pltn di indonesia

19
Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005 1 Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik oleh: Bambang Eko Afiatno (1 Direktur Esekutif ISEID (The Institute for Social, Economic, and Industrial Development), Surabaya Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya E-mail: [email protected] 1. Perkembangan Energi Nuklir Sejarah penggunaan energi nuklir untuk kemanusiaan adalah dimulai dengan keberhasilan Enrico Fermi dalam sebuah percobaan kelistrikan pada 1942 di Universitas Chicago, yang dikenal dengan “Chicago Pile”. Tetapi, PLTN yang pertama kali di dunia dioperasikan oleh Uni Soviet pada 1954 dengan daya 5 MWe. Kemudian Amerika Serikat menyusul pada 1955 dengan daya 60 MWe dan di Inggris pada 1956 dengan daya 180 MWe [Subeki, 1992]. Sejak itu perkembangan energi nuklir untuk pembangkitan listrik begitu pesat hingga Juli 2004 seluruh reaktor yang beroperasi di seluruh dunia adalah sebesar 362.939 MWe yang dihasilkan oleh 437 PLTN di 31 negara (lihat Lampiran 1). Pada 2003 sebanyak 16% dari seluruh produksi listrik dunia yakni 2.525 milyar kWh dengan efisiensi produksi yang semakin meningkat. Saat ini sebanyak 30 PLTN dengan daya sebesar 24.392 MWe yang sedang dibangun, di mana terdapat dua negara yang akan menggunakan PLTN untuk pertama kali yakni Iran dan Korea Utara. Sampai Juli 2004 telah direncanakan pembangunan 32 unit PLTN dengan kapasitas 34.203 MWe dan sedang diusulkan pembangunan PLTN sebanyak 72 unit dengan kapasitas 55.000 MWe. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir bagi 437 unit PLTN di seluruh dunia diperlukan sebanyak 66.658 ton uranium. Selain itu terdapat 284 reaktor penelitian (research reactors) telah dioperasikan di 56 negara, termasuk Indonesia [UIC, 2004a]. Perlu diketahui bahwa jumlah reaktor penelitian yang ada di Indonesia yaitu sebanyak 3 unit masing-masing berada di Yogyakarta, Bandung, dan Serpong. Dewasa ini sebanyak tujuh belas negara menggantungkan paling tidak seperempat pembangkitan listriknya pada tenaga nuklir. Perancis dan Lithuania bahkan mencapai 75% merupakan PLTN sedangkan Belgia, Bulgaria, Hungaria, Jepang, Slowakia, Korea Selatan, 1 Penulis menyampaikan terima kasih kepada: Achmad Solihin, SE,M.Si; Nur "Bobby" Hidayat, SE; Moch. Idris,S.Si; Ignatius Iswandono,SE; Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng; dan Dr.Ir.Achmad Roesyadi;

Upload: rizalkurniawan

Post on 02-Oct-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pltn

TRANSCRIPT

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    1

    Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    oleh: Bambang Eko Afiatno (1

    Direktur Esekutif ISEID (The Institute for Social, Economic, and Industrial Development), Surabaya Dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya

    E-mail: [email protected]

    1. Perkembangan Energi Nuklir Sejarah penggunaan energi nuklir untuk kemanusiaan adalah dimulai dengan keberhasilan

    Enrico Fermi dalam sebuah percobaan kelistrikan pada 1942 di Universitas Chicago, yang

    dikenal dengan Chicago Pile. Tetapi, PLTN yang pertama kali di dunia dioperasikan oleh

    Uni Soviet pada 1954 dengan daya 5 MWe. Kemudian Amerika Serikat menyusul pada 1955

    dengan daya 60 MWe dan di Inggris pada 1956 dengan daya 180 MWe [Subeki, 1992].

    Sejak itu perkembangan energi nuklir untuk pembangkitan listrik begitu pesat hingga Juli

    2004 seluruh reaktor yang beroperasi di seluruh dunia adalah sebesar 362.939 MWe yang

    dihasilkan oleh 437 PLTN di 31 negara (lihat Lampiran 1). Pada 2003 sebanyak 16% dari

    seluruh produksi listrik dunia yakni 2.525 milyar kWh dengan efisiensi produksi yang

    semakin meningkat. Saat ini sebanyak 30 PLTN dengan daya sebesar 24.392 MWe yang

    sedang dibangun, di mana terdapat dua negara yang akan menggunakan PLTN untuk pertama

    kali yakni Iran dan Korea Utara. Sampai Juli 2004 telah direncanakan pembangunan 32 unit

    PLTN dengan kapasitas 34.203 MWe dan sedang diusulkan pembangunan PLTN sebanyak

    72 unit dengan kapasitas 55.000 MWe. Untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar nuklir bagi

    437 unit PLTN di seluruh dunia diperlukan sebanyak 66.658 ton uranium. Selain itu terdapat

    284 reaktor penelitian (research reactors) telah dioperasikan di 56 negara, termasuk

    Indonesia [UIC, 2004a]. Perlu diketahui bahwa jumlah reaktor penelitian yang ada di

    Indonesia yaitu sebanyak 3 unit masing-masing berada di Yogyakarta, Bandung, dan

    Serpong.

    Dewasa ini sebanyak tujuh belas negara menggantungkan paling tidak seperempat

    pembangkitan listriknya pada tenaga nuklir. Perancis dan Lithuania bahkan mencapai 75%

    merupakan PLTN sedangkan Belgia, Bulgaria, Hungaria, Jepang, Slowakia, Korea Selatan,

    1 Penulis menyampaikan terima kasih kepada: Achmad Solihin, SE,M.Si; Nur "Bobby" Hidayat, SE; Moch.

    Idris,S.Si; Ignatius Iswandono,SE; Ir.Syariffuddin Mahmudsyah,M.Eng; dan Dr.Ir.Achmad Roesyadi;

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    2

    Swedia, Swiss, Slovenia, dan Ukraina setidaknya sepertiga dari seluruh pembangkitan listrik

    berupa PLTN (lihat pada Gambar 6.1). Perkembangan/ proyeksi penggunaan energi nuklir

    dalam jangka panjang yakni 2000-2020 dapat dilihat pada Lampiran 2.

    Gambar 6.1 Persentase Energi Listrik dari Nuklir (PLTN) di Setiap Negara pada 2003

    (PLTN Membangkitkan 16% dari Energi Listrik Dunia)

    2. Radiasi dan Keselamatan PLTN Meskipun tragedi Chernobyl di Ukraina delapan belas tahun yang lalu tidak mudah

    dilupakan, sebagian negara anggota baru Uni Eropa tidak antinuklir. Kasus untuk nuklir saat

    ini memiliki dua komponen yaitu ketahanan energi dan perubahan iklim. Kecenderungan

    terhadap energi nuklir di Eropa meningkat karena isu pemanasan global. Uni Eropa (UE) saat

    ini telah meratifikasi Protokol Kyoto tentang perubahan iklim, dengan demikian

    keprihatianan mengenai pemanasan global bukan hanya sekedar wacana dalam agenda

    pemerintah negara-negara anggota UE. Demikian juga para aktivis lingkungan berharap

    bahwa energi terbarukan dan pemanfaatan energi secara lebih efisien dapat memenuhi target

    protokol tersebut. Pembangkit listrik berbahan bakar fosil cenderung memperparah

    pemanasan global. Menurut salah seorang pejabat tinggi bidang energi di Komisi Eropa

    bahwa pilihan yang dihadapi adalah meniadakan penggunaan nuklir sebagai suatu sumber

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    3

    energi atau memenuhi target Protokol Kyoto. Namun, pilihan tersebut tidak mungkin dicapai

    dari kedua tujuan itu sekaligus [The Economist, 2004].

    Bagi masyarakat umum, keengganan terhadap energi nuklir mungkin disebabkan oleh

    bayangan pada kecelakaan nuklir yang pernah dialami suatu PLTN dan membayangkan bom

    atom seperti peristiwa Perang Dunia II pada 1945 di Hiroshima dan Nagasaki. Sepanjang

    sejarah PLTN yang sudah ada sejak 50 tahun yang lalu tercatat sebanyak lima insiden

    kecelakaan nuklir yang telah terjadi. Perlu diketahui bahwa insiden di PLTN Mihama, Jepang

    pada awal Agustus 2004 bukan kecelakaan nuklir, melainkan kecelakaan pada turbin hall

    yang sama sekali tidak menimbulkan kebocoran radiasi (radiation leak). Dari lima

    kecelakaan itu yang sering dijadikan acuan adalah insiden Three Mile Island (TMI), dekat

    Harrisburg, Pennsylvania pada 28 Maret 1978 dan insiden Chernobyl, dekat Kiev, Ukraina

    pada 26 April 1986. Sedangkan insiden Tokaimura di Jepang pada 30 September 1999 adalah

    kecelakaan pada pabrik pengolahan bahan bakar PLTN, bukan kecelakaan nuklir pada PLTN

    itu sendiri.

    Insiden TMI tidak menimbulkan korban jiwa dan tergolong pada tingkat 5 skala peristiwa

    nuklir atau biasa disebut International Nuclear Event Scale (INES) yang ditetapkan oleh

    IAEA (International Atomic Energy Agency) yang telah dielaborasi sejak 1990 seperti

    Gambar 1 dan Lampiran 3. Kejadian itu mengakibatkan bocor radiasi, tetapi radiasi yang

    keluar dari sungkup reaktor itu sangat kecil dosisnya, jauh di bawah tingkat rekomendasi

    internasional [UIC, 2004a]. Kecelakaan nuklir di PLTN yang terburuk dalam sejarah adalah

    insiden Chernobyl yang menewaskan sekitar 31 orang dan kecelakaan ini termasuk pada

    tingkat 7 skala peristiwa nuklir (lihat Lampiran 3). Yang sering terlewati dari insiden ini

    adalah kenyataan bahwa itu terjadi karena mekanisme pemadaman otomatis dimatikan

    (automatic shutdown mechanisms) oleh operator. Kejadian ini merupakan suatu kesalahan

    serius dan fatal, serta keanehan yang terdapat pada disain reaktor bikinan Soviet. Pada 2000,

    sebuah laporan resmi PBB menyimpulkan bahwa tidak terdapat bukti ilmiah yang signifikan

    dari pengaruh kesehatan yang bertalian dengan radiasi pada sebagian besar orang yang

    terpapar (exposed) radiasi Chernobyl [UIC, 2004b]. Salah satu berkah terselubung dari

    insiden Chernobyl adalah semakin ketat pengawasan yang dilakukan oleh lembaga kerjasama

    internasional dalam pengoperasian nuklir, World Association of Nuclear Operators (WANO)

    terbentuk pada 1989 di Moscow, selain pengawasan rutin yang sudah ada dari IAEA sebagai

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    4

    bagian dari PBB. Pengawasan semacam ini untuk penggunaan jenis energi lain belum pernah

    ada.

    Gambar 6.1.1 Skala Peristiwa Nuklir Internasional (INES) untuk PLTN

    Sumber: Uranium Information Centre (UIC), 2000, INES Events, August. Sesungguhnya secara obyektif dapat diperbandingkan kecelakaan yang terjadi pada sektor

    energi di dunia. Ditinjau dari sisi frekuensi dan jumlah korban menunjukkan bahwa

    kecelakaan untuk bahan bakar selain uranium jauh lebih sering dan lebih banyak meminta

    korban (lihat pada Lampiran 4). Dengan demikian terlihat jelas bahwa betapa sering terjadi

    kecelakaan pada tambang batubara dan betapa besar jumlah korban yang tewas akibat

    kegagalan pada sistem bendungan PLTA. Meskipun demikian dampak psiko-sosial dari

    kecelakaan nuklir pada sebuah PLTN memang menjadi masalah utama dan ini sangat

    berkaitan dengan radiophobia, termasuk pula mengenai pembuangan limbah nuklir.

    Seseorang dikatakan mengalami radiophobia jika ia secara tidak beralasan takut bahwa

    setiap tingkat radiasi pengion (ionizing radiation) adalah berbahaya [Jaworowski, 1999].

    Radiasi pengion berbeda dari radiasi sinar infra merah dari matahari, karena radiasi pengion

    menghasilkan ionisasi dalam jaringan tubuh sedangkan sinar infra merah matahari tidak.

    Radiasi itu dapat diukur berdasarkan tingkat penyerapan oleh jaringan biologis makhluk

    hidup dengan satuan Sievert (Sv) -- seorang dokter dari Swedia, Rolf Maximillian Sievert

    (1896-1960) -- yang disebut juga sebagai dosis radiasi. Sebagai contoh, satu kali foto ronsen

    akan memberikan dosis radiasi sebanyak 0,2 mSv (miliSievert) lihat Tabel 6.1.1 dan

    Lampiran 5.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    5

    Tabel 6.1.1 Perbandingan Penyerapan Radiasi dalam Berbagai Tingkat

    Ukuran KeteranganRadiasi10 Sv Instant death for 10000 people5 Sv 50% probability of death3 Sv Acute symptoms in a few day's time

    100 mSv 0,1 Sv --- lecemia + cancer among 20%50 mSv Settlements near Chernobyl a year after the catastrophe1 mSv Chest X-ray

    Sumber: UIC, 2003, Safety of Nuclear Pow er Reactors, Nuclear Issues Briefing , Paper No. 14, November.

    Radiofobia sebenarnya tidak berkaitan dengan radiasi pengion, karena secara alamiah

    manusia sudah biasa terpapar oleh radiasi ini dan bukan hanya oleh radiasi buatan manusia,

    tetapi juga yang alamiah. Disebutkan bahwa sedikitnya satu milyar partikel radiasi alamiah

    memasuki tubuh per hari. Secara rata-rata paparan akibat radiasi alamiah yaitu mencapai 2,4

    mSv/ tahun dan bervariasi hingga beberapa ratus persen tergantung pada lokasi geografis.

    Sumber radiasi alamiah antara lain adalah peluruhan radium dan thorium yang

    terkandung dalam batu-batuan, bahan material bangunan, dan yang terbesar adalah dari tanah

    di seluruh dunia, karena kandungan uranium dan thorium yang dimiliki tanah. Radon (Radon

    222) dan thoron (Radon 220) adalah unsur-unsur radioaktif yang ada di rumah kita.

    Sedangkan dari sinar kosmik dari luar angkasa memiliki radiasi yang diserap oleh makhluk

    hidup tergantung pada posisi menurut altitude (ketinggian dari permukaan laut) dan latitude

    (kedekatan dengan khatulistiwa). Orang-orang yang melakukan perjalanan lewat udara juga

    dapat meningkatkan paparan pada radiasi dan dari PLTU batubara juga terpancar radiasi

    pengion ini, di mana dampak radiasi dari PLTU ini tidak pernah dikhawatirkan oleh

    masyarakat seperti pada kasus nuklir.

    Radiasi buatan manusia dengan dosis rata-rata global, sejak awal abad XX, telah

    mengalami peningkatan akibat peningkatan pemakaian sinar X untuk diagnosis kedokteran

    sedangkan yang diakibatkan oleh tenaga nuklir, termasuk insiden Chernobyl, hanya berperan

    sangat kecil, yakni kurang dari 0,1% dari peningkatan tersebut. Kekurangan informasi yang

    betul dan valid, termasuk ketidaktepatan metode sosialisasi mengenai segala hal yang

    berkaitan dengan radioaktivitas lebih banyak menjadi sumber kesesatan pandangan banyak

    orang awam tentang PLTN.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    6

    3. Keekonomian dan Kehandalan PLTN Lebih jauh dengan perubahan posisi Indonesia menjadi net-importer minyak di masa

    mendatang, maka semakin sulit untuk menggantungkan diri pada energi berbahan bakar fosil.

    Menurut Anne Lauvergeon, CEO dari Areva, Perancis, adalah tidak mungkin memiliki solusi

    bagi permintaan energi global tanpa menggunakan tenaga nuklir [Tomlinson, 2004]. Dari

    segi harga bahan bakar, bahan bakar fosil sebagai sumber energi menghadapi situasi harga

    minyak dunia yang sangat berfluktuasi. Keadaan ini tidak dialami oleh PLTN, karena harga

    uranium di pasar dunia selama ini stabil. Karena itu saat ini Indonesia perlu

    mempertimbangkan dengan lebih serius penggunaan berbagai energi alternatif, termasuk

    energi nuklir. Selain itu, efisiensi penggunaan bahan bakar oleh PLTN jauh lebih tinggi

    dibanding pembangkit berbahan bakar fosil (lihat pada Gambar 6.1.2.1).

    Gambar 6.1.2.1 Perbandingan Efisiensi Bahan Bakar Nuklir, Minyak Bumi, dan Batu Bara

    dalam Membangkitkan Listrik 5.000 kWh

    Sumber: Anonim, 1982, Energies Et Environnement, La Place du Nucleaire, Paris. Sebagai perbandingan bahwa 20 gram uranium oksida setara dengan 1,1 ton minyak bumi

    atau 1,65 ton batu bara dalam membangkitkan listrik sebesar 5.000 kWh, di mana secara fisik

    dimensi uranium tersebut sedemikian kecil atau sebesar kapsul obat. Hal ini menunjukkan

    bahwa biaya operasional PLTN jauh lebih rendah daripada pembangkit berbahan bakar fosil,

    dan listrik yang diproduksi akan memiliki harga jual yang lebih rendah.

    Di dunia dewasa ini minat terhadap PLTN menunjukkan peningkatan. Hal ini tidak lain

    karena saat ini PLTN telah menjadi semakin kompetitif, baik dari segi biaya produksi

    maupun dari sisi dampak lingkungan yang ditimbulkannya. Dari aspek biaya produksi,

    sebuah studi perbandingan yang dilakukan OECD untuk memproyeksikan biaya

    pembangkitan listrik 2005-2010 seperti pada Tabel 6.1.2 [WNA, 2004a]:

    UraniumAlam

    MinyakBumi

    Batubara

    20 Gram 1,1 Ton 1,65 Ton

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    7

    Tabel 6.1.2 Perbandingan Biaya Pembangkitan Listrik

    dari Proyeksi OECD 2005-2010 Negara Nuklir Batu-bara Gas

    Perancis 3.22 4.64 4.74Rusia 2.69 4.63 3.54Jepang 5.75 5.58 7.91Korea 3.07 3.44 4.25Spanyol 4.10 4.22 4.79Amerika Serikat 3.33 2.48 2.33 - 2.71 Kanada 2.47 - 2.96 2.92 3.00China 2.54 - 3.08 3.18 - Sumber: World Nuclear Association (WNA), 2004b,The Economics of Nuclear Power , March, London.Keterangan: US$-1997 cents/kWh, Discount rate 5% for nuclear & coal, 30 year lifetime, 75% load factor.

    Sumber-sumber energi alternatif, seperti: matahari, angin, gelombang pasang, dan

    gelombang laut tidak dapat menjadi substitusi ekonomis bagi nuklir karena memiliki

    kelemahan, yakni tidak dapat dikendalikan untuk menyediakan tenaga secara kontinu, baik

    atas dasar base-load maupun peak-load pada saat dibutuhkan. Dalam praktiknya,

    pemanfaatan energi-energi alternatif ini untuk membangkitkan listrik sampai saat ini masih

    sangat bergantung pada kondisi alam sedangkan teknologi yang memanfaatkan hidrogen

    masih mengalami kendala dari segi biaya dan efek gas rumah kaca yang ditimbulkannya

    [WNA, 2004b].

    Selain biaya produksi yang rendah, menurut value-based management (nilai-nilai

    kemanfaatan dari aspek pengelolaan) bahwa PLTN memiliki nuclear value-chain dipandang

    sebagai suatu industri yang memasarkan pembangkitan listrik. Nilai-nilai sebagai berikut: a)

    perbaikan kinerja, yakni bahwa PLTN dapat terus memperbaiki kinerjanya melalui

    uprating, waktu pemadaman yang lebih singkat ketika mengisi bahan bakar, dan pengelolaan

    biaya operasi-pemeliharaan (operating-maintenance costs) yang lebih baik; b) Stabilitas

    harga mendatang (future price), yakni bahwa PLTN dapat menjamin kestabilan harga

    listrik hasil produksinya di masa mendatang; c) Dukungan sistem transmisi, nilai ini (antara

    lain termasuk dukungan tegangan) memegang peran kunci dalam memelihara keandalan

    jaringan, dan layanan ini sangat bernilai dalam pasar yang unbundled; d) Site value, pada

    umumnya lokasi PLTN direncanakan untuk memuat lebih dari satu unit pembangkit. Dengan

    demikian hal ini dapat menciptakan keanekaan pembangkitan; e) Nilai udara yang bersih,

    yakni bahwa PLTN memenuhi standar pembangkitan yang bebas emisi perusak lingkungan;

    f) Keterampilan pengelolaan, berdasarkan keterampilan dalam pengoperasian sebuah

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    8

    PLTN, ada jasa-jasa lain (produk sampingan) yang dapat ditawarkan oleh operator PLTN

    pada dunia usaha, seperti: teknologi informasi, pelatihan, penjadwalan aktivitas perawatan,

    dan pengelolaan rantai pasokan (supply chain management). Sebagai contoh Sears, sebuah

    perusahaan jaringan penjualan, pada 1999 mempertahankan Carolina Power and Light untuk

    perawatan seluruh 845 tokonya di Amerika Serikat [NEI, 2004].

    Selain itu, tentu saja PLTN memiliki nilai ekonomis. Beberapa hal yang terkait dengan

    aspek ekonomis PLTN yaitu: peningkatan faktor kapasitas, peningkatan keluaran listrik,

    penurunan biaya-biaya produksi (antara lain karena stabilitas harga bahan bakar), NPV

    (net present value) yang tinggi, harga saham yang tinggi, dan future value potensial dari

    pemenuhan standar lingkungan.[NEI, 2004].

    4. Penggunaan PLTN di Indonesia pada Masa Mendatang Nuklir sebagai salah satu sumber energi di Indonesia di masa mendatang perlu dikaji

    lebih mendalam dari berbagai aspek. Dalam jangka panjang diversifikasi sumber energi harus

    diperhitungkan dengan seksama mengingat bahwa kebergantungan pada sumber energi fosil

    sudah tidak memungkinkan lagi karena Indonesia akan menjadi net-importer minyak. Salah

    satu pilihan diversifikasi sumber energi adalah nuklir. Keseriusan pemerintah untuk mencari

    alternatif sumber energi terus dikembangkan melalui berbagai studi. Walaupun masih bersifat

    tentatif, namun penggunaan energi nuklir di Indonesia untuk masa mendatang sedang dikaji

    secara serius dan terus-menerus.

    Terkait dengan penentuan lokasi yang sedang dikaji oleh BATAN yakni dalam studi awal

    potensi tapak di Madura. Salah satu lokasi potensial yang terbaik berada di Kabupaten

    Sampang, Madura [Afiatno, 2004]. Sementara itu dalam studi tapak yang lebih rinci telah

    dilakukan oleh BATAN di Semenanjung Muria Kabupaten Jepara. Selain itu Pemerintah

    Provinsi Bali secara aktif juga sedang menjajaki kemungkinan pembangunan PLTN di Bali

    [Jawa Pos, 2004].

    Ada berbagai jenis reaktor yang digunakan dalam PLTN, antara lain: PWR (pressurized

    water reactor), BWR (boiling water reactor), PHWR (pressurized heavy water reactor) atau

    biasa disebut CANDU (Canada deuterium uranium), dan jenis lainnya (lihat Tabel 6.2

    berikut)

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    9

    Tabel 6.2 Jenis Reaktor PLTN di Dunia

    Reactor type Main Countries Number % GWe % Fuel Coolant Moderator

    Pressurized Water Reactor (PWR)

    US, France, Japan, Russia

    252 57.93 235 64.47enriched

    UO2 water water

    Boiling Water Reactor (BWR)

    US, Japan, Sweden

    93 21.38 83 22.77enriched

    UO2 water water

    natural U (metal),

    enriched UO2

    Pressurized Heavy Water Reactor

    CANDU (PHWR) Canada 33 7.59 18 4.94

    natural UO2

    heavy water

    heavy water

    Light Water Graphite Reactor (RBMK)

    Russia 14 3.22 14 3.84enriched

    UO2 water graphite

    Fast Neutron Reactor (FBR)

    Japan, France, Russia

    4 0.92 1.3 0.36PuO2 and

    UO2 liquid

    sodium none

    other Russia, Japan 5 1.15 0.2 0.05TOTAL 435 100.00 365 100.00

    Sumber: WNA, 2004a, Nuclear Power Reactors , February, WNA, London, diolah kembali.

    CO2 graphite 7.82 3.57Gas-cooled Reactor

    (Magnox & AGR) UK 34 13

    Seperti yang diungkapkan oleh KAERI tt, salah satu teknologi terbaru dari sistem

    Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) adalah SMART (small modular advanced reactor

    integrated) yang merupakan tipe PWR (pressurized water reactors) dan salah satu hasil

    perkembangan teknologi SMR (small and medium reactors) dengan thermal power 330 MW.

    Teknologi SMART telah dikembangkan di Korea sejak 1997 dan basic design telah selesai

    sejak Maret 2002. Sebagai suatu reaktor terintegrasi yang membedakan SMART dengan jenis

    teknologi lain adalah semua komponen sistem utama berada di dalam satu single pressurized

    vessel. SMART juga lebih ekonomis karena penyederhanaan sistem, component

    modularization, jangka waktu konstruksi yang lebih pendek (construction time reduction), in

    shop fabrication, komponen yang terstandarisasi (component stadardization) dapat diinstal

    secara langsung di tempat pemasangan (direct site installation), dan increased plant

    availability. Selain itu, Kelebihan reaktor SMART adalah sistem pemompaan tidak

    menggunakan seal yang sering menimbulkan kebocoran. Gambar 6.2.1 menunjukkan

    susunan reaktor SMART.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    10

    Gambar 6.2.1 Susunan Reaktor SMART

    Sumber: KAERI, tt (tanpa tahun), SMART (System-Integrated Modular Advanced Reactor) for Electricity Generation and Desalination, KAERI - Korea Atomic Energy Research Institute, Yuseong, Daejeon.

    Hasil samping dari PLTN ini adalah pembuatan air bersih untuk masyarakat melalui proses desalinasi air laut yaitu pemanfaatan panas berlebih di bagian turbin yang dihasilkan oleh uap bertekanan yang dihasilkan reaktor. Sistem desalinasi dalam SMART adalah MED-TVC (multiple effects distillation with thermal vapor compressor) seperti terlihat pada Gambar 6.2.2.

    Gambar 6.2.2 Diagram Alir MED-TVC

    Sumber: KAERI, tt (tanpa tahun), SMART (System-Integrated Modular Advanced Reactor) for Electricity Generation and Desalination, KAERI - Korea Atomic Energy Research Institute, Yuseong, Daejeon.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    11

    Setiap 1 unit SMART terdiri dari 4 unit desalinasi dan masing-masing unit desalinasi

    mampu memproduksi 10.000 m3/ hari untuk operasi selama 24 jam dengan maximum brine

    temperature adalah 65 derajat celcius dan temperatur suplai air laut 33 derajat celcius. Salah

    satu keunggulan MED-TVC adalah kemampuan untuk memanfaatkan energi tekanan dalam

    steam. TVC sangat efektif, di mana steam tersedia pada kondisi temperatur dan tekanan yang

    lebih tinggi daripada yang diperlukan evaporator. Pada Gambar 6.2.2 menunjukkan diagram

    alir dari MED-TVC.

    5. Alternatif Pembangkit Listrik untuk Pasokan Kelistrikan di Indonesia. Terlepas dari pro dan kontra terhadap energi nuklir, pada tahun 2003 sumber energi ini

    telah mampu menyumbang sekitar 16% listrik dunia. Angka ini terbesar ke tiga setelah

    batubara/ coal (39%) dan air/ hydro (19%). Bahkan lebih besar dari sumber energi minyak

    bumi (oil) yang hanya menyumbang sebesar 10% dari seluruh sumber energi dunia dan untuk

    gas menyumbang sebesar 15%. Lebih rinci dapat dilihat pada Gambar 6.3.1.

    Gambar 6.3.1. Proporsi Berbagai Sumber Energi di Dunia

    Sumber: Uranium Information Centre, 2004, Nuclear Power in The World Today, Nuclear Issues Briefing Paper 7,

    March, Melbourne, dimodifikasi kembali. Saat ini bahan bakar fosil cenderung semakin menipis dan tidak merata kontribusi

    sumberdaya energi fosil, termasuk pula persoalan harga energi fosil yang cenderung

    meningkat di masa mendatang akibat kelangkaan. Kondisi ini akan mengakibatkan

    penggunaan energi nuklir memiliki peranan penting di masa depan. Untuk lebih

    meningkatkan peran energi nuklir, banyak negara maju mengembangkan suatu sistem yang

    memungkinkan energi nuklir tidak saja sebagai sumber listrik, tetapi juga sebagai sumber

    energi panas. Meskipun kontribusi energi nuklir dalam menyumbang aplikasi energi panas

    masih relatif kecil, tetapi peran energi nuklir sebagai pemasok energi panas diharapkan bisa

    lebih ditingkatkan. Untuk memenuhi ambisi ini, sejumlah konsep reaktor nuklir maju, seperti:

    Gas, 15%

    Hydro, 19%

    Oil, 10%

    Nuclear, 16% Coal, 39%

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    12

    small dan medium reactor, reaktor temperatur tinggi, dan reaktor- reaktor maju lainnya akan

    terus dikembangkan. Reaktor-reaktor maju ini memilih karakteristik yang unggul seperti

    sistem keselamatan pasif yang andal, modular, dan berpotensi untuk suatu sistem kogenerasi

    panas/ kukus dan listrik. Sistem kogenerasi panas ini yang dimanfaatkan untuk menghasilkan

    air bersih lewat proses desalinisasi.

    Di Indonesia, ada berbagai faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam perencanaan

    energi nasional dalam jangka panjang. Berbagai faktor tersebut antara lain yaitu pertumbuhan

    penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan standar hidup yang semakin tinggi. Selain itu, faktor

    isu lingkungan sehubungan pemanasan global, polusi udara, hujan asam, dan kesehatan juga

    akan berpengaruh pada pemilihan sumber energi jangka panjang. Oleh karena itu, pemilihan

    sumber energi jangka panjang tersebut harus dilakukan secara optimal, arif, dan bijaksana.

    Gambar 6.3.2 adalah skema yang memperlihatkan opsi nuklir sebagai salah satu alternatif

    pemasok energi listrik di Indonesia.

    Gambar 6.3.2. Faktor Penggerak dan Pertimbangan Penting

    dalam Perencanaan Energi Nasional Jangka Panjang s/d 2025

    Minyak Bumi

    Pertumbuhan Penduduk:Tahun 2000: 204 JutaTahun 2025: 250 JutaPertumbuhan Ekonomi (Th Dsr '93):Tahun 2000: Rp 398 TrilyunTahun 2025: Rp 1.660 TrilyunStandar Hidup Semakin Tinggi

    Peningkatan PenyediaanEnergi Primer (+ 2 kali):Tahun 2000: 5.962 PJTahun 2025: 12.221 PJPeningkatan Penyediaan Energi Listrik (+ 3,5 kali):Tahun 2000: Rp 29 GWeTahun 2025: Rp 100 GWe

    Isu Lingkungan:- Pemanasan Global- Polusi Udara- Hujan Asam- Kesehatan

    Pemilihan Jenis Energi Secara Optimal, Arif, dan Bijaksana- Lingkungan - Antar Generasi - Pasokan Energi - Sosial Politik - Geopolitik - Ekonomi

    Energi Fosil(Sumberdaya Hidrokarbon)

    Energi Baru

    Batu Bara Gas NuklirHidro,

    MikrohidroSolar, Angin, Biomassa,

    Panas Bumi

    Energi Terbarukan

    Keputusan pemilihan energi nuklir bukanlah keputusan yang bersifat jangka pendek, baik

    dari aspek perencanaan pembangunan maupun aspek operasional. Dalam aspek perencanaan,

    diperlukan berbagai persiapan yang sangat matang dan akurat, di mana pada umumnya hal itu

    membutuhkan waktu yang cukup panjang (sekitar 5 tahun) sebelum pelaksanaan

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    13

    pembangunan fisik dilakukan. Secara umum, setiap pembangunan PLTN mempunyai tahapan

    yang harus dipersiapkan secara akurat. Pembangunan PLTN SMART-desalinasi di Madura

    direncanakan untuk menambah pasokan energi listrik pada 2019. Oleh karena itu

    perencanaan tahapan pembangunan sudah harus dimulai paling tidak sekitar 2009.

    6. Catatan Penutup Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu:

    1. Energi nuklir telah banyak digunakan di beberapa negara untuk energi listrik di negara

    maju. Walaupun penggunaan energi nuklir tergolong efisien dan bersih terhadap

    lingkungan, namun tetap perlu diwaspadai faktor keamanan dan limbahnya.

    2. Nuklir sering kali menjadi komoditi politis dan strategis karena nuklir bisa dimanfaatkan

    untuk kemanusiaan maupun persenjataan. Oleh karena itu penguasaan teknologi nuklir

    menggambarkan kemajuan teknologi meskipun nuklir telah digunakan untuk energi lebih

    dari lima puluh tahun.

    3. Mengingat energi fosil adalah bersumber dari sumberdaya alam yang tergolong tidak

    dapat diperbarui (non-renewable resources), dapat dimusnahkan (extinguishable

    resources), berdampak terhadap rumah kaca (kecuali gas), maka sudah saatnya perlu

    dipertimbangkan penggunaan energi nuklir di Indonesia terlebih lagi penguasaan energi

    nuklir di Indonesia sejak 1950-an.

    4. Pada umumnya penolakan ataupun keengganan terhadap PLTN mungkin disebabkan oleh

    bayangan pada kecelakaan nuklir pada PLTN dan bom atom seperti peristiwa Perang

    Dunia II pada 1945 di Hiroshima dan Nagasaki. Sepanjang sejarah PLTN yang sudah ada

    sejak 50 tahun yang lalu tercatat sebanyak lima insiden kecelakaan nuklir yang telah

    terjadi. Meskipun demikian dampak psiko-sosial dari kecelakaan nuklir pada sebuah

    PLTN memang menjadi masalah utama dan ini sangat berkaitan dengan radiophobia,

    termasuk pula mengenai pembuangan limbah nuklir.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    14

    Daftar Kepustakaan Afiatno, Bambang Eko. 2004. Studi Dampak Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura terhadap

    Sektor Ekonomi Daerah: Aplikasi Model I-O Dinamis. Surabaya: P2EN-BATAN dan LPKM-Universitas Airlangga.

    Jawa Pos. 2004. Nuklir Masuk Bali, 8 Juli, hlm. 25, Surabaya. Jaworowski, Zbigniew. 2004. Radiation Risk and Ethics, Physics Today, Vol. 52, No.9, September,

    hlm. 24-29. Nuclear Energy Institute (NEI). 2004. Reliable Economical Energy, NEI. Subeki, Iyos R. 1992. Pengantar Program Pengembangan Industri Nuklir, Lokakarya Nuclear

    Reactors Construction Problems, Pusat Pengkajian Energi Nuklir, BATAN, Jakarta, 26-28 Agustus.

    Uranium Information Centre (UIC). 2004a. Nuclear Power in the World Today, Uranium Information

    Centre, Melbourne. __________ 2004b. Chernobyl Accident, Nuclear Issues Briefing, Paper No. 22, August. The Economist. 2004. Nuclear Power: Out of Chernobyls Shadow, May, 8, hlm. 59-60, London. Tomlinson, Richard. 2004. The Queen of Nukes, Fortune, May, 17, No. 8, hlm. 74-78. World Nuclear Association (WNA).2004a. The Economics of Nuclear Power, March, WNA, London. __________ 2004b. Renewable Energy and Electricity, March, WNA, London.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    15

    Pembangkit Listrik Nuklir dan Kebutuhan Uranium di Dunia Tahun 2003-2004

    Milyar kWh % Energi Jumlah MWe Jumlah MWe Jumlah MWe Jumlah MWe TonArgentina 7.0 8.6 2 935 0 0 1 692 0 0 140Armenia 1.8 35 1 376 0 0 0 0 0 0 54Belgium 44.6 55 7 5728 0 0 0 0 0 0 1163Brasil 13.3 3.7 2 1901 0 0 1 1245 0 0 303Bulgaria 16.0 38 4 2722 0 0 0 0 1 1000 340Canada* 70.3 12.5 17 12080 1 515 2 1030 0 0 1692China** 79.0 ** 15 11471 4 4500 4 3800 22 18000 2127Czech Republic 25.9 31 6 3472 0 0 0 0 2 1900 474Egypt 0 0 0 0 0 0 0 0 1 600 0Finland 21.8 27 4 2656 0 0 1 1600 0 0 542France 420.7 78 59 63473 0 0 0 0 0 0 10181Germany 157.4 28 18 20643 0 0 0 0 0 0 3704Hungary 11.0 33 4 1755 0 0 0 0 0 0 271India 16.4 3.3 14 2493 9 4128 0 0 24 13160 299Indonesia 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2000 125Iran 0 0 0 0 1 950 1 950 3 2850 125Israel 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1200 0Japan 230.8 25 54 45521 3 3294 12 14436 0 0 7661Korea DPR (North) 0 0 0 0 1 950 1 950 0 0 0Korea RO (South) 123.3 40 19 15880 1 960 8 9200 0 0 2819Lithuania 14.3 80 2 2370 0 0 0 0 0 0 290Mexico 10.5 5.2 2 1310 0 0 0 0 0 0 233Netherlands 3.8 4.5 1 452 0 0 0 0 0 0 112Pakistan 1.8 2.4 2 425 0 0 1 300 0 0 57Romania 4.5 9.3 1 655 1 655 0 0 3 1995 90Russia 138.4 17 30 20793 6 5475 0 0 8 9375 3013Slovakia 17.9 57 6 2472 0 0 0 0 2 840 370Slovenia 5.0 40 1 676 0 0 0 0 0 0 128South Africa 12.7 6.1 2 1842 0 0 0 0 1 125 356Spain 59.4 24 9 7584 0 0 0 0 0 0 1629Sweden 65.5 50 11 9429 0 0 0 0 0 0 1536Switzerland 25.9 40 5 3220 0 0 0 0 0 0 596Ukraine 76.7 46 13 11268 2 1900 0 0 0 0 1512United Kingdom 85.3 24 23 11852 0 0 0 0 0 0 2488USA 763.7 19.9 103 97485 1 1065 0 0 0 0 22353Vietnam 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2000 0Jumlah (Dunia) 2525 16 437 362.939 30 24.392 32 34.203 72 55 66.658

    Sumber: Uranium Information Centre, 2004, Nuclear Power in the World Today, July, Melbourne.* In Canada, 'planned' figure is 2 laid-up Pickering A reactors.

    PLTN yg direncanakan, Juli 2004

    Usulan Pembangunan PLTN, Juli 2004

    Kebutuhan Uranium 2004Negara

    Listrik Nuklir yg Dibangkitkan 2003

    PLTN yg Beroperasi, Juli 2004

    PLTN yg sedang dibangun, Juli 2004

    Lampiran Lampiran 1:

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    16

    Lampiran 2: Proyeksi Kapasitas PLTN Dunia (Negara & Kawasan) 2000 - 2020

    Reference Case, 2000-2020 (Net Megawatts-electric)2000 % 2005 % 2010 % 2015 % 2020 %

    Canada 9,998 2.86 12,827 3.56 13,596 3.74 13,596 3.77 13,596 3.89Mexico 1,308 0.37 1,308 0.36 1,308 0.36 1,308 0.36 1,308 0.37United States 97,478 27.87 97,478 27.07 94,490 25.96 79,519 22.03 71,581 20.48

    Amerika Utara 108,784 31.10 111,613 31.00 109,394 30.06 94,423 26.16 86,485 24.75Belgium 5,712 1.63 5,712 1.59 5,712 1.57 5,712 1.58 3,966 1.13Finland 2,656 0.76 2,656 0.74 2,656 0.73 3,656 1.01 3,656 1.05France 63,103 18.04 62,870 17.46 62,870 17.27 62,870 17.42 61,670 17.65Germany 21,122 6.04 20,142 5.59 18,975 5.21 16,964 4.70 13,134 3.76Netherlands 449 0.13 449 0.12 449 0.12 Spain 7,470 2.14 7,470 2.07 7,317 2.01 6,871 1.90 6,871 1.97Sweden 9,432 2.70 8,832 2.45 7,957 2.19 6,907 1.91 6,077 1.74Switzerland 3,079 0.88 3,079 0.86 3,079 0.85 2,714 0.75 2,000 0.57United Kingdom 12,498 3.57 11,392 3.16 9,802 2.69 8,118 2.25 5,333 1.53

    Eropa Barat 125,521 35.89 122,602 34.05 118,817 32.65 113,812 31.54 102,707 29.39China 2,167 0.62 5,922 1.64 9,587 2.63 11,587 3.21 18,652 5.34India 2,301 0.66 2,503 0.70 4,013 1.10 5,913 1.64 7,571 2.17Japan 43,691 12.49 44,489 12.35 47,619 13.08 56,634 15.69 56,637 16.21North Korea 950 0.27 950 0.26 950 0.26 Pakistan 425 0.12 425 0.12 425 0.12 300 0.08 900 0.26South Korea 12,990 3.71 15,850 4.40 16,254 4.47 19,425 5.38 22,125 6.33Taiwan 4,884 1.40 4,884 1.36 7,514 2.06 7,514 2.08 7,514 2.15

    Asia 66,458 19.00 74,073 20.57 86,362 23.73 102,323 28.35 114,349 32.72Armenia 376 0.11 376 0.10 Lithuania 2,370 0.68 1,185 0.33 1,000 0.27 1,000 0.28 Russia 19,843 5.67 21,743 6.04 21,336 5.86 17,614 4.88 13,097 3.75Ukraine 11,190 3.20 11,190 3.11 12,140 3.34 13,090 3.63 13,090 3.75

    Bekas Uni Soviet 33,779 9.66 34,494 9.58 33,476 9.20 31,704 8.78 27,187 7.78Bulgaria 3,538 1.01 2,722 0.76 1,906 0.52 1,906 0.53 1,906 0.55Czech Republic 1,648 0.47 3,472 0.96 3,472 0.95 3,472 0.96 3,472 0.99Hungary 1,729 0.49 1,729 0.48 1,729 0.48 1,729 0.48 1,729 0.49Romania 650 0.19 650 0.18 650 0.18 1,300 0.36 1,300 0.37Slovak Republic 2,408 0.69 2,408 0.67 1,592 0.44 1,592 0.44 1,592 0.46Slovenia 632 0.18 632 0.18 632 0.17 632 0.18 632 0.18

    Eropa Timur 10,605 3.03 11,613 3.22 9,981 2.74 10,631 2.95 10,631 3.04Argentina 935 0.27 935 0.26 935 0.26 600 0.17 600 0.17Brazil 1,855 0.53 1,855 0.52 1,855 0.51 3,084 0.85 3,084 0.88

    Amerika Tengah & Selatan 2,790 0.80 2,790 0.77 2,790 0.77 3,684 1.02 3,684 1.05Iran 0 0.00 1,073 0.30 1,073 0.29 2,146 0.59 2,146 0.61

    Timur Tengah 0 0.00 1,073 0.30 1,073 0.29 2,146 0.59 2,146 0.61South Africa 1,842 0.53 1,842 0.51 2,062 0.57 2,172 0.60 2,282 0.65

    Afrika 1,842 0.53 1,842 0.51 2,062 0.57 2,172 0.60 2,282 0.65Jumlah Seluuh Dunia 349,779 100.00 360,100 100.00 363,955 100.00 360,895 100.00 349,471 100.00

    Negara / Kawasan

    Sumber: Energy Information Administration, Office of Coal, Nuclear, Electric and Alternate Fuels, International Nuclear Model, PC Version- May, 2001 & 2003, Washington, diolah kembali

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    17

    Lampiran 3: Skala Peristiwa Nuklir Internasional untuk PLTN dan Dampak yang Ditimbulkan

    Level, Descriptor Off-Site Impact On-Site Impact Defence-in-Depth Degradation Examples

    7 Major Release:

    Major Accident Widespread health and environmental effects6

    Serious Accident

    5 Limited Release: Windscale, UK, 1957 (military).Accident with Off-Site

    RisksPartial implementation of local emergency plans Three Mile Island, USA, 1979.

    4 Minor Release:Saint-Laurent, France, 1980 (fuel rupture in reactor).

    Accident Mainly in Installation

    Public exposure of the order of prescribed limits Tokaimura, Japan, Sept 1999.

    either of:3 Very Small Release:

    Serious IncidentPublic exposure at a fraction of prescribed limits

    any of:2

    Incident1

    Anomaly0

    Below ScaleSumber: Uranium Information Centre (UIC), 2000, INES Events , August.

    nil nilIncidents with potential safety consequences

    Significant Release: Full implementation of local -

    nil nil No safety significance

    nil nilDeviations from authorised functional

    Chernobyl, Ukraine, 1986

    Major contamination, Overexposure of workers

    Near Accident. Loss of Defence-in-Depth provisions

    Vandellos, Spain, 1989 (turbine fire, no radioactive contamination)

    Severe core damage

    Partial core damage. Acute health effects to workers

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    18

    Lampiran 4: Sejumlah Kecelakaan dalam Pemanfaatan Energi

    Tempat Tahun Jumlah Korban KeteranganMachhu II, India 1979 2,500 hydro-electric dam failureHirakud, India 1980 1,000 hydro-electric dam failureOrtuella, Spain 1980 70 gas explosionDonbass, Ukraine 1980 68 coal mine methane explosionIsrael 1982 89 gas explosionGuavio, Colombia 1983 160 hydro-electric dam failureNile R, Egypt 1983 317 LPG explosionCubatao, Brazil 1984 508 oil fireMexico City 1984 498 LPG explosionTbilisi, Russia 1984 100 gas explosionnorthern Taiwan 1984 314 3 coal mine accidentsChernobyl, Ukraine 1986 31+ nuclear reactor accidentPiper Alpha, North Sea 1988 167 explosion of offshore oil platformAsha-ufa, Siberia 1989 600 LPG pipeline leak and fireDobrnja, Yugoslavia 1990 178 coal mineHongton, Shanxi, China 1991 147 coal mineBelci, Romania 1991 116 hydro-electric dam failureKozlu, Turkey 1992 272 coal mine methane explosionCuenca, Equador 1993 200 coal mineDurunkha, Egypt 1994 580 fuel depot hit by lightningSeoul, S.Korea 1994 500 oil fireMinanao, Philippines 1994 90 coal mineDhanbad, India 1995 70 coal mineTaegu, S.Korea 1995 100 oil & gas explosionSpitsbergen, Russia 1996 141 coal mineHenan, China 1996 84 coal mine methane explosionDatong, China 1996 114 coal mine methane explosionHenan, China 1997 89 coal mine methane explosionFushun, China 1997 68 coal mine methane explosionKuzbass, Russia/Siberia 1997 67 coal mine methane explosionHuainan, China 1997 89 coal mine methane explosionHuainan, China 1997 45 coal mine methane explosionGuizhou, China 1997 43 coal mine methane explosionDonbass, Ukraine 1998 63 coal mine methane explosionLiaoning, China 1998 71 coal mine methane explosionWarri, Nigeria 1998 500+ oil pipeline leak and fireDonbass, Ukraine 1999 50+ coal mine methane explosionDonbass, Ukraine 2000 80 coal mine methane explosionShanxi, China 2000 40 coal mine methane explosionGuizhou, China 2000 150 coal mine methane explosionShanxi, China 2001 38 coal mine methane explosionSichuan, China 2002 23 coal mine methane explosionJixi, China 2002 115 coal mine methane explosionGaoqiao, SW China 2003 234 gas well blowout with H2SKuzbass, Russia 2004 44 coal mine methane explosionSumber: UIC, 2003, Safety of Nuclear Power Reactors, Nuclear Issues Briefing,Paper No.14, November.Keterangan:LPG and oil accidents with less than 300 fatalities, and coal mine accidents with less than 100 fatalities are generally not shown unless recent.Deaths per million tonnes of coal mined range from 0.1 per year in Australia and USA to 119 in Turkey. China's total death toll from coal mining averages well over 1000 per year (official figures give 5300 in 2000 and 5670 in 2001); Ukraine's is over two In Australia 281 coal miners have been killed in 18 major disasters since 1902, and there have been 112 deaths in NSW mines since 1979, though the Australian coal mining industry is considered the safest in the world.

  • Bambang Eko Afiatno Pembangunan PLTN-Desalinasi di Madura sebagai Alternatif Pasokan Energi Listrik

    Kertas Kerja ISEID, Surabaya April 2005

    19

    Lampiran 5: Perbandingan Penyerapan Radiasi dalam Berbagai Tingkat

    Ukuran Radiasi Keterangan10 Sv Instant death for 10,000 people5 Sv 50% probability of death3 Sv Acute symptoms in a few day's time350 mSv/ lifetime Criterion for relocating people after Chernobyl accident.

    100 mSv/yearLowest level at which any increase in cancer is clearly evident. Above this, the probability of cancer occurrence (rather than the severity) increases with dose.

    100 mSv 0,1 Sv lecemia + cancer among 20%50 mSv/year Forbidden exceed

    50 mSv/yearFormer routine limit for nuclear industry employees. It is also the dose rate which arises from natural background levels in several places in Iran, India and Europe.

    33 mSv/year The maximum reached in Pakson

    20 mSv/year Current limit (averaged) for nuclear industry employees and uranium miners.

    10 mSv/year Maximum actual dose to Australian uranium miners.9 mSv/year Exposure by airline crew flying the New York - Tokyo polar route.8 mSv/year International population load5 mSv/year Hungarian population loadup to 5 mSv/year Typical incremental dose for aircrew in middle latitudes.2.4 mSv/year Average dose to US nuclear industry employees.

    1.5-2.0 mSv/year Average dose to Australian uranium miners, above background and medical.

    1.2-0.2 mSv/year One dental X-ray1 mSv Chest X-ray0.0001 mSv/year Enviromental pollution in Paks0.00015 mSv/year World total radon, krypton, xenon1.5 mSv/year Mean value of natural radiation load in Hungary1 mSv/year Building, brick, concrete0.1 mSv/year 2.500 km long flight0.2 mSv/year Watching TV for 1 hour a day3 mSv/year The average radiation load (natural and civilized) of a Hungarian50 mSv Settlements near Chernobyl a year after the catastrophe60 mSv/year Certains points at Mtraderecske (a Hungarian village) !!