pola distribusi spesies- masyitha wahid icp 091404169

27
LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN POLA DISTRIBUSI SPESIES TUMBUHAN MASYITHA WAHID 091404169 ICP

Upload: masyitha-wahid

Post on 12-Jan-2016

32 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI TUMBUHAN

POLA DISTRIBUSI SPESIES TUMBUHAN

MASYITHA WAHID091404169

ICP

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR2011

Page 2: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di lingkungan sekitar kita, seringkali terlihat tumbuhan dengan spesies

yang sama tumbuh bersama-sama secara berkelompok. Namun, ada pula jenis

spesies lainnya yang tumbuh saling berjauhan satu sama lain secara acak.

Meskipun terkesan tidak memiliki pola, namun tumbuhan-tumbuhan tersebut

tidak terdistribusi secara kebetulan. Perbedaan kondisi lingkungan, sumberdaya,

dan gangguan adalah beberapa faktor yang mempengaruhi dinamika populasi dan

pola distribusi spesies. Ketika suatu spesies mampu bertahan pada lingkungan

tertentu, maka pola penyebaran, pola pertumbuhan, serta kecepatan reproduksi

dapat mencerminkan adaptasi spesies tumbuhan tersebut dengan lingkungannya.

Penyebaran spesies di dalam komunitas dapat mencerminkan informasi yang

banyak mengenai hubungan antara spesies. Namun lingkungan yang berbeda tidak

hanya mempengaruhi dan memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu, tetapi

sekaligus merubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area daun,

area akar, dan ukuran individu.

Pola-pola penyebaran adalah khas untuk setiap spesies dan jenis habitat.

Secara umum pola penyebaran tumbuhan di alam dapat dikelompokkan kedalam 3

pola, yaitu acak (random), mengelompok (clumped), dan teratur (regular).

Berbagai faktor lingkungan mempengaruhi pola-pola distribusi spesies pada suatu

ekosistem, sehingga pola distribusi spesies pada suatu tempat menjadi berbeda satu

sama lain. Pemahaman mengenai penentuan pola distribusi spesies yang

mencerminkan kisaran geografis (geographical range) suatu spesies adalah hal

pokok pada setiap analisis dalam ekologi komunitas dan biogeografi. Untuk dapat

memahami lebih dalam tentang tata cara penentuan pola-pola distribusi spesies

serta faktor-faktor yang dapat mempengaruhi distribusi spesies di alam, maka

dilaksanakanlah praktikum ekologi tumbuhan dengan judul “Distribusi Spesies.”

Page 3: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

B. Tujuan

Praktikum ini dilaksanakan untuk mengetahui berbagai pola distribusi

spesies di alam.

C. Manfaat

Setelah melaksanakan praktikum ini, mahasiswa akan memiliki

pemahaman tentang berbagai pola distribusi spesies di alam.

Page 4: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Distribusi spesies adalah cara di mana takson biologis teratur secara spasial.

Konsep serupa adalah rentang spesies. Sebuah rentang spesies yang sering diwakili

dengan peta berbagai spesies. Ilmuan mencoba untuk memahami faktor-faktor yang

menentukan distribusi spesies. Pola distribusi tidak permanen untuk setiap spesies.

Pola distribusi dapat berubah secara musiman, sebagai tanggapan terhadap

ketersediaan sumber daya, dan juga tergantung pada skala di mana mereka terlihat.

(Anonimc. 2011).

Biogeografi adalah ilmu yang mempelajari distribusi tumbuhan dan binatang

di bumi ini. Di dalam biogeografi terdapat bidang biogeografi ekologi, yatu

mempelajari hubungan antara lingkungan dan organisme untuk mengetahui kapan

dan dimana organisme tersebut ditemukan. Organisme memerlukan tempat khusus

untuk hidup yang disebut habitat. Habitat sangat tergantung pada iklim, yang meliputi

ketersediaan air, kelembaban, suhu, cahaya matahari, dan angin. Faktor lingkungan

ini yang akhirnya menentukan pola persebaran flora dan fauna (Anonimb. 2011).

Tumbuhan tidak terdistribusi secara kebetulan di alam. Perbedaan kondisi

lingkungan, sumberdaya, dan gangguan adalah beberapa faktor yang mempengaruhi

dinamika populasi dan pola distribusi spesies. Perbedaan kondisi lingkungan tidak

hanya memodifikasi distribusi dan kelimpahan individu tetapi juga mengubah laju

pertumbuhan, produksi biji, pola percabangan, area penutupan, area akar, dan ukuran

individu. Distribusi, survival, serta pola pola pertumbuhan dan reproduksi

mencerminkan adaptasi tumbuhan terhadap lingkungan khusus (Barbour, 1987).

Organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan lingkungan

fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan lingkungan fisik,

sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk keperluan hidup.

Pengertian ini didasarkan pada Hipotesis Gaia, yaitu: "organisme, khususnya

mikroorganisme, bersama-sama dengan lingkungan fisik menghasilkan suatu sistem

Page 5: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

kontrol yang menjaga keadaan di bumi cocok untuk kehidupan". Kehadiran,

kelimpahan dan penyebaran suatu spesies dalam ekosistem ditentukan oleh tingkat

ketersediaan sumber daya serta kondisi faktor kimiawi dan fisis yang harus berada

dalam kisaran yang dapat ditoleransi oleh spesies tersebut, inilah yang disebut dengan

hukum toleransi (Anonima. 2011).

Perbedaan kondisi lingkungan tidak hanya memodifikasi distribusi dan

kelimpahan individu tetapi juga mengubah laju pertumbuhan, produksi biji, pola

percabangan, area penutupan, area akar, dan ukuran individu. Distribusi, survival,

serta pola pola pertumbuhan dan reproduksi mencerminkan adaptasi tumbuhan

terhadap lingkungan khusus (Barbour, 1987).

Di dalam suatu wilayah geografis populasi, kepadatan lokal bisa bervariasi

secara mendasar karena lingkungan membentuk patch-patch (tidak semua daerah

menjadi habitat yang sama baiknya) dan karena individu-individu memperlihatkan

pola jarak dalam hubungannya dengan anggota-anggota lain populasi tersebut. Patch

adalah sebidang tanah kecil yang berbeda dari yang lain terutama karena ditumbuhi

jenis tumbuhan yang berbeda. Pola penyebaran yang paling umum adalah

pembentukan rumpun (clump), dengan individu-individu berkelompok di dalam

patch-patch. Tumbuhan bisa menjadi terumpun pada tempat-tempat tertentu dimana

kondisi tanah dan faktor-faktor lingkungan lain mendukung untuk perkecambahan

dan pertumbuhan. Pengaturan jarak secara acak atau random (penyebaran yang tidak

dapat diprediksi dan tidak berpola) terjadi karena tidak adanya tarik-menarik atau

tolak-menolak yang kuat di antara individu-individu dalam suatu populasi; posisi

masing-masing individu tidak bergantung pada individu lain (Campbell, 2004).

Menurut Campbel (2004), pemahaman mengenai penentuan tempat tinggal (kisaran)

geografis (geographical range) suatu spesies adalah hal pokok pada setiap analisis

dalam ekologi komunitas dan biogeografi. Tiga penjelasan umum yang dapat

dijelaskan mengenai terbatasnya suatu spesies untuk tempat hidup yang khusus saat

ini:

1. Spesies kemungkinan tidak pernah tersebar melebihi daerah batasannya saat ini

Page 6: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

2. Spesies perintis yang menyebar melebihi daerah hidup yang diamati gagal untuk

bertahan hidup

3. Selama waktu evolusioner, spesies itu telah menarik diri dari daerah yang luas

ke daerah yang ditempatinya saat ini

Ludwig dan Reynolds (1988) menyatakan bahwa pola penyebaran tumbuhan

dalam suatu komunitas bervariasi dan disebabkan beberapa faktor yang saling

berinteraksi antara lain: (i) faktor vektorial (intrinsik), yaitu: faktor lingkungan

internal seperti angin, ketersediaan air, dan intensitas cahaya, (ii) faktor kemampuan

reproduksi organisme, (iii) faktor sosial yang menyangkut fenologi tumbuhan, (iv)

faktor koaktif yang merupakan dampak interaksi intraspesifik, dan (v) faktor

stokhastik yang merupakan hasil variasi random beberapa faktor yang berpengaruh.

Syafei (1994) menyebutkan bahwa faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik

(tanah), topografi dan biotik antara satu dengan yang lain sangat berkaitan erat dan

sangat menentukan kehadiran suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, namun cukup

sulit mencari penyebab terjadinya kaitan yang erat tersebut.

Setiap spesies tumbuhan, memerlukan kondisi lingkungan yang sesuai untuk

hidup, sehingga persyaratan hidup setiap spesies berbeda-beda, dimana mereka hanya

menempati bagian yang cocok bagi kehidupannya. Clement (1978, dalam Barbour et

al, 1987) menyimpulkan setiap tumbuhan merupakan hasil dari kondisi tempat

dimana tumbuhan itu hidup, sehingga tumbuhan dapat dijadikan sebagai indikator

lingkungan.

Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan yang mencapai

klimaks dan mampu hidup di tempat tersebut. Kegiatan anggota komunitas

tergantung penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor fisik dan biotik yang ada

di tempat tersebut. Dengan demikian pada suatu komunitas, pengendali kehadiran

spesies dapat berupa satu atau beberapa spesies tertentu atau dapat juga sifat fisik

habitat. Namun tidak ada batas yang jelas antara keduanya, sebab keduanya dapat

beroperasi bersama-sama atau saling mempengaruhi (Barbour et al, 1987).

Page 7: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

Distribusi semua tumbuhan di alam dapat disusun dalam tiga pola dasar, yaitu

acak, teratur, dan mengelompok. Pola distribusi demikian erat hubungannya dengan

kondisi lingkungan. Organisme pada suatu tempat bersifat saling bergantung,

sehingga tidak terikat berdasarkan kesempatan semata, dan bila terjadi gangguan pada

suatu organism atau sebagian faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap

keseluruhan komunitas (Barbour et al, 1987).

Menurut Greig-Smith (1983), bila seluruh faktor yang berpengaruh terhadap

kehadiran spesies relatif sedikit, maka faktor kesempatan lebih berpengaruh, dimana

spesies yang bersangkutan berhasil hidup di tempat tersebut. Hal ini biasanya

menghasilkan pola distribusi.

Tumbuhan yang hidup secara alami pada suatu tempat, membentuk suatu

kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan lingkungan yang dapat

memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam kumpulan ini terdapat pula kerukunan hidup

bersama (asosiasi), dan hubungan timbal balik (interaksi) yang saling

menguntungkan, sehingga terbentuk suatu derajat keterpaduan (Resosoedarmo,

1989).

Page 8: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

BAB III

METODE PENGAMATAN

A. Waktu dan Tempat

Hari/ tanggal : Minggu, 18 Desember 2011

Waktu : 08.00 – 01.00 WITA

Tempat : Lapangan Fakultas Teknik, Universitas Negeri Makassar.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Plot

b. Meteran

c. Tali rafia

d. Gunting

e. Kamera

2. Bahan

a. Tumbuhan yang terdapat pada Lapangan Fakultas teknik UNM

C. Langkah Kerja

1. Menentukan area yang akan diobservasi distribusi spesiesnya, yakni daerah

terbuka, semi-ternaung, dan daerah ternaung.

2. Pada masing-masing daerah observasi, diambil sampel sebanyak 200 plot,

dengabn ukuran plot 2 x 2 m2 secara acak.

3. Memperhitungkan kerapatan individu untuk setiap spesies dimulai dari 0, 1, 2,

3, 4, dan 5 individu. Bila jumlah individu suatu spesies dalam satu plot lebih

dari 5 individu maka dianggap 5 individu.

4. Menyusun data yang didapat, untuk mengetahui apakah tumbuhan

terdistribusi secara acak atau non acak dengan menggunakan analisis poison

dengan rumus:

X2 = (Pengamatan – Harapan) 2 Harapan

Page 9: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

5. Pada taraf signifikansi tertentu apabila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel

maka spesies tumbuhan tersebut pola distribusinya adalah secara tidak acak,

dan sebaliknya bila X2 hitung < X2 tabel maka pola distribusinya adalah

secara acak.

6. Untuk mengetahui yang tersebar secara tidak acak tersebut apakah

mengelompok atau reguler, dilakukan perhitungan perbandingan varian :

mean. Menurut Blackman (1942) dalam Smith (1984), bila dari perhitungan

rasio Varian : mean hasilnya kurang dari 1, maka tumbuhan tersebut

terdistribusi secara reguler, dan sebaliknya bila hasilnya lebih dari 1, maka

tumbuhan tersebut terdistribusi secara mengelompok.

Page 10: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

1. Pola Distribusi Tumbuhan Lahan Terbuka

Spesies Pola Distribusi

Acak Berkelompok Regular

Mimosa invisa V - - Samanea saman - v -Pennisetum purpureum - - VMimosa pudica V - -Clitoria ternatea V - -Ipomea reactans - v -Muntingia calabura - v -Vernonia cinerea - v -Cyperus rotundus - v -Kyllinga sp. - - VEclipta prostata - - -Musa paradisiaca - - -

TOTAL 3 5 2

2. Pola Distribusi Tumbuhan Lahan Semi Ternaung

Spesies Pola Distribusi

Acak Berkelompok RegularPhyllanthus niruri - v -

Mimosa pudica - v -Mimosa invisa - v -

Penisetum purpureum - - VMuntia calabura -  v -

Fimristy sp - v -Imperata cylindrica - v -Passiflora foetida - v -Eclipta prostata - v -

Page 11: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

Sida sp - v -Paspalum conjugatum - - V

TOTAL 0 9 2

3. Pola Distribusi Tumbuhan Lahan Ternaung

Spesies Pola Distribusi

Acak Berkelompok Regular

Panicum virgatum - v -

Brachiaria decumbens - v -

Setaria verticillata - v -

Pueraria phaseoloides - v -

Mikania gigantica - v -

Sida guri - v -

Musa paradisiaca - v -

Paspalum notatum - V -

TOTAL 0 8 0

B. Pembahasan

Praktikum ekologi tumbuhan dengan judul Analisis Pola Distribusi

Tumbuhan, yang dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2011, dengan meninjau

beberapa lokasi berbeda yakni area terbuka, semi ternaung dan ternaung. Metode

yang digunakan pada praktikum ini adalah metode plot dengan sebaran tumbuhan

secara acak. Setiap area baik terbuka, semi ternaung dan ternaung akan dijadikan area

observasi dengan dengan menggunakan plot dengan ukuran 2x2 meter. Pada

praktikum kali ini jumlah plot yang akan di amati adalah 200 plot dengan sebaran

acak.

Pengamatan terhadap pola distribusi tumbuhan tersebut dilakukan dengan

mencatat semua jenis (nama spesies) tumbuhan serta jumlah dengan rentang 0-5 yang

berada dalam plot yang berukuran 2x2 meter. Kemudian dengan menggunakan

analisis data chi square maka kemudian ditentukan bagaiman pola distribusi

Page 12: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

tumbuhan tersebut. Diawali dengan menentukan H0 sebagai spesies berpola distribusi

acak, kemudian dari perbandingan X2 hitung dan X2 tabel dapat diketahui apakah H0

diterima atau ditolak. Jika X2 hitung lebih besar dari X2 tabel (X2 hitung> X2 tabel)

maka H0 ditolak. Berarti kemungkinan persebarannya adalah berkelompok atau acak.

Jika nilai Variansi dibagi rata-rata lebih besar dari 1 maka spesies tersebut berpola

distribusi berkelompok. Jika nilai variansi dibagi rata-rata lebih kecil dari satu maka

spesies tersebut berpola distribusi regular.

Menurt Crawley (1986), bahwa lingkungan akan berubah dari suatu tempat ke

tempat yang lain. Bersamaan dengan itu terjadi pula perubahan vegetasi, baik

komposisi spesies penyusunnya maupun frekuensinya. Perbedaan kondisi lingkungan

tersebut dapat juga akan mempengaruhi pola distribusi suatu spesies. Di samping itu,

pola penyebaran tersebut juga dipengaruhi oleh cara dispersal dari spesies tumbuhan.

Pola distribusi spesies di alam secara garis besar dibedakan atas 3 pola, yaitu

pola acak, pola mengelompok dan teratur atau reguler.

1) Pola penyebaran secara acak

Pola ini menggambarkan penyebaran tumbuhan secara sembarang atau acak,

artinya setiap spesies tidak mempunyai arah dan posisi terhadap lokasi tertentu, serta

spesies yang sama. Penyebaran seperti ini jarang terdapat di alam. Penyebaran ini

biasanya terjadi apabila faktor lingkungan sangat beragam untuk seluruh daerah

dimana populasi berada, selain itu tidak ada sifat-sifat untuk berkelompok dari

organisme tersebut. Dalam tumbuhan ada bentuk-bentuk organ tertentu yang

menunjang untuk terjadinya pengelompkan tumbuhan.

2) Pola mengelompok

Pola ini terjadi dalam satu area yang cukup sempit di permukaan bumi oleh

beberapa spesies. Artinya dalam suatu wilayah tertentu, hadirnya suatu spesies akan

diikuti oleh spesies yang sama.

Barbour et al (1987) menyatakan bahwa ada dua alasan yang menyebabkan

timbulnya pola distribusi tumbuhan mengelompok yaitu : Pertama, apabila suatu

tumbuhan perkembangbiakannya dengan menggunakan biji atau buah yang ada

Page 13: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

kecenderungan untuk jatuh di dekat induknya, dan bagi tumbuhan yang

berkembangbiak secara vegetatif melalui umbi, rhizoma yang tentunya individu baru

akan berada di sekitar induknya. Kedua, adalah berhubungan dengan lingkungan

mikro, di mana habitat yang homogen pada lingkungan makro terdiri atas beberapa

mikrositus yang berbeda yang memungkinkan tumbuhan tersebut dapat tumbuh pada

lingkungan yang sesuai. Pada mikrositus yang paling sesuai kerapatan populasi

spesies akan menjadi lebih tinggi.

3) Pola teratur

Pola distribusi tumbuhan secara teratur jarang terjadi di alam. Pola distribusi

secara teratur artinya jarak antara satu individu dengan individu lain pada spesies

yang sama dalam satu wilayah adalah sama atau hampir sama. Keadaan seperti ini

hanya terjadi pada ekosistem buatan, seperti persawahan dan perkebunan. Penyebaran

semacam ini terjadi apabila ada persaingan yang kuat antara individu-individu dalam

populasi tersebut. Pada tumbuhan misalnya persaingan untuk mendapatkan nutrisi

dan ruang

Berdasarkan hasil pengamatan pada tiga area yang berbeda maka diperoleh

data seperti berikut:

a. Area terbuka

Pada daerah terbuka ditemukan beberapa jenis spesies seperti Mimosa invisa,

Samanea saman, Pennisetum purpureum, Clitoria ternatea, Ipomea reactans,

Muntingia calabura, Vernonia cinerea, Cyperus rotundus, Kyllinga sp., Eclipta

prostata dan Musa paradisiaca. Mimosa pudica, Mimosa invisa dan Clitoria

ternatea termasuk pola distribusi acak. Artinya Ketiga spesies tersebut mempunyai

pola penyebaran yang tidak dapat dipresiksi dan tidak berpola. Hal ini terjadi

karena tidak adanya tarik menarik atau tolak menolak yang kuat diantara individu-

individu dalam populasi tersebut. Jadi posisi tiap jenis dari ketiga spesies tersebut

tidak bergantung pada spesies sesamanya. Pada Samanea saman, Ipomea reactans,

Muntingia calabura, Vernonia cinerea, Cyperus rotundus kedalam pola

persebaran menelompok. Pola persebaran ini merupakan pola yang paling umum

Page 14: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

ditemukan dalam persebaran tumbuhan. Artinya hadirnya kelima spesies tersebut

memicu kehadiran spesies yang sama pada suatu populasi. Hal in kemudian bisa

dikaitkan dengan cara perkembangbiakannya yaitu dengan biji, yang biasanya

jatuh dekat induknya sehingga pola persebaran cenderung mengelompok.

Kemungkinan yang lain adalah jenis tempat spesies tersebut sesuai dengan

pertumbuhan spesies tersebut. Penisetum purpureum dan Kyllinga sp termasuk ke

dalam pola persebaran regular. Pola persebaran ini merupakan pola persebaran

secara teratur, dimana jarak antar satu spesies dengan spesies sejenis adalah sama

atau hampir sama. Keadaan seperti ini biasanya terjaddi pada ekosistem buatan

seperti sawah dan kebun, dimana terjadi persaingan kuat untuk meperoleh nutrisi

dan ruang antar spesies satu dengan spesies yang sejenis. Penisetum purpureum

dan Kyllinga sp termasuk kelompok rumput-rumputan yang biasanya tumbuh

dalam jumlah melimpah, terbilang rapat dan teratur, sehingga dalam analisisnya

kemudian ditemukan bahawa mereka termasuk kelompok tumbuhan berpola

distribusi regular.

b. Area semi ternaung

Dari sebelas spesies di daerah semi ternaung terhitung 9 spesies berpola

distribusi mengelompok dan 2 spesies berpola distribusi regular. Pada daerah ini

ditemukan spesies seperti Phyllanthus niruri, Mimosa invisa, Mimosa invisa, ,

Muntingia calabura, Fimristy sp, Imperata cylindrica, Passiflora foetida.,

Eclipta prostata, dan Sida sp termasuk pola distribusi menegelompok. Artinya

kehadiran spesies tersebut akan memicu hadirnya spesies yang sama. Terjadi

tarik menarik yang kuat antar individu yang sejenis, posisi individu dalam suatu

komunitas ditentukan oleh individu yang sejenis, sehingga pola distribusi

cenderung mengelompok. Penisetum purpureum dan Paspalum conjugatum

termasuk ke dalam pola persebaran regular. Pola persebaran ini merupakan pola

persebaran secara teratur, dimana jarak antar satu spesies dengan spesies sejenis

adalah sama atau hampir sama. Seperti pada penjelasan sebelumnya bahwa

Page 15: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

keadaan seperti ini biasanya terjadi pada ekosistem buatan seperti sawah dan

kebun, dimana terjadi persaingan kuat untuk meperoleh nutrisi dan ruang antar

spesies satu dengan spesies yang sejenis. Penisetum purpureum dan Paspalum

conjugatum termasuk kelompok rumput-rumputan yang biasanya tumbuh dalam

jumlah melimpah, terbilang rapat dan teratur, sehingga dalam analisisnya

kemudian ditemukan bahawa mereka termasuk kelompok tumbuhan berpola

distribusi regular.

c. Area ternaung

Pada daerah ternaung tercatat 8 jenis tumbuhan yang tumbuh pada daerah

tersebut yaitu Panicum virgatum, Brachiaria decumbens, Setaria verticillata, Pueraria

phaseoloides, Mikania gigantica, Sida guri, Musa paradisiaca, Paspalum notatum.

Kedelapan spesies tersebut termasuk kedalam tumbuhan berpola distribusi mengelompok..

Pola distribusi ini merupakan pola yang paling umum ditemukan dalam pola penyebaran

tumbuhan. Kehadiran suatu spesies pada suatu komunitas akan mamicu hadirnya spesies

yang sama. Adanya kecenderungan membentuk pola diistribusi seperti ini bisa

disebabkan karena Pertama, apabila suatu tumbuhan perkembangbiakannya dengan

menggunakan biji atau buah yang ada kecenderungan untuk jatuh di dekat

induknya, dan bagi tumbuhan yang berkembangbiak secara vegetatif melalui

umbi, rhizoma yang tentunya individu baru akan berada di sekitar induknya.

Kedua, adalah berhubungan dengan lingkungan mikro, di mana habitat yang

homogen pada lingkungan makro terdiri atas beberapa mikrositus yang berbeda

yang memungkinkan tumbuhan tersebut dapat tumbuh pada lingkungan yang

sesuai. Pada mikrositus yang paling sesuai kerapatan populasi spesies akan

menjadi lebih tinggi.

BAB V

Page 16: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tumbuhan berbagai jenis hidup secara alami di suatu tempat membentuk

suatu kumpulan yang di dalamnya menemukan lingkungan yang dapat memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pola distribusi spesies di alam secara garis besar dibedakan atas

3 pola, yaitu pola acak, pola mengelompok dan teratur atau reguler.

1) Pola penyebaran secara acak, pola ini menggambarkan penyebaran tumbuhan

secara sembarang atau acak, artinya setiap spesies tidak mempunyai arah dan posisi

terhadap lokasi tertentu, serta spesies yang sama. Penyebaran seperti ini jarang

terdapat di alam.

2) Pola mengelompok, pola ini terjadi dalam satu area yang cukup sempit di

permukaan bumi oleh beberapa spesies. Artinya dalam suatu wilayah tertentu,

hadirnya suatu spesies akan diikuti oleh spesies yang sama.

3) Pola teratur, pola distribusi tumbuhan secara teratur jarang terjadi di alam. Pola

distribusi secara teratur artinya jarak antara satu individu dengan individu lain pada

spesies yang sama dalam satu wilayah adalah sama atau hampir sama.

B. Saran

1. Sebelum melakukan praktikum ini, pelajarilah tata cara observasi yang benar

untuk memudahkan proses observasi tumbuhan di lapangan

2. Lakukanlah pendataan jenis tanaman pada setiap kuadran secara akurat.

Page 17: Pola Distribusi Spesies- Masyitha Wahid ICP 091404169

BIBLIOGRAPHY

Anonima. 2011. Ekosistem. http://id.wikipedia.org/wiki/Ekosistem. Diakses pada De-sember 2011.

Anonimb. 2011. Metode Pendekatan Biogeografi. http://carapedia.com/metode_pendekatan_biogeografi_info954.html. Diak-ses pada Desember 2011.

Anonimc. 2011. Species Distribution. http://en.wikipedia.org/wiki/Species_distribution. Diakses pada Desember 2011.

Barbour, G.M., J.K. Busk and W.D. Pitts. 1987. Terrestrial Plant Ecology. New

York: The Benyamin/Cummings Publishing Company, Inc.

Campbell, Neil A. et al. 2004. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Greig-Smith, P. 1983. Quantitative Plant Ecology. Iowa: University Press.

Susanto, Pudyo. 2000. Pengantar Ekologi Hewan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Nasional.

Ludwig, J.A. and J.F. Reynolds. 1988. Statistical Ecology, a Primer on Methods and Computing. New York: John Wiley and Sons.

Resosoedarma, R.S. 1989. Pengantar Ekologi. Bandung: CV Remaja Karya.

Syafei, E.S. 1994. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung; FMIPA ITB.