plagiat merupakan tindakan tidak terpujiuniversitas sanata dharma karya ilmiah saya yang berjudul:...
TRANSCRIPT
UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK
(Annona muricata L.): KAJIAN TERHADAP SISTEM HEMATOLOGI
PADA TIKUS JANTAN DAN BETINA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)
Program Studi Ilmu Farmasi
Oleh:
Imelda Maria Korbafo
NIM : 098114012
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK
(Annona muricata L.): KAJIAN TERHADAP SISTEM HEMATOLOGI
PADA TIKUS JANTAN DAN BETINA
Skripsi yang diajukan oleh: Imelda Maria Korbafo
NIM: 098114012
Telah disetujui oleh:
Pembimbing:
Phebe Hendra M. Si., Ph.D., Apt.
Tanggal 23 Mei 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
HALAMAN PENGESAHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Ketakutan kita terdalam adalah bukan karena kita tidak cakap. Ketakutan kita terdalam adalah kekuatan kita dalam mengukur. Kita bertanya pada diri kita sendiri: siapa aku sehingga aku cerdas, hebat, berbakat dan menakjubkan?
Sebenarnya, Siapa sebenarnya dirimu? Kita dilahirkan untuk membuat manifestasi kemuliaan Tuhan dalam diri kita. Dan begitu kita biarkan cahaya kita menyala. Kita tanpa sadar berikan orang lain kesempatan untuk lakukan hal yang sama.
(Kutipan dari Film “Akeelah and the Bee”)
Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal (Kitab Yeremia 31:3b)
Kupersembahkan karya ini kepada:
Hati Kudus Yesus dan Hati Kudus Maria atas cinta kekal yang senantiasa menyertai peziarahan saya
Persaudaraan konggregasi Franciscanae Filiae Sanctissimae Cordis Jesus et Mariae (FCJM) atas dukungan doa, kepercayaan serta kesempatan pada saya untuk mengembangkan diri
Bapak, mama dan adik-adik yang mendoakan dan mengasihiku
Para sahabat yang Tuhan hadiahkan bagi saya
Almamater tercinta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiarisme dalam naskah
ini, maka saya bersedia menanggung segala sanksi sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Yogyakarta, 20 Mei 2013
Penulis
(Imelda Maria Korbafo )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Imelda Maria Korbafo
NIM : 098114012
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: ”Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.): Kajian
Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina” Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis
tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 23 Mei 2013
Yang menyatakan
Imelda Maria Korbafo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PRAKATA
Puji dan syukur pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria atas berkat dan
kasih setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Uji
Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona Muricata L.): Kajian
Terhadap Sistem Hematologi Pada Tikus Jantan dan Betina” sebagai salah satu
syarat memperoleh gelar sarjana Farmasi (S.Farm) pada Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam rasa syukur ini pula, penulis mengucapkan terima kasih berlimpah
kepada semua pihak yang dengan ketulusan hatinya berkenan membimbing dan
menyemangati penulis hingga selesainya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Ibu Phebe Hendra M. Si., Ph.D.,Apt., selaku Dosen Pembimbing utama yang
telah memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang bermanfaat hingga
terselesainya skripsi ini.
3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan masukan, perhatian, kritik dan saran demi penyempurnaan
skripsi ini.
4. Bapak Ipang Djunarko, M. Sc.,Apt, selaku Dosen Penguji yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran yang bermanfaat demi
penyempurnaan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
5. Para karyawan dan laboran Farmakologi-Toksikologi (Mas Kayat, Mas
Parjiman dan Mas Heru) dan laboran-laboran lainnya, yang telah banyak
membantu selama penelitian ini.
6. Persaudaraan Kongregasi FCJM dan Dewan Pimpinan Provinsi Indonesia
yang telah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu, dukungan doa.
7. Teman-teman angkatan 2009 khususnya kelas A, spesial teman-teman tim
Annona muricata L. (Veronica Dita Ayuningtyas, Niken Ambar Sayekti,
Apriliawati Galuh, Christiana Lambang Kristanti, Elisabeth Raras Pramudita,
Meita Eryanti) yang baik hatinya memberikan senyum ceria dan semangat
kebersamaan. Semangat jiwa muda yang pantang menyerah dalam menggapai
cita dan mimpi masing-masing diberkati oleh Yang Maha Kuasa.
8. Semua pihak yang terlibat, yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, segala kritik dan saran demi penyempurnaan skripsi ini sangat
diharapkan. Akhir kata, semoga penelitian ini dapat menjadi sumbangan kecil
bagi ilmu kefarmasian.
Yogyakarta, 20 Mei 2013
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .................................................................. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .............................................................. vi
PRAKATA ............................................................................................................ vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xx
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xxiv
INTISARI ........................................................................................................... xxvi
ABSTRACT ........................................................................................................ xxvii
BAB I. PENGANTAR ............................................................................................ 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
1. Perumusan masalah ................................................................................. 4
2. Keaslian penelitian .................................................................................. 5
3. Manfaat penelitian .................................................................................... 6
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
B. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 6
1. Tujuan umum ........................................................................................... 6
2. Tujuan khusus .......................................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA...................................................................... 7
A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) ........................................................ 7
1. Daerah asal dan penyebaran .................................................................... 7
2. Nama daerah ............................................................................................ 7
3. Jenis tanaman sirsak di Indonesia ............................................................ 8
4. Sistematika .............................................................................................. 9
5. Morfologi ................................................................................................. 9
6. Kandungan kimia .................................................................................. 11
7. Khasiat dan kegunaan ............................................................................ 12
8. Efek samping ......................................................................................... 13
B. Sediaan Infusa ............................................................................................ 14
1. Pengertian infusa ................................................................................... 14
2. Pembuatan infusa ................................................................................... 14
C. Sistem Hematologi ..................................................................................... 15
D. Jenis-Jenis Sel Darah .................................................................................. 15
1. Sel darah merah (eritrosit) ..................................................................... 15
2. Sel darah putih (leukosit) ....................................................................... 17
3. Trombosit ............................................................................................... 20
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
E. Cairan Plasma Darah .................................................................................. 21
F. Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi (Hitung Darah Lengkap) ....... 22
1. Tes sel darah merah ............................................................................... 23
2. Tes sel darah putih ................................................................................. 25
3. Pemeriksaan trombosit .......................................................................... 26
G. Toksisitas .................................................................................................... 26
1. Definisi toksikologi .............................................................................. 27
2. Asas umum toksikologi ......................................................................... 28
3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun .................................... 28
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun ........................... 29
5. Uji ketoksikan ........................................................................................ 30
H. Toksisitas Subkronis .................................................................................. 30
I. Darah Sebagai Target Efek Toksik ............................................................ 32
J. Keterangan Empiris ....................................................................................... 33
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................ 34
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................................. 34
B. Variabel dan Definisi Operasional ............................................................. 34
1. Variabel penelitian ................................................................................. 34
2. Definisi Operasional .............................................................................. 35
C. Alat dan Bahan Penelitian .......................................................................... 36
1. Alat penelitian ....................................................................................... 36
2. Bahan Penelitian .................................................................................... 37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
D. Tata Cara Penelitian ................................................................................... 38
1. Determinasi daun sirsak......................................................................... 38
2. Pengumpulan bahan uji daun sirsak ...................................................... 38
3. Pembuatan simplisia serbuk daun sirsak ............................................... 39
4. Penetapan kadar air daun sirsak............................................................ 39
5. Penetapan dosis infusa daun sirsak ........................................................ 39
6. Pembuatan infusa daun sirsak................................................................ 41
7. Penyiapan hewan uji .............................................................................. 41
8. Prosedur pelaksanaan penelitian ............................................................ 41
9. Pengamatan ............................................................................................ 42
E. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian ....................................................... 42
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 44
A. Hasil Determinasi Tanaman ....................................................................... 44
B. Penetapan Kadar Air Daun Sirsak .............................................................. 45
C. Hasil Uji Toksisitas Subkronik Infusa Daun Sirsak Terhadap Sistem
Hematologi Tikus Jantan dan Betina.......................................................... 46
1. Hasil pemeriksaan sistem hematologi pada tikus jantan ....................... 48
2. Hasil pemeriksaan kadar hematologi secara lengkap pada tikus
betina ..................................................................................................... 80
D. Pengamatan Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat
Perlakuan Infusa Daun Sirsak .................................................................. 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
E. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Makan Akibat Perlakuan
Infusa Daun Sirsak ................................................................................... 111
F. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Minum Akibat Perlakuan
Infusa Daun Sirsak ................................................................................... 113
G. Rangkuman Pembahasan .......................................................................... 115
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 124
A. Kesimpulan ................................................................................................. 124
B. Saran ............................................................................................................ 124
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 125
LAMPIRAN ......................................................................................................... 128
BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 156
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
hemoglobin tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ........................................................................................... 51
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari ..................................................................... 52
Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
eritrosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ............................................................................................ 53
Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari ....................................................................................... 54
Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
hematokrit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
mean±SEM ........................................................................................... 55
Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari ....................................................................................... 56
Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
leukosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ........................................................................................... 57
Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari .................................................................... 58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MCV darah tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk Mean±SEM ... 60
Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari ..................................................................................... 60
Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MCH darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ........................................................................................... 61
Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari ....................................................................................... 62
Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MCHC darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ........................................................................................ 64
Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari .................................................................................... 64
Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
RDW darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk
Mean±SEM ........................................................................................ 66
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari .................................................................................... 67
Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
trombosit (PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam
bentuk Mean±SEM ............................................................................ 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari ............................................................ 69
Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
limfosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean ± SEM .................................................................................... 71
Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari .................................................................................... 72
Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
monosit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ........................................................................................ 73
Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari ........................................................................ 74
Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
neutrofil darah tikus jantan tiap kelompok....................................... 76
Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari .............................................................. 76
Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
eosinofil darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean ± SEM ................................................................................... 77
Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari .............................. 78
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam
bentuk Mean±SEM ....................................................................... 81
Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari.................................................. 81
Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
eritosit (RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ................................................................................... 85
Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari ................................................... 85
Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
hematokrit (HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan
dlm bentuk Mean±SEM .................................................................. 87
Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................. 87
Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
leukosit (WBC) tikus betina tiap kelompok ................................... 89
Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ................................. 90
Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MCV tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ..................................................................................... 91
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari ........................................................... 92
Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p
kadar MCH tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean ± SEM ................................................................................ 93
Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari ............................................. 94
Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
MCHC tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ±
SEM ............................................................................................. 95
Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari ................................................................. 96
Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
RDW tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
............................................................................................................. 97
Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari ............................................................... 98
Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Trombosit (PLT) tikus betina tiap kelompok ................................ 99
Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari ............................... 100
Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
Limfosit tikus betina tiap kelompok ............................................. 101
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari ............................................................ 102
Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
neutrofil tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean
± SEM ......................................................................................... 103
Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari .............................................. 104
Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
monosit tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk
Mean±SEM ................................................................................... 105
Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari ....................................................... 105
Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar
eosinofil darah tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean
± SEM ................................................................................................. 106
Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari...................................................... 107
Tabel LIII. Purata berat badan±SEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21,
dan ke-28 akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest
......................................................................................................... 108
Tabel LIV. Purata berat badan±SEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21,
dan ke-28 akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol
aquadest ........................................................................................... 109
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hemoglobin tikus jantan antar kelompok perlakuan ... 51
Gambar 2. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eritrosit tikus jantan antar kelompok perlakuan ......... 54
Gambar 3. Diagram batang rata-rata ± SEMpengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar hematokrit tikus jantan antar kelompok
perlakuan ............................................................................................. 56
Gambar 4. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar leukosit tikus jantan antar kelompok perlakuan ......... 58
Gambar 5. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 60
Gambar 6. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 62
Gambar 7. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan 64
Gambar 8. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan .. 67
Gambar 9. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok
perlakuan ............................................................................................. 69
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Gambar 10. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan 71
Gambar 11. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan74
Gambar 12. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
............................................................................................................. 76
Gambar 13. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
............................................................................................................. 77
Gambar 14. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok
perlakuan ............................................................................................. 81
Gambar 15. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan 85
Gambar 16. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok
perlakuan ............................................................................................. 87
Gambar 17. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok
perlakuan ............................................................................................. 89
Gambar 18. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan .. 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Gambar 19. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan .. 94
Gambar 20. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan 96
Gambar 21. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan .. 98
Gambar 22. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok
perlakuan ........................................................................................... 100
Gambar 23. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan
........................................................................................................... 102
Gambar 24. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan
........................................................................................................... 103
Gambar 25. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan
........................................................................................................... 105
Gambar 26. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun
sirsak terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan
........................................................................................................... 106
Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis 110
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa
daun sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis
........................................................................................................... 110
Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa
daun sirsak selama 30 hari ................................................................ 112
Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa
daun sirsak selama 30 hari ................................................................ 112
Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa
daun sirsak ......................................................................................... 114
Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa
daun sirsak ......................................................................................... 114
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi ....................................................... 128
Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) ..... 129
Lampiran 3. Gambar tanaman sirsak dan daun sirsak......................................... 129
Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak ... 130
Lampiran 5. Gambar rangkaian alat destilator (destilasi toluen) ........................ 130
Lampiran 6. Surat keterangan Ethical Clearence ............................................... 131
Lampiran 7. Perhitungan bobot tetap daun sirsak ............................................... 132
Lampiran 8. Perhitungan rendemen daun sirsak ................................................. 132
Lampiran 9. Perhitungan kadar air dalam daun sirsak ........................................ 132
Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada tiap
kelompok perlakuan ....................................................................... 132
Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah Perlakuan
Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari ............................................... 134
Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah Perlakuan
Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari ............................................... 134
Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan........................ 135
Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan ... 136
Oneway 136
Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina ........................ 137
Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina .. 138
Oneway 138
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan .......................... 140
Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus
jantan .............................................................................................. 141
Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus jantan .................................................................................... 142
Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina ......................... 151
Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus
betina .............................................................................................. 151
Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina .................................................................................... 152
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvi
INTISARI
Makin maraknya penggunaan daun sirsak di masyarakat sebagai obat
terutama untuk pengobatan kanker, menjadikan masyarakat mengkonsumsi daun sirsak dalam jangka panjang. Namun belum diketahui secara ilmiah tentang keamanan daun sirsak bila dikonsumsi dalam jangka waktu panjang. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui wujud efek toksik infusa daun sirsak pada sistem hematologi secara subkronis.
Penelitian menggunakan metode eksprimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Subjek uji yang digunakan adalah tikus putih galur Sprague Dawley umur 2-3 bulan, kisaran berat badan 150-250 gram. Sebanyak 50 ekor tikus dibagi secara acak menjadi 5 kelompok, yaitu empat kelompok perlakuan dan satu kelompok kontrol, setiap kelompok terdiri dari 5 jantan dan 5 betina. Kelompok perlakuan diberikan infusa daun sirsak dengan dosis 108; 180; 301; 503 mg/kgBB dan kontrol aquadest 8333 mg/kgBB, selama 30 hari. Dilakukan pemeriksaan sistem hematologi pada hari ke-0 dan hari ke-31 dan pengamatan terhadap berat badan, asupan makan dan minum setiap harinya. Analisis menggunakan One way Anova dan uji scheffe (distribusi data normal), uji Kruskal Wallis dan Mann-Whitney (distribusi data tidak normal).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak memberikan perubahan yang signifikan terhadap perubahan sistem hematologi dan tidak ditemukan adanya hubungan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik. Kata kunci: Annona muricata L., daun sirsak, infusa, sistem hematologi,
toksisitas subkronis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxvii
ABSTRACT
Increasing usage of Annona muricata L. leaves by people as medicine especially for cancer treatment makes people consume it for long period. But, it has not been examined scientifically for its safety when it is being consumed for long period. So, this study is intended to identify subchronic effect of soursop leaves infusion toxicity upon hematology system.
This study uses pure experimental method with complete direct current random plan pattern. Subject research is white Sprague-Dawley rat, 2-3 months of age, 150-250 gram in weight. Fifty rats are divided into 5 groups randomly, four treatment-groups and one control-group. Every group consists of 5 female and 5 male. Treatment groups are given soursop leaves infusion with 108; 180; 301; 503 mg/kg body weight dose and water (aquadest) for control group for 30 days. Examination on hematology system is done on 0th and 31th day and weight observation, meal, and drink examinations are done daily. The analysis uses one way Anova and Scheffe test (normal data distribution), Kruskal Wallis test, and Mann-Whitney (abnormal data distribution).
The research result shows that soursop leaves infusion treatment for 30 days does not give significant change on hematology system and no relationship is found between the dosage and toxic effect spectrum. Key words: Annona muricata L. soursop leaves infusa, hematology system, sub-chronic toxicity
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tanaman obat-obatan. Hal
ini didukung oleh kondisi alam yang subur sehingga tanaman mudah tumbuh
dengan baik di berbagai daerah di Indonesia. Penggunaan tanaman sebagai obat
tradisional makin marak dimasyarakat khususnya masyarakat dengan tingkat
ekonomi menengah ke bawah. Selain itu dengan adanya isu back to nature di
dunia barat yang kembali mengakui tradisi pengobatan timur khususnya Asia
yakni pengobatan menggunakan tanaman sebagai obat atau pengobatan
menggunakan bahan alam menyebabkan meluasnya penggunaan tanaman-
tanaman yang berkhasiat obat.
Obat tradisional merupakan obat jadi atau ramuan bahan alam yang
berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan galenik atau campuran bahan-
bahan tersebut yang secara tradisional telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Depkes RI, 2003). Salah satu dari tanaman yang
berkhasiat obat adalah tanaman sirsak. Secara khusus, daun sirsak akhir-akhir ini
digunakan sebagai obat tradisional yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Air rebusan daun sirsak/infusa daun sirsak yang dikonsumsi di masyarakat
sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit atau untuk mencegah penyakit dapat
memberikan efek farmakologis misalnya sebagai antikanker, antiplasmodik,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
antidiare, antidiabetes, dan memiliki efek hepatoprotektif (Arthur, Woode, Terlabi
dan Larbie 2011).
Pengetahuan masyarakat tentang obat tradisional dapat mencegah,
menyembuhkan, memulihkan kesehatan dan meningkatkan kesehatan menjadikan
masyarakat mengkonsumsi obat tradisional tersebut secara terus-menerus. Padahal
tidak menutup kemungkinan bahwa penggunaan terus-menerus dari obat
tradisional tersebut dapat menyebabkan toksisitas.
Telah dilakukan penelitian mengenai kegunaan dan kandungan kimia
daun sirsak oleh Mc. Laughin, Liau, dan Alali, (1999) terutama sebagai
antikanker karena mengandung senyawa acetogenins. Kebiasaan masyarakat
mengkonsumsi air rebusan daun sirsak dalam jangka waktu yang lama tanpa
pengetahuan mengenai dosis yang benar. Belum banyak penelitian yang dilakukan
untuk mengetahui seberapa besar dosis yang aman jika daun sirsak dikonsumsi
dalam jangka waktu yang lama.
Sistem hematologi/darah merupakan salah satu organ penting dalam
tubuh makhluk hidup. Peranan darah dalam tubuh adalah sebagai berikut: sebagai
pengangkut/pengedar sari makanan, pengedar hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar endokrin yang dilakukan oleh plasma darah, sebagai penyedia bahan
pelindung terhadap serangan kuman/mikroorganisme dilakukan oleh sel darah
putih, sebagai pengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel
darah merah, menutupi luka yang dilakukan oleh keping-keping darah dan
menjaga kestabilan suhu tubuh (Pearce, 2009). Sistem hematologi/darah yang
demikian penting peranannya dalam tubuh, apabila terpapar senyawa-senyawa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
yang dikonsumsi dalam dosis besar yang menyebabkan ketoksikan sistem
hematologi/darah maka akan sangat mempengaruhi fungsi dan peranannya
tersebut.
Pengaruh efek toksik dari senyawa-senyawa dapat berupa perubahan
kadar sistem hematologi/darah baik peningkatan maupun penurunan kadar yang
tidak sesuai dengan range normal. Sebagai contoh, salah satu komponen darah
yakni leukosit. Leukosit berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Jika terjadi
peningkatan leukosit (leukositosis) menyebabkan inflamasi/radang akut.
Peningkatan leukosit yang sangat tinggi dapat djumpai pada penderita kanker post
operasi. Jika terjadi penurunan jumlah leukosit (leukopenia) sistem kekebalan
tubuh berkurang untuk melawan kuman penyakit. Leukopenia biasanya
disebabkan oleh infeksi virus, leukemia atau disebabkan oleh konsumsi obat
antimetabolit, antibiotik, kemoterapi, dan antikonvulsan. (Depkes RI, 2011).
Penelitian Arthur et al, (2011) telah melaporkan mengenai uji toksisitas
akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak (Annona muricata Linn.) yang
diberikan pada mencit selama 14 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi
peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis namun perubahan tersebut
tidak signifikan baik pada jumlah limfosit maupun jumlah White Blood Cell
(WBC).
Penggunaan air rebusan daun sirsak dalam jangka panjang sebagai anti
kanker pada masyarakat membutuhkan informasi ketoksikan jangka panjang. Oleh
karena itu, perlu adanya uji toksisitas secara subkronik selama 30 hari pada
sistem hematologi/darah tikus yang mencakup nilai hemoglobin, eritrosit,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
hematokrit, RDW (red blood cell distribution width), MCV (mean corpuscular
volum), MCH (mean corpuscular hemoglobin), MCHC (mean corpuscular
hemoglobin concentration), trombosit (PLT), leukosit, limfosit, eosinofil,
monosit, neutrofil, basofil, LED jam I dan LED jam II.
Adapun perubahan sistem hematologi merupakan perubahan/kekacauan
biokimia yang merupakan salah satu wujud efek toksik. Wujud efek toksik berupa
perubahan biokimia ini, dapat menyebabkan peningkatan atau pengurangan
aktivitas pada sistem hematologi. Perubahan/kekacauan biokimiawi biasanya
merupakan salah satu tahap awal menuju perubahan/kekacauan struktural akibat
efek toksik (Donatus, 2001).
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi masyarakat
luas agar dapat mengetahui efek toksik yang dapat ditimbulkan pada sistem
hematologi/darah akibat konsumsi infusa daun sirsak secara berulang dalam
jangka waktu yang lama dengan mengevaluasi perubahan kadar pada sistem
hematologi/ darah.
1. Perumusan masalah
a. Seberapa besar wujud efek toksik yang dapat ditimbulkan infusa daun sirsak
berupa perubahan/kekacauan biokimia sistem hematologi tikus jantan dan
betina yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi?
b. Apakah terdapat hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak yang
diberikan secara subkronik dengan perubahan kadar sistem hematologi pada
tikus jantan dan betina?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
2. Keaslian penelitian
Penelitian-penelitian yang telah dipublikasikan tentang penggunaan sirsak
adalah sebagai berikut:
a. Sirsak (Annona muricata L.): Hematologi Darah dan Biokimia Serum pada
Tikus Sprague Dawley (Syahida, Maskat, Suri, Mamot, and Hadijah, 2012).
Penelitian ini dilakukan secara in vivo, yang dilakukan selama 28 hari pada
dosis bertingkat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daging buah
Annona muricata L. tidak menimbulkan efek negatif terhadap sistem
hematologi meskipun terdapat adanya peningkatan secara signifikan secara
statistik (p<0,05) pada platelet. Hasil uji biokimia serum menunjukkan bahwa
ekstrak Annona muricata L. tidak menimbulkan gagal hati dan ginjal. Total
antioxidant status (TAS) menunjukkan peningkatan signifikan seiring
peningkatan dosis. Namun, peningkatan ini masih dalam batas normal.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah penelitian dilakukan dengan
menggunakan bahan uji ekstrak daging buah sirsak sedangkan penelitian yang
dilakukan menggunakan bahan uji berupa infusa daun sirsak.
b. Uji toksisitas akut dan subkronik ekstrak air Annona muricata Linn. terhadap
hewan (Arthur et al., 2011). Penelitian ini dilakukan hanya dalam waktu 14
hari. Hasil penelitian ini menunjukkan terjadi peningkatan limfosit seiring
dengan peningkatan dosis namun perubahan tersebut tidak signifikan baik
pada jumlah limfosit maupun jumlah WBC (white blood cell).
Menurut penulis, penelitian selama 14 hari belum dapat menggambarkan
potensi ketoksikan infusa daun sirsak karena konsumsi infusa daun sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
dimasyarakat dalam jangka waktu lama lebih dari 14 hari. Dan berdasarkan
penelusuran, sejauh penulis ketahui belum dilakukan penelitian uji toksisitas
subkronis infusa daun sirsak (Annona muricata L.): kajian terhadap sistem
hematologi pada tikus jantan dan betina selama 30 hari.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis. Memberikan informasi mengenai toksisitas subkronis infusa
daun sirsak terhadap sistem hematologi.
b. Manfaat praktis. Memberikan informasi pada masyarakat luas, mengenai
keamanan infusa daun sirsak yang dikonsumsi dalam jangka waktu lama
tentang wujud efek toksik berupa perubahan/kekacauan biokimia terhadap
sistem hematologi yang dievaluasi dari perubahan kadar sistem hematologi
dan menilai hubungan efek toksik dan dosis.
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya efek toksik
infusa daun sirsak yang diberikan secara subkronik.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengungkapkan wujud efek toksik infusa daun sirsak berupa
perubahan/kekacauan biokimia terhadap sistem hematologi yang dievaluasi
dari perubahan kadar sistem hematologi.
b. Untuk mengungkapkan kekerabatan dosis infusa daun sirsak yang diberikan
secara subkronik terhadap perubahan sistem hematologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)
1. Daerah asal dan penyebaran
Tanaman sirsak merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh dan
berbuah sepanjang tahun. Tanaman sirsak ini diperkirakan berasal dari Karibia,
Amerika Tengah, dan Amerika Selatan. Tanaman sirsak kemudian menyebar
hampir ke seluruh benua (Muktiani, 2011).
Di Indonesia, tanaman sirsak tumbuh baik pada dataran rendah beriklim
kering maupun daerah beriklim basah pada ketinggian 1000 meter dari permukaan
laut. Tanaman sirsak yang terdapat di Indonesia didatangkan oleh pemerintah
kolonial Belanda pada abad ke-19. Oleh karena itu, sebutan atau nama lain yang
dari tanaman sirsak di Indonesia dikenal dengan nangka belanda atau durian
belanda (Muktiani, 2011).
2. Nama daerah
Nama sirsak di Indonesia berasal dari bahasa Belanda zuurzak yang
berarti ”kantung asam” (Rahima, 2011). Penyebaran tanaman sirsak yang begitu
meluas di Indonesia menjadikan sirsak disebutkan dalam berbagai bahasa daerah.
Di beberapa daerah di Indonesia, sirsak dikenal dengan beberapa nama yang
berbeda yaitu: nangka sebrang/nangka landa (Jawa), jambu landa (Lampung),
deureuyan belanda (Aceh), durian betawi (Minangkabau), srikaya jawa (Bali),
nangka buris (Madura), nangka walanda/sirsak (Sunda), durio ulondro (Nias)
(Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
3. Jenis tanaman sirsak di Indonesia
Ada 4 jenis sirsak yang dikenal di Indonesia yang memiliki rasa yang
berbeda yakni: sirsak Ratu, sirsak biasa, sirsak Bali, sirsak Mandalika. Jenis sirsak
Ratu dikembangkan di pelabuhan Ratu, Sukabumi (Jawa Barat), sehingga
akhirnya dikenal sebagai sirsak Ratu. Buah sirsak Ratu memiliki rasa yang manis.
Pada jenis sirsak biasa bercita rasa masam manis dan memiliki kemiripan
tampilan seperti sirsak Ratu. Ciri khas (spesifikasi) sirsak Ratu adalah buahnya
berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan daging buah
bertepung. Perubahan warna kulit buah sirsak Ratu dari stadium mentah ke
stadium matang (masak) berlangsung lambat (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).
Selanjutnya sirsak Bali dikenal dengan nama sirsak gundul karena berkulit
licin, tidak berduri dan memiliki rasa masam manis. Karakteristik sirsak Bali
buahnya berukuran kecil dengan berat per buah berkisar antara 200-300 gram.
Stadium matang ditandai dengan kulit buah yang berwarna coklat kekuning-
kuningan. Sirsak Bali berasal dari Bali. Laju pertumbuhan sirsak Bali lebih cepat
dibandingkan dengan jenis sirsak lainnya (Rukmana dan Yuniarsih, 2001 ).
Sirsak biasa memiliki tampilan yang mirip dengan sirsak Ratu. Buah
sirsak jenis ini berukuran kecil sampai besar, berkulit licin dan berduri, dengan
daging buah yang tidak bertepung, berkadar air tinggi, dan berasa asam manis.
Proses matangnya buah sirsak biasa berlangsung cepat (Rukmana dan Yuniarsih,
2001 ).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Sirsak Mandalika memiliki karakteristik amat mirip dengan sirsak Ratu
atau sirsak biasa berasa manis namun berbeda dalam hal jarak duri-duri kulit buah
yang jarang dan berbiji banyak (Rukmana dan Yuniarsih, 2001).
4. Sistematika
Sistematika tanaman sirsak (Annona muricata L.) sebagai berikut:
Kingdom : Plantae (tanaman)
Subkingdom : Tracheobionta (tanaman berpembuluh)
Superdivisio : Spermatohyta (menghasilkan biji)
Divisio : Magnoliophyta (tanaman berbunga)
Kelas : Magnoliopsida/Dicotyledonae (berkeping dua)
Subkelas : Magnoliidae
Ordo : Magnoliales
Family : Annonaceae
Genus : Annona
Species : Annona muricata L.
(Plantamor, 2008).
5. Morfologi
Pemerian daun sirsak secara makroskopik pada daun sirsak berupa daun
tunggal, warna kehijauan sampai hijau kecoklatan, helaian daun seperti kulit,
bentuk bundar panjang, lanset atau bundar telur terbalik, panjang helaian daun 6
cm sampai 18 cm, lebar 2 cm sampai 6 cm. Ujung daun meruncing pendek,
pangkal daun runcing, tepi rata; panjang tangkai daun lebih kurang 0,7 cm,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
permukaan licin agak mengkilat, tulang daun menyirip, ibu tulang daun menonjol
pada permukaan bawah (Depkes RI, 1995).
Pemerian daun sirsak secara mikroskopik meliputi: penampang
melintang melalui tulang daun tampak sel epidermis atas bentuk empat persegi
panjang dengan dinding bergelombang, kutikula tebal; sel epidermis bawah lebih
kecil dari pada atas, bentuk tidak beraturan dengan dinding bergelombang,
terdapat stomata, rambut penutup bentuk lurus, terdiri dari 2 sel sampai 3 sel,
ujung tumpul (Depkes RI, 1995).
Serbuk daun sirsak berwarna kehijauan. Fragmen pengenalnya adalah
epidermis atas bentuknya tidak beraturan, dinding bergelombang terdapat stomata
tipe anomositik, rambut penutup panjang, dinding tebal, lumen tebal, fragmen
pembuluh kayu dengan penebalan tangga, sel batu bundar, fragmen mesofil
dengan palisade; mesofil dengan sel sekresi bentuk bundar dinding tebal; fragmen
parenkim bernokhtah (Depkes RI, 1995).
Bunga tanaman sirsak termasuk bunga tunggal (flos simplex). Dalam satu
bunga terdapat banyak putik. Bunga berukuran besar, dengan mahkota berjumlah
6 dan sepalum yang terdiri atas 2 lingkaran. Tiga daun mahkota lingkar luar lebih
tebal dan besar sedangkan tiga daun mahkota lingkar dalam berukuran lebih kecil.
Bunga berwarna kuning keputih-putihan (Muktiani, 2011).
Buah tanaman sirsak termasuk buah sejati yaitu buah yang berasal dari
satu buah dengan banyak bakal buah tetapi membentuk satu buah. Buah sirsak
memiliki duri sisik yang halus. Apabila buah sudah tua, daging buah berwarna
putih, lembek, dan berserat dengan banyak biji berwarna coklat kehitaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Bentuk buah bagian ujung agak membulat dengan diameter ± 5 cm, diameter
bagian tengah ± 7 cm, serta panjang buah ± 17 cm. Kerapatan duri maksimal 4 cm
(diukur pada bagian buah yang durinya paling jarang). Buah yang sudah
tua/matang berwarna hijau agak kekuningan dan mengkilap (Muktiani, 2011).
Biji berwarna coklat kehitaman, keras, berujung tumpul, permukaan
halus mengkilat dengan ukuran panjang kira-kira 16,8 mm dan lebar 9,6 mm.
Batang tanaman sirsak berkayu keras dengan arah cabang tidak menentu.
Ketinggian batang mencapai 8-10 meter dengan diameter batang 10-30 cm. Akar
tanaman sirsak dapat menembus tanah hingga kedalaman 2 meter, memiliki akar
samping yang banyak dan kuat (Muktiani, 2011).
6. Kandungan kimia
Pada kulit batang mengandung senyawa tanin, fitosterol, Ca-oksalat,
muricine dan alkaloid. Biji sirsak mengandung reticuline, solamin, anomuricin,
anomurine. Buah sirsak yang kaya serat mengandung karbohidrat. Salah satu jenis
karbohidrat yang terkandung dalam buah sirsak adalah gula pereduksi (glukosa
dan fruktosa) dengan kadar 81,9-93,6 persen dari kandungan gula total (Muktiani,
2011).
Pada buah sirsak terdapat pula aroma asam yang berasal dari asam organik
non volatil terutama asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat. Pada buah sirsak
segar dapat ditemukan minyak atsiri yang mengandung monoterpen dan
seskuiterpen seperti calarene, α-caryophyllene, 1,8-cineole, linalool, R-terpineol,
linalyl propionate (Bicas, Molina, Dionisio, Baros, Wagner, and Marostico,
2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Melalui analisis kualitatif fitokimia pada serbuk daun sirsak, Pathak,
Saraswathy, Vora dan Savai (2010), telah melaporkan bahwa daun sirsak
mengandung metabolit sekunder berupa steroid, tannin dan glikosida jantung.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Mc Laughin et al. pada tahun 1999, daun
sirsak mengandung acetogenins yang merupakan kumpulan senyawa aktif seperti
muricatosin A, muricatosin B, annomuricin E, muricapentocin, annopentocin A,
annopentocin B, dan annopentocin C.
7. Khasiat dan kegunaan
Semua bagian tanaman sirsak mempunyai khasiat dan kegunaan, mulai
dari kulit kayu, akar, daun, daging buah, hingga bijinya. Buah sirsak merupakan
sumber vitamin dan mineral dengan rasa yang menyegarkan. Buah sirsak yang
kaya serat dapat bermanfaat untuk melancarkan pencernaan (antisembelit),
meningkatkan nafsu makan, anti-skorbut (kekurangan vitamin C) (Rukmana,
2001).
Di negara Brazil, bunga sirsak digunakan untuk mengobati penyakit
saluran pernapasan (bronchitis). Kombinasi bunga, daun dan akar dapat
menyembuhkan sakit di dada. Kulit batang yang direbus dapat memperbaiki kerja
jantung, mengobati hipertensi sedangkan biji sirsak bermanfaat untuk mengatasi
masuk angin dan dapat digunakan sebagai pestisida nabati (Muktiani, 2011). .
Dalam The Journal of Natural Product (1999), mengungkapkan riset
terhadap daun sirsak yang berguna sebagai antikanker. Dalam uji in vitro oleh Mc.
Laughin, terbukti keampuhan daun sirsak pada beragam sel kanker seperti sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
kanker paru-paru, sel kanker payudara, sel kanker usus, sel kanker ginjal, sel
kanker prostat dan sel kanker pankreas (Mc Laughin et al., 1999).
Daun sirsak mengandung minyak esensial dengan efek parasitisidal, anti-
diare, rheumatological dan anti-neuralgik. Infusa air matang daun memiliki sifat
anti-plasmodik, membantu mengobati diabetes dan gangguan lambung, penyakit
kuning dan digunakan dalam mengobati aliments ginjal. Daunnya juga memiliki
sifat hepatoprotektif terhadap kerusakan yang diinduksi oleh karbontetraklorida
dan acetaminophen (Arthur et al., 2011).
Acetogenins menghambat proses mitosis sel kanker dengan menghambat
pembentukan adenosin trifospat (ATP) dengan cara menempel pada reseptor
dinding sel dan merusak ATP di dinding mitokondria yang dapat menyebabkan
produksi energi dalam sel kanker terhenti, dengan demikian sel kanker mengalami
kematian (Mc Laughin et al., 1999).
8. Efek samping
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa konsumsi
sirsak ditoleransi dengan baik namun konsumsi dosis tinggi sirsak dapat
menyebabkan gangguan pencernaan, hipotensi, disfungsi saraf yang menyebabkan
gangguan neurologis, dan myeloneuropathy dari saraf optik. Selain itu, dilaporkan
bahwa sirsak menunjukkan aktivitas stimulan rahim dalam studi hewan (tikus)
oleh karena itu tidak boleh digunakan selama kehamilan (Rain tree, 2012).
Efek samping pada gastrointestinal dilaporkan bahwa dengan pemberian
dosis tunggal yang tinggi bisa menyebabkan mual atau muntah. Dalam studi
epidemiologi, terdapat hubungan yang kuat konsumsi secara teratur buah sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
atau teh yang terbuat dari berbagai jenis daun sirsak, dapat menimbulkan
peningkatan parkinson atipikal. Berdasarkan penelitian terhadap tikus,
neurotoksin yang terdapat dalam sirsak meliputi alkaloid, acetogenins (termasuk
annonacin), dan senyawa isoquinolone. Dalam studi ini, konsentrasi tinggi
annonacin melintasi penghalang darah-otak dan memasuki parenkim otak,
penurunan adenosin trifosfat (ATP) tingkat otak dan merusak ganglia basal dan
inti batang otak. Konsumsi sirsak dapat mempotensiasi obat depresan
antihipertensi dan jantung (Rain tree, 2012).
B. Sediaan Infusa
1. Pengertian infusa
Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit. Infusa dapat
diminum panas atau dingin (BPOM RI, 2010).
2. Pembuatan infusa
Pembuatan infusa merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat
sediaan herbal dari bahan lunak misalnya daun dan bunga. Pembuatan infusa
dapat dilakukan dengan cara mencampur simplisia derajat halus yang sesuai
dalam panci dengan air secukupnya, kemudian memanaskannya diatas penangas
air selama 15 terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sesekali diaduk-aduk.
Serkai selagi panas melalui kain flannel, menambahkan air panas secukupnya
pada ampas hingga diperoleh volume infusa yang dikehendaki. Infusa simplisia
yang mengandung minyak atsiri diserkai setelah dingin. Infusa simplisia yang
mengandung lendir tidak boleh diperas (BPOM RI, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
C. Sistem Hematologi
Hematologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel-sel darah dan
faktor-faktor yang memengaruhi fungsinya (WHO, 2003). Darah merupakan
jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yakni sel-sel darah dan plasma darah.
Darah terdapat didalam pembuluh darah. Sel-sel darah ini tersuspensi didalam
plasma darah. Sel-sel darah terdiri dari tiga komponen penting yakni eritrosit (sel
darah merah), leukosit (sel darah putih) dan trombosit (butir pembeku). Plasma
darah tersusun dari air (91%), protein (8 %), mineral (0,9%), bahan organik
(0,1%), hormon, enzim, antigen, gas oksigen dan karbondioksida (Pearce, 2009).
Peranan darah amat penting yakni untuk pengangkutan sari-sari makanan
dan pasokan oksigen, membantu mempertahankan suhu tubuh, mengangkut
hormon-hormon dan melawan infeksi. Sel-sel otak secara khusus membutuhkan
pasokan oksigen yang konstan, jika pasokan oksigen terhenti maka akan
menimbulkan kematian pada sel-sel otak dalam waktu yang singkat. Jenis-jenis
sel darah yang bertanggung jawab untuk transportasi oksigen dan karbondioksida
adalah platelet, limfosit, sel darah putih, dan sel darah merah (Ganong, 2008).
D. Jenis-Jenis Sel Darah
1. Sel darah merah (eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) berupa cakram kecil bikonkaf, tidak berinti,
dan berbentuk cekung pada kedua sisinya. Dalam setiap milimeter kubik darah
terdapat 5 juta sel darah. Apabila eritrosit dilihat satu persatu warnanya kuning
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
pucat, tetapi bila dalam jumlah banyak akan kelihatan berwarna merah (Pearce,
2009).
Ukuran eritrosit ± 7-8 µm dan konsentrasi normalnya sekitar 4-5 x 1012
per liter (4-5 x 106 per mm3) darah. Produksi sel darah merah (eritrosit) terdapat
didalam sumsum tulang merah, limpa dan hati. Eritrosit mengandung hemoglobin
yang mengikat dan mengangkut oksigen dari paru-paru ke berbagai jaringan dan
kemudian mengangkut karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk
dieksresikan (WHO, 2003).
Umur sel darah merah normal adalah 120 hari, hal ini berarti bahwa
setiap hari terjadi pergantian kurang dari 1% populasi sel darah merah (200 milyar
sel atau 2 juta per detik). Umur sel darah merah yang sangat singkat terjadi pada
keaadaan anemia hemolitik, pada keadaan ini sumsum tulang berupaya
memproduksi jumlah sel darah muda ke dalam sirkulasi untuk mencapai keadaan
homeostasisnya (Murray, Granner, and Rodwell, 2006).
Hemoglobin merupakan pigmen merah pembawa oksigen dalam sel
darah merah vertebrata yaitu suatu protein dengan dengan berat molekul 64.450.
Hemoglobin berbentuk molekul bulat dan terdiri atas empat subunit. Tiap-tiap sub
unit mengandung satu gugus heme yang terkonyugasi suatu polipeptida. Heme
adalah suatu derivat porfirin yang mengandung besi. Polipeptida-polipeptida yang
terkonyugasi pada heme secara kolektif disebut sebagai globin dari molekul
hemoglobin (Ganong, 2008).
Pada hemoglobin manusia dewasa normal (hemoglobin A), terdapat dua
jenis polipeptida dinamakan rantai α dan masing-masing masing-masing
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mengandung 141 residu asam amino dan rantai β yang masing masing
mengandung 146 residu asam amino. Jadi, hemoglobin A diberi kode α2β2 .
Tidak semua hemoglobin didalam darah orang dewasa normal berupa hemoglobin
A. Ada derivat hemoglobin A dalam jumlah kecil yang terkait erat dengan
hemoglobin A dan merupakan hemoglobin terglikasi. Salah satunya adalah
hemoglobin A1c (HbA1c) yang mempunyai satu glukosa yang menempel pada
valin terminal di setiap rantai β. Hemoglobin ini sangat menarik karena jumlahnya
dalam darah meningkat pada diabetes melitus yang tidak terkontrol (Ganong,
2008).
Hemoglobin memiliki afinitas terhadap oksigen dan dengan oksigen
membentuk oksihemoglobin didalam sel darah merah. Dengan cara tersebut, maka
oksigen dapat dibawa dari paru-paru ke seluruh jaringan. Jumlah hemoglobin
dalam dalam darah normal kira-kira 15 gram tiap 100 ml darah (Pearce, 2009).
2. Sel darah putih (leukosit)
Sel darah putih (leukosit) berupa sel bulat berinti dengan sitoplasma yang
granuler. Ukurannya sekitar 9-20 µm. Pada pemeriksaan mikroskopik leukosit
dapat dengan mudah dibedakan dengan eritrosit karena leukosit memiliki inti
(WHO, 2003).
Pada keadaan normal, darah manusia mengandung 4.000-11.000 sel
darah putih per mikroliter. Dari jumlah ini, jenis sel terbanyak adalah granulosit
(polimorfonukleus, PMN) (Ganong, 2009).
Sel darah putih (leukosit) dapat dibagi menjadi dua kelompok besar
yakni kelompok fagosit dan imunosit. Granulosit yang mencakup tiga jenis sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
yakni sel netrofil (polimorfonuklear), eosinofil dan basofil beserta monosit
membentuk kelompok fagosit (Hoffbrand, Pettit, and Moss, 2005).
Sel netrofil memiliki inti padat khas yang terdiri atas dua sampai lima
lobus dan sitoplasma yang pucat, dengan garis batas yang tidak beraturan
mengandung banyak granula merah muda-biru (azurofilik) atau warna kelabu-
biru. Prekursor netrofil secara normal tidak tampak dalam darah tepi normal tetapi
tedapat dalam sumsum tulang. Prekursor paling awal dapat dikenali adalah
mieloblas (Hoffbrand et al, 2005).
Waktu paruh rata-rata sel netrofil dalam sirkulasi adalah 6 jam. Untuk
dapat mempertahankan kadar normal dalam peredaran darah diperlukan
pembentukkan lebih dari 100 miliar neurofil per hari (Ganong, 2008). Neutrofil
dalam pewarnaan berwarna ungu/netral karena dapat menyerap pewarna asam
maupun basa, sehingga tampaknya berwarna ungu (Pearce, 2009).
Monosit biasanya berukuran lebih besar dari leukosit darah tepi lainnya
dan mempunyai inti sentral atau berlekuk dengan kromatin yang menggumpal.
Sitoplasmanya yang banyak berwarna biru dan mengandung banyak vakuol halus.
Prekursor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan promonosit) (Hoffbrand
et al, 2005).
Eosinofil mirip dengan netrofil, kecuali granula sitoplasmanya lebih
kasar, lebih berwarna merah tua, dan jarang dijumpai lebih dari tiga lobus inti. Sel
eosinofil memasuki eksudat inflamatorik dan berperan khusus dalam respons
alergi, pertahanan terhadap parasit dan pembuangan fibrin yang terbentuk selama
inflamasi (Hoffbrand et al, 2005).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Eosinofil memiliki waktu paruh dalam sirkulasi yang singkat, dan ditarik
ke permukaan endotel oleh selektin berikatan dengan integrin yang melekatkan
sel ini ke dinding pembuluh serta masuk ke jaringan melalui diapedesis. Eosinofil
akan mengeluarkan berbagai protein, sitokin dan kemokin yang menimbulkan
peradangan dan mampu membunuh organisme yang masuk kedalam tubuh
(Ganong, 2008).
Basofil jarang ditemukan dalam darah tepi normal. Sel ini mempunyai
granula sitoplasma yang gelap menutupi inti serta mengandung heparin dan
histamin (Hoffbrand et al, 2005). Basofil menyerap pewarna basa dan pada
pengamatan berwarna biru. Peranan basofil memasuki jaringan dan membebaskan
beberapa protein dan sitokin. Jumlahnya lebih sedikit dibanding sel leukosit
lainnya (Pearce, 2009).
Sel darah putih (leukosit) berperan penting dalam sistem pertahanan
tubuh (sistem imun). Granulosit dan monosit mempunyai peranan dalam
perlindungan tubuh terhadap mikroorganisme dengan cara memakan bakteri-
bakteri yang masuk ke peredaran darah, kemampuan memakan organisme asing
oleh granulosit dan monosit ini dinamakan fagositosis. Dengan kekuatan gerakan
amuboid pada granulosit dan monosit dapat bergerak bebas masuk keluar
pembuluh darah untuk mengepung daerah yang terkena infeksi atau cedera,
menangkap organisme hidup dan menghancurkannya, menyingkirkan kotoran-
kotoran. Secara khusus, pada granulosit memiliki enzim yang dapat memecah
protein yang memungkinkan merusak jaringan hidup, menghancurkan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
membuangnya. Dengan cara demikian, jaringan yang sakit atau terluka dapat
diperbaiki (Pearce, 2009).
Limfosit dihasilkan dari jaringan sistem retikuloendotelial dan kelenjar
limfe. Bentuknya ada yang besar dan kecil, jumlahnya sekitar 20-25 % (Ganong,
2009). Limfosit merupakan sel yang kompeten secara imunologik dan membantu
fagosit dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi dan invasi asing lain. Limfosit
terdiri dari dua jenis yakni sel B dan T. Pada manusia, sel B berasal dari sel
induk sumsum tulang dan pada sel T awalnya berasal dari sel induk sumsum
tulang tetapi bermigrasi ke timus tempat berdiferensiasi menjadi sel T matur
(Hoffbrand et al, 2005).
3. Trombosit
Trombosit dihasilkan dalam sumsum tulang melalui fragmentasi
sitoplasma megakariosit. Pengatur utama produksi trombosit adalah trombopoietin
yang dihasilkan oleh ginjal dan hati. Lama hidup trombosit yang normal sekitar 7-
10 hari ( Hoffbrand et al, 2005).
Trombosit adalah fragmen megakariosit yang ditemukan pada darah tepi
dan berperan dalam proses pembekuan darah. Ukuran trombosit sekitar 2-5 µm.
Pada orang dewasa jumlah normal trombosit adalah 150-300 x 109 trombosit per
liter darah (WHO, 2003). Trombosit merupakan elemen terkecil dalam pembuluh
darah, teraktivasi setelah kontak dengan permukaan dinding endotelia (Depkes RI,
2011).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
E. Cairan Plasma Darah
Plasma darah adalah cairan berwarna kuning yang dalam reaksi bersifat
sedikit alkali. Komposisi plasma dan bahan-bahan yang terkandung didalam
plasma adalah sebagai berikut: air, protein (albumin, fibrinogen, protrombin,
globulin), mineral (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam dari kalsium,
fosfor, magnesium dan besi), bahan organik (asam urat, kreatinin, lemak, glukosa,
urea, kolestrol, asam amino), gas (oksigen, karbondioksida), hormon, enzim,
antigen (Pearce, 2009).
Hampir 90% plasma terdiri atas air. Volume plasma normal adalah
sekitar 5% dari berat badan. Plasma menggumpal bila didiamkan dan tetap
berwujud cair jika ditambahkan antikoagulan. Bila darah lengkap dibiarkan
menggumpal dan gumpalanya diambil, maka sisa cairannya disebut serum. Pada
dasarnya plasma dan serum memiliki komposisi yang sama namun ada beberapa
kandungan protein yang tidak ada pada serum. Perbedaan plasma dan serum
yakni, pada serum tidak terdapat fibrinogen dan pada plasma masih ada fibrinogen
(Ganong, 2008).
Fungsi plasma darah adalah sebagai medium/pengantara untuk
penyaluran makanan, mineral, lemak, glukosa, dan asam amino ke jaringan dan
medium untuk mengangkut bahan buangan misalnya urea, asam urat (Pearce,
2009).
Salah satu protein plasma adalah albumin. Albumin dalam keadaan
normal terdapat 3-5 gram albumin dalam tiap 100 ml darah. Albumin berperan
pada tekanan osmostik yang mempertahankan volume darah, menyediakan protein
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
untuk jaringan. Protein plasma yang lain lagi adalah globulin, fibrinogen dan
protrombin. Globulin merupakan antibodi yang melindungi tubuh. Fibrinogen
berperan dalam koagulasi/pembekuan darah. Protrombin, sebagai prekursor
terbentuknya trombin dalam mekanisme pembekuan darah (Pearce, 2009).
F. Pemeriksaan Terhadap Sistem Hematologi (Hitung Darah Lengkap)
Hasil pemeriksaan laboratorium merupakan informasi yang berharga
untuk membedakan diagnosis, mengkonfirmasi diagnosis, menilai status klinik
pasien, mengevaluasi efektivitas terapi dan munculnya reaksi obat yang tidak
diinginkan (Depkes RI, 2011).
Interpretasi hasil pemeriksaan laboratorium oleh apoteker bertujuan
untuk:
a. Menilai kesesuaian terapi (contoh: indikasi obat, ketepatan pemilihan obat,
kontraindikasi obat, penyesuaian dosis obat, risiko interaksi obat),
b. Menilai efektivitas terapi (contoh: efektivitas pemberian kalium diketahui
melalui kadar kalium dalam darah, efektifitas allopurinol di ketahui dari
menurunnya kadar asam urat),
c. Mendeteksi dan mencegah reaksi obat yang tidak dikehendaki (contoh:
penurunan dosis siprofloksasin hingga 50% pada kondisi klirens kreatinin
<30mL/menit),
d. Menilai kepatuhan penggunaan obat (contoh: kepatuhan pasien dalam
menggunakan obat antidiabetik oral diketahui dari nilai HbA1c, kepatuhan
penggunaan statin diketahui dari kadar kolesterol darah), dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
e. Mencegah interpretasi yang salah terhadap hasil pemeriksaan (Depkes RI,
2011).
Hasil pemeriksaan laboratorium dapat dinyatakan sebagai angka
kuantitatif, kualitatif atau semikuantitatif. Hasil kuantitatif berupa angka pasti atau
rentang nilai. Hasil kualitatif dinyatakan sebagai nilai positif atau negatif tanpa
menyebutkan derajat positif atau negatifnya. Hasil semikuantitatif adalah hasil
kualitatif yang menyebutkan derajat positif atau negatif tanpa menyebutkan angka
pasti (contoh: 1+, 2+, 3+) (Depkes RI, 2011).
Tes labotratorium yang paling umum dilakukan adalah hitung darah
lengkap (HDL). Tes ini dilakukan untuk memeriksa jenis sel dalam darah
termasuk sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit (The Aids InfoNet,
2012).
1. Tes sel darah merah
Sel darah merah yang disebut juga sebagai eritrosit berfungsi untuk
mengangkut oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Fungsi ini dapat dapat
diukur melalui beberapa macam tes yaitu:
a. Hitung sel darah merah
b. Tes hemoglobin
c. Tes hematokrit
Pada hitung sel darah merah (Red Blood Cell count/RBC) berguna untuk
menghitung jumlah total sel darah merah. Tes hemoglobin untuk mengetahui
jumlah protein hemoglobin dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut
oksigen dari paru ke seluruh jaringan tubuh. Tes hematokrit (Hct) untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. Eritrosit,
hemoglobin dan hematokrit yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia (The
Aids InfoNet, 2012).
Hitung sel darah merah dapat dilakukan dengan menghitung/mengukur
MCV, RDW, MCH, dan MCHC. Red Blood Cell Distribution Width (RDW)
mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu
mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin (The Aids InfoNet,
2012)
Mean Corpuscular Volume (MCV) adalah indeks untuk menentukan
ukuran sel darah merah. Rentang normal MCV antara 80-100 fl bermanfaat untuk
menggolongkan anemia kedalam anemia mikrositik (MCV <80 fl), normositik
(MCV=80-100 fl), atau makrositik (MCV>100 fl) (Waterbury, 1998).
Implikasi klinik MCV dapat berupa penurunan maupun peningkatan
MCV yang signifikan dari range normal. Penurunan nilai MCV terlihat pada
pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia, disebut juga
anemia mikrositik. Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati,
alcoholism, terapi antimetabolik, kekurangan folat/vitamin B12, dan terapi
valproat, disebut juga anemia makrositik. Pada anemia sel sabit, nilai MCV
diragukan karena bentuk eritrosit yang abnormal. Perhitungan/ rumus MCV
adalah sebagai berikut: MCV (femtoliter) = 10 x Hct (%) : Eritrosit (106 sel/μL) (
Depkes RI, 2011).
Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin (MCH) adalah nilai yang
mengindikasikan berat Hb rata-rata (normokromik, hipokromik, hiperkromik) sel
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
darah merah. MCH dapat digunakan untuk mendiagnosa anemia ( Depkes RI,
2011).
Implikasi Klinik MCH dapat berupa peningkatan atau penurunan MCH
yang ekstrim dari batas nilai normal. Peningkatan MCH mengindikasikan anemia
makrositik sedangkan penurunan MCH mengindikasikan anemia mikrositik.
Perhitungan : MCH (picogram/sel) = hemoglobin/sel darah merah (Depkes RI,
2011).
Indeks Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration (MCHC)
merupakan indeks untuk mengukur konsentrasi Hb rata-rata dalam sel darah
merah. Perhitungan MCHC tergantung pada Hb dan Hct. Rumus perhitungan
MCHC adalah: MCHC = hemoglobin/hematokrit dan nilai normal MCHC adalah:
32 – 36 g/dL (Depkes RI, 2011).
Implikasi Klinik dari MCHC adalah adanya penurunan MCHC pada
pasien kekurangan besi, anemia mikrositik, anemia karena piridoksin, talasemia
dan anemia hipokromik dan peningkatan MCHC pada sferositosis, bukan anemia
pernisiosa (Depkes RI, 2011).
2. Tes sel darah putih
Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam
tubuh. Hitung Sel Darah Putih (White Blood Cell Count/WBC) adalah jumlah
total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya
berarti tubuh sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah
dengan sumsum tulang biasanya berupa penurunan proliferasi sumsum tulang,
produksi sumsum tulang yang tidak efektif. Leukosit rendah disebut leukopenia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
atau sitopenia, berarti tubuh kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis
(differential) menghitung lima jenis sel darah putih: limfosit, monosit, neutrofil,
eosinofil, basofil (Waterbury, 1998).
Persentase masing-masing hitung jenis leukosit (limfosit, monosit,
neutrofil, eosinofil, basofil) dikalikan leukosit untuk mendapatkan jumlah absolut.
Perhitungannya adalah jumlah absolut = total sel darah putih x persen diferensial
masing-masing tipe sel. Misalnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000,
limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 = 3000 (Waterbury, 1998).
3. Pemeriksaan trombosit
Pemeriksaan/uji fungsi trombosit berguna untuk mengukur aktivitas
agregasi/pembekuan trombosit (Hoffbrand, 2005). Peningkatan trombosit
(trombositosis) berhubungan dengan kanker, polisitemia vera, sirosis, dan
rheumatoid artritis. Penurunan trombosit (trombositopenia) berhubungan dengan
anemia hemolotik, anemia aplastik, anemia pernisiosa, leukemia dan multiple
myeloma. Obat-obatan seperti heparin, kinin, asam valproat, antineoplastik,
penisilin dapt menyebabkan trombositopenia (Depkes RI, 2011).
G. Toksisitas
Toksisitas merupakan kualitas/kemampuan suatu senyawa dalam
menimbulkan racun/kerusakan pada organ-organ makhluk hidup. Untuk
mengetahui kemampuan dan karakteristik suatu senyawa toksik selama
pemejanan maupun setelah pemejanan, perlu dilakukan uji toksisitas. Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
toksisitas memberikan informasi tentang bahaya kesehatan akibat paparan
senyawa/bahan tertentu pada tubuh (Dandan, 2012).
Manusia biasanya terpejan banyak jenis bahan alami maupun bahan
sintesis. Pada keadaan tertentu, pajanan ini berefek buruk bagi kesehatan, yang
mungkin menyebabkan kematian atau hanya menimbulkan perubahan biologik
saja. Keracunan terjadi ketika ada pemejanan senyawa toksik pada tubuh
mahkluk hidup. Setelah pemejanan senyawa toksik akan mengalami proses
absorbsi, distribusi, metabolisme dan eliminasi. Pemejanan senyawa toksik ini
akan terabsorbsi dari tempat pemejanan, kemudian racun/metabolitnya akan
mengalami distribusi ke tempat sel sasaran/reseptor tertentu. Di tempat aksi inilah
kemudian terjadi interaksi antara senyawa toksik/metabolitnya dengan komponen
penyusun sel sasaran atau dengan resptor. Semua efek toksik ini terjadi karena
interaksi biokimiawi antara senyawa toksik/metabolit toksik dengan struktur
reseptor tertentu dalam tubuh (Lu, 1995).
Ketoksikan suatu senyawa ditentukan oleh keberadaan (kadar dan lama
tinggal) senyawa toksik atau metabolitnya ditempat aksi dan keefektifan
interaksinya (mekanisme aksi). Hal ini tergantung pada kondisi pemejanan dan
kondisi makhluk hidup (Donatus, 2001).
1. Definisi toksikologi
Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang hakikat dan
mekanisme efek toksik berbagai bahan kimia terhadap mahkluk hidup dan sistem
biologik lainnya. Ilmu ini juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kekerapan efek yang ditimbulkan oleh xenobiotika sehubungan dengan
pemejanannya. (Lu, 1995).
2. Asas umum toksikologi
Asas umum toksikologi meliputi kondisi pemejanan dan kondisi
makhluk hidup. Kondisi pemejanan merupakan semua faktor yang menentukan
keberadaan racun ditempat aksi tertentu dalam tubuh, yang berkaitan dengan
pemejanannya pada diri makhluk hidup. Kondisi pemejanan meliputi jenis, jalur,
lama kekerapan dan saat takaran pemejanan racun. Ada dua jenis pemejanan
yakni pemejanan akut dan pemejanan kronis. Jenis pemejanan ini berkaitan erat
dengan lama dan kekerapan pemejanan yang merupakan batas kurun waktu
pemejanan terhadap makhluk hidup. Lama dan kekerapan pemejanan dapat
mempengaruhi wujud dan ketoksikan racun (Donatus, 2001).
Kondisi mahkluk hidup adalah keadaan fisologi serta patologi makhluk
hidup yang dapat mempengaruhi ketersediaan racun di sel sasaran dan keefektifan
antaraksi antara keduanya (keadaan fisiologi dan patologi makhluk hidup).
Keadaan fisilogi mencakup berat badan, umur, jenis kelamin, kehamilan, suhu
tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kecepatan alir darah, status gizi,
genetika, irama siskardian dan diurnal, sedangkan keadaan patologi meliputi
keadaan penyakit yang dialami makhluk hidup (Donatus, 2001).
3. Mekanisme, wujud, dan sifat efek toksik racun
Mekanisme aksi toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga bagian
yakni berdasarkan sifat dan tempat kejadian (fenomena patologi), berdasarkan
sifat antaraksi racun (toksidinamik) dan tempat aksinya dan berdasarkan resiko
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
penumpukan racun dalam gudang penyimpanan tubuh. Respons efek toksik
merupakan sesuatu proses dimana sel, jaringan, dan organ menanggapi adanya
luka dan kerusakan dalam diri komponen-komponen tubuhnya (Donatus, 2001)..
Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari respons toksik. Pada dasarnya
wujud efek toksik sesuatu racun dapat berupa perubahan atau kekacauan biokimia,
fungsional dan struktural. Ketiga wujud efek toksik ini memiliki sifat yang khas
yakni terbalikkan dan tak terbalikkan. Respon biokimiawi dan fungsional bersifat
timbal balik atau terbalikkan sedangkan respon struktural terbalikan atau tak
terbalikan (Donatus, 2001).
4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ketoksikan racun
Pada dasarnya, aneka ragam faktor yang dapat mempengaruhi ketoksikan
racun dapat digolongkan menjadi dua, yakni faktor yang bersal dari racun (faktor
intrinsik racun) dan faktor yang berasal dari makhluk hidupnya (faktor intrinsik
makhluk hidup).
Racun merupakan zat kimia. Karena itu ketoksikan racun tak lepas dari
sifat fisika dan sifat kimia bawaan racun tersebut. Faktor intrinsik racun meliputi
faktor kimia, kondisi pemejanan, pengolahan, pengawetan, pengentalan, dan
pengepakkan. Bergantung pada sifat dan berbagai proses yang dapat
mempengaruhi sifat racun maka berbagai faktor tersebut dapat mempengaruhi
keefektifan translokasi atau antaraksi racun dengan tempat aksinya.
Faktor intrinsik makhluk hidup merupakan kondisi fisiologi (berat badan,
umur, suhu tubuh, kecepatan pengosongan lambung, kapasitas fungsional
cadangan, penyimpanan racun, kecepatan alir darah, status gizi, jenis kelamin,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
kehamilan, genetika, irama siskardian, irama diurnal) dan kondisi patologi pada
makhluk hidup (penyakit) (Donatus, 2001).
5. Uji ketoksikan
Uji ketoksikan dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji ketoksikan
khas dan uji ketoksikan tak khas. Uji ketoksikan tak khas merupakan uji
ketoksikan yang dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek
toksik suatu senyawa pada aneka ragam jenis hewan uji. Uji ketoksikan tak khas
meliputi uji ketoksikan akut, subkronis, dan kronis. Uji ketoksikan khas sendiri
merupakan uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara rinci efek yang khas
suatu senyawa pada aneka jenis ragam hewan uji. Yang termasuk pada golongan
ini adalah uji potensiasi, uji kekarsinogetikan, kemutagenikan, keteratogenikkan,
reproduksi, kulit dan mata, dan perilaku (Donatus, 2001).
H. Toksisitas Subkronis
Uji ketoksikan subkronis (biasanya disebut juga uji ketoksikan subakut).
Uji ketoksikan ini merupakan uji ketoksikan sesuatu senyawa yang diberikan
dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu, selama kurang lebih tiga bulan
(Donatus 2001). Meskipun demikian beberapa peneliti menggunakan jangka
waktu yang lebih pendek, misalnya pemberian zat selama 14 hari dan 28 hari (Lu,
1995).
Uji ketoksikan subkronis dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan
mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa yang diuji dan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
memperlihatkan apakah spektrum efek toksik senyawa uji tersebut berkaitan
denagn takaran dosis (Donatus, 2001).
Takaran dosis yang diberikan pada hewan uji terdiri dari beberapa
peringkat dosis. Setiap kelompok perlakuan harus menerima dosis toksik yang
dapat membunuh beberapa hewan uji atau yang memperlihatkan gejala- gejala
toksik yang nyata. Sedangkan kelompok lainnya harus menerima takaran dosis
yang sama sekali tidak menimbulkan efek atau gejala toksik. Takaran dosis
senyawa ini, diberikan sekali sehari selama kurun waktu uji ketoksikan subkronis
berlangsung, melalui jalur pemberian sesuai dengan yang biasanya digunakan
oleh manusia (Donatus, 2001).
Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan
subkronis meliputi:
1. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali
2. Asupan makan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan diukur
paling tidak 7 hari sekali
3. Gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari
4. Pemeriksaan hematologi paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan pada
akhir uji coba
5. Pemeriksaaan kimia darah, diperiksa pada awal dan pada akhir uji coba
6. Analisis urin paling tidak sekali
7. Pemeriksaan histopatologi pada akhir uji coba (Donatus, 2001).
Hasil uji ketoksikan subkronis akan memberikan informasi yang
bermanfaat tentang efek toksik utama senyawa uji dan organ-organ sasaran yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
dipengaruhinya. Selain itu, dapat juga memberikan informasi tentang
perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran dosis yang tidak
teramati pada uji ketoksikan akut, kekerabatan antar kadar senyawa dalam darah
dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik dan keterbalikan (reversibilitas)
efek toksik. Selanjutnya hasil yang diperoleh dari uji ketoksikan subkronis dapat
digunakan untuk merancang uji ketoksikan kronis (Donatus, 2001).
I. Darah Sebagai Target Efek Toksik
Ada banyak zat yang dapat mengganggu fungsi eritrosit misalnya
karbonmonooksida (CO), timbal (Pb), nitrit, nitrat, amin aromatis,dan senyawa
klorat dapat mengoksidasi besi yang ada pada hemoglobin, yang kemuadian
membentuk methemoglobin. Arsen, metilen blue, naftalen, fenilhidrazin dan
primaquin dapat mengikat membran eritrosit dan dapat mendenaturasi
hemoglobin (Priyanto, 2009).
Platelet berperan dalam pembekuan darah, hal ini terjadi bila kehilangan
darah akibat cedera. Beberapa zat dapat mengganggu proses pembekuan darah
misalnya obat-obatan anti kanker yang mendepresi sum-sum tulang belakang
sehingga menghambat produksi platelet, warfarin mencegah pembentukkan fibrin
dan asam salisilat mengurangi agregasi trombosit (Priyanto,2009).
Sel darah putih (leukosit) berperan dalam fagositosis terhadap sel-sel
mikroorganisme patogen. Fungsi lain dari leukosit yakni melakukan respon imun,
inflamasi nyeri dan panas. Benzene dan kloramfenikol dapat menyebabkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
proliferasi leukosit berlebihan akibatnya fungsi leukosit menjadi terganggu
(Priyanto, 2009).
J. Keterangan Empiris
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis pada sistem
hematologi tikus jantan dan betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian uji toksisitas Subkronik daun sirsak (Annona muricata L.):
kajian terhadap sistem hematologi pada tikus jantan dan betina termasuk
penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan penelitian acak,
lengkap, pola searah.
B. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas
Dosis infusa daun sirsak. Dosis infusa daun sirsak adalah sejumlah mg serbuk
daun sirsak dalam bentuk sediaan infusa, tiap satuan kilogram berat badan subyek
uji.
b. Variabel tergantung
Sistem hematologi subyek uji (kadar hemoglobin, eritrosit, hematokrit,
leukosit, MCV, MCH, MCHC, RDW, trombosit, hitung jenis limfosit, hitung
jenis monosit, hitung jenis neutrofil, hitung jenis eosinofil, hitung jenis basofil,
LED jam I dan LED jam II). Efek yang ditimbulkan pada perubahan range kadar
sistem hematologi setelah pemberian infusa daun sirsak menjadi parameter
penilaian secara kuantitatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
c. Variabel pengacau terkendali
1) Hewan uji
Hewan uji terdiri dari tikus putih jantan dan betina galur Sprague Dawley,
berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus sehat,
diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2) Bahan uji
Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,
memiliki warna yang hijau dan segar. Daun sirsak yang diperoleh dari Jalan
Kaliurang, Km 10, Sleman-Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan
Mei-Juni, 2012.
d. Variabel pengacau tak terkendali
Keadaan fisiologi dan patologi hewan uji: walaupun keadaan fisik subjek uji
dalam keadaan sehat, hal ini belum menjamin bahwa sistem hematologi juga
berstatus sehat/normal.
2. Definisi Operasional
a. Infusa daun sirsak
Infusa daun sirsak diperoleh dengan cara merebus serbuk kering daun sirsak
sebanyak 6,0 gram dalam pelarut aquadest 100,0 ml pada suhu 900C selama 15
menit, kemudian disaring menggunakan kain flannel.
b. Uji ketoksikan subkronis
Uji ketoksikan Subkronis merupakan uji ketoksikan infusa daun sirsak yang
diberikan sekali sehari selama 30 hari secara per oral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
c. Sistem hematologi
Sistem hematologi mencakup komponen-komponen darah rutin lengkap
meliputi kadar hemoglobin, kadar eritrosit, kadar hematokrit, leukosit, MCV,
MCH, MCHC, RDW, trombosit (PLT), hitung jenis ( limfosit, monosit, neurofil,
eosinofil, basofil), LED jam I, dan LED jam II.
C. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat penelitian
a. Alat-alat gelas (pyrex) yang terdiri dari beaker glass, batang pengaduk, gelas
ukur, corong digunakan dalam penyiapan dan pembuatan infusa daun sirsak
b. Blender digunakan untuk menghancurkan daun sirsak menjadi serbuk
c. Panci infusa digunakan untuk membuat sediaan infusa daun sirsak
d. Timbangan (analytical balance) untuk penimbangan berat badan tikus dan
pakan tikus
e. Kandang tikus (metabolic cage) sebagai tempat karantina tikus selama proses
penelitian
f. Jarum suntik per oral yang digunakan sebagai media pemberian infusa daun
sirsak secara per oral
g. Kamera untuk mendokumentasikan hal-hal penting terkait penelitian
h. Pipa kapiler untuk pengambilan darah tikus jantan dan betina melalui sinus
orbitalis
i. Tabung darah (Aquisel) yang sudah diberi EDTA digunakan untuk
menampung darah tikus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
j. Automathic Hematology Analyzers merk Sysmex XT-2000i digunakan untuk
pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi
2. Bahan Penelitian
a. Subyek uji
Subyek uji yang digunakan adalah tikus putih jantan dan betina galur Sprague
Dawley, berat badan 170-280 gram, berumur 2-3 bulan, keadaan fisik berstatus
sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
b. Bahan uji
Daun sirsak yang dipilih adalah daun antara pucuk dan pangkal daun,
memiliki warna yang hijau dan segar, mulus tidak berbintik . Daun sirsak ini
diperoleh dari Jalan Kaliurang, Km 10 Sleman-Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta pada bulan Mei-Juni, 2012.
c. Kontrol negatif
Kontrol negatif berupa aquadest yang diperoleh dari Laboratorium
Farmakologi-Toksikolgi, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma,
Yogyakarta.
d. Air reverse osmosis
Air reverse osmosis merupakan minuman subyek uji yang diberikan tiap hari
sejumlah 120 ml, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
e. Pelet AD-2
Pelet AD-2 merupakan pakan subyek uji yang diberikan tiap hari sejumlah 20
gram, di peroleh dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta.
f. Pereaksi Toluene P
Pereaksi toluene P sebagai pelarut pada penetapan kadar air serbuk daun
sirsak kering dengan metode destilasi.
D. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi daun sirsak
Determinasi daun sirsak dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri
tanaman sirsak terutama terkait ciri-ciri daun sirsak dengan buku acuan Flora
untuk Sekolah Indonesia karangan Steenis (1975).
Determinasi daun sirsak dikaji dan disahkan oleh Bapak Yohanes
Dwiatmaka, M.Si, sebagai Dosen Farmakognosi dan Fitokimia, Fakultas Farmasi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan uji daun sirsak
Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak dengan ciri daun yang
segar, mulus, tidak berbintik, tidak mengkerut akibat gigitan ulat. Daun yang
dipilih adalah daun berkualitas, daun antara pucuk dan pangkal daun, yang tidak
terlalu muda dan daun yang berwarna hijau tua. Daun sirsak diperoleh hanya dari
satu wilayah yakni wilayah Kaliurang, daerah Sleman, Yogyakarta pada bulan
Mei-Juni, 2012.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
3. Pembuatan simplisia serbuk daun sirsak
Daun sirsak yang telah dipetik dari kebun, dibersihkan terlebih dahulu dari
debu yang menempel pada daun dengan cara diusap dengan tissue kering atau
kain lap. Selanjutnya daun sirsak di cuci dengan air mengalir kemudian
dikeringkan lagi dengan tissue kering atau kain lap.
Setelah proses pencucian dan pengeringan maka daun sirsak di iris-iris halus dan
kemudian di oven dengan suhu 500 C selama 3 hari atau 72 jam. Daun sirsak yang
telah dioven, dihaluskan menjadi simplisia serbuk dengan cara diblender, lalu
diayak dengan ayakan no.40.
Simplisia serbuk daun sirsak ditempatkan dalam stoples kering yang
kemudian ditutup rapat untuk meminimalkan kontaminasi dengan lingkungan.
4. Penetapan kadar air daun sirsak
Penetapan kadar air serbuk daun sirsak dengan metode destilasi toluene P.
Sebanyak 50 mg serbuk daun sirsak dimasukkan ke dalam labu destilasi kemudian
ditambahkan 200 ml pelarut toluene selanjutnya labu destilasi dipasang pada
rangkaian alat destilasi. Panaskan labu dengan hati-hati selama 15 menit, tunggu
sampai toluene mendidih sehingga terjadi penyulingan dengan kecepatan 2 tetes
tiap detik.
Setelah semua air tersuling, naikkan kecepatan penyulingan hingga 4 tetes
tiap detik. Destilasi dihentikan setelah 30 menit air tidak lagi bertambah dalam
tabung penampung. Kadar air daun sirsak dihitung dalam %.
5. Penetapan dosis infusa daun sirsak
Penentuan peringkat dosis berdasarkan pengobatan di masyarakat sehari-
hari, yaitu menggunakan kurang lebih 10 lembar daun sirsak, setara dengan 2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
gram. Maka dosis yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 g/70 kgBB
manusia. Diperoleh Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence
and Bacharach, 1964).
Dosis untuk berat badan tikus 200 g = 0,018 x 2 g = 0,036 g/200gBB tikus
Dosis untuk berat badan tikus 1 gram = 1000/200× 0,036 = 0, 18 mg/gBB
= 180 mg/kgBB
Penetapan dosis infusa daun sirsak berdasarkan hasil orientasi diperoleh
konsentrasi infusa daun sirsak (C): 6,0 gram/100 ml. Untuk memperoleh dosis
tertinggi infusa daun sirsak, maka dihitung menggunakan konsentrasi 6,0
gram/100ml dengan rumus:
D X BB = C X V
D x 300 gram = 6 g/100 ml x 2,5 ml
D = 0, 0005 g/gBB
D = 0, 5 mg/gBB
D = 500 mg/kg BB
Dari dosis peringkat tinggi dan peringkat rendah dicari faktor pengali yang
berguna untuk peringkat dosis.
Faktor pengali =
= = 1, 67
Peringkat dosis yang didapatkan terdiri dari empat peringkat dosis yaitu:
Dosis I= 108 mg/kgBB, dosis II= 180 mg/kgBB, dosis III= 301 mg/kgBB, dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
IV= 503 mg/kgBB. Kontrol negatif digunakan aquadest dengan volume
pemberian 8333 mg/kgBB karena konsentrasi aquadest 1 g/ml.
6. Pembuatan infusa daun sirsak
Serbuk ditimbang sebanyak 6,0 gram kemudian dilarutkan dalam panci
infusa dengan aquades 150 ml, dipanaskan di atas tangas air selama 15 menit
terhitung mulai suhu mencapai 900C sambil sekali-sekali diaduk. Diserkai selagi
panas dengan kain flanel, kemudian ditambahkan air panas secukupnya pada
ampas hingga diperoleh volume infusa sebanyak 150 ml.
7. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan berjumlah 50 ekor (25 ekor jantan dan 25 ekor
betina) berasal dari galur Sprague Dawley. Ditempatkan dalam metabolic cage.
Pada setiap metabolic cage ditempatkan satu tikus. Sebelum perlakuan hewan uji
diadaptasikan dengan lingkungan terutama dalam tempat metabolic cage selama 3
hari.
8. Prosedur pelaksanaan penelitian
Lima puluh tikus jantan dan betina yang ditempatkan dalam metabolic
cage, dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai
kontrol negatif berupa aquadest dosis 8333 mg/kgBB, kelompok II – V sebagai
kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak berturut turut dengan dosis
108; 180; 301; dan 503 mg/kgBB dengan kekerapan sekali sehari selama 30 hari
secara per oral. Sebelum diberi perlakuan, semua tikus diambil darahnya,
ditampung dalam tabung effendorf yang berisi antikoagulan heparin untuk
penentuan pada sistem hematologi. Pada hari ke-31, dilakukan pengambilan darah
untuk penentuan pada sistem hematologi (sama seperti diawal penelitian).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
9. Pengamatan
a. Pengamatan perubahan berat badan
Pengamatan terhadap berat badan dilakukan dengan cara menimbang berat
badan tikus setiap hari.
b. Pengukuran jumlah konsumsi pakan
Jumlah pakan yang diberikan tiap hari sejumlah 20 gram per tikus, kemudian
hari berikutnya menimbang sisa pakan yang tidak habis kemudian dan dicatat
sebagai jumlah pakan yang dapat dikonsumsi dalam satu hari.
c. Pengukuran jumlah konsumsi minum (air reverse osmosis)
Jumlah air reverse osmosis yang diberikan tiap hari sebanyak 150 ml.
Perhitungan jumlah minum tikus dilakukan dengan cara memeriksa sisa
minum hari pertama kemudian mengurangkannya dengan jumlah minum hari
kedua.
d. Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi
Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi menggunakan
automatic hematology analyzer Sysmex XT-2000i.
E. Analisis dan Evaluasi Hasil Penelitian
Pemeriksaan komponen-komponen sistem hematologi meliputi: Kadar
hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC,
RDW, jumlah trombosit, hitung jenis (limfosit, monosit, netrofil, eosinofil dan
basofil), LED jam I dan LED jam II. Hasil pengamatan pada kelompok hewan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
(tanpa perlakuan sediaan uji) sebagai pembanding bagi hasil pengamatan pada
kelompok perlakuan.
Data dan profil darah dianalisis dengan Kolmogorov-Smirnov untuk
mengetahui distribusi data tiap kelompok normal atau tidak normal. Jika analisis
distribusi data normal maka dilanjutkan dengan One Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95%, kemudian dilanjutkan dengan uji Scheffe untuk mengetahui
perbedaan masing masing kelompok perlakuan. Jika hasil analisis data dengan
Kolmogorov-Smirnov menunjukan distribusi data tidak normal maka dilakukan uji
lanjutan dengan analisis non-parametrik yakni uji Kruskall Wallis untuk melihat
perbedaan kadar komponen sistem hematologi antar kelompok dan kemudian
dilanjutkan uji Mann Whitney untuk mengetahui perbedaan uji tiap kelompok
perlakuan. Dilakukan juga uji paired-T test untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan signifikansi sebelum dan setelah perlakuan untuk tiap kelompok
(Dahlan, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ada tidaknya
efek toksik yang disebabkan oleh pemberian infusa daun sirsak secara subkronis
pada sistem hematologi tikus jantan dan betina dan secara khusus untuk untuk
mengungkapkan wujud efek toksik daun sirsak berupa perubahan/kekacauan
biokimia terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina yang dievaluasi dari
perubahan kadar sistem hematologi yang dibandingkan dengan kontrol serta untuk
mengungkapkan kekerabatan dosis infusa daun sirsak yang diberikan secara
subkronik terhadap perubahan sistem hematologi tikus jantan dan betina.
A. Hasil Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) bertujuan untuk
memastikan kebenaran identitas tanaman tersebut sehingga tidak menimbulkan
kesalahan dalam pengumpulan bahan. Determinasi tanaman sirsak dilakukan
dibawah bimbingan Bapak Yohanes Dwiatmaka, dosen Farmakognosi Fitokimia,
di Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses determinasi
ini di lakukan di laboratorium Farmakognosi-Fitokimia, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Hasil determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.) adalah sebagai
berikut:
1b-2b-3b-4b-5b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b-
128b-29b-135b-136b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156b-162b-
163a164b-165b-166a... (50. Annonaceae).
....................................................................1b...2. Annona
....................................................................1a... (Annona muricata L.).
Berdasarkan hasil determinasi tersebut maka daun yang digunakan dalam
penelitian ini adalah benar-benar berasal dari tanaman sirsak (Annona muricata
L.). Bukti hasil determinasi dinyatakan dalam surat keterangan determinasi dapat
dilihat pada lampiran 1.
B. Penetapan Kadar Air Daun Sirsak
Penetapan kadar air pada daun sirsak dilakukan dengan metode destilasi
toluene. Pemilihan penetapan kadar air menggunakan metode destilasi karena
dalam daun sirsak juga terdapat minyak atsiri yang mudah menguap, maka
metode destilasi merupakan metode yang sesuai (Farmakope Indonesia Edisi IV,
1995).
Tujuan penetapan kadar air ini adalah untuk mengetahui seberapa besar
kandungan kadar air yang terdapat dalam serbuk daun sirsak sehingga dapat
diketahui serbuk yang digunakan dalam penelitian ini memenuhi persyaratan
serbuk yang baik atau tidak. Hal ini terkait kemurnian dan ketahanan serbuk
terhadap kontaminan selama penyimpanan dalam jangka waktu tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Persyaratan serbuk yang baik yaitu mengandung kadar air tidak lebih dari 10%
(Menteri Kesehatan RI, 1994).
Hasil penetapan kadar air serbuk daun sirsak pada penelitian ini setelah
replikasi tiga kali dengan rata-rata 4,85 ml yang menunjukkan serbuk daun sirsak
mempunyai kadar air sebesar 9,7%. Dengan demikian, serbuk daun sirsak telah
memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
C. Hasil Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak Terhadap Sistem Hematologi Tikus Jantan dan Betina
Uji toksisitas subkronis ini bertujuan untuk menilai seberapa besar
spektrum efek toksik infusa daun sirsak pada sistem hematologi setelah pemberian
infusa daun sirsak secara oral selama 30 hari dan untuk melihat apakah ada
hubungan spektrum efek toksik yang ditimbulkan dengan takaran dosis. Penelitian
ini bertujuan untuk mengamati perubahan fungsi sistem hematologi apakah terjadi
perubahan/kekacauan biokimia berupa peningkatan atau penurunan kadar darah,
yang menimbulkan perbedaan range jika dilakukan penilaian terhadap nilai
normal komponen-komponen darah yang dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Dalam penelitian ini, subyek uji yang digunakan adalah tikus putih galur
Sprague Dawley dengan kisaran berat badan 150-300 gram dan berumur 2-3
bulan. Pemilihan hewan uji tikus Sprague Dawley mempunyai alasan karena
memiliki kemiripan absorbsi, distribusi, metabolisme maupun eksresi dengan
manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Hasil penelitian dan hasil pemeriksaan pada sistem hematologi secara
lengkap di peroleh bahwa pada pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak
menimbulkan kematian pada hewan uji. Pengamatan dan pemeriksaan terhadap
sistem hematologi tikus jantan dan betina dilakukan sebelum diberi perlakuan
infusa daun sirsak yaitu pada hari ke-1 penelitian dan sesudah perlakuan yakni
pada hari ke 31.
Pemeriksaan atau pengukuran kadar hematologi menggunakan alat Sysmex
XT- 2000i yaitu suatu sistem alat pengukuran hematologi secara otomatis yang
memanfaatkan kekuatan aliran neon cytometry dan hidrodinamik. Prinsip kerja
Sysmex XT- 2000i memiliki keunikan, yang dapat memberikan sensitivitas yang
diperlukan untuk mengukur dan membedakan jenis sel dalam darah utuh dan
cairan sampel tubuh. Teknologi fluorescent dan berfokus hidrodinamik
memungkinkan analisa yang mengklasifikasikan WBC normal, RBC, dan
populasi trombosit (Syxmex Amerika Inc, 2012).
Hasil pemeriksaan sistem hematologi dianalisis sebarannya dengan uji
statistik non parametrik yakni Kolmogorov-Smirnov untuk mengetahui normalitas
data. Selanjutnya dilakukan uji paired T-test untuk membandingkan nilai pre dan
post perlakuan apakah sama atau berbeda serta untuk memperoleh nilai
signifikansinya. Selanjutnya dilakukan uji One Way Anova dengan taraf
kepercayaan 95%. Tujuan pemilihan analisis dengan One Way Anova adalah
untuk membandingkan rata-rata dari tiga kelompok atau lebih dan juga untuk
memberikan informasi perbedaan antar kelompok. Tahap analisis lebih lanjut
setelah uji One Way Anova adalah uji Scheffe yang bertujuan untuk menegaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
perbandingan rata-rata antar kedua kelompok sampel. Apabila hasil uji normalitas
menunjukkan distibusi data tidak normal atau data tidak homogen maka uji yang
digunakan adalah uji Kruskal-Wallis dan selanjutnya uji Mann-Whitney.
1. Hasil pemeriksaan sistem hematologi pada tikus jantan
a. Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin tikus jantan
Hasil analisis hemoglobin tikus jantan (tabel I) menunjukkan perbandingan
rata-rata kadar hemoglobin pre dan post perlakuan dosis infusa daun sirsak
dan aquadest. Pada kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak 108
mg/kgBB dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna (p<0,05)
kadar hemoglobin pre dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari
sedangkan pada perlakuan dosis infusa daun sirsak 180; 301 mg/kgBB
menunjukkan perbedaan tak bermakna. Perbedaan bermakna ini mengandung
arti bahwa terjadi peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa
daun sirsak selama 30 hari berdasarkan nilai Mean±SEM. Pada perlakuan
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data Mean±SEM adalah pre perlakuan
15,82±0,32 dan post perlakuan 16,42±0,15. Analisis pre dan post ini,
menunjukkan peningkatan hemoglobin namun apabila dilihat perbandingan
antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji
Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel II). Maka dapat
disimpulkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada dosis 108 mg/kgBB
bersifat individual. Fenomena yang sama terlihat pada perlakuan infusa daun
sirsak 503 mg/kgBB dengan Mean ±SEM hemoglobin yaitu pre perlakuan
15,40±0,29 dan post perlakuan 16,66±0,20.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB dan 301
mg/kgBB, menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kadar
hemoglobin tikus jantan artinya perlakuan infusa daun sirsak tidak
menimbulkan perubahan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun
sirsak selama 30 hari. Hal ini disebabkan oleh karena kondisi fisiologi tikus
jantan dalam keadaan sehat dan normal sehingga kadar hemogloabin juga
normal. Dapat dievaluasi juga dari penambahan berat badan dari waktu ke
waktu (0-30 hari) (tabel LIII ) juga pola makan dan minum yang baik dan
normal karena tikus jantan dalam masa perkembangan (gambar 27 ).
Setelah analisis pre dan post perlakuan kadar hemoglobin, maka
tahap selanjutnya adalah analisis post perlakuan infusa daun sirsak kadar
hemoglobin selama 30 hari menggunakan One Way Anova yang akan
dibandingkan dengan kontrol. Tujuan analisis One Way Anova adalah untuk
membandingkan lebih dari dua rata-rata maka hal ini sesuai karena dalam
penelitian ini terdiri dari lebih dari dua rata-rata. Hasil uji normalitas kadar
hemoglobin menunjukkan nilai probabilitas 0,144 maka p>0,05. Distribusi
data hemoglobin pada tikus jantan adalah normal maka dapat dilakukan
analisis lanjutan One Way Anova yang bertujuan untuk menguji signifikansi
dan mengambil kesimpulan tentang perubahan kadar hemoglobin tikus jantan
setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari dibandingkan dengan
kontrol.
Hasil uji One Way Anova untuk kadar hemoglobin setelah perlakuan
infusa daun sirsak menunjukkan nilai signifikansi/nilai probabilitas sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
0,514 (p>0,05). Nilai probabilitas ini menggambarkan adanya perbedaan
tidak bermakna kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan.
Untuk menegaskan apakah terjadi perbedaan secara nyata perubahan
kadar hemoglobin yang bermakna antar kelompok perlakuan infusa daun
sirsak dibandingkan dengan kontrol aquadest maka dilakukan analisis post
hoct test (uji Scheffe) (lihat tabel II). Uji Scheffe digunakan juga untuk
menilai hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis perlakuan
infusa daun sirsak. Hasil yang diperoleh pada perlakuan antar kelompok
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna untuk semua dosis jika
dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
terdapat hubungan kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis
infusa daun sirsak. Sebagai penegasannya dapat dilihat pada diagram batang
(gambar 1), yang menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek
toksik dan dosis.
Perlakuan infusa daun sirsak dalam penelitian ini menunjukkan
peningkatan hemoglobin masih dalam range normal, dan peningkatan ini
bersifat individual. Dapat dikatakan juga bahwa konsumsi infusa daun sirsak
berguna untuk keadaan orang yang anemia sebab tidak menimbulkan
gangguan hemoglobin.
Anemia merupakan keadaan kekurangan hemoglobin. Peranan
hemoglobin sangat berguna sebagai alat transportasi oksigen dan
karbondioksida yang dibawa ke seluruh tubuh. Jadi, jika terjadi anemia maka
pasokan oksigen menjadi berkurang sehingga kebutuhan oksigen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
diperlukan oleh berbagai jaringan dan organ tubuh menjadi berkurang. Gejala
dan tanda anemia adalah pusing, lesu, kongjungtiva pucat, cepat lelah
(Waterbury, 1998).
Tabel I. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus
jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar Hemoglobin Nilai p Pre (g/dL)
Mean ±SEM Post (g/dL)
Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 15,82±0,32 16,42±0,15 0,034B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,36±0,24 15,92±0,73 0,537TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,62±0,20 15,92±0,54 0,549TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,40±0,29 16,66±0,20 0,001B
Kontrol Aquadest 8333 mg/kg BB 15,46±0,41 17,04±0,54 0,077TB TB= perbedaan tidak bermakna (p>0,05) B= perbedaan bermakna (p<0,05)
Gambar 1. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hemoglobin tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel II. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
b. Pemeriksaan terhadap kadar eritrosit tikus jantan
Hasil analisis kadar eritrosit (tabel III), menunjukkan perbandingan
rata-rata kadar eritrosit tikus jantan pada pre dan post perlakuan. Dapat
dilihat pada tabel III bahwa pada dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
terjadi peningkatan kadar eritrosit dari nilai Mean±SEM yakni pre
8,10±0,19 dan post 8,65±0,13 dengan nilai probabilitasnya kurang dari 0,05
(0,004<0,05) artinya terdapat perbedaan bermakna antara pre dan post
perlakuan infusa daun sirsak. Namun peningkatan ini, sangat kecil dan masih
dalam batas normal serta bersifat individual.
Selanjutnya untuk menilai apakah pada dosis ini memiliki perbedaan
secara nyata maka di lakukan uji Scheffe. Hasil uji Scheffe yang diperoleh
bahwa infusa daun sirsak 503 mg/kgBB memiliki perbedaan yang tidak
bermakna (tabel IV). Dengan hasil uji Scheffe ini yang menunjukkan
perbedaan yang tidak bermakna maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
2), juga menunjukkan tidak adanya hubungan kekerabatan dengan dosis.
Untuk infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, 180 mg/kgBB, 301 mg/kgBB, hasil
uji paired t-test menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel IV)
dengan nilai p>0,05. Untuk uji One Way Anova, hasil analisis menunjukkan
p= 0,717 maka P>0,05.
Jika diamati pada tabel IV, hasil analisis uji Scheffe menunjukkan
bahwa pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang
dibandingkan dengan kontrol memiliki perbedaan tidak bermakna. Dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek toksik
dan dosis, diagram batang (gambar 2) juga mempertegas hal tersebut. Nilai
eritrosit digunakan untuk memantau derajat anemia. Jadi, peningkatan
eritrosit dalam menunjukkan bahwa tikus jantan tidak mengalami anemia.
Tabel III. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritrosit darah
tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar Eritrosit
p Pre (juta/µL) Mean ±SEM
Post (juta/µL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 8,27±0,27 8,42±0,16 0,497TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 8,16±0,14 8,39±0,41 0,624TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8,14±0,24 8,46±0,28 0,377TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 8,10±0,19 8,65±0,13 0,004B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8,20±0,32 9,00±0,29 0,099TB TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Gambar 2. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eritrosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel IV. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest c. Pemeriksaan terhadap kadar hematokrit tikus jantan
Hasil analisis kadar hematokrit baik pada tabel V dan Tabel VI
menunjukkan bahwa pada pada semua peringkat dosis maupun kontrol
aquadest menunjukkan perbedaan tidak bermakna karena nilai
probabilitasnya semuanya lebih besar dari 0,05. Meskipun pada Tabel V
menunjukkan hasil uji paired T-test, nilai Mean±SEM untuk dosis tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
mengalami peningkatan maupun penurunan kadar hematokrit namun
perubahan kadar tersebut masih dalam batas normal dan bersifat individual.
Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p=0,673 (p>0,05), selanjutnya hasil
uji Scheffe untuk membandingkan data post kadar hematokrit dengan data
pada kelompok kontrol aquadest (tabel VI). Hal ini menunjukkan hasil
berbeda tidak bermakna yang menandakan tidak adanya efek toksisitas yang
dialami oleh tikus jantan serta mengungkapkan tidak adanya kekerabatan
spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar 3), dapat
diamati bahwa perbedaan mean pada pre dan post perlakuan tidak ada
hubungan spektrum efek toksik dengan dosis.
Nilai hematokrit menunjukkan presentase sel darah merah dalam
seluruh volume darah. Peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya
konsentrasi darah yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma
darah yang keluar dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit
maka konsentrasi darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia.
Dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai hematokrit.
Tabel V. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk mean±SEM
Perlakuan Kadar hematokrit
Nilai p Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 50,04±1,48 48,34±0,51 0,172TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 47,44±0,89 45,66±2,5 0,534TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 49,08±0,5 47,20±2,1 0,433TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 48,96±0,73 47,82±0,43 0,135TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 47,72±1,33 48,74±1,02 0,597TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Gambar 3. Diagram batang rata-rata ± SEMpengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hematokrit tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel VI. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit setelah pemberian infusa daun sirsak selama
30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest d. Pemeriksaan terhadap kadar leukosit tikus jantan
Analisis data kadar leukosit antara pre dan post perlakuan infusa daun
sirsak yang di uji dengan paired T-test menunjukkan bahwa data infusa daun
sirsak 180 mg/kgBB; 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB berbeda bermakna yakni
peningkatan jumlah leukosit setelah perlakuan infusa daun sirsak dilihat dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
nilai Mean±SEM. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai probabilitas
0,103 (p>0,05).
Hasil uji Scheffe (tabel VIII) yang membandingkan jumlah leukosit
post perlakuan dengan jumlah leukosit kelompok kontrol menunjukkan hasil
semua kelompok berbeda tidak bermakna. Hal ini berarti, tidak ditemukan
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Diagram batang pada
gambar 4, memperlihatkan penegasan tidak ada kekerabatan spektrum efek
toksik dan dosis.
Leukosit merupakan sel darah putih yang diproduksi oleh jaringan
hematopoetik. Peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan
adanya proses infeksi atau radang akut sedangkan penurunan jumlah leukosit
(leukopenia) menunjukkan infeksi juga terutama pada infeksi virus, malaria,
SLE. Pada penelitian ini menunjukkan peningkatan namun peningkatan
leukosit ini tidak bermakna, kemungkinan memang terjadi infeksi namun
infeksi ini tidak bermakna.
Tabel VII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan Kadar Leukosit
p Pre (µL)
Mean ±SEM Post (µL)
Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 10.104 ± 1190,06 14.938 ± 1700,79 0,080TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.906 ± 1.062, 29 14.660± 737,17 0,025 B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8.384 ± 1166, 12 13.634± 957,72 0,045 B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 9.154 ± 1067,33 14.098 ± 613,50 0,003 B Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8.908 ± 345,07 18.072 ± 1461,
805 0,005 TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Gambar 4. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar leukosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel VIII. Hasil uji Scheffe kadar leukosit tikus jantan setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest
e. Pemeriksaan terhadap kadar MCV tikus jantan
Hasil analisis kadar MCV dengan uji paired T-test (tabel IX), pada
kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB; 180 mg/kgBB memperlihatkan
perbedaan tidak bermakna sedangkan untuk infusa daun sirsak 301 mg/kgBB;
dan 503 mg/kgBB hasil uji paired T-test menunjukkan perbedaan yang
bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova diperoleh nilai p=
0,070. Hal ini berarti p>0,05 jadi terdapat perbedaan tidak bermakna antar
kelompok perlakuan. Maka untuk melihat ketegasan hasil kebermaknaan dan
ketidakbermaknaan yang telah ditunjukkan oleh tabel IX, dilanjutkan uji
Scheffe. Sekaligus hasil analisis uji Scheffe (Tabel X) dapat menjadi
parameter untuk menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik
dengan dosis. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan data kadar
MCV post perlakuan dengan kontrol aquadest. Aquadest digunakan sebagai
kontrol karena yang menjadi pelarut serbuk daun sirsak dalam pembuatan
infusa daun sirsak.
Hasil yang diperoleh dari uji Scheffe, menunjukkan perbedaan tidak
bermakna pada semua kelompok perlakuan dengan infusa daun sirsak
maupun pada kelompok kontrol. Dapat dilihat hasil uji Scheffe pada tabel X.
Hal ini menandakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak dan aquadest tidak
menimbulkan perbedaan tidak bermakna terhadap kadar MCV tikus jantan.
Diagram batang pada gambar 5, menunjukan bahwa tidak terdapat
kekerabatan antara efek toksik dengan dosis.
MCV digunakan untuk menunjukkan indeks penentuan ukuran sel
darah merah. Hal ini juga untuk menilai jenis anemia apakah termasuk
normokromik atau normositik. Pada penelitian ini terlihat dari nilai mean
dan SEM seiring peningkatan dosis menunjukkan penurunan MCV, namun
dalam penegasan dengan uji Scheffe penurunan MCV yang tidak bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel IX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV darah tikus jantan tiap kelompok dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan Kadar MCV
Nilai p Pre (fl)
Mean ±SEM Post (fl)
Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 58,64±1,52 57,48±0,96 0,451TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 58,18±0,91 54,38±0,80 0,005B
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 60,48±1,63 55,72±0,92 0,019B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 60,48±0,62 55,32±0,53 0,000B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 58,34±1,44 54,24±0,78 0,017B Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05 B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 5. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCV tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel X. Hasil uji Scheffe kadar MCV setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
f. Pemeriksaan terhadap kadar MCH tikus jantan
Hasil analisis paired T-test pada kadar MCH (tabel XI), infusa daun
sirsak 108; 180; 301; 503 (mg/kg BB) serta kontrol aquadest (8333
mg/kgBB) diperoleh nilai p>0,05, hal ini berarti terdapat perbedaan tidak
bermakna.
Hasil uji One Way Anova juga diperoleh nilai p=0,541. Untuk
mempertegas hasil ketidakbermaknaan perbedaan kadar MCH maka
dilanjutkan lagi dengan uji Scheffe pada tiap kelompok perlakuan infusa daun
sirsak setelah 30 hari dibandingkan dengan kontrol. Hasil uji Scheffe (tabel
XII), untuk semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibanding kontrol
menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Dapat dikatakan bahwa pada kadar
MCH tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik dan dosis. Diagram batang
gambar 6, menggambarkan bahwa infusa daun sirsak tidak mempengaruhi
kadar MCH tikus jantan. MCH merupakan parameter yang digunakan untuk
mengetahui jenis anemia berdasarkan berat hemoglobin rata-rata dalam sel
darah merah.
Tabel XI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan Kadar MCH
p Pre (pg) Mean ±SEM
Post (pg) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,16±0,38 19,52±0,32 0,426TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 18,84±0,17 19,02±0,35 0,651 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 19,24±0,45 18,96±0,32 0,226 TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 19,00±0,31 19,22±0,13 0,410 TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 18,88±0,33 18,92±0,16 0,916 TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Gambar 6. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCH tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XII. Hasil uji Scheffe kadar MCH setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest g. Pemeriksaan terhadap kadar MCHC tikus jantan
Uji paired T-test kadar MCHC (tabel XIII) pada kelompok infusa
daun sirsak dan kelompok perlakuan aquadest menunjukkan perbedaan tidak
bermakna pada perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, dan 301 mg/kgBB
sedangkan pada infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kelompok kontrol
aquadest 8333 mg/kgBB diperoleh perbedaan yang bermakna. Jadi,
perbedaan bermakna yang terjadi adalah bersifat individual saja. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
analisis One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,475 maka nilai
p>0,05 yang berarti terjadi perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok
perlakuan.
Untuk mempertegas ada tidaknya kebermaknaan pada hasil uji
sebelumnya (tabel XIII), maka dilanjutkan dengan uji Scheffe yang bertujuan
membandingkan data post antar kelompok perlakuan infusa daun sirsak
dibandingkan dengan kontrol. Dan tujuan uji ini juga dapat digunakan untuk
menilai ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil
uji Scheffe (tabel XIV) menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak
tidak memberikan pengaruh signifikan. Hasil uji ini juga menjadi parameter
penilaian ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada
uji ini menunjukkan tidak adanya tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik
dengan dosis. Dapat dilihat pada gambar 7, diagram batang rata-rata kadar
MCHC juga menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksis
dengan dosis.
MCHC digunakan untuk menilai jenis anemia berdasarkan
konsentrasi rata-rata dalam sel darah merah. Semakin kecil sel darah merah,
maka semakin tinggi konsentrasinya. Penurunan MCHC menunjukkan
kondisi anemia mikrositik, kekurangan besi sedangkan peningkatan MCHC
menunjukkan adanya sferositosis. Pada penelitian ini, terdapat peningkatan
kadar MCHC dilihat dari nilai Mean ± SEM perbandingan pre dan post
perlakuan infusa daun sirsak (tabel XIII). Namun peningkatan ini tidak
signifikan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel XIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar MCHC
Nilai p Pre (g/dL) Mean ±SEM
Post (g/dL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 31,66±0,49 33,98±0,12 0,006B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 32,40±0,25 34,96±0,61 0,005 TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 31,84±0,17 34,04±0,45 0,007 B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 31,44±0,39 34,70±0,20 0,003 B Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 32,40±0,25 34,94±0,38 0,001 B TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 7. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCHC tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XIV. Hasil uji Scheffe kadar MCHC setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
h. Pemeriksaan terhadap kadar RDW tikus jantan
Pada tabel XV, diperoleh hasil analisis data kadar RDW pre dan post
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Pada dosis infusa daun sirsak
301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol diperoleh nilai p<0,05
maka hal ini berarti ada perubahan berbeda bermakna pada kadar RDW
dengan dosis infusa daun sirsak 301 mg/kgBB; 503 mg/kgBB dan kontrol
8333 mg/kgBB. Perubahan kadar RDW menunjukkan adanya peningkatan
kadar RDW dilihat dari nilai Mean±SEM. Peningkatan ini masih dalam batas
normal karena apabila dilihat hasil analisis Scheffe data post perlakuan infusa
daun sirsak dibandingkan terhadap kontrol (tabel XVI) terdapat perbedaan
tidak bermakna.
Pada dosis infusa daun sirsak 108; 180 mg/kgBB hasil analisis data
pre dan post menunjukkan nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Jadi untuk
kedua dosis ini berbeda tidak bermakna. Selanjutnya setelah pengujian
dengan paired t-test, antara data RDW pre dan post maka dilakukan uji One
Way Anova untuk melihat pengaruh infusa daun sirsak terhadap tiap-tiap
kelompok perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol.
Hasil One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,972 yang
mengandung arti bahwa terjadi perbedaan tidak bermakna pada kelompok
perlakuan infusa daun sirsak pada kadar RDW. Uji lanjutan setelah uji One
Way Anova adalah uji Scheffe untuk melihat perbandingan data post kadar
RDW dibandingkan dengan data RDW pada kelompok kontrol aquadest .
Selain itu juga hasil uji Scheffe dapat digunakan sebagai indikator penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis
uji Sheffe (tabel XVI) memperlihatkan perbandingan infusa daun sirsak
dibandingkan dengan kontrol maka pada semua dosis berbeda tidak
bermakna. Pada gambar 8, diagram batang rata-rata kadar RDW
menunjukkan tidak adanya kekerabatan spekrum efek toksik dibandingkan
dengan kontrol.
RDW digunakan untuk mengukur kisaran ukuran sel darah merah,
dan menjadi parameter penilaian jenis anemia. Pada penelitian ini, kadar
RDW menunjukkan perubahan yang tidak signifikan.
Tabel XV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam benttuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar RDW
Nilai p Pre (%)
Mean ±SEM
Post (%)
Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 17,06±0,51 18,84±0,34 0,086TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 17,40±0,32 18,92±0,95 0,170 TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 17,50±0,71 19,16±0,74 0,020 B
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 17,58±0,37 18,98±0,22 0,032 B
Kontrol aquadest 503 mg/kg BB 16,86±0,45 19,36±0,33 0,001 B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Gambar 8. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar RDW tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XVI. Hasil uji Scheffe kadar RDW setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB - Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05.
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest i. Pemeriksaan terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan
Analisis data pre dan post perlakuan pada kadar trombosit (PLT)
(tabel XVII) menunjukkan infusa daun sirsak 108; 180; 301; 503; dan kontrol
aquadest 8333 mg/kgBB berbeda tidak bermakna dilihat dari nilai
probabilitas masing-masing dosis ini lebih besar dari 0,05. Hasil uji One Way
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Anova diperoleh nilai probabilitasnya 0,552 (p>0,05), hal ini berarti
pengaruh perlakuan infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan berbeda
tidak bermakna.
Uji selanjutnya adalh uji Scheffe untuk membandingkan data kadar
trombosit (PLT) post perlakuan pada tiap kelompok yang dibandingkan
terhadap kontrol. Hasil yang diperoleh menunjukkan pada semua peringkat
dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XVIII). Hasil uji
Scheffe ini juga mengungkapkan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek
toksik dengan dosis.
Dapat dilihat penegasannya pada diagram batang (gambar 9) yang
turut mengungkapkan bahwa tidak ada hubungan kekerabatan spektrum efek
toksik dengan dosis. Dari semua analisis data ini dapat disimpulkan bahwa
pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar trombosit pada tikus
jantan.
Trombosit berguna untuk membantu pembekuan darah. Peningkatan
trombosit (trombositosis) berhubungan dengan indikasi adanya kanker,
sedangkan penurunan trombosit yang ekstrim berkaitan dengan pendarahan
spontan dalam jangka waktu yang lama, peningkatan waktu pendarahan. Pada
penelitian ini, terjadi peningkatan trombosit namun peningkatan ini masih
dalam batas normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
Tabel XVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar trombosit (PLT) darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar trombosit (PLT)
Nilai p Pre (µL) Mean ±SEM
Post( µL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 944.800 ± 0 1.077.000 ± 51.087, 18 0,066TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1.158.000 ± 36.855, 66 1.030.000 ± 59.516, 38 0,198TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 903.800 ± 61.663,11 998.200 ± 64.623,06 0,125TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 823.400 ± 51.903,37 951.600 ± 24.636,55 0,167TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 917.200 ± 38.575,12 964.800 ± 75.135, 47 0,407TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 9. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar trombosit (PLT) tikus jantan antar kelompok perlakuan
Tabel XVIII. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
j. Pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan
Hasil analisis data kadar limfosit disediakan pada tabel XIX, tabel
XX dan gambar 10. Pada analisis data kadar limfosit tabel XIX merupakan
hasil analisis data paired T-test yang berguna untuk membandingkan data
kadar limfosit sebelum perlakuan infusa daun sirsak dan perlakuan kontrol
aquadest dengan data kadar limfosit sesudah perlakuan infusa daun sirsak dan
perlakuan dengan kontrol aquadest. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai
probabilitas 0,585 maka nilai p>0,05. Hal ini berarti terdapat perbedaan tidak
bermakna pada perubahan kadar limfosit sebelum (pre) dan sesudah (post)
perlakuan infusa daun sirsak.
Untuk menilai dan menegaskan ketidakbermaknaan ini maka
dilakukan uji lanjutan yakni uji Scheffe. Tujuan uji Scheffe adalah untuk
mengetahui ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Hasil uji ini terdapat pada tabel XX yang menunjukkan bahwa pada semua
peringkat dosis, perlakuan infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna. Pada
gambar 10, diagram batang juga menunjukkan bahwa tidak ada kekerabatan
spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil analisis terhadap kadar limfosit
menunjukkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak
berpengaruh terhadap perubahan kadar limfosit.
Limfosit berperan dalam proses inflamasi, menyerang dan
membunuh kuman, membuat antibodi/immunoglobulin sebagai respon imun
seluler tubuh. Peningkatan limfosit (limfosistosis) biasanya terjadi pada orang
yang mengidap penyakit virus, penyakit bakteri, gangguan hormonal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
sedangkan penurunan limfosit (limfopenia) biasanya terjadi pada penyakit
Hodgkin, luka bakar. Limfopenia ini menandakan bahwa seseorang dalam
bahaya/sangat rentan terhadap infeksi terutama terhadap infeksi virus.
Berdasarkan laporan penelitian Arthur, Terlabi and Larbie (2011),
mengenai uji toksisitas akut dan subkronis ekstrak air daun sirsak yang
dilakukan selama 14 hari yang diberikan pada mencit albino bahwa terjadi
peningkatan limfosit seiring dengan peningkatan dosis. Namun, dalam
penelitian ini ditemukan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan limfosit.
Tabel XIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar limfosit darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
Perlakuan Kadar Limfosit p Pre (%) Post (%)
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 76,2±3,54 75,6±2,56 0,822TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 72,2±2,48 70,0±4,37 0,432TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 69,4±1,75 74,8±1,74 0,055TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 76,6±1,53 76,2±1,06 0,845TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 76,0±1,70 75,6±3,78 0,882TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05;B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 10. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar limfosit tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Tabel XX. Hasil uji Scheffe kadar limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest k. Pemeriksaan terhadap kadar monosit tikus jantan
Analisis kadar monosit dengan paired T-test antara kelompok
perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest sebelum dan sesudah
perlakuan selama 30 hari. Tujuan uji ini adalah untuk melihat pengaruh
perlakuan infusa daun sirsak terhadap kadar monosit sebelum (pre) dan
setelah (post) perlakuan di setiap kelompok. Seperti pada analisis data pada
komponen sistem hematologi lainnya, data kadar monosit juga dianalisis
dengan One Way Anova untuk menilai pengaruh perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari pada tiap kelompok perlakuan.
Sesuai tabel XXI, infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan
perbedaan bermakna. Perbedaan bermakna ini, karena terjadi peningkatan
kadar monosit yakni pada pre (sebelum perlakuan) 4,6±0,60 dan post
(sesudah perlakuan) 6,2±0,73. Untuk melihat penegasan hasil kebermaknaan
ini maka dapat dianalisis dengan uji Scheffe sekaligus untuk melihat
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe
memperlihatkan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB yang dibandingkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
terhadap kontrol berbeda tidak bermakna. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa perubahan kadar monosit adalah masih dalam batas normal.
Penurunan monosit biasanya tidak mengindikasikan adanya penyakit, namun
mengindikasikan adanya stress, penggunaan obat glukokortikoid,
myelotoksik, dan imunosupresan. Peningkatan monosit menandakan adanya
infeksi virus, bakteri, parasit tertentu.
Infusa daun sirsak 108; 180; 301 mg/kgBB yang diuji dengan paired
T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova
diperoleh nilai probabilitaas 0,756 maka p>0,05. Hal ini berarti, perlakuan
infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar monosit.
Pada uji Scheffe, hasil yang diperoleh bahwa pada semua peringkat
dosis berbeda tidak bermakna (dapat dilihat pada tabel XXII). Gambar 11
menunjukkan diagram batang rata-rata kadar monosit setelah perlakuan
infusa daun sirsak selama 30 hari. Berdasarkan hasil analisis uji Scheffe dan
diagram batang (gambar 11), dapat disimpulkan bahwa perlakuan infusa daun
sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi perubahan kadar monosit. Dalam
penelitian ini, tidak ditemukan perubahan kadar monosit yang menunjukkan
adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Tabel XXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan Kadar monosit
Nilai p Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 4,4±1,02 6±0,70 0,256TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 6±0,83 5,8±0,97 0,876TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 7±0,77 5,6±0,87 0,052TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,6±0,60 6,2±0,73 0,003B Kontro aquadest 8333 mg/kg BB 5,2±0,86 4,4±1,60 0,654TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Gambar 11. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar monosit tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XXII. Hasil uji Scheffe kadar monoosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama
30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,0
IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest l. Pemeriksaan terhadap kadar neutrofil tikus jantan
Tabel XXIII merupakan data hasil analisis paired T-test pada kadar
neutrofil sebelum (pre) dan setelah (post) perlakuan infusa daun sirsak
selama 30 hari. Dari data yang disajikan dalam Tabel XXIV, menunjukkan
perbedaan tidak bermakna. Selanjutnya untuk mengetahui lebih tegas
perbedaan tersebut maka dilanjutkan dengan uji One Way Anova.
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,477.
Artinya pemberian infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
selama 30 hari tidak memberikan pengaruh pada tiap-tiap kelompok
perlakuan. Analisis uji Scheffe dapat digunakan untuk melihat ada tidak
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe (Tabel XX),
menampilkan bahwa data kadar neurofil sesudah perlakuan dibandingkan
dengan kontrol aquadest berbeda tidak bermakna. Maka, dapat disimpulkan
bahwa perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari tidak mempengaruhi
kadar neutrofil tikus jantan. Dapat dilihat juga pada diagram batang (gambar
12), menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik denagn
dosis.
Neutrofil berfungsi sebagai pertahanan terhadap invasi mikroba
melalui fagositosis. Sel neutrofil memiliki peranan penting dalam kerusakan
jaringan seperti asma dan radang perut. Peningkatan persentase neutrofil
disebabkan oleh infeksi jadi infeksi bakteri dan parasit, gangguan metabolit,
pendarahan dan gangguan myeloproliferatif. Peningkatan persentase neutrofil
(neutropenia) dapat disebabkan oleh peningkatan kerusakan sel, gangguan
hormonal. Pada penelitian ini, hasil uji paired T-test (tabel XI), menunjukkan
peningkatan maupun penurunan persentase neutrofil dilihat dari nilai
Mean±SEM. Namun peningkatan dan penurunan ini tidak signifikan
sehingga dapat dikatakan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak
mempengaruhi perubahan kadar neutrofil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Tabel XXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil darah tikus jantan tiap kelompok
Perlakuan Kadar Neutrofil
p Pre (%)
Mean ±SEM Post (%)
Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 17,8±3,6 17,00±2,12 0,732TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,6±1,91 21,8±4,35 0,520TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 22,4±1,75 18,6±1,29 0,121TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,6±1,57 15,4±1,74 0,908TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 17,2±1,59 19,4±2,03 0,207TB Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 12. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar neutrofil tikus jantan antar kelompok perlakuan Tabel XXIV. Hasil uji Mann-Whitney kadar neutrofil setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 0,503
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
m. Pemeriksaan terhadap kadar eosinofil tikus jantan
Pada uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov diperoleh kadar
eosinofil tikus jantan menunjukkan nilai p<0,05 yaitu 0,006. Nilai
probabilitas ini menandakan bahwa distribusi data kadar eosinofil pada tikus
jantan antar kelompok perlakuan adalah tidak normal. Dengan demikian
analisis data menggunakan analisis/uji non-parametrik Kruskal Wallis dan
analisis post hoc untuk uji Kruskal Wallis yakni uji Mann-Whitney.
Tabel XXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah tikus jantan tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
Perlakuan Kadar Eosinofil
p Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 1,6±0,24 1,4±0,40 0,749TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 2,2±0,73 2,4±1,40 0,799TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,2±0,20 1±0,44 0,621TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 3,2±2,20 2,2±0,73 0,719TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,6±0,24 0,6±0,24 0,034B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 13. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eosinofil tikus jantan antar kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Tabel XXVI. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus jantan setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - B KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Pada tabel XXV, menunjukkan uji paired T-test kadar eosinofil pre
dan post perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari. Infusa daun sirsak 108,
180, 301 dan 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna artinya
perubahan kadar eosinofil tidak berbeda bermakna pada tiap kelompok
perlakuan akibat perlakuan infusa daun sirsak. Namun pada kelompok
kontrol aquadest terdapat perbedaan yang bermakna. Hal ini kemungkinan
disebabkan oleh kondisi patofisiologis tikus jantan.
Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji Kruskal-Wallis yaitu uji
non parametrik untuk menguji perbedaan lebih dari dua kelompok tidak
berpasangan yang memiliki distribusi data tidak normal. Hasil uji Kruskal-
Wallis menunjukkan nilai probabilitas 0,213, maka dapat disimpulkan bahwa
tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada perubahan kadar eosinofil
antar kelompok perlakuan yang dibandingkan terhadap kelompok kontrol
aquadest. Dapat juga dikatakan bahwa infusa daun sirsak tidak berpengaruh
terhadap perubahan kadar eosinofil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai perbedaan,
maka dilakukan lagi analisis post hoc untuk uji Kruskal-Wallis yaitu uji
Mann-Whitney. Melalui uji Mann-Whitney ini juga peneliti dapat mengetahui
apakah terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis akibat
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari seperti halnya uji Scheffe pada
komponen-komponen sistem hematologi lainnya dalam penelitian ini yang
memiliki distribusi data normal.
Hasil analisis post hoc (Mann-Whitney) menunjukkan bahwa antar
kelompok perlakuan terdapat perbedaan tidak bermakna satu dengan yang
lainnya dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Dapat juga dilihat profil diagram batang rata-rata kadar eosinofil (gambar 13)
menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Peningkatan eosinofil (eosinofilia) lebih dari 6 % menandakan
adanya reaksi alergi dan infeksi parasit sedangkan penurunan eosinofil
(eosipenia) terjadi pada saat tubuh merespon stres (peningkatan produksi
glukokortikosteroid). Pada penelitian ini, pemberian infusa daun sirsak tidak
memberikan perubahan persentase eosinofil secara signifikan yang dapat
dilihat pada tabel XXVI.
n. Pemeriksaan terhadap kadar basofil tikus jantan dan betina
Hasil pengukuran dan hasil pemeriksaan kadar basofil pada tikus
jantan dan betina menunjukkan bahwa pada tiap peringkat perlakuan dosis
serta kelompok kontrol diperoleh nilai 0. Dengan demikian tidak terjadi
perubahan pada nilai kadar basofil pada tikus jantan dan betina. Secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
normal juga, bahwa range kadar normal basofil adalah 0-2 %. Jadi, sesuai
data yang diperoleh maka pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh
terhadap kadar basofil. Peningkatan basofil berhubungan dengan leukemia
granulositik dan reaksi alergi sedangkan penurunan basofil berkaitan dengan
infeksi akut, reaksi stres, terapi steroid jangka panjang.
o. Pemeriksaan terhadap kadar LED jam I dan jam II tikus jantan dan betina
Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap LED pada jam I dan jam II
tidak ditemukan nilai LED baik pada kelompok kontrol maupun tiap tingkat
kelompok perlakuan dosis infusa daun sirsak pada tikus jantan dan tikus
betina. Maka dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
memberikan pengaruh terhadap ada tidaknya LED baik pada jam I maupun
LED jam II tikus jantan dan betina. Peningkatan LED terjadi pada kondisi
infeksi akut dan kronis sedangkan penurunan LED terjadi pada kondisi
anemia sel sabit dan polisitemia.
2. Hasil pemeriksaan kadar hematologi secara lengkap pada tikus betina
a. Pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin tikus betina.
Dalam penelitian ini, pemeriksaan terhadap kadar hemoglobin
dilakukan pada tikus jantan dan juga tikus betina. Karena adanya perbedaan
kadar hemoglobin pada tikus jantan dan tikus betina. Dan aplikasinya pada
manusia juga demikian. Tikus jantan mewakili manusia dengan jenis kelamin
laki-laki dan tikus betina mewakili jenis kelamin perempuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tabel XXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hemoglobin tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan Kadar hemoglobin P Pre (g/dL)
Mean ±SEM Post (g/dL)
Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 15,05±0,39 16,18±0,36 0,01 B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,38±0,31 15,86±1,07 0,197 TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,38±0,22 14,76±0,62 0,475TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,10±0,29 16,02±0,27 0,070TB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB 15,74± 0,57 16,16±0,59 0,303TB
Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p<0,05
Gambar 14. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap kadar hemoglobin tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXVIII. Hasil uji Scheffe kadar hemoglobin tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB - Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil analisis data kadar hemoglobin pada tikus betina (tabel XXVII)
menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan yang diberi perlakuan infusa
daun sirsak 108 mg/kgBB menampilkan perbedaan yang bermakna. Perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
bermakna yang dimaksud adalah terjadi peningkatan kadar hemoglobin dilihat
dari nilai Mean±SEM.
Pada perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB data Mean±SEM
adalah pre perlakuan15,05±0,39 dan post perlakuan 16,18±0,36. Analisis pre
dan post ini, menunjukkan peningkatan namun apabila dilihat perbandingan
antara data hemoglobin post perlakuan dengan kelompok kontrol melalui uji
Scheffe menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna (tabel XXVIII). Maka
dapat disimpulkan bahwa peningkatan kadar hemoglobin pada dosis 108
mg/kgBB masih dalam batas normal dan bersifat individual. Pada infusa daun
sirsak 180; 301; 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada
uji paired T-test. Perbedaan tidak bermakna ini berarti infusa daun sirsak tidak
menimbulkan pengaruh terhadap kadar hemoglobin tikus betina.
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,067, maka
nilai p>0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terjadi perbedaan tidak
bermakna antar kelompok perlakuan. Uji selanjutnya yang dilakukan adalah uji
Scheffe uji ini berguna untuk menegaskan kelompok mana saja yang memiliki
perbedaan bermakna dan sekaligus bertujuan untuk mengetahui kekerabatan
spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil yang diperoleh pada uji Scheffe ini
adalah perlakuan antar kelompok menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna untuk semua dosis jika dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal
ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan kekerabatan antara spektrum
efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Dapat dilihat juga bahwa pada
gambar 14 diagram batang kadar hemoglobin menunjukkan bahwa tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hal yang sama seperti
pada hasil pemeriksaan hemoglobin pada tikus jantan. Perlakuan infusa daun
sirsak dalam penelitian ini menunjukkan peningkatan hemoglobin namun
peningkatan ini bersifat individual.
Konsumsi infusa daun sirsak sesuai hasil penelitian menunjukkan
peningkatan hemoglobin maka dapat dikatakan bahwa infusa daun sirsak dapat
berguna terutama bagi orang yang mengalami anemia. Karena anemia
merupakan keadaan kekurangan hemoglobin. Hemoglobin disini berguna
sebagai alat transportasi oksigen dan karbondioksida yang dibawa ke seluruh
tubuh sehingga dapat mempertahankan keadaan hemoglobin tetap pada range
yang normal.
b. Pemeriksaan terhadap kadar eritrosit (RBC) tikus betina.
Hasil uji paired T-test pada kadar eritrosit pre dan post perlakuan infusa
daun sirsak dan kontrol menunjukkan perbedaan bermakna pada dosis infusa
daun sirsak 108 mg/kgBB, perbedaan ini dilihat dari nilai mean±SEM yakni
terjadi peningkatan kadar eritrosit. Pada pre perlakuan infusa daun sirsak 108
mg/kgBB nilai mean±SEM adalah 7,80±0,18 dan post perlakuan adalah
8,32±0,12. Perbedaan kebermaknaan ini sesungguhnya masih dalam batas
normal karena pada hasil uji Scheffe (Tabel XXV) diperoleh bahwa terdapat
perbedaan tidak bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
dibandingkan terhadap kontrol.
Hasil uji paired T-test pada dosis infusa daun sirsak 180; 301; 503
mg/kgBB menunjukkan perbedaan tidak bermakna yang berarti perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
infusa daun sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eritrosit.
Setelah uji paired T-test tahap uji selanjutnya adalah uji One Way Anova untuk
melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak antar kelompok perlakuan
selama 30 hari. Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,031
artinya nilai p<0,05. Nilai probabilitas ini menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antar kelompok perlakuan dibandingkan terhadap
kontrol.
Uji selanjutnya adalah uji Scheffe untuk melihat ketegasan kelompok
perlakuan mana sajakah yang menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dan
tujuan uji Scheffe ini juga untuk melihat kekerabatan spektrum efek toksik yang
ditimbulkan infusa daun sirsak dengan dosis pada tiap kelompok perlakuan.
Hasil yang diperoleh pada uji ini adalah terdapat perbedaan tidak bermakna
tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak dan tidak ada hubungan
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada diagram batang (gambar
15), mengungkapkan hubungan kekerabatan spektrum efek toksik dengan
dosis. Nilai eritrosit digunakan untuk memantau derajat anemia. Jadi
peningkatan eritrosit dalam menunjukkan bahwa tikus jantan tidak mengalami
anemia. Penurunan eritrosit menunjukkan anemia leukimia, penurunan fungsi
ginjal dan talasemia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel XXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eritosit (RBC) tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar eritrosit
Nilai p Pre (juta/µL) Mean ±SEM
Post (juta/µL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7,80±0,18 8,32±0,12 0,040B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 8,03±0,15 7,01±0,5 0,122TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 8,16±0,12 7,64±0,32 0,285TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 7,88±0,15 8,02±0,10 0,188TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8,29±0,28 8,30±0,28 0,950TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 15. Diagram batang rata-rata±SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eritrosit tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXX. Hasil uji Scheffe kadar eritrosit (RBC) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05 IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
c. Pemeriksaan terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina
Hasil uji paired T-test pada tabel XXXI menunjukkan perbedaan
bermakna pada kelompok kontrol aquadest yakni penurunan kadar/nilai
hematokrit dilihat dari nilai Mean ± SEM yaitu pada pre perlakuan 49,06±1,8
dan post adalah 49,06±1,8. Apabila dilihat pada hasil uji Scheffe (tabel
XXVII) menunjukkan perbedaan tidak bermakna dan hal ini bersifat
individual dan tidak dapat mewakili semua kelompok perlakuan. Sedangkan
pada perlakuan infusa daun sirsak 108; 180, 301; dan 503 mg/kgBB
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada kadar hematokrit.
Pada tabel One Way Anova menunjukkan probabilitas 0,137 yang
menunjukkan pengaruh infusa daun sirsak berbeda tidak bermakna terhadap
kadar/nilai hematokrit tikus betina. Uji Scheffe yang dilakukan setelah uji
One Way Anova bertujuan untuk menegaskan perbedaan bermakna dan tidak
bermakna pada tiap kelompok perlakuan. Hasil yang diperoleh adalah pada
tiap kelompok perlakuan yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest
berbeda tidak bermakna. Begitu juga pada diagram batang (gambar 16),
menggungkapkan tidak adanya kekerabatan antar spektrum efek toksik dan
dosis.
Peningkatan nilai hematokrit menunjukkan adanya konsentrasi darah
yang semakin kental, diasumsikan bahwa banyak plasma darah yang keluar
dari pembuluh darah. Jika terjadi penurunan hematokrit maka konsentrasi
darah menurun dan hal ini terjadi pada orang yang anemia. Dalam penelitian
ini, menunjukkan bahwa infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
signifikan terhadap nilai hematokrit pada tikus betina seperti halnya pada nilai
hematokrit tikus jantan.
Tabel XXXI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar hematokrit (HCT) tikus betina tiap kelompok perlakuan disajikan dlm bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar Hematokrit (HCT)
p Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 47,02±1,32 48,72±1,18 0,157TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 49,46±1,05 41,16±3,7 0,063TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 48,78±1,22 42,88±2,47 0,159TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 47,92±1,09 46,78±0,5 0,310TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 49,06±1,8 49,06±1,8 0,001B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 16. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar hematokrit (HCT) tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXXII. Hasil uji Scheffe kadar hematokrit (HCT) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/gBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
d. Pemeriksaan terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina
Pada tabel XXXIII menunjukkan hasil analisis uji paired T-test kadar
leukosit tikus betina sebelum perlakuan maupun setelah perlakuan infusa daun
sirsak selama 30 hari. Hasil yang diperoleh adalah terdapat perbedaan
bermakna pada infusa daun sirsak 180, 301 juga kelompok kontrol aquadest
503 mg/kgBB. Perbedaan bermakna ini dilihat dari nilai Mean±SEM yakni
terjadi peningkatan leukosit. Pada infusa daun sirsak 180 mg/kgBB nilai Mean
±SEM pada pre perlakuan adalah 9.220±10.35,35 dan pada post perlakuan
adalah 13.658±1.503,59 sedangkan pada infusa daun sirsak 301 mg/kgBB
nilai Mean±SEM pre perlakuan adalah 7.530±483,29 dan pada post perlakuan
12.860±1.547,03 tetapi apabila dilihat penegasan kebermaknaan ini dengan uji
Scheffe yang membandingkan data post kadar leukosit dengan kontrol
aquadest namun tidak ditemukan adanya perbedaan bermakna. Peningkatan
kadar leukosit masih termasuk masih dalam batas normal dalam penelitian ini.
Untuk infusa daun sirsak 018 mg/kgBB dan 503 mg/kgBB, berdasarkan hasil
uji paired T-test menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna.
Hasil uji One Way Anova menunjukan nilai probabilitas 0,848. Hal ini
berarti pemberian infusa daun sirsak tidak memperngaruhi kadar leukosit. Dan
perubahan/peningkatan masih dalam batas normal. Hasil uji Scheffe (tabel
XXIV) menegaskan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek toksik
dengan dosis. Diagram batang (gambar 17) menunjukkan tidak berbeda
bermakna, dan tidak adanya hubungan kekerabatan dengan dosis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Peningkatan jumlah leukosit disebabkan oleh leukemia serta gangguan
pada sumsum tulang sedangkan penurunan jumlah leukosit disebabkan oleh
infeksi virus, leukemia, anemia aplastik (pernisiosa).
Tabel XXXIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar leukosit (WBC) tikus betina tiap kelompok
Perlakuan
Kadar leukosit (WBC)
Nilai p Pre (/µL) Mean ±SEM
Post (/µL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 7.854±952,48 13.806±3.098,04 0,177TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 9.220±1.035,35 13.658±1.503,59 0,014B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 7.530±483,29 12.860±1.574, 03 0,010B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 8.518±419,39 13.454±832,57 0,005TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 8.100± 549,73 15.928±2.237,22 0,030B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 17. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar leukosit (WBC) tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Tabel XXXIV. Hasil uji Scheffe kadar leukosit (WBC) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest e. Pemeriksaan terhadap kadar MCV tikus betina
Pada tabel XXXV menunjukkan hasil analisis paired T-test kadar
MCV sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari.
Pada infusa daun sirsak 108 mg/kgBB diperoleh hasil berbeda bermakna
dilihat dari nilai Mean ± SEM yakni terjadi penurunan MCV pada tikus
betina. Apabila dilihat perbandingan pre dan post perlakuan infusa daun
sirsak, pada semua kelompok perlakuan serta kelompok kontrol aquadest
terjadi penurunan kadar MCV. Penurunan kadar MCV ini bersifat individual
karena nilai Mean±SEM pada tiap kelompok perlakuan menunjukkan nilai
yang semakin meningkat atau semakin menurun seiring peningkatan dosis.
Pada infusa daun sirsak 180; 301, 503 mg/kgBB terdapat perbedaan
tidak bermakna. Hasil uji One Way Anova diperoleh nilai p 0,459 maka nilai
p>0,05 artinya terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar MCV tikus
betina akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari.
Hasil uji Scheffe untuk melihat penegasan hasil kebermaknaan antar
kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest dan
menilai kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Scheffe
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
XXXVI menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok
perlakuan apabila dibandingkan dengan kontrol dan tidak ditemukan
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada
gambar 19, diagram batang rata-rata kadar MCV menunjukkan tidak adanya
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Pada penelitian ini, terdapat penurunan MCV dilihat dari nilai
Mean±SEM (tabel XXXV). Namun penurunan MCV pada tikus betina ini,
tidak signifikan setelah di analisis dengan uji Scheffe. Implikasi klinik
terhadap kadar MCV adalah bahwa pada penurunan nilai MCV terlihat pada
pasien anemia kekurangan besi, anemia pernisiosa dan talasemia disebut
juga anemia mikrositik.
Peningkatan nilai MCV terlihat pada penyakit hati, kekurangan
folat/vitamin B12, dan terapi valproat, yang disebut juga anemia makrositik.
Tabel XXXV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCV tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan
Kadar MCV
Nilai p Pre (fl)
Mean ±SEM
Post (fl)
Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 60,26±0,76 58,50±1,04 0,033B
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 61,64±1,36 58,48±2,27 0,060TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 59,78±0,84 55,96±1,07 0,089TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 60,78±0,45 58,36±0,9 0,055TB
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 59,16±0,53 56,26±0,73 0,048B
Keterangan; TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Gambar 18. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCV tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXXVI. Hasil uji Scheffe kadar MCV tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB
IDS 180 TB - TB TB TB
IDS 301 TB TB - TB TB
IDS 503 TB TB TB - TB
KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mgk/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
f. Pemeriksaan terhadap kadar MCH tikus betina
Hasil analisis data kadar MCH tikus betina yang mendapat
perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari yang diuji dengan uji paired
T-test menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada kelompok tikus
betina yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak 108;, 180;, 503
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
mg/kgBB sedangkan kelompok tikus betina yang menerima perlakuan
infusa daun sirsak 301 mg/kgBB menunjukkan perbedaan bermakna.
Untuk melihat secara lebih nyata ada tidaknya perbedaan bermakna dan
tidak bermakna ini dilanjutkan dengan uji One Way Anova dan uji Scheffe.
Uji One Way Anova untuk melihat pengaruh pemberian infusa daun sirsak
antar kelompok perlakuan yang dibandingkan dengan kontrol aquadest
sedangkan uji Scheffe untuk melihat kelompok perlakuan mana sajakah
yang berbeda secara nyata apabila dibandingkan dengan kontrol aquadest.
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,595.
Nilai p>0,05 menunjukkan perbedaan tidak bermakna terhadap kadar MCH
antar kelompok perlakuan bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini berarti
infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar MCH yang diberikan
pada tiap kelompok perlakuan selama 30 hari.
Hasil uji Scheffe (tabel XXXIII) juga menentukan bahwa terdapat
perbedaan tidak bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan tidak adanya
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Diagram batang (gambar
19), yang turut menjelaskan bahwa tidak ada kekerabatan spektrum efek
toksik dengan dosis.
Tabel XXXVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCH tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
Perlakuan Kadar MCH
P Pre (pg) Mean ±SEM
Post (pg) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 19,28±0,11 19,42±0,24 0,544TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 19,16±0,33 19,70±0,41 0,015B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 18,86±0,14 19,32±0,96 0,110TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 19,16±0,81 19,98±0,44 0,093TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 19,00±0,11 19,48±0,21 0,058TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Gambar 19. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCH tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XXXVIII. Hasil uji Scheffe kadar MCH tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest g. Pemeriksaan terhadap kadar MCHC tikus betina
Tabel XXXIX merupakan hasil analisis kadar MCHC dengan
paired T-test sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak selama 30
hari. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada semua kelompok
perlakuan terdapat perbedaan yang bermakna. Perbedaan bermakna yang
dimaksud adalah terjadi peningkatan kadar MCHC dilihat dari nilai
Mean±SEM pada tiap kelompok perlakuan infusa daun sirsak maupun pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
kontrol aquadest. Tetapi apabila dilihat hasil uji Scheffe (tabel XL),
terdapat perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hasil
uji One Way Anova juga menunjukkan nilai probabilitas 0,354. Nilai
p>0,05 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kadar
MCHC yang mendapat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari apabila
dibandingkan dengan kontrol. Ditemukan informasi juga bahwa tidak
terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis dilihat dari hasil uji
Scheffe dan profil diagram batang (gambar 20).
Peningkatan pada kadar MCHC dalam penelitian ini, dimungkinkan
karena ada kaitanya dengan peningkatan hemoglobin pada tikus betina
(tabel 27), namun peningkatan ini juga tidak signifikan dan masih dalam
batas normal.
Tabel XXXIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar MCHC tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
Perlakuan
Kadar MCHC
Nilai p Pre (g/dL) Mean ±SEM
Post (g/dL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 32±0,25 33,22±0,49 0,010B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 31,1±0,21 33,86±0,71 0,007B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 31,56±0,47 34,56±0,60 0,029B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 31,52±0,25 34,24±0,26 0,001B Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 32,08±0,35 34,64±0,51 0,032B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Gambar 20. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar MCHC tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel XL. Hasil uji Scheffe kadar MCHC tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak
selama 30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
h. Pemeriksaan terhadap kadar RDW tikus betina
Tabel XLI menunjukkan perbedaan bermakna kadar RDW tikus
betina pada kelompok infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Perbedaan
bermakna yang dimaksud adalah peningkatan kadar RDW dari pre
perlakuan dan post perlakuan dilihat dari nilai Mean ± SEM. Nilai Mean ±
SEM pre perlakuan 14,88±0,18 dan post perlakuan 18,16±0,31.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Akan tetapi bila dilihat pada hasil uji scheffe terdapat perbedaan
tidak bermakna maka dapat disimpulkan peningkatan kadar RDW masih
dalam batas normal. Hasil uji Anova pada kadar RDW menunjukkan nilai
probabilitas 0,037. Hasil ini menunjukkan adanya perbedaan bermakna
antar kelompok perlakuan. Hasil uji Scheffe dan profil diagram batang
kadar RDW menunjukkan tidak adanya kekerabatan spektrum efek toksik
dengan dosis. Perbedaan bermakna yang diperoleh pada kelompok infusa
daun sirsak 108 mg/kgBB bersifat individual. Jadi pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar RDW. RDW
digunakan sebagai parameter pengukuran kisaran ukuran sel darah merah.
Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan
beberapa vitamin.
Implikasi klinis terhadap peningkatan Red Blood Cell Distribution
Width) (RDW) adalah terjadi anemia makrositik dan sebaliknya penurunan
RDW menunjukkan adanya anemia jenis mikrositik.
Tabel XLI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar RDW tikus
betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
Perlakuan
Kadar RDW
Nilai p Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 14,88±0,18 18,16±0,31 0,002B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 15,72±0,52 15,96±0,65 0,817TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 15,22±0,29 16,06±0,74 0,443TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,64±0,67 17,46±0,47 0,131TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 15,12±0,59 17,08±0,33 0,036B
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Gambar 21. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar RDW tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XLII. Hasil uji Scheffe kadar RDW tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest i. Pemeriksaan terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina.
Hasil analisis terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina,
menunjukkan bahwa pada perbandingan Mean ± SEM sebelum (pre) dan
sesudah (post) perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan tidak bermakna pada kelompok infusa daun sirsak
108;, 180; 301 mg/kgBB dan pada kontrol aquadest 8333 mg/kgBB. Pada
infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan perbedaan yang bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
yaitu peningkatan kadar trombosit (PLT). Namun apabila dilihat pada tabel
hasil uji Scheffe, hal menunjukkan perbedaan tidak bermakna.
Hasil uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,068 dari
nilai probabilitas ini dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan tidak
perbedaan bermakna pada tiap kelompok perlakuan dan infusa daun sirsak
yang diberikan selama 30 hari tidak berpengarruh terhadap kadar trombosit
tikus betina. Hasil uji Scheffe (tabel XLIV) menunjukkan tidak adanya
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat dilihat juga pada
diagram batang rata-rata kadar trombosit/PLT (gambar 22).
Tabel XLIII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Trombosit (PLT) tikus betina tiap kelompok
Perlakuan Kadar trombosit
Nilai p Pre (/µL) Mean ±SEM
Post (µL) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 981.600±44.677,28 929.800±1.0931 0,509TB
Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 894.200±71.556,55 961.200±34.249,67 0,204TB
Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 838.000±36.246,37 885.800±80.071,46 0,576TB
Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 958.400±25.669,41 1.188.400±79.169,18 0,037B
Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 983.200± 20.703,62 908.600±56.875,83 0,214TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Gambar 22. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar trombosit (PLT) tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XLIV. Hasil uji Scheffe kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest j. Pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus betina.
Hasil analisis terhadap data kadar limfosit tikus betina dengan
membandingkan data kadar sebelum (pre) perlakuan dan sesudah (post)
perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaaan tidak bermakna pada
kelompok infusa daun sirsak 108; 503 mg/kgBB serta kelompok kontrol
aquadest. Pada infusa daun sirsak 180;, 301 mg/kgBB terdapat perbedaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
yang bermakna yaitu terjadi penurunan kadar limfosit, dilihat dari nilai
Mean ± SEM. Nilai Mean ± SEM infusa daun sirsak 180 mg/kgBB pre
perlakuan infusa daun sirsak adalah 78,8±1,96 dan post perlakuan infusa
daun sirsak adalah 67,2±3,58 Sedangkan nilai Mean ± SEM infusa daun
sirsak 301 mg/kgBB pre perlakuan infusa daun sirsak adalah 77,8±3,39 dan
post perlakuan infusa daun sirsak adalah 66,2±3,9.
Apabila dilihat tabel XLV, hasil uji Scheffe menunjukkan
perbedaan tidak bermakna antar kelompok perlakuan bila dibandingkan
dengan dosis. Dan uji scheffe ini dapat dijadikan juga sebagai indikator
penilaian kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada hasil uji ini
tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada
gambar 22, profil diagram batang rata-rata kadar limfosit menunjukkan
bahwa tidak terdapat kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis.
Tabel XLV. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar Limfosit tikus betina tiap kelompok
Perlakuan
Kadar limfosit
Nilai p Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 75±6,53 69,2±2,49 0,478TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 78,8±1,96 67,2±3,58 0,046B Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 77,8±3,39 66,2±3,9 0,045B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 77,6±2,27 73,8±2,53 0,139TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 77,6±2,42 71,2±3,27 0,056TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Gambar 23. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar limfosit tikus betina antar kelompok perlakuan
Tabel XLVI. Hasil uji Scheffe kadar limfosit tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest k. Pemeriksaan terhadap kadar neutrofil tikus betina
Hasil uji paired T-test kadar neutrofil menunjukkan perbedaan
tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini berarti infusa
daun sirsak tidak berpengaruh terhadap perubahan kadar neutrofil.
Selanjutnya pada uji One Way Anova menunjukkan nilai probabilitas 0,152.
Nilai p>0,05 menunjukkan bahwa pada tiap kelompok perlakuan terdapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
perbedaan tidak bermakna yang ditimbulkan oleh pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari. Hasil uji Scheffe menunjukkan bahwa tidak terdapat
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Dapat juga dilihat pada
gambar 23, profil diagram batang rata-rata kadar neutrofil.
Tabel XLVII. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar neutrofil tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM
Perlakuan Kadar neutrofil Nilai p Pre (%)
Mean ±SEM Post (%)
Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 20,2±6,18 22±2,47 0,813TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 17±1,26 26,6±3,64 0,058TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 19,2±3,31 26,8±4,07 0,153TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 15,6±0,93 16±1,51 0,779TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 16,4±2,27 21,8±3,7 0,090TB
Keterangan: TB= berbeda tidak bermakna jika p>0,05 B= berbeda bermakna jika p <0,05
Gambar 24. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar neutrofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Tabel XLVIII. Hasil uji Scheffe kadar neutrofil tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari
Perlakuan (mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest l. Pemeriksaan terhadap kadar monosit tikus betina
Hasil uji normalitas kadar monosit tikus betina dengan
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai probabilitas 0,031 dengan
demikian p<0,05 yang berarti distribusi data tidak normal. Analisis tidak
dapat menggunakan One Way Anova karena distribusi data tidak normal.
Untuk data kadar monosit ini di uji dengan paired T-test kemudian di uji
dengan uji non parametrik Kruskal-Wallis dan uji post hoc Mann-Whitney.
Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan nilai probabilitas 0,323 yang berarti
tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tiap kelompok perlakuan.
Selanjutnya, uji Mann-Whitney untuk membandingkan data post perlakuan
infusa daun sirsak dan data kontrol aquadest. Di peroleh bahwa
perbandingan perlakuan antar dosis menunjukkan perbedaan tidak
bermakna.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Tabel XLIX. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar monosit tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean±SEM
Perlakuan Kadar monosit Nilai p Pre (%)
Mean ±SEM Post (%)
Mean ±SEM Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 3,8±0,86 6±0,63 0,020B Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 3±0,84 5,2±1,24 0,086TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,8±0,86 5,8±0,66 0,037B Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 4,8±0,97 8±1,45 0,083TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 4,8±1,46 5,8±0,37 0,430TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 25. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar monosit tikus betina antar kelompok perlakuan Tabel L. Hasil uji Mann-Whitney kadar monosit tikus betina setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - TB KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
m. Pemeriksaan terhadap kadar eosinofil tikus betina
Seperti pada uji normalitas pada kadar monosit, hasil uji normalitas
kadar eosinofil juga menunjukkan nilai P<0,05 yaitu 0,009. Maka analisis
yang digunakan adalah analisis non parametrik Kruskal-Wallis dan analisis
Post hoc (Mann-Whitney).
Tabel LI. Nilai pre dan post pemberian infusa daun sirsak serta nilai p kadar eosinofil darah
tikus betina tiap kelompok disajikan dalam bentuk Mean ± SEM Perlakuan Kadar eosinofil Nilai p
Pre (%) Mean ±SEM
Post (%) Mean ±SEM
Infusa daun sirsak 108 mg/kg BB 1±0 2,8±1,39 0,266TB Infusa daun sirsak 180 mg/kg BB 1,2±0,37 1±0 0,621TB Infusa daun sirsak 301 mg/kg BB 1,2±0,20 1,2±0,37 1,00TB Infusa daun sirsak 503 mg/kg BB 2,0±0,77 2,2±0,96 0,621TB Kontrol aquadest 8333 mg/kg BB 1,2±0,20 1,2±0,49 1,00TB
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05
Gambar 26. Diagram batang rata-rata ± SEM pengaruh pemberian infusa daun sirsak
terhadap kadar eosinofil tikus betina antar kelompok perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Tabel LII. Hasil uji Mann-Whitney kadar eosinofil tikus betina setelah pemberian infusa
daun sirsak selama 30 hari Perlakuan
(mg/kg BB) IDS 108 IDS 180 IDS 301 IDS 503 KA 8333
IDS 108 - TB TB TB TB IDS 180 TB - TB TB TB IDS 301 TB TB - TB TB IDS 503 TB TB TB - B KA 8333 TB TB TB TB -
Keterangan: TB= perbedaan tidak bermakna jika p>0,05; B= perbedaan bermakna jika p<0,05. IDS 108 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB= Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest
Hasil uji paired T-test pada kadar eosinofil pre dan post perlakuan
infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan perbedaan tidak bermakna
pada tiap kelompok perlakuan. Tahap uji selanjutnya adalah uji Kruskal-
Wallis. Hasil uji Kruskal-Wallis pada kadar eosinofil post perlakuan
menunjukkan nilai probabilitas 0,643. Nilai ini menandakan bahwa tidak
terdapat perbedaan bermakna pada perubahan kadar eosinofil. Untuk
mengetahui secara jelas kelompok perlakuan mana yang menunjukkan
perbedaan maka dilakukan analisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil
analisis Mann-Whitney menunjukkan bahwa pada kelompok perlakuan
infusa daun sirsak 503 mg/kgBB yang dibandingkan terhadap kontrol
aquadest menunjukkan perbedaan yang bermakna dan fenomena ini bersifat
individual sebab pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 108, 180, 301
mg/kgBB, yang dibandingkan terhadap kontrol menunjukkan perbedaan
tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak yang diberikan selama
30 hari tidak berpengaruh terhadap kadar eosinofil dan tidak ada
kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis. Hasil uji Mann-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
Whitney juga dapat memberikan informasi mengenai tidak adanya
kekerabatan spektrum efek toksik dengan dosis. Pada gambar 26, diagram
batang rata-rata kadar eosinofil menunjukkan tidak ada kekerabatan
spektrum efek toksik dengan dosis.
D. Pengamatan Perubahan Berat Badan Tikus Jantan dan Betina Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Perubahan berat badan baik pada tikus jantan dan tikus betina dilakukan
dengan menimbang berat badan tikus pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan hari ke-28.
Data perubahan berat badan dianalisis dengan One Way Anova dilanjutkan dengan
General Linear Model. Semua data di uji dengan taraf kepercayaan 95%.
Perubahan berat badan diamati pada masing-masing tikus yakni tikus
jantan dan betina, hal ini karena adanya perubahan berat badan yang terjadi
merupakan salah satu parameter pendukung jika terjadi gejala toksik pada
pemberian infusa daun sirsak. Berkurangnya berat badan merupakan indeks efek
toksik sederhana namun sensitif (Lu, 1995).
Tabel LIII. Purata berat badan±SEM tikus jantan hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 akibat perlakuan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest
Perlakuan Pada Tikus
Jantan N Mean BB Tikus Jantan ±SEM (gram) 0 7 14 21 28
IDS 108 mg/kgBB 5 234,9±13,11 246,5±8,34 267,1±9,33 279,1±11,02 295,1±8,94 IDS 180 mg/kgBB 5 237,1±11,73 252,7±10,55 274,4±11,79 289,1±11,98 303,2±9,94 IDS 301 mg/kgBB 5 227,3±15,03 256,6±13,67 272,4±9,73 281,6±9,05 294,9±9,30 IDS 503 mg/kgBB 5 235,8±11,95 256±10,78 270±8,07 283,9±6,65 298,2±6,56 KA 8333 mg/kgBB 5 239±12,73 255,9±11,50 276,1±11,08 289,6±8,44 298,6±7,55
Keterangan: IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kgBB = Perlakuan Kontrol Aquadest N = Jumlah tikus jantan dalam tiap perlakuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Tabel LIV. Purata berat badan±SEM Tikus Betina hari ke-0, ke-7, ke-14, ke-21, dan ke-28 akibat pemejanan dan infusa daun sirsak dan kontrol aquadest
Perlakuan Pada Tikus
Betina N Mean BB Tikus Betina±SEM (gram ) 0 7 14 21 28
IDS 108 mg/kgBB 5 194,4±8,11 191,7±4,79 196,2±2,81 201,5±3,43 206,3±4,69 IDS 180 mg/kgBB 5 202,8±9,45 202,7±6,57 206±7,54 212,2±8,07 224±7,36 IDS 301 mg/kgBB 5 192,5±5,14 186,8±5,44 188,2±5,83 192,5±4,48 197±6,07 IDS 503 mg/kgBB 5 195,4±4,21 194,7±6,00 194±8,60 194,1±8,97 202±8,36 KA 8333 mg/kgBB 5 194,8±5,15 191,4±6,57 193±6,25 195±8,39 199,5±7,83
Keterangan: IDS 108 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis I IDS 180 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis II IDS 301 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis III IDS 503 mg/kg BB = Perlakuan Infusa Daun Sirsak peringkat dosis IV KA 8333 mg/kg BB = Perlakuan Kontrol Aquadest N = Jumlah tikus betina dalam tiap perlakuan
Data tabel LIII dan tabel LIV, menunjukkan purata berat badan tikus tiap
kelompok ± SEM. Dengan demikian, apabila purata berat badan dikurangi atau
ditambah dengan SEM akan menunjukkan rentang nilai berat badan tikus dari
yang paling ringan sampai berat badan tikus yang paling tinggi. Data ini
kemudian dianalisis dengan General Linear Model. Hasil analisis menunjukkan
bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara berat badan pada tikus jantan
maupun tikus betina yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dan kelompok
perlakuan kontrol.
Berat badan tikus jantan (tabel LIII) menunjukkan pertambahan berat
badan yang semakin meningkat seiring bertambahnya waktu (hari 0-28). Dan hal
yang sama pada berat badan tikus betina (tabel LIV). Hasil analisis ini
menunjukkan bahwa perlakuan infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap
berat badan tikus. Pertambahan berat badan yang terjadi diakibatkan oleh
pertumbuhan tikus secara normal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Gambar 27. Grafik perubahan berat badan tikus jantan selama pemberian infusa daun
sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada tiap kelompok dosis Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol = pemberian aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 28. Grafik perubahan berat badan tikus betina selama pemberian infusa daun
sirsak hari ke-0 sampai hari ke-28 pada sesuai kelompok dosis Keterangan : Dosis 1= pemberian infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2= pemberian infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3= pemberian infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4= pemberian infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol= pemberian aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 27 dan gambar 28, menunjukkan grafik perubahan berat badan
pada tikus jantan dan tikus betina. Penambahan berat badan pada tikus jantan dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
tikus betina berbeda karena tergantung juga pada kondisi fisik maupun banyaknya
asupan makan dan minum. Berat badan tikus jantan dari hari 0, 7, 14, 21, 28
semakin bertambah dan selanjutnya pada tikus betina juga bahwa seiring
pertambahan waktu terjadi juga berat badan tikus betina.
E. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Makan Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Pengamatan terhadap jumlah konsumsi makan tikus merupakan juga
salah satu indikator pendukung dalam evaluasi penilaian terhadap gejala efek
toksik yang ditimbulkan oleh perlakuan infusa daun sirsak. Indikator konsumsi ini
digunakan untuk menilai pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap pola
makan dan minum.
Terdapat hubungan antara konsumsi (pola makan) terhadap perubahan
berat badan. Jika terjadi penurunan konsumsi (pola makan) maka dapat dikatakan
bahwa berat badan) juga berkurang. Konsumsi makanan yang secara nyata
berkurang dapat menimbulkan efek toksik atau bahkan memperberat manifestasi
toksik zat kimia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Gambar 29. Grafik jumlah asupan makan tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 30. Grafik jumlah asupan makan tikus betina akibat perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari
Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Pada gambar 29, menunjukkan bahwa jumlah makan tikus jantan adalah
normal dari waktu ke waktu (hari). Pada gambar 30, grafik menunjukkan jumlah
makan tikus betina cukup bervariasi pada tiap dosis, secara khusus tikus betina
yang menerima perlakuan infusa daun sirsak dosis 2, mengalami siklus jumlah
makan yang tidak stabil. Namun, perbedaan variasi pola makan ini sesungguhnya
merupakan perbedaan yang tidak bermakna. Maka dapat disimpulkan bahwa
konsumsi (pola makan) tikus jantan dan betina ditunjukkan pada grafik (gambar
29 dan 30) adalah normal. Dengan demikian, pada pengamatan perubahan berat
badan yang semakin meningkat karena proses perkembangan dan pertumbuhan
tikus (tabel LIII dan tabel LIV) karena salah satu komponen pendukung
pertumbuhan yakni pola makan yang baik.
F. Pengamatan Terhadap Jumlah Konsumsi Minum Akibat Perlakuan Infusa Daun Sirsak
Pengamatan terhadap jumlah konsumsi minum juga merupakan indikator
pendukung untuk menilai gejala toksisitas pengaruh perlakuan infusa daun
sirsak. Sama halnya dengan pengamatan terhadap berat badan dan konsumsi
(pola makan). Karena ketiga hal ini saling berkaitan satu sama lain.
Pada gambar 31 dan 32 menunjukkan bahwa jumlah asupan minum
tikus jantan dan betina seiring lamanya hari perlakuan infusa daun sirsak adalah
normal. Hasil pengamatan dan perhitungan terhadap jumlah asupan minum pada
tikus jantan maupun tikus betina tidak memberikan perbedaan signifikan. Maka
dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
konsumsi (pola minum) tikus jantan dan tikus betina dan tidak menunjukkan efek
toksik.
Gambar 31. Grafik jumlah asupan minum tikus jantan akibat perlakuan infusa daun sirsak Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
Gambar 32. Grafik jumlah asupan minum tikus betina akibat perlakuan infusa daun
sirsak Keterangan: Dosis 1 = perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB
Dosis 2 = perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB Dosis 3 = perlakuan infusa daun sirsak 301 mg/kgBB Dosis 4 = perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB Kontrol aquadest 8333 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
G. Rangkuman Pembahasan
Pada penelitian ini, perlakuan infusa daun sirsak secara subkronik
selama 30 hari pada tikus jantan dan betina menunjukkan bahwa infusa daun
sirsak tidak menimbulkan efek toksik yang berupa kekacauan atau perubahan
biokimiawi terhadap sistem hematologi tikus jantan dan betina (hemoglobin,
eritrosit, hematokrit, MCV, MCH, MCHC, RDW, leukosit, limfosit, eosinofil,
monosit, limfosit, netrofil, trombosit (PLT), LED jam I dan LED jam II). Dalam
penelitian ini juga, disimpulkan juga bahwa tidak ada kekerabatan antara
spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak. Informasi yang dapat
diperoleh dari penelitian ini bahwa terdapat peningkatan hemoglobin, MCH,
MCHC dan juga peningkatan leukosit (WBC), namun terjadi penurunan MCV.
Namun peningkatan maupun penurunan ini, merupakan fenomena individual saja.
Dan terjadi akibat perlakuan dari penelitian yang menyebabkan stress pada hewan
uji.
Hasil analisis data pada kadar hemoglobin, menunjukkan peningkatan
hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis infusa daun sirsak 108
mg/kgBB dan 503 mg/kgBB tikus jantan, namun peningkatan ini masih dalam
batas normal. Pada analisis data kadar hemoglobin tikus betina terdapat
peningkatan kadar hemoglobin sesudah perlakuan secara bermakna pada dosis
infusa daun sirsak 108 mg/kgBB, hal yang sama juga menunjukkan bahwa
peningkatan kadar hemoglobin ini masih dalam batas normal pada tikus betina.
Peningkatan kadar hemoglobin setelah perlakuan infusa daun sirsak pada tiap
dosis ini memberikan perbedaan tidak bermakna terhadap kontrol aquadest.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Hasil pengukuran kadar hemoglobin antar kelompok perlakuan baik pada
tikus jantan maupun tikus betina setelah 30 hari menunjukkan perbedaan tidak
bermakna. Hal ini berarti perlakuan infusa daun sirsak tidak ditemukan adanya
kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
Pada analisis data kadar eritrosit tikus jantan terdapat peningkatan
eritrosit secara bermakna setelah perlakuan infusa daun sirsak 503 mg/kgBB
sedangkan pada kadar eritrosit tikus betina terdapat peningkatan eritrosit setelah
perlakuan infusa daun sirsak 108 mg/kgBB. Namun, peningkatan kadar eritrosit
pada tikus jantan dan tikus betina ini menunjukkan peningkatan dalam batas
normal dan hal ini merupakan fenomena individual. Dapat juga dilihat dari hasil
pengukuran kadar eritrosit antar kelompok perlakuan pada tikus jantan maupun
tikus betina setelah 30 hari yang menggambarkan perbedaan tidak bermakna jika
dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan
antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
Analisis kadar hematokrit sebelum perlakuan dan setelah perlakuan,
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini
berlaku baik pada tikus jantan maupun tikus betina. Selanjutnya, pengukuran
kadar hematokrit antar kelompok perlakuan selama 30 hari setelah perlakuan
menunjukkan juga perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan
infusa daun sirsak yang dibandingkan terhadap kontrol aquadest. Hal ini berarti
tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun
sirsak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
Hasil pemeriksaan terhadap kadar leukosit tikus jantan menunjukkan
peningkatan kadar leukosit setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok
perlakuan infusa daun sirsak 180, 301, 503 mg/kgBB sedangkan pada tikus betina
menunjukkan peningkatan kadar leukosit juga pada kelompok perlakuan 301
mg/kgBB;, 503 mg/kgBB. Pengukuran kadar leukosit tikus jantan maupun tikus
betina setelah perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan
perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak
yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti tidak ada kekerabatan
antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
Untuk hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan menggambarkan
penurunan kadar MCV setelah perlakuan secara bermakna pada kelompok
perlakuan infusa daun sirsak 180;, dan 301 mg/kgBB sedangkan pada kadar MCV
tikus betina menggambarkan penurunan kadar MCV setelah perlakuan secara
bermakna pada kelompok kontrol aquadest dan kelompok infusa daun sirsak 108
mg/kgBB. Namun penurunan MCV ini masih dalam batas normal dan bersifat
individual. Hasil pengukuran kadar MCV tikus jantan maupun tikus betina setelah
pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan. Hal ini
berarti tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa
daun sirsak.
Pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak tikus jantan
memberikan informasi perubahan kadar MCH sebelum dan setelah pemberian
infusa daun sirsak secara tidak bermakna. Pada kelompok perlakuan infusa daun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
sirsak 180 mg/kgBB tikus betina menunjukkan peningkatan kadar MCH yang
bermakna dibandingkan dengan kadar MCH sebelumnya, namun peningkatan
yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada kadar MCH setelah
perlakuan infusa daun sirsak 180 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak
bermakna terhadap kontrol aquadest.
Hasil pengukuran kadar MCH pada tikus jantan maupun tikus betina
setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan yang
dibandingkan dengan kontrol aquadest. Dengan demikian, berarti tidak ada
kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
Hasil pengukuran terhadap kadar MCHC tikus jantan dan betina setelah
perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan data sebelum perlakuan
menunjukkan peningkatan kadar MCHC secara bermakna pada semua kelompok
dosis kecuali pada kelompok infusa daun sirsak 180 mg/kgBB tikus jantan.
Namun peningkatan kadar MCHC yang terjadi masih dalam batas normal. Hal ini
dapat terlihat pada kadar MCHC setelah perlakuan infusa daun sirsak pada semua
kelompok dosis infusa daun sirsak memberikan perbedaan yang tidak bermakna
terhadap kontrol aquadest. Selanjutnya pengukuran kadar MCHC antar kelompok
perlakuan pada tikus jantan maupun tikus betina setelah infusa daun sirsak selama
30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan tidak bermakna.
Untuk itu dalam penelitian ini, infusa daun sirsak tidak memberikan pengaruh
terhadap MCHC dan tidak ditemukan adanya kekerabatan antara spektrum efek
toksik dengan dosis infusa daun sirsak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Pada kelompok perlakuan infusa daun sirsak 301;, 503 mg/kgBB tikus
jantan dan kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kgBB menunjukkan peningkatan
kadar RDW setelah perlakuan dibandingkan kadar RDW sebelum perlakuan.
Namun peningkatan ini masih dalam batas normal. Hal ini terlihat pada infusa
daun sirsak 301, 503 mg/kgBB tikus jantan memberikan perbedaan yang tidak
bermakna terhadap kontrol aquadest.
Hasil pemeriksaan kadar RDW pada tikus betina setelah perlakuan infusa
daun sirsak menunjukkan juga peningkatan kadar pada kelompok dosis 108
mg/kgBB dan pada kelompok kontrol 8333 mg/kgBB. Seperti halnya pada tikus
jantan, peningkatan kadar ini masih dalam batas normal. Pengukuran kadar RDW
pada tikus jantan dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30
hari menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok
perlakuan infusa daun sirsak yang dibandingkan dengan kontrol aquadest. Maka
dapat disimpulkan bahwa perubahan kadar RDW pada tikus dan tikus betina
bersifat induvidual dan tidak ditemukan kekerabatan spektrum efek toksik dengan
dosis infusa daun sirsak.
Hasil pengukuran kadar trombosit (PLT) tikus jantan menunjukkan
peningkatan kadar setelah perlakuan dibandingkan dengan sebelum perlakuan
pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak namun peningkatan ini
berbeda tidak bermakna.
Pengukuran kadar trombosit (PLT) tikus betina setelah perlakuan pada
kelompok dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB menunjukkan peningkatan yang
berbeda bermakna. Namun peningkatan ini juga masih dalam batas normal. Hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
ini dapat diamati pada kadar trombosit (PLT) setelah perlakuan infusa daun sirsak
503 mg/kgBB memberikan perbedaan yang tidak bermakna terhadap kontrol
aquadest.
Hasil pengukuran kadar trombosit (PLT) setelah pemberian infusa daun
sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang
tidak bermakna. Hal ini berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar
trombosit (PLT) perubahan kadar trombosit (PLT).
Hasil pemeriksaan terhadap kadar limfosit tikus jantan dan tikus betina
diperoleh perubahan kadar limfosit pada tikus jantan setelah perlakuan infusa
daun sirsak dalam semua kelompok perlakuan menunjukan perbedaan tidak
bermakna sedangkan pada tikus betina terdapat penurunan kadar limfosit pada
kelompok dosis 301 mg/kgBB setelah perlakuan infusa daun sirsak. Hasil
pemeriksaan limfosit setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar
kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini
berarti infusa daun sirsak tidak mempengaruhi kadar perubahan kadar limfosit
dan tidak ada kekerabatn spektrum efek toksik dengan dengan dosis infusa daun
sirsak.
Hasil pemeriksaan terhadap jumlah persentase monosit tikus jantan
menunjukkan perbedaan bermakna pada kelompok dosis infusa daun sirsak 503
mg/kgBB. Perbedaan bermakna yang dimaksud adalah peningkatan persentase
setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan sebelum perlakuan
sedangkan pada dosis infusa daun sirsak 108;, 180;, dan 301 mg/kgBB
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Peningkatan persentase monosit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
ini, bersifat individual dan masih dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan
bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak berpengaruh terhadap kadar perubahan
persentase kadar monosit tikus jantan.
Pemeriksaan jumlah persentase monosit pada tikus betina menunjukkan
peningkatan persentase monosit yang berbeda bermakna pada perlakuan infusa
daun sirsak 301 mg/kgBB namun peningkatan ini masih dalam batas normal.
Dapat dilihat pada pemeriksaan persentase monosit setelah perlakuan infusa daun
sirsak 301 mg/kgBB memberikan gambaran perbedaan yang tidak bermakna
terhadap kontrol aquadest. Pemeriksaan persentase monosit tikus jantan dan tikus
betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 antar kelompok perlakuan
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini mengandung arti bahwa
tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik dengan dosis infusa daun
sirsak.
Hasil pemeriksaan terhadap persentase netrofil tikus jantan dan tikus
setelah perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan dengan sebelum perlakuan
menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada semua kelompok perlakuan
dosis. Hal yang sama, bahwa pemeriksaan persentase netrofil pada tikus jantan
dan tikus betina setelah pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari antar
kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna yang
dibandingkan dengan kontrol aquadest. Hal ini berarti, pemberian infusa daun
sirsak tidak mempengaruhi perubahan persentase netrofil baik pada tikus jantan
maupun tikus betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Hasil pemeriksaan terhadap persentase eosinofil tikus jantan dan tikus
betina setelah perlakuan infusa daun sirsak menunjukkan perbedaan yang tidak
bermakna pada semua kelompok perlakuan infusa daun sirsak dibandingkan
dengan persentase eosinofil sebelum perlakuan infusa daun sirsak.
Pada pemeriksaan persentase eosinofil tikus jantan setelah pemberian
infusa daun sirsak selama 30 hari antar kelompok perlakuan menunjukkan
perbedaan bermakna antara dosis infusa daun sirsak 503 mg/kgBB dan kontrol
aquadest 8333 mg/kgBB. Hasil pemeriksaan persentase eosinofil tikus betina
antar kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini,
memberikan informasi bahwa tidak ada kekerabatan antara spektrum efek toksik
dengan dosis infusa daun sirsak.
Hasil pemeriksaan terhadap persentase basofil pada tikus jantan dan
betina menunjukkan bahwa pada semua kelompok dosis infusa daun sirsak
diperoleh 0% baik pada sebelum dan sesudah perlakuan infusa daun sirsak. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari pada tiap
kelompok perlakuan tidak mempengaruhi perubahan persentase basofil.
Hasil pemeriksaan terhadap LED jam I dan LED jam II pada tikus jantan
dan tikus betina tidak diperoleh nilai LED baik pada jam I maupun pada LED jam
II. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak
mempengaruhi ada tidaknya LED pada jam I maupun pada LED jam II.
Data lain sebagai informasi tambahan yang dapat mendukung dalam
penelitian ini adalah data perubahan berat badan, data jumlah asupan makan, dan
data jumlah asupan minum tikus jantan dan betina. Hasil analisis data perubahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
berat badan menunjukkan perbedaan tidak bermakna baik pada berat badan tikus
jantan maupun tikus betina.
Perubahan berat badan pada tikus jantan maupun tikus betina disebabkan
oleh proses pertumbuhan dan juga oleh jumlah asupan makan dan minum.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak secara
subkronik selama 30 hari tidak memberikan pengaruh terhadap berat badan tikus
jantan maupun tikus betina.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tidak terdapat wujud efek toksik perubahan/kekacauan biokimia pada
komponen-komponen sistem hematologi (hemoglobin, eritrosit, hematokrit,
leukosit, limfosit, trombosit (PLT), RDW, MCV, MCH, MCHC, neutrofil,
monosit, eosinofil, basofil, LED jam I dan LED jam II).
2. Tidak ada hubungan kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan
peningkatan efek toksik.
B. Saran
Perlu dilakukan uji toksisitas dengan jangka waktu yang lebih panjang
misalnya uji toksisitas selama 90 hari. Uji toksisitas kronis selama 90 hari
bertujuan untuk melacak ada tidaknya kekerabatan spektrum efek toksik dengan
dosis pada sistem hematologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
DAFTAR PUSTAKA
Arthur, F. K. N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of
Acute and Subchronic Toxicity of Annona Muricata (Linn.) Aqueous
Extract in Animals, Euro. J. Exp. Bio., 1 (4), 115 – 124. Bicas, J. L., Molina, G., Dionisio, A. P., Baros, F. F. C., Wagner, R., Marostico,
M. R., et al., 2011, Volatile Constituents Of Exotic Fruits From Brazil, Elsevier Ltd., 1843-1855.
BPOM RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Volume kelima, edisi pertama,
Direktorat Obat Asli Indonesia, Jakarta, pp. 3. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid 4, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 1033-1036.
Dandan., L. K., 2012, Uji Toksisitas Obat Herbal Paling Penting,
http://health.kompas.com/read/2012/09/24/05403733/ diakses tanggal 16 Januari, 2012
Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, Edisi 2, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, pp. 124-126, 141-146, 188 – 189, 201-202. Derelanko, M. J., Hollinger, M. A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th Ed., CEC
Press LLC, USA, pp 456-464. Depkes RI, 1989, Materia Medika Indonesia, Jilid V , Direktorat Jenderal
pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.41-45. Depkes RI, 1995, Materia Medika Indonesia, Jilid VI, Direktorat Jenderal
pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta, pp.323-324. Depkes RI, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, pp. 8-15, 17-23 Departemen Kesehatan RI, 2012,./KMK-No.-1076-Th-2003-ttg-penyelenggaraan-
Pengobatan-Tradisional.pdf, http://www.gizikia.depkes.go.id/wp-content/uploads/downloads/2011/03 diakses tanggal 13 Januari, 2013
Dahlan, S. M., 2012, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: deskriptif,
Bivariat, dan Multivariat, dan Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan
SPSS, edisi 5, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, pp. 47-50, 75-80, 88-112.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Enas, Riduwan, Rusyana A., 2011, Cara Mudah Belajar SPSS 17.0 dan Aplikasi
statistik Penelitian, ALFABETA CV, Bandung, pp. 61-62.
Ganong, W. F., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 22, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. pp 533-538
Handayani, W., dan Haribowo, A.S., 2008, Buku ajar Asuhan Keperawatan pada
Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi, Salemba Medika, Jakarta, pp. 1-21.
Hoffbrand, A.V., Pettit, J.E., Moss P.A.H., 2005, Essential Haematology, edisi 4,
diterjemahkan oleh Setiawan. L,. hal.14-17 EGC, Jakarta Laurence, J., Bacharach, M., 1964, Analytical Toxicology, CRC press,
Philadelphia.
Lu, F.C, 1995, Toksikologi Dasar, Asas, Organ Sasaran, dan Penilaian Resiko,
edisi 2, Universitas Indonesia Press, Jakarta, pp. 96. Murray, R. K., Granner, D. K., Rodwell V. W., 2006, Harper Illustrated
Biochemistry, 27th ed., diterjemahkan oleh Pendit, B. U., hal. 636, EGC, Jakarta
Muktiani, 2011, Khasiat dan Cara Olah Sirsak untuk Kesehatan dan Bisnis
Makanan, Pustaka Baru Press, Yogyakarta, pp. 3-16. Mc Laughin, J.L., Liau, X., and Alali, F.Q., 1999, Annonaceous Acetogenin: In
Progress, J. Nat. Prod., 62, 504 – 540. Mehta, A., Hoffbrand V., 2008, At A Glance Hematologi, edisi 2, Erlangga,
Jakarta, pp. 67-70.
Media, D.T., 2011, Sirsak Penjinak Kanker, Penerbit Delta Media, Surakarta, pp. 34-35.
Pathak, Saraswathy, Vora, Savai, 2010, In Vitro Antimicrobial Activity and
Phytochemical Analysis of The Leaves of Annona muricata, International Journal of Pharma Research and Development, 3.
Plantamor, 2008, Sirsak (Annona muricata L.), plantamor.com,
http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 25 Februari, 2013
Pearce, E., 2009, Anatomy & Fisiology For Nurses, diterjemahkan oleh Handoyo,
Y.S., hal. 133-134, 136-140, PT. Gramedia, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
Priyanto, 2009, Toksikologi, Mekanisme, Terapi Antidotum, dan penilaian Resiko, Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi Indonesia, Jawa Barat, pp. 53-54.
Rain Tree, 2012, Tropical Plant Database, Database file for Graviola (Annona
muricata) http://www.rain-tree.com/graviola.htm#.UYMielI6-_J, diakses tanggal 2 Mei, 2013
Rahmat R, Yuyun, 2001, Usaha Tani Sirsak, Percetakan Kanisius, Yogyakarta
Rahima, E., 2011, Menyembuhkan Kanker dengan Daun Sirsak, Arta Pustaka Yogyakarta
Steenis, C. G.G.J van, 1975, Flora untuk Sekolah Indonesia, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta Syahida M., Maskat M. Y., Suri, R., Mamot, S., and Hadijah, H., 2012, Soursop
(Annona muricata L.): Blood Hematology and Serum Biochemistry of Sprague-Dawley Rats, International Food Research Journal, 19 (3), 955-959.
Syxmex Amerika Inc., 2012, XT-2000i™ and XT-1800i™ Automated Hematology
Analyzers, https://www.sysmex.com/us/en/Brochures/Brochure_XT-2000i_and_XT-1800i_MKT-10-1136.pdf, diakses tanggal 6 Maret, 2013
Trubus, R., 2012., My Healthy Life Daun Sirsak Vs Kanker, PT. Trubus Swadaya,
Depok, Jakarta, pp. 86,96,108 6-15. The Aids InfoNet, 2012, The Complete Blood Count (CBC),
http://www.aidsinfonet.org/fact_sheets/view/121#THE_COMPLETE_BLOOD_COUNT__CBC__, diakses tanggal 2 Mei 2013
Waterbury, L., 1998, Hematology for House Officer, Ed.3, diterjemahkan oleh
Suhandi, S., hal. 179, EGC, Jakarta World Health Organizaation, 2003., Manual of Basic Techniques for a Health
Laboratory, Ed. 2., diterjemahkan oleh Chairlan, Biomed. M., Lestari. E., hal. 258-259, EGC, Jakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengesahan Determinasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Lampiran 2. Hasil kunci determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.)
Lampiran 3. Gambar tanaman sirsak dan daun sirsak
(A) Foto tanaman sirsak
(B) daun sirsak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Lampiran 4. Foto serbuk kering simplisia daun sirsak dan infusa daun sirsak
(A) serbuk kering simplisia daun
sirsak
(B) infusa daun sirsak
Lampiran 5. Gambar rangkaian alat destilator (destilasi toluen)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Lampiran 6. Surat keterangan Ethical Clearence
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lampiran 7. Perhitungan bobot tetap daun sirsak Daun sirsak basah : 184,0 g
Serbuk kering daun sirsak : 41,04 g
Pengayakan I (serbuk daun sirsak) : 39,03
Pengayakan II (serbuk daun sirsak) : 39,03
Bobot tetap yang dipeoleh : 39,03
Lampiran 8. Perhitungan rendemen daun sirsak
Daun sirsak basah : 184,0 g
Serbuk kering daun sirsak : 41,04 g
Lampiran 9. Perhitungan kadar air dalam daun sirsak Perhitungan kadar air dalam persentasi massa:
Lampiran 10. Perhitungan penetapan peringkat dosis infusa daun sirsak pada tiap kelompok perlakuan Dasar penetapan peringkat dosis :
Bobot tertinggi tikus : 300 g
Konsentrasi (maksimal) : 6 g/ 100 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
Pemberian infusa dengan ½ volume maksimal pemberian per oral yaitu 2,5 ml
Atas dasar tersebut, maka dapat ditetapkan dosis tertinggi infusa daun sirsak
sebagai berikut:
Dosis x Berat Badan = Konsentrasi x Volume pemberian
D x BB = C x V
D x 300 g = 6 g/100 ml x 2,5 ml
D = 0,0005 g/gBB
D = 0,5 mg/gBB
D = 500 mg/kgBB
Dosis yang digunakan berdasarkan pengobatan pada masyarakat sehari-hari, dosis pada perlakuan ini adalah 2 gram/ 70 kgBB manusia.
Konversi manusia (70 kg ke tikus 200 g) = 0,018 (Laurence and Bacharach, 1964).
Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 2 g = 0,036 g/ 200gBB tikus
Dosis untuk 1 kg tikus = 1000/200 x 0,036 = 0,18 g/ kgBB tikus = 180 mg/kgBB
tikus
Dosis terapi dijadikan sebagai peringkat dosis kedua
Peringkat dosis pertama dosis 180 mg/kgBB dibagi 1,67
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Untuk dua peringkat di atas peringkat 180 mg/kgBB dikali 1,67 kemudian
dikali lagi 1,67
Diperoleh 4 peringkat dosis yaitu : 108 mg/kg; 180 mg/kg; 301 mg/kg; 503 mg/kg.
Lampiran 11. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Jantan Sesudah Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hemoglobin
sesudah perlakuan
RBC sesudah
perlakuan
HCT sesudah
perlakuan RDW sesudah
perlakuan
MCV sesudah
perlakuan
MCH sesudah
perlakuan
MCHC sesudah
perlakuan
N 25 25 25 25 25 25 25 Normal Parameters
a,b Mean 16.4040 8.3604 47.5520 19.0520 55.4280 19.1280 34.7080
Std. Deviatio
n
1.08108 .59556 3.38183 1.22206 2.04787 .60932 .97891
Most Extreme Differences Absolute .229 .153 .236 .188 .129 .135 .142 Positive .151 .104 .145 .188 .129 .128 .142 Negative -.229 -.153 -.236 -.177 -.075 -.135 -.107
Kolmogorov-Smirnov Z 1.146 .766 1.178 .940 .644 .676 .708 Asymp. Sig. (2-tailed) .144 .601 .125 .340 .801 .751 .698
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
WBC
sesudah perlakuan
Limfosit sesudah
perlakuan
Monosit sesudah
perlakuan Eosinofil sesudah
perlakuan
Neutrofil sesudah
perlakuan PLT sesudah
perlakuan N 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 15080.4000 74.4400 5.6000 1.5200 18.4400 1.0043E6 Std.
Deviation 2874.83402 6.49410 2.19848 1.71075 5.64269 1.26361E5
Most Extreme Differences Absolute .133 .173 .152 .339 .129 .088 Positive .133 .087 .128 .339 .129 .088 Negative -.084 -.173 -.152 -.221 -.088 -.074
Kolmogorov-Smirnov Z .665 .866 .762 1.697 .645 .439 Asymp. Sig. (2-tailed) .769 .441 .607 .006 .800 .991
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 12. Uji Normalitas Sistem Hematologi Tikus Betina Sesudah Perlakuan Infusa Daun Sirsak Selama 30 Hari
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Hemoglobin
sesudah perlakuan
RBC sesudah
perlakuan
HCT sesudah
perlakuan
RDW sesudah
perlakuan
MCV sesudah
perlakuan MCH sesudah
perlakuan MCHC sesudah
perlakuan N 25 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 15.3960 7.8600 45.2480 16.9440 57.5120 19.5800 34.1040 Std.
Deviation 1.62826 .79346 5.34518 1.37722 2.94340 .68252 1.22014
Most Extreme Differences Absolute .165 .160 .194 .202 .154 .187 .096 Positive .114 .106 .114 .108 .154 .187 .093 Negative -.165 -.160 -.194 -.202 -.067 -.160 -.096
Kolmogorov-Smirnov Z .827 .801 .970 1.010 .772 .933 .480 Asymp. Sig. (2-tailed) .500 .543 .303 .260 .590 .348 .976
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
WBC sesudah perlakuan
Limfosit sesudah
perlakuan
Monosit sesudah perlakua
n
Neutrofil sesudah
perlakuan
Eosinofil sesudah
perlakuan PLT sesudah
perlakuan N 25 25 25 25 25 25
Normal Parametersa,b Mean 13941.2000 69.5200 6.1600 22.6400 1.6800 974760.0000 Std. Deviation 4222.72061 7.11875 2.19241 7.70757 1.79629 1.91643E5
Most Extreme Differences Absolute .184 .093 .289 .194 .327 .171 Positive .184 .084 .289 .194 .327 .171 Negative -.114 -.093 -.122 -.101 -.233 -.084
Kolmogorov-Smirnov Z .920 .467 1.445 .970 1.637 .853 Asymp. Sig. (2-tailed) .365 .981 .031 .303 .009 .460
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Lampiran 13. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Jantan Paired Samples Test
Paired Samples Statistics Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 8.2700 5 .61041 .27298 Dosis_1_post 8.4240 5 .37713 .16866
Pair 2 dosis_2_pre 8.1580 5 .32942 .14732 Dosis_2_post 8.3860 5 .92716 .41464
Pair 3 dosis_3_pre 8.1400 5 .55687 .24904 dosis_3_post 8.4620 5 .63712 .28493
Pair 4 dosis_4_pre 8.1020 5 .43095 .19273 dosis_4_post 8.6500 5 .29232 .13073
Pair 5 kontrol_pre 8.2020 5 .72662 .32495 kontrol_post 9.0020 5 .65217 .29166
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1 Dosis_1_pre -
Dosis_1_post -.15400 .46161 .20644 -.72716 .41916 -.746 4 .497
Pair 2 dosis_2_pre - Dosis_2_post
-.22800 .96024 .42943 -1.42030 .96430 -.531 4 .624
Pair 3 dosis_3_pre - dosis_3_post
-.32200 .72503 .32424 -1.22224 .57824 -.993 4 .377
Pair 4 dosis_4_pre - dosis_4_post
-.54800 .20179 .09024 -.79856 -.29744 -6.072 4 .004
Pair 5 kontrol_pre - kontrol_post
-.80000 .83531 .37356 -1.83718 .23718 -2.142 4 .099
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 .655 .230 Pair 2 dosis_2_pre & Dosis_2_post 5 .075 .904 Pair 3 dosis_3_pre & dosis_3_post 5 .268 .663 Pair 4 dosis_4_pre & dosis_4_post 5 .915 .030 Pair 5 kontrol_pre & kontrol_post 5 .270 .661
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 14. Uji statistik one way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus jantan Oneway Descriptives RBC sesudah perlakuan
N Mean
Std. Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Dosis I (0,018 mg/gBB)
5 8.4240 .37713 .16866 7.9557 8.8923 7.86 8.89
Dosis II (0,180 mg/gBB)
5 8.3860 .92716 .41464 7.2348 9.5372 6.78 9.05
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
5 8.1400 .55687 .24904 7.4486 8.8314 7.42 8.95
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
5 8.6500 .29232 .13073 8.2870 9.0130 8.38 9.11
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
5 8.2020 .72662 .32495 7.2998 9.1042 6.99 8.79
Total 25 8.3604 .59556 .11911 8.1146 8.6062 6.78 9.11
Test of Homogeneity of Variances RBC sesudah perlakuan
Levene Statistic df1 df2 Sig. 1.075 4 20 .395
ANOVA RBC sesudah perlakuan Sum of Squares df Mean Square F Sig. Between Groups .811 4 .203 .527 .717 Within Groups 7.702 20 .385 Total 8.513 24
Post Hoc Tests
Multiple Comparisons RBC sesudah perlakuan Scheffe
(I) perlakuan dosis (J) perlakuan dosis Mean Difference (I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound
Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) .03800 .39247 1.000 -1.2909 1.3669 Dosis III ( 0,301
mg/gBB) .28400 .39247 .969 -1.0449 1.6129
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
-.22600 .39247 .987 -1.5549 1.1029
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
.22200 .39247 .988 -1.1069 1.5509
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.03800 .39247 1.000 -1.3669 1.2909 Dosis III ( 0,301
mg/gBB) .24600 .39247 .982 -1.0829 1.5749
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
-.26400 .39247 .976 -1.5929 1.0649
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
.18400 .39247 .994 -1.1449 1.5129
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.28400 .39247 .969 -1.6129 1.0449 Dosis II (0,180 mg/gBB) -.24600 .39247 .982 -1.5749 1.0829
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
-.51000 .39247 .791 -1.8389 .8189
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
-.06200 .39247 1.000 -1.3909 1.2669
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) .22600 .39247 .987 -1.1029 1.5549 Dosis II (0,180 mg/gBB) .26400 .39247 .976 -1.0649 1.5929
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
.51000 .39247 .791 -.8189 1.8389
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
.44800 .39247 .857 -.8809 1.7769
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
Dosis I (0,018 mg/gBB) -.22200 .39247 .988 -1.5509 1.1069 Dosis II (0,180 mg/gBB) -.18400 .39247 .994 -1.5129 1.1449
Dosis III ( 0,301 mg/gBB)
.06200 .39247 1.000 -1.2669 1.3909
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB)
-.44800 .39247 .857 -1.7769 .8809
Homogeneous Subsets
RBC sesudah perlakuan
Scheffea
perlakuan dosis
N
Subset for alpha =
0.05
1
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 8.1400
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 8.2020
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 8.3860
Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 8.4240
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 8.6500
Sig. .791
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 15. Uji T-Test Kadar Eritrosit (RBC) Tikus Betina T-Test
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Dosis_1_pre 7.8020 5 .41361 .18497
Dosis_1_post 8.3240 5 .26025 .11639 Pair 2 Dosis_2_Pre 8.0320 5 .34658 .15500
Dosis_2_post 7.0120 5 1.10733 .49521 Pair 3 Dosis_3_pre 8.1580 5 .28367 .12686
Dosis_3_post 7.6420 5 .72029 .32212 Pair 4 Dosis_4_pre 7.8840 5 .34414 .15390
Dosis_4_post 8.0240 5 .24048 .10755 Pair 5 Kontrol_pre 8.2880 5 .62906 .28133
Kontrol_post 8.2980 5 .63728 .28500
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig. Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 .406 .498 Pair 2 Dosis_2_Pre & Dosis_2_post 5 -.011 .986 Pair 3 Dosis_3_pre & Dosis_3_post 5 -.679 .207 Pair 4 Dosis_4_pre & Dosis_4_post 5 .829 .082 Pair 5 Kontrol_pre & Kontrol_post 5 .860 .062
Paired Samples Test
Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
Pair 1 Dosis_1_pre - Dosis_1_post -.52200 .38919 .17405 -1.00525 -.03875 -2.999 4 .040
Pair 2 Dosis_2_Pre - Dosis_2_post 1.02000 1.16398 .52055 -.42527 2.46527 1.959 4 .122
Pair 3 Dosis_3_pre - Dosis_3_post .51600 .93637 .41876 -.64665 1.67865 1.232 4 .285
Pair 4 Dosis_4_pre - Dosis_4_post -.14000 .19748 .08832 -.38521 .10521 -1.585 4 .188
Pair 5 Kontrol_pre - Kontrol_post -.01000 .33526 .14993 -.42628 .40628 -.067 4 .950
Lampiran 16. Uji statistik One Way Anova kadar eritrosit (RBC) tikus betina Oneway Descriptives RBC sesudah perlakuan
N Mean
Std. Deviation
Std. Error
95% Confidence Interval for Mean Min Max Lower Bound Upper Bound
Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 8.3240 .26025 .11639 8.0009 8.6471 7.98 8.63 Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 7.0120 1.10733 .49521 5.6371 8.3869 5.84 8.34
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 7.6420 .72029 .32212 6.7476 8.5364 6.84 8.64 Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 8.0240 .24048 .10755 7.7254 8.3226 7.74 8.29
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 8.2980 .63728 .28500 7.5067 9.0893 7.43 8.85 Total 25 7.8600 .79346 .15869 7.5325 8.1875 5.84 8.85
Test of Homogeneity of Variances RBC sesudah perlakuan Levene Statistic df1 df2 Sig. 7.404 4 20 .001
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
ANOVA RBC sesudah perlakuan
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups
6.003 4 1.501 3.296 .031
Within Groups 9.107 20 .455 Total 15.110 24
Post Hoc Tests Multiple Comparisons RBC sesudah perlakuan Scheffe
(I) Perlakuan dosis (J) Perlakuan dosis Mean Difference (I-
J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound Dosis I (0,018 mg/gBB) Dosis II (0,180 mg/gBB) 1.31200 .42677 .088 -.1330 2.7570
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) .68200 .42677 .641 -.7630 2.1270 Dosis IV (0,503 mg/gBB) .30000 .42677 .972 -1.1450 1.7450 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) .02600 .42677 1.000 -1.4190 1.4710
Dosis II (0,180 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -1.31200 .42677 .088 -2.7570 .1330 Dosis III ( 0,301 mg/gBB) -.63000 .42677 .705 -2.0750 .8150 Dosis IV (0,503 mg/gBB) -1.01200 .42677 .268 -2.4570 .4330 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) -1.28600 .42677 .098 -2.7310 .1590
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.68200 .42677 .641 -2.1270 .7630 Dosis II (0,180 mg/gBB) .63000 .42677 .705 -.8150 2.0750 Dosis IV (0,503 mg/gBB) -.38200 .42677 .935 -1.8270 1.0630 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) -.65600 .42677 .673 -2.1010 .7890
Dosis IV (0,503 mg/gBB) Dosis I (0,018 mg/gBB) -.30000 .42677 .972 -1.7450 1.1450 Dosis II (0,180 mg/gBB) 1.01200 .42677 .268 -.4330 2.4570
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) .38200 .42677 .935 -1.0630 1.8270 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) -.27400 .42677 .980 -1.7190 1.1710
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
Dosis I (0,018 mg/gBB) -.02600 .42677 1.000 -1.4710 1.4190 Dosis II (0,180 mg/gBB) 1.28600 .42677 .098 -.1590 2.7310
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) .65600 .42677 .673 -.7890 2.1010 Dosis IV (0,503 mg/gBB) .27400 .42677 .980 -1.1710 1.7190
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Homogeneous Subsets RBC sesudah perlakuan
Scheffea Perlakuan dosis
N
Subset for alpha = 0.05 1
Dosis II (180 mg/kgBB) 5 7.0120 Dosis III ( 301 mg/kgBB) 5 7.6420 Dosis IV (503 mg/kgBB) 5 8.0240 kontrol aquadest (8333 mg/kgBB) 5 8.2980 Dosis I (108 mg/kgBB) 5 8.3240 Sig. .088
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 5.000.
Lampiran 17. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus jantan Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Dosis_1_pre 1.6000 5 .54772 .24495
Dosis_1_post 1.4000 5 .89443 .40000 Pair 2 dosis_2_pre 2.2000 5 1.64317 .73485
Dosis_2_post 2.4000 5 3.13050 1.40000 Pair 3 dosis_3_pre 1.2000 5 .44721 .20000
dosis_3_post 1.0000 5 1.00000 .44721 Pair 4 dosis_4_pre 3.2000 5 4.91935 2.20000
dosis_4_post 2.2000 5 1.64317 .73485 Pair 5 kontrol_pre 1.6000 5 .54772 .24495
kontrol_post .6000 5 .54772 .24495
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 -.612 .272
Pair 2 dosis_2_pre & Dosis_2_post 5 .953 .012
Pair 3 dosis_3_pre & dosis_3_post 5 .559 .327
Pair 4 dosis_4_pre & dosis_4_post 5 -.408 .495
Pair 5 kontrol_pre & kontrol_post 5 .167 .789
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 Dosis_1_pre -
Dosis_1_post
.20000 1.30384 .58310 -1.41893 1.81893 .343 4 .749
Pair 2 dosis_2_pre -
Dosis_2_post
-.20000 1.64317 .73485 -2.24026 1.84026 -.272 4 .799
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Pair 3 dosis_3_pre -
dosis_3_post
.20000 .83666 .37417 -.83885 1.23885 .535 4 .621
Pair 4 dosis_4_pre -
dosis_4_post
1.00000 5.78792 2.58844 -6.18665 8.18665 .386 4 .719
Pair 5 kontrol_pre -
kontrol_post
1.00000 .70711 .31623 .12201 1.87799 3.162 4 .034
Lampiran 18. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus jantan
NPar Tests Kruskal-Wallis Test
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 13.80
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 14.20
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 11.50
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 17.60
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB) 5 7.90
Total 25
Test Statistics
a,b
Eosinofil
sesudah
perlakuan
Chi-square 5.816
Df 4
Asymp. Sig. .213
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: perlakuan
dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.80 34.00 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) 5 4.20 21.00
Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000
Z -1.678 Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N
Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 6.80 34.00 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) 5 4.20 21.00
Total 10 Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 6.000 Wilcoxon W 21.000
Z -1.678 Asymp. Sig. (2-tailed) .093
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .222a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar
eosinofil tikus jantan
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 6.10 30.50 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) 5 4.90 24.50
Total 10 Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 9.500 Wilcoxon W 24.500
Z -.671 Asymp. Sig. (2-tailed) .502
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 7.40 37.00 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) 5 3.60 18.00
Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 3.000 Wilcoxon W 18.000
Z -2.132 Asymp. Sig. (2-tailed) .033
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .056a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
perlakuan dosis N
Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 5.40 27.00 Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.60 28.00
Total 10 Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 12.000 Wilcoxon W 27.000
Z -.149 Asymp. Sig. (2-tailed) .881
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.00 30.00 Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000
Z -.561 Asymp. Sig. (2-tailed) .575
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 4.60 23.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.40 32.00 Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 8.000 Wilcoxon W 23.000
Z -1.063 Asymp. Sig. (2-tailed) .288
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00 Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000
Z -.561 Asymp. Sig. (2-tailed) .575
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lanjutan lampiran 19. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus jantan
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.80 24.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.20 31.00 Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 9.000 Wilcoxon W 24.000
Z -.827 Asymp. Sig. (2-tailed) .408
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .548a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
Ranks
perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 4.40 22.00
Dosis IV ( 0,503 mg/gBB) 5 6.60 33.00 Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 7.000 Wilcoxon W 22.000
Z -1.205 Asymp. Sig. (2-tailed) .228
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran 20. Uji Paired T-Test Kadar Eosinofil Tikus Betina Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean Pair 1 Dosis_1_pre 1.0000 5 .00000 .00000
Dosis_1_post 2.8000 5 3.11448 1.39284 Pair 2 dosis_2_pre 1.2000 5 .83666 .37417
Dosis_2_post 1.0000 5 .00000 .00000 Pair 3 dosis_3_pre 1.2000 5 .44721 .20000
dosis_3_post 1.2000 5 .83666 .37417 Pair 4 dosis_4_pre 2.0000 5 1.73205 .77460
dosis_4_post 2.2000 5 2.16795 .96954 Pair 5 kontrol_pre 1.2000 5 .44721 .20000
kontrol_post 1.2000 5 1.09545 .48990
Paired Samples Correlations N Correlation Sig.
Pair 1 Dosis_1_pre & Dosis_1_post 5 . . Pair 2 dosis_2_pre & Dosis_2_post 5 . . Pair 3 dosis_3_pre & dosis_3_post 5 .535 .353 Pair 4 dosis_4_pre & dosis_4_post 5 .932 .021 Pair 5 kontrol_pre & kontrol_post 5 -.102 .870
Lampiran 21. Analisis statistik dengan uji Kruskal-Wallis kadar eosinofil tikus betina
NPar Tests Kruskal-Wallis Test
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 15.90
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 10.50
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 12.40
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 15.00
kontrol aquadest (8,333
mg/gBB)
5 11.20
Paired Samples Test
Paired Differences
t df Sig. (2-tailed) Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper Pair 1 Dosis_1_pre -
Dosis_1_post -1.80000 3.11448 1.39284 -5.66714 2.06714 -1.292 4 .266
Pair 2 dosis_2_pre - Dosis_2_post
.20000 .83666 .37417 -.83885 1.23885 .535 4 .621
Pair 3 dosis_3_pre - dosis_3_post .00000 .70711 .31623 -.87799 .87799 .000 4 1.000 Pair 4 dosis_4_pre - dosis_4_post -.20000 .83666 .37417 -1.23885 .83885 -.535 4 .621 Pair 5 kontrol_pre - kontrol_post .00000 1.22474 .54772 -1.52072 1.52072 .000 4 1.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Ranks Perlakuan dosis N Mean Rank
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 15.90
Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 10.50
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 12.40
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 15.00
kontrol aquadest (8,333
mg/gBB)
5 11.20
Total 25
Test Statisticsa,b
Eosinofil sesudah
perlakuan
Chi-square 2.508
Df 4
Asymp. Sig. .643
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lampiran 22. Uji statistik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
Perlakuan dosis N
Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.30 31.50 kontrol aquadest (8,333
mg/gBB) 5 4.70 23.50
Total 10 Test Statisticsb
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500
Z -.868 Asymp. Sig. (2-tailed) .386
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.50 27.50
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
5 5.50 27.50
Total 10
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 12.500 Wilcoxon W 27.500
Z .000 Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] 1.000a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina
NPar Tests Mann-Whitney Test Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.70 28.50
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
5 5.30 26.50
Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 11.500 Wilcoxon W 26.500
Z -.224 Asymp. Sig. (2-tailed) .822
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.30 31.50
kontrol aquadest (8,333 mg/gBB)
5 4.70 23.50
Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500
Z -.941 Asymp. Sig. (2-tailed) .347
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil
tikus betina Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.50 32.50 Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.50 22.50
Total 10
Test Statisticsb
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 7.500 Wilcoxon W 22.500
Z -1.177 Asymp. Sig. (2-tailed) .239
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 6.30 31.50 Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 4.70 23.50
Total 10 Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 8.500 Wilcoxon W 23.500 Z -.859 Asymp. Sig. (2-tailed) .390 Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .421
a
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil tikus betina
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank
Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis I (0,018 mg/gBB) 5 5.80 29.00 Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 5.20 26.00
Total 10 Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 11.000 Wilcoxon W 26.000
Z -.324 Asymp. Sig. (2-tailed) .746
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .841a
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 5.00 25.00
Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 6.00 30.00 Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000
Z -.645 Asymp. Sig. (2-tailed) .519
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
Lanjutan Lampiran 22. Uji statitstik menggunakan uji Mann-Whitney pada kadar eosinofil betina
Ranks
Perlakuan dosis N Mean Rank Sum of Ranks Eosinofil sesudah perlakuan Dosis II (0,180 mg/gBB) 5 4.50 22.50
Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.50 32.50 Total 10
Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 7.500 Wilcoxon W 22.500
Z -1.491 Asymp. Sig. (2-tailed) .136
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis Ranks
Perlakuan dosis N
Mean Rank Sum of Ranks
Eosinofil sesudah perlakuan Dosis III ( 0,301 mg/gBB) 5 5.00 25.00 Dosis IV (0,503 mg/gBB) 5 6.00 30.00
Total 10 Test Statistics
b
Eosinofil sesudah perlakuan
Mann-Whitney U 10.000 Wilcoxon W 25.000
Z -.565 Asymp. Sig. (2-tailed) .572
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .690a a. Not corrected for ties. b. Grouping Variable: Perlakuan dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
BIOGRAFI PENULIS
Imelda Maria Korbafo dilahirkan di Banoco (Timor Leste), 26 Maret
1986 dari pasangan Yulius Elu Korbafo dan Gracinda Cofi. Anak sulung
dari lima bersaudari ini mengawali pendidikan formalnya di SDN 13
Makelab (1991-1997), kemudian melanjutkan ke SLTP Katolik Santo
Mikhael, Padiae (1997-1999), karena kerusuhan Timor Leste ia pindah ke
SLTP Kristen Kefamenanu (1999-2000) dan menamatkan jenjang SLTP
disana. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 2 Kefamenanu- NTT (2000-
2003).
Atas rahmat panggilan Tuhan, ia memulai hidup membiara dalam kongregasi FCJM, di
Sumatera Utara pada tahun 2003 dan mengikrarkan kaul perdana pada tahun 2007.
Selanjutnya pada tahun 2009, kongregasi FCJM mempercayakan tugas padanya untuk
melanjutkan pendidikan ke Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Selama menempuh masa perkuliahan, penulis juga aktif dalam kegiatan-kegiatan
kepanitiaan baik dalam fakultas maupun luar fakultas. Penulis pernah menjadi anggota seksi
dana dan usaha untuk kegiatan pelepasan wisuda Sarjana Farmasi (November 2010) dan pada
tahun berikutnya menjadi koordinator seksi dana dan usaha untuk kegiatan yang sama yakni
pelepasan wisuda Sarjana Farmasi (Oktober 2011), menjadi bendahara dalam Forum
Biarawan/Biarawati Kevikepan Yogyakarta (2011-2012). Pernah menjadi anggota tim dalam
kegiatan pengabdian masyarakat bersama dosen dengan judul kegiatan ”Pelatihan dan
penyuluhan Home Schooling Herbal Medicine” pada Juli - Desember 2012, di Gadingan,
Argomulyo, Cangkringan Sleman DIY, ”Pelatihan dan penyuluhan Home Schooling Herbal
Medicine” pada September - Desember 2012, di Ngrangkah, Umbulhardjo, Cangkringan
Sleman DIY. Penulis pernah menjadi anggota pemenang Program Kreativitas Mahasiswa
bidang Pengabdian Masyarakat tahun 2012 dengan judul ” Pemberdayaan Penjual Jamu
Gendong Dukuh Watu Desa Argomulyo Kabupaten Bantul dalam Pengolahan Simplisia
Empon-Empon Dengan Metode PAIKEM”.
Penulis juga pernah menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Komunikasi Farmasi
pada tahun ajaran 2012/2013.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI