polemik pabrik saripetojo dalam media astri wulansari d0207038
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
POLEMIK PABRIK SARIPETOJO DALAM MEDIA
”Studi Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pembangunan Mal Di Bekas
Pabrik Es Saripetojo Solo Pada Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara
Merdeka Periode Juni Hingga Juli 2011”
Oleh :
ASTRI WULANSARI D0207038
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dan Memenuhi Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO
“Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga”
HR. Muslim
“Konsentrasilah terhadap apa yang anda lakukan. Segala sesuatu tidak akan berhasil sampai anda mendapat sebuah fokus”
Alexander Graham Bell
“Tidak peduli itu tentang apa, bila sudah mulai mengerjakannya dan belum berhasil, jangan menyerah”
Willian Shakespeare
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan dan dedikasikan untuk
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga,
Bapak dan Ibu yang telah menjadi motivator serta tak henti memberikan kasih sayang,
Serta,
Kakak-kakakku yang telah memberikan dukungan dan semangat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat
Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya hingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi berjudul POLEMIK PABRIK SARIPETOJO
DALAM MEDIA ”Studi Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pembangunan Mal
Di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo Pada Surat Kabar Harian Umum Solopos dan
Suara Merdeka Periode Juni Hingga Juli 2011” dengan baik dan lancar.
Penelitian untuk penyusunan skripsi ini pada awalnya muncul dari
ketertarikan penulis tentang peristiwa Saripetojo, yang pada waktu itu sempat
fenomenal dan menjadi topik pemberitaan beberapa media. Media yang berfungsi
sebagai penyebar informasi kepada publik tidak semata – mata menampilkan
peristiwa secara apa adanya, namun penuh dengan bangunan makna yang dibingkai
sedemikian rupa. Tak terkecuali pada surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara
Merdeka, yang sekaligus menjadi obyek penelitian ini.
Oleh karena itu, peneliti dalam mengungkap makna di balik teks media
tersebut menggunakan metode analasis framing. Framing adalah teknik analisis teks
media dengan mencermati strategi seleksi -menyembunyikan dan menonjolkan- fakta
dalam suatu berita. Dan peneliti menggunakan teknik analisia framing dengan model
yang dipopulerkan Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki.
Selesainya skripsi ini tentunya tidak lepas dari peran dan bantuan berbagai
pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis hendak menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar – besarnya kepada:
1. Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) Surakarta.
2. Dra. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unversitas Sebelas Maret Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
3. Drs. Mursito Bm., SU selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah bersedia
memberikan ilmu, pengarahan dan masukan selama proses penelitian hingga
penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Alexius Ibnu Muridjal, Msi selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, dorongan, nasehat dan segala pengarahan selama masa
perkuliahan.
5. Staf pengajar pada Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS. Terima kasih atas ilmu
– ilmu yang telah diberikan dan mohon maaf atas segala kesalahan penulis
selama ini. Semoga ilmu yang telah diberikan bermanfaat dan menjadi amal
jariyah bapak dan ibu.
6. Staf perpus FISIP UNS, yang telah berkenan untuk membantu penulis
menemukan buku – buku sebagai pencerahan atas permasalahan yang ditemukan
penulis selama penyusunan skripsi ini.
7. Informan yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berbagi ilmu dan
pengalaman: Sri Herwindya B, S.Sos, Msi (Dosen Jurnalistik FISIP UNS) dan
Ananto Pradono (Redaktur Pelaksana Suara Merdeka).
8. Intan, Istiqomah dan Wida sebagai teman sharing.
9. Ity dan Kiki sebagai teman yang telah bersedia mendengarkan keluh kesah ketika
peneliti dalam masa - masa sulit dan berbagi rasa bersama.
10. Taufik Yulianto yang selalu memberikan motivasi dan semangat dalam
penyusunan skripsi ini dan terima kasih atas koreksinya selama ini.
11. Teman – teman angkatan 2007 dan semua pihak yang telah banyak membantu
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Keterbatasan
kemampuan, pemikiran, tenaga dan waktu penulis menjadikan karya ini jauh dari
kesempurnaan. Namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak.
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
Sukoharjo, Januari 2012
Penulis,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………... iii
HALAMAN MOTTO ……..………………………………………….. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………………. v
KATA PENGANTAR ………………………………………………… vi
DAFTAR ISI …………………………………………………………. viii
DAFTAR TABEL ……………………………………………………. xii
DAFTAR SKEMA …………………………………………………… xv
ABSTRAK ……………………………………………………………. xvi
ABSTRACT …………………………………………………………... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah ………………………………… 1
I.2 Perumusan Masalah …………………………………….. 7
I.3 Tujuan Penelitian ………………………………………… 8
I.4 Manfaat Penelitian ………………………………………. 8
I.5 Telaah Pustaka …………………………………………… 8
A. Paradigma Konstruktivisme ………………………… 9
B. Teori Konstruksi Sosial ………………………………. 15
C. Media Massa dan Prinsip Jurnalisme ………………… 17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
1. Media Massa sebagai Sebuah Institusi ……………. 17
2. Prinsip Jurnalisme ………………………………….. 24
D. Produksi Berita dan Pengonstruksian Realitas ………… 26
1. Proses Produksi Berita pada Media Cetak ………… 26
2. Proses Pengonstruksian Realitas dalam Berita …… 29
E. Framing Sebagai Teknik Analisis Media …………….. 31
F. Metodologi Penelitian ………………………………… 35
1. Jenis Penelitian …………………………………….. 35
2. Metode Penelitian ………………………………….. 36
3. Analisa Data ……………………………………….. 37
4. Obyek Penelitian …………………………………… 46
5. Sumber Data ……………………………………...... 47
6. Validitas Penelitian ……………………………….... 48
7. Kerangka Pemikiran ……………………………….. 50
BAB II. DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
II.1 Harian Umum Solopos ………………………………….. 52
A. Sejarah Singkat Berdirinya Solopos ………………….. 52
B. Visi dan Misi Solopos …………………………………. 55
C. Susunan Organisasi Solopos …………………………… 56
D. Bidang Redaksional Solopos …………………………... 57
1. Rincian Tugas Departemen Redaksi Solopos ……… 57
2. Kebijakan Redaksional Solopos ……………………. 59
E. Rubrikasi Solopos ………………………………………. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
F. Profil Pembaca Solopos ………………………………… 70
G. Pola Liputan Solopos …………………………………... 72
II.2 Suara Merdeka …………………………………………… 73
A. Sejarah Singkat Berdirinya Suara Merdeka …………… 73
B. Visi dan Misi Suara Merdeka ………………………….. 80
C. Susunan Organisasi Suara Merdeka …………………… 82
D. Bidang Redaksional Suara Merdeka ………………….. 83
1. Rincian Tugas Departemen Redaksi Suara Merdeka .. 83
2. Kebijakan Redaksional Suara Merdeka …………… 86
E. Rubrikasi Suara Merdeka ……………………………… 89
F. Profil Pembaca Suara Merdeka ……………………….. 98
G. Pola Liputan Suara Merdeka …………………………... 99
BAB III. SAJIAN DAN ANALISIS DATA
III.1 Warga Protes Pembongkaran Saripetojo …………………… 102
A. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam
Bingkai Harian Umum Solopos ......................................... 104
B. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam
Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka ................................. 118
III.2 Perseteruan Gubernur – Walikota............................................. 133
A. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam Bingkai
Harian Umum Solopos ...................................................... 134
B. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka ................................. 151
III.3 Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator
Polemik Saripetojo ................................................................... 167
A. Pembentukan Tim Independen: Sebagai
Mediator Polemik Saripetojo dalam Bingkai Harian
Umum Solopos .................................................................. 168
B. Pembentukan Tim Independen: Sebagai
Mediator Polemik Saripetojo dalam Bingkai
Surat Kabar Suara Merdeka ............................................. 184
III.4 Hasil Kajian Tim Independen ................................................. 195
A. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai
Harian Umum Solopos ...................................................... 196
B. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai
Suara Merdeka ................................................................... 212
III.5 Perbandingan Frame Harian Umum Solopos dan
Suara Merdeka ......................................................................... 225
BAB IV. PENUTUP
IV.1 Kesimpulan …………………………………………………. 228
IV.2 Keterbatasan Penelitian ……………………………………. 231
IV.3 Saran ………………………………………………………... 232
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 : Perbedaan antara Paradigma Positivis Dan Paradigma
Konstruktivisme ...................................................................... 11
Tabel 1.2 : Aspek-Aspek Paradigma Konstruktivisme ............................... 13
Tabel 1.3 : Tabel Perbedaan Isi Tajuk Rencana Antar Golongan Pers ........ 50
Tabel 2.1 : Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi I ...................................... 62
Tabel 2.2 : Rubrik Tambahan Solopos Edisi Senin .................................... 64
Tabel 2.3 : Rubrik Solopos Edisi Sabtu Sesi I ............................................ 65
Tabel 2.4 : Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi II .................................... 66
Tabel 2.5 : Rubrik Tambahan Solopos Edisi Selasa ................................... 67
Tabel 2.6 : Suplemen Gratis ”Jagad Jawa” pada Sesi II Edisi Kamis ......... 67
Tabel 2.7 : Suplemen Gratis ”Khazanah Keluarga” pada Sesi II
Edisi Jumat .............................................................................. 68
Tabel 2.8 : Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Sesi I .................................... 69
Tabel 2.9 : Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Sesi II ................................... 70
Tabel 2.10 : Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Usia ....................... 71
Tabel 2.11 : Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Tingkat Pendidikan 71
Tabel 2.12 : Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Jenis Pekerjaan ...... 72
Tabel 2.13 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi I ........................... 89
Tabel 2.14 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi II ......................... 91
Tabel 2.15 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi III ........................ 91
Tabel 2.16 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi I ............................ 92
Tabel 2.17 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi II ............................ 93
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 2.18 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi III ........................... 94
Tabel 2.19 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi IV .......................... 95
Tabel 2.20 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi I .......................... 95
Tabel 2.21 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi II ........................ 96
Tabel 2.22 : Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi III ....................... 97
Tabel 2.23 : Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan
Tingkat Pendidikan .................................................................. 98
Table 2.24 : Prosentrase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Usia ............ 99
Table 2.25 : Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan
Jenis Kelamin .......................................................................... 99
Table 2.26 : Prosentase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan
Pekerjaan ................................................................................. 99
Tabel 3.1 : Daftar Berita yang Dianalisis ..................................................... 101
Tabel 3.2 : Polemik Pembangunan Bekas Saripetojo
Warga-Pelaksana Proyek Bersitegang ....................................... 105
Tabel 3.3 : Penolakan Proyek Mal Berlanjut ............................................... 119
Tabel 3.4 : Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas
Solo Tolak Bibit ........................................................................ 136
Tabel 3.5 : Bibit Ditolak Masuk Solo .......................................................... 152
Tabel 3.6 : Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo ..................................... 169
Tabel 3.7 : Dibentuk Tim Independen Kasus Saripetojo .............................. 186
Tabel 3.8 : Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim: Saripetojo Tak Layak BCB 197
Tabel 3.9 : Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
Hasil Kajian Tim 3 Universitas ................................................. 213
Table 3.10: Perbandingan Frame Berita Harian Umum Solopos
dan Suara Merdeka ................................................................... 225
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR SKEMA
Skema 1.1 : Komponen Utama Obyektivitas Berita ......................................... 29
Skema 1.2 : Kerangka Pemahaman Framing Model Pan Konsicki .................... 46
Skema 1.3 : Kerangka Pemikiran Peneliti ....................................................... 51
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRAK
Astri Wulansari. D0207038. POLEMIK PABRIK SARIPETOJO DALAM MEDIA ”Studi Analisis Framing Pemberitaan Polemik Pembangunan Mal Di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo Pada Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka Periode Juni Hingga Juli 2011”
Penelitian ini didasari atas ketertarikan peneliti pada peristiwa polemik pabrik Es Saripetojo yang sempat fenomenal pada waktu itu. Kefenomenalan polemik Saripetojo tersebut tidak lepas dari campur tangan para pekerja media. Baik media cetak maupun media elektronik meliput peristiwa polemik yang disebabkan oleh rencana Gubernur yang akan membangun mal di lahan bekas Saripetojo.
Media massa dalam memberitakan suatu peristiwa telah melakukan konstruksi, yaitu mengubah realitas empirik (first reality) menjadi sebuah realitas simbolik (second reality). Oleh karenanya, media disebut agen pengonstruksi realitas. Sehingga ini menjadi latar belakang penelitian untuk mengetahui konstruksi media yang tersirat di balik teks berita atas peristiwa yang menyangkut Saripetojo. Media yang dipilih untuk diketahui konstruksi realitasnya adalah Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka.
Dalam penelitian teks berita Saripetojo ini digunakan pendekatan analisis framing. Framing adalah teknik analisis teks media dengan mencermati strategi seleksi -menyembunyikan dan menonjolkan- fakta dalam berita. Dan peneliti memanfaatkan model analisis framing dari Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki, yang menganalisis dengan melihat empat elemen dalam teks berita, yaitu struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris.
Setelah melakukan analisis, diperoleh hasil bahwa Harian Umum Solopos sebagai surat kabar lokal membingkai peristiwa polemik pabrik Saripetojo ini cenderung lebih menonjolkan atau menekankan pada aspek bahwa Saripetojo sebaiknya menjadi Benda Cagar Budaya (BCB) daripada harus dibangun pasar modern seperti rencana Gubernur Jawa Tengah. Sedangkan Suara Merdeka sebagai surat kabar regional membingkai peristiwa Saripetojo dengan lebih menonjolkan atau menekankan pada substantif bahwa status Saripetojo sebagai benda cagar budaya perlu dikaji dan rencana pembangunan mal oleh gubernur perlu dipertimbangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
ABSTRACT
Astri Wulansari. D0207038. Polemic of Saripetojo In Media “Framing Analysis of News Reporting Mall Construction Polemic In Former Ice Factory Saripetojo Solo At The Harian Umum Solopos and Suara Merdeka Newspaper With Period June Until July 2011”.
This research is based on interest to the incident of polemic Saripetojo that was phenomenal at that time. The phenomally cannot be separated from the interference of media workers. Both print and electronic media was reporting the incident of polemic caused by the governor's plan that would built the mall in area of Saripetojo. Mass media, in reporting the incident has been constructed, specifically transform of empiric reality (first reality) to be asimbolic reality (second reality). So, mass media is called the construct agent of reality. This was became the background of reseach to find out media’s construct of incident Saripetojo. And, the media was selected to find out the construct is Harian Umum Solopos and Suara Merdeka. In this research, researcher used framing analysis methode. Framing is a media text analysis techniques with way to observe the selection strategy -hidden and accentuated- the fact in news. Researcher used analytical model of Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki. They were analysed with to use four elements in the news text. It is syntacsis structure, script, tematic and retoric. After conducting text analysis, it is concluded that Harian Umum Solopos as local newspaper had framed incident Saripetojo accentuated to aspect that Saripetojo is a Benda Cagar Budaya (BCB) and refuse mall development plan. Whereas, Suara Merdeka as a regional newspaper had framed incident Saripetojo accentuated to substantive that status of Saripetojo as a Benda Cagar Budaya needs to be reviewed and mall development plans to be considered.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Solo adalah salah satu dari beberapa kota di Indonesia yang memiliki
aset peninggalan kebudayaan cukup banyak. Benda-benda peninggalan tersebut
merupakan hasil karya manusia sejak jaman prasejarah hingga sejarah dan
berasal dari beragam kebudayaan pada waktu itu. Banyak orang menyebutnya
sebagai Benda Cagar Budaya (BCB), sehingga patut untuk dijaga dan
dilindungi sebagai warisan yang memiliki nilai historis tinggi. Seperti yang
diatur dalam UU Nomer 11 tahun 2010 bahwa kawasan cagar budaya harus
dilestarikan karena memiliki nilai penting dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Namun, beberapa BCB di kota yang dikenal dengan sebutan kota
bengawan ini kurang atau bahkan tidak ada yang mengelola dan
mengembangkan guna memanfaatkannya secara maksimal. Seperti yang terjadi
pada bangunan pabrik Es Saripetojo tepatnya di Purwosari, Solo.
Saripetojo menjadi bangunan yang mangkrak atau tidak terurus
semenjak mengalami kolaps beberapa tahun terakhir. Hal ini disebabkan oleh
semakin banyaknya pabrik es milik swasta yang berkembang di wilayah Solo.
Menurut penuturan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, selama pabrik es
tersebut beroperasi hanya memberikan pendapatan sebesar Rp 15 juta per tahun
dan hingga saat ini memiliki hutang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
mencapai Rp 350 juta (Suara Merdeka, 25 Juni 2011). Oleh karena itu,
Pemprov berencana untuk mendayagunakan Saripetojo menjadi sesuatu yang
lebih bermanfaat. Hingga keluar suatu wacana bahwa akan dijadikan pasar
modern atau mal, karena memang sebenarnya hak atas tanah dan bangunan
Saripetojo milik Pemprov Jawa Tengah. Melalui media massa, gubernur
menguraikan tujuannya terkait dengan rencana pembangunan mal di bekas
lahan Saripetojo, yakni dimaksudkan agar dapat memberdayakan masyarakat
dengan penyerapan tenaga kerja yang cukup banyak, kesempatan membuka
lapangan kerja baru dan pendapatan asli daerah (PAD) pun jadi meningkat.
Namun, Pemkot bersama masyarakat Solo menentang keras apa yang
menjadi rencana gubernur. Protes dan penolakan pun dilancarkan masyarakat
Solo untuk menghentikan pembongkaran bangunan Saripetojo. Masyarakat
Solo menganggap pembongkaran tersebut merupakan tindakan yang tidak
mengindahkan adanya BCB. Menurut Badan Pelestarian Peninggalan
Purbakala (BP3) Jawa Tengah, Saripetojo berdiri sejak tahun 1888 dan telah
menorehkan sejarah bagi masyarakat Solo. Pada zaman penjajahan Belanda,
masyarakat Solo pertama kali mengetahui dan mengenal es dari orang-orang
asing yang membawa benda berkristal tersebut dari negara asal mereka. Karena
kurang nyaman dengan cuaca di Indonesia, maka mereka membutuhkan lebih
banyak es untuk mendinginkan tubuh. Hal ini tentu menjadi peluang bagi
warga pribumi untuk membuka usaha pabrik es. Lalu seorang pengusaha
Tionghoa terkaya di Solo bernama Sie Dhian Ho mendirikan pabrik es bernama
“petojo”. Dan kemudian pengelolaannya diambil alih oleh Pemerintah Provinsi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Jawa Tengah dan namanya diubah menjadi Saripetojo. Selain untuk memenuhi
kebutuhan warga kulit putih yang tinggal di Solo, masyarakat juga senantiasa
merasakan manfaat adanya pabrik es tersebut. Mereka dengan mudah
mendapatkan es dengan harga yang terjangkau. Berkat adanya pabrik ini juga
terciptalah lapangan kerja baru dan membuat jenis makanan di kota Solo lebih
bervariasi (Heri Priyatmoko, Solopos (27/6)). Karena mengandung sejarah
yang begitu penting, maka Pemkot Solo menginventarisasi Saripetojo menjadi
BCB. Hal ini dibuktikan dengan terdaftarnya pabrik Es Saripetojo sebagai BCB
ditingkat Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng sejak tahun
1964 dengan inventarisasi No: 11-72/Ska/TB/64 dan memasuki tahun 2010,
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) tengah memroses
penetapan BCB tersebut melalui usulan penetapan No: 1388/101.SP/BP3/P-
IV/2010 (Solopos, 25 Juni 2011).
Dalam pemberitaan Suara Merdeka disebutkan penolakan tersebut
dilakukan oleh berbagai elemen masyarakat seperti Komunitas Peduli Cagar
Budaya (KPCBN), LBMM (Lembaga Bina Masyarakat Marginal) dan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Meski status kepemilikan tanah dan
bangunan Saripetojo adalah hak Pemprov namun diperkirakan jika mal baru
tersebut tetap berdiri akan menimbulkan berbagai dampak negatif, salah
satunya adalah matinya pasar tradisional. Selain itu, Pemkot juga belum
mengeluarkan surat Izin Pengubahan Bangunan (IPB) maupun Izin Mendirikan
Bangunan (IMB) terhadap pelaksaaan pembangunan gedung berlantai lima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
tersebut. Itulah yang menjadi sebab – sebab masyarakat Solo melakukan
penolakan (Suara Merdeka, 21 Juni 2011).
Namun ternyata Gubenur justru tidak menghiraukan aspirasi dan
protes masyarakat Solo tersebut, sehingga membuat mereka kemudian
mendatangi langsung lokasi Saripetojo dan berusaha menghentikan
pembongkaran yang sedang berlangsung. Bukan penghentian pembongkaran
yang didapat, tetapi perlawanan dari para pekerja proyek yang bersikukuh tidak
mau menghentikan pembongkaran. Sehingga mengakibatkan terjadinya
ketegangan diantara kedua belah pihak (Solopos, 22 Juni 2011).
Polemik yang terjadi juga mengakibatkan hubungan antara Pemprov
Jateng dan Pemkot Solo menjadi tidak harmonis. Pemkot berusaha ingin
melindungi masyarakat Solo dengan menolak rencana gubernur. Sedangkan
gubernur juga bersikukuh untuk tetap membangun mal dengan dalih
meningkatkan pendapatan asli daerah. Hingga terbitlah suatu headline
”Perseteruan Gubernur – Walikota memanas, Solo Tolak Bibit” yang
diturunkan Solopos pada tanggal 28 Juni 2011. Dalam berita tersebut
disebutkan bahwa Bibit Waluyo, selaku Gubernur Jawa Tengah mengeluarkan
pernyataan keras kepada Walikota Solo, Jokowi. Sehingga hal ini memicu
masyarakat Solo untuk mengancam gubernur dengan tidak memperbolehkan
datang ke kota mereka. Berbagai pihak pun menuturkan dukungan mereka
kepada Jokowi karena mampu bersikap tenang dalam menanggapi pernyataan
gubernur tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Semakin hari semakin bertambah kecaman dari masyarakat atas
pernyataan Bibit Waluyo yang dimunculkan oleh beberapa surat kabar. Hingga
akhirnya, muncul suatu judul berita yang menjadi tahapan solusi awal atau
tahap mediasi atas polemik yang melibatkan masyarakat, Pemprov dan juga
Pemkot. Berita itu adalah tentang pembentukan tim independen, yaitu sebuah
tim yang dibentuk dari hasil pertemuan yang melibatkan BP3 Jateng, Pemkot,
Pemprov dan juga perwakilan dari Kemenbudpar. Tujuan dari dibentuknya tim
tersebut adalah guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal
Ramayana di lahan bekas pabrik Es Saripetojo dan hasil kajian kemudian akan
direkomendasikan kepada Kemenbudpar untuk menjadi pertimbangan dalam
menentukan status pabrik es tersebut (Suara Merdeka, 4 Juli 2011).
Dan pada pemberitaan Solopos selanjutnya, hasil kajian tim pakar
yang beranggotakan kalangan akademisi dari tiga perguruan tinggi, yaitu
UNDIP Semarang, UNS Solo dan UGM Jogja menyatakan bahwa bangunan
pabrik Es Saripetojo disimpulkan tak layak ditetapkan sebagai BCB. Tapi
Walikota Solo tetap bersikukuh akan menunggu hasil kajian dari BP3 Jateng
(Solopos, 9 Juli 2011). Tentu hal ini, kembali menimbulkan kontroversi bagi
masyarakat Solo. Karena hasil kajian tidak sesuai dengan harapan yang mereka
inginkan.
Peristiwa yang telah dipaparkan diatas telah menarik minat peneliti
untuk melakukan penelitian khususnya terkait dengan pemberitaan di media
tentang polemik tersebut. Dari pengamatan peneliti, peristiwa ini mampu
menyedot perhatian khalayak baik lokal maupun nasional. Dibuktikan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
media massa yang meliput, yaitu tidak hanya media lokal saja tetapi juga media
tingkat nasional baik itu media cetak dan media elektronik. Dan perlu diketahui
bahwa media massa bukan semata-mata sebuah institusi yang memaparkan
fenomena atau peristiwa secara apa adanya (realitas sebenarnya = first reality)
tetapi merupakan sebuah institusi yang mengonstruksikan realitas sebenarnya
menjadi realitas media (second reality). Tiap-tiap media tentu memiliki
perbedaan dalam mengonstruksi realitas peristiwa polemik pabrik Es Saripetojo
tersebut. Peristiwa yang nampaknya serupa namun isinya bisa jadi berbeda,
tergantung dari perspektif mana sebuah institusi media tersebut memandang.
Untuk pemilihan media massa yang dijadikan objek penelitian,
peneliti menetapkan pada media cetak yaitu surat kabar Harian Umum Solopos
dan Suara Merdeka. Pemilihan kedua surat kabar tersebut telah melalui
berbagai pertimbangan diantaranya, yaitu Pertama, kedua media cetak tersebut
mudah dijangkau oleh peneliti baik dalam segi wilayah (basis daerah) dimana
surat kabar tersebut diproduksi dan kemudahan untuk memperoleh surat kabar
tersebut. Kedua, Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka sama - sama
memiliki pengaruh di Kota Solo. Solopos merupakan surat kabar lokal pertama
di Solo yang diterbitkan dengan menampilkan peristiwa – peristiwa yang
terjadi di Solo sebagai berita yang paling banyak dimunculkan dalam surat
kabar tersebut. Hal ini dikarenakan basis pasar utama Solopos adalah
masyarakat Solo. Sedangkan Suara Merdeka sebagai surat kabar harian yang isi
pemberitaannya mencakup wilayah lebih luas, yakni Jawa Tengah dan
sekitarnya. Meskipun lebih luas lingkup pemberitaannya, Suara Merdeka tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
kalah dalam intensitasnya memberitakan Kota Solo dengan surat kabar lokal
Solo. Hal ini terlihat dengan adanya rubrik ”Solo Metro” dengan jargonnya
”Laras Atine Wong Solo” yang disediakan khusus untuk pemberitaan wilayah
lokal Solo dan sekitarnya.
Ketiga, dari pengamatan awal peneliti ditemukan perbedaan pada
kedua surat kabar tersebut dalam mengemas atau membingkai berita polemik
pabrik Es Saripetojo. Pada tampilan surat kabar harian Suara Merdeka
cenderung menyembunyikan kesalahan dari Gubernur Jateng. Hal ini
dibuktikan dengan penggunaan serta pemilihan kata dan narasumber yang
dipakai untuk menguatkan konstruksinya tersebut. Sedangkan dalam surat
kabar harian Solopos dalam mengemas berita peristiwa polemik Saripetojo ini
lebih menonjolkan keburukan dari Pemprov Jateng, meskipun nampak dalam
isi beritanya diupayakan cover both side. Hal ini terlihat pada berita dengan
judul ”Perseteruan Gubernur – Walikota memanas, Solo Tolak Bibit”, dalam isi
berita tersebut banyak menunjukan sikap negatif Bibit Waluyo sebagai seorang
pemimpin Jawa Tengah dan mengelu – elukan Jokowi yang mampu bersikap
tenang dalam menanggapi celaan Bibit.
I.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, surat kabar Harian
Umum Solopos dan Suara Merdeka, sebagai media massa tentu memiliki
pandangan dan kebijakan masing-masing dalam menyajikan berita seputar
wacana polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo. Oleh
karena itu dapat dirumuskan sebuah masalah, yakni:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Bagaimanakah framing pemberitaan surat kabar Harian Umum
Solopos dan Suara Merdeka tentang polemik pembangunan mal di bekas
pabrik Es Saripetojo Solo?
I.3 Tujuan Penelitian
Berdasar pada perumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu bagaimanakah framing
pemberitaan surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka tentang
polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo.
I.4 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan
gambaran tentang penelitian teks media terutama dengan menggunakan
pendekatan analisis framing bagi para civitas akademia, mahasiswa atau
peneliti lain. Sehingga diharapkan ke depan ada pengembangan teknik analisis
framing yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan pers masa
kini.
I. 5 Telaah Pustaka
Telaah pustaka atau kerangka teoritis diperlukan dalam setiap
kegiatan penelitian karena berfungsi sebagai referensi dan rambu-rambu pikiran
peneliti selama proses penelitian berlangsung. Sehingga penelitian dapat
berjalan sesuai dengan teori yang relevan dan dapat mencapai tujuan yang
diharapkan. Dan pada penelitian kualitatif, telaah pustaka dilakukan dengan
menggunakan metode menemukan masalah kemudian menganalisis data yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
diperoleh secara sistematis. Penyusunan teorinya dimulai dari dasar-dasar dan
teori yang dipilih harus memenuhi dua kriteria, yakni cocok dengan situasi
empiris serta melakukan fungsi teori yaitu meramalkan, menerangkan dan
menafsirkan (Moleong, 2002: 17). Telaah pustaka yang digunakan, yakni:
A. Paradigma Konstruktivisme
Para ilmuwan telah memberikan definisi tentang paradigma, meski
nampak berbeda tapi memiliki kemiripan makna. Seperti yang diungkapkan
oleh HB. Sutopo dalam bukunya Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar Teori
Dan Terapannya Dalam Penelitian, paradigma adalah seperangkat kepercayaan
sistematis untuk memandang sebuah kebenaran peristiwa dan dengan metode-
metode yang menyertainya. Dengan paradigma, manusia dapat
mendiskripsikan pembuatan intisari mengenai apa yang dipikirkan tentang
dunia yang tidak dapat dibuktikan oleh mereka (Sutopo, 2002: 9).
Tidak jauh beda dengan HB. Sutopo, Thomas Kuhn dalam tulisannya
yang diberi judul The Structure Of Science Revolution: Peran Paradigma
Dalam Revolusi Sains, mengutarakan pengertian paradigma dalam dua segi.
Pertama, paradigma berarti keseluruhan konstelasi kepercayaan, nilai dan
teknik yang dimiliki bersama oleh anggota masyarakat ilmiah tertentu dalam
memandang suatu fenomena. Di segi lain paradigma merujuk pada sejenis
unsur dalam konstelasi itu dan jika digunakan sebagai model pola atau contoh
dapat menggantikan aturan-aturan yang eksplisit sebagai dasar bagi pemecahan
permasalahan dan teka-teki normal sains yang masih tersisa. Paradigma
membantu merumuskan tentang apa yang harus dipelajari, permasalahan apa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
yang harus dijawab dan aturan apa yang harus diikuti dalam
mengintepretasikan jawaban yang diperoleh (Kuhn, 2002: 187-188).
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa paradigma
mengarah pada kerangka berfikir seseorang dalam memandang suatu peristiwa.
Oleh karena itu, paradigma di dalam sebuah proses kegiatan penelitian
sangatlah penting. Peneliti akan memiliki alur pikir yang terorganisir dengan
adanya paradigma tersebut sehingga dapat dengan mudah mencapai tujuan
penelitian.
Perkembangan jaman kelimuwan telah melahirkan berbagai jenis
paradigma dengan implikasi metodologinya masing-masing. Guba dan Lincoln
membagi paradigma menurut tipologinya, yakni positivism (positivisme),
postpositivism (pospotivisme), critical theory (teori kritis), constructivism
(konstruktivisme), dan participatory (partisipatoris) (Denzin, 1994: 192).
Dalam penelitian ini, paradigma yang digunakan adalah paradigma
konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme muncul atas dasar rasa
ketidakpuasan para ilmuwan akan paradigma yang telah ada sebelumnya yaitu
paradigma positivisme. Selama ini paradigma positivisme telah berhasil
menguasai hampir keseluruhan bidang ilmu pengetahuan dengan pola
pemikiran penelitian kualitatif. Berbagai kritik dan tantangan pun turut
mewarnai dalam usaha menemukan jalan keluar dari persoalan -persoalan yang
dihadapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di masa kini.
Paradigma positivisme dan konstruktivisme sering kali dipersaingkan
oleh para ilmuwan untuk menunjukan perbedaan diantara keduanya. Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
perbedaan tersebut terletak pada objek kajian, sebagai awal dalam memandang
realitas sosial. Hakikat realitas dari kaum positivisme yaitu sesuatu yang
objektif, kebenaran realitas ada dan diatur oleh hukum alam sebab-akibat yang
tidak dapat dipertukarkan. Sedangkan konstruktivisme memandang realitas
adalah suatu yang kompleks dan dinamis, subjek yang bermakna dan
memberikan makna dalam realitas tersebut. Untuk lebih tepat serta jelas
perbedaan antara paradigma konstruktivisme dengan positivisme dalam
persoalan pemberitaan realitas sosial dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.1
Perbedaan antara Paradigma Positivis dan
Paradigma Konstruktivisme
No. Item Pembeda Positivis Konstruktivisme
1. Peristiwa atau fakta
Ada oleh kaidah-kaidah tertentu fakta yang ”riil”, yag diatur dan berlaku universal.
Fakta adalah konstruksi atas relaitas suatu fakta yang bersifat relatif, berlaku sesuai konteks tertentu.
2. Media Media hanya sebagai penyalur pesan.
Media sebagai agen konstruksi pesan.
3. Berita Berita adalah refleksi dari kenyataan. Sehingga berita harus sama dan sebangun dengan fakta yang hendak diliput.
Berita tidak mungkin refleksi dari realitas. Karena berita yang terbentuk dari konstruksi realitas.
4. Sifat Berita Bersifat obyektif, tidak mengandung opini dan pandagan subyektif dari pembuat berita.
Bersifat subyektif, opini selalu ada karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subyektif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
5. Wartawan Wartawan hanya sebagai pelapor.
Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial.
6. Nilai, etika, opini, dan pilihan moral
a. Nilai, etika, opini, dan pilihan moral berada diluar proses peliputan berita.
b. Nilai, etika, opini, dan pilihan moral harus berada diluar proses penelitian.
a. Nilai, etika, opini, dan keberpihakan wartawan tidak terpisahkan dari proses peliputan dan pelaporan suatu peristiwa.
b. Nilai, etika, opini, dan pilihan moral bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian.
7. Khalayak Berita diterima sama dengan apa yang dimaksud oleh pembuat berita.
Khalayak mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dengan pembuat berita.
Tabel 1.1 Hasil ringkasan dari Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, LkiS, Yogyakarta, 2002, hal. 19-36.
Paradigma konstruktivisme membantah keras teori kaum positivisme,
yakni realitas yang diamati oleh seseorang tidak bisa digeneralisasikan kepada
semua orang. Karena realitas itu ada dalam varian bentuk konstruksi mental
yang didasarkan pada pengalaman sosial yang bersifat lokal dan spesifik.
Menurut Egon G. Guba dalam bukunya yang berjudul The Paradigm
Dialog, paradigma konstruktivisme memiliki kajian yang berbeda dengan
pandangan kaum positivisme, diantaranya: pertama, realitas tidak hanya dilhat
melalui jendela teori melainkan realitas itu banyak pengonstruksian yang
terjadi didalamnya. Penelitian terhadap suatu realitas itu tidak bebas nilai, tetapi
hanya dapat diteliti dengan perspektif yang berdasarkan nilai. Kedua,
pengetahuan dideskripsikan sebagai konsekuensi dari aktivitas manusia,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
merupakan konstruksi manusia, tidak pernah dipertanggungjawabkan sebagai
kebenaran yang tetap karena merupakan suatu permasalahan dan akan selalu
berubah (Guba, 1990: 25-26). Secara ringkas, paradigma konstruktivisme
menjelaskan bahwa masing-masing individu memiliki construct (bangunan
”kebenaran”) dan construe (cara memahami ”kebenaran”) yang berbeda-beda
dalam menyikapi realitas.
Pada umumnya dalam suatu kegiatan penelitian, para peneliti
menggunakan aspek-aspek keilmuwan sebagai tuntunannya. Aspek-aspek
tersebut meliputi epistimologi, ontologi, metodologi, dan aksiologi tentu
disesuaikan dengan paradigma yang dipakai. Dalam paradigma
konstruktivisme, keempat aspek tersebut diuraikan dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.2
Aspek-Aspek Paradigma Konstruktivisme
Aspek Uraian
Ontologi: meninjau dari obyek atau realitas yang diteliti.
Relativism: Realitas adalah konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif, berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.
Epistimologi: meninjau dari hubungan peneliti dengan yang diteliti.
Transaksional atau subyektivis: pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti
Metodologi: meninjau dari bagaimana cara memperoleh pengetahuan.
Hermeneutik atau dialektik: menekankan pada empati dan interaksi dialektik antara peneliti dan responden untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalui metode kualitatif seperti participan observation. Kriteria kualitas penelitian: Authenticity dan reflectifity, sejauhmana temuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
merupakan refleksi otentik dari realitas dihayati oleh para pelaku sosial.
Aksiologi: meninjau dari posisi penilaian, etika dan pilihan moral peneliti.
Nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dalam suatu penelitian. Peneliti sebagai passionate participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subyektifitas pelaku sosial. Tujuan penelitian: rekonstruksi realitas sosial secara dialektik antara peneliti dengan aktor sosial yang diteliti.
Tabel 1.2 Hasil ringkasan dari Denzin, Handbook of Qualitative Research, hal.193
Dari tabel diatas terlihat bahwa aspek ontologi dalam paradigma
konstruktivisme adalah bersifat relatif, maksudnya realitas sosial dari suatu
masalah yang diteliti merupakan ”realitas sosial buatan” yang memiliki unsur
relativitas yang tinggi. Dalam penelitian ini, peneliti berasumsi bahwa realitas
tentang polemik pembongkaran pabrik Es Saripetojo di Solo, Jawa Tengah
secara sengaja memang diciptakan oleh wartawan maupun redaktur surat kabar
Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka melalui berita yang dibuat.
Sedangkan aspek epistimologinya bersifat subyektif, artinya pemahaman atau
temuan suatu realitas yang terdapat di dalam teks media merupakan hasil dari
penalaran peneliti secara subyektif dan sebagai hasil kreatif peneliti dalam
bentuk realitas. Untuk mendapatkan pengetahuan atau aspek metodologi dalam
paradigma konstruktivisme bersifat Authenticity dan reflectifity, yaitu peneliti
menggunakan beberapa dokumen yang mencerminkan kondisi obyek peneliti
terkait dengan pokok permasalahan yang diteliti guna memperoleh gambaran
pengetahuan praktisi media. Tidak hanya itu, peneliti juga sebagai pengamat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
langsung berita-berita yang disajikan oleh surat kabar Harian Umum Solopos
dan Suara Merdeka.
Aspek aksiologi dalam pendekatan ini adalah peneliti bertindak
sebagai passionate participant, yakni sebagai fasilitator yang menghubungkan
keragaman subyektivitas pelaku sosial. Dalam hal ini nilai, etika, moral dan
pilihan-pilihan lain dari peneliti merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan dalam penelitian ini.
B. Teori Konstruksi Sosial
Realitas sosial berasal dari dua kata yakni realitas dan sosial. Dalam
Kamus Umum Bahasa Indonesia, realitas memiliki makna ”kenyataan” dan
sosial berarti ”masyarakat” (Badudu dan Zain, 1996: 1142 & 1350). Sedangkan
definisi realitas sosial menurut Burhan Bungin dalam bukunya Imaji Media
Massa; Konstruksi dan Makna Realitas Sosial Iklan Televisi dalam Masyarakat
Kapitalistik, adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi
sosial terhadap dunia sosial disekelilingnya. Artinya bahwa realitas sosial itu
terbangun karena dengan sengaja diciptakan oleh individu baik di dalam
maupun di luar realitas tersebut. Realitas bermakna ketika dikonstruksi dan
dimaknai secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu
secara obyektif. Jadi individu mengonstruksi realitas sosial dan
merekonstruksikannya dalam dunia realitas serta memantapkan realitas itu
berdasarkan subyektivitas individu lain dalam institusi sosialnya (Bungin,
2001: 5-8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Peter L. Beger dan Thomas Luckman adalah sosiolog interpretatif
yang berhasil memperkenalkan gagasan konstruksi sosial atas realitas pada
dunia ilmu pengetahuan. Kedua ilmuwan tersebut mengatakan bahwa telah
terjadi dialektika antara individu yang menciptakan masyarakat dan masyarakat
yang menciptakan individu. Proses tersebut terjadi pada saat manusia atau
individu memahami sebuah realitas sosial. Dan proses ini berlangsung melalui
tiga tahapan penting, yaitu:
1) Eksternalisasi, yakni proses manusia dalam rangka menyesuaikan dan
mengekspresikan diri ke dalam dunia, baik kegiatan mental maupun fisik.
2) Objektivasi merupakan hasil yang dicapai dari proses eksternalisasi
manusia tersebut. Yang dihasilkan adalah realitas objektif yang bisa jadi
akan menghadapi si penghasil itu sendiri sebagai suatu faktisitas yang
berbeda diluar dan berbeda dari manusia yang menghasilkannya.
3) Internalisasi adalah penyerapan kembali dunia objektif ke dalam
kesadaran sedemikian rupa sehingga subyektif individu dipengaruhi oleh
struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah
terobjektifkan tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas di luar
kesadarannya sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran.
Pada hakikatnya, ketika manusia melewati tahapan-tahapan tersebut
berarti manusia sedang dalam proses komunikasi. Proses komunikasi yang
terjadi bukan pada perspektif paradigma transmisi melainkan bagaimana proses
komunikasi tersebut membentuk konstruksi tentang apa yang dipercaya
manusia tersebut sebagai realitas sosial tadi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Lebih lanjut Berger menegaskan bahwa masing-masing orang
memiliki konstruksi yang berlainan atas realitas sehingga disebutkan realitas itu
berwajah plural atau ganda. Tiap orang mempunyai pengalaman (frame of
experience), preferensi (frame of reference), pendidikan tertentu dan
lingkungan pergaulan atau sosial tertentu akan menafsirkan realitas sosial itu
dengan konstruksinya masing-masing (Eriyanto, 2002: 15-16).
Realitas sosial pun terdiri dari 3 macam, yakni (1) Realitas subyektif
adalah realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan kembali realitas
obyektif dan simbolik ke dalam individu. (2) Realitas obyektif adalah realitas
yang terbentuk dari pengalaman di dunia obyektif yang berada diluar diri
individu dan realitas ini dianggap sebagai kenyataan. (3) Realitas simbolik
merupakan ekspresi simbolik dari realitas obyektif dalam berbagai bentuk
(Bungin, 2001: 5).
C. Media Massa Dan Prinsip Jurnalisme
1. Media Massa sebagai Sebuah Institusi
Komunikasi massa berasal dari bahasa inggris yaitu mass
communication yang berarti proses komunikasi melalui saluran media massa.
Istilah komunikasi menurut Harold Lasswell digambarkan dengan menjawab
pertanyaan Who?, Says what?, In what channel?, To whom?, With what effect?
atau siapa yang mengatakan, apa yang dikatakan, dengan saluran apa, kepada
siapa, dan dengan pengaruh yang bagaimana (Mulyana, 2005: 62). Dari
pengertian Lasswell tersebut, proses komunikasi mengandung unsur-unsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
yang saling mempengaruhi, yaitu: Pertama, sumber (source) yang sering
disebut sebagai komunikator atau orang yang mengirim pesan. Kedua, pesan
yaitu sesuatu yang dikomunikasikan oleh komunikator kepada sasaran
(penerima). Pesan dapat berupa simbol verbal maupun nonverbal yang
mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud komunikator. Ketiga, media
merupakan alat, sarana atau wahana yang digunakan sumber untuk
menyampaikan pesannya kepada penerima. Keempat, penerima (receiver)
adalah orang yang menerima pesan (menjadi sasaran) dari sumber. Dan kelima,
efek yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
Media massa merupakan salah satu dari berbagai sarana atau alat
dalam proses komunikasi, yang dapat menjangkau lebih luas dibanding dengan
media komunikasi lainnya. Mursito BM dalam bukunya yang berjudul
Memahami Institusi Media mengatakan bahwa media massa sebagai institusi
memiliki enam karakteristik khusus yang bersifat umum, yaitu:
a) Penyampaian pesan ditujukan kepada khalayak luas, heterogen, anonim,
tersebar, serta tak mengenal batas geografis - kultural.
b) Bentuk kegiatan komunikasi yang dilakukan bersifat umum, bukan
perorangan atau pribadi.
c) Pola penyampaiannya cenderung berjalan satu arah.
d) Komunikasi massa dilakukan secara terencana, terjadwal, terorganisir
dengan manajemen modern.
e) Penyampaian pesan dilakukan secara berkala, tidak bersifat temporer.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
f) Isi pesan yang disampaikan mencakup berbagai aspek kehidupan baik
yang bersifat informatif, edukatif maupun hiburan.
Dari keenam karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa media
massa merupakan lembaga yang mampu menyebarkan pesan dalam waktu yang
bersamaan dan cepat kepada khalayak yang notabene heterogen dan luas.
Menurut jenisnya media massa dibagi ke dalam dua jenis, yakni media cetak
seperti majalah, surat kabar tabloid serta media elektronik semisal televisi,
radio dan internet.
Pada awalnya media massa dipandang sebagai lembaga yang
merefleksikan realitas secara objektif dan apa adanya, namun seiring
perkembangan ilmu pengetahuan mengubah pandangan tersebut. Sebenarnya,
isi media merupakan hasil dari konstruksi realitas yang sebelumnya telah
dipilih oleh para pekerja media dengan bahasa sebagai perangkatnya. Media
massa sekaligus menjadi sebuah forum diskusi diantara pihak yang memiliki
kepentingan serta ideologi yang berbeda. Satu sama lain saling menonjolkan
kerangka pemikiran, perspektif, konsep dan klaim interpretatif masing-masing
dalam rangka memaknai objek wacana (Sudibyo, 2001: 220-221).
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese dalam bukunya
Mediating The Message Theories of Influence on Mass Media Content
mengatakan isi media merupakan akumulasi dari pengaruh yang beragam. Ada
berbagai faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam ruang
pemberitaan media, yakni influences on content from individual media worker
(level individual), influence of media routinies (level rutinitas media),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
organizational influence on content (level organisasi), influence on content
from outside of media organization (level ekstra media) dan the influence of
idelogy (level ideologi) (Shoemaker, 1996).
a) Level individual
Pada level ini berkaitan dengan latar belakang profesional pekerja
media. Individu melihat bagaimana pengaruh aspek-aspek personel dari
pengelola media mempengaruhi pemberitaan yang akan disajikan kepada
khalayak. Latar belakang individu seperti: jenis kelamin, umur atau agama
dapat mempengaruhi apa yang akan ditampilkan media. Aspek personel
tersebut secara hipotetik mempengaruhi skema pemahaman pengelolaan media.
b) Level rutinitas media
Faktor ini berhubungan dengan mekanisme dan proses penentuan
berita. Setiap media umumnya memiliki aturan pengukuran sendiri tentang apa
yang disebut berita, apa yang menjadi karakteristik kelayakan sebuah berita.
Ukuran tersebut adalah rutinitas yang berlangsung tiap hari dan menjadi
prosedur standar bagi pengelola media yang berada di dalamnya. Selain itu,
rutinitas media juga berhubungan dengan mekanisme bagaimana berita
dibentuk. Ketika ada sebuah peristiwa penting yang harus diliput bagaimana
wujud pendelegasian tugasnya, melalui proses dan tangan siapa saja tulisan
tersebut dibuat sebelum sampai ke proses cetak, yang meliputi siapa
penulisnya, siapa editor dan seterusnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
c) Level organisasi
Pada level organisasi ini berkaitan dengan struktur organisasi yang
secara hipotetik mempengaruhi pemberitaan. Dan perlu diingat bahwasannya
dalam organisasi tersebut tidak hanya terdapat wartawan saja melainkan
sekumpulan orang yang memiliki jabatan dan keahlian yang berbeda. Masing-
masing organisasi media bisa jadi memiliki kepentingan yang berbeda pula.
Misal di dalam sebuah institusi media massa, selain bagian redaksi ada juga
bagian iklan, pemasaran, bagian umum, keuangan, dll. Masing-masing dari
bagian tersebut belum tentu sejalan karena memiliki target, tujuan dan strategi
sendiri-sendiri dalam pekerjaannya. Setiap organisasi berita selain memiliki
banyak elemen juga mempunyai tujuan dan filosofi organisasi sendiri yang
biasanya dicanangkan sejak awal berdiri organisasi tersebut. Elemen-elemen
tersebut nantinya akan mempengaruhi sikap wartawan dan penyajian peristiwa
menjadi sebuah berita.
d) Level ekstra media
Faktor ini berhubungan dengan faktor lingkungan di luar media.
Shoemaker dan Reese menjelaskan faktor-faktor tersebut antara lain: (1)
Sumber berita, dalam hal ini dipandang bukan hanya sebagai pihak yang netral
yang memberikan informasi apa adanya tetapi juga memiliki kepentingan
untuk mempengaruhi media dengan bermacam alasan, seperti: memenangkan
opini publik atau memberi citra tertentu kepada khalayak. Karena kapentingan
itulah maka sumber berita tersebut memberlakukan politik pemberitaan, yakni
akan memberikan informasi yang menurut pendapatnya baik bagi dirinya dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
mengembargo informasi yang dapat mengancam dirinya. Kepentingan sumber
berita ini sering kali tidak disadari oleh para awak media. (2) Sumber
penghasilan media, biasanya berupa pembelian media oleh konsumen dan juga
iklan. Di sini media harus survive dan mampu bertahan demi keberlangsungan
institusinya, hingga kadangkala media mau tidak mau harus berkompromi
dengan sumber daya yang menghidupi mereka. (3) Pihak-pihak eksternal
lainnya, seperti pemerintah; kompetitor; lingkungan ekonomi; dan
perkembangan teknologi. Pengaruh ini sangat ditentukan oleh motif dari
masing-masing lingkungan eksernal media.
Yasmine T. Dabbous lewat penelitiannya yang berjudul Media With a
Mission: Why Fairness and Balance Are Not Priorities in Lebanon’s
Journalistic Codes dalam International Journal of Communication mampu
membuktikan bahwa faktor - faktor eksternal tersebut memang berpengaruh
terhadap isi media. Dalam makalahnya tersebut ia menuliskan:
Journalistic standards and ethics are largely cultural and shaped by the political, social, and economic environments surrounding the media. Able to secure profit through mass circulation and advertising, the U.S. media were able to slowly move away from partisan patronage. The industrialization, urbanization, rise of social sciences, and progressive reaction to the corruption of the Gilded Age all contributed to the emergence of objectivity—and later fairness and balance—as a prime standard of quality journalism. Lebanon’s size and position, on the other hand, made it vulnerable to the political forces in the region. Middle Eastern and Colonial European powers triggered a century-long sectarian strife and weakened the local government, making the proliferation of the za’im system not only possible, but sometimes necessary. In such an environment, where loyalties to communal groups transcend those of the larger good, political patronage made fairness and balance an unlikely standard for Lebanese journalists (Dabbous, 2010: 14).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Dabbous meneliti sistem jurnalisme di Lebanon, yang pada waktu itu
sedang terjadi perselisihan antara negara timur tengah dengan negara kolonial
Eropa. Akibat dari kondisi tersebut menggeser struktur pemerintah daerah dan
menghambat pertumbuhan sistem demokrasi Lebanon. Selain itu, penguasa
yang lebih dominan akan mempengaruhi pemberitaan wartawan Lebanon,
sehingga objektivitas–keadilan dan keseimbangan-sulit untuk direalisasikan. Ini
membuktikan bahwa norma (dasar) dan etika jurnalistik sebagian besar
ditentukan oleh budaya dan lingkungan politik, sosial, dan ekonomi sekitar
media. Karena faktor - faktor tersebut dianggap melindungi institusi media dan
memberikan keuntungan melalui iklan dan sirkulasi massa.
e) Ideologi
Ideologi ini bersifat abstrak, ia berhubungan dengan konsepsi atau
posisi seseorang dalam menafsirkan realitas. Pamela J. Shoemaker dan Stephen
D. Reese mengutip pendapat Raymond William bahwa ideologi memberikan
standar baku bagi sistem pemaknaan, nilai-nilai, kepercayaan yang dapat
dijadikan pandangan dunia (Shoemaker, 1996: 222). Maksud dari definisi
tersebut adalah ideologi mempengaruhi cara media menggunakan sistem tanda
atau bahasa karena bahasa adalah alat untuk menyampaikan gagasan dan
bangunan makna, maka ideologi menyeleksi apa saja yang dapat ditulis dan
sebaliknya menyamarkan atau bahkan menghilangkan apa yang dilarang untuk
ditulis. Ideologi media dipengaruhi oleh banyak faktor karena orang-orang
yang terlibat didalamnya telah berada di bawah penguasa budaya, politik dan
ekonomi masyarakat dimana informasi terpilih sering membentuk konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
ideologi yang secara berlebihan mewakili kepentingan yang berkuasa dan
meminggirkan kepentingan kelompok lain.
2. Prinsip Jurnalisme
Istilah jurnalisme mengacu pada aliran yang memuat sejumlah
kerangka normatif untuk memandu karya jurnalistik, atau metode tertentu
dengan pola liputan yang sesuai dengan kerangka norma yang diusungnya.
Sebagai kerangka normatif, jurnalisme memuat sejumlah nilai yang dijadikan
rujukan dan diterapkan melalui sejumlah metode khusus (Kusumaningrat,
2006: 10). Tujuan utama jurnalisme adalah menyediakan informasi yang akurat
dan terpercaya kepada masyarakat, serta dengan informasi tersebut mereka
dapat berperan membangun sebuah masyarakat yang bebas (Ishwara, 2007: 9).
Menurut Bill Kovach dan Tom Rosenstial dalam bukunya yang
berjudul The Elements of Journalism:What Newspeople Should Know and the
Public Should Expect, mengemukakan sembilan elemen jurnalisme sebagai
dasar atau rujukan media dalam menyajikan suatu berita, yakni:
a) Kewajiban paling utama jurnalisme adalah kebenaran. Kebenaran di sini
bukan dalam tataran filosofis melainkan dalam tataran fungsional.
Kebenaran tidak didapat secara langsung namun dibentuk hari demi hari,
lapisan demi lapisan. Dari kebenaran sehari-hari akan terbentuk bangunan
kebenaran yang lebih lengkap.
b) Loyalitas pertama jurnalisme adalah kepada warga. Semata-semata tujuan
jurnalisme yang pertama yaitu untuk membangun kehidupan masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
c) Inti jurnalisme adalah displin melakukan verifikasi. Dengan disiplin
mampu membuat wartawan menyaring isu-isu, gosip, ingatan yang keliru,
manipulasi guna mendapatkan informasi yang akurat. Lima konsep dalam
disiplin verifikasi antara lain:
(1) Jangan menambah atau mengurangi apapun,
(2) Jangan menipu atau menyesatkan pembaca,
(3) Bersikap se-transparan dan sejujur mungkin tentang metode dan
motivasi dalam melakukan reportase,
(4) Bersandar pada reportase sendiri,
(5) Bersikap rendah diri.
d) Para wartawan harus menjaga independensi narasumber.
e) Wartawan mengemban tugas sebagai penyambung lidah masyarakat
kepada penguasa dalam hal ini pemerintah sekaligus sebagai pemantau
yang bebas terhadap kekuasaan.
f) Jurnalisme menyediakan wadah sebagai tempat forum publik untuk kritik
maupun dukungan warga.
g) Jurnalisme harus berusaha membuat peristiwa - peristiwa yang penting,
menarik dan relevan.
h) Jurnalisme harus mampu menjaga agar berita itu proporsional dan
komprehensif.
i) Wartawan diperbolehkan mengikuti hati nuraninya selama menjalankan
kewajibannya. Dari ruang redaksi hingga ruang direksi, semua wartawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
seyogyanya punya pertimbangan pribadi tentang etika dan tanggungjawab
sosial.
Dengan elemen – elemen yang dikemukakan di atas dapat menjadi
alat ukur kredibilitas suatu media dalam menyajikan suatu berita.
D. Produksi Berita dan Pengonstruksian Realitas
1. Proses Produksi Berita Pada Media Cetak
Eriyanto sebagai orang yang pernah meneliti wacana media
memberikan definisi sebuah berita yaitu sebagai hasil akhir dari proses
kompleks dengan memilah dan menentukan peristiwa dan tema-tema tertentu
dalam satu kategori tertentu (Eriyanto, 2002: 102). Sebuah peristiwa layak
menjadi berita ketika ia memiliki nilai yang dihargai dalam masyarakat,
padahal belum banyak orang yang mengetahuinya. Hal ini tentu mengandung
suatu informasi penting yang menyangkut kepentingan orang banyak dan harus
disebarkan secara luas melalui media massa.
Suatu peristiwa yang telah diliput oleh wartawan kemudian ditulis
menjadi sebuah berita setelah itu melaporkannya kepada redaktur–sebagai
atasan yang memberikan tugas-. Penulisan berita dapat berbentuk straigtnews,
featurenews, softnews dan juga indephtnews. Kemudian redaktur menilai
apakah hasil reportase itu sudah sesuai dengan rancangan awal, yang
sebelumnya ditetapkan dalam rapat redaksi. Selain itu, redaktur juga
memeriksa apakah ada hal yang kurang terliput oleh wartawan dan
mempertimbangkan asas-asas proporsionalitas dalam isi pemberitaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Berdasarkan berbagai pertimbangan itu, redaktur memberikan usul dikolom
surat kabar bagian mana berita itu akan ditempatkan melalui rapat ”budgeting”.
Dalam rapat tersebut ditentukan berita mana saja yang masuk pada halaman
depan dan berita mana yang masuk halaman dalam (Kusumaningrat, 2006: 76).
Setelah itu dilanjutkan dengan tahap layout disusul proses cetak lalu hasil berita
yang dimuat di media cetak siap didistribusikan.
Masing-masing institusi media tentu memiliki standar kelayakan
sebuah berita. Namun, secara universal sebuah peristiwa dikatakan layak
menjadi berita apabila peristiwa tersebut mengandung satu atau beberapa unsur
kelayakan atau nilai berita. Unsur-unsur tersebut, antara lain (Mursito, 1999:
38-39):
a) Significance (Penting)
Adalah peristiwa yang berkemungkinan mempengaruhi kehidupan orang
banyak atau kejadian yang mempunyai akibat terhadap kehidupan
pembaca.
b) Magnitude (Besaran)
Yaitu peristiwa yang menyangkut angka-angka yang bermakna bagi
kehidupan orang banyak atau kejadian yang berakibat yang bisa
dijumlahkan dalam angka yang menarik buat pembaca.
c) Timelines (Waktu)
Yakni peristiwa yang menyangkut hal-hal yang baru saja terjadi atau baru
diketemukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d) Proximity (Dekat)
Yaitu kejadian atau peristiwa yang dekat dengan pembaca. Kedekatan ini
bisa bersifat geografis maupun emosional.
e) Prominance (Ketenaran)
Adalah kejadian yang menyangkut hal-hal yang terkenal atau sangat
dikenal oleh pembaca.
f) Human Interest (Manusiawi)
Kejadian tersebut dapat memberikan sentuhan perasaan bagi pembaca,
peristiwa yang menyangkut orang biasa dalam situasi luar biasa atau
orang besar dalam situasi biasa.
Selain keenam unsur tersebut, sebenarnya ada dua unsur lagi yang
ditambahkan, yakni unsur conflict atau controversy (konflik/kontroversi) serta
unusual (sesuatu yang tidak biasa) (Eriyanto, 2002: 107).
Denis McQuail dalam bukunya Teori Komunikasi Massa; Sebuah
Pengantar, mengutip teoeri dari J. Westerstahl mengemukakan bahwa
penyajian laporan atau berita secara obyektif harus mencakup nilai-nilai dan
fakta-fakta itu sendiri yang memiliki implikasi evaluatif. Berikut skema yang
dapat digunakan untuk menilai kadar netralitas dan keseimbangan produk
media:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Obyektivitas
Skema 1.1
Komponen Utama Obyektivitas Berita
Kefaktualan sebuah berita ditentukan oleh beberapa kriteria
”kebenaran”, yaitu keutuhan laporan, ketepatan yang ditunjang pertimbangan
independen, dan tidak adanya keinginan untuk membawa ke arah yang salah.
Sedangkan relevansi berhubungan dengan proses seleksi, yakni memilah-milah
berdasarkan prinsip kegunaan yang jelas, demi kepentingan masyarakat. Dan
impartialitas adalah sikap netral wartawan-sikap yang menjauhkan penilaian
personal dan subyektif demi mencapai tujuan dan sasaran yang diinginkannya-.
2. Proses Pengonstruksian Realitas dalam Berita
Fakta dalam berita bukanlah semata-mata seperti menemukan sesuatu
lalu diambil kemudian difungsikan seperti apa adanya. Menurut Mursito BM
dalam bukunya Memahami Institusi Media Sebuah Pengantar, fakta adalah
hasil pengamatan, penjelasan teoritis, konseptualisasi atau suatu investigasi
Kefaktualan
Impartialitas
Kebenaran
Relevansi
Keseimbangan
Netralitas
Skema 1.4 Diadopsi dari Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa; Sebuah Pengantar, 1996, hal. 130
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
jurnalistik. Suatu ”realitas” telah dibentuk berdasarkan prinsip yang dikenal
sebagai ”news value”. Peristiwa yang sebenarnya hanya ada di lapangan, ini
disebut dengan realitas empirik. Sedangkan hasil reportase tentang peristiwa
yang sebenarnya dan tersaji dalam berita disebut dengan realitas simbolik.,
yaitu realitas dikonstruksi dalam bentuk simbol tulisan atau gambar oleh media
(Mursito, 2006: 159 & 174).
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Mark Fishman dengan
memperkenalkan model temuannya, yakni struktur fase. Struktur fase adalah
tahapan-tahapan alur cerita atau kerangka berita yang disusun wartawan. Setiap
wartawan memiliki alur berbeda dalam membuat berita. Lewat struktur fase,
peristiwa yang kompleks, tindakan yang yang tak beraturan, beragam dan
abstrak diorganisasikan sebagai peristiwa yang beraturan, logis dan dibuat
bermakna lewat skema interpretasi wartawan (Eriyanto, 2002: 92- 94).
Dalam mengintepretasikan suatu peritiwa, wartawan bukanlah satu-
satunya individu yang berproses memberikan penafsiran, melainkan ada pihak
lain yang berhubungan satu sama lain, yaitu sumber dan khalayak. Setiap pihak
menafsirkan dan mengontruksikan realitas berdasarkan penafsiran mereka
sendiri dan berusaha agar penafsirannya yang paling menonjol dan dominan.
Wartawan sebagai ”agen konstruksi” berusaha menjadikan apa yang ia
konsruksikan menjadi lebih dominan. Dalam proses konstruksi realitas,
wartawan tidak hanya menggunakan konsepsi yang ada dalam alam pikiran
semata, tapi juga harus mempertimbangkan tiga aspek, yakni (Eriyanto, 2002:
254):
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Pertama, proses konstruksi akan melibatkan nilai sosial yang mengikat
wartawan. Nilai-nilai sosial tersebut mempengaruhi bagaimana ralaitas
dipahami dan dituliskan.
Kedua, dalam menulis dan mengonstruksikan berita wartawan bukanlah
berhadapan dengan publik yang kosong, dalam artian khalayak menjadi
pertimbangan wartawan menyusun kata-kata.
Ketiga, Proses konstruksi juga ditentukan oleh proses produksi yang
selalu melibatkan standar kerja profesionalisme dan wartawan.
E. Framing Sebagai Teknik Analisis Media
Pada tahun 1955, Beterson memperkenalkan konsep framing. Saat itu,
frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana serta menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Hingga kemudian
konsep ini dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada tahun 1974 bahwa
frame dipandang sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behaviour)
yang membimbing individu dalam membaca realitas (Sobur, 2004: 161).
Sebenarnya, framing diadopsi dari ilmu kognitif (psikologi) tapi
lambat laun diimplemantasikan pada ilmu-ilmu lain seperti: sosiologis, politik
dan kultural. Dalam ilmu komunikasi, framing dipakai untuk membedah cara-
cara atau ideologi media saat mengonstruksi fakta. Melalui analisis ini, seorang
peneliti dapat mencermati strategi seleksi, penonojolan dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perspektifnya. Dengan
kata lain, framing adalah sebuah teknik analisis untuk mengetahui bagaimana
perspektif wartawan sewaktu memilah-milah isu dan kemudian menulisnya
menjadi sebuah berita. Seperti yang dikatakan oleh Robert N. Entman bahwa
frame adalah pemilihan (selection) dan penojolan hal yang penting (salience).
To frame is to selected some aspect of a perceived reality and make them salient in a communicating text, in cusch a way as to promote a particular problem definition, causal interpretation, moral evaluation, and/or treatment recommendation for the item described. (Zen, 2004: 93)
Framing, menurut William A. Gamson adalah sebuah cara bercerita
atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna dan peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu
wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan (package) yang
digunakan individu untuk mengonstruksikan makna pesan-pesan yang ingin ia
sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan-pesan yang ia terima. Todd
Gittlin juga menekankan bahwa dalam mem-frame berita, wartawan telah
menyertakan konsepsi dan skema interpretasinya. Pesan secara simbolik
menyertakan sikap dan nilai. Ia hidup, membentuk dan menginterpretasikan
makna didalamnya (Eriyanto, 2002: 67- 69).
Sedangkan Zongdang Pan dan Gerald M. Kosicki, merujuk framing
sebagai alat yang digunakan untuk melakukan encouding, menafsirkan serta
memunculkan informasi yang dapat dikomunikasikan dan dihubungkan dengan
kebiasaan dan konvensi pekerjaan jurnalistik. Oleh karena itu, framing dapat
dikaji sebagai suatu strategi untuk mengonstruksi dan merespon wacana berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Dari beberapa pengertian framing di atas dapat ditarik benang merah
bahwa analisis framing digambarkan sebagai sebuah teknik analisis untuk
mengetahui proses-proses pembingkaian realitas (peristiwa, aktor, kelompok,
dll) pada media. Proses pembingkaian tersebut tentunya melalui beberapa
tahapan dan salah satunya adalah pengonstruksian. Realitas sosial di sini
dimaknai dan dikonstruksikan dengan makna tertentu (Eriyanto, 2002: 3).
Teknik analisis framing dilakukan dalam dua tahap. Pertama,
memilah fakta. Proses pemilahan fakta ini didasarkan kepada asumsi bahwa
wartawan tidak mungkin melihat peristiwa tanpa perspektif. Dalam
penyeleksian fakta ini selalu terkandung dua kemungkinan apa yang dipilih
(include) dan apa yang dibuang (exclude). Penekanan aspek tertentu itu
dilakukan dengan memilih angle tertentu dan mengabaikan faktor yang lain,
memberitakan aspek tertentu dan melupakan aspek yang lainnya. Oleh karena
itu, berakibat pada pemahaman dan konstruksi atas suatu peristiwa bisa jadi
berbeda antara satu media dengan media lain (Eriyanto: 2002: 69).
Kedua, menuliskan fakta. Pada tahap ini berhubungan dengan
bagaimana fakta, hasil seleksi tersebut disajikan kepada khalayak. Fakta yang
telah dipilih lalu ditekankan dengan pemakaian perangkat tertentu, seperti:
penempatan yang menonjol seperti ditempatkan sebagai headline atau pada
halaman belakang, pengulangan, penggunaan grafis untuk menunjang dan
memperkuat penonjolan, pemakaian label khusus sewaktu menggambarkan
orang atau peristiwa atau orang yang diberitakan, asosiasi terhadap simbol
budaya, generalisasi, simplifikasi dan pemakaian kata yang mencolok, gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
dan sebagainnya. Realitas yang disajikan secara menonojol tersebut
kemungkinan akan lebih diperhatikan dan mempengaruhi khalayak dalam
memahami suatu realitas (Eriyanto, 2002: 70).
Kate MacNeill dalam Ejournalist menuliskan makalahnya berjudul
‘How can this be art?’: framings of contemporary art in the news media yang
mengemukakan empat bentuk framing umum-sebagai sebuah karya seni
kontemporer media-yang mudah diingat oleh khalayak. Ia menuliskan:
Valkenburg, Semetko and de Vrees (1999) identified four common framings of news in their survey of the literature, namely conflict frame; human interest frame; responsibility frame; and economic consequences frame. Their research established that readers will recall news stories within these frameworks. Furthermore, implicit attitudes towards contemporary art within the text will also influence the reader’s reaction to not only the art being discussed, but to the nature of contemporary art more generally (Macneill, 2008: 4).
Tulisan tersebut menyebutkan bahwa Valkenburg, Semetko and de
Vrees mengidentifikasi empat bentuk framing berita, sebagai kerangka
pemikiran dan seni kontemporer wartawan, yang mudah diingat oleh khalayak.
Bentuk framing itu adalah conflict frame, human interest frame, responsibility
frame, dan economic consequences frame. Dalam proses framing berita,
wartawan tidak hanya melakukan seni kontemporer seperti layaknya seorang
seniman tetapi juga seni kontemporer dalam arti yang lebih umum
(menggunakan prosedur atau karakterisitik tertentu) agar berita yang akan
dimuat dapat menarik perhatian khalayak.
Eriyanto dalam bukunya Analisis Framing Konstruksi Realitas,
Ideologi, Politik Media mengemukakan ada empat macam model analisis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
framing. (1) Model Murray Edelmen, yang mengungkapkan perangkat framing
adalah kategorisasi, (2) Model Robert N. Entman, yang memiliki perangkat
framing seleksi isu dan penonjolan aspek tertentu dari isu, (3) Model William
A. Gamson, yang memiliki perangkat framing yaitu metaphors, catchphrase,
exemplaar, depiction, visual image, roots, appeals to principle dan
consequences, (4) Model Pan Kosicki, yang memiliki perangkat framing
struktur wacana media meliputi: sintaksis, skrip, tematik dan retoris.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini tergolong dalam jenis desktiptif kualitatif dengan
paradigma konstruktivisme. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa
masing-masing individu menurut paradigma konstruktivisme memiliki
perbedaan construct (bangunan ”kebenaran”) dan construe (cara memahami
”kebenaran”) dalam memahami sebuah realitas. Oleh karenanya, penelitian ini
akan menggali constuct dan construe obyek yang diteliti, yaitu surat kabar
harian Suara Merdeka dan Solopos, terutama berkenaan dengan berita tentang
polemik pabrik Es Saripetojo di Solo, Jawa Tengah. Karena penelitian ini
terkategorikan ke dalam penelitian deskriptif maka penelitian hanya dilakukan
dengan memaparkan dan menafsirkan data kualitatif mengenai situasi,
peristiwa atau fenomena secara komprehensif. Penelitian ini tidak mencari atau
menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesa ataupun membuat prediksi
(Rakhmat, 1991: 24).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Data kualitatif yang dikumpulkan merupakan representasi simbolik
yang lebih menekankan pada makna dan tujuan dari obyek penelitian
dibandingkan isi data secara definitif. Hal itu bisa berupa kata-kata dalam
kalimat atau gambar yang mempunyai arti lebih dari sekedar angka atau jumlah
(Sutopo, 2002: 10).
2. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis framing.
Analisis framing memiliki asumsi bahwa berbagai isi di dalam media massa
mempunyai peran yang sangat strategis dalam menentukan mana yang penting
atau signifikan dari bermacam-macam isu yang hadir dalam wacana publik
(Sudibyo, 2001: 220). Karena metode analisis framing termasuk ke dalam
kategori penelitian konstruksionis, maka framing dapat digunakan untuk
melihat dan menemukan bagaimana realitas itu dibentuk dan dikonstruksi.
Dalam praktiknya, ada beberapa bagian yang ditonjolkan dan beberapa bagian
lain yang disembunyikan. Hal tersebut akan berdampak pada khalayak yang
akan mengingat hal-hal tertentu dari apa yang ditampilkan dan
mengesampingkan hal yang tidak muncul dalam pemberitaan media.
Seperti dikatakan oleh Frank D. Durkheim yang dikutip oleh Eriyanto
bahwa framing membuat dunia lebih diketahui dan lebih dimengerti. Realitas
yang kompleks dipahami dan disederhanakan dalam kategori tertentu. Bagi
khalayak, penyajian realitas yang demikian membuat realitas lebih bermakna
dan dimengerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
3. Analisa Data
Untuk menganalisa data penelitian, peneliti menggunakan metode
framing dengan model yang diperkenalkan oleh Zhondang Pan dan Gerald M.
Kosicki (Pan Kosicki). Dikarenakan metode framing Pan Kosicki mempunyai
dua kelebihan dibandingkan dengan model-model teknik analisis framing
lainnya. Pertama, pada model Pan Kosicki memberikan peluang yang lebih
luas terhadap unit analisa yang digunakan, seperti: struktur berita, gaya bahasa,
idiom, gambar, foto dan juga grafik. Kedua, terdapat empat bagian besar
dengan bagian analisa masing-masing sehingga lebih lengkap dan sangat
membentuk dalam proses pengkategorian sampai pada tahap analisa.
Menurut Pan Kosicki ada dua konsepsi yang saling berkaitan dalam
teknik analisis framing. Pertama adalah konsepsi psikologis, dalam konsepsi ini
lebih menekankan pada bagaimana seseorang memproses informasi dalam
dirinya dan ditunjukan dalam skema tertentu. Framing di sini dilihat sebagai
penempatan informasi dalam suatu konteks yang khusus dan menempatkan
elemen tertentu dari suatu isu dengan penempatan lebih menonjol dalam
kognisi seseorang. Elemen yang diseleksi dari suatu peristiwa tersebut lebih
penting dalam mempengaruhi pertimbangan dalam membuat keputusan tentang
realitas. Kedua, konsepsi sosiologis, menekankan pada bagaimana konstruksi
sosial atas realitas, bagaimana seseorang mengklasifikasikan lalu
mengorganisasikan dan menafsirkan pengalaman sosialnya untuk mengerti
dirinya dan realitas di luar dirinya. Frame dalam konsepsi ini berfungsi
membuat suatu realitas menjadi teridentifikasi, dipahami dan dapat dimengerti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
karena sudah dilabeli dengan label tertentu. Konsepsi psikologis dan sosiologis
ini digabung dalam satu model dan dapat dilihat dari bagaimana suatu berita
diproduksi dan peristiwa dikonstruksi oleh wartawan (Eriyanto, 2002: 252-
253).
Pan Kosicki juga mengungkapkan bahwa analisis framing
dimunculkan sebagai pendekatan kaum kontruktivisme dalam menguji wacana
media yang bersifat empiris dan operasional yang dibagi ke dalam empat
struktur berita, yaitu struktur sintaksis (syntactional sturcture), struktur naskah
(script structure), struktur tematik (thematic structure), dan struktur retoris
(retoric structure) (Zen, 2004: 91). Dengan empat struktural tersebut akan
dilakukan analisis wacana media berkaitan dengan polemik pembongkaran
pabrik Es Saripetojo di Solo, Jawa Tengah. Berikut ini uraian keempat struktur
tesebut:
a) Struktur Sintaksis
Sintaksis merupakan susunan kata atau frase dalam kalimat. Sintaksis
dalam media massa berkaitan dengan proses wartawan dalam menyusun
laporan peristiwa ke dalam susunan umum berita, yang meliputi pernyataan,
opini, kutipan, dan pengamatan yang telah ia lakukan. Dari struktur sintaksis
pula kita dapat menganalisis objektivitas dan netralitas suatu pemberitaan
media. Objektivitas pemberitaan media setidaknya memiliki tiga unsur pokok,
yaitu unsur kebenaran, unsur keseimbangan serta relevansi judul dengan isi
berita.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
Struktur sintaksis biasanya ditandai oleh struktur piramida terbalik
dan oleh aturan-aturan atributif (penandaan) sumber. Piramida terbalik
mengacu pada pengorganisasian bagian-bagian struktur yang runtut, seperti
headline (judul utama), lead (kepala berita atau pendahuluan), background
(latar belakang), kutipan dan ending (penutup) atau bagian yang umum saja
seperti lead, perangkat, tubuh dan penutup sehingga membentuk skema yang
menjadi pedoman bagaimana fakta hendak disusun.
Headline (judul), bagian dari wacana berita yang memiliki tingkat
kemononjolan yang tinggi, yang dapat menunjukan kecenderungan berita.
Melalui judul, dapat digunakan untuk menunjukan proses wartawan
dalam mengonstruksikan suatu fenomena dan seringkali menekankan
makna tertentu lewat penggunaan tanda tanya untuk menunjukan sebuah
perubahan dan tanda kutip untuk menunjukan adanya jarak perbedaan.
Lead (pendahuluan), merupakan paragraf pertama berita, untuk
mengetahui bagaimana sebuah berita diawali. Lewat lead, juga dapat
menunujukan sudut pandang dari dari berita serta perspektif tertentu dari
peristiwa yang diberitakan.
Latar adalah bagian berita yang dapat memberikan pengaruh semantik
(arti kata) yang hendak ditampilkan (Anshori, 2005: 10). Biasanya
wartawan dalam menulis berita mencantumkan latar belakang peristiwa.
Pemilihan latar akan menentukan ke arah mana pandangan khalayak akan
dibawa. Pada umumnya, latar ditampilkan di awal sebelum wartawan
mengemukakan pendapatnya yang dengan sengaja dimunculkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mempengaruhi dan memberi kesan bahwa pendapat tersebut beralasan.
Sehingga latar dapat menjadi alasan pembenar gagasan yang diajukan
dalam teks.
Kutipan, digunakan wartawan untuk membangun obyektivitas – cover
both side. Kutipan bisa berwujud parafrase, yaitu kutipan yang disadur
dari buku atau dari kutipan orang lain. Pengutipan pernyataan sumber ini
menjadi perangkat framing atas tiga hal, yakni (1) mengklaim kebenaran
dari pernyataan yang dibuat dengan berdasarkan diri pada klaim otoritas
akademik. Wartawan bisa jadi memiliki pandangan dan pendapat sendiri
atas suatu peristiwa, kutipan digunakan untuk mengesankan bahwa
pendapatnya tersebut didukung oleh ahli yang berkompeten. (2)
menghubungkan poin tertentu dari pandangannya kepada pejabat yang
berwenang, (3) mengecilkan pendapat atau pandangan tertentu yang
dihubungkan dengan kutipan atau pandangan mayoritas sehingga
pandangan tersebut tampak menyimpang dari pendapat umum. Teknik ini
sangat bermanfaat untuk menonjolkan aspek argumentatif dari
keseluruhan pendapat dalam teks berita, bahwa meskipun ada pendapat
yang menyimpang, tapi hal itu akan nampak kecil jika dibandingkan
dengan pendapat – pendapat lain yang tercantum (Anshori, 2005: 11).
Ending (penutup), paragraf terakhir berita yang dapat digunakan untuk
mengetahui bagaimana sebuah berita diakhiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b) Struktur Skrip
Berita sering kali disusun sebagai suatu jalinan cerita. Hal ini
dilakukan karena, pertama, banyak berita yang berusaha menunjukan peristiwa
yang ditulis merupakan kelanjutan dari peristiwa sebelumnya; kedua, berita
memiliki orientasi untuk menghubungkan dengan lingkungan komunal
pembaca. Oleh karena itu, menulis berita hampir sama ketika menulis novel.
Dan melalui skrip ini dapat diketahui bagaimana wartawan mengisahkan atau
menceritakan peristiwa ke dalam bentuk berita dengan maksud agar lebih
menarik untuk dibaca khalayak. Secara umum, struktur skrip skrip terdiri dari
5W+1H, yakni siapa (who), kapan (when), dimana (where), apa (what),
mengapa (why) dan bagaimana (how). Skrip memberikan tekanan tertentu –
bagian mana yang didahulukan dan mana yang kemudian dapat disembunyikan
sebagai suatu informasi yang penting-, dengan jalan menghilangkan salah satu
atau menonjolkan beberapa unsur dari enam kelengkapan berita (5W+1H)
tersebut.
c) Struktur Tematik
Menurut Pan Kosicki, berita mirip pengujian hipotesis, peristiwa yang
diliput, sumber yang dikutip, dan pernyataan yang diungkapkan, semua
perangkat tersebut digunakan untuk membuat dukungan yang logis bagi
hipotesis yang dibuat. Dalam setiap peristiwa, wartawan memiliki tema
tersendiri untuk kemudian ditulis menjadi sebuah berita. Tema tersebut muncul
sebagai konstruksi wartawan saat membuat teks berdasarkan persepsi dan apa
yang ingin ia tulis. Sehingga pembuat teks dapat memanipulasi penafsiran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
pembaca dengan penggunaan diksi dan permainan definisi untuk
mendiskripsikan peristiwa tersebut. Berikut ini elemen-elemen yang dapat
dianalisis:
(1) Koherensi, berkenaan dengan pertalian atau jalinan antar kata, proposisi
atau kalimat. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta berbeda
dihubungkan dengan menggunakan koherensi. Melalui koherensi dapat
dipakai untuk melihat bagaimana seseorang secara strategis menggunakan
wacana untuk menjelaskan fakta. Apakah peristiwa dilihat sebaai sesuatu
yang berhubungan, saling terpisah , atau justru sebab akibat. Hal ini
dipengaruhi oleh kepentingan komunikator terhadap sebuah peristiwa.
Ada beberapa macam koherensi, yakni (a) koherensi kondisional, yaitu
dapat berupa sebab-akibat atau hubungan penjelas. Hal ini dapat diamati
dari penggunaan kata hubung yang dipakai untuk menggambarkan dan
menjelaskan hubungan, atau memisahkan satu proposisi dihubungkan
dengan bagaimana seseorang memaknai suatu peristiwa yang ingin
ditampilkan di depan publik. Koherensi kondisional juga dapat dianalisis
dari penggunaan anak kalimat sebagai penjelas. Sehingga dalam satu
kalimat terdapat dua proposisi. Proposisi yang pertama dijelaskan dalam
proposisi kedua dengan menggunakan kata hubung seperti ”yang” dan”
dimana”. (b) koherensi penjelas, proposisi atau kalimat satu sebagai
penjelas dari kalimat lain. Ditandai dengan kata hubung ”dan” atau ”lalu”.
(c) koherensi pembeda, proposisi atau kalimat satu sebagai lawan atau
kebalikan dari kalimat yang lain. Biasanya dihubungkan dengan kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
penghubung ”dibandingkan”, ”sedangkan”, ”meskipun demikian”, atau
”tetapi”. Koherensi pembeda ini dipakai untuk penyangkalan
komunikator terhadap tindakan atau fakta yang dianggap tidak realistis
olehnya.
(2) Kata ganti, yakni menunjukan posisi seseorang dalam suatu wacana yang
bertujuan untuk memanipulasi dengan menciptakan imajinasi. Kata ganti
”saya” atau ”kami’ merupakan bentuk resmi dari sikap komunikator.
Sedangkan ”kita” merujuk pada pembukaan sekat antara khalayak dan
komunikator sehingga apa yang menjadi sikap komunikator seolah
menjadi sikap bersama.
(3) Bentuk kalimat, yaitu hal yang berhubungan dengan cara berpikir logis,
prinsip kausalitas. Dengan kausalitas dalam bahasa diwujudkan dalam
subjek (yang menerangkan) dan predikat (yang diterangkan). Bentuk
kalimat ini bukan hanya persoalan kebenaran tata bahasa namun juga
memberikan pemaknaan tertentu melalui susunan kalimat.
(4) Detail, sesuatu yang berhubungan dengan kontrol informasi oleh
komunikator. Informasi yang menguntungkan komunikator atau citra
perusahaan akan ditonjolkan lebih besar dan informasi yang merugikan
akan mendapat bagian lebih sedikit atau bahkan dihilangkan. Informasi
yang menguntungkan tidak hanya ditampilkan secara berlebihan namun
dengan detail yang lengkap dan jika perlu dengan data-data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
d) Struktur Retoris
Struktur retoris dalam wacana berita mendiskripsikan pilihan gaya
atau kata yang diplih wartawan untuk menekankan makna yang ingin
ditonjolkan oleh wartawan. Retorik memiliki fungsi untuk membuat cerita,
meningkatkan penonjolan pada sisi-sisi tertentu dan meningkatkan imajinasi
yang diinginkan pada suatu berita. Selain itu struktur ini juga menunjukkan
kecendrungan bahwa apa yang disampaikan tersebut adalah suatu kebenaran.
Elemen-elemen struktur retoris adalah sebagai berikut:
Leksikon, yakni pemilihan atau pemakaian kata-kata tertentu untuk
menggambarkan peristiwa. Pemiilihan ini dilakukan secara ideologis
untuk menunjukan pemaknaan seseorang terhadap fakta. Yang paling
sering digunakan adalah teknik labelling, yaitu melekatkan idiom tertentu
pada sebuah fakta atau peristia dengan maksud memberikan makna
tendesius terhadap fakta atau peristiwa tersebut (Anshori, 2005: 26).
Metafora, adalah kiasan yang mempunyai persamaan sifat dengan benda
atau hal yang bisa dinyatakan dengan kata atau frase. Digunakan tidak
hanya untuk ”ornamen” berita tetapi juga untuk mendukung dan
menekankan pesan utama yang disampaikan.
Grafis, diwujudkan dalam bentuk variasi huruf (ukuran, warna dan efek),
caption, grafik, gambar, tabel, foto dan data lainnya. Bagian yang dicetak
berbeda merupakan bagian yang dianggap penting oleh komunikator,
dimana ia menginginkan khalayak menaruh perhatian yang besar pada
bagian tersebut. Termasuk juga penempatan dan ukuran judul (dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
kolom surat kabar). Elemen grafik memberikan efek kognitif, ia
mengontrol perhatian dan ketertarikan secara intensif dan menunjukan
apakah suatu informasi itu dianggap penting dan menarik sehingga harus
difokuskan.
Gaya, menunjukan pada kemasan bahasa tertentu dalam penyampaian
pesan untuk menimbulkan efek tertentu pada khalayak.
Pengandaian, beranggapan (memisalkan/mengumpamakan) bahwa suatu
peristiwa mungkin terjadi.
Ringkasnya, model Pan Kosicki digambarkan dalam kerangka
pemahaman berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Skema 1.2
Kerangka Pemahaman Framing Model Pan Konsicki
4. Obyek Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah berita-berita tentang
sengketa pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo Solo pada surat kabar
Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka dari periode Juni hingga Juli 2011.
Surat kabar Harian Umum Solopos telah berdiri selama kurun waktu
14 tahun di Solo. Karena berbasis di Solo membuat surat kabar ini lebih banyak
menyajikan seputar informasi yang terjadi di Kota Solo. Ini membuat Solopos
mendapatkan perhatian cukup besar pada khalayak Solo. Sedangkan, untuk
STRUKTUR PERANGKAT FRAMING UNIT YANG DIAMATI
SINTAKSIS Cara wartawan menyusun fakta
SKRIP Cara wartawan mengisahkan fakta
TEMATIK Cara wartawan menulis fakta
RETORIS Cara wartawan menekankan fakta
1. Skema berita
2. Kelengkapan berita
3. Detail 4. Koherensi
5. Bentuk kalimat 6. Kata ganti
7. Leksikon 8. Grafis 9. Metafora
Headline, lead, latar, informasi, kutipan, sumber,
pernyataan, penutup
5W+1H Who, What,
Where, When, Why, dan How
Paragraf, preposisi, kalimat, hubungan
antar kalimat
Kata, idiom, gambar atau foto,
grafik
Skema 1.5 Eriyanto, Analisis Framing: Konstruksi, Ideologi, dan Politik Media, 2002, hal. 256
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Suara Merdeka merupakan media yang mencakup wilayah terbitan Jawa
Tengah. Sehingga tiap daerah yang termasuk di dalam lingkup Jawa tengah
dimasukan di setiap rubriknya. Seperti Kota Solo, karena kota ini termasuk
salah satu kota terbesar diantara kota-kota yang dipimpin oleh Gubernur Bibit
Waluyo dan potensi daya jual yang besar maka Suara Merdeka menyediakan
porsi kolom dan halaman hingga dua sampai tiga halaman. Bahkan disediakan
satu suplemen dengan nama Solo Metro dan dilengkapi dengan Jargon ”Laras
Atine Wong Solo”. Meskipun beritanya meliputi se-eks Karesidenan Surakarta
tapi porsi pemberitaan seputar wilayah Solo lebih banyak dibandingkan berita
di daerah lain.
Alasan pemilihan periode penelitian dari bulan Juni hingga Juli 2011
karena pada saat itu peristiwa sengketa pembengunan mal di bekas pabrik Es
Saripetojo sedang hangat-hangatnya terjadi dan dibicarakan publik. Perseteruan
antara Bibit Waluyo dan Joko Widodo menjadi wacana penting yang harus
diberitakan. Selain itu, mengingat peristiwa ini menyangkut kehidupan
masyarakat Solo, oleh karenanya kedua media tersebut tidak luput untuk
memberitakan peristiwa ini.
5. Sumber Data
Pada umumnya data dalam penelitian komunikasi kualitatif dapat
dikelompokan menjadi tiga jenis, yakni (a) Data yang diperoleh dari interview,
(b) Data yang diperoleh dari observasi, dan (c) Data yang berupa dokumen,
teks, atau karya seni yang dinarasikan (Pawito, 2007: 96). Data primer dalam
penelitian ini berupa keseluruhan sebyek penelitian yang diteliti, yakni teks
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
berita yang berkaitan dengan polemik pembangunan mal di bekas pabrik Es
Saripetojo Solo pada Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka periode Juni
hingga Juli 2011. Selain itu, peneliti juga menggunakan sumber data lain untuk
mendukung penelitian ini, yaitu dari buku – buku, artikel – artikel baik di
media cetak maupun dari internet, catatan – catatan, serta arsip – arsip lain.
6. Validitas Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, hasil temuan dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dan yang
sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti. Namun perlu diketahui bahwa
kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal,
tetapi jamak dan bergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri
seseorang sebagai hasil proses mental dalam setiap individu dengan berbagai
latar belakangnya. Dan pengujian validitas data penelitian kualitatif dapat
dilakukan dengan beragam teknik, antara lain dengan menguji credibility
(validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability
(reliabilitas), dan confirmability (obyektivitas). Yang mana masing – masing
teknik tersebut memiliki berbagai cara yang dapat dipakai sesuai dengan
keinginan dan kondisi peneliti (Sugiyono, 2005: 121).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik uji credibility
dengan cara menggunakan bahan referensi. Yang dimaksud bahan referensi
antara lain berupa foto – foto, rekaman, atau dokumen autentik lainnya yang
dapat mendukung untuk membuktikan data yang telah diketemukan peneliti.
Dan dokumen yang digunakan peneliti untuk menguji validitas data penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
adalah berupa tajuk rencana yang dibuat dan dimuat oleh masing – masing
surat kabar, yakni Solopos dan Suara Merdeka, tentunya yang berkaitan dengan
peristiwa Saripetojo. Tajuk rencana merupakan hasil pemikiran kolektif dari
segenap awak media. Sehingga dalam proses penulisan hingga penerbitan suatu
tajuk rencana terlebih dahulu melalui rapat redaksi yang dihadiri oleh
pemimpin redaksi, redaktur pelaksana, dan jajaran redaktur lainnya yang
berkompeten untuk menentukan sikap bersama terhadap suatu permasalahan
krusial yang sedang berkembang di masyarakat atau dalam kebijakan
pemerintah. Oleh karena itu, peneliti menggunakan tajuk rencana sebagai alat
pembanding dengan hasil analisis data penelitian. Selain itu, yang meyakinkan
peneliti untuk memilih tajuk rencana sebagai alat validitas data karena tajuk ini
memiliki sifat, antara lain (Imung Pujarnako: 2011):
a) Krusial dan ditulis secara berkala, tergantung dari jenis terbitan suatu
media.
b) Isinya menyikapi situasi yang berkembang di masyarakat luas baik itu
aspek sosial, politik, ekonomi, budaya, hukum, dan pemerintahan,
olahraga bahkan entertainment tergantung jenis liputan medianya.
c) Memiliki karakter atau konsistensi yang teratur kepada para pembacanya
terkait sikap dari media massa yang menulis tajuk rencana.
d) Berhubungan erat dengan policy media (kebijakan media) yang
bersangkutan. Karena setiap media memilki perbedaan iklim tumbuh dan
berkembang dalam kepentingan yang beragam, yang menaungi media
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Dan biasanya tajuk rencana ditulis sesuai dengan golongan pers mana
media atau surat kabar tersebut berasal, seperti antara surat kabar Solopos dan
Suara Merdeka. Seperti yang diketahui bahwa Suara Merdeka memiliki
golongan pers yang lebih tinggi dibandingkan dengan Solopos, maka hal ini
mempengaruhi dalam penulisan tajuk rencana. Perbedaan isi tajuk rencana
tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 1.3
Tabel Perbedaan Isi Tajuk Rencana Antar Golongan Pers
Pers Golongan Middle - Low Media (Solopos)
Pers Golongan Middle - High Media (Suara Merdeka)
Lebih bersifat berani, atraktif, progresif.
memiliki sifat hati - hati, normatif, dan cenderung konservatif.
Tidak canggung untuk memilih pendekatan kritis yang bersifat tajam dan ”tembak langsung”.
Sebisa mungkin menghindari pendekatan kritis yang tajam.
Lebih memilih pendekatan sosiologis daripada politis.
Pertimbangan aspek politis lebih besar dari aspek sosiologis.
7. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir dalam penelitian ini telah disederhanakan pada
skema di bawah ini:
Tabel 1.3 Hasil ringkasan dari Imung Pujanarko
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Skema 1.3
Kerangka Pemikiran Peneliti
Wacana Yang Beredar Dan Berkembang Atas Persitiwa Tersebut
Identifikasi dan Analisis Teks dengan Elemen Framing Pan-Kosicki:
1. Sintaksis 2. Skrip 3. Tematik 4. Retoris
Pengujian Keabsahan Analisis Data
Teks Berita
Wacana di Balik Teks Berita
Realitas Sosial: Polemik Pembangunan Mal di Bekas Pabrik Es Saripetojo Solo
Kebijakan Redaksional Surat Kabar Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka
Skema 1.6 olahan peneliti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
BAB II
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
II.1 Harian Umum Solopos
A. Sejarah Singkat Berdirinya Solopos
Harian Umum Solopos pertama kali diterbitkan oleh PT. Aksara
Solopos pada tanggal 19 September 1997. Berbagai persiapan meliputi aspek
sumber daya manusia (SDM) hingga aspek teknis seperti proses persiapan
mencetak sebenarnya telah dilakukan jauh – jauh hari, tepatnya sejak 13 April
1997. Dalam mempersiapkan SDM yang berkualitas, para calon tenaga
professional jurnalistik Solopos telah dididik dan dilatih oleh praktisi dan
akademi jurnalistik dari Lembaga Penelitian Pendidikan dan Penerbitan
Yogyakarta (LP3Y), yang berlangsung pada bulan April 1997. Sedangkan
untuk karyawan bidang perusahaan mulai bekerja pada 1 Mei 1997. Kemudian
setelah mengantongi Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUPP) yang
dikeluarkan pada tanggal 12 Agustus 1997, proses persiapan tersebut
diintensifkan kembali. Dalam SIUPP disebutkan Solopos terbit 7 kali
seminggu, sedangkan untuk edisi Minggu terbit pertama kali pada 28 Juni
1998.
Sejak awal, Solopos memiliki prinsip untuk menempatkan diri sebagai
surat kabar daerah yang terbit di daerah. Pasalnya, surat kabar ini ingin menjadi
besar di daerah seiring dengan semakin meningkatnya dinamika masyarakat
Solo yang bakal menjadi kota internasional. Hal inilah yang membedakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Solopos dengan surat kabar lainnya yang rata – rata mengklaim diri sebagai
surat kabar nasional yang terbit di daerah. Pada tahap pertama penerbitan,
Solopos mencetak sekitar 10.000 eksemplar yang diedarkan di wilayah eks
Karesidenan Surakarta dan beberapa kota di Jawa Tengah. Pada Mei 1998
ketika terjadi tragedi yang telah membumihanguskan Kota Solo, ternyata
menjadi babak baru perkembangan Solopos. Hal ini terjadi karena Solopos
menjadi satu-satunya surat kabar di Solo yang memuat berita besar-besaran
tentang peristiwa yang telah meluluhlantakkan Kota Bengawan tersebut,
sehingga berpengaruh terhadap peningkatan jumlah oplah penerbitan. Surat
kabar ini mampu mencetak koran sekitar 40.000 eksemplar pada tahun pertama
dan pada tahun berikutnya diharapkan adanya peningkatan tiras.
Solo dengan enam kabupaten yang letaknya saling berdekatan dan
tergabung dalam eks karesidenan Surakarta ini dipilih menjadi basis utama
terbitan Solopos. Ini dikarenakan Solo merupakan pasar yang sangat potensial
baik dari segi ekonomis maupun historis. Dilihat dari segi ekonomis, Kota Solo
dikenal sebagai pusat bisnis yang penting di Jawa Tengah, bahkan di Pulau
Jawa. Seiring dengan perkembangan waktu, perannya sebagai pusat bisnis
ternyata semakin berkembang. Hal ini tampak dari kondisi makro ekonomi
yang semakin kondusif. Etos kerja masyarakatnya dalam berusaha dan bersikap
kritis terhadap segala perkembangan membuat Solo dan sekitarnya menjadi
wilayah yang layak diperhitungkan baik dalam bisnis skala lokal maupun skala
nasional. Apalagi peran Solo sebagai kota budaya cukup berpengaruh terhadap
perekonomian masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan meningkatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke Solo dari
tahun ke tahun.
Sedangkan dari segi historis, Solo dikenal sebagai cikal bakal
pertumbuhan pers nasional. Namun pada saat itu, tidak satu pun surat kabar
harian asli terbitan Solo yang tersisa. Hanya surat kabar-surat kabar dari luar
kota seperti Semarang, Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta saja yang mengisi
kekosongan pangsa pasar tersebut. Padahal masyarakat Solo membutuhkan
alternatif surat kabar baru yang berbasis pada kotanya sendiri dan mampu
mengakomodasi kebutuhan informasi khususnya di wilayah Solo.
Kelompok penerbit Harian Ekonomi Bisnis Indonesia menangkap
kondisi ini menjadi peluang untuk mengembangkan bisnis persnya di Solo.
Melalui kepemilikan saham di PT. Aksara Solopos, akhirnya mereka mampu
memperoleh izin penerbitan surat kabar No 315/ SK/ Menpen/ SIUPP dari
Menteri Penerangan. Dengan berbekal SIUPP inilah, Solopos resmi hadir
ditengah masyarakat Solo dengan 16 halaman pada 19 September 1997. Para
pemegang saham, yang sejak awal mengarahkan Solopos sebagai community
based news paper, ini terdiri atas Sukamdani Sahid Gitosardjono yang
bertindak sebagai Presiden Komisaris PT. Aksara Solopos serta para komisaris
lain diantaranya Ciputra, Subronto Laras dan karyawan PT. Jurnalindo Aksara
Grafika Penerbit Harian Ekonomi Bisnis Indonesia. Sementara itu, untuk
jajaran direksi terdiri dari Lulu Terianto selaku Presiden Direktur, Danie H.
Soe’oed dan Bambang Natur Rahadi selaku Direktur. Dalam pengelolaan
sehari-hari, Solopos dikendalikan oleh Sukamdani S. Gitosardjono sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pemimpin Umum, Danie H Soe'oed sebagai Wakil Pemimpin Umum, YA
Sunyoto sebagai Pemimpin Redaksi dan Bambang Natur Rahadi sebagai
Pemimpin Perusahaan.
B. Visi dan Misi Solopos
Visi yang ingin dicapai Solopos adalah sebagai penyaji informasi
utama, terpercaya dengan pengelolaan usaha yang profesional. Untuk
mewujudkan visi tersebut, Solopos kemudian merumuskan beberapa misi
sebagai berikut:
1. Membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan bermoral.
2. Selalu menyajikan informasi yang berimbang, akurat, dan unggul.
3. Mensejahterakan stakeholder Solopos.
Berdasar pada tujuan awal Solopos yang ingin mengakomodasi
kebutuhan informasi masyarakat Solo, maka Solopos berusaha tampil lebih
aspiratif dalam memenuhi kebutuhan para pembacanya. Beragam informasi
mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya bahkan hiburan berusaha disajikan
dalam pemberitaannya. Setiap terbit, Solopos hadir dengan konsep dua koran
dalam satu koran, yaitu tampil dengan dua sesi. Sesi pertama menghadirkan
isu-isu global, sedangkan sesi kedua menampilkan informasi lokal. Kebutuhan
masyarakat akan keberagaman informasi dipenuhi sedemikian rupa, sehingga
pembaca cukup memegang satu koran untuk mendapatkan berbagai fakta
sekaligus. Masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya yang berskala nasional
hadir pada sesi pertama Solopos. Sementara informasi berskala lokal disajikan
dengan penuh keragaman, menarik dan lengkap pada sesi kedua. Dan salah satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
yang menjadi keunggulan Solopos, yakni menyajikan berita ekonomi dan bisnis
dengan lebih menarik. Hal ini tidak terlepas dari pemanfaatan jaringan berita
Bisnis Indonesia-sebagai perusahaan induknya-yang selama ini dikenal sebagai
surat kabar ekonomi nasional terdepan.
Dengan jargon ”Meningkatkan Dinamika Masyarakat”, Solopos selalu
berpegang teguh pada prinsip pokok yang dianut dengan memperhatikan unsur-
unsur sebagai berikut:
Menyajikan berita dengan lebih berani;
Pendekatan yang lebih memihak kepada kepentingan masyarakat banyak;
Berusaha tampil selengkap mungkin dan bernuansa.
C. Susunan Organisasi Solopos
Susunan organisasi sangat diperlukan dalam suatu instansi atau
perusahaan, tak terkecuali Solopos. Karena hal ini membantu karyawannya
untuk bekerja sesuai dengan jabatan dan wewenangnya serta mampu
memaksimalkan pekerjaan mereka. Berikut ini rangkuman susunan organisasi
Solopos (Solopos, 2 Juli 2011):
1. Pemimpin Umum
2. Wakil Pemimpin Umum
3. Pemimpin Redaksi
4. Wakil Pemimpin Redaksi
5. Pemimpin Perusahaan
6. Redaktur Senior
7. Redaktur Pelaksana
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
8. Sekretaris Redaksi
9. Redaktur
10. Manajer Litbang dan Pusdok
11. Staf Redaksi
12. Asisten Manajer Layout
13. Tim Pengembang Redaksi
D. Bidang Redaksional Solopos
3. Rincian Tugas Departemen Redaksi Solopos
Bidang keredaksional merupakan bidang yang berhubungan secara
langsung dengan proses produksi berita mulai dari proses pencarian berita,
penulisan, editing, layout sampai berita siap dicetak. Begitu pula dengan
Solopos, surat kabar ini memiliki bagian redaksi yang berperan dalam proses
produksi berita yang disajikan setiap harinya. Secara terperinci, pembagian staf
di bidang keredaksional Solopos dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Pemimpin Redaksi (Pemred) berperan sebagai penentu kebijakan dan
penanggung jawab keredaksian atau pemberitaan (news and analysis
trends). Pemred memiliki hak dan tanggung jawab terhadap seluruh isi
pemberitaan surat kabar baik ke dalam maupun ke luar serta tulisan
wartawan sendiri ataupun penulis.
b) Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) berperan untuk mewakili dan
menggantikan tugas Pemred bila diminta atau Pemred berhalangan. Oleh
karena itu Wapemred bertanggung jawab kepada Pemred.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
c) Redaktur Pelaksana adalah pelaksana harian yang mengkoordinasikan
kelancaran tugas lintas rubrik/ kompartemen binaannya dan antar
perangkat keredaksian.
d) Redaktur bertindak sebagai pelaksana teras yang memimpin dan
penanggung jawab rubrik/kompartemen. Redaktur bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan rencana fisik kerja harian, mingguan dan bulanan
berdasarkan analisis SWOT untuk acara liputan berita dan pembinaan
narasumber. Redaksi mempertanggungjawabkan hasil pelaksanaan
kegiatan operasional kepada redaktur pelaksana.
e) Wartawan (reporter) adalah karyawan pers yang berperan dalam
pengumpulan, pengolahan dan penyiapan berita berupa fakta, ulasan dan
pendapat.
f) Sekretariat redaksi berperan sebagai penunjang kelancaran tugas
operasional keredaksian. Bagian ini bertugas membantu pelaksanaan
fungsi kesekretariatan redaksi sebagai wahana penghubung antar sektoral
di dalam penerbitan dan luar perusahaan.
g) Fotografer (juru foto) adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan
merekam gambar dan menyajikannya dalam bentuk foto berita.
h) Operator Layout adalah karyawan yang merupakan unsur pendukung
dalam persiapan pra cetak. Bagian ini bertanggung jawab kepada bagian
produksi dan kreatif.
i) Desainer Grafis adalah karyawan pers yang melakukan pekerjaan
menggambar kartun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
j) Setter berperan dalam membantu menyiapkan pengetikan naskah dari
redaktur atau naskah faksimili dari luar kota yang akan dimuat dalam
surat kabar.
k) Staf Pusdok dan Litbang adalah karyawan yang menunjang kelangsungan
dan kelancaran kegiatan redaksi dan perusahaan.
4. Kebijakan Redaksional Solopos
Kebijakan redaksional dalam hal pemberitaan, Solopos berusaha
mengedepankan netralitas karena menyadari adanya pluralisme dalam
masyarakat Solo. Oleh karena itu, Solopos melarang wartawannya berpolitik
aktif sebagai fungsionalis partai politik. Selain itu, Solopos menerapkan konsep
ABC dalam setiap pemberitaannya. Konsep ABC ini mengandung dua pokok
pengertian antara lain :
a) ABC (Accurate, Balance and Clear)
Dalam hal ini, Accurate berarti titik banding berita harus tepat dan
berdasarkan fakta yang sebenarnya. Balance berarti suatu berita harus
memiliki keseimbangan yang melibatkan beberapa pihak yang
berkepentingan dalam berita tersebut (cover both sides). Sedangkan Clear
berarti bahwa suatu berita tidak boleh menimbulkan persepsi yang
bermacam-macam dari pembaca.
b) ABC (Actual, Big and Complete)
Dalam pengertian ini, Actual diartikan bahwa berita yang disajikan hangat
dan aktual (kekinian). Big diartikan bahwa berita yang ditampilkan
dibutuhkan dan memiliki pengaruh kepada masyarakat. Kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Complete berarti suatu berita disajikan secara lengkap sehingga tidak
menimbulkan persepsi yang salah dari para pembaca.
Konsep ABC diatas menjadi dasar yang dipegang oleh Solopos dalam
menyajikan berita kepada khalayak pembaca.
E. Rubrikasi Solopos
Selama kurun waktu lebih dari 14 tahun menjadi bagian dari insan
pers, Solopos telah mengalami beberapa kali perubahan baik dari segi jumlah
halaman, tampilan layout, rubrik maupun isinya. Perubahan ini dilakukan
karena Solopos ingin memberikan sesuatu yang baru kepada pembaca agar
loyalitas mereka terhadap surat kabar ini selalu terjaga. Sekarang ini, Solopos
terbit dengan 24 halaman untuk hari senin, rabu, dan minggu sedangkan hari
selasa, kamis, jumat dan sabtu terbit dengan 28 halaman. Dalam satu kali
terbitan terbagi dalam dua sesi yaitu sesi nasional dan sesi lokal. Sesi nasional
disajikan informasi bertaraf nasional bahkan internasional yang mencakup
masalah politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Untuk sesi lokal mengulas
informasi berskala lokal, khususnya informasi yang terjadi di kawasan Soloraya
mencakup Solo, Wonogiri, Sukoharjo, Klaten, Sragen, Wonogiri dan Boyolali.
Informasi-informasi tersebut disajikan dalam beragam rubrik.
Keunikan yang dimiliki Solopos dibanding surat kabar lain adalah
hampir setiap terbitan menyajikan tambahan rubrik yang berbeda – beda
terutama pada sesi pertama (sesi nasional) halaman surat kabar. Perbedaan
rubrik tersebut terjadi pada penyajian informasi yang bersifat relaksasi, seperti
rubrik kuliner, belanja, kesehatan, inspirasi, dsb. Pada edisi Selasa terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
tambahan rubrik fokus muda, fokus sains, dan fokus kreatif, sedangkan edisi
sabtu ada rubrik kuliner dan beberapa rubrik olahraga. Rubrik olahraga yang
biasanya pada terbitan Senin hingga Jumat menjadi bagian dalam sesi nasional
tapi pada terbitan Sabtu infromasi seputar olahraga baik nasional maupun
mancanegara tersebut dijadikan dalam satu sesi yang dinamakan koran
”SepakBola”.
Untuk penambahan halaman edisi Kamis dan Jumat karena terdapat
halaman khusus berupa suplemen gratis. Pada hari kamis terdapat suplemen
yang diberi nama ”Jagad Jawa” dan hari Jumat ada ”Khazanah Keluarga”.
Jagad Jawa terdiri dari 4 halaman yang berisi informasi seputar kebudayaan
jawa dan disajikan pula dalam bahasa jawa. Suplemen ini bertujuan untuk
melestarikan dan menambah wawasan pembaca tentang kebudayaan jawa.
Sedangkan Khazanah Keluarga mengulas segala macam informasi yang
berhubungan dengan agama islam, untuk jumlah halaman sama dengan jagad
jawa, yakni empat halaman. Suplemen ini bertujuan untuk memberikan
pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai agama islam kepada para
pembaca khususnya bagi kaum muslim.
Rubrikasi pada surat kabar Solopos dibedakan menjadi dua jenis yaitu
edisi harian dan edisi minggu. Edisi harian menyajikan informasi yang bersifat
aktual. Secara terperinci, rubrikasi edisi harian pada sesi satu atau sesi nasional
terdapat dalam harian Solopos dijelaskan dalam tabel sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 2.1
Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi I
Halaman Deskripsi
1 HALAMAN MUKA: Berisi berita teraktual yang diunggulkan dan dianggap paling menarik dalam setiap terbitannya. Terdapat juga kolom ’Sekilas’ yang berisi berita sekilas baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kolom ’Ah...Tenane’ yang merupakan kisah lucu kiriman dari pembaca dengan tokohnya yaitu Jon Koplo serta kolom ’Kriiing Solopos’ yang berisi keluhan, pemberitahuan, dll yang dikirimkan oleh pembaca melalui saluran telephone genggam.
2 Rubrik UMUM: Berisi informasi tentang berita-berita umum yang terjadi pada lingkup nasional. Selain itu pada rubrik ini terdapat kolom ’Nusantara’ yang berisi berita pendek.
3 Rubrik JATENG & DIY: Berisi tentang berita politik, ekonomi maupun sosial budaya yang terjadi di wilayah Jateng & DIY. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kronik’ yang menyajikan informasi secara ringkas.
4 Rubrik GAGASAN: Berisi tentang tajuk rencana dari redaksi dan opini dari para akademisi, pakar maupun pemerhati masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Opini yang dikemukakan biasanya mengenai fenomena atau peristiwa yang sedang terjadi dan berkembang dalam masyarakat. Pada rubrik ini juga terdapat kolom ’Kamus Espos’ yang mengulas pengertian istilah tertentu yang bermanfaat untuk memperkaya kosakata pembaca dan ’Pos Pembaca’ yaitu surat dari pembaca.
5 Rubrik EKONOMI BISNIS: pada halaman ini ditampilkan informasi – informasi yang berhubungan dengan ekonomi dan bisnis yang terjadi di sekitar wilayah Solo. Terdapat kolom ’Pojok Pasar’ yang isinya opini terkait suatu tema tertentu dari para pedagang. Selain itu juga ada kolom ’Jendela Bisnis’ yang menampilkan sekilas tentang review produk baru atau yang berkaitan dengan bisnis suatu perusahaan yang berfungsi sebagai tempat promosi .
6 Rubrik PENDIDIKAN: berisi tentang informasi pendidikan baik yang bertaraf nasional maupun lokal. Terdapat kolom figur yang menyajikan profile seorang pelajar yang memiliki prestasi tertentu.
7 Rubrik PERGELARAN: Menyajikan informasi hiburan yang terjadi di lingkup lokal, nasional dan internasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Selain itu terdapat kolom ’Mereka’ yang mengupas profil tokoh penting atau seniman. Kolom ’Ragam Info’ berisi info hiburan yang dikemas secara ringkas, dan ’Klangenan Solo-Jogja’ berisi jadwal acara yang akan digelar di beberapa tempat hiburan di Solo.
8 Rubrik HUKUM & KRIMINALITAS: memuat berita seputar hukum dan kriminalitas yang terjadi di lingkup lokal dan juga nasional. Terdapat kolom ’kronik’ yang berisi info singkat yang berhubungan dengan hukum dan kriminalitas.
9 Rubrik INTERNASIONAL: Berisi berita-berita tentang peristiwa yang terjadi di mancanegara. Selain itu terdapat kolom ’Dunia Ha..Ha..Ha..’ yang berisi kisah lucu yang terjadi di luar negeri dan kolom ’Lintas Masa’ yang berisi tanggal terjadinya peristiwa bersejarah di dunia. Pada halaman ini juga terdapat sambungan berita dari halaman depan.
10 - 11 Rubrik OLAHRAGA: menampilkan informasi berita tentang plahraga baik yang berskala lokal, nasional dan juga internasional. Pada halaman ini juga terdapat kolom ’Arena’ yang berisi berita singkat dan kolom ’Data & Agenda’ yang memuat hasil perolehan angka pada beberapa cabang olahraga serta jadwal acara olahraga yang akan tayang atau digelar.
12 Rubrik SEPAKBOLA: pada halaman ini khusus menampilkan informasi olaharaga cabang sepakbola yang bertaraf internasional.
Dalam edisi Senin, terdapat sedikit perbedaan pada rubrikasi sesi
pertama. Hal ini dikarenakan adanya penambahan dan pengurangan rubrik.
Untuk penambahan rubrik ada rubrik laporan khusus, inspirasi, belanja dan
rubrik kesehatan. Sedangkan rubrik yang dikurangi dalam edisi harian adalah
rubrik ekonomi bisnis, pendidikan, pergelaran, hukum & kriminalitas, dan
rubrik internasional. Penambahan beberapa rubrik tersebut dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tabel 2.2
Rubrik Tambahan Solopos Edisi Senin
Halaman Deskripsi
5 Rubrik LAPORAN KHUSUS: menyajikan berita atas suatu peristiwa yang dikemas dengan secara mendalam.
6 Rubrik INSPIRASI: Menyajikan profil atau kisah kesuksesan seorang tokoh dalam berbagai bidang yang mampu memberikan inspirasi bagi para pembaca.
7 Rubrik BELANJA: Menyajikan informasi dan tips berbelanja beragam kebutuhan rumah tangga atau kebutuhan lainnya. Selain itu pada halaman ini terdapat kolom ’Lensa Bisnis’ berupa informasi kegiatan bisnis yang bersifat promosi.
8 Rubrik KESEHATAN: Menyajikan beragam informasi, tips dan konsultasi mengenai kesehatan.
9 Rubrik POS TV & SAMBUNGAN: berisi tentang jadawal acara Televisi dari beberapa stasiun TV dan sambungan berita dari halaman depan.
Begitu juga pada terbitan Sabtu. Khusus untuk hari tersebut sesi
pertama bagian surat kabar Solopos hanya disajikan 8 halaman, sehingga ada
rubrik yang dihilangkan dan ditambahkan. Rubrik yang dikurangi atau
dihilangkan adalah rubrik pendidikan, internasional, olahraga dan sepakbola.
Dan rubrik kuliner sebagai rubrik tambahannya. Pengurangan rubrik olahraga
dan sepakbola dikarenakan khusus edisi Sabtu berita olahraga disajikan dalam
satu sesi tersendiri yang diberi nama ”SepakBola”, jadi ada tiga sesi, yakni sesi
nasional, sesi lokal dan sesi sepakbola. Ini tentu berdampak pada perubahan
letak halaman rubrik lain. Berikut akan ditampilkan sesi pertama (sesi nasional)
surat kabar Solopos edisi sabtu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 2.3
Rubrik SOLOPOS Edisi Sabtu Sesi I
Halaman Deskripsi
1 HALAMAN MUKA: Berisi berita teraktual yang diunggulkan dan dianggap paling menarik dalam setiap terbitannya. Terdapat juga kolom ’Sekilas’ yang berisi berita sekilas baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kolom ’Ah...Tenane’ yang merupakan kisah lucu kiriman dari pembaca dengan tokohnya yaitu Jon Koplo serta kolom ’Kriiing Solopos’ yang berisi keluhan, pemberitahuan, dll yang dikirimkan oleh pembaca melalui saluran telephone genggam.
2 Rubrik UMUM: Berisi informasi tentang berita-berita umum yang terjadi pada lingkup nasional. Selain itu pada rubrik ini terdapat kolom ’Nusantara’ yang berisi berita pendek.
3 Rubrik JATENG & DIY: Berisi tentang berita politik, ekonomi maupun sosial budaya yang terjadi di wilayah Jateng & DIY. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kronik’ yang menyajikan informasi secara ringkas.
4 Rubrik GAGASAN: Berisi tentang tajuk rencana dari redaksi dan opini dari para akademisi, pakar maupun pemerhati masalah politik, ekonomi, sosial dan budaya. Opini yang dikemukakan biasanya mengenai fenomena atau peristiwa yang sedang terjadi dan berkembang dalam masyarakat. Pada rubrik ini juga terdapat kolom ’Kamus Espos’ yang mengulas pengertian istilah tertentu yang bermanfaat untuk memperkaya kosakata pembaca dan ’Pos Pembaca’ yaitu surat dari pembaca.
5 Rubrik KULINER: Menyajikan beragam informasi, tips dan resep mengenai kuliner.
6 Rubrik HUKUM & KRIMINALITAS: memuat berita seputar hukum dan kriminalitas yang terjadi di lingkup lokal dan juga nasional. Terdapat kolom ’kronik’ yang berisi info singkat yang berhubungan dengan hukum dan kriminalitas.
7 Rubrik EKONOMI BISNIS: pada halaman ini ditampilkan informasi – informasi yang berhubungan dengan ekonomi dan bisnis yang terjadi di sekitar wilayah Solo. Terdapat kolom ’Pojok Pasar’ yang isinya opini terkait suatu tema tertentu dari para pedagang. Selain itu juga ada kolom ’Jendela Bisnis’ yang menampilkan sekilas tentang review produk baru atau yang berkaitan dengan bisnis suatu perusahaan yang berfungsi sebagai tempat promosi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
8 Rubrik PERGELARAN: Menyajikan informasi hiburan yang terjadi di lingkup lokal, nasional dan internasional. Selain itu terdapat kolom ’Mereka’ yang mengupas profil tokoh penting atau seniman. Kolom ’Ragam Info’ berisi info hiburan yang dikemas secara ringkas, dan ’Klangenan Solo-Jogja’ berisi jadwal acara yang akan digelar di beberapa tempat hiburan di Solo.
Dan rubrikasi Solopos edisi harian pada sesi kedua atau sesi lokal
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 2.4
Rubrikasi Solopos Edisi Harian Sesi II
Halaman Deskripsi
I Rubrik SOLORAYA: mengulas berita-berita umum terpilih yang terjadi di kawasan Eks Karesidenan Surakarta. Pada halaman ini terdapat kolom ’Lintas Masa’ yang berisi tanggal peristiwa penting yang terjadi di Solo. Selain itu juga ada kolom ’jadwal perjalanan KA’ serta kolom ’Lensa Bisnis’ berupa informasi kegiatan bisnis yang bersifat promosi.
II Rubrik KOTA SOLO: menyajikan berita yang terjadi di kota Solo misalkan seputar Balaikota, politik, kesehatan dan sosial. Selain itu terdapat kolom ’Kutha-kutha’ berupa berita sekilas di Solo, ’Kriing SOLOPOS’, ’Zona 103’ berupa jadwal acara radio Solopos Fm dan telepon penting di Solo.
III Rubrik WONOGIRI: menyajikan berita seputar daerah Wonogiri. Terdapat kolom ‘Kronik ’menyajikan info sekitar Wonogiri secara ringkas dan kolom ‘Kriing SOLOPOS’.
IV Rubrik SUKOHARJO: menyajikan berita seputar daerah Sukoharjo. Terdapat kolom ‘Kronik’ menyajikan info sekitar Sukoharjo secara ringkas dan kolom‘Kriing SOLOPOS’.
V Rubrik KLATEN: menyajikan berita seputar daerah Klaten. Terdapat kolom‘Kronik’ menyajikan info sekitar Sukoharjo secara ringkas dan kolom ‘Kriing SOLOPOS’.
VI Rubrik BOYOLALI: menyajikan berita seputar daerah Boyolali. Terdapat kolom‘Kronik’ dan ‘Kriing SOLOPOS’.
VII Rubrik SRAGEN: menyajikan berita seputar daerah Sragen. Terdapat kolom ‘Kronik’ dan ‘Kriing SOLOPOS’.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
VIII Rubrik KARANGANYAR: menyajikan berita seputar daerah Karanganyar. Terdapat kolom ‘Kronik’, ‘Kriing SOLOPOS’ dan telepon penting di Karanganyar.
IX – X1 Rubrik CESSPLENG: berisi tentang iklan kecik seperti lowongan pekerjaan, jual beli barang dan sebagainya
XII Rubrik SOLORAYA: menampilkan informasi atas suatu peristiwa yang terjadi di wilayah Solo. Memang nama rubrik sama dengan halaman I, namun ruang lingkup pemberitaannya yang disajikan berbeda.
Untuk edisi Selasa terdapat tambahan rubrik, seperti dalam tabel
berikut ini:
Tabel 2.5
Rubrik Tambahan Solopos Edisi Selasa
Halaman Deskripsi
VII Rubrik FOKUS MUDA: berisi informasi yang dikemas secara mendalam dan bertujuan memberikan aspirasi kehidupan kepada anak muda.
VIII Rubrik FOKUS KREATIF: menyajikan suatu informasi tentang suau hal yang timbul atas dasar kekreatifan sesorang. Terdapat juga kolom ’Motivasi’ yang dapat memberikan motivasi bagi pembacanya.
IX Rubrik FOKUS SAINS: berisi tentang infromasi berita yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan.
Sedangkan suplemen gratis yang disajikan Solopos dalam sesi II pada
terbitan Kamis dan Jumat adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6
Suplemen Gratis ”Jagad Jawa” pada Sesi II Edisi Kamis
Halaman Deskripsi
VII Rubrik JAGAD JAWA: berisi tentang laporan khusus tentang suatu tema yang dikemas dengan bahasa jawa.
VIII Rubrik JAGAD PAMULANGAN: menyajikan informasi berita ang terjadi di wilayah Solo dengan bahasa jawa. Dalam halaman ini juga ada kolom ’Cecala’, ’Pawarta’, ’
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Bothekan’, ’Jagad Pewayangan’ dan ’Memetri Aksara Jawa’
IX Rubrik JAGAD SASTRA: berisi cerpen yang dikirim oleh pembaca dengan menggunakan bahasa jawa. Terdapat kolom macapat dan geguritan.
X Rubrik KRIDHA: berisi informasi tentang pagelaran acara yang berkaitan dengan budayadi wilayah Solo. Pada halaman ini juga terdapat kolom ’Kabare’ yang berisi informasi tentang sesorang tokoh atau seniman, kolom ’Gayeng’ berisi cerita komedi pendek dan terdapat juga resepe makanan tang kesemuanya dikemas dengan bahasa jawa.
Tabel 2.7
Suplemen Gratis ”Khazanah Keluarga”
pada Sesi II Edisi Jumat
Halaman Deskripsi
VII - X Rubrik KHAZANAH KELUARGA: berisi informasi segala sesuatu yang dibahas dalam sudut pandang agama islam. Dalam halaman ini juga terdapat beberapa kolom seperti ’Khotbah Jumat’, ’Suara Umat’, ’Kabar Sakinah’, ’Nasihat’, dsb.
Disamping edisi harian diatas, Solopos juga menerbitkan edisi
mingguan yang menyajikan informasi bersifat ringan, santai dan menghibur.
Rubrik – rubrik yang terdapat pada edisi ini dimaksudkan untuk memperluas
wawasan pembaca dan memberikan hiburan kepada pembaca agar tidak jenuh.
Rubrik tersebut dapat dinikmati oleh pembaca dewasa, remaja dan anak-anak.
Secara rinci, rubrikasi khusus edisi minggu dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 2. 8
Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Sesi I
Halaman Deskripsi
1 Halaman MUKA: berisi tentang berita-berita yang diunggulkan dalam setiap terbitannya. Terdapat kolom ’Sekilas’ yang berisi berita sekilas baik dari dalam negeri maupun luar negeri, kolom ’Asale’ yang mengulas sejarah suatu tempat dan kolom ’Lincak’ berupa opini para akademisi, tokoh budaya, dsb serta kolom ’Kriiing Solopos’.
2 Rubrik UMUM: berisi tentang ulasan berita-berita umum yang terjadi pada lingkup nasional. Selain itu pada rubrik ini terdapat kolom ’Sekilas’ yang berisi berita yang dikemas secara ringkas.
3 Rubrik KOTA SOLO: berisi berita seputar wilayah Kota Solo. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kutha-Kutha’ yang mengulas berita singkat.
4 Rubrik SURAKARTAN: berisi tentang berita wilayah eks-Karesidenan Surakarta. Pada rubrik ini terdapat kolom ’Kronik’ yang mengulas berita singkat.
5 Rubrik SEPAKBOLA: menyajikan informasi seputar olahraga dari cabang sepakbola yang beskala internasional.
6 – 7 Rubrik OLAHRAGA: berisi tentang ulasan berita olahraga yang terjadi di lingkup nasional maupun internasional.
8 Rubrik POS TV: berisi informasi jadwal acara televisi dari beragam stasiun TV dan pada halaman ini juga terdapat sambungan berita dari halaman depan.
9 – 11 Rubrik CESSPLENG: berisi tentang iklan kecik seperti lowongan pekerjaan, jual beli barang dan sebagainya.
12 Rubrik HIBURAN: menyajikan berita hiburan lokal, nasional dan internasional. Terdapat kolom ’Mereka’ yang mengupas profil tokoh atau seniman, ’What’s on Cinema’ berisi sinopsis film bioskop.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 2.9
Rubrikasi Solopos Edisi Minggu Seksi II
Halaman Deskripsi
I Rubrik MODE: menyajikan beragam informasi, tips dan konsultasi mengenai fashion.
II Rubrik KELUARGA: mengulas beragam permasalahan dalam keluarga seperti kesehatan, kecantikan, ekonomi dan sebagainya. Terdapat kolom ’Etalase’ berisi informasi alternatif seputar baju dan kebutuhan rumah tangga.
III Rubrik HOBI & KOMUNITAS: menyajikan beragam informasi dan tips mengenai hobi dan komunitas tertentu.
IV Rubrik JEDA: berisi sajian budaya dan karya sastra yang diterima redaksi dari pembaca seperti sajak dan cerpen. Selain itu terdapat ’Info Buku’ yang berisi ulasan buku.
V Rubrik GRIYA: menyajikan beragam informasi, tips dan konsultasi mengenai rumah dan bangunan.
VI – VII Rubrik ANAK: mengulas seluk beluk dunia anak, pengetahuan, teka teki dan hasil karya pembaca yang dikirimkan ke redaksi. Terdapat kolom ’Profil’ berisi feature tokoh anak dengan segala aktivitas dan cita-citanya.
VII – IX Rubrik GAUL: mengulas beragam permasalahan seputar remaja, sekolah dan pergaulan. Selain itu terdapat informasi hiburan, hasil karya dan opini yang dikirimkan pembaca ke redaksi.
X Rubrik SELULAR: menyajikan beragam informasi dan feature mengenai perkembangan teknologi seluler. Terdapat pula kolom ’Ponsel Pekan Ini’ yang menginformasikan harga ponsel pilihan.
XI Rubrik IPTEK: menyajikan beragam informasi dan feature mengenai perkembangan teknologi modern. Terdapat kolom ’Tekno flash’ yang mengupas produk teknologi terbaru.
XII Rubrik OTOMOTIF: menyajikan beragam informasi dan tips mengenai dunia otomotif.
F. Profile Pembaca Solopos
Solopos membidik masyarakat dari semua lapisan sebagai sasaran
pokoknya, terutama masyarakat kawasan eks Karisedenan Surakarta. Namun,
seiring dengan pengembangan basis pasar, bebarapa pusat pertumbuhan lain
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
juga dijadikan daerah pembaca Solopos. Dalam sejarahnya, Solopos secara
bertahap menjadi bacaan baru bagi masyarakat Jawa Tengah, khususnya
wilayah selatan dan perbatasan Jawa Timur. Daerah – daerah tersebut meliputi:
Yogyakarta, Salatiga, Semarang, Purwodadi, Pacitan, Magetan, dan Jakarta.
Pembagian prosentase data pembaca Solopos berdasarkan usia,
tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan dapat dilihat sebagai berikut :
Tabel 2.10
Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Usia
Tabel 2.11
Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Tingkat Pendidikan
USIA PROSENTASE
Usia 21-30 tahun 29,8 %
Usia 31-40 tahun 38,9 %
Usia 41-50 tahun 18,5 %
Usia 51-70 tahun 12 %
TINGKAT PENDIDIKAN PROSENTASE
SD & SLTP 2,2 %
SLTA 31,8 %
Sarjana Muda 22,1 %
Sarjana 38,9 %
Sumber : Oentari, 2010: 52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 2.12
Prosentase Pembaca Solopos Berdasarkan Jenis Pekerjaan
G. Pola Liputan Solopos
Harian Umum Solopos memiliki dua pola liputan, yakni edisi harian
dan edisi mingguan (surat kabar yang diterbitkan pada hari minggu). Perbedaan
keduanya terletak pada sajian informasinya. Edisi harian lebih menonjolkan
informasi – informasi yang bersifat aktual. Sedangkan edisi mingguan
menyajikan informasi yang lebih ringan dan bersifat untuk menghibur dan
refreshing. Selain itu, Solopos juga menerbitkan suplemen tambahan yang
diberikan secara gratis bernama “Jagad Jawa” pada edisi Kamis dan “Khazanah
Keluarga” yang terbit pada hari Jumat.
Pasca Sarjana 4,9 %
JENIS PEKERJAAN PROSENTASE
Swasta 58,4 %
Pegawai Negeri 27,9 %
BUMN 4,4 %
Ibu Rumah Tangga 3,8 %
Sumber : Oentari, 2010: 52
Sumber : Sumber : Oentari, 2010:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
II.2 Suara Merdeka
A. Sejarah Singkat Berdirinya Suara Merdeka
Sejak era pasca proklamasi tepatnya pada tanggal 11 Februari 1950,
untuk pertama kalinya Suara Merdeka diterbitkan. Mulanya, bernama Mimbar
Merdeka namun lambat laun diubah menjadi Suara Merdeka. Hal ini
dikarenakan jumlah huruf sebanyak 13 kurang tepat. Hetami, sebagai pendiri
utama harian ini, nampaknya tidak terlalu suka dengan angka ganjil. Meskipun,
ada mitos yang menyebutkan angka 13 sebagai angka pembawa sial namun
bagi Hetami hal itu tidak terlalu dipercayainya. Sehingga nama koran berubah
menjadi Suara Merdeka, yang kebetulan jumlah hurufnya adalah genap, yakni
12 dan tanpa menanggalkan kata “Merdeka”. Misi awal penerbitannya pada
waktu itu adalah ingin memperdengarkan suara rakyat Indonesia yang baru saja
memproklamasikan kemerdekaannya. Surat kabar Suara Merdeka sendiri
diterbitkan oleh PT Suara Merdeka Press dengan Surat Izin Usaha Penerbitan
Pers (SIUPP) SK Menteri Penerangan RI Nomor
011/SK/Menpen/SIUPP/A.7/1985 tanggal 8 November 1985.
Hetami sebagai pendiri sekaligus penggagas ide lahirnya Suara
Merdeka adalah seorang putra pengusaha batik di Surakarta. Sejak menjadi
mahasiswa, ketertarikannya terhadap dunia jurnalistik telah nampak. Ia pernah
aktif sebagai pengasuh dalam majalah Recths Hogesschool sewaktu kuliah di
Fakultas Hukum di salah satu perguruan tinggi di Jakarta. Selain itu, Hetami
juga pernah bekerja menjadi wartawan di Harian Sinar Baru yang terbit di
Semarang dan Merdeka di Surakarta. Dengan pengalaman jurnalistiknya,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Hetami menjadi seorang yang ulet dan matang. Pengalamannya itu juga
membuat Hetami berani menerbitkan korannya sendirian dengan nama Suara
Merdeka. Di surat kabar miliknya, Hetami menjabat sebagai pemimpin umum
sekaligus pemimpin redaksi. Meskipun menjadi pemimpin redaksi, namun
seringkali ia berperan sebagai reporter. Karena pada saat itu hanya memiliki
dua orang wartawan, yaitu HR Wahyoedi dan Moh. Sulaiman. Di samping ikut
membantu mengoreksi naskah dan membawa naskah ke percetakan, Hetami
juga menunggu giliran surat kabarnya hingga dicetak pada sebuah percetakan
milik harian De Locomotif di Jalan Kepodang Semarang, disebabkan belum
memiliki alat cetak sendiri. Selain itu, ia juga ikut menjual Harian Suara
Merdeka ke berbagai tempat. Hal demikian memang tidak aneh, karena pada
masa itu wartawan dituntut untuk “serba bisa”. Selain bertugas mencari dan
membuat berita ia juga harus siap merangkap menjadi “tukang cetak” dan
“loper surat kabar”.
Pada awalnya, Suara Merdeka merupakan surat kabar sore dengan
jumlah halaman hanya empat buah dan dicetak sebanyak 5.000 eksemplar.
Pengelolaan Suara Merdeka pada saat itu masih dilakukan secara sederhana.
Suara Merdeka hanya bermodalkan dua mesin ketik dan dua meja tulis dengan
ditangani hanya dua orang wartawan serta tiga orang tenaga usaha. Sebagai
perusahaan penerbitan pers, Suara Merdeka juga pernah mengalami pasang
surut, antara lain seperti pada masa “gunting Syarifudin”, yakni suatu kebijakan
pemerintah di bidang moneter. Pada waktu itu nilai uang Rupiah turun menjadi
separohnya dan uang kertasnya digunting menjadi dua bagian. Lalu pada tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
1961, para percetakan NH Handelsdrukkerij De Locomotif melakukan aksi
mogok kerja. Untuk tetap dapat terbit surat kabar Suara Merdeka harus dicetak
di Jogjakarta selama satu bulan lebih. Namun situasi dan kondisi tersebut tidak
membuat Suara Merdeka gentar, justru memotivasi untuk menjadi surat kabar
yang lebih baik. Saat yang paling menggembirakan bagi para pengelola Suara
Merdeka adalah pada saat perintisannya. Koran ini memperoleh kehormatan
dan kepercayaan dari bagian kesejateraan Terr-IV (sekarang Kodam
IV/Diponegoro) sebagai satu-satunya surat kabar di Jawa Tengah yang menjadi
langganannya secara kolektif. Suara Merdeka diminta untuk mengirim 1.000
eksemplar setiap hari untuk dibagikan kepada kesatuan-kesatuannya.
Lambat laun, Suara Merdeka memiliki tenaga redaksional baru
sehingga semakin memantapkan perjalanannya di dunia pers Indonesia. Surat
kabar ini semakin berkembang dan tumbuh dimulai ketika masuknya beberapa
tenaga kerja yang duduk dalam desk keredaksionalan. Orang – orang tersebut
antara lain: Soewarno, HR. Wahyoedi, Mochtar Hidayat, Tjan Thawn Soen,
Soejono Said, L. Poedjisrijono, Hanapi, Moejono, Sutrisno dan H. Amir AR di
bagian tata usaha. Yang semula terbit pada sore hari kemudian berubah menjadi
surat kabar dengan terbitan pagi hari. Selain itu, Suara Merdeka menambah
penerbitannya pada hari minggu.
Kemudian mulai tahun 1960-an, Suara Merdeka sudah mampu
memiliki percetakan sendiri dan dinamai NV Semarang. Hal inilah yang
membuat Suara Merdeka tidak lagi mendompleng pada percetakan De
Locomotif. Oleh karenanya, oplah pun ikut meningkat hingga mencapai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
puluhan ribu eksemplar dan tersebar diwilayah Jawa Tengah. Percetakan NV
Semarang ketika itu telah menggunakan teknologi percetakan yang tergolong
modern, yaitu mesin Duplex dan sejumlah mesin penyusunan huruf Intertype
dan Linotype disamping mesin cetak Flethead Half relation Press buatan Swiss
yang mampu mencetak 6.000 eksemplar per jam. Status kepemilikan
percetakan NV Semarang tersebut didasarkan pada perjanjian sewa beli antara
Suara Merdeka dengan Pemerintah RI yang pada saat itu memang sedang
menggalakkan proses industrialisasi termasuk di bidang pers.
Suara Merdeka juga pernah lenyap dari peredaran selama tiga
setengah bulan tepatnya pada tanggal 14 Februari hingga 31 Mei 1966.
Dikarenakan situasi politik nasional yang masih belum stabil akibat peristiwa
G30 S/PKI. Sehingga, pemerintah atau penguasa mengeluarkan peraturan yang
mengharuskan setiap surat kabar daerah berafiliasi dengan salah satu partai atau
kekuatan politik tertentu. Didesak oleh situasi politik yang panas dan tidak
menentu tersebut, maka Suara Merdeka memutuskan berafiliasi dengan harian
Berita Yudha. Harian Berita Yudha merupakan surat kabar harian nasional
yang terbit di Jakarta, dipimpin oleh seorang Brigjen bernama Ibnoe Soebroito
dan memiliki afiliasi pada TNI Angkatan Darat. Surat kabar tersebut memang
diterbitkan untuk melawan kekuatan politik yang menjadi musuh Angkatan
Darat. Namun Suara Merdeka untuk sementara berubah menjadi Berita Yudah
edisi Jawa Tengah. Dan baru pulih kembali menjadi Suara Merdeka seperti
sedia kala pada tanggal 1 Juni 1966, yaitu setelah pemerintah mengeluarkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Peraturan Pemerintah Nomor 22 tahun 1966 tentang pencabutan kembali
ketentuan afiliasi.
Babak baru dalam penggunaan teknologi percetakan di Suara
Merdeka terjadi pada awal tahun 1970-an dengan menggunakan mesin cetak
offset. Semua perangkat penyusunan huruf, layout, dan unsur pra cetak juga
mulai disesuaikan. Disamping mesin ketik manual, perangkat teknologi
komputer juga telah digunakan pada waktu itu,. Mesin cetak duplex diganti
dengan mesin cetak offset Pacer 36 buatan Inggris yang memiliki kapasitas
mencetak 16 halaman dengan kecepatan 22.00 eksemplar per jam. Penggantian
mesin cetak ini dilakukan karena mesin cetak Duplex dianggap tidak mampu
mengejar kecepatan mencetak sesuai kebutuhan, disamping kualitasnya yang
kurang baik. Setelah beberapa waktu, Suara Merdeka menambah pengadaan
mesin cetak di perusahaannya dengan mesin cetak offset Goose. Kemampuan
mesin tersebut dapat mencetak dengan kecepatan 30.000 eksemplar per jam. Ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan peningkatan sirkulasi Suara
Merdeka.
Modernisasi teknologi percetakan tidak hanya terjadi pada bagian
teknologi mesin cetaknya saja. Namun juga terjadi pada perangkat penunjang
kelancaran proses produksi koran. Hal ini dilakukan dengan mengadakan
penyesuaian secara komputerisasi. Misalnya di bagian redaksi, peralatan utnuk
menulis dan mengirim berita seumanya sudah menggunakan komputer.
Demikian halnya dengan alat pengirim foto dan penerima foto, baik dari para
koresponden atau kantor berita, semuanya mengalami pergantian sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
kebutuhan. Alat komunikasi seperti: radio, teleks, faksimili dan komputer
modern merupakan alat bantu yang menunjang kecepatan dan efisiensi
pengiriman bahan berita dan foto. Untuk menerima foto dari luar negeri. Suara
Merdeka juga sudah memiliki telephoto atau radiophoto: Unifax 11, yang
dilengkapi dengan alat S-16 sebagian alat kirim foto jarak jauh, alat ini sudah
diubah sistemnya dengan teknik penggunaan gambar melalui satelit.
Pada tahun 1978, puncak pimpinan Suara Merdeka mengalami
pergantian dari Hetami kepada Ir. Budi Santosa, yang merupakan menantu
Hetami. Sebelumnya, sejak tahun 1975, Ir. Budi Santosa dipercaya Hetami
untuk menjabat sebagai pemimpin perusahaan. Di bawah kepemimpinan yang
baru, manajemen dan struktur organisasi Suara Merdeka mengalami perubahan
dan penyempurnaan. Setiap bagian mulai menyusun strukturnya sendiri yang
disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya seperti dalam struktur organisasi
perusahaan Suara Merdeka yang baru, Pemimpin Umum dibantu Asisten
Pemimpin Umum, kemudian di bawahnya ada beberapa departemen yang
disesuaikan dengan kebutuhan manajemen perusahaan. Di bagian ini terdapat
Departemen Redaksi, Iklan, Tata Usaha, Personalia, Sirkulasi, Logistik,
Komputer. Di antara departemen yang ada, bagian yang paling besar dan
banyak stafnya adalah Departemen Redaksi. Karena Departemen Redaksi
menjadi tulang punggung perusahaan dan merupakan sebuah tim kerja yang
terbagi atas tugas kewartawanan seperti melakukan perencanaan, mencari
sumber berita, meliput obyek berita, mengolah data faktual, menyusun, dan
kemudian menyiarkan di surat kabar. Kegiatan menyiarkan berita yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
dipraktekkan oleh wartawan tersebut merupakan praktek diskursif atau saling
berhubungan antara bagian satu dengan bagian lain yang terkesan cukup
kompleks. Perubahan pada manajemen Suara Merdeka sebenarnya juga
mengikuti pada konsep orientasinya. Semula mengacu pada konsep product
oriented kemudian beralih pada konsep market oriented.
Pada tanggal 11 Februari 1982, yaitu tepat pada HUT yang ke-32
Suara Merdeka, percetakan surat kabar ini pindah ke Jalan Kaligawe Km 5
Semarang. Semua tenaga redaksional beserta seluruh alat cetak menempati
tempat baru tersebut. Pengelolaan percetakan Suara Merdeka dipercayakan
kepada PT. Masscom Graphy. Pada tahun 1984, direksi tata usaha, iklan dan
sirkulasi menempati gedung di Jalan Pandanaran 30 Semarang dengan
pertimbangan lokasi yang lebih strategis. Sementara gedung lama di Jalan
Merak digunakan untuk keperluan koperasi dan bengkel armada “Suara
Merdeka Pers”. Saat ini Suara merdeka menempati kantor redaksi pusat di
Jalan Kaligawe KM 5 Semarang, serta memiliki biro di kota-kota besar yakni
Biro Semarang, Biro Jakarta, Biro Surakarta, Biro Banyumas, Biro Pantura,
Biro Muria, Biro Kedu dan Biro Yogyakarta.
Tahun 1992, Suara Merdeka mengalami perkembangan dalam
penggunaan teknologi layout, yaitu dengan mulai digunakannya teknologi
komputer macintosh. Dengan teknologi ini, proses pembuatan berita,
pengiriman, editing, penyusunan dan pemilihan huruf, layout temple sudah
ditinggalkan sehingga hasil akhir dari rangkaian proses redaksional adalah film
yang sudah menata sendiri unsur – unsur warna serta tata wajahnya. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
komputerisasi di bagian layout ini dapat mengefisiensi proses produksi
pracetak. Perubahan dan kemajuan lain juga merambah ke bidang
keredaksionalan dan bisnis pers. Ini ditunjukan dengan adanya usaha dari Suara
Merdeka untuk semakin meningkatkan penampilannya kepada khalayak
pembaca. Usaha tersebut misalnya menyiarkan berbagai laporan hasil liputan
langsung dari berbagai negara dan penambahan rubrik – rubrik baru yang
menarik perhatian dan memenuhi kebutuhan pembaca.
Pada jumlah halaman juga terjadi perubahan beberapa kali. Seperti
pada tahun 1996, Suara Merdeka terbit dengan 20 halaman, sebelumnya 16
halaman 4 kali seminggu dan sisanya 12 halaman. Pada akhir tahun 1997,
Suara Merdeka terbit dengan 18 halaman, kemudian pada tanggal 1 Januari
1998 berubah menjadi 16 halaman. Dan pada tanggal 18 Februari 1998, Suara
Merdeka terbit menjadi 12 halaman. Ini berkaitan dengan krisis moneter yang
terjadi dan berdampak pada industri keras. Kini Suara Merdeka mampu
menerbitkan 32 halaman yang mencakup berita – berita nasional hingga lokal
dan terbagi dalam rubrik – rubrik tertentu.
B. Visi dan Misi Suara Merdeka
Visi dari Harian umum Suara Merdeka adalah menjadi perusahaan
pelopor industri informasi yang diakui masyarakat dan merupakan pilihan
pelanggan karena bermutu serta mampu menjadi “perekat komunitas jawa
tengah” (Hidayat, 2007: 83-84).
Sedangkan misi yang diemban oleh Suara Mereka diantaranya adalah:
a. Mengabdi kepada masyarakat dalam peningkatan kecerdasan bangsa;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
b. Memasarkan informasi yang akurat, terkini dan bertanggungjawab
melalui media cetak dan elektronik dengan memberikan layanan
pelanggan yang terbaik;
c. Menghasilkan keuntungan yang optimal, agar:
1) Perusahaan makin tumbuh dan berkembang,
2) Kesejahteraan dan profesionalisme karyawan dapat ditingkatkan,
3) Berperan serta secara aktif di dalam arus utama (mainstream)
kehidupan sosial masyarakat.
Dalam perkembangannya, Suara Merdeka ingin mewujudkan sebagai
visioner untuk memposisikan diri, dengan kematangan tampilan isinya, menjadi
moderator sekaligus perekat seluruh entitas Jawa Tengah. Hal itu tercemin dari
jargonnya “Perekat Komunitas Jawa Tengah”. Surat kabar ini juga memiliki
motto yang selalu diaktualkan generasi penerus, yakni independen – obyektif –
tanpa prasangka. “Independen” berarti ingin menempatkan kepentingan umum
di atas kepentingan kelompok. Apa yang diberikan dan dikemukakan sebagai
pendapat, selalu berdasarkan keyakinan dan tanggungjawab sendiri.
Sedangkan kata “obyektif” dimaknai sebagai pemberitaannya yang
tidak diwarnai oleh pamrih sekaligus cover both side atau seimbang, sebab
kalau dicampuri pamrih tentulah bisa lain makna dan sifatnya. Tanpa prasangka
berarti bahwa setiap wartawan dalam membuat berita harus bebas dari opini
pribadi. Dalam memberikan penilaian tentang sesuatu dilakukan dengan hati
dan pikiran yang terbuka (jernih), menjauhkan diri dari prasangka buruk atau
prasangka baik. Selain itu, Suara Merdeka juga menjunjung falsafah jawa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
dalam setiap pemberitaan yang akan disajikan-orang jawa mengenakan keris di
belakang yang memiliki makna kesantunan diutamakan- (Hasil wawancara
dengan redaktur pelaksana Suara Merdeka, Ananto Pradono).
C. Susunan Organisasi Suara Merdeka
Suara Merdeka merupakan sebuah institusi pers, maka bagian
penerbitan produk pers menjadi pokok dari organisasi tersebut. Namun, bagian
penerbitan tersebut juga harus didukung oleh bagian lain agar setiap bidang
pekerjaan dapat dilakukan secara maksimal. Di bawah ini merupakan
rangkuman susunan organisasi Suara Merdeka (Suara Merdeka, 3 Juli 2011):
1. Komisaris Utama
2. Pemimpin Umum
3. Pemimpin Redaksi
4. Wakil Pemimpin Redaksi
5. Redaktur Senior
6. Redaktur Pelaksana
7. Koordinator Liputan
8. Sekretaris Redaksi
9. Penelitian dan Pengembangan (Litbang)
10. Pusat Data dan Analisa
11. Personalia
12. Redaktur Artistik
13. Kepala Biro
14. Direktur Pemberitaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
15. Direktur SDM
16. Manajer Iklan
17. Manajer Pemasaran
18. Manajer Riset dan Pengembangan
19. Manajer TU/Personalia
20. Manajer Keuangan
21. Manajer Pembukuan
22. Manajer Logistik/Umum
D. Bidang Redaksional Suara Merdeka
1. Rincian Tugas Departemen Redaksi Suara Merdeka
Bagian redaksional media merupakan salah satu bagian penting dalam
proses pembuatan berita dalam media massa. Bagian ini merupakan sebuah
tim yang merupakan satu kesatuan. Tim itu terdiri dari Pimpinan Redaksi,
Dewan Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur, Sekretaris Redaksi, Kepala
Desk, Kepala Biro, Reporter, serta staf pendukung lainnya. Masing – masing
bagian ini memiliki tugas, tanggung jawab serta fungsi sendiri – sendiri.
Untuk lebih jelasnya, tugas dari masing – masing komponen bidang
keredaksian tersebut adalah:
a) Pemimpin Redaksi (Pemred) bertanggungjawab kepada pemimpin
terhadap keseluruhan tugas dan kewajiban departemen redaksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
b) Wakil Pemimpin Redaksi (Wapemred) I bertanggungjawab kepada
Pemred dan mewakili atau bahkan menggantikan tugas Pemred bila
ditunjuk atau saat Pemred sedang berhalangan.
c) Wakil Pemimpin Redaksi II bertanggungjawab kepada Pemred dan
Wapemred I. Ia berhak mewakili dan mnggantikan tugas Pemred bila
Pemred dan Wapemred I berhalangan. Ia juga memberikan masukan
dalam strategi sebagai pemberitaan dan redaksional.
d) Dewan Redaksi adalah dewan atau forum yang dipimpin oleh Pemred
dengan anggota terdiri dari Wapemred, Redaktur Senior, Redaktur
Pelaksana. Dewan redaksi bertugas memberikan masukan mengenai
kebijakan redaksional secara umum.
e) Redaktur Pelaksana (Redpel) bertanggungjawab kepada Pemred atau
Wapemred dalam mengendalikan seluruh isi berita atau opini surat kabar.
f) Sekretaris Redaksi bertanggungjawab kepada Pemred dan Wapemred
dalam melaksanakan tugas – tugas kesekretariatan di Departemen
Redaksi, termasuk surat - menyurat internal redaksi serta melakukan
tugas kompilasi berita yang dibantu modum dan internet.
g) Kepala Desk bertanggungjawab kepada Redpel dalam merancanakan
program untuk desknya masing-masing secara harian maupun mingguan
(berkala), menugaskan, mengorganisasikan dan mengendalikan wartawan
untuk penyelesaian atas program – program liputan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
h) Redaktur Malam bertanggungjawab kepada Redpel dalam memantau
perkembangan berita dengan memperhatikan semua fasilitas informasi (
TV, Internet, Reuters dan Antara) mulai pukul 22.00 – 02.00 WIB.
i) Kepala Biro bertanggung jawab kepada Pemred dan Wapemred. Bersama
staf melakukan perencanaan, pengoraganisasian, penerapan dan
pengendalian seluruh tugas pracetak, jaringan dan pemeliharaan.
j) Reporter bertanggunagjawab kepada Kepala Desk dan Kepala Biro. Ia
bertugas melakukan tugas-tugas liputan sesuai tugas nyang dibebankan
Kepada Desk atau Kepala Biro kepadanya.
k) Kepala Pracetak bertanggungjawab kepada Pemred dan Wapemred.
Bersama staf melakukan perencanaan, pengorganisasian, penerapan dan
pengendalian seluruh tugas pracetak, jaringan dan pemeliharaan.
l) Kepala Litbang bertanggungjawab kepada Pemred/Wapemred. Bersama
staf melakukan tugas – tugas penelitian dan pengembangan berdasarkan
kreativitas sendiri maupun order dari Pemred/Wapemred.
m) Kepala pusat dokumentasi bertanggungjawab kepada Pemred/ Wapemred.
Bersama staf melakukan persiapan pengadaan buku, kliping, foto dan
bahan dokumentasi lainnya yang dibutuhkan redaksi untuk melengkapi
berita atau tulisan yang akan dimuat.
n) Kepala Tata Wajah bertanggungjawab kepada Redpel. Ia bertugas
merencanakan pola tata muka untuk seluruh halaman.
o) Kepala Personalia atau Diklat bertanggungjawab kepada
Pemred/Wapemred dalam menyusun program peningkatan kualitas SDM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
wartawan melalui program intern maupun ekstern di lembaga – lembaga
resmi.
p) Kepala Tata Usaha dan Administrasi Redaksi bertanggungjawab kepada
Pemred. Wapemred untuk melakukan tugas-tugas administrasi dan
keuangan untuk operasional redaksi, honor wartawan dan tambahan
operasional bulanan.
q) Editor bahasa bertanggungjawab kepada Redpel. Ia bertugas untuk
mengoreksi dan membetulkan naskah dari sisi tata tulis maupun
penggunaan bahasa sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
r) Karikaturis atau Illustrator bertugas melakukan visualisasi isu dalam
bentuk karikatur berdasarkan kreatifitas sendiri maupun pesanan dari
Pemred/Wapemred/Repel.
2. Kebijakan Redaksional Suara Merdeka
Bidang redaksional merupakan komunikator professional yang
memiliki fungsi sebagai gate keeper, yakni memilih, mengubah, dan menolak
pesan sehingga mempengaruhi aliran informasi kepada seseorang atau
sekelompok penerima. Oleh karena itu, bidang ini merupakan pengambil
kebijakan redaksional media. Sebagai surat kabar yang telah menjadi besar dan
karenanya tidak bisa dilepaskan dari kepentingan-kepentingan bisnis, maka
sudah sewajarnya jika kebijakan redaksional juga mempertimbangkan aspek
bisnis ini disamping aspek ideal. Oleh karena itu, pertimbangan khusus dan
fleksibilitas kebijakan harus tetap dijaga yang pada dasarnya merupakan
kompromi antara aspek ideal dan material tanpa merugikan kepentingan salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
satu aspek itu. Dalam hal ini harus ada keserasian hubungan antara kebijakan
redaksional dengan stakeholder perusahaan, misalnya pemerintah, aparat
keamanan, pemasang iklan, pemilik, bank, dan sebagainya.
Menyadari perjalanan selama ini, Suara Merdeka telah memposisikan
dirinya sebagai korannya orang Jawa Tengah. Artinya, Suara Merdeka hidup,
tumbuh dan berkembang bersama gerak dan dinamika masyarakat Jawa
Tengah. Oleh karena itu strong point pemberitaan dan kebijakan redaksional
tetap harus mengutamakan segala masalah dan kepentingan Jawa Tengah.
Untuk berita yang terjadi di Jawa Tengah, Suara Merdeka harus tetap nomor
satu, baik dalam aktualitas maupun kelengkapannya. Baru kemudian
memberikan kebutuhan lain dari pembaca berupa berita – berita nasional,
internasional (dalam bidang politik, ekonomi, hiburan, olahraga, dsb). Dengan
demikian, kebijakan redaksional harus menjamin bahwa pembaca merasa
terpenuhi kebutuhannya dengan berlangganan satu surat kabar, yaitu Suara
Merdeka.
Aspek ideal yang lain perlu diemban adalah bagian kebujakan
redaksional mampu mengangkat harkat kemanusiaan, khususnya golongan
ekonomi lemah yang masih tertinggal sebagai bagian mayoritas dari
masyarakat Indonesia sekarang, dalam konteks poltik, budaya, ekonomi, dsb.
Oleh karena itu, segala ihwal yang menyangkut hak asasi penegakkan
demokrasi politik dan demokrasi ekonomi harus memiliki titik perhatian
penting. Khususnya yang menyangkut kepentingan masyarakat Jawa Tengah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Segmen pasar yang dituju sudah jelas, yakni masyarakat geografis
Jawa Tengah dan masyarakat lain yang masih memiliki ikatan primordial
dengan Jawa Tengah meskipun tinggal di luar daerah ini. Berdasarkan survei
sosiografisnya, maka kecenderungan pembaca Suara Merdeka adalah
menengah ke atas, baik dalam tingkat pendidikan maupun penghasilannya.
Kebijakan redaksional juga harus terus mengarah pada kebutuhan segmen
geografis masyarakat pembacanya. Selain itu, meskipun berita memiliki nilai –
nilai universal, namun tetap bisa diarahkan kepada kepentingan pembacanya.
Misalnya, dengan memperhatikan aspek pemerataan pemberitaan. Selain itu
juga memperhatikan tren berita yang lebih disukai pembaca yang diketahui
lewat angket dan masukan – masukan lainnya.
Sedangkan untuk porsi pemberitaan, gambaran, ulasan, laporan Suara
Merdeka secara umum, melalui kebijakan rubrikasi dan pengaturan halaman,
berkisar sebagai berikut:
a) Berita Regional (Jawa Tengah/ DIY termasuk Semarang) = 50%
b) Berita Nasional (termasuk daerah perbatasan) = 30%
c) Berita Internasional = 20% (Widiastuti, 2008: 15)
Ditinjau dari jenisnya, maka isi Suara Merdeka meliputi berbagai
bidang: politik, ekonomi, hukum, kriminalitas, olahraga, kebudayaan,
pendidikan, teknologi, hiburan, lingkungan hidup, kemanusiaan, dan
sebagainya. Titik sentuh bidang-bidang itu tetap harus mengacu pada segmen
geografis. Jika ditinjau dari jenis tulisan yang ada di dalamnya juga bervariasi,
yakni terdiri dari straight news, soft news, feature news, indeph news, artikel,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
opini, dan hiburan lainnya. Di setiap pemberitaan yang komersial tentu tak bisa
dilepaskan dari keberadaan iklan. Perbandingan antara pemberitaan dan iklan
adalah 75 % untuk pemberitaan dan 25 % untuk iklan.
E. Rubrikasi Suara Merdeka
Suara Merdeka setiap harinya hadir dengan 32 halaman yang terbagi
dalam 12 halaman untuk berita nasional dan sekitar Jawa Tengah, 8 halaman
untuk suplemen Spirit yang menyajikan berita olahraga mencakup Internasional
dan nasional serta berita tentang selebrita, dan 12 halaman untuk Solo Metro
yang berisi berita meliputi wilayah eks - karisedanan Surakarta. Khusus untuk
terbitan hari sabtu, terdiri dari 12 halaman berita nasional dan seputar Jawa
Tengah, 4 halaman untuk suplemen Spirit, 8 halaman Solo Metro, dan 8
halaman untuk suplemen Advertensia. Sedangkan pada edisi minggu, terbagi
dalam 12 halaman yang memuat peristiwa berskala nasional dan internasional,
8 halaman memuat berita daerah – daerah yang mencakup wilayah Jawa
Tengah dan 12 halaman disajikan untuk berita – berita yang sifatnya ringan dan
ditujukan untuk pembaca remaja dan anak – anak.
Untuk lebih lengkapnya, berikut ini merupakan rubrik-rubrik yang ada
di Harian Suara Merdeka:
Tabel 2.13
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi I
Halaman Deskripsi
1 HALAMAN MUKA: berisi berita – berita aktual yang paling menarik yang terjadi baik itu berita ekonomi, politik maupun bidang lainnya dalam taraf internasional, nasional bahkan lokal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
2 Rubrik NASIONAL: berisi berita atau informasi yang bersifat nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya.
3 Rubrik HUKUM: berisi informasi peristiwa yang berkaitan dengan hukum dan kriminal yang bersifat nasional.
4 – 5 Rubrik EKONOMI & BISNIS: berisi tentang perkembangan kurs valuta asing, nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan berbagai bank, pasar modal ataupun kebijakan – kebijakan moneter pemerintah. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom sekilas ekonomi yang menampilkan berita – berita ekonomi secara ringkas dan terbatas.
6 Rubrik WACANA: berisi tajuk rencana, karikatur dan artikel yang membahas suatu permasalahan yang ditulis oleh wartawan surat kabar tersebut atau bahkan pembaca hingga penulis freelance yang sifatnya nasional.
7 Rubrik WACANA LOKAL: berisi artikel – artikel kiriman dari pembaca serta terdapat kolom surat pembaca.
8 Rubrik INTERNASIONAL: berisi tentang berita – berita hangat internasional, konflik dari berbagai belahan dunia, dan peristiwa lainnya. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom lintas jagat yang menampilkan berita internasional secara ringkas.
9 Rubrik EDUKASIA: berisi seputar informasi pendidikan. Terdapat kolom lintas akademia, yang berisi infromasi kegiatan sekolah dan informasi pendidikan yang disajikan dengan ringan. Selain itu, terdapat pula kolom suara guru.
10 Memuat berita – berita aktual dan menarik, aik yang bersifat politik, hukum dan kriminal, maupun bidang –bndag lainnya yang berskala nasional.
11 Berisi sambungan berita dari halaman muka.
12 Rubrik NASIONAL: berisi berita – berita aktual dan menarik, baik berita yang sifatnya ekonomi, politik, maupun bidang – bidang lainnya yang berskala nasional dan sifatnya lebih ringan dibandingkan pada halaman 2. Pada halaman ini juga terdapat kolom SOSOK, yang berisi cerita atau pengalaman seorang tokoh publik atau public figure.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
Tabel 2.14
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi II
Halaman Deskripsi
13 - 16 Rubrik SPIRIT: memuat berita – berita seputar olahraga yang terjadi di lingkup nasional maupun Internasional.
17 – 18 IKLAN KECIK
19 Rubrik TEKNOLOGI: memuat informasi seputar teknologi, inovasi baru yang terjadi di lingkup nasional dan internasional. Terdaat juga kolom ACARA TV.
20 Rubrik SELEBRITA: berisi informasi tentang kehidupan selebriti baik dari Mancanegara ataupun lingkup nasional. Terdapat juga kolom Blitz yang berisi informasi selebritis secara singkat dan jelas.
Tabel 2.15
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Harian Sesi III
Halaman Deskripsi
A Rubrik SOLO METRO: halaman ini digunakan untuk menempatkan berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom suara msyarakat dan agenda kota.
B - C Rubrik PROBISNIS: pada halaman ini ditampilkan berita – berita seputar ekonomi dan bisnis di wilayah eks – Karesidenan Surakarta.
D – E Rubrik SOLO METROPOLITAN: memuat berita – berita yang terjadi di Kota Solo. Pada hari – hari tertentu terdapat kolom yang menyajikan artikel yang ditulis baik oleh wartawan Suara Merdeka maupun dari pembaca.
F Rubrik SUKOHARJO – WONOGIRI: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Suoharjo dan Wonogiri.
G Rubrik KARANGANYAR – SRAGEN: memuat berita – berita yang terjadi di kawasan Karanganyar dan Sragen.
H Rubrik MANAHAN: berisi infromasi hiburan dan berita –berita tentang seni dan olahraga di eks – akresidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom SRIWEDAREN yang berisi daftar acara pertunjukan di hotel, kafe, ataupun gedung lain di kawasan Solo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
I Diisi dengan dua rubrik, yakni: - Rubrik BOYOLALI: memuat informasi peristiwa yang
terjadi di kawasan Boyolali, dan - Rubrik KRIMINAL & HUKUM: berisi berita – berita yang
berkaitan dengan kriminal dan hukum di sekitar wilayah eks – Karesidenan Surakarta. Terdapat kolom PATROLI yang memuat berita singkat tentang hukum dan kriminal.
J Terdiri dari dua rubrik, yaitu: - Rubrik LINTAS JATENG: memuat berita – berita yang
terjadi di kawasan Kendal, Demak, Ungaran, Salatiga, Purwodadi, wilayah Pantura bagian timur dan bagian barat. Selain itu terdapat kolom SEKILAS DAERAH yang berisi informasi ringan seputar daerah Jawa Tengah, dan
- IKLAN KECIK SOLO METRO
K Rubrik LINTAS JATENG – DIY: menampilkan berita –berita yang terjadi di wilayah Yogyakarta, Kebumen, Magelang, Purworejo, dan Temanggung. Selain itu terdapat kolom SEKILAS DAERAH yang berisi informasi ringan seputar daerah Jawa Tengah dan DIY.
L Rubrik KLATEN: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Klaten. Terdapat kolom ASPIRASI, berisi tentag aspirasi yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengalaman kesuksesan dan kolom POJOK TRIKOYO, yang berisi informasi singkat di daerah Klaten
Tabel 2.16
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi I
Halaman Deskripsi
1 HALAMAN MUKA: berisi berita – berita aktual yang paling menarik yang terjadi baik itu berita ekonomi, politik maupun bidang lainnya dalam taraf internasional, nasional bahkan lokal.
2 - 3 Rubrik NASIONAL & HUKUM: berisi berita atau informasi yang bersifat nasional, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial serta peristiwa hukum dan kriminal.
4 – 5 Rubrik EKONOMI & BISNIS: berisi tentang perkembangan kurs valuta asing, nilai tukar rupiah, indeks harga saham gabungan berbagai bank, pasar modal ataupun kebijakan – kebijakan moneter pemerintah. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom sekilas ekonomi yang menampilkan berita – berita ekonomi secara ringkas dan terbatas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
6 Rubrik WACANA: berisi tajuk rencana, karikatur dan artikel yang membahas suatu permasalahan yang ditulis oleh wartawan surat kabar tersebut atau bahkan pembaca hingga penulis freelance yang sifatnya nasional.
7 Rubrik WACANA LOKAL: berisi artikel – artikel kiriman dari pembaca serta terdapat kolom surat pembaca.
8 - 9 Rubrik NASIONAL: memuat peristiwa – peristiwa yang terjadi di wilayah cakupan Jateng dengan berita yang bertaraf nasional.
10 Rubrik SPORT: berisi seputar informasi olahraga yang bertaraf nasional dan internasional.
11 Berisi sambungan berita dari halaman muka.
12 Rubrik NASIONAL: berisi berita – berita aktual dan menarik, baik berita yang sifatnya ekonomi, politik, maupun bidang – bidang lainnya yang berskala nasional dan sifatnya lebih ringan dibandingkan pada halaman 2. Pada halaman ini juga terdapat kolom SOSOK, yang berisi cerita atau pengalaman seorang tokoh publik atau public figure.
Tabel 2.17
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi II
Halaman Deskripsi
13 - 16 Rubrik SPIRIT: memuat berita – berita seputar olahraga yang terjadi di lingkup nasional maupun Internasional.
17 Rubrik INTERNASIONAL: berisi tentang berita – berita hangat internasional, konflik dari berbagai belahan dunia, dan peristiwa lainnya. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom lintas jagat yang menampilkan berita internasional secara ringkas.
18 Rubrik Edukasia: berisi seputar informasi pendidikan yang mencakup wilayah Jawa Tengah.
19 Rubrik KAMPUS: berisi seputar informasi mahasiswa dan perguruan tinggi. Terdapat juga kolom debat yang berisi perbandingan pendapat antar mahasiswa tentang suatu topik tertentu. Pada halaman ini juga terdapat kolom ACARA TV.
20 Rubrik SELEBRITA: berisi informasi tentang kehidupan selebriti baik dari Mancanegara ataupun lingkup nasional. Terdapat juga kolom Blitz yang berisi informasi selebritis secara singkat dan jelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Tabel 2.18
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi III
Halaman Deskripsi
A Rubrik SOLO METRO: halaman ini digunakan untuk menempatkan berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom suara msyarakat dan agenda kota.
B Rubrik SOLO: memuat berita – berita yang terjadi di Kota Solo. Pada hari – hari tertentu terdapat kolom yang menyajikan artikel yang ditulis baik oleh wartawan Suara Merdeka maupun dari pembaca.
C Rubrik PROBISNIS: pada halaman ini ditampilkan berita – berita seputar ekonomi dan bisnis di wilayah eks – Karesidenan Surakarta.
D Rubrik SUKOHARJO – WONOGIRI: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Suoharjo dan Wonogiri.
E Terdiri dari dua rubrik, yaitu: - Rubrik BOYOLALI: memuat informasi peristiwa yang
terjadi di kawasan Boyolali. - Rubrik MANAHAN: berisi infromasi hiburan dan berita –
berita tentang seni dan olahraga di eks – akresidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom SRIWEDAREN yang berisi daftar acara pertunjukan di hotel, kafe, ataupun gedung lain di kawasan Solo.
F Diisi dengan dau rubrik, yakni: - Rubrik KARANGANYAR – SRAGEN: memuat berita –
berita yang terjadi di kawasan Karanganyar dan Sragen. - IKLAN KECIK SOLO METRO
G Rubrik LINTAS JATENG – DIY: menampilkan berita –berita yang terjadi di wilayah Yogyakarta, Kebumen, Magelang, Purworejo, dan Temanggung. Selain itu terdapat kolom SEKILAS DAERAH yang berisi informasi ringan seputar daerah Jawa Tengah dan DIY.
H Rubrik KLATEN: memuat informasi peristiwa yang terjadi di kawasan Klaten. Terdapat kolom ASPIRASI, berisi tentag aspirasi yang diberikan oleh seseorang yang memiliki pengalaman kesuksesan dan kolom POJOK TRIKOYO, yang berisi informasi singkat di daerah Klaten
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
Tabel 2.19
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Sabtu Sesi IV
Halaman Deskripsi
1 Rubrik ADVERTENSIA: memuat sebuah artikel berkaitan dengan iklan produk dan perusahaan yang ditulis oleh salah seorang pakar tertentu.
2 Rubrik SERBA SERBI: berisi iklan kolom dari berbagai jenis barang.
3 Rubrik LOWONGAN: berisi iklan lowongan pekerjaan. Seli itu terdapat kolom galeri, yang isinya untuk memperkenalkan dan memberikan tawaran produk baru.
4 Terdiri dari dua rubrik: - Rubrik SERBA SERBI, dan - Rubrik LOWONGAN
5 Rubrik OTOMOTIF: berisi tentang iklan jual – beli alat transportasi.
6 Berisi tentang tips – tips yang bermanfaat bagi kehidupan pembaca. Selain itu, terdapat kolom GRIYA, yang berisi iklan jual – beli rumah serta kolom LOWONGAN.
7 Kelanjutan dari rubrik GRIYA pada halaman 6.
8 Keseluruhan dari halaman ini berisi tentang tips – tips dari Suara Merdeka untuk pembaca.
Tabel 2.20
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi I
Halaman Deskripsi
1 HALAMAN MUKA: berisi berita – berita aktual yang paling menarik yang terjadi baik itu berita ekonomi, politik maupun bidang lainnya dalam taraf internasional, nasional bahkan lokal.
2 Rubrik BINCANG – BINCANG: memuat informasi tentang profil seseorang ternama atau memiliki prestasi tertentu. Terdapat juga kolom GAYENG SEMARANG, yang berisi artikel dari pembaca atau awak media tentang suatu topik.
3 Rubrik JEJAK: memuat informasi tentang kisah atau perjalanan hidup seseorang yang mampu memberikan aspirasi bagi orang yang membacanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
4 LAPORAN UTAMA: berisi berita yang ditulis sebagai laporan utama, yaitu lengkap dan detail
5 – 6 Rubrik OLAHRAGA: berisi informasi olahraga baik bertaraf nasional maupun internasional.
7 Rubrik KRIMINALITAS: memuat berita – berita yang bersifat kriminal di lingkup nasional.
8 IKLAN KECIK
9 Berisi sambungan berita dari halaman muka.
10 Rubrik HIBURAN berisi informasi yang bersifat hiburan, seni, keartisan dan sebagainya.
11 Rubrik INTERNASIONAL: berisi tentang berita – berita hangat internasional, konflik dari berbagai belahan dunia, dan peristiwa lainnya. Dalam rubrik ini juga terdapat kolom lintas jagat yang menampilkan berita internasional secara ringkas.
12 Rubrik FRAME: berisi foto – foto jurnalistik tentang kehidupan masyarakat yang bersifat artistik dan human interest.
Tabel 2.21
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi II
Halaman Deskripsi
13 Rubrik FOKUS JATENG: berisi berita – berita yang bersifat nasional.
14 Rubrik SEMARANG METRO: memuat informasi peristiwa – peristiwa yang terjadi di wilayah Semarang. Terdapat juga kolom SEPUTAR TUGUMUDA yang isinya memuat berita singkat.
15 Rubrik SOLO METRO: halaman ini digunakan untuk menempatkan berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Suarakarta. Selain itu, juga terdapat kolom suara msyarakat dan agenda kota.
16 Rubrik SUARA PANTURA: berisi tentang berita – berita yang terjadi di kawasan pantai utara sebelah barat, mulai dari Brebes, pekalingan, Tegal, dan Pemalang.
17 Rubrik SUARA MURIA: memuat berita – berita yang yang terjadi di kawasan pantai utara sebelah timur, sperti Pati,, Jepara, Kudus, Rembang, Blora).
18 Rubrik KEDU – DIY: menampilkan berita – berita yang terjadi di wilayah eks Karesidenan Kedu (Kebumen, Magelang,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Purworejo, dan Temanggung) dan Yogyakarta.
19 Rubrik SUARA BANYUMAS: Berisi berbagai informasi seputar peristiwa yang terjadi di wilayah sekitar Banyumas.
20 Rubrik SANG PAMOMONG: memuat tulisan sastra Jawa. Terdapat juga kolom BLENCONG yang berisi artikel dari pembaca yang ditulis dengan bahasa Jawa.
Tabel 2.22
Rubrikasi Suara Merdeka Edisi Minggu Sesi III
Halaman Deskripsi
A Rubrik EKSPOSE: Berisi informasi peristiwa teraktual seputar dunia remaja dan anak, yang dikemas seperti laporan utama.
B - C Rubrik SUARA MUDA: memuat informasi seputar permasalahan remaja yang sekaligus terdapat kolom KONSULTASI REMAJA yang dipandu oleh seorang pakar. Ada juga kolom – kolom yang lain seperti: bintang bicara berisi ramalan zodiak, cerpen, puisi dan opini.
D - E Rubrik YUNIOR: berisi informasi seputar dunia anak – anak (yunior). Terdapat kolom CERMIN yang diampu oleh seorang pakar. Ada juga kolom WARIOR (wartawan yunior) yang berisi hasil karya jurnalistik dari pembaca yunior, kolom CERITA KITA berisi cerita pendek, kolom BINAR berisi profile yunior yang berperstasi dan kolom Liberty berisi liputan suatu acara tertentu yang berkaitan seputar dunia yunior.
F Rubrik KONEK: memuat informasi tentang produk – produk elektronik digital terbaru yang bermanfaat untuk menunjang perangkat elektronik. Selain itu, juga berisi informasi mengenai berbagai perangkat elektronik mutakhir. Rubrik ini disajikandengan maksuf untuk memberikan alternatif piliha produk elektronik dan menyiasati pembelian produk yang baik dan berkualitas.
G Rubrik KOMUNITAS: mengulas tentang profil lengkap suatu komunitas.
H Rubrik KESEHATAN: berisi informasi seputar dunia kesehatan, terdapat kolom yang memuat tentang tips = tips kesehatan.
I Rubrik SERAT: memuat cerita pendek yang ditulis oleh salah satu pembaca dan juga terdapat puisi – puisi hasil karya pembaca Suara Merdeka.
J Rubrik APPETITE: berisi informasi seputar mode baju terbaru dan dilengkapi dengan foto – fot fashion. Selain itu juga terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
infomasi tentang makanan dan resepnya.
K Rubrik HUMOR: berisi karikatur cerita humor dan teka – teki silang.
L Rubrik JALAN – JALAN: mengulas seputar informasi objek – objek wisata nasional maupun mancanegara lengkap dengan segala pernak – perniknya.
Namun untuk hari Minggu dan saat-saat tertentu halaman bisa
berubah sesuai dengan kebijakan redaksi.
F. Profil Pembaca Suara Merdeka
Suara Merdeka sebagai korannya orang Jawa Tengah tentu berusaha
menyesuaikan diri dengan khalayaknya. Surat kabar ini harus memahami
karakteristik pembacanya dengan melihat letak geografis dan kebudayaan Jawa
Tengah. Untuk itu, Suara Merdeka menggunakan hal tersebut sebagai dasar
petimbangan dalam menyajikan berita yang benar-benar sesuai dengan
kebudayaan dan selera pembacanya.
Tabel 2.23
Prosentase Pembaca Suara Merdeka
Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan Persentase
Tidak tamat SD 18%
SD 9%
SLTP 18%
SLTA 41%
Akademisi/ PT 14%
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Table 2.24
Prosentrase Pembaca Suara Merdeka Berdasarkan Usia
Usia Persentase
Usia di bawah 25 tahun 30%
Usia di atas 25 tahun 70%
Table 2.25
Prosentase Pembaca Suara Merdeka
Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Persentase
Pria 70%
Wanita 30%
Table 2.226
Prosentase Pembaca Suara Merdeka
Berdasarkan Pekerjaan
Usia Persentase
Kantor 30%
Wiraswasta 40%
Mahasiswa 20%
G. Pola Liputan Suara Merdeka
Tak jauh beda dengan Harian Umum Solopos, Suara Merdeka juga
memiliki pola peliputan yang terbagi dalam dua kategori, yaitu edisi harian
(senin s/d sabtu) dan edisi hari minggu. Edisi harian menyajikan berita – berita
yang sifarnya aktual, sedangkan edisi minggu menyajikan informasi ringan dan
menghibur, khususnya pada masalah – masalah berita hiburan.
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
Sumber: Pusdok Suara Merdeka Biro Surakarta (Nur Hidayat, 2007: 97)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
BAB III
SAJIAN DAN ANALISIS DATA
Pada bab III ini berisi data, yang terdiri atas berita-berita yang berkaitan
dengan polemik pabrik es Saripetojo di surat kabar Harian Umum Solopos dan Suara
Merdeka berikut analisisnya. Sesuai dengan periode penelitian yang diambil peneliti,
yakni bulan Juni hingga Juli 2011, terdapat 58 judul yang dimuat oleh Harian Umum
Solopos dan 53 item berita di Suara Merdeka. Dari banyaknya berita yang dimuat
pada masing-masing surat kabar tersebut, oleh karenanya peneliti melakukan
kategorisasi permasalahan dengan melihat kemudian menentukan tema-tema
pokoknya. Pada tahap berikutnya, berita yang isinya masuk dalam tema pokok
diambil salah satu. Kemudian terpilihlah empat berita yang sesuai dengan empat
tema pokok yang berkaitan dengan permasalahan yang diberitakan dan sama-sama
diangkat oleh Solopos dan Suara Merdeka.
Sesuai yang telah diuraikan pada bab I, dalam penelitian ini menggunakan
teknik analisis framing model Pan-Kosicki. Menurut peneliti, berita-berita tersebut
lebih sesuai jika dianalisis dengan model Pan-Kosicki. Namun, ada beberapa bagian
berita yang tidak tersurat dalam struktur analisis model Pan-Kosicki. Hal ini tentu
disesuaikan dengan bagaimana format penulisan berita pada kedua surat kabar
tersebut. Untuk sistematika penulisan bab ini diawali dengan diskripsi tema dalam
perspektif polemik pabrik es Saripetojo, kemudian menampilkan elemen-elemen
struktur berita menurut model Pan-Kosicki dan analisis teks berita yang dipilih. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
persilangan tema yang diangkat dari dua surat kabar tersebut adalah warga protes
pembongkaran Saripetojo; perseteruan Gubernur - Walikota; pembentukan tim
Independen: sebagai Mediator polemik Saripetojo; dan hasil kajian tim Independen.
Tabel 3.1
Daftar Berita yang Dianalisis
HARIAN UMUM SOLOPOS
NO. Tema Berita Judul Berita Hari & Tanggal
Terbit
Halaman
1. Warga protes
pembongkaran
Saripetojo
Polemik
Pembangunan
bekas Saripetojo,
Warga - Pelaksana
Bersitegang
Rabu, 22 Juni
2011
II (Rubrik Solo
Raya)
2. Perseteruan
Gubernur –
Walikota
Persetruan
Gubernur –
Walikota
memanas,
Solo Tolak Bibit
Selasa, 28 Juni
2011
1 (Rubrik
Solopos
Nasional)
3. Pembentukan tim
Independen:
Sebagai Mediator
Polemik Saripetojo
Tim Independen
Kaji Amdal
Saripetojo
Senin, 4 Juli
2011
1 (Rubrik
Solopos
Nasional)
4. Hasil kajian tim
Independen
Jokowi Pilih
Tunggu BP3,
Tim: Saripetojo
Tak Layak BCB
Sabtu, 9 Juli
2011
1 (Rubrik
Solopos
Nasional)
SUARA MERDEKA
1. Warga protes
pembongkaran
Penolakan Proyek
Mal Berlanjut
Rabu, 22 Juni
2011
A (Rubrik Solo
Metro)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Saripetojo
2. Persetruan
Gubernur -
Walikota
Bibit Ditolak
Masuk Solo
Selasa, 28 Juni
2011
10 (Rubrik
Jateng)
3. Pembentukan tim
Independen:
Sebagai Mediator
Polemik Saripetojo
Dibentuk Tim
Independen Kasus
Saripetojo
Senin, 4 Juli
2011
E (Rubrik Solo
Metropolitan)
4. Hasil kajian tim
Independen
Saripetojo Tak
Layak Jadi Cagar
Budaya,
Hasil Kajian Tim
3 Universitas
Sabtu, 9 Juli
2011
12 (Rubrik
Nasional)
III.1 Warga Protes Pembongkaran Saripetojo
Pembongkaran bangunan pabrik es Saripetojo oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Tengah menimbulkan protes dan penolakan dari masyarakat
Solo. Sejumlah masyarakat yang tergabung dalam beberapa wadah organisasi
beserta warga yang tinggal di sekitar Saripetojo bersatu untuk menolak adanya
pembongkaran pabrik es tersebut. Mereka tidak menginginkan adanya
perusakan bangunan Saripetojo dan kemudian dibangun untuk dijadikan pasar
modern, karena mereka menilai bahwasannya Saripetojo masuk dalam kategori
Benda Cagar Budaya (BCB) yang telah terdaftar dalam inventarisasi Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah. Dari berbagai
pemberitaan media khususnya pada surat kabar Harian Umum Solopos dan
Suara Merdeka, upaya warga untuk mempertahankan bangunan Saripetojo
tersebut terus dilakukan selama aktivitas pembongkaran tidak dihentikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Diantara upaya - upaya tersebut, dilakukan dengan cara memrotes dan meminta
petugas proyek pembongkaran menghentikan aktivitasnya. Namun, upaya
warga tersebut gagal karena petugas proyek tidak mau menghentikan
pembongkaran tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga akan melakukan
perlawanan jika warga melakukan tindakan nekat dalam upaya menghentikan
aktivitas pembongkaran tersebut (Suara Merdeka, 22 Juni 2011). Padahal,
warga hanya meminta untuk menghentikan sementara sampai ada hasil
keputusan resmi dari BP3 Jateng terkait status Saripetojo, apakah dikategorikan
dalam cagar budaya atau tidak (Solopos, 22 Juni 2011).
Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka tentunya memiliki strategi
pengemasan tersendiri atas berita dengan pokok permasalahan warga memrotes
aktivitas pembongkaran Saripetojo tersebut. Apakah upaya warga tersebut
dimaknai sebagai tindakan negatif atau positif (represif atau tidak)?, pihak
mana yang dianggap tindakannya itu benar dan mana yang salah? ataukah
masing-masing media memiliki perspektif lain dalam melihat peristiwa ini.
Seperti yang dikatakan Turner dikutip oleh John Lofland bahwa analisa tentang
protes menurut definisi subyektif dan publik selalu ”berseberangan” dengan
protes yang didefinisikan dan digambarkan sebagai fenomena obyektif. Dalam
fenomena obyektif, protes sebenarnya menunjuk sebagai upaya permintaan
pertanggungjawaban atas tindakan orang lain. Tetapi dalam definisi subyektif,
kata protes dapat dimaknai sebagai tindakan yang identik dengan kekerasan dan
kerusuhan (Lofland, 2003: 2-3).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Tapi yang pasti dalam beberapa kamus, kata protes dimaknai sebagai
kata benda dan kata kerja yang berarti pernyataan pendapat secara beramai-
ramai dan biasanya berupa pembangkangan, keluhan, keberatan atau ungkapan
ketidaksukaan terhadap suatu gagasan atau tindakan (Lofland, 2003: 2). Secara
sederhananya, sesuatu aktivitas dapat dikatakan sebagai protes jika memiliki
dimensi-dimensi sebagai berikut: penolakan atau keberatan terhadap sesuatu
yang berseberangan, yang sudah tidak dapat ditoleransi, yang ditujukan kepada
pribadi atau lembaga yang berkuasa, secara beramai-ramai dan resmi,
dilakukan secara terbuka, didasari oleh rasa ketidakadilan. Di bawah ini akan
disajikan bagaimana pembingkaian berita terhadap aksi penolakan dan protes
warga tersebut pada dua surat kabar, yakni Solopos dan Suara Merdeka.
B. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam bingkai Harian
Umum Solopos
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema warga protes
pembongkaran Saripetojo pada Solopos
Elemen struktur berita surat kabar Harian Umum Solopos berkenaan
dengan tema warga protes pembongkaran adalah berita berjudul Polemik
Pembangunan Bekas Saripetojo, Warga-Pelaksana Proyek Bersitegang,
diterbitkan Rabu, 22 Juni 2011 di halaman II rubrik Solo Raya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
2. Analisis struktur berita ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo,
Warga-pelaksana proyek bersitegang” pada Solopos
a) Struktur Sintaksis
Tema aksi protes warga atas pembongkaran Saripetojo diangkat awak
media Solopos dengan judul ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo,
Warga-pelaksana proyek bersitegang”. Kata ”polemik” memberikan
pemaknaan bahwa pembongkaran bangunan Saripetojo menimbulkan pro dan
kontra dari berbagai pihak dan kata ”bersitegang” mengandung arti situasi dan
kondisi kedua belah pihak pada saat kejadian, yaitu warga dengan pelaksana
proyek saling bertentangan keras dalam mempertahankan pendapat mereka
masing-masing. Dalam frase ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo” pada
headline dicetak dengan huruf yang tidak terlalu besar dan tipis, Solopos ingin
menunjukan judul berita ini mengandung peristiwa yang continuitas
(bersambung). Sedangkan frase ”Warga-pelaksana proyek bersitegang” dicetak
dengan huruf yang cukup besar sekaligus tebal, Solopos ingin mengundang
ketertarikan khalayak untuk membaca berita ini sekaligus memberikan
penekanan pada peristiwa ketika warga dan pelaksana proyek berseteru.
Kemudian adanya sub judul ”Tolak Berhenti” untuk memberikan batasan
pembahasan. Pertama, membahas penolakan pembongkaran yang dilakukan
oleh warga dan kedua, membahas tanggapan dari petugas proyek terkait aksi
warga tersebut.
Sebagai teras berita (lead), Solopos mengemasnya sebagai berikut:
Laweyan (Espos) Belasan orang yang mengatasnamakan perwakilan dari pedagang pasar dan masyarakat Kota Solo memrotes
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
pembongkaran bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Laweyan, Selasa (21/6). (Lampiran 1) (cetak tebal peneliti).
Dalam kalimat di atas, pembaca hendak dibawa pada terjadinya aksi
penolakan yuang dilakukan oleh masyarakat. Terdapatnya koherensi
kondisional pada proposisi ”yang mengatasnamakan perwakilan dari
pedagang pasar dan masyarakat Kota Solo” menguatkan bahwa penonjolan
dalam lead tersebut dilakukan pada unsur who, yakni aksi protes datang tidak
hanya dari para pedagang pasar tetapi juga masyarakat Solo. Ini
mengonstruksikan bahwa pembongkaran pabrik es Saripetojo ditolak oleh
seluruh warga Solo.
Setelah kalimat lead, Solopos menyajian beberapa kalimat latar
sebagai berikut:
Mereka ingin pembongkaran bangunan yang dianggap benda cagar budaya (BCB) itu dihentikan karena menyalahi UU Cagar Budaya. Wacana yang berkembang, di lokasi itu akan dibangun mal. (Lampiran -, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 1) (cetak tebal peneliti).
Mereka juga mencoba masuk ke halaman bekas Pabrik Es Saripetojo untuk menemui pelaksana proyek pembongkaran. Kala itu warga berhasil menerobos masuk dan menemui pelaksana proyek pembongkaran (Lampiran 1, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 2).
Kata ”menyalahi” pada paragraf 1 memiliki sinonim tidak mematuhi
atau menentang ini dipakai untuk menekankan bahwa pembongkar bangunan
telah melanggar peraturan Undang-Undang (UU) Cagar Budaya. Dan koherensi
sebab-akibat pada kalimat tersebut sekaligus menunjukan unsur why, yakni
protes yang dilakukan warga untuk menghentikan kegiatan pembongkaran
tersebut memang beralasan. Kata ”menerobos” pada paragraf 2, yang memiliki
kesamaan makna dengan mendobrak, ini dipilih Solopos untuk memperhalus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
tindakan dari warga yang masuk secara paksa ke dalam halaman Saripetojo
yang waktu itu dijaga ketat oleh polisi.
Dalam paragraf selanjutnya, berita ini mengulas tentang bagaimana
kronologis peristiwa tersebut. Hal ini dibuat Solopos agar lebih menarik dengan
mendramatisasi setiap kejadian. Dan melalui kalimat berikut ini Solopos ingin
mengonstruksikan bahwa ketegangan yang terjadi bukan hanya disebabkan
oleh warga yang ngotot namun juga disebabkan oleh pelaksana proyek itu
sendiri.
Salah satu perwakilan warga kemudian melakukan negosiasi dengan pelaksana proyek pembongkaran. Dalam pembicaraan itu terjadi perdebatan karena pelaksana proyek tetap akan membongkar bangunan sedangkan warga ingin pembongkaran bangunan itu dihentikan (Lampiran 1, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 3) (cetak tebal peneliti).
Koherensi ”karena” dipakai untuk menunjukan akibat dari perdebatan
antara warga dengan petugas proyek dan koherensi ”sedangkan”
mengindikasikan perbedaan pendapat diantara kedua belah pihak. Untuk
pemilihan kata ”negoisasi” memberikan pemaknaan, yaitu warga berusaha
menemukan jalan untuk berunding dengan petugas proyek agar ketegangan
yang waktu itu terjadi tidak berlarut – larut. Ini mengonstruksikan bahwa warga
pada saat kejadian sudah berusaha dengan jalan damai namun petugas proyek
tetap tidak ingin memenuhi permintaan dari warga tersebut.
Solopos kemudian mempertegasnya melalui kalimat kutipan berikut
ini:
”Kami ingin proyek pembongkaran bangunan itu dihentikan sementara sampai ada hasil dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Jadi bisa diketahui apakah bangunan tersebut termasuk BCB atau tidak,” papar salah satu peserta aksi, HM Sungkar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
saat bernegoisasi dengan pelaksana proyek. (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 4).
Kalimat langsung tersebut ditulis dan dikutip untuk menunjukan
bahwa warga menginginkan penghentian sementara sampai dikeluarkannya
hasil putusan yang jelas dari pihak yang berwenang dalam menentukan status
Saripetojo, yakni BP3 Jateng.
Berusaha untuk cover both side, Solopos juga memberitakan alasan
atau dalih dari petugas proyek yang tidak mau menghentikan pembongkaran:
Pelaksana proyek bersikukuh tidak mau menghentikan pembongkaran jika belum ada surat resmi untuk penghentian pembongkaran dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 5) (cetak tebal peneliti).
Kata ”bersikukuh” dipakai untuk menandakan bahwa pelaksana
proyek tetap akan melakukan pembongkaran dan kata ”jika” menunjukan
syarat yang diinginkan pembongkar untuk menehentikan pembongkaran
Saripetojo, yakni surat dari Pemprov Jateng karena terkait pekerjaan mereka
yang bertanggung jawab terhadap tugas yang telah diberikan oleh Pemprov.
Konstruksi pada kalimat latar di atas diperkuat dengan kutipan langsung:
”Kami akan tetap membongkar bangunan tersebut karena kami sudah terikat kontrak dengan Pemprov Jateng, apalagi waktu pembongkaran ditargetkan selama satu bulan,” ungkap perwakilan pemborong pembongkaran bangunan, Susmadya Putra (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 6)
Kalimat di atas menjelaskan bahwa alasan pembongkar bangunan
tidak mau untuk menghentikan aktivitas pembongkaran tersebut. Mereka hanya
pihak yang ditunjuk oleh Pemerintah Provinsi Jateng untuk membongkar dan
membuat gedung baru. Karena sudah ada kontrak, yakni ditunjukan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
kata ”terikat”, maka mereka tidak ingin dituntut sudah menghentikan aktivitas
tersebut. Sehingga menurutnya yang bisa menghentikannya adalah Pemprov.
Lalu pada latar selanjutnya:
Di sela-sela pembicaraan antar kedua belah pihak, ada seorang warga lainnya yang bersikeras agar pembongkaran bangunan dihentikan saat itu juga. Sehingga sempat memicu kemarahan dari seorang pekerja proyek dan terjadi perang mulut. (Lampiran 1, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 7) (cetak tebal peneliti).
Beberapa aparat kepolisian yang berjaga sejak aksi mulai berlangsung berusaha menenangkan warga itu agar tidak terjadi bentrokan (Lampiran 1, kalimat ke-3 paragraf 7).
Kalimat ke-2 pada paragraf 7 merupakan akibat dari kalimat ke-1
seperti yang ditulis di atas, hal ini ditandai dengan konjungsi ”sehingga”.
Dijelaskan bahwa yang mengakibatkan perang mulut diantara warga dan
petugas proyek adalah salah satu diantara warga yang sangat menginginkan
pembongkaran tersebut dihentikan.
Kata ”bentrokan” pada kalimat ke-3 paragraf 7 dipakai untuk
mendiskripsikan percekcokan yang kemungkinan terjadi jika warga terus
bersitegang dengan petugas proyek.
Dan berita ini ditutup dengan paragraf berikut ini:
Setelah beberapa saat melakukan pembicaraan yang alot, warga kemudian mengajak pelaksana proyek untuk menemui Walikota Solo, Joko widodo, di Balaikota. Hal itu untuk mendapatkan jalan tengah agar kedua belah tidak saling berseteru (Lampiran 1, kalimat ke-1 paragraf 8).
Dalam kalimat penutup terdapat metafora ”jalan tengah” yang
mengandung makna menempuh dengan jalan damai. Dan frase ”warga
kemudian mengajak pelaksana proyek” menekankan pihak warga-lah yang
berusaha untuk mencari ”jalan tengah” bukan dari pihak pelaksana proyek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Dalam kedua kalimat tersebut telah memberikan pemaknaan bahwa warga
melakukan penolakan dengan meminta kepada petugas pembongkar dengan
cara yang sopan dan mencari solusi bersama, bukan sebagai tindakan represif.
b) Struktur Skrip
Unsur who dalam berita ini ada dua yakni warga dan pelaksana
proyek. Hal ini terkait dengan unsur what, ketegangan yang terjadi antara
kedua belah pihak tersebut. Sedangkan unsur where dan when diletakkan pada
lead berita, yakni pabrik Es Saripetojo, Purwosari, Laweyan pada hari Selasa
21 Juni 2011. Untuk unsur why-nya lebih ditonjolkan pada suatu hal yang
menyebabkan warga melakukan penolakan pembongkaran. Hal ini nampak
pada bagian dimana wartawan memberikan pemaknaan atas realitas, yaitu latar
informasi yang diuraikan oleh Solopos (Kalimat ke-1 dan 2 Paragraf 1). Unsur
how-nya adalah bagaimana warga meminta petugas proyek untuk
menghentikan pembongkaran tersebut. Dari hasil analisis peneliti memang
Solopos menampilkan unsur how-nya lebih banyak dari warga yang melakukan
penolakan dengan cara positif daripada tindakan warga yang negatif.
c) Struktur Tematik
Dari unit analisis koherensi antarkata atau antarkalimat yang
mengonstruksikan peristiwa penolakan pembongkaran bangunan Saripetojo
terdapat koherensi kondisional, seperti pada bagian lead berita (telah dijelaskan
pada analisis struktur sintaksis). Kemudian koherensi sebab-akibat yang paling
banyak muncul pada berita ini, seperti dalam kalimat ”Mereka ingin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
pembongkaran bangunan yang dianggap benda cagar budaya (BCB) itu
dihentikan karena menyalahi UU Cagar Budaya. Wacana yang berkembang,
di lokasi itu akan dibangun mal.” Ini mengonstruksikan tuntutan warga tersebut
beralasan yaitu tindakan pembongkaran menyalahi UU Cagar Budaya sehingga
harus dihentikan. Koherensi sebab-akibat juga terdapat pada kalimat ke-1 dan 2
paragraf 3, kalimat kutipan langsung di paragraf 6 dan kalimat ke-2 paragraf 7
(seperti yang dijelaskan pada struktur sintaksis). Untuk koherensi pembeda
terdapat pada kalimat ”Salah satu perwakilan warga kemudian melakukan
negoisasi dengan pelaksana proyek pembongkaran. Dalam pembicaraan itu
terjadi perdebatan karena pelaksana proyek tetap akan membongkar bangunan
sedangkan warga ingin pembongkaran bangunan itu dihentikan.” menunjukan
perbedaan pendapat yang menyebabkan timbulnya perseteruan tersebut (seperti
yang dijelaskan dalam struktur sintaksis).
Selain koherensi, dalam berita ini juga terdapat konjungsi. Namun
konjungsi yang sering digunakan adalah konjungsi peruntukan seperti kata
”agar” dan ”untuk”. Seperti dalam kalimat ”Di sela-sela pembicaraan antar
kedua belah pihak, ada seorang warga lainnya yang bersikeras agar
pembongkaran bangunan dihentikan saat itu juga.” kata ”agar” menjadi
penghubung antarkalimat yang menjelaskan bahwa hanya satu dari jumlah
seluruh warga yang meminta penghentian pembongkaran itu dengan cara paksa
atau dengan membuat kericuhan. Kemudian kalimat ”Beberapa aparat
kepolisian yang berjaga sejak aksi mulai berlangsung berusaha menenangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
warga itu agar tidak terjadi bentrokan.” nampak jelas bahwa polisi ingin
menenangkan warga.
Konjungsi peruntukan juga muncul pada ending berita untuk
memperkuat konstruksi awak media Solopos ”Setelah beberapa saat
melakukan pembicaraan yang alot, warga kemudian mengajak pelaksana
proyek untuk menemui Walikota Solo, Joko widodo, di Balaikota. Hal itu untuk
mendapatkan jalan tengah agar kedua belah tidak saling berseteru. Pada
kalimat yang kedua di atas menunjukan aksi yang dilakukan oleh warga
memiliki tujuan yang positif, yakni warga berusaha untuk mencari solusi atas
peristiwa ini agar tidak terjadi konflik berkelanjutan dengan petugas proyek.
Sedangkan unit analisis detail digunakan Solopos untuk menjelaskan
bagaimana kronologis peristiwa tersebut. Mayoritas kalimat detail yang
digunakan menunjukan aksi protes warga yang positif.
d) Struktur Retoris
Dari unit analisis leksikon, beberapa kata dipilih oleh awak media
Solopos dalam menekankan makna tertentu, antara lain terdapat dalam kalimat
berikut: ”Polemik pembangunan bekas Saripetojo. Warga-pelaksana proyek
bersitegang” pada judul kalimat tersebut ada kata ”polemik” dan ”bersitegang”
(telah dijelaskan pada struktur sintaksis). Pemilihan kata tertentu juga terdapat
pada latar berita, yaitu kata ”menyalahi” (telah dijelaskan pada struktur
sintaksis).
Pada kalimat ke-2 paragraf 2, leksikon ”menerobos” menjelaskan
bahwa warga berusaha masuk untuk menemui petugas proyek karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
permintaan mereka tidak diindahkan oleh petugas proyek. Kata ”negoisasi”
pada paragraf 3 mengonstruksikan bahwa warga telah berbicara dengan baik-
baik kepada petugas proyek, berupaya untuk mengajak mereka untuk
membicarakan secara sopan dan tidak merugikan kedua belah pihak (seperti
dijelaskan pada struktur sintaksis).
Penggunan label status terdapat pada kalimat ”Kami ingin proyek
pembongkaran bangunan itu dihentikan sementara sampai ada hasil dari Balai
Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3). Jadi bisa diketahui apakah
bangunan tersebut termasuk BCB atau tidak,” papar salah satu peserta aksi,
HM Sungkar, saat bernegoisasi dengan pelaksana proyek.” menerangkan
bahwa HM Sungkar sebagai orang yang memiliki hak berbicara mengenai aksi
tersebut. Sehingga meyakinkan pembaca bahwa data diperoleh memang valid.
Hal ini juga terjadi pada pencantuman label status, yaitu perwakilan pemborong
bangunan.
Dari unit analisis grafis terdapat satu buah foto yang mendiskripsikan
warga sedang menyampaikan orasi dan terlihat tertib serta disisi lain terdapat
polisi yang sedang mengamati aksi tersebut. Selain itu juga terdapat caption:
”TOLAK MAL-Warga yang tergabung dalam Masyarakat Peduli Kota
Surakarta menggelar aksi penolakan pembangunan mal di bekas bangunan
pabrik es Saripetojo, Purwosari, Solo, Selasa (21/6). Rencana pembangunan
mal itu juga tak disetujui oleh Pemkot Solo dan masyarakat sekitarnya, karena
dinilai menggangu roda perekonomian kawasan sekelilingnya.” dari kalimat
caption tersebut mengosntruksikan bahwa aksi yang digelar oleh warga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
tersebut telah mendapat berbagai dukungan dari pemerintah kota Solo dan
warga sekitar karena apabila nantinya tetap dibangun mal akan muncul
bermacam dampak negatif.
C. Warga Protes Pembongkaran Saripetojo dalam Bingkai Surat Kabar
Suara Merdeka
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema warga protes
pembongkaran Saripetojo pada Suara Merdeka
Elemen struktur berita surat kabar Suara Merdeka mengenai warga
protes pembongkaran Saripetojo adalah berita berjudul Penolakan Proyek Mal
Berlanjut, diterbitkan Rabu, 22 Juni 2011 di halaman A rubrik Solo Metro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
3. Analisis struktur berita ”penolakan proyek mal berlanjut” pada
Suara Merdeka
a) Struktur sintaksis
Pada kategori tema berita aksi protes warga atas pembongkaran
Saripetojo, surat kabar Suara Merdeka mengangkat judul Penolakan Proyek
Mal Berlanjut. Dari kalimat judul tersebut nampak bahwa peristiwa yang
ditulis tersebut merupakan berita yang memiliki continuitas, yaitu terdapat kata
”berlanjut”. Selain itu, kalimatnya dibuat dengan format nominalisasi, yakni
membentuk kata kerja (verba) = menolak menjadi kata benda (nomina) =
penolakan, sehingga ditekankan bukan pada kegiatannya atau tindakannya
melainkan pada sebuah jalannya peristiwa. Dalam kalimat yang menunjukan
peristiwa pada hakikatnya tidak membutuhkan subjek serta tidak harus
menunjuk pada realitas yang konkret baik pelaku, korban, tempat dan waktu.
Adanya sub judul bergeming digunakan untuk memfokuskan isi
berita yang dibahas oleh Suara Merdeka. Sub judul tersebut berisi tentang
petugas proyek yang tidak mengindahkan permintaan penghentian
pembongkaran dari para pengunjuk rasa.
Bagian lead berita, hanya ada unsur who, what, when, dan where.
Seperti berikut ini:
SOLO- Sejumlah warga yang tergabung dalam Aliansi Masyarakat Peduli Kota Surakarta, mendatangi bekas Pabrik Es Saripetojo, di Jalan Slamet Riyadi, Sondakan, Laweyan, Selasa (21/6) (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 1).
Dalam lead diatas terlihat bahwa pembaca hendak dibawa pada
jalannya peristiwa penolakan, yaitu diawali dengan subjek pelaku yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
mendatangi tempat kejadian. Hal ini dibuat untuk menarik pembaca
melanjutkan dan mengantarkan ke bagian tubuh berita. Dari kalimat lead
tersebut yang paling menonjol adalah unsur who, karena sebelumnya pada
bagian judul berita belum ditampakkan siapa (who) yang melakukan penolakan
tersebut. Kemudian memasuki tubuh berita diawali dengan kalimat yang
digunakan untuk memperjelas lead.
Mereka mendesak pembongkaran gedung bekas pabrik es itu dihentikan karena belum memiliki izin yang jelas (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 2) (cetak tebal peneliti).
Unsur how nampak digunakan untuk menandakan bagaimana subyek
pelaku melakukan aksi protes, yaitu dengan “mendesak”. Kata mendesak
memiliki pemaknaan bahwa suatu tindakan permintaan yang dilakukan dengan
cara memaksa. Sedangkan unsur why menandakan sebab para pemrotes
melakukan aksi penolakan tersebut, ini disampaikan secara implisit yaitu tidak
dilengkapi dengan yang dimaksudkan izin yang dikeluarkan oleh siapa,
tindakan pembongkaran melanggar peraturan yang mana. Suara Merdeka
hendak mengontrol informasi dengan tidak menampilkan dengan detail
informasi tersebut.
Dari pengamatan peneliti, berita ini berisi runtutan peristiwa
penolakan. Pada bagian latar informasi digunakan untuk mengetahui
pemaknaan wartawan atas peristiwa ini. Nampak bahwa kalimat-kalimatnya
pun mendiskripsikan peristiwa dan merupakan pendukung dari lead. Kalimat
latar selanjutnya adalah:
Aksi unjuk rasa yang diikuti sejumlah elemen seperti Komunitas Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN), Lembaga Bina Masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Marginal (LBMM) Surakarta, pedagang Pasar Purwosari dan pedagang Selter Buah Purwosari itu, sempat memanas. (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 3) (cetak tebal peneliti).
Dalam kalimat di atas, pengungkapan subyek pelaku (unsur who)
ditulis dengan lengkap ”Aksi unjuk rasa yang diikuti sejumlah elemen seperti
Komunitas Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN), Lembaga Bina
Masyarakat (LBMM) Surakarta, pedagang Pasar Purwosari dan pedagang
Selter Buah Purwosari” Hal ini menjelaskan subyek yang dimaksud dalam
kalimat latar yang pertama, yaitu ”Sejumlah warga yang tergabung dalam
Aliansi Masyarakat Peduli Kota Surakarta”. Kata ”memanas” menjelaskan
situasi dan kondisi pada saat itu, hal ini merujuk pada perbuatan yang
dilakukan oleh subyek pelaku-lah yang mengakibatkan aksi protes menjadi
semakin memanas. Konstruksi ini dipertegas dengan kalimat latar dan diikuti
kutipan fragmentasi (Ishwara, 2005: 133) , yaitu:
Pasalnya koordinator aksi, HM Sungkar yang juga mengalungkan tulisan di dadanya ”Mana izin-izinmu. Kok main bongkar sak penakmu wae? Tutup saja Pak!” memaksa petugas di pabrik menghentikan pembongkaran itu. (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 4)
Kata ”pasalnya” digunakan sebagai koherensi sebab-akibat, yang
menghubungkan dengan kalimat sebelumnya. Kondisi yang ”sempat memanas”
disebabkan oleh salah seorang yang menjadi koordinator aksi dengan
”Mengalungkan tulisan di dadanya ”Mana izin-izinmu. Kok main bongkar sak
penakmu wae? Tutup saja Pak!” sambil ”Memaksa petugas di pabrik
menghentikan pembongkaran itu”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Awak media Suara Merdeka juga menampilkan kutipan langsung dari
koordinator aksi untuk memperkuat bahwa peristiwa tersebut terjadi
disebabkan oleh para pemrotes sendiri.
”Hentikan sekarang juga atau kami paksa. Sudah tidak ada izin, kalian juga membongkar Benda Cagar Budaya (BCB)”, tegasnya dengan sambil mendorong pintu masuk yang saat itu dihalangi oleh petugas kepolisian (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 5)
Frase ”mendorong pintu masuk” memiliki konotasi negatif, yakni
dengan cara memaksa. Hal ini mengonstruksikan bahwa pelaku penolakan
bertindak represif dalam aksinya tersebut.
Narasumber yang digunakan tidak hanya dari pihak pelaku penolakan
tetapi juga pihak pembongkar bangunan. Seperti berikut ini:
Pasalnya, dalam Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemprov Jateng, UD Trontong Indah harus segera membongkar bangunan bekas pabrik itu sekitar satu bulan ini. ”Saya tidak mau menghentikan. Perintah ini dari Pemprov. Saya tidak tahu menahu terkait ini bangunan BCB atau tidak. Saya hanya melaksanakan tugas atasan. Jika kalian melawan, saya juga berani melawan,” tandas Sus dengan nada lantang saat pengunjuk rasa mendesak pihaknya segera memerintahkan pekerja menghentikan pembongkaran yang sedang berlangsung. (Lampiran 2, kalimat ke 3-4 paragraf 7).
Pencantuman Surat Perintah Kerja (SPK) dalam kalimat di atas untuk
menunjukan bahwa perintah pembongkaran tersebut datang dari Pemprov
Jawa Tengah, sehingga petugas proyek tidak bisa menghentikan pembongkaran
begitu saja, harus ada surat perintah dari Pemprov. Ini mengonstruksikan
pembongkar bangunan bukan pihak yang harusnya disalahkan karena mereka
hanya menjalankan pekerjaan yang sudah diperintahkan kepada mereka.
Kalimat langsung tersebut nampak semakin mengecilkan tujuan dari tindakan
para pemrotes.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Pada bagian penutup berita, dikemas dengan kutipan langsung dari
koordinator aksi HM Sungkar:
”Ini komitmen kami untuk memperjuangkan pabrik bernilai sejarah, saya tekankan, apalagi pembangunan tidak ada izin dari BP3 dan Pemkot,” ungkap Sungkar saat akan mengerahkan pengunjuk rasa yang akan menuju ke Balaikota (Lampiran 2, kalimat ke-1 paragraf 9).
Kalimat tersebut nampak ingin digunakan sebagai penjelas dari unsur
why. Sebelumnya memang sudah dituliskan pada bagian latar pertama berita,
yaitu pembongkar ”belum memiliki izin yang jelas” Hal inilah yang membuat
mereka melakukan aksi penolakan. Tentu ini menjadi pertanyaan dalam benak
peniliti mengapa belum adanya izin yang dimaksud baru diuraikan dalam
bagian akhir berita ini. Kemungkinan Suara Merdeka ingin menyembunyikan
yang dimaksud izin oleh para pengunjuk rasa dan terkesan kurang ditonjolkan.
b) Struktur skrip
Frame Suara Merdeka yang menunjukan bahwa aksi penolakan yang
dilakukan oleh beberapa organisasi masyarakat di Solo sebagai tindakan
reprseif, juga diwujudkan dalam bagaimana Suara Merdeka mengisahkan
peristiwa penolakan pembongkaran Saripetojo (skrip). Keseluruhan dari isi
berita merupakan penjelas tentang bagaimana kronologi aksi penolakan
tersebut (how). Yang menjadi unsur what-nya adalah peristiwa penolakan
pembongkaran Saripetojo. Untuk unsur who, sebenarnya ada dua pihak yang
diberitakan, namun mayoritas mengulas pelaku pengunjuk rasa atau pihak yang
melakukan penolakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
Sedangkan unsur when-nya hanya ditampilkan satu kali pada lead
berita, yakni peristiwa tersebut terjadi pada hari Rabu, 22 Juni 2011 dan unsur
where merupakan lokasi tempat kejadian sekaligus tempat yang sedang
dipermasalahkan, pabrik Es Saripetojo. Dalam berita ini juga sangat sedikit
mengulas unsur why, yaitu mereka melakukan tersebut karena pembongkar
bangunan belum memiliki izin yang pasti. Hal ini terlihat detail dari unsur why
hanya ditempatkan pada bagian akhir berita.
c) Struktur tematik
Dari unit analisis koherensi, terdapat beberapa koherensi baik
antarkata ataupun antarkalimat yang mendukung konnstruksi Suara Merdeka
tersebut. Pada latar berita tepatnya pada kalimat ke-1 paragraf 2 terdapat
koherensi sebab-akibat, berbunyi ”Mereka mendesak pembongkaran gedung
bekas pabrik es itu dihentikan karena belum memiliki izin yang jelas.” (telah
dijelaskan pada analisis struktur sintaksis). Koherensi sebab-akibat juga
digunakan dalam kalimat ke-1 paragraf 8, yakni ”Karena buntu, akhirnya
sejumlah pengunjuk rasa pun meninggalkan pabrik.” Kalimat tersebut
mengandung makna tersirat bahwa protes yang dilakukan oleh para pengunjuk
rasa tidak dapat diteruskan karena alasan mereka yang kurang kuat disertai
dengan ketidakpemilikan bukti yang otentik terkait izin yang dimaksudkan
untuk melawan pembongkar bangunan. Koherensi sebab-akibat terdapat lagi
pada kalimat ke-2 paragraf 8, ”Karena kesal, pengunjuk rasa memasang dua
poster ukuran besar yang bertuliskan ”Hentikan!!! Pembangunan Proyek Ini
Belum Ada Izin BP3 dan Pemkot Surakarta” tepat di samping pintu masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
pabrik seluas 1,4 hektare tersebut.” Kalimat ini memberikan pemahaman
ketika tujuannya untuk menghentikan pembongkaran bangunan pabrik Es
Saripetojo tidak tercapai maka mereka memasang poster dengan kata-kata yang
memberikan pemaknaan penolakan keras.
Penggunaan kata ”pasalnya” juga dilakukan untuk menghubungkan
kalimat yang satu dengan lainnya, yakni sebagai koherensi sebab-akibat seperti
pada kalimat berikut ini: ”Pasalnya koordinator aksi, HM Sungkar yang juga
mengalungkan tulisan di dadanya ”Mana izin-izinmu. Kok main bongkar sak
penakmu wae? Tutup saja Pak!” memaksa petugas di pabrik menghentikan
pembongkaran itu.” Kalimat ini menjadi penyebab pada kalimat sebelumnya
yang menerangkan situasi aksi penolakan memanas disebabkan salah satunya
adalah pada kalimat tersebut. Sama halnya terjadi pada kalimat ”Pasalnya,
dalam Surat Perintah Kerja (SPK) dari Pemprov Jateng, UD Trontong Indah
harus segera membongkar bangunan bekas pabrik itu sekitar satu bulan ini.”
menerangkan bahwa petugas proyek tidak bisa semena-mena menghentikan
pembongkaran. Karena mereka bertanggung jawab atas Surat Perintah Kerja
yang dikeluarkan oleh pemprov.
Untuk koherensi penjelas, terdapat pada kalimat langsung yang
berasal dari kutipan narasumber salah satu pelaku penolakan, tepatnya pada
penutup berita yang berbunyi ”Ini komitmen kami untuk memperjuangkan
pabrik bernilai sejarah, saya tekankan, apalagi pembangunan tidak ada izin
dari BP3 dan Pemkot,” ungkap Sungkar saat akan mengerahkan pengunjuk
rasa yang akan menuju ke Balaikota.” (telah dijelaskan pada struktur sintaksis).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Sedangkan koherensi pembeda, awak media Suara Merdeka meletakannya pada
pendukung lead, kalimat ke-1 paragraf 5, ”Namun, petugas proyek bergeming
untuk menghentikan pembongkaran” menandakan kontras dengan para
pengunjuk rasa, pembongkar tidak melakukan hal seperti yang dituduhkan oleh
pengunjuk rasa. Mereka menganggap sudah mendapatkan izin dari Pemprov
untuk membongkar bangunan Sariptojo.
Dari unit analisis detail, terdapat dalam kalimat ”Mereka mendesak
pembongkaran gedung bekas pabrik es itu dihentikan karena belum memiliki
izin yang jelas.” Kalimat tersebut nampak bahwa Suara Merdeka mengurangi
informasi terkait yang dimaksud dengan ”izin yang jelas”. Ini mengesankan
bahwa tindakan pemrotes kurang memiliki dasar atau alasan yang kuat. Elemen
detail juga digunakan dalam kalimat ”Namun, petugas proyek bergeming untuk
menghentikan pembongkaran. Pasalnya, dalam Surat Perintah Kerja (SPK)
dari Pemprov Jateng, UD Trontong Indah harus segera membongkar
bangunan bekas pabrik itu sekitar satu bulan ini.” (seperti dijelaskan dalam
struktur sintaksis).
Penggunaan bentuk kalimat yang tidak biasa, sangat nampak untuk
memperkuat konstruksi Suara Merdeka tepatnya pada kalimat ke-1 paragraf 6
”Tidak ingin terjadi kericuhan, akhirnya petugas memperbolehkan pengunjuk
rasa masuk ke area gedung.” Pada kalimat tersebut, sesuatu yang kemungkinan
akan terjadi diletakkan pada bagian awal kalimat ”Tidak ingin terjadi
kericuhan” ini tentunya sudah memberikan pemahaman negatif kepada
pembaca bahwa pengunjuk rasa melakukan tindakan-tindakan yang memicu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
kerusuhan. Hal ini juga terjadi pada kalimat ”Karena buntu, akhirnya sejumlah
pengunjuk rasa pun meninggalkan pabrik.” dan ”Karena kesal, pengunjuk rasa
memasang dua poster ukuran besar yang bertuliskan ”Hentikan!!!
Pembangunan Proyek Ini Belum Ada Izin BP3 dan Pemkot Surakarta” tepat di
samping pintu masuk pabrik seluas 1,4 hektare tersebut.” Anak kalimat
”karena buntu” dan ”karena kesal” sebagai awal kalimat ini menunjukan bahwa
para pengunjuk rasa merasa kurang cukup bukti sehingga memaksa mereka
untuk menghentikan aksinya.
d) Struktur retoris
Dari unit analisis leksikon, beberapa kata dipilih Suara Merdeka
dalam menekankan makna tentang aksi atau tindakan yang dilakukan oleh para
pengunjuk rasa merupakan tindakan pembuat kerusuhan (represif). Kata
tersebut antara lain: ”mendesak”, ”mendorong pintu masuk” dan ”kericuhan”.
Hal ini mengonstruksikan bahwa mengapa aksi tersebut tidak dilakukan dengan
cara yang sopan melainkan dengan kasar dan memicu keributan. Sedangkan
kata ”buntu” pada kalimat ”Karena buntu, akhirnya sejumlah pengunjuk rasa
pun meninggalkan pabrik.” (telah dijelaskan pada struktur tematik). Kata
”kesal” dalam kalimat ”Karena kesal, pengunjuk rasa memasang dua poster
ukuran besar yang bertuliskan ”Hentikan!!! Pembangunan Proyek Ini Belum
Ada Izin BP3 dan Pemkot Surakarta” tepat di samping pintu masuk pabrik
seluas 1,4 hektare tersebut.” memberikan pemaknaan, karena tujuannya
melakukan protes tidak tercapai maka mereka merasa marah dan memasang
poster berukuran besar (seperti yang diuraikan dalam struktur tematik).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
Sedangkan leksikon yang digunakan untuk menerangkan pihak
pembongkar bangunan sebagai pihak yang tidak seharusnya disalahkan adalah
”Surat Perintah Kerja (SPK)”. Hal ini menunjukan perlawanan yang dilakukan
oleh pihak pembongkar tersebut telah mendapatkan izin dibuktikan dengan
SPK dari Pemprov.
Pada unit analisis penggunaan label, pihak yang melakukan aksi
penolakan dilabelkan sebagai ”pengunjuk rasa”, ini tentu menimbulkan
pemahaman yang kurang baik, yaitu mengandung makna orang-orang pembuat
kerusuhan. Pencantuman label status juga terjadi pada kalimat ke-1 paragraf 4
”koordinator aksi, HM Sungkar yang juga mengalungkan tulisan di dadanya”,
menguraikan bahwa orang itulah yang menjadi pemimpin atau penggerak
dalam aksi tersebut.
Dari unit analisis grafis terdapat satu buah foto yang memperlihatkan
salah satu pengunjuk rasa dengan ekspresi raut muka yang tidak bersahabat
diikuti peserta pemrotes lainnya sedang berbicara dengan anggota polisi, diikuti
gerakan tangan seolah-olah sedang menjelaskan sesuatu. Nampak juga jarak
antara pintu penutup halaman pabrik Es Saripetojo yang telah dijaga polisi
dengan pengunjuk rasa sangat dekat menandakan bahwa mereka (pengunjuk
rasa) ingin berusaha masuk. Sedangkan keterangan foto (caption) ”TUNTUT
PENGHENTIAN: Pendemo berdebat dengan anggota polisi saat menggelar
aksi menuntut penghentian pembongkaran bekas pabrik Es Saripetojo, di Jalan
Slamet Riyadi, Sondakan, Laweyan, Selasa (21/6).” Dari caption tersebut jelas
diuraikan bahwa pengunjuk rasa berdebat dengan pihak berwajib, yakni polisi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Dari foto dan caption nampak bahwa pengunjuk rasa dikonstruksikan sebagai
pembuat kericuhan dan polisi adalah pihak yang netral sebagai penjaga
keamanan.
Untuk unit analisis pengandaian terdapat pada kalimat kutipan
langsung ”Jika kalian melawan, saya juga berani melawan,” tandas Sus
dengan nada lantang saat pengunjuk rasa mendesak pihaknya segera
memerintahkan pekerja menghentikan pembongkaran yang sedang
berlangsung.” Kalimat tersebut menunjukan pengandaian apabila para
pengunjuk rasa tetap melawan maka pembongkar bangunan pun akan melawan.
Hal ini mengonstruksikan bahwa kedua belah pihak sama-sama bersikeras
mempertahankan pendapatnya masing-masing.
III.2 Perseteruan Gubernur – Walikota
Rencana pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Saripetojo tidak
hanya diprotes oleh masyarakat Solo, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo pun turut
menolak rencana yang telah dibuat oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa
Tengah bersama dengan Perusahaan Daerah (Perusda) Citra Mandiri Jawa
Tengah. Baik Pemkot maupun Pemprov berusaha untuk menguatkan
argumennya masing-masing lewat media. Menurut Pemkot, pembangunan mal
yang terjadi telah melanggar beberapa Perda (Peraturan Daerah) Kota Solo,
antara lain: Perda Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional serta Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern (Pasar modern harus berjarak minimal 500
meter dari pasar tradisional). Selain itu, izin pemanfaatan ruang (IPR) dari
Pemkot, yang dimaksud bukanlah izin merobohkan, apalagi mengubah bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
bangunan. IPR hanya menjelaskan peruntukan lahan di wilayah Purwosari
sebagai kawasan perdagangan. Pemkot juga belum mengeluarkan Izin
Mendirikan Bangunan (IMB) terkait perobohan bangunan Saripetojo (Suara
Merdeka, 28 Juni 2011).
Perseteruan yang terjadi hari demi hari semakin meruncing dan belum
menemukan titik temu. Ini mengakibatkan polemik yang terjadi semakin
mengarah pada konflik individu, yakni antara Bibit waluyo selaku Gubernur
Jawa Tengah dengan Joko Widodo, Walikota Solo. Sampai-sampai Bibit
Waluyo mengeluarkan pernyataan keras kepada Jokowi, yakni menilai bahwa
pemimpin Kota Solo tersebut bodoh. Namun, nampaknya Jokowi menerima
dengan lapang dada atas pernyataan Bibit tersebut (Solopos, 28 Juni 2011).
Meski Jokowi menanggapinya dengan positif melalui media, tapi justru
tanggapan negatif muncul dari masyarakat Solo yang tidak terima atas
pernyataan Bibit tersebut. Sehingga mereka (masyarakat Solo) menyatakan
penolakannya terhadap Bibit. Lalu bagaimanakah bingkai yang dilakukan
Suara Merdeka dan Solopos atas peristiwa ini? Berikut akan disajikan analisis
berita yang telah dilakukan peneliti:
A. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam bingkai Harian Umum
Solopos
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema Perseteruan Gubernur -
Walikota pada Solopos
Elemen struktur berita surat kabar Harian Umum Solopos mengenai
perseteruan antara Gubernur dan Walikota adalah berita berjudul Perseteruan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit, diterbitkan Rabu, 28 Juni
2011 di halaman depan rubrik Solopos Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
2. Analisis struktur berita ”Perseteruan Walikota – Gubernur
Memanas, Solo Tolak Bibit” pada Solopos
a) Struktur sintaksis
Pada kategori tema berita perseteruan antara Gubernur Jawa Tengah
dan Walikota Solo, surat kabar Solopos mengangkatnya dengan judul
”Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit”. Dalam
unit analisis variasi huruf terdapat perbedaan antara dua kalimat tersebut.
Kalimat pertama ”Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas” ini dicetak
tidak tebal dan ukuran huruf kecil sedangkan kalimat kedua ”Solo Tolak Bibit”
Solopos sengaja mencetaknya dengan ukuran huruf yang besar dan tebal. Ini
mengindikasikan bahwa Solopos ingin memfokuskan pembaca pada informasi
bahwa warga Solo menolak Bibit jika datang ke Solo. Karena kata Solo
diletakkan didepan, sebagai subyek kalimat, maka dalam berita ini kata ”Solo”,
maksudnya adalah warga sekitar, menjadi sorotan atau titik sentral dalam judul
tersebut.
Pada bagian lead dijelaskan alasan dari warga Solo yang menolak
kehadiran Bibit di kota mereka adalah sebagai berikut:
Solo (Espos) Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang menilai Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), bodoh, memantik reaksi keras dari warga Solo. (Lampiran 3) (cetak tebal peneliti).
Diikuti kalimat perluasan lead, yakni:
Mereka menyerukan menolak Bibit Waluyo di Kota Bengawan (Lampiran 3).
Kalimat lead di atas memiliki prinsip kausalitas, dimana klausa
”Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, yang menilai Walikota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Solo, Joko Widodo (Jokowi.)” merupakan penyebab yang membuat warga Solo
menolak Bibit untuk datang ke Solo dan ini diletakkan sebagai awal kalimat.
Selain itu juga terdapat koherensi kondisional ”yang” menegaskan pernyataan
negatif dari Bibit. Hal ini mengonstruksikan bahwa Solopos ingin menonjolkan
kesalahan Bibit tersebut ketimbang penolakan warga Solo. Kemudian pada
bagian perluasan lead diuraikan dengan cara bagaimana warga Solo menolak
kedatangan Bibit.
Memasuki tubuh berita di awali dengan kalimat latar sebagai berikut:
Namun, Jokowi mengaku legawa atas pernyataan Gubernur itu. Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo, sebagaimana dikutip dari Koran Tempo, menilai Walikota Solo bodoh (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti).
Dalam kalimat di atas terjadi pengulangan klausa yang menguraikan
”Bibit menilai Jokowi bodoh”. Akan tetapi, pengulangan tersebut diletakkan di
belakang kalimat sedangkan yang diutamakan dan ingin ditonjolkan adalah
sikap Jokowi dalam menanggapi pernyataan gubernur tersebut. Kata ”legowo”
merupakan bahasa jawa yang bermakna menerima dengan iklas, ini
mengindikasikan bahwa Jokowi tidak terpengaruh dan menerima atas perkataan
Bibit yang menjelek-jelekan dirinya. Koherensi pembeda ”namun” dipakai
untuk menunjukan perbedaan karakter kepemimpinn antara Bibit dengan
Jokowi. Begitu pula pencantuman ”koran tempo” menjadi informasi akurat
yang menunjukan bahwa Bibit memang menyebut Jokowi bodoh lewat media
massa. Solopos juga memberikan detail kalimat parafrase (saduran kalimat
langsung) yang diambil dari koran tempo, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
”Walikota Solo itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?” kata Bibit (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 1).
Untuk mengingatkan peristiwa yang sebelumnya terjadi dan
menunjukan bahwa berita ini merupakan berita bersambung (continuitas),
Solopos memberikan latar seperti berikut:
Pernyataan keras dari Bibit itu dipicu oleh polemik pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari, Laweyan. Gubernur bersikukuh ingin mal dibangun dengan alasan tanah Saripetojo milik Pemprov Jateng. Namun, Pemkot Solo dan warga menilai bangunan itu masuk benda cagar budaya (BCB) sehingga tidak bisa dibongkar begitu saja (Lampiran -, kalimat ke-1 paragraf 2) (cetak tebal peneliti).
Kasus pembongkaran Saripetojo bahkan sudah dilaporkan ke Polresta Solo, Jumat (24/6) lalu. Dalam kasus itu, Komunitas Peduli Cagar Budaya Nusantara (KPCBN) melaporkan Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Citra Mandiri Jawa Tengah, Ir. Muh. Sayuti (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 3).
Kata ”namun” pada latar paragraf pertama, menunjukan adanya
perbedaan pendapat antara Pemkot dan Pemprov hingga berita ini diturunkan
polemik yang terjadi semakin memanas. Dan koherensi ”sehingga”
menunjukan akibat dari Pemkot dan warga yang menilai Saripetojo adalah
cagar budaya, maka mereka menolak pembongkaran tersebut.
Kemudian memasuki latar berikutnya, Solopos kembali mempertegas
konstruksinya bahwa Bibit tidak pantas menjadi pemimpin karena pernyataan
kerasnya di media. Ini dilakukan dengan mencantumkan hasil wawancara
dengan narasumber yang dipilih dan dinilai dapat mendukung konstruksinya.
Pernyataan Gubernur itu mendapat kritikan keras dari kalangan masyarakat Solo. Forum Komunikasi Masyarakat Surakarta (FKMS) menyerukan empat pernyataan sikap terkait pernyataan Gubernur Bibit Waluyo yang membodohkan Walikota Solo, Jokowi (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Diikuti dengan parafrase dan kutipan langsung yang menunjukan
bahwa apa yang ditulis oleh wartawan tersebut benar sesuai dengan fakta.
FKMS menyatakan mosi tak percaya atas kepemimpinan Bibit Waluyo sebagai Gubernur Jateng (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 4).
”Bibit sebagai seorang Gubernur terbukti tak paham aturan hukum. Maka, kami menyatakan mosi tak percaya,” tegas Agus anwari, perwakilan FKMS, Senin (27/6) (Lampiran 3, kalimat ke-3 paragraf 4).
Solopos juga memberikan detail bahwa FKMS akan meminta
pertanggungjawaban Bibit atas pernyataannya tersebut melalui DPRD Provinsi
Jawa Tengah. Detail informasi tersebut disampaikan dalam kalimat berikut:
Selain itu, FKMS mendesak DPRD Provinsi Jawa Tengah segera meminta pertanggungjawaban Gubernur Bibit Waluyo karena dinilai telah mengeluarkan kata-kata kasar dan tak sopan kepada Walikota Solo (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 5) (cetak tebal peneliti).
Koherensi penjelas ”selain itu” digunakan untuk mengindikasikan
sikap FKMS selanjutnya dalam menanggapi statement Bibit terhadap Jokowi,
hal ini ditunjukan dengan kata ”karena”.
Yang kemudian diikuti kalimat parafrase dan kutipan langsung:
Sebagai warga Solo, tegas Anwari, statement Bibit yang membodohkan Jokowi sama dengan memancing amarah warga Solo (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 5).
”DPRD harus meminta pertanggungjawaban dari Bibit. Apakah Gubernur dibenarkan berkata seperti itu?” tegasnya (Lampiran 3, kalimat ke3 paragraf 5).
Tak hanya itu, FKMS meminta warga Solo bersatu menolak kedatangan Bibit Waluyo di Solo. Sebab, mereka menilai pernyataan Bibit sama dengan menghina martabat warga Solo secara keseluruhan, Bahkan FKMS meminta masyarakat Jawa Tengah bersama-sama menurunkan Bibit Waluyo (Lampiran 3, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 6).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
Nampaknya, Solopos melalui judul berita ini mendukung warga Solo
yang tidak suka dengan kata-kata keras Bibit untuk Jokowi. Konkretnya adalah
mayoritas latar dan penggunaan narasumber dipakai untuk mendukung
konstruksi Solopos tersebut.
Lalu memasuki sub judul berita baru, memberikan pokok bahasan
yang menonjolkan karakteristik Jokowi yang sangat berbeda dengan Gubernur
Jateng, Bibit Waluyo. Konstruksi tersebut terlihat pada beberapa bagian
paragraf berita, sebagai berikut:
Menanggapi pernyataan Gubernur itu, Jokowi mengaku legawa. Walikota Solo dua periode itu bahkan dengan rendah hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin memang ada benarnya (Lampiran 3, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 7) (cetak tebal peneliti).
”Ya, memang kenyataannya saya itu bodoh. Saya masih harus belajar banyak. dibilang bodoh juga tidak apa-apa,” katanya kepada wartawan, Senin (Lampiran 3, kalimat ke-3 paragraf 7).
Meski demikian, secara pribadi Jokowi sempat kaget atas pernyataan Gubernur Jateng yang membodohkan dirinya (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 8).
Penggunaan kata ”legawa” yang tanpa disadur ke dalam bahasa
Indonesia dan kata kiasan ”rendah hati” menunjukan bahwa Solopos sangat
mengelu-elukan sikap Jokowi.
Selain itu, Solopos memakai narasumber dari kalangan DPRD yang
memberikan komentar positif kepada Jokowi dan komentar negatif kepada
Bibit Waluyo. Hal ini dilakukan untuk semakin menguatkan bahwa sikap Bibit
tersebut memang tidak seharusnya dilakukan.
”Itu omongan macam apa. Gubernur enggak punya tata krama sama sekali,” kecam Ketua Komisi III, Honda Hendarto (Lampiran 3, kalimat ke-3 paragraf 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
”Itu pernyataan orang panik. Dia takut jika Pak Jokowi diminta maju sebagai Gubernur,” tandasnya (Lampiran 3, kalimat ke-2 paragraf 11).
Kemudian di bawahnya diberikan detail yang merupakan kalimat tak
langsung dari orang DPRD tersebut:
Politisi PDIP tersebut menilai Bibit ketakutan melihat prestasi Walikota Solo yang akan menggeser posisi dirinya (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 11).
Kalimat di atas sengaja ditulis oleh Solopos untuk memberikan detail
informasi bahwa kemungkinan benar Bibit merasa takut dikalahkan dengan
prestasi Jokowi, makanya Bibit menjelek – jelekan Jokowi lewat media massa.
Dan pada bagian ending atau penutup berita disajikan dengan kalimat
di bawah ini:
Sebelumnya, Gubernur Bibit juga sempat meminta pejabat Pemkot Solo tidak banyak memberikan komentar terkait polemik pembangunan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo (Lampiran 3, kalimat ke-1 paragraf 12).
Kalimat penutup di atas ditulis untuk semakin memperjelas sikap
Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo bukan sebagai figur pemimpin yang
baik. Karena terlihat bahwa dalam menanggapi sikap pro dan kontra
pembongkaran Saripetojo, Bibit selalu arogan dan tidak memiliki tata krama.
b) Struktur skrip
Dari analisis skrip, unsur yang paling banyak muncul adalah what,
who dan why. Unsur what dan who menyangkut narasumber siapa menyatakan
atau melakukan apa dalam menanggapi pernyataan Bibit yang menilai
Walikota Solo, Jokowi bodoh (why). Sedangkan unsur how-nya adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
bagaimana subyek (who) menyatakan atau melakukannya dalam menanggapi
sikap Bibit tersebut. Seperti dalam kalimat ”Menanggapi pernyataan Gubernur
itu, Jokowi mengaku legawa. Walikota Solo dua periode itu bahkan dengan
rendah hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin
memang ada benarnya.” Unsur who adalah ”Jokowi”, what-nya adalah
”mengaku legowo”, frase ”dengan rendah hati mengatakan pernyataan
Gubernur Jateng tersebut mungkin ada benarnya” sebagai unsur how, dan pada
bagian awal kalimat ”menanggapi pernyataan Gubernur” dijadikan sebagai
penyebab (why) Jokowi mengatakan hal tersebut.
Hampir sama dengan susunan unsur skrip di atas, juga dipakai pada
latar dan penulisan parafrase dari narasumber yang ada dalam berita ini. Yang
mana kesemuanya itu memberikan pemahaman Bibit sebagai seorang
pemimpin memiliki sikap lebih buruk dibandingkan dengan Jokowi dalam
menanggapi kasus Saripetojo.
c) Struktur tematik
Unit analisis koherensi, Solopos menggunakan koherensi pembeda
”namun” untuk menunjukan perbedaan sikap dan karakter Jokowi dan Bibit.
Kalimat tersebut adalah ”Namun, Jokowi mengaku legawa atas pernyataan
Gubernur itu. Sebelumnya, Gubernur Jawa Tengah, Bibit Waluyo,
sebagaimana dikutip dari Koran Tempo, menilai Walikota Solo bodoh.” Kata
”namun” juga dipakai untuk mengindikasikan perbedaan pendapat antara
Pemkot dan Pemprov yang menyebabkan perseteruan tersebut semakin
memanas ”Pernyataan keras dari Bibit itu dipicu oleh polemik pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
mal di bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari, Laweyan. Gubernur bersikukuh
ingin mal dibangun dengan alasan tanah Saripetojo milik Pemprov Jateng.
Namun, Pemkot Solo dan warga menilai bangunan itu masuk benda cagar
budaya (BCB) sehingga tidak bisa dibongkar begitu saja.” sedangkan
koherensi sebab-akibat ”sehingga” menunjukan alasan Pemkot menolak adanya
mal baru. Koherensi sebab-akibat yang lain juga terdapat pada paragraf 6 yakni
”Tak hanya itu, FKMS meminta warga Solo bersatu menolak kedatangan Bibit
Waluyo di Solo. Sebab, mereka menilai pernyataan Bibit sama dengan
menghina martabat warga Solo secara keseluruhan, Bahkan FKMS meminta
masyarakat Jawa Tengah bersama-sama menurunkan Bibit Waluyo.” Ini untuk
menjelaskan alasan FKMS menolak kedatangan Bibit ke Solo. Kemudian pada
paragraf 5 ”Selain itu, FKMS mendesak DPRD Provinsi Jawa Tengah segera
meminta pertanggungjawaban Gubernur Bibit Waluyo karena dinilai telah
mengeluarkan kata-kata kasar dan tak sopan kepada Walikota Solo.” Kata
”karena” dipakai untuk mempertegas alasan FKMS yang menganggap Bibit
tidak sopan. Dalam kalimat tersebut juga terdapat koherensi penjelas, ”selain
itu” memberikan detail bahwa warga memberikan sangsi kepada Bibit atas
pernyataan tersebut.
Koherensi penjelas yang lain yaitu pada kalimat ke-1 paragraf 8
”Meski demikian, secara pribadi Jokowi sempat kaget atas pernyataan
Gubernur Jateng yang membodohkan dirinya.” kata ”meski demikian”
mengonstruksikan bahwa meski Jokowi legawa namun tetap tidak menyangka
Bibit, Sebagai gubernur Jateng, mampu berkata demikian kepada dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
Analisis struktur tematik dalam berita ini mayoritas ditemukan detail-
detail yang mendukung konstruksi Solopos dan mempertegas Bibit yang salah.
Sedangkan unit analisis bentuk kalimat dengan prinsip kausalitasnya telah
dijelaskan pada struktur sintaksis.
d) Struktur retoris
Dari unit analisis grafis, yakni terdapat 2 buah foto yang diletakkan
satu di sisi kiri berita dan satu lagi di kanan berita. Masing-masing foto tersebut
adalah bergambar setengah badan Jokowi dan Bibit dengan ekspresi wajah
yang menunjang konstruksi Solopos. Jokowi dengan ekspresi muka senyum
disertai kutipan langsung yang berbunyi ”Ya, memang kenyataannya saya itu
bodoh. Saya masih harus belajar banyak. dibilang bodoh juga tidak apa-apa”
dan untuk Bibit digambarkan raut muka yang terlihat marah disertai dengan
kutipan langsung ”Walikota Solo itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang.
Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau
membangun?” ini mengillustrasikan perseteruan yang terjadi dan secara tersirat
mengontruksikan perbedaan watak dan sifat diantara dua orang tersebut.
Penggunaan label jabatan Walikota Solo, dipakai untuk pihak yang
dielu-elukan dalam berita ini dan Ketua Komisi III, digunakan untuk
memperkuat bahwa dari kalangan legislatif juga sangat mendukung dan
membela Jokowi. Sedangkan untuk label jabatan Gubernur Jawa Tengah dari
analisis peneliti terlihat sebagai penunjang bahwa Bibit Waluyo, seorang
Gubernur bisa berkata yang tidak sopan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
Unit analisis leksikon, terdapat beberapa kata atau frase untuk
mendukung tema berita, antara lain: ”legawa” disunting dari bahasa Jawa yang
memiliki kesamaan arti dengan menerima dengan lapang dada, ini dipakai
untuk mengonstruksikan watak atau karakteristik Jokowi; kemudian frase
”kalangan legislatif” merupakan orang-orang yang memiliki jabatan di
legislatif, ini dipakai untuk menunjukan pihak yang mendukung Jokowi dan
kata ”kecam” memiliki sinonim kata menegur atau celaan, yang dipakai untuk
menentang keras pernyataan Bibit tersebut.
Kemudian pada beberapa bagian berita juga ditampilkan kata – kata
metafora untuk menimbulkan efek tertentu kepada khalayak. Kata tersebut
adalah: ”reaksi keras” memiliki makna yaitu sebagai protes yg timbul akibat
suatu gejala atau suatu peristiwa; ”kritikan keras” bermakna kecaman atau
tanggapan yang disertai uraian dan pertimbangan tertentu (baik dan buruk);
”memancing amarah” memiliki makna dalam berita yaitu mengadakan
provokasi supaya terjadi perkelahian (pertempuran, permusuhan, dsb); lalu
pada bagian kalimat ”Walikota Solo dua periode itu bahkan dengan rendah
hati mengatakan pernyataan Gubernur Jateng tersebut mungkin memang ada
benarnya.” Mengonstruksikan karaktersitik Jokowi yang tidak sombong dan
menerima atas ejekan yang ditujukan pada dirinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
B. Perseteruan Gubernur - Walikota dalam bingkai Surat Kabar Suara
Merdeka
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema Perseteruan Gubernur -
Walikota pada Suara Merdeka
Elemen struktur berita surat kabar Suara Merdeka mengenai
perseteruan antara Gubernur dan Walikota adalah berita berjudul Bibit Ditolak
Masuk Solo, diterbitkan Rabu, 28 Juni 2011 di halaman A rubrik Solo Metro.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
2. Analisis struktur berita ”Bibit Ditolak Masuk Solo” pada Suara
Merdeka
a) Struktur sintaksis
Judul ”Bibit Ditolak Masuk Solo” merupakan bentuk kalimat pasif,
dimana ”Bibit” menjadi kata yang ingin ditonjolkan Suara Merdeka karena
diletakkan sebagai subyek kalimat. Ini mengonstruksikan bahwa Bibit
merupakan sasaran sentral dari suatu pelaku atau tindakan. Hal ini juga terjadi
pada kalimat lead, yang berbunyi sebagai berikut:
Solo-Gubernur Jateng Bibit Waluyo diancam mosi tidak percaya. Bibit juga ditolak jika datang ke Kota Solo (Lampiran 4).
Dua kalimat di atas menggunakan bentuk kalimat pasif, dimana kata
”Bibit” berulang kali diletakkan sebagai subyek kalimat. Ini terkesan bahwa
Gubernur Jawa Tengah tersebut mendapatkan protes yang tidak baik dari warga
Solo.
Kemudian memasuki tubuh berita diawali dengan paragraf berikut ini:
Forum Komunitas Masyarakat Solo (FKMS) yang terdiri atas Paguyuban Pedagang Purwosari, Masyarakat Sondakan, Aliansi Solo Progresif, dan Komunitas Peduli Cagar Budaya menyampaikan sikap itu karena merasa sakit hati atas pernyataan Bibit yang menyebut Wali Kota Surakarta Joko Widodo bodoh (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti).
Kalimat latar tersebut mengemukakan secara lengkap dan jelas pelaku
yang menolak Bibit untuk datang ke Solo. Kemudian koherensi sebab-akibat
”karena” menunjukan alasan mereka bersikap kepada Bibit seperti itu. Untuk
memperjelas alasan dari FKMS yang menolak kedatangan Bibit ke Solo, awak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
media Suara Merdeka memberikan kutipan langsung dari perwakilan FKMS
tersebut.
Ucapan ’wali kota Solo itu bodoh’ memperlihatkan karakter kepemimpinan Bibit yang sebenarnya, arogan dan otoriter,” tegas Budi Prayitno, juru bicara FKMS, Senin (27/6) (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 2).
Koherensi penjelas ”dan” mengonstruksikan bahwa warga Solo
menilai bahwa Gubernur Jateng itu tidak hanya arogan tetapi juga memiliki
sikap otoriter, yang tidak memperhatikan aspirasi rakyatnya dalam memimpin.
Penggunaan label jabatan ”juru bicara FKMS” untuk menunjang validitas fakta
yang diperoleh dari sumber yang berhak untuk berbicara terkait dengan tema
yang diangkat Suara Merdeka.
Tidak hanya arogan dan otoriter, warga juga secara to the point
mengungkapkan bahwa sikap Bibit kepada Jokowi tersebut tidak pantas
sebagai suri tauladan kepemimpinan yang sebenarnya.
FKMS menilai pernyataan gubernur tersebut tidak cerdas dan tidak patut diucapkan orang yang dianggap sebagai figur pemimpin dan panutan masyarakat (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 3).
Kemudian Suara Merdeka memberikan latar berita seperti di bawah
ini:
Memanasnya polemik antara Pemkot Surakarta dan Pemprov Jateng terkait pembongkaran bekas pabrik es Saripetojo harus disikapi dengan kepala dingin, bukannya membuat panas suasana dengan memberikan pernyataan pedas di media massa (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 4).
Pada paragraf di atas terlihat seperti kalimat parafrase dari juru
bicara FKMS, tetapi dalam kalimat tersebut sebenarnya juga merupakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
kalimat latar yang ditulis oleh Suara Merdeka. Agar nampak obyektif kemudian
menampilkan kalimat kutipan langsung:
”Hendaknya Bibit menyadari betul apa yang telah diucapkannya. Kenapa Bibit sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas?” kata Budi (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 5).
Untuk memperkuat konstruksi bahwa Bibit sebagai pemimpin
sekaligus panutan rakyat tidak semestinya bersikap negatif seperti itu, Suara
Merdeka juga menuliskan sub pokok bahasan yang mengulas tentang status
Saripetojo yang belum jelas dan aktivitas pembongkaran Saripetojo yang tidak
sesuai dengan peraturan. Hal ini juga ditunjang dengan narasumber yang
menyatakan Saripetojo memang seharusnya belum boleh secepat itu
dibongkar.
Selama ini, bangunan bekas pabrik es Saripetojo memang menjadi aset Perusahaan Citra Mandiri. Di lokasi gedung yang dibangun tahun 1888 itu akan didirikan Mal Ramayana. Rencana tersebut menuai protes warga Solo, karena menilai bangunan itu termasuk salah satu cagar budaya berdasarkan rekomendasi Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng (Lampiran 4, kalimat ke-1, 2 dan 3 paragraf ).
Kalimat latar di atas dibuat untuk mem-flash back sekaligus
mengingatkan pembaca atas peristiwa yang sebelumnya terjadi dan sebagai
pemicu Gubernur Jawa Tengah menyebut Walikot Solo dengan sebutan bodoh.
Dalam kalimat parafrase berikut ini dipertegas bahwa BP3 Jateng
sebenarnya sudah menilai Saripetojo masuk dalam cagar budaya.
Kepala BP3 Jateng Tri Hatmadji menerangkan, dari hasil inventarisasi yang dilakukan pihaknya usai terbitnya UU Nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya, terdapat 92 bangunan cagar budaya di Solo. Saripetojo adalah salah satunya, dan terdaftar dengan nomor 64 (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 8).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
Yang diikuti dengan kalimat kutipan langsung: ”Saat ini proses penetapannya menunggu registrasi dari
Menbudpar. Tapi yang jelas, sesuai UU Nomor 11/2010, seharusnya perubahan fisik atas bangunan-bangunan tersebut harus sepengetahuan dan seizin kementerian.” kata dia (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 9).
Dari dua kalimat di atas mengindikasikan bahwa sebenarnya
Saripetojo tidak boleh dibongkar sebelum ada keputusan resmi dari
Kemenbudpar namun apa yang terjadi, sekarang bangunan tersebut telah
rusak dan sudah tidak berbentuk. Ini mengonstruksikan bahwa Gubernur
juga sebagai salah satu pihak yang patut disalahkan karena dia telah meng-
iyakan pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Saripetojo. Pencantuman
UU yang mengatur cagar budaya semakin memperkuat konstruksi Suara
Merdeka tersebut.
Penggunaan narasumber dari Pemkot pun juga dilakukan oleh
Suara Merdeka untuk membangun konstruksinya bahwa tindakan
perobohan bangunan Saripetojo telah menyalahi aturan. Kalimat parafrase
tersebut adalah:
Sementara itu, Pemkot Solo menyatakan bahwa izin pemanfaatan ruang (IPR) bukanlah izin merobohkan, apalagi mengubah bentuk bangunan. IPR hanya menjelaskan peruntukan lahan di wilayah Purwosari sebagai kawasan perdagangan (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 10).
Sekda Budi Suharto menyatakan, IPR nomor 650/142/LN 08/IPR/V/2011 tanggal 23 Mei 2011 yang dikantongi Citra Mandiri disebutkan berbagai syarat yang wajib dipenuhi pengembang, salah satunya rekomendasi dari BP3 (Lampiran 4,kalimat ke-1 paragraf 11) (cetak tebal peneliti).
Menurut Budi, ada peraturan lain yang juga harus dipatuhi, yakni Perda Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern. Pasar modern harus berjarak minimal 500 meter dari pasar tradisional (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 12),
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
Budi juga menegaskan, Pemkot belum mengeluarkan Izin mendirikan Bangunan (IMB) terkait perobohan bangunan tersebut (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 13).
Berbeda dengan sub bahasan pokok sebelumnya yang terkesan
memojokan Geburnur, kali ini yang ditonjolkan adalah pengembang, Perusda
Citra Mandiri yang tidak mematuhi peraturan yang ada ketika akan
membongkar Saripetojo. Sehingga terkesan bahwa kesalahan semata-mata pada
Perusda dan mengecilkan kesalahan Bibit.
Pada paragraf selanjutnya, Suara Merdeka juga mencantumkan hasil
wawancara dengan Walikota Solo, Jokowi terkait dengan polemik ini.
Terpisah, Joko Widodo mengaku akan segera melakukan koordinasi dengan orang nomor satu di Jateng tersebut. ”Saya akan sowan ke Gubernur untuk membicarakan polemik ini. Yang pasti, saat ini saya masih mempelajari semua berkas terkait rencana pembangunan mal itu,” kata dia (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 14).
Secara eksplisit, Suara Merdeka setuju dengan sikap Jokowi yang
berusaha meredam polemik yang bergulir. Hal ini juga nampak dalam penutup
berita berikut ini:
Dia juga meminta semua pihak menjaga suasana kondusif. ”Sebaiknya semua cooling down dulu,” katanya (Lampiran 4, kalimat ke-1 paragraf 15).
b) Struktur skrip
Dari analisis skrip, Suara Merdeka lebih cenderung mengisahkan
fakta siapa menyatakan apa seperti yang disusun seperti dalam kalimat
pendahuluan berita ”Forum Komunitas Masyarakat Solo (FKMS) yang terdiri
atas Paguyuban Pedagang Purwosari, Masyarakat Sondakan, Aliansi Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
Progresif, dan Komunitas Peduli Cagar Budaya menyampaikan sikap itu
karena merasa sakit hati atas pernyataan Bibit yang menyebut Wali Kota
Surakarta Joko Widodo bodoh.” Frase ”Forum Komunitas Masyarakat Solo
(FKMS) yang terdiri atas Paguyuban Pedagang Purwosari, Masyarakat
Sondakan, Aliansi Solo Progresif, dan Komunitas Peduli Cagar Budaya”
sebagai unsur who, sedangkan ” menyampaikan sikap itu” dijadikan unsur
what. Penguatan judul berita juga terdapat dalam kalimat tersebut yang
mengandung unsur why ”karena merasa sakit hati atas pernyataan Bibit yang
menyebut Wali Kota Surakarta Joko Widodo bodoh.”
Mayoritas dalam berita ini memang mengandung unsur who dan what
dan nampak dibuat untuk mengesankan bahwa gubernur dan pengembang
adalah orang-orang yang patut disalahkan atas perbuatannya terkait Saripetojo.
c) Struktur tematik
Seperti yang telah dijelaskan dalam analisis struktur sintaksis, pada
bagian judul dan lead berita menggunakan bentuk kalimat pasif. Ini untuk
menekankan subyek sasaran. Hal ini juga terjadi pada unsur detail dan beberapa
unsur koherensi yang digunakan untuk memperjelas konstruksi Suara Merdeka.
Koherensi penjelas mayoritas dipakai untuk mengonstruksikan sifat negatif
gubernur, antara lain dalam kalimat: ”Ucapan ’wali kota Solo it bodoh’
memperlihatkan karakter kepemimpinan Bibit yang sebenarnya, arogan dan
otoriter,” tegas Budi Prayitno, juru bicara FKMS, Senin (27/6)” dan ” FKMS
menilai pernyataan gubernur tersebut tidak cerdas dan tidak patut diucapkan
orang yang dianggap sebagai figur pemimpin dan panutan masyarakat.”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
Kata ”dan” juga dipakai untuk memperjelas bahwa tindakan
perobohan bangunan Saripetojo belum mendapat izin dari BP3 dan melanggar
beberapa Peraturan Daerah Kota Solo. Kalimat tersebut adalah: ”Kepala BP3
Jateng Tri Hatmadji menerangkan, dari hasil inventarisasi yang dilakukan
pihaknya usai terbitnya UU Nomor 11/2010 tentang Cagar Budaya, terdapat
92 bangunan cagar budaya di Solo. Saripetojo adalah salah satunya, dan
terdaftar dengan nomor 64.” kata ”dan” dipakai untuk mempertegas bahwa
Saripetojo memang cagar budaya. ”Saat ini proses penetapannya menunggu
registrasi dari Menbudpar. Tapi yang jelas, sesuai UU Nomor 11/2010,
seharusnya perubahan fisik atas bangunan-bangunan tersebut harus
sepengetahuan dan seizin kementerian.” kata dia.” Menjelaskan bahwa
pembongkaran Saripetojo belum mendapatkan izin dari Kemenbudpar.
”Sementara itu, Pemkot Solo menyatakan bahwa izin pemanfaatan ruang (IPR)
bukanlah izin merobohkan, apalagi mengubah bentuk bangunan. IPR hanya
menjelaskan peruntukan lahan di wilayah Purwosari sebagai kawasan
perdagangan.” kata ”apalagi” dipakai untuk mempertegas bahwa pembongkar
belum mendapatkan izin membongkar, namun kenyataannya malah sudah akan
mengubahnya menjadi mal.
Melalui koherensi pembeda, juga digunakan untuk menunjukan sikap
negatif gubernur ”Memanasnya polemik antara Pemkot Surakarta dan
Pemprov Jateng terkait pembongkaran bekas pabrik es Saripetojo harus
disikapi dengan kepala dingin, bukannya membuat panas suasana dengan
memberikan pernyataan pedas di media massa.” Sedangkan koherensi sebab-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
akibat terdapat pada kalimat yang menjelaskan alasan warga Solo bersikap
demikian kepada Gubernur Jateng (telah dijelaskan dalam struktur sintaksis).
Dari unit analisis detail, banyak digunakan dengan memberikan
informasi secara lengkap dan panjang lebar, disertai dengan data - data atas
pelanggaran – pelanggaran yang dilakukan pengembang dalam melakukan
pembongkaran Saripetojo. Ini mengonstruksikan Suara Merdeka
mendelegitimasi tindakan pengembang. Hal ini dilakukan Suara Merdeka
untuk menjaga citra baik di mata khalayak khususnya masyarakat Solo.
d) Struktur retoris
Dalam analisis retoris, penempatan berita pada kolom halaman surat
kabar juga termasuk bagian yang dianalisis. Untuk judul berita ”Bibit Ditolak
Masuk Solo” diletakkan pada halaman sepuluh rubrik Jateng. Yang nampak
janggal adalah selain berita tersebut juga terdapat judul berita lain yang
membahas masalah Saripetojo. Judul berita yang masih dalam satu rubrik
antara lain adalah: ”Pembongkaran Saripetojo Sudah Sesuai Aturan” membahas
tentang pihak pengembang, yakni Perusda Citra Mandiri Jateng telah bertindak
sesuai dengan prosedur dari Pemkot Solo; ”DPRD Gelar Dengar Pendapat” ,
membahas tentang rencana pengadaan pertemuan dengan pihak-pihak terkait
Saripetojo; ”Batik Saja jangan Mal” mengulas tentang tanggapan para anggota
DPD terkait dengan persetruan antara Bibit dengan Jokowi dan terlihat bahwa
Suara Merdeka berusaha cover both side (tidak mendukung pihak manapun)
dalam judul berita tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Dari beberapa judul berita tersebut, yang nampak menonjol adalah
judul ”Bibit Ditolak Masuk Solo”, karena dicetak dengan huruf paling besar
dan tebal diantara judul lainnya. Hal ini mengostruksikan bahwa Suara
Merdeka ingin memfokuskan ketertarikan pembaca untuk membaca pertama
kali judul tersebut ketimbang dengan berita lainnya. Namun, untuk
menetralisasi atau untuk mengesankan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam
pembongkaran Saripetojo tidak bersalah maka dibuatlah judul ”Pembongkaran
Saripetojo Sudah Sesuai Aturan” (seperti yang telah dijelaskan sebelumnya).
Untuk unsur label jabatan, memang beberapa digunakan Suara
Merdeka untuk memperkuat perolehan sumber data dan dapat diyakini oleh
khalayak atau pembaca bahwa memang benar informasi tersebut. Label jabatan
tersebut adalah seperti: Juru Bicara FKMS, Kepala BP3 Jateng, Walikot Solo,
Sekda Solo, dan Gubernur Jateng.
Sedangkan unit analisis metafora terdapat pada paragraf 4 yaitu
”Memanasnya polemik antara Pemkot Surakarta dan Pemprov Jateng terkait
pembongkaran bekas pabrik es Saripetojo harus disikapi dengan kepala
dingin, bukannya membuat panas suasana dengan memberikan pernyataan
pedas di media massa.” Kiasan ”kepala dingin” mengandung makna menyikapi
suatu masalah dengan memikirkan baik dan buruknya tanpa disertai dengan
emosi, dan ”pernyataan pedas” memiliki makna ucapan dari seseorang dengan
kalimat yang menyinggung perasaan orang lain.
Suara Merdeka juga menentukan pilihan kata (leksikon) atas beribu-
ribu kata yang ada untuk memperkuat konstruksinya. Kata atau frase tersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
antara lain adalah: inventarisasi; UU Nomor 11/2010 tentag Cagar Budaya; UU
Nomor 11/2010; Perda Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan dan Toko Modern; IPR nomor 650/142/LN 08/IPR/V/2011
tanggal 23 Mei 2011. Leksikon tersebut untuk menunjang bahwa pihak
pembongkar bangunan telah melakukan kesalahan karena dalam membongkar
bangunan Saripetojo tidak sesuai dengan peraturan Pemkot Solo dan UU Cagar
Budaya.
Untuk leksikon kata ”sowan” pada kalimat langsung ”Saya akan
sowan ke Gubernur untuk membicarakan polemik ini. Yang pasti, saat ini saya
masih mempelajari semua berkas terkait rencana pembangunan mal itu,” kata
dia.” Menunjukan karakteristik Suara Merdeka, yaitu sesuai dengan kultur
Jawa. Meskipun itu adalah kalimat langsung (kalimat yang ditulis apa adanya
langsung dari narasumber) namun terkadang beberapa media mengubah atau
bahkan memilih kalimat atau kata yang pantas ditampilkan dalam surat kabar.
Selain itu, kata ”sowan” juga mengostruksikan karateristik Jokowi yang
memiliki tata krama dan sopan santun terlihat dari penggunaan kata dalam
bahasa jawa krama alus. Kemudian pada ending berita ”Dia juga meminta
semua pihak menjaga suasana kondusif. ”Sebaiknya semua cooling down
dulu,” katanya.” Kata ”kondusif” dan ”cooling down” untuk menegaskan
bahwa Jokowi sebagai Walikota Solo dan menjadi bahan celaan Bibit mampu
bersikap tenang, maka masyarakat Solo juga harus mampu menjaga suasana
agar tetap terjaga dan jangan sampai terjadi keributan lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
III.3 Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik Saripetojo
Polemik pabrik es Saripetojo akhirnya mencapai titik mediasi setelah
timbul pertikaian dari beberapa pihak. Sekaligus ini menjadi babak awal untuk
menemukan solusi bagi kelangsungan Saripetojo. Pihak-pihak yang terkait
dalam peristiwa ini sepakat untuk membentuk sebuah tim yang dipergunakan
untuk mengkaji lebih lanjut tentang rencana pembangunan mal di lahan bekas
Saripetojo. Tim tersebut dinamakan Tim Independen, yang dibentuk saat
pertemuan di kantor Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng
di Prambanan, Klaten (Solopos, 4 Juli 2011). Pihak yang turut andil dalam
pembentukan tim ini adalah: perwakilan dari Pemkot, Pemprov, BP3, dan
Direktorat Jenderal (Ditjen) Sejarah dan Purbakala Kemenbudpar. Tim
Independen tersebut nantinya akan terdiri dari kalangan akademisi meliputi tiga
universitas, yakni: UGM Yogyakarta, UNS Surakarta, dan Undip Semarang.
Hasil kajian dan rekomendasi dari tim tersebut nantinya akan
direkomendasikan ke Kemenbudpar sebagai salah satu bahan pertimbangan
pengambilan keputusan, apakah Saripetojo masuk dalam kategori benda cagar
budaya atau tidak. Pada saat pertemuan tersebut semua pihak yang hadir juga
sepakat untuk menyetujui apapun hasil kajian dan rekomendasi dari Tim
Independen (Suara Merdeka, 4 Juli 2011). Berikut ini akan disajikan analisis
berita terkait dengan tema yang telah ditetapkan oleh peneliti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
A. Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik
Saripetojo dalam Bingkai Harian Umum Solopos
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema pembentukan tim
independen: sebagai mediator polemik Saripetojo pada Solopos
Elemen struktur berita mengenai pembentukan tim independen:
sebagai mediator permasalahan Saripetojo diangkat oleh Harian Umum
Solopos dengan judul Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo, diterbitkan
Senin, 4 Juli 2011 di halaman depan rubrik Solopos Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
3. Analisis struktur berita ”Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo”
pada Solopos
a) Struktur sintaksis
Dalam judul kalimat ”Tim Independen Kaji Amdal Saripetojo”
terdapat unsur who dan what ini terlihat bahwa Solopos ingin menonjolkan
tujuan dibentuknya dari tim independen, yakni sebagai pengkaji amdal
pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Saripetojo. Dengan penulisan judul
yang tidak dicetak tebal dan ukuran huruf yang tidak terlalu besar ini terlihat
Solopos terkesan mengecilkan ketertarikan khalayak akan judul berita ini.
Kemudian berita ini diawali dengan kalimat lead yang berbunyi:
Solo (Espos) Sebuah tim Independen dibentuk untuk mengkaji lebih lanjut berbagai permasalahan terkait rencana pembangunan mal di lahan bekas Pabrik Es Saripetojo Purwosari Solo (Lampiran 5, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti).
Sedikit berbeda seperti yang disebutkan dalam judul kalimat, yang
mengesankan bahwa tim independen hanya ditugaskan untuk mengkaji Amdal
Saripetojo, pada kalimat lead di atas tim independen dibentuk sekaligus untuk
mengatasi berbagai permasalahan yang muncul terkait pembangunan mal di
bekas pabrik Saripetojo. Konjungsi ”untuk” dipakai untuk menunjukan fungsi
atau tujuan dibentuknya tim tersebut.
Memasuki tubuh berita, Solopos mengemasnya sebagai latar yang
menginformasikan berbagai fakta tentang pembentukan tim tersebut:
Informasi yang dihimpun Espos, Minggu (3/7), tim tersebut dibentuk saat pertemuan di Kantor Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng di Prambanan, Klaten, Jumat (1/7). Pertemuan itu dihadiri antara lain perwakilan BP3 Jateng, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Pemerintah Provinsi Jateng dan Direktorat Jenderal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
(Ditjen) Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar) (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 2).
Tim independen yang dibentuk juga bakal melibatkan kalangan akademisi dari tiga universitas yaitu Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo (Lampiran 5, kalimat ke-1 paragraf 3).
Kedua paragraf di atas memberikan informasi detail terkait
pembentukan tim independen. Pada paragraf pertama mengonstruksikan
bahwa tim independen terbentuk karena kesepakatan antara BP3 Jateng,
Pemkot, Pemprov, dan juga Direktorat Jenderal (Ditjen) Purbakala
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata. Kemudian pada paragraf kedua
menunjukan bahwa kemungkinan tim yang telah dibentuk akan
beranggotakan dari para akademisi yang berasal dari tiga perguruan tinggi
terkenal di wilayah Jawa Tengah.
Kalimat selanjutnya menunjukan bahwa dalam pertemuan tersebut,
Pemkot diwakili oleh bagian DTRK Kota Solo. Ini dilakukan Solopos dengan
mencantumkan kutipan langsung dari narasumber yang valid agar berita
tersebut nampak obyektif.
”Ya memang dalam pertemuan di BP3 Prambanan Klaten, Jumat kemarin salah satunya ada pembentukan tim yang akan mengkaji lebih lanjut tentang amdal terkait rencana pembangunan mal di lahan bekas Pabrik Es Saripetojo. Tapi untuk detail tugas dan fungsinya, saya masih belum memperoleh laporan lengkapnya dari Kasi saya yang ikut dalam pertemuan kemarin,” ujar Ahyani kepada wartawan, Minggu (3/7) (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 5).
Untuk kembali memperkuat dan mempertegas tentang pembentukan
tim tersebut, awak media Solopos juga melakukan wawancara dari pihak
yang ikut terlibat dalam pertemuan tersebut, yakni BP3 Jateng. Berikut latar
dan kutipan langsungnya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
Hal senada dikemukakan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng, Gutomo. (Lampiran 5, kalimat ke- 1 paragraf 6)
Menurut Gutomo, tim independen tersebut melibatkan para akademisi yang akan mengkaji analisis dampak lingkungan (Amdal). Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya (Lampiran 5, kalimat ke-2 dan 3 paragraf 6).
Gutomo menambahkan dalam pertemuan itu, semua yang hadir juga telah setuju akan meyepakati apapun hasil kajian dari tim atas permasalahan Saripetojo. ”Semua yang hadir sudah sepakat, apapun hasil kajian tim independen nantinya akan disepakati oleh semua pihak,” tegasnya (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 7).
Penggunaan label jabatan ”Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3
Jateng” menunjukan bahwa fakta yang diperoleh berasal dari narasumber
yang benar-benar mengetahui kronologis peristiwa tersebut. Kalimat ”Namun
terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan
berikutnya.” Ini terlihat bahwa ingin membantah pernyataan dari Kepala
DTRK Solo yang berbunyi ”Tapi untuk detail tugas dan fungsinya, saya
masih belum memperoleh laporan lengkapnya dari Kasi saya yang ikut
dalam pertemuan kemarin”. Dari dua narasumber yang mengikuti pertemuan
tersebut tidak ada kesepahaman dalam hal detail tugas dan fungsi dari tim
independen. Namun, untuk tujuan utama dibentuknya tim, kedua narasumber
tersebut menyatakan bahwa tim independen akan mengkaji Amdal Saripetojo.
Tentu hal ini sesuai dengan judul yang diangkat oleh Solopos.
Dalam paragraf 7 di atas terlihat bahwa memang benar jika tim
independen dibentuk atas kesepakatan antara BP3 Jateng, Pemkot, Pemprov
dan juga Kemenbudpar. Kalimat ”semua yang hadir juga telah setuju akan
meyepakati apapun hasil kajian dari tim atas permasalahan Saripetojo.”
Mengonstruksikan bahwa karena pembentukan tim ini atas persetujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
bersama maka segala hasil kajian dari tim harus dapat diterima dengan
seksama.
Kemudian memasuki sub pokok bahasan yang lain, yakni berkaitan
dengan protes warga, diawali dengan latar sebagai berikut:
Sementara itu, warga di sekitar bekas Pabrik Es Saripetojo terus merapatkan barisan menolak pembangunan mal di lokasi itu (Lampiran 5, kalimat ke-1 paragraf 9) (cetak tebal peneliti).
Warga Jantirejo, Sondakan, Laweyan menyatakan ada 14 alasan warga menolak mal di daerah itu, diantaranya masalah keamanan, problem sosial, ekologi, lalu lintas hingga rapuhnya sendi-sendi budaya masyarakat akibat berdirinya mal (Lampiran 5, kalimat ke-2 paragraf 9) (cetak tebal peneliti).
Koherensi pembeda ”sementara itu” menunjukan perbedaan dan
mengonstruksikan bahwa sementara pejabat-pejabat yang terkait masalah
Saripetojo baru mengadakan pertemuan dan akan membentuk tim yang
ditugaskan untuk mengkaji Amdal Saripetojo, warga telah melakukan diskusi
dan membicarakan Amdal yang kemungkinan muncul jika mal tetap berdiri,
ini ditandai dengan koherensi akibat. Di sini awak media Solopos ingin
menunjukan keterlambatan dari pemerintah untuk mengatasi polemik
Saripetojo ini. Agar terlihat bahwa warga memang benar-benar melakukan
rembuk atau diskusi tersebut, Solopos menyantumkan wawancara dari
narasumber yang merupakan ketua paguyuban warga. Kalimat tersebut
adalah:
Ketua Paguyuban Warga Jantirejo, Amin Rosyadi menegaskan pembangunan mal di daerah itu akan berdampak langsung terhadap kehidupan warga. ”Pak Gubernur mungkin tak akan merasakannya. Sebab setelah proyek mal itu jadi, mungkin dia tak lagi jadi gubernur,” papar Amin Rosyadi, kepad Espos di kediamannya, Minggu (Lampiran 5, kalimat ke1 dan 2 paragraf 10).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Kemudian dipertegas dengan parafrase yang berbunyi:
Dalam rembuk warga beberapa hari terakhir, kata Amin, warga tak hanya menginventarisasi dampak negatif pembangunan mal. Namun, mereka juga menerima masukan positif dari Gubernur Jateng. antara lain kawasan menjadi ramai, harga tanah naik, tenaga kerja terserap serta munculnya usaha kos-kosan dan warung makan (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 11).
Meski demikian, dampak positif tersebut justru bak pisau bermata dua. ”Sebab, ketika kawasan menjadi ramai, justru memicu kebisingan, polusi, keruwetan lalu lintas, meningkatnya pergaulan bebas hingga kriminalitas,” kata amin (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 12) (cetak tebal peneliti).
Hasil dari diskusi warga tersebut nampak pembangunan mal mampu
menimbulkan dampak positif dan juga negatif. Konkretnya adalah pada
ungkapan yang digunakan ”dampak positif tersebut justru bak pisau bermata
dua”. Ini dicantumkan Solopos untuk menguatkan pesan yang hendak
disampaikan.
Kemudian Solopos juga menghimpun pendapat dari narasumber
lain yang mendukung pernyataan dari warga tersebut.
Forum Komunikasi Masyarakat (FKMS) juga menilai alasan terciptanya penyerapan tenaga kerja lokal hanyalah pemanis di bibir. Bahkan, janji itu dinilai sebagai omong kosong yang kadaluwarsa (Lampiran 5, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 15) (cetak tebal peneliti).
Pemilihan FKMS sebagai narasumber mengesankan bahwa Solopos
secara tersirat mendukung bahwa dampak negatif akan muncul lebih banyak
ketimbang dampak positifnya. Pemilihan kata kiasan ”pemanis di bibir” dan
”omong kosong yang kadaluwarsa” semakin ingin mempertegas bahwa
dampak positif yang diungkapkan oleh gubernur hanyalah sebagai iming-
iming bukan kejujuran yang sebenarnya agar rencananya untuk membangun
mal dapat terlaksana. Kemudian janji gubernur juga dianggap sebagai omong
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
kosong yang sering kali diucapkan oleh pejabat-pejabat yang ingin mendapat
dukungan dari masyarakat.
b) Struktur skrip
Dari analisis struktur skrip yang paling menonjol adalah unsur what,
yakni mengenai pembentukan tim independen dan analisis dampak lingkungan
dari pembangunan mal di lahan bekas pabrik Es Saripetojo. Sedangkan dari
unsur who-nya, paling banyak mengulas tim independen dan warga yang
menolak pendirian mal. Unsur when dan where dalam berita ini adalah tempat
dan waktu terkait dengan pembentukan tim independen dan diskusi warga.
Untuk unsur when dan where pembentukan tim independen adalah di
Prambanan, Klaten pada saat pertemuan antara Pemkot, Pemprov, BP3 Jateng
dan Ditjen Kemenbudpar. Dan untuk diskusi warga, unsur when-nya tidak
disebutkan secara jelas, hanya beberapa hari terakhir dan unsur where-nya
adalah Jantirejo, Sondakan, Laweyan.
Unsur how yang ditekankan dalam berita tersebut adalah fakta yang
berkaitan dengan pembentukan tim independen dan fakta tentang hasil diskusi
warga. Sedangkan unsur why menekankan pada sebab pembentukan tim
independen dan alasan warga menolak mal.
c) Struktur tematik
Dari struktur tematik sebagian besar merupakan detail yang
menguraikan terbentuknya tim independen. Seperti beberapa kalimat
berikut ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Informasi yang dihimpun Espos, Minggu (3/7), tim tersebut dibentuk saat pertemuan di Kantor Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng di Prambanan, Klaten, Jumat (1/7). Pertemuan itu dihadiri antara lain perwakilan BP3 Jateng, Pemerintah Kota (Pemkot) Solo, Pemerintah Provinsi Jateng dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Purbakala Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar).
Tim independen yang dibentuk juga bakal melibatkan kalangan akademisi dari tiga universitas yaitu Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Universitas Gadjah Mada (UGM) Jogja dan Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo.
... Menurut Gutomo, tim independen tersebut melibatkan para akademisi yang akan mengkaji analisis dampak lingkungan (Amdal). Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya.
Gutomo menambahkan dalam pertemuan itu, semua yang hadir juga telah setuju akan meyepakati apapun hasil kajian dari tim atas permasalahan Saripetojo. ”Semua yang hadir sudah sepakat, apapun hasil kajian tim independen nantinya akan disepakati oleh semua pihak,” tegasnya.
Dari beberapa kalimat di atas terlihat terjadi pengulangan detail,
yaitu tim independen yang akan mengkaji Amdal Saripetojo, kemungkinan
awak media Solopos ingin menegaskan tujuan dibentuknya tim independen
kepada pembaca.
Dan detail juga digunakan dalam sub tema yang membahas
tentang warga melakukan kajian amdal mandiri dengan berdiskusi. Kalimat
detail tersebut adalah:
Warga Jantirejo, Sondakan, Laweyan menyatakan ada 14 alasan warga menolak mal di daerah itu, diantaranya masalah keamanan, problem sosial, ekologi, lalu lintas hingga rapuhnya sendi-sendi budaya masyarakat akibat berdirinya mal.
... Dalam rembuk warga beberapa hari terakhir, kata Amin, warga tak hanya menginventarisasi dampak negatif pembangunan mal. Namun, mereka juga menerima masukan positif dari Gubernur Jateng.Antara lain kawasan menjadi ramai, harga tanah naik, tenaga kerja terserap serta munculnya usaha kos-kosan dan warung makan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
...... Terkait dampak positif terserapnya tenaga kerja lokal, warga tak selamanya sepakat. Berangkat dari pengalaman di daerah lain, kata Amin, tenaga kerja lokal hanya dipekerjakan kontrak dan outsourcing.
Dari beberapa kalimat detail di atas, Solopos ingin menegaskan
bahwa kajian Amdal yang dilakukan secara mandiri oleh warga membuahkan
hasil bahwa dampak negatif yang muncul lebih banyak daripada dampak
positifnya.
Sedangkan dari unit analisis koherensi, terdapat pada kalimat
langsung paragraf 8, ”Direktur Jenderal Purbakala dari Kemenbudpar akan
berupaya untuk menjelaskan tentang duduk permasalahan Saripetojo itu
kepada Menteri (Menbudpar, Jero Wacik-red) secara langsung. Sehingga
diharapkan nantinya segera ada ketetapan dari Menteri tentang status
bangunan Saripetojo tersebut,” tandasnya” Menjelaskan bahwa perwakilan
dari Ditjen Kemenbudpar yang ikut dalam pertemuan tersebut dapat
mempercepat Menteri Budaya dan Pariwisata untuk memutuskan status
Saripetojo. Koherensi sebab akibat yang lain juga terdapat pada paragraf 12
”Sebab, ketika kawasan menjadi ramai, justru memicu kebisingan, polusi,
keruwetan lalu lintas, meningkatnya pergaulan bebas hingga kriminalitas,”
kata amin”. Ini menegaskan dampak negatif dari pembangunan mal.
Koherensi pembeda terdapat pada kalimat ”Menurut Gutomo, tim
independen tersebut melibatkan para akademisi yang akan mengkaji analisis
dampak lingkungan (Amdal). Namun terkait tugas dan fungsi tim tersebut
masih akan dibahas dalam pertemuan berikutnya.” menunjukan bahwa
memang tim independen ditugaskan untuk mengkaji amdal tapi untuk lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
detailnya belum sempat dibahas dalam pertemuan tersebut. lalu pada kalimat
”Dalam rembuk warga beberapa hari terakhir, kata Amin, warga tak hanya
menginventarisasi dampak negatif pembangunan mal. Namun, mereka juga
menerima masukan positif dari Gubernur Jateng. Antara lain kawasan menjadi
ramai, harga tanah naik, tenaga kerja terserap serta munculnya usaha kos-
kosan dan warung makan.” Meskipun warga sekitar Saripetojo tidak setuju
dengan adanya mal, tapi mereka tetap mempertimbangkan dampak positif yang
akan muncul seperti yang diucapkan oleh gubernur. Kemudian pada paragraf
14 ”Menurut Amin, mendirikan mal di bekas Pabrik Es Saripetojo adalah
kebijakan instan. Sebab, meski Solo disebut sebagai kota perdagangan dan
jasa, namun memilih mendirikan mal adalah pilihan yang keliru.” dipakai
untuk memperjelas bahwa warga tidak suka dengan adanya mal baru di sekitar
tempat tinggal mereka.
Dan pada bagian ending berita ”Forum Komunikasi Masyarakat
(FKMS) juga menilai alasan terciptanya penyerapan tenaga kerja lokal
hanyalah pemanis di bibir. Bahkan, janji itu dinilai sebagai omong kosong
yang kadaluwarsa.” Kata ”bahkan” untuk menghubungkan dan memperjelas
kalimat sebelumnya yang membantah janji dan pernyataan gubernur terkait
dampak positif pembangunan mal. Serta kalimat ke-1 paragraf 9 dan kalimat
ke-1 paragraf 12 yang telah dijelaskan pada struktur sintaksis.
d) Struktur retoris
Pada beberapa pencantuman narasumber terdapat beberapa label
jabatan yang digunakan untuk memperkuat fakta yang disajikan oleh Solopos,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
antara lain: label jabatan Kepala Dinas Tata Ruang dan Kota (DTRK) Solo,
Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng serta Ketua Paguyuban Warga
Jantirejo. Beberapa narasumber yang digunakan telah memiliki wewenang
untuk berbicara sesuai dengan pokok bahasan yang disajikan oleh Solopos.
Kemudian pada unit analisis metafora pada paragraf 12 dan paragraf penutup
berita dipakai untuk mendukung dan menekankan kosntruksi yang ingin
disampaikan Solopos (seperti telah dijelaskan dalam struktur sintaksis).
Dari unit analisis pengandaian terdapat pada paragraf 14 kalimat ke-2
yang merupakan kutipan langsung dari warga ”Kenapa mesti mal? Kenapa
tidak museum, taman pintar, atau usaha yang bisa menyerap produk lokal
warga, semisal pusat oleh-oleh khas Solo. Mal itu kan jelas tak akan
mengakomodasikan kepentingan warga lokal,” paparnya” Ini
mengonstruksikan bahwa lahan bekas Saripetojo dapat direvitalisasi sebagai
tempat yang lebih bermanfaat dibanding harus membangun mal yang akan
menimbulkan banyak dampak negatif.
B. Pembentukan Tim Independen: Sebagai Mediator Polemik
Saripetojo dalam Bingkai Surat Kabar Suara Merdeka
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema pembentukan tim
independen: sebagai mediator olemik Saripetojo pada Suara
Merdeka
Elemen struktur berita surat kabar Suara Merdeka berkenaan dengan
tema pembentukan tim independen: sebagai mediator polemik Saripetojo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
adalah berita berjudul Dibentuk Tim Independen Kasus Saripetojo yang
diterbitkan pada tanggal 4 Juli 2011 di halaman E rubrik Solo Metropolitan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
2. Analisis struktur berita ”Dibentuk Tim Independen Kasus
Saripetojo” pada Suara Merdeka
a) Struktur sintaksis
Dari bentuk nominalisasi judul kalimat ”Dibentuk Tim Independen
Kasus Saripetojo” ini terlihat bahwa Suara Merdeka ingin me-generalisasi
peristiwa pembentukan tim independen, yang sebenarnya dalam judul tersebut
mengandung tentang proses pembentukan, tujuan pembentukan, siapa yang
membentuk, dll. Kalimat judul tersebut dicetak tebal dengan huruf berukuran
besar. Tujuannya adalah untuk menarik perhatian khalayak agar membaca
berita tersebut. Penggunaan kata ”kasus” mengonstruksikan bahwa awak media
Suara Merdeka menganggap polemik Saripetojo ini sebagai peristiwa yang
sudah sangat krusial. Pada judul ini juga ditulis sub bab ”Hasil Rekomendasi”
yang membahas tentang bagaimana seharusnya tindak lanjut dari hasil tim
kajian independen tersebut.
Kemudian pada bagian lead diuraikan unsur who, siapa saja yang
terlibat dalam pembentukan tim independen tersebut, seperti berikut ini:
Solo- Pemprov Jateng, Pemkot Surakarta, dan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng sepakat membentuk tim independen, guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal Ramayana di lahan bekas pabrik es Saripetojo (Lampiran 6) (cetak tebal peneliti).
Kalimat lead di atas terlihat bahwa tim independen dibentuk atas
dasar kesepakatan bersama antara tiga pihak yang terlibat dalam polemik kasus
Saripetojo. Klausa ”guna mengkaji lebih lanjut rencana pembangunan mal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
Ramayana di lahan bekas pabrik es Saripetojo” terdapat konjungsi peruntukan
menunjukan tujuan dari dibentuknya tim tersebut.
Pada paragraf selanjutnya dijelaskan dengan detail keanggotaan tim
independen tersebut, seperti berikut ini:
Tim tersebut terdiri atas kalangan akademisi dari tiga universitas, yakni Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta dan Universitas Diponegoro (Undip) Semarang (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 1).
Penggunaan label status ”kalangan akademisi” untuk mempertegas
bahwa keanggotaan tim independen berasal dari orang-orang berpendidikan
tinggi.
Memasuki tubuh berita, disajikan parafrase yang sekaligus menjadi
latar wartawan dalam judul berita ini. Dan kalimat tersebut adalah:
Kepada wartawan, Minggu (3/7) Kepala Dinas Tata Ruang Kota (DTRK) Ahyani menerangkan, pembentukan tim tersebut merupakan salah satu kesepakatan dalam pertemuan antara perwakilan Pemkot, Pemprov, BP3, dan Direktorat Jenderal (Ditjen) Sejarah dan Purbakala Kemenbudpar, Jumat (1/7) lalu, di kantor BP3 (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 2).
Pengutipan parafrase dari narasumber Kepala DTRK
mengonstruksikan bahwa memang benar jika Pemkot Solo adalah salah satu
pihak yang ikut menyetujui pembentukan tim tersebut. Karena pada saat
pertemuan, Pemkot diwakili oleh kepala DTRK, seperti yang ditulis pada
kalimat parafrase berikut ini:
Dijelaskan, dalam pertemuan tersebut Pemkot diwakili pihak DTRK dan Bagian Hukum dan HAM Setda (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 4).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
Dari kalimat di atas dijelaskan tidak hanya DTRK namun juga bagian
Hukum dan HAM Setda menjadi perwakilan pihak pemkot Solo menghadiri
pertemuan tersebut.
Pembentukan tim independen didukung dengan pernyataan
narasumber dari BP3 yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Soal pembentukan tim independen yang beranggotakan akademisi tersebut juga disampaikan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng, Gutomo (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 8) .
Diikuti dengan kutipan langsung:
”Ke depan, masih akan diadakan beberapa pertemuan lagi. Termasuk pertemuan untuk membahas tugas dan fungsi tim itu,” terangnya (Lampiran 6, kalimat ke-2 paragraf 8).
Label jabatan ”Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng” ingin
menunjukan bahwa narasumber yang dipakai adalah orang yang turut hadir
dalam pertemuan dan berperan dalam pembentukan tim tersebut.
Kemudian selanjutnya, ada kalimat parafrase yang merupakan
penegas dari kalimat kutipan langsung di atas.
Ditegaskan, seluruh peserta pertemuan telah menyetujui apa pun hasil rekomendasi yang dihasilkan anggota tim, khususnya terkait kelanjutan proyek yang kini menjadi polemik tersebut (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 9) (cetak tebal peneliti).
Kata ”ditegaskan” yang memiliki sinonim dengan kata dijelaskan ini
dipakai Suara Merdeka untuk menguatkan bahwa semua pihak yang hadir
dalam pertemuan tersebut sepakat untuk menyetujui apapun hasil kajian dan
rekomendasi tim independen. Sehingga nantinya tidak ada lagi yang memrotes
ataupun menyangkal hasil kajian tim tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
Pada bagian ending berita, Suara Merdeka menggunakan kutipan
langsung dari Gutomo, Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng:
”Diharapkan upaya tersebut akan mendorong menteri untuk segera menetapkan status bangunan Saripetojo tersebut sebagai Benda Cagar Budaya (BCB),” jelas dia (Lampiran 6, kalimat ke-1 paragraf 11).
Kalimat langsung tersebut secara tersurat mengonstruksikan bahwa
BP3 Jateng sebenarnya sangat mendukung jika Saripetojo menjadi cagar
budaya. Namun, informasi ini diletakkan pada akhir berita sehingga
mengesankan Suara Merdeka menyembunyikannya dan lebih menonjolkan
pada pembentukan tim independen.
b) Struktur skrip
Dalam berita ini, mayoritas susunan paragraf demi paragraf
merupakan kutipan langsung dan parafrase dari dua narasumber, yakni
perwakilan dari Pemkot Solo dan BP3 Jateng yang membenarkan adanya
pembentukan tim tersebut. Sehingga yang sering muncul adalah unsur who,
yakni subyek yang mengatakan dan unsur what, yaitu subyek mengatakan apa.
Sedangkan unsur how-nya mengulas tentang fakta-fakta terkait pembentukan
tim independen dan kejadian saat berlangsungnya pertemuan tersebut. Untuk
unsur why-nya lebih ditonjolkan pada tujuan atau alasan dibentuknya tim
independen, karena diletakkan pada bagian teras berita (lead). Unsur when dan
where-nya adalah waktu dan tempat dimana proses pembentukan tim tersebut
terjadi, yakni Jumat, 1 Juli 2011 dengan lokasi di kantor BP3 Jateng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
c) Struktur tematik
Dari unit analisis koherensi terdapat koherensi ”tapi” dalam kalimat
”Tapi detail tugas dan fungsi tim tersebut belum dibicarakan,” kata dia.”
untuk membedakan bahwa pembentukan tim independen memang sudah pasti
namun untuk detail tugas dan fungsi belum jelas. Sedangkan kata ”dan”
menjelaskan bahwa dalam pertemuan tersebut, tidak hanya tugas yang belum
dibahas tetapi juga fungsi dari tim independen. Kata ”dan” juga terdapat pada
paragraf 8 ”Ke depan, masih akan diadakan beberapa pertemuan lagi.
Termasuk pertemuan untuk membahas tugas dan fungsi tim itu,” terangnya.”
ini untuk menjelaskan bahwa tugas dan fungsi dari tim independen baru akan
dibahas pada pertemuan selanjutnya. Lalu pada kalimat ”Dijelaskan, dalam
pertemuan tersebut Pemkot diwakili pihak DTRK dan Bagian Hukum dan HAM
Setda.” menguraikan bahwa perwakilan dari Pemkot Solo terdiri dari dua
bagian departemen pemerintahan. Selain koherensi terdapat juga konjungsi
peruntukan yaitu kata ”guna” seperti dalam kalimat ”Solo- Pemprov Jateng,
Pemkot Surakarta, dan Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3)
Jateng sepakat membentuk tim independen, guna mengkaji lebih lanjut
rencana pembangunan mal Ramayana di lahan bekas pabrik es Saripetojo.”
Ini untuk menunjukan dan mendetailkan tujuan dari pembentukan tim
independen.
Dari unit analisis detail, terdapat pengulangan kalimat yang
menjelaskan tentang proses pembentukan tim independen pada pertemuan
yang terjadi di kantor BP3 Jawa Tengah. Pengulangan tersebut nampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
dijelaskan oleh dua narasumber yaitu Kepala DTRK Solo dan Kasi
Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng. Hal ini nampak sesuai dengan judul
yang diangkat oleh Suara Merdeka.
d) Struktur retoris
Dari unit analisis leksikon, beberapa kata dipilih awak media Suara
Merdeka untuk mendiskripsikan dan memberikan penekanan makna pada
peristiwa. Kata – kata tersebut adalah ”kasus”, Suara Merdeka memberikan
penekanan bahwa Saripetojo ini sudah menjadi perseteruan yang sangat krusial,
oleh karenanya pembentukan Tim Independen diupayakan dapat membantu
untuk mengatasi polemik yang terjadi. Pada paragraf 9 terdapat kata
”ditegaskan” memberikan penekanan makna bahwa kalimat parafrase tersebut
penting, yakni apapun hasil kajian tim independen telah disetujui oleh para
peserta yang hadir dalam pertemuan di kantor BP3 Jateng. Lalu kata ”SK
pengangkatannya” mengindikasikan bahwa Pemkot Solo telah sangat setuju
dengan pembentukan Tim independen dan siap dengan anggota tim yang akan
ditunjuk untuk mewakili Solo.
Penggunaan label jabatan Kepala DTRK, menunjukan bahwa dari
Pemkot Solo yang hadir dalam pertemuan adalah DTRK Solo sehingga
keterangan informasi yang diperoleh Suara Merdeka benar valid. Begitu juga
pemakaian label jabatan Kasi Pemanfaatan dan Pelestarian BP3 Jateng.
Kemudian label status ”kalangan akademisi” ini mengonstruksikan
bahwa Tim Independen terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan
penelitian dan pendidikan tinggi karena berasal dari universitas-universitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
ternama dilingkup Jawa Tengah. Sedangkan pada kalimat ”Ditegaskan, seluruh
peserta pertemuan telah menyetujui apa pun hasil rekomendasi yang
dihasilkan anggota tim, khususnya terkait kelanjutan proyek yang kini menjadi
polemik tersebut.” untuk menyebut orang - orang yang hadir dalam pertemuan
tersebut, termasuk Gutomo sebagai orang yang memberikan keterangan dalam
kalimat parafrase di atas.
III.4 Hasil Kajian Tim Independen
Tim yang terbentuk dari hasil pertemuan di kantor BP3 Jawa Tengah
akhirnya mengemukakan hasil kajiannya. Berdasarkan aspek kajian, yang
meliputi: kesejarahan, estetika, kejamakan, kelengkapan, keistimewaan dan
peran terhadap kawasan, tim independen menilai bahwa Saripetojo memang
tidak layak disebut sebagai benda cagar budaya (Solopos, 9 Juli 2011). Selain
menyampaikan hasil kajiannya, tim juga memberikan beberapa rekomendasi
atau saran, diantaranya: penyelidikan dan penyidikan oleh polisi atau
pengaduan LSM terkait pengrusakan cagar budaya tidak dilanjutkan, semua
pihak diharap menunggu penetapan eks pabrik es itu sebagai cagar budaya atau
bukan oleh Menbudpar, proses rancang bangun bisa diteruskan termasuk
pengurusan proses perizinan lebih lanjut (Suara Merdeka, 9 Juli 2011).
Fakta di atas diberitakan dengan cara yang berbeda antara Solopos
dan Suara Merdeka. Nampak dari hasil analisis peneliti ada informasi yang
ditonjolkan dan dikurangi untuk memberikan konstruksi yang ingin di
sampaikan oleh media tersebut. Suara Merdeka ingin mengonstruksikan bahwa
hasil kajian tim independen memang benar dan harus diyakini. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
konstruksi yang ingin dibangun Solopos adalah hasil kajian dari tim tersebut
bukan hasil akhir yang dapat merubah nasib Saripetojo. Untuk lebih
lengkapnya akan diuraikan dalam analisis berikut ini:
A. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai Harian Umum Solopos
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema hasil kajian tim
independen pada Solopos
Elemen struktur berita surat kabar Harian Umum Solopos berkaitan
dengan tema hasil kajian tim independen adalah berita berjudul Jokowi Pilih
Tunggu BP3, Tim: Saripetojo Tak Layak BCB yang diterbitkan pada Sabtu,
9 Juli 2011 di halaman 12 rubrik Solopos Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
4. Analisis struktur berita ”Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim:
Saripetojo Tak Layak BCB” pada Solopos
a) Struktur sintaksis
Pada kalimat judul yang dicetak tebal dengan ukuran huruf yang
besar, yakni ”Tim: Saripetojo Tak Layak BCB” dari bentuk kalimatnya
merupakan sebuah kalimat petikan tim independen. Penggunaan kalimat
tersebut sengaja untuk mempertegas subyek yang menyatakan Saripetojo tak
layak BCB. Dan kalimatb”Jokowi Pilih Tunggu BP3”, mengonstruksikan
bahwa Jokowi lebih memilih menunggu keputusan dari badan resmi yang
memang memiliki kewenangan untuk memutuskan hal-hal yang berkaitan
dengan cagar budaya, yaitu BP3 Jawa Tengah.
Pada bagian lead, Solopos mengemasnya dengan memaparkan salah
satu rekomendasi dari tim independen, yaitu sebagai berikut:
Semarang (Espos) Tim pakar dari perguruan tinggi merekomendasikan proses rancang bangun di lokasi bekas pabrik Es Saripetojo, Solo bisa diteruskan, termasuk proses perizinan lainya (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 1).
Dari beberapa rekomendasi yang disampaikan tim independen,
Solopos memilih kalimat tersebut sebagai lead atau pembuka berita
menandakan bahwa Solopos ingin menonjolkan pada kemungkinan besar
pembangunan mal di lahan bekas pabrik es Sarieptojo akan tetap terus berjalan.
Hal ini diperjelas pada kalimat perluasan lead berikut ini:
Rekomendasi itu diungkap oleh Prof Eko Budiharjo, ketua tim pakar yang bertugas mengkaji bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo, kepada wartawan di Semarang, Jumat (8/7) (Lampiran 7, kalimat ke-2 paragraf 1).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
205
Unsur who adalah unsur yang paling ditekankan pada kalimat di atas.
yakni ”Prof Eko Budiharjo, ketua tim pakar yang bertugas mengkaji bangunan
bekas Pabrik Es Saripetojo”. Penggunaan label jabatan semakin mempertegas
pihak yang memiliki wewenang untuk berbicara mengenai tema yang diangkat.
Agar terlihat obyektif, Solopos menyantumkan kutipan langsung dari
narasumber bersangkutan, yang berbunyi seperti dibawah ini:
”Sambil menunggu ketetapan dari Menteri kebudayan dan Pariwisata tentang status bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo sebagai benda cagar budaya atau tidak, proses rancang bangun bisa diteruskan, termasuk proses perizinannya lebih lanjut.” (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 2).
Dari pengutipan kalimat langsung tersebut nampak ganjil, yang
seharusnya segala kegiatan menyangkut masalah pembangunan ataupun
pembongkaran Saripetojo itu dihentikan karena belum ada ketetapan resmi dari
Kemenbudpar, namun yang direkomendasikan justru sebaliknya bahwa kegitan
terkait pembangunan mal bisa diteruskan sambil menunggu ketetapan dari
kemenbudpar.
Untuk memberikan informasi atau mengingatkan kembali pembaca
tentang tim independen ini maka ditulislah latar yang mengulang informasi
yang telah ditulis pada edisi sebelumnya. Kalimat tersebut adalah:
Untuk mengkaji apakah bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo termasuk benda cagar budaya (BCB) atau bukan, Pemerintah Provinsi Jateng membentuk tim pakar beranggotakan ahli dari tiga perguruan tinggi, Undip Semarang, UNS Solo dan UGM Jogja (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 3).
Dari hasil kajian tim pakar beranggotakan tujuh orang, Prof Ir Eko Budiharjo dan Prof Totok Rusmanto (Undip), Drs Soedarmono dan Ir Bambang Triratma (UNS) serta Dr Amiluhur Soeroso dan Setiaksi SS (UGM), di tambah Drs Gutomo dari Balai Pelestariam Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng, bangunan bekas Pabrik Es Saripeotjo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
206
disimpulkan tak layak ditetapkan sebagai BCB (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 4).
Pada paragraf ketiga, penekanan dilakukan pada kalimat tujuan
dibentuknya tim independen, karena klausa tersebut ditempatkan di awal
kalimat. Yang menjadi subyek dalam kalimat tersebut adalah Pemerintah
Provinsi Jateng, ini nampak ganjil karena pada berita sebelumnya Solopos
memuat bahwa tim independen dibentuk atas kesepakatan bersama antara
Pemprov, Pemkot dan BP3 Jateng. Hal ini kemungkinan Solopos ingin
mengonstruksikan bahwa Pemprov-lah yang membentuk tim tersebut sehingga
nampak hasil kajian tim berpihak pada Pemprov. Kemudian pada paragraf
keempat, Solopos memperjelas siapa saja keanggotaan dalam tim independen
tersebut.
Memasuki sub judul ”aspek sejarah”, lebih lanjut Solopos mengulas
sebab-sebab tim independen menyimpulkan Saripetojo tidak layak menjadi
benda cagar budaya. Dari sturuktur sintaksis-nya banyak menggunakan
parafrase dan kutipan langsung, seperti kalimat-kalimat di bawah ini:
Eko menduga dasar yang digunakan BP3 Jateng dalam menetapkan Saripetojo menjadi cagar budaya hanya dari aspek ketuaannya (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 5).
Diikuti dengan kutipan langsung: ”Padahal, tolok ukur sebagai cagar budaya bukan hanya aspek
kesejarahan, tetapi juga aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelengkapan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan.” (Lampiran 7, kalimat ke-2 paragraf 5) (cetak tebal peneliti).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
207
Terdapatnya koherensi pembeda ”bukan hanya” menunjukan
perbedaan cara mengkaji Saripetojo antara tim independen dengan BP3 Jateng.
Lalu memasuki parafrase selanjutnya:
Selain itu, bangunan asli Pabrik Es Saripetojo yang dibangun pada 1888, kini tak lagi ada. Bangunan pabriknya sudah beberapa kali direnovasi, terutama pascakebakaran pada 1953 serta dibangun kembali pada 1959 dan selesai 1961 (Lampiran 7, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 6) (cetak tebal peneliti).
Di kompleks bekas Pabrik Es Saripetojo, kata dia, sebenarnya ada tiga bangunan menonjol, yakni bangunan pabrik, rumah dinas dan tower, namun penilaian terhadap tiga bangunan itu tidak boleh disatukan, harus terpisah (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 7).
Setelah itu dikutip kalimat langsung:
”Kalau rumah dinasnya, kami menilai layak jika ditetapkan
sebagai cagar budaya, namun untuk bangunan pabrik dan tower tidak cukup layak, sebab tidak memiliki keunikan arisitektural dan estetikanya juga tidak menonjol,” papar Eko (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 8).
”Bangunan Pabrik Es Sarpetojo tidak memiliki keunikan dan tidak termasuk bangunan yang langka, sehingga tidak layak dijadikan sebagai bangunan cagar budaya,” tegasnya mantan rektor Undip itu.” (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 9).
Dari urutan parafrase kalimat di atas memberikan detail atau
penjelasan dari ketua tim independen tentang dasar-dasar yang dipakai untuk
menentukan Saripetojo bukan cagar budaya. Kata ”selain itu” sebagai
penjelas dari fakta-fakta lain yang ditemukan saat proses pengkajian.
Kemudian pada kalimat parafrase berikut ini mengesankan bahwa
Perusda Citra Mandiri Jawa Tengah yang seharusnya disalahkan atas
pembongkaran bangunan Saripetojo.
Anggota lainnya tim pakar, Prof Totok Rusmanto, menambahkan PT Citra Mandiri Jawa Tengah (CMJT) selaku pengelola bangunan bekas Pabrik Es Saripetojo punya kesalahan karena terlalu cepat merobohkan bangunan yang status cagar budayanya masih diproses di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
208
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 11).
Kemudian disertakan kutipan langsung yang semakin mempertegas
konstruksi tersebut:
”Sekarang tinggal 40 persen bangunan pabriknya yang tersisa, tower sudah dibongkar, sementara rumah dinasnya masih utuh. Padahal, Proses perizinan baru sampai tahap izin pemanfaatan ruang (IPR). Seharusnya menunggu dulu keputusan dari Menteri Kebudayaan dan Parisiwata.” (Lampiran 7, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 12).
Dalam berita ini Solopos juga menggunakan pernyataan Jokowi dan
perwakilan dari BP3 Jateng. Hal ini dipakai untuk mengonstruksikan bahwa
kajian Tim Independen belum sepenuhnya dapat digunakan sebagai penentu
proyek mal tetap berlanjut atau berhenti. Berikut ini struktur sintaksisnya:
Dimintai tanggapan hasil rekomendasi tim independen, Walikota Solo, Joko Widodo (Jokowi), Jumat, memilih menuggu laporan tertulis resmi dari tim independen maupun Balai Pelestarian dan Peninggalan Purbakala (BP3) Jawa Tengah (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 13)
”Saya kan belum menerima rekomendasi atau laporannya secara tertulis, sehingga belum mengetahui detail hasil kajiannya seperti apa. Ya saya tunggu BP3 dulu, akan saya lihat dulu laporan tertulisnya, supaya jelas seperti apa hasil kajian dari tim Independen,” ujar Jokowi saat dihubungi melalui telpon selulernya (Lampiran 7, kalimat ke-1 dan 2 paragraf 14)
Dari kalimat di atas terlihat Solopos ingin menunjukan sikap Jokowi
yang tetap tenang dalam menanggapi hasil kajian tim tersebut. Jokowi tidak
bersikap menolak mentah-mentah hasil kajian dari tim, namun Ia ingin
mempelajari terlebih dahulu laporan hail kajian tersebut. Kemudian Solopos
memberikan latar yang menunjukan bahwa rekomendasi tim independen
bertolak belakang dengan BP3 Jateng.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
209
Hasil rekomendasi tim independen, berbeda dengan keterangan staf Pelindungan BP3 Jateng, Harun Al-Rosyid, saat diperiksa penyidik Polresta Solo, Rabu (6/7) lalu (Lampiran 7, kalimat ke-1 paragraf 18)
Ini dipertegas dengan kutipan langsung yang sekaligus menjadi
kalimat penutup berita:
”Yang jelas, BP3 Jateng sudah menginventarisasi bangunan itu (bekas Pabrik Es Saripetojo-red)” tegas harun (Lampiran 7, kalimat ke-2 paragraf 18)
Pencantuman hasil wawancara dengan perwakilan dari BP3 Jateng
tersebut dilakukan Solopos untuk mempertegas bahwa hasil kajian tim
independen belum final karena BP3 Jateng dan tim Independen adalah dua
pihak yang sama-sama akan memberikan rekomendasi mereka pada
Kemenbudpar terkait status Saripetojo.
b) Struktur skrip
Unsur who dalam berita ini ada tiga, yaitu tim independen, Walikota
Solo, Joko Widodo dan juga BP3 Jawa Tengah. Penggunaan narasumber
Walikota sebagai usaha Solopos untuk menunjukan cover both side, isinya
bahwa Walikota membantah atas hasil kajian tim independen tersebut. Untuk
narasumber perwakilan dari BP3 Jateng dipakai untuk mengecilkan hasil kajian
dari tim independen yang menyatakan bahwa Saripetojo tidak dapat disebut
sebagai cagar budaya. Sedangkan unsur what yang paling meonojol adalah
tentang hasil kajian dan rekomendasi dari tim independen serta tanggapan
Jokowi terkait hasil kajian tersebut. Untuk unsur where-nya adalah inti dari
tema berita, yakni Pabrik Saripetojo dan tempat saat tim independen
mengadakan konferensi pers, sama halnya dengan unsur when.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
210
Unsur how yang ditonjolkan adalah hal-hal yang berkaitan dengan
rekomendasi dari tim independen serta hal-hal yang akan dilakukan Jokowi
terkait hasil kajian tim tersebut. Sedangkan unsur why dalam berita ini adalah
alasan kenapa tim bisa menilai kalau Saripetojo tidak bisa dikategorikan dalam
BCB dan kenapa Jokowi belum mau menyetujui hasil dari kajian tim
independen tersebut.
c) Struktur tematik
Dari unit analisis koherensi, koherensi antarklausa yang memperkuat
alasan tim independen yang menyebut Saripetojo bukan cagar budaya adalah
”Padahal, tolok ukur sebagai cagar budaya bukan hanya aspek kesejarahan,
tetapi juga aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelengkapan, keistimewaan
dan peran terhadap kawasan.” Koherensi pembeda yakni pada kata ”bukan
hanya”. Hal tersebut mengonstruksikan bahwa tolak ukur yang dipakai BP3
Jateng untuk menentukan status Saripetojo kurang ilmiah.
Terdapat koherensi penjelas ”selain itu” pada paragraf 6 yakni ”Selain
itu, bangunan asli Pabrik Es Saripetojo yang dibangun pada 1888, kini tak lagi
ada. Bangunan pabriknya sudah beberapa kali direnovasi, terutama
pascakebakaran pada 1953 serta dibangun kembali pada 1959 dan selesai
1961.” mengonstruksikan bahwa bangunan Saripetojo telah berulang kali
mengalami renovasi sehingga bentuk bangunan aslinya sudah tidak begitu
terlihat. Kemudian kata ”dan” yang termasuk dalam koherensi penjelas masuk
dalam kalimat kutipan langsung ”Bangunan Pabrik Es Sarpetojo tidak memiliki
keunikan dan tidak termasuk bangunan yang langka, sehingga tidak layak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
211
dijadikan sebagai bangunan cagar budaya,” tegasnya mantan rektor Undip itu.”
Kata ”dan” dipergunakan untuk menguatkan bahwa selain tidak memiliki
keunikan ada juga kelemahan yang lain, yaitu tidak termasuk bangunan yang
langka. Sedangkan kata ”sehingga” merupakan koherensi sebab-akibat yang
mengakibatkan tim menyimpulkan bahwa Saripetojo tidak layak menjadi cagar
budaya.
Dan beberapa koherensi lain terdapat pada paragraf-paragraf berita ini
dipakai untuk memperkuat alasan tim independen yang menyatakan Saripetojo
tak layak BCB. Untuk unit analisis detail, dalam berita ini mayoritas
merupakan penjelasan mendalam dari Tim Independen yang menyatakan
Saripetojo tidak masuk dalam benda cagar budaya.
d) Struktur retoris
Dari unit analisis grafis terdapat satu buah illustrasi dan dua buah
insert tulisan yang berupa keterangan dari BP3 Jateng dan Tim independen
terkait status Saripetojo. Untuk diskripsi illustrasi tersebut adalah dua orang
yang saling berhadapan dan nampak sedang berdebat dengan background
gambar bagian depan bangunan Saripetojo. Illustrasi tersebut kemungkinan
untuk menunjang dari insert tulisan yang dimaksud, yakni pendapat yang
kontras antara BP3 Jawa Tengah dengan Tim Independen.
Dari unit analisis label jabatan nampak digunakan untuk mendukung
narasumber agar terkesan bahwa memang benar data tersebut valid karena
berasal dari orang yang memiliki wewenang untuk berbicara terkait dengan
tema berita. Label jabatan tersebut antara lain: ketua tim independen, anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
212
tim independen, Walikota Solo dan beberapa orang yang menjabat di BP3 Jawa
Tengah.
Dari unit analisis pengandaian terdapat pada paragraf 16 ”Kalau yang
akan dibangun disitu nantinya tetap mal, ya tentunya kami akan mengacu
Perda itu”. Konstruksi yang dibangun adalah jika mal tetap dibangun maka
Pemkot akan berusaha menolaknya dengan Perda (Peraturan daerah) Kota Solo
yang mengatur tentang perlindungan pasar tradisional.
B. Hasil Kajian Tim Independen dalam Bingkai Surat Kabar Suara
Merdeka
1. Tabel elemen struktur berita dengan tema hasil kajian tim
independen pada Suara Merdeka
Elemen struktur berita dengan tema hasil kajian tim independen,
Suara Merdeka mengangkatnya dengan judul Saripetojo Tak Layak Jadi
Cagar Budaya, Hasil Kajian Tim 3 Universitas diterbitkan Sabtu, 9 Juli
2011 di halaman 12 rubrik Nasional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
217
2. Analisis struktur berita ”Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar
Budaya” pada Suara Merdeka
a) Struktur sintaksis
Dari kalimat judul ”Saripetojo Tak Layak Jadi Cagar Budaya” terlihat
bahwa Suara Merdeka ingin menekankan Saripetojo memang bukan cagar
budaya. Hal ini nampak dari variasi huruf yang dipakai dalam judul, yakni
dicetak tebal dan hurufnya berukuran besar sehingga berusaha menarik
perhatian dan meyakinkan pembaca dengan judul tersebut. Pada bagian kicker
bertuliskan ”Hasil Kajian Tim Tiga Universitas” dan dicetak dengan
background berwarna merah. Terlihat bahwa Suara Merdeka ingin
mempertegas pernyataan Saripetojo bukan cagar budaya dikeluarkan oleh tim
resmi yang sebelumnya dibentuk untuk mengkaji permasalahan pabrik es
tersebut. Lebih lanjut, Suara Merdeka menjelaskan keanggotaan dari tim
independen dalam lead berikut ini:
SEMARANG- Tim kajian dari tiga universitas yakni Undip, UNS, dan UGM yang mengkaji bangunan eks pabrik es Saripetojo di Kota Surakarta menyimpulkan bangunan tersebut tidak layak ditetapkan sebagai cagar budaya (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 1) (cetak tebal peneliti).
Dari kalimat lead di atas terlihat bahwa Suara Merdeka mengambil
sudut pandang bahwa hasil kajian yang menyimpulkan Saripetojo tak layak
cagar budaya dinyatakan oleh tim yang memang dibentuk dan ditugaskan
mengkaji bangunan pabrik Saripetojo. Tim tersebut berasal dari kalangan
akademisi yang terpercaya, karena diuraikan secara detail yang dimaksud
dengan tiga universitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
218
Kemudian pada paragraf selanjutnya, Suara Merdeka memberikan latar
sebagai berikut:
Tim juga merekomendasikan seyogyanya penyelidikan dan penyidikan oleh polisi atau pengaduan LSM terkait pengrusakan cagar budaya tidak dilanjutkan karena bangunan belum resmi dinyatakan sebagai cagar budaya (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 2).
Dari sekian rekomendasi yang disampaikan oleh tim Independen,
rekomendasi untuk menghentikan penyelidikan dan penyidikan oleh polisi
diletakkan sebagai awal bagian tubuh berita. Hal ni mengonstruksikan bahwa
pengrusakan bangunan Saripetojo yang melibatkan Gubernur Jateng memang
belum dapat dinyatakan bersalah karena Saripetojo belum resmi jadi cagar
budaya.
Untuk mempertegasnya, Suara Merdeka memberikan detail atau
penjelasan dari ketua tim tentang mengapa Saripetojo tidak dapat disebut
sebagai cagar budaya.
Ketua tim kajian, Prof Ir Eko Budiharjo MSc menuturkan gedung bangunan asli pabrik es yang dibangun pada tahun 1888 itu tidak layak jadi cagar budaya. Pasalnya bangunan itu sudah tidak ada lagi akibat telah direnovasi beberapa kali terutama setelah kebakaran pada tahun 1953. Dari tolok ukur cagar budaya hanya aspek kesejarahan yang menonjol, sedangkan aspek lain seperti estetika, kejamakan, kelangkaan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan tidak memiliki nilai tinggi (Lampiran 8, kalimat ke-1, 2 dan 3 paragraf 3) (cetak tebal peneliti).
Kata ”pasalnya” dipakai untuk menjelaskan alasan dari tim yang
menyimpulkan Saripetojo bukan cagar budaya. Dan kata ”sedangkan” dipakai
menekankan bahwa memang Saripetojo memiliki nilai tinggi dalam aspek
ketuaan namun jika dinilai dari aspek lain seperti estetika, kejamakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
219
kelangkaan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan memiliki nilai yang
jauh lebih rendah.
Penggunaan label status ”Ketua tim kajian” ini memperkuat validitas
fakta artinya sebagai fakta dari pihak yang diyakini memiliki wewenang untuk
bicara mengenai tema yang diangkat. Karena apabila tanpa disertai dengan
label status, fakta krusial yang menyangkut individu kadang tidak mudah
dipercayai publik dengan alasan mengada-ada dan tidak obyektif. Selanjutnya,
disertakan dengan kutipan langsung untuk memperkuat latar yang ingin
dibangun oleh Suara Merdeka, yaitu sebagai berikut:
"Itu untuk bangunan pabrik esnya karena bentuknya seperti gudang saja tidak memiliki ornament yang unik.” (Lampiran 8, kalimat ke-4 paragraf 3)
Namun untuk rumah dinas manajer yang berada di kawasan itu dinilai layak dilestarikan sebagai tetenger atau landmark." terangnya didampingi anggota tim dari Undip Prof Totok Rusmanto MEng di Semarang, Jumat (8/7) (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 4).
Dan kemudian diikuti dengan parafrase berikut ini:
Dikatakan, rumah dinas tersebut kondisinya masih relatif utuh dengan arsitektur indisch ean cukup memiliki keunikan. Eko menuturkan bangunan rumah itu bisa dijadikan museum pabrik es berdampingan dengan eks pabrik es Saripetojo yang bisa direvitalisasi untuk bangunan baru (Lampiran 8, kalimat ke-2 dan 3 paragraf 4).
Dari urutan-urutan yang dibuat oleh Suara Merdeka tersebut, peneliti
melihat bahwasannya Suara Merdeka ingin meyakinkan kalau memang
Saripetojo tidak dapat dikatakan sebagai benda cagar budaya. Konkretnya
adalah dalam penjelasan yang disampaikan oleh ketua tim, Eko Budiharjo yang
ditulis dengan rinci dan detail terkait dengan penilaian tim tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
220
Lalu masuk pada sub judul ”Rekomendasi” isinya mengulas tentang
beberapa anjuran yang diberikan oleh tim agar polemik Saripetojo ini berangsur
membaik. Dalam beberapa latar di sub judul ini, Suara Merdeka juga
mengonstruksikan bahwa pembangunan mal dapat dilanjutkan karena
Saripetojo bukan cagar budaya. Seperti dalam kalimat latar di bawah ini:
Tim diantaranya merekomendasikan semua pihak diharap menunggu penetapan eks pabrik es itu sebagai cagar budaya atau bukan oleh Menbudpar. Sambil menunggu ketetapan, lanjutnya, proses rancang bangun bisa diteruskan termasuk pengurusan proses perizinan lebih lanjut (Lampiran 8, kalimat ke-3 dan 4 paragraf 5).
Dalam kalimat kedua diatas secara tersirat menunjukan bahwa
berbagai proses aktivitas untuk membangun mal dapat dilanjutkan. Hal ini
nampak tidak sealur dengan kalimat pertama bahwa diharapkan semua pihak
untuk menunggu hasil dari Menbudpar. Seharusnya rekomendasi terkait dengan
proses rancang bangun juga dihentikan sampai dikeluarkannya keputusan dari
Menbudpar. Kemudian pada bagian latar selanjutnya, Suara Merdeka mem-
flash back tujuan dari dibentuknya tim dan detail keanggotaan tim. Hal ini
dilakukan untuk meyakinkan pembaca bahwa tim tersebut memang resmi dan
terdiri dari orang-orang yang dapat dipercaya untuk melakukan pengkajian
tersebut. Latar tersebut adalah:
Tim kajian dibentuk karena ada persoalan status Saripetojo. Karena itulah dibentuk tim pengkaji yang terdiri atas tiga perguruan tinggi negeri. Tim beranggotakan delapan orang, yakni Eko Budiharjo, Totok Rusmanto (Undip), Soedarmono dan Bambang Triatma (UNS), Amiluhur Soeroso dan Sektiadi (UGM), serta perwakilan BP3 Jawa Tengah, Gutama (Lampiran 8, kalimat ke-1, 2 dan 3 paragraf 6).
Agar nampak cover both side, Suara Merdeka juga menampilkan
pendapat dari Pemkot terkait hasil kajian dari tim yang dibentuknya bersama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
221
Pemprov dan BP3 Jateng yang menyatakan bahwa Saripetojo tidak dapat
disebut sebagai cagar budaya.
Sementara itu, Pemkot Surakarta justru mempertanyakan hasil kajian tersebut (Lampiran 8, kalimat ke-1 paragraf 7).
Yang diikuti dengan parafrase dan kutipan langsung dari Walikota
Solo, Joko Widodo sebagai berikut:
Wali Kota Joko Widodo mengatakan, ia tidak tahu bagaimana kesimpulan tersebut bisa muncul (Lampiran 8, kalimat ke-2 paragraf 7).
”Bagaimana ceritanya kok tahu-tahu ada kesimpulan seperti itu? Seharusnya, sebelum mengambil kesimpulan, Pemkot diajak komunikasi terlebih dahulu. Lagipula, waktu kerjanya juga singkat. Hanya sekitar seminggu. Padahal, mereka kan minimal juga harus melihat langsung lokasi yang dikaji itu,” kata dia (Lampiran 8, kalimat ke-3, 4, dan 5 paragraf 7).
Dari susunan paragraf yang dibuat menunjukan bahwa Pemkot
belum mempercayai hasil kajian dan merasa kecewa karena tidak diajak
berdiskusi atau berdialog dalam proses pengkajian tersebut. Penggunaan
kata ”sementara itu” menjadi koherensi pembeda dengan paragraf
sebelumnya.
Dan berita ini ditutup, dengan kalimat berikut ini:
Karena itu, ia memilih menunggu keputusan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata (Kemenbudpar), ketimbang mengiyakan hasil kajian tim independen yang dibentuk Pemprov Jateng, Pemkot, dan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakalan (BP3) tersebut.
Dalam kalimat penutup di atas terdapat koherensi ”karena itu” untuk
memperjelas bahwa hasil kajian dari tim independen belum dapat sepenuhnya
diterima oleh Pemkot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
222
Meskipun berusaha untuk tidak memihak, tapi dalam berita ini terlihat
bahwa Suara Merdeka mengelu-elukan hasil kajian tim independen yang
menetapkan jika Saripetojo memang tidak pantas menjadi cagar budaya.
Konkretnya adalah porsi pemberitaan yang kurang seimbang, penekanannya
dilakukan lebih banyak pada detail-detail yang menjelaskan atau mendukung
Saripetojo tidak layak menjadi cagar budaya.
b) Struktur skrip
Unsur who dalam berita dengan judul ”Saripetojo Tak Layak Jadi
Cagar Budaya” adalah Tim Independen dan Pemkot Solo. Namun, dari
keseluruhan isi berita yang paling banyak diulas yaitu tim independen. Untuk
unsur what-nya merupakan hal-hal yang disampaikan oleh tim independen
terkait dengan Saripetojo yang tak layak jadi cagar budaya. Sedangkan unsur
where dan when hanya satu kali dimunculkan, yaitu ketika ketua tim
independen memberi keterangan atas hasil kajiannya tersebut, yakni terjadi di
Semarang pada tanggal 8 Juli 2011. Unsur why lebih banyak menonjolkan
tentang mengapa Saripetojo tidak pantas disebut cagar budaya. Dari analisis
yang dilakukan, unsur how terlihat memberikan fakta yang berkaitan dengan
Saripetojo yang tidak layak disebut sebagai cagar budaya, yaitu tim independen
yang memberikan rekomendasi tentang langkah selanjutnya agar polemik
Saripetojo ini berangsur mereda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
223
c) Struktur tematik
Dari unit analisis koherensi, yang paling banyak muncul adalah
koherensi penjelas, seperti: kata ”yang”, ”pasalnya”, ”lagipula”. Dari hasil
analisis peneliti, koherensi-koherensi penjelas tersebut ditulis untuk
memperkuat pernyataan-pernyataan dari tim independen yang menilai
Saripetojo tidak layak jadi cagar budaya. Dalam kalimat lead ”Tim kajian dari
tiga universitas yakni Undip, UNS, dan UGM yang mengkaji bangunan eks
pabrik es Saripetojo di Kota Surakarta menyimpulkan bangunan tersebut tidak
layak ditetapkan sebagai cagar budaya.” kata ”yang” digunakan untuk
menjelaskan tiga universitas yang memang sebelumnya telah dipilih dan
ditugaskan secara resmi untuk mengkaji Saripetojo. Kemudian dalam kalimat
”Pasalnya bangunan itu sudah tidak ada lagi akibat telah direnovasi beberapa
kali terutama setelah kebakaran pada tahun 1953.” Kata pasalnya dipakai
untuk memperkuat kalimat sebelumnya yang berisi pernyataan dari ketua tim
independen bahwa Saripetojo bukan cagar budaya. Pada pernyataan dari
Walikota Solo hanya terdapat satu koherensi penjelas, yakni pada kalimat
langsung ”Lagipula, waktu kerjanya juga singkat.” Kata lagipula untuk
menjelaskan mengapa Joko Widodo selaku Walikota Solo belum dapat
mempercayai hasil kajian dari tim independen tersebut.
Begitu juga beberapa koherensi sebab-akibat dan koherensi pembeda
pada judul berita ini, menurut peneliti ditulis untuk menegaskan dan
memperkuat pernyataan tim independen yang menilai Saripetojo bukan cagar
budaya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
224
Dari unit analisis detail, terdapat pada beberapa paragraf yang
menguraikan sejumlah fakta yang membuat Saripetojo tidak bisa disebut
sebagai cagar budaya. Seperti dalam kalimat: ”Dari tolok ukur cagar budaya
hanya aspek kesejarahan yang menonjol, sedangkan aspek lain seperti estetika,
kejamakan, kelangkaan, keistimewaan dan peran terhadap kawasan tidak
memiliki nilai tinggi.”, ”Dikatakan, rumah dinas tersebut kondisinya masih
relatif utuh dengan arsitektur indisch ean cukup memiliki keunikan. Eko
menuturkan bangunan rumah itu bisa dijadikan museum pabik es
berdampingan dengan eks pabrik es Saripetojo yang bisa direvitalisasi untuk
bangunan baru.”, ”Tim diantaranya merekomendasikan semua pihak diharap
menunggu penetapan eks pabrik es itu sebagai cagar budaya atau bukan oleh
Menbudpar. Sambil menunggu ketetapan, lanjutnya, proses rancang bangun
bisa diteruskan termasuk pengurusan proses perizinan lebih lanjut.” dan pada
beberapa paragraf lainnya.
d) Struktur retoris
Dari unit analisis grafis terdapat satu buah foto disertai caption. Untuk
foto yang ditampilkan adalah ketika alat berat digunakan untuk membongkar
bangunan pabrik es Saripetojo, untuk keterangan foto dituliskan ”BONGKAR
BANGUNAN: Sebuah alat berat membongkar bangunan bekas pabrik es
Saripetojo, Jumat (8/7). Bangunan tersebut dinyatakan oleh tim independen
bukan termasuk Benda Cagar Budaya (BCB).” Nampaknya Suara Merdeka
ingin mengingatkan peristiwa pembongkaran Saripetojo kepada pembacadan
mengonstruksikan tindakan pembongkaran tersebut tidak bersalah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
225
Dari unit analisis leksikon terdapat pada bagian ending berita, yakni
kata ”ketimbang” memiliki arti sama dengan daripada, namun ”ketimbang”
lebih memiliki intonasi yang terkesan meremehkan.
Dari unit analisis label jabatan, sama pada analisis-analisis
sebelumnya dipergunakan untuk meyakinkan pembaca tentang pengambilan
sumber informasi yang benar-benar valid dan apa adanya.
III.5 Perbandingan Frame Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka
Dalam setiap pemberitaan fakta peristiwa pembangunan mal di bekas
bangunan pabrik Es Saripetojo, Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka
memiliki karakteristik pembingkaian dan pemaknaan yang berbeda. Melalui
perangkat framing yang dipolulerkan oleh Zhongdang Pan dan Gerald M
Kosicki, peneliti memperoleh kesimpulan tentang karakteristik teks berita yang
dianalisis. Dan lewat karakteristik yang ditemukan, peneliti memperoleh
informasi tentang pengemasan atau pembingkaian atas konstruksi masing –
masing media dalam melihat peristiwa Saripetojo ini. Peneliti merangkumnya
dalam tabel di bawah ini:
Table 3.10
Perbandingan Frame Berita Harian Umum Solopos
dan Suara Merdeka
NO. TEMA SOLOPOS SUARA MERDEKA
Judul Frame Judul Frame
1 Warga Protes
Pembongkaran
Saripetojo
Polemik
Pembangunan
bekas
Aksi protes
dibingkai sebagai
tindakan positif
Penolakan
Proyek Mal
Berlanjut
Aksi protes
dibingkai sebagai
tindakan represif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
226
Saripetojo,
Warga -
Pelaksana
Bersitegang
untuk melindungi
Benda Cagar
Budaya.
Dan pembongkar
bangunan dibingkai
sebagai pihak yang
seharusnya tidak
disalahkan atas
peristiwa
pembongkaran
tersebut.
2 Perseteruan
Gubernur -
Walikota
Persetruan
Gubernur –
Walikota
memanas,
Solo Tolak
Bibit
Pernyataan keras
Bibit di media
yang menilai
Jokowi bodoh
dibingkai sebagai
tindakan negatif.
Solopos juga
selalu
membandingkan
sikap Bibit
dengan sikap
positif Jokowi
dalam
menanggapi
pernyataan Bibit
tersebut.
Bibit Ditolak
Masuk Solo
Pernyataan keras
Bibit di media yang
menilai Jokowi
bodoh dibingkai
sebagai tindakan
negatif. Namun,
disisi lain juga
dicantumkan isi
berita yang memuat
pelanggaran –
pelanggaran dalam
pembongkaran
Saripetojo semata
atas kesalahan
pengembang yang
dipakai untuk
mengecilkan
kesalahan Bibit
tersebut.
3 Pembentukan
Tim
Independen:
Sebagai
Mediator
Polemik
Tim
Independen
Kaji Amdal
Saripetojo
Pembentukan tim
independen
sebagai bentuk
keterlambatan
pemerintah untuk
mengatasi
Dibentuk Tim
Independen
Kasus
Saripetojo
Pembentukan Tim
independen
dikonstruksi
sebagai bentuk
kesepakatan tiga
pihak, yakni
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
227
Saripetojo polemik
Saripetojo.
Konstruksi dari
Solopos juga
menunjukan
dukungannya
kepada
masyarakat yang
tidak
menginginkan
adanya mal baru.
Pemkot, Pemprov,
dan BP3. Sehingga
apapun hasil
rekomendasi dari
tim harus dapat
diterima oleh
semua pihak.
4 Hasil Kajian
Tim
Independen
Jokowi Pilih
Tunggu BP3,
Tim: Saripetojo
Tak Layak
BCB
Hasil kajian Tim
Independen
belum menjadi
keputusan final
untuk
menentukan
status resmi
Saripetojo apakah
masuk dalam
daftar benda
cagar budaya
atau tidak.
Saripetojo Tak
Layak Jadi
Cagar Budaya,
Hasil Kajian
Tim 3
Universitas
Hasil Kajian Tim
Independen dapat
dipercaya karena
penelitian pabrik Es
Saripetojo
dilakukan oleh
orang – orang
berpendidikan
tinggi (seperti
professor, doktor,
dan sejarahwan
yang tidak
diragukan lagi
kualitasnya dalam
melakukan
penelitian).
Tabel 3.10 hasil dari penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
228
BAB IV
PENUTUP
IV.1 Kesimpulan
Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa penelitian
ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pembingkaian (framing) berita
tentang peristiwa polemik Saripetojo pada surat kabar Harian Umum Solopos dan
Suara Merdeka. Dan dari analisis yang telah dilakukan ditemukan perbedaan
antara kedua surat kabar tersebut dalam membingkai peristiwa ini. Harian Umum
Solopos sebagai surat kabar lokal membingkai peristiwa polemik pabrik
Saripetojo ini cenderung lebih menonjolkan atau menekankan pada aspek bahwa
Saripetojo sebaiknya menjadi Benda Cagar Budaya (BCB) daripada harus
dibangun pasar modern seperti rencana Gubernur Jawa Tengah, sekaligus ini
menunjukan Solopos berpihak kepada Kota Solo. Hal ini terlihat pada:
1. Analisis framing struktur sintaksis, yaitu menunjukan mayoritas pengutipan
narasumber oleh Harian Umum Solopos bersifat homogen, yaitu memakai
orang atau pihak – pihak yang mendukung Saripetojo menjadi cagar budaya
bukan orang – orang yang mendukung rencana pembangunan mal; kemudian
dari penulisan judul (headline) berita, Harian Umum Solopos menunjukan
ketidakberpihakan namun ada beberapa judul yang tidak relevan dengan isi
beritanya, yaitu ada keberpihakan pada Kota Solo.
2. Dari struktur skrip, yakni awak media Harian Umum Solopos dalam menulis
unsur 5W+1H dalam susunan berita, terutama unsur why ditulis dengan jelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
229
didukung dengan data – data lengkap. Ini dilakukan agar penolakan oleh
warga Solo nampak beralasan dan terlihat sekali pada judul berita “Polemik
Pembangunan Bekas Saripetojo, Warga-Pelaksana Proyek Bersitegang”.
3. Struktur tematik, yaitu penulisan kalimat detail yang dimunculkan pada berita
– berita Harian Umum Solopos menunjukan bahwa pembongkaran bangunan
pabrik es untuk dijadikan pasar modern atau mal tidak bisa dibenarkan; lalu
pada segi struktur penulisan dan tata bahasa cenderung lebih berani untuk
mengkritisi rencana pembangunan mal serta nampak juga dalam pengulangan
kalimat ketika memberitakan Bibit mengeluarkan pernyataan bahwa
Walikota Solo bodoh. Ini menunjukan dan menekankan sikap negatif
gubernur. Kemudian pada unit analisis koherensi banyak menggunakan
koherensi sebab-akibat dan koherensi penjelas, hal ini untuk menunjukan
tindakan Pemerintah Kota dan Warga Solo, yang menolak rencana
pembangunan mal oleh gubernur, terlihat memiliki alasan yang rasional.
4. Struktur retoris, yaitu penggunaan grafis dan foto pada judul berita
“Perseteruan Walikota – Gubernur Memanas, Solo Tolak Bibit” menunjukan
dukungan pada sikap positif Jokowi dalam menanggapi pernyataan keras
Bibit kepada Walikota Solo tersebut, yang telah berani menentang rencana
pembangunan mal; lalu terdapatnya grafis yang menunjukan perbedaan
rekomendasi terkait status Saripetojo antara BP3 Jawa Tengah dengan Tim
Independen pada judul “Jokowi Pilih Tunggu BP3, Tim: Saripetojo tak Layak
BCB” ini mendiskripsikan bahwa hasil kajian tim independen yang
menyatakan Saripetojo bukan cagar budaya belum dapat dikatakan sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
230
keputusan akhir. Konstruksi tersebut juga nampak pada foto dan caption yang
menunjukan protes warga Solo sebagai tindakan positif untuk mendukung
Saripetojo sebagai Benda Cagar Budaya (BCB), ini sekaligus terlihat dari
penggunaan metafora untuk mendukung pesan tersebut; dan dari segi
penempatan judul berita tentang peristiwa penolakan pembongkaran
Saripetojo dan tindakan gubernur yang tidak beretika sebagai headline baik
pada halaman atau rubrik nasional maupun sebagai headline dalam rubrik
Kota Solo menunjukan peristiwa tersebut penting untuk diberitakan diantara
judul lainnya.
Sedangkan Suara Merdeka sebagai surat kabar regional membingkai
peristiwa Saripetojo dengan lebih menonjolkan atau menekankan pada substantif
bahwa status Saripetojo sebagai benda cagar budaya perlu dikaji dan rencana
pembangunan mal oleh gubernur perlu dipertimbangkan, sehingga Suara
Merdeka dalam memberitakan peristiwa ini cenderung netral. Hal ini terlihat
pada:
1. Analisis framing struktur sintaksis: narasumber yang digunakan oleh Suara
Merdeka lebih bersifat heterogen, meskipun komposisinya dalam beberapa
berita belum seimbang. Hal ini juga terlihat dari judul berita yang
ditampilkan.
2. Struktur skrip, yaitu Suara Merdeka memiliki strategi dalam
menyembunyikan salah satu atau beberapa unsur dari 5W+1H untuk
mengisahkan peristiwa dalam berita, seperti dalam judul “Penolakan Proyek
Mal Berlanjut”. Pada isi berita tersebut unsur why, yaitu alasan warga Solo
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
231
melakukan protes, nampak disembunyikan agar terlihat tindakan tersebut
kurang beralasan.
3. Dari struktur tematik, yakni pada segi struktur penulisan dan tata bahasa,
Suara Merdeka cenderung lebih berhati – hati, terkecuali pada berita aksi
protes warga Solo menolak pembongkaran Saripetojo. Berita tentang aksi
protes tersebut dikemas dengan pemilihan kata atau leksikon yang keras
untuk mendiskripsikan peristiwa tersebut, karena memang konstruksi yang
ingin dibangun tindakan warga tersebut represif; hal ini juga nampak pada
teknik labelling “pengunjuk rasa” sewaktu menggambarkan orang atau pihak
yang melakukan penolakan pembongkaran Saripetojo.
4. Struktur retoris menunjukan mayoritas penempatan judul berita diletakkan
bukan sebagai headline, seperti pada judul berita “Bibit Ditolak Masuk Solo”.
Ini menjadi strategi untuk menyembunyikan tindakan negatif Bibit kepada
Jokowi; kemudian penggunaan foto serta caption pada judul berita
“Penolakan Proyek Mal Berlanjut” menunjukan sikap represif warga Solo
saat melakukan demonstrasi menolak pembongkaran Saripetojo.
IV.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini, menurut peneliti masih ada beberapa hal yang
menjadi keterbatasan penelitian. Diantaranya adalah: Pertama, keterbatasan
dalam pengujian keabsahan hasil analisis penelitian (validitas data penelitian).
Lazimnya, pada teknik analisis framing menggunakan teknik triangulasi sumber -
dalam hal ini dilakukan wawancara dengan awak media yang terlibat dalam
pembuatan teks berita peristiwa Saripetojo - sebagai alat validitas data penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
232
Namun, karena awak media surat kabar yang bersangkutan tidak berkenan untuk
melakukan wawancara, serta hambatan lain seperti hambatan internal peneliti
maka teknik triangulasi sumber tersebut tidak dapat dilancarkan. Padahal, itu
penting untuk menemukan faktor – faktor yang mempengaruhi pembingkaian
berita atas peristiwa Saripetojo.
IV.3 Saran
Setelah menyelesaikan penelitian ini, saran yag dapat diberikan
peneliti antara lain: Pertama, kepada civitas akademia yang ingin melakukan riset
untuk mengembangkan teori teknik analisis framing model Zhongdang Pan dan
Gerald M Kosicki. Diharapkan dapat mengembangkan kriteria dalam pemilihan
unit – unit berita mana saja yang akan diambil sebagai bahan analisis. Karena
rata – rata pada penelitian framing yang telah dilakukan hanya memilih beberapa
berita sesuai dengan tema yang dikategorikan oleh peneliti. Padahal di luar sub
tema yang dipilih terbuka kemungkinan ada informasi lain yang menunjukan
sikap dan strategi media massa. Kedua, kepada mahasiswa yang ingin meneliti
lebih lanjut judul skripsi ini. Karena penelitian ini hanya bersifat
mendeskripsikan tentang bagaimana pembingkaian teks berita yang dilakukan
oleh Harian Umum Solopos dan Suara Merdeka, maka diharapkan faktor – faktor
yang mempengaruhi pembingkaian kedua surat kabar tersebut dapat diteliti lebih
lanjut guna mengetahui lebih lengkap dan mendetail pem-framing-an
pemberitaan pembangunan mal di bekas pabrik Es Saripetojo. Atau dianjurkan
untuk melanjutkan penelitian dengan mengukur bagaimana berita dikonstruksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
233
khalayak. Sehingga, nantinya kosntruksi berita atas peristiwa Saripetojo tidak
hanya dari sisi media saja, tetapi juga dilihat dari sisi konstruksi khalayak.