdihadapi selama menjalankan verivali data ini adalahtidaksemuawariamemilikiNIKdikarenakanbanyakdarimerekakeluardari rumahpadausiayang sangatbeliadantidakmemilikiKK,tidakmemilikitempattinggalyangtetap, serta kekuatiran bahwa data tersebut dapat digunakan untukkepentinganlainyangdapatmerugikanmereka.

d)MasyarakatadatProses pendataan & verivali pada masyarakat adatdilakukandenganmengoptimalkan kader lokal untukmenjadi pendata serta membekali pendata denganpemahamantentangmasyarakatadat.Praktekbaikdi3 kabupaten ini menghasilkan 211 usulan data barumelaluiprosesverivaliDTKStahun2019.Tantangan yang dihadapi adalah belum semuapemerintahdaerahmenjalankanpemutakhirandata,belumsemuawargamasyarakatadatmemilikiNIK,sertalokasipemukimanyangtersebardansulitdijangkau.

e)Anak&RemajaRentanInisiatif pendataan dan verivali dilakukan di duakabupaten/kotadenganmelibatkankaderlokalyangmerupakan pendamping anak. Mereka melakukanpenjangkauan kepada anak yang dilacurkan dananakpekerjamigran.BanyakdarimerekatidakmasukdalamdataKKsehinggatidakmemilikiNIKditambahlagidenganlokasiyangtersebardiwilayahyangsulitdiakses menjadi tantangan tersendir i dalammelakukan verivali data. Dari praktek baik ini, timprogramberhasilmemasukkan768datausulanbarudiduakabupaten/kotapiloting.

e)KorbanPelanggaranHAMInisiatif pendataan dan verivali dilakukan denganmengoptimalkanpendampinglokaluntukmelakukanpendataan. Tantangan yang dihadapi dalammelakukan verivali data ini adalah lokasi yang sulitdiakses membutuhkan waktu lama untuk prosesverivali di lapangan, kelengkapan adminduk yangdimilikimasyarakatyangmenjadikorbanpelanggaranHAM, rumitnya prosedur dalam menjalankankoordinasi dengan pemerintah kabupaten dalammengakses data DTKS untuk untuk menjalankanverivali data.Dari proses inisiatif di 1 kabupaten initerdapat 121 data usulan baru yang dimasukkandalam aplikasi SIKS­NG dari hasil verivali data dilapangan.

CatatanPenutupSelama ini kelompokmarjinal antara lainpenyandangdisabilitas,pemelukagamaminoritas,waria,masyarakatadat, anak dan remaja rentan, serta korbanpelanggaran HAM masa lalu tidak hanya mengalamipengucilan sosial, tetapi juga diabaikan dari prosespendataan.Kondisiinitidakhanyamenjadikanmerekasebagaipopulasitersembunyitetapijugatidaktersentuhdenganlayanandasardanprogramperlindungansosialyang di sediakan oleh pemerintah Dari ujicobasinkronisasi data penerima manfaat Program Pedulidengan DTKS yang dilakukan oleh Pusat RehabilitasiYakkumdi11kabupaten/kotadi3provinsimenunjukkanbahwaupayauntukmeminimalisir terjadinyaexclusionerrorpadakelompokmarjinalbisadilakukan.Prosesnyadapatdimulaidarisinkronisasi/penyandingandata yangdimiliki olehpemangku kepentingan terkaitdenganDTKSataupunmelakukanpendataanbaru

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief

Page 8: Policy Brief Perbaikan Tata Kelola DTKS : Yang Tidak

pada komunitas marj inal dengan memperhatikankarakteristik dari kelompok marjinal di daerah masing­masing. Hasil penyandingan data atau pendataan ditindaklanjuti dalamprosesmusyawarahpenetapanprelistawal yang menjadi dasar verivali DTKS reguler yangdilakukan oleh pemerintah daerah sesuai denganPermensosyangberlaku.Pemerintah pusat khususnya Kementrian Sosial bisamengadopsi pendekatan pendataan kelompok marjinalyang sebagaimanadilakukanoleh Programpeduli untukmenyisirdanmemastikankelompokyangselamainibelumterdata dapat masuk dalam DTKS. Terutama denganmenyempurnakan modul pendataan dan juknis verivali.Denganbegitu,kualitasbasisdata(DTKS)akansemakinbaikdan meningkatkan ketepatan pentargetan programperlindungan sosial maupun pengentasan kemiskinan.Selain itu, optimalisasi kader lokal desa sebagaipendataatau enumerator akan mempertajam ketepatan danmeningkatkankualitasdatayangdihasilkan.PROFIL|PUSATREHABILITASIYAKKUM(PRYAKKUM)VisikamiOrang dengan disabilitas terpenuhi hak­hak dasarnyasecara holistik dalam masyarakat yang inklusif melaluilayananyangberkualitas,terjangkaudanterintegrasi.Misikami· Mengembangkan pelayanan terintegrasi melaluipelayananyangsalingmengisiantarbidangdalamPRY,linkage dengan Unit Yakkum lain, berjejaring strategisdengan pemerintah, mitra pelayanan dan pemangkukepentinganlain.· Pelayanan dan pemberdayaan disabilitas untukmemenuhi hak­hak dasar disabilitas dalam komunitasyang inklusif tercapaiolehPRYyangbertumbuhmelaluiprogram rehabil itasi holistic (IBR dan CBR), yangdikembangkanmengikuti trendepidemiologis, kemitraannon tradisional, diversifikasiprodukmengikuti kebutuhansegmenbaru,strategiinovatifberbasisIT, usahamandiri,kompetensidankesejahteraanstaff· Pelayanan yang berkualitas dan akuntabel yangdilakukandalamkoordinasikelembagaanyangefektifdanmemungkinkan proses feedback dan pembelajarandigunakanuntukpengembanganprogramdanlembagakedepanAlamat : Jl. Kaliurang KM 13,5 Besi, Yogyakarta 55581,IndonesiaTelp:0274­[email protected]:https://pryakkum.org/

ProfilProgramPeduli|ProgramPeduliadalahkolaborasiantarapemerintahdanorganisasimasyarakatsipildenganpendekatangerakaninklusi sosial #IDInklusif untuk mengurangi tingkatkemiskinan di Indonesia. Terdapat enam kelompoksasaran yang selama ini di nilai belummendapatkanmanfaat maksimal dalam pembangunan, khususnyaaksespadalayanandasaryangdiselenggarakanolehpemerintahyaitukomunitas:1)anakdanremajarentan,2)masyarakatadatdanlokalterpencilyangtergantungpada sumber daya alam, 3) korban diskriminasi,intoleransi, dan kekerasan berbasis agama, 4) orangdengan disabilitas, 5) korban pelanggaran berat HAMmasalalu,serta6)transjender/waria.ProfilTim|Penyusun :TriwahyuniSuciWulandariProjectManager :RanieAyuHapsariEditor :YauryGPTetanelLayout :M.AdityaSetiawanPolicy Brief ini disusun berdasarkan ekstraksi hasilpembelajaranpelaksanaanadvokasiDTKSyangtelahdilakukan oleh Tim Program Peduli Pusat RehabilitasiYakkum (PRY) Yogyakarta bersama Kemitraan,Lakpesdam NU, Satunama, Samin, Indonesia untukKemanusiaan, PKBI, dan pemerintah kabupaten/kotayangmenjadilokasipendampinganProgramPeduli.Policy Brief ini merupakan produk pengetahuan yangdiproduksi oleh Pusat Rehabil itasi Yakkum (PRY)Yogyakarta.Temuan,penafsiran,dankesimpulandalampolicybrief inimerupakanpandangandaripenulisdanbukan mencerminkan pandangan dari The AsiaFoundation (TAF), Pemerintah Indonesia maupunPemerintahAustralia.Dukungan terhadap publikasi ini diberikan olehPemerintahAustraliamelalui TheAsiaFoundation (TAF).Pembaca dipersilahkan untuk menyalin, menyebarkandan mengirimkan karya ini untuk tujuan non komersil.Untuk memperoleh sal inan Policy brief ini atauketeranganlebihlanjutmengenaiPolicybriefini,silahkanmenghubungi Unit Komunikasi dan Informasi PusatRehabilitasiYakkumYogyakarta(PRY).Policybriefinijugatersedia pada situs web Pusat Rehabilitasi Yogyakarta(PRY).

PerbaikanTataKelolaDTKS:MenghadirkanMerekaYangTidakTerlihatDalamPembangunanPolicyBrief