pola komunikasi dalam keluarga (7)
DESCRIPTION
kuliahTRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANGManusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang secara alami
selalu membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain, dan mempunya
dorongan untuk berhubungan dengan manusia lain dan dorongan-
dorongan yang lain seperti rasa ingin tahu dan mengaktualisasi diri, dan
lain sebagainya. Dorongan-dorongan tersebut akan dapat dipenuhi dengan
mengadakan komunikasi dengan sesamanya. Dengan komunikasi,
seseorang dapat menyampaikan informasi, ide pemikiran, pengetahuan,
konsep kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai
penyampai maupun sebagai penerima komunikasi. Dengan komunikasi,
manusia dapat berkembang dan dapat melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Pada dasarnya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pola diartikan
sebagai,bentuk (struktur) yang tetap sedangkan komunikasi merupakan
proses penyampaian dan penerima lambang-lambang yang mengandung
arti, baik yang berupa informasi-informasi, pemikiran-pemikiran dan
pengetahuan. Dengan demikian, pola komunikasi disini dapat dipahami
sebagai pola hubungan antara dua orang atau lebih dalam pengiriman dan
penerimaan pesan dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami.
1.2. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Komunikasi ?
2. Bagaimana pola yang terdapat dalam komunikasi keluarga ?
3. Apakah unsur-unsur yang terdapat dalam komunikasi keluarga?
4. Bagaimana komunikasi fungsional dalam keluarga
5. Apakah perbedaan pengiriman fungsional dan pengirim disfungsional
komunikasi dalam keluarga ? Bagaimana penerima fungsional dan
disfungsional ?
1
6. Bagaimana proses pola-pola fungsional komunikasi dan pola-pola
disfungsional dalam komunikasi keluarga ?
7. Apakah Komunikasi Emosional ?
1.3. TUJUAN PENULISANAgar mahasiswa/I dapat mengatahui proses konsep dasar dalam
komunikasi dan bagaimana berkomunikasi dalam keluarga yang benar.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN KOMUNIKASI
Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris berasal dari
communication, berasal dari kata latin communicatio, dan bersumber dari
kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalahm sama
makna antara pemberi pesan dengan penerima pesan. Jadi, apabila dua
orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan,
maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama terdapat kesamaan
makna mengenai apa yang dipercakapkan.
Menurut Lewis Caroll, Komunikasi merupakan suatu proses
memindahkan, mengoperkan atau menyampaikan sesuatu secara teliti dari
jiwa yang satu kepada jiwa yang lain. Untuk mencapai komunikasi yang
efektif dan efisien tidak semudah seperti yang dibayangkan orang. Banyak
hal-hal yang harus diperhatikan agar pesan atau pernyataan yang
disampaikan kepada orang lain bisa dimengerti serta dipahami.
Komunikasi Keluarga adalah komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang yang mana komunikasi yang pertama kali dialami oleh seorang
individu yang baru lahir adalah keluarga.
2.2. POLA KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
Sehubungan dengan kenyataan bahwa komunikasi tidak dapat
dipisahkan dari aktivitas seseorang, tentu masing-masing memiliki
cara tersendiri dalam berkomunikasi untuk mendapatkan suatu tujuan.
Oleh karena itu, dalam komunikasi dikenal pola-pola tertentu sebagai
manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi. Ada beberapa
buku yang menerangkan beberapa jenis pola komunikasi keluarga
dengan orangtua tunggal diantaranya :
Berdasarkan karakteristik perilaku orangtua dan anak yang
sering muncul dalam keluarga, maka komunikasi yang sering terjadi dalam
3
keluarga adalah berkisar disekitar model Stimulus –Reapons (S-R) model
ABX, dan model interaksional.
1. Model Stimulus-Respons
Merupakan Pola komunikasi yang paling sering terjadi didalam
keluarga. Pola ini menunjukkan pola komunikasi sebagai suatu proses
“aksi-reaksi” yang sangat sederhana. Pola S-R mengasumsikan
bahwa kata-kata verbal (lisan- tulisan), isyarat-isyarat non verbal,
gambar-gambar, dan tindakan-tindakan tertentu akan merangsang
orang lain untuk memberikan respons dengan cara tertentu. Orangtua
tampaknya harus lebih proaktif dan kreaktif untuk memberikan
rangsangan kepada anak, sehingga kepekaan anak atas rangsangan
yang diberikan semakin membaik.
2. Model ABX
Merupakan pola komunikasi lain yang sering terjadi dalam komuniksi
antar keluarga yang dikemukakan oleh Newcomb dari perfektif
psiko-sosial. Newcomb menggambarkan bahwa seseorang (A)
menyampaikan informasi kepada seseorang lainnya (B) mengenai
sesuatu (X), bila A dan B mempunyai sifat positif terhadap satu sama
lain dan terhadap X (orang, gagasan, atau benda) hubungan ini
merupakan simetri. Bila A dan B saling membenci, dan salah satu
menyukai X, sedangkan lainnya tidak, hubungan inijuga merupakan
simetri. Akan tetapi, bila A dan B saling menyukai, namun mereka
tidak sependapat mengenai X, maka hubungan mereka bukan simetris
(Djamarah dalam Mulyana, 2004).
3. Model Interaksional
Model Interaksional berlawanan dengan model S-R. Sementara model
S- R mengasumsikan manusia adalah pasif, sedangkan model
Interaksional menganggap manusia jauh lebih aktif. Komunikasi
digambarkan sebagai pembentukan makna, yaitu penafsiran atas pesan
atau perilaku orang lain oleh para peserta komunikasi. Beberapa
konsep penting yang digunakan adalah diri sendiri dan orang lain,
4
simbol, makna, penafsiran dan tindakan. Interaksi yang terjadi antar
individu tidak sepihak. Antar individu saling aktif, reflektif, dan
kreatif dalam memak dan menafsirkan pesan yang di komunikasikan.
Semakin cepat memberikan pemaknaan dan penafsiran terhadap
pesan yang disampaikan semakin lancar komunikasi. Dalam
komunikasi individu yang satu tidak bisa memaksakan kehendaknya
kepada individu atau kelompok lainnya untuk melakukan pemaknaan
dan penafsiran secara tepat (Djamarah dalam Hutabarat 2009).
2.3. UNSUR-UNSUR KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
Unsur-unsur komunikasi Menurut Liliweri (2007) menjelaskan
bahwa komunikasi sebagai aktifitas memiliki beberapa unsur diantaranya :
a. Pengiriman (sender) atau sumber (resource)
Pengiriman(sender) atau sumber (resource) yaitu individu, kelompok,
atau organisasi yang berperan untuk mengalihkan (transferring)
pesan.
b. Encoding, pengalihan gagasan kedalam pesan.
c. Pesan (message), gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada
orang lain.
d. Saluran (media)
Saluran (media) merupakan tempat dimana sumber menyalurkan
pesan kepada penerima, misalnya melalui gelombang suara, cahaya
atau halaman cetak.
e. Decoding, pengalihan pesan kedalam gagasan
f. Penerima (receiver), individu atau kelompok yang menerima pesan.
g. Umpan balik (feed back), reaksi terhadap pesan.
h. Gangguan (noise), efek internal atau eksternal akibat dari peralihatan
pesan.
i. Bidang pengalaman (field of experience), bidang atau ruang
yang menjadi latar belakang informasi dari pengiriman maupun
penerima.
5
j. Pertukaran makna (shared meaning), bidang atau ruang pertemuan
(tumpang tindih) yang tercipta karena kebersamaan.
k. Konteks, situasi, suasana, atau lingkungan fisik, non fisik
(sosiologos, antropologis, psikologis, politik, ekonomi, dan lain-lain).
2.4. PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
Prinsip-prinsip komuniaksi seperti halnya fungsi dan definisi
komunikasi mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang
dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B.
Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan
Richard E. Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Deddy Mulyana.
Ph.D membuat istilah-istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi.
Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih
jauh dari definisi dan hakekat komunikasi yaitu:
Prinsip 1 : Komunikasi
Komunikasi adalah suatu proses simbolik Komunikasi adalah
sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir
pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan
Prinsip 2
Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi Setiap orang tidak
bebas nilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud
mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain
maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non
verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu
stimulus.
Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi
isi tersebut kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada
diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.Percakapan
diantara dua orang sahabat dan antara dosen dan mahasiswa di kelas
berbeda memiliki dimensi isi yang berbeda.
6
Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat
kesengajaan
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi
mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah artinya tindakan
komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan
atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai
pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak
komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai).
Prinsip 5: Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara
verbal maupun non verbal disesuaikan dengan tempat, dimana
proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu
dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.
Prinsip 6: Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan
komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika
kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima
akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka
orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan
membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses
komunikasi.
Prinsip 7: Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisis internal yang dipengaruhi
oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan.
Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal
internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan
lingkungan dimana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia
melakukan tindakan komunikasi.
Prinsip 8: Semakin mirip latar belakang budaya semakin
efektiflah komunikasi jika dua orang melakukan
7
Komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama,
maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan
yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak
mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang
saling dipertukarkan.
Prinsip 9: komunikasi bersifat nonsekuensial
Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti berlangsung
satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
Prinsip 10: Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan struktural
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuahproses
bahwa komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses
saling member dan menerima informasi di antara pihak-pihak
yang melakukan komunikasi.
Prinsip 11: Komunikasi bersifat irreversibel
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat
mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan
oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik
kembali, jika seseorang sedah berkata menyakiti orang lain,
maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang
lain tersebut.
Prinsip 12: komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan
berbagai masalah
Dalam arti bahwa komunikasi bukan satu-satunya obat mujarab
yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah.
2.5. KOMUNIKASI FUNGSIONAL DALAM KELUARGA
Komunikasi fungsional didefinisikan sebagai pengiriman dan penerimaan
pesan baik isi maupun tingkat instruksi pesan yang langsung dan jelas
(Sells, 1973), serta sebagai keselarasan antara isi dan tingkat instruksi
(Satir, 1983 ; Satir et al.,1991). Dengan kata lain, komunikasi yang sehat
dan fungsional dalam suatu keluarga memerlukan pengirim untuk
8
mengirimkan maksud pesan melalui pesan yang relatif jelas dan penerima
pesan mempunyai pemahaman arti yang sama dengan apa yang
dimaksudkan oleh pengirim (Sells). Pola komunikasi keluarga merupakan
karakteristik, pola interaksi sirkular yang berkesinambungan yang
mennghasilkan arti dari transaksi antara anggota keluarga (Peters, 1974).
Yang terpenting, pola komunikasi melalui interaksi yang dapat memenuhi
kebutuhan afektif keluarga. Komunikasi fungsional terdiri atas :
l. Berkomunikasi secara jelas dan selaras
Keselarasan adalah suatu keadaan dan cara berkomunikasi dengan diri
sendiri dan orang lain (Satir et al, 1991, hlm. 65). Dengan keselarasan,
penerima mampu dengan lebih jelas memahami pesan pengirim,
membuat komunikasi dalam suatu keluarga menjadi lebih sehat.
2. Area Komunikasi yang terbuka dan keterbukaan diri
Keluarga dengan pola komunikasi fungsional menghargai
keterbukaan, saling menghormati perasaan, pikiran, dan kepedulian,
spontanitas, autentik, dan keterbukaan diri. Dengan rasa hormat
terhadap keterbukaan diri, Satir (1972) menegaskan bahwa anggota
keluarga yang saling terus terang dan jujur antara satu dengan yang
lain adalah orang-orang yang merasa yakin untuk mempertaruhkan
interaksi yang berarti dan cenderung untuk menghargai keterbukaan
diri.
3. Hierarkri kekuasaan dan peraturan keluarga
Sistem keluarga yang berlandaskan pada hierarki kekuaasaan dan
komunikasi mengandung “komando atau perintah” secara umum
mengalir ke bawah dalam jaringan komunikasi keluarga. Komunikasi
kekuasaan mengandung karakteristik yang tampak jelas. Komunikasi
ini adalah jenis pesan-komando, yang secara spesifik menekankan
tindakan yang harus dilakukan oleh penerima pesan (Miller, 1969).
4. Konflik dan Resolusi konflik keluarga
Konflik adalah bentuk vital dari interaksi sosial. Fungsi konflik untuk
memelihara komunikasi dan interaksi keluarga dalam beberapa cara
9
penting. Resolusi konflik merupakan tugas interaksi yang vital dalam
suatu keluarga (Sabatelli & Chadwick, 2000). Resolusi yang
fungsional terjadi apabila konflik tersebut dibahas secara terbuka dan
strategi diterapkan untuk menyelesaikan konflik atau ketika orang tua
secara tepat menggunakan kewenangan mereka untuk menyelesaikan
konflik.
2.6. PENGIRIM FUNGSIONAL DAN PENGIRIM DISFUNGSIONAL
KOMUNIKASI DALAM KELUARGA
A. Pengirim Fungsional Komunikasi dalam keluarga
Satir (1967) menyatakan bahwa pengirim yang berkomunikasi secara
fungsional dapat dibedakan atas :
Menyatakan maksudnya dengan tegas dan jelas
Landasan untuk secara tegas menyatakan maksud seseorang adalah
penggunaan komunikasi yang selaras pada tingkat isi dan instruksi
(Satir, 1975). Contohnya : pada kasus orang yang sedang marah,
akan menunjukkan pesan literal konsisten dengan nada suara, posisi
dan sikap tubuhnya.
Mengklarifikasi dan mengualifikasi apa yang ia katakana
Karakteristik penting kedua adalah klarifikasi dan kualifikasi. Hal ini
memungkinkan pengirim untuk lebih spesifik dan memastikan
persepsinya terhadap kenyataan dengan persepsi orang lain.
Meminta umpan balik
Unsur ketiga ini ialah meminta umpan balik, yang memungkinkan
seseorang untuk memverifikasi apakah pesan diterima secara akurat,
dan memungkinkan pengirim untuk mendapatkan informasi yang
diperlukan untuk mengklarifikasi maksud.
Terbuka terhadap umpan balik
Pengirim yang terbuka terhadap umpan balik akan menunjukkan
kesediaan untuk mendengarkan, bereaksi tanpadefensif, dan
mencoba untuk memahami. Jadi, dengan meminta kritik yang lebih
10
spesifik atau pernyataan “memastikan”, pengirim menunjukkan
penerimaannya dan minatnya terhadap umpan balik.
B. Pengirim Disfungsional Komunikasi dalam KeluargaKomunikasi dari seseorang pengirim yang disfungsional sering
kali tidak efektif, komunikasi dari seseorang pengirim yang disfungsional
bersifat defensive secara pasif maupun aktif sering kali menghapuskan
kemungkinan untuk mencari umpan balik yang jelas. Komunikasi yang
tidak jelas dari pengirim terdiri dari lima komponen, yaitu asumsi-asumsi,
ungkapan perasaan yang tidak jelas, ekspresi yang menghakimi,
ketidakmampuan mendefinisikan kebutuhan-kebutuhan, komunikasi yang
tidak cocok.
Jika penerimanya tidak berfungsi maka akan terjadi kegagalan komunikasi
karena pesan tidak di terima sebagaimana di harapkan. Mengingat
kegagalan penerima mendengar, menggunakan diskualkifikasi, member
respon secara efensif, gagal menggali pesan pengirim, gagal menvalidasi
pesan.
2.7. PENERIMA FUNGSIONAL DAN DISFUNGSIONAL
A. Penerima Fungsional
Menurut Anderson (1972), penerima fungsional mencoba untuk
memahami pesan secara penuh sebelum mengevaluasi. Ini berarti
bahwa terdapat analisis motivasi dan metakomunikasi, serta isi.
Informasi baru, diperiksa yang sudah ada, dan keputusan untuk
bertindak secara seksama dipertimbangkan. Mendengarkan secara
efektif, memberi umpan balik dan memvalidasi tiga teknik komunikasi
yang memungkinkan penerima untuk memahami dan merespon pesan
pengirim sepenuhnya. Dalam menerima fungsional , penerima harus :
Mendengarkan
Mendengarkan secara efektif berarti memfokuskan perhatian penuh
pada seseorang terhadap apa yang sedang dikomunikasikannya dan
menutup semua hal yang akan merusak pesan. Penerima secara
memerhatikan pesan lengkap dari pengirim bukan menyalahartikan arti
11
dari suatu pesan. Mengajukan pertanyaan merupakan bagian terpenting
dari mendengarkan aktif (Gottman, Notarius, Gonso, & Markman,
1977). Mendengarkan secara aktif berarti menjadi empati, berfikir
tentang kebutuhan, dan keinginan orang lain, serta menghindarkan
terjadinya gangguan alur komunikasi pengirim.
Memberikan Umpan Balik
Umpan balik juga dapat melalui suatu proses keterkaitan yaitu
penerima membuat suatu hubungan antara pengalaman pribadi
terdahulu (Gottman et.al., 1877) atau kejadian terkait dengan
komunikasi pengirim. Melakukan parafrase dan memeriksa persepsi
adalah bentuk lain dari umpan balik dan dapat dicapai dengan bertanya
atau membuat pernyataan rangkuman pesan pengirim (Gottman,
et.al.,1977).
Memberikan Validasi
Dalam penggunaan validasi, penerima menyampaikan pemahamannya
terhadap pemikiran dan perasaan pengirim. Validasi tidak berarti
penerima setuju dengan pesan yang dikomunikasikan pengirim, tetapi
menunjukkan penerimaan atau pesan tersebut berharga (Gottman,
et.al.,1977).
B. Penerima Disfungsional
Jika penerimanya tidak berfungsi maka akan terjadi kegagalan
komunikasi karena pesan tidak di terima sebagaimana di harapkan.
Mengingat kegagalan penerima mendengar, menggunakan
diskualkifikasi, member respon secara efensif, gagal menggali pesan
pengirim, gagal menvalidasi pesan.
Pengirim PenerimaMenyatakan maksud dengan jelas Mendengarkan secara aktif dan efektifMengklarifikasi dan mengualifikasi pesan
Memberikan umpan balik
Meminta umpan balik Memvalidasi nilai dan kesetaran pesanTerbuka terhadap umpan balik
Table : Proses Komunikasi Fungsional yang Spesifik
12
2.8. POLA-POLA FUNGSIONAL KOMUNIKASI dan POLA-POLA
DISFUNGSIONAL KOMUNIKASI
A. Pola-pola Fungsional komunikasi
Curran (1983) dalam friedman adalah orang yang mempelajari secara
ekstensif dan menggambarkan keluarga sehat ia menulis bahwa ciri
pertama dari keluarga sehat adalah komunikasi yang jelas dan
kemampuan mendengar satu sama lain. Komunikasi sangat penting
bagi kedekatan hubungan agar berkembang dan terpelihara.
Kemampuan anggota keluarga untuk mengenal dan memberi
respons terhadap peran-peran non verbal. Diidentifikasikan sebagai
suatu atribut penting keluarga sehat.
B. Pola-pola Disfungsional Komunikasi
Berbeda dengan pola komunikasi disfungsional didefenisikan
sebagai pengirim (transmisi) dan penerima isi dan perintah dari
pesan yang tidak jelas/tidak langsung atau ketidak- sepadanan antara
tingkat isi dan perintah dari pesan. Aspek tidak langsung dari
komunikasi disfungsional menunjuk kepada pesan-pesan menuju
sasaran yang tepat (langsung) atau dibelokkan dan menuju orang lain
dalam keluarga (tidak langsung). Jika penerimanya tidak berfungsi
(disfungsional), maka akan terjadi kegagalan penerima mendengar,
menggunakan diskualifikasi, memberikan respons yang tidak
sesuai,gagal menggali pesan pengirim, gagal menvalidasi pesan.
Faktor-faktor yang melahirkan pola-pola komunikasi yang
tidak berfungsi (disfungsional) adalah :
Harga diri yang rendah dari keluarga maupun anggota,
khususnya orangtua. Tiga nilai terkait yang terus menerus
menghidupkan harga diri rendah adalah pemusatan pada diri
sendiri , perlunya persetujuan total, dan kurangnya empati.
Pemusatan pada diri sendiri dicirikan oleh memfokuskan
pada kebutuhan sendiri, mengesampingkan kebutuhan,
perasaan dan perfektif orang lain.
13
Kurangnya empati, keluarga yang berpusat pada diri sendiri
dan tidak dapat mentoleransi perbedaan juga tidak dapat
mengenal efek dari pikiran perasaan dan perilaku mereka sendiri
terhadap anggota keluarga yang lain, dan juga mereka tidak
dapat memahami pikiran, perasaan dan perilaku dari anggota
keluarga lain. Mereka begitu menghabiskan waktu hanya
untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri sehingga mereka
tidak mempunyai kemapuan untuk menjadi empatis.
Ekspresi perasaan tak jelas, dari komunikasi disfungsional
yang dilakukan oleh pengirim adalah pengungkapan perasaan
yang tidak jelas karena takut ditolak, pengungkapan perasaan
dari pengirim harus diluar kebiasaan atau diungkapkan
dengan suatu cara yang tidak jelas sehingga perasaan tersebut
tidak dapat diketahui.
Kemarahan terpendam, ungkapan perasaan yang tidak
jelas, pengirim merasa marah dengan penerima tetapi
ia tidak mengungkapkan marahnya secara jelas dan
bias saja ia melampiaskannya kepada orang lain atau barang.
Ekspresi menghakimi, pernyataan menghakimi selalu
membawa kesan penilaian moral dimana jelas bagi penerima
bahwa pengirim sedang mengevaluasi nilai dari pesan orang
lain.
Ketidakmampuan mengungkapkan kebutuhan, pengirim yang
disfungsional tidak hanya dapat mengungkapkan kebutuhannya,
tapi karena takut ditolak, maka ia tidak mampu mendefenisikan
prilaku yang ia harapkan dari penerima untuk memenuhi
kebutuhan- kebutuhan tersebut.
Penerima disfungsional, jika penerima tidak berfungsi maka
akan terjadi kegagalan komunikasi karena pesantidak
diterima sebagai mana diharapkan, mengingat kegagalan
penerima mendengar.
14
2.9. Komunikasi Emosional
Komunikasi emosional berkenaan dengan ekspresi emosi atau perasaan-
dari ekspresi marah, terluka, sedih, dan cemburu hingga bahagia, kasih
sayang dan kemesraan (Wright & Leahey, 2000).Ekspresi emosional (oleh
orang tua dan anak-anak) pda satu studi terkini menegaskan dampak
positif bahwa keterbukaan emosional terletak pada kompetensi sosial
anak-anak (Boyum & Parke, 1995).Komunikasi afektif pesan verbal dan
nonverbal dari caring, sikap fisik sentuhan, belaian, menggandeng dan
memandang sangat penting.
15
BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Komunikasi Keluarga adalah komunikasi yang dilakukan oleh
seseorang yang mana komunikasi yang pertama kali dialami oleh seorang
individu yang baru lahir adalah keluarga.
Dalam komunikas keluargai terdapat pola dalam komunikasi yang bertujuan
sebagai manifestasi perilaku manusia dalam berkomunikasi. Unsur-unsur
dalam komunikasi keluarga terdiri atas pengiriman , pesan , media , dan
penerima pesan . Prinsip-prinsip dalam komunikasi keluarga terdiri atas 12
tahap prinsip komunikasi dalam keluarga yang mana saling
berkesinambungan satu sama yang lainnya .
Komunikasi fungsional Komunikasi fungsional didefinisikan
sebagai pengiriman dan penerimaan pesan baik isi maupun tingkat instruksi
pesan yang langsung dan jelas (Sells, 1973). Dalam pengiriman dan
penerimaan komunikasi dalam keluarga dibedakan atas dua jenis yaitu :
Pengiriman fungsional dan disfungsional serta penerimaan fungsional dan
pengiriman disfungsional
16
DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, A. W. 1997. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat . Jakarta:
Bumi Aksara
Anonim, Komunikasi. Universitas Sumatera .
Liliweri, Alo. (1997). Komunikasi Antarpribadi. Bandung : PT.Citra
Aditya Bakti
https://kurmakurma.files.wordpress.com/2010/04/prinsip-prinsip
komunikasi.pdf ( di unduh pada tanggal : 23-3-2015 )
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14301/3/09E02264.pdf.txt (
di unduh pada tanggal : 23-3-2015 )
http://digilib.unimus.ac.id/download.php?id=1018pdf ( di unduh pada
tanggal : 23-3-2015 )
https://id.scribd.com/doc/208689755/5-5-Proses-Komunikasi-Fungsional-
Dalam-Keluarga (Ratna Ning Hanum) ( di unduh pada tanggal : 23-3-2015 )
17