pola hubungan keluarga di lingkungan prostitusi...
TRANSCRIPT
i
POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
M. Arif Maulana
21114041
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
iii
POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
M. Arif Maulana
21114041
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
2018
iv
Drs. Badwan, M.Ag
Dosen IAIN Salatiga
PENGESAHAN PEMBIMBING Lamp : 4 (empat) eksemplar
Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
KepadaYth.
Dekan Fakultas Syariah IAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah
skripsi mahasiswa:
Nama : M. Arif Maulana
NIM : 21114041
Judul : POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi
Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga
Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang
munaqosyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan
sebagaimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 9 Agustus 2018
Pembimbing,
Drs. Badwan, M.Ag
NIP. 195612021980031005
v
PENGESAHAN
Skripsi Berjudul:
POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)
Oleh:
M. Arif Maulana
NIM 21114041
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum
Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada
tanggal 21 Agustus 20186dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh
gelar Sarjana Hukum (SH).
Dewan Sidang Munaqosyah:
Ketua Penguji : Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
Sekretaris Penguji : Drs. Badwan, M.Ag.
Penguji I : Muh. Hafidz, M.Ag.
Penguji II : M. Yusuf Khummaini, M.H.
Salatiga, 21 Agustus 2018
Dekan Fakultas Syariah IAIN
Salatiga,
Dr. Siti Zumrotun, M.Ag
NIP. 19670115 199803 2 002
KEMENTERIAN AGAMA RI
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS SYRI’AH Jl. Nakula Sadewa V No. 9Telp (0298) 3419400 Fax. 323423Salatiga5022
Website:www.iainsalatiga.ac.id Email:[email protected]
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : M. Arif Maulana
NIM : 21114041
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syariah
Judul : POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi
Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga)
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 9 Agustus 2018
Yang menyatakan,
M. Arif Maulana
NIM: 21114014
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Kebahagiaan terletak pada kemenangan memerangi hawa
nafsu dan menahan kehendak yang berlebih-lebihan”
( Imam Ghozali)
“Jadilah diri sendiri walaupun drajat yang engkau
inspirasikan sangatlah tinggi, karena itulah engkau dapat
mensyukuri nikmat yang diberikan Tuhanmu"
( M Arif Maulana)
viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk :
Kepada almarhum ayahanda dan ibunda, (Alm) Bp Totok S dan Ibu Siti
Zubaidah yang telah menjadi insipirator, selalu mendukung dan mendoakan
saya disetiap waktu.
Bapak Drs. Badwan M,Ag selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
membantu dengan penuh kesabaran membimbing saya menyelesaikan skripsi
dari awal hingga akhir.
Kakak yang saya sayangi, M Sahid Abdul Syukur yang telah percaya kepada
saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
Kerabat- kerabat saya Bp Affifudin, Bp Sya‟roni yang selalu memberikan
semangat dalam kehidupan.
Sahabat-sahabat saya Rendy W, Luqman H, Anissa Sabila, Fatimah yang
selalu memberikan semangat tanpa henti dalam suka maupun duka.
Seluruh teman-teman saya Jurusan Hukum Keluarga Islam angkatan 2014
yang saling menyemangati dalam perjuangan kalian dari awal hingga akhir.
ix
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap Alhamdulillahi robbil‟aalamin, segala puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah meridhoi dan melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi
dengan judul “POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Dusun
Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)” ini diajukan
untuk memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Hukum pada Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang
tiada taranya kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Siti Zumrotun M. Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.
3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I. M.Si., selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.
4. Bapak Drs. Badwan, M. Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
5. Bapak Ibu Dosen Syariah IAIN Salatiga.
6. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku.
Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya
memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan
mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal „aalamiin.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya,
x
untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna
kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat
bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya.
Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.
Salatiga, 9 Agustus 2018
Penulis
xi
ABSTRAK
Maulana, M. Arif. 2018. “Pola Hubungan Keluarga di Lingkungan Prostitusi Dalam
Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga)”. Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam.
Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing:
Drs. Badwan, M.Ag.
Kata Kunci: Hubungan, Keluarga, Suami Istri, Lingkungan dan Prostitusi.
Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai
ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Ikatan
pernikahan bukan saja ikatan perdata, tetapi ikatan lahir batin antara seorang suami
dengan seorang istri. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pola
hubungan suami istri dalam keluarga di lingkungan prostitusi yang ada di Dusun
Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga. Pertanyaan utama
yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: Bagaimana upaya menjaga
keharmonisan keluarga di lingkungan prostitusi?; Bagimana pola hubungan keluarga
di lingkungan prostitusi?; Dan bagaimana penerapan gak dan kewajiban suami isteri
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan
metode penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan sosiologis. Penelitian
kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
dan lain-lain. Adapun pendekatan sosiologis adalah melakukan penyelidikan dengan
cara melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial, politik dan budaya untuk
memahami hukum yang berlaku di masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, upaya menjaga keharmonisan
keluarga di lingkungan prostitusi Sarirejo bermacam-macam, diantaranya saling setia,
saling menjaga kepercayaan, saling menghormati antara suami isteri, family time, dan
menjaga penampilan agar selalu menarik di hadapan pasangan. Adapun pola
hubungan keluarga dibagi menjadi empat, yaitu pola hubungan suami isteri, pola
hubungan orang tua-anak, pola hubungan saudara dan pola hubungan masyarakat.
Dari keempat pola hubungan tersebut, hanya pola hubungan saudara yang tidak
terjadi, karena dari seluruh narasumber yang penulis wawancarai, semua saudaranya
berada di luar kota. Sedangkan hak dan kewajiban suami isteri sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tidak seluruhnya
diterapkan, karena masyarakat Dusun Sarirejo tidak tahu secara pasti tentang hak dan
kewajiban suami isteri tersebut. Yang mereka tahu adalah suami wajib menafkahi
isterinya baik lahir maupun bathin, isteri harus patuh pada suami dan isteri
membereskan pekerjaan rumah.
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO ............................................................................................ ii
JUDUL ..................................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................................. vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vii
KATA PENGANTAR ............................................................................................. viii
ABSTRAK ............................................................................................................... x
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 5
E. Penegasan Istilah ............................................................................ 5
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 6
G. Metode Penelitian........................................................................... 12
H. Sistematika Penulisan .................................................................... 16
BAB II KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM
A. Keluarga ......................................................................................... 17
a. Pengertian Keluarga ................................................................. 17
b. Fungsi Keluarga ....................................................................... 18
c. Peranan Keluarga ..................................................................... 23
d. Tugas Keluarga ........................................................................ 24
xiii
e. Bentuk Keluarga....................................................................... 24
B. Masyarakat ..................................................................................... 29
a. Pengertian Masyarakat ............................................................. 29
b. Unsur-Unsur Masyarakat ......................................................... 31
c. Ciri-Ciri Masyarakat ................................................................ 32
d. Tugas Manusia Sebagai Anggota Masyarakat ......................... 34
C. Hak dan Kewajiban Keluarga ........................................................ 36
a. Menurut Hukum Positif ........................................................... 36
b. Menurut Hukum Islam ............................................................. 47
BAB III KELUARGA DALAM LINGKUNGAN PROSTITUSI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 50
a. Keadaan Geografis ................................................................... 50
b. Keadaan Demografis ................................................................ 51
c. Sejarah Wisata Karaoke Sarirejo ............................................. 57
B. Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarga di Lingkungan
Prostitusi ......................................................................................... 58
C. Pola Hubungan Keluarga Dalam Lingkungan Prostitusi ............... 63
D. Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974........................................................ 72
BAB IV ANALISIS POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Analisis Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarga di Lingkungan
Prostitusi ......................................................................................... 74
B. Analisis Pola Hubungan Keluarga Dalam Lingkungan Prostitusi . 79
C. Analisis Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Isteri Dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 ......................................... 85
xiv
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 89
B. Saran ............................................................................................... 90
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia makhluk paling sempurna. Hal tersebut merupakan yang
sangat nyata dikarenakan manusia diciptakan memiliki akal pikiran
dibandingkan dengan ciptaan Allah yang lainnya. Karena itu manusia hidup
memiliki aturan yang mengikat dan pada sisi lain tidak dapat hidup sendiri.
Dalam teori ilmu pengetahuan sosial manusia sering disebut sebagai mahluk
sosial.
Sebagai mahluk sosial, manusia sangat membutuhkan orang lain dan
saling hidup berdampingan dengan ketergantungan antara individu yang satu
dengan yang lainnya. Maka dalam sebuah golongan atau kelompok sebuah
aturan yang mengikat, baik aturan agama maupun hukum adat/kebiasaan, agar
menyelaraskan kepentingan mereka. Manusia diciptakan berpasangan agar
saling melengkapi antara yang satu dengan yang lain. Firman Allah dalam
QS. Al Hujurat ayat 13:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang
laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-
2
bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Semua yang diciptakan di dunia ini berpasang-pasang. Bahwa semua
yang diciptakan oleh Allah SWT memerlukan berkembang biak untuk
melestarikan keturunan, baik dari tumbuhan, mahluk astral, hewan dan
manusia, semua diciptakan dengan berpasang-pasangan yang membedakan
manusia dengan mahluk lainnya yaitu aturan yang telah tertuang dalam
sebuah Al-Qur‟an ataupun Hadits, termasuk aturan untuk melestarikan
keturunan, yaitu ketentuan tentang perkawinan atau pernikahan.
Pernikahan adalah suatu proses yang menggabungkan dua insan untuk
menjadi satu antara laki-laki dengan perempuan, dalam sebuah ikatan batin
dengan tujuan membentuk keluarga baru yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
Ikatan pernikahan merupakan ikatan suci yang berdasarkan nilai-nilai
ketuhanan untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah. Ikatan
pernikahan bukan saja ikatan perdata, tetapi ikatan lahir batin antara seorang
suami dengan seorang istri. Pernikahan tidak lagi hanya sebagai hubungan
jasmani tetapi juga merupakan hubungan batin. Ikatan yang didasarkan pada
hubungan jasmani itu berdampak pada masa yang pendek sedangkan ikatan
lahir batin itu lebih jauh. Dimensi masa dalam ini diekspesitkan dengan tujuan
3
sebuah perkawinan yakni untuk membangun sebuah keluarga bahagia dan
kekal berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa.1
Perkawinan merupakan salah satu ibadah. Bukan hanya proses untuk
menjadikan manyalurkan hasrat biologis manusia tetapi juga untuk
menyambung keturunan dalam sebuah naungan rumah tangga yang sakinah.
Setiap manusia yang sudah mencapai umur dan memiliki kesiapan lahir batin
maka diharuskan untuk menentukan sebuah pilihan untuk mengakhiri masa
lajangnya. Menurut agama Islam, menikah adalah menyempurnakan agama,
oleh karena itu barang siapa yang menuju kepada suatu pernikahan, maka ia
telah berusaha menyempurnakan agamanya, dan berarti dia pula telah
berjuang untuk kesejahteraan masyarakat. Membentuk telaksananya suatu
pernikahan, demikian pula merupakan ibadah yang tidak ternilai pahalanya.
Dalam kosa kata Al-Qur‟an, kebahagiaan disebut sakinah, yang secara
harfiah dapat diartikan dengan tenang atau tentram. Keluarga sakinah berarti
dambaan setiap orang yang hidup berumah tangga. Yaitu rumah tangga yang
damai dan bahagia.2 Tetapi berbeda halnya dengan keluarga yang ada di
lingkup prostitusi Sarirejo dimana gangguan seorang suami sangat nyata
karena banyaknya wanita yang mengumbar auratnya dan menjajakan diri.
Situasi seperti itu biasanya menjadikan sebuah keluarga tidak sakinah.
1 Amir Nuruddin dan Azari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia: Studi Kritis
Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1 tahun 1974 sampai KHI. Kencana, Jakarta, 2004,
hlm.46. 2Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia Balai Pustaka, Jakarta. Hal 10.
4
Dalam kasus seperti ini yang menjadikan beban batin adalah isteri
dikarenakan banyaknya wanita yang selalu membuka aurat yang dapat
mengganggu keimanan bagi setiap suami. Maka penulis tertarik untuk
meneliti dan membuat karya ilmiah dalam bentuk skripsi yang berjudul Pola
Hubungan Keluarga di Lingkungan Porstitusi Dalam Perspektif Hukum Islam
(Studi Kasus Di Dusun Sarirejo Desa Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota
Salatiga).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana upaya menjaga keharmonisan keluarga di lingkungan
prostitusi?
2. Bagaimana pola hubungan keluarga di lingkungan prostitusi?
3. Bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri di lingkungan
prostitusi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui upaya menjaga keluarga tetap harmonis.
2. Untuk mengetahui bagaimana pola hubungan keluarga di lingkungan
prostitusi.
3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami isteri
di lingkungan prostitusi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974
Tentang Perkawinan.
5
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoriritik untuk memberikan penjelasan teori hukum Islam dan
Sosiologi tentang masalah keluarga yang diteliti, jika pada nantinya
muncul masalah yang sama.
2. Manfaat praktis untuk memperkaya wacana keilmuan, khususnya dalam
bidang hukum Islam dan juga menambah bahan pustaka bagi Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Manfaat untuk masyarakat umum yaitu memberikan pengetahuan bagi
masyarakat yang kurang mengetahui tentang pola hubungan keluarga di
lingkungan prostitusi, agar masyarakat dapat mencegah terjadinya
kerusakan hubungan keluarga dari penelitian ini.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam penelitian ini,
maka perlu penulis kemukakan pengertian istilah-istilah yang ada dalam judul
skripsi ini, yakni sebagai berikut:
1. Pola yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah kerangka berpikir.
2. Hubungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ikatan atau
pertalian.
3. Keluarga merupakan unit terkecil yang ada dalam masyarakat yang terdiri
atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat di bawah suatu atap dan saling berinteraksi satu sama lain
dalam keadaan saling ketergantungan
6
4. Lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk di
dalamnya.
5. Prostitusi adalah pertukaran hubungan seksual dengan uang atau hadiah
sebagai suatu transaksi perdagangan (pelacuran).
6. Hukum Islam adalah ketentuan perintah dari Allah baik yang wajib,
haram, maupun yang mubah yang bersumber dari Al-Qur‟an dan hadits.
F. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang pola hubungan suami isteri dalam lingkungan
prostitusi ini berpotensi mempunyai kesamaan dengan penelitian-penelitian
yang pernah ada sebelumnya. Maka dari itu, penulis akan memaparkan
gambaran umum tentang penelitian-penelitian pola hubungan suami isteri
dalam lingkungan prostitusi yang sebelumnya. Adapun tujuan dari pemaparan
tersebut adalah untuk menghindari penelitian ulang yang sama persis,
sehingga penelitian kali ini benar-benar beda dari penelitian yang pernah
dilakukan orang lain.
Adapun penelitian-penelitian yang pernah ada sebelumnya tentang
pola hubungan suami isteri dalam lingkungan prostitusi adalah sebagai
berikut:
1. Skripsi karya Irfanudin Arif dengan judul Problematiaka Rumah Tangga
Istri Berprofesi Sebagai Pekerja Seks Komersial (Psk) Dalam Memenuhi
Hak Dan Kewajibannya (Studi Kasus di Kota Banjarmasin). Dalam
penelitian tersebut terdapat 3 rumusan masalah, yaitu:
7
1) Bagaimana gambaran problematika kehidupan rumah tangga Istri
Berprofesi sebagai pekerja seks komersial (PSK) dalam memenuhi hak
dan kewajiban suamiistri (studi kasus di Kota Banjarmasin)?
2) Apa yang menjadi latar belakang dan akibat sehinggamau menjadi
pekerja seks komersial (PSK) (studi kasus di Kota Banjarmasin)?
3) Bagaimana tinjauan hukum Islam mengenai problematika kehidupan
rumah tangga pekerja seks komersial (PSK) dalam memenuhi hak dan
kewajiban suamiistri (studi kasus di Kota Banjarmasin)?
Adapun hasil penelitianya yaitu:
1) Pada informan pertama, suami informan tidak memberikan nafkah.
Sedangkan pada informan kedua, suami informan tidak mengetahui
bahwa informan menjalani pekerjaan sebagai pekerja seks komersial
(PSK) lagi setelah menikah dengan suami, tetapi informan tetap
mengeluti pekerjaan tersebut untuk memenuhi gaya hidup mewah yang
sudah biasa dijalani.
2) Masalah ekonomi yang menjadi alasan utama yang melatarbelakangi
para informan menjadi pekerja seks komersial (PSK).
3) Alasan yang diungkapkan para informan seperti faktor ekonomi, sakit
hati dan lingkungan yang menyebabkan para informan menjadi pekerja
seks komersial (PSK), tidak bisa merubah hukum keharaman zina.
8
2. Skripsi karya Lufiarna dengan judul Kehidupan Sosial Dan Spiritual
Wanita Tunasusila (Studi kasus di PSKW “mulya jaya” Jakarta). Dalam
penelitian ini terdapat 2 rumusan masalah, yaitu:
1) Bagaimana kehidupan social wanita tuna susila di PSKW mulya jaya
Jakarta?
2) Bagaimna kehidupan spiritual wanita tuna susila di PSKW mulya jaya
Jakarta?
Adapun hasil penelitianya yaitu:
1) Dari kedau informan sama-sama memiliki toleransi yang baik dalam
keluarga maupun linkungan PSKW.
2) Kehidupan spiritual tempat tinggalnya taat menjalankan shalat dan
ibadah lainya. kedauanya lebih rajin beribadah karena saat jadi wanita
tuna susila di linkungan.
3. Skripsi karya Muhammad Arifudin dengan judul Dinamika Keluarga Tuna
Susila Perspektif Psikologi, Sosiologi, Dan Hukum (Studi kasus 3
keluarga di Dukuh Sarirejo Kelurahan Siderejo lor, Kecamatan Sidorejo,
Kota Salatiga). Dalam penelitian ini terdapat 4 rumusan masalah, yaitu:
1) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi Wanita
Tuna Susila (WTS)?
2) Bagaimana bentuk keluarga Wanita Tuna Susila (WTS)??
3) Bagaimana Wanita Tuna Susila (WTS) mengelola rumah tangganya?
4) Apa dampak psikologi, sosiaologi dan hukum Wanita Tuna Susila
9
(WTS) terhadap keluarganya?
Adapun hasil penelitiannya yaitu:
1) Faktor ekonomi menjadi sebab utama seorang wanita memilih menjadi
seorang PSK, hal tersebut dipengaruhi oleh keadaan keluarga yang
berantakan. Selain faktor ekonomi, faktor lainnya yaitu tidak adanya
pengetahuan tentang Keagamaan dan juga lingkungan social yang
mengakibatkan pergaulan bebas.
2) Bentuk keluarga para Wanita Tuna Susila (WTS) adalah Nuclear
Family (Keluarga Inti). Dimana suatu keluarga tinggal dalam satu
rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu ikatan
perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
3) Cara Wanita Tuna Susila mengelola rumah tangganya:
a) Ekonomi
Penghasilkan Wanita Tuna Susila tergolong sangat tinggi.
Honor yang didapat untuk satu jam menemani berkarauke bisa
50.000-100.000 per jamnya, Jika sampai ML (Making Love)
sekali main bisa 200.000-500.000. Namun para PSK ini tentunya
memiliki kebutuhan pribadi. Setiap hari harus bersolek dan
berhias untuk menggait pelanggan. Selain untuk diri sendiri,
penghasilan dari honor tersebut digunakan untuk membiayai anak-
anaknya dan juga keluarga. Selain memang untuk kebutuhan
pokok, penghasilan ini juga di tabung.
10
b) Anak
Pendidikan bagi anak itu sangat penting, demikian pula
pendapat yang disampaikan oleh PSK yang bernama YN.
Seburuk-buruknya orang tua pasti menginginkan anaknya tidak
mengikuti dirinya dan berharap jadi anak yang soleh sholehah.
Dari keterangan yang didapat penulis dapat disimpulkan bahwa
walaupun dirinya (PSK) hanya lulusan Sekolah Menengah
Pertama (SMP) anak-anaknya sudah melebihinya. Ada yang sudah
SMA, Kuliah dann juga ada yang di Pondok Pesantren. Hal ini
menunjukkan bahwa PSK sangat memperhatikan pendidikan
anaknya.
c) Suami
Dari ketiga PSK, kedua PSK sudah berpisah dengan
suaminya dan yang satunya masih bersama namun saat ini
suaminya bekerja di perantauan. Kebanyakan memang para PSK
ini menyembunyikan bahwa suami ataupun keluarganya tidak
mengetahui bahwa dia bekerja sebagai PSK. Hal tersebut
dirahasiakan
4) Dampak Pekerjaan Seks Komersial
a) Dampak psikologi
Ada dua dampak psikologi yaitu berkenaan dengan perasaan dan
juga pikiran, secara pikiran PSK merasa tidak percaya diri dan
11
secara perasaan PSK selalu merasa was-was. Secar umu PSK
cenderung menutup diri.
b) Dampak sosiologi
Sanksi sosial masyarakat tentunya adalah suatu yang wajar bagi
pelaku PSK, hal ini menjadi resiko dan juga dampak dari
pekerjaan ini.
c) Dampak hukum
Berkenaan dengan PSK dampak hukum yang timbul akibat dari
pekerjaan ini adalah dampak hukum secara agama dan juga
hukum negara. Secara agama pekerjaan ini tergolong dalam hal
perzinaan, dimana hal ini jelas dilarang sesuai dalam al qur‟an
surat annur ayat 24. Secara hukum negara yang berlaku di
Indonesia diatur dalam KUHP pasal 284, 287 dan 288.
Dari beberapa skripsi yang telah Penulis paparkan di atas, terdapat
perbedaan dengan skripsi yang penulis kerjakan. Adapaun perbedaan
tersebut terletak pada rumusan masalah, yaitu: Bagaimana cara menjaga
keharmonisan keluarga dilingkungan prostitusi?; Bagaimana pola
hubungan keluarga di lingkungan prostitusi?; Bagaimana penerapan hak
dan kewajiban suami isteri di lingkungan prostitusi dalam Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan? Dan Apa pandangan
ulama tentang fenomena ini?
12
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan
Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan metode
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-
lain. Penelitian kualitatif digunakan oleh peneliti bermaksud meneliti
sesuatu secara mendalam.3
Adapun pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan
sosiologis dan pendekatan yuridis normatif. Pendekatan sosiologis adalah
melakukan penyelidikan dengan cara melihat fenomena masyarakat atau
peristiwa sosial, politik dan budaya untuk memahami hukum yang berlaku
di masyarakat.4
Sedangkan pendekatan yuridis normatif, dimana
penelitian ini sering disebut dengan penelitian doktriner, dimana data yang
digunakan adalah sumber data sekunder. Prosesnya bertolak dari premis-
premis yang berupa norma-norma hukum positif yang diketahui dan
berakhir pada penemuan asas-asas hukum yang menjadi pangkal tolak
pencarian asas adalah norma-norma hukum positif. Atau singkatnya
3 Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Rosda Karya, Bandung, 2009, hlm. 6-7. 4 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 1987, hlm.5.
13
metode pendekatan yuridis normatif adalah pendekatan yang meneliti data
sekunder di bidang hukum yang ada sebagai data kepustakaan.5
2. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian ini, penulis bertindak sebagai instrumen
sekaligus menjadi pengumpul data. Instrumen lain yang penulis gunakan
adalah alat perekam, alat tulis, serta alat dokumentasi. Akan tetapi
instrumen ini hanya sebagai pendukung. Oleh karena itu, kehadiran
penulis di lapangan mutlak diperlukan. Kehadiran penulis di lokasi adalah
untuk mencari informasi bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarga
di lingkungan prostitusi, bagaimana pola hubungan keluarga di
lingkungan prostitusi, dan bagaimana penerapan hak dan kewajiban suami
isteri di lingkungan prostitusi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun
1974 Tentang Perkawinan.
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, Penulis memilih lokasi di Dusun Sarirejo,
Desa Sidorejo Lor, Kecamatan Sidorejo, Kota Salatiga.
4. Sumber Data
Menurut Lofland (1984) yang dikutip dari Moleong (2009:157)
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
5 Zainuddin Ali, Metodologi penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlmn. 25
14
tindakan. Selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
Sumber data penelitian ini sebagai berikut:
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber
primer, yakni sumber asli yang memuat informasi atau data tersebut.6
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang
bukan asli yang memuat informasi atau data tersebut.7
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan ayat-ayat Al Qu‟ran dan hadist-
hadist tentang perzinaan.
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Wawancara
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara.8 Dalam
hal ini penulis melakukan wawancara kepada narasumber yang sangat
berkaitan dalam penulisan skripsi ini. Narasumber tersebut yaitu
keluarga pada masyarakat Dusun Sarirejo.
b. Observasi
Observasi adalah pengamatan mengoptimalkan kemampuan
peneliti dari segi motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar,
6 Tatang Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, CV Rajawali, Jakarta, 1990, hlm.132. 7 Amirin, Ibid., hlm.132. 8 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rajawali, Jakarta, 1991, hlm.145.
15
kebiasaan, dan sebagainya, pengamatan memungkinkan pengamat
untuk melihat dunia sebagaimana dilihat oleh subjek penelitian.9
c. Telaah Dokumen
Dokumen yang dimaksud adalah segala catatan baik berbentuk
catatan dalam kertas (Hard Copy) maupun elektronik (Soft Copy).
Dokumen dapat berupa buku, artikel, media masa, catatan harian,
manifesto, undang-undang notulen, blok, halaman web, dan lainnya.
6. Teknik Analisa Data
Analisis data ini dilakukan dalam suatu proses. Proses berarti
pelaksanaanya sudah mulai dilakukan sejak pengumpulan data dilakukan
dan dikerjakan secara intensif sesudah meninggalkan lapangan
penelitian.10
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam suatu penelitian, data mempunyai pengaruh yang sangat
besar dalam menentukan hasil akhir suatu penelitian sehingga untuk
mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknik pemeriksaan
keabsahan data. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil
wawancara terhadap objek penelitian11
. Untuk melakukan triangulasi yaitu
9 Moelong., Op.Cit., hlm. 175. 10 Moelong, Op.Cit., hlm.281. 11 Ibid, hlm. 330.
16
keterangan informan dicek dengan informan lainnya, kemudian
keterangan informan dicek dengan observasi dan dokumentasi.
8. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan melalui berbagai tahap. Tahap
pertama pra lapangan, penelitian menentukan topik penelitian, mencari
informasi tentang lingkungan prostitusi dan keluarga/masyarakat di
lingkungan prostitusi. Tahap terakhir yaitu penyusunan laporan penelitian
dengan cara menganalisis data temuan kemudian memaparkannya dengan
narasi deskriptif dengan pendekatan sosiologis.
H. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, tinjauan pustaka,
metode penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM
Bab ini berisi tentang gambaran keluarga, masyarakat dan hak dan
kewajiban keluarga menurut hukum positif dan hukum Islam.
BAB III KELUARGA DALAM LINGKUNGAN PROSTITUSI
Bab ini berisikan profil lokasi penelitian, yaitu Dusun Sarirejo Desa
Sidorejo Lor Kota Salatiga dan hasil penelitian di lapangan tentang bagaimana
cara menjaga keharmonisan keluarga dilingkungan prostitusi, bagaimana pola
17
hubungan keluarga dalam lingkungan prostitusi dan bagaimana penerapan hak
dan kewajiban suami isteri.
BAB IV ANALISIS
Bab ini membahas hasil analisis penulis terhadap observasi. Pada sub
bab ini akan dijelaskan pendapat-pendapat para ulama‟ serta pendapat
penyusun mengenai pola hubungan keluarga dalam lingkungan prostitusi.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran.
18
BAB II
KELUARGA DALAM PERSPEKTIF HUKUM
A. Gambaran Umum Tentang Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Menurut Ir. M. Munandar Soelaeman keluarga diartikan sebagai
suatu kesatuan sosial terkecil yang dimiliki manusia sebagai makhluk
social, yang ditandai adanya kerja sama ekonomi.12
Selanjutnya
menurutnya lagi “ fungsi keluarga berkembang biak, mensosialisasi atau
mendidik anak, menolong, melindungi atau merawat orang-orangtua
(jompo)”.13
Sementara itu para ahli antropologi melihat keluarga sebagai suatu
kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk
sosial.14
Ini didasarkan atas kenyataan bahwa sebuah keluarga adalah suatu
satuan kekerabatan yang juga merupakan satuan tempat tinggal yang
ditandai oleh adanya kerjasama ekonomi, dan mempunyai fungsi untuk
berkembangbiak, mensosialisasikan atau mendidik anak dan menolong
serta melindungi yang lemah khususnya merawat orang-orang tua mereka
yang telah jompo.15
12 Munandar Soelaeman, Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, PT. Eresco, Bandung, 1992,
hlm. 55. 13 Ibid 14 Wahyu, Ilmu Sosial Dasar, Usaha Nasional, Surabaya, 1986, hlm. 57. 15 Ibid
19
Dari dua definisi di atas, terdapat persamaan yakni keluarga terdiri
dari suatu kesatuan terkecil dari manusia sebagai makhluk sosial dan
bekerja sama di dalamnya, mendidik anak-anaknya atau merawat orang-
orang tuanya.
Selanjutnya Wahyu mengatakan dalam bentuk yang paling dasar,
sebuah keluarga terdiri atas seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan
ditambah dengan anak-anak mereka yang biasanya tinggal dalam satu
rumah yang sama.16
Keluarga adalah terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak
yang belum menikah.17
Selanjutnya menurut Arifin , keluarga adalah suatu
kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang direkat oleh ikatan
darah, perkawinan, atau adopsi serta tinggal bersama.18
Dari semua definisi di atas tampak persamaannya bahwa keluarga
terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.
2. Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga terdapat dalam UU No. 10 Tahun 1992 jo. PP No.
21 Tahun 1994. Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut19
:
a. Fungsi keagamaan
1) Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga;
16 Ibid 17 Wahyu, Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam, Banjarmasin, 2010 Bagian 9, hlm. 1. 18 Ibid 19
H. Zaidin Ali, SKM, MBA, MM, Pengantar Keperawatan Keluarga, penerbit EGC, Tahun 2006.
20
2) Menerjemahkan ajaran dan norma agama kedalam tingkah laku
hidup sehari-hari bagi seluruh anggota keluarga;
3) Memberi contoh konkret dalam kehidupan sehari-hari dalam
pengalaman ajaran agama;
4) Melengkapi dan menambah proses belajar anak tentang
keagamaan yang tidak/kurang diperoleh disekolah atau
masyarakat;
5) Membina rasa, sikap, dan praktik kehidupan beragama.
b. Fungsi budaya
1) Membina tugas keluarga sebagai sarana untuk meneruskan norma
budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan;
2) Membina tugas keluarga untuk menyaring norma dan budaya
asing yang tidak sesuai;
3) Membina tugas keluarga sebagai saran anggota nya untuk mencari
pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi
dunia;
4) Membina tugas keluarga sebagai sarana bagi anggotanya untuk
mengadakan kompromi/adaptasi dan praktik (positif) serta
globalisasi dunia;
5) Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras, dan seimbang
dengan budaya masyarakat/bangsa untuk menunjang
terwujudnnya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
21
c. Fungsi cinta kasih
1) Menumbuhkembangkan potensi simbol cinta kasih sayang yang
telah ada diantara anggota keluarga dalam simbol yang nyata,
seperti ucapan dan tingkah laku secara optimal dan terus menerus;
2) Membina tingkah laku ,saling menyayangi diantara anggota
keluarga maupun antara keluarga yang satu dengan yang lainnya
secara kuantitatif dan kualitatif;
3) Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan
uhkrawi dalam keluarga secara serasi, selaras , dan seimbang;
4) Membina rasa, sikap, dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
d. Fungsi perlindungan
1) Memenuhi kebutuhan akan rasa aman diantara
anggota keluarga.Bebas dari rasa tidak aman yang tumbuh dari
dalam maupun dari luar keluarga;
2) Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dari
berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
maupun dalam;
3) Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga
sebagai modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
22
e. Fungsi reproduksi
1) Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan
reproduksi sehat baik bagi anggota keluarga maupun keluarga
sekitarnya;
2) Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembetukan
keluarga dalam hal usia , kedewasaan fisik dan mental;
3) Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan
dengan jangka waktu melahirkan, jarak antara kelahiran dua anak ,
dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga;
4) Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
f. Fungsi sosialisasi
1) Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak yang pertama dan
utama;
2) Menyadari, merencanakan, dan menciptakan kehidupan keluarga
sebagai pusat tempat anak dapat mencari pemecahan masalah dari
berbagai konflik dan permasalahan yang dijumpainya baik
lingkungan masyarakat maupun sekolahnya. Membina proses
pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal yang perlu
dilakukannya untuk meningkatkan kemantangan dan kedewasaan
23
baik fisik maupun mental, yang tidak/kurang diberikan lingkungan
sekolah maupun masyarakat;
3) Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam
keluarga sehingga tidak saja bermamfaat positif bagi anak, tetapi
juga orang tua untuk perkembangan dan kematangan hidup
bersama menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
g. Fungsi ekonomi
1) Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam
kehidupan keluarga dalam rangka menopang perkembangan hidup
keluarga;
2) Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian ,
keselamatan dan keseimbangan antara pemasukan dan
pengeluaran keluarga;
3) Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiaanya terhadap anggota rumah tangga bejalan serasi ,
selaras ,dan seimbang;
4) Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal
untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
h. Fungsi pelestarian lingkungan
1) Membina kesadaran dan praktik kelestarian lingkungan internal
keluarga;
24
2) Membina kesadaran, sikap, dan praktik pelestarian lingkunga
hidup yang serasi, selaras, dan seimbang antara lingkungan
keluarga dan lingkungan hidup sekitarnya.
3. Peranan Keluarga
Peranan keluarga dapat menggambarkan perilaku antar pribadi, sifat,
kegiatan yang berkaitan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu.
Peranan yang ada dalam keluarga adalah sebagai berikut:20
b. Ayah sebagai suami dari istri dan ayah anak-anaknya. Mempunyai
peran mencari nafkah, mendidik, melindungi dan memberi rasa aman,
sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya
serta sebagai anggota dari kelompok sosial.
c. Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu memiliki peran utuk
mengurus rumah tangga, mengasuh dan mendidik anak-anakna,
melindungi dan sebagai salah satu dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat
berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.
d. Anak melakukan peranan psikosial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
20
http://www.spengetahuan.com/2017/08/pengertian-keluarga-ciri-fungsi-macam-tugas-peranan-
keluarga.html
25
4. Tugas Keluarga
Pada dasarnya keluarga mempunyai delapan tugas pokok yaitu:21
a. Memelihara fisik keluarga dan para anggota keluarga;
b. Memelihara sumber daya yang ada dalam keluarga;
c. Membagi tugas masing-masing anggota sesuai dengan kedudukannya
masing-masing;
d. Bersosialisasi dengan anggota keluarga;
e. Mengatur jumlah anggota keluarga;
f. Memelihara ketertiban anggota keluarga;
g. Menempatkan anggota keluarga didalam masyarakat yang lebih luas;
h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga.
5. Bentuk Keluarga
Gambaran mengenai pembagian bentuk-bentuk keluarga sangat
beraneka ragam. Keanekaragaman bentuk keluarga tersebut tergantung
pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkannya, namun
secara umum bentuk-bentuk keluarga dilihat dari berbagai segi dapat
dikelompokkan sebagai berikut22
:
e. Bentuk keluarga berdasarkan garis keturunan
1) Patrilineal, keluarga yang berhubungan atau disusun melalui jalur
garis keturunan ayah, terdiri dari sanak saudara dalam beberapa
21 Ibid. 22 Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, FEUI, Jakarta, 1993, hlm. 159-60.
26
generasi. Bentuk keluarga ini banyak dipraktekkan di negara-
negara Arab maupun Eropa dan di Indonesia seperti yang
dilakukan oleh suku Batak di Sumatra Utara.
2) Matrilineal, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara
sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun
melalui jalur garis keturunan Ibu. Suku Padang merupakan salah
satu contoh suku yang menggunakan struktur keluarga matrilineal.
3) Parental atau bilateral, keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis keturunan ayah maupun ibu. Suku-suku
di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga parental,
seperti Jawa dan Madura.
f. Bentuk keluarga berdasarkan kekuasaan
1) Patriarhat, keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak suami.
2) Matriarhat, keluarga yang dominan dan memegang kekuasaan
dalam keluarga adalah pihak istri.
3) Equalitarium, keluarga yang memegang kekuasaan adalah suami
dan istri, atau kekuasaan dalam pengambilan keputusan atas
kesepakatan bersama.
27
g. Bentuk keluarga berdasarkan pemukiman
1) Patrilokal, keberadaan tempat tinggal suatu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak suami.
2) Matrilokal, keberadaan tempat tinggal suatu keluarga yang tinggal
dengan keluarga sedarah dari pihak istri.
3) Neolokal, keberadaan tempat tinggal suatu keluarga yang tinggal
jauh dari keuarga keturunan suami maupun istri.
h. Bentuk keluarga berdasarkan anggota keluarga23
1) Traditional nuclear, keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal
dalam satu rumah ditetapkan oleh saksi-saksi legal dalam suatu
ikatan perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja di luar rumah.
2) Reconstituted nuclear, pembentukan baru dari keluarga inti melalui
perkawinan kembali suami atau istri, tinggal dalam pembentukan
suatu rumah dengan anak-anaknya, baik itu anak dari perkawinan
lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat
bekerja diluar rumah.
3) Middle age atau aing couple, suami sebagai pencari uang, istri di
rumah, atau keduanya bekerja diluar rumah, anak-anak sudah
meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinan atau meniti
karier.
23
Ferry Efendi dan Makhfudli, Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam
Keperawatan, Salemba Medika, Jakarta, 2009, hlm. 183.
28
4) Dyadic nuclear, pasangan suami-istri yang sudah berumur dan
tidak mempunyai anak. Keduanya atau salah satu bekerja di luar
rumah.
5) Single parent, keluarga dengan satu orang tua sebagai akibat dari
perceraian atau kemaian pasangannya. Anak-anaknya dapat tinggal
di dalam atau di luar rumah.
6) Dual caeerI, suami istri atau keduanya merupakanorang karier dan
tidak mempunyai anak.
7) Commuter married, pasangan suami istri atau keduanya sama-sama
bekerja dan tinggal terpisah pada jarak tertentu. Keduanya saling
bertemu pada waktu-waktu tertentu.
8) Single adult, perempuan dewasa atau laki-laki dewasa yang tinggal
sendiri dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.
9) Three generation, tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu
rumah.
10) Institusional, anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam satu
panti.
11) Communal, satu rumah terdiri atas dua atau lebih pasangan yang
monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama berbagi
fasilitas.
12) Group marriage, satu rumah terdiri atas orang tua dan
keturunannya dalam satu kesatuan keluarga.
29
13) Unmarried parent and child, ibu dan anak yang pernikahannya
tidak dikehendaki dan kemudian anaknya diadopsi.
14) Cohabitating couple, dua orang atau satu pasangan yang bersama
dan tinggal dalam satu rumah tanpa adanya tali ikatan perkawinan.
15) Common law family, keluarga yang terdiri dari seorang perempuan
dan seorang laki-laki yang tidak terikat dalam perkawinan yang sah
serta anak-anak mereka yang tinggal bersama.
16) Extended family, keluarga yang terdiri dari suami istri dan anak-
anak kandungnya, juga sanak saudaa lainnya, baik menurut garis
vertikal (ibu, bapak, kakek, nenek, menaantu, cucu dan cicit)
maupun menurut garis horizontal (kakak, adik dan ipar) yang
berasal dari pihak suami maupun pihak istri yang tinggal dalam
satu rumah dan berorientasi pada satu kepala keluarga.
i. Bentuk keluarga berdasarkan bentuk perkawinan
1) Eksogami, keluarga yang terbetuk dari perkawinan antara
seseorang dengan orang yang berbeda golongan baik etnis, suku,
agama, wilayah, bangsa atau kekerabatan, misalnya perkawinan
antara anak suku batak dengan anak suku Ambon.
2) Endogami, keluarga yang dibentuk dari perkawinan antara etnis,
suku, agama, wilayah, bangsa atau kekerabatan dalam lingkungan
yang sama.
30
3) Heterogami, keluarga yang terbentuk dari perkawinan antar kelas
sosial yang berbeda, misalnya anak bangsawan menikah dengan
anak petani.
4) Homogami, keluarga yang terbentuk dari perkawinan antara kelas
golongan sosial yang sama, misalnya anak pedagang yang menikah
dengan anak pedagang.
j. Bentuk keluarga berdasarkan jenis perkawinan
1) Monogami, keluarga dimana terdapat seorang suami dan seorang
istri.
2) Poligami
Poligami terbagi menjadi dua bentuk yaitu:
a) Poligini adalah keluarga yang terdapat seorang suami dengan
lebih dari satu istri.
b) Poliandri adalah keluarga yang terdapat seorang istri dengan
lebih dari satu suami.
B. Masyarakat
1. Pengertian Masyarakat
Masyarakat merupakan istilah yang sangat lazim digunakan untuk
menyebut suatu kesatuan-kesatuan manusia yang berasal dari bahasa Arab
yaitu Syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi, yang kemudian
mengalami perubahan dalam bahasa Indonesia menjadi masyarakat.
31
Masyarakat adalah suatu kesatuan manusia yang saling berinteraksi
menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan saling
terikat oleh suatu rasa dan identitas yang sama dalam dirinya.24
Masyarakat menurut Berger adalah suatu keseluruhan yang
kompleks antara hubungan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang
bersifat luas. Terdiri dari bagian yang membentuk sesuatu.25
Sedangkan menurut Mac Iver dan Page mengatakan bahwa
masyarakat merupakan suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari
wewenang serta kerja sama antara berbagai kelompok dan penggolongan,
dari pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial yang bersifat selalu
berubah.26
Pengertian lain muncul dari Auguste Comte yang mendifinisikan
masyarakat sebagai suatu kelompok-kelompok makhluk hidup dengan
realitas-realitas baru yang baru yang berkembang menurut hukum-
hukumnya sendiri dan berkembang menurut pola perkembangan sendiri.
Manusia terikat kelompok karena rasa sosial yang serta merta dan
kebutuhannya.27
24 Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 144-146. 25 Muhammad Rifa‟I, Sosiologi Pendidikan (struktur dan interaksi sosial di dalam institusi pendidikan),
Ar rruz Media, Jogjakarta, 2011, hlm. 34. 26 Basrowi, Pengantar Sosiologi, Galia Indonesia, Bogor, 2005, hlm. 40. 27 Abdul Syani, Sosiologi Skematika Teori dan Terapan, Bumi Aksara, Jakarta, 2002, hlm. 31.
32
Dari beberapa definisi diatas terdapat kesamaan arti bahwa
masyarakat merupakan suatu hubungan kelompok baik dalam lingkup kecil
seperti hubungan orang tua dan anak, guru dan murid, atasan dan bawahan
maupun lingkup besar seperti sekolah dan lingkungannya/interaksi yang
terjadi antara 2 orang atau lebih yang prosesnya berjalan cukup lama.
Dimana didalamnya terlihat suatu tata cara, adat istiadat dan hukum
disetiap kebiasaan dalam kehidupannya yang mengatur antara kepentingan
individu dan individu lainnya.
Interaksi sosial dalam individu juga mempunyai kebebasan dengan
batasan tertentu sesuai dengan aturan yang disepakati bersama-sama, dalam
interaksi yang terjalin harus mampu memunculkan rasa kesatuan yang
dapat saling mengikat satu sama lain. Hubungan yang terjalin dalam suatu
kelompok selalu mengalami perubahan dengan berjalannya waktu dan
kondisi yang dihadapinya. Namun, karena adanya suatu kepentingan yang
sama mampu menumbuhkan rasa saling membutuhkan sehingga membuat
mereka terus bertahan dalam berbagai perubahan yang terjadi.
2. Unsur-Unsur Masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat
unsur sebagai berikut ini:
a. Berangotakan minimal dua orang;
b. Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan;
33
c. Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan
manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan
hubungan antar anggota masyarakat;
d. Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta
keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus
dipenuhi agar sekumpolan manusia bisa dikatakan/disebut sebagai
masyarakat:
a. Ada sistem tindakan utama;
b. Saling setia pada sistem tindakan utama;
c. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota;
d. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi
manusia.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan cara utamanya
dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial mengidentifikasikan ada:
masyarakat pemburu, masyarakat pastoral nomadis, masyarakat
bercocoktanam, dan masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut
masyarakat peradaban. Sebagian pakar menganggap masyarakat industri
dan pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari
masyarakat agrikultural tradisional.
34
3. Ciri Masyarakat
Masyarakat mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut:28
a. Adanya interaksi antara warga-warganya
Interaksi yang dimaksud dalam masyarakat adalah interaksi
yang dilakukan oleh warga dengan warga baik melalui prasarana yang
ada seperti yang terjadi di negara modern yaitu berupa jaringan
telekomunikasi, jaringan jalan raya, sistem radio dan televisi dan surat
kabar nasional yang memungkinkan warganya untuk berinteraksi
secara intensif, maupun interaksi yang terjadi karena adanya faktor
geografis dari suatu negara. Perlu diperhatikan bahwa tidak semua
manusia yang berinteraksi merupakan masyarakat karena suatu
masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus.
Contohnya sekumpulan orang yang berinteraksi dengan melihat
adanya suatu pertunjukkan topeng monyet mereka tidak bisa disebut
dengan masyarakat karena walaupun mereka berinteraksi secara
terbatas tetapi mereka tidak mempunyai suatu ikatan kecuali ikatan
berupa perhatian terhadap pertunjukkan tersebut.
b. Adanya aturan yang khas yang dapat mengatur seluruh pola tingkah
laku warganya
Setiap masyarakat pasti mempunyai aturan yang mengatur
dalam kehidupannya baik dalam lingkup masyarakat besar seperti
28
Koentjoroningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hlm. 146.
35
negara maupun masyarakat kecil seperti desa, peraturan yang dimaksut
adalah peraturan yang dapat dijadikan sebagai ciri khas dari daerah
tersebut maka dari itu antara masyarakat satu dengan yang lain
mempunyai ciri khas yang berbeda melalui aturan yang diterapkan di
daerahnya masing-masing yang sudah ditetapkan bersama. Aturan
tersebut berupa norma-norma, adat-istiadat dan hukum.
c. Merupakan suatu kontinuitas dalam waktu
Aturan yang diterapkan dalam suatu masyarakat bersifat
mantap dan continue/berlaku dalam jangka waktu yang lama. Artinya
peraturan itu tidak bersifat sementara seperti yang ada didalam suatu
asrama maupun sekolah, keduanya tidak bisa disebut dengan
masyarakat meskipun kesatuan manusia dalam sekolah terikat dan
diatur tingkah lakunya dalam suatu norma dan atura sekolah yang lain,
namun sistem normanya mempunyai lingkup terbatas dalam beberapa
poin saja tidak menyeluruh selain itu peraturan tersebut bersifat
sementara yaitu selama warga tersebut bersekolah.
d. Adanya suatu rasa identitas kuat yang mengikat semua warga.
Yaitu adanya suatu rasa identitas diantara para warga atau
anggotanya bahwa mereka memang merupakan suatu kesatuan khusus
yang berbeda dengan kesatuan-kesatuan manusia yang lain.
4. Tugas Manusia Sebagai Anggota Masyarakat
a. Saling tolong menolong dan bantu membantu dalam kebajikan;
36
b. Ikut meringankan beban kesengsaraan orang lain;
c. Menjaga dan memelihara keamanan, ketentraman dan ketertiban lingkungan
dan masyarakat;
d. Menghindari perkataan dan tindakan yang menyakitkan orang lain sehingga
tercipta ketergantungan yang saling menguntungkan.
C. Hak dan Kewajiban Keluarga
1. Menurut Hukum Positif
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Hak dan kewajiban suami istri sudah diatur di dalam Undang-
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam pasal 30 sampai
pasal 34.
Pasal 30
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah
tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31
1) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat.
2) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
3) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga
37
Pada ayat pertama, dapat dipahami bahwa walaupun suami
sebagai kepala rumah tangga, bukan berarti kedudukan suami lebih
tinggi dari seorang istri. Karena kedudukan istri adalah seimbang
dengan kedudukan seorang suami. Semuanya sama-sama memiliki
peran di dalam kehidupan berumah tangga, maupun di dalam
kehidupan bermasyarakat.
Kemudian pada ayat kedua, pihak suami maupun istri
semuanya berhak melakukan perbuatan hukum jika merasa dirugikan
oleh pihak lain. Kedudukan suami istri itu seimbang, dalam
melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam hukum perdata
apabila izin suami tidak diperoleh karena ketidak hadiran suami atau
sebab lainya, pengadilan dapat memberikan izin kepada istri untuk
menghadap hakim dalam melakukan perbuatan hukum.
Selanjutnya pada ayat ketiga. Jika ini tertukar, misalnya
seorang istri yang menjadi pemimpin di dalam rumah tangganya
menggantikan suami atau keduanya sama-sama ingin berkuasa, tidak
ada yang mengatur atau diatur, sudah pasti keadaan rumah tangganya
akan menemukan ketidaktenangan dan ketentraman. Suatu organisasi
saja harus memiliki pemimpin, apalagi sebuah keluarga.
Pasal 32
1) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap
38
2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini
ditentukan oleh suami isteri bersama.
Tempat kediaman yang dimaksud di situ adalah tempat tinggal
yang dapat dijadikan untuk beristirahat, berkumpul, berlindung dari
teriknya matahari dan dinginnya hujan. Tempat kediaman diatur oleh
suami isteri, bisa mengontrak, tinggal ditempat mertua/orangtua
ataupun sebagainya.
Pasal 33
Suami isteri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia
dan memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Suami wajib mencintai isteri dan meghormati harga diri
isterinya. Sebaliknya seorang isteri juga harus mencintai dan
menghormati harga diri suaminya. Misalnya seorang suami jangan
memarahi isterinya di depan banyak orang atau di tempat umum, dan
sebaliknya.
Kemudian memberi bantuan lahir dan bathin, dapat dipahami,
seperti suami memberikan pendidikan, pakaian, makan, tempat tinggal
kepada seorang istri dan sebaliknya. Suami/isteri dapat saling memberi
teguran, nasihat dan solusi jika salah satunya ada yang memiliki
masalah, suami atau isteri memberi siraman rohani kepada
pasangannya, agar tujuan pernikahan warahmahnya dapat tercapai.
Bisa juga dengan memberikan kebutuhan hubungan seksual.
39
Pasal 34
1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.
b. Kompilasi Hukum Islam
KHI merupakan kumpulan dari 13 buku kitab hadits yang
membahas tentang perkawinan, kerawisan dan perwakafan hasil ijtihad
para ulama. Pasal perkawinan yang terdapat di dalam Kompilasi
Hukum Islam merupakan sebagai penjelas dari apa apa yang telah
dijelaskan di dalam Undang-Undang Perkawina Nomor 1 Tahun 1974.
Misalnya saja dalam BAB perkawinan, perihal hak dan kewajiban
suami istri. Di dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun
1974 memang sudah dijelaskan. Akan tetapi, itu bersifat umum, tidak
memandang agama. Sedangkan KHI, khusus untuk Islam.
Hak dan kewajiban suami istri telah diatur oleh kompilasi
hukum Islam (KHI) didalam BAB VII pasal 77 sampai pasal 84,
dinyatakan sebagai berikut:29
29 Kompilasi Hukum Islam
40
Pasal 77
1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan
keluarga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang menjadi sendi
dasar dari susunan masyarakat.
2) Suami istri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati,
setia dan memberi bantuan lahir batin antara yang satu dengan
yang lain.
3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara
anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani
maupun kecerdasan dan pendidikan agamanya.
4) Suami istri wajib memelihara kehormatannya.
5) Jika suami atau istri melalaikan kewajibanya, masing-masing
dapat mengajukan gugatan ke pengadilan agama.
Pasal 78
1) Suami istri harus mempunyai kediaman yang sah.
2) Rumah kediaman yang dimaksud oleh ayat (1) ditentukan oleh
suami istri bersama.
Pasal 79
1) Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga.
2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan
kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan
hidup bersama dalam masyarakat.
41
3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
Pasal 80
1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan rumah tangganya,
akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah-tangga yang penting
diputuskan oleh suami istri bersama. Suami wajib melindungi
istrinya dan memberikan sesuatu keperluan hidup berumah tangga
sesuai dengan kemampuanya.
2) Suami wajib memberikan pendidikan dan kesempatan belajar
pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan
bangsa.
3) Sesuai dengan penghasilan suami menanggung: a). Nafkah,
kiswah dan tempat kediaman bagi istri. b). Biaya rumah tangga,
biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.Biaya
pendidikan anak. c). Kewajiban suami terhadap istrinya seperti
tersebut dalam ayat (4) huruf a dan b di atas berlaku sesudah ada
tamkin dari istrinya.
4) Istri dapat membebaskan suaminya dari kewajiban terhadap
dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
5) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila
istri nusyuz.
42
Pasal 81
(Tentang tempat kediaman)
1) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-
anaknya atau bekas istri yang masih dalam masa iddah.
2) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri
selama dalam ikatan atau dalam iddah talak atau iddah wafat.
3) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anak-
anaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman
dan tenteram. Tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat
menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur
alat-alat rumah tangga.
4) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan
kemampuannya serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan
tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga
maupun sarana penunjang lainnya.
Pasal 82
(Kewajiban suami yang beristri lebih dari seorang)
1) Suami yang mempunyai istri lebih dari seorang berkewajiban
memberi tempat tinggal dan biaya hidup kepada masing-masing
istri secara berimbang menurut besar kecilnya jumlah keluarga
yang ditanggung masing-masing istri, kecuali jika ada perjanjian
perkawinan.
43
2) Dalam hal para istri rela dan ikhlas, suami dapat menempatkan
istrinya dalam satu tempat kediaman.
Pasal 83
(Kewajiban istri terhadap suaminya)
1) Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin
di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam.
2) Istri menyelanggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga
sehari-hari dengan sebaik-baiknya.
Pasal 84
1) Isteri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan
kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat
(1) kecuali dengan alasan yang sah.
2) Selama isteri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap isterinya
tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali
hal-hal untuk kepentingan anaknya.
3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali
sesuadah isteri nusyuz.
4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari isteri harus
didasarkan atas bukti yang sah.
c. Kitab Undang-Undang Perdata
Hak dan kewajiban suami isteri diatur dalam dalam Pasal 103,
104, 105 dan 107 Kitab Undang-Undang Perdata:
44
Pasal 103 KUHPerdata
Suami dan istri wajib saling setia dan tolong- menolong serta saling
bantu membantu. Perkataan saling setia tersebut berarti setia dalam
perkawinan.
Pasal 104 KUHPerdata
Terikatnya suami dan istri dalam suatu perkawinan, maka suami dan
istri terikat secara timbal balik untuk memelihara dan mendidik anak-
anak mereka.
Pasal 105 KUHPerdata
Setiap suami adalah menjadi kepala persatuan perkawinan, dan sebagai
kepala pesatuan perkawinan suami untuk memberikan bantuan kepada
istrinya atau menghadap di muka hakim untuk istrinya.
Pasal 107 KUHPerdata
Setiap suami harus menerima istrinya di rumah yang ditempatinya dan
wajib untuk melindungi dan memberikan segala keperluan hidup
sesuai dengan kemampuannya.
2. Menurut Hukum Islam
Terdapat empat imam mazhab yaitu mazhab Syafi‟i, Hanafi,
Hambali dan Maliki memiliki perbedaan pendaat bahwa istri pada
45
hakikatnya punya kewajiban berkhidmat kepada suaminya diantaranya
sebagai berikut:30
a. Mazhab al-Hanafi
Al imam al-Kasani dalm kitab al-badai menyebutkan,
seandainya suami pulang bawa bahan pangan yang masih harus di
masak dan di olah lalu istrinya enggan untuk memasak dan
mengelolanya maka istri itu tidak boleh di paksa. Suaminya di
erintahkan membawa makanan siap santap. Di dalam kitab Al-Fatawa
Al-Hindiyah fi Fiqhil Hanafiyah disebutkan seandainya seorang istri
berkata, "Saya tidak mau masak dan membuat roti", maka istri itu
tidak boleh dipaksa untuk melakukannya. Dan suami harus
memberinya makanan siap santan, atau menyediakan pembant untuk
memasak makanan.
b. Mazhab Maliki
Di dalam kitab Asy-syarhul Kabir oleh Ad-Dardir, ada
disebutkan wajib atas suami berkhidmat (melayani) istrinya. Meski
suami memiliki keluasan rejeki sementara istrinya punya kemampuan
untuk berkhidmat, namun tetap kewajiban istri bukan berkhidmat.
Suami adalah pihak yang wajib berkhidmat. Maka wajib atas suami
untuk menyediakan pembantu buat istrinya.
30 http://oktavialibra.blogspot.com/2016/10/makalah-perbandingan-mazhab-hak-dan.html
46
c. Mazhab As-Syafi'i
Di dalam kitab Al-Majmu' Syarah Al-Muhadzdzab karya Abu
Ishaq f. Asy-Syirazi rahimahullah, ada disebutkan bahwa idak wajib
atas istri berkhidmat untuk membuat roti, memasak, mencuci dan
bentuk khidmat lainnya, karena yang ditetapkan (dalam pernikahan)
adalah kewajiban untuk memberi pelayanan seksual (istimta'),
sedangkan pelayanan lainnya tidak termasuk kewajiban.
d. Mazhab Hanabilah
Seorang istri tidak diwajibkan untuk berkhidmat kepada
suaminya, baik berupa mengadoni bahan makanan, membuat roti,
memasak, dan yang sejenisnya, termasuk menyapu rumah, menimba
air di sumur. Ini merupakan nash Imam Ahmad rahimahullah. Karena
aqadnya hanya kewajiban pelayanan seksual. Maka pelayanan dalam
bentuk lain tidak wajib dilakukan oleh istri, seperti memberi minum
kuda atau memanen tanamannya.
Dalam mazhab yang dipelopori oleh Daud Adz Dzahiri ini, kita
juga menemukan pendapat para ulamanya yang tegas menyatakan bahwa
tidak ada kewajiban bagi istri untuk mengadoni, membuat roti, memasak
dan khidmat lain yang sejenisnya, walau pun suaminya anak khalifah.
Suaminya itu tetap wajib menyediakan orang yang bisa menyiapkan bagi
istrinya makanan dan minuman yang siap santap, baik untuk makan pagi
47
maupun makan malam. Serta wajib menyediakan pelayan (pembantu) yang
bekerja menyapu dan menyiapkan tempat tidur.
Ada pendapat yang berbeda oleh Dr. Yusuf Al-Qaradawi, beliau
agak kurang setuju dengan pendapat jumhur ulama ini. Beliau cenderung
tetap mengatakan bahwa wanita wajib berkihdmat di luar urusan seks
kepada suaminya. Jadi para istri harus digaji dengan nilai yang pasti oleh
suaminya. Karena Allah menetapkan kewajiban suami itu memberi nafkah
kepada istrinya. Dan memberi nafkah itu artinya bukan sekedar membiayai
keperluan rumah tangga, akan tetapi lebih dari itu, para suami harus
menggaji para istri. Serta uang gaji itu harus di luar semua biaya kebutuhan
rumah tangga. Pada setiap perkawinan, masing-masing pihak suami dan
isteri dikenakan hak dan kewajiban. Pembagian hak dan kewajiban
disesuaikan dengan proporsinya masing-masing. Bagi pihak yang
dikenakan kewajiban lebih besar berarti ia akan mendapatkan hak yang
lebih besar pula.
Berbicara tentang hak dan kewajiban suami isteri, al-Qur‟an telah
secara rinci memberikan ketentuan-ketentuannya. Ketentuan-ketentuan
tersebut diklasifikasi menjadi Ketentuan mengenai hak dan kewajiban
bersama antara suami isteri, Ketentuan mengenai kewajiban suami yang
menjadi hak isteri, Ketentuan mengenai kewajiban isteri yang menjadi hak
suami. Secara teoritik, untuk menetapkan suatu hukum dalam Islam harus
merujuk kepada al-Qur‟an dan sunnah Nabi sebagai sumber primer, al-
48
Qur‟an digunakan sebagai petunjuk hukum dalam suatu masalah kalau
terdapat ketentuan praktis di dalamnya. Namun apabila tidak ditemukan,
maka selanjutnya merujuk kepada sunnah Nabi. Sementara itu terkait
dengan ketentuan praktis mengenai hak dan kewajiban antara suami dan
isteri, banyak ditemukan dalilnya dalam al Qur‟an. Dalil-dalil tersebut
meliputi hak dan kewajiban bersama antara suami dan isteri, kewajiban
suami terhadap isteri, kewajiban isteri terhadap suami. Sesuai dengan
ketentuan-ketentuan al-Qur‟an di atas dalam kaidah fiqh yaitu kaidah
Asasiyyah yang artinya “Kemudharatan itu harus ditinggalkan sedapat
mungkin.”
Maksud dari kaidah ini ialah, kewajiban menghindarkan terjadinya
suatu kemudharatan, atau dengan kata lain, kewajiban melakukan usaha-
usaha preventif agar terjadi suatu kemudharatan, dengan segala daya upaya
mungkin dapat diusahakan. Tidak jarang dalam suatu perbuatan bergantung
pada perbuatan yang lain. Dan tak jarang pula perbuatan inti sangat
bergantung pada perbuatan perantara. Seperti dalam perkawinan, bahwa
tujuan perkawinan adalah mewujudkan rumah tangga yang harmonis yang
didasari rasa kasih sayang (mawaddah warahmah). Tujuan tersebut tidak
akan terwujud manakala tidak ada pembagian tugas-tugas dalam kehidupan
rumah tangga. Seperti misalnya semua tugas-tugas yang berkaitan dengan
rumah tangga dikerjakan oleh suami atau isteri saja, sementara kemampuan
isteri atau suami sangat terbatas. Oleh karena itu diperlukan adanya
49
pembagian tugas-tugas yang berbentuk hak dan kewajiban (sebagai
langkah preventif), dan masing-masing pihak bertindak atas haknya.
50
BAB III
KELUARGA DALAM LINGKUNGAN PROSTITUSI
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Geografis
Perjalanan yang harus ditempuh dari pusat Kota Salatiga menuju
tempat karaoke Sarirejo kurang lebih membutuhkan waktu 30 menit. Rute
terdekat menuju tempat karaoke Sarirejo adalah dengan melewati jalan raya
Salatiga-Semarang ke arah Utara. Setelah menempuh jarak kira-kira 2 km di
kanan jalan ada sebuah pertigaan. Arah utara menuju Kota Semarang, arah
selatan menuju Kota Solo, sedangkan arah timur menuju Dukuh Sarirejo.
Pertigaan tersebut sangat mudah dihafal karena berada tepat di samping
Rumah Sakit Umum Sidorejo Lor.
Jika kita memakai kendaraan pribadi membutuhkan waktu tidak
kurang dari 10 menit untuk mencapai tempat karaoke Sarirejo. Di tengah
perjalanan kita akan disambut sebuah pemakaman yang cukup luas untuk
orang cina atau warga setempat menyebutnya dengan kuburan cino.
Pemakaman ini berada di samping kanan dan kiri jalan menuju Sarirejo.
Keadaan geografis di tempat karaoke Sarirejo adalah berbentuk perbukitan.
Jadi untuk menuju lokasi harus melewati beberapa tanjakan terlebih dahulu.
Bentuk geografis tempat karaoke Sarirejo cukup unik yaitu berbentuk
perbukitan. Lokasi tempat karaoke terbagi menjadi dua bagian yaitu
51
berbentuk pertigaan. Di setiap cabang tersebut terdapat tempat-tempat
karaoke yang berjejer dari atas ke bawah sejauh kurang lebih 200 meter.
Tempat karaoke di Dukuh Sarirejo memiliki 56 buah tempat karaoke yang
terbagi menjadi 3 RT, yaitu RT 1 sebanyak 25 tempat karaoke, RT 2
sebanyak 24 tempat karaoke, sedangkan RT 3 sebanyak 7 tempat karaoke.
Penelitian ini difokuskan di Kelurahan Sidorejo Lor. Kelurahan
Sidorejo Lor adalah salah satu kelurahan yang terletak di Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Kelurahan ini memiliki luas
wilayah kurang lebih 2716 km2.
Kelurahan Sidorejo Lor di sebelah utara berbatasan dengan kelurahan
Mangun Sari, di sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Blotongan, dan
di sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Bugel. Jarak Kelurahan
Sidorejo Lor dari pusat pemerintahan kecamatan adalah 0,2 km. Jarak
Kelurahan Sidorejo Lor dari pemerintahan kota adalah 2,5 km. Sementara
jarak dari Ibu kota propinsi di Semarang adalah 52 km.
2. Keadaan Demografis
a. Kependudukan
Jumlah penduduk kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga tahun 2016 adalah 14.512 jiwa dengan 4503 Kepala
Keluarga. Adapun rincian jumlah penduduk laki-laki sebanyak 7112
jiwa, dan penduduk perempuan sebanyak 7400 jiwa. Untuk usia 0-15
52
tahun sebanyak 3134 Jiwa, usia 15-65 tahun sebanyak 10340 dan usia 65
tahun ke atas adalah 1027 jiwa.
Tabel 3.1
Jumlah Penduduk Kelurahan Sidorejo Lor Berdasarkan Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Jumlah Presentase
1 Laki-laki 7112 49 %
2 Perempuan 7400 51 %
Jumlah 14.512 100 %
Sumber Data: Monografi Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Tahun 2016
b. Keagamaan
Berdasarkan Data Pemerintah Kota Salatiga, Kecamatan Sidorejo
Kelurahan Sidorejo Lor tahun 2016 Tentang Monografi kelurahan
menyebutkan bahwa, Masyarakat Kelurahan Sidorejo lor, Kecamatan
Sidorejo, Kota Salatiga, mayoritas beragama Islam, yaitu sebanyak
10.801 orang. Jumlah penduduk beragama Katolik sebanyak 982 Orang.
Jumlah penduduk beragama Kristen sebanyak 2.682 Orang, jumlah
penduduk beragama Hindu 9 Orang, jumlah penduduk beragama Budha
sebanyak 64 orang, dan 2 orang beragama Kong hu chu.
Berdasarkan data pemerintahan Kota Salatiga Kecamatan Sidorejo
Kelurahan Sidorejo lor tahun 2016 Tentang Monografi Kelurahan
Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga berkaiatan tentang
53
tempat ibadah adalah untuk Masjid sebanyak 15 buah, Mushola
sebanyak 10 buah, Gereja sebanyak 5 buah. Sedangkan untuk tempat
peribadatan lain seperti Pura, Vihara dan Klenteng belum ada di
Kelurahan Sidorejo Lor. Kondisi ini menunjukan bahwa kawasan
Sidorejo Lor adalah wilayah yang sangat multikultural.
Tabel 3.2
Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama
No Agama Jumlah (Jiwa) Presentase
1 Islam 10.801 74.28 %
2 Kristen 2.682 18.44 %
3 Katholik 982 6.75 %
4 Hindu 9 0.06 %
5 Budha 64 0.44 %
6 Kong Hu Chu 2 0.01 %
Jumlah 14512 100 %
Sumber Data: Monografi Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Tahun 2016
Tabel 3.3
Sarana Ibadah di Kelurahan Sidorejo Lor
No Sarana Ibadah Jumlah
1 Masjid 15
2 Mushola 10
54
3 Gereja 5
Total 30
Sumber Data: Monografi Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Tahun 2016
c. Pendidikan
Pendidikan sangat penting bagi masyarakat, karena dengan
pendidikan sumber daya manusia bisa lebih maju, masyarakat bisa
mendapatkan lapangan pekerjaan lebih mudah. Hal ini sebagai salah satu
cara untuk mengentaskan kemiskinan. Berikut tabel mengenai tingkat
pendidikan.
Tabel 3.4
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal
No Pendidikan Jumlah Presentase
1 Taman Kanak-Kanak 1659 10.16 %
2 SD/Sederajat 2235 13.69 %
3 SMP/Sederajat 2050 12.55 %
4 SMA/Sederajat 4183 25.62 %
5 Akademi Diploma I-III 4401 26.96 %
6 Strata I 1762 10.79 %
7 Strata II 29 0.17 %
8 Pondok Pesantren (Islam) 4 0.02 %
9 Pendidikan Keagamaa (Non Islam) 1 0.01 %
55
Sumber Data: Monografi Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Tahun 2016
Lulusan pendidikan yang berada di Kelurahan Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga sangatlah beraneka ragam,
berdasarkan Data Pemerintah Kota Salatiga Kecamatan Sidorejo
Kelurahan Sidorejo Lor tahun 2016 tentang Monografi kelurahan
menyebutkan bahwa lulusan dengan jenjang pendidikan Akademik (D1-
D3) adalah jumlah yang terbanyak. Disusul dengan lulusan SMA
sederajat diurutan kedua. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal
pendidikan masyarakat sidorejo lor tidaklah ketinggalan.
d. Ekonomi
Berdasarkan Data Pemerintah Kota Salatiga Kecamatan Sidorejo
Kelurahan Sidorejo Lor tahun 2016 tentang Monografi kelurahan
menyebutka bahwa tingkat Perekonomian Masyarakat Sidorejo Lor
Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga adalah cukup baik. Berikut data mata
pencaharian Masyarakat Desa Sidorejo Lor.
Tabel 3.5
Kelompok Masyarakat Sidorejo Lor Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah Presentase
1 Pegawai Negri Sipil 472 8.95 %
2 ABRI 28 0.53 %
3 Swasta 2572 48.77 %
56
4 Wiraswasta 1281 24.29 %
5 Tani 21 0.39 %
6 Pertukangan 107 2.02 %
7 Buruh Tani 47 0.89 %
8 Pensiunan 564 10.69 %
9 Nelayan 1 0.01 %
10 Pemulung 4 0.07 %
11 Jasa 176 3.33 %
Jumlah 5273 100%
Sumber Data: Monografi Kelurahan Sidorejo Lor Kecamatan Sidorejo
Kota Salatiga Tahun 2016
Mayoritas mata pencaharian penduduk adalah bekerja sebagai
karyawan swasta yaitu sejumlah 2573 Orang dan wiraswasta sejumlah
1281 orang. Sebanyak 472 Orang bekerja sebagai Pegawai Negri Sipil
dan 564 pensiunan. Hanya ada 4 Orang yang berprofesi sebagai
pemulung. Dan ada 176 orang yang bergerak di bidang jasa.
Berdasarkan wawancara dari salah satu staf Kelurahan Sidorejo
Kota Salatiga, sebagian besar usaha wiraswasta yang mereka miliki
adalah pemilik toko dan pemilik jasa hiburan seperti, pemilik cafe,
tempat karaoke, pemilik warnet dan rental playstation. Ada 176 Orang
asli Sidorejo Lor yang berprofesi di bidang jasa diantaranya adalah
pemandu karaoke, panti pijat, tukang pijat urut dan tukang cukur.
57
3. Sejarah Wisata Karaoke Sarirejo
Wisata karaoke sarirejo adalah pusat tempat hiburan malam untuk
karaoke. Tempat tersebut berada di sebelah utara Kota Salatiga yang
berjarak 4 Kilometer dari Pusat Kota Salatiga. Tempat tersebut semula
digunakan untuk lokalisasi pelacuran yang sering disebut “sembir”. Mulai
tahun 1998 lokalisasi tersebut ditutup dengan dikeluarkanya Keputusan
Walikota Madya nomor: 462.3/328/1998 tanggal satu Juli 1998, yaitu
tentang perhentian dan penghapusan segala bentuk kegiatan Tuna Susila dan
Usaha Rehabilitasi serta Resosialisasi dalam Sistem Lokalisasi Sarirejo.
Menurut Bapak Andi (Slamet Sentosa) pemilik tempat karaoke
“prameswari” dan juga sebagai ketua paguyuban wisata karaoke di Sarirejo,
awalnya lokalisasi Sembir terbentuk karena pada tahun 1970-an banyak
terdapat wanita-wanita malam yang menjajakan diri di sepanjang Jalan
Jendral Sudirman Kota Salatiga tepatnya di depan Hotel Bringin. Semakin
lama semakin banyak wanita malam yang menjajakan di tempat ini sehingga
meresahkan masyarakat akhirnya disediakan tempat khusus di Sarirejo.
Setelah mendapat surat dari walikota tahun 1998 mulailah tumbuh usaha
karaoke di Sarirejo. Tidak dapat dipungkiri bahwa saat itu masih banyak
dijumpai praktek-praktek prostitusi, bahkan sampai sekarang.31
31 Wawancara dengan Bapak Andi/Slamet Sentosa (Ketua RW Desa Sarirejo) pada hari Senin tanggal
14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.27 WIB.
58
B. Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarga di Lingkungan Prostitusi
Memiliki keluarga harmonis memang menjadi impian setiap orang atau
pasangan. Bagaimana tidak, dengan keharmonisan keluarga, keadaan di rumah
akan menjadi damai dan menyenangkan. Maka bukan hal yang aneh lagi bila
keharmonisan keluarga ini adalah sesuatu yang dicita-citakan hampir seluruh
keluarga. Namun untuk menciptakan keluarga yang harmonis ini tidaklah
semudah membalikkan telapak tangan, apalagi dalam mewujudkan keluarga yang
harmonis di lingkungan prostitusi seperti di Sarirejo. Seseorang atau pasangan
haruslah berusaha dan berjuang menciptakan keadaan atau suasana harmonis
dalam keluarga tersebut.
Berkaitan dengan hal ini, Penulis melakukan wawancara dengan 9
narasumber yang seluruhnya merupakan warga Sarirejo tentang upaya menjaga
keharmonisan keluarga di lingkungan prostitusi. Adapun hasil penelitian tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Bapak L
Bapak L adalah seorang ustadz di Sarirejo. Dalam menjaga
keharmonisan keluarganya, Bapak L memberikan tips bahwa antara suami
istri harus saling menghormati, saling menjaga amanah, saling jujur, dan
saling berprasangka baik kepada pasangan.32
32 Wawancara dengan Bapak L pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.14
WIB.
59
2. Bapak Z
Bapak Z merupakan salah satu orang yang menjadi pengusaha wisata
karaoke yang ada di Dusun Sarirejo. Bapak berusia 62 tahun ini
menjelaskan bahwa tips agar keluarganya selalu harmonis adalah dengan
memisahkan ruang pribadi keluarga dengan tempat wisata karaoke. Selain
itu, beliau menambahkan bahwa management keuangan yang baik harus
dilakukan.33
3. Bapak H
Bapak H adalah seorang pendatang, yang berprofesi sebagai montir.
Beliau tinggal di Sarirejo mengikuti istrinya. Ketika Penulis bertanya tentang
bagaimana cara menjaga keharmonisan keluarganya, bapak dua anak ini
hanya memberikan satu jawaban, yaitu saling menjaga kepercayaan antara
suami dan istri.34
4. Bapak AL
Bapak AL berusia 51 tahun. Selain Bapak Z, beliau juga merupakan
pengusaha wisata karaoke di Sarirejo. Anak istri Bapak AL tinggal di luar
kota. Hal ini sebagai salah satu upaya yang dilakukan Bapak AL agar
keluarganya tetap harmonis. Beliau menambahkan bahwa anak istri dan
keturunannya tidak boleh bersentuhan langsung dengan masyarakat sekitar
33
Wawancara dengan Bapak Z pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.34
WIB. 34
Wawancara dengan Bapak H pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.13
WIB.
60
lokalisasi prostitusi, karena khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan.35
5. Ibu JS
Ibu JS merupakan seorang pedagang yang berusia 37 tahun. Ibu yang
memiliki dua orang anak ini menjelaskan bahwa menjaga penampilan yang
selalu menarik di hadapan suami menjadi kunci utama dalam menjaga
keharmonisan keluarganya. Hal ini dilakukan karena suami beliau sangat
menyukai ketika melihat Ibu JS tampil menarik.36
6. Bapak MI
Bapak MI merupakan seorang wiraswasta yang berusia 40 tahun.
Beliau adalah orang asli dari Sarirejo. Untuk mewujudkan keluarga yang
harmonis, beliau menyatakan bahwa antara suami istri harus saling
menghormati, saling menjaga sikap dengan selalu sopan santun dalam
bertutur kata dan bertindak.37
7. Bapak P
Dalam kehidupan sehari-hari, Bapak P berprofesi sebagai buruh
bangunan. Bapak berusia 45 tahun ini merupakan seorang ayah yang sangat
menyayangi keluarganya. Di setiap pulang bekerja, beliau selalu tepat waktu
pulang ke rumah. Ketika Penulis bertanya tentang bagaimana cara menjaga
35 Wawancara dengan Bapak AL pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.40
WIB. 36 Wawancara dengan Ibu JS pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.11 WIB. 37
Wawancara dengan Bapak MI pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.45
WIB.
61
keharmonisan keluarganya, beliau menjelaskan bahwa waktu bersama
dengan keluarga menjadi kunci utamanya. Semakin sering berkumpul, akan
semakin harmonis, tenang dan bahagia.38
8. Bapak AM
Bapak AM merupakan narasumber termuda yang Penulis
wawancarai. Usianya baru 35 tahun. Beliau berprofesi sebagi operator
karaoke di salah satu kafe/wisata karaoke yang ada di Sarirejo. Bapak satu
anak ini menjelaskan bahwa saling setia menjadi kunci utama dalam
mengarungi bahtera berumah tangga. Beliau sangat yakin bahwa dengan
saling setia maka keluarganya akan selalu harmonis.39
9. Bapak S
Berkebalikan dengan Bapak AM, Bapak S merupakan narasumber
tertua yang Penulis wawancarai. Saat ini, Bapak S berusia 70 tahun. Beliau
merupakan salah satu pengusaha kos yang ada di Sarirejo. Menurut beliau,
cara menjaga keluarga agar tetap selalu harmonis adalah dengan
membentengi keluarga dengan memperdalam ilmu agama, terutama agama
Islam. Bapak S mencontohkan salah satu hal yang dapat dilakukan yaitu
dengan rajin mengikuti pengajian.40
38
Wawancara dengan Bapak P pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.17
WIB. 39
Wawancara dengan Bapak AM pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.44
WIB. 40
Wawancara dengan Bapak S pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 17.15
WIB.
62
C. Pola Hubungan Keluarga Dalam Lingkungan Prostitusi
Islam adalah agama rahmah, yang penuh kasih sayang, ajaran yang
menjaga nilai-nilai kemanusiaan, individu dan masyarakat pada setiap sisi
fenomena kehidupan dan setiap gerak serta waktu di alam jagat raya ini. Hidup
rukun dalam bermasyarakat adalah moral yang sangat ditekankan dalam Islam.
Jika umat Islam memberikan perhatian dan sungguh-sungguh menjalankan
konsep yang telah diajarkan Rasulullah SAW, niscaya akan tercipta kehidupan
masyarakat yang tentram, aman dan nyaman, di lingkungan tempat tinggal kita,
di lingkungan pendidikan atau di tengah masyarakat umum, baik bersama orang-
orang yang sebaya ataupun yang sama keinginan dan kebutuhannya dengan kita,
atau siapa saja.
Hidup di lingkungan prostitusi seperti di Sarirejo tidaklah mudah. Kalau
tidak hati-hati dan tidak dilandasi dengan iman yang kuat, bisa ikut terjerumus ke
dalamnya. Berkaitan dengan hal ini, Penulis melakukan wawancara terhadap
beberapa narasumber yang tinggal di lingkungan prostitusi di Sarirejo terkait
bagaimana pola hubungan keluarga lingkungan prostitusi. Adapun hasil
wawancara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Hubungan Suami Isteri
Dari 9 orang narasumber, 8 diantaranya adalah seorang laki-laki yang
juga merupakan seorang kepala rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian
yang penulis lakukan, terdapat dua pola hubungan suami isteri, yaitu:
63
b. Isteri dianggap sebagai pelengkap suami
Suami diharapkan untuk memenuhi kebutuhan istri akan cinta
dan kasih sayang, kepuasan seksual, dukungan emosi, teman,
pengertian dan komunikasi yang terbuka. Suami dan istri memutuskan
untuk mengatur kehidupan bersamanya secara bersama-sama. Tugas
suami masih tetap mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, dan
tugas istri masih tetap mengatur rumah tangga dan mendidik anak-
anak. Tetapi suami dan istri kini bisa merencanakan kegiatan bersama
untuk mengisi waktu luang. Suami juga mulai membantu istri di saat
dibutuhkan, misalnya mencuci piring atau menidurkan anak, bila
suami mempunyai waktu. Pola hubungan ini terdapat dalam keluarga
Bapak Z, Bapak L, Bapak MI, Bapak S, dan Bapak AL.
c. Tidak ada posisi yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari suami
Tidak ada posisi yang lebih tinggi atau rendah di antara suami-
istri. Istri mendapat hak dan kewajibannya yang sama untuk
mengembangkan diri sepenuhnya dan melakukan tugas-tugas rumah
tangga. Pekerjaan suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri.
Dengan demikian istri bisa pencari nafkah utama, artinya penghasilan
istri bisa lebih tinggi dari suaminya. Pola hubungan ini terdapat dalam
keluarga Ibu JS, Bapak AM, Bapak P dan Bapak H.
64
2. Hubungan Orang Tua-Anak
Dalam sebuah keluarga anak adalah generasi penerus. Jadi sudah
selayaknya di didik dengan sebaik-baiknya. Sehingga kelak ia bisa menjadi
anak yang baik, berbakti kepada oranga tua, berguna bagi orang lain dan
menjadi penerus keluarga yang baik. Untuk mendidik anak, sebaiknya
dilakukan sejak usia dini. Hal ini bertujuan untuk menanamkan sifat-sifat
kebaikan dalam dirinya. Kelak setelah dewasa tinggal menempa sifat
tersebut dan mengasah kecerdasannya.
Anak yang di didik dengan baik, suatu hari pasti akan menjadi anak
yang berguna. Sehingga ia dihargai oleh banyak orang dan membawa citra
baik keluarga. Sayangnya, mendidik anak dengan baik bukan sesuatu yang
mudah dilakukan, seperti membalikan telapak tangan. Terlebih jika
mendidik anak di lingkungan prostitusi seperti di Sarirejo. Perlu kegigihan
serta kesabaran yang besar untuk melakukan itu semua. Tentu pengorbanan
tersebut akan menuai hasil yang memuaskan.
Berdasarkan hasil penelitian yang Penulis lakukan di Sarirejo,
terdapat berbagai macam cara orang tua dalam mendidik anak. Adapun cara-
cara tersebut adalah sebagai berikut:
a. Membujuk anak agar rajin berangkat TPQ setiap sore
Terdapat 5 narasumber yang senantiasa mendukung anak-anak
untuk rajin mengaji di di masjid. Mereka adalah Bapak L, Bapak AL,
Bapak P, Bapak MI dan Bapak AM. Alasan orang tua membujuk anak
65
untuk rajin mengaji di TPQ adalah karena mereka sibuk bekerja,
sehingga tidak ada waktu untuk mengajar ngaji di rumah. Selain itu,
juga karena faktor orang tua yang tidak bisa membaca Al-Qur‟an.
b. Memondokkan anak di pesantren Islam
Dari semua narasumber yang penulis wawancarai, hanya ada 2
orang tua yang memondokkan anak di Pesantren Islam yang ada di luar
kota. Mereka adalah Bapak Z dan Bapak L. Dengan memondokkan anak
di Pesantren Islam, orang tua berharap kelak anak tersebut dapat
menjadi orang yang lebih bermanfaat bagi agama.
c. Menyekolahkan anak di sekolah Islam terpadu
Bapak H merupakan satu-satunya narasumber yang
menyekolahkan anaknya di sekolah Islam terpadu. Beliau berharap
bahwa dengan menyekolahkan anak di sekolah Islam terpadu, maka
anaknya dapat lebih baik dari orang tuanya. Maksudnya, anak tersebut
akan selalu sibuk belajar di sekolahnya, mulai dari pagi hingga sore hari.
Terlebih di sekolahnya terdapat materi mengaji dan menghafal Al-
Qur‟an. Hal ini dirasa Bapak H lebih baik dari pada menyekolahkan
anaknya di sekolah biasa.
d. Mengamanahkan anak kepada saudara yang berada di luar kota untuk
merawat dan mendidiknya
Karena merasa bahwa lingkungan tempat tinggalnya kurang baik
untuk pendidikan anak, Ibu JS memilih untuk mengamanahkan anaknya
66
yang masih kecil kepada saudara yang berada di luar kota untuk
merawat dan mendidiknya sampai dewasa.
e. Memberikan fasilitas anak guru les privat
Salah satu orang tua yang memberikan fasilitas guru les privat
dari luar adalah Bapak AM. Beliau ingin agar anaknya lebih rajin dan
lebih pandai dari teman-teman sebayanya. Selain itu, juga untuk
membatasi anak bermain. Maksudnya, anak tetap bermain, tetapi lebih
banyak waktu yang digunakan untuk belajar.
f. Mencontohkan tutur kata, sikap, perilaku dan perbuatan yang baik
kepada anak di dalam rumah
Bapak MI adalah satu-satunya narasumber yang mencontohkan
tutur kata, sikap, perilaku dan perbuatan yang baik kepada anak di
dalam rumah. Menurut beliau, rumah adalah tempat pertama bagi anak
untuk belajar. Maka dari itu, sejak anak-anak masih dini Bapak MI
beserta istri membiasakan komunikasi dalam keluarga dengan bahasa
dan perbuatan yang halus dan lemah lembut.
g. Mendogma anak sejak dini tentang bahaya pergaulan bebas
Anak adalah harta paling berharga bagi orang tua. Hal itulah
yang dirasakan oleh Bapak P. Bapak P menambahkan bahwa anak-anak
harus sudah sejak dini diberi tahu mana yang baik dan mana yang buruk,
tak terkecuali pergaulan bebas yang ada di Dusun Sarirejo. Beliau
mendidik anak sejak dini dengan menjelaskan dampak-dampak negatif
67
dari pergaulan bebas, seperti minum minuman keras, dan sebagainya.
Ketika anak sudah tau dampaknya, maka anak akan takut untuk
melakukan perbuatan negatif tersebut.
h. Membujuk anak untuk mengikuti latihan bela diri pencak silat setiap
hari Jum‟at dan Ahad yang diampu oleh relawan dari tetangga desa
Kegiatan bela diri pencak silat ini diikuti beberapa anak yang
ikut TPQ di masjid. Hal ini sangat didukung oleh para orang tua,
sebagai bekal buat anak kelak ketika sudah dewasa. Adapun orang tua
tersebut yang mendukung anak untuk mengikuti bela diri pencak silat
adalah adalah Bapak L, Bapak AL, Bapak P, Bapak MI dan Bapak AM.
i. Memberikan kebebasan pada anak asalkan masih dalam koridor
kewajaran
Sebagai narasumber yang paling tua, Bapak S mempunyai
pendapat berbeda dengan narasumber lainnya. Menurut beliau, anak
diberikan kebebasan asalkan masih dalam batas kewajaran. Hal ini
karena Bapak S sudah tidak mempunyai anak kecil lagi. Semua anak-
anaknya sudah dewasa, bahkan sudah ada yang berumah tangga
3. Hubungan Saudara
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 narasumber, semua saudara
kandung berada di luar Kota. Sehingga, tidak terbentuk sebuah pola
hubungan saudara dalam lingkungan prostitusi di Dusun Sarirejo.
68
4. Hubungan Masyarakat
Islam adalah agama rahmah, yang penuh kasih sayang, ajaran yang
menjaga nilai-nilai kemanusiaan, individu dan masyarakat pada setiap sisi
fenomena kehidupan dan setiap gerak serta waktu di alam jagat raya ini.
Hidup rukun dalam bermasyarakat adalah moral yang sangat ditekankan
dalam Islam. Jika umat Islam memberikan perhatian dan sungguh-sungguh
menjalankan konsep yang telah diajarkan Rasulullah SAW, niscaya akan
tercipta kehidupan masyarakat yang tentram, aman dan nyaman, di
lingkungan tempat tinggal kita, di lingkungan pendidikan atau di tengah
masyarakat umum, baik bersama orang-orang yang sebaya ataupun yang
sama keinginan dan kebutuhannya dengan kita, atau siapa saja.
Hidup di lingkungan prostitusi seperti di Sarirejo tidaklah mudah.
Kalau tidak hati-hati dan tidak dilandasi dengan iman yang kuat, bisa ikut
terjerumus ke dalamnya. Berkaitan dengan hal ini, Penulis melakukan
wawancara terhadap beberapa narasumber yang tinggal di lingkungan
prostitusi di Sarirejo terkait bagaimana cara mengantisipasi agar tidak
terkontaminasi oleh lingkungan prostitusi.
Adapun hasil wawancara tersebut Penulis kelompokkan menjadi dua
bagian sebagai berikut:
e. Pendapat yang positif
Dari hasil wawancara terhadap 9 narasumber, terdapat 5
pendapat yang menurut Penulis bernilai positif, yaitu:
69
1) Pendapat Bapak L
Menurut Bapak L, hal mendasar yang harus dilakukan agar
tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi adalah dengan
tidak pernah mendekati zona merah. Zona merah yang
dimaksudkan adalah rumah-rumah wisata karaoke, karena di
dalamnya terdapat banyak pengunjung dari luar yang kebanyakan
membawa dampak negatif, seperti minum minuman keras, dan
lain-lain.41
2) Pendapat Bapak Z
Ketika Penulis melakukan wawancara kepada beliau,
bapak berkumis tipis ini menjelaskan bahwa perlunya meningkat
SDM warga Sarirejo. Akan tetapi, beliau merasa bahwa
masyarakat Sarirejo cenderung acuh, karena semangat beliau yang
ditunjukkan di forum-forum perkumpulan yang ada di Sarirejo
tidak begitu ditanggapi positif oleh warga sekitar.42
3) Pendapat Bapak P
Berbeda dengan Bapak Z dan Bapak L, Bapak P
mempunyai cara tersendiri agar tidak terkontaminasi dengan
lingkungan prostitusi di Sarirejo. Menurut beliau, hidup sederhana
41
Wawancara dengan Bapak L pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.14
WIB. 42
Wawancara dengan Bapak Z pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.34
WIB.
70
menjadi kunci utama. Selalu menerima apa adanya pemberian
Tuhan dan senantiasa bersyukur. Hal ini juga dapat menjauhkan
keluarga dari sifat hura-hura seperti yang ada di rumah-rumah
wisata karaoke.43
4) Pendapat Bapak MI
Hampir sama dengan pendapat Bapak M, Bapak MI
menambahkan bahwa dengan menjaga jarak terhadap para
pendatang baru bisa menghindarkan keluarga dari pengaruh buruk
lingkungan prostitusi. Menurut beliau, kebanyakan pendatang baru
merupakan seorang pemandu karaoke. Tanpa merendahkan
profesi seorang pemandu karaoke, beliau menjelaskan bahwa ada
sebagian pemandu karaoke yang membawa dampak negatif bagi
masyarakat, dan inilah yang harus dihindari.44
5) Pendapat Ibu JS
Beliau berpendapat bahwa hidup adalah pilihan. Ada
pilihan yang baik, dan ada pilihan yang tidak baik. Masyarakat
harus pandai memilih mana yang terbaik bagi keluarganya. Agar
tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi, maka
masyarakat harus mampu membedakan mana yang baik dan mana
43
Wawancara dengan Bapak P pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.17
WIB. 44
Wawancara dengan Bapak MI pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.45
WIB.
71
yang tidak baik di Sarirejo. Begitu pula dengan dampak-
dampaknya, maka masyarakat harus jeli agar tidak menyesal di
kemudian hari.45
f. Pendapat yang negatif
6) Pendapat Bapak H
Agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi di
Sarirejo, Bapak H jarang berbaur dengan masyarakat sekitar.
Menurut beliau, hal itu sengaja dilakukan karena merasa bahwa
yang dilakukan tersebut sudah baik dan benar. Padahal jika tidak
mau berbaur dengan masyarakat maka akan menimbulkan dampak
negatif seperti tidak dianggap warga Dusun Sarirejo.46
7) Pendapat Bapak AL
Menurut Bapak AL, hal-hal buruk yang ada di Sarirejo
sudah menjadi kebiasaan, seperti banyaknya para pengunjung dari
luar yang hendak sing song, bahkan tak jarang dari mereka minum
minuman keras, bahkan sampai pada menyewa salah satu
pemandu karaoke untuk menemani tidur.47
45
Wawancara dengan Ibu JS pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 15.11 WIB. 46
Wawancara dengan Bapak H pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.13
WIB. 47
Wawancara dengan Bapak AL pada hari Senin tanggal 14 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.40
WIB.
72
8) Pendapat Bapak AM
Sama halnya dengan Bapak AL, Bapak AM menganggap
bahwa itu sudah biasa di Sarirejo, jadi tidak ada yang perlu
dilakukan lagi agar tidak terkontaminasi.48
9) Pendapat Bapak S
Berbeda dengan Bapak AL dan Bapak AM, Bapak AS
cenderung lebih cuek terhadap lingkungan sekitar. Hal ini karena
faktor usia, yang mana Bapak S merupakan seorang lansia yang
berumur 70 tahun. Bapak S menjelaskan bahwa selama ini beliau
acuh tak acuh terhadap lingkungannya. Yang beliau pikirkan
adalah yang terpenting mendapatkan uang pemasukan dari usaha
kos yang sudah sejak lama beliau dirikan.49
D. Penerapan Hak dan Kewajiban Suami Isteri
Karena adanya akad atau ikatan perkawinan, maka akan muncul hak dan
kewajiban. Sebab ikatan perkawinan, maka akibatnya adalah adanya hak dan
kewajiban suami istri. Hak adalah sesuatu atau perbuatan yang didapat dari orang
lain Sedangkan kewajiban adalah sesuatu atau perbuatan dari seseorang terhadap
orang lainnya. Dalam berumah tangga, maka suami memiliki hak dan
48
Wawancara dengan Bapak AM pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 16.44
WIB. 49
Wawancara dengan Bapak S pada hari Selasa tanggal 15 Mei 2018 di Dusun Sarirejo pukul 17.15
WIB.
73
kewajibannya. Sebagaimana istri juga memiliki hak dan kewajiban pula. Hak dan
kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam
kehidupan berumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Hak dan
kewajiban suami isteri sudah diatur didalam Undang-Undang Perkawinan Nomor
1 Tahun 1974.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh narasumber, mereka tidak
tahu secara pasti tentang hak dan kewajiban suami isteri sebagaimana tertuang
dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tersebut. Yang mereka tahu adalah
suami wajib menafkahi isterinya baik lahir maupun bathin, isteri harus patuh
pada suami dan isteri membereskan pekerjaan rumah.
74
BAB IV
ANALISIS POLA HUBUNGAN KELUARGA DI LINGKUNGAN
PROSTITUSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
A. Analisis Upaya Menjaga Keharmonisan Keluarga di Lingkungan Prostitusi
Berdasarkan hasil wawancara dengan 9 narasumber, upaya menjaga
keharmonisan keluarga di lingkungan prostitusi Sarirejo adalah sebagai berikut:
1. Memanagement keuangan dengan baik;
2. Saling setia;
3. Saling menjaga kepercayaan;
4. Saling menghormati antara suami isteri;
5. Family time;
6. Menjaga penampilan agar selalu menarik di hadapan pasangan;
7. Saling menjaga sikap antara suami isteri;
8. Membentengi keluarga dengan ilmu agama, yaitu memperdalam ilmu-ilmu
agama Islam;
9. Memiliki rumah di luar kota bagi pengusaha karaoke, agar tidak
berhubungan langsung dengan masyarakat sekitar;
10. Memisahkan ruang pribadi keluarga dengan tempat karaoke bagi pengusaha
karaoke yang tak memiliki tempat tinggal selain di Sarirejo.
75
Menurut Penulis, jawaban dari seluruh narasumber sangat sederhana dan
singkat. Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk mewujudkan keluarga yang
harmonis di lingkungan prostitusi sangat sulit.
Di dalam agama Islam, keluarga yang harmonis disebut dengan keluarga
yang sakinah. Berdasarkan Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat
Islam dan Urusan Haji Nomor: D atau 71 tahun 1999 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Bab III pasal 3 menyatakan
bahwa Keluarga Sakinah adalah keluarga yang dibina berdasarkan perkawinan
yang sah, mampu memenuhi hajat hidup sepiritual dan material yang layak dan
seimbang, mampu menciptakan suasana cinta kasih sayang (mawaddah
warrahmah) selaras, serasi dan seimbang serta mampu menanamkan dan
melaksanakan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, amal shaleh, dan akhlaq mulia
dalam lingkungan keluarga sesuai dengan ajaran Islam.
Berkaitan dengan hal ini, Imam Al Ghazali telah menuliskan dalam kitab
Ihya Ulumuddin beberapa kiat-kiat untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.
Imam Ghazali berkata, jika pasangan suami istri melakukan 14 hal ini niscaya
rumah tangganya akan langgeng, harmonis dan bahagia di dunia maupun di
akhirat:
1. Mempelajari ilmu agama khususnya fiqih nikah
Sebelum menikah sebaiknya pasangan suami istri sudah mempelajari ilmu
agama yang berhubungan dengan masalah pernikahan, sehingga hak dan
kewajiban masing-masing bisa terlaksana dengan baik. Bagaimana bisa
76
mengetahui haknya masing-masing kalau tanpa dasar ilmu agama yang baik.
Dengan memahami ilmunya, insyaallah kehidupan berumah tangga akan
harmonis dan keluarga terhindar dari api neraka.
2. Suami harus sabar menghadapi istri
Suami harus bisa sabar dalam menghadapi sikap maupun akhlaq istri yang
tidak baik. Bagaimanapun akal seorang wanita tidak sama dengan akal pria,
seperti yang disabdakan oleh Nabi Saw: “Aku tidak melihat seorang yang
kurang akal dan agamanya yang menguasai akal laki-laki lebih dari
perempuan.” (HR. Bukhori)
3. Jadi suami harus bisa romantis ke istri
Suami harus bisa romantis kepada istrinya dengan cara mencandainya atau
bermain dengannya sebagaimana hal itu telah dilakukan oleh Nabi Saw
kepada istri-istri beliau. Diriwayatkan bahwa Nabi Saw bercanda dengan
istri-istrinya dan Nabi berusaha mengikuti apa kemauan mereka.
4. Suami tidak mencemburui istrinya berlebihan
Suami hendaknya jangan terlau mencemburui istrinya sampai kelewat batas.
Suami boleh cemburu dan merupakan sifat yang baik, misalnya ketika istri
keluar rumah tanpa seizin suaminya atau berbicra dengan laki-laki lain yang
bukan mahramnya dan lain lain. Cemburunya suami pada istri harus ada
sebabnya, tidak boleh cemburu buta. Cemburu buta dilarang dalam agama.
5. Suami memberi nafkah secukupnya
77
Seorang suami dalam memberi nafkah kepada istrinya harus mengambil
jalan tengah, maksudnya yaitu tidak terlalu kikir dan tidak terlalu boros,
karena keduanya dilarang oleh agama.
6. Istri harus bisa menerima apa adanya
Seorang istri hendaknya bersifat qonaah, menerima apa adanya pemberian
dari suami. Istri sebaiknya tidak minta sesuatu di luar batas kemampuan
suami, karena hal ini bisa menyebabkan suami berbuat hal yang tidak
diinginkan.
7. Istri senantiasa menjaga hartanya suami
Seorang istri hendaknya bisa menjaga harta suaminya dengan baik, tidak
menafkahkannya kecuali dengan seizin suami.
8. Istri tidak keluar rumah kecuali dengan izin dari suami
Seorang istri hendaknya selalu tinggal di rumah suaminya dan tidak pergi
keluar rumah kecuali atas izin dari suaminya. Ketika keluar dari rumah
hendaknya seorang istri berpakaian muslimah rapi dan menghindari tempat-
tempat yang ramai.
9. Istri tidak banyak mengobrol dengan tetangga kecuali untuk hal yang perlu
saja
Ketika berkumpul dengan tetangga, hindari untuk membicarakan hal-hal
yang tidak perlu (ngerumpi) seperti membicarakan kekurangan atau
kelebihan suami.
78
10. Istri lebih mengutamakan kemauan suaminya dari pada kemaunnya atau
keluarganya
Seorang istri yang berbakti kepada suami akan mengutamakan kemauan
suaminya dari pada kemaunnya atau keluarganya. Hal ini tentu dalam
koridor perbuatan yang baik dan dibenarkan oleh Islam.
11. Istri selalu tampil cantik di depan suami
Seorang istri hendaknya selalu tampil cantik mempesona di depan suami dan
siap kapan pun jika seandainya suami mengajak untuk berhubungan.
12. Sabar dalam mendidik anak
Pasangan suami istri hendaknya harus bersabar dalam mendidik anak-
anaknya, tidak mudah mengumpat jika sang anak melanggar perintahnya,
karena umpatan seorang ibu bisa menjadi kenyataan.
13. Istri tidak boleh congkak terhadap suaminya
Seorang istri tidak boleh merasa congkak terhadap suaminya, baik dengan
kecantikan maupun hartanya. Contohlah Sayyidatuna Khadijah RA, seorang
wanita yang kaya raya, ketika beliau menjadi istri Nabi Saw, beliau
memberikan semua hartanya kepada Nabi untuk kepentingan dakwah sang
suami.
14. Istri melayani suami dengan semampunya
Seorang istri hendaknya melayani suami dengan semampunya, baik itu
pekerjaan rumah maupun pekerjaan yang lainnya, asalkan tidak mengandung
kemaksiatan.
79
B. Analisis Pola Hubungan Keluarga Dalam Lingkungan Prostitusi
1. Hubungan Suami Isteri
Ada 4 macam pola perkawinan yaitu owner property, head
complement, senior junior partner, dan equal partner. Berdasarkan hasil
penelitian yang Penulis lakukan, pola hubungan suami isteri yang terbentuk
di Dusun Sarirejo termasuk pola senior junior partner, dan equal partner.
Senior junior partner yaitu isteri dianggap sebagai pelengkap suami.
Suami diharapkan untuk memenuhi kebutuhan istri akan cinta dan kasih
sayang, kepuasan seksual, dukungan emosi, teman, pengertian dan
komunikasi yang terbuka. Suami dan istri memutuskan untuk mengatur
kehidupan bersamanya secara bersama-sama. Tugas suami masih tetap
mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya, dan tugas istri masih tetap
mengatur rumah tangga dan mendidik anak-anak. Tetapi suami dan istri kini
bisa merencanakan kegiatan bersama untuk mengisi waktu luang. Suami
juga mulai membantu istri di saat dibutuhkan, misalnya mencuci piring atau
menidurkan anak, bila suami mempunyai waktu. Pola hubungan ini terdapat
dalam keluarga Bapak Z, Bapak L, Bapak MI, Bapak S, dan Bapak AL.
Equal partner yaitu tidak ada posisi yang lebih tinggi maupun lebih
rendah dari suami.. Istri mendapat hak dan kewajibannya yang sama untuk
mengembangkan diri sepenuhnya dan melakukan tugas-tugas rumah tangga.
Pekerjaan suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri. Dengan demikian
istri bisa pencari nafkah utama, artinya penghasilan istri bisa lebih tinggi dari
80
suaminya. Pola hubungan ini terdapat dalam keluarga Ibu JS, Bapak AM,
Bapak P dan Bapak H.
Menurut penulis, kedua pola yang terbentuk di atas sama-sama
mempunyai tujuan yang baik, yaitu demi terbentuknya sebuah keluarga yang
bahagia sebagaimana tujuan dari perkawinan.
2. Hubungan Orang Tua-Anak
Berdasarkan hasil penelitian yang Penulis lakukan terhadap 9
narasumber di Dusun Sarirejo, terdapat berbagai macam cara orang tua dalam
mendidik anak di lingkungan prostitusi. Adapun cara tersebut yaitu:
a. Menyuruh anak untuk mengaji di TPQ setiap sore;
b. Menyekolahkan anak di sekolah Islam Terpadu;
c. Memondokkan anak di pesantren Islam yang berada di luar kota;
d. Memotivasi anak untuk mengikuti latihan bela diri pencak silat setiap hari
Jum‟at dan Ahad di Dusun Sarirejo dengan mendatangkan pelatih dari
luar desa;
e. Mengamanahkan anak kepada saudara yang ada di luar kota untuk
merawat dan mendidik anak;
f. Mendatangkan guru les privat agar anak lebih semangat belajar;
g. Mendogma anak sejak dini tentang bahaya pergaulan bebas, minum
minuman keras, dan sebagainya;
h. Orang tua mencontohkan tutur kata, sikap, perilaku dan perbuatan yang
baik kepada anak di dalam rumah;
81
i. Memberikan kebebasan pada anak asalkan masih dalam koridor
kewajaran.
Menurut Penulis, secara umum cara orang tua dalam mendidik
anak di lingkungan prostitusi di atas sudah cukup baik, namun masih ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dan harus segera diperbaiki orang
tua, terutama bagi orang tua yang memberikan kebebasan pada anak
dalam bergaul. Pepatah mengatakan, anak adalah tangan yang dengannya
kita bisa memegang surga. Anak bisa menjadi jalan bagi kebahagiaan
orang tua. Karena itu, berilah ruang yang baik untuk anak agar mereka
leluasa belajar tentang moral dalam kehidupan. Belajar tentang kebaikan
dan kebajikan.
Bagi anak, pekerjaan tersulit adalah belajar perilaku baik tanpa contoh
dari lingkungan. Sebab, perilaku anak pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi antara anak dan lingkungan. Sikap serta pola perilaku anak dibentuk
melalui pembiasaan dan pengukuhan lingkungan. Termasuk, perilaku
puluhan anak yang tumbuh dan berkembang di lingkungan prostitusi Sarirejo.
Pembentukan perilaku mereka didasarkan pada stimulus yang diterima
melalui panca indranya. Selanjutnya, hal yang sudah mereka tangkap dari
lingkungan itu mereka beri arti dan makna berdasar pengetahuan,
pengalaman, serta keyakinan yang telah dimiliki. Apa yang dilihat, didengar,
dan dirasakan anak-anak itu setiap hari dari lingkungan Sarirejo secara tidak
82
sadar akan disimpan dalam bawah sadar mereka. Lambat laun, hal itu
menjadi tabungan bagi pola kepribadian mereka kelak.
Moralitas merupakan kekuatan yang mendorong anak-anak untuk
melakukan tindakan-tindakan yang baik sebagai kewajiban atau norma. Di
sana ada kepekaan dalam pikiran, perasaan, serta tindakan untuk selalu
mengikuti prinsip-prinsip dan aturan-aturan.Tumbuh dan berkembangnya
potensi moral merupakan hak bagi anak-anak di sekitar lokalisasi Sarirejo.
Perkembangan moralitas anak-anak tersebut menjadi tanggung jawab
keluarga, sekolah, serta seluruh komponen masyarakat, termasuk pemerintah
sebagai regulator negara.
Menurut Penulis, kompensasi psikologis harus diberikan kepada
anak-anak yang selama ini hidup di lingkungan prostitusi tersebut. Sebab,
bukan hal mudah bagi anak-anak itu untuk menumbuhkan kembali moralitas
yang telah terbonsai oleh lingkungan prostitusi.
Keluarga, sekolah dan masyarakat harus memberikan pendampingan
kepada anak-anak yang dilakukan secara terencana, terfokus, dan
komprehensif. Tujuannya, anak-anak Sarirejo tumbuh menjadi pribadi yang
peka terhadap aturan dan prinsip. Pendampingan tersebut butuh waktu lama
dan berkelanjutan. Karena itu, penguatan di level keluarga menjadi hal yang
paling penting. Terutama penguatan peran orang tua dalam penanaman nilai
moral kepada anak-anak. Penguatan keluarga tersebut sangat penting karena
lingkungan pertama dan utama bagi anak-anak adalah keluarga.
83
Selain itu, penguatan di level sekolah tidak kalah penting. Sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah bisa turut mendampingi anak-anak
Sarirejo melalui program bimbingan, pengajaran, dan latihan. Dengan
demikian, aspek moralitas anak-anak Sarirejo bersemi kembali.
Terakhir, yang juga penting, masyarakat sekitar prostitusi Sarirejo
diberi penyadaran bahwa menjaga moral anak-anak merupakan tanggung
jawab bersama. Tidak lagi bersifat personal. Sebab, interaksi sosial anak-
anak Sarirejo terhadap lingkungan sosial menjadi keniscayaan. Standar nilai
yang dianut lingkungan akan mudah diinternalisasi anak-anak Sarirejo.
Karena itu, agar moral anak-anak Sarirejo berkembang baik, harus ada
perubahan secara serentak dan simultan. Dimulai dengan menerima dan
mendukung penutupan wisata karaoke yang menjadi sumber prostitusi di
Sarirejo.
3. Hubungan Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara Penulis dengan 9 narasumber tentang
bagaimana cara agar tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi di
Sarirejo, terdapat beberapa tips sebagai berikut:
a. Meningkatkan SDM masyarakat Sarirejo;
b. Hidup sederhana, dengan tidak ikut-ikutan pola hidup masyarakat
Sarirejo yang hura-hura;
c. Tidak pernah mendekati zona merah (wisata karaoke);
d. Harus mampu membedakan mana yang baik dan buruk;
84
e. Jaga jarak dengan pendatang baru yang mayoritas adalah pemandu
karaoke;
f. Acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar;
g. Jarang berkumpul dengan masyarakat sekitar;
h. Menganggap bahwa hidup di tempat lokalisasi wisata karaoke sudah
biasa;
i. Menganggap bahwa hal-hal buruk yang ada di Sarirejo sudah menjadi
kebiasaan.
Menurut Penulis, cara yang dilakukan oleh masayarakat Sarirejo agar
tidak terkontaminasi dengan lingkungan prostitusi belum baik. Hal ini
karena terdapat beberapa narasumber yang menyampaikan bahwa hidup di
tempat lokalisasi sudah biasa, dan hal-hal buruk yang terjadi di sana pun
sudah dianggap sebagai kebiasaan. Ini menunjukkan bahwa masyarakat
Sarirejo terkesan acuh tak acuh terhadap lingkungan. Ditambah lagi dengan
adanya warga yang lebih memilih untuk tidak mau berbaur dengan
masyarakat Sarirejo.
Meskipun demikian, juga terdapat nilai positif dari salah satu
narasumber yang sangat aktif dalam meningkatkan SDM masyarakat
Sarirejo. Akan tetapi, dukungan dari masyarakat yang sangat minim menjadi
kendala tersendiri. Seharusnya, warga masyarakat Sarirejo bersama-sama
aktif dalam meningkatkan SDM, saling membantu, saling menasehati, saling
peduli, dan peka terhadap lingkungan.
85
C. Analisis Hak dan Kewajiban Suami Isteri Dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 Tentang Perkawinan
Hak adalah sesuatu atau hal yang didapat oleh seseorang dari orang lain,
sedangkan kewajiban adalah sesuatu atau hal yang diberikan oleh seseorang
kepada orang lain. Hak dan kewajiban suami istri sudah diatur di dalam Undang-
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam pasal 30 sampai pasal 34.
Pasal 30
Suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga
yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.
Pasal 31
(2) Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan
suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam
masyarakat.
(3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.
(4) Suami adalah kepala keluarga dan isteri ibu rumah tangga
Pada ayat pertama, sekiranya dapat dipahami bahwa walaupun suami
sebagai kepala rumah tangga, bukan berarti kedudukan suami lebih tinggi dari
seorang istri. Karena kedudukan istri adalah seimbang dengan kedudukan
seorang suami. Semuanya sama-sama memiliki peran di dalam kehidupan
berumah tangga, maupun di dalam kehidupan bermasyarakat.
86
Kemudian pada ayat kedua, pihak suami maupun istri semuanya berhak
melakukan perbuatan hukum jika merasa dirugikan oleh pihak lain. Kedudukan
suami istri itu seimbang, dalam melakukan perbuatan hukum. Sedangkan dalam
hukum perdata apabila izin suami tidak diperoleh karena ketidak hadiran suami
atau sebab lainya, pengadilan dapat memberikan izin kepada istri untuk
menghadap hakim dalam melakukan perbuatan hukum.
Selanjutnya pada ayat ketiga. Jika ini tertukar, misalnya seorang istri
yang menjadi pemimpin di dalam rumah tangganya menggantikan suami atau
keduanya sama-sama ingin berkuasa, tidak ada yang mengatur atau diatur, sudah
pasti keadaan rumah tangganya akan menemukan ketidaktenangan dan
ketentraman. Suatu organisasi saja harus memiliki pemimpin, apalagi sebuah
keluarga.
Pasal 32
(2) Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap
(3) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan
oleh suami isteri bersama.
Tempat kediaman yang dimaksud di situ adalah tempat tinggal yang
dapat dijadikan untuk beristirahat, berkumpul, berlindung dari teriknya matahari
dan dinginnya hujan. Tempat kediaman diatur oleh suami isteri, bisa mengontrak,
tinggal ditempat mertua/orangtua ataupun sebagainya.
87
Pasal 33
Suami isteri wajib saling cinta-mencintai, hormat-menghormati, setia dan
memberi bantuan lahir bathin yang satu kepada yang lain.
Suami wajib mencintai isteri dan meghormati harga diri isterinya.
Sebaliknya seorang isteri juga harus mencintai dan menghormati harga diri
suaminya. Misalnya seorang suami jangan memarahi isterinya di depan banyak
orang atau di tempat umum, dan sebaliknya.
Kemudian memberi bantuan lahir dan bathin, sekiranya dapat dipahami,
seperti suami memberikan pendidikan, pakaian, makan, tempat tinggal kepada
seorang istri dan sebaliknya. Suami/isteri dapat saling memberi teguran, nasihat
dan solusi jika salah satunya ada yang memiliki masalah, suami atau isteri
memberi siraman rohani kepada pasangannya, agar tujuan pernikahan
warahmahnya dapat tercapai. Bisa juga dengan memberikan kebutuhan hubungan
seksual.
Pasal 34
4) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu
keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
5) Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.
6) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing
dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.
Sudah seharusnya pria menjadi pelindung bagi wanita, bukan malah
menyakitinya, bahkan jika sampai menyaktiri fisiknya. Begitu pula jika sudah
88
berkeluarga, suami wajib melindungi istrinya dari apapun. Mulai dari perbuatan
atau ucapan sang isteri yang sekiranya melampaui hukum positif maupun hukum
syari‟at, ataupun suami melindungi isteri dan anaknya dari gangguan pihak lain.
Suami wajib memberikan segala sesuatu keperluan yang dibutuhkan di
dalam rumah tangga dengan sesuai kemampuannya, secara singkat suami wajib
memberikan nafkah kepada isteri maupun anak. Misalnya suami memberikan
biaya untuk pendidikan sang anak, biaya kesehatan untuk dirinya, isterinya dan
anaknya. Suami menjadi tanggung jawab kebutuhan makan isterinya dan
anaknya juga. Dan semua kebutuhan bagi dirinya, isterinya dan anaknya harus
dipenui sesuai dengan kemampuan dirinya. Seorang isteri sudah sepatutnya
mengerti akan kondisi suaminya, mungkin tidak semua kebutuhannya dapat
terpenuhi.
89
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Upaya menjaga keharmonisan keluarga di lingkungan prostitusi Sarirejo
diantaranya adalah sebagai berikut: Memanagement keuangan dengan baik;
Saling setia; Saling menjaga kepercayaan; Saling menghormati antara
suami isteri; Family time; Menjaga penampilan agar selalu menarik di
hadapan pasangan.
2. Pola hubungan keluarga dibagi menjadi empat, yaitu pola hubungan suami
isteri, pola hubungan orang tua-anak, pola hubungan saudara dan pola
hubungan masyarakat. Dari keempat pola hubungan tersebut, hanya pola
hubungan saudara yang tidak terjadi, karena dari seluruh narasumber yang
penulis wawancarai, semua saudaranya berada di luar kota.
3. Hak dan kewajiban suami isteri sebagaimana tertuang dalam Undang-
Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tidak seluruhnya diterapkan,
karena masyarakat Dusun Sarirejo tidak tahu secara pasti tentang hak dan
kewajiban suami isteri tersebut. Yang mereka tahu adalah suami wajib
menafkahi isterinya baik lahir maupun bathin, isteri harus patuh pada
suami dan isteri membereskan pekerjaan rumah.
4. Menurut pandangan ulama, menyediakan tempat untuk dijadikan lokasi
aktifitas perzinaan termasuk perkara yang diharamkan dalam Islam, baik
90
lokasi tersebut dalam lingkup yang kecil semisal rumah, kos-kosan,
warung/kafe ataupun dalam skala luas seperti area tertentu yang dijadikan
sebagai lokalisasi. Begitupun bagi seseorang atau kelompok yang
memfasilitasi dan atau menjadi perantara transaksi perzinaan, ini termasuk
dosa besar yang diharamkan dalam Islam. Hal ini karena menjadikan
wasilah dalam mendukung keharaman adalah haram, sebagaimana kaidah
syara menyebutkan al wasiilatu ilal haraami haraamun yang artinya
“Setiap wasilah (perantaraan) yang menuju kepada keharaman, maka
wasilah tersebut hukumnya haram”.
B. Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Masyarakat harus lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha
Esa sebagai salah satu upaya dalam rangka mencegah maraknya
praktik-praktik prostitusi di Dusun sarirejo.
b. Antara suami dan isteri harus saling percaya satu sama lain dan
memahami tujuan dari perkawinan sebagaimana tercantum dalam
undang-undang, sehingga dapat mewujudkan keluarga yang harmonis
meskipun hidup di lingkungan prostitusi.
c. Masyarakat hendaknya menanamkan ilmu agama sejak dini kepada
anak-anak agar kelak menjadi pribadi yang berkarakter yang mampu
menghapuskan praktik-praktik prostitusi di Sarirejo.
91
2. Bagi Pemerintah Kota
a. Pemerintah harus ikut hadir dalam mengentaskan tempat-tempat
lokalisasi dan juga para pelakunya. Pemberdayaan usaha mikro dan
juga penutupan tempat lokalisasi.
b. Jika pemerintah belum bisa melakukan penutupan lokalisasi, maka
pemerintah harus berupaya pro-aktif dalam hal menjaga kesehatan
para PSK dan juga lingkungan sekitar yang terdampak oleh adanya
praktik-praktik prostitusi.
92
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. EGC.
Ali, Zainuddin. 2010. Metodologi penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.
Arikunto, Suharsimi. 1991. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rajawali.
Basrowi. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor: Galia Indonesia.
Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan
Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Ibnu Katsir, Abu al Fidaa Ismail ibnu Umar. 1999. Tafsiir al Quran al „Azhiim. Dar
al Thayibah. Cetakan ke II.
Koentjoroningrat. 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.
M. Amirin, Tatang. 2006. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers.
Moloeng, Lexy, J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosda
Karya.
Nuruddin, Amir dan Azhari Akmal Taringan. 2004. Hukum Perdata Islam di
Indonesia Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No.1/1974
sampai KHI. Jakarta : Kencana.
Poerwadarminta. tt. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Rifa‟i, Muhammad. 2011. Sosiologi Pendidikan (struktur dan interaksi sosial di
dalam institusi pendidikan). Jogjakarta: Ar rruz Media.
Soekato, Soerjono. 1987. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
Soelaeman, Munandar. 1992. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.
Bandung: PT. Eresco.
Sunarto, Kamanto. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: FEUI.
93
Syani, Abdul. 2002. Sosiologi Skematika Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.
Wahyu. 1986. Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional.
Wahyu. 2010. Pokok-pokok Materi Kuliah Sosiologi Pendidikan Islam. Banjarmasin.
http://www.spengetahuan.com/2017/08/pengertian-keluarga-ciri-fungsi-macam-
tugas-peranan-keluarga.html
http://oktavialibra.blogspot.com/2016/10/makalah-perbandingan-mazhab-hak-
dan.html