polemik-ruu-pilkada.rtf

Upload: muhammad-ichsan-mustari

Post on 09-Oct-2015

13 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

RUU pilkada yang sudah hampir satu bulan ini hangat dibicarakan menyebabkan pro dan kotnra di seluruh lapisan masyarakat. RUU pilkada ini sebenarnya bukan pilihan pilkada langsung atau tidak langsung bagaikan hitam dan putih. Akan tetapi ini tentang pilihan diantara yang artinya tidak seluruhnya itu pilkada langsung atau tidak langsung, hanya beberapa segementasi yang berubah menjadikan pemilihan tidak langsung. Dari beberapa literatur didapatkan informasi bahwa RUU pilkada ini mengatur beberapa segmentasi pemilihan kepala daerah.Berikut ini adalah poin-poin penting dari draft RUU Pilkada yakni sebagai berikut; Pilkada hanya memilih gubernur dan bupati/walikota. Wakil gubernur dan wakil bupati/wakil walikota ditunjuk dari lingkungan PNS. Gubernur tidak lagi dipilih langsung oleh rakyat, melainkan oleh DPRD provinsi.

Dari point-point tersebut dapat disimpulkan bahwa pilkada langsung oleh rakyat masih akan tetap ada namun hanya sebatas memilih bupati atau walikota saja, sedangkan untuk gubernur, wakil gubernur, dan wakil bupati/wakil walikota dipilih oleh DPRD.Pengesahan RUU Pilkada akan dilaksanakan besok tanggal 25 September 2014. Agenda ini menuai beberapa kecaman dan penolakan dari masyarakat. Terbukti dari Hasil survey LSI di 33 provinsi dengan sampel sebanyak 1200 responden mengenai Pilkada ini sebanyak 81,25 persen memilih pilkada langsung, 10,71 persen memilih pilkada dilakukan oleh DPRD, sedangkan 4,91 persen memilih pilkada dilakukan oleh presiden.Sebenarnya data yang didapatkan dari hasil survey ini belum tentu valid. karena pada dasarnya RUU Pilkada ini bukan secara menyeluruh mengganti antara pilkada langsung dengan pilkada tidak langsung. Jika pertanyaan dalam survey ini tidak spesifik (seperti pilihan ganda, a. Pilkada Langsung b. Pilkada Tidak Langsung, c. Lainnya) atau di dalam survey ini responden tidak dijelaskan terlebih dahulu mengenai isi ruu pilkada secara jelas (poin-poin penting yang diubah). Tentu akan sangat berpengaruh terhadap hasil survey.RUU Pilkada tidak muncul secara tiba tiba. RUU Pilkada ini telah digodok pemerintah sejak tahun 2010. Pastinya RUU ini muncul dengan sebelumnya memiliki alasanyang kuat mengapa dibuatnya RUU Pilkada ini. Isu yang tersebar saat ini RUU Pilkada ini muncul karena mahalnya alokasi anggaran yang digunakan dalam pelaksanaan pemilihan kepala daerah baik itu tingkat kabupaten/kota atau provinsi. Selain itu kementerian Luar Negeri mencatat sudah lebih dari 300 orang kepala daerah yang terpilih sejak 2004 terjerat kasus korupsi. Dan Sejak 2004, pilkada langsung sudah mengantarkan 290 orang yang bermasalah dengan hukum ke kursi kekuasaan. Ini tentu menjadi alasan yang cukup kuat mengapa digagas adanya aturan yang mengatur mengenai Pilkada.Dari segi hukum RUU Pilkada ini sebenarnya tidak bertentangan dengan konstitusi karena Pasal 18 ayat (4) UUD 1945 sama sekali tidak menyebutkan bahwa Pilkada dilakukan secara langsung.Informasi mengenai RUU pilkada belum seluruhnya tersampaikan terutama di media-media masa. Ada pembatasan penyebaran Informasi, mungkin dibalik itu ada kepentingan mereka. RUU Pilkada ini toh tidak akan menjadi perdebatan yang luarbiasa jika media secara total menyampaikan informasi kepada publik. Seharusnya media dapat menyampaikan proporsi informasi secara berimbang dan menyeluruh. Selain itu Kita harus dapat menyaring dengan cermat segala informasi yang beredar dengan membaca berbagai referensi tidak hanya bermodalkan media saja. Karena apa yang disampaikan media sekarang belum tentu seluruhnya benar. Oleh karena bacalah literatur-literatur yang sudah jelas kebenarannya.Terakhir ecara umum baik opsi Pilkada Langsung maupun Pilkada Tak Langsung mempunyai argumentasi yang nyaris sama kuat. Kami menyerukan kepada politisi-politisi pendukung Pilkada langsung untuk mengedepankan cara-cara yang bermoral dalam memperjuangkan usulan mereka. Jangan lakukan manipulasi informasi dan fakta yang bisa menyesatkan dan menyengsarakan rakyat, Ketua Bidang Advokasi DPP Gerindra Habiburokhman.