poedji rochjati

39
BAB II KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN PENCEGAHANNYA II.I. Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998) II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi. A. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut: B.1. Risiko Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok: 1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. 2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Upload: jumaymaya

Post on 04-Jul-2015

5.489 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: poedji rochjati

BAB II

KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN PENCEGAHANNYA

II.I.    Definisi Kehamilan Risiko Tinggi

            Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya kehidupan

atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan

atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998)

II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi

Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda,

namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi.

A.     Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut:

B.1.  Risiko

Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya

suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti

kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan

bayi.

Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebutSKOR. Digunakan

angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk

membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor

kehamilan dibagi tiga kelompok:

1.      Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2

Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh

persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat.

2.      Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10

Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang

memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko

kegawatan tetapi tidak darurat.

3.      Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor ≥ 12

Kehamilan dengan faktor risiko:

Page 2: poedji rochjati

        Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau

banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan

adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

        Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang

membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati,

2003).

B.2  Batasan Faktor Risiko / Masalah

a.             Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO

(kehamilan yang perlu diwaspadai)

1.      Primi muda

Ibu hamil pertama pada umur ≤ 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai

ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan.

Selain itu mental ibu belum cukup dewasa.

Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:

        Bayi lahir belum cukup umur

        Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir

        Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

2.      Primi tua

        Lama perkawinan ≥ 4 tahun

Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:

      Suami istri tinggal serumah

      Suami atau istri tidak sering keluar kota

      Tidak memakai alat kontrasepsi (KB)

            Bahaya yang terjadi pada primi tua:

      Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya

pre-eklamsia.

      Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003).

        Pada umur ibu ≥ 35 tahun

Ibu yang hamil pertama pada umur ≥ 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit

pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah kaku. Ada

Page 3: poedji rochjati

kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan

perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain:

      Hipertensi / tekanan darah tinggi

      Pre-eklamsia

      Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan

      Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir

dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa.

      Perdarahan setelah bayi lahir

      Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).

Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain:

        Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur

relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun.

        Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya

lebih dari 45 tahun

        Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin

mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun.

        Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase

dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang

menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai

selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat

dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir

dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001)

3.      Anak terkecil < 2 tahun

Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan

rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu

anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:

        Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah

        Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu

        Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003).

4.      Primi tua sekunder

Page 4: poedji rochjati

Ibu hamil dengan persalinan terakhir ≥ 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan

persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi.Kehamilan ini bisa

terjadi pada:

        Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi

        Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Persalinan dapat berjalan tidak lancar

        Perdarahan pasca persalinan

        Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati,

2003).

5.      Grande multi

Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka

kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:

        Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi

        Kekendoran pada dinding perut

        Tampak ibu dengan perut menggantung

        Kekendoran dinding rahim

Bahaya yang dapat terjadi:

        Kelainan letak, persalinan letak lintang

        Robekan rahim pada kelainan letak lintang

        Persalinan lama

        Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau

mati. (Rustam M., 1998)

Pada grandemultipara bisa menyebabkan:

        Solusio plasenta

        Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)

6.      Umur 35 tahun atau lebih

Page 5: poedji rochjati

Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada

jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan

didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:

        Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia

        Ketuban pecah dini

        Persalinan tidak lancar / macet

        Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003).

7.      Tinggi badan 145 cm atau kurang

Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:

        Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar

kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:

      Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.

      Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar

        Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu

(umur bayi) 7 hari atau kurang.

        Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan

lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi

sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar. (Poedji

Rochjati, 2003).

8.      Riwayat obstetric jelek (ROJ)

Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:

        Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:

      Keguguran

      Lahir belum cukup bulan

      Lahir mati

      Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari

        Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2 kali

        Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan

Bahaya yang dapat terjadi:

Page 6: poedji rochjati

        Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran

buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.

        Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus,

radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

9.      Persalinan yang lalu dengan tindakan

Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:

        Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi:

      Robekan / perlukaan jalan lahir

      Perdarahan pasca persalinan

        Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan

tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:

      Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri

      Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc

Bahaya yang dapat terjadi:

      Radang, bila tangan penolong tidak steril

      Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim

      Perdarahan

        Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan

pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan

membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).

10. Bekas operasi sesar

Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding

rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin

dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003).

b.     Ada Gawat Obstetri / AGO

(tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)

1.      Penyakit pada ibu hamil

a.      Anemia (kurang darah)

Keluhan yang dirasakan ibu hamil:

Page 7: poedji rochjati

        Lemah badan, lesu, lekas lelah

        Mata berkunang-kunang

        Jantung berdebar

Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:

        Pucat pada muka

        Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.

Dari hasil Laboratorium:

        Kadar Hb < 11 gr%

Pengaruh anemia pada kehamilan:

        Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit

        Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah

        Persalinan premature

Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%):

        Kematian janin mati

        Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu

        Persalinan lama

        Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada

trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat

menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi

perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang

baik, seperti:

        kematian mudigah

        kematian perinatal

        prematuritas

        dapat terjadi cacat bawaan

        cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)

b.     Malaria

Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:

        Panas tinggi

Page 8: poedji rochjati

        Menggigil, keluar keringat

        Sakit kepala

        Muntah-muntah

Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan

mengganggu ibu hamil dan kehamilannya.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Abortus

        IUFD

        Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003).

c.      Tuberculosa paru

Keluhan yang dirasakan:

        Batuk lama tak sembuh-sembuh

        Tidak suka makan

        Badan lemah dan semakin kurus

        Batuk darah

Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah

dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Keguguran

        Bayi lahir belum cukup umur

        Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

d.     Payah jantung

Keluhan yang dirasakan:

        Sesak napas

        Jantung berdebar

        Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri

        Nadi cepat

        Kaki bengkak

Bahaya yang dapat terjadi:

        Payah jantung bertambah berat

        Kelahiran prematur

Page 9: poedji rochjati

        Dalam persalinan:

      BBLR

      Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003).

Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam

kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita

pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002)

e.      Diabetes mellitus

Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila:

        Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar

        Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir

        Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria)

Bahaya yang dapat terjadi:

        Persalinan prematur

        Hydramnion

        Kelainan bawaan

        Makrosomia

        Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36

        Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati, 2003).

Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut:

        pre-eklamsia

        kelainan letak janin

        insufisiensi plasenta

Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah:

        inersia uteri dan atonia uteri

        distosia bahu karena anak besar

        lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea

        lebih mudah terjadi infeksi

        angka kematian maternal lebih tinggi

Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat

penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi.  (Hanifa

Wiknjosastro, 1999)

Page 10: poedji rochjati

f.        HIV / AIDS

Bahaya yang dapat terjadi:

        Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi

        Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan

intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur

        Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati, 2003).

g.     Toksoplasmosis

Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar

kotoran kucing yang terinfeksi.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus

        Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji

Rochjati, 2003).

2.      Pre-Eklamsia ringan

Tanda-tanda:

        Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh

        Tekanan darah tinggi

        Dalam urin terdapat Proteinuria

Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin

masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi

bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-

Eklamsia ringan.

Bahaya bagi janin dan ibu:

        Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin

        Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

3.      Hamil kembar

Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim

ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:

        Sesak napas

Page 11: poedji rochjati

        Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai

        Varises

        Hemorrhoid

Bahaya yang dapat terjadi:

        Keracunan kehamilan

        Hidramnion

        Anemia

        Persalinan prematur

        Kelainan letak

        Persalinan sukar

        Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan

membawa risiko bagi janin dan ibu.

Pengaruh terhadap ibu:        Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi

zat-zat lainnya.

        Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar

        Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering

        Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat edema

dan varises pada tungkai dan vulva

        Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak

pertama lahir.

Pengaruh terhadap Janin:

        Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar

: 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu

sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.

        Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua

tinggi.

        Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin.

(Hanifa Wiknjosastro, 1999)

4.      Hidramnion / Hamil kembar air

Page 12: poedji rochjati

Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada

trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat.

Keluhan-keluhan yang dirasakan:

        Sesak napas

        Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter

        Edema labia mayor, dan tungkai

Bahaya yang dapat terjadi:

        Keracunan kehamilan

        Cacat bawaan pada bayi

        Kelainan letak

        Persalinan prematur

        Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003).

Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal,

biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang

dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:

        penyakit jantung

        nefritis

        edema umum (anasarka)

        anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur

esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)

5.      Janin mati dalam rahim

Keluhan-keluhan yang dirasakan:

        Tidak terasa gerakan janin

        Perut terasa mengecil

        Payudara mengecil

Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila

gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam,

kehidupan janin mungkin terancam.

Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:

        DJJ tidak terdengar

        Hasil tes kehamilan negatif

Page 13: poedji rochjati

Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:

        Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke

dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).

6.      Hamil serotinus / Hamil lebih bulan

Ibu dengan umur kehamilan ≥ 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan

pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:

        Janin mengecil

        Kulit janin mengkerut

        Lahir dengan berat badan rendah

        Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003).

7.      Letak sungsang

Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan

kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat

        Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003).

8.      Letak lintang

Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala

ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui

jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu.

Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan

alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati

masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa.

Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani

dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya:

        Bahaya bagi ibu

      Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat

      Infeksi

      Ibu syok dan dapat mati

        Bahaya bagi janin

      Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003).

Page 14: poedji rochjati

c.      Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO

(Ada ancaman nyawa ibu dan bayi)

1.      Perdarahan antepartum

(Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi)

Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut

perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya

yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar:

        Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat

        Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun.

Perdarahan dapat terjadi pada:

        Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut

rahim.

        Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya

disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau pre-eklamsia, maka

terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan

adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan

        Dapat membahayakan ibu:

      Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok

      Ibu dapat meninggal

        Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).

2.      Pre-Eklamsia berat / Eklamsia

Page 15: poedji rochjati

Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani

dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-

kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu

diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit.

Bahaya yang dapat terjadi:

        Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal

        Bahaya bagi janin:

      Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil

      Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

II.3  Langkah-langkah Pencegahan

   Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga

kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan

Page 16: poedji rochjati

skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama

kehamilan:

1.      Satu kali pada triwulan I (K1)

2.      Satu kali pada Triwulan II

3.      Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).

Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi

KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang

kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003).

Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa

kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan

ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai:

1.      Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan

janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir.

2.      Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan

rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan

Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan

secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas,

suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya.

3.      Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong

dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan

komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi

untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003).

Tujuan perawatan antenatal:

Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan:

1.      Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik

meupun mental yang merugikan.

2.      Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental

3.      Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya

4.      Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana

setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003).

Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil

Page 17: poedji rochjati

Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting

dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi

(KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan

persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003).

Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat

dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh

karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara

dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati,

2003).

Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan

Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati

Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis

keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu

untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada

saat persalinan → dengan Kartu Skor Poedji Rachjati.

Manfaat KSPR untuk :

1.      Menemukan faktor resiko Bumil

2.      Menentukan Kelompok Resiko Bumil

3.      Alat pencatat Kondisi Bumil

Setiap ibu hamil mempunyai :

1.      Satu Kartu Skor / Buku KIA

2.      Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan.(Poedji Rochjati, 2003).

Alat Skrining Ibu Hamil

Kartu Skor “ Poedji Rochjati” ( KSPR)

Kartu skor mempunyai fungsi:

        Skrining antenatal / deteksi dini factor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi

        Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan

        Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi

        Pedoman untuk memberikan penyuluhan

        Validasi data  kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. (Poedji Rochjati, 2003).

Page 18: poedji rochjati

Sistem SKOR

Cara Pemberian SKOR:

1.      Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR)

Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal

2.      Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT)

Untuk tiap faktor risiko

3.      Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST)

Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-

eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003).

Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa :

Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati

Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor.

Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun

non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat

menggunakan dan mengisinya. (Poedji Rochjati, 2003).

Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang

(Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI)

Ibu hamil dengan SKOR 6 atau lebih, dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan:

Page 19: poedji rochjati

Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003).

Kartu Prakiraan Persalinan “Soedarto” (KPPS)

Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara persalinan

yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat

memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum perswalinan

dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan

persalinan yang dikembangkan oleh soedarto.

Grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah:

1.      Daerah Hijau tua menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di rumah

masih bisa dilakukan  dengan aman.

Page 20: poedji rochjati

2.      Daerah hijau muda menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di rimah dapat

dilakukan tetapi harus dengan pengawasan.

3.      Daerah kuning menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani tenaga

kesehatan atau harus dirujuk

4.      Daerah merah menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di lakukan.

(Poedji Rochjati, 2003).

Halaman Depan KPPS

Halaman Belakang KPPS

Page 21: poedji rochjati

(Poedji Rochjati, 2004).

Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan

yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-

langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa janin dalam rahim dan ibunya

merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal

akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dalam perkembangan janin. Ibu hamil

dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap

trisemester, sedangkan trismester terakhir sebanyak dua kali.

Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk:

1.      Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat

persalinan, dan kala nifas.

2.      Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas.

3.      Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas,

laktasi, dan aspek keluarga berencana.

4.      Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.

5.      Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang

bayi

6.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi

7.      Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya

dengan trauma seminimal mungkin.

8.      Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif.

9.      Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh

kembang secara normal. (Sarwono P, 2002)

Page 22: poedji rochjati

Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal. Maka jadwal

pemeriksaan adalah sebagai berikut:

Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.

          Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu)

          Satu kali pada triwulan kedua (antara 14 – 28 minggu)

          Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 – 36 dan sesudah minggu ke 36)

          Jadwal kunjungan ulang :

1.      Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk :

      Penapisan dan pengobatan anemia

      Perencanaan persalinan

      Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

2.      Kunjungan II  (24-28 minggu) dan  kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk :

      Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya

      Penapisan preeklampsia, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP

      Mengulang perencanaan persalinan

3.      Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir

      Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III

      Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

      Memantapkan rencana persalinan

      Mengenali tanda – tanda persalinan

Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk “7T” :

        (Timbang) berat badan

        Ukur (Tekanan) darah

        Ukur (Tinggi) fundus uteri

        Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap

        Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan

        Tes terhadap Penyakit Menular Seksual

        Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan

tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Sarwono P, 2002)

Asuhan Antenatal            

Page 23: poedji rochjati

1. Anamnesis

Riwayat kehamilan ini Riwayat obstetri lalu Riwayat penyakit Riwayat sosial ekonomi

  Usia ibu hamil  Hari pertama haid

terakhir, siklus haid  Perdarahan per

vagina  Keputihan  Mual dan muntah  Masalah / kelainan

pada kehamilan sekarang

  Pemakaian obat – obat (termasuk jamu – jamuan)

   Jumlah kehamilan   Jumlah persalinan   Jumlah persalinan

cukup bulan   Jumah persalinan

prematur   Jumlah anak hidup   Jumlah keguguran   Jumlah aborsi   Perdarahan pada

kehamilan, persalinan, nifas terdahulu.

   Adanta hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan terdahulu

   Berat bayi <2,5 kg atau  berat bayi 4 kg

   Adanya masalah – masalah selama kehamilan, persalinan, nifas terdahulu

   Jantung   Tekanan darah tinggi   Diabetes Melitus   TBC   Pernah operasi   Alergi obat /

makanan   Ginjal   Asma   Epilepsy   Penyakit hati   Pernah kecelakaan

   Status perkawinan   Respon ibu dan

keluarga terhadap kehamilan

   Jumlah keluarga  di rumah yang membantu

   Siapa pembuat keputusan dalam keluarga

   Kebiasaan makan dan minum

   Kebiasaan merokok, menggunakan obat – obatan dan alkohol

   Kehidupan seksual   Pekerjaan dan

aktivitas sehari – hari   Pilihan tempat untuk

melahirkan   Pendidikan   Penghasilan

(Sarwono P, 2002)

2. Pemeriksaan

Fisik umum Pemeriksaanluar

Pemeriksaandalam

Laboratorium

Kunjungan pertama:  Tekanan darah  Suhu badan  Nadi  Pernafasan  Berat badan  Tinggi badan  Muka : Edema, pucat  Mulut & Gigi :

kebersihan, karies, tonsil, paru

  Tiroid / gondok  Tulang belakang/

punggung : scoliosis  Payudara : puting

susu, tumor

Pada setiap kunjungan :

   Mengukur tinggi fundus uteri

   Palpasi untuk menentukan letak janin (atau lebih 28 minggu)

   Auskultrasi detak jantung janin 

Pada kunjungan   Varises    Kondiloma   Edema   Hemeroid   Kelainan lain

Pemeriksaan dengan Spekulum untuk menilai:

  Serviks  Tanda-tanda infeksi  Cairan dari ostium

uteri

Kunjungan pertama:Darah :

   Hemoglobin   Glukosa   VDRL

Urin:  Warna,

bau, kejernihan  Protein  Glukosa  Nitrit/LEA

Page 24: poedji rochjati

  Abdomen : bekas operasi

  Ekstermitas : edema, varises, reflesk patella

  Costrovertebral Angle Tenderness (CVAT)

  Kulit : kebersihan/ penyakit kulitKunjungan berikut:

  Tekanan darah  Berat badan  Edema  Masalah dari

kunjungan pertama

Pemeriksaan untuk menilai:

     Serviks*     Uterus*     Adneksa*     Bartholin     Skene     Uretra

*bila usia kehamilan <12 minggu

(Sarwono P, 2002)

     Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi

     Palpasi

Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai

bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat

lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara.

Palpasi perut untuk menetukan :

        Besar dan konsistensi rahim,

        Bagian-bagian janin, letak, presentasi,

        Gerakan janin,

        Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his.

Cara palpasi ada bermacam-macam :

        Menurut Leopold dengan variasi

        Menurut Knebel,

        Menurut Budin, dan

        Menurut Ahlfeld

Page 25: poedji rochjati

Manuver palpasi menurut Leopold:

Leopold I :

        pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil

        menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus

        konsistensi uterus

Variasi menurut Knebel:

        menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas

simfisis

Leopolld II :

        menentukan batas samping rahim kana-kiri

        menentukan letak punggung janin

        pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin

Variasi menurut Budin:

        menentukan batas letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus

Page 26: poedji rochjati

Leopold III :

        menentukan bagian terbawah janin

        apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang

Variasi  menurut Ahlfeld:

        menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut

Leopold IV:

        pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil

        bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas

panggul

Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus,

gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl. (Rustam M,

1998)

Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundlus uteri.Akhirbulan Besar uterus Tinggi fundus uteri

123456789

Lebih besar dari biasaTelur bebekTelur angsaKepala bayiKepala dewasaKepala dewasaKepala dewasaKepala dewasa

Belum teraba (palpalasi)Di belakang simfisis1-2 jari diatas simfisisPertengahan simfisis-pusat2-3 jari di bawah pusatKira-kira setinggi pusat2-3 jari di atas pusatPertengahan pusat-proc. Xyphoideus

Page 27: poedji rochjati

10Kepala dewasa

Kepala dewasa

3 jari di bawah Px atau sampai setinggi  PxSama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar ke samping

Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam

kandungan:

(1)   Dihitung dari tunggal haid terakhir

(2)   Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup “felling life”(quickening)

(3)   Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundus-simfisis dalam cm

dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan.

(4)   Menurut Ahlfeld :” Ukuran kepala-bokong”= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak

kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan.

(5)   Rumus Johnson –Tausak:BB =(mD - 12) x 155

     Auskultasi

Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obterik) untuk menedengarkan denyut jantung

janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah:

(1)   dari janin :

        djj pada bulan ke 4-5

        bising tali pusat

        gerakan dan tendangan janin

(2)   dari ibu:

        bising rahim (uterine souffle)

        bising aorta

        peristaltic usus

Cara menghitung djj:

        setiap menit misalnya 140 kali  per menit

        dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui teratur tidaknya djj,

contoh:

Page 28: poedji rochjati

11        12        11

djj = 4x(11+1213) = 136 permenit teratur

10        14        9

djj = 4x(10+14+9) = 132 permenit tidak teratur

(Rustam M, 1998)

     Pemeriksaan Dalam

        Vaginal toucher (VT)

        Rectal toucher (RT)

Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui :

(1)   Bagian terbawah janin

(2)   Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk. uub, dagu, hidung,

orbita, mulut, dan sebagainya.

 

(3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber ischii

(4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dan sebagainya

(5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul

Perlvimetri klinik :

        Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba

promontorium. Bila teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk

dikeluarkan dan diukur (lihat Gambar 9-5). Akan diperoleh konyugata diagonal, bila

dikurangi 1,5 cm diperoleh konyugata  vera (CV)

Indikasi pemeriksaan dalam :

Page 29: poedji rochjati

(1)   Indikasi sosial untuk  menentukan keadaan kehamilan atau persalinan sebelum ditinggalkan

oleh penolong

(2)   Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan

(3)   Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD

(4)   Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju – maju

(5)   Jika akan diambil tindakan obstetri operatif

(6)   Menentukan nilai skor pelvis

Pada kehamilan triwulan pertama :

        Pembesaran rahim dan konsistensinya

        Tanda Hegar, tanda Piscaseck, dan tanda Chadwick

Pada kehamilan lanjut dapat dinilai :

        Pembukaan serviks: berapa cm atau berapa jari hampir lengkap dan sudah lengkap

        Bagian anak paling bawah : kepala, bokong, serta posisinya.

        Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge.

        Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak

        Sacrum cekung atau bentuk lain

        Spina ischiadika menonjol atau tidak

        Arkus pubis cukup lebar atau tidak

        Serviks : effacement, tipis atau tebal

        Apakah pada kepala janin ada kaput atau tudak

        Dan lain – lain

(Rustam M, 1998)

     Pemeriksaan Rontgenologik

Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang diagnostic bila terdapat

keragu – raguan pada pemeriksaan obstetrik. Misalnya, pada wanita yang selalu gemuk

(obesitas), penderita yang tidak tenang (nervous), dan dinding perut yang tegang.

Untuk diagnosa kehamilan positif, boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan dan

akan tampak tulang – tulang janin.

Pemeriksaan rontgenologi dapat pula memberikan informasi tentang keadaan janin

dalam kandungan :

        Letak dan posisi janin

Page 30: poedji rochjati

        Tanda – tanda kematian janin dalam kandungan (KJDK)

     Pemeriksaan Laboratorium

Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang – kurangnya 2 x

selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya.

     Ultrasonografi

Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin,

karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda.

Pada layer dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin. (Rustam M, 1998)

3.  Diagnosis

Diagnosis dibuat untuk menentukan hal – hal sebagai berikut :Kategori Gambaran

Kehamilan normal

Kehamilan dengan masalah khusus

Kehamilan dengan masalah kesehatan yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerja sama penanganannya

Kehamilan dengan kondisi kegawat daruratan yang membutuhkan rujukan segara

Ibu sehatTidak ada riwayat obstetri burukUkuran uterus sama / sesuai usia kehamilanPemeriksaan fisik dan laboratorium normal

Seperti masalah keluarga atau psiko – sosial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dll.

Seperti hipertensi, anemia berat, preeklampsia, pertumbuhan janin terlambat, infeksi saluran kemih, penyakit kelamin dan kondisi lain – lain yang dapat memburuk selama kehamilan

Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini, atau kondisi – kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi.

4.  PenatalaksanaanKategori Gambaran

Kehamilan normal 1.   Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal awal.

   Lihat bagian penilaian

2.   Memantau kemajuan kehamilan pada kunjungan kehamilan.

    Tekanan darah – di bawah 140/90    Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama

kehamilan

Page 31: poedji rochjati

    Edema hanya pada ekstremitas    Tinggi fundus – cm atau menggunakan jari – jari

tanggan dapat disamakan dengan usia kehamilan    Detak jantung janin 120 sampai 160 setak per menit    Gerakan janin + setelah 18-20 minggu hingga

melahirkan

3.   Memberikan zat besi (lihat jadwal)4.   Memberikan imunisasi TT (lihat jadwal)5.   Memberikan konseling    Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300

kalori per hari, mgnkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang)

    Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah    Perubahan fisiologi : tambah berat badan,

perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama, rasa panas, dan/atau varises, hubungan suami – istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom).

    Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan lanjutan kehamilan

    Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda – tanda bahaya berikut :

  Perdarahan per vaginam,  Sakit kepala lebih dari biasa  Gangguan penglihatan  Pembengkakan pada wajah / tangan  Nyeri abdomen (epigastrik)  Janin tidak bergerak sebanyak bisanya    Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang

bersih dan aman di rumah (untuk tingkat desa) :-       Sabun dan air-       Handuk dan selimut bersih untuk bayi-       Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan-       Mendiskusikan praktek – praktek tradisional, posisi

melahirkan, dan harapan – harapan-       Mengidentifikasi siapa yang dapat membantu bidan

selama persalinan di rumah.    Menjaga kebersihan  diri terutama lipatan kulit

(ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan

    Petunjuk dini : untuk mencegah keterlambatan dalam pengambilan keputusan dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk :

-      Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya –

Page 32: poedji rochjati

biaya perawatan kegawatdaruratan.-      Menjelaskan cara merawat payudara terutama pada

ibu yang mempunyai puting  susu rata atau masuk ke dalam. Ibu diajarkan cara mengeluarkan puting susu dengan menggunakan kedua ibu jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit.

Kehamilan normal dengan kebutuhan khusus

1.     Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas

2.    Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan masalah – masalahnya

Ibu hamil dengan masalah kesehatan/komplikasi yang membutuhkan rujukan untuk konsultasi atau kerja sama penanganann

1.     Merujuk ke dokter untuk konsultasi.      Menolong ibu menentukan pilihan yang tepat untuk

konsultasi (dokter, puskesmas, dokter obgin dsb)2.     Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat

rujukan.3.     Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan

membawa surat dengan hasil dari rujukan4.     Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi

selama kehamilan5.     Memberikan layanan / asuhan antenatal6.     Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu

melahirkan di rumah : Menyepakati di antara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang rencana kelahiran (terutama suami dan ibu atau ibu mertua).

Persiapan/pengaturan transportasi untuk ke tempat persalinan dengan aman, terutama pada malam hari atau selama musim hujan.

Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di tempat persalinan yang aman. Apakah ibu hamil dapat menabung cukup uang, atau dapatkah ia meminta dana masyarakat ?

Persiapan asuhan anak jika dibutuhkan selama persalinan  

Kegawatdaruratan 1.      Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di

Page 33: poedji rochjati

mana tersedia pelayananan kegawatdaruratan obstetrik yang sesuai.

2.      Sambil menunggu transportasi,       Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika

perlu berikan pengobatan       Mulai memberikan cairan infus (IV)

3.      Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya4.      Membawa obat dan kebutuhan – kebutuhan lain5.      Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu

hamil dan surat rujukan

(Sarwono P, 2002)

Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama

hamil. Keuntungan antenatal care sangat besarkarena dapat mengetahui berbagai resiko

dini komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke

rumahsakit. Untuk evaluasi keadaan dan kemajuan inpartu dipergunakan par-

tograf menurut WHO, sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah

dapat dirujuk ke rumah sakit. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998)

Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian

besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Ida Bagus

Gde Manuaba,1998)