pola komunikasi masyarakat transisi (studi deskriptif .../pola... · karanganyar jawa tengah ini...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT TRANSISI
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Ibu-Ibu Rumah
Tangga Masyarakat Transisi di Desa Gawanan Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah)
Oleh
Livia Ayu Kusuma
D0204075
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Sosial
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSETUJUAN
Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, Juni 2009
Pembimbing,
Pawito, Ph. D
NIP 131 478 706
i
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disetujui dan disahkan oleh Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Rabu
Tanggal : 22 Juli 2009
Panitia Ujian Skripsi
Ketua
Sekretaris
Penguji 1
Drs. Nuryanto, M.Si
NIP. 19490831 197802 1 001
Dra. Indah Budi Rahayu., SE, M.Hum
NIP. 19580317 199010 2 001
Drs. Pawito, Ph.D
NIP. 19540805 198503 1 002
…………………………..
…………………………..
…………………………..
Mengetahui,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan,
Drs. H. Supriyadi, SN., SU
NIP. 19530128 198103 1 001
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
“COGITO ERGO SUM”Aku berpikir, jadi aku ada
(Descartes)
God answers prayers in three ways : He says “yes” and gives you what you want
He says “no” and gives you something better He says “wait” and gives you the best in his own time
(Anonim)
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan karya sederhana ini kepada :
Allah SWT
Papa dan Mama
Adikku … Ananda Jantayu
Obor Semangatku … Nur Seto Raharjo
Diriku sendiri
Seluruh insan yang senantiasa ikhlas dan bersabar menjalani hidup
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KATA PENGANTAR
Rasa syukur dan kebahagiaan yang luar biasa kehadirat Allah SWT,
karena dengan segala keridhoan-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya
sederhana ini. Skripsi dengan judul POLA KOMUNIKASI MASYARAKAT
TRANSISI, disusun untuk menempuh strata satu di Universitas Sebelas Maret
Surakarta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, jurusan Ilmu Komunikasi.
Tema yang penulis ambil ini berawal saat penulis menyadari adanya
fenomena mengenai masyarakat transisi, yaitu perubahan masyarakat dari
tradisional ke masyarakat industri atau yang lebih dikenal dengan masyarakat
modern. Masyarakat transisi merupakan masyarakat yang sedang beranjak dari
keadaan yang tradisional menuju pada kondisi yang lebih modern. Mungkin
fenomena tersebut merupakan hal yang lumrah yang terjadi pada masyarakat di
negara berkembang seperti Indonesia, karena kita juga menjadi bagian serta
menjalani kehidupan sebagai masyarakat transisi. Namun sebenarnya fenomena
mengenai masyarakat transisi ini sangatlah menarik untuk diteliti, dan juga masih
sangat minim penelitian mengenai masyarakat transisi.
Memilih lokasi di desa Gawanan, Kecamatan Colomadu, Kabupaten
Karanganyar Jawa Tengah ini dikarenakan masyarakatnya memiliki ciri
masyarakat transisi. Selain itu juga desa Gawanan yang merupakan wilayah
Kecamatan Colomadu ini merupakan Kecamatan paling barat yang memiliki letak
geografis yang jauh dari kota pemerintahan Kabupaten Karanganyar, karena harus
melewati Kotamadya Surakarta terlebih dahulu. Sehingga sebagian besar
v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
masyarakatnya banyak melakukan aktivitas di Kotamadya Surakarta daripada di
Kabupaten Karanganyar.
Dengan adanya pembangunan desa, telah memberikan banyak perubahan
di desa Gawanan baik secara fisik maupun pola kehidupan masyarakatnya. Seperti
misalnya perubahan parsial yang mulai tampak dari pakaian/penampilan yang
melambangkan identitas diri, perubahan pola pemukiman dan arsitektur rumah,
perubahan sistem mata pencaharian, alat transportasi yang semakin modern, jalan-
jalan penghubung desa yang telah beraspal dan juga bangunan gedung-gedung
serta perumahan modern yang kini telah mengubah wajah desa Gawanan.
Meskipun telah banyak pembangunan di desa Gawanan, namun tidak sepenuhnya
masyarakat desa Gawanan meninggalkan pola kehidupan tradisional mereka.
Karena disebagian besar masyarakatnya masih banyak terdapat bangunan-
bangunan yang masih tradisional, seperti bangunan rumah yang hanya
menggunakan kayu, rumah-rumah tradisional yang masih berlantaikan tanah,
rumah yang masih satu atap dengan kandang hewan, dan juga banyak yang masih
setia menggunakan alat transportasi tradisional seperti pedati, gerobak, becak dan
sepeda.
Demikian halnya dengan masyarakat desa Gawanan yang juga mengalami
banyak perubahan terutama para ibu rumah tangganya. Ibu rumah tangga juga
telah mengalami transisi dalam perannya sebagai wanita dalam keluarga. Ibu
rumah tangga tidak hanya sebagai konco wingking, namun kini wanita terutama
ibu rumah tangga menjadi konco samping yang di tandai dengan ibu rumah
tangga kini banyak berpendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah. Para ibu
vi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
rumah tangga kini lebih terbuka menerima berbagai informasi yang berasal dari
luar. Hal ini juga berpengaruh terhadap berbagai pertimbangan untuk
pengambilan keputusan dalam kehidupan mereka.
Selama proses pembuatan skripsi ini banyak hal baru yang penulis pelajari
bukan hanya sebatas yang tertulis di sini, namun lebih dari itu penulis juga
mendapatkan pengalaman yang luar biasa dan sangat berharga. Pembelajaran
tentang keikhlasan dan kesabaran dalam menjalani sebuah proses. Hingga
akhirnya memang selalu terbukti bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada pintu
kemudahan yang dibukakan.
Akhirnya karya sederhana ini tidak akan terselesaikan tanpa dukungan dan
doa dari semua pihak. Untuk itu dengan sepenuh hati penulis haturkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Drs. H. Supriyadi SN, SU, selaku Dekan
Fisip UNS beserta jajarannya, atas segala dedikasi yang tak pernah lelah untuk
selalu berjuang dalam rangka memajukan fakultas yang kita cintai ini.
Penulis juga sampaikan rasa terima kasih kepada Drs. Prahastiwi Utari, M.
Si, Ph. D selaku ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, atas kerja kerasnya untuk selalu
berupaya meningkatkan kualitas akademik di jurusan yang pernah menjadi yang
terbaik di tingkat nasional. Terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
untuk Drs. Pawito, Ph. D yang selama ini telah menjadi guru dan pembimbing
bagi penulis dalam menjalani proses pembuatan karya ini serta atas kesabaran dan
waktu yang selalu diluangkan untuk memberi masukan dan membesarkan hati
penulis dimasa-masa paling sulit.
vii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Tak lupa kepada Drs. Nuryanto, M. Si dan Dra. Indah Budi Rahayu, SE,
M.Hum terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
kritik dan saran demi kesempurnaan karya ini sehingga menjadi sesuatu yang
lebih layak untuk dibaca dan sebagai referensi. Tanpa kritik, mungkin penulis
merasa skripsi ini telah tuntas.
Pembuatan skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan kerja
sama dari semua masyarakat desa Gawanan. Terima kasih untuk Bapak Lurah
Murdiyanto, Ibu Anik Kepala Urusan Keuangan, beserta jajaran perangkat desa
Gawanan, Ibu Karsiyem, Ibu Sri Rejeki, Ibu Supartini Sesilia, Ibu Tri Hartini, Ibu
Sri Puji, Ibu Yeti Suhesti, Ibu Kadarwati, temanku Ully (setia menemani dan
membantuku dalam melakukan penelitian), Fajar, Maryanto, mas Manto dan
semua teman-teman Karang Taruna desa Gawanan, terima kasih atas semua
bantuan dan kerja samanya selama penulis melaksanakan riset.
Yang patut penulis muliakan adalah kedua orang tua tercinta, atas segala
dukungan, air mata, senyum, kerja keras, keikhlasan dan doa dengan tanpa syarat,
akhirnya penulis berhasil melewati satu jenjang lagi yang mungkin dulu tidak
terbayangkan karena penulis sempat mengalami proses yang sangat rumit. Terima
kasihku yang sebesar-besarnya untuk Papa, Mama dan untuk Ananda Jantayu
adikku, terima kasih untuk nasehat-nasehat kecilnya yang sangat membantu.
Kepada keluarga besar eyang Puspo Sudarwo, terima kasih atas doa dan semangat
untuk menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada yang terkasih mas Nur Seto Raharjo
yang tak henti-hentinya memberikan semangat, dukungan dan kasih sayang
dengan selalu mengucapkan “Jangan menyerah dek!!”.
viii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Untuk para sahabatku, Poundra, Yuka, Adena, Nungky, Atiek dan Atta.
Girls, ingat kata-kata ini “Tidak ada kata perceraian dalam persahabatan”.
Penulis bersyukur bisa bertemu dan merasakan tangis, tawa, obrolan, inspirasi,
semangat dan kegilaan bersama kalian. Juga untuk sahabatku SINCRONE, terima
kasih telah menjadikanku bagian dari hidup kalian yang sangat menyenangkan.
Terakhir untuk Psikopat, teman-teman yang telah mendahului maupun yang akan
menyusul, tetap bersemangat meraih semua mimpimu. Terima kasih untuk semua
sahabatku yang telah menemani proses pendewasaanku, tanpa kalian semua akan
terasa sulit dan tak berarti. Semoga keberkahan Allah SWT selalu menaungi kita
semua.
Surakarta, 24 Juni 2009
Livia Ayu Kusuma
ix
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR ISI
ISI HALAMAN
Persetujuan .......................................................................................................... i
Pengesahan .......................................................................................................... ii
Motto ................................................................................................................... iii
Persembahan ....................................................................................................... iv
Kata Pengantar .................................................................................................... v
Daftar Isi ............................................................................................................. x
Daftar Tabel ....................................................................................................... xiii
Daftar Gambar .................................................................................................... xiv
Daftar Bagan ....................................................................................................... xv
Daftar Lampiran ................................................................................................. xvi
Abstract ............................................................................................................. xvii
Abstrak ............................................................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 10
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 11
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 11
E. Telaah Pustaka .................................................................................. 12
E.1. Pola Komunikasi ....................................................................... 12
E.2. Masyarakat Transisi .................................................................. 20
E.3. Interaksionisme Simbolik .......................................................... 26
E.4. Pengambilan Keputusan ........................................................... 30
F. Metode Penelitian .............................................................................. 33
F.1. Pendekatan Penelitian ................................................................ 33
F.2. Metode Penelitian ....................................................................... 34
x
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
F.3. Objek Penelitian ......................................................................... 38
F.4. Sumber Data .............................................................................. 39
F.5. Teknik Pengumpulan Data ........................................................ 42
a. Observasi Partisipan .............................................................. 42
b. Wawancara ............................................................................ 43
c. Dokumentasi .......................................................................... 45
F.6 Teknik Sampling ......................................................................... 45
F.7 Validitas Data ............................................................................. 47
F.8 Model Analisis ............................................................................ 49
F.9. Kerangka Pemikiran .................................................................. 54
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ................................................. 70
A. Keadaan Umum Desa Gawanan .................................................. 70
B. Kondisi Fisik dan Geografis ........................................................ 72
B.1. Letak Wilayah ...................................................................... 72
B.2. Luas Wilayah ....................................................................... 76
C. Keadaan Penduduk ...................................................................... 77
C.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ........................... 77
C.2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ............................... 81
C.3. Penduduk Menurut Matapencaharian .................................. 84
C.4. Komposisi Penduduk Menurut Agama ................................ 87
C.5. Mutasi Penduduk .................................................................. 87
D. Keadaan Sarana dan Prasarana .................................................... 89
D.1 Sarana Sosial Budaya ............................................................ 91
D.2 Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Perhubungan ........... 93
D.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan .......................................... 95
D.4. Prasarana Perekonomian ...................................................... 96
E. Sistem Peralatan Hidup ................................................................ 97
F. Sistem Teknologi ......................................................................... 102
G. Kondisi Sosial Budaya ................................................................ 103
xi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
BAB III. SAJIAN DAN ANALISIS DATA ..................................................... 108
A. Latar Belakang Kehidupan
Masyarakat Transisi Desa Gawanan ........................................... 108
A.1. Karakteristik Masyarakat Transisi Desa Gawanan ............. 112
A.2. Karakteristik Ibu Rumah Tangga
Masyarakat Transisi Desa Gawanan ................................... 120
B. Pola Komunikasi Ibu Rumah Tangga
Masyarakat Transisi Desa Gawanan ............................................ 129
B.1. Komunikasi Kelompok Primer ............................................ 131
B.2. Komunikasi Kelompok Sekunder ........................................ 147
C. Komunikasi Massa ....................................................................... 166
D. Pengaruh Pola Komunikasi Ibu-ibu Rumah Tangga
dalam Proses Pengambilan Keputusan ......................................... 172
E. Pelestarian Lingkungan, Kerukunan, dan Gotong Royong .......... 191
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 198
A. Kesimpulan .................................................................................. 198
B. Saran ............................................................................................ 203
Daftar Pustaka
Lampiran
xii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Penggunaan Lahan di Desa Gawanan
Tahun 2008 (ha) ....................................................................... 77
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin ............................... 78
Tabel 2.2.1. Komposisi Penduduk Menurut
Umur dan Jenis Kelamin .......................................................... 80
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Menurut
Tingkat Pendidikan ................................................................... 82
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut
Jenis Matapencaharian .............................................................. 86
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Agama ........................................... 87
Tabel 2.6. Komposisi Mobilitas Penduduk
Di Desa Gawanan tahun 2008 ................................................... 88
Tabel 2.7. Prasarana Sosial Budaya ........................................................... 91
Tabel 2.8. Sarana dan Prasarana Komunikasi
dan Perhubungan ....................................................................... 93
Tabel 2.9. Sarana dan Prasarana Kesehatan ............................................... 95
Tabel 2.10. Prasarana Perekonomian ........................................................... 96
xiii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Peristiwa Dispersi Cahaya ...................................................... 23
Gambar 1.2. Pembelokan Cahaya pada Prisma ........................................... 24
Gambar 1.3. Prisma yang menggambarkan
Masyarakat Transisi ................................................................ 25
Gambar 1.4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman ..................... 53
Gambar 1.5. Skema Kerangka Pikir Pola Komunikasi
Masyarakat Transisi ................................................................ 55
Gambar 2.1. Peta Desa Gawanan ................................................................. 75
Gambar 3.1. Diagram Pengambilan Keputusan
dengan 5 Komponen dan 6 Metode ........................................ 180
xiv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Gawanan ............................... 90
xv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Foto-Foto
Lampiran 2 : Perijinan
Profil Narasumber, Tempat dan Waktu Wawancara
Transkrip Wawancara 1
Transkrip Wawancara 2
Transkrip Wawancara 3
Transkrip Wawancara 4
Transkrip Wawancara 5
Transkrip Wawancara 6
Transkrip Wawancara 7
Transkrip Wawancara 8
xvi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRACT
Livia Ayu Kusuma. D 0204075. 2009. Communication Pattern of Transitional
Community (A Descriptive Qualitative Study on Communication Pattern of
Housewives of Transitional Community of Gawanan Village, Kecamatan
Colomadu of Karanganyar Regency, Central Java). Minithesis:
Communication Science Program of Social and Politic Sciences Faculty of
Sebelas Maret University.
As a developing country, Indonesian society is a transitional community in nature,
namely, a community that progresses from a traditional condition to a modern
one. Similarly, Gawanan village, Kecamatan Colomadu of Karanganyar Regency
is a village with a characteristic of transitional community in which the
community is experiencing changes in residential, making of a living, education
orientation and also other changes occurring within the community. It is the case
with housewives of Gawanan village who previously considered konco wingking,
namely, their position was only to make their husbands satisfy about meal and
sexual activity. However, with the development era, the women are not limited on
the tasks, but they become konco samping, namely, to be an equal partner for their
own husband and to strive together in order to maintain the survival of their
family economy. Therefore, many housewives of Gawanan village are now
making a living too in order to maintain economy of their family that has more
complex needs.
Purpose of the research is to describe a characteristic of communication pattern
developing within housewives circle of transitional community of Gawanan
village, Kecamatan Colomadu of Karanganyar Regency, Central Java. In addition,
the research wants to know effect of the housewives’ communication pattern on
their decision making in Gawanan village.
The research is descriptive-qualitative one. Data collection method uses
participant observation, in-depth interview and document analysis techniques.
Informants are selected by using a snowball sampling method. Data is analyzed
by using a Mile and Huberman’s data interaction, and data validity is tested by
using method and source triangulation.
Results of the research indicated that characteristic of housewives’
communication pattern of Gawanan village was an interpersonal communication
that informal, unpredicted, unplanned, and spontaneous in natures that was taking
place in a primary communication group. While, communication taking place in
secondary groups is formal, that was a regular communication and that was
planned in nature. The communication pattern was affecting the housewives of
Gawanan village in their decision making process on information acquired
through the existing communication pattern.
xvii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ABSTRAK
Livia Ayu Kusuma. D 0204075. 2009. Pola Komunikasi Masyarakat Transisi
(Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Pola Komunikasi Ibu-Ibu Rumah
Tangga Masyarakat Transisi di Desa Gawanan Kecamatan Colomadu
Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah). Skripsi: Jurusan Ilmu Komunikasi,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret.
Sebagai negara berkembang masyarakat Indonesia memiliki ciri masyarakat
transisi, yaitu masyarakat yang sedang beranjak dari keadaan yang tradisional
menuju pada kondisi yang lebih modern. Demikian halnya dengan desa Gawanan,
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar, merupakan salah satu desa yang
memiliki ciri masyarakat transisi, dimana masyarakatnya telah banyak mengalami
perubahan dari pola pemukiman, sistem matapencaharian, orientasi pendidikan
serta perubahan yang terjadi pada masyarakatnya. Demikian halnya yang terjadi
pada ibu rumah tangga di desa Gawanan yang dulu ibu-ibu rumah tangga hanya
dianggap sebagai konco wingking suaminya, yaitu sebagai teman dapur dan
kasur. Namun seiring dengan kemajuan jaman, perempuan tidak sebagai konco
wingking lagi namun sebagai konco samping yang bersama-sama dengan pria
berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Seperti halnya para ibu rumah
tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak yang bekerja untuk membantu
ekonomi keluarga dengan semakin kompleksnya kebutuhan hidup.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan karakter pola komunikasi yang
berkembang dikalangan ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi desa Gawanan
Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah. Selain itu
penelitian ini juga ingin mengetahui pengaruh pola komunikasi para ibu rumah
tangga terhadap pertimbangan pengambilan keputusan para ibu rumah tangga di
desa Gawanan.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif, yang pengumpulan
datanya menggunakan teknik observasi partisipan, wawancara mendalam dan
analisis dokumen. Informan dipilih dengan menggunakan metode snowball
sampling. Analisis data yang diperoleh menggunakan model interaksi Miles dan
Huberman, dan keabsahan data diuji menggunakan triangulasi sumber dan
metode.
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini mengetahui bahwa karakter pola
komunikasi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan adalah komunikasi
antarpribadi yang bersifat informal lebih bersifat tak terduga, tanpa rencana, dan
spontan, yang terjadi pada kelompok komunikasi primer. Sedangkan komunikasi
yang terjadi pada kelompok sekunder bersifat formal, regular, dan terencana. Pola
Komunikasi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan mempengaruhi pertimbangan
para ibu rumah tangga dalam proses pengambilan keputusan terhadap informasi
yang diperoleh melalui pola komunikasi yang terjadi.
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Desa Gawanan termasuk salah satu wilayah desa yang terletak di
Kecamatan paling barat Kabupaten Karanganyar, yaitu Kecamatan Colomadu.
Secara geografis letak Kecamatan Colomadu tidak terdapat dalam satu kawasan
dengan kota pemerintahannya yaitu Kabupaten Karanganyar. Untuk mencapai
desa Gawanan dari kota pemerintahan Karanganyar harus melewati Kotamadya
Surakarta terlebih dahulu. Keadaan di sekitar Kecamatan Colomadu cukup ramai
dan padat karena berada di kawasan segitiga dan memiliki letak strategis yang
berbatasan dengan Kotamadya Surakarta serta Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Sukoharjo serta merupakan daerah transit yang cukup ramai dan padat.
Kehidupan masyarakat desa Gawanan seperti halnya masyarakat desa
lainnya memiliki hubungannya yang sangat erat antar individu satu dengan
individu yang lain. Desa Gawanan memiliki struktur pemerintahan desa seperti
desa-desa lainnya yaitu dipimpin oleh seorang kepala desa yang dipilih melalui
mekanisme pemilihan kepala desa secara langsung.
Pada umumnya dari tahun ke tahun keadaan desa Gawanan terus
mengalami perkembangan yang cukup pesat. Dengan perkembangan-
perkembangan yang ada pada desa Gawanan tersebut menjadikan terjadinya
beberapa perubahan dalam aspek kehidupan bermasyarakat seperti, tingkat
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pendapatan, tingkat pendidikan, pola pekerjaan, sarana transportasi, kesenian,
sistem religi, hingga organisasi sosial masyarakat.
Keadaan masyarakat Desa Gawanan kini semakin maju dengan
kemudahan menerima masuknya arus informasi dari luar menyebabkan
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan berbagai macam informasi.
Pengetahuan warga yang semakin meningkat ini menyebabkan seluruh sendi
kehidupan mereka pun turut mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Bisa
dikatakan bahwa masyarakat desa Gawanan tengah mengalami masa transisi,
yaitu masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat industri (modern).
Perubahan yang dialami masyarakat desa Gawanan terjadi di berbagai
aspek kehidupan, misalnya dari aspek ekonomi masyarakatnya yang semakin
meningkat, faktor utama yang menjadi penyebab pergeseran nilai tradisional
menuju nilai modern adalah peralihan masyarakat dari bidang pertanian ke
industri. Seperti contohnya perubahan dalam masalah pekerjaan, masyarakat yang
dulunya masih bersifat homogen (petani dan pedagang) kini mengalami pluralitas,
mereka banyak yang berpindah dari sektor pertanian ke pola pekerjaan yang
berada diluar pertanian, misalnya dengan menjadi pegawai, buruh, guru maupun
pekerjaan-pekerjaan lain yang masih terkait dengan sektor jasa.
Masyarakat memiliki alasan bahwa bidang pertanian yang tekuni selama
ini belum bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kesejahteraan
keluarga. Dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan pun tidak sebanding
dengan jumlah pendapatan yang diterima dari hasil panen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Sedangkan dari aspek sosial kini peralatan hidup yang dimiliki oleh
masyarakat di desa Gawanan pun mulai meningkat ke arah modern seperti mobil,
truk, dan kendaraan bermotor. Dulunya banyak masyarakatnya yang hanya
menggunakan alat transportasi tradisional seperti gerobak, pedati, dan becak.
Namun sekarang telah banyak warga yang memiliki sepeda motor, selain itu
hampir 90% masyarakat desa Gawanan telah memiliki televisi, sehingga arus
informasi begitu cepat di terima. Sedangkan perkembangan teknologi komunikasi
kini telah memudahkan masyarakat Gawanan untuk berkomunikasi dengan teman
atau kerabat yang berada di luar desa Gawanan. Penggunaan handphone kini telah
menjadi tren dan kebutuhan dikalangan masyarakatnya, bahkan kini setiap
anggota keluarga masing-masing telah memiliki alat komunikasi handphone.
Kenyataan seperti ini terjadi karena kebutuhan hidup, seperti kebutuhan akan
informasi, kebutuhan transportasi, dan kebutuhan komunikasi masyarakat desa
Gawanan semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman.
Perubahan juga terjadi pada aspek pendidikan masyarakatnya yang
semakin meningkat. Keinginan yang besar untuk mewujudkan generasi
penerusnya agar dapat meningkatkan derajat mereka melalui jalan pendidikan,
terlihat dari mayoritas penduduknya kini adalah lulusan menengah atas.
Perubahan orientasi pendidikan pun kini telah membuka kesempatan bagi warga
desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Adanya anggapan warga
Gawanan, khususnya para orang tua yang menyatakan bahwa pendidikan anak
harus lebih dari mereka. Hal ini dikarenakan para orang tua menginginkan anak-
anak mereka mampu bersaing dan mengikuti perkembangan jaman. Dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menyekolahkan anaknya menjadi sarjana, mereka berharap anaknya dapat
memiliki pekerjaan dan penghidupan yang layak.
Sepuluh tahun terakhir lahan sawah di desa Gawanan mengalami
pengalihan fungsi menjadi lahan hunian berupa perumahan. Hamparan sawah
yang terbentang hijau, juga penampilan sosok petani yang tiap pagi sering
dijumpai sedang menggarap sawah, kini mulai hilang. Berganti dengan kesibukan
orang-orang yang pergi bekerja ke kota, anak-anak pergi ke sekolah dan lalu lintas
kendaraan bermotor yang semakin padat menambah ramainya suasana desa
Gawanan. Banyaknya lahan pertanian yang kini telah beralih fungsi menjadi area
pemukiman, menyebabkan banyaknya warga pendatang yang menetap dan
berdomisili di desa Gawanan dan sebagian besar para pendatang bertempat tinggal
di perumahan.
Bahwasannya desa yang mengalami perubahan dari kondisi tradisional
ke dalam kondisi masyarakat modern atau yang biasa dikenal dengan masyarakat
transisi ini dapat dipahami dengan pengertian bahwa semua karakteristik
masyarakat tersebut berada antara masyarakat tradisional dan masyarakat modern.
Seperti masyarakat di Desa Gawaanan yang pada awalnya merupakan masyarakat
tradisional yang masih terikat oleh adat istiadat, masih bergantung pada alam,
serta hubungan kekerabatan antar masyarakat masih sangat erat, namun dengan
semakin pesatnya pembangunan di desa tersebut, seperti pengalihan fungsi lahan
pertanian menjadi arel perumahan, memungkinkan masyarakat desa Gawanan
mengalami proses transisi menuju masyarakat modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Ciri modernisasi pada masyarakat pedesaan adalah pembangunan jalan-
jalan penghubung serta adanya alat transportasi yang memudahkan masyarakat
pedesaan untuk melakukan pergerakan ke luar daerahnya. Kehadiran peralatan
pertanian yang serba mesin, perubahan lahan untuk areal pemukiman baru,
industri dan pendirian pabrik, pergeseran kesempatan kerja dari sektor pertanian
ke sektor yang lain, serta sumbangan sektor non-pertanian yang semakin besar
terhadap pertumbuhan ekonomi pedesaan menjadikan desa Gawanan mengalami
perubahan dari desa tradisional menuju desa modern.
Desa Gawanan sendiri dapat disebut sebagai desa transisi karena baik
secara fisik maupun masyarakatnya desa Gawanan sedang menuju arah modern
selain itu letaknya juga berdekatan dengan kompleks perumahan yang mayoritas
masyarakatnya memiliki pola hidup modern. Dengan adanya pembangunan telah
memberikan banyak perubahan di desa Gawanan, baik secara fisik maupun pola
kehidupan masyarakatnya. Seperti misalnya perubahan parsial yang mulai tampak
dari pakaian/penampilan yang melambangkan identitas diri, kepemilikan
kendaraan merupakan representasi kelas sosial dan mobilitas hidup, arsitektur
rumah, jalan penghubung telah bersapal yang menghubungkan desa Gawanan
dengan perkotaan, selain itu desa ini juga telah memiliki bangunan modern berupa
gedung-gedung sekolahan maupun pemerintahan.
Meski telah banyak pembangunan di desa Gawanan namun di sebagian
masyarakatnya masih banyak terdapat bangunan-bangunan rumah yang masih
tradisional, seperti bangunan rumah yang hanya menggunakan kayu, rumah-
rumah tradisional yang masih berlantaikan tanah, dan juga masih banyak terdapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
rumah yang masih satu atap dengan kandang hewan. Keadaan demikianlah yang
menjadikan desa Gawanan disebut sebagai desa transisi, dimana masyarakatnya
sedang mengalami peralihan yaitu masyarakat yang telah memiliki ciri
masyarakat modern namun masih mempertahankan nilai-nilai tradisional.
Perubahan hubungan masyarakat pedesaan dan lingkungan sosial,
dimulai ketika proses modernisasi yang dicirikan dengan komersialisasi (yang
serba uang) disegala bidang, telah mengubah perilaku masyarakat pedesaan.
Perubahan perilaku ini dapat dilihat dalam hal: orientasi pendidikan sebagai jalan
untuk memperoleh kedudukan (drajad), diferensiasi pekerjaan sebagai tuntutan
kebutuhan materi, serta perkembangan kelembagaan sosial desa sebagai tuntutan
kebutuhan dan rasa aman. Perubahan orientasi pendidikan telah membuka
kesempatan bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi.
Dengan menyekolahkan anaknya menjadi sarjana, mereka berharap anaknya
menjadi pegawai negeri (PNS). Keinginan yang besar untuk mewujudkan generasi
penerusnya agar dapat meningkatkan derajat mereka melalui jalan pendidikan,
terlihat dari mayoritas penduduknya kini adalah lulusan sekolah menengah atas.
Begitu pula dengan perilaku kesehatan penduduk, juga telah mengalami
pergeseran ke arah yang lebih modern. Mereka mulai meninggalkan cara-cara
pengobatan tradisional, seperti dukun, orang pintar dan sebagainya, serta beralih
ke pengobatan yang lebih logis seperti ke Puskesmas, dokter praktek atau ke
rumah sakit, baik untuk sakit yang ringan (seperti influensa, batuk dan
sebagainya) maupun sakit yang agak berat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Indikator-indikator tersebut diatas pada umumnya terdapat di desa
Gawanan, oleh sebab itu pengaruh dari modernisasi dengan sendirinya tidak dapat
dibendung lagi terhadap kehidupan masyarakatnya. Desa Gawanan telah
mengalami perubahan-perubahan di berbagai aspek kehidupan, misalnya aspek
ekonomi, telah terlihat pergeseran tenaga kerja dari sektor pertanian dan mulai
masuk ke sektor industri. Sedangkan dari aspek sosial kini masyarakat di desa
Gawanan mulai mempergunakan alat transportasi modern, seperti mobil, truk, dan
kendaraan bermotor. Namun demikian nampak di sini bahwa sebagian dari
masyarakatnya masih ada yang setia menggunakan alat transportasi tradisional
seperti gerobak, pedati, dan becak.
Kemajuan teknologi komunikasi dapat membawa dampak, baik positif
maupun negatif terhadap kehidupan sosial budaya terutama pada masyarakat
pedesaan yang sedang mengalami proses transisi dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern. Secara positif akan memberikan kemungkinan
terjadinya komunikasi secara lebih baik dan luas jangkauannya. Sedangkan
dampak negatifnya adalah dapat menimbulkan masalah baru. Memberikan
kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan sistem nilai, karena
adanya perbenturan sistem nilai pada masyarakat pedesaan dalam penerima
teknologi. Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media
massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada masyarakat pedesaan
yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Perubahan desa Gawanan juga diikuti perubahan masyarakatnya. Salah
satunya adalah perubahan yang terjadi pada para wanita di desa Gawanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
terutama ibu-ibu rumah tangga, yaitu wanita yang telah menikah. Karakteristik
wanita pada masyarakat transisi terlihat pada partisipasi wanita menyangkut peran
tradisi dan peran transisi yaitu dalam peran tradisi mencakup peran wanita sebagai
istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi meliputi
pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan manusia
pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga kerja turut aktif dalam
kegiatan ekonomis yaitu membantu suami mencukupi kebutuhan keluarga, di
berbagai kegiatan sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta
lapangan pekerjaan yang tersedia.
Pada jaman dulu ibu-ibu rumah tangga hanya dianggap suaminya
sebagai konco wingking atau teman kasur, dapur dan sumur. Ibu-ibu hanya
mengurus rumah tangga, bekerja di dapur dan mendidik serta merawat anak.
Namun seiring dengan kemajuan jaman, dan tingkat pendidikan yang semakin
tinggi wanita tidak sebagai konco wingking lagi namun sebagai konco samping
yang bersama-sama dengan pria berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga.
Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak
yang bekerja di luar rumah untuk membantu ekonomi keluarga dan memenuhi
kebutuhan hidup yang semakin kompleks.
Fenomena yang terjadi dalam masyarakat transisi di desa Gawanan
adalah semakin banyaknya ibu rumah tangga yang membantu suami mencari
tambahan penghasilan, selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga,
juga dapat sebagai wadah mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan
masyarakat. Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan ibu rumah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
tangga untuk berpartisipasi di dunia kerja, agar dapat membantu meningkatkan
perekonomian keluarga.
Meskipun desa Gawanan sedang mengalami masa transisi, namun
beberapa bagian dari kondisi sosial budaya masyarakatnya tidak ikut berubah
seiring dengan perubahan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya
menuju ke arah yang lebih modern. Bertahannya beberapa aspek sosial di Desa
Gawanan lebih disebabkan oleh karakteristik Desa Gawanan yang masih memiliki
basic pedesaan yang cukup kental dalam kehidupan kesehariannya terutama bagi
warga asli desa Gawanan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak terlalu
mempengaruhi atau bahkan merubah apa yang menjadi pegangan dari masyarakat
Desa Gawanan, seperti misalnya kegiatan gotong royong untuk membersihkan
lingkungan, arisan antar RT, pengurusan pesta perkawinan, ataupun masalah
pemakaman dari warganya sendiri.
Begitupula berbagai macam kegiatan sosial bagi para ibu rumah tangga
baik kegiatan formal maupun kegiatan non formal masih banyak diikuti, bahkan
tingkat partisipasi para ibu rumah tangga cukup tinggi, terlihat dari masih
berjalannya dengan baik kegiatan-kegiatan seperti PKK, Posyandu, pertemuan RT
dan RW, kegiatan keagamaan, kegiatan olahraga, termasuk juga kegiatan-kegiatan
non formal seperti kegiatan rewangan, besukan orang sakit, mengobrol di teras
pada sore hari dan juga kegiatan mengobrol saat berbelanja di tukang sayur
keliling. Hal ini memperlihatkan intensitas interaksi yang baik para ibu rumah
tangganya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Disamping mengalami perubahan-perubahan gaya hidup, masyarakat
desa Gawanan sendiri tidak lepas dari perubahan pola komunikasinya sejalan
dengan masuknya berbagai informasi dari luar karena pengaruh media massa yang
semakin maju dan modern. Hal-hal yang dibicarakan kini tidak hanya melulu
permasalahan yang ada di desa mereka, namun kini berbagai isu dan informasi
dari luar daerah mereka juga menjadi bahan perbincangan.
Pada penelitian ini fokus utama peneliti adalah mengenai karakter pola
komunikasi yang terjadi pada masyarakat transisi desa Gawanan, terutama pada
ibu-ibu rumah tangga serta pengaruh pola komunikasi tersebut terhadap
pertimbangan pengambilan keputusan para ibu rumah tangga dalam berbagai
permasalahan hidup.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka permasalahan yang
ingin diangkat oleh peneliti adalah :
1. Bagaimanakah karakter pola komunikasi yang berkembang dikalangan
para ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi khususnya yang bermukim
di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu?
2. Bagaimana pengaruh pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di Desa
Gawanan, Kecamatan Colomadu terhadap pengambilan keputusan ibu-ibu
rumah tangga di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui karakter pola komunikasi yang berkembang dikalangan
para ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi khususnya yang bermukim
di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu
2. Untuk mengetahui pengaruh pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di
Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu terhadap pengambilan keputusan
ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu.
D. Manfaat Penelitian
1. Akademis
Penelitian ini diharapkan mampu menambah dan melengkapi kajian
mengenai komunikasi terkait dengan nilai-nilai budaya lokal, dan
bagaimana suatu masyarakat transisi mampu beradaptasi menuju
masyarakat modern tanpa harus meninggalkan budaya tradisional
mereka.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan untuk bisa dijadikan masukan bagi berbagai
kalangan termasuk pemerintah, aktivis LSM serta masyarakat setempat
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan komunikasi budaya masyarakat
transisi di Desa Gawanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
E. Telaah Pustaka
E.1. Pola Komunikasi
Manusia sebagai makhluk sosial senantiasa tidak akan bisa lepas dari
proses komunikasi, baik secara verbal maupun non verbal, disadari maupun tidak
disadari. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam
pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia.
Memahami komunikasi manusia berarti memahami apa yang terjadi selama
komunikasi berlangsung, mengapa itu terjadi, apa yang dapat terjadi, akibat-akibat
dari apa yang terjadi dan akhirnya apa yang kita perbuat untuk mempengaruhi dan
memaksimalkan hasil-hasil dari kejadian tersebut. Mulai dari asumsi dasar bahwa
komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya
kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap individu
membutuhkan hubungan sosial, dan kebutuhan ini terpenuhi melalui pertukaran pesan,
yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia yang tanpanya akan
terjadi isolasi.
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Definisi komunikasi menurut Carl I. Hovland,1 komunikasi adalah proses di mana
seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk
mengubah perilaku orang lain (komunikan).
Komunikasi merupakan suatu proses yang terus menerus seperti sebuah
1 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, hal. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
lingkaran. Wiryanto2 mengatakan ”Sebagai suatu proses, komunikasi merupakan
suatu bentuk kegiatan yang berkelanjutan tidak mempunyai titik awal dan titik
akhir.” Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi bersifat dinamis dan
transaksional, dimana kemudian akan terjadi perubahan dalam setiap diri peserta
komunikasi tersebut. Karena dalam proses komunikasi, para peserta komunikasi
saling mempengaruhi, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses
mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the
behavior of other individuals)3.
Dalam berkomunikasi terdapat hal-hal yang dapat diamati dan terlihat
tampak dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak terlihat, tapi dapat terasa
pengaruhnya, beberapa faktor tersebut adalah4:
1. Meaning (makna)
Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara
menaggapinya. Seperti intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar,
dan sebagainya, merupakan simbol yang mewakili suatu makna.
Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan, kata pohon
mewakili tumbuhan, dan sebagainya.
2. Learning
Mengintepretasikan makna dari suatu simbol muncul berdasarkan pola-
pola komuniaksi yang diperoleh dari pengalaman. Intepretasi muncul
dari pembelajaran yang diperoleh dari pengalaman. Intepretasi muncul
2 Wiryanto, 2002, Teori Komunikasi Massa, Jakarta: PT Grasindo, hal. 19 3 Onong Uchjana Effendy, 2003, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal. 10 4 Website : http://kuliah.dagdigdug.com/2008/04/22/pengertian-komunikasi-antar-pribadi-kap-
dan-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kap. Diunduh tanggal 11 Juli 2009 jam 11.56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
disegala tindakan mengikuti aturan yang diperoleh melalui pengalaman.
Pengalaman merupakan rangkaian proses memahami pesan berdasarkan
yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan merupakan hasil belajar.
Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada
turunan/genetik, tapi makna dan informasi merupakan hasil belajar
terhadap simbol-simbol yang ada di lingkungannya. Membaca, menulis,
menghitung adalah proses belajar dari lingkungan formal. Jadi
kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil belajar (learning) dari
lingkungan.
3. Subjectivity
Pengalaman dari setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama,
sehingga individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan
men-decode (menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-
benar sama. Interpretasi dari dua orang yang berbeda akan berbeda
terhadap objek yang sama.
4. Negotiation
Komunikasi merupakan pertukaran simbol. Pihak-pihak yang
berkomunikasi masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi
orang lain. Dalam upaya ini terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol
dan makna sehingga tercapai saling pengertian.
5. Culture
Setiap individu merupakan hasil belajar dari dan dengan orang lain.
Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
masyarakat. Melalui partisipasinya, individu berbagi simbol dengan
orang lain, kelompok, organisasi dan masyarakat. Simbol dan makna
adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita terima dan kita adaptasi.
Melalui komunikasi, budaya diciptakan, dipertahankan dan dirubah.
Budaya menciptakan cara pandang (point of view) seseorang atau
kelompok orang terhadap sesuatu hal.
6. Interacting levels and context
Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan
tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai
dari komunikasi antar pribadi, kelompok, organisasi, dan massa.
7. Self reference
Perilaku dan simbol-simbol yang digunakan individu mencerminkan
pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan
lakukan dan cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang
adalah refleksi makna, pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan
kita.
8. Self reflexivity
Kesadaran diri (self-cosciousnes) merupakan keadaan dimana seseorang
memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan.
Inti dari proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang
dirinya sebagai bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada
komunikasi.
9. Inevitability
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak
melakukan apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang
terlihat, dan itu mengungkap suatu makna komunikasi.
Dalam proses komunikasi masing-masing individu, masing-masing
tempat tidak sama, setiap tempat mempunyai gaya yang berbeda. Karakter
tersebut akhirnya memunculkan suatu pola komunikasi yang berbeda antara
masyarakat sosial satu dengan masyarakat sosial lainnya. Pola adalah bentuk
(struktur) yang tetap; sistem; cara kerja. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pola
komunikasi dapat dipandang sebagai bentuk (cara-cara) yang dipakai untuk
berkomunikasi. Pola komunikasi yang terjadi pada ibu-ibu rumah tangga
masyarakat transisi di desa Gawanan misalnya, dapat diartikan sebagai cara-cara
berkomunikasi yang dilakukan oleh individu maupun kelompok. Cara-cara
tersebut meliputi bagaimana masyarakat berinteraksi dengan menggunakan
simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini kemudian akan
mempengaruhi pola komunikasi yang terbangun dalam satu komunitas
masyarakat tertentu.
Pemolaan (patterning) terjadi pada semua tingkat komunikasi:
masyarakat, kelompok, dan individu.5 Pada tingkat masyarakat, komunikasi
biasanya berpola dalam bentuk-bentuk fungsi, kategori ujaran (categories of talk),
dan sikap konsepsi tentang bahasa dan penutur. Komunikasi juga berpola menurut
peran tertentu dan kelompok tertentu dalam suatu masyarakat, tingkat pendidikan,
5 Lihat Abd. Syukur Ibrahim, 1994, Panduan Penelitian Etnografi Komunikasi, Surabaya:
Usaha Nasional, hal. 12-13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
wilayah geografis, dan ciri-ciri organisasi sosial yang lain. Kemudian komunikasi
juga berpola pada tingkat individual, pada tingkat ekspresi dan interpretasi
kepribadian. Komunikasi yang terjadi pada tingkat kelompok juga melibatkan
komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori komunikasi antarpribadi
berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Komuniaksi antarpribadi adalah komunikasi antara komunikator dengan
seorang komunikan. Joseph A. Devito6 dalam bukunya ”The Interpersonal
Communication Book” (Devito, 1989 : 4) mendefinisikan komunikasi
antarpribadi sebagai :
”The process of sending and receiving messages between two
persons, or among a small group of persons, with some effect and
some immediate feedback” (Proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan antar dua orang
atau diantara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek
dan beberapa umpan balik seketika).
Pentingnya situasi komunikasi antarpribadi ialah karena prosesnya
memungkinkan berlangsung secara dialogis. Komunikasi jenis ini dianggap paling
efektif dalam hal upaya mengubah sikap, pendapat, atau perilaku seseorang,
karena sifat dialogis, berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung,
komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga, pada saat
komunikasi dilancarkan. Sehingga komunikator dapat mengetahui apakah
komunikasi yang telah dilakukan itu bersifat positif atau negatif, berhasil atau
tidak berhasil. Jika memang komunikasi yang diharapkan tidak tercapai maka ia
6 Onong Uchjana Effendy, 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, hal. 59-60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
dapat meyakinkan komunikan ketika itu juga karena ia dapat memberi
kesempatan kepada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya.
Keefektifan dari komunikasi antarpribadi terjadi apabila tujuan untuk
mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku komunikan dapat tercapai. Dalam
komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh dan mempengaruhi antara kedua belah
pihak. Situasi komunikasi antarpribadi bagi komunikator sangatlah penting,
karena komunikator dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia
dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, dan
sebagainya. Yang terpenting adalah untuk mengubah sikap, pendapat, atau
perilakunya, dengan demikian komunikator dapat mengarahkan ke suatu tujuan
sebagaimana ia inginkan.
Komunikasi antarpribadi juga terjadi pada komunikasi kelompok,
karena kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi
kelompok. Menurut Charles Horton Cooley, yang dikutip oleh Jalaluddin
Rakhmat7, “By primary group I mean those characterized by intimate face-to-face
association and cooperation.” (Kelompok primer yang aku maksudkan adalah
yang memiliki kharakteristik seperti hubungan secara langsung.). Karakteristik
dari komunikasi kelompok primer dapat terlihat dari :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian yang paling
tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur backstage (perilaku
7 Jalaluddin Rakhmat, 1996, Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 142
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
yang hanya ditampakkan pada suasana privat saja). Meluas, artinya
sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara
berkomunikasi. Pada kelompok primer, diungkapkan hal-hal yang
bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal
maupun nonverbal.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Dalam
kelompok primer, yang penting adalah siapa dia, bukan apakah
dia. Hubungan dengan anggota kelompok primer bersifat unik dan
tidak daapt dipindahkan (nontransferable).
3. Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi, demi memelihara hubungan baik.
4. Pesan yang disampaikan bersifat ekspresif dan informal. 8
Masyarakat desa Gawanan memiliki ciri-ciri masyarakat transisi, yaitu
masyarakat yang sistem hidupnya beralih dari tradisional menuju masyarakat
modern. Masyarakat Gawanan yang masih memegang adat budaya warisan nenek
moyang, namun tidak menutup diri untuk menerima segala bentuk kemajuan.
Masyarakat desa Gawanan berkomunikasi dalam bentuk komunikasi kelompok
(group communication) , berarti komunikasi yang berlangsung antara seorang
8 Dikutip dari tulisan Charles Horton Cooley dalam bukunya yang klasik Social Organization,
yang dicuplik oleh Djalaludin Rakhmat (2001) pada buku Psikologi Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, hal 142. Charles Cooley membagi kelompok komunikasi menjadi dua, yaitu
kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok komunikasi yang
berlangsung secara intim, seperti komunikasi keluarga (orangtua-anak), komunikasi dengan
tetangga dekat, atau komunikasi dengan teman dekat. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok komunikasi yang sifatnya dangkal, tidak ada keterkaitan hubungan yang intim, seperti
komunikasi yang terjadi pada kumpulan ibu-ibu arisan PKK, pengajian, atau posyandu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
komunikator dengan sekelompok orang yang jumlahnya lebih dari dua orang.9
Pola komunikasi masyarakat desa Gawanan terutama ibu-ibu rumah tangganya
adalah pola komunikasi yang berlangsung antarpribadi yang terjadi di dalam
kelompok komunikasi, yaitu komunikasi kelompok primer dan komunikasi
kelompok sekunder.
Pola komunikasi kelompok primer berkaitan dengan komunikasi dalam
hubungan yang lebih akrab, dan lebih terikat secara personal, yaitu interaksi yang
terjadi dalam keluarga, teman sepermainan, dan tetangga akrab. Sedangkan pola
komunikasi kelompok sekunder terjadi dalam kelompok yang memiliki hubungan
tidak terlalu akrab dan tidak personal, yaitu interaksi yang terjadi dalam kelompok
arisan ibu-ibu PKK, kelompok pengajian dan kelompok Posyandu. Pola
komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana ibu-ibu rumah
tangga masyarakat desa transisi untuk berinteraksi; bertukar informasi, pikiran,
dan pengetahuan.
E.2. Masyarakat Transisi
Salah satu ciri masyarakat Indonesia adalah masyarakat transisi yang
sedang beranjak dari keadaan yang tradisional menuju pada kondisi yang lebih
modern. J. Useem dan R.H Useem (1968:144) mengistilahkan masyarakat transisi
dengan modernizing society. Masyarakat seperti ini berbeda dari tradition
oriented society (masyarakat tradisional) dan modern society (masyarakat
modern). Dijelaskan bahwa masyarakat tradisional adalah masyarakat yang
9 Onong Uchjana Effendy, 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra
Aditya Bakti, hal. 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
mencoba mengekalkan nilai-nilai tradisi dari nenek moyang dengan cara
mempraktikkan terus adat istiadat, upacara-upacara dan kebiasaan-kebiasaan yang
telah berlaku sejak zaman dulu. Bahkan sesuatu yang belum terjadi coba
diramalkan, diatur dan dikendalikan dengan menggunakan tradisi lama.10
Seperti
misalnya saat musim kemarau panjang masyarakat tradisional mencoba
mendatangkan hujan dengan bantuan jampi-jampi dari dukun agar hujan segera
turun. Selain itu ada juga tradisi menjodohkan anak dengan bantuan primbon-
primbon kelahiran agar kedua mempelai berbahagia selamanya.
Masyarakat transisi, menurut J. Useem dan R.H Useem adalah
masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa
lalu dan menggapai masa depan dengan terus-menerus membuat nilai-nilai baru
atau hal-hal baru. Masa transisi di Eropa misalnya, ditandai dengan mulai
dikenalnya teknologi mesin uap, alat fotografi dan listrik, yang bersamaan dengan
terjadinya pergantian sistem monarki menjadi sistem demokrasi. Dalam
masyarakat Indonesia, teknologi juga merupakan hal yang baru, yang mulai
dikenal oleh masyarakat walaupun bukan langsung merupakan hasil ciptaan
sendiri. Teknologi mempunyai arti yang penting dalam kehidupan manusia.
Dengan teknologi manusia dibantu mencapai tujuan-tujuan dalam rangka
memenuhi tuntutan kebutuhan, baik kebutuhan jasmani maupun kebutuhan
rohani. Oleh karena itu untuk mewujudkan kesejahteraan yang lebih baik,
penguasaan dan penggunaan teknologi yang lebih maju adalah suatu keharusan.
Semakin tinggi tingkat kemakmuran suatu masyarakat, semakin tinggi dan
10 Sarwono Sarlito, 1989, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 103-104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
beraneka ragam pula teknologi yang harus dikuasai dan dipergunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
Fred W. Riggs11
menggambarkan masyarakat transisi sebagai
masyarakat model prismatik. Masyarakat model prismatik adalah masyarakat
peralihan (transisi), dari masyarakat tradisional ke masyarakat industri. Teori
masyarakat model prismatik dikembangkan oleh Fred W. Riggs dalam bukunya
yang berjudul ‘Administration in Developing Countries, The Prismatic Society’,
tahun 1964, dengan landasan teorinya adalah positivisme, organisme, dan
fenomenologis.
Masyarakat prismatik dapat dikatakan sebagai masyarakat campuran
antara nilai tradisional dan proses modernisasi, dimana terjadi tumpang tindih
(overlaping) di antara kedua nilai tersebut. Paradigma masyarakat prismatik
diilhami oleh teori optik tentang defraksi (pembelokan cahaya). Teorinya
demikian : dalam setiap masyarakat, proses diferensiasi tidak secara tiba-tiba dan
pada tingkat kecepatan yang sama. Riggs mengumpamakan masyarakat dengan
menggunakan teori optik defraksi gelombang cahaya. Landasan dari teori optik
tersebut adalah : apabila seberkas cahaya putih datang pada permukaan sebuah
prisma, maka arah jalar cahaya akan di belokkan dengan sudut yang berlainan
(mengalami deviasi). Besar pembelokan (deviasi) ini tergantung pada sudut
puncak prisma dan indeks bias prisma. Hal ini terjadi karena kecepatan jalar
gelombang cahaya dalam kaca berbeda dengan kecepatan jalar cahaya di udara.
Demikian pula dengan harga indeks bias kaca bergantung pada warna, jadi juga
11 M. Munandar Soelaiman, 1998, Dinamika Masyarakat Transisi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
bergantung pada panjang gelombang datang miring pada permukaan prisma, maka
tiap warna akan dibelokkan dengan sudut yang berlainan, peristiwa ini disebut
dispersi (penyebaran).
Dispersi cahaya putih menjadi cahaya dengan berbagai warna yang mempunyai
harga panjang gelombang
Gambar 1.1. Peristiwa Dispersi Cahaya
Dijelaskan bahwa suatu gabungan sinar putih yang menembus prisma,
akan menghasilkan cahaya bias (terurai) pada sebuah layar, merupakan sebuah
spektrum pelangi dengan warna yang berbeda-beda. Riggs membayangkan yang
terjadi di dalam prisma, dimana proses pembiasan dimulai, sebenarnya di dalam
prisma itu sudah tercermin bayangan pelangi tersebut sejenak, tapi tidak lengkap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Berkas cahaya yang datang pada prisma akan mengalami pembelokan atau
deviasi ke bawah
Gambar 1.2. Pembelokan Cahaya pada Prisma
Pada saat cahaya di dalam prisma itulah, dikiaskan sebagai masyarakat
prismatik. Masyarakat prismatik yang di maksud oleh Riggs adalah masyarakat di
negara-negara dunia ketiga (negara-negara berkembang) termasuk Indonesia.
Cahaya memusat dikiaskan sebagai masyarakat tradisional, dan cahaya memencar
dikiaskan untuk masyarakat modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Prisma yang menggambarkan masyarakat transisi
Memusat Prismatik Memencar
Gambar 1.3. Prisma yang menggambarkan masyarakat transisi
Sinar yang memusat terdiri dari semua frekuensi yang terdapat dalam
sinar berwarna putih, sedangkan sinar yang membias memisahkan komponen
frekuensi, seperti dalam spektrum. Oleh Riggs keadaan teori optik ini dikiaskan
pada masyarakat. Dalam teori-teori ilmu sosial, konsep masyarakat sering
dibedakan antara masyarakat tradisi atau masyarakat agraria, dan masyarakat
modern atau masyarakat industri. Konsep masyarakat yang ada si antara dua
konsep masyarakat tersebut disebut masyarakat transisi.
Perubahan pola kehidupan masyarakat pada dasarnya dapat dilihat
sebagai akibat dari pertemuan pola kebudayaan yang berbeda yaitu pola
kebudayaan masyarakat agraris dan pola perangkat industri. Pertemuan dari dua
pola kebudayaan tersebut melahirkan suatu proses perubahan, baik dilihat dari
segi masyarakat agraris maupun dari perangkat industri yang menuju kepada
terbentuknya masyarakat industri dengan masyarakat majemuk yang beraneka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
ragam suku bangsa, kebudayaan, agama, keahlian dan pendidikan. Perubahan
kehidupan itu dapat mempengaruhi struktur sosial masyarakat, proses
pengambilan keputusan, maupun pola komunikasi masyarakat setempat.
E.3. Interaksionisme Simbolik
Teori Interaksionisme simbolik adalah salah satu teori yang termasuk di
dalam paradigma definisi sosial (social definition paradigm). Definisi sosial
didasarkan pada proses pendefinisian realitas sosial, bagaimana orang
mendefinisikan situasi, serta asumsi bahwa manusia adalah makhluk yang kreatif.
Dalam bukunya “Symbolic Interactionism ; Perspektive and Metode”, Herbert
Blumer menegaskan, bahwa ada tiga asumsi yang mendasari tindakan manusia.
Tiga asumsi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Human being act toward things on the basic of the meaning that
the things have for them.
2. The meanings of things arises laut of the social interaction one has
with one’s fellows.
3. The meanings of things are handled in and modified through an
interpretative process used bu the person in dealing with the things
he ecounters.12
(Premis pertama, “manusia melakukan berbagai hal atas dasar
makna yang diberikan oleh berbagai hal itu kepada mereka”.
Premis kedua, yang mendasari interaksionisme simbolik adalah
bahwa “makna berbagai hal itu berasal dari, atau muncul dari
interaksi sosial seseorang dengan orang lain”. Premis ketiga,
adalah “makna ditangani atau dimodifikasi melalui suatu proses
12 (Wallace, 1986; 204-206) dikutip oleh Drs. Sutaryo. M.Si, 2001, Sosiologi Komunikasi, Pusat
Penerbit Universitas Terbuka, hal. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
penafsiran yang digunakan oleh orang dalam kaitannya dengan
berbagai hal yang dihadapi.”)
Manusia itu bertindak terhadap sesuatu, baik itu benda, kejadian, atau
fenomena didasarkan atas makna yang dimiliki benda, kejadian atau fenomena itu
bagi mereka. Dapat dijelaskan bahwa makna suatu benda, suatu kejadian, atau
suatu fenomena, tidaklah terletak pada benda, kejadian, atau fenomena tersebut,
melainkan tergantung pada bagaimana seseorang ataupun masyarakat memberi
makna terhadap benda, kejadian ataupun fenomena tersebut. Makna yang
diperoleh merupakan produk dari interaksi sosial para anggota masyarakat. Makna
itu merupakan penafsiran dari anggota masyarakat dalam menanggapi kejadian-
kejadian atau fenomena-fenomena di dalam masyarakat.
Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan Blumer,
proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegakkan
aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakkan kehidupan
kelompok.
Weber mendefinisikan tindakan sosial sebagai semua perilaku manusia
ketika dan sejauh individu memberikan suatu makna subjektif terhadap perilaku
tersebut. 13
Alih-alih memfokuskan diri pada individu dan ciri-ciri kepribadiannya,
atau bagaimana struktur sosial membentuk atau menyebabkan perilaku individu
tertentu, interaksionisme simbolik mempelajari sifat interaksi yang merupakan
kegiatan sosial dinamis manusia.
13 Max Weber (1971:128) sebagaimana dikutip oleh Deddy Mulyana, 2008, Metodologi
Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Cet. 6), hal. 60
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Esensi interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan
ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna.
Perspektif ini berusaha memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek.
Selain itu juga menyarankan bahwa perilaku manusia harus dilihat sebagai proses
yang memungkinkan manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan
mempertimbangkan ekspektasi orang lain yang menjadi mitra interaksi mereka.
Sedangkan George Ritzer meringkaskan teori ini ke dalam prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Manusia, tidak seperti hewan, dianugerahi kemampuan untuk
berpikir.
2. Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi sosial.
3. Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang
memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka
sebagai manusia, yaitu berpikir.
4. Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan
(action) dan interaksi yang khas manusia.
5. Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol
yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan
interpretasi mereka atas situasi.
6. Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena,
antara lain meeka mampu berinteraksi dengan diri sendiri, yang
memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih
salah satunya.
7. Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalin-menjalin ini
membentuk kelompok dan masyarakat.14
Menurut Ritzer, kesimpulan utama yang perlu diambil dari substansi
teori interaksionisme simbolik adalah sebagai berikut:
Kehidupan masyarakat itu terbentuk melalui proses interaksi dan
komunikasi antarindividual dan antarkelompok dengan
menggunakan simbol-simbol yang dipahami maknanya melalui
proses belajar.15
Teori Interaksionisme simbolik ini sangat menekankan arti pentingnya
proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak. Tindakan itu berupa
Stimulus – Proses berpikir – Respons. Manusia itu bertindak dengan melalui
proses berpikir lebih dahulu. Tidak seperti binatang bertindak tanpa melalui
proses berpikir lebih dahulu.
Menurut perspektif Interaksionisme simbolik, media massa dengan
informasi yang dibawanya dapat mengilhami pikiran anggota masyarakat untuk
bersikap dan bertindak tertentu terhadap kejadian atau fenomena yang terjadi di
dalam masyarakat. Hal ini dikarenakan perspektif ini berpendapat bahwa manusia
itu merupakan makhluk yang kreatif dan dapat menerjemahkan simbol-simbol
yang diterimanya sesuai dengan penafsirannya.
14 Deddy Mulyana, Ibid, hal. 73 15 Drs. Sutaryo M,Si, 2001, Sosiologi Komunikasi, Pusat Penerbit Universitas Terbuka, hal. 9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
E.4. Pengambilan Keputusan
Hampir setiap hari, bahkan setiap saat selalu ada keputusan yang dibuat
misalnya di rumah tangga, di kantor, dalam organisasi atau di dalam masyarakat.
Keputusan dapat dibuat oleh individu (perseorangan) ataupun kelompok dengan
memiliki tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya para ibu rumah tangga di
desa Gawanan, setiap harinya selalu ada keputusan yang diambil, baik untuk
kepentingan keluarga, maupun kepentingan diri sendiri. Keputusan yang diambil
pasti memiliki tujuan yang jelas, seperti misalnya keputusan untuk
menyekolahkan anak mereka di Solo, tujuannya adalah agar anak lebih maju,
karena fasilitas sekolah di Solo dirasa lebih memadai dan lebih lengkap untuk
menunjang belajar anak.
Ibnu Syamsi16
menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan
proses pembatasan dan perumusan masalah, membuat beberapa alternatif
pemecahan beserta konsekuensinya masing-masing alternatif, kemudian memilih
satu alternatif pemecahan terbaik untuk selanjutnya melaksanakan keputusan
tersebut. Dengan demikian, maka pemecahan masalah yang timbul akan
dibuatkan beberapa alternatif, sebab apabila alternatif yang telah dipilih ternyata
tidak cocok, maka tinggal menggunakan alternatif yang lainnya. Sehingga dapat
segera diambil keputusan dalam proses pemecahan masalah.
Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk memecahkan
permasalahan atau persoalan (problem solving), karena dalam setiap keputusan
yang dibuat pasti ada tujuan yang akan dicapai. Pengambilan keputusan sebagai
16 Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-Pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 129
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
suatu kelanjutan dari cara pemecahan masalah mempunyai fungsi antara lain : (1)
pangkal permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah baik
secara individual maupun secara kelompok, baik secara institusional maupun
secara organisasional, (2) sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut
dengan hari depan, masa yang akan datang, dimana efeknya atau pengaruhnya
berlangsung cukup lama.17
Pembuat keputusan akan mengidentifikasi masalah, mengklarifikasi
tujuan-tujuan khusus yang diinginkan, memeriksa berbagai kemungkinan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan mengakhiri proses itu dengan
menetapkan pilihan bertindak. Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah,
maka perlu diketahui unsur-unsur dari pengambilan keputusan, antara lain:
1. Tujuan dari pengambilan keputusan
2. Identifikasi alternatif-alternatif keputusan untuk memecahkan masalah
3. Perhitungan mengenai faktor-faktor yang tidak dapat diketahui
sebelumnya atau diluar jangkauan manusia
4. Sarana atau alat untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu
pengambilan keputusan18
Dalam pengambilan keputusan dipilih suatu alternatif cara bertindak
dengan metode yang efisien sesuai dengan situasi. Oleh karena itu memerlukan
beberapa langkah dalam mengambil keputusan agar keputusan yang diambil
17 Nugroho J. Setiadi, 2008, Business Economics and Managerial Decision Making, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, hal.18 18 Nugroho J. Setiadi, Ibid, hal.19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Tahapan-tahapan dalam pengambilan
keputusan menurut Nugroho19
adalah sebagai berikut:
Tahap 1 : pemahaman dan perumusan masalah melalui identifikasi dan diagnosis
masalah.
Tahap 2 : pengumpulan dan analisis data yang relevan
Tahap 3 : pengembangan alternatif-alternatif. Herbert Simon mengemukakan
konsep pemuasan (satisfying), yang berarti bahwa pembuat
keputusan memilih suatu alternatif yang cukup baik, walaupun bukan
yang sempurna atau ideal.
Tahap 4 : evaluasi alternatif-alternatif melalui penilaian berbagai alternatif
penyelesaian
Tahap 5 : pemilihan alternatif terbaik
Tahap 6 : implementasi keputusan. Setelah alternatif terbaik terpilih, dibuat
rencana-rencana tindakan untuk mengatasi berbagai persyaratan dan
masalah yang mungkin dijumpai dalam penerapan keputusan.
Tahap 7 : evaluasi hasil-hasil keputusan
Proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan tersebut
biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan yang sifatnya insidental atau
keputusan yang diambil apabila ada masalah yang muncul dan perlu dipecahkan.
Masyarakat desa Gawanan yang merupakan masyarakat transisi, keadaan
dimana masyarakatnya sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan masyarakat
19 Nugroho J. Setiadi, Ibid, hal. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
menjadi meningkat dan semakin kompleks. Kini kebutuhan pokok masyarakat
tidak hanya seputar sandang, pangan, dan papan. Namun juga kebutuhan akan
informasi, transportasi dan komunikasi. Semakin kompleksnya kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat desa Gawanan membuat masyarakat harus
pandai-pandai memilih serta memutuskan kebutuhan mana yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Disinilah peran seorang ibu sebagai pengatur rumah tangga dalam
mengatur pemasukan untuk lebih selektif dalam memenuhi segala kebutuhan
keluarga. Para ibu-ibu rumah tangga setiap saat harus mampu mengambil
keputusan dalam berbagai hal baik menyangkut kepentingan keluarga maupun
kepentingan diri sendiri.
F. Metodologi Penelitian
F.1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang mana
mempunyai ciri di antaranya mempunyai latar alamiah, instrumennya adalah
manusia (peneliti atau orang lain yang membantu), menggunakan metode
kualitatif, analisis data secara induktif, teori dari dasar, deskriptif dan desain
bersifat sementara.20
Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya
pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap
dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika
ilmiah. Hal ini bukan berarti bahwa pendekatan kualitatif sama sekali tidak
20 Lexy J. Moleong, 2001, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hal. 4 -7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
menggunakan dukungan data kuantitatif akan tetapi penekanannya tidak pada
pengujian hipotesis melainkan pada usaha menjawab pertanyaan penelitian
melalui cara-cara berpikir formal dan argumentatif.21
Seperti yang diungkapkan Pawito22
bahwa penelitian komunikasi
kualitatif biasanya tidak dimaksudkan untuk memberi penjelasan-penjelasan
(explanations), mengontrol gejala-gejala komunikasi, mengemukakan prediksi-
prediksi, atau untuk menguji teori apapun, tetapi lebih dimaksud untuk
mengemukakan gambaran dan/atau pemahaman (understanding) mengenai
bagaimana dan mengapa suatu gejala atau realitas komunikasi terjadi.
F.2. Metode Penelitian
Penelitian ini terarah pada penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif,
dimana penelitian ini bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat
fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
Penelitian ini berusaha menggambarkan situasi atau kejadian. Data yang
dikumpulkan semata-mata bersifat deskriptif sehingga tidak bermaksud mencari
penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi, maupun mempelajari
implikasi.23
Data yang dikumpulkan terutama berupa kata-kata, kalimat atau
gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi24
.
Penelitian deskriptif menentukan dan melaporkan keadaan sekarang. Seperti
penelitian sejarah tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol hal-hal yang telah
21 Azwar Safrudin, MA, 2003, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 5 22 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
3523 Pawito, Ibid, hal. 7 24 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam
penelitian, Surakarta: UNS Press, hal. 35
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
terjadi, demikian pula penelitian deskriptif tidak memiliki kekuatan untuk
mengontrol hal-hal yang sementara terjadi, dan hanya dapat mengukur apa yang
ada (exist).25
Bentuk penelitian ini bersifat etnografi, yaitu usaha untuk menguraikan
kebudayaan atau aspek-aspek kebudayaan. Pada perkembangannya sekarang
dalam konteks penelitian komunikasi, etnografi sering kali dipahami serta
diaplikasikan secara bervariasi pula, meliputi antara lain:
a. Mendeskripsikan pendapat serta perasaan-perasaan khalayak, misalnya
mengenai materi siaran televisi dalam variasi gender, kelas ekonomi,
golongan sosial. Yang menjadi fokus ini adalah penilaian-penilaian dan
persepsi-persepsi khalayak dengan latar belakang sosial atau budaya
yang berbeda-beda.
b. Mendeskripsikan kecenderungan perilaku audien sebagai subyek
(discursive subjects), misalnya bagaimana pola-pola penggunaan media,
pola interaksi dan pengaruhnya terhadap fungsi-fungsi media atau
fungsi-fungsi pesan.
c. Mendokumentasikan pola aktivitas khalayak dalam kerangka konstruksi
sosial (social constructed), wilayah budaya (culturally located), dan
pengaruh politik (politically potent) dan pola komunikasi.26
25 Sevilla, Consuelo G, 1993, Pengantar Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Indonesia, hal.
7126 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
153
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan etnografi untuk
mendokumentasikan pola komunikasi masyarakat transisi di Desa Gawanan
dengan subyek utama ibu-ibu rumah tangga.
Pendekatan etnografis secara umum adalah pengamatan-berperan serta
sebagai bagian dari penelitian lapangan27
. Syarat utama dalam studi etnografi
adalah peneliti itu sendiri harus hidup di antara obyek dan subyek yang ditelitinya
untuk waktu yang relatif cukup bagi si peneliti untuk dapat hidup terintegrasi
dengan masyarakat yang ditelitinya. Keberadaan peneliti dibutuhkan agar dapat
mengembangkan kepekaannya dalam berpikir, merasakan dan mengintepretasikan
hasil-hasil pengamatannya dengan menggunakan konsep-konsep yang ada dalam
pemikiran, perasaan-perasaan dan nilai-nilai dari yang diteliti28
. Di kutip oleh
Pawito29
menurut Maanen istilah etnografi dalam arti metode adalah :
Fieldwork (alternatively, participant-observation) conducted by a
single investigator who ’lives with and lives like’ those who are studied, usually for a year or more. (Penelitian lapangan, kata lain
dari metode observasi-terlibat, yang dilakukan oleh seorang
peneliti yang untuk itu ia tinggal bersama dan hidup sebagaimana
layaknya orang-orang yang diteliti, untuk waktu satu tahun atau
lebih).
Berdasarkan pendapat tersebut, maka penelitian ini hanya bersifat
etnografi tetapi tidak menggunakannya sebagai suatu metode penelitian. Karena
penelitian ini hanya berlangsung beberapa bulan tidak mencapai waktu satu tahun
atau lebih sebagaimana mestinya penelitian dengan menggunakan metode
27 Lexy J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hal. 26 28 Lihat Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara
Wacana, hal. 151 29 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
150
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
etnografi. Dengan demikian metode yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah bersifat etnografi dengan menggunakan metode pengamatan berperan serta
(observasi partisipasi).
Diungkapkan oleh Agus Salim kegiatan penelitian dengan menggunakan
metode pengamatan terlibat, si peneliti bukan hanya mengamati gejala-gejala
yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang ditelitinya tetapi juga
melakukan wawancara, mendengarkan, merasakan dan dalam batas-batas tertentu
mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh mereka yang ditelitinya30
.
Menurut Pawito, dalam praktik penggunaannya, metode observasi dapat
dibedakan menjadi beberapa jenis sesuai dengan tingkat keterlibatan peneliti
dalam atau terhadap aktivitas serta proses-proses yang ada pada masyarakat yang
diteliti. Metode pengamatan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu (a)
observasi dengan ikut terlibat dalam kegiatan komunitas yang diteliti (participant
observation) dan (b) observasi tidak terlibat (nonparticipant observation). Metode
pengamatan ikut terlibat (participant observation) sering dibedakan menjadi dua
jenis berdasarkan tingkat keterlibatan (tingkat partisipasi), yakni berpartisipasi
secara aktif dan penuh (total participant observation), serta berpartisipasi aktif
(active participant observation) 31
.
Pada jenis pertama berpartisipasi secara aktif dan penuh (total
participant observation), peneliti melibatkan diri secara total dalam setiap proses
dan aktivitas masyarakat yang diteliti dan bukan hanya sekedar tinggal bersama
30 Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,
hal. 161 31 Pawito, Op.Cit, hal. 114-115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
dan melakukan pengamatan. Peneliti pada dasarnya mengambil bagian dan
mengambil peran-peran tertentu dalam aktivitas serta proses-proses yang ada.
Penggunaan metode observasi aktif dan penuh ini berlangsung relatif lama. Untuk
mengamati gejala yang kompleks dan rumit terkait dengan kebudayaan maka
metode demikian pada dasarnya adalah metode etnografi.
Jenis yang kedua berpartisipasi aktif (active participant observation),
peneliti ikut ambil bagian sampai tingkat tertentu dalam kegiatan atau proses-
proses penting di dalam masyarakat yang diteliti, disamping tinggal bersama dan
melakukan penelitian. Peneliti dalam hubungan ini tidak menjadi bagian dari
masyarakat yang diteliti.
Berdasarkan pada pendapat-pendapat tersebut di atas, penelitian ini
menggunakan metode active participant, tetapi hanya pada tingkat aktif tidak
sampai pada tingkatan total. Pemilihan metode tersebut berdasarkan alasan yaitu
karena penelitian ini mengenai pola komunikasi masyarakat transisi, dimana
pengumpulan data tidak bisa dilakukan hanya dengan menggunakan studi
dokumen dan wawancara saja, tapi memerlukan metode observasi active
participant untuk mengamati kehidupan sehari-hari mereka.
F.3. Objek Penelitian
Objek pada penelitian ini adalah karakter pola komunikasi yang
berkembang dikalangan para ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi khususnya
yang bermukim di Desa Gawanan, Kecamatan Colomadu. Lokasi desa Gawanan
Kecamatan Colomadu ini merupakan kawasan segitiga yang memiliki letak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
strategis dan berbatasan dengan Kotamadya Surakarta serta Kabupaten Boyolali
dan Sukoharjo dan merupakan daerah transit yang cukup ramai dan padat.
F.4. Sumber Data
Pemahaman mengenai berbagai macam sumber data merupakan bagian
yang sangat penting bagi peneliti, karena ketepatan memilih dan menentukan jenis
sumber data akan menentukan ketepatan dan kekayaan data atau informasi yang
diperoleh. Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data,
observasi maupun lewat data dokumentasi. Data yang dikumpulkan mungkin
berupa data primer, data sekunder, atau keduanya. Data primer diperoleh dari
sumber pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang diperoleh
langsung dari lapangan, melalui interview (wawancara), arsip lembaga,
dokumentasi, observasi maupun penggunaan instrumen pengukuran yang khusus
dirancang sesuai dengan tujuan yang akan diperoleh. Sumber utama dalam
penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan dan aktivitas yang
dilakukan dalam kegiatan sehari-hari.
Ibu-ibu rumah tangga yang menjadi informan dalam penelitian ini
memiliki beberapa kualifikasi, antara lain adalah para ibu rumah tangga yang
telah memiliki keturunan. Hal ini kaitannya dengan pertimbangan para informan
dalam mengambil keputusan mengenai sekolah yang tepat bagi anak-anak
mereka.
Selain itu penelitian ini juga memperhatikan kriteria yang menyangkut
profesi maupun aktivitas ibu-ibu rumah tangga dalam perkumpulan dan kegiatan
yang ada di lingkungan Desa Gawanan, seperti kegiatan arisan PKK, Posyandu,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
pengajian, rewangan, besukan, berbelanja, dan sebagainya. Kecenderungan yang
ada, di lihat dari tingkat keaktifan yang berbeda-beda bisa saja ditemui, misalnya
tingkat keaktifan ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah dan ibu-ibu
rumah tangga yang tidak bekerja. Di samping itu, tingkat keaktifan ini juga bisa
dilihat dari aktivitas ibu-ibu rumah tangga dalam kegiatan di lingkungan desa.
Dalam penelitian ini ibu-ibu rumah tangga yang dipilih sebagai informan adalah
berasal dari berbagai variasi profesi. Sedangkan dilihat dari tingkat keaktifan
dalam kegiatan perkumpulan, informan dalam penelitian ini adalah mereka yang
aktif dan ikut dalam kegiatan tersebut serta mereka yang pasif dalam berbagai
kegiatan perkumpulan di lingkungan mereka.
Hal tersebut penting untuk diketahui, karena berkaitan erat dengan pola
komunikasi para ibu rumah tangga yang terjadi di Desa Gawanan. Aktivitas
maupun profesi sedikit banyak akan mempengaruhi unsur-unsur dalam pola
komunikasi yang terjadi. Misalnya intensitas komunikasi, tema komunikasi, dan
lain sebagainya yang dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga di Desa Gawanan.
Selain kulifikasi yang telah disebutkan di atas, penelitian ini juga
memperhatikan variasi informan yang didasarkan pada asal-usul informan, yakni
warga asli Desa Gawanan ataukah warga pendatang. Ibu-ibu rumah tangga yang
merupakan warga asli biasanya terkonsentrasi di daerah yang masih bersifat
pedesaan, sedangkan ibu-ibu rumah tangga yang merupakan warga pendatang
banyak terkonsentrasi di daerah perumahan. Kaitannya dengan pola komunikasi,
ibu-ibu rumah tangga yang merupakan warga asli, diasumsikan masih banyak
memegang pola-pola yang bersifat tradisional. Di sisi lain, ibu-ibu rumah tangga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
yang merupakan warga pendatang diasumsikan membawa kebudayaan, maupun
nilai dan norma yang bersifat modern.
Para informan ini diwawancarai secara mendalam selama jangka waktu
penelitian, yakni dari bulan Februari - Juni 2009. Dalam penelitian ini terdapat
informan kunci yang sarat akan informasi yang dibutuhkan peneliti. Klasifikasi
yang dibutuhkan dalam penentuan informan kunci ini antara lain:
Ibu rumah tangga yang mengetahui seluk beluk Desa Gawanan dan
aktivitas para ibu rumah tangga baik yang sifatnya formal maupun
non formal
Ibu rumah tangga yang dapat memberikan kemudahan dan akses
bagi peneliti untuk dapat mengamati berlangsungnya berbagai
kegiatan tersebut.
Informan kunci terpilih itu adalah ibu Anik Widartiningsih, seorang
perangkat desa yang menjabat sebagai Kaur Keuangan dan mengurusi kegiatan
PKK ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan. Ibu Anik adalah ibu rumah tangga
yang bekerja sebagai perangkat desa dan merupakan pengurus dari berbagai
kegiatan ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan. Ia memiliki banyak informasi
mengenai kegiatan-kegiatan para ibu rumah tangga di desa Gawanan, seperti:
arisan PKK tingkat RT, RW, maupun Kelurahan, kegiatan posyandu balita dan
lansia, kegiatan pengajian, dan sebagainya, serta berbagai informasi yang
berhubungan dengan ibu rumah tangga di desa Gawanan. Dari ibu Anik, peneliti
mendapatkan informasi dan ijin untuk mengikuti berbagai kegiatan para ibu
rumah tangga di desa Gawanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yaitu
berupa data tertulis yang biasanya diperoleh dari studi kepustakaan, informasi
media massa maupun arsip-arsip resmi.
F.5. Teknik Pengumpulan Data
Secara garis besar data dalam penelitian komunikasi kualitatif dapat
dikelmpokkan menjadi tiga jenis: (a) data yang diperoleh dari interview (b) data
yang diperoleh dari observasi, dan (c) data yang berupa dokumen, teks, atau karya
seni yang kemudian dinarasikan (dikonversikan ke dalam bentuk narasi).32
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik antara lain observasi
partisipant, wawancara mendalam, dan dokumentasi.
a. Observasi Partisipant
Observasi diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung –tanpa
mediator- sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang
dilakukan objek tersebut.33
Kegiatan observasi merupakan salah satu
kegiatan yang digunakan untuk memahami lingkungan. Pada penelitian
kualitatif observasi difokuskan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan
fenomena riset yang mencakup interaksi (perilaku) dan percakapan yang
terjadi diantara subyek yang diteliti. Metode Observasi Partisipatoris
lebih memungkinkan peneliti mengamati kehidupan individu atau
kelompok dalam situasi riil, di mana terdapat setting yang riil tanpa
dikontrol atau diatur secara sistematis, seperti riset eksperimental,
32 Pawito, Op.Cit, hal. 96 33 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, hal. 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
misalnya.34
Peneliti yang menggunakan metode ini mengumpulkan data
dengan ikut ambil bagian dalam kehidupan sehari-hari dari kelompok
atau organisasi yang diteliti. Objek penelitian diamati untuk mengetahui
situasi-situasi yang sering muncul serta perilaku yang ada. Dari sana
peneliti dapat memahami dan menganalisa pola-pola dan interaksi yang
terjadi.
Dalam penelitian ini, peneliti yang berdomisili dekat dengan Desa
Gawanan ini berada di lokasi dan berbaur dengan masyarakat yang
diteliti serta mengikuti beberapa kegiatan yang lakukan ibu-ibu rumah
tangga di desa Gawanan seperti arisan PKK, Posyandu dan berbelanja.
b. Wawancara
Wawancara merupakan sebuah kegiatan komunikasi verbal antara
peneliti dengan narasumber yang dinilai kompeten, melalui percakapan
dengan tatap muka langsung, guna memperoleh informasi yang
dibutuhkan. Wawancara yang dilakukan bukanlah wawancara formal,
yang biasanya dilakukan dengan menggunakan kuesioner, tetapi sebuah
wawancara yang terwujud secara dialog yang spontan berkenaan dengan
suatu masalah atau topik yang kebetulan sedang dihadapi oleh pelaku.
Justru yang spontan inilah yang objektif dan sahih karena tidak
direkayasa terlebih dahulu oleh para pelaku.35
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara dengan
menggunakan petunjuk umum wawancara atau sering disebut dengan
34 Rachmat Kriyantono, Ibid, hal. 108 35 Agus Salim, 2001, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana,
hal. 161-162
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
wawancara mendalam (in-depth interview). Di sebutkan oleh Mulyana
bahwa wawancara mendalam ini sama atau serupa dengan wawancara
tak terstruktur, wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara
terbuka, dan wawancara etnografis.36
Wawancara tidak terstruktur mirip
dengan percakapan informal, dengan demikian wawancara dilakukan
secara longgar dalam suasana yang akrab dengan pertanyaan terbuka.
Peneliti hanya membuat kerangka serta garis besar tentang data atau
informasi apa yang ingin diperoleh dari informan, selebihnya
berkembang berdasarkan jawaban dari informan. Penciptaan suasana
yang akrab bertujuan memberikan keluasaan pada informasi sehingga
informan lebih jujur dan terbuka dalam memberikan informasi yang
terkait dengan permasalahan dalam penelitian.
Frey37
berpendapat, teknik wawancara mendalam adakalanya digunakan
periset untuk mengganti observasi partisipant, bila metode terakhir ini
dianggap terlalu menyita waktu atau tidak mungkin diamati karena
terlalu pribadi. Contoh, riset tentang pola kehidupan keluarga. Periset
tidak mungkin mengamati pasangan suami istri dengan menghabiskan
puluhan tahun.
Informan-informan dalam penelitian ini adalah ibu-ibu rumah tangga
yang bertempat tinggal di desa Gawanan.
36 Deddy Mulyana, 2004, Metode Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya, Bandung: Rosda Karya, hal. 80 37 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, hal. 101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
c. Dokumentasi
Dokumen tertulis dan arsip merupakan sumber data yang sering
memiliki posisi penting dalam penelitian kualitatif. Terutama bila
sasaran dan kajian mengarah pada latar belakang atau berbagai peristiwa
yang terjadi dimasa lampau yang sangat berkaitan dengan kondisi atau
peristiwa masa kini yang sedang diteliti.38
Teknik dokumentasi disini
adalah peneliti mencari, mengumpulkan, dan mempelajari dokumen
yang mendukung penelitian seperti arsip, laporan atau literatur lain.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan informasi yang mendukung
analisis dan interpretasi data.
Mencatat dokumen oleh Yin (1987)39
disebut sebagai content analysis
dan yang dimaksud bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting
yang tersurat dalam dokumen atau arsip, tetapi juga tentang maknanya
yang tersirat.
Dokumen yang membantu dalam penelitian ini adalah arsip yang di
miliki Kelurahan desa Gawanan, seperti monografi desa, laporan, peta
desa, serta beberapa literatur yang mendukung.
F.6. Teknik Sampling
Maksud sampling dalam penelitian kualitatif adalah untuk menjaring
sebanyak mungkin informasi dari berbagai sumber, dan bukan dimaksudkan untuk
mencapai generalisasi. Karena itu, dalam penelitian kualitatif tidak mengenal
konsep sampel acak (random sampling), dalam penelitian komunikasi kualitatif
38 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam
penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 69 39 H.B. Sutopo, Ibid, hal. 69-70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
prinsip keterwakilan dengan mendasarkan diri pada random dan probabilitas tidak
dibutuhkan karena dinilai tidak efisien dan justru dapat menimbulkan kesesatan.
Berbeda dengan pendekatan kuantitatif, prinsip keterwakilan (representatif) dalam
penelitian komunikasi kualitatif adalah representativitas informasi atau data.
Lindolf sebagaimana dikutip oleh Pawito40
menyarankan beberapa
teknik pengambilan sample penelitian, meliputi: (a) maximum variation sampling,
(b) snowball sampling, (c) theoretical construct sampling, (d) typical case
sampling, (e) critical case sampling dan (f) convenience sampling.
Pada awal penelitian, peneliti menerapkan strategi snowball sampling
untuk mendapatkan informasi awal tentang siapa saja personel yang sekiranya
kompeten untuk dijadikan informan, sebelum menentukan siapa saja informan
yang akan dijadikan sebagai sampel. Sesuai dengan namanya snowball sampling
bagaikan bola salju yang turun menggelinding dari puncak gunung ke lembah,
semakin lama semakin membesar ukurannya.41
Peneliti berangkat dari seorang
informan untuk mengawali pengumpulan data. Kepada informan ini peneliti
menanyakan siapa lagi berikutnya (atau siapa saja) orang yang selayaknya
diwawancarai, kemudian peneliti beralih menemui informan berikutnya sesuai
disarankan oleh informan pertama, dan begini seterusnya hingga peneliti merasa
yakin bahwa data yang dibutuhkan sudah didapatkan secara memadai.42
Informan dalam penelitian ini adalah para ibu rumah tangga di desa
Gawanan yang memiliki kualifikasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini, dalam
40 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.90 41 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, hal. 156-157 42 Pawito, Op.Cit, hal. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
arti mereka adalah orang yang diwawancarai secara mendalam oleh peneliti
berkaitan dengan rumusan masalah dalam penelitian ini.
Informan kunci dalam penelitian ini adalah ibu Anik Widartiningsih, hal
ini dikarenakan ibu Anik memiliki kualifikasi sebagai informan kunci. Selain
mendapatkan informasi mengenai seluk beluk dan berbagai aktivitas para ibu
rumah tangga di desa Gawanan baik formal maupun non formal, peneliti juga
mendapat kemudahan dan akses untuk mengamati berlangsungnya berbagai
kegiatan para ibu rumah tangga tersebut.
F.7. Validitas Data
Dalam suatu penelitian data yang berhasil dikumpulkan hendaknya
bersifat valid dan reliable. Validitas (validity) data dalam penelitian komunikasi
kualitatif lebih menunjuk pada tingkat sejauh mana data yang diperoleh telah
secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Kemudian reliabilitas
berkenaan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara pengumpulan
data.
Pemeriksaan keabsahan data yaitu untuk meyakinkan bahwa data yang
diperoleh dapat dipertanggung jawabkan maka dalam penelitian ini digunakan
teknik trianggulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu. Triangulasi juga diperlukan pada tahap
analisis data, terutama ketika peneliti bermaksud hendak mengemukakan konsep
(construct) atau proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang mengarah pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
kesimpulan. Dikutip oleh Sutopo43
, Patton menyatakan ada empat macam teknik
triangulasi, yaitu (1) triangulasi data (2) triangulasi peneliti (3) triangulasi
metodologis (4) triangulasi teoritis. Triangulasi didasari pola pikir fenomenologi
yang bersifat multiperspektif. Artinya untuk menarik simpulan yang mantap
diperlukan tidak hanya satu cara pandang.
Dalam penelitian ini teknik triangulasi yang digunakan adalah
triangulasi data (triangulasi sumber) dan triangulasi metodologis. Triangulasi data
menunjuk pada upaya peneliti untuk mengakses sumber-sumber yang lebih
bervariasi guna memperoleh data berkenaan dengan persoalan yang sama. Hal ini
peneliti bermaksud menguji data yang diperoleh dari satu sumber untuk
dibandingkan dengan sumber lain. Dari sini peneliti akan sampai pada salah satu
kemungkinan data yang diperoleh ternyata konsisten, tidak konsisten, atau
berlawanan.44
Peneliti memperoleh informasi dari informan yang berbeda-beda
dengan teknik yang sama (wawancara). Menurut Patton, triangulasi sumber dapat
dicapai dengan jalan :
1) membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara;
2) membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa
yang dikatakannya secara pribadi;
3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu;
43 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam
penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 78 44 Pawito, Op.Cit, hal. 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4) membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang
berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan;
5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan.45
Sedangkan triangulasi metode menunjuk pada upaya peneliti
membandingkan temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode
tertentu, (misalnya catatan lapangan yang dibuat selama melakukan observasi)
dengan data yang diperoleh dengan menggunakan metode lain (misalnya transkrip
dari in-depth interview) mengenai suatu persoalan dan dari sumber yang sama.46
Peneliti sebenarnya berusaha menguji seberapa tingkat validitas dan reliabilitas
data dengan menggunakan metode yang berbeda. Proses triangulasi tersebut di
atas dilakukan terus menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis
data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-
perbedaan, dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan47
F.8. Model Analisis
Analisis data dilakukan oleh peneliti untuk dapat menarik kesimpulan-
kesimpulan. Menurut Maleong48
mendefinisikan analisis data sebagai proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja
45 Lexy J. Moleong, 2007, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hal. 331 46 Pawito, Op. Cit, hal. 99 47 Burhan Bungin, 2003, Analisis Data Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
hal. 192 48 Rachmat Kriyantono, 2006, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, hal. 163
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
seperti yang disarankan oleh data. Hal senada diungkapkan oleh Bogdan dan
Biklen49
bahwa analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang
dapat diceritakan pada orang lain.
Analisis data dalam penelitian komunikasi kualitatif pada dasarnya
dikembangkan dengan maksud hendak memberi makna (making sense of)
terhadap data, menafsirkan (interpreting), atau mentransformasikan
(transforming) data kedalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada
temuan yang bernuansakan proposisi-proposisi ilmiah (thesis) yang akhirnya
sampai pada kesimpulan-kesimpulan final.50
Teknik analisis data dalam penelitian ini akan berlangsung seperti
lingkaran dan bersifat tunggal. Karena, mulai dari pengumpulan data sampai
dengan memilah data yang akan digunakan terus berlangsung selama proses
penelitian ini. Selama penelitian masih berlangsung dan belum ada hasil jadinya
maka kemungkinan-kemungkinan seperti perubahan fokus penelitian bisa saja
terjadi. Hal demikian karena penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang
memiliki sifat fleksibel.
49 Lexy J. Moleong, 2007, Metdologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hal. 248 50 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
101
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Miles dan Huberman (1994)51
menawarkan suatu teknik analisis yang
lazim disebut dengan interactive model. Teknik analisis ini pada dasarnya terdiri
dari tiga komponen: reduksi data (data reduction), penyajian data (data display),
dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing and verifying conclusions)
(Punch, 1998: 202-204).
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan
mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan.52
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis. Reduksi data sudah
berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja
konseptual, melakukan pemilihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian, dan
juga saat menentukan cara pengumpulan data yang digunakan.
Penyajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan.
Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan
sebagai pertanyaan penelitian, sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi
mengenai kondisi yang rinci untuk menceriterakan dan menjawab setiap
permasalahan yang ada.53
Dalam penyajian data melibatkan langkah-langkah
mengorganisasi data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu dengan
(kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis benar-benar
51 Pawito, Ibid, hal. 104 52 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam
penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 92 53 H.B. Sutopo, Ibid, hal. 92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif data biasanya
beraneka ragam perspektif dan terasa bertumpuk maka penyajian data (data
display) pada umumnya diyakini sangat membantu proses analisis.54
Dengan
melihat penyajian-penyajian kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan
apa yang harus dilakukan.
Penarikan simpulan dan verifikasi, pada proses ini peneliti masih harus
mengkonfirmasi, mempertajam, atau mungkin merevisi kesimpulan-kesimpulan
yang telah dibuat untuk sampai pada kesimpulan final berupa proposisi-proposisi
ilmiah mengenai gejala atau realitas yang diteliti.55
Simpulan perlu diverifikasi
agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Pada dasarnya
makna data harus diuji validitasnya supaya simpulan penelitian menjadi lebih
kokoh dan lebih bisa dipercaya.
Tahapan proses analisis data di atas merupakan model interaksi. Tiga
tahapan proses analisis ini merupakan proses siklus dan interaktif yang tidak
berhenti di satu titik selama penelitian berlangsung, tetapi terus berputar
sebagaimana yang dapat digambarkan dalam skema tahapan analisis data menurut
Miles dan Huberman berikut ini:
54 Pawito, 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: PT. LKiS Pelangi Aksara, hal.
106 55 Pawito, Ibid, hal. 106
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman
Gambar 1.4. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman56
Tiga tahapan analisis tersebut aktivitasnya dilakukan dengan cara
berinteraksi, baik antarkomponennya, maupun dengan proses pengumpulan data,
dalam proses yang berbentuk siklus. Dalam bentuk ini peneliti tetap bergerak
diantara tiga komponen analisis dengan proses pengumpulan data selama kegiatan
pengumpulan data berlangsung. Sesudah pengumpulan data berakhir, peneliti
bergerak di antara tiga komponen analisisnya dengan menggunakan waktu yang
masih tersisa bagi penelitiannya.57
56 H.B. Sutopo, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Dasar teori dan penerapannya dalam
penelitian, Surakarta: Sebelas Maret University Press, hal. 96 57 H.B. Sutopo, Ibid, hal. 95
Pengumpulan
data
Reduksi
data
Penarikan
simpulan/
verifikasi
Sajian
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Dari skema tahapan analisis data menurut Miles dan Huberman di atas
dapat dilihat bahwa terjadi perputaran yang tidak mengarah pada satu titik.
Misalnya dari pengumpulan data dapat melalui reduksi data terlebih dahulu
sebelum disajikan, atau langsung disajikan begitu saja, kemudian langsung ditarik
kesimpulan, dan dapat dilanjutkan dengan pengumpulan data lain ataupun data
yang serupa. Banyak cara yang dapat ditempuh dalam proses analisis data
berdasarkan model tersebut. Karena model ini adalah model interaktif, maka di
dalam siklus terdapat panah-panah yang saling berhubungan (timbal balik).
F.9. Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini berusaha menggambarkan bagaimana pola
komunikasi ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi di desa Gawanan
Colomadu. Oleh karenanya diperlukan kerangka pikir yang akan memberikan
suatu gambaran pola komunikasi yang terbentuk serta akan membawa pada
simpulan. Berikut ini adalah skema dari kerangka pemikiran yang dipergunakan
dalam penelitian ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Gambar 1.5. Skema Kerangka Pikir Pola Komunikasi Masyarakat Transisi
a) Latar Belakang Budaya Masyarakat
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.58
Budaya
juga dapat didefinisikan sebagai gaya hidup unik suatu kelompok masyarakat
tertentu.59
Terbentuk dari banyak unsur rumit seperti sistem agama, politik, adat
istiadat, dan lain-lain, budaya mempengaruhi banyak aspek kehidupan
masyarakat. Misalnya saja, bahasa yang digunakan, cara berpakaian, ritual
perkawinan, dan sebagainya.
Adapun dalam bertindak, masyarakat memiliki seperangkat aturan yang
dipakai sebagai pegangan untuk mengintepretasikan gejala yang ada di dalam
58 Stewart L. Tubbs & Sylvia Moss, 2001, Human Communicatin Konteks-Konteks Komunikasi,
terjemahan: Dedy Mulyana, Bandung: Remaja Rosdakarya, cetakan ke-2, hal. 237 59 Haris & Moran, dalam Deddy Mulyana & Jalaluddin Rakhmat, 1990, Komunikasi Antar
Budaya, Bandung: Remaja Rosdakarya, hal. 50
Latar Belakang
Budaya
Masyarakat
Simbol-simbol/
lambang
Norma dan
Nilai
Terekspresikan dalam
Komunikasi
Antarpribadi
Pranata-pranata/
Lembaga sosial
Komunikasi Kelompok
(Primer dan Sekunder)
Pola
Komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
lingkungannya.60
Ciri-ciri dari aturan tersebut menurut L. Dyson (1989) antara
lain:
1. Instruksi-instruksi untuk bertingkah laku atau berkelakuan
tertentu, merupakan pegangan bagi pelakunya untuk
berkelakuan tertentu pada situasi tertentu.
2. Karena berpusat di pemikiran sebagai elemen pengetahuan
manusia, maka letak aturan ini pada individu yang selanjutnya
diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat.
3. Dipelajari melalui komunikasi simbolik dengan menyimpulkan
dari tindakan.
4. Dipelajari dari tingkat-tingkat yang berbeda, yang menentukan
pengaruh-pengaruh atau akibat-akibat yang berbeda pada
kelakuan. Misalnya tingkat yang berbeda pada tataran etos atau
pandangan hidup, falsafah, dan aturan yang berada pada tataran
pragmatis.
5. Disimpulkan dari tindakan seorang pelaku oleh seorang
pengamat tidak bebas atau berdiri sendiri terlepas dari yang
disimpulkan oleh pelaku, yaitu yang berupa interpretasi yang
sifatnya independen.
6. Merupakan instruksi-instruksi untuk mengkonstruksikan,
mengombinasikan, menginterpretasikan berbagai hal yang
berkaitan dengan simbol-simbol.
7. Dipakai oleh individu yang hanya berfungsi dalam kaitannya
dengan gejala-gejala yang ada.
8. Mempunyai sifat yang menyebabkan individu dapat mengerti
atau menginterpretasikan kegiatan maupun tindakan
kebudayaan yang tidak terbatas dan mewujudkan tindakan
yang tidak terbatas pula.
Dari paparan diatas dapat disimpulkan jika aturan-aturan atau norma
yang muncul dalam masyarakat desa Gawanan sangat penting artinya terhadap
bentuk pola komunikasi mereka yang diwujudkan lewat sikap dan pandangan
hidup orang banyak, maupun cara-cara yang digunakan dalam berinteraksi.
60 L. Dyson, ”Kebudayaan dalam Kajian Tingkah Laku”, dalam Masyarakat dan Kebudayaan
Politik, 1986, Surabaya: Laboratorium Antropologi FISIP Universitas Airlangga, Nomor 4/Tahun
III/Semester Genap, hal. 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Menurut C. Kluckhohn dalam karangannya yang berjudul Universal
Categories of Culture (1953), merumuskan sebanyak 7 unsur kebudayaan yang
universal61
, yakni:
1. Sistem teknologi
2. Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
3. Sistem kemasyarakatan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem pengetahuan
7. Sistem kepercayaan / religi
Ketujuh unsur tersebut bersama-sama menyusun suatu pola interaksi
sosial dalam masyarakat. Dimana dalam masyarakat transisi unsur-unsur
kebudayaan tersebut telah banyak mengalami perubahan menuju ke arah yang
lebih modern.
Seperti yang telah dijelaskan pada bagian terdahulu, bahwa masyarakat
Gawanan termasuk masyarakat Transisi, yaitu masyarakat yang mengalami
perubahan dari tradisional menuju modern. Seperti yang diungkapkan oleh J.
Useem dan R.H Useem62
bahwa masyarakat transisi adalah masyarakat yang
sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan
menggapai masa depan dengan terus-menerus membuat nilai-nilai baru atau hal-
hal baru.
61 Burhan Bungin, 2008, Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi
Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, cetakan ke-3, hal. 53 62 Sarwono, Sarlito, 1989, Psikologi Remaja, Jakarta: Raja Grafindo Persada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Sebagai masyarakat transisi desa Gawanan telah banyak mengalami
perubahan dari segala aspek kehidupan, misalnya dari aspek ekonomi
masyarakatnya yang semakin meningkat dengan ditandai pergeseran sistem mata
pencaharian dari bidang pertanian ke industri. Sedangkan dari aspek sosial, kini
peralatan hidup dan alat transportasi yang dimiliki oleh masyarakat di desa
Gawanan pun mulai meningkat ke arah modern seperti mobil, truk, dan kendaraan
bermotor. Dari segi perubahan orientasi pendidikan yang semakin meningkat, kini
telah membuka kesempatan bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang
lebih tinggi serta kehidupan yang lebih baik.
b) Norma dan Nilai
Menurut W.J.S. Poerwadarminta63
dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, bahwa nilai diartikan sebagai:
1. Harga (dalam arti taksiran harga)
2. Harga sesuatu (uang misalnya), jika diukur atau ditukarkan dengan
yang lain
3. Angka kepandaian; ponten
4. Kadar; mutu; banyak sedikitnya isi
5. Sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.
Seseorang dalam melakukan sesuatu terlebih dahulu mempertimbangkan
nilai. Dengan kata lain, mempertimbangakan untuk melakukan penilaian tentang
nilai baik dan buruk adalah suatu keharusan. Tolak ukur nilai sosial ditentukan
dari kemanfaatan nilai itu bagi masyarakat. Bila masyarakat masih menganggap
nilai itu baik, maka nilai itu akan tetap dipertahankan. Sebagai contoh saat ini
63 Basrowi, 2005, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
perempuan di desa Gawanan yang bekerja diluar rumah kini sudah semakin
banyak, hal ini dinilai sudah tidak diaggap sebagai sesuatu yang jelek dan
menyalahi kodrat. Salah satu alasannya karena desakan ekonomi keluarga,
sehingga banyak perempuan bekerja di luar rumah.
Menurut Huky64
, ada beberapa fungsi umum dari nilai-nilai sosial, yaitu
sebagai berikut:
1. Nilai-nilai menyumbangkan seperangkat alat yang siap dipakai untuk
menetapkan harga sosial dari pribadi dan grup. Nilai-nilai
memungkinkan sistem stratifikasi secara menyeluruh yang ada pada
setiap masyarakat. Mereka membantu orang perorang untuk
mengetahui di mana ia berdiri di depan sesamanya dalam lingkup
tertentu.
2. Cara berpikir dan bertingkah laku secara ideal dalam sejumlah
masyarakat diarahkan atau dibentuk oleh nilai-nilai. Hal ini terjadi
karena anggota masyarakat selalu dapat melihat cara bertindak dan
bertingkah laku yang terbaik, dan ini sangat mempengaruhi dirinya
sendiri.
3. Nilai-nilai merupakan penentu terakhir bagi manusia dalam
memenuhi peranan-peranan sosialnya. Mereka menciptakan minat
dan memberi semangat pada manusia untuk mewujudkan apa yang
diminta dan diharapkan oleh peranan-peranannya menuju
tercapainya sasaran-sasaran masyarakat.
4. Nilai-nilai dapat berfungsi sebagai alat pengawas dengan daya tekan
dan daya mengikat tertentu. Mereka mendorong, menuntun dan
kadang-kadang menekan manusia untuk berbuat yang baik. Nilai-
nilai menimbulkan perasaan bersalah yang cukup menyiksa bagi
orang-orang yang melanggarnya, yang dipandang baik dan berguna
oleh masyarakat.
5. Nilai dapat berfungsi sebagai alat solidaritas dikalangan anggota
kelompok dan masyarakat.
Nilai-nilai seseorang atau kelompok secara langsung dapat
mempengaruhi segala aktivitasnya, terutama dalam rangka menyesuaikan diri
dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat sekelilingnya. Nilai dan norma
64 Basrowi, ibid, hal 83
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
tidak dapat dipisahkan, karena nilai dan norma saling berkaitan satu sama lainnya.
Secara sosiologis dikenal ada empat bagian norma-norma sosial65
, yaitu:
a. Cara berbuat (usage)
Norma yang disebut ‘cara’ hanya dapat mempunyai kekuatan yang dapat
dikatakan sangat lemah dibanding norma yang lainnya. Jika terjadi
pelanggaran terhadapnya (norma) seseorang hanya mendapat sanksi-
sanksi yang ringan, seperti berupa cemoohan atau celaan dari individu
lain yang dihubunginya. Seperti misalnya makan berdecak, makan
sambil berdiri, merupakan perbuatan yang melanggar norma dan
dianggap tidak sopan.
b. Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (folkways)
Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara.
Kebiasaan merupakan indikator. Kalau orang-orang lain setuju atau
menyukai perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang, maka bisa
menjadi ukuran, misalnya bertutur sapa lembut (sopan santun) terhadap
orang yang lebih tua, mengucapkan salam tiap bertemu dengan orang
lain, dan sebagainya.
c. Tata kelakukan (mores)
Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang diakui oleh masyarakat
sebagai norma pengatur dalam setiap berperilaku.Tata kelakuan
mempunyai kekuatan pemaksa untuk berbuat dan tidak berbuat sesuatu;
jika terjadi pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi,
65 Basrowi, ibid, hal 89
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
berupa pemaksaan terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan
diridengan tata kelakuan umum sebagaimana yang telah ada. Bentuk
hukumannya biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan.
d. Adat istiadat (costum)
Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa aturan-aturan yang
mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat yang melanggar
adat istiadat akan mendapat saksi hukum, baik formal maupun informal.
Didalam masyarakat , norma sosial tidak tertulis dan hanya di ingat serta
diresapi dengan ikut serta dalam interksi yang terjadi antara anggota kelompok
masyarakat itu sendiri. Sebagai peraturan sosial yang berfungsi untuk
mengarahkan perilaku anggota masyarakat , norma sosial dibuat dan disepakati
bersama oleh seluruh warga masyarakat. Seperti misalnya kebiasaan sejak kecil
kita diajarkan untuk berpamitan pada kedua orang tua kita akan pergi keluar
rumah , hal ini merupakan salah satu kebiasaan , kebiasaan berpamitan ini
mencerminkan rasa hormat kita pada orang tua.
c) Simbol-simbol
Salah satu kebutuhan pokok manusia, seperti yang dikatakan Susanne K.
Langer66
, adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Pengertian dari
lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu
lainnya, berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata
(pesan verbal), perilaku nonverbal dan obyek yang maknanya disepakati bersama,
66 Dikutip oleh Deddy Mulyana, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, hal.83.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
misalnya memasang bendera di halaman rumah untuk menyatakan penghormatan
atau kecintaan terhadap negara.
Lambang komunikasi kita artikan sebagai kode atau simbol, atau tanda
yang digunakan komunikator untuk mengubah pesan yang absatrak menjadi
kongkrit. Salah satu lambang komuniksai : mimik, gerak-gerik, bahasa lisan dan
bahasa tulisan. Makna pesan muncul ketika sebuah lambang komuniksi yang
mengacu sebuah obyek dipakai secara konsisten oleh para penggunanya. Saat
itulah terjadi proses pembentukan makna di dalam akal budi para pemakainya.
Makna pada dasarnya terbentuk berdasarkan hubungan antara lambang
komuniaksi (simbol), akal budi manusia penggunanya (pikiran pemakainya), dan
apa yang dilambangkan (obyek).
Seperti misalnya gambaran umum desa Gawanan yang kini telah banyak
dipadati oleh alat transportasi modern seperti mobil, sepeda motor, truk, dan
sebagainya memberikan makna bahwa peralatan hidup dan alat transportasi yang
digunakan di desa Gawanan kini mulai beranjak modern, kepemilikan kendaraan
merupakan representasi kelas sosial dan mobilitas hidup, dan juga perubahan
pakaian/penampilan yang melambangkan identitas diri. Dari segi arsitektur rumah
juga mulai berubah, kini telah banyak rumah-rumah di desa Gawanan yang
memiliki konsep dalam pembangunan rumahnya, ini menyimbolkan bahwa
masyarakat kini telah terbuka dan menjadikan rumah sesuai dengan fungsinya,
karena rumah-rumah tradisional yang masih dapat juga dijumpai di desa Gawanan
ini memiliki ciri bangunan rumah dan kandang hewan masih dalam satu atap,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
selain itu juga halaman rumah dijadikan sebagai media untuk bekerja, seperti
menjemur batu bata, menjemur gabah, dan sebagainya.
d) Pranata-pranata / lembaga sosial
Menurut Koentjaraningrat67
, pranata sosial adalah suatu sistem tata
kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi
kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Pranata
Sosial adalah wadah yang memungkinkan masyarakat untuk berinteraksi menurut
pola perilaku yang sesuai dengan norma yang berlaku. Horton dan Hunt68
mengartikan pranata sosial sebagai suatu hubungan sosial yang terorganisir yang
memperlihatkan nilai-nilai dan prosedur-prosedur yang sama dan yang memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasar tertentu dalam masyarakat.
Lembaga kemasyarakatan yang bertujuan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa fungsi, yaitu69
:
1. Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat, bagaimana mereka
harus bertingkah laku atau bersikap di dalam menghadapi masalah-
masalah dalam masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-
kebutuhan.
2. Menjaga keutuhan masyarakat
3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem
pengendalian sosial (social control). Artinya, sistem pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
67 Dikutip oleh Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada, hal. 197 68 http://massofa.wordpress.com/2007/12/14/pert-9/. Diunduh tanggal 14 Juli 2009 jam 20.16
WIB 69 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hal. 199
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Keberadaan lembaga sosial selalu melekat pada setiap masyarakat. Hal
ini disebabkan karena setiap masyarakat pasti memiliki kebutuhan-kebutuhan
pokok yang apabila dikelompokkan maka akan terbentuk menjadi lembaga sosial.
e) Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi anatarpribadi (interpersonal communication) adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap
pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal
maupun nonverbal70
. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para para
peserta komunikasi. Kedekatan hubungan pihak-pihak yang berkomunikasi akan
tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan,
tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang sangat dekat. Seperti komunikasi
yang terjadi pada ibu rumah tangga di desa Gawanan dalam mengumpulkan
berbagai informasi, akan terasa lebih akrab apabila dilakukan dengan komunikasi
antarpribadi. Jelas sekali, bahwa komunikasi antarpribadi sangat potensial untuk
mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena dalam pelaksanaannya kita
dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan
yang kita komunikasikan.
Keefektifan dari komunikasi antarpribadi terjadi apabila tujuan untuk
mengubah pendapat, sikap dan tingkah laku komunikan dapat tercapai. Dalam
komunikasi antarpribadi terdapat pengaruh dan mempengaruhi antara kedua belah
pihak. Situasi komunikasi antarpribadi bagi komunikator sangatlah penting,
70 Deddy Mulyana, 2002, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
hal.73.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
karena komunikator dapat mengetahui diri komunikan selengkap-lengkapnya. Ia
dapat mengetahui namanya, pekerjaannya, pendidikannya, agamanya, dan
sebagainya.
Sebagai komuniksi yang paling lengkap dan paling
sempurna,komunikasi antarpribadi berperan penting hingga kapanpun, selama
manusia masih mempunyai emosi. Kenyataannya komunikasi dengan model tata
muka ini membuat manusia terasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan
komunikasi melalui media massa seperti surat kabar dan televisi yang
penyampaian pesannya dilakukan melalui media terlebih dahulu, dan feedback
yang terjadi tidak secara langsung.
f ) Komunikasi Kelompok
Kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama,
yang berinteraksi satu sama yang lainnya untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut71
. Komunikasi kelompok telah digunakan masyarakat desa
Gawanan untuk saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, mengubah
sikap dan perilaku serta meningkatkan kesadaran para pelakunya. Komunikasi
kelompok yang berlangsung dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk kelompok
yang terdapat pada masyarakat desa Gawanan yaitu kelompok primer dan
kelompok sekunder.
71 Deddy Mulyana, ibid, hal. 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Menurut Charles Horton Cooley (1930)72
, kelompok primer adalah
kelompok-kelompok yang ditandai ciri-ciri, kenal-mengenal antara anggota-
anggotanya serta kerja sama erat yang bersifat pribadi. Karakteristik dari
komunikasi kelompok primer dapat terlihat dari :
1. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian yang paling
tersembunyi, menyingkapkan unsur-unsur backstage (perilaku
yang hanya ditampakkan pada suasana privat saja). Meluas, artinya
sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara
berkomunikasi. Pada kelompok primer, diungkapkan hal-hal yang
bersifat pribadi dengan menggunakan berbagai lambang, verbal
maupun nonverbal.
2. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal. Dalam
kelompok primer, yang penting adalah siapa dia, bukan apakah
dia. Hubungan dengan anggota kelompok primer bersifat unik dan
tidak daapt dipindahkan (nontransferable).
3. Pada kelompok primer, komunikasi lebih menekankan aspek
hubungan daripada aspek isi, demi memelihara hubungan baik.
4. Pesan yang disampaikan bersifat ekspresif dan informal. 73
72 Basrowi, 2005, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, hal. 52 73 Dikutip dari tulisan Charles Horton Cooley dalam bukunya yang klasik Social Organization,
yang dicuplik oleh Djalaludin Rakhmat (2001) pada buku Psikologi Komunikasi. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, hal 142. Charles Cooley membagi kelompok komunikasi menjadi dua, yaitu
kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok primer adalah kelompok komunikasi yang
berlangsung secara intim, seperti komunikasi keluarga (orangtua-anak), komunikasi dengan
tetangga dekat, atau komunikasi dengan teman dekat. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok komunikasi yang sifatnya dangkal, tidak ada keterkaitan hubungan yang intim, seperti
komunikasi yang terjadi pada kumpulan ibu-ibu arisan PKK, pengajian, atau posyandu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Salah satu sifat utama hubungan-hubungan primer adalah kesamaan
tujuan dari individu-individu yang tergabung didalamnya. Hubungan itu bukan
merupakan alat untuk mencapai tujuan, tetapi bahkan merupakan salah satu tujuan
utama. Hal ini berarti bahwa hubungan tersebut terlepas dari unsur-unsur kontrak,
ekonomi, politik maupun hubungan kerja. Hubungan tersebut bersifat pribadi,
spontan, sentimental dan inklusif.
Kelompok sekunder merupakan kebalikan dari kelompok primer yaitu
lebih bersifat formal, regular, dan terencana. Hubungan yang terjalin pada
kelompok sekunder tidak begitu akrab, tidak personal, dan tidak terikat secara
emosional. Komunikasi kelompok sekunder dapat diamati dalam perkumpulan-
perkumpulan dalam masyarakat seperti arisan, Karang Taruna, Pengajian, dan
Posyandu.
g) Pola Komunikasi
Berdasarkan pengamatan para pakar komunikasi, Thomas M. Scheidel
mengemukakan bahwa ”manusia berkomunikasi terutama untuk menyatakan dan
mendukung identitas diri, untuk membangun kontak sosial dengan orang disekitar
kita, dan untuk mempengaruhi orang lain untuk merasa, berpikir, atau berprilaku
seperti yang kita inginkan.”74
Istilah komunikasi berasal dari bahasa latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna.
Definisi komunikasi menurut Carl I. Hovland,75
komunikasi adalah proses di mana
seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang bahasa) untuk
74 Thomas M.Scheidel. 1976, Speech Communication and Human Interaction. Edisi ke 2.
Glenville, III: Scott, Foresman & Co, hal. 27 75 Onong Uchjana Effendy, Dimensi-Dimensi Komunikasi, Bandung: Alumni, hal. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
mengubah perilaku orang lain (komunikan). Jika antara komunikator dan komunikan
terdapat persamaan dalam pengertian, sikap, dan bahasa, komunikasi antara
mereka akan lebih efektif. Kesamaan antara komunikator dan komunikan itu
menimbulkan kemungkinan bagi mereka untuk berkomunikasi. Lebih sering
berkomunikasi, lebih besar kemungkinan untuk berkomunikasi secara efektif.
Pengertian pola adalah model, sistem, cara kerja. Bila dikaitkan dengan
komunikasi maka pengertiannya merupakan penyampaian informasi yang
dilakukan oleh seseorang dengan memberikan tafsiran pada perilaku orang lain
(yang bewujud pembicaraan, gerak badaniyah atau sikap), perasaan-perasaan
tentang apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Pola komunikasi yang terjadi pada ibu-ibu rumah tangga masyarakat
transisi di desa Gawanan ini dapat diartikan sebagai cara-cara berkomunikasi yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok ibu-ibu rumah tangga. Cara-cara
tersebut meliputi bagaimana masyarakat berinteraksi dengan menggunakan
simbol-simbol yang telah disepakati sebelumnya. Hal ini kemudian akan
mempengaruhi pola komunikasi yang terbangun dalam satu komunitas
masyarakat tertentu.
Masyarakat desa Gawanan disebut sebagai masyarakat transisi karena
latar belakang budaya mereka yang berawal dari sistem tradisional menuju pada
arah yang lebih maju dan modern. Selain itu juga terdapat simbol-simbol yang
didalamnya dapat dimaknai dalam bentuk-bentuk bahasa verbal maupun
nonverbal yang ditandai dengan adanya komunikasi antarpribadi yang
terekspresikan dalam bahasa maupun gerak tubuh dalam berkomunikasi oleh para
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ibu rumah tangga masyarakat transisi yang memiliki karakter komunikasi bersifat
personal dan terbuka terhadap berbagai informasi.
Selain itu, nilai dan norma yang mereka anut melahirkan pranata-pranata
sosial yang mengatur kehidupan mereka dalam bermasyarakat yang tercermin
dalam komunikasi kelompok yang terjadi dalam masyarakat. Komunikasi
kelompok baik primer maupun sekunder yang terjadi pada masyarakat desa
Gawanan memberikan pengaruh terhadap pola perilaku maupun pola pengambilan
keputusan yang ada dalam masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa Gawanan
Secara administratif desa Gawanan merupakan salah satu dari sekian
banyak desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Colomadu, Kabupaten
Karanganyar. Desa Gawanan memiliki struktur pemerintahan desa seperti desa-
desa lainnya yang dipimpin oleh seorang kepala desa dan dipilih melalui
mekanisme pemilihan kepala desa secara langsung.
Pada umumnya dari tahun ke tahun keadaan desa Gawanan terus
mengalami perkembangan yang cukup pesat, maka apabila ditinjau dari beberapa
aspek kehidupan masyarakatnya, hingga kini desa Gawanan telah banyak
mengalami perubahan. Misalnya perubahan dalam masalah pekerjaan, masyarakat
yang dulunya masih bersifat homogen (petani dan pedagang) kini mengalami
pluralitas, mereka banyak yang berpindah dari sektor pertanian ke pola pekerjaan
yang berada diluar pertanian, misalnya dengan menjadi pegawai, buruh, guru
maupun pekerjaan-pekerjaan lain yang masih terkait dengan sektor jasa.
Fenomena tersebut juga didukung letak desa yang strategis untuk
pengembangan lahan-lahan perumahan, sarana transportasi serta pembangunan
lahan untuk usaha industri. Dengan letak yang berada di pusat perhubungan antar
kota dan kabupaten di sekitarnya sehingga menjadikan desa Gawanan sebagai
salah satu wilayah yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi yang
diakibatkan karena jumlah penduduk dari tahun ke tahun selalu mengalami
70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
peningkatan yaitu sekitar 0,5%-1% tiap tahunnya, ditambah lagi Kecamatan
Colomadu yang letaknya berada di kawasan segitiga, yaitu berbatasan dengan
Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Sukoharjo.
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang terus meningkat
mau tidak mau Desa Gawanan harus menyediakan lahan pemukiman yang cukup
luas, diantaranya dengan cara mengalih fungsikan lahan-lahan pertanian (lahan
kritis76
) menjadi lokasi pemukiman.
Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat desa Gawanan masih
memiliki pegangan yang cukup kuat terhadap pengaruh-pengaruh dari luar, seperti
misalnya kehadiran para pendatang yang menetap di desa Gawanan. Hal ini
disebabkan karena pada umumnya mereka (pendatang) hanya membawa budaya-
budaya lokal atau pendatang tersebut hanya datang dari daerah di sekitar desa
Gawanan dengan keadaan budaya yang tidak jauh berbeda dari budaya yang ada
pada masyarakat desa Gawanan. Pada akhirnya dengan perkembangan-
perkembangan yang ada pada desa Gawanan menjadikan terjadinya beberapa
perubahan dalam kehidupan bermasyarakat seperti, tingkat pendapatan, tingkat
pendidikan, pola pekerjaan, sarana transportasi, kesenian, sistem religi, hingga
organisasi sosial masyarakat.
76 Lahan Kritis merupakan lahan yang keadaan fisiknya demikian rupa sehingga lahan tersebut
tidak dapat berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukkannya sebagai media produksi maupun
sebagai media tata air. Demikian halnya lahan-lahan pertanian di desa Gawanan yang sudah tidak
produktif untuk ditanami kemudian dialih fungsikan menjadi lahan pemukiman.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
B. Kondisi Fisik dan Geografis
B.1. Letak Wilayah
Desa Gawanan terletak di Kecamatan Colomadu, Kabupaten
Karanganyar, dan Propinsi Jawa Tengah. Wilayah desa Gawanan seluas 131,
3330 Ha. Dilewati oleh jalan utama Adi Sumarmo yang menghubungkan antara
Kabupaten Boyolali dan Kotamadya Surakarta, sehingga membagi desa menjadi
dua wilayah yaitu sebelah selatan jalan Adi Sumarmo dan sebelah barat jalan Adi
Sumarmo. Jalan Adi Sumarmo merupakan jalur alternatif yang dilewati truk-truk
pengangkut barang yang kerap kali melintas di malam hari.
Wilayah desa Gawanan di sebelah utara jalan Adi Sumarmo masih
memiliki banyak lahan yang dimanfaatkan untuk pertanian dan tegalan. Tanah di
bagian utara ini rata-rata lebih subur dan lebih cocok untuk pengairan karena
dilewati Kali Pepe yang melintasi desa Gawanan dari timur ke barat dan
merupakan batas antara desa Gawanan dengan Kabupaten Boyolali.
Wilayah di sebelah selatan jalan Adi Sumarmo merupakan daerah
pemukiman baru berupa komplek perumahan. Tanah persawahan maupun tegalan
di wilayah desa Gawanan selatan kini sudah mulai jarang ditemui karena sebagian
besar lahan persawahan dan tegalan telah berubah menjadi komplek pemukiman
warga pendatang berupa bangunan model perumahan yang teratur dan tertata rapi.
Telah banyak komplek perumahan yang dibangun sejak tahun 1990 hingga
sekarang, seperti misalnya Perumahan Madu Asri, Perumahan Gawanan Indah,
Perumahan Puri Angkasa (1, 2, dan 3), Perumahan Harapan Indah, Habitat estate,
dan beberapa perumahan yang masih dalam tahap pembangunan. Tiap tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
selalu ada pembebasan lahan pertanian dan beralih fungsi menjadi komplek
perumahan, hal ini dikarenakan lokasi desa Gawanan yang terletak di Kecamatan
Colomadu yang merupakan kawasan segitiga ini memiliki letak strategis dan
berbatasan dengan Kotamadya Surakarta serta Kabupaten Boyolali dan Kabupaten
Sukoharjo dan merupakan daerah transit yang cukup ramai dan padat. Selain itu
keunggulan wilayah desa Gawanan dalam pembangunan komplek perumahan
sebagai tempat untuk bermukim adalah Desa Gawanan letaknya di pinggir kota,
sehingga memiliki suasana yang tenang, tidak bising, karena jauh dari pusat
industri dan pabrik-pabrik sehingga bebas dari polusi dan limbah pabrik, serta
memiliki kualitas air bersih yang baik, air bersih yang berasal dari sumber mata
air Cakratulung yang terletak di Kabupaten Boyolali. Adanya lokasi yang strategis
dan jalur transportasi yang baik membuat kawasan ini digemari para investor
untuk membangun kawasan pemukiman seperti perumahan.
Desa Gawanan yang di lintasi jalan Adi Sumarmo, menghubungkan
transportasi dari arah Barat ke Timur dan Selatan, ataupun sebaliknya dari arah
Timur ke Barat dan Utara. Desa Gawanan di lewati oleh aliran Kali Pepe dengan
ketinggian tanah di Desa Gawanan yaitu 144 meter dari permukaan laut, dan tipe
topografinya berupa dataran rendah. Sedangkan suhu udara rata-rata adalah
sebesar 24º- 32ºC.
Karena berfungsi sebagai jalur transportasi, desa Gawanan juga sebagai
daerah transit bagi masyarakat yang mau berpergian ke arah Selatan (Kartasura,
Klaten, Yogyakarta), arah Barat (Bandara Adi Sumarmo, Boyolali, Semarang),
arah Timur (Solo, Karanganyar, Tawangmangu). Sementara Solo dan Boyolali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
merupakan lokasi yang paling dekat dengan desa Gawanan dibandingkan dengan
Karanganyar yang dalam hal ini merupakan pusat pemerintahan desa Gawanan.
Keadaan di sekitar Kecamatan Colomadu cukup ramai dan padat karena
berada di kawasan segitiga, yaitu dekat dengan pusat pemerintahan kota Solo,
dekat dengan Bandara Adi Sumarmo yang letaknya di Kabupaten Boyolali serta
dekat dengan terminal Gunung Pare yang berada di Kabupaten Sukoharjo. Oleh
karena itu tidaklah mengherankan bila transportasi merupakan salah satu bagian
yang tidak terlepaskan dari desa Gawanan. Dengan tersedianya transportasi yang
memadai maka akses untuk mobilitas masyarakat Gawanan ke luar desa akan
lebih lancar.
Dengan adanya transportasi yang lancar maka jarak antara desa
Gawanan dengan daerah lainnya lebih mudah ditempuh seperti misalnya :
1. Jarak dengan pusat pemerintahan Kecamatan Colomadu 1 kilometer
ke arah Barat.
2. Jarak dengan pusat pemerintahan Kabupaten Karanganyar 25
kilometer ke arah Timur.
3. Jarak dengan pusat pemerintahan Propinsi Jawa Tengah 95 kilometer
ke arah Barat Daya.
Desa Gawanan dapat ditempuh dengan melalui dua jalur, yaitu melalui
jalan Adi Sumarmo dan jalan raya Adi Sucipto. Transportasi umum yang bisa
dipergunakan adalah bis kota dan angkuta berwarna kuning jalur I. Transportasi
umum yang menuju ke arah timur yaitu ke Kotamadya Surakarta dan Kabupaten
Karanganyar terdapat bis kota, seperti Surya Kencana jalur B, Nusa jalur B dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Karunia Mulya. Sedangkan bila hendak menuju arah Kabupaten Sukoharjo
terdapat bis kota Budhi Utomo.
Secara administratif batas wilayah Kalurahan Gawanan adalah di
sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali yang dipisahkan dengan
aliran Kali Pepe, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tohudan Kecamatan
Colomadu, sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Desa Paulan Kecamatan
Colomadu, dan di sebelah barat berbatasan dengan wilayah Desa Malangjiwan
Kecamatan Colomadu.
Gambar 2.1. Peta Desa Gawanan (Lihat Lampiran)
Pola perkampungan Desa Gawanan terdiri atas 4 dusun yang letaknya
saling berdekatan, yaitu
1. Dusun Gawanan Barat
Terdiri dari 3 RW yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
RW I, terdapat 5 RT
RW II, terdapat 5 RT
RW IX, terdapat 4 RT
2. Dusun Ngerangan
Terdiri dari 3 RW yaitu:
RW III, terdapat 4 RT
RW IV, terdapat 3 RT
RW IX, terdapat 5 RT
3. Dusun Dalatan
Terdiri dari 1 RW yaitu:
RW X, terdapat 5 RT
4. Dusun Gawanan Timur
Terdiri dari 3 RW yaitu:
RW VI, terdapat 2 RT
RW VII, terdapat 4 RT
RW VIII, terdapat 3 RT
B.2. Luas Wilayah
Bila melihat dari luas keseluruhan Desa Gawanan adalah 135.9683 ha,
sebagian dari luas lahan pertanian telah dipakai untuk pembangunan fisik (gedung
sekolah, perkantoran, perumahan) dengan menghabiskan lahan sekitar 56.6895 ha.
Diantaranya lahan tersebut dipergunakan juga untuk pembangunan sarana
perdagangan, perumahan, serta pembangunan keperluan fasilitas umum.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Tabel 2.1. Penggunaan Lahan di Desa Gawanan Tahun 2008 (ha)
Jenis Tanah Luas Tanah (ha)
Tanah Sawah 38.0260
Tanah Kering (bangunan) 56.6895
Tegalan 35.7205
Sungai, jalan, kuburan 3.3973
Fasilitas Umum 2135
Jumlah 135.9683
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per Desember Tahun 2008
Dilihat dari tabel penggunaan lahan di desa Gawanan, yang paling luas
adalah untuk tanah kering (bangunan) yang berupa areal pemukiman warga asli
dan pendatang yang berupa perumahan yaitu sekitar 40% dari jumlah keseluruhan
lahan di desa Gawanan. Sedangkan untuk lahan pertanian kini hanya tinggal
38.0260 Ha atau sekitar 28% dan sekitar 35.7205 Ha atau 26% berupa tegalan dan
sisanya merupakan jalan, sungai, kuburan dan fasilitas umum sarana dan
prasarana penunjang kebutuhan masyarakat.
C. Keadaan Penduduk
C.1. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Dengan kondisi lingkungan yang tenang dan tidak bising karena
letaknya jauh dari pusat industri dan pabrik-pabrik sehingga bebas dari polusi dan
limbah pabrik membuat keberadaan desa Gawanan menjadi salah satu lokasi yang
dipilih oleh masyarakat untuk dijadikan tempat berdomisili. Banyak alasan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
dapat dikemukakan untuk memilih desa Gawanan sebagai tempat tinggal, seperti
misalnya : letak yang strategis, kualitas air bersih yang baik, pembangunan
komplek perumahan yang semakin banyak sehingga memungkinkan semakin
banyak rumah yang siap untuk ditempati.
Hal tersebut menyebabkan pertambahan penduduk serta kepadatan tidak dapat
dihindari.
Perkembangan yang terus-menerus terjadi di Desa Gawanan menjadikan
pertambahan penduduk dari tahun ke tahun juga terus meningkat, terlihat dari
jumlah penduduk pada tahun 2008 sekitar 4.911 jiwa. Padahal pada tahun-tahun
sebelumnya jumlah penduduk masih berkisar 4.097 jiwa, hal ini dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Tahun Laki-laki
(jiwa) (%)
Perempuan
(jiwa) (%)
Jumlah (%)
2004 2055 50,16 2042 49,84 4097 100
2005 2116 50,04 2113 49,96 4229 100
2006 2157 50,07 2151 49,93 4308 100
2007 2181 50,04 2177 49,96 4358 100
2008 2463 50,16 2448 49,84 4911 100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2004 - 2008
Dari tabel di atas terlihat persentase jumlah penduduk yang selalu
mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2007 hingga tahun 2008
terlihat peningkatan jumlah penduduk yang cukup drastis sekitar 12,6% dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
jumlah penduduk desa Gawanan secara keseluruhan. Pada tahun tersebut
merupakan tahun dimana beberapa komplek perumahan baru yang telah dibangun
mulai dipasarkan, seperti : Habitat estate, Puri Angkasa (2 dan 3) dan perumahan
Harapan Indah. Jadi naiknya jumlah penduduk lebih disebabkan oleh datangnya
para penduduk dari luar desa Gawanan yang berdiam dan berdomisili di desa
tersebut.
Makin pesatnya pertumbuhan penduduk desa Gawanan selain karena
letaknya yang strategis juga disebabkan karena beralih fungsinya lahan-lahan
pertanian menjadi perumahan. Dengan tersedianya sarana transportasi yang
memadai serta lahan pemukiman seperti komplek perumahan, maka dengan
sendirinya dapat menarik penduduk di luar desa untuk tinggal dan menetap di
desa Gawanan. Pada saat itu penduduk asli desa Gawanan mulai berkurang
dimana jumlah mereka jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pendatang.
Komposisi penduduk menurut umur dan dan jenis kelamin di desa
Gawanan pada tahun 2008. Pada tahun ini terjadi peningkatan jumlah penduduk
yang cukup tinggi, komposisinya dapat dilihat dari tabel berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 2.2.1 Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2008
No. Umur
(th)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
Jumlah
(jiwa)
Prosentase
(%)
1. 00 – 04 480 448 928 18,9
2. 05 – 09 314 311 625 12,7
3. 10 – 14 228 217 445 9,1
4. 15 – 19 267 268 535 10,9
5. 20 – 24 203 198 401 8,2
6. 25 – 29 224 198 422 8,6
7. 30 – 34 186 180 366 7,4
8. 35 – 39 150 219 369 7,5
9. 40 – 44 134 127 261 5,3
10. 45 – 49 86 91 177 3,6
11. 50 – 54 62 68 130 2,6
12. 55 – 59 72 68 140 2,9
13. 60 – 64 47 36 83 1,7
14. 65 keatas 10 19 29 0,6
Jumlah 2463 2448 4911 100,0
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2004 – 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Dari tabel diatas, komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin
dapat digolongkan dalam tiga kategori, yaitu :
1. Usia belum produktif yaitu usia 0 – 14 tahun
2. Usia kerja produktif yaitu usia 15 – 59 tahun
3. Usia tidak produktif yaitu usia 60 tahun – keatas
Untuk usia belum produktif yaitu usia 0 – 14 tahun sebesar 1.998 jiwa
atau 40,7%. Untuk usia kerja produktif yaitu usia 15 – 59 tahun sebesar 2.801
jiwa atau 57%. Dan untuk usia produktif yaitu usia 60 tahun keatas sebesar 112
jiwa atau 2,3%.
Apabila rentang usia 15 – 59 tahun disebut usia produktif, jumlah
penduduk produktif di Desa Gawanan adalah 2.801 jiwa, atau sekitar 57%.
Sementara itu penduduk tidak produktif (usia 0- 14 tahun dan 57 tahun ke atas)
adalah sebanyak 2.110 jiwa atau 43%. Berdasarkan data tersebut, maka angka
ketergantungan hidup antara usia produktif dan usia tidak produktif adalah sekitar
1 : 1, artinya seorang penduduk berusia produktif menanggung seorang penduduk
yang tidak produktif. Informasi yang bersifat perbandingan usia kerja adalah
bahwa tingkat kesejahteraan penduduk Desa Gawanan cukup baik, karena jumlah
penduduk usia produktif lebih banyak dibanding yang tidak produktif.
C.2. Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Dari jumlah penduduk yang semakin meningkat dan padat tersebut, desa
Gawanan juga harus di dukung dengan sumber daya manusianya yang berkualitas.
Ini terlihat dengan jumlah lulusan sekolah dasar, sekolah lanjutan tingkat pertama,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
hingga menengah umun dan perguruan tinggi dari tahun ke tahun terus meningkat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 2.3. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
Tahun SD SLTP SLTA Akademi
(D1–D3)
PT
(S1-S2)
Jumlah Jumlah
Penduduk
2004 616 671 1313 132 257 2989 4097
2005 628 682 1333 139 369 3151 4229
2006 631 690 1327 151 382 3181 4308
2007 604 681 1326 153 387 3151 4358
2008 601 694 1404 186 439 3324 4911
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2004 – 2008
Selain pendidikan formal, beberapa penduduk telah menamatkan
pendidikan khusus. Diantaranya adalah lulusan Pondok Pesantren sebanyak 2
orang, lulusan Pendidikan Keagamaan sebanyak 4 orang, tamatan Sekolah Dasar
Luar Biasa sebanyak 2 orang, dan masyarakat yang mengambil
Kursus/keterampilan sebanyak 12 orang.
Tingkat pendidikan terbagi dalam tiga kategori, yaitu :
1. Tingkat pendidikan rendah yaitu tidak sekolah sampai tamat SLTP
2. Tingkat pendidikan menengah yaitu tamat SLTA
3. Tingkat pendidikan tinggi yaitu tamat Akademik atau Perguruan Tinggi.
Dari data yang ditunjukkan diatas tampak jelas persentase penduduk
yang memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik yaitu sekitar 72% dari
keseluruhan penduduk telah memiliki pendidikan. Tampak bahwa masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
desa Gawanan memiliki kesadaran yang cukup akan pentingnya pendidikan.
Tingkat pendidikan penduduk sangat memenuhi standar pendidikan yang
dicanangkan pemerintah yaitu pendidikan dasar 9 tahun.
Dari tahun ke tahun perkembangan tingkat pendidikan masyarakat desa
Gawanan menunjukkan hasil yang cukup menggembirakan, dimana dengan
jumlah penduduk sekitar 4.911 orang, 3.324 diantaranya telah mengenyam
pendidikan maka bila diamati kembali telah terjadi peningkatan yang lebih baik
dari tahun sebelumnya. Semua ini tidaklah lepas dari pengembangan-
pengembangan sarana dan prasarana pendidikan yang ada di desa Gawanan yaitu
dengan didirikannya gedung-gedung sekolahan. Desa Gawanan telah memiliki
sarana dan prasarana penunjang pendidikan yaitu:
2 buah Taman Kanak-kanak berstatus swasta (TK Darma Wanita
dan TK Bakti)
2 buah Sekolah Dasar Negeri (SD Negeri Gawanan 01 dan SD
Negeri Gawanan 02)
Sebuah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP Negeri 1
Colomadu)
2 buah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK Adi Sumarmo dan
SMK Penerbangan)
Sebagian dari masyarakat desa Gawanan menyekolahkan anak-anak
mereka di sekolahan yang terdapat di daerah mereka, karena jarak yang cukup
dekat dengan rumah mereka. Selain itu juga kualitas pendidikan sekolahan di desa
Gawanan tidak kalah jika dibandingkan dengan sekolahan yang berada di kota,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dan juga biaya sekolah yang relatif lebih murah menjadikan sekolahan di desa
Gawanan diminati banyak orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka di
desa Gawanan.
Meningkatnya jumlah penduduk yang telah mengenyam pendidikan
tidak terlepas dari kehadiran pendatang yang membawa orientasi baru dalam
masalah pendidikan serta didukung pula oleh beberapa faktor pendorong lainnya
seperti pengaruh informasi dari media massa, orbitasi77
, dan juga kondisi ekonomi
masyarakat yang semakin membaik dari waktu sebelumnya yang lebih
memungkinkan untuk mengakses masalah pendidikan ke jenjang yang lebih
tinggi.
Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakatnya, desa Gawanan akan
lebih mudah menerima pembaharuan-pembaharuan termasuk usaha-usaha
pembangunan. Karena semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan semakin
tampak kecenderungan untuk meningkatkan taraf kehidupan untuk mencari
pekerjaan lain di luar bidang usaha pertanian.
C.3. Penduduk Menurut Matapencaharian
Matapencaharian penduduk desa Gawanan cukup bervariasi. Walaupun
demikian kondisi lingkungan alam dan posisi wilayah desa, tampaknya, mewarnai
jenis kegiatan dan mata pencaharian penduduk. Seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa pekerjaan sebagai petani sudah mulai sedikit, berbeda dengan
keadaan desa Gawanan 20 tahun sebelumnya yang mayoritas penduduknya adalah
77 Orbitasi adalah jarak pusat pemerintahan desa / kelurahan. Desa Gawanan sendiri memiliki
jarak dari pusat pemerintahan Kecamatan Colomadu 1 kilometer ke arah Barat, dari Kabupaten
Karanganyar 25 kilometer ke arah Timurdan dari Propinsi Jawa Tengah 95 kilometer ke arah Barat
Daya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
sebagai petani dan pedagang. Kondisi seperti itu dikarenakan telah berkurangnya
lahan-lahan pertanian yang menjadi lahan matapencaharian masyarakat desa
Gawanan berubah menjadi lahan-lahan pemukiman baru.
Hal ini hanya merupakan bagian-bagian terkecil dari pergeseran
kebudayaan masyarakat tradisional menuju masyarakat modern, atau yang lebih
dikenal dengan masyarakat transisi.
Bila dilihat secara umum penduduk desa Gawanan sebagian besar
mempunyai mata pencaharian dalam sektor swasta, yaitu sebagai karyawan di
suatu perusahaan. Sebagian dari mereka bekerja sebagai buruh di pabrik-pabrik
yang berada di sekitar Kecamatan Colomadu dan juga industri yang berada di
Kotamadya Surakarta, seperti pabrik kayu Indo Jati, pabrik buku Kiky, pabrik
textile Triangga Dewi, pabrik rokok Djie Toe dan Menara dan pabrik-pabrik
berskala kecil seperti pabrik kerupuk, karak, dan roti. Adapun komposisi
penduduk menurut matapencaharian dalam data monografi desa adalah sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Matapencaharian
No. Jenis Matapencaharian Jumlah (orang) Prosentase (%)
1. Pegawai Negeri Sipil 217 9,57
2. TNI / POLRI 67 2,95
3. Swasta (karyawan) 793 34,96
4. Wiraswasta / pedagang 183 8,07
5. Tani 140 6,17
6. Pertukangan 381 16,8
7. Buruh Tani 373 16,45
8. Pensiunkan 63 2,78
9. Angkutan 41 1,81
10. Jasa 4 0,18
11. Lainnya 6 0,26
Jumlah 2268 100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
C.4. Komposisi Penduduk Menurut Agama
Tabel 2.5. Jumlah Penduduk Menurut Agama
No. Agama Jumlah (jiwa) Prosentase(%)
1. Islam 4367 88,9
2. Kristen 425 8,68
3. Katolik 113 2,3
4. Hindu 1 0,02
5. Budha 5 0,1
Jumlah 4911 100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2008
Penduduk desa Gawanan menganut lima agama yang tercantum dalam
tabel diatas. Mayoritas penduduknya memeluk agama Islam yaitu sebesar 4367
orang atau 88,9%. Penduduk yang menganut agama lain adalah agama Kristen
sebanyak 425 orang atau 8,68%, agama Katolik sebanyak 113 orang atau 2,3%,
dan jumlah dari penganut agama Hindu Budha adalah sebanyak 6orang atau
0,12%.
C.5. Mutasi penduduk
Pada kurun waktu setahun terakhir ini, mutasi penduduk antara yang
lahir dan yang mati serta yang datang dan pindah memperlihatkan pertambahan
penduduk yang meningkat. Data mutasi penduduk desa Gawanan tahun 2008
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 2.6. Komposisi Mobilitas Penduduk di Desa Gawanan Tahun 2008
No. Mutasi Jumlah (jiwa) Prosentase (%)
1. Lahir 35 6,6
2. Mati 14 2,6
3. Datang 446 82,9
4. Pindah 43 7,9
Jumlah 538 100
Sumber : Monografi Desa Gawanan, Tahun 2008
Data di kantor Kelurahan desa Gawanan mengungkapkan bahwa tingkat
mobilitas penduduknya sangat tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka
kedatangan penduduk yaitu sebesar 446 orang (230 laki-laki dan 216 perempuan)
atau 82,9%. Sedangkan angka penduduk yang pindah menduduki peringkat kedua
yaitu sebanyak 43 orang (21 laki-laki dan 22 perempuan) atau 7,9%. Selanjutnya
terdapatnya 35 orang (18 laki-laki dan 17 perempuan) atau 6,6% yang lahir,
sedang penduduk yang meninggal sebanyak 14 orang (9 laki-laki dan 5
perempuan) atau 2,6%.
Penduduk yang datang, mau tidak mau harus melakukan interaksi
dengan penduduk asli. Interaksi ini diperlukan agar para pendatang dapat
mengetahui bagaimana nilai-nilai sosial budaya masyarakat desa Gawanan. Dan
bila pendatang telah mengetahui nilai-nilai sosial budaya di desa Gawanan
diharapkan dapat melakukan penyesuaian terhadap nilai-nilai sosial budaya
tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
D. Keadaan Sarana dan Prasarana
Pemerintah desa merupakan unsur pemerintah yang paling rendah
dibawah camat selaku pimpinan kecamatan. Pemerintah desa Gawanan dipimpin
oleh Bapak Murdiyanto, SH selaku kepala desa atau Kades yang lazim disebut
dengan Lurah dan dibantu oleh satu orang sekretaris desa (Sekdes)/ sekretaris
lurah (Seklur) yang sering disebut carik, dua orang kepala urusan (Kaur) tiga
orang kepala seksi, serta empat orang kepala dusun (kadus). Dan terdapat sepuluh
orang ketua Rukun Warga (RW) dan 39 orang ketua Rukun Tetangga (RT).
Dengan demikian terlaksananya pemerintah desa dan instruksi atasan merupakan
tanggung jawab Lurah dan perangkat desa lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
BPD KEPALA DESA
KAUR UMUM
KASI PEREKONOMIAN
DAN PEMBANGUNAN
KASI
PEMERINTAHAN
KETENTRAMAN
DAN KETERTIBAN
KEPALA DUSUN
NGERANGAN
SEKDES
KASI
KESEJAHTERAAN
KEPALA DUSUN
GAWANAN BARAT
KEPALA DUSUN
DALATAN
KEPALA DUSUN
GAWANAN TIMUR
KAUR KEUANGAN
Bagan Organisasi Pemerintah Desa Gawanan
Bagan 2.1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Gawanan
Keterangan :
: Koordinasi
: Komando
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
D.1. Sarana Sosial Budaya
Data tentang sarana sosial budaya di desa Gawanan dapat dilihat pada
tabel berikut ini :
Tabel 2.7. PRASARANA SOSIAL BUDAYA
No. Jenis Prasarana Jumlah (buah)
1.
2.
3.
Keagamaan
a. Masjid
b. Mushola
c. Gereja
Pendidikan
a. Taman Kanak-kanak (TK)
b. Sekolah Dasar (SD)
c. SLTP
d. SLTA/SMK
Olahraga
a. Lapangan Sepak Bola
b. Lapangan Basket
c. Lapangan Volly
d. Lapangan Bulu Tangkis
e. Lapangan Tenis
8
7
2
2
2
1
2
1
1
5
4
1
Jumlah 36
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
Dari tabel di atas, tampak bahwa sarana keagamaan sudah cukup untuk
menampung penduduk desa Gawanan untuk menjalankan ibadahnya. Karena
sebagian besar penduduk desa Gawanan memeluk agama Islam dan sara prasarana
ibadah seperti Masjid dan Mushola dapat dimanfaatkan untuk menjalankan ibadah
dan melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan, seperti TPA, pengajian, diskusi,
dan lain-lain. Selain itu terdapat dua buah Gereja yang cukup untuk melaksanakan
ibadah dan kegiatan-kegiatan keagamaan bagi pemeluk agama Kristen dan
Katolik di desa Gawanan. Namun, bagi umat Hindu dan Budha untuk sarana dan
prasarana ibadahnya seperti wihara dan pura tidak tersedia di desa Gawanan.
Sarana pendidikan yang ada di desa Gawanan dikategorikan masih
kurang untuk memenuhi jumlah anak-anak usia sekolah. Untuk mendapatkan
pendidikan yang lebih memadai biasanya para siswa SD, SMP, maupun SMA
mencari sekolah di Kecamatan Colomadu dan Kotamadya Surakarta yang
jaraknya relatif dekat dengan desa Gawanan. Untuk ketersediaan sarana
pendidikan hanya meliputi TK sampai SMA. Untuk jenjang pendidikan yang
lebih tinggi dan sederajatnya belum tersedia di desa Gawanan.
Sedangkan sarana Olahraga yang ada di desa Gawanan ini dapat
dikatakan telah memadai untuk memenuhi kebutuhan berolahraga bagi
masyarakatnya. Hal ini tampak pada adanya fasilitas keolahragaan yang
disediakan seperti lapangan sepak bola, lapangan voli, lapangan basket, lapangan
bulu tangkis dan lapangan tenis yang selalu dimanfaatkan oleh masyarakat desa
Gawanan untuk berolahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Sarana-saran sosial budaya yang ada di desa Gawanan ini juga
merupakan sarana untuk berinteraksi bagi masyarakat desa tersebut. Demikian
halnya dengan sarana keagamaan seperti masjid dan gereja, sarana pendidikan,
maupun sarana olahraga juga dapat sebagai sarana untuk melakukan interaksi
maupun kontak sosial bagi masyarakat desa Gawanan.
D.2. Sarana dan Prasarana Komunikasi dan Perhubungan
Tabel 2.8. SARANA DAN PRASARANA KOMUNIKASI DAN
PERHUBUNGAN
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1.
2.
3.
Sarana Perhubungan
a. Jalan Dusun
b. Jalan Desa
c. Jembatan
Sarana Transportasi
a. Mobil pribadi
b. Sepeda motor
c. Taksi
d. Becak
e. Sepeda
f. Gerobak
Sarana Komunikasi
a. Televisi
b. Pemancar Telepon Seluler / Tower
c. Wartel
23,4 Km
2 Km
2 buah
97 buah
873 buah
1 buah
26 buah
2750 buah
9 buah
1343 buah
2 buah
7 buah
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Dari tabel diatas, menunjukkan bahwa sarana perhubungan dan
komunikasi dapat dipergunakan oleh penduduk untuk kelancaran kegiatannya.
Hal ini nampak pada jalan-jalan yang merupakan sarana perhubungan bagi
penduduk desa Gawanan dengan desa-desa tetangga. Jalan-jalan tersebut
mayoritas sudah diaspal guna kenyamanan masyarakat dalam pemanfaatannya.
Sarana transportasi yang dimiliki masyarakat Gawanan telah bervariasi
baik yang masih bersifat tradisional maupun modern yang digunakan masyarakat
Gawanan untuk memudahkan pekerjaan mereka. Selain itu Desa Gawanan telah
memiliki pemancar telepon seluler sebanyak dua buah, ini menandakan bahwa
mayoritas masyarakat Gawanan telah mengenal dan memiliki alat komunikasi
berupa telepon genggam atau handphone yang akan memudahkan mereka untuk
berkomunikasi dengan dunia luar.
Mayoritas masyarakat desa Gawanan telah memiliki televisi sebagai
sumber informasi dari luar. Selain itu ketersediaan media cetak seperti koran,
majalah, dan tabloid juga menambah referensi masyarakat Gawanan untuk
mencari berbagai macam informasi. Masyarakat desa Gawanan sebagian besar
juga telah mengenal internet. Biasanya para remaja yang lebih terbuka dengan
kemajuan teknologi, mereka memanfaatkan media cyber untuk berkomunikasi
dengan teman-teman mereka seperti chating, friendster dan facebook.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
D.3. Sarana dan Prasarana Kesehatan
Tabel 2.9. SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
Puskesmas Pembantu
Posyandu
Rumah Bersalin
Dokter Praktek
Bidan Desa
1
9
3
3
3
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
Sarana dan prasarana kesehatan di Desa Gawanan cukup untuk
memberikan pelayanan kesehatan bagi penduduknya. Untuk memantau kesehatan
balita telah disediakan Posyandu di tiap-tiap RW untuk memberikan pelayanan
gizi dan penyuluhan kesehatan kepada para ibu. Untuk peningkatan kualitas hidup
ibu hamil dan bayinya, tersedia rumah bersalin dan bidan yang siap membantu
melayani ibu hamil dan calon bayinya. Selain itu untuk masyarakat yang sakit dan
hendak berobat terdapat tiga orang dokter praktek yang buka setiap hari di rumah
mereka masing-masing, sehingga hal ini memudahkan masyarakat yang sakit
untuk segera mendapatkan pertolongan dan penaganan atas penyakitnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
D.4. Prasarana Perekonomian
Tabel 2.10. PRASARANA PEREKONOMIAN
No. Jenis Prasarana Perekonomian Jumlah (buah)
Koperasi Simpan Pinjam
Pasar Desa
Toko
Kios
Warung
Kaki Lima
2
1
11
53
59
19
Sumber : Monografi Desa Gawanan, per 31 Desember Tahun 2008
Wilayah Gawanan yang tadinya sepi kini berubah menjadi lebih ramai
dan padat setelah masuknya para pendatang yang bermukim di sini. Banyaknya
pendatang yang berdomisili di Gawanan menyebabkan sistem perekonomian di
Gawanan pun meningkat. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang kian
beragam, banyak pihak yang melihatnya sebagai peluang usaha, maka kini banyak
bermunculan usaha-usaha kecil warga masyarakat dalam bidang perdagangan,
seperti warung makan, toko kelontong, salon, mini market, bengkel, toko besi,
tambal ban, las karbit, fotokopian, counter heandphone, wartel, dan beberapa
pedagang kaki lima yang biasanya dapat ditemui pada malam hari yang
mendirikan tenda-tenda di pinggir jalan. Terlihat bahwa sarana dan prasarana
perekonomian di Desa Gawanan telah cukup memadai guna memenuhi kebutuhan
masyarakatnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
E. Sistem peralatan hidup
Sebelum adanya pembangunan, tanah milik masyarakat yang berupa
sawah masih cukup luas, namun seiring berjalannya waktu lahan pertanian makin
berkurang karena dijual untuk areal perumahan. Oleh karena itu sawah yang dapat
diusahakan masyarakat makin menyempit.
Keadaan sarana transportasi di desa Gawanan pada umumnya sudah
cukup baik, jalan-jalan banyak yang sudah beraspal, walaupun belum sempurna.
Telah terdapat jalur penghubung antar desa berupa jalan setapak dan jembatan.
Alat-alat transportasi yang digunakan hingga sekarang telah mulai
berkembang seiring dengan semakin banyak tuntutan kebutuhan masyarakat yang
harus dipenuhi. Dulu masyarakat masih menggunakan alat transportasi tidak
bermotor dan memanfaatkan tenaga hewan untuk menariknya, seperti pedati,
andong, becak, dan sepeda. Alat-alat transportasi tradisional tersebut sempat
menjadi alat transportasi utama sebagai kendaraan untuk mobilitas masyarakat.
Namun sekarang semakin tinggi mobilitas masyarakat desa Gawanan, alat-alat
transportasi yang digunakan semakin maju dan bervariasi seperti mobil, sepeda
motor, truk, angkuta, dan bis kota. Walaupun sekarang alat transportasi tradisional
telah bergeser dengan alat transportasi yang lebih modern, namun dibeberapa
daerah di desa Gawanan masih ada masyarakat yang menggunakan alat
transportasi tradisional untuk membantu pekerjaan mereka.
Pada waktu belum banyak dibangun areal perumahan dan industri
perdagangan, keadaan jalan-jalan di desa Gawanan masih berbatu-batu dan juga
masih ada yang berupa jalan setapak. Namun sekarang setelah banyak dibangun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
areal perumahan dan industri maka lahan-lahan mulai diperbaiki, diperlebar dan
diaspal. Demikian juga jembatan-jembatan yang dahulunya hanya merupakan
jembatan yang dibuat dari kayu dan ukurannya sempit , karena hanya dapat dilalui
sepeda dan pejalan kaki. Sekarang telah dibuat jembatan yang terbuat dari beton
yang menghubungkan desa Gawanan dengan Kabupaten Boyolali yang dibatasi
dengan Kali Pepe. Jembatan dibangun lebih lebar sehingga dapat dilalui mobil
atau truk yang hendak melintas.
Jalanan yang tadinya sepi sekarang menjadi ramai, selain berfungsi
sebagai jalan umum juga berfungsi sebagai jalan industri dan jalan ekonomi.
Apalagi desa Gawanan merupakan desa utama sebagai kompleks pemukiman
baru. Hal ini disebabkan karena desa Gawanan letaknya strategis sebagai daerah
transit penghubung antar kota Solo dan Kabupaten Boyolali.
Keadaan flora di desa Gawanan tidaklah berbeda dengan flora yang
tumbuh di kawasan desa-desa di Jawa Tengah pada umumnya. Di Gawanan
banyak terdapat aneka ragam tanaman bambu juga tanaman perdu dan tanaman
basah. Jenis tanaman yang diusahakan dan dikonsumsi masyarakat seperti
sayuran, kacang-kacangan, ubi jalar, tebu dan buah-buahan masih banyak ditemui
di Desa Gawanan. Masih terdapat juga tegalan yang ditanami berbagai macam
tanaman seperti singkong, kacang tanah serta terdapat beberapa tanaman
palawija.78
Desa Gawanan sebelah barat yang berbatasan dengan desa
Malangjiwan merupakan sentra tanaman tebu.
78 Tanaman palawija adalah hasil panen kedua di samping padi. Dalam pengertian sekarang,
palawija berarti semua tanaman pertanian semusim yang ditanam pada lahan kering. Biasanya
palawija berupa tanaman kacang-kacangan, serealia selain padi (seperti jagung), dan umbi-umbian
semusim (ketela pohon dan ubi jalar).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Usaha penduduk di desa Gawanan salah satunya adalah berternak.
Ternak yang dipelihara adalah kuda, kerbau, sapi, kambing, bebek, ayam ras,
ayam kampung dan kelinci. Binatang buas atau liar di desa Gawanan sudah tidak
ada, yang masih dapat dijumpai hanya musang dan binatang melata seperti kadal
dan ular. Untuk jenis burung yang masih ada adalah sejenis burung kecil seperti
burung Pipit yang banyak bersarang dipohon-pohon, burung Gereja yang sering
dijumpai di sawah-sawah, dan beberapa burung puyuh yang biasanya terlihat di
antara semak-semak.
Jalan Adi Sumarmo yang melintasi desa Gawanan ini merupakan jalur
alternatif yang padat dari arah barat yaitu Bandara Adi Sumarmo yang berada di
Kabupaten Boyolali dan dari arah timur adalah Banyuanyar, Kotamadya
Surakarta. Jalur ini menyebabkan pola pemukiman penduduknya tersebar
sepanjang jalan utama dan mengalami pemekaran keluar. Desa Gawanan memiliki
bentuk desa Dataran Rendah, seperti yang dijelaskan oleh Drs. N. Daldjoeni79
yaitu:
Bentuk desa Linier di dataran rendah pada umumnya pemukiman
penduduk memanjang sejajar dengan rentangan jalan raya yang
menembus desa yang bersangkutan.Jika kemudian secara wajar
artinya tanpa direncanakan desa mekar, tanah pertanian di luar desa
sepanjang jalan raya menjadi pemukiman baru. Memang ada kalanya
juga pemekaran ke arah pedalaman sebelah menyebelah jalan raya.
Maka kemudian harus dibuatkan jalan baru mengelilingi desa, jadi
semacam ringroad dengan maksud agar kawasan pemukiman baru
tak terpencil.
79 Daldjoeni, 1998, Geografi Kota Dan Desa, Bandung: Alumni, hal. 62
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Bentuk rumah di Desa Gawanan kini telah bervariasi, terdapat bentuk
bangunan rumah yang masih tradisional dan masih mempertahankan bentuk
bangunan asli rumah jaman dahulu, yaitu rumah dengan model limasan yang
masih sederhana dan disamping rumah masih terdapat kandang hewan ternak
biasanya berupa sapi, kambing, ayam dan bebek. Dan masih terdapat pekarangan
yang luas dibelakang rumah yang biasanya ditumbuhi tanaman bambu serta
pohon-pohon besar yang berfungsi sebagai peneduh. Biasanya warga asli Desa
Gawanan yang masih memiliki rumah model seperti ini karena merupakan
warisan dari leluhur mereka. Namun terdapat juga rumah-rumah yang bergaya
modern dan teratur dan biasanya rumah-rumah tersebut dimiliki oleh warga
pendatang yang bermukim di Desa Gawanan.
Rumah-rumah yang berada di pinggir jalan Adi Sumarmo biasanya
dimanfaatkan untuk membuka usaha perdagangan seperti toko kelontong, foto
kopian, salon, las karbit, bengkel, toko besi, tambal ban, tempat kursus, warung
makan, dan beberapa pedagang kaki lima yang menjual makanan.
Keadaan ini menyebabkan bentuk rumah-rumah dan karakteristik
penduduk yang bermukim di tepian jalan terlihat lebih maju dan memiliki
mobilitas yang tinggi dibandingkan dengan keadaan penduduk yang berada di
sekitar areal pertanian.
Pola perkampungan yang letaknya di tepi jalan dan sekitar fasilitas
umum lebih padat dan teratur daripada perkampungan di sekitar lahan pertanian.
Keadaan dan bentuk rumahnya sudah lebih modern dan bervariasi. Sebagian besar
rumahnya telah berlantai keramik. Dindingnya terbuat dari batu bata. Mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
telah memiliki tempat Mandi Cuci Kakus (MCK) yang layak. Untuk memperoleh
air bersih, sebagian besar telah menggunakan sumur bor atau sumur pompa,
walaupun masih ada beberapa penduduk yang memiliki sumur sebagai tempat
penampungan air.
Beberapa buah rumah sudah dilengkapi dengan garasi yang
dipergunakan untuk tempat parkir mobil atau sepeda motor yang biasanya
berjumlah lebih dari satu buah. Pekarangan rumah ditata dan ditanami tanaman
hias dan pohon buah-buahan seperti pohon mangga, belimbing, rambutan, pepaya
dan terdapat tanaman sayur, serta beberapa rumah memiliki kolam ikan sebagai
pemanis taman. Kemudian antara rumah yang satu dengan yang lainnya diberi
pembatas berupa pagar tembok atau pagar besi.
Fasilitas yang dimiliki oleh desa Gawanan adalah terdapatnya sarana
ibadah, seperti Masjid dan Mushola bagi umat Islam, dan Gereja bagi umat
Kristen. Di tiap-tiap Rukun Warga (RW) telah memiliki Masjid atau Mushola
sebagai sarana ibadah umat Islam karena hampir 89% penduduk desa Gawanan
memeluk agama Islam. Kelengkapan lain dari desa Gawanan adalah lahan
pekuburan yang terdapat ditiap-tiap dusun. Kuburan merupakan tempat
peristirahatan terakhir bagi perjalanan hidup manusia, sebagian orang
menganggap kuburan sebagai tempat yang keramat. Kuburan di desa Gawanan
terawat dengan baik, ditumbuhi pohon-pohon yang rindang seperti pohon
Beringin yang menjulang tinggi dan pohon Kamboja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
F. Sistem Teknologi
Teknologi merupakan bagian dari kebudayaan manusia, yang pada
dasarnya untuk meringankan kerja manusia, misalnya cara berproduksi dan cara
mengatur masyarakat. Teknologi yang sederhana mencerminkan kebudayaan yang
masih sederhana.
Sistem teknologi yang terdapat di desa Gawanan berada dalam keadaan
transisi dari sistem teknologi tradisional menuju teknologi modern. Sistem
teknologi tradisional diwarnai oleh latar belakang kehidupan masyarakat petani,
seperti digunakannya peralatan kerja berupa cangkul, bajak, sabit, golok, parang,
lesung, dan lain-lain. Sedangkan dalam bidang pembuatan batu bata dan genting
masih menggunakan gerobak atau pedati yang ditarik dengan tenaga sapi untuk
mengangkut pasir dan tanah liat. Bahan-bahan pembuatan peralatan tersebut
biasanya terbuat dari kayu atau bambu, dan ada bagian-bagian yang terbuat dari
besi. Walaupun demikian cara pembuatan serta bentuk dari peralatan tersebut
tampak masih sederhana.
Cara pengolahan tanah masih mempergunakan tenaga manusia dan
binatang terutama kerbau dan sapi. Teknik penggunaan bajak dengan cara ditarik
oleh seekor atau dua ekor kerbau atau menggunakan cangkul, sehingga cangkul
masih dipandang sebagai alat pertanian yang utama dalam mengolah tanah
pertanian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
G. Kondisi Sosial Budaya
Kehadiran pemukiman baru seperti perumahan di desa Gawanan
mengakibatkan terjadinya beberapa perubahan pada masyarakatnya, termasuk
sistem budayanya. Berubahnya sendi-sendi kehidupan masyarakat lebih
disebabkan oleh interaksi yang terjadi antara masyarakat desa Gawanan dengan
para pendatang yang juga membawa budaya dari tempat dimana mereka berasal.
Pada umumnya desa Gawanan terus mengalami kemajuan serta pertumbuhan
dalam berbagai bidang menjadikan setiap aspek yang ada di dalam masyarakat
ikut berkembang seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan masyarakat di
Desa Gawanan.
Beberapa bagian dari kondisi sosial budaya masyarakat Desa Gawanan
memang tidak ikut berubah seiring dengan pertumbuhan ekonomi yang dialami
oleh penduduk di sekitarnya. Bertahannya beberapa aspek sosial di Desa
Gawanan lebih disebabkan oleh karakteristik Desa Gawanan yang masih memiliki
basic pedesaan yang cukup kental dalam kehidupan kesehariannya terutama bagi
warga asli desa Gawanan. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak terlalu
mempengaruhi atau bahkan merubah apa yang menjadi pegangan dari masyarakat
Desa Gawanan, seperti misalnya kegiatan gotong royong untuk membersihkan
lingkungan, arisan antar RT, pengurusan pesta perkawinan, ataupun masalah
pemakaman dari warganya sendiri. Disamping itu pula kita tidak dapat menutup
mata bahwa di Desa Gawanan-pun telah tumbuh banyak budaya-budaya baru
seperti misalnya kegiatan-kegiatan ritual dalam perkawinan yang mulai berkurang
intensitasnya, seperti yang diungkapkan Bapak Lurah Desa Gawanan:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
“ .....pernikahan sekarang itu lebih praktis lebih simpel, kalau
pernikahan dulu banyak tata cara Jawa-ne tu kan masih kuat
sekali pake acara setelah temu, terus kirab dan pake
manggoloyudha kalau sekarang kan enggak. Kalau dulu disini
nikah laki dan perempuan kan beda maksudnya kalau
diperempuan acaranya lebih padat.kalau misalkan warga
gawanan yang perempuan ini acaranya lebih padat Kalau
dipihak laki-laki kan biasanya ngunduh manten hanya sekali
itu ya udah, namun kalau sekarang itu antara laki-laki dan
perempuan kayaknya hampir sama jadi pengantin masuk yang
putri trus ada acara patah, trus dipertemukan duduk udah
selesai, masih ada acara sungkeman dan yang lainnya namun
ini tidak mengurangi acara yang lain karena kalau tamu mau
keluar hidangan dan lain sebaginya kan tidak mempengaruhi
acara ritualnya sendiri jadi hanya untuk pribadi...”80
Belum lagi berubahnya pola pikir masyarakat terhadap waktu serta hiburan.
Di Desa Gawanan sekarang sudah mulai jarang ditemui warga yang
duduk-duduk di depan rumah sambil mengobrol dengan tetangga (nonggo).
Meskipun masih ada juga beberapa warga yang melakukannya. Tetapi, kebiasaan
yang dilakukan warga Gawanan adalah menggunakan warung makan, warung
belanja, dan kegiatan-kegiatan organisasi, seperti arisan, pengajian, atau kegiatan
olahraga sebagai tempat untuk mengobrol dan bertukar informasi. Untuk bahasa
sehari-hari yang digunakan dalam berinteraksi adalah bahasa Jawa namun ada
juga beberapa warga yang menggunakan bahasa Indonesia hal ini dapat ditemui
pada warga pendatang yang bermukim di perumahan.
Terdapat beberapa organisasi sosial di desa Gawanan, baik formal atau
mon formal. Namun tidak semua warga memiliki kesadaran untuk mengikuti atau
berpartisipasi dalam kegiatan organisasi yang ada. Organisasi yang termasuk
formal adalah PKK, Posyandu, Karang Taruna. Sedangkan yang non formal
80 Lurah Murdiyanto, wawancara 26 Februari 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
adalah IRM (Ikatan Remaja Masjid), Majelis Taklim, Perkumpulan Umat
Kristiani, dan Arisan. Kegiatan formal merupakan kegiatan yang dikoordinir oleh
pemerintah, sedangkan kegiatan yang bersifat non formal adalah berdasar pada
kesepakatan warga tentang pengadaannya.
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga (PKK), umumnya beranggotakan
ibu rumah tangga. Kegiatan ini dilakukan sebulan sekali, biasanya dilaksanakan
pada Minggu pertama, dengan tempat kegiatan bergilir di tiap-tiap rumah para
anggotanya. Jenis kegiatan yang diadakan oleh PKK adalah arisan, dan posyandu.
Kegiatan Posyandu merupakan program dari PKK yang dibantu
Polindes. Kegiatan Posyandu diadakan ditiap-tiap RW dan diselenggarakan
sebulan sekali dengan jenis kegiatan pemberian gizi pada balita dan penimbangan
berat badan. Selain itu Posyandu juga membantu Polindes dalam memberikan
penyuluhan, misalnya tentang imunisasi atau penyakit-penyakit menular yang
mewabah. Petugas-petugas posyandu juga melakukan kunjungan di rumah-rumah
penduduk untuk melihat kebersihan tempat tinggal, terutama kamar mandi
(jamban) dan kebersihan air, bahkan sekarang sudah dibentuk petugas yang
khusus memantau kondisi jamban dari perkembangan nyamuk demam berdarah di
tiap-tiap RW.Selain posyandu untuk balita juga terdapat posyandu lansia yang
biasanya diadakan di Polindes setiap sebulan sekali pada hari Jumat Minggu
ketiga. Posyandu khusus untuk orang tua lanjut usia ini tugasnya adalah
memantau kesehatan serta memberikan pengobatan gratis pada warga lanjut usia.
Untuk karang taruna di Desa Gawanan bisa dikatakan cukup aktif.
Biasanya karang taruna diadakan di tiap-tiap RW namun terdapat juga karang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
taruna Desa yang cakupannya lebih luas. Keaktifan karang taruna ini dapat
teramati dari kegiatan rutin tiap bulan yaitu pertemuan rutin untuk membahas
suatu kegiatan yang akan atau telah dilaksanakan dan juga sebagai ajang
silaturahmi dan saling mengenal. Karang Taruna biasanya beranggotakan para
remaja yang berusia mulai dari SMP hingga Perguruan Tinggi, namun ada juga
anggota yang telah bekerja dan belum menikah masih menjadi anggota karang
taruna, dan biasanya mereka hanya sebagai pembina atau orang yang dituakan.
Kegiatan karang taruna sangatlah beragam, mulai dari olahraga, seperti
pertandingan bola voli, sepeda santai, futsal, tenis meja dan bulutangkis, hingga
kegiatan sosial seperti basar, bakti sosial, sinoman, menjenguk warga yang sakit
dan juga membantu warga yang sedang mengalami musibah.
Untuk kegiatan non formal seperti Remaja Masjid di Desa Gawanan
untuk saat ini keaktifannya mulai berkurang jika dibandingkan beberapa tahun
sebelumnya. Hal ini dikarenakan keanggotaan dan antusias para remaja untuk
mengikuti kegiatan keagamaan mulai berkurang. Namun bila mendekati hari raya
kegiatan Remaja Masjid ini mulai bergeliat, seperti membantu mengasuh TPA
yang dilakukan pada saat bulan suci Romadhon yang dilakukan pada sore hari
menjelang berbuka puasa. Sedangkan untuk Majelis Taklim diselenggarakan di
tiap-tiap masjid yang terdapat di Desa Gawanan. Kegiatan yang diselenggarakan
adalah pengajian, baik yang rutin atau bersifat insidental atau memperingati hari
besar Islam. Untuk pengajian rutin yang berjalan dengan baik adalah khusus ibu-
ibu setiap seminggu sekali dan dilaksanakan setelah ba’da Isya’. Tempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
penyelenggaraan pengajian tidak terpatok di masjid saja, terkadang menggunakan
rumah peserta pengajian secara bergilir.
Penduduk Desa Gawanan dapat dikatakan berada dalam kondisi ruang
sosial yang cukup baik, dengan berbagai fasilitas yang disediakan, sarana
komunikasi, transportasi juga kesehatan. Tingkat kesejahteraan di Gawanan telah
mulai meningkat, karena tingkat pendidikan warga yang cukup tinggi dengan
adanya kesadaran warga akan pentingnya pendidikan. Selain itu, sebagian warga
telah memiliki mata pencaharian yang layak untuk hidup mereka. Rumah-rumah
yang ada di Desa Gawanan hampir semua merupakan bangunan yang permanen
dengan kondisi yang baik.
Meskipun desa Gawanan sedang mengalami masa transisi, namun
kegiatan-kegiatan sosial yang ada masih banyak diikuti oleh warga, bahkan
tingkat partisipasi warga cukup tinggi, terlihat dari masih berjalannya dengan baik
kegiatan-kegiatan seperti PKK, Posyandu, pertemuan RT dan RW, termasuk juga
kegiatan-kegiatan non formal yang merupakan kesepakatan tiap warga dalam
pelaksanaannya. Hal ini memperlihatkan intensitas interaksi antar warga yang
baik. Hal ini yang membuktikan adalah masih banyak ditemui warga yang bergaul
dan saling bertukar informasi di depan teras rumah atau di ruang publik lainnya.
Tradisi jagongan juga masih terlihat dalam interaksi sosial masyarakat Gawanan.
Beberapa hal yang diungkapkan diatas merupakan suatu gejala dimana
Desa Gawanan walaupun sampai kini masih memegang identitas pedesaannya
yang masih tradisional namun tanpa disadari mereka pula sedang mengalami
proses transisi untuk menuju menjadi masyarakat modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
BAB III
SAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Latar Belakang Kehidupan Masyarakat Transisi Desa Gawanan
Masyarakat desa Gawanan seperti halnya masyarakat desa lainnya
memiliki kehidupan antar warga yang sangat erat hubungannya antar individu satu
dengan individu yang lain. Hal ini sudah terjadi sejak masa lampau dimana
hubungan sosial antar warga adalah yang paling utama dan tidak bisa dihindari.
Hal ini bisa diketahui dari penuturan warga asli desa Gawanan yang bernama Ibu
Sri Rejeki yang sekarang menjabat sebagai ibu Bayan di Gawanan Timur
.”...Ya rukun dari sejak saya kecil sudah tinggal disini orang-
orangnya uwis koyo sedulur dewe [sudah seperti saudara sendiri].
Dulu masyarakatnya masih sedikit, sekarang kan sudah banyak,
tapi ya warganya rukun-rukun saja ndak ada kerusuhan, wong
lingkungan disini tu baek kog mbak [karena lingkungan disini itu
baik-baik], sini kan lingkungan masjid...” 81
Prinsip rukun dan hormat menjadi sikap moral yang diwariskan oleh para
leluhur mereka yang mayoritas penduduknya memiliki latar belakang budaya
Jawa yang memandang nilai hormat dan rukun memiliki makna amat penting dan
berharga dalam hubungan interaksi dengan sesamanya. Nilai-nilai budaya yang
masih dipegang oleh masyarakat desa Gawanan dari dulu sampai sekarang adalah
kerukunan dan gotong royong.
Nilai kerukunan diwujudkan dalam sikap hormat dan rukun sesama
warganya. Sikap hormat adalah suatu tuntutan agar setiap orang dalam cara bicara
81 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dan membawa diri selalu harus menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain,
sesuai dengan derajat kedudukannya. Sedangkan rukun adalah tuntutan untuk
mencegah segala kelakuan yang bisa menimbulkan konflik terbuka. Suasana
damai, saling membantu dan bekerjasama yang diciptakan dan diharapkan dapat
dipertahankan dalam semua hubungan sosial seperti dalam keluarga, kelompok,
komunitas, dan desa. Tujuannya ialah keserasian hidup.
Sedangkan perwujudan dari nilai keserasian hidup dapat dilihat dalam
praktek kerja bersama yang disebut sebagai gotong royong. Sebagaimana
diungkapkan oleh Anik yang merupakan warga asli desa Gawanan dan sekarang
menjadi perangkat desa sebagai Kaur Keuangan, sebagai berikut :
“Kalo masyarakat Gawanan menurut saya njih [ya], itu masih
rukun sayuk dan gotong royongnya itu masih kental sekali njih,
kepedulian antar sesama itu masih terjaga dan terpelihara dengan
baik, dan rasa saling tolong menolong itu masih terjaga dengan
baik, nek [kalau]di kota kan udah acuh tak acuh, nek disini kan
semuanya saling mempedulikan, saling gotong royong, mau
menolong, istilahnya masih mau membantu dan memberi dengan
tetangga khususnya, terutama dengan masyarakat desa
Gawanan.”82
Dengan adanya nilai kerukunan dan gotong royong dalam masyarakat
desa Gawanan dapat menciptakan suasana desa yang nyaman, damai dan tenang.
Hubungan antar warga juga terjalin dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan
warganya merasa betah untuk tinggal di desa Gawanan, seperti yang diungkapkan
oleh Tri Hartini warga pendatang yang bertempat tinggal di perumahan :
“Lingkungannya enak kog mbak, orangnya ramah-ramah, seperti
di kampung. Biasane kan kalo perumahan-perumahan kan nggak
82 Anik, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
seperti sini, kalo disini tu perumahannya seperti kampung, sayuk,
gotong royongnya juga bagus.”83
Gotong royong merupakan rangkaian hidup tolong-menolong sesama
warga atau keluarga. Hal ini merupakan ciri kepribadian orang Jawa yang
merupakan latar belakang budaya warga asli desa Gawanan. Sifat hidup gotong
royong merupakan penerus dari hidup kekeluargaan dan biasanya secara naluriah
warisan nilai itu diteruskan dari generasi ke generasi berikutnya. Semangat
gotong-royong merupakan adat tradisional dalam masyarakat desa dan dipupuk
terus menerus secara dinamis.
Nilai kerukunan dan semangat gotong royong yang terus di pertahankan
hingga saat ini dengan berbagai macam cara salah satunya adalah dengan
melibatkan para generasi muda dalam setiap kegiatan gotong royong, seperti
misalnya kegiatan gotong royong membersihkan saluran air, kegiatan gotong
royong yang dilakukan saat ada salah satu warganya mengalami musibah,
kematian atau kecelakaan, dan juga gotong royong saat ada warganya yang
sedang menyelenggarakan pesta, perkawinan, atau kelahiran anak. Para pemuda
juga diberi peranan dalam kegiatan-kegitan tersebut agar tercipta suasana
kebersamaan dan kerukunan. Hal ini dilakukan agar generasi berikutnya tetap
memegang nilai kerukunan dan gotong royong guna untuk menghadapi segala
tantangan dan perubahan jaman. Walaupun perkembangan jaman serta arus
informasi semakin pesat namun diharapkan para generasi muda tidak lupa akan
asal budaya mereka dengan tetap memegang nilai-nilai budaya yang telah
ditanamkan.
83 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Perkembangan jaman menyebabkan kemudahan masuknya arus
informasi di desa Gawanan. Hal ini juga tidak lepas dari letak wilayah desa
Gawanan yang dianggap cukup strategis, yaitu secara administratif berada di
wilayah Kabupaten Karanganyar, tetapi secara geografis dilingkupi oleh kota
Solo, Kabupaten Sukoharjo dan Boyolali. Posisi strategis ini yang memberikan
kemudahan bagi warga desa Gawanan untuk mengakses informasi dari kota.
Kemajuan teknologi yang begitu pesat juga menyebabkan masyarakat
desa Gawanan menjadi lebih terbuka akan perkembangan informasi. Kemajuan
teknologi komunikasi jelas akan membawa dampak, baik positif maupun negatif
terhadap kehidupan sosial budaya terutama pada masyarakat pedesaan yang
sedang mengalami proses transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat
modern. Secara positif akan memberikan kemungkinan terjadinya komunikasi
secara lebih baik dan luas jangkauannya.
Dampak negatif dari kemajuan teknologi, dapat menimbulkan masalah
baru. Memberikan kemudahan timbulnya pertentangan sosial dan perubahan
sistem nilai, karena adanya perbenturan sistem nilai pada masyarakat pedesaan
dalam penerima teknologi. Selain itu tidak mustahil derasnya arus nilai-nilai
budaya melalui media massa dapat menimbulkan perubahan berbagai sikap pada
masyarakat pedesaan yang mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda.
Disamping mengalami perubahan-perubahan gaya hidup, desa Gawanan sendiri
tidak lepas dari perubahan pola komunikasi masyarakatnya sejalan dengan
masuknya berbagai informasi dari luar karena pengaruh media massa yang
semakin maju dan modern.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
A.1. Karakteristik Masyarakat Transisi Desa Gawanan
Keadaan masyarakat Desa Gawanan kini semakin maju dengan
kemudahan menerima masuknya arus informasi dari luar menyebabkan
meningkatnya pengetahuan masyarakat akan berbagai macam informasi.
Pengetahuan warga yang semakin meningkat ini menyebabkan seluruh sendi
kehidupan mereka pun turut mengalami peningkatan ke arah yang lebih baik. Bisa
dikatakan bahwa masyarakat desa Gawanan tengah mengalami masa transisi,
yaitu masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat industri (modern).
Masyarakat desa Gawanan telah mengalami perubahan di berbagai aspek
kehidupan, misalnya dari aspek ekonomi masyarakatnya yang semakin
meningkat, faktor utama yang menjadi penyebab pergeseran nilai tradisional
menuju nilai modern adalah peralihan masyarakat dari bidang pertanian ke
industri. Masyarakat memiliki alasan bahwa bidang pertanian yang tekuni selama
ini belum bisa memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kesejahteraan
keluarga. Dilihat dari biaya produksi yang dikeluarkan tidak sebanding dengan
jumlah pendapatan yang diterima dari hasil panen. Hal ini diungkapkan oleh Sri
Rejeki:
“Kalo sekarang sawahnya bapak itu dijual sebagian, lha kalo gak
bisa garap sendiri tu rugi, garap sendiri tu biayanya udah banyak,
nanam kacang aja biayanya banyak, rabuk [pupuk] juga ada, trus
matun [menanam padi] itu aja biayanya banyak.”84
84 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Jarak masa tanam dengan masa panen juga relatif lama, selain itu petani
juga menggantungkan pengairan sawahnya pada air hujan, sedangkan biaya hidup
harus terus berjalan.
“Masih ditanami, ya setahun itu hanya sekali ditanami padi, nanti
kalo habis sekali itu ya ditanami kacang lagi, apa jagung, apa
singkong, nanti padinya kalo banyak air hujan itu, kalo enggak
hujan ya berubah jadi tegalan lagi.”85
Semakin banyaknya lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi area
perumahan, dikarenakan banyak pemilik tanah pertanian yang menjual lahan
mereka untuk dijadikan area perumahan guna memenuhi kebutuhan hidup. Seperti
yang diungkapkan oleh Anik Widartiningsih mengenai berkurangnya lahan
pertanian sebagai lahan mata pencaharian :
“Berkurangnya lahan pertanian di desa Gawanan itu sendiri, karena
ya sudah beralih, karena butuh atau apa nggih, dijual untuk
perumahan, padahal kan sayang sekali, karena kebanyakan disini
kan dulu mayoritas penduduknya adalah petani, kalo sekarang
memang ada petani tapi tidak terlalu banyak, itu yang petani
sekarang malah yang menggarap tanah seseorang bukan tanahnya
sendiri, kalo yang tanahnya sendiri juga ada namun tidak terlalu
banyak.”86
Melihat kondisi seperti ini maka sebagian masyarakat desa Gawanan
berusaha mencari mata pencaharian lain selain bidang pertanian sehingga mereka
sekarang banyak yang bekerja di sektor industri dan jasa, seperti misalnya buruh
pabrik, pegawai negeri, pegawai swasta, guru atau berwiraswasta. Hal ini yang
menyebabkan terjadinya pergeseran terhadap nilai-nilai yang telah ada
sebelumnya yaitu nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat agararis dimana
85 Sri Rejeki, Ibid86 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
nilai-nilai yang berlaku bersifat tradisional. Nilai-nilai ini bergeser kearah modern
sebagai tanda suatu masyarakat industri yang berkiblat pada negara maju atau
negara modern.
Sedangkan dari aspek sosial kini peralatan hidup yang dimiliki oleh
masyarakat di desa Gawanan pun mulai meningkat ke arah modern seperti mobil,
truk, dan kendaraan bermotor. Dulunya banyak warga yang hanya menggunakan
alat transportasi tradisional seperti gerobak, pedati, dan becak. Namun sekarang
telah banyak warga yang memiliki sepeda motor, selain itu hampir 90% warga
Gawanan telah memiliki televisi, sehingga arus informasi begitu cepat di terima
oleh masyarakatnya. Sedangkan perkembangan teknologi komunikasi kini telah
memudahkan masyarakat Gawanan untuk berkomunikasi dengan teman atau
kerabat yang berada di luar desa Gawanan. Penggunaan handphone kini telah
menjadi tren dan kebutuhan dikalangan masyarakatnya, bahkan kini setiap
anggota keluarga masing-masing telah memiliki alat komunikasi handphone..
Kenyataan seperti ini terjadi karena kebutuhan hidup, seperti kebutuhan akan
informasi, kebutuhan transportasi, dan kebutuhan komunikasi warga Gawanan
semakin meningkat seiring dengan perkembangan jaman.
Perubahan orientasi pendidikan pun kini telah membuka kesempatan
bagi warga desa untuk memperoleh kedudukan yang lebih tinggi. Dengan
menyekolahkan anaknya menjadi sarjana, mereka berharap anaknya dapat
memiliki pekerjaan yang layak. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rejeki yang
menyekolahkan anaknya sampai pada jenjang perguruan tinggi :
“Ya kalo orang tua tu cita-cita tu gimana ya, ya ibunya biar guru
SD atau gak kerja, umpamanya anaknya itu kerja kan lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
meningkat selangkah lebih maju kan senang, itu ya nanti Alloh
sendiri yang menentukan. Disini berusaha, coro carane ngarit itu
sudah punya gaman-ne[seperti halnya orang menyabit rumput itu
sudah ada peralatannya ]”87
Seperti halnya orang tua lainnya yang selalu menginginkan yang terbaik
bagi anak-anaknya. Para orang tua di Gawanan juga menginginkan agar kelak
anak-anak mereka dapat berjuang hidup ditengah perkembangan teknologi yang
semakin maju. Bagi para orang tua di desa Gaawanan pendidikan bagi anak-
anaknya merupakan bekal untuk menghadapi perkembangan jaman dan juga
untuk mendapatkan pekerjaan yang layak bagi kehidupan mereka kelak.
Keinginan yang besar untuk mewujudkan generasi penerusnya agar
dapat meningkatkan derajat mereka melalui jalan pendidikan, terlihat dari
mayoritas penduduknya adalah lulusan menengah atas. Adanya anggapan warga
Gawanan, khususnya para orang tua yang menyatakan bahwa pendidikan anak
harus lebih dari mereka. Hal ini dikarenakan para orang tua menginginkan anak-
anak mereka mampu bersaing dan mengikuti perkembangan jaman.
Banyaknya lahan pertanian yang kini telah beralih fungsi menjadi area
pemukiman, menyebabkan banyaknya warga pendatang yang menetap dan
berdomisili di desa Gawanan dan sebagian besar para pendatang bertempat tinggal
di perumahan. Banyak para pendatang yang memilih lokasi di desa Gawanan
sebagai tempat tinggaldan merasa betah tinggal di Gawanan, seperti yang
diungkapkan oleh Yeti Suhesti warga pendatang dari Bandung yang merantau ke
87 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
kota Solo untuk mengikuti kerja suaminya dan memilih lokasi Gawanan sebagai
tempat tinggal:
“Awalnya saya di bandung yah, saya mah asli Bandung gitu, yah
karena mengikuti kerja bapak dan pindah di Solo. Pertimbangan
memilih pindah di lingkungan sini, pertama itu kita lihat
lingkungan karena saya punya anak yang masih kecil mau remaja
gitu si Rendi itu ya saya lihat lingkungan sini itu bagus. Terus yang
kedua karena saya di sini nggak banyak sodara yah, terus ada salah
satu sodara tinggal di sini ya biar deket sama sodara yang lebih tua.
Selain itu kita juga lihat air, karena bagi saya air itu lebih penting,
dulu waktu di Bandung sudah pernah merasakan susah mencari air
gitu, kalau di Bandung itu air dari PDAM di bagi-bagi ya mungkin
karena padatnya penduduk dan perumnas-perumnas yang
dibangun, jadi air saja di bagi-bagi, di sana juga kalau air pompa
itu menggalinya harus lebih dalam soalnya jelek airnya,
mengandung zat besi. Sebelumnya kan saya tanya-tanya dulu,
gimana airnya, yah Alhamdullilah airnya lancar bisa dimasak,
diminum. Selain itu masalah harga juga yah, kebetulan di sini itu
lebih murah dibandingkan dengan yang di kota. Juga
lingkungannya masih bersih polusinya, gak banyak pabrik. Dulu
mah saya sama bapak itu seperti pisah ranjang karena pekerjaan,
jadi lebih baik ikut suami, karena saya itu mau kalau kita sama-
sama mendidik anak, jadi biar bapaknya tahu bagaimana karakter
si anak gitu”88
Pertimbangan para pendatang untuk memilih desa Gawanan sebagai
lokasi tempat tinggal di karenakah keunggulan yang dimiliki oleh desa Gawanan,
antara lain: wilayahnya yang di pinggir kota, sehingga memiliki suasana
lingkungan yang tenang dan tidak bising, karena jauh dari pusat industri dan
pabrik-pabrik serta bebas dari polusi dan limbah pabrik. Selain itu pertimbangan
air bersih di wilayah Gawanan ini juga merupakan suatu daya tarik para
pendatang untuk bertempat tinggal di sini.
Munculnya perumahan menyebabkan daerah Gawanan menjadi semakin
ramai dan padat. Jalanan yang tadinya sepi sekarang menjadi ramai, selain
88 Yeti Suhesti, wawancara 26 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
berfungsi sebagai jalan umum juga berfungsi sebagai jalan industri dan jalan
ekonomi. Rumah-rumah yang berada di pinggir jalan Adi Sumarmo kini banyak
dimanfaatkan untuk membuka usaha perdagangan seperti warung makan, toko
kelontong, salon, mini market, bengkel, toko besi, tambal ban, las karbit,
fotokopian, counter heandphone, wartel, dan beberapa pedagang kaki lima yang
biasanya dapat ditemui pada malam hari yang mendirikan tenda-tenda di pinggir
jalan. Hal ini terlihat bahwa sarana dan prasarana perekonomian di Desa Gawanan
telah cukup memadai guna memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Seperti yang
diungkapkan oleh Anik Widartiningsih perihal dampak munculnya pemukiman
baru yang menggantikan lahan pertanian :
“...dulu memang disana itu sawah-sawah dengan penuh kehijauan,
dengan pemandangan dan udara segar sebelum itu dibanguni
perumahan. Ya memang setelah ada perumahan jadi ramai,
fasilitas-fasilitas juga jadi lebih memadai, paling tidak kan
transportasi juga jadi lebih banyak, ya ada perumahan ya istilahnya
ada untungnya, masyarakat jadi tambah banyak juga fasilitas
tambah memadai, tapi juga berkurangnya lahan pertanian di desa
Gawanan itu sendiri karena ya sudah beralih...”89
Selain itu manfaat lain yang dirasakan setelah dibangunnya perumahan
adalah membuka lapangan kerja baru bagi para ibu-ibu di desa Gawanan untuk
membantu suaminya mencari nafkah tambahan. Hal ini diakui oleh warga asli
desa Gawanan ibu Sri Rejeki:
“Ya ada mbak, bagi ibu-ibu yang kurang kerjaan, ini kan banyak
yang PHK.nan pabrik rambak. Sekarang kan produksinya pake
mesin, tapi dulu kan karyawannya putri-putri di daerah sini kan
banyak yang masuk situ, lha sekarang sudah di PHK semua.
Dengan adanya perumahan itu ya ada untungnya ibu-ibu ada yang
kerja disitu, di perumahan ya ada yang membutuhkan tenaganya
ibu-ibu, untuk momong [menjaga anak], untuk nyuci, banyak lho
89 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
itu yang di Tegalan itu banyak yang nyuci di Madu Asri C, ya
sebulan itu ada yang dapet 250 ribu, kalo momong tok sama apa di
rumah mau ngapain, wong anake pagi juga udah sekolah semua,
sekarang nek njagakke bapake tok ya nggak nyukupi [kalau hanya
menggantungkan pada suami saja ya tidak bisa mencukupi]. Itu
tujune gak malu kerja nyuci, nggosok [untung saja tidak malu
bekerja sebagai tukang cuci baju dan menyeterika pakaian]”.90
Dengan munculnya perumahan sebagai area pemukiman baru bagi para
pendatang memberi dampak positif bagi penduduk desa Gawanan. Selain
menjadikan desa Gawanan semakin ramai dengan pembangunan fasilitas umum
yang memadai juga dengan berdirinya perumahan dapat membuka lapangan kerja
baru bagi para warga Gawanan dan bermanfaat untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarganya.
Kemudahan transportasi juga dirasakan di desa Gawanan sekarang,
dengan semakin padatnya penduduk, banyak fasilitas-fasilitas umum yang mulai
diperbaiki seperti pengaspalan jalan raya, tersedianya angkutan umum serta
adanya penerangan jalan guna menunjang kemudahan warga Gawanan untuk
melakukan aktivitas di luar desa. Sebagian besar penduduk Desa Gawanan setiap
harinya pergi menuju arah timur yaitu kota Solo untuk melakukan berbagai
macam kepentingan, seperti sekolah, bekerja, berbelanja, atau refreshing.
Pergerakan penduduk ke arah timur setiap harinya disebabkan oleh beberapa
faktor. Faktor utama adalah faktor ekonomis, alasan bepergian keluar karena
untuk bekerja, sebagai pegawai negeri, pegawai swasta, dagang, menjadi buruh
atau kuli. Faktor lainnya adalah yang berhubungan dengan peningkatan
pengetahuan dan pendidikan, yaitu untuk bersekolah. Selain itu banyak ibu-ibu
90 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
rumah tangga yang berbelanja ke kota Solo, untuk berbelanja keperluan bulanan,
seperti sabun cuci, sabun mandi dan beberapa kebutuhan rumah tangga lainnya.
Memilih belanja di kota Solo dikarenakan banyaknya pilihan barang yang hendak
dibeli serta sekaligus merupakan sarana untuk refreshing bersama keluarga.
Seperti yang diungkapkan oleh ibu-ibu rumah tangga memilih Solo sebagai
tempat tujuan belanja :
“Kalo bulanan ya paling di Solo, di Sami Luwes, ya biar jauh tar
sama refresing lah, kalo didaerah sini sebenere ya lengkap, tapi kog
kayaknya belanja kog cedak [sepertinya belanja hanya di dekat-
dekat saja], ya enaknya kan yang agak jauh sekalian refreshing.”91
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu dan ibu yang memilih berbelanja di Solo
untuk kebutuhan bulanan rumah tangganya
“Kalo belanja bulanan ya ke Sami Luwes di Solo pada awal-awal
bulan itu. Ya pertimbangan saya berbelanja ke Solo itu pertama
lebih komplit, harga juga lebih murah, kalo soal jaraknya ya
hitung-itung sambil refreshing aja, pulangnya nanti bisa mampir
makan bareng sama anak-anak...”92
“Ya biar bisa liat-liat lainya gitu mbak, sekalian cuci mata, trus
nanti kalo ada diskon-diskonan kan lebih murah mbak, kalo di
pasar kan ndadak anyang-anyang [harus tawar-menawar]itu saya
nggak bisa.”93
Memilih kota Solo sebagai alternatif tempat belanja bagi para ibu rumah
tangga adalah dikarenakan tempat belanja di Solo, seperti supermarket dan Mall
menyediakan segala macam kebutuhan rumah tangga yang lebih lengkap dan
merupakan tempat untuk refreshing bagi para ibu-ibu rumah tangga yang
kesehariannya hanya berada di rumah dan jarang keluar. Karena Solo merupakan
91 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 92 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009 93 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
kota yang memiliki banyak pilihan serta tempat-tempat tujuan yang menunjang
untuk pemenuhan berbagai kebutuhan.
A.2. Karakteristik Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi Desa Gawanan
Perubahan desa Gawanan juga diikuti perubahan masyarakatnya. Salah
satunya adalah perubahan yang terjadi pada para wanita di desa Gawanan
terutama ibu-ibu rumah tangga. Pada jaman dulu ibu-ibu rumah tangga hanya
dianggap suaminya sebagai konco wingking atau teman kasur, dapur dan sumur.
Ibu-ibu hanya mengurus rumah tangga, bekerja di dapur dan mendidik serta
merawat anak. Namun seiring dengan kemajuan jaman, dan tingkat pendidikan
yang semakin tinggi perempuan tidak sebagai konco wingking lagi namun
sebagai konco samping yang bersama-sama dengan pria berjuang untuk
kelangsungan ekonomi keluarga.
Demikian halnya dengan karakteristik wanita pada masyarakat transisi,
seperti yang diungkapkan oleh Ria Puspa Yusuf (Sukesi, 1991)94
, bahwa
partisipasi wanita menyangkut peran tradisi dan peran transisi. Peran tradisi atau
domestik mencakup peran wanita sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga.
Sementara peran transisi meliputi pengertian wanita sebagai tenaga kerja, anggota
masyarakat dan manusia pembangunan. Pada peran transisi wanita sebagai tenaga
kerja turut aktif dalam kegiatan ekonomis (mencari nafkah) di berbagai kegiatan
sesuai dengan ketrampilan dan pendidikan yang dimiliki serta lapangan pekerjaan
yang tersedia. Fenomena yang terjadi dalam masyarakat transisi adalah semakin
banyaknya ibu rumah tangga membantu suami mencari tambahan penghasilan,
94 http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/mjlhsrikandiria.pdf. Diunduh pada tanggal 21 Juni 2009
pukul 07.55 WIB.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
selain karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, juga dapat
mengekspresikan dirinya di tengah-tengah keluarga dan masyarakat. Keadaan
ekonomi keluarga mempengaruhi kecenderungan ibu rumah tangga untuk
berpartisipasi di pasar kerja, agar dapat membantu meningkatkan perekonomian
keluarga.
Seperti halnya para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai
banyak yang bekerja untuk membantu ekonomi keluarga dikarena semakin
kompleks dan meningkatnya kebutuhan hidup. Para ibu yang bekerja kini
memiliki peran ganda, yaitu sebagai ibu rumah tangga, sekaligus mencari nafkah
untuk menambah pemasukan bagi keluarganya. Namun itensitas para ibu rumah
tangga yang bekerja di luar rumah lebih sedikit dibandingkan dengan para suami.
Kebanyakan ibu rumah tangga di desa Gawanan yang bekerja memilih pekerjaan
yang membutuhkan waktu untuk meninggalkan rumah sekitar 6-8 jam per hari
atau setengah hari, mayoritas para ibu di Gawanan bekerja sebagai pegawai
negeri, perawat, dan guru. Sehingga waktu mereka untuk mengurus rumah tangga
masih bisa dilakukan setelah pulang dari bekerja.
Ibu yang tidak bekerja di luar rumah dapat dikatakan sebagai ibu yang
hanya menjalankan fungsinya sebagai ibu rumah tangga dan banyak
menghabiskan waktunya di rumah tanpa terikat pekerjaan di luar rumah. Para ibu
rumah tangga di desa Gawanan yang bekerja di luar rumah umumnya hanya
bekerja paruh waktu saja sehingga para ibu masih dapat menyelesaikan pekerjaan
rumah tangganya setelah pulang bekerja. Hal ini karena mengingat perannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
sebagai seorang ibu dan istri yang harus mengasuh, merawat serta menjaga
keutuhan rumah tangganya.
Berikut profil informan dalam penelitian ini beserta tempat dan waktu
wawancara :
• Informan 1
Nama : Karsiyem Spd
Tempat wawancara : Kediaman Karsiyem, Perumahan Madu Asri,
Gawanan Colomadu
Waktu : 19 Maret 2009 (18.30-20.00 WIB)
Pekerjaan : Guru SLTP
Pendidikan : Sarjana Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Ibu Karsiyem merupakan seorang ibu rumah tangga yang juga
bekerja sebagai seorang guru bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Colomadu.
Selain itu Ibu Karsiyem juga merupakan ibu ketua dari RW 9. Sebagai
ketua RW ibu Karsiyem aktif dalam berbagai kegiatan kumpulan yang ada
di lingkunganya, seperti arisan PKK baik di tingkat RT, RW dan
Kelurahan, karena ibu Karsiyem bertanggung jawab atas informasi dari
atas (pemerintah) yang ditujukan kepada para warga. Selain itu ibu
Karsiyem juga aktif sebagai anggota dalam kegiatan pengajian. Peneliti
mendapatkan banyak informasi mengenai berbagai kegiatan para ibu
rumah tangga yang diadakan di desa Gawanan.
• Informan 2
Nama : Sri Rejeki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Tempat wawancara : Kediaman Sri Rejeki, desa Gawanan Timur
Waktu : 20 Maret 2009 (16.00-17.30 WIB)
Pekerjaan : Guru SD
Pendidikan : D2 PGSD
Sebagai seorang istri dari Kepala Kadus (Bayan) di Gawanan
Timur, ibu Sri Rejeki juga berprofesi sebagai guru di Sekolah Dasar
Negeri Tohudan. Sebagai seorang yang dituakan oleh warga di sekitarnya,
ibu Sri Rejeki selalu aktif dalam kegiatan PKK, baik di tingkat RT, RW,
maupun Kelurahan. Selain itu beliau juga aktif dalam kumpulan yang ada
di lingkungannya seperti pengajian, posyandu yang kegiatannya di
tempatkan di rumah beliau, serta aktif dalam berbagai kegiatan yang
dilaksanakan dil lingkungannya seperti rewangan, besukan orang sakit
atau apabila ada seorang warga yang mengalami musibah. Ibu Sri Rejeki
selalu hadir dalam berbagai kegiatan yang berhubungan dengan ibu rumah
tangga, hal ini di karenakan peran ibu Sri Rejeki sebagai seorang ibu
Bayan dan pembina dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
• Informan 3
Nama : Supartini Sesilia
Tempat Wawancara : Kediaman Supartini, Perumahan Madu Asri,
Gawanan Colomadu
Waktu : 24 Maret 2009 (10.00-11.00 WIB)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Ibu Supartini merupakan warga pendatang yang kemudian
bertempat tinggal di salah satu perumahan di desa Gawanan. Sebagai
warga pendatang ibu Supartini aktif sebagai anggota dalam berbagai
kegiatan organisasi di lingkungannya, seperti: arisan PKK RT, pengajian
dan berbagai kegiatan kumpulan seperti rewangan dan besukan orang
sakit.
• Informan 4
Nama : Tri Hartini
Tempat Wawancara : Kediaman Tri Hartini, Madu Asri, Gawanan
Colomadu
Waktu : 23 Maret 2009 (09.00-10.30 WIB)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Ibu Hartini merupakan seorang ibu rumah tangga yang aktif
sebagai bendahara dalam kegiatan arisan PKK tingkat RW dan sebagai
pengurus arisan tingkat RT. Selain itu juga ibu Hartini merupakan ketua
pengajian di lingkungannya. Sebagai seorang ibu rumah tangga berbagai
kegiatan yang diikutinya dapat menambah wawasannya tentang berbagai
macam hal dan informasi dari dunia luar.
• Informan 5
Nama : Sri Puji Mulyan
Tempat Wawancara : Kediaman Sri Puji, Madu Asri, Gawanan
Colomadu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Waktu : 25 Maret 2009 (10.00-1130 WIB)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Sebagai ibu rumah tangga ibu Sri Puji menghabiskan banyak
waktunya di rumah. Kegiatan sehari-hari ibu Sri Puji adalah mengurus
rumah tangga, berbelanja dan aktif sebagai anggota dalam berbagai
kegiatan di lingkungannya, seperti : arisan PKK RT, pengajian dan
Posyandu, karena ibu Sri Puji masih memiliki seorang putri dengan usia
balita. Dengan mengikuti berbagai kegiatan kumpulan ibu-ibu di
lingkungannya membuat ibu Sri Puji mendapat berbagai macam informasi
baik mengenai lingkungannya maupun di luar lingkungannya.
• Informan 6
Nama : Yeti Suhesti
Tempat Wawancara : Perumahan Madu Asri, Gawanan colomadu
Waktu : 26 Maret 2009 (09.30-11.30 WIB)
Pekerjaan : Guru TK
Pendidikan : KPG (Kursus Pendidikan Guru)
Ibu Yeti merupakan seorang ibu rumah tangga yang berprofesi
sebagai seorang guru TK. Ibu Yeti merupakan warga pendatang yang
berasal dari Bandung. Sebagai seorang warga pendatang ibu Yeti dapat
dengan mudah beradaptasi di lingkungannya. Ibu Yeti juga aktif sebagai
pengurus kegiatan arisan PKK RT di lingkungannya dan aktif sebagai
anggota dalam kegiatan pengajian dan ikut serta sebagai tenaga pengajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
TPA baca tulis Al-Qur’an di lingkungannya serta selalu mengikuti
berbagai kegiatan di lingkungannya, seperti : rewangan, besukan dan
melayat warga yang meninggal dunia.
• Informan 7
Nama : Kadarwati Nurianingsih
Tempat Wawancara : Kediaman Kadarwati, Madu Asri Gawanan
Colomadu
Waktu : 29 Maret 2009 (10.00-11.00 WIB)
Pekerjaan : PNS (Pegawai Negeri)
Pendidikan : SMA
Ibu Kadarwati merupakan ibu rumah tangga yang bekerja
sebagai pegawai negeri di kota Solo. Kegiatan ibu Kadarwati dari pagi
hingga siang adalah bekerja, setelah itu baru mengurusi rumah tangga.
Namun disela kesibukannya, ibu Kadarwati juga aktif sebagai anggota
dalam kegiatan arisan PKK RT serta kegiatan pengajian di lingkungannya.
• Informan 8
Nama : Anik Widartiningsih
Tempat Wawancara : Kantor Kelurahan desa Gawanan
Waktu : 31 Maret 2009 (10.30-12.00 WIB)
Pekerjaan : Perangkat Desa (Kaur Keuangan)
Pendidikan : SMA
Ibu Anik merupakan seorang ibu rumah tangga yang bekerja
menjadi salah satu perangkat desa dan menjabat sebagai Kepala Urusan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
(Kaur) Keuangan. Selain itu ibu Anik yang mengurusi berbagai kegiatan
yang berhubungan dengan ibu rumah tangga di Kalurahan, seperti
Polindes, Kegiatan PKK, Posyandu Balita dan Lansia. Selain itu ibu Anik
aktif mengikuti kegiatan PKK tingkat Kecamatan dan Kelurahan karena
perannya sebagai penyampai pesan dari tingkat atas (pemerintah
Kabupaten).
Dengan semakin berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi
menyebabkan para ibu rumah tangga di desa Gawanan kini lebih terbuka terhadap
masuknya berbagai informasi yang berasal dari luar daerah mereka. Sikap
keterbukaan itu juga ditunjukkan saat penulis melakukan wawancara terhadap
mereka. Mereka mengungkapkan hal-hal yang mereka ketahui secara lengkap,
namun apabila mereka tidak mengetahui hal-hal yang dipertanyakan biasanya
mereka akan menjawab pertanyaan dengan singkat. Seperti saat penulis
menanyakan mengenai permasalahan politik, banyak dari mereka yang kurang
tertarik dengan masalah politik, sehingga mereka menjawab hanya dengan singkat
saja, seperti kutipan wawancara berikut ini :
(T) : “Apakah ibu mengetahui informasi pelaksanaan pemilu tahap
pertama?”
(J) : “Ya, tanggal 9 April”.
(T) : “Darimana ibu mendapatkan informasinya?”
(J) : “Ya dari tivi”.
(T) : “Apakah ibu sudah mengetahui mengenai cara memilih yang
baru?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
(J) : “Ya, di contreng kan, tahunya ya dari tivi mbak”
(T) : “Menurut ibu apakah informasi dari televisi itu sudah cukup
jelas?”
(J) : “Ya tahulah sedikit-sedikit, tapi nanti di RT kan mau ada
sosialisasi”.
(T) : “Bagaimana menurut ibu mengenai acara debat politik di tivi?”
(J) : “Ya saya suka, ya nonton sekedar isi waktu luang, tapi kan tahu
kadang kan orang ngomongnya gini, tapi nanti kenyataan lain”.
(T) : “Acara seperti itu apa mempengaruhi ibu dalam menentukan
pilihan?”
(J) : “Oh enggak”
(T) : “Kalo untuk mengenal sosok caleg biasanya mendapatkan
informasi darimana?”
(J) : “Ya ditivi, trus kan suka pas ada acara apa kadang ngobrol-
ngobrol ini mau nyaleg, trus dikasi selebaran itu kayak stiker.”
Para ibu rumah tangga di desa Gawanan umumnya kurang tertarik
dengan permasalahan politik. Mereka lebih menyukai mengenai berita-berita,
sinetron dan infotainment. Informasi dari media massa memberikan mereka
banyak pengaruh dalam berbagai hal. Secara parsial terlihat dari cara mereka
berpakaian yang pada umumnya kini lebih mengikuti tren mode di televisi, selain
itu juga kini alat komunikasi seperti handphone telah menjadi kebutuhan para ibu
rumah tangga di desa Gawanan. Seperti yang diungkapkan oleh para informan
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
“Iya sekarang ngabari apa-apa pake telepon, kalo dulu tu saya dari
rumah ke rumah, ngabari [memberi kabar] ada pasien gitu”95
“Disini masing-masing sudah mempunyai handphone, ya itu lebih
memudahkan kita memantau anak sewaktu-waktu dan untuk
berhubungan dengan teman-teman”.96
Meskipun para ibu rumah tangga di desa Gawanan kini lebih modern
yang di tandai dengan banyaknya para ibu yang berpendidikan tinggi dan bekerja
di luar rumah, namun mereka tidak meninggalkan perannya sebagai ibu dan istri
dalam rumah tangga. Masuknya berbagai macam informasi yang mereka peroleh
dari beragam media massa maupun dari lingkungan mereka tidak menjadikan
mereka meninggalkan sikap kerukunan dan gotong royong sesama warga dengan
masih berlakunya kebiasaan rewangan dan besukan di desa Gawanan.
B. Pola Komunikasi Ibu Rumah Tangga Masyarakat Transisi Desa Gawanan
Sebagaimana telah dikemukakan di bagian awal, fokus dari penelitian ini
adalah mengenai karakter pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga pada masyarakat
transisi di desa Gawanan. Komunikasi di masyarakat desa Gawanan dapat diamati
berupa komunikasi verbal dan non verbal. Komunikasi verbal dalam masyarakat
desa Gawanan nampak dalam percakapan sehari-hari dalam berbagai kesempatan,
bahasa tubuh maupun tulisan-tulisan dalam berbagai kepentingan serta dokumen.
Sedangkan komunikasi non verbal dapat diamati dalam berbagai ekspresi
simbolik yang terdapat dalam adat istiadat, peralatan hidup, kebiasaan dan
budaya masyarakat desa Gawanan.
95 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009 96 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Peneliti mendapati kenyataan bahwa pada dasarnya karakter pola
komunikasi yang terdapat pada masyarakat transisi desa Gawanan adalah
komunikasi yang bersifat langsung dan terbuka, yaitu pola komunikasi
antarpribadi yang terjadi secara langsung dari komunikator kepada komunikan.
Komunikasi anatarpribadi para ibu rumah tangga ini terjadi dalam kelompok
komunikasi, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Kelompok adalah
sekumpulan orang yang mempunyai tujuan bersama yang berinteraksi satu sama
lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan
memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut.97
Dalam kelompok,
komunikasi berlangsung antara seorang komunikator dengan sekelompok orang
yang jumlahnya lebih dari dua orang. Biasanya komunikasi di dalam kelompok
juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi di dalam kelompok.
Komunikasi kelompok telah digunakan masyarakat desa Gawanan untuk
saling bertukar informasi, menambah pengetahuan, mengubah sikap dan perilaku
serta meningkatkan kesadaran para pelakunya. Komunikasi kelompok yang
berlangsung dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk kelompok yang terdapat
pada masyarakat desa Gawanan yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder.
Komunikasi kelompok primer biasanya memiliki hubungan yang lebih
akrab, lebih personal dan lebih menyentuh hati, seperti hubungan yang terjalin
dalam keluarga, kawan-kawan sepermainan, atau tetangga-tetangga yang dekat.
97 Deddy Mulyana, 2005, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Kelompok komunikasi seperti ini disebut oleh Charles Horton Cooley (1909)
sebagai kelompok primer.
By primary group i mean those characterized by intimate face to
face association and cooperation 98
Cooley mengatakan bahwa kelompok primer memiliki karakteristik
hubungan yang mendalam. Dalam kelompok primer anggotanya saling terikat
secara emosional. Komuniaksi ibu rumah tangga yang berlangsung pada
kelompok primer bersifat informal lebih tak terduga, tanpa rencana, dan spontan,
seperti yang terjadi pada saat ibu-ibu berbelanja pada tukang sayur keliling, pada
saat mengobrol di sore hari atau pada saat ada kegiatan di lingkungan mereka,
seperti rewangan dan besukan orang sakit.
Sedangkan kelompok sekunder merupakan kebalikan dari kelompok
primer yaitu lebih bersifat formal, regular, dan terencana. Hubungan yang terjalin
pada kelompok sekunder tidak begitu akrab, tidak personal, dan tidak terikat
secara emosional. Komunikasi kelompok sekunder dapat diamati dalam
perkumpulan-perkumpulan dalam masyarakat seperti arisan, Karang Taruna,
Pengajian, dan Posyandu.
B.1. Komunikasi kelompok Primer
Salah seorang sosiolog Amerika terkemuka adalah Richard Horton
Cooley (1864-1924)99
menyatakan bahwa individu dan masyarakat saling
melengkapi, di mana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam
masyarakat. Di dalam karyanya yang berjudul Social Organization, Cooley
98 Jalaluddin Rakhmat, 2005, Psikologi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, hal. 142 99 Soerjono Soekanto, 1990, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal.
40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
mengembangkan konsep kelompok utama (primary group), yang ditandai dengan
hubungan antar pribadi yang dekat sekali. Dalam kelompok-kelompok tadi
perasaan manusia akan dapat berkembang dengan leluasa.
Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti
bahasa, organisasi sosial dan lain-lain. Bahasa sehari-hari yang digunakan oleh
penduduk di desa Gawanan adalah Bahasa Jawa. Bahasa ini digunakan untuk
berinteraksi dan berkomunikasi diantara mereka. Bahasa sebagai alat komunikasi
verbal yang digunakan oleh masyarakat desa Gawanan mencerminkan adat
budaya Jawa yang menjadi latar belakang budaya mereka. Adat budaya Jawa yang
sangat memperhatikan pengucapan bahasanya yang disesuaikan dengan keadaan
orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan berdasarkan usia
maupun status sosialnya.
Seperti yang diungkapkan Koetjaraningrat100
pada prinsipnya ada dua
macam bahasa Jawa apabila ditinjau dari kriteria tingkatannya, yaitu bahasa Jawa
Ngoko dan Jawa Krama. Bahasa Jawa Ngoko dipakai untuk orang yang sudah
dikenal akrab dan terhadap orang yang lebih muda usianya serta lebih rendah
derajat atau status sosialnya. Sebaliknya, bahasa Jawa Krama dipergunakan untuk
bicara dengan yang lebih dikenal akrab, tetapi yang sebaya dalam umur dan
derajat, dan juga terhadap orang yang lebih tinggi umur serta status sosialnya.
Pada masyarakat desa Gawanan yang sedang mengalami masa transisi telah
banyak terjadi pergeseran budaya termasuk dalam hal bahasa.
100 Koentjaraningrat, 1979, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia cetakan ke 4, Jakarta:
Djambatan, hal. 322-323
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
Bahasa Jawa yang digunakan di desa ini ada tiga macam yaitu Bahasa
Jawa Ngoko, Krama Alus (bahasa halus) dan Krama Inggil (bahasa sangat halus).
Ketiga jenis bahasa ini mempunyai kedudukan dan kegunaan yang berbeda-beda
didasarkan pada tempat, usia dan strata sosial. Dalam berinteraksi diantara sesama
penduduk yang mempunyai usia lebih tua dan mempunyai strata sosial yang lebih
tinggi digunakan bahasa krama alus. Hal ini menunjukkan adanya sikap
menghormati dan menghargai diantara sesama warga. Bahasa krama inggil
digunakan hanya pada acara-acara tertentu saja misalnya dalam acara arisan PKK
di desa, pengajian, upacara perkawinan dan lain-lain. Sedangkan untuk
percakapan diantara warga yang usianya sama dan memiliki strata sosial yang
sama pula biasanya digunakan bahasa Jawa ngoko untuk lebih menciptakan
suasana yang lebih akrab. Dalam pemakainnya, bahasa ngoko inilah yang biasa
dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena generasi muda pada
umumnya kurang bisa menggunakan bahasa Jawa krama. Ini disebabkan generasi
muda telah menerima unsur-unsur atau nilai-nilai baru seperti nilai-nilai
kebebasan, persamaan derajat dan modernisasi. Jadi, penggunaan bahasa Jawa
ngoko menunjukkan adanya perubahan tata hubungan sosial masyarakat. Bahasa
yang semula berfungsi sebagai bentuk penghormatan kemudian hanya berfungsi
sebagai alat komunikasi saja.
Untuk bahasa nasional yaitu bahasa Indonesia tidak digunakan oleh
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan bahasa Indonesia lebih
banyak ditemukan pada masyarakat pendatang di perumahan, bahasa Indonesia
digunakan oleh orang-orang yang berusia muda kepada orang yang berusia lebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
tua, sebagai simbol penghormatan. Namun demikian, pemakaiannya tidak
seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli, tetapi dicampur dengan
menggunakan bahasa Jawa. Hal ini biasanya dilakukan untuk lebih memudahkan
penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan yang ingin disampaikan.
Selain itu, bahasa Indonesia campuran ini juga memiliki kesan akrab dan
komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang sebenarnya.
Komunikasi kelompok primer terjadi pada hubungan kekerabatan dalam
keluarga, sifat komunikasi kelompok primer yang lebih informal pada ibu rumah
tangga dapat ditemui pada komunikasi keluarga. Pada suatu masyarakat keluarga
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak.
Keluarga merupakan organisasi sosial paling penting dalam kelompok sosial
masyarakat. Komunikasi dalam sebuah keluarga dinamakan komunikasi keluarga,
dimana komunikasi antarpribadi menjadi salah satu cara berkomunikasi antara
sesama anggota keluarga. Secara umum, komunikasi dalam keluarga ini biasanya
berbentuk komunikasi antar persona (face to face communication) yang pada
intinya merupakan komunikasi langsung dimana masing-masing peserta
komunikasi dapat beralih fungsi, baik sebagai komunikator dan komunikan.
Selain itu, yang lebih penting lagi adalah bahwa reaksi yang diberikan masing-
masing peserta komunikasi dapat diperoleh langsung. Karena itulah, keluarga
dapat dikategorikan sebagai satuan sosial terkecil dalam kehidupan manusia
sebagai makhluk sosial.
Masyarakat desa Gawanan yang kini tengah mengalami masa transisi
dalam berbagai sendi kehidupannya juga mengalami transisi pada pola
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
komunikasi dalam keluarganya. Berbeda dengan masyarakat Gawanan dulu yang
masih tradisional yang masih kental dengan budaya Jawa. Masyarakat tradisional
dengan budaya Jawa masih memegang sistem patrilineal, yaitu adanya hak
istimewa bagi para laki-laki. Peran seorang ayah dalam keluarga sangatlah
dominan, segala sesuatu ayahlah yang memutuskan. Berbeda dengan perempuan
dulu yang hanya dianggap sebagai konco wingking saja, yaitu sebagai teman di
dapur, kasur dan sumur. Namun seiring dengan kemajuan jaman, perempuan tidak
hanya sebagai konco wingking lagi namun sebagai konco samping yang bersama-
sama dengan pria berjuang untuk kelangsungan ekonomi keluarga. Seperti halnya
para ibu rumah tangga di desa Gawanan yang kini mulai banyak yang bekerja
untuk membantu ekonomi keluarga.
Sekarang ini masyarakat desa Gawanan telah banyak menerima
informasi dari luar, sehingga menyebabkan pola komunikasi dalam keluarga kini
lebih terbuka. Masyarakat desa Gawanan telah menerapkan sistem demokrasi dan
keterbukaan komunikasi dalam keluarga. Dalam hal pengambilan keputusan yang
menyangkut kepentingan para anggota keluarga akan melibatkan seluruh anggota
keluarga untuk mendiskusikannya serta mencari solusi untuk mengambil
keputusan yang tepat.
Mengeluarkan pendapat tidak hanya didominasi orang tua saja namun
sekarang suara anak juga menjadi pertimbangan dalam mengambil keputusan,
seperti misalnya keputusan untuk memilih sekolah bagi anak. Orang tua
mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi dalam membentuk generasi yang
berpotensi, berkepribadian dan memiliki rasa yang bertanggung jawab terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
masa depan bangsa dan negaranya. Salah satunya adalah kewajiban mendidik
anak dengan cara yang tepat dengan memilihkan sekolahan yang tepat bagi anak.
Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan mengenai pendidikan anak
mereka :
“Keputusan bersama, karena memang kami, untuk anak itu kami
tanya, tapi sebelum kami tanyakan orang tua ya menyarankan,
memberi pandangan...”101
“Kalau sebagai orang tua itu menyarankan yang terbaik untuk
anak. Kalau anak maunya sekolah apa, ya kita mengarahkannya
yang terbaik”.102
“...ya saya dorong, anaknya iya, ya saya juga mendorong, jadi ya
dorongan dari ibu keputusan dari anak...”103
“Pertama ya anaknya juga pengen tapi orang tua yang
mengarahkan kalau itu baik ya silahkan kalau enggak ya kita
arahkan...”104
Dalam menentukan pilihan mengenai sekolahan yang tepat bagi anak,
tidak hanya orang tua saja yang secara sepihak memutuskan, namun juga
mempertimbangkan pendapat anak, karena dalam hal ini anaklah yang akan
menjalani keputusan tersebut. Seperti ibu Sri Rejeki yang akan menyekolahkan
anaknya ke Perguruan Tinggi, walau di Desa Gawanan anak yang meneruskan
sekolah ke Perguruan Tinggi masih relatif belum banyak, namun Ibu Sri Rejeki
sebagai orang tua memberi dorongan kepada anak agar melanjutkan sekolah ke
tingkat yang lebih tinggi agar kelak anak dapat lebih mudah mendapatkan
pekerjaan. Dalam hal ini orang tua hanya memberi dorongan karena keputusan
101 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009 102 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009 103 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009 104 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
untuk melanjutkan sekolah adalah keputusan anak, karena anak sudah dianggap
mampu mengambil keputusan yang terbaik bagi kelanjutan pendidikannya.
Sedangkan untuk anak yang hendak melanjutkan sekolah ke tingkat SMP atau
SMA, orang tua akan menyarankan sekolahan yang terbaik bagi anak serta
memberi masukan apabila anak memilih sekolah yang dianggap orang tua kurang
tepat bagi perkembangan anak.
Keputusan selain memilih sekolah bagi anak, keputusan yang sering
diambil dalam keluarga adalah keputusan menentukan menu hidangan untuk
makan sehari-hari. Ibu yang biasanya memasak untuk keperluan makan anggota
keluarga dalam menentukan pilihan menu masakan disesuaikan dengan selera
para anggota keluarga. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan
mengenai menu makanan dalam keluarga :
“Ya saya sendiri yang putuskan, tapi juga melihat kesukaannya
anak dan suami itu apa, ya disesuaikan, nanti kalau mau beli itu
dilihat dulu kira-kira kesukaan anak itu apa ya beli”.105
“Ya saya sendiri mbak yang memutuskan mau masak apa, kadang
kok saya lihat nasinya nggak habis itu baru saya tawari, nanti
masak apa ya biar nasinya habis, kalau bapaknya biasanya nggak
mau saya tawari, yang penting anak-anak gitu”.106
“Saya kadang memutuskan sendiri yah, tapi saya juga memikirkan
apa yang biasanya dimakan, ya kira-kira apa kesenangan mereka.
Seperti bapaknya kan harus ada sayur, dan saya juga memikirkan
apa kesenangan anak saya, jadi ya biar di makan. Kalau saya sih
makan apa saja mah bisa, hahaha..(tertawa).”107
Ibu adalah yang memutuskan akan memasak apa hari ini, namun dengan
mempertimbangkan kepentingan-kepentingan para anggota keluarga lainnya
105 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009 106 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009 107 Yeti Suhesti, wawancara 26 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
terutama anak, agar masakan yang dihidangkan juga dapat dinikmati seluruh
anggota keluarga. Biasanya Ayah akan mengikuti kemauan anak dalam hal
hidangan makanan.
Untuk mendiskusikan suatu masalah yang menyangkut kepentingan
seluruh anggota keluarga biasanya dilakukan pada malam hari saat waktu makan
malam, karena pada saat itu biasanya seluruh anggota keluarga berkumpul semua
setelah seharian melakukan tugas dan aktivitas masing-masing. Hal ini juga
diungkapkan oleh Ibu Kadarwati mengenai kebiasaan berkumpul dengan
keluarganya di malam hari sambil melihat acara televisi:
“Ya paling pengalaman sekolah anak, atau tentang anak-anak, itu
biasanya kalau sore habis Maghrib sekalian lihat tivi atau sambil
makan ya ngobrol sama satu keluarga menceritakan apa saja yang
sudah dilakukan hari ini”.108
Waktu yang paling efektif dalam komunikasi keluarga selain dilakukan
pada saat waktu setelah makan malam, biasanya juga sangat efektif bila para
anggota keluarga sedang berkumpul pada saat hari Minggu dan hari libur. Hal-hal
yang biasanya di bicarakan adalah seputar kegiatan para anggota keluarga, seperti
misalnya kegiatan anak selama di sekolah, atau mengevaluasi hasil belajar anak
dengan prestasi anak di sekolah. Selain itu juga membahas permasalah-
permasalah yang menyangkut kepentingan para anggota keluarga untuk di cari
jalan penyelesaiannya bersama. Mengobrol dengan sesama anggota keluarga
setiap harinya biasa dilakukan pada saat makan malam atau pada saat berkumpul
bersama sambil menonton siaran televisi.
108 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
Kehidupan manusia cenderung saling membutuhkan inilah yang disebut
dengan manusia sebagai makhluk sosial. Ada berbagai upaya mewujudkan
kerukunan dengan adanya komunikasi antar tetangga yang efektif, seperti
misalnya dengan kegiatan-kegiatan berkumpul bersama di waktu senggang untuk
saling mengenal dan saling bertukar informasi dengan tetangga. Tetangga
merupakan orang terdekat setelah keluarga. Untuk menjaga kerukunan antar
tetangga biasanya ibu-ibu saling berinteraksi di berbagai kesempatan untuk saling
berbagi informasi. Seperti misalnya berkumpul pada saat berbelanja, saat sore di
depan teras rumah, pada saat membantu tetangga yang punya hajat dengan
mengikuti rewangan, atau pada saat acara besukan orang sakit.
Kebiasaan berbelanja pada pedagang keliling kini mulai digemari oleh
ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan, karena sekarang pedagang keliling telah
banyak dan bervariasi macam dagangannya, yaitu : pedagang sayur, buah, lauk
pauk mentah, roti, jajanan anak-anak, makanan kecil, dan berbagai perabot
dengan harga sepuluh ribu tiga. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Supartini
Sesilia mengenai kegiatan berbelanja pada pedagang keliling :
“Kalo belanja ya di yune [sebutan untuk pedagang wanita] sayur,
kalo ke pasar ya jarang-jarang kog mbak, paling kalo pas pingin
masak apa, di yune sayur dah lengkap, pesen juga bisa kan nanti
dibawain apa gitu. Tukang sayurnya banyak gak cuma satu, ini kan
tadi pagi jam setengah sembilan, nanti jam satu-nan yune yang
satunya itu dateng, itu kan komplit, kalo pagi cuma sayur, tapi
yang siang itu biasanya beli buah, pokoke belanja dua kali, kalo
yang pagi itu sayurnya kan masih seger-seger, tapi kalo yang siang
kan sayurnya udah pada layu, jadi paling cuma beli buah.”109
109 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Aktivitas berbelanja terutama belanja sayur biasanya dilakukan ibu-ibu
rumah tangga yang tidak bekerja pada setiap harinya. Namun bagi para ibu rumah
tangga yang bekerja di luar rumah biasanya akan membeli masakan matang untuk
makan siang dan makan malam keluarganya, sedangkan untuk makan pagi para
ibu yang bekerja telah mempersiapkannya sebelum berangkat bekerja. Sehingga
baik sebagai ibu rumah tangga yang bekerja maupun tidak bekerja di luar rumah,
untuk hidangan makanan di rumah tetap merupakan tanggung jawab seorang ibu.
Kebiasaan berbelanja ini dilakukan pada waktu menjelang siang, yaitu
pukul 09.00-11.00 WIB, setelah kegiatan rumah tangga sudah selesai dikerjakan.
Pedagang keliling tersebut berhenti di rumah salah satu warga atau berhenti di pos
ronda pada jam-jam tertentu. Selanjutnya pedagang tersebut berteriak menjajakan
dagangannya atau hanya sekedar memberi tahu bahwa ia telah datang, dan setelah
itu ibu-ibu mulai berdatangan dan aktivitas berbelanja mulai berlangsung.
Berbelanja pada tukang sayur keliling memang dirasa sangat efektif, selain tidak
perlu pergi jauh-jauh ke pasar, pedagang sayur keliling juga menyediakan seluruh
kebutuhan dapur dan sayuran segar. Hal ini juga di ungkapkan oleh ibu Sri Rejeki
yang memilih berbelanja di tukang sayur daripada di pasar :
“...kalo yang teles-teles [basah-basah] kayak wortel, loncang, gitu
pesen dari orang pasar Legi yang bronjongan [pedagang sayur
yang membawa keranjang besar] itu, kalo gak punya uang ya suruh
nyukupi dulu ya mau, ning [tapi] harganya ya lebih mahal tow, tapi
ya nggak terlalu, kan gak repot bawa-bawa dari sana ke sana, ning
seger. Orang punya kerja aja yang teles-teles itu beli di bronjongan
kalo males ke pasar sendiri tu, ada kapri, ada macem-macem, itu
sudah pepak [lengkap].”110
110 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
Ibu-ibu lebih memilih belanja pada pedagang keliling karena lebih
praktis, simpel karena lebih dekat dengan rumah, tidak repot tawar menawar,
walaupun harga di pedagang keliling sedikit lebih mahal dibanding dengan harga
di pasar, namun ibu-ibu bisa memesan barang dagangan apapun pada penjual,
bahkan ibu-ibu bisa ngebon pada penjual, serta aktivitas berbelanja merupakan
ajang ibu-ibu untuk saling berinteraksi dengan tetangga untuk saling berbagi
informasi mengenai bermacam-macam hal dalam rumah tangga, seperti : resep
masakan, perkembangan pendidikan anak, kesehatan (obat-obat tradisional),
kosmetik dan perkembangan model pakaian.
Selain aktivitas berbelanja, kegiatan ibu-ibu rumah tangga di desa
Gawanan apabila pekerjaan rumah sudah selesai dan memiliki waktu senggang
biasanya memanfaatkan waktu sore untuk saling mengobrol. Menghabiskan
waktu sore dengan duduk-duduk di teras rumah atau di kebun masih sering
terlihat di desa Gawanan. Bila pekerjaan rumah tangga telah selesai biasanya ibu-
ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau yang bekerja di luar rumah yang
memiliki waktu luang menyempatkan saling mengobrol dan bertukar informasi di
teras rumah. Karena biasanya para ibu yang bekerja di luar rumah pada saat sore
hari telah pulang bekerja, sehingga para ibu yang bekerja juga dapat bersosialisasi
dengan tetangga sekitarnya. Namun hal ini tidak dilakukan pada tiap hari hanya
pada kesempatan-kesempatan tertentu saja, misalnya bila ada seorang ibu yang
sedang membersihkan halaman, lalu ada ibu-ibu yang sedang melintas biasanya
berhenti untuk saling menyapa dan berlanjut menjadi obrolan, dan biasanya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
diikuti ibu-ibu lainnya yang berada di sekitarnya untuk ikut bergabung. Seperti
yang dikatakan oleh ibu Supartini Sesilia:
“...pas sore-sore itu lagi nyapu [menyapu] trus ada yang manggil
ayo sini, ya trus gabung, ning ya nggak tiap hari, nek lagi longgar
[kalau lagi senggang] ato apa.”111
Obrolan yang biasa di bicarakan pada sore hari biasanya adalah seputar
kegiatan sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, kejadian-kejadian yang mereka
alami selama sehari tadi atau seputar masalah rumah tangga, yaitu mengenai
masalah pendidikan anak, kesehatan, serta info kecantikan. Selama peneliti
mengamati obrolan mereka jarang sekali membicarakan kejelekan atau aib
tetangga (gosip), karena apabila ada yang memulai untuk membicarakan
kejelekan orang lain biasanya ada yang mengingatkan untuk tidak bergosip.
Jarang sekali mereka membicarakan hal-hal yang berat-berat, mengingat waktu
untuk mengobrol yang sangat singkat karena dibatasi waktu adzan Magrib. Dan
bila telah terdengar Adzan Magrib secara otomatis ibu-ibu pulang ke rumah
masing-masing. Kegiatan di sore hari ini dapat menambah keakraban para ibu
rumah tangga terutama ibu-ibu yang bekerja untuk saling bertukar kabar dan
informasi dengan tetangga sekitarnya.
Suasana keakraban yang diciptakan oleh ibu-ibu rumah tangga juga
masih terasa saat salah satu warga sedang mengadakan pesta, seperti pesta
pernikahan atau pesta kelahiran. Budaya rewang yang merupakan manifestasi dari
nilai gotong royong masih dapat ditemukan di desa Gawanan karena hal ini
merupakan budaya asli masyarakat Gawanan. Hal ini juga dikatakan oleh ibu Sri
111 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
Rejeki bahwa budaya rewang di desa Gawanan masih ada dari jaman dulu sampai
sekarang. Istilahnya rewangan berasal dari kata rewang/ngrewangi yang berarti
membantu, nilai gotong royong, kebersamaan, dan saling bantu masih kental
dalam suasana seperti ini
Secara umum, budaya rewangan memang sudah lumrah terjadi sejak
dahulu kala pada masyarakat di desa Gawanan. Setiap ada salah satu anggota
masyarakat yang punya hajatan, maka tanpa dikomando akan terbentuk dengan
sendirinya semacam panitia yang terdiri dari para tetangga dan sanak saudara.
Tugas yang dilaksanakan pun biasanya sudah jelas, misalnya dalam lingkungan
tersebut siapa orang yang dikenal piawai memasak maka dia yang akan
mengerjakan tugas masak-memasak. Pesta pernikahan di desa Gawanan biasanya
diselenggarakan di rumah dan jarang sekali di gedung, serta hidangan
makanannya tidak menggunakan jasa catering namun meminta bantuan warga
sekitar untuk membantu memasak. Dan dalam rewangan tersebut, ada satu koki
yang dimintai tolong oleh tuan rumah untuk bertanggungjawab terhadap kuantitas
dan kualitas suguhan. Seperti yang di ungkapkan bu Sri Rejeki :
“Kalo pesta ya di rumah, gak pernah di gedung, makanannya
nggak ada yang catering, itu loh masak mbak yu Wiji, itu lho
manggil tukang masak, ya biasane 4 hari lah, itu yo dah buat jadah,
buat jenang...”.112
Kegiatan rewangan ini merupakan salah satu sarana interaksi antar
warga. Dengan adanya acara rewangan ini ibu-ibu yang bertempat tinggal di
sekitar yang mempunyai hajat meluangkan waktu untuk datang rewangan tanpa
112 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
disuruh, karena ini merupakan budaya dari warga asli desa Gawanan sejak jaman
dulu. Pada saat rewangan inilah biasanya ibu-ibu bertukar informasi atau sekedar
mengobrol mengenai berbagai macam hal.
“...ya kalo ngobrol itu ya pas rewangan itu, nek pas ada rewangan
kan kepethuk [ketemu]. Kalo gak ada rewangan ya gak
kepethuk”.113
Budaya rewangan ini sekarang hanya dapat ditemui di desa Gawanan,
sedangkan untuk warga pendatang yang bertempat tinggal di perumahan sudah
jarang sekali ditemui acara rewangan, karena bila ada yang punya hajat warga
perumahan biasanya bertempat di Gedung dengan menyewa jasa katering.
Sehingga untuk acara di rumah semua hidangan telah disediakan jasa katering.
Untuk keikutsertaan tetangga adalah dengan membantu sebagai panitia acara
pesta, seperti among tamu, tunggu kado atau sebagai pengiring pengantin.
Sehingga terlihatlah berbeda budaya warga asli Gawanan dengan warga
Perumahan yang merupakan warga pendatang. Warga Gawanan dengan warga
perumahan dalam kehidupan keseharian mereka memang jarang berinteraksi
secara langsung, karena faktor jarak antara perumahan dan desa Gawanan yang
dipisahkan oleh jalan Adi Sumarmo.
Aktivitas rewangan biasanya dilakukan oleh ibu-ibu rumah tangga yang
rumahnya berada di sekitar rumah si empunya hajat. Bila ada yang mau mantu,
rewangan bisa dilakukan selama 4 hari, untuk membuat jenang, jadah, dan
masakan untuk keperluan menyuguh pada tamu. Di desa Gawanan sendiri bila ada
yang punya hajat dilakukan di rumah dan makanan yang di sajikan adalah
113 Sri Rejeki, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
masakan dari ibu-ibu yang ikut rewang. Selain untuk membantu tetangga yang
sedang punya hajat kebiasaan rewang juga menjadi ajang ibu-ibu untuk saling
bertemu dan berinteraksi dengan tetangga. Suasana rewangan terasa begitu akrab
sehingga obrolan yang dihasilkan juga mengalir dengan sendirinya. Kegiatan
rewangan juga dijadikan sebagai ajang saling bertukar kabar atau bertukar
informasi mengenai kehidupan sehari-hari, kesehatan, kabar tetangga, atau
mengenai acara yang sedang mereka siapkan
Kebiasaan dalam bergotong royong juga tercermin pada masyarakat desa
Gawanan disaat ada salah satu warganya yang sedang mengalami musibah, seperti
bila ada salah satu warga yang sakit. Menjenguk orang sakit adalah kewajiban
setiap umat, dalam ajaran Islam, menjenguk orang sakit adalah di antara amal
shalih yang paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kebiasaan yang telah ada dari sejak dahulu ini kini menjadi budaya bagi warga
Gawanan. Setiap ada warganya yang sakit biasanya para tetangga akan saling
memberi kabar untuk berkumpul dan berangkat bersama menjenguk tetangga
yang sakit. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Sri Rejeki mengenai budaya
besukan di Gawanan :
“...kalo dulu tu saya dari rumah ke rumah, ngabari [memberi
kabar] ada pasien gitu. Kalo belum tilik kog hati ini rasanya belum
penak gitu lho[kalau belum menengok yang sakit hati ini rasanya
belum tenang begitu]. Kalo udah tilik kan tau keadaannya, rasanya
juga penak. Kalo tilik ya rombongan, kadang pake mobil sapa, tapi
kalo nggak ada mobil ya nyewa trans, itu lho angkuta itu, kan
kadang di Gawanan Barat biasanya nggak ada mobil.”114
114 Sri Rejeki, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
Biasanya sebelum menjenguk akan dikumpulkan uang iuran dari para
tetangga untuk dibelikan sesuatu pada yang sakit atau diserahkan berupa uang.
Besukan dilakukan bersama-sama dengan tetangga terdekat. Setelah salah seorang
warga menyebarkan kabar berita bahwa ada salah satu warganya yang sakit, lalu
berkoordinasi dengan tetangga yang lain untuk menentukan waktu yang tepat
untuk berkunjung. Bila warga yang sakit dirawat di rumah sakit, biasanya besukan
dilakukan setelah Magrib atau jam 19.00 WIB, karena pada jam tersebut
merupakan jam berkunjung di rumah sakit. Seperti yang dikatakan bu Sri Rejeki :
“Sibuk-sibuk ko kalo sini tu ada orang sakit, kencan-kencan gitu
langsung jadi kog, iya di luangkan waktu, ada mobil, trus diumumi,
ada pasien gitu biasanya ngebel [menelepon], bu ada pasien gitu,
kapan?ya sak selone panjenengan [ya kapan waktu senggang
anda], gitu..kalo misalnya dah pulang ya maen ke rumahe.”115
Walaupun sedang sibuk, namun para warga mengusahakan untuk
meluangkan waktu ikut menjenguk tetangga yang sakit. Hal ini karena sudah
merupakan tradisi dan kebiasaan warga Gawanan untuk tetap peduli dengan
sesamanya. Kegiatan besukan ini juga dimanfaatkan oleh ibu-ibu sebagai sarana
untuk saling berinteraksi dan saling bertukar informasi. Hal ini juga diungkapkan
ibu Karsiyem:
“pas acara besukan [sebutan untuk menjenguk orang sakit]itu bisa
ngobrol (...) biasanya yang diobroli tentang resep masakan, trus
berbagi informasi tempat belanjaan yang murah-murah yang ada
diskon besar-besaran.” 116
115 Sri Rejeki, Ibid116 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
Kegiatan ini merupakan ajang berkumpulnya para tetangga sehingga
dapat dimanfaatkan untuk saling mengobrol dan bertukar informasi pada saat
perjalanan menuju rumah sakit atau pada saat pulang di dalam mobil atau
kendaraan yang dipergunakan untuk mengantar mereka ke rumah sakit. Kegiatan
besukan biasanya dilakukan pada malam hari karena pada malam hari para ibu
rumah tangga dapat berkumpul dan meluangkan waktu sejenak untuk menjenguk
salah satu warga yang sakit, apalagi bagi para ibu rumah tangga yang bekerja di
luar rumah, waktu yang tersedia adalah saat malam hari setelah pulang kerja atau
setelah selesai mengerjakan pekerjaan rumah tangganya.
Bagi para ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah sebagian
waktunya dihabiskan untuk bekerja dan bersosialisasi dengan teman kerja. Oleh
karena itu banyak ibu-ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah saling berbagi
informasi dengan teman di tempat bekerja sewaktu jam istirahat atau disela-sela
kegiatan kerja. mayoritas para ibu di Gawanan bekerja sebagai pegawai negeri,
perawat, dan guru, mereka memilih pekerjaan yang membutuhkan waktu untuk
meninggalkan rumah sekitar 6-8 jam per hari atau setengah hari. Sehingga waktu
mereka untuk mengurus rumah tangga masih bisa dilakukan setelah pulang dari
bekerja. Para ibu rumah tangga yang bekerja akan saling berbagi informasi
(tentang kesehatan, perkembangan anak, pendidikan anak, kosmetik, model
pakaian, politik) dengan teman kerja di waktu senggang.
B.2. Komunikasi Kelompok Sekunder
Organisasi sosial masyarakat yang ada di desa Gawanan sedikit banyak
juga turut menjadi media interaksi yang utama bagi para warga desa. Melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
Karang Taruna maupun kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)
warga desa Gawanan dapat melakukan interaksi meskipun waktunya tidak setiap
hari. Organisasi sosial masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku
masyarakat untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat sehari-hari.
Organisasi sosial masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam
masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata
tertib. Komunikasi yang terjadi pada organisasi sosial merupakan komunikasi
kelompok sekunder yang bersifat formal, reguler dan terencana. Dalam penelitian
ini peneliti memfokuskan pada organisasi sosial masyarakat yang beranggotakan
ibu-ibu rumah tangga yaitu kelompok PKK.
Kelompok Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang terdapat di
desa Gawanan terbagi menjadi 3 tingkatan berdasarkan tingkatan organisasi
formal buatan pemerintah, yaitu kelompok PKK tingkat Kelurahan (desa),
kelompok PKK tingkat RW dan kelompok PKK tingkat RT. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Anik yang merupakan perangkat desa di Kelurahan
Gawanan yang mengurusi masalah kegiatan ibu-ibu rumah tangga di desa
Gawanan :
“Di sini itu ada PKK RT, kemudian kalo ada PKK RW atau
kelompok PKK dusun, kemudian baru tingkat desa, karena disini
kan masyarakatnya banyak tidak akan mungkin kita tiap bulan
mengundang seluruh warga masyarakat, apalagi disini kita akan
kesulitan untuk menyampaikan informasi ke bawah....”117
Pembagian kelompok-kelompok PKK ini juga didasarkan pada jumlah
penduduk di desa Gawanan yang semakin banyak, sehingga tidak memungkinkan
117 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
apabila mengumpulkan warga satu desa untuk berkumpul mengikuti pertemuan
PKK, oleh karena itu untuk memudahkan dalam penyampaian informasi dari
tingkat atas kepada warga, maka dibentuklah tingkatan-tingkatan kelompok PKK.
Menurut ibu Anik, pembentukan tingkatan PKK ini juga merupakan peraturan
dari pemerintah :
“...ini juga sudah petunjuk dari tingkat provinsi, memang sudah
ada tingkatannya, kalo di desa itu adalah tim penggerak PKK di
tingkat desa, tapi kalo di RT dan di dusun itu kelompok PKK. Jadi
kalo penggerak itu hanya tingkat desa, kecamatan, kabupaten,
propinsi itu namanya tim penggerak, kalo dibawahnya adalah suatu
kelompok...”118
Manfaat yang dirasakan oleh ibu Anik selaku kader PKK tingkat desa
mengenai pembagian kelompok PKK ini adalah disaat penyampaian informasi
yang berasal dari tingkat atas yaitu tingkat kabupaten kepada seluruh warga desa
Gawanan. Adanya pembagian tingkatan dalam kelompok PKK dirasa sangat
efektif saat menyampaikan informasi yang harus diterima oleh seluruh warga desa
Gawanan. Ibu Anik pun merasa bahwa dengan adanya pembagian tingkatan
kelompok PKK akan lebih memudahkan menyampaikan pesan dari tingkat atas
(kabupaten) untuk disamapaikan pada masyarakat, seperti yang diungkapkannya
berikut ini:
“Dengan adanya pembagian seperti itu dirasakan lebih mudah
untuk merekrut data, memberikan informasi. Dan semua ibu kader
khususnya ibu RT, ibu Kadus akan bisa menyalurkan semua
informasi ke bawah, akan sampai dan tidak akan putus di tingkat
desa saja, karena semua informasi itu kan harus sampai ditingkat
bawah, kalo sampai putus di tingkat desa saja mungkin masyarakat
tidak akan tahu apa-apa, informasi tingkat kabupaten khususnya,
kalo tidak disampaikan masyarakat tidak akan tahu , misalnya
118 Anik Widartiningsih, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150
untuk masalah, Jamkesmas, raskin, atau apalah, kalo kita tidak
informasikan ke bawah mereka tidak akan tahu.”119
Meskipun kelompok PKK terbagi menjadi beberapa kelompok tingkatan
namun keseluruhan tingkatan tersebut saling berhubungan. Hal ini disebabkan
oleh anggota dari kelompok PKK tingkat Kelurahan adalah beberapa perwakilan
ibu-ibu PKK tingkat RW / Dusun yang biasanya diwakilkan oleh ibu-ibu yang
bertugas sebagai pengurus kelompok PKK, seperti ketua, sekretaris, dan
bendahara. Begitu pula untuk anggota PKK tingkat RW/dusun adalah beberapa
perwakilan dari ibu-ibu PKK tingkat RT.
Kegiatan kelompok PKK dilakukan setiap sebulan sekali, biasanya
dilaksanakan pada Minggu pertama. Untuk kelompok PKK tingkat Kelurahan
dilaksanakan setiap tanggal 3. Sedangkan untuk kelompok PKK tingkat
RW/dusun dilaksanakan tiap tanggal 4 dan selanjutnya untuk kelompok PKK
tingkat RT dilaksanakan setelah pertemuan kelompok PKK tingkat RW/dusun.
Biasanya untuk tanggal pertemuan menurut kebijakan masing-masing RT, namun
masih dalam Minggu pertama.
Pembagian waktu pertemuan kelompok PKK ini untuk memudahkan
penyampaian informasi yang berasal dari kabupaten sehingga informasi tersebut
dapat sampai pada tingkat keluarga. Arus informasi yang berasal dari pemerintah
biasanya disampaikan pada tingkat kabupaten lalu turun ke bawah pada tingkat
Kecamatan, setelah itu informasi akan di sampaikan pada tingkat Kelurahan yaitu
pada rapat rutin tanggal 3. Masing-masing anggota yang merupakan perwakilan
119 Anik Widartiningsih, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
151
dari tiap-tiap RW/dusun yang menjadi anggota PKK tingkat Kelurahan akan
meneruskan informasi tersebut pada tingkat RW/dusun dan selanjutnya akan
diteruskan kembali pada tingkat RT.
Kelompok PKK yang menampung ibu-ibu dapat melakukan kontak
sosial diantara mereka. Ajang pertemuan seperti ini dirasakan sangat bermanfaat
bagi para anggotanya, seperti yang disampaikan oleh beberapa informan yang
merupakan ibu-ibu rumah tangga anggota PKK.
“Ya itu kan bisa ketemu yang jauh-jauh, bisa berkomunikasi
dengan orang-orang RT lain, biasanya kan cuma tahu tetangga
yang dekat-dekat saja. Ya jelas ada manfaatnya, kalo misalnya kita
jarang silaturahmi kan yang tahu kan hanya tetangga dekat, paling
gak kan yo satu perumahan kita kenal, masak satu perumahan gak
kenal kan ya gimana, ya salah satu caranya dengan ikut arisan
PKK”.120
“...ya ketemu temen-temen, crita-crita opo kan nanti jadi tahu
kabare opo gitu.”121
Seperti yang diungkapkan beberapa informan di atas bahwa dengan
mengikuti kegiatan kelompok PKK dapat bersilaturahmi dengan tetangga yang
letak rumahnya jauh dari tempat tinggal mereka, namun masih satu RW/dusun.
Dapat saling mengenal dan berbagi informasi tentang kabar atau tentang apapun.
Selain sebagai ajang saling kenal dengan tetangga kelompok PKK juga
merupakan sumber informasi bagi para ibu rumah tangga tentang berbagai hal,
karena dalam pertemuan PKK biasanya ada informasi-informasi dari tingkat atas
120 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009 121 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
152
(pemerintah) yang berguna bagi kehidupan para ibu rumah tangga. Seperti yang
disampaikan oleh Ibu Karsiyem 48 tahun yang merupakan ibu ketua RW 9 :
“Pertama informasinya yang jelas dari kelurahan itu
diinformasikan dari tingkat RT RW dan warga, bisa kesehatan
himbauan atau apapun informasi dari Kabupaten, tentang PKK
mungkin. Trus juga nanti ada pengisian berupa kesehatan,
pengetahuan atau tips-tips rumah tangga. Disampaing itu juga kita
bisa sharing “.122
Jenis kegiatan yang diadakan oleh PKK adalah arisan dan posyandu.
Arisan yang berjalan berbentuk arisan uang. Arisan ibu-ibu PKK tingkat RT
biasanya dilaksanakan pada waktu setelah ba’da Magrib, atau jam 18.30 WIB.
Namun untuk arisan tingkat RW dan Kelurahan diadakan pada sore hari yaitu
pukul 16.00 WIB di balai Desa, hal ini di karenakan pertemuan tingkat Kelurahan
anggota yang hadir merupakan perwakilan dari tiap-tiap RW yang letak rumahnya
berjauhan.
Untuk arisan PKK tingkat RT dilaksanakan bergilir di tiap-tiap rumah
anggotanya. Seperti misalnya pada saat peneliti mengamati secara langsung arisan
ibu-ibu RT 2 Dusun Gawanan Timur yang dilaksanakan pada hari kamis tanggal 5
Maret 2009 yang bertempat di rumah salah satu anggota arisan. Arisan di
laksanakan pada pukul 19.00 WIB, para anggota peserta arisan memiliki seragam
yang khusus dipakai pada saat menghadiri arisan, hal ini dimaksudkan agar tidak
terjadi kesenjangan dalam berpakaian pada ibu-ibu yang menjadi anggota arisan,
mengingat desa Gawanan memiliki struktur masyarakat dengan berbagai macam
kelas ekonomi sosial.
122 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
153
Suasana sebelum arisan dimulai sangatlah ramai dan akrab, beberapa
anggota ibu-ibu membawa serta anak-anak mereka yang masih berusia balita.
Menyebabkan suasana tambah ramai dengan adanya anak-anak tersebut. Tepat
pukul tujuh acara dimulai dengan pembacaan tata urutan acara yang dibacakan
oleh pembawa acara (MC), adapun susunan acaranya adalah :
1. Pra acara :
a. Menyanyikan mars PKK
“Marilah hai semua rakyat Indonesia membangun segra
Membangun keluarga yang sejahtera dengan PKK
Hayatilah dan amalkan Pancasila...Untuk negara
Hidup gotong royong makmur sandang dan pangan
Rumah sehat sentosa...
Tata laksana di dalam rumah tangga..Rapi dan indah
Didiklah putra berpribadi bangsa...Trampil dan sehat
Kembangkan koperasi
Jagalah lingkungan dan sekitarnya
Aman dan bahagia keluarga berencana
Hidup jaya PKK”
b. Pembacaan Doa
c. Pembacaan UUD’45
d. Pembacaan teks Pancasila
e. Pembacaan 10 program PKK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
154
10 Program Pokok PKK tersebut adalah sebagai berikut ;
1. Penghayatan dan pengamalan Pancasila
2. Gotong Royong
3. Pangan
4. Sandang
5. Perumahan dan tata laksana rumah tangga
6. Pendidikan Keterampilan
7. Kesehatan
8. Mengembangkan kehidupan berkoperasi
9. Kelestarian lingkungan hidup
10. Perencanaan sehat
2. Pembukaan oleh ibu ketua RT
3. Pembinaan oleh ibu Lurah
4. Arisan
5. Laporan
6. Lain-lain
7. Penutup
Mars PKK dan 10 Program Pokok PKK dalam setiap kegiatan selalu di
perdengarkan pada seluruh anggota arisan. Mars dan program pokok tersebut
merupakan lambang yang dapat dimaknai bahwa setidaknya para anggota yang
mengikuti arisan dapat menerapkan apa yang selalu di dengarnya setiap kegiatan
arisan. Seperti yang diungkapkan ibu Anik selaku kader PKK :
“Kalo memang seharusnya semua yang sudah kita baca, sudah kita
tahu ya hendaknya dilaksanakan, tapi untuk mengubah itu semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
155
kan harus sedikit-sedikit, contohnya di PKK aja, kan ada 10
program pokok PKK, itu kalo kita sehari-hari untuk masalah
pangan, papan, sandang, contohnya juga perumahan, tata laksana,
kesehatan, perencanaan sehat itu memang adalah lingkungan kita
sehari-hari. Misalnya pangan, kita memang makan sehari-hari
dengan seimbang, harusnya kan seperti itu, tapi kan kita tidak bisa
menengok dan mengetahui satu persatu, kemudian harus kudu
ngene [harus begini], namun kita seharusnya seperti itu, pembinaan
kan kudu ngene. Tapi InsyaAlloh dengan kesadaran masyarakat
kan memang musti berjalan mengikuti apa yang setiap bulan sudah
dibaca dan mudah-mudahan dilaksanakan dengan baik”123
Seperti halnya dalam berkomunikasi pada saat pesan disampaikan secara
berulang-ulang akan tertanam di dalam benak komunikan dan diharapkan akan
dilaksanakan oleh komunikan dalam suattu tindakan sesuai pesan yang
disampaikan. Seperti halnya tujuan dari komunikasi adalah perubahan sikap,
perubahan opini, serta perubahan perilaku manusia baik secara diri sendiri dalam
bentuk kelompok atau dalam bentuk masyarakat.
Dalam suatu pertemuan biasanya membahas persoalan-persoalan atau
informasi yang berasal dari tingkat yang lebih atas (pemerintah) yang biasanya
disampaikan oleh perwakilan RT yang mengikuti pertemuan arisan tingkat
RW/dusun. Namun karena ibu Lurah Gawanan bertempat tinggal di RT 02, RW 6
maka informasi yang disampaikan langsung dari bu Lurah yang pada saat
pertemuan arisan berperan sebagai pembina arisan.
Pada kesempatan pertemuan kali ini ibu Lurah selaku pembina arisan
menyampaikan beberapa informasi mengenai belum terbentuknya petugas
pemantau jentik nyamuk Demam Berdarah, karena beberapa bulan terakhir desa
Gawanan sempat menjadi endemi penyakit demam berdarah, sehingga pemerintah
123 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
156
segera membentuk petugas untuk memantau pertumbuhan jentik-jentik nyamuk
yang ada dalam tempat penampuangan air di dalam rumah. Selain itu bu Lurah
juga menyampaikan mengenai adanya pengobatan gratis dari UNS dalam rangka
acara bakti sosial ulang tahun (dies natalis ) UNS. Yang akan dilaksanakan pada
tanggal 10 Maret 2009. informasi lainnya adalah tentang pelaksanaan pemilu dan
disampaikan informasi mengenai tanggal dan waktu dilaksanakannya pemilu
legislatif serta menambahkan informasi mengenai pemilih yang golput bahwa
pemerintah melarang adanya pemilih yang golput, sehingga disarankan agar
warga menggunakan hak pilihnya untuk memberikan suara.
Informasi dari bu Lurah tersebut disampaikan dengan menggunakan
pengeras suara agar dapat terdengar oleh ibu-ibu yang duduknya di luar. Beberapa
ibu-ibu sengaja duduk di luar karena mereka menyadari membawa anak usia
balita yang mungkin tidak dapat di tinggal di rumah sehingga harus di bawa saat
pertemuan arisan. Hal ini disadari bila mengajak anaknya untuk duduk di dalam
akan mengganggu jalannya acara arisan, karena mungkin anak-anak akan merasa
bosan atau kepanasan sehingga menjadi rewel.
Informasi yang disampaikan dengan menggunakan pengeras suara dapat
dengan jelas didengarkan oleh seluruh anggota arisan. Terlihat antusias dan
perhatian para anggota atas informasi yang di sampaikan. Namun pada saat
pengeras suara mati kontan saja menimbulkan kegaduhan ibu-ibu arisan yang
tengah memperhatikan informasi yang disampaikan. Dan setelah informasi
tersebut disampaikan kembali tanpa pengeras suara nampak terlihat beberapa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
157
anggota arisan mulai tidak memperhatikan informasi tersebut karena tidak
terdengar sampai di luar.
Selanjutnya pembawa acara (MC) mengulangi kembali informasi yang
di sampaikan ibu Lurah karena posisi duduk pembawa acara berada tepat
ditengah-tengah anggota arisan. Pada saat pembawa acara menyampaikan kembali
informasi dari bu Lurah, peneliti mengamati bahwa perhatian anggota rapat
tertuju pada pembawa acara, bahkan anggota yang berada di dalam pun kembali
memperhatikan pembaca acara menyampaikan informasi. Hal ini di karenakan
pembawa acara adalah orang yang dituakan dalam masyarakat dan di anggap
orang yang berpendidikan. Sehingga pada saat itu tidak saja menyampaikan
informasi saja namun juga pembawa acara segera membentuk petugas pemantau
nyamuk Demam Berdarah. Pembentukan petugas langsung ditunjuk mengenai
siapa saja yang menjadi petugas pemantau, dan keputusan segera di tawarkan
pada forum. Setelah forum setuju maka keputusan segera di ambil.
Komunikasi kelompok yang berlangsung pada saat acara arisan tersebut
dimana saat ibu Lurah berperan sebagai komunikator kurang efektif apabila pesan
yang disampaikan tidak menggunakan pengeras suara, hal ini dikarenakan ada
beberapa faktor, seperti keadaan lingkungan yang sekarang lebih ramai, walaupun
di malam hari, desa Gawanan pun masih terasa ramai dengan banyaknya para
pengguna jalan dengan menggunakan kendaraan bermotor yang melintasi jalan.
Selain itu juga semakin bertambahnya masyarakat desa Gawanan menyebabkan
anggota arisan PKK pun bertambah banyak. Berbeda dengan keadaan Gawanan
pada jaman dulu yang masih terasa sepi, dan masyarakatnya khususnya anggota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
158
arisan PKK masih sangat sedikit. Sehingga informasi dapat disampaikan secara
langsung dan jelas dan tidak memerlukan pengeras suara.
Dalam arisan PKK tingkat RT di RT 02 Dusun Gawanan Timur ini
peneliti mengamati bahwa sebenarnya bisa saja informasi langsung disampaikan
oleh pembawa acara kepada para anggota. Namun untuk menghormati kedudukan
Lurah maka informasi disampaikan oleh bu Lurah terlebih dahulu. Latar belakang
dari bu Lurah dan pembawa acara yang menurut pengamat menyebabkan kurang
mendapatkan perhatian saat ibu Lurah berbicara. Karena bu Lurah yang menjabat
saat ini usianya masih muda, baru 22 tahun, dan dulunya adalah murid dari ibu
yang membawakan acara. Latar belakang budaya Jawa tentang rasa ngajeni
terhadap orang yang lebih tua masih sangat berlaku di sini. Sehingga saat ibu
pembawa acara mengulangi kembali informasi yang disampaikan ibu Lurah,
seluruh anggota arisan memperhatikan kembali.
Selain sebagai wadah untuk menyalurkan informasi dari tingkat atas,
kegiatan arisan ini juga dimanfaatkan oleh beberapa produsen penjual peralatan
rumah tangga seperti kompor gas, blender, tikar, dan peralatan rumah tangga
lainnya untuk mempromosikan barang dagangan mereka. Seperti yang
diungkapkan ibu Supartini Sesilia :
“Setiap arisan pasti ada promosi, ya itu kosmetik ya pernah, dulu
itu peralatan seperti kompor ya pernah, kesehatan juga ada.”124
Kegiatan arisan ibu-ibu PKK ini dapat memberikan manfaat yang sangat
banyak bagi para ibu rumah tangga. Ajang untuk saling bertemu, berkenalan dan
124 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
159
bertukan pikiran dan informasi ini merupakan cara pembelajaran yang baik bagi
para ibu rumah tangga untuk saling menjaga kerukunan antar tetangga.
Selain kegiatan arisan ibu-ibu, warga masyarakat desa Gawanan
khususnya yang beragama Islam, senantiasa menyelenggarakan satu aktivitas
keagamaan yang bersifat rutin, yakni pengajian. Kegiatan pengajian biasanya
dibagi dalam beberapa kelompok pengajian yang terdapat di setiap Rukun Warga
(RW). Kegiatan yang diadakan ini selain memiliki tujuan religius, yakni untuk
meningkatkan kualitas keimanan warganya, ternyata ada juga manfaat lain yang
dirasakan bila terlibat langsung didalamnya. Mempererat tali silaturahmi diantara
sesama umat Islam, hal ini dirasakan juga oleh ibu-ibu kelompok pengajian yang
berada di desa Gawanan.
Pengajian biasanya di selenggarakan setiap seminggu sekali pada malam
jumat atau kamis malam di Masjid yang berada di wilayah masing-masing RW.
Dengan adanya pengajian memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah
tangga terutama di bidang ilmu agama dalam pengaplikasiannya pada kehidupan
sehari-hari. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Sri Puji berikut:
“Di pengajian juga ada informasi seperti itu, terkadang dokter
Maryati atau dokter Soleh itu diberi waktu untuk melakukan
penyuluhan. Jadi di pengajian itu enggak cuma ngaji aja, ya ada
penyuluhan kesehatan juga, pengajian itui lebih komplit, bisa
saling silaturahmi, mendapatkan informasi, dan tambah ilmu,
enggak cuma ilmu agama saja, juga mendapatkan ilmu-ilmu yang
lain”.125
Pengajian memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah tangga,
selain sebagai wadah silaturahmi antar warga juga merupakan wadah untuk
125 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
160
menambah ilmu yang tidak hanya ilmu agama namun juga berbagai ilmu dan
informasi lainnya yang bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Sri Puji bahwa dalam pengajian juga mendapatkan
penyuluhan tentang kesehatan oleh salah satu warga yang berprofesi sebagai
dokter. Selain itu dalam pengajian juga diberikan informasi-informasi politik,
terutama saat pemilu legislatif dengan cara pemilihan yang baru yaitu dengan
dicontreng. Seperti yang diungkapkan kembali oleh ibu Sri Puji:
“Informasi politik itu saya dapatkan dari pengajian. Ya di
pengajian itu misalnya ini waktunya pemilu ya di sosialisasikan,
caranya gini, jangan jadi golput, kalau golput nanti yang seneng
malah yang kurang berkualitas itu. Di beri tahu juga kita pinter-
pinter milih pemimpin, pokoknya dipesan jangan golput (...) iya,
kita dikasi sampelnya lembaran besar itu, dikasi tahunya juga di
pengajian”.126
Informasi mengenai cara pemilihan yang baru yaitu dengan cara
dicontreng pada pemilu tahun ini juga diinformasikan dalam pengajian. Tidak
hanya diberitahu caranya saja namun juga diberikan contoh langsung dengan
mempraktekkannya pada lembaran kertas pemilu. Selain itu dalam pengajian juga
memberikan informasi kepada para ibu-ibu untuk tidak golput dalam pemilu.
Dalam pengajian juga diberikan ilmu-ilmu agama terutama agama Islam. Setelah
mengetahui beberapa informasi dan ilmu agama, terdapat beberapa adat/kebiasaan
warga yang kini mulai ditinggalkan, seperti yang diungkapkan oleh beberapa ibu
rumah tangga di bawah ini:
“Untuk kebiasaan-kebiasaan adat spt bila ada keluarga yang
meninggal biasanya ada acara 7 hari atau gimana, itu juga
tergantung dari kebiasaan–kebiasaan masing-masing pribadinya ya,
karena sekarang itu sudah banyak yang ditinggalkan karena dalam
126 Sri Puji Mulyan, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
161
pengajian2 itu juga disampaikan bahwa hal-hal spt itu tidak ada
tuntunannya, jadi mulai banyak yang ditinggalkan”.127
“Kalo emang yang lainnya sudah agak luntur njih, khususnya kaya
dulu sama sekarang seperti bancakkan [syukuran], kondangan, atau
apa gitu. Itu dulu masih kental sekali, contohnya seperti orang tua
saya, itu mesti ada kondangan atau apa, nah tapi sekarang dengan
pengetahuan masalah agama, kan dulu itu orang tua karena adat,
dan mungkin karena pengetahuan agamanya belum terlalu tahu,
atau belum mendalam sekali, itu ya sudah biasa, itu tradisi, tapi
setelah lama-kelamaan banyak sekali ulama-ulama yang datang,
memberi penjelasan bahwa itu memang tidak ada dalam pedoman
Al Qur’an, lama-lama khususnya di RT 4 saya itu, untuk masalah
kondangan atau apa itu memang sudah tidak ada lagi (...) Misalnya
untuk nyambut [menyambut] tahun gitu, biasanya kalo puasa mau
lebaran, terus kupatan, kan itu ada kondangan, itu istilahnya itu
kayak kenduri, slametan, pake macem-mecem gitu (...) Memang
ada yang masih seperti itu tapi kalo ditempat saya khususnya
memang sudah tidak ada lagi yang seperti itu, karena memang yo
itu tadi, sudah masuk ilmu-ilmu agama, kalo dulu kan itu tradisi
orang tua, apalagi sekarang kan banyak ibu-ibu muda yang duduk
disitu, kan sudah lain lho nggih, orang tua kan sudah meninggal,
mungkin anak-anaknya yang menggantikan posisi di rumah
tangganya, jadi adat memang sudah mengalami perkembangan”.128
Setelah mendapatkan penjelasan ilmu agama yang diperoleh dalam
pengajian, kini banyak kebiasaan yang mulai ditinggalkan oleh warga masyarakat,
seperti: adat pitung dina (syukuran tujuh hari setelah hari kematian), kondangan
seperti kendurian atau bancakan (syukuran yang dilaksanakan setelah
memperingati hari besar atau setelah berpuasa pada bulan Ramadhan). Hal itu
merupakan adat kebiasaan dari para leluhur sebagai ungkapan rasa syukur mereka
atas anugerah yang telah diberikan. Kebiasan seperti itu mulai ditinggalkan oleh
para ibu rumah tangga yang mengikuti pengajian karena hal tersebut tidak
127 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009 128 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
162
diajarkan dalam ajaran agama dan juga hal tersebut merupakan tindakan yang
dianggap mubadzir.
Kegiatan pengajian memberikan banyak manfaat bagi para ibu rumah
tangga, selain merupakan ajang saling bertemu dengan para tetangga, dalam
pengajian juga diberikan berbagai macam informasi yang bermanfaat bagi
kehidupan sehari-hari para ibu rumah tangga. Hal inilah yang menjadikan para ibu
rumah tangga meluangkan waktu untuk mengikuti pengajian yang rutin
dilaksanakan setiap satu Minggu sekali. Hal lain yang dapat diperoleh para ibu
rumah tangga adalah dalam pengajian biasanya para ibu juga saling mengabarkan
tentang keadaan mereka, serta saling berbagi informasi mengenai berbagai macam
hal. Kegiatan seperti ini dirasa sangat bermanfaat sehingga kegiatan ini terus
dilakukan oleh para ibu rumah tangga.
Perkumpulan selain pengajian dan arisan dalam kegiatan PKK juga
diadakan kegiatan posyandu. Posyandu atau pos pelayanan terpadu adalah
akronim yang sudah sangat familiar, adalah sebuah organisasi pelayanan
pencegahan penyakit dan keluarga berencana bagi kalangan isteri berusia subur
dan balita. Posyandu di desa Gawanan lahir dan dikembangkan atas kesadaran dan
upaya masyarakat sendiri, dan partisipasi sosial dari kelurahan. Pengertian
Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan
kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
163
dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari
petugas kesehatan dan keluarga berencana. 129
Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan ibu-ibu PKK di desa
Gawanan. Posyandu di desa Gawanan diselenggarakan oleh tiap-tiap dusun.
Kegiatan Posyandu di desa Gawanan dulu belum berjalan seperti sekarang ini.
Dulu kegiatan Posyandu hanya terpusat di tingkat Kelurahan / Desa saja. Awalnya
tujuan dari diadakannya kegiatan Posyandu di desa Gawanan ini adalah untuk
memberi kesadaran bagi para ibu rumah tangga mengenai kesehatan dan
perkembangan anak usia balita dan kesehatan para ibu hamil. Namun dulu karena
belum adanya kesadaran dari para ibu-ibu rumah tangga mengenai pentingnya
pendidikan kesehatan anak, kegiatan posyandu pun belum berjalan secara
maksimal. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Anik berikut ini:
“...seperti posyandu, itu dulu belum berjalan seperti ini, harus di
panggili ke rumah, didatangi, harus diajak, kemudian PMT
[Pemberian Makanan Tambahan] itu juga harus dibuat sendiri
dulu, belum ada kog dulu itu PMT itu urunan. Jadi memang tokoh-
tokoh masyarakat disini itu sangat berkorban sekali untuk
kemajuan dalam melaksanakan program-program dari
pemerintah.”130
Peran serta tokoh masyarakat untuk menjalankan program dari
pemerintah memberi andil yang cukup besar bagi kelangsungan kegiatan
Posyandu. Seperti pemberian makanan tambahan (PMT) yang dulunya hanya
diusahakan oleh beberapa orang saja yang menjadi kader Posyandu dengan biaya
129 Website: http://iinaza.wordpress.com/2008/04/19/serba-serbi-posyandu/. Diunduh tanggal 6
April 2009 jam 06.45 wib
130 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
164
sendiri. Namun sekarang kesadaran akan pentingnya pendidikan kesehatan pada
anak usia balita dan ibu hamil mulai meningkat sejalan dengan masuknya
berbagai macam informasi mengenai kesehatan anak. Hal ini memberi dampak
positif bagi para warga Gawanan terutama para ibu rumah tangga untuk ikut andil
menyukseskan kegiatan Posyandu, yang sebenarnya secara teoritis bertujuan :
1. Mempercapat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
3. Mempercepat penerimaan norma keluarga kecil sehat dan sejahtera.
4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang
kemampuan hidup sehat.
5. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat
dalam usaha meningkatkan cakupan penduduk dan geografi.
6. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka
alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.131
Apabila kegiatan posyandu dapat dilaksanakan secara maksimal maka
angka kematian bayi pun akan menurun serta terkontrolnya perkembangan
kesehatan dan gizi anak-anak balita di desa Gawanan. Kegiatan Posyandu di desa
Gawanan meliputi: kegiatan penimbangan bayi dan pengisian KMS serta
pemberian makanan tambahan serta pemberian vitamin A pada bulan Februari dan
Agustus.
131 Website: http://one.indoskripsi.com. Diunduh tanggal 6 April 2009 jam 06.55 wib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
165
Desa Gawanan kini telah memiliki beberapa Posyandu yang terbentuk di
tiap RW/Dusun. Kegiatan Posyandu biasanya dilaksanakan tiap bulan pada
minggu kedua. Posyandu di laksanakan di rumah salah satu warga yang
merupakan kader Posyandu, kegiatan Posyandu biasanya diadakan pada waktu
sore hari, disaat para ibu rumah tangga telah menyelesaikan pekerjaan rumah
mereka. Kegiatan Posyandu diawali dengan mendaftar dan menyerahkan Kartu
Menuju Sehat (KMS) kepada petugas Posyandu, lalu di lanjutkan penimbangan
berat badan anak, untuk anak usia 1-11 bulan menggunakan timbangan gantung
yang kaitkan dengan keranjang untuk tempat duduk anak, sedangkan anak usia 1-
4 tahun menggunakan timbangan injak. Selanjutnya adalah penyerahan KMS
yang telah diisi oleh petugas dan konsultasi kesehatan anak dan ibu hamil kepada
petugas perwakilan dari Puskesmas.
Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) yaitu suatu alat untuk mencatat
berat badan anak dibawah 5 tahun (balita) setiap kali ditimbang setiap bulan
secara teratur. Berat badan ini dibubuhkan pada KMS dlm bentuk titik (.) yang
disebut titik berat badan. Pengisian KMS bertujuan : (1) sebagai alat pengontrol
pertumbuhan berat badan anak, (2) sebagai alat untuk mengetahui keadaan
kesehatan anak, (3) sebagai alat untuk mengetahui keadaan gizi anak. Anak balita
perlu ditimbang badannya setiap bulan agar pertumbuhan dapat diikuti secara
seksama melalui grafik berat badan yang merupakan rangkaian titik-titik berat
badan dari bulan ke bulan. Tahap terakhir adalah Pemberian Makanan Tambahan
(PMT), merupakan salah satu program dari kegiatan Posyandu yang bertujuan
untuk meningkatkan gizi anak yang masih kurang serta untuk memberi contoh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
166
pada ibu-ibu dalam memberikan makanan bergizi bagi balitanya, seperti : bubur
sum-sum, kacang ijo, setup makaroni, sup dan makanan-makanan yang bergizi
bagi Balita.
Kegiatan Posyandu yang dilaksanakan di tiap dusun ini memberikan
banyak manfaat bagi para ibu rumah tangga mengenai informasi kesehatan anak
dan ibu hamil. Selain itu kegiatan Posyandu juga merupakan wadah bagi para ibu-
ibu untuk saling bertemu dan bertukar informasi mengenai berbagai hal, terutama
mengenai perkembangan anak-anak mereka yang sedang tumbuh. Biasanya
setelah menimbang anak mereka dan mendapatkan makanan tambahan dari
Posyandu, para ibu-ibu berkumpul dan mengobrol sambil menyuapi anak dengan
makanan tambahan yang diberikan.
C. Komunikasi Massa
Masyarakat desa Gawanan telah mengenal berbagai macam media
massa. Mereka tidak buta akan informasi yang berasal dari luar daerah. Mayoritas
masyarakat desa Gawanan telah memiliki televisi sebagai sumber informasi dari
luar. Media televisi adalah media massa utama yang dimanfaatkan oleh ibu-ibu
rumah tangga sebagai sarana informasi, edukasi dan hiburan Seperti yang
disampaikan oleh ibu Sri Rejeki mengenai manfaat melihat tayangan televisi
baginya :
“ Televisi ya bermanfaat ya tau pengalaman dimana-mana, kalo
ada apa, ada apa kan tahunya dari tivi, sing penting saya itu
hiburan.”132
132 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
167
Hal yang sama juga disampaikan oleh ibu Tri Hartini :
“Ya biar tahu aja, kan kalo ibu rumah tangga itu di rumah terus tow
mbak, ya biar tahu dunia luar tu kayak apa.”133
Aktivitas menonton televisi terutama ibu-ibu rumah tangga dilakukan
pada siang hari apabila pekerjaan rumah telah selesai, sambil menunggu anak-
anak pulang sekolah. Namun bagi ibu-ibu rumah tangga yang bekerja biasanya
meluangkan waktu melihat televisi pada malam hari. Acara favorit para ibu rumah
tangga adalah acara berita, mereka mengaku dengan melihat berita di televisi
dapat menambah wawasan akan dunia luar. Selain berita mereka juga melihat
tayangan sinetron serta berita infotainment sebagai hiburan. Karena bagi ibu-ibu
rumah tangga, berita merupakan hal utama mereka menonton televisi.
Televisi sudah menjadi gaya hidup masyarakat desa Gawanan. Karena
dulunya kepemilikan televisi di Gawanan masih sangat jarang di temui. Namun
sekarang dengan semakin bertambahnya kebutuhan masyarakat akan informasi,
pesawat televisi pun kini telah banyak di temukan hampir di setiap rumah di
Gawanan. Televisi sudah menjadi kebutuhan masyarakat Gawanan sebagai
sumber informasi yang utama mengenai dunia luar. Adanya stasiun televisi lokal
seperti TATV yang menayangkan berita terkini seputar wilayah Solo dan
sekitarnya juga menjadi masukan bagi ibu-ibu rumah tangga yang tidak bekerja
untuk mengetahui perkembangan serta informasi berbagai macam peristiwa yang
terjadi di daerah mereka.
133 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
168
Isu-isu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat umumnya didapat
dari media televisi, lalu kemudian dari media cetak, seperti koran, majalah, atau
tabloid. Informasi yang ditayangkan lewat televisi cakupannya begitu luas, seperti
isu yang sedang berkembang di masyarakat mengenai isu politik dimana pada
tahun 2009 ini akan dilaksanakan pesta demokrasi pemilihan umum secara
langsung untuk menentukan calon Presiden baru untuk masa jabatan 2009-2014.
Stasiun-stasiun televisi berlomba-lomba menyajikan informasi pemilu
mengenai sosok calon presiden atau jumlah peserta pemilu yang semakin banyak
serta iklan-iklan kampanye politik setiap harinya. Isu politik yang menjadi agenda
di setiap stasiun televisi ini juga mempengaruhi pemirsa televisi di desa Gawanan
untuk mengikuti perkembangan berita politik di Indonesia. Namun antusias warga
desa Gawanan terutama ibu-ibu rumah tangganya terhadap isu-isu pemilu yang
ditayangkan di televisi kurang begitu terasa. Mereka melihat tayangan politik di
televisi untuk sekedar tahu saja siapa-siapa calon presiden yang dijagokan oleh
partai-partai politik. Jika peneliti amati ibu-ibu rumah tangga dalam setiap
kesempatan berkumpul dengan keluarga atau dengan tetangga jarang dan hampir
tidak pernah membicarakan isu-isu politik. Hal ini menandakan bahwa ibu-ibu
rumah tangga di desa Gawanan kurang tertarik dengan dunia politik.
Bagi para ibu rumah tangga televisi memberikan informasi politik
mengenai jumlah partai politik, profil calon-calon presiden serta cara pemilihan
yang baru, yaitu dengan cara mencontreng, namun untuk keputusan memilih
mereka tidak terpengaruh oleh tayangan di televisi. Justru dengan melihat
tayangan di televisi mengenai berbagai macam partai politik serta calon-calon
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
169
baru presiden membuat ibu-ibu di desa Gawanan menjadi bingung dan kurang
tertarik.seperti yang diungkapkan Karsiyem (48 tahun) :
“Saya itu malah jadi bingung dengan banyak iklan di TV karena
dalam iklan itu bukan hanya wilayah kita Karanganyar. Ya beda-
beda dan lebih luas, karena kan tiap-tiap wilayah kan berbeda-
beda. kita informasi dari kabupaten lewat desa baru kebawah ke
RW, RT lalu warga, kalo lewat tivi itu malah mungkin bingung, ya
karena itu tadi kalo lewat tivi kan skupnya lebih luas satu
Indonesia”134
Diakui oleh seorang ibu bernama Kadarwati (46tahun) bahwa televisi
tidak mempengaruhinya dalam memilih calon presiden atau calon legislatif.
Karena baginya pilihan yang sejak dulu jadi keyakinannya tidak mudah
terpengaruh oleh tayangan iklan di televisi.
“Enggak tuh, kalau saya itu dari dulu sudah mantebnya ini ya ini
gitu, saya nggak terpengaruh iklan kampanye di televisi. Ya acara
di tivi itu cuma untuk tambahan informasi saja”.135
Iklan-iklan kampanye di televisi yang kian marak menjelang pemilu
calon presiden tidak terlalu diminati oleh para ibu rumah tangga dalam menikmati
acara di televisi. Bahkan iklan-iklan kampanye politik tersebut tidak mampu
mempengaruhi keputusan memilih para ibu dalam menentukan suaranya untuk
pemilu yang akan datang.
Tayangan mengenai dunia politik bagi ibu-ibu rumah tangga di desa
Gawanan kurang diminati. Biasanya ibu-ibu menonton televisi pada siang hari
setelah menyelesaikan pekerjaan rumah mereka. Tayangan televisi di siang hari
lebih banyak seputar informasi untuk ibu-ibu rumah tangga, seperti talk show,
134 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009 135 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
170
acara kuliner, atau berita infotainment. Sedangkan untuk tayangan politik di
televisi yang biasanya di tayangankah pada jam-jam prime time , ibu-ibu di
Gawanan lebih memilih menonton sinetron atau bila sedang melihat acara politik
biasanya karena mengikuti suami atau keluarga yang sedang menyaksikan berita
politik.
Media massa yang juga sering dimanfaatkan untuk memperoleh
informasi dari dunia luar oleh para ibu rumah tangga selain televisi adalah radio.
Radio merupakan media massa alternatif pilihan kedua setelah televisi. Walaupun
perkembangan teknologi dan informasi semakin pesat lajunya, namun peranan
radio sebagai media informasi dan hiburan masih banyak dimanfaatkan oleh ibu-
ibu rumah tangga di desa Gawanan.
Dalam penggunaan radio pun kini telah mengalami perubahan yang
semakin canggih, yaitu mendengarkan siaran radio dengan menggunakan
handphone. Radio masih dimanfaatkan karena memiliki keunggulan diatas media
informasi lainnya dalam hal : biaya murah; daya jangkau layanan yang luas;
fleksibel, yaitu mampu dinikmati dimana saja karena sifatnya yang auditif
(didengarkan), radio tidak membutuhkan kemampuan (membaca pada surat kabar
dan melihat pada televisi) dan konsentrasi khusus bahkan radio bisa dinikmati
sambil melakukan aktivitas lainnya; radio mampu menyampaikan informasi
secara cepat karena prosesnya yang sangat sederhana; serta pesawat radio praktis,
kecil, fleksibel dan mudah dibawa kemana-mana. Ibu-ibu rumah tangga
mendengarkan radio setiap hari , biasanya mereka mendengarkan siraman rohani
di pagi hari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
171
Dulu masyarakat Gawanan dapat mendengarkan ceramah kuliah subuh
saat selesai sholat Subuh di Masjid, namun sekarang dengan kesibukan para
warganya kebiasaan tersebut sudah tidak ada lagi, hanya terkadang masih sering
terdengar ceramah di hari-hari tertentu saja, misalnya saat bulan Ramadhan, atau
saat hari besar umat Islam. Dengan memanfaatkan radio di pagi hari dengan
mendengarkan siaran siraman rohani dirasa bermanfaat bagi ibu-ibu dan
keluarganya. Kesibukan ibu dipagi hari seperti menyiapkan sekolah bagi anak,
dan juga menyiapkan sarapan pagi untuk keluarga sangatlah menyita waktu,
namun dengan mendengarkan radio, selain mendapatkan ilmu juga rutinitas para
ibu di pagi hari tidaklah terganggu.
Selain dimanfaatkan sebagai media informasi, radio juga dimanfaatkan
sebagai sarana hiburan. Para ibu memanfaatkan radio sebagai pengantar tidur di
malam hari. Biasanya sebelum berangkat tidur ibu-ibu mendengarkan siaran radio
yang memutar lagu-lagu tempo dulu yang masih terasa enak didengarkan sampai
sekarang. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Supartini :
“...radio ya masih, saya paling seneng tu, paling seneng radio, kalo
mau tidur tu mbak jam sebelasan ke atas tu mesti sama radio,
nyetel lagu-lagu lama itu lho...”.136
“kalau saya ya paling tivi dan radio kalau pas mau tidur itu, kalau
bapaknya seneng dengerin wayang kulit itu, kan dari wayangan itu
ada pesan yang diselip-selipkan, itu juga merupakan kebudayaan
kita. Kalau saya suka mengikuti lagu-lagu lama, lagu-lagu jaman-
jaman dulu. Itu radionya sekarang pakai hape, ya radio yang kotak
gede itu masih punya tapi sekarang sudah enggak dipakai, pakai
hape lebih mudah, simpel, tinggal dikelonin aja, hahaha...”137
136 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 137 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
172
Acara-acara di radio yang masih sangat digemari oleh para ibu rumah
tangga adalah acara musik yang menyajikan musik-musik tempo dulu sebagai
pengantar tidur. Hal ini pun di akui oleh beberapa informan bahwa mereka
mempunyai kebiasaan mendengarkan radio sebelum tidur. Karena radio dianggap
sebagai media hiburan yang praktis dan simpel sehingga dapat dibawa kemana-
mana bahkan dibawa tidur.
Masyarakat desa Gawanan terutama para ibu rumah tangga juga tidak
ketinggalan pula mengonsumsi media massa cetak. Karena itu ketersediaan media
cetak seperti koran, majalah dan tabloid juga menambah referensi masyarakat
Gawanan untuk mencari berbagai macam informasi. Para ibu rumah tangga di
desa Gawanan jarang mengkonsumsi surat kabar. Berita yang disajikan dalam
surat kabar harian biasanya berupa politik dan berita-berita berat (hardnews). Hal
ini dikarenakan ibu-ibu rumah tangga jarang mengonsumsi koran atau majalah,
biasanya mereka membeli tabloid (tentang wanita) untuk memperoleh berbagai
informasi: kesehatan, perkembangan mode pakaian, kecantikan, obat-obat
tradisional, resep masakan. Membeli tabloid dirasakan lebih banyak informasi
yang didapat apabila dibandingkan dengan mengonsumsi koran yang beritanya
lebih berat seputar dunia politik. Serta tabloid dianggap lebih terjangkau bila
harganya dibandingkan dengan majalah wanita.
D. Pengaruh Pola Komunikasi ibu-ibu rumah tangga dalam Proses
Pengambilan Keputusan
Dalam setiap hari yang dijalani, manusia tidak terhindar dari kebutuhan
untuk menarik keputusan. Seperti halnya ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
173
yang setiap saat harus mampu mengambil keputusan dalam berbagai hal baik
menyangkut kepentingan keluarga maupun kepentingan diri sendiri. Semakin
maju keadaan suatu desa, semakin kompleks pula kebutuhan yang harus dipenuhi.
Sehingga pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan haruslah lebih
selektif. Oleh karena itu untuk mengambil keputusan diperlukan banyak informasi
dari berbagai sumber sebagai bahan referensi agar keputusan yang diambil sesuai
dengan apa yang dibutuhkan.
Masyarakat desa Gawanan sedang mengalami masa transisi, keadaan
dimana masyarakatnya sedang mengalami peralihan dari masyarakat tradisional
menuju masyarakat modern. Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan masyarakat
menjadi meningkat dan semakin kompleks. Kini kebutuhan pokok masyarakat
tidak hanya seputar sandang, pangan, dan papan. Namun juga kebutuhan akan
informasi, transportasi dan komunikasi. Semakin kompleksnya kebutuhan yang
harus dipenuhi oleh masyarakat desa Gawanan membuat masyarakat harus
pandai-pandai memilih serta memutuskan kebutuhan mana yang harus dipenuhi
terlebih dahulu. Disinilah peran seorang ibu sebagai pengatur rumah tangga dalam
mengatur pemasukan untuk lebih selektif dalam memenuhi segala kebutuhan
keluarga.
Untuk memenuhi kebutuhan keluarga inilah seorang ibu harus pandai-
pandai memutuskan kebutuhan mana yang harus didahulukan untuk dipenuhi.
Sebelum membuat keputusan para ibu rumah tangga akan mencari berbagai
macam informasi mengenai hal-hal yang menyangkut dalam pemenuhan
kebutuhan tersebut. Seperti misalnya untuk memilih tempat belanja pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
174
pedagang sayur keliling. para ibu akan mencari informasi tentang harga, kualitas,
kelengkapan dan waktu para pedagang sayur keliling tiba. Biasanya para ibu akan
bertukar informasi disaat-saat waktu senggang atau disaat ada acara kumpulan.
Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternatif terbaik
dari beberapa alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti (digunakan)
sebagai suatu cara pemecahan masalah.138
Dengan demikian pemecahan masalah
perlu dibuatkan beberapa alternatif, sebab apabila alternatif yang telah dipilih
ternyata tidak cocok, dapat menggunakan alternatif lainnya.
Menurut Simon,139
ada dua macam keputusan, yaitu: (1) keputusan yang
terprogram (Programmed Decisions) dan, (2) keputusan tidak terprogram (Non-
Programmed Decisions). Keputusan yang terprogram yaitu keputusan yang
dilakukan secara rutin dan selalu berulang. Keputusan yang diambil untuk
mengatasi masalah sehari-hari, seperti: menentukan hidangan untuk makan sehari-
hari, memutuskan tempat berbelanja, membeli kosmetik, memberi uang jajan
anak, dan berbagai keputusan yang dilakukan secara rutin. Sebagai seorang ibu
rumah tangga, menyediakan hidangan untuk keperluan makan keluarga sehari-hari
adalah merupakan suatu kewajiban. Menentukan menu apa yang akan di sajikan
untuk hari ini merupakan keputusan dari seorang ibu yang dilakukan setiap hari
secara rutin. Menu yang akan di hidangkan adalah keputusan dari ibu, namun
keputusan yang di ambil tidak semata-mata sepenuhnya keinginan dari ibu,
namun ibu juga mempertimbangkan kepentingan-kepentingan seluruh anggota
138 Nugroho J. Setiadi, 2008, Business Economics and Managerial Decision Making, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, hal. 17 139 Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 129-
130.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
175
keluarga, terutama anak dalam memilih menu yang akan di sajikan agar menu
hidangannya dapat dinikmati oleh seluruh anggota keluarga.
Keputusan tidak terprogram (Non-Programmed Decisions), yaitu
keputusan insidental yang diambil apabila ada masalah yang muncul yang perlu
dipecahkan. Jadi keputusan ini tidak bersifat rutin dan tidak selalu berulang.
Seperti misalnya keputusan untuk memilih sekolahan yang tepat untuk anak,
keputusan berpolitik dalam menentukan suara, keputusan untuk membeli perabot
rumah tangga, serta berbagai macam keputusan yang diambil di saat-saat tertentu
saja.
Dalam kehidupan berumah tangga membeli perabot untuk keperluan
rumah tangga merupakan keputusan bersama para anggota keluarga terutama
orang tua yaitu Ayah dan Ibu. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa informan
perihal kebiasaan mendiskusikan masalah bersama dengan para anggota keluarga
sebelum mengambil keputusan :
“Dan keputusan membeli perabot rumah tangga itu nanti tetap
kami putuskan berdua dengan suami. Untuk merek, warna atau
apapun masalah peralatan rumah tangga itu kami putuskan
berdua”.140
“Ya saya biasanya taren [saling berdiskusi] sama bapaknya,
kadang anak-anak juga, tapi kalo untuk peralatan dapur biasanya
saya beli sendiri”.141
“Ya sama bapaknya, kalau anak itu jarang, kecuali kalau yang
bersangkutan dengan anak baru melibatkan anak”.142
140 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009 141 Sri Rejeki, wawancara 20 Maret 2009 142 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
176
Masyarakat desa Gawanan telah menerapkan sistem demokrasi dan
keterbukaan dalam keluarganya bila di hadapkan pada suatu masalah dan harus
mengambil suatu keputusan. Dalam pengambilan keputusan lebih banyak diambil
dari kesepakatan bersama antara ayah dan ibu, namun jika permasalahan
menyangkut masalah anak, maka anak pun akan dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan.
Permasalahan dalam keluarga yang sering muncul adalah keputusan
untuk membeli perabot rumah tangga, seperti misalnya membeli televisi, biasanya
ibu akan mendiskusikannya dengan ayah mengenai merek, harga serta kualitas
televisi yang akan di beli. Sebelum memutuskan untuk membeli suatu produk
tertentu. Para ibu rumah tangga akan mencari informasi mengenai produk yang
akan di beli dari berbagai macam sumber referensi, seperti media massa, tetangga
atau langsung melihat di toko yang menjual produk tersebut. Seperti yang
diungkapkan oleh ibu Anik dimana mendapatkan informasi tentang perabot rumah
tangga:
“Di toko langsung, atau dikasi tahu tentang toko yang menjual
peralatan rumah tangga itu dari tetangga atau temen yang lebih tau
lah...”143
Para ibu rumah tangga di desa Gawanan saling berbagi informasi di
berbagai kesempatan seperti pada saat arisan, saat berbelanja bersama atau pada
saat acara-acara tertentu. Biasanya mereka akan saling berbagi informasi
mengenai kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah informasi mengenai perabot
rumah tangga baik dari harga dan kualitas hingga tempat toko yang menjual
143 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
177
perabot rumah tangga. Selain mendapatkan informasi dari teman, informasi juga
bisa didapatkan dengan datang langsung ke toko yang menjual perabot rumah
tangga tersebut. Karena dengan melihat langsung barang yang akan dibeli dapat
disesuaikan dengan kebutuhan. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu Kadarwati dan
ibu Karsiyem:
“Kalau saya itu sesuai kebutuhan, jadi kalau misalnya saya sedang
butuh ini, ya saya sama suami langsung ke toko langsung milih,
tidak pernah lihat-lihat dari mana, tapi ya langsung ke tokonya
kalau kebetulan itu cocok ya sudah saya ambil.”144
“Ya kita ke toko mbak, masuk dari toko kan kita bisa melihat
barangnya lha berarti dengan melihat itu kan kita bisa memilih”.145
Cara yang paling efektif menurut para ibu rumah tangga untuk
memutuskan membeli perabot rumah tangga adalah dengan langsung melihat ke
toko yang menjual produk televisi tersebut, dikarenakan dengan mendatangi
langsung toko tersebut maka para ibu dapat melakukan komunikasi antarpribadi
dengan sales atau pedagangnya serta bisa mengetahui secara langsung produk,
kualitas, harga serta merk dari televisi yang hendak dibeli dan juga dapat
menyesuaikan budget yang dimiliki dengan kebutuhan yang akan dibeli.
Media massa juga merupakan sumber informasi bagi para ibu rumah
tangga, namun media massa hanya menjadi tambahan referensi untuk
mendapatkan informasi tambahan mengenai perkembangan produk-produk baru.
Iklan-iklan yang sering muncul di media massa hanya sebatas memberi informasi
tentang berbagai produk baru yang dijual di pasaran, namun informasi yang
144 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009 145 Karsiyem, wawancara 19 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
178
berasal dari media massa tersebut tidak sampai mempengaruhi para ibu rumah
tangga dalam mengambil keputusan untuk membeli produk yang ditawarkan.
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Anik mengenai informasi yang diperolehnya
dari media massa terutama televisi:
“Iklan di tivi ya itu sebagai tambahan informasi saja, ya seperti di
koran itu, kami melihat iklannya untuk menambah referensi saja,
tapi nanti kalau sudah di toko kan kadang berbeda dengan di iklan,
jadi untuk ini itu nanti langsung kami tanyakan di tokonya”146
Saat berangkat dari rumah memang sudah menentukan satu produk yang
akan dibeli, namun biasanya setelah melihat langsung ke toko yang menjual
produk tersebut dan dihadapkan pada banyaknya pilihan dan setelah disesuaikan
dengan kebutuhan dan budget yang dimiliki biasanya keputusan dapat berubah,
karena belum tentu toko yang menjual produk tersebut menyediakan produk yang
diinginkan. Sehingga keputusan final untuk membeli adalah saat sudah berada di
toko tersebut.
Menurut pendapat William N. Dunn147
pengambilan keputusan meliputi
5 komponen dan 6 metode (cara). Kelima komponen tersebut adalah :
1. permasalahan yang jelas
2. alternatif-alternatif pemecahannya
3. tindakan pelaksanaan keputusan
4. hasil keputusan
5. pola keputusan
146 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009 147 Ibnu Syamsi, 1994, Pokok-pokok Organisasi dan Manajemen, Jakarta: Rineka Cipta, hal. 131
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
179
Sedangkan metode yang digunakan untuk menghasilkan komponen
tersebut adalah : (a) perumusan masalah, sehingga akan menghasilkan masalah
yang jelas batas-batasnya, (b) mengadakan prakirakan (forecasting) sehingga
menghasilkan alternatif-alternatif pemecahan masalah, (c) rekomendasi atau
memberikan saran untuk memilih alternatif terbaik. Kalau saran itu diterima,
maka ditetapkan sebagai keputusan kemudian dilaksanakannya, sehingga
menghasilkan pelaksanaan keputusan, (d) pemantauan (monitoring) sehingga
samapai diketahui hasil pelaksanaan keputusan, (e) evaluasi terhadap hasil
pelaksanaan, sehingga mendapatkan apakah sukses atau gagal. Kalau gagal ya
pilih alternatif lainnya: sedangkan kalau sukses ya mengarah pada pola keputusan,
(f) kesimpulan praktis digunakan kalau menghadapi masalah yang sama
sedangkan situasi dan kondisinya tidak jauh berbeda, alternatif semacam itu dapat
diterapkan kembali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
180
Diagram pengambilan keputusan dengan 5 komponen dan 6 metode
Keterangan :
= Komponen
= metode
Gambar 3.1. Diagram pengambilan keputusan dengan 5 komponen
dan 6 metode
masalah
pelaksanaan
Alternatif-
alternatif
Pola
pelaksanaan hasil
perumusan
saran evaluasi monitoring
prakiraan kesimpulan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
181
Proses pengambilan keputusan melalui beberapa tahapan tersebut
biasanya dilakukan untuk mengambil keputusan yang sifatnya insidental atau
keputusan yang diambil apabila ada masalah yang muncul dan perlu dipecahkan,
seperti misalnya memilih sekolahan yang tepat untuk anak.
Orang tua mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi dalam
membentuk generasi yang berpotensi, berkepribadian, dan memiliki rasa tanggung
jawab terhadap masa depan bangsa dan negaranya, salah satunya adalah
kewajiban mendidik anak dengan cara yang tepat, yaitu dengan memilihkan
sekolahan yang tepat bagi anak. Sebelum menentukan pilihan yang tepat dimana
anak akan bersekolah, orang tua akan mengumpulkan berbagai macam informasi
untuk mendukung keputusan yang akan diambil. Seperti yang dilakukan oleh
salah seorang warga desa Gawanan yaitu ibu Hartini yang akan menyekolahkan
anak keduanya di perguruan tinggi. Sebelum mengambil keputusan untuk
menyekolahkan anaknya yang bernama Nita ke perguruan tinggi, ibu Hartini
mengalami proses sebelum pengambilan keputusan.
Tahap pertama yaitu perumusan masalah, ibu Hartini berniat
menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi setelah lulus SMA, namun si anak
merasa tidak mampu secara akademik untuk bersekolah lagi ke jenjang yang lebih
tinggi.
“Awalnya itu memang karena anaknya merasa enggak mampu, tapi
saya kasi tahu kalu enggak kuliah nanti mau nyari kerja apa, lalu
saya sarankan untuk masuk akper, dia kan suka gambar-
gambar...”148
148 Tri Hartini, wawancara 23 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
182
Ibu Hartini merasa khawatir apabila anaknya hanya bersekolah sampai
tingkat SMA saja nantinya akan kesulitan untuk mencari pekerjaan. Oleh karena
itu ibu Hartini tetap akan menyekolahkan anaknya namun disesuaikan dengan
kemampuan sang anak. Ibu Hartini mengamati kemampuan dan bakat anak,
bahwa sang anak memiliki sifat feminin, ringan tangan dan peduli dengan orang
lain, sehingga disarankan oleh ibu Hartini untuk bersekolah di jurusan
keperawatan saja.
“Seperti anak saya Nita setelah lulus SMA awalnya kan nggak mau
kuliah gitu, karena kalau kuliah kan harus belajar terus, kan dia
nggak bisa, jadi saya sarankan masuk ke kuliah kejuruan, ke Akper
(...) saya sesuaikan dengan anak, kira-kira anak itu mampu apa
enggak”.149
Dengan melihat kemampuan anaknya serta sifat-sifat yang dimiliki
anaknya ibu Hartini memberikan masukan kepada Nita untuk melanjutkan
sekolah ke Akademik Keperawatan. Karena menurut ibu Hartini bersekolah di
Akper lebih banyak praktek daripada teori, karena menurutnya sang anak sudah
merasa tidak mampu untuk melanjutkan sekolah yang berbasis akademisi.
Tahap selanjutnya bu Hartini mencari informasi mengenai berbagai
macam perguruan tinggi yang ada di Solo, karena ibu Hartini ingin agar anaknya
bersekolah di Solo saja, agar ibu Hartini selalu dekat dengan anaknya dan agar
bisa menjaga dan mengawasi pergaulan anaknya. Ibu Hartini memperoleh
informasi mengenai sekolah keperawatan yang berada di Solo dari media massa,
dari tetangga saat saling mengobrol sewaktu berbelanja, juga dari saudaranya.
Pada tahap proses pengambilan keputusan selanjutnya adalah pemberian saran
149 Tri Hartini, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
183
untuk memilih alternatif terbaik. Ibu Hartini memberikan pandangan-pandangan
kepada sang anak tentang sekolah keperawatan, selain bisa mendapatkan ilmu
untuk masa depan, menjadi perawat juga dirasa dapat menjadikan anak menjadi
lebih peduli dengan sesama, dan juga bisa menambah teman. Pada tahapan ini
sang anak menerima saran dari ibunya dan memutuskan untuk melanjutkan
sekolah di jurusan keperawatan.
Tahap selanjutnya adalah pemantauan dari hasil keputusan tersebut. Ibu
Hartini melihat bahwa sang anak ternyata sangat tertarik dengan dunia
keperawatan setelah menjalani satu semester bersekolah di bidang keperawatan.
Bakat menggambar sang anak juga tersalurkan, karena memang selalu ada tugas
menggambar organ-organ tubuh manusia. Selain itu setelah mengalami praktek di
Rumah Sakit sang anak merasa lebih tertantang dan lebih tertarik dengan dunia
keperawatan dan juga sang anak kini memiliki lebih banyak teman untuk
bersosialisasi.
“Trus kok ya mau gitu dan sekarang dia malah suka, seneng,
karena kumpul sama temen-temen, praktek di Rumah sakit gitu
malah seneng. Jadi waktu itu saya sekolahkan anak ini di
sekolahan ini cocok gitu”.150
Setelah beberapa semester sang anak bersekolah di Akper, ibu Hartini
mengamati bahwa Nita sangatlah menikmati pendidikannya di jurusan
keperawatan itu, sehingga ibu Hartini merasa bahwa saran yang dia berikan untuk
anaknya agar melanjutkan sekolah di kejuruan itu sudah tepat. Dengan melihat
perkembangan anak, ibu Hartini merasa yakin bahwa pola pengambilan keputusan
150 Tri Hartini, Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
184
yang dilakukan secara demokrasi dan terbuka akan membawa dampak yang lebih
baik bagi yang menjalaninya yaitu sang anak.
Proses pengambilan keputusan yang dilakukan ibu Hartini selanjutnya
akan menjadi pola pengambilan keputusan dalam keluarganya, dimana setiap ada
permasalahan yang insidental dan harus dipecahkan, maka akan dilakukan
pengambilan keputusan dengan proses yang sama.
Pola komunikasi Ibu-ibu rumah tangga masyarakat transisi di desa
Gawanan memberi pengaruh terhadap proses pengambilan keputusan dalam
berbagai macam permasalahan dalam kehidupan. Pola komunikasi tersebut
berpengaruh terhadap bagaimana para ibu rumah tangga mendapatkan informasi
tentang berbagai macam hal untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi
baik permasalahan keluarga maupun permasalahan pribadi. Keputusan yang
diambil dalam penyelesaian masalah yang sedang dihadapi sangat dipengaruhi
oleh berbagai informasi yang didapatkan baik melalui media massa maupun
melalui komunikasi antarpribadi, misalnya berkomunikasi dengan keluarga,
tetangga, teman, atau dengan orang lain.
Di desa Gawanan sendiri pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga yang
terbentuk adalah pola komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok
komunikasi, yaitu kelompok primer dan kelompok sekunder. Komunikasi
antarpribadi berfungsi untuk memberikan banyak informasi tentang berbagai
macam hal dan persoalan, baik persoalan keluarga maupun persoalan pribadi para
ibu rumah tangga seperti misalnya tentang kesehatan keluarga, perkembangan
anak, pendidikan anak, serta urusan pribadi, seperti kosmetik, pakaian, tata rias,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
185
dan berbagai macam persoalan yang menyangkut permasalahan wanita. Pola
komunikasi yang terjadi pada ibu rumah tangga di masyarakat transisi di desa
Gawanan mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penyelesaian suatu
masalah. Komunikasi antarpribadi yang terjadi pada ibu rumah tangga adalah
untuk mengumpulkan informasi mengenai berbagai macam masalah yang tengah
dihadapi seperti misalnya permasalahan yang sering dialami oleh para wanita
yaitu masalah kecantikan, yaitu permasalahan seputar kulit seperti: keriput karena
usia, jerawat, atau flek hitam.
Kecantikan merupakan kebutuhan pokok bagi seorang wanita. Karena
wanita selalu ingin tampil cantik di segala situasi. Demikian halnya dengan ibu-
ibu rumah tangga, informasi mengenai produk kecantikan, seperti kosmetik dan
perkembangan dunia fashion merupakan topik yang sangat digemari dalam setiap
pembicaraan antar wanita. Untuk mendapatkan informasi mengenai produk
kecantikan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, mereka dapat
memperolehnya dari berbagai macam cara, yaitu dari media massa atau informasi
yang diperoleh dari kelompok referensi151
. Sebelum memutuskan untuk membeli
suatu produk biasanya para ibu rumah tangga akan mencari berbagai informasi
mengenai produk tersebut baik mengenai kualitas, harga serta merek dari suatu
produk kosmetik.
Terdapat lima tahapan pengambilan keputusan dalam membeli, seperti
yang diungkapkan oleh Bilson Simamora152
, yaitu (1) pengenalan masalah, (2)
151 Kelompok referensi adalah kelompok yang dianggap sebagai kerangka acuan bagi para
individu dalam pengambilan keputusan. 152 Bilson Simamora, 2001, Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitable,
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 94-98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
186
pencarian informasi, (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan membeli, dan (5)
perilaku sesudah membeli. Seperti misalnya dalam pembelian produk kosmetik,
para wanita terutama ibu-ibu merupakan konsumen utama dalam penjualan
produk kosmetik. Banyak permasalahan seputar kulit yang mengganggu wanita
dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi wanita yang sudah menikah, seperti
jerawat, keriput atau flek hitam. Para ibu rumah tangga di desa Gawanan kini
telah banyak mendapatkan informasi mengenai berbagai macam produk kosmetik
baik dari media massa atau dari teman. Semakin banyak produk kecantikan yang
ditawarkan semakin kompleks pula kebutuhan kosmetik para ibu rumah tangga.
Yang dulunya mereka hanya menggunakan satu produk kecantikan dan digunakan
untuk berbagai macam permasalahan kulit, kini kebanyakan para ibu rumah
tangga menggunakan minimal dua macam produk kecantikan untuk mengatasi
permasalahan kulit mereka. Sebelum mengambil keputusan untuk membeli suatu
produk kecantikan para ibu rumah tangga melalui lima tahapan seperti yang di
ungkapkan oleh Bilson Simamora.
Tahap pertama adalah pengenalan masalah, yaitu bahwa konsumen
dalam hal ini adalah para ibu rumah tangga menyadari adanya permasalahan serta
kebutuhan seputar kulit mereka. Kebutuhan tersebut disebabkan karena adanya
rangsangan internal maupun eksternal. Rangsangan internal berasal dari dalam
diri sendiri yang merasa bahwa usia mereka sudah lebih tua sehingga banyak
masalah kulit baru yang muncul seperti keriput atau flek hitam yang sering
muncul pada wanita dengan usia diatas 30 tahun. Seperti yang diungkapkan oleh
ibu Supartini Sesilia mengenai permasalah kulit yang dihadapinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
187
“...saya kan ini ada item-itemnya diwajah saya, seperti flek
hitam...”153
Sedangkan rangsangan eksternal yang muncul adalah berasal dari
lingkungan sekitar serta dari media massa yang sering kali mencitrakan wanita
cantik dengan kehalusan dan kecerahan kulit. Hal inilah yang menyebabkan para
ibu rumah tangga menginginkan kulit yang halus, cerah dan sehat.
Selanjutnya adalah tahapan pencarian informasi, dimana para ibu rumah
tangga yang terdorong oleh kebutuhannya akan mencari berbagai macam
informasi lebih lanjut. Pencarian informasi secara aktif dilakukan dengan cara
mencari informasi dari berbagai sumber, baik dari tetangga, teman, atau dari
media massa. Sama halnya yang diungkapkan oleh ibu Sri Puji berikut:
”Kalau saya ya dapat informasi dari televisi lalu dibuktikan ke
counternya kira-kira cocok enggak, kalau memang cocok ya kita
coba. Ya dipikir-pikir, saya enggak mau coba-coba. Saya itu kalau
ada iklan enggak begitu tergiur, soalnya kalau eksperimen
kosmetik kan yang resiko kita juga, udah capek bereksperimen soal
kosmetik, biayanya juga gak sedikit dan belum tentu kulitnya
cocok, nanti malah rusak”.154
Informasi mengenai perkembangan kosmetik biasanya didapatkan dari
media massa seperti televisi. Setelah mendapatkan informasi dari televisi biasanya
para ibu akan mencari informasi lebih lengkap dengan mendatangi counter
kosmetik yang ada di supermarket atau bertanya kepada tetangga yang pernah
memakai produk kosmetik yang dimaksud. Karena dengan bertanya langsung para
153 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 154 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
188
ibu rumah tangga dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai
dengan kebutuhan mereka.
Tahapan ketiga adalah evaluasi alternatif dari beragam informasi yang
diperoleh. Para ibu rumah tangga yang bertugas mengatur keuangan keluarga
harus lebih selektif dalam membelanjakan keuangan mereka agar segala
kebutuhan keluarga dapat dipenuhi. Oleh karena itu dalam keputusan membeli
produk kosmetik banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum memutuskan
untuk membeli, seperti : fungsi, merek, kualitas, dan harga. Hal ini juga
diungkapkan oleh ibu Kadarwati mengenai pertimbangannya dalam membeli
kosmetik:
“Ya yang pertama itu cocok dulu, trus yang kedua harganya ya
yang tidak terlalu mahal, ya yang menengahlah”.155
Setelah mempertimbangkan berbagai macam informasi mengenai suatu
produk tahapan selanjutnya adalah keputusan untuk membeli. Pada tahapan ini
para konsumen akan mengumpulkan merek-merek produk kecantikan serta akan
membentuk niat untuk membeli. Untuk memutuskan membeli satu produk
kecantikan banyak faktor yang mempengaruhi seperti lingkungan sekitar, serta
faktor-faktor keadaan yang tidak terduga. Lingkungan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam pengambilan keputusan. Lingkungan
menyediakan informasi yang dibutuhkan dalam pengambilan keputusan agar
keputusan yang diambil dapat memecahkan masalah yang dihadapi. Faktor dari
lingkungan sekitar seperti misalnya pengaruh dari teman yang telah memakai
155 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
189
suatu produk baru dan hasilnya memuaskan, hal ini akan sangat mempengaruhi
para ibu rumah tangga dalam memutuskan membeli suatu produk. Biasanya para
ibu rumah tangga akan terpengaruh oleh informasi yang diberikan teman dan
secara langsung dapat melihat hasil dari pemakaian produk tersebut.
“Iya mbak paling itu liat dulu dia pake itu bagus nggak, saya kan
ini ada item-itemnya diwajah saya, seperti flek, nanti kalo dia pake
tak liat dulu perkembanganya, kalo ada perubahan aku yo rada-
rada pengen, nek enggak yo enggak, alami aja”.156
Para ibu rumah tangga biasanya akan lebih percaya dengan apa yang di
promosikan teman atau tetangga, seperti ibu Supartini yang awalnya hanya
mengamati tetangganya menggunakan suatu produk kosmetik keluaran terbaru,
setelah beberapa Minggu, ibu Supartini mengamati apakah ada perubahan setelah
tetangganya menggunakan produk kosmetik tersebut. Apabila memang ada
perubahan maka ibu Supartini akan mengikuti menggunakan produk kosmetik
yang sama.
Lain halnya dengan informasi yang diperoleh dari media massa, karena
para ibu rumah tangga meyakini bahwa iklan di media massa hanya memberikan
informasi mengenai hal-hal yang diunggulkan dari suatu produk, namun belum
tentu cocok bagi kulit mereka. Seperti yang diungkapkan oleh beberapa ibu rumah
tangga berikut ini mengenai iklan kosmetik di televisi:
“Kalau menurut saya kita harus pintar memilih-milih jangan
mudah tergiur dengan iklan karena belum tentu juga seperti yang
ditawarkan pada iklan itu”.157
156 Supartini Sesilia, wawancara 24 Maret 2009 157 Sri Puji Mulyan, wawancara 25 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
190
“Iklan kosmetik di TV nggak begitu terpengaruh, soalnya kan
kulit saya itu termasuk kulit sensitif ya, jadi kalau sudah cocok ini
ya ini, kalau ganti-ganti tar takut nggak cocok, jadi mau iklan
banyak di televisi saya tidak terpengaruh, pokoknya saya itu kalau
sudah cocok satu ini ya sudah terus. Kecuali ada yang lebih baik
saya coba sekali kalau cocok ya saya teruskan kalau enggak ya
kembali ke yang lama dulu”.158
Banyak ibu rumah tangga yang tidak langsung percaya dengan iklan di
televisi hal ini dikarenakan iklan melalui media massa memiliki sifat terbuka dan
umpan baliknya berlangsung satu arah. Media massa bersifat terbuka untuk semua
publik, sehingga seluruh isi pesan yang disampaikan terbuka untuk semua orang.
Sehingga untuk iklan kosmetik yang sifatnya di tunjukkan untuk semua orang
belum tentu sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang. Dan juga media
massa umpan baliknya berlangsung satu arah, sehingga hanya pesan yang dapat
disampaikan kepada khalayak namun tidak ada feedback dari khalayak. Hal inilah
yang menyebabkan para ibu rumah tangga tidak mudah terpengaruh oleh iklan
kosmetik di televisi karena jika ada banyak pertanyaan yang ingin di tanyakan
tidak dapat diungkapkan secara langsung.
Faktor lain adalah keadaan yang tidak terduga pengeluaran yang
dipergunakan untuk membeli produk kosmetik lebih dibutuhkan untuk keperluan
yang tidak terduga, seperti misalnya salah satu anggota keluarga yang sakit dan
memerlukan banyak biaya untuk berobat, atau untuk keperluan sekolah anak.
Demikian halnya yang di ungkapkan oleh ibu Anik :
“...yang jelas ya hitungan lah kalau membeli yang mahal-mahal.
Kami juga pernah pakai dari satu produk tapi malah selanjutnya
kami putuskan, lha itu dari enam puluh lima samapai sekarang
seratus berapa itu kan lama-lama kami tidak bisa menjangkau, ya
158 Kadarwati Nurianingsih, wawancara 29 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
191
kami lama-lama harus bisa memilah lah mana yang musti
dipikirkan mana yang musti dijalankan. Kalau kami mengambil
sedikit sisa uang belanja ya tidak apa-apa tapi kalau mengambil
berlebih ya kami pikir-pikir dulu. Apalagi untuk anak kan sekarang
mau masuk itu kan ya butuh biaya banyak”.159
Mengingat ada kebutuhan lain yang lebih mendesak, maka ibu Anik
memutuskan untuk menghentikan pemakaian sauatu produk kosmetik, karena
juga produk tersebut harganya semakin lama semakin meningkat, sehingga di rasa
oleh ibu Anik sudah tidak dapat di jangkau lagi dan lebih memilih mengganti
produk kosmetik daripada melanjutkan namun kebutuhan lainnya tidak dapat
dipenuhi. Sehingga apabila keadaan tidak terduga ini terjadi maka keputusan
membeli akan dibatalkan dan digantikan untuk memenuhi kebutuhan yang tidak
terduga.
Tahapan terakhir adalah perilaku sesudah membeli, yaitu para konsumen
akan mengalami tingkat kepuasan atau ketidakpuasan terhadap suatu produk. Para
konsumen seperti ibu rumah tangga mendasarkan harapannya pada informasi
yang mereka terima mengenai produk tersebut. Jika kenyataan yang mereka
dapatkan tidak sesuai dengan yang diharapkan maka mereka merasa tidak puas.
Namun sebaliknya bila sesuai dengan harapan, maka mereka akan merasa puas
dan akan membeli produk yang sama kembali.
E. Pelestarian Lingkungan, Kerukunan, dan Gotong Royong
Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat
dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat
pedesaan lainnya. terdapat aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur
159 Anik Widartiningsih, wawancara 31 Maret 2009
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
192
seluruh perilaku seseorang di dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi
oleh penduduk desa. Aturan-aturan itu biasanya berupa hukum-hukum yang tidak
tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga
masyarakat. Agar hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana
sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan suatu norma-norma masyarakat.
Mula-mula norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja. Namun lama kelamaan
norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan secara sadar oleh
masyarakat.
Norma-norma yang ada di desa Gawanan adalah kebiasaan. Bentuk
kebiasaan yang ada di desa Gawanan ini adalah nilai yang diwariskan oleh leluhur
mereka sebagai pedoman dalam hidup bermasyarakat. Mayoritas masyarakat desa
Gawanan memiliki latar belakang budaya Jawa yang merupakan budaya warisan
dari leluhur mereka. Sikap-sikap yang banyak dimiliki oleh masyarakat Jawa
dalam berhubungan dengan sesamanya adalah didasarkan oleh prinsip hubungan
vertikal yaitu hubungan dengan sang Pencipta. Hidup rukun dan gotong royong
antar sesama merupakan prinsip masyarakat Jawa dalam berinteraksi dengan
sesama.
Demikian halnya dengan masyarakat desa Gawanan yang senantiasa
masih menjunjung tinggi nilai-nilai budaya yang diwariskan kepada mereka.
Hidup rukun berarti terjadi bilamana semua pihak berada dalam keadaan damai
satu sama lain, suka bekerja sama, saling menerima, dalam suasana dan sepakat.
Rukun adalah keadaan ideal yang diharapkan dapat dipertahankan dalam semua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
193
hubungan sosial. Kerukunan dalam hidup bermasyarakat hendaklah selalu dijaga,
karena kerukunan merupakan kunci untuk menuju masyarakat yang damai.
Pada umumnya masyarakat Jawa juga mempunyai sifat tolong menolong
antar sesama. Cara untuk mempererat hubungan kekerabatan antar anggota
masyarakat dalam komunitas pedesaan adalah sistem bantu-membantu atau yang
lebih dikenal di Indonesia dengan istilah “gotong-royong”. Aktivitas gotong-
royong masih bisa ditemui pada masyarakat di desa Gawanan dalam kehidupan
sosial mereka, seperti misalnya: (1) bila terjadi suatu musibah, seperti kematian,
sakit, atau kecelakaan, dimana keluarga yang menderita musibah tersebut
mendapat pertolongan berupa tenaga dan benda dari tetangga-tetangga di
sekitarnya dan dari orang-orang lain yang masih satu desa. (2) dalam hal pesta-
pesta, misalnya pada waktu mengawinkan anaknya, bantuan tidak hanya dapat
diminta dari para kerabatnya, tetapi juga dari tetangga-tetangganya untuk
mempersiapkan penyelenggaraan pesta pesta tersebut. (3) sedangkan dalam
pengerjaan pekerjaan yang berguna untuk kepentingan bersama dalam masyarakat
desa, seperti perbaikan jalan, membangun pos Ronda, membersihkan lingkungan
desa, memperbaiki saluran air dan sebagainya, para warga desa bergotong-royong
mengerjakannya bersama-sama.
Dalam kaitan ini, gotong royong dapat digolongkan dalam nilai budaya
mengenai masalah yang menyangkut hakekat hubungan manusia dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
194
sesamanya. Nilai gotong royong dalam sistem nilai budaya Indonesia menurut
Koentjaraningrat160
mengandung empat konsep yaitu :
1. Manusia itu tidak hidup sendiri di dunia ini tetapi dilingkupi oleh
komunitasnya, masyarakat dan alam semesta sekitarnya.
2. Manusia pada hakekatnya tergantung pada segala aspek kehidupan
kepada sesamanya
3. Manusia harus selalu berusaha untuk memelihara hubungan baik
dengan sesamanya, terdorong oleh jiwa sama rasa sama rata.
4. Manusia harus sedapat mungkin bersifat konform, berbuat sama dan
bersama dengan sesamanya di dalam komuniti, terdorong oleh jiwa
Masyarakat pada umumnya mempunyai kearifan lokal yang layak
dicontoh oleh masyarakat umum lainnya, misalnya dalam hal pelestarian
lingkungan. Setiap masyarakat adat mempunyai nilai-nilai yang mereka junjung
tinggi tidak hanya kaitannya dengan pelestarian lingkungan, namun juga dalam
hal hubungan sesama manusia. Nilai yang dimiliki masyarakat desa Gawanan
yang masih tetap terjaga sampai sekarang adalah kerukunan dan gotong royong.
Dengan adanya kerukunan masyarakat terhindar dari konflik antar warga,
walaupun telah banyak warga pendatang yang bermukim di Gawanan, namun
mereka juga berusaha beradaptasi dengan lingkungan di desa Gawanan, sehingga
kehadiran mereka juga dapat diterima baik oleh masyarakat desa Gawanan.
160 Koentjaraningrat, 1974, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, Jakarta: Gramedia, hal.
64
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
195
Sikap kebersamaan dan saling tolong menolong yang terkandung dalam
nilai gotong royong terlihat sangat jelas dalam berbagai kegiatan adat yang masih
dilaksanakan sampai sekarang, seperti rewangan dan besukan orang sakit.
Sebagai masyarakat yang dikatakan sedang mengalami masa transisi,
yaitu peralihan dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern,
masyarakat desa Gawanan sangatlah terbuka dengan kemajuan di berbagai bidang
kehidupan. Misalnya di bidang transportasi, kini masyarakat Gawanan telah
memanfaatkan transportasi modern, seperti sepeda motor dan mobil sebagai alat
transportasi sehari-hari, meskipun masih juga terdapat alat transportasi tradisional
yang dimanfaatkan masyarakat Gawanan, seperti becak, andong dan gerobak.
Selain itu keterbukaan masyarakat Gawanan akan kebutuhan informasi dari dunia
luar kini dapat terpenuhi dengan hadirnya media informasi yang mudah
didapatkan, seperti televisi, radio, surat kabar, dan internet.
Derasnya arus nilai-nilai budaya melalui media massa dapat
menimbulkan perubahan berbagai sikap pada masyarakat di Gawanan yang
mempunyai latar belakang kebudayaan yang berbeda. Disamping mengalami
perubahan-perubahan gaya hidup, desa Gawanan sendiri tidak lepas dari
perubahan pola komunikasi masyarakatnya terutama perubahan dalam hal bahasa.
Masyarakat desa Gawanan yang berlatar belakang adat budaya Jawa dimana
sangat memperhatikan pengucapan bahasanya yang disesuaikan dengan keadaan
orang yang diajak berbicara atau yang sedang dibicarakan berdasarkan usia
maupun status sosialnya. Namun kini para generasi muda telah banyak yang
meninggalkan penggunaan bahasa Jawa terutama praktik penggunaan bahasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
196
Jawa krama halus, bahkan tidak sedikit pula diantara mereka yang sama sekali
tidak dapat menggunakan bahasa Jawan krama halus. Hal ini sangatlah
memprihatinkan, oleh karena itu melestarikan budaya bahas Jawa krama halus,
pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar mengadakan Rabu Jawa, yaitu praktik
penggunaan bahasa Jawa krama halus setiap hari rabu. Para guru dan siswa mulai
dari tingkat TK hingga SLTA, serta segenap karyawan instansi pemerintah, setiap
hari Rabu diharuskan menggunakan bahasa Jawa krama halus. Penggunaan
bahasa Jawa krama halus ini kami laksanakan tanpa pandang bulu. Sehingga
apabila pada hari Rabu Pemerintah Kabupaten kedatangan tamu dari luar daerah
atau malah luar negeri, pelayanannya dengan menggunakan bahasa Jawa.161
Hal
ini telah di terapkan oleh Bupati Karanganyar sejak tahun 2005.
Meskipun kini masyarakat desa Gawanan tengah mengalami masa
transisi dan menuju masyarakat modern, banyak sekali nilai-nilai tradisional yang
mulai luntur dan tergantikan dengan budaya modern. Namun masyarakat desa
Gawanan terutama warga asli Gawanan masih menjunjung tinggi nilai-nilai adat
yang menjadi identitas mereka yaitu nilai kerukunan dan gotong royong, yang
hingga saat ini masih tercermin dalam kegiatan masyarakat seperti gotong royong
dalam berbagai aktivitas, misalnya : membersihkan lingkungan, rewangan dan
besukan orang sakit. Secara umum masyarakat desa Gawanan terbuka terhadap
kemajuan di segala bidang kehidupan, namun masyarakat desa Gawanan masih
tetap memegang nilai-nilai adat dan mereka meyakini bahwa dalam kehidupan
161 Website: http://njowo.multiply.com/reviews/item/10 Diunduh tanggal 7 April 2009 jam 09.25
wib
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
197
bermasyarakat adat budaya dan nilai-nilai yang diwariskan para leluhur berfungsi
sebagai tata kelakuan untuk mengatur tata tertib kehidupan bermasyarakat dan
sebagai pedoman dalam bertingkah laku dengan tujuan agar masyarakat bertindak
secara tertib.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
198
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Pada bab ini akan dikemukakan mengenai kesimpulan dari penelitian ini
secara menyeluruh untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan pada bab
terdahulu. Berdasarkan hal tersebut ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil
dalam penelitian ini.
Pertama, nampak kecenderungan bahwa karakter pola komunikasi yang
terjadi pada ibu rumah tangga di desa Gawanan memiliki ciri komunikasi
antarpribadi yang bersifat informal yaitu lebih tak terduga, tanpa rencana, dan
spontan yang terjadi pada kelompok komunikasi primer. Sedangkan komunikasi
yang terjadi pada kelompok sekunder bersifat formal, regular, dan terencana.
Kedua, pola komunikasi ibu-ibu rumah tangga di desa Gawanan pada kelompok
komunikasi primer cenderung lebih mempengaruhi pertimbangan para ibu rumah
tangga dalam proses pengambilan keputusan, seperti keputusan membeli perabot
rumah tangga, memilih sekolah yang tepat bagi anak, menggunakan produk
kosmetik, dan sebagainya. Ketiga, media massa dan budaya masyarakat
pendatang adalah salah satu faktor yang mendorong masyarakat desa Gawanan
mengalami masa transisi dari tradisional menuju modern.
Sebagai negara berkembang, masyarakat Indonesia memiliki
kecenderungan bersifat transisi, yaitu keadaan masyarakat tradisional yang sedang
beranjak menuju pada kondisi yang lebih modern. Begitu pula yang sedang
198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
199
dialami oleh masyarakat desa Gawanan, keadaan di mana desa mengalami masa
transisi dari tradisional menuju modern. Masa transisi ini ditandai dengan adanya
perubahan-perubahan yang tampak seperti perubahan pakaian/penampilan yang
melambangkan identitas diri, perubahan pola pemukiman dan arsitektur rumah,
perubahan sistem mata pencaharian, alat transportasi yang semakin modern, jalan-
jalan penghubung desa yang telah beraspal dan juga bangunan gedung-gedung
serta perumahan modern.
Namun tidak sepenuhnya masyarakat desa Gawanan meninggalkan pola
kehidupan tradisional mereka. Karena disebagian besar masyarakatnya masih
banyak menggunakan sistem tradisional dalam kelangsungan hidup mereka.
Masih terdapat bangunan-bangunan yang tradisional, seperti bangunan rumah
yang hanya menggunakan kayu, rumah-rumah tradisional yang masih
berlantaikan tanah, rumah yang masih satu atap dengan kandang hewan, dan juga
banyak yang masih setia menggunakan alat transportasi tradisional seperti pedati,
gerobak, becak dan sepeda.
Demikian halnya dengan perubahan masyarakatnya terutama para ibu
rumah tangga di desa Gawanan juga nampak mengalami transisi dalam perannya
sebagai wanita dalam keluarga, yaitu peran tradisi atau domestik mencakup peran
mereka sebagai istri, ibu dan pengelola rumah tangga. Sementara peran transisi
meliputi pengertian mereka sebagai tenaga kerja, anggota masyarakat dan
manusia pembangunan. Pada masyarakat transisi ibu rumah tangga tidak hanya
sebagai konco wingking atau teman kasur, dapur dan sumur, namun wanita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
200
terutama ibu rumah tangga telah menjadi konco samping yang di tandai dengan
ibu rumah tangga kini banyak berpendidikan tinggi dan bekerja di luar rumah.
Para ibu rumah tangga di desa Gawanan terbiasa berkumpul dalam
berbagai kesempatan untuk saling berkomunikasi dan berbagi informasi mengenai
berbagai macam hal dalam kehidupan. Karakter pola komunikasi yang terdapat
pada masyarakat transisi desa Gawanan adalah komunikasi yang bersifat langsung
dan terbuka, yaitu pola komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok
komunikasi, yaitu kelompok primer yang bersifat informal lebih tak terduga,
tanpa rencana, dan spontan serta kelompok sekunder yang lebih bersifat formal,
reguler, dan terencana.
Komunikasi yang terjadi pada kelompok komunikasi primer yang terjadi
pada ibu rumah tangga di desa Gawanan terkesan sifatnya lebih informal, lebih
tak terduga, tanpa rencana, dan spontan seperti misalnya komunikasi yang
dilakukan ibu-ibu rumah tangga pada saat berbelanja sayuran, saat berkumpul
pada sore hari di teras rumah, atau pada saat sedang ada kegiatan gotong royong
seperti rewangan dan besukan orang sakit. Pada kesempatan tersebut para ibu
rumah tangga akan saling berbagi informasi tentang banyak hal, baik yang
menyangkut kehidupan mereka, maupun informasi yang mereka dapatkan dari
media massa. Sedangkan komunikasi yang terjadi pada kelompok sekunder
cenderung lebih bersifat formal, regular, dan terencana, seperti pada saat kegiatan
arisan, pengajian, atau posyandu. Hal-hal yang dibicarakan lebih pada hal-hal
yang bersifat teratur, serta apa yang disampaikan telah direncanakan terlebih
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
201
dahulu sebagai informasi yang diperuntukan kepada seluruh anggota
perkumpulan.
Dalam hal pengambilan keputusan terdapat kesan bahwa pola
komunikasi yang berlangsung dalam kelompok primer lebih mempengaruhi
pertimbangan-pertimbangan para ibu rumah tangga dalam mengambil suatu
keputusan dibandingkan dengan pola komunikasi yang berlangsung dalam
kelompok sekunder.
Komunikasi antarpribadi yang terjadi dalam kelompok primer lebih
memberi pengaruh pada pengambilan keputusan oleh para ibu rumah tangga
dalam menghadapi berbagai macam masalah, baik masalah keluarga ataupun
masalah pribadi. Masalah yang sering dihadapi para ibu rumah tangga adalah
masalah kecantikan, seperti misalnya membeli obat jerawat, awalnya para ibu
rumah tangga mendapatkan informasi dari media massa mengenai produk
tersebut. Namun informasi yang didapatkan dari media massa ini cenderung tidak
langsung mempengaruhi para ibu untuk membeli produk tersebut. Akan tetapi
setelah para ibu mendapatkan informasi tambahan mengenai keunggulan produk
tersebut dari para tetangga atau teman serta menyaksikan sendiri hasil yang
ditawarkan dari produk tersebut apabila ada yang memakainya, maka para ibu
akan lebih percaya untuk memakai dan membeli produk tersebut.
Untuk mengambil keputusan membeli dan menggunakan produk
kosmetik tersebut para ibu rumah tangga cenderung lebih mempercayai informasi
yang di berikan oleh teman atau tetangga pada saat berbagi informasi secara
personal, daripada informasi yang diperoleh dari media massa. Hal ini di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
202
karenakan komunikasi antarpribadi lebih efektif untuk mempengaruhi dalam
mengambil keputusan dibandingkan dengan komunikasi melalui media massa.
Komunikasi antarpribadi bersifat langsung tanpa media, ditujukan pada
orang-orang tertentu dan terjadi interaksi dua arah antara komunikan dan
komunikator sehingga akan ada feedback secara langsung untuk menanggapi
pesan yang disampaikan. Sedangkan komunikasi melalui media massa, bersifat
tidak langsung karena harus melewati media terlebih dahulu, pesan yang
disampaikan bersifat terbuka kepada publik yang tidak terbatas, serta umpan balik
berlangsung satu arah dan tidak ada interaksi antara peserta komunikasi, kalaupun
ada sifatnya tidak langsung.
Masyarakat desa Gawanan merupakan masyarakat transisi yaitu
masyarakat yang sedang mengalami peralihan dari tradisional menuju modern.
Hal ini dikarenakan masuknya budaya baru yang di bawa para pendatang, serta
adanya kemudahan dalam mendapatkan informasi melalui berbagai macam media
massa. Terdapat kesan yang kuat bahwa media massa menjadi sumber utama dari
perubahan masyarakat tradisional menjadi masyarakat modern dengan mengalami
proses transisi terlebih dahulu. Kini masyarakat desa Gawanan lebih terbuka
terhadap berbagai perubahan, serta menerima segala informasi sebagai
pengetahuan yang dapat menunjang kelangsungan hidup mereka. Dari media
massa segala informasi bisa didapatkan sehingga sekarang ini media massa
merupakan sumber utama para masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang
dunia luar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
203
Menjadi lebih maju dalam berbagai sendi kehidupan tidak menjadikan
masyarakat desa Gawanan meninggalkan nilai-nilai yang di wariskan para leluhur
mereka. Meskipun masyarakat desa Gawanan sedang mengalami masa transisi
namun masyarakat desa Gawanan masih memegang nilai gotong royong dan
kerukunan. Hal ini masih tercermin dengan adanya rewangan atau besukan orang
sakit. Dengan adanya nilai gotong royong dan kerukunan dapat menciptakan
suasana desa yang nyaman, damai dan tenang, serta terjalinnya hubungan yang
baik antar warga.
B. Saran
Temuan pada penelitian ini adalah bahwa pola komunikasi ibu-ibu
rumah tangga masyarakat transisi, yaitu masyarakat yang pola kehidupannya
mengalami peralihan dari tradisional menuju modern, sangat dipengaruhi oleh
komunikasi antarpribadi yang terjadi pada kelompok komunikasi baik kelompok
primer maupun kelompok sekunder. Penelitian ini tentunya jauh dari sempurna,
banyak keterbatasan didalamnya, banyak hal yang harus dilihat dan dikaji didalam
penelitian tentang suatu masyarakat salah satunya adalah luasnya kajian dalam
pola komunikasi suatu masyarakat sedangkan peneliti sendirian terbatas pada
pengalaman, jumlah personil dan lama waktu penelitian. Dalam melakukan
penelitian dengan menggunakan metode observasi partisipan lebih baik dilakukan
oleh sekelompok orang atau sebuah tim daripada hanya dilakukan oleh
perorangan. Hal ini berkaitan dengan banyaknya hal yang perlu dilihat
(diobservasi). Penelitian yang dilakukan lebih dari satu orang bisa saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
204
melengkapi baik dalam bentuk data gambar maupun informasi. Mungkin akan
lebih tepat penelitian ini dikaji dengan menggunakan metode etnografi.
Untuk penelitian di masa yang akan datang, khususnya yang ingin
mengembangkan penelitian yang peneliti lakukan ini, maka perlu diadakan
penelitian dengan menggunakan variabel yang berbeda, mengingat ada faktor lain
yang masih sangat kuat, seperti misalnya dalam hal bahasa atau penggunaan
media massa oleh masyarakat transisi di desa Gawanan.