pokok pikiran

4
POKOK-POKOK PIKIRAN Kompilasi Hujjah Syar’iyyah (Qowaid Ushuliyah) Tentang Ekonomi Syariah Oleh : Dr. A. Munif Suratmaputra a. Ada dua kaidah, qawaid ushuliyah dan qawaid fiqhiyyah. Keduanya sangat penting terkait dengan masail fiqhiyyah, qawaid ushuliyyah bertujuan untuk menggali hukum dari sumbernya atau memnculkan hukum baru yang memang belum ada sama sekali. Qawaid fiqhiyyah untuk mengikat tidak untuk ‘adilah istinbath as yar’iyyah (hujjah) untuk memperkuat agar mudah mencerna dan memahaminya. b. Adanya macam-macam model dan bentuk transaksi moderen yang banyak bermunculan dan belum ada penegasan hukumnya di dalam al Qur’an dan hadis termasuk hukum Islam kategori fikih. Islam meletakkan prinsip-prinsip umum yang dapat dijadikan pedoman oleh ahlu al dzikri (fuqaha yang memenuhi kualifikasi mujtahid) untuk menentukan hukum masalah-masalah baru sesuai tuntutan zaman. c. Mujtahid/ faqih harus menguasai ushul fikih yang merupakan alat berijtihad dalam bidang ibadah, muamalat, munakhat, jinayat, hukum dan lain-lain sesuai kebutuhan. d. Beberapa dalil atau kaidah ushul fikih yang dapt dijaikn acauan dalam ekonomi syariah seperti

Upload: husniati-salma-didu-arfamz

Post on 13-Dec-2015

8 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

p

TRANSCRIPT

Page 1: pokok pikiran

POKOK-POKOK PIKIRAN

Kompilasi Hujjah Syar’iyyah (Qowaid Ushuliyah) Tentang Ekonomi Syariah

Oleh : Dr. A. Munif Suratmaputra

a. Ada dua kaidah, qawaid ushuliyah dan qawaid fiqhiyyah.

Keduanya sangat penting terkait dengan masail fiqhiyyah,

qawaid ushuliyyah bertujuan untuk menggali hukum dari

sumbernya atau memnculkan hukum baru yang memang belum

ada sama sekali. Qawaid fiqhiyyah untuk mengikat tidak untuk

‘adilah istinbath as yar’iyyah (hujjah) untuk memperkuat agar

mudah mencerna dan memahaminya.

b. Adanya macam-macam model dan bentuk transaksi moderen

yang banyak bermunculan dan belum ada penegasan hukumnya

di dalam al Qur’an dan hadis termasuk hukum Islam kategori

fikih. Islam meletakkan prinsip-prinsip umum yang dapat

dijadikan pedoman oleh ahlu al dzikri (fuqaha yang memenuhi

kualifikasi mujtahid) untuk menentukan hukum masalah-

masalah baru sesuai tuntutan zaman.

c. Mujtahid/ faqih harus menguasai ushul fikih yang merupakan

alat berijtihad dalam bidang ibadah, muamalat, munakhat,

jinayat, hukum dan lain-lain sesuai kebutuhan.

d. Beberapa dalil atau kaidah ushul fikih yang dapt dijaikn acauan

dalam ekonomi syariah seperti istishlah/masalah mursalah,

istihsan, istishab, sadzudazri’ah dan ‘urf. Diantara dalil/kaidah

yang banyak dipakai oleh kalangan Malikiyah dan Hanabilah

adalah maslahah mursalah, dalil ini menerima adanya prinsip

perdagangan bebas dengan aturan yang adil. Contoh hal ini kita

dapat menetapkan kehalalan transaksi lewat ATM, Kartu Kredit,

melakukan inovasi di bidang transaksi bisnis. Pencetakan uang

Page 2: pokok pikiran

oleh pemerintah melalui bank sentral, memberi subsidi kepada

yang tidak mampu dari kas baitulmal hal ini dilakukan oleh

Umar bin Abdul Aziz.

e. Dalil/kaidah selanjutnya adalah Istihsan yang berarti beramal

berdasarkan dalil yang paling kuat. Diantara dua dalil yang ada,

atau berpedoman dengan maslahat yang bersifat parsial yang

berhadapan dengan dalil yang bersifat umum. Masalah fikih

yang diterapkan berdasarkan istihsan diantarnaya kehalal ba’i

salam dan Ba’i Arayya (menjual kurma basah dengan kurma

kering, kehalalan mandi di tempatumum dengan karcis,

membayar memancing di tempat pemancingan dan lain-lain.

f. Kemudian dikenal adanya Istishab yaitu menghukumi sesuatu

berdasarkan hukum-hukum semula disebabkan tidak ada dalil

yang mengubahnya kemudian muncul kaidah al ashlu fil asya’a

al ibahah, oleh karenanya segala macam bentuk atau alat

transaksi baru yang tidak ada hukumnya di dalam al Qur’an

atau sunnah dapat dibenarkan/dihukumi halal dengan catatan

tidak mengandung salah satu unsur yang jelas-jelas dilarang

oleh Islam.

g. Prinsip Sadzzudari’ah menutup sarana yang membawa

kemungkinan terjadinya hal yang dilarang atau diharamkan,

kaidah ini dapat diajdikan dalil yang berhubungan dengan

ekonomi syariah. Sedangkan ‘urf adalah hal-hal baik yang

menjadi kebiasaan berlaku dan diterima secara umum serta

tidak berlawanan dengan prinsi-prinsip syariah. Penggunaan

kaidah ini sangat sedikit digunakan oleh para Imam Madzhab

tetapi dapat digunakan penerapannya dalam bidang Ekonomi

Islam. Imam Malik menganggap ba’i ajal, ba’i inah diharamkan

karena akan menjadi sarana untuk sesuatu yang dilarang yaitu

riba, sementara Imam Abu Hanifah membolehkan karena beliau

Page 3: pokok pikiran

berpendapat pembeli baru dapat memiliki secara penuh jika

telah melunasi. Syafi’I mengganggap juali beli keduanya sah,

dengan alasan sesutu yang belum dijadikan fatwa sah

hukumnya.

h. Dalam upaya menegmbangkan ekonomi syariah kita bebas

memilih beberapa dalil atau kaidah yang diperselisihkan oleh

fuqaha dan ushuliyah, tentu yang sesuai dengan kemaslahatan

dan tuntutan zaman.

i. Selain kaidah di atas ada kaidah isti’arah, produk terbuat dari

yang halal dan haram ketika telah berubah bentuk maka dapat

menjadi halal tetapi Imam lainnya memilih tetap menjadi haram.