plagiat merupakan tindakan tidak terpuji - usd … · pestisida organik terhadap mortalitas hama...
TRANSCRIPT
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh :
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Yang diajukan oleh:
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
( Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. ) Tanggal: Selasa, 21 Juli 2015
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN SIRSAK ( Annona muricata L.)
SEBAGAI BAHAN PESTISIDA ORGANIK TERHADAP MORTALITAS
HAMA WALANG SANGIT
HALAMAN PENGESAHAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh :
F.Cyntia E.N. Tasirilotik
NIM : 111434009
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Biologi
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma
Pada tanggal : Rabu, 29 Juli 2015
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan panitia penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S. Pd. ..............................
Sekertaris : Drs. A. Tri Priantoro, M. For. Sc. ..............................
Anggota : Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. ..............................
Anggota : Dra. Maslichah Asyari, M.Pd. .............................
Anggota : Luisa Diana Handoyo, S. Si. M.Si .............................
Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Rohandi, Ph.D
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dalam kelemahan kita, disitulah kita kuat, dan satu keinginan tanpa ada kemauan
untuk berlangkah adalah suatu kesia-siaan
Kupersembahkan buat:
Ibu-Bapak ku,
ungkapan rasa hormat dan baktiku
Adik-adikku dan Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015
Penulis
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta:
Nama : F. Cyntia E. N. Tasirilotik
NIM : 111434009
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan
Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit .
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tampa
perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Yogyakarta
Pada tanggal : Rabu, 29 Juli 2015
Yang menyatakan,
F. Cyntia E.N. Tasirilotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai
Bahan Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit.
Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk
menyelesaikan Program Sarjana Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada berbagai pihak yang telah membantu, sehingga penulisan skripsi
ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya , khususnya kepada:
1. Kedua orang tua saya Bapak Hijon dan Ibu Kristina Taileleu atas segala
pengorbanan, doa serta dukungan yang telah diberikan
2. Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. selaku Dosen Pembimbing
4. Rini Dwi Fernanda, Febriyani dan Jhon Maychel sebagai adik-adik
yang selalu memberi semangat
5. Jimmy Taboy yang telah menemani dari awal sampai akhir penelitian
6. Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf pada Program Pendidikan
Biologi Sanata Dharma Yogyakarta
7. Teman-teman mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Sanata
Dharma angkatan 2011 atas kerja sama dan bantuannya, serta semua
pihak yang tidak bisa disebukan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari pembaca diterima dengan terbuka demi perbaikan
skripsi ini dapat menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan semua pihak.
Yogyakarta, Rabu, 29 Juli 2015
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Uji Efektivitas Ekstrak Daun Sirsak (Annona muricata L.) Sebagai Bahan
Pestisida Organik Terhadap Mortalitas Hama Walang Sangit
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
111434009
Universitas Sanata Dharma
Upaya peningkatan hasil produksi padi telah banyak dilakukan, salah
satunya adalah pengendalian hama. Salah satu hama yang ada pada tanaman padi
adalah walang sangit. Umumnya petani melakukan pengendalian hama dengan
menggunakan pestisida sintetik yang memiliki dampak negatif terhadap
lingkungan. Usaha alternatif untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida
sintetik yang dapat dilakukan adalah menggunakan pestisida alami yakni daun
sirsak. Daun sirsak memiliki keistimewaan sebagai antifeedant dan racun perut
yang membuat serangga mati. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh
ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap mortalitas walang sangit serta
ingin mengetahui tingkat konsentrasi mana yang lebih efektif terhadap mortalitas
walang sangit. Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Pendidikan Biologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Rancangan penelitian yang digunakan
adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 4 perlakuan (P1, P2,
P3, P4) dengan 1 Kontrol (P0) dan 3 pengulangan pada masing-masing perlakuan.
Untuk setiap pengulangan akan ada walang sangit sebanyak 10 ekor pada stadia
imago. Data yang diambil adalah tingkat mortalitas walang sangit pada setiap12
jam setelah aplikasi pestisida. Terhadap data tersebut dilakukan perhitungan
persentase motalitas walang sangit dan dianalisis dengan uji anova one factor
between design dan dilanjutkan dengan uji critical differences (CD). Berdasarkan
pengamatan dan analisis data dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirsak
(Annona muricata L.) pada konsentrasi 15%, 30%, 45%, 60% berpengaruh nyata
terhadap mortalitas walang sangit. Konsentrasi ekstrak daun sirsak yang lebih
efektif terhadap mortalitas walang adalah perlakuan P2 pada tingkat konsentrasi
30% dengan tingkat mortalitas 73,33%.
Kata Kunci : Daun Sirsak, Pestisida Alami, Walang Sangit dan Mortalitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
Effectiveness Analysis Of Sirsak (Annona muricata L.)Leaves Exctractas Organic
Pisticide Applied To Walang Sangit Pest
F. Cyntia E. N. Tasirilotik
111434009
Sanata Dharma University
Efforts to increase rice production yield have been widely applied, one of
them is pest control. One of the pests that exist on the rice plant is walang sangit.
Generally, the farmers control pests by using synthetic pesticides which have a
negative effect for the environment. Alternative effort to reduce the impact of the
use of synthetic pesticides is using natural pesticides like sirsak leaves. Sirsak
leaves have speciallity compound as an antifeedant and stomach poison that
could make the insects die. This research aims to know the effect of sirsak
(Annona muricata L.) leaves extract on walang sangit mortality and to know the
extract dilution which is more effective for mortality of walang sangit. The
research conducted at the experimental garden of Biology Education Sanata
Dharma University in Yogyakarta. The research design was Completely
Randomized Design (CRD), which consists of 4 treatments that is (P1, P2, P3,
P4) and without application of pesticide (P0) and 3 repetitions in each treatment.
For each repetition, there were 10 walang sangit on imago stage. Data was the
mortality rates of walang sangit at every 12 hours after application of pesticides.
Data be calculated into percentage of mortality of walang sangit and analyzed by
one factor anova test between design and continued with test a critical differances
(CD). Based on observations and data analysis can be concluded that
concentration of sirsak (Annona muricata L.) leaves extract in 15%, 30%, 45%,
and 60% were significantly effect on mortality of walang sangit. Concentration of
sirsak leaves extract which the most effective influence on mortality of walang
sangit was 30% in P2 treatment with 73.33% mortality rates.
Keywords: Sirsak Leaves, Natural Pesticides, walang sangit and Mortality
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................. v
LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ........................... vi
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
ABSTRAK...................................................................................................viii
ABSTRACT........... .................................................................................................. ix
DAFTAR ISI............. .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I : PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 5
C. Batasan Penelitian ............................................................................................ 5
D. Tujuan Penelitian ............................................................................................. 5
E. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 7
A. Pestisida........................................................................................................ ... 7
1. Pengertian .......................................................................................................... 7
2. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida ........................................ 8
3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian....................................................... 11
4. Pestisida Alami ................................................................................................ 14
B. Hama ........................................................................................................ 18
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
C. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg) .............................................. 19
1. Morfologi Walang Sangit .............................................................................. 20
2. Biologi dan Ekologi ........................................................................................ 20
3. Tanaman Inang ................................................................................................ 22
4. Musuh Alami ................................................................................................... 23
5. Pengendalian .................................................................................................... 24
6. Kerugian yang Ditimbulkan .......................................................................... 24
D. Sirsak (Annona muricata L.) .......................................................................... 25
1. Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ..................................... 26
2. Asal -Usul Sirsak (Annona muricata L.) ..................................................... 28
3. Ragam Nama Sirsak (Annona muricata L.) ................................................ 29
4. Habitat atau Syarat Tumbuh .......................................................................... 30
5. Perbanyakan Tanaman ................................................................................... 31
6. Kandungan Kimia ........................................................................................... 31
7. Mekanisme Terhadap Tubuh Walang Sangit .............................................. 32
E. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................... 34
F. Kerangka Berpikir .......................................................................................... 35
G. Hipotesis ........................................................................................................ 36
BAB III : METODE PENELITIAN ..................................................................... 37
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................ 37
B. Jenis Penelitian dan Variabel ......................................................................... 37
C. Desain Penelitian ........................................................................................... 37
D. Alat dan Bahan ............................................................................................... 38
1. Alat.................................................................................................................... 38
2. Bahan ................................................................................................................ 39
E. Cara Kerja ...................................................................................................... 39
1. Tempat Penangkaran Walang Sangit ........................................................... 39
2. Menangkap Walang Sangit ............................................................................ 40
3. Pemeliharan Walang Sangit .......................................................................... 41
4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak...................................................................... 41
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit ..................... 42
F. Teknik Pengambilan Data .............................................................................. 43
G. Analisis Data .................................................................................................. 44
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................... 45
A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit ............. 45
B. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Walang Sangit ...................................... 52
1. Kandungan Ekstrak Daun Sirsak .................................................................. 53
2. Waktu aplikasi ekstrak daun sirsak .............................................................. 56
3. Siklus Hidup Walang Sangit ......................................................................... 59
4. Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas Walang
Sangit.................... .......................................................................................... 60
C. Perhitungan Statistik ...................................................................................... 62
D. Aplikasi Hasil Penelitian Terhadap Dunia Pendidikan .................................. 64
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 66
A. Kesimpulan .................................................................................................... 66
B. Saran..................... ......................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 68
LAMPIRAN............... ........................................................................................... 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 : Rata-Rata Persentase Mortalitas Walang Sangit 12 Jam .................... 46
Tabel 4.2 : Anova Single Factor ........................................................................... 62
Tabel 4.3 : Perbandingan Mean Tiap Perlakuan ................................................... 63
Tabel 4 : Suhu pada Setiap 12 Jam ................................................................... 74
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 : Walang Sangit ............................................................................... 19
Gambar 2.2 : Daun Sirsak ................................................................................... 25
Gambar 4.1 : Diagram Hubungan Antara Konsentrasi Ekstrak Daun Sirsak
Terhadap Mortalitas Walang Sangit........................................... 52
Gambar 4.2 : Diagram Hubungan Antara Waktu Terhadap Tingkat Mortalitas .. 60
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Hasil Observasi ................................................................................ 70
Lampiran 2 : Hasil Perhitungan Statistik .............................................................. 76
Lampiran 3 : Dokumentasi Penelitian ................................................................... 80
Lampiran 4 : Silabus ............................................................................................. 86
Lampiran 5 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ................................................ 95
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia sehingga hampir
sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah pertanian. Luasnya
daerah pertanian tersebut mengindikasikan bahwa hampir sebagian besar
penduduk Indonesia berprofesi sebagai petani. Aktivitas pertanian sudah ada
sejak dahulu kala yang terus-menerus dan turun-temurun digeluti oleh
masyarakat Indonesia. Aktifitas pertanian serta teknologi pertanian pun terus
berkembang seiring berjalannya waktu. Berbagai hal dilakukan dan diupayakan
untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Mulai dari pemuliaan tanaman,
penggunaan pupuk dan pestisida secara optimal serta peningkatan SDM di
bidang pertanian.
Berdasarkan data dari Kementrian Pertanian, produksi tanaman padi
dalam skala nasional selalu menempati urutan teratas. Pada tahun 2013
produksi tanaman padi mencapai 71.279.709 ton. Banyaknya hasil produksi ini
juga didukung oleh luas lahan yang mencapai 13.835.252 Ha. Hal ini
menunjukkan bahwa tanaman padi merupakan tanaman pangan yang memiliki
potensi untuk dikembangkan dan dibudidayakan secara terus-menerus.
Dalam budidaya pertanian, permasalahan yang sering ditemui oleh para
petani adalah masalah penyakit dan organisme pengganggu tanaman (OPT)
atau yang lebih sering dikenal dengan sebutan hama tanaman. Penyakit yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
sering dijumpai kebanyakan disebabkan oleh jamur dan serangan virus.
Sedangkan organisme pengganggu tanaman didominasi oleh organisme jenis
serangga. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani desa Tawangharjo,
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah hasil panen tanaman padi pada
tahun 2014 mengalami penurunan drastis bahkan ada petani yang mengalami
gagal panen. Penyebab terjadinya penurunan produktifitas tanaman padi ini
disebabkan oleh serangan hama. Salah satu hama penyebab gagalnya produksi
pertanian ini adalah walang sangit. Kejadian ini sudah terjadi dua kali dalam
kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2011 serangan hama ini juga
menyebabkan terjadinya gagal panen dan menimbulkan kerugian yang sangat
besar bagi para petani. Walang sangit merupakan hama yang menyerang
tanaman padi yang sedang berbunga untuk mengisap bulir padi sehingga
menyebabkan penurunan kualitas gabah. Serangan berat dapat menurunkan
produksi hingga tidak dapat dipanen. Hama ini juga memiliki kemampuan
penyebaran yang tinggi, sehingga mampu berpindah ke tanaman padi lain yang
mulai memasuki stadia matang susu. Selain itu juga walang sangit betina
mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir yang memiliki
dampak pada sebaran serangan yang semakin luas.
Cara pengendalian yang biasanya dilakukan oleh para petani adalah
dengan menyemprotkan pestisida sintetik. Namum ternyata pengendalian
dengan menyemprotkan pestisida sintetik tidak secara langsung menyelesaikan
permasalah hama. Hama yang disemprot biasanya langsung mati namun
jumlahnya akan bertambah banyak pada keesokan harinya. Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kemungkinan disebabkan oleh daya tahan hama atau resistensi hama terhadap
pestisida sintetik yang disemprotkan. Keadaan ini membuat para petani
menambah dosis penyemprotan. Penambahan dosis penyemprotan tidak
disertai dengan pengetahuan yang cukup sehingga dapat dikatakan bahwa
penambahan dosis mengikuti kemauan petani. Kebiasaan seperti ini jika
dilakukan secara terus-menerus, akan menimbulkan permasalahan yang lebih
kompleks lagi. Hal ini akan berpengaruh bagi keberlanjutan pertanian yang
mana penggunaan pestisida sintetik secara berlebihan dapat mendatangkan
masalah yang lebih berat terutama terhadap kelangsungan hidup makhluk
hidup lain termasuk manusia.
Saat ini telah banyak dikembangkan pestisida yang lebih ramah
lingkungan yakni pestisida organik. Pestisida ini dikembangkan untuk
mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan oleh pemberian pestisida
sintetik. Eksplorasi pestisida nabati dapat bersumber dari tumbuhan yaitu
penggunaan atau pemanfaatan secara tradisional bagian-bagian tumbuhan
tertentu untuk tujuan pengendalian hama. Beberapa dari pestisida nabati
diantaranya adalah bersifat membunuh, menarik (attractant), menolak
(repellant), antimakan (antifeedant), racun (toxicant) dan menghambat
pertumbuhan (Santi, 2011).
Berdasarkan beberapa literatur, daun sirsak memiliki kandungan bahan
kimia beracun yang cukup efektif mengendalikan ataupun membunuh berbagai
jenis serangga. Bagian dari tanaman sirsak baik itu daun, akar, batang dan
biji dapat dimanfaatkan sebagai pestisida nabati. Menurut Desi (2007) dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Tenrirawe (2011) daun sirsak mengandung senyawa acetogenin antara lain
asimisin, bulatasin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin
memiliki keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak
lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi
rendah, bersifat racun perut yang mengakibatkan serangga hama menyebabkan
kematian.
Tanaman sirsak mudah ditemukan di semua wilayah di Indonesia,
dimana tanaman sirsak banyak di temukan di pekarangan rumah. Berdasarkan
observasi tanaman sirsak juga banyak ditemukan di daerah Tawangharjo.
Tanaman ini dapat ditemukan hampir di semua halaman rumah warga ataupun
di perkebunan warga.
Penelusuran tumbuh-tumbuhan yang dapat menghasilkan senyawa
antimakan untuk mengendalikan hama serangga sangat menarik untuk diteliti.
Hal ini karena dalam perlindungan tumbuhan, senyawa antimakan tidak
membunuh, mengusir atau menjerat serangga hama, bersifat spesifik terhadap
serangga sasaran, tidak mengganggu serangga lain, tetapi hanya menghambat
selera makan serangga sehingga tumbuhan dan kelangsungan hidup organisme
lainnya terlindungi. Melihat fenomena ini, peneliti tertarik untuk
memanfaatakan daun sirsak sebagai pestisida nabati untuk mengatasi
permasalahan hama dengan melakukan uji efektifitas pada hama walang sangit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) dapat berpengaruh
terhadap mortalitas walang sangit?
2. Manakah dari konsentrasi ekstrak daun sirsak( Annona muricata L.) yang
lebih efektif terhadap mortalitas walang sangit?
C. Batasan Penelitian
1. Penelitian ini berfokus pada penggunaan ekstrak daun sirsak (Annona
muricata L.) untuk mengendalikan hama walang sangit.
2. Ekstrak daun sirsak dibuat menjadi beberapa tingkat konsentrasi yakni 15%,
30%, 45% dan 60%.
3. Daun sirsak yang digunakan adalah campuran antara daun sirsak yang muda
dan daun sirsak yang tua.
4. Walang sangit yang digunakan adalah walang sangit pada stadia imago.
5. Mortalitas adalah tingkat kematian (umumnya atau karena akibat yang
spesifik) pada suatu populasi.
D. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap
mortalitas walang sangit.
2. Mengetahui tingkat konsentrasi ekstrak daun sirsak (Annona muricata L.)
yang lebih efektif terhadap mortalitas hama walang sangit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
a. Menambah pengetahuan terkait pemanfatan daun sirsak sebagai
pestisida nabati.
b. Dapat mengetahui bagaimana cara pembuatan pestisida nabati.
2. Bagi Masyarakat
a. Menambah pengetahuan bagi masyarakat mengenai manfaat daun
sirsak sebagai pestisida nabati.
b. Daun sirsak menjadi bahan alternatif bagi petani untuk pengendalian
hama walang sangit selain pestisida sintetik .
3. Bagi Dunia Pendidikan
a. Sebagai sumber informasi terkait manfaat dari daun sirsak sebagai
pengendali hama.
b. Dapat menjadi sumber informasi terkait pemanfaatan tumbuhan
sebagai pestisida nabati untuk menanggulangi hama pada tanaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pestisida
1. Pengertian
Pestisida (inggris : pesticide) secara harafiah berarti pembunuh hama
(pest: hama; cide: membunuh). Menurut peraturan pemerintah no. 7/1973,
pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang dipergunakan untuk:
a. Mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian;
b. Mengendalikan rerumputan;
c. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan;
d. Mengendalikan atau mencegah hama-hama luar pada hewan
peliharaan atau ternak;
e. Mengendalikan hama-hama air;
f. Mengendalikan atau mencegah binatang-binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang.
Menurut The United States Environmental Pesticide Control Act,
pestisida adalah sebagai berikut;
a. Semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk
mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, jasad renik yang
dianggap hama, kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat
pada manusia dan binatang.
b. Semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur
pertumbuhan tanaman atau pengering tanaman.
Pestisida yang digunakan dibidang pertanian secara spesifik sering
disebut produk perlindungan tanaman (crop protection products). Istilah
produk perlindungan tanaman juga digunakan untuk menghindari istilah
pestisida yang berkonotasi Bahan Pembunuh. Memang kenyataan tidak
semua pestisida pertanian bekerja dengan cara membunuh. Repellent,
misalnya tidak membunuh melainkan mengusir hama.
Aplikasi pestisida di bidang pertanian bertujuan untuk mengendalikan
organisme (makhluk, jasad) pengganggu tanaman atau tumbuhan (OPT)
oleh karena itu sasaran biologis aplikasi pestisida pertanian adalah
organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dikenal sebagai hama tanaman,
penyakit tanaman dan gulma (Djojosumarto, 2008).
.
2. Penggolongan Berdasarkan Cara Kerja Pestisida
Menurut Djojosumarto (2008) beberapa aspek cara kerja pestisida
yang perlu diketahui oleh para pengguna agar tidak salah dalam memilih
pestisida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
a. Insektisida
Menurut cara kerjanya atau gerakannya pada tanaman setelah
diaplikasikan, insektisida secara umum dibedakan menjadi tiga macam
yaitu:
1) Insektisida sistemik
Insektisida sistemik diserap oleh organ-organ tanaman, baik
lewat akar, batang dan daun. Selanjutnya insektisida sistemik
tersebut mengikuti gerakan cairan tanaman dan ditransportasikan
ke bagian-bagian tanaman lainnya baik ke atas (akropetal) atau ke
bawah (basipetal), termasuk ke tunas yang baru tumbuh. Contoh
insektisida sistematik adalah furatiokarb, fosfamidon, isolan,
karbofuran dan monokrotofos.
2) Insektisida nonsistemik
Insektisida nonsistemik setelah diaplikasikan pada tanaman
sasaran tidak diserap oleh jaringan tanaman, tetapi hanya
menempel di bagian luar tanaman. Insektisida nonsistemik sering
disebut insektisida kontak. Namun istilah itu sebenarnya kurang
begitu tepat. Istilah kontak lebih tepat digunakan bagi cara
insektisida yang berhubungan dengan cara masuknya ke dalam
tubuh serangga. Contoh insektisida nonsistemik adalah dioksikarb,
diazinon, diklorvos, profenofos, dan quinalfos.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
3) Insektisida sistematik lokal
Insektisida sistematik lokal adalah kelompok insektisida yang
dapat diserap oleh jaringan tanaman umumnya daun, tetapi tidak
ditranlokasikan kebagian tanaman lainnya. Termasuk kategori ini
adalah insektisida yang berdaya kerja translaminar atau insektisida
yang mempunyai daya penetrasi ke dalam jaringan tanaman.
Contohnya dimetan, furatiokarb, pyrolan dan profenofos.
b. Fungisida
Pestisida untuk mengendalikan cendawan (fungi) menurut
efeknya terhadap cendawan sasaran terdiri atas dua macam yaitu ada
yang menghentikan perkembangan cendawan dan ada yang mematikan
cendawan.
c. Herbisida
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mengendalikan
gulma atau tumbuhan pengganggu yang tidak dikehendaki. Karena
herbisida aktif terhadap tumbuhan maka herbisida bersifat fitotosik.
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2012) cara kerja insektisida dalam tubuh serangga dikenal
istilah mode of action dan cara masuk atau mode of entry. Mode of action
adalah cara insektisida memberikan pengaruh melalui titik tangkap (target
site) di dalam tubuh serangga. Titik tangkap pada serangga biasanya berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
enzim atau protein. Beberapa jenis insektisida dapat mempengaruhi lebih
dari satu titik tangkap pada serangga.
Cara kerja insektisida yang digunakan dalam pengendalian vektor
terbagi dalam 5 kelompok yaitu:
a. Mempengaruhi sistem saraf
b. Menghambat produksi energi
c. Mempengaruhi sistem endokrin
d. Menghambat produksi kutikula
e. Menghambat keseimbangan air.
Mode of entry adalah cara insektisida masuk ke dalam tubuh serangga,
dapat melalui kutikula (racun kontak), alat pencernaan (racun perut), atau
lubang pernafasan (racun pernafasan). Meskipun demikian suatu insektisida
dapat mempunyai satu atau lebih cara masuk ke dalam tubuh serangga.
3. Resiko Penggunaan Pestisida Pertanian
Pestisida pertanian pada umumnya adalah bahan kimia atau campuran
bahan kimia serta bahan-bahan lain (ekstrak tumbuhan, mikroorganisme dan
sebagainya) yang digunakan untuk mengendalikan organisme pengganggu
tumbuhan (OPT). Karena itu senyawa pestisida bersifat ionaktif artinya
pestisida dengan satu atau beberapa cara mempengaruhi kehidupan
misalnya menghentikan pertumbuhan, membunuh hama atau penyakit,
menekan hama atau penyakit, membunuh atau menekan gulma, mengusir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
hama, mempengaruhi atau mengatur pertumbuhan tanaman, merontokkan
daun dan sebagainya (Djojosumarto, 2008).
Beberapa upaya yang dilakukan untuk mengendalikan hama walang
sangit, telah banyak dilakukan oleh petani di lapangan, misalnya
penggunaan bahan-bahan kimia sintetik seperti insektisida. Pengunaan
insektisida untuk melindungi tanaman dari serangan hama secara berlebihan
dapat memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia serta
lingkungan pada umumnya.
Menurut Djojosumarto (2008) meskipun sebelum diproduksi secara
komersial telah menjalani pengujian yang sangat ketat perihal syarat-syarat
keselamatan, namun karena bersifat bioaktif, maka pestisida tetap
merupakan racun. Setiap racun selalu mengundang resiko (bahaya) dalam
penggunaannya baik resiko bagi manusia maupun lingkungan.
Keseluruhan resiko penggunaan pestisida di bidang pertanian:
a. Resiko bagi keselamatan pengguna
Resiko bagi keselamatan pengguna adalah kontaminasi pestisida
secara langsung, yang dapat mengakibatkan keracunan, baik akut
maupun kronis. Keracunan akut dapat menimbulkan gejala sakit kepala,
pusing, mual, muntah dan sebagainya. Beberapa pestisida dapat
menimbulkan iritasi kulit, bahkan dapat mengakibatkan kebutaan.
Keracunan pestisida yang akut berat dapat menyebabkan penderita tidak
sadar diri, kejang-kejang, bahkan meninggal dunia. Keracunan kronis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
lebih sulit dideteksi karena tidak segera terasa, tetapi dalam jangka
panjang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Akibat yang
ditimbulkan oleh keracunan kronis tidak selalu mudah diprediksi.
Beberapa gangguan kesehatan yang sering dihubunggkan dengan
pestisida, meskipun tidak mudah dibuktikan dengan pasti dan
meyakinkan, adalah kanker, gangguan saraf, fungsi hati dan ginjal,
gangguan pernafasan, keguguran, cacat pada bayi dan sebagainya.
b. Resiko bagi manusia
Resiko bagi manusia adalah keracunan residu, pestisida yang
terdapat dalam produk pertanian. Resiko bagi manusia dapat berupa
keracunan langsung kerena memakan produk pertanian yang tercemar
pestisida atau lewat rantai makan. Meskipun bukan tidak mungkin
manusia menderita keracunan akut, tetapi resiko konsumen umumnya
dalam bentuk keracunan kronis tidak segera terasa dan dalam jangka
panjang mungkin menyebabkan gangguan kesehatan.
c. Resiko bagi lingkungan
Resiko penggunaan pestisida terhadap lingkungan dapat
digolongkan menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
1) Resiko bagi orang, hewan dan tumbuhan yang berada ditempat atau
di sekitar tempat pestisida digunakan. Drift pestisida misalnya dapat
diterbangkan angin dan mengenai orang yang kebetulan lewat.
Pestisida dapat meracuni hewan ternak yang masuk ke kebun yang
sudah disemprotkan pestisida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
2) Bagi lingkungan umum, pestisida dapat menyebabkan pencemaran
lingkungan (tanah, udara dan air) dengan segala akibatnya misalnya
kematian hewan nontarget, penyederhanaan rantai makanan alami,
penyederhanaan keanekaragaman hayati, bioakumulasi dan
biomagnifikasi.
3) Khusus bagi lingkungan pertanian (agroekosistem) pengunaan
pestisida pertanian dapat menyebabkan beberapa hal-hal berikut:
a) Menurunkan kepekaan hama, penyebab penyakit dan gulma
terhadap pestisida tertentu yang berpuncak pada kekebalan
(resistensi) hama, penyakit dan gulma terhadap pestisida.
b) Resurjensi hama, yakni fenomena meningkatnya serangga hama
tertentu sesudah perlakuan dengan insektisida.
c) Timbulnya hama yang selama ini tidak penting, timbulnya
ledakan hama sekunder akibat aplikasi pestisida.
d) Terbunuhnya musuh alami hama.
e) Perubahan flora, misalnya penggunaan herbisida secara terus-
menerus untuk mengendalikan gulma daun lebar akan
merangsang perkembangan gulma daun sempit.
f) Meracuni tanaman bila salah penggunaan.
4. Pestisida Alami
Menurut Desi (2007) dalam Tenrirawe (2011) untuk mengurangi
pemakaian insektisida sintetik, maka dilakukan pengendalian dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
penggunaan insektisida nabati. Penggunaan insektisida alami yang berasal
dari ekstrak tanaman terbukti lebih aman karena mempunyai umur residu
pendek. Setelah aplikasi, insektisida alami akan terurai menjadi senyawa
yang tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan.
Menurut Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan (2012) insektisida nabati merupakan kelompok insektisida yang
berasal dari tanaman contoh: piretrum atau piretrin, nikotin, rotenon,
limonen, azadirachtin, sereh wangi dan lain-lain.
Pada umumnya, pestisida nabati diartikan sebagai suatu pestisida yang
bahan dasarnya berasal dari tumbuhan. Menurut FAO (1988) dan US EPA
(2002) pestisida nabati dimasukkan ke dalam kelompok pestisida biokimia
karena mengandung biotoksin. Pestisida biokimia adalah bahan yang terjadi
secara alami dapat mengendalikan hama dengan mekanisme non toksik.
Secara evolusi, tumbuhan telah mengembangkan bahan kimia sebagai alat
pertahanan alami terhadap pengganggunya.
Tumbuhan mengandung banyak bahan kimia yang merupakan
metabolitme sekunder dan digunakan oleh tumbuhan sebagai alat
pertahanan dari serangan organisme pengganggu. Tumbuhan sebenarnya
kaya akan bahan bioaktif, walaupun hanya sekitar 10.000 jenis produksi
metabolit sekunder yang telah teridentifikasi, tetapi sesungguhnya jumlah
bahan kimia pada tumbuhan dapat mencapai 400.000 (Asmaliyah, et al.,
2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Menurur Kardinan (2002) dalam Tohir (2010) penggunaan insektisida
nabati merupakan alternatif untuk mengendalikan serangga hama.
Insektisida nabati relatif mudah ditemukan, aman terhadap hewan bukan
sasaran dan mudah terurai di alam sehingga tidak menimbulkan efek untuk
organisme lainnya.
Eksplorasi pestisida nabati dapat bersumber dari tumbuhan yaitu
penggunaan atau pemanfaatan secara tradisional bagian-bagian tumbuhan
tertentu untuk tujuan pengobatan, pengendalian hama dan sebagainya.
Beberapa mode of action dari pestisida nabati diantaranya adalah bersifat
membunuh, menarik (attractant), menolak (repellant), antimakan
(antifeedant), racun (toxicant), dan menghambat pertumbuhan (Santi, 2011).
Menurut Syahputra (2001) dalam Tenrirawe (2011) insektisida alami
memiliki kelebihan tertentu yang tidak dimiliki oleh insektisida sintetik. Di
alam, insektisida alami memiliki sifat yang tidak stabil sehingga
memungkin dapat didegradasi secara alami. Selain dampak negatif yang
ditimbulkan pestisida sintetik seperti resistensi, resurjensi dan terbunuhnya
jasad bukan sasaran. Dewasa ini harga pestisida sintetik relatif mahal dan
terkadang sulit untuk memperolehnya. Disisi lain ketergantungan petani
akan penggunaan insektisida cukup tinggi. Alternatif yang bisa dilakukan
diantara memanfaatkan tumbuhan yang memiliki khasiat insektisida,
khususnya tumbuhan yang mudah diperoleh dan dapat diramu petani
sebagai sediaan insektisida.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Menurut Gerrits dan Van Latum, 1988; Sastrosiswojo, 2002;
Asmaliyah, et al., 2010 beberapa keuntungan atau kelebihan penggunaan
pestisida nabati secara khusus dibandingkan dengan pestisida konvensional
adalah sebagai berikut;
a. Mempunyai sifat cara kerja (mode of action) yang unik, yaitu tidak
meracuni (non toksik).
b. Mudah terurai di alam sehingga tidak mencemari lingkungan serta
relatif aman bagi manusia dan hewan peliharaan karena residunya
mudah hilang.
c. Penggunaannya dalam jumlah (dosis) yang kecil atau rendah.
d. Mudah diperoleh di alam, contohnya di Indonesia sangat banyak jenis
tumbuhan penghasil pestisida nabati.
e. Cara pembuatannya relatif mudah.
f. Secara sosial-ekonomi penggunaannya menguntungkan bagi petani
kecil di negara-negara berkembang.
Beberapa spesies tanaman famili Annonaceae ternyata cukup
berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai insektisida nabati. Annonaceae
umum dijumpai di Indonesia. Ekstrak biji tanaman srikaya (Annona
squamosa) dan nona seberang (A.glabra) mempunyai kandungan aktivitas
insektisida yang tinggi terhadap Crocidolomia binotali. Sementara itu
ekstrak biji tanaman A. retikulata, A. montana, A. deliciosa dan Polyalthia
littoralis efektif terhadap serangga gudang Callosobruchus chinensis. Salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
satu tanaman yang memiliki senyawa untuk digunakan sebagai insektisida
nabati yaitu daun sirsak (Annona muricata L.) (Pracaya, 2008).
B. Hama
Hama tanaman adalah makhluk penggagu berupa hewan yang umunnya
dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagian besar hama tanaman adalah
serangga (insekta). Hewan lain yang sering menjadi hama disamping serangga
adalah tungau (acarinae), binatang lunak atau molluska, vertebrata (babi
hurtan, monyet, tikus, burung ) dan sebagainya. Hama merusak tanaman
pertanian dengan berbagai cara misalnya memakan daun tanaman (ulat perusak
daun, belalang), membuat korok-korok pada daun, melubangi dan membuat
korok-korok batang (penggerek batang), penggerek umbi, pengisap cairan
tanaman (hama pencucuk dan menghisap seperti Thrips sp. dan Myzus sp.)
memakan bunga dan bagian bunga dan sebagainya (Djojosumarto, 2008).
Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat
dengan pancaindera (mata). Hama tersebut dapat berupa binatang dan dapat
merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang
merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya misalnya gerakan dan gigitan
sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung bisanya melalui
suatu penyakit (Matnawy, 1989). Menurut Rahmawati (2012) ada beberapa
penyebab terjadinya hama antara lain perubahan lingkungan, perpindahan
tempat, perubahan pandangan manusia dan aplikasi insektisida yang tidak
bijaksana atau berlebihan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
C. Walang Sangit (Leptocorisa acuta Thunberg)
Klasifikasi walang sangit ( Leptocorisa acuta Thunberg)
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alynidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : L. acuta Thunberg
Gambar 2.1 : Walang Sangit
Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi. Walang
sangit merusak tanaman ketika mencapai stadia berbunga sampai matang susu.
Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna, mengapur
dan gabah menjadi hampa. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran
gabah yang sedang mengisi. Walang sangit akan mengeluarkan bau sebagai
mekanisme pertahanan diri dari serangan predator atau makhluk pengganggu
lainnya. Bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit lain
(Rahmawati, 2012).
Menurut Kalshoven (1981) dalam Efendy et al. (2010) walang sangit
(Leptocorisa acuta T.) merupakan hama utama dari kelompok kepik
(Hemiptera) yang merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak
dengan cara mengisap bulir padi stadia matang susu sehingga bulir menjadi
hampa. Serangan berat dapat menurunkan produksi hingga tidak dapat dipanen.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga mampu
berpindah ke tanaman padi lain yang mulai memasuki stadia matang susu,
akibatnya sebaran serangan akan semakin luas. Selain itu, walang sangit betina
mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir.
1. Morfologi Walang Sangit
Walang sangit merupakan kelompok hewan invertebrata, filum
arthropoda pada kelas insekta. Walang sangit memiliki bentuk tubuh
langsing dan memanjang, berukuran sekitar 1,5-2 cm, punggung dan sayap
(walang sangit dewasa berwarna coklat dan walang sangit mudah berwarna
hijau), badan berwarna hijau, memiliki 3 pasang kaki, memiliki dua pasang
sayap (satu pasang tebal dan satu pasang seperti selaput), tipe mulut menusuk
dan menghisap, telur berbentuk oval yang berwarna hitam kecoklatan,
memiliki belalai proboscis untuk menghisap cairan tumbuhan, abdomen
jantan terlihat agak bulat atau tumpul sedangkan yang betina terlihat
meruncing, metamorfosis tidak sempurna dan memiliki aroma atau bau khas.
2. Biologi dan Ekologi
Serangga dewasa walang sangit meletakkan telur pada bagian atas daun
tanaman. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman,
diletakkan satu per satu dalam 1-2 baris sebanyak 1-21 butir. Lama stadia
telur tergantung dengan suhu, lama periode telur berkisar 5-7 hari. Nimfa
yang baru menetas berwarna hijau dan segera memencar mencari bulir padi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
sebagai makannya. Bentuk badan nimfa sama seperti bentuk dewasa, bedanya
nimfa berwarna hijau dan tidak bersayap sedangkan dewasa berwarna coklat
dan bersayap. Selama periode nimfa terjadi 4 kali pergantian kulit sebelum
menjadi dewasa. Lama periode nimfa berkisar 17 hari pada suhu 21-230C.
Pada daerah yang lebih dingin, lama periode telur dan nimfa akan lebih
panjang, misalnya periode telur dan nimfa masing-masing 13 dan 21 hari.
Lama periode prapeneluran berkisar 8 hari. Jadi lama siklus hidup walang
sangit berkisar 30-45 hari. Lama hidup dewasa berkisar 16-134 hari dengan
menghasilkan telur rata-rata 248 butir per induk (Kartoharjono, 2009).
Telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan
dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap
kelompok kira-kira 10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur
lebih dari 100 butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari. Nimfa
mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang dewasa berbentuk
langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian perut berwarna hijau atau
krem dan pada punggungnya berwarna coklat kehijau- hijauan. Daur hidup
rata-rata mencapai 5 minggu, kurang lebih 23-34 hari. Bila keadaan ideal daur
hidupnya dapat mencapai 115 hari. Bila nimfa dan walang sangit dewasa
mengisap cairan daun dan biji padi yang muda, matang susu untuk nutrisi
selama daur hidupnya (Pracaya, 2008).
Menurut Rajapakse dan Kulasekera (2000) dalam Efendy et al., (2010)
siklus hidup walang sangit 35-56 hari dan mampu bertelur 200- 300 butir per
induk. Kemampuan bertelur yang tinggi ini dapat menyebabkan peningkatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
populasi hama walang sangit dengan cepat di tanaman padi sehingga hal ini
akan meningkatkan tingkat serangan.
Menurut Kartoharjono (2009) walang sangit baik nimfa maupun
dewasa aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari
bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung. Serangga ini menyerang
padi pada stadia generatif dan yang paling disukai adalah stadia matang susu.
Jika di lapangan tidak ada tanaman padi, walang sangit dewasa akan pindah
ke tanaman rerumputan dan tanaman perdu pada daerah yang terlindungi dan
bertahan hidup pada tanaman tersebut sampai ada tanaman padi untuk
berkembangbiak. Curah hujan yang berselang seling menyebabkan populasi
hama ini meningkat.
Walang sangit dewasa tahan dalam keadaan lingkungan yang tidak
baik. Dalam keadaan cuaca yang kering, walang sangit mencari tempat yang
teduh dan tinggal selama dalam kondisi yang panas secara berkerumunan di
antara daun-daun pepohonan. Walang sangit dewasa bertebrangan di area
persawahan. Adanya walang sangit dapat diketahui dengan adanya bau khas
walang sangit (Pracaya, 2008).
3. Tanaman Inang
Tanaman inang utama walang sangit adalah padi, pada beberapa
tanaman rerumputan hama ini dapat berkembangbiak walaupun sangat
rendah. Beberapa rerumputan yang dapat berfungsi sebagai tanaman inang
adalah Paniculum crusgalli L. Scop.dan Paspalum dilatanum Poir.,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Echinocloa crusgalli dan E. colunum. Tanaman yang menjadi tempat walang
sangit berkembang biak ternyata berpengaruh terhadap sifat makan walang
sangit. Walang sangit yang berkembang biak pada E. colonum preferensi
terhadap padi kurang dibanding dengan yang berkembang biak pada E.
crusgalli dan pada padi. Beberapa tanaman lain yang juga sebagai tanaman
inang antara lain : Panicum colonum, P. flavidum, P. repens,P. miliore,
Andopogon sorghum, Digitaria causanguinaria, Eleusiae coracoma, Setaria
ilacica, Cyperus polystachyis, Paspalum spp., Pennesitum typhoidium, tebu
dan gadum (Kartoharjono, 2009).
4. Musuh Alami
Menurut Kalshoven (1981) dalam Kartoharjono (2009) walang sangit
memiliki musuh alami berupa parasitoid, predator dan patogen. Secara alami
telur walang sangit diserang oleh dua jenis parasitoid yaitu Gryon nixoni dan
Oencyrtus malayensisi. Namun di lapangan jumlah parasitoid ini di bawah
5%. Menurut Pracaya (2008) musuh alami walang sangit adalah parasitoid
dan predator. Contoh parsitoid antara lain lebah bungkuk (Gryon nixoni,
Oencyrtus malayensis, Chrysonna spp.). Contoh predator antara lain capung,
lalat damsel, laba-laba lynx, belalang bertanduk panjang.
Menurut CAB International (2004) dalam Kartoharjono (2009) nimfa
dan imago walang sangit sering ditemukan terserang oleh jamur Beauveria
bassiana. Predator utama berupa laba-laba, juga merupakan musuh alami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
walang sangit. Serangga Reduviidae, Gryllidae, Tettigonidae, Coccinellidae,
Asilidae, Pantatomidae dan belalang conocephalus merupakan predator telur.
5. Pengendalian
Ada beberapa cara mengendalikan walang sangit antara lain secara
kultur teknik, secara hayati dan seacra kimia. Pengendalian secara kultur
teknik lebih menekankan aspek preventif, sanitasi dan kuratif. Pengendalian
hayati lebih memanfaatkan parsitoid dan predator sedangkan pengandalian
kimia adalah penggunan insektisida baik sintetik maupun alami.
Menurut Rahmawati (2012) hama walang sangit dapat dikendalikan
melalui beberapa langkah seperti:
a. Membuat perangkap walang sangit dengan ikan yang sudah busuk,
daging ayam yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
b. Menggunakan insektisida jika diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
6. Kerugian yang Ditimbulkan
Menurut Pracaya (2008) bila tanaman padi tidak pernah dihentikan,
maka jumlah hama akan meningkat, diantaranya adalah walang sangit. Baik
nimfa maupun walang sangit dewasa mengisap bulir pada padi yang masih
pada tingkatan matang susu, sehingga padi menjadi hampa (gabug). Sebelum
butiran padi terbentuk, walang sangit menghisap tunas-tunas muda dan daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
muda yang empuk serta berair. Nimfa lebih merusak dari pada walang sangit
dewasa sebab mereka hidup lebih lama.
Serangan walang sangit meningkat bila terjadi hujan merata dalam satu
tahun. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit dapat
mencapai 10-40 %. Serangan walang sangit yang hebat dapat menghancurkan
seluruh tanaman padi. Tanaman padi yang terus-menerus di tanam juga
mendorong perkembangan populasi hama walang sangit sehingga serangan
walang sangit semakin luas (Pracaya, 2008).
D. Sirsak (Annona muricata L.)
Klasifikasi Tumbuhan Sirsak adalah
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Polycarpiceae
Famili : Annonaceae
Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Gambar 2.2 : Daun Sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
1. Morfologi Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)
a. Daun
Daun berbentuk bulat lonjong atau lanset, tulang daun menyirip,
ujung daun meruncing, tepi daun rata, pangkal daun meruncing, berwarna
hijau muda sampai hijau tua dan permukaan daun mengkilap, letak daun
berhadapan, panjang tangkai daun 5 mm. Daun sirsak lebar dan agak
tebal dengan bau spesifik langu.
b. Batang
Batang berwarna coklat, berkayu, bulat, dan bercabang. Tanaman
sirsak lebih menyerupai tanaman semak atau perdu dengan batang keras.
Tinggi tanaman mencapai 5 - 6 meter. Menurut Suranto (2011) pohon
sirsak tingginya bisa mencapai 10 meter, dengan diameter batang 10-30
cm. Batang sirsak dapat digunakan untuk perbanyakan tanaman secara
vegetatif dengan cara okulasi maupun sambung pucuk. Batang tanaman
sirsak mempunyai banyak cabang dan cabangnya mempunyai banyak
ranting sehingga menjadikannya rimbun. Kulit batang sirsak mudah
dikupas sehingga memudakan untuk diokulasi.
c. Akar
Tanaman ini mempunyai akar tunggang, berwarna coklat. Akar
tanaman sirsak cukup dalam karena dapat menembus tanah sampai ke
dalaman 2 meter. Akar samping cukup banyak dan kuat hingga baik untuk
konservasi lahan yang miring karena dapat mencegah erosi (Mardiana dan
Juwita, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
d. Bunga
Bunga tunggal, dalam satu bunga terdapat banyak putik sehingga
dimanakan bunga berpistil majemuk. Bagian bunga tersusun secara
hemicyclis, yaitu sebagian terdapat dalam lingkaran dan yang lain spiral
atau terpencar. Mahkota bunga berjumlah 6 sepalum yang terdiri atas dua
lingkaran, bentuknya hampir segitiga, tebal, dan kaku, berwarna kuning
keputih-putihan dan setelah tua mekar dan lepas dari dasar bunganya.
Putik dan benang sari lebar dengan banyak karpel (bakal buah). Bunga
keluar dari ketiak daun, cabang, ranting. Bunga umumnya sempurna
(hermaprhodit). Tapi terkadang hanya bunga jantan dan bunga betina saja
yang terdapat pada satu pohon. Bunga melakukan penyerbukan silang
dengan bantuan serangga, karena umumnya tepung sari matang terlebih
dahulu sebelum putiknya reseptif. Pada saat lapisan mahkota luar membuka,
yakni pada sore hari, tepung sari matang lebih dulu (protandri) dan
berhamburan tertiup angin. Selanjutnya, lapisan makota dalam menyusul
membuka. Serangga penyerbuk berpeluang masuk ke dalam bunga yang
menyebarkan bau harum, tetapi daya kecambah tepung sari sudah melemah.
Oleh karena itu penyerbukan sendiri sangat rendah (sekitar 10%),
sedangkan penyerbukan silang cukup besar. Lebah madu dan lalat berperan
sebagi penyerbuk.
Tanaman sirsak berbunga pada bulan Oktober - November. Buah
dapat dipanen pada bulan Januari - Februari. Tanaman tahan kekeringan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
tetapi pada musim yang sangat kering bunga akan berguguran atau bunga
menjadi hitam dan keras.
e. Buah
Sirsak yang sudah masak hanya mampu bertahan selama 2-3 hari.
Buah sirsak termasuk buah semu, daging buah lunak dan lembek,
berwarna putih, berserat dan berbiji hitam pipih. Kulitnya berduri, tangkai
buah menguning (Mardiana, Lina dan Juwita Ratnasari, 2014). Buah
berukuran besar. Umumnya berbentuk lonjong, sering bengkok
(melengkung). Buah berduri penuh. Kulit buah berwarna hijau hingga
kekuningan. Duri buah agak lunak dan tidak tajam. Bila matang buah
menjadi lunak, mudah dibelah dengan tangan dan daging buah tampak
berlapis-lapis (dami). Letak daging buah sejajar, tegak lurus pada poros
buah (perpanjangan tangkai buah) yang berwarana putih bersih dan berair.
Rasa buah masam hingga manis masam. Biji sirsak banyak, berbentuk
pipih, berwarna kehitaman dan keras. Biji menyebar keseluruh daging
buah sehingga menyulitkan saat dimakan, letak biji sejajar. Menurut
Suranto (2011) di dalam buah sirsak terdapat banyak biji dengan jumlah
mencapai 100-200 butir.
2. Asal -Usul Sirsak (Annona muricata L.)
Menurut Suranto (2011) tanaman sirsak (Annona muricata L.) berasal
dari wilayah Amerika Tropis, meliputi Amerika Tengah dan Amerika Selatan
yaitu sekitar Peru, Argentina, hutan Amazon, dan kepulauan Karibia. Di
wilayah asalnya sirsak (Annona muricata L.) merupakan buah penting. Sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
(Annona muricata L.) adalah salah satu pohon buah yang pertama kali
dikenal di dunia setelah Colombus menemukan Amerika. Setelah itu orang
Spanyol membawa ke Filipina. Pada abad ke-17, buah ini dibawa ke Benua
Afrika dan banyak dijumpai di taman-taman atau pekarangan rumah
penduduk di wilayah Afrika Selatan. Diperkirakan sirsak (Annona muricata
L.) masuk ke Afrika pada tahun 1686. Kemudian sirsak menyebar hampir
seluruh wilayah tropis di dunia, dari Amerika Selatan, Kuba, Meksiko, Sri
Langka, Asia Tenggara sampai Indonesia. Di Indonesi sendiri sentra produksi
sirsak berada di daerah Raja Mandala di Jawa Barat, kabupaten Karanganyar
dan Rambang di Jawa Tengah, serta Malang Selatan.
3. Ragam Nama Sirsak (Annona muricata L.)
Menurut Suranto (2011) di berbagai negara, buah sirsak (Annona
muricata L.) ini dikenal dengan nama, antara lain graviola (Portugis);
guanabana (Spanyol); guanaba (El Salvador); huanaba (Guatemala); zopote
de viejas atau cabeza de negro (Meksiko); catoche atau catuche (Venezuela);
anona de puntitas atau anona de broquel (Argentina); sinini (Bolivia); brzilian
paw paw, araticum do grande, graviola, jaca do para (Brasil); serta sorsaka
atau zunrzak (Netherlands Antilles, Suriname).
Nama lain sirsak dari berbagai bahasa antara lain adalah sousop
(Inggris); zuurzak (Belanda); corossol (Prancis); guyabano (Filipina);
togebanreishi (Jepang); sitapal (India); ciguofan lizhi (Cina); srikaya belanda
(Malaysia); thurian thet (Thailan); mang cau (Vietnam); serata saua sap
(Papua Nugini).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Di Indonesia, nama lokal sirsak sangat beragam, antara lain nangka
londa, nangka manila, nangka sabrang, mulwa londa, srikaya welonda,
srikaya welondi, sirsak, sirsat (Jawa); nangka belanda, nangka walanda, kadu
walanda (Sunda); nangka buris, nangka moris, nangka englan (Madura);
srikaya jawa (Bali); deureuyan belanda (Aceh); terong olanda (Toba); durian
betawi (Minangkabau); jambu landa (Lampung); dian blanda (Dayak);
nangka walanda (Ternate); nangka lada ( Tidore); durio ulondo (Nias); nahat
(Sika); anona (Larantuka); siri kaja balanda (Bugis); lange lo walanda
(Gorontalo); naha wolanda (Halmahera); anad walanda (Saram Barat); tafena
warata (Seram Selatan); serta ai ota malai (Timor).
Menurut Sunarjono (2004) di Indonesia luas tanaman sirsak tidak
tercatat, tetapi hampir setiap orang mengenal sirsak (Annona muricata L.)
dengan nama nangka belanda, nangka seberang, durian belanda atau buah
nona. Sesuai dengan namanya buah sirsak berlapis seperti kantong (zak) yang
masam (zuur).
4. Habitat atau Syarat Tumbuh
Sirsak (Annona muricata L.) dapat tumbuh pada semua jenis tanah
dengan derajat keasaman (pH) antara 5,5 - 7. Jadi tanah yang sesuai adalah
tanah yang agak asam sampai agak alkalis. Tanaman sirsak (Annona muricata
L.) tumbuh baik pada dataran rendah hingga dataran tinggi yang berkisar
antara 100 - 1000 m di atas permukaan laut. Pada daerah dengan ketinggian
1000 m di atas permukaan laut tanaman sirsak (Annona muricata L.) tidak
dapat tumbuh dengan baik. Suhu udara yang sesuai untuk tanaman sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(Annona muricata L.) adalah 22 - 320C. Curah hujan yang dibutuhkan
tanaman sirsak antara 1500- 3000 mm pertahun dengan musim kemarau 4 - 6
bulan (Sunarjono, 2013).
5. Perbanyakan Tanaman
Tanaman sirsak dapat diperbanyak dengan cara okulasi atau sambung
pucuk. Perbanyakan dengan biji kurang baik karena tanaman mulai berbuah
pada umur enam tahun. Sedangkan bibit okulasi, tanaman dapat berbuah pada
umur tiga tahun. Okulasi pada tanaman sirsak lebih mudah karena kulit
batang mudah di kupas. Biasanya, setelah tanaman berumur delapan tahun
lebih, produksinya akan turun.
Menurut Suranto (2011) pohon sirsak tumbuh dengan cepat dan sudah
mulai berbuah pada umur 3-5 tahun. Sirsak yang di tanam dari biji mulai
berbuah setelah berumur 4-5 tahun. Sementara sirsak yang ditanam dari
okulasi mulai berbuah pada umur 2-3 tahun setelah ditanam. Hasil buah
sirsak rata-rata 20 buah tiap pohon pertahun dengan bobot 10-60 kg.
6. Kandungan Kimia
Menurut Asprey dan Thornto (2000) dalam Purwatresana (2012)
daun sirsak mengandung flavonoid, alkaloid, asam lemak, fitosterol, mirisil
alkohol dan anonol. Sedangkan menurut Wullur, et al., ( 2013) daunnya
mengandung senyawa tanin, fitosterol, kalsium oksalat, alkaloid murisin,
monotetrahidrofuran asetogenin, seperti anomurisin A dan B, gigantetrosin A,
annonasin-10-one, murikatosin A dan B, annonasin dan goniotalamisin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Menurut Mulyaman, dkk (2000) dalam Tenrirawe (2011) daun sirsak
mengandung senyawa acetogenin antara lain acimicin, bulatacin dan
squamocin. Pada konsentrasi tinggi senyawa acetogenin memiliki
keistimewaan sebagai antifeedant. Dalam hal ini serangga hama tidak lagi
memakan bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi
rendah, bersifat racun perut yang menyebabkan serangga hama mati.
Menurut Robinson (1995) dalam Adri dan Wikanastri (2013)
kandungan senyawa yang terdapat dalam daun sirsak antara lain steroid atau
terpenoid, flavonoid, kumarin, alkaloid, dan tanin. Dimana senyawa
flavonoid berfungsi sebagai antioksidan untuk penyakit kanker, anti mikroba,
anti virus, pengatur fotosintetis, dan pengatur tumbuh. Sedangkan menurut
Yenie, et al., (2013) tanin diproduksi oleh tanaman, berfungsi sebagai
substansi perlindungan dalam jaringan maupun luar jaringan. Selain itu juga
tanin bekerja sebagai zat astrigent yang dapat menyusutkan jaringan dan
menutup struktur protein pada kulit dan mukosa. Tanin pada umumnya tahan
terhadap perombakan atau fermentasi selain itu juga dapat menurunkan
kemampuan binatang untuk mengkomsumsi tanaman. Saponin bekerja
menurunkan tegangan permukaan selaput mukosa traktus digestivus menjadi
korosif dan akhirnya rusak.
7. Mekanisme Terhadap Tubuh Walang Sangit
Ekstrak daun sirsak diaplikasikan dengan cara menyemprotkan ke
seluruh bagian ruangan secara merata. Ekstrak daun sirsak yang disemprotkan
sebagai insektisida masuk ke dalam tubuh serangga melalui kutikula (racun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kontak), alat pencernaan (racun perut) dan lubang pernafasan (racun
pernafasan). Menurut Mulyaman, dkk., (2000) dalam Tenrirawe (2011) daun
sirsak memiliki sifat sebagai antifeedant dan racun perut. Pada konsentrasi
tinggi, bersifat antifeedant dimana serangga hama tidak lagi memakan bagian
tanaman yang disukainya. Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun
perut yang menyebabkan serangga hama mati. Menurut Djojosumarto (2008)
jika serangga makan maka pestisida akan masuk ke dalam organ pencernaan
serangga dan diserap oleh dinding saluran pencernaan. Selanjutnya
insektisida tersebut dibawa oleh cairan tubuh serangga ke tempat sasaran
yang mematikan misalnya sistem saraf serangga .
Menurut Sastrodiharjo (1979) dalam Ajad (2015) dinding tubuh
serangga dapat menyerap pestisida, membran dasar dinding tubuh bersifat
semipermeabel. Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat masuk
melalui sistem pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus
yang masuk melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran
trakea dan pada akhirnya akan masuk ke dalam jaringan.
Pada organ tanaman juga terdapat stomata yang memungkinkan
pestisida masuk sehingga serangga yang makan bagian tanaman akan mati
karena masih adanya residu pestisida. Menurut Wilkins (1991) dalam
Haryanti dan Tetrinica (2009) stomata ditemukan pada sebagian besar
permukaan tanaman misalnya daun, batang dan akar tetapi jumlah stomata
yang terbanyak terdapat pada daun. Sebagian besar pohon angiosprermae
daunnya mempunyai stomata pada permukaan bawah, sehingga disebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
hipostomatus sedangkan pada daun akuatik yang mengapung, stomata hanya
terdapat pada permukaan atas daun dan pada tanaman lainnya stomata
terdapat pada ke dua permukaan daun.
Penyemprotan pestisida lebih efektif dilakukan pada daun, saat stomata
membuka maksimal, sehingga pestisida yang terlarut dalam air akan lebih
mudah masuk. Maka pestisida akan lebih cepat ditranslokasikan keseluruh
bagian tubuh tumbuhan (Moenandir, 1990; Setyowati, 2015; Fatonah, et al.,
2013). Pada pagi hari stomata akan mulai membuka lebar karena intensitas
cahaya dan temperatur yang tidak terlalu tinggi serta kelembaban yang cukup
menyebabkan tugor sel penjaga meningkat. Namun pada saat siang hari,
stomata menutup karena tingginya intensitas cahaya dan temperatur serta
penguapan air yang berlebihan (Taiz dan Zeiger, 2002; Hopkins, 2004;
Fatonah, at al., 2013)
E. Hasil Penelitian yang Relevan
Adapun penelitian yang relevan terkait penggunaan ekstrak daun sirsak
sebagai pestisida nabati. Berdasarkan Penelitian yang dilakukan oleh
Tenrirawe yang dilaksanakan di laboratorium Hama dan Penyakit Balai
Penelitian Tanaman Serealia Maros. Pengujian ekstrak daun A. muricata
dilakukan dengan mencelupkan baby corn yang berukuran 4 cm ke dalam
ekstrak daun A. muricata dengan konsentrasi 10%, 20%, 30%, 40% dan
kontrol, yang kemudian diberikan pada larva H. armigera instar III. Data
diperoleh dengan mengamati serta menghitung mortalitas larva H. armigera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
instar III setelah pemberian ekstrak daun A. muricata selama 24 jam dengan
interval pengamatan setiap 4 jam sekali setelah aplikasi.
Data dianalisis dengan sidik ragam pola RAL, dilanjutkan dengan uji
BNT 0,05. Penentuan nilai LC50 dan LT50 melalui analisis probit. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pada pengamatan 12-24 jam setelah aplikasi,
ekstrak daun A. muricata berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H.
armigera instar III. Ekstrak daun A. muricata konsentrasi 10% menyebabkan
mortalitas larva H. armigera 20% dan konsentrasi 20% mortalitas 50%. Pada
konsentrasi 30%, mortalitas 45% dan konsentrasi 40% menyebabkan mortalitas
65%. Hasil analisis probit LC50 26,30% dengan kemiringan garis regresi Y =
1,8754x + 0,456. Hasil analisis probit LT50 31,14 jam dengan kemiringan
garis regresi Y = 2,5116x 1,2625. Berdasarkan pengamatan dan analisis data
dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun A. muricata pada konsentrasi 10%,
20%, 30%, 40% berpengaruh nyata terhadap mortalitas larva H. armigera
instar III. Konsentrasi ekstrak daun A. muricata yang terbaik terhadap
mortalitas larva H. armigera instar III adalah 40% dengan mortalitas 65%.
F. Kerangka Berpikir
Pada dasarnya hama walang sangit sering menyerang tanaman padi yang
sedang berbunga sampai biji padi stadia matang susu. Kerugian yang
ditimbulkan oleh walang sangit bervariasi antara 10-40%. Serangan walang
sangit yang hebat dapat menghancurkan seluruh tanaman padi. Tanaman padi
yang terus-menerus di tanam juga mendorong perkembangan populasi hama
walang sangit sehingga serangan walang sangit semakin luas. Untuk itu perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
adanya penanganan sebelum terjadinya fluktasi hama walang sangit. Baik itu
secara mekanis, hayati maupun kimia. Penangan kimia berupa insektisida
alami yaitu ekstrak daun sirsak. Dimana daun sirsak mengandung senyawa
kimia yang juga mampu untuk mempengaruhi daya makan, daya reproduksi,
pertumbuhan dan pada pengenceran rendah dapat bersifat racun perut
sedangkan pada pengenceran yang pekat dapat bersifat antifeedant yang dapat
menyebabkan kematian. Maka untuk mengetahui kebenarannya dilakukan uji
efektivitas daun sirsak sebagai pestisida alami terhadap hama walang sangit
dengan beberapa tingkat konsentrasi.
G. Hipotesis
1. Penyemprotan ekstrak daun sirsak dapat membunuh atau menghentikan
serangan walang sangit.
2. Ekstrak daun sirsak pada tingkat konsentrasi 60% lebih efektif terhadap
mortalitas walang sangit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2015, bertempat di Kebun
Percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di
Dusun Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
B. Jenis Penelitian dan Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk
mengetahui efektifitas ekstrak daun sirsak sebagai pestisida nabati untuk hama
walang sangit. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain
variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
1. Variabel bebas : Konsentrasi ekstrak daun sirsak.
2. Variabel terikat : Tingkat mortalitas hama walang sangit.
3. Variabel kontrol : Daun sirsak, tanaman padi, volume ekstrak daun
sirsak (50 ml).
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap (RAL),
yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 1 Kontrol dan 3 pengulangan pada
masing-masing perlakuan. Untuk setiap perlakuan diujikan walang sangit
sebanyak 10 ekor pada stadia imago.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut :
P0 : Kontrol
P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15 % ekstrak daun sirsak
P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30 % ekstrak daun sirsak
P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45 % ekstrak daun sirsak
P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60 % ekstrak daun sirsak
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
a. Sprayer
b. Blender
c. Timbangan
d. Termometer
e. pH meter
f. Saringan
g. Ember
h. Kandang
i. Pisau
j. Gelas ukur 100 ml
k. Tali rafia
l. Paranet hitam
m. Paranet putih
n. Jarum
o. Bambu
p. Senter
q. Plastik
r. Kerangka besi
s. Pot
t. Kamera
u. Alat tulis-menulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Daun sirsak
b. Air
c. Walang sangit
d. Tanaman padi
e. Tanah
f. Pupuk kandang.
E. Cara Kerja
1. Tempat Penangkaran Walang Sangit
Tempat penangkaran yang digunakan adalah kerangka besi berbentuk
rumah dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1 meter.
Kerangka tersebut dibagi 15 ruang sesuai dengan jumlah perlakuan dan
pengulangan. Pembatas tiap ruang menggunakan bambu, berdindingkan
plastik dan paranet. Plastik digunakan untuk memisahkan tiap perlakuan
sedangkan paranet digunakan untuk memisahkan pengulangan tiap perlakuan.
Plastik dan paranet yang digunakan, dipotong berdasarkan ukuran ruangan.
Plastik yang telah dipotong, langsung dipasang pada setiap perlakuan yang
diikat menggunakan tali rafia. Setelah itu paranet pada setiap pengulangan
dipasang dan diikat menggunakan tali rafia. Setelah semua dipasang, padi
dimasukkan ke dalam ruangan. Padi yang ditanam adalah jenis padi 64 yang
baru berbunga makata dengan jumlah 15 rumpun dimana ditanam di pot.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tanaman padi yang ditanam dapat berasal dari semua jenis padi. Pengambilan
jenis padi 64 ini disesuaikan dengan varietas tanaman padi yang kebanyakan
ditanam ketika masa penelitian dilakukan.
Satu pot ditanami satu rumpun dengan tanah yang sudah dicampurkan
pupuk kandang dengan perbandingan 1 pupuk : 2 tanah. Jika semua tanaman
padi sudah dimasukkan maka penutup paranet hitam dan penutup paranet
putih dipasang untuk menutup bagian atas ruangan dan pinggir ruangan agar
setiap perlakuan dan pengulangan tidak terdapat celah antara ruangan.
2. Menangkap Walang Sangit
Walang sangit diperoleh dengan cara menangkap secara langsung.
Walang sangit mudah ditemukan di area persawahan terutama pada sawah
yang tanaman padinya mulai berbuah matang susu. Pengambilan walang
sangit dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Walang sangit yang
ditangkap adalah sebanyak 200 ekor dimasukkan ke dalam beberapa
kandang. Setelah tertangkap atau terkumpul semuanya, walang sangit
dimasukkan ke dalam penangkaran walang sangit yang telah dibuat
berdasarkan perlakuan dan pengulangan. Untuk setiap pengulangan ada 10
ekor walang sangit pada stadia imago. Jadi dalam satu perlakuan ada 30 ekor
walang sangit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
3. Pemeliharan Walang Sangit
Walang sangit yang telah ditangkap dan yang telah dimasukkan ke
dalam tempat penangkaran yang telah dibuat, pada setiap perlakuan dan
pengulangan. Walang sangit dipelihara selama 5 hari untuk proses adaptasi.
Proses adaptasi dilakukan sebelum pengujian efektivitas ekstrak daun sirsak.
4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak
Daun sirsak yang digunakan diambil dari beberapa pohon yang ada di
sekitar Paingan. Namun penggunaan daun sirsak setiap kali pembuatan
ekstrak, selalu diambil dari pohon yang sama. Daun sirsak yang digunakan
adalah campuran daun sirsak mudah dan daun sirsak yang sudah tua. Cara
membuat ekstrak daun sirsak dilakukan dengan memetik helaian daun sirsak,
lalu dibersihkan sampai bersih. Setelah itu helaian daun digunting kecil-kecil
dan ditimbang sebanyak 300 gram. Setelah ditimbang, daun sirsak tersebut
dimasukkan ke dalam blender dengan menambahkan air dengan
perbandingan 1 daun sirsak : 1 air (gram / volum). Daun yang telah diblender
diambil dan disaring untuk memperoleh ekstrak daun sirsak. Hasil saringan
ekstrak daun sirsak kemudian diencerkan beberapa tingkat konsentrasi yaitu
15%, 30%, 45% dan 60%. Ekstrak daun sirsak telah diencerkan dapat
langsung digunakan. Selama masa penelitian, ekstrak sirsak dibuat sebanyak
delapan kali. Ekstrak yang digunakan standarnya tidak sama karena daun
sirsak yang digunakan berasal dari beberapa pohon sirsak sehingga setiap
pembuatan ekstrak daun sirsak memiliki standar yang berbeda-beda namun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
pembuatan ekstrak daun sirsak sebaiknya memiliki standar yang sama agar
efek yang ditimbulkan sama pada hewan uji walang sangit.
Untuk memperoleh ekstrak daun sirsak sesuai perlakuan maka dilakukan
pengenceran sebagai beriku:
P1 = Konsentrasi 15% (15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air)
P2 = Konsentrasi 30% (30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air)
P3 = Konsentrasi 45% (45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air)
P4 = Konsentrasi 60% (60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air)
5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit
Setelah walang sangit dipelihara selama 5 hari, pengujian ekstrak daun
sirsak dapat dilakukan. Ekstrak daun sirsak disemprot sebanyak 50 ml pada
masing-masing pengulangan disetiap perlakuan selama 8 hari. Aplikasi
ekstrak daun sirsak yang dilakukan setiap hari memiliki efisiensi yang kurang
baik bagi petani di lapangan. Namun pada kenyataannya aplikasi pestisida
nabati harus lebih sering dilakukan karena efek yang ditimbulkan bekerja
lebih lambat dibandingkan dengan pestisida sintetik. Penyemprotan dilakukan
pada pagi hari jam 05.30 WIB.
6. Parameter Pengamatan
Dalam penelitian ini yang menjadi parameter pengamatan adalah
tingkat mortalitas hama walang sangit. Dimana harus melakukan perhitungan
persentase mortalitas walang sangit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Cara menghitung pensentase mortalitas dengan walang sangit pada
masing-masing pengulangan disetiap perlakuan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a
P = 100%
a + b
Keterangan :
P = Persentase mortalitas walang sangit
a = Jumlah walang sangit yang mati
b = Jumlah walang sangit yang hidup
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova. Untuk
melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan dilakukan uji lanjut
menggunakan uji CD.
F. Teknik Pengambilan Data
Pengambilan data dilakukan setiap hari dengan cara mencatat jumlah
mortalitas walang sangit. Pengambilan data dilakukan setelah penyemprotan
ekstrak daun sirsak pada masing-masing pengulangan disetiap perlakuan.
Data yang diambil adalah jumlah mortalitas walang sangit. Data diambil setiap
12 jam setiap hari setelah aplikasi ekstrak daun sirsak. Data diambil 2 kali
sehari setelah aplikasi ekstrak daun sirsak yakni pada jam 17.30 WIB dan
05.30 WIB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
G. Analisis Data
Data yang diperoleh merupakan data mentah hasil pengamatan dan
perhitungan jumlah walang sangit yang mati, pada setiap pengambilan data
untuk setiap perlakuan. Data yang diperoleh akan dilakukan perhitungan
persentase tingkat mortalitas walang sangit. Analisis data menggunakan uji
anova dan apabila signifikan, dilanjutkan dengan uji CD
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji ekstrak
daun sirsak (Annona muricata L.) sebagai pestisida alami pada hama tanaman
padi yaitu walang sangit. Ekstrak daun sirsak (A. muricata L.) diaplikasikan
dengan cara menyemprotkan pada hewan uji. Penyemprotan ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.) pada hama walang sangit merupakan salah satu upaya dalam
mengendalikan hama walang sangit yang sering ditemukan pada budidaya
tanaman padi. Penelitian ini menggunakan uji anova one factor between design
karena faktor yang akan diuji terdiri dari satu faktor yaitu uji ekstrak daun sirsak
(A. muricata L.). Percobaan diaplikasikan pada empat kelompok yang terpisah
secara independen. Ekstrak daun sirsak yang digunakan terdiri dari empat
perlakuan dan kontrol yakni 0 % (P0), 15 % (P1), 30 % (P2), 45 % (P3) dan 60 %
(P4). Setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan.
A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit
Hasil pengamatan dari pengaruh ekstrak daun sirsak (Annona muricata
L.) terhadap mortalitas walang sangit pada tahap imago dilakukan selama 8
hari. Aplikasi penyemprotan pestisida dilakukan setiap pagi pada pukul 05.30
WIB. Pengambilan data dilakukan setiap 12 jam yakni pada pukul 17.30 WIB
dan 05.30 WIB. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran data