plagiat merupakan tindakan tidak terpuji uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak (annona...

120
i UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Niken Ambar Sayekti NIM : 098114117 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: hoangtram

Post on 24-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

i

UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK

(Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS

TESTIS DAN OVARIUM TIKUS

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Niken Ambar Sayekti

NIM : 098114117

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,

Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

(Mat 11:28)

HIDUP adalah bagaimana kita BERJUANG,

mewujudkan MIMPI-MIMPI yang telah tertanam dalam angan …

Dengan penuh syukur dan sukacita,

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus, sahabat sejati yang selalu ada untukku,

Bapak, Ibu, Mbak Galuh, Dhek Puput,

dan seluruh keluarga besarku yang selalu mendukung dan mendoakanku,

Sahabat-sahabatku yang telah menjadi “guru” dan memberi “warna”

dalam hari-hari ku selama perkuliahan,

Serta Almamaterku…

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

v

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

vi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

vii

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat, kasih, dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Uji Toksisitas Subkronis Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.)

terhadap Gambaran Histologis Testis dan Ovarium Tikus”, sebagai salah satu

syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini penulis telah

banyak memperoleh bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun

tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hendak mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen

Penguji skripsi, atas kesabaran, bimbingan, pengarahan, saran, dan motivasi

yang diberikan kepada penulis selama proses penelitian dan penyusunan

skripsi ini.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji skripsi yang telah

memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

3. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegiharjo M. Si., Apt. selaku Dosen Penguji skripsi

yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., yang telah membantu penulis dalam

determinasi tanaman sirsak (Annona muricata L.).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

viii

5. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas Farmasi

yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas laboratorium

untuk kepentingan penelitian skripsi ini.

6. Dokter Ari, Bapak Ratijo, Bapak Parjiman, Bapak Heru, Bapak Kayat, Bapak

Wagiran, Mas Andri selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi yang

telah banyak memberikan bantuan selama proses pelaksanaan penelitian.

7. Bapak Bambang, Ibu Sitarina, Ibu Asih, Bapak Yon yang telah banyak

membantu dalam pemeriksaan dan menentukan diagnosis histologis organ.

Serta Bapak Lilik dan Bapak Dwi selaku laboran Laboratorium Patologi

Fakultas Kedokteran Hewan UGM yang telah banyak membantu dalam

pembuatan preparat histologis.

8. Bapak Antonius Slamet, Ibu Sulistiyani, Mbak Galuh Ambar Sasi, dan Adik

Catarina Kartikawati yang tak henti mendoakan, memberi semangat, dan

memberikan kasih sayang selama hidupku.

9. Partner dan sahabatku “Tim Annona”, Apriliawati Galuh Ajeng, Christiana

Lambang Kristanti, E. Raras Pramudita, Meita Eryanti, Suster Imelda

Korbafo, Veronika Dita Ayuningtyas atas kerjasama, bantuan, dukungan, dan

kesabaran selama penelitian dan pengerjaan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku, A.M. Inggrid Silli, Luluk Rahendra Martha, Nanda Chris

Nurcahyanti, Novia Sarwoning Tyas, Theresia Garri Windrawati, atas doa,

semangat, kesabaran, motivasi, tawa, kebersamaan, dan bantuan selama ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

ix

11. Seluruh dosen dan staf Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta yang telah banyak memberikan ilmu, pengalaman, dan bantuan

kepada penulis.

12. Teman-teman angkatan 2009 Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

atas bantuan dan kebersamaan dalam suka maupun duka selama melewati

tahun-tahun penuh perjuangan.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah

banyak berperan selama penyusunan skripsi ini.

14. Tuhan Yesus Kristus yang kusebut terakhir, karena Dia-lah tujuan akhir dari

hidup ini. Bersyukur atas berkat, kasih karunia, kekuatan, kesehatan, dan

pendampingan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa tak ada manusia yang sempurna. Oleh karena

itu, penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kemajuan

penelitian-penelitian dimasa mendatang.

Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,

baik mahasiswa, lingkungan akademis, maupun masyarakat, serta memberikan

sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang

kefarmasian.

Yogyakarta,

Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

x

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................ ii

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................. iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................... vi

PRAKATA .............................................................................................. vii

DAFTAR ISI ........................................................................................... x

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xix

INTISARI ................................................................................................ xx

ABSTRACT .............................................................................................. xxi

BAB I. PENGANTAR ............................................................................. 1

A. Latar Belakang .................................................................................. 1

1. Perumusan masalah ...................................................................... 3

2. Keaslian penelitian ....................................................................... 4

3. Manfaat penelitian ........................................................................ 5

B. Tujuan Penelitian .............................................................................. 5

1. Tujuan umum ............................................................................... 5

2. Tujuan khusus .............................................................................. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xi

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA ...................................................... 6

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.) .............................................. 6

1. Sinonim ........................................................................................ 6

2. Nama umum ................................................................................. 6

3. Penyebaran ................................................................................... 6

4. Klasifikasi ……............................................................................ 7

5. Morfologi ..................................................................................... 7

6. Kandungan ................................................................................... 8

7. Khasiat dan kegunaan .................................................................. 9

B. Infusa ................................................................................................ 10

C. Toksikologi ...................................................................................... 10

1. Definisi toksikologi ...................................................................... 10

2. Asas toksikologi ........................................................................... 11

3. Jenis uji toksikologi ...................................................................... 14

D. Uji Toksisitas Subkronis. .................................................................. 16

E. Testis ............................................................................................... 19

1. Anatomi dan fisiologi testis .......................................................... 19

2. Spermatogenesis ........................................................................... 21

3. Pengaturan hormonal .................................................................... 23

4. Gangguan fungsi testis .................................................................. 24

F. Ovarium ............................................................................................ 26

1. Anatomi dan fisiologi ovarium ..................................................... 26

2. Siklus ovarium ............................................................................. 28

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xii

3. Pengaturan hormonal siklus ovarium ............................................ 30

4. Gangguan fungsi ovarium ............................................................. 33

G. Keterangan Empiris........................................................................... 34

BAB III. METODE PENELITIAN .......................................................... 35

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ......................................................... 35

B. Variabel Penelitian ............................................................................ 35

1. Variabel bebas .............................................................................. 35

2. Variabel tergantung ...................................................................... 35

3. Variabel pengacau ........................................................................ 35

C. Definisi Operasional ......................................................................... 36

1. Infusa daun sirsak ......................................................................... 36

2. Daun sirsak yang digunakan ......................................................... 36

3. Pengaruh efek toksik .................................................................... 36

4. Sifat efek toksik ............................................................................ 36

D. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................. 36

1. Alat penelitian .............................................................................. 36

2. Bahan penelitian ........................................................................... 37

E. Tata Cara Penelitian .......................................................................... 38

1. Determinasi daun sirsak ............................................................... 38

2. Pengumpulan bahan ..................................................................... 38

3. Pembuatan serbuk ........................................................................ 38

4. Penetapan kadar air ...................................................................... 38

5. Pembuatan infusa ......................................................................... 39

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xiii

6. Penentuan peringkat dosis ............................................................ 39

7. Penyiapan hewan uji ..................................................................... 41

8. Pengelompokan hewan uji ............................................................ 41

9. Prosedur pelaksanaan .................................................................. 42

10. Pengamatan ................................................................................. 42

11. pembuatan preparat dan pemeriksaan histologis .......................... 43

F. Analisis dan Evaluasi Hasil ............................................................... 44

1. Pemeriksaan histologis organ ...................................................... 44

2. Uji reversibilitas .......................................................................... 45

3. Penimbangan berat badan hewan uji ............................................ 45

4. Pengukuran asupan pakan dan minum hewan uji ......................... 45

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 46

A. Determinasi Tanaman Sirsak ............................................................ 47

B. Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air .................................... 47

C. Gambaran Histologis Testis Akibat Pemberian Infusa

Daun Sirsak ...................................................................................... 49

D. Gambaran Histologis Ovarium Akibat Pemberian Infusa

Daun Sirsak ...................................................................................... 51

E. Reversibilitas .................................................................................... 55

F. Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirsak Terhadap Perubahan

Berat Badan Tikus Jantan dan Betina ................................................ 60

G. Asupan Pakan Tikus Jantan dan Tikus Betina Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak ............................................................................ 63

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xiv

H. Asupan Minuman Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian

Infusa Daun Sirsak ............................................................................ 65

I. Rangkuman Pembahasan ................................................................... 67

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 69

A. Kesimpulan ....................................................................................... 69

B. Saran ................................................................................................. 69

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 70

LAMPIRAN ............................................................................................ 73

BIOGRAFI PENULIS ............................................................................. 99

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel I. Hasil pemeriksaan histologis testis tikus kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari ....... 49

Tabel II. Hasil pemeriksaan histologis ovarium tikus kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak selama

30 hari ...................................................................................... 53

Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis testis dan ovarium tikus

kelompok kontrol dan kelompok perlakuan uji reversibilitas ..... 57

Tabel IV. Purata berat badan ± SEM tikus jantan pada kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak ................. 60

Tabel V. Purata berat badan ± SEM tikus betina pada kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak .................. 61

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Morfologi daun sirsak (Annona muricata L.) ........................... 7

Gambar 2. Struktur testis ............................................................................ 20

Gambar 3. Skema umum spermatogenesis ................................................. 23

Gambar 4. Kerusakan sel penyusun testis .................................................. 26

Gambar 5. Diagram ovarium ...................................................................... 29

Gambar 6. Kadar hormon dalam darah ...................................................... 31

Gambar 7. Fibrosis pada stroma ovarium ................................................... 34

Gambar 8. Gambaran histologis testis tikus akibat pemberian aquadest

8333 mg/kg dengan pewarnaan hematoksilin eosin,

perbesaran 100X ...................................................................... 50

Gambar 9. Gambaran histologis testis tikus akibat pemberian aquadest

8333 mg/kg dengan pewarnaan hematoksilin eosin,

perbesaran 400X ....................................................................... 51

Gambar 10. Gambaran histologis ovarium tikus akibat pemberian infusa

daun sirsak dosis 180 mg/kg selama 30 hari dengan

pewarnaan hematoksilin eosin, perbesaran 100X ...................... 54

Gambar 11. Gambaran histologis ovarium tikus akibat pemberian infusa

daun sirsak 180 mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan

hematoksilin eosin, perbesaran 400X ........................................ 54

Gambar 12. Gambaran histologis testis tikus 14 hari setelah

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dosis 108

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xvii

mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan hematoksilin

eosin, perbesaran 100X ............................................................. 56

Gambar 13. Gambaran histologis testis tikus 14 hari setelah

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dosis 108

mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan hematoksilin

eosin, perbesaran 400X ............................................................. 56

Gambar 14. Gambaran histologis ovarium tikus 14 hari setelah

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dosis 180

mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan hematoksilin

eosin, perbesaran 100X ............................................................. 58

Gambar 15. Gambaran histologis ovarium tikus 14 hari setelah

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dosis 180

mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan hematoksilin

eosin, perbesaran 400X ............................................................. 59

Gambar 16. Grafik perubahan berat badan tikus jantan akibat pemberian

infusa daun sirsak ..................................................................... 62

Gambar 17. Grafik perubahan berat badan tikus betina akibat pemberian

infusa daun sirsak ..................................................................... 62

Gambar 18. Grafik asupan pakan tikus jantan akibat pemberian infusa

daun sirsak ............................................................................... 64

Gambar 19. Grafik asupan pakan tikus betina akibat pemberian infusa

daun sirsak ............................................................................... 64

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xviii

Gambar 20. Grafik asupan minuman tikus jantan akibat pemberian

infusa daun sirsak ..................................................................... 65

Gambar 21. Grafik asupan minuman tikus betina akibat pemberian

infusa daun sirsak ..................................................................... 66

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Foto Daun Sirsak. .................................................................... . 74

Lampiran 2. Foto Infusa Daun Sirsak .......................................................... 74

Lampiran 3. Penetapan Peringkat Dosis Infusa Daun Sirsak dan Dosis

Kontrol Aquadest. ..................................................................... . 75

Lampiran 4. Perhitungan Konversi Dosis untuk Manusia ............................ . 76

Lampiran 5. Perhitungan Penetapan Kadar Air. ........................................... . 77

Lampiran 6. Foto Penetapan kadar air ......................................................... 78

Lampiran 7. Surat Pengesahan Determinasi................................................. . 79

Lampiran 8. Surat Ethics Committee Approval ............................................ . 80

Lampiran 9. Hasil Diagnosis Histologis. ..................................................... . 81

Lampiran 10. Hasil Pemeriksaan Histologis Testis Tikus. ........................... . 83

Lampiran 11. Hasil Pemeriksaan Histologis Ovarium Tikus. ....................... . 84

Lampiran 12. Analisis Statistik Perubahan Berat Badan Tikus Jantan .......... 86

Lampiran 13. Analisis Statistik Perubahan Berat Badan Tikus Betina ......... . 88

Lampiran 14. Langkah-langkah Analisis Data dengan General Linier

Model (metode Multivariate) ............................................... 91

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xx

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik

infusa daun sirsak terhadap testis dan ovarium berdasarkan gambaran

histologisnya. Selain itu juga untuk menganalisis kekerabatan antara dosis infusa

daun sirsak dengan spektrum efek toksik, serta mengevaluasi sifat efek toksik

yang terjadi.

Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak

lengkap pola searah. Hewan uji yang digunakan sebanyak 50 tikus: 25 jantan dan

25 betina, galur Sprague-Dalwey, umur 2-3 bulan. Kemudian dibagi secara acak

menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol yang diberi aquadest 8333 mg/kg

dan 4 kelompok perlakuan yang diberi infusa daun sirsak dengan dosis berturut-

turut 108, 180, 301, dan 503 mg/kg BB. Pada hari ke-31, sebanyak lima tikus dari

tiap dosis dikorbankan dan dilakukan pemeriksaan histologis. Selanjutnya

dilakukan uji reversibilitas selama 14 hari tanpa pemberian perlakuan. Pada hari

ke-15, hewan uji yang tersisa dikorbankan dan dilakukan pemeriksaan histologis.

Hasil pemeriksaan histologis menunjukkan testis dan ovarium dalam

keadaan normal. Maka dapat disimpulkan bahwa pemberian infusa daun sirsak

selama 30 hari tidak menimbulkan efek toksik terhadap testis dan ovarium.

Selanjutnya, tidak ada hubungan antara dosis dengan spektrum efek toksik yang

terjadi. Sifat efek toksik tidak dapat ditentukan karena gambaran histologis pada

perlakuan maupun uji reversibilitas menunjukkan testis dan ovarium dalam

keadaan normal.

Kata kunci: Annona muricata L., infusa, toksisitas, subkronis, testis, ovarium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

xxi

ABSTRACT

This research aims to examine the aqueous extract Annona muricata L.’s

spectrum toxic on testes and ovaries based on histologic. Also to analizes

correlation between doses examine and toxic effects’s spectrum, and to evaluate

the toxic effect’s reversibility.

This research is purely experimental with one way pattern of completely

randomized design. Animals testing are used by 50 rats: 25 males and 25 females,

strain Sprague-Dalwey, age 2-3 month. Then devide randomly into 5 groups,

control group were given distilled water 8333 mg/kg and 4 treatment groups were

given a dose of extract aqueous Annona muricata L. 108, 180, 301, and 503

mg/kg, respectively. On 31st days, 5 rats from each dose were sacrificed and

examined histologically. Furthermore, the reversibility test performed for 14 days

without giving treatment. On 15th days, the remaining test animals were sacrificed

and examined histologically.

The result of histologic examination indicate that the testes and ovaries in

normal state. So, can be concluded that the administration of aqueous extract of

Annona muricata L. for 30 days didn’t cause toxic effects on the testes and

ovaries. Futhermore, there are no relations between the amount of doses with

toxic’s effect determines. The characteristic of toxic’s effect can’t determined

because the treatment and reversibility histological test showed testes and ovaries

in normal state.

Key words : Annona muricata L., aqueous extract, toxicity, subchronic,

testes, ovaries

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

1

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

Salah satu tanaman yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional

adalah tanaman sirsak (Annona muricata L.). Daun sirsak mempunyai banyak

khasiat untuk mengatasi berbagai penyakit sehingga banyak digunakan dalam

masyarakat diberbagai negara, diantaranya digunakan dalam sistem pengobatan

herbal di Afrika sebagai sedatif dan antispasmodik, di Nigeria biasanya digunakan

sebagai antiparasit, antispasmodik, adstringen, antikanker, sedatif, insektisida,

analgetik, dan mengobati penyakit kulit (Adewole and Ojewole, 2009).

Penggunaan daun sirsak di Indonesia antara lain untuk mengobati penyakit

hipertensi, demam, kecacingan, diare, luka bisul, jerawat, antikolesterol dan

sebagai antikanker (Trubus, 2011). Berdasarkan penelitian Adewole dan Ojewole

(2009) dilaporkan bahwa ekstrak air daun sirsak mempunyai efek sebagai

antidiabetes, sedangkan ekstrak etanolnya mempunyai efek antioksidan (Baskar,

Rajeswari, and Kumar, 2007).

Dalam penggunaan di masyarakat, daun sirsak banyak dikonsumsi dalam

bentuk rebusan dengan frekuensi lebih dari satu kali (subkronis). Penelitian

mengenai efek dari konsumsi daun sirsak dalam jangka panjang masih terbatas.

Oleh karena itu penulis ingin meneliti ketoksikan dan sifat efek toksik dari daun

infusa sirsak jika dikonsumsi secara subkronis, khususnya terhadap organ

reproduksi. Uji ketoksikan subkronis merupakan uji ketoksikan suatu senyawa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

2

yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji tertentu selama kurang dari

tiga bulan (Donatus, 2001).

Pada penelitian ini, daun sirsak yang diberikan dalam perlakuan dibuat

dalam bentuk sediaan infusa. Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan

cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit

(Direktorat Obat Asli Indonesia, 2010). Bentuk sediaan infusa lebih mudah dibuat

oleh masyarakat daripada dalam bentuk ekstrak karena infusa lebih mendekati

rebusan. Selain itu bentuk sediaan infusa sudah termasuk dalam kategori bentuk

sediaan herbal Badan POM Republik Indonesia (Direktorat Obat Asli Indonesia,

2010).

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan dan pemeriksaan

terhadap asupan pakan dan minum untuk masing-masing hewan, perubahan berat

badan, dan pemeriksaan histologis organ testis dan ovarium. Pengamatan patologi

dilakukan terhadap gambaran histologis testis dan ovarium (Lu, 1995). Organ

testis dan ovarium termasuk organ yang penting yaitu sebagai organ reproduksi

yang berfungsi menghasilkan individu baru dan menghasilkan hormon-hormon

tertentu. Fungsi reproduksi ini sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu

spesies sehingga muncul gagasan untuk mengetahui ketoksikan dan sifat efek

toksik infusa daun sirsak jika dikonsumsi secara subkronis.

Penelitian toksisitas akut dan subkronis dari ekstrak air daun sirsak

(Arthur, Woode, Terlabi, and Larbie, 2011) terhadap testis telah dilakukan

sebelumnya. Dari hasil penelitian tersebut dikatakan bahwa ekstrak air daun sirsak

yang diberikan terhadap hewan uji dengan dosis 100 mg/kg, 1000 mg/kg, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

3

2500 mg/kg tidak menimbulkan efek toksik terhadap testis. Namun penelitian

tersebut hanya dilakukan selama 14 hari dan tidak dilakukan uji keterbalikkan.

Arthur et al. (2011) juga tidak meneliti tentang efek toksik daun sirsak terhadap

organ reproduksi pada hewan betina (ovarium). Hal ini mendorong penulis untuk

melakukan penelitian mengenai ketoksikan dan sifat efek toksik daun sirsak

terhadap ovarium dan testis dengan jangka waktu yang lebih lama. Dalam

penelitian ini dilakukan uji toksisitas subkronis infusa daun sirsak selama 30 hari

dengan uji keterbalikkan selama 14 hari terhadap tikus putih galur Sprague-

Dalwey untuk mengetahui apakah infusa daun sirsak yang diberikan selama

perlakuan memberikan pengaruh atau efek toksik terhadap testis dan ovarium dan

apakah efek toksik yang ditimbulkan dapat kembali normal jika pemejanan

dihentikan, dilihat dari gambaran histologisnya. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat diaplikasikan untuk mengetahui ketoksikan dan sifat efek toksik daun sirsak

pada organ reproduksi manusia.

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut:

a. Apakah pemberian infusa daun sirsak secara subkronis mempunyai efek

toksik terhadap testis dan ovarium tikus?

b. Apakah ada hubungan antara dosis dengan spektrum efek toksik yang

terjadi?

c. Apakah spektrum efek toksis yang terjadi bersifat reversibel?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

4

2. Keaslian penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut:

a. Evaluasi toksisitas akut dan subkronis ekstrak air Annona muricata L.

pada hewan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa A. muricata pada dosis

rendah bersifat hipoglikemik dan hipolipidemia. Namun pada dosis tinggi

menyebabkan kerusakan ginjal dan menimbulkan efek negatif pada fungsi

rahim (Arthur, et al., 2011).

b. Efek perlindungan ekstrak daun Annona muricata L. (Annonaceae)

terhadap profil serum lipid dan kerja oksidatif hepatosit pada tikus diabetes

terinduksi Streptozotocin menunjukkan hasil bahwa pemberian

streptozotocin berkaitan dengan stress oksidatif pada jaringan hati dan

ekstrak air daun A. muricata menunjukkan aktivitas antioksidan yang

dapat menghambat/mencegah kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh

pemberian streptozocin (Adewole and Ojewole, 2009).

c. Aktivitas antimikroba secara in vitro dan analisis fitokimia daun Annona

muricata. Hasil menunjukkan bahwa A. muricata dapat digunakan pada

penyakit yang disebabkan oleh organisme uji yang digunakan pada

penelitian ini yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes,

Bacillus subtilis, Enterobacter aerogenes, Escherichia coli, Klebsiella

pneumonia, Proteus vulgaris, dan Salmonella typhimurium (Pathak,

Saraswathy, Vora, and Savai, 2010).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

5

Sepengetahuan penulis, penelitian tentang uji toksisitas subkronis infusa

daun sirsak terhadap gambaran histologis organ testis dan ovarium tikus belum

pernah dilakukan.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

kefarmasian dan pengobatan tradisional khususnya tentang daun sirsak

b. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi

mengenai toksisitas infusa daun sirsak terhadap organ testis dan ovarium pada

pemakaian berturut-turut

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan ada tidaknya potensi efek

toksik dari infusa daun sirsak terhadap testis dan ovarium tikus

2. Tujuan khusus

a. Dari penelitian ini dapat diketahui spektrum efek toksik dari infusa daun

sirsak terhadap testis dan ovarium tikus

b. Mengungkapkan hubungan antara dosis yang diberikan dengan spektrum

efek toksik yang terjadi

c. Mengevaluasi reversibilitas (keterbalikkan) spektrum efek toksik yang

terjadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

6

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Tanaman Sirsak (Annona muricata L.)

1. Sinonim

Annona bonplandiana Kunth, Annona cearensis Bard. Rodr., Annona

macrocarpa Werckle, Annona muricata var borinquensis Morales, guanabanus

muricatus Gomez (Pinto et al., 2005).

2. Nama umum

Annona muricata L. merupakan tanaman buah tropis yang banyak

dikenal dengan nama guanabana (Spanish), Graviola (Brazil), pawpaw,

corossolier (Perancis), guanavana, toge-banreisi, nangka blanda, dan nangka

londa, zuurzak (Jerman), munolla (India), mullu ramaphala (Kanada), durian

belanda (Malaysia) (Romero, Beristain, Gabas, and Tellis, 2007; Pinto et al.,

2005). Indonesia: Sirsak, nangka sabrang, nangka walanda. Inggris: Soursop.

Melayu: Durian Belanda, Durian Benggala. Vietnam: Mang Cau Xiem. Thailand:

Thurian Thet, Thurian Khaek. Pilipina: Guyabano, Atti, Illabanos (Plantamor,

2008).

3. Penyebaran

Tanaman ini banyak tersebar di Amerika, Afrika, dan Asia tenggara.

Sirsak popular di Cuba, Bahama, Colombia, dan timur laut Brazil (Lorenzi,

Bacher, Lacerda, and Sartori, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

7

4. Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)

Sub Kelas : Magnolidae

Ordo : Magnoliales

Famili : Annonaceae

Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

(Plantamor, 2008).

5. Morfologi

Daun sirsak berbentuk elips memanjang atau bulat menyempit dengan

bagian ujung yang meruncing. Daun ini memiliki panjang ±6-20 cm dan lebar ±2-

6 cm. Permukaan daun halus dan mengkilat, dengan warna hijau yang lebih tua

dari bagian permukaan atas dibandingkan dengan permukaan bawah, seperti

ditunjukkan pada gambar 1 (Orwa, Mutua, Kindt, Jamnadass, and Simons, 2009).

Gambar 1. Morfologi daun sirsak (Annona muricata L.)

(Zuhud, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

8

Buahnya berbentuk oval, kadang-kadang bentuknya bulat tidak

beraturan, panjangnya 10-30 cm dan lebarnya 15 cm dengan berat 4,5-6,8 kg.

Buah ini dilapisi dengan kulit berduri yang tampak tajam namun halus jika

disentuh. Buah yang belum matang berwarna hijau tua dan lama-kelamaan

semakin menguning (Enweani, Obroku, Enahoro, and Omoifo, 2004). Daging

buah berwarna putih, sangat lembut, agak masam, dan beraroma segar, cocok

untuk dibuat minuman seperti jus atau dimakan langsung. Daging buah soursop

banyak digunakan untuk membuat jus, sirup, nastar, jelly, es krim dan selai

(Romero et al., 2007).

6. Kandungan

Beberapa komponen kimia telah diisolasi dari bagian-bagian tanaman

(akar, batang, daun, buah, dan biji). Sirsak mengandung karbohidrat, protein,

asam folat, kalsium, fosfor, besi, vitamin C, dan banyak mengandung vitamin B1

dan B2 (Enweani et al., 2004). Pathak et al. pada tahun 2010 melaporkan bahwa

ekstrak air dan ekstrak methanol dari daun sirsak mengandung steroid, glikosida

jantung, tannin, dan gula.

Dari skrining fitokimia yang dilakukan oleh Arthur et al. (2011),

diketahui bahwa ekstrak air daun sirsak mengandung saponin, tannin, glikosida,

dan flavonoid. Kandungan lain dalam daun sirsak adalah acetogenin yang

memiliki kemampuan untuk membunuh sel kanker. Acetogenin sejatinya

merupakan kumpulan senyawa aktif dalam daun sirsak. Beberapa senyawa

diantaranya adalah muricatocins A, muricatocins B, annonacin A, trans-

iisoannonacin, annonacin-10-one, dan muricatocin (Trubus, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

9

7. Khasiat dan kegunaan

Dalam pengobatan tradisional, tanaman ini digunakan pada pengobatan

disentri, kardiovaskuler, konstipasi, hemoragi, infeksi bakteri, antivirus, demam,

antiinflamasi, dan gangguan lambung. Juga digunakan untuk antitumor,

antifertilitas, sedatif, antispasmodik, dan hipotensi (Rajeswari, Gajalakshmi, and

Vijayalakshmi, 2012; Yuan et al., 2003).

Bioaktivitas fraksinasi dari daun sirsak yang telah diisolasi menunjukkan

adanya kandungan acetogenin, yaitu muricoreacin, dan murihexocin yang

menunjukkan efek sitotoksik yang signifikan terhadap sel tumor manusia (Watson

and Preedy, 2009). Berdasarkan hasil penelitian Baskar et al. (2007), ekstrak

etanol daun Annona muricata menunjukkan aktivitas antioksidan yang paling

poten secara in vitro dengan persen penghambatan yang paling besar

dibandingkan dengan daun Annona squamosa dan Annona reticulata. Hal ini

mungkin dikarenakan adanya kandungan acetogenin yang memegang peran

sebagai penghalau radikal bebas yang efektif dan juga sebagai agen antitumor.

Hasil penelitian mengungkapkan sirsak memiliki kemampuan sebagai

pembunuh alami sel kanker, yaitu 10.000 kali lebih kuat dari kemoterapi. Sirsak

juga dikenal sebagai antibakteri dan antijamur. Bahkan, daun sirsak dapat

mengobati tekanan darah tinggi, diabetes, dan asam urat (Annasahmad, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

10

B. Infusa

Infusa adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi

simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Pembuatan infuas

merupakan cara yang paling sederhana untuk membuat sediaan herbal dari bahan

lunak seperti daun dan bunga (Direktorat Obat asli Indonesia, 2010).

Pembuatan sediaan infusa adalah dengan mencampur simplisia yang

telah diayak dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya,

panaskan di atas tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 900C

sambil sekali-sekali diaduk-aduk. Diserkai selagi masih panas dengan kain flanel,

jika volume belum memenuhi dapat ditambahkan air panas pada ampas sampai

didapat volume yang dikehendaki (Direktorat Obat asli Indonesia, 2010).

C. Toksikologi

1. Definisi toksikologi

Toksikologi dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu yang mempelajari

tentang racun. Sedangkan racun dapat didefinisikan sebagai substansi yang dapat

menimbulkan efek berbahaya terhadap kehidupan organisme (Hodgson, 2004).

Donatus (2001) mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari aksi

berbahaya zat kimia atas sistem biologi. Definisi ini menunjukkan bahwa obyek

yang dipelajari dalam toksikologi adalah antaraksi zat kimia atau senyawa asing

dengan sistem biologi atau makhluk hidup, yang pusat perhatiannya terletak pada

aksi berbahaya zat kimia tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

11

2. Asas toksikologi

Peristiwa timbulnya efek toksik racun atas makhluk hidup terjadi melalui

beberapa proses, diawali dengan terjadinya pemejanan racun atas makhluk hidup.

Setelah mengalami absorpsi dari tempat pemejanannya, racun atau metabolitnya

didistribusikan ketempat aksi (sel sasaran atau reseptor) tertentu yang ada di

dalam makhluk hidup. Ditempat aksi ini terjadi antaraksi antara racun atau

metabolitnya dengan komponen penyusun sel sasaran atau reseptor, yang

menyebabkan terjadinya serangkaian peristiwa biokimia dan biofisika yang

menimbulkan efek toksik dengan wujud dan sifat tertentu (Donatus, 2001).

Berdasarkan alur peristiwa timbulnya efek toksik suatu racun, maka ada

empat asas utama yang perlu dipahami dalam toksikologi yaitu kondisi efek

toksik, mekanisme aksi, wujud, dan sifat efek toksik.

a. Kondisi efek toksik

Kondisi efek toksik adalah keadaan atau faktor yang mempengaruhi

keefektifan absorpsi, distribusi, dan eliminasi zat beracun didalam tubuh

sehingga menentukan keberadaan (kadar dan lama tinggal) senyawa atau

metabolitnya ditempat aksi dan keefektifan antaraksinya (mekanisme aksi).

Keadaan ini bergantung pada kondisi pemejanan dan kondisi makhluk hidup

(Donatus, 2001).

b. Mekanisme efek toksik

Mekanisme aksi toksik racun dapat digolongkan menjadi tiga, yakni

mekanisme berdasarkan sifat dan tempat kejadian, berdasarkan sifat antaraksi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

12

antara racun dan tempat aksinya, dan berdasarkan risiko penumpukan racun

dalam gudang penyimpanan tubuh (Donatus, 2001).

Mekanisme aksi berdasarkan sifat dan tempat kejadian dibedakan

menjadi mekanisme luka intrasel dan ekstrasel. Mekanisme luka intrasel

disebut juga mekanisme langsung atau primer, yaitu luka sel yang diawali oleh

aksi racun pada tempat aksinya didalam sel. Sedangkan mekanisme aksi

ekstrasel terjadi secara tidak langsung atau mekanisme sekunder, dimana

tempat kejadian awalnya di lingkungan ekstrasel (Donatus, 2001).

Mekanisme aksi berdasarkan sifat antaraksi digolongkan menjadi dua,

yaitu aksi toksik yang didasarkan atas antaraksi yang terbalikkan dan yang tak

terbalikkan antara racun dan tempat aksinya. Antaraksi yang terbalikkan

artinya bila kadar racun yang ada di reseptor habis, maka reseptor akan

kembali kekedudukan semula, sehingga efek toksik yang ditimbulkan oleh

racun akan hilang bila pemejanan racun dihentikan. Antaraksi tak terbalikkan

memungkinkan penumpukan efek. Artinya, kerusakan yang terjadi sifatnya

sama, sehingga akan terjadi penumpukan efek toksik. Maka pemejanan

dengan takaran yang sangat kecil dalam jangka panjang akan menimbulkan

efek toksik yang seefektif dengan yang ditimbulkan oleh pemejanan racun

takaran besar dalam jangka pendek (Donatus, 2001).

Mekanisme aksi berdasarkan penumpukan. Senyawa-senyawa yang

sangat lipofil dan sulit dimetabolisme, di dalam tubuh cenderung akan

disimpan dalam gudang penyimpanan kompartemen lemak dalam keadaan

tidak aktif sehingga relatif tidak membahayakan. Namun perlahan-lahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

13

senyawa tersebut akhirnya terlepas ke sirkulasi darah dan meningkatkan kadar

senyawa yang ada dicairan tubuh. Bila kadar tersebut melebihi harga kadar

toksik minimum (KTM) senyawa tersebut, maka akan menimbulkan efek

toksik yang tidak diinginkan (Donatus, 2001).

c. Wujud efek toksik

Wujud efek toksik adalah hasil akhir dari aksi dan respon toksik. Respon

toksik merupakan suatu proses di mana sel, jaringan, atau organ menanggapi

adanya luka dalam komponen-komponen tubuhnya. Respon yang terjadi

merupakan hasil dari (1) perubahan biokimia terhadap luka sel akibat antaraksi

racun dan tempat aksinya. Termasuk efek toksik jenis ini diantaranya

penghambatan respirasi selular, perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit,

dan gangguan pasok energi. Perubahan biokimia pada umumnya bersifat

terbalikkan. (2) perubahan fisiologi (fungsional) yang berkaitan dengan

antaraksi racun dengan reseptor atau tempat aktif enzim sehingga

mempengaruhi fungsi homeostasis tertentu. Perubahan ini bersifat terbalikkan.

Termasuk efek toksik jenis ini diantaranya anoksia, gangguan pernapasan,

perubahan kontraksi dan relaksasi otot, dan gangguan sistem saraf pusat. (3)

perubahan structural, yang biasanya diawali oleh perubahan biokimia atau

fungsional. Termasuk dalam jenis ini diantaranya perlemakan, nekrosis,

karsinogenesis, dan teratogenesis (Donatus, 2001).

d. Sifat efek toksik

Sifat efek toksik meliputi reversibilitas (terbalikkan) dan irreversibilitas

(tak terbalikkan). Dikatakan terbalikkan jika efek toksik yang terjadi dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

14

kembali seperti keadaan normal atau seperti sebelum terjadi efek toksik.

Keterbalikkan ini tergantung dari sejumlah faktor, termasuk tingkat paparan

(waktu dan jumlah racun) dan kemampuan jaringan yang terkena untuk

memperbaiki diri atau beregenerasi. Sifat tak terbalikkan adalah jika efek

toksik yang terjadi menetap atau tidak dapat kembali seperti keadaan normal

(Williams, James, and Roberts, 2000).

3. Jenis uji toksikologi

Jenis uji toksikologi dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu uji

ketoksikan tak khas dan uji ketoksikan khas.

a. Uji ketoksikan tak khas

Uji ketoksikan tak khas adalah uji toksikologi yang dirancang untuk

mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa pada

aneka ragam jenis hewan uji. Termasuk dalam uji ketoksikan tak khas adalah:

1) Uji ketoksikan akut, yaitu uji yang dirancang untuk menentukan efek

toksik suatu senyawa yang terjadi dalam waktu yang singkat setelah

pemejanan atau pemberian dalam jumlah tertentu. Biasanya pengamatan

dilakukan selama 24 jam. Data kuantitatif yang diperoleh adalah nilai LD50

sedangkan data kualitatif berupa penampakan klinis dan morfologis efek

toksik senyawa uji (Klaassen, 2001).

2) Uji ketoksikan subkronis disebut juga uji ketoksikan sub akut, ialah uji

ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada

hewan uji tertentu selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk

mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji dan untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

15

memperlihatkan apakah spektrum efek toksik tersebut berkaitan dengan

takaran dosis. Hasil uji memberikan informasi tentang efek toksik utama

senyawa uji dan organ-organ yang dipengaruhi, efek toksik lambat yang

tidak diamati pada uji ketoksikan akut, kekerabatan antara dosis dan efek

toksik, dan reversibilitas (Donatus, 2001).

3) Uji ketoksikan kronis merupakan uji ketoksikan suatu senyawa yang

diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji selama lebih dari tiga

bulan (selama sebagian besar masa hidup hewan uji) (Klaassen, 2001).

b. Uji ketoksikan khas

Uji ketoksikan khas adalah uji toksikologi yang dirancang untuk

mengevaluasi secara rinci efek khas suatu senyawa pada aneka ragam jenis

hewan uji. Termasuk dalam uji ketoksikan khas adalah:

1) Uji potensiasi adalah uji untuk menentukan efek suatu senyawa

dengan adanya senyawa lain yang kemungkinan meningkatkan

ketoksikan salah satu senyawa tersebut. Uji potensiasi dilakukan

mengikuti tata cara uji ketoksikan akut dengan melibatkan dua atau

lebih senyawa uji.

2) Uji kekarsinogenikan adalah uji yang ditujukan untuk menentukan

kemampuan senyawa dalam menimbulkan efek pertumbuhan sel

yang lebih cepat dari keadaan normal, yang biasa disebut dengan

kanker.

3) Uji kemutagenikan adalah uji yang ditujukan untuk menentukan

pengaruh suatu senyawa terhadap sistem kode genetik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

16

4) Uji keteratogenikan adalah uji yang ditujukan untuk menentukan

pengaruh suatu senyawa terhadap janin dalam hewan bunting.

5) Uji reproduksi adalah uji yang ditujukan untuk menentukan

pengaruh senyawa atas kapasitas reproduksi hewan uji.

6) Uji kulit dan mata adalah uji yang ditujukan untuk menentukan

berbagai efek lokal senyawa bila bersentuhan langsung pada kulit

dan mata.

7) Uji perilaku adalah uji yang ditujukan untuk mengevaluasi aktivitas

lokomotor hewan uji atas pengaruh suatu senyawa

(Donatus, 2001; Hodgson, 2004).

D. Uji Toksisitas Subkronis

Uji ketoksikan subkronis biasanya disebut juga subakut merupakan uji

ketoksikan suatu senyawa yang diberikan dengan dosis berulang pada hewan uji

tertentu, selama kurang dari tiga bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan

spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk memperlihatkan apakah spektrum

efek toksik itu berkaitan dengan takaran dosis (Donatus, 2001).

Uji toksisitas subkronis dilakukan dengan pemberian dosis berulang pada

periode tertentu, misalnya 28-90 hari pada pemberian senyawa uji secara oral

pada tikus atau anjing. Toksisitas subkronis memberikan informasi tentang

regimen dosis yang dapat digunakan untuk merancang uji toksisitas kronis atau

karsinogenik. Juga memberikan informasi tentang organ target dan potensi dari

bahan kimia yang akan diakumulasi oleh organisme (Hodgson, 2004).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

17

Hewan uji yang disarankan paling tidak satu jenis hewan dewasa sehat,

baik jantan maupun betina yang peka, memiliki profil farmakokinetika dan pola

metabolisme terhadap senyawa uji yang semirip mungkin dengan manusia. Dalam

prakteknya, kebanyakan roden yang digunakan adalah tikus dan untuk nonroden

adalah anjing (Hodgson, 2004). Menurut Derelanko anda Hollinger (2002),

jumlah hewan uji yang digunakan untuk uji ketoksikan subkronis adalah lima ekor

untuk masing-masing jenis kelamin dalam tiap kelompok perlakuan. Hewan uji

harus diadaptasikan dahulu selama beberapa hari sebelum dilakukan percobaan

agar kondisi hasil percobaan yang diperoleh benar-benar merupakan pengaruh

pemberian perlakuan, bukan karena lingkungan yang baru bagi hewan uji.

Takaran dosis yang diberikan untuk hewan uji paling tidak merupakan

peringkat dosis. Penelitian subkronis biasanya menggunakan sedikitnya tiga (lebih

sering empat) peringkat dosis. Dosis tertinggi harus memperlihatkan gejala-gejala

toksik yang nyata, dosis terendah sama sekali tidak menimbulkan efek atau gejala

toksik, dan dosis tengah harus memberikan efek diantara kedua efek tersebut

(Hodgson, 2004). Takaran dosis senyawa uji diberikan sekali sehari selama kurun

waktu uji ketoksikan subkronis, melalui jalur pemberian sesuai dengan yang akan

digunakan oleh manusia (Donatus, 2001).

Pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan dalam uji ketoksikan

subkronis meliputi:

a. Perubahan berat badan yang diperiksa paling tidak 7 hari sekali

b. Masukan makanan untuk masing-masing hewan atau kelompok hewan yang

diukur paling tidak 7 hari sekali

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

18

c. Gejala-gejala klinis umum yang diamati setiap hari

d. Pemeriksaan hematologi yang paling tidak diperiksa dua kali, pada awal dan

akhir uji coba

e. Pemeriksaan kimia darah yang diperiksa dua kali pada awal dan akhir uji coba

f. Analisi urin paling tidak sekali

g. Pemeriksaan histopatologi organ pada akhir uji coba

(Loomis, 1978 cit Donatus, 2001).

Hasil uji ketoksikan subkronis memberikan informasi tentang efek toksik

utama senyawa uji dan organ-organ sasaran yang dipengaruhinya, informasi

tentang perkembangan efek toksik yang lambat berkaitan dengan takaran dosis

yang tidak teramati pada uji ketoksikan akut, kekerabatan antara kadar senyawa

dalam darah dan jaringan terhadap perkembangan luka toksik, dan keterbalikan

(reversibilitas) efek toksik. Hasil ini digunakan untuk merancang uji ketoksikan

kronis di mana hewan uji akan dipejani dengan senyawa uji dalam jangka waktu

yang lebih lama (Donatus, 2001).

Efek toksik yang terjadi akibat pemberian senyawa uji, dapat dilihat dari

besarnya kerusakan organ yang terjadi akibat pemberian senyawa uji. Kerusakan

organ dapat dilihat dari gambaran histologis dari organ tersebut. Organ-organ

yang dapat dijadikan sebagai obyek pemeriksaan histologis diantaranya adalah

testis, ovarium, hati, ginjal, lambung, dan usus (Hodgson, 2004).

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi status kesehatan hewan uji.

Suhu dan kelembapan lingkungan yang kurang sesuai dapat menyebabkan stress.

Stress juga dapat disebabkan karena beberapa hewan uji berada dalam satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

19

kandang. Sehingga kandang didesain secara khusus agar mudah dibersihkan,

aman bagi hewan uji, dan dalam satu kandang hanya diisi satu hewan uji

(Hodgson, 2004).

E. Testis

1. Anatomi dan fisiologi testis

Saluran reproduksi pria terdiri atas dua testis, duktus genital, kelenjar

aksesorius, dan penis. Saluran reproduksi memiliki dua fungsi utama, yang

pertama membentuk hormon androgenik, perkembangan karekteristik seks

sekunder saat pubertas, serta pemeliharaan libido dan potensi selama masa

dewasa. Fungsi kedua adalah membentuk sekitar 30 juta spermatozoa perhari

selama masa subur pria. Kedua fungsi ini saling berkaitan, dan keduanya

membutuhkan keutuhan aksis hipotalamus-hipofisis-testis. Oleh karena itu,

penyakit hipotalamus, hipofisis, testis, atau kelenjar aksesorius dapat

menyebabkan gangguan produksi androgen (menyebabkan hipogonadisme) atau

produksi sperma (menyebabkan infertilitas) (McPhee and Ganong, 2006).

Testis merupakan sepasang struktur berbentuk oval dengan panjang

sekitar 4,5 cm dan diameter sekitar 2,5 cm. Bersama epididimis, testis berada di

dalam skrotum yang merupakan sebuah kantong ekstraabdomen tepat dibawah

penis (Heffner and Schust, 2006). Skrotum berfungsi membungkus dan

melindungi testis serta mempertahankan suhu testis sekitar 1,5-20

C di bawah suhu

abdomen. Gambar 2 menunjukkan struktur testis yang terdiri dari lengkung-

lengkung tubulus yang berkelok-kelok yang dinamakan tubulus seminiferus.

Tubulus seminiferus mengandung deretan sel-sel yang menghasilkan gamet dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

20

sel sertoli, yaitu sel yang menyokong sel-sel penghasil gamet. Sel-sel ini

dihubungkan oleh sejumlah barier seluler, termasuk beberapa lapisan sel mioid.

Sel mioid mempunyai banyak sifat-sifat otot polos (McPhee and Ganong, 2006).

Diantara tubulus-tubulus, terdapat sarang-sarang sel intersisial yang

mengandung fibroblast jaringan ikat dan fibrol kolagen yang memegang jaringan

apermatogenik bersama-sama. Jaringan intersisial ini juga mengandung makrofag,

limfosit, sel mast, dan sel Leydig. Sel Leydig berada dalam kelompokan sel-sel

kecil. Sel-sel ini berdiameter 15-20 µm dan inti bulat di tengah dengan

heterokromatin perifer dan satu anak inti atau lebih. Sel-sel sertoli mempunyai inti

besar di basal, banyak eukromatin dan dua anak inti atau lebih (Johnson, 1993).

Gambar 2. Struktur testis

(Ganong, 2005).

Testis dilindungi oleh sawar darah testis (Blood-testis barier = BTB).

BTB merupakan suatu kompleks sistem multisel yang terdiri atas sel mioid dan

membran yang mengelilingi tubulus seminiferus dan sel sertoli yang terjalin rapat

dalam tubulus. Tetapi sawar ini tidak seefektif sawar darah otak. Laju penetrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

21

zat kimia kedalam testis ditentukan oleh bobot molekul, koefisien partisi, dan ciri–

ciri ionnya (Lu, 1995).

Testis mempunyai dua fungsi, yaitu sebagai tempat spermatogenesis dan

produksi androgen. Spermatogenesis terjadi dalam tubulus seminiferus testis.

(Heffner and Schust, 2006). Dalam tubulus ini terdapat sel sertoli yang menjulur

dari membran dasar sampai ke lumen tubulus dan berisi protein pengikat-

androgen (androgen-binding protein=ABP). Androgen-binding protein (ABP)

memudahkan pergerakan androgen kespermatosid untuk pengembangannya. Sel

sertoli membantu menghancurkan sel-sel selama spermatogenesis dan badan sisa

yang dilepaskan spermatid selama spermiogenesis. Sel sertoli mensekresi cairan

yang menimbulkan suasana lingkungan yang cocok untuk spermatozoa dalam

tubulus seminiferus. Selain itu, sel sertoli juga mensekresi protein inhibin yang

memberikan umpan balik membantu menghambat produksi FSH oleh gonadotrop

andenohipofiis maupun secara langsung mempengaruhi sekresi gonadotropin

releasing hormone (GnRH) (Johnson, 1993).

Selain itu ada sel Leydig, yang terletak dalam jaringan intersisial

disekeliling tubulus seminiferus (Lu, 1995). Sel-sel ini yang menghasilkan

testosteron dan dihidrotestosteron serta menyekresikan hormon-hormon tersebut

ke dalam darah (McPhee and Ganong, 2006).

2. Spermatogenesis

Spermatogenesis dimulai dengan gonosit selama periode janin, sel ini

diubah menjadi spermatogonium setelah kelahiran. Spermatogonium tetap dorman

hingga pubertas, saat aktivitas proliferatif dimulai lagi. Beberapa spermatogonium

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

22

berkembangbiak membentuk spermatogonium lain sementara lainnya mengalami

pematangan menjadi spermatozoa. Ada tiga tahap antara, spermatogonium

membelah dengan mitosis untuk membentuk spermatosid primer, yang kemudian

membelah dengan meiosis untuk membentuk spermatosid sekunder. Kemudian

spermatosid sekunder membelah diri membentuk spermatid. Melalui

metamorfosis, spermatid berubah menjadi spermatozoa. Seluruh proses terjadi

secara berkesinambungan. Waktu yang dibutuhkan spermatogonium untuk

menjadi spermatozoa adalah sekitar 60 hari (Lu, 1995).

Skema umum spermatogenesis mamalia (gambar 3) menunjukkan tahap

premeiotic dan meiosis dari spermatositogenesis (dari sel batang cadangan melalui

spermatosit diploid utama untuk haploid yang sekunder spermatosit) dan

spermiogenesis postmeiotic dengan perkembangan dan pematangan spermatozoa.

Setiap siklus selesai dalam 35 sampai 64 hari dengan siklus baru yang dimulai

dari spermatogonium setiap 12 sampai 13 hari (Derelanko and Hollinger, 2002).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

23

Gambar 3. Skema umum spermatogenesis

(Derelanko and Hollinger, 2002).

3. Pengaturan hormonal

a. Testosteron

Testosteron merupakan suatu steroid C19, disintesis dari kolesterol oleh

sel interstitium testis dan dari androstenedion yang dikeluarkan oleh korteks

adrenal. Pada pria dewasa normal, laju testosteron adalah 4-9 mg/hari

(McPhee and Ganong, 2006). Kadar testosteron yang tinggi diperlukan untuk

mempertahankan spermatogenesis dan aktifitas fungsional epididimis, duktus

deferens, vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulnouretralis.

Selain itu, testosteron juga penting untuk perkembangan dan mempertahankan

sifat seks sekunder (Johnson, 1993).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

24

b. Dihidrotestosteron (DHT)

Dihidrotestosteron berasal baik dari sekresi langsung oleh testis (sekitar

20%) maupun dari perubahan perifer testosteron dan prekursor androgen

lainnya yang berasal dari testis dan adrenal (sekitar 80%). DHT beredar dalam

darah, dengan kadar DHT plasma normal untuk pria dewasa adalah 27-75

ng/dL (McPhee and Ganong, 2006).

c. Luteinizing hormone (LH)

Luteinizing hormone dihasilkan oleh gonadotrop basofilik di

adenohipofisis. GnRH hipotalamus merangsang gonadotrop untuk mensekresi

LH (Johnson, 1993). LH merangsang sel intersisial Leydig untuk

menghasilkan testosteron (McPhee and Ganong, 2006).

d. Follicle-stimulating hormone (FSH)

Follicle-stimulating hormone dihasilkan oleh gonadotrop adenohipofisis

basofilik. Hormon ini bekerja pada sel sertoli untuk mempermudah

spermatogenesis (McPhee and Ganong, 2006).

e. Hormon lain

Sel sertoli melepaskan protein pengikat androgen, yang menimbunnya

dalam tubulus seminiferus dan membantu menciptakan kadar testosteron

setempat yang tinggi yang diperlukan untuk spermatogenesis (Johnson,

1993).

4. Gangguan fungsi testis

Testis berkembang di dalam cavitas abdominalis dan normalnya

bermigrasi ke skrotum selama perkembangan fetus. Testis yang tidak turun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

25

(kriptorkismus) merupakan kelainan genitelia yang paling sering dijumpai pada

2% anak laki-laki usia 1 tahun dan 0,3% setelah pubertas (Ganong, 2005).

Kriptorkismus dapat disebabkan oleh salah satu dari hal berikut: (i) kegagalan

hipotalamus janin untuk merangsang sekresi gonadotropin pada trimester ketiga;

(ii) kegagalan testis mensekresi androgen; (iii) kegagalan konversi testosteron

menjadi dihidrotestosteron pada jaringan target; (iv) tidak adanya reseptor

androgen yang berfungsi (Heffner and Schust, 2006).

Kelainan lain adalah hernia inguinalis yang merupakan keadaan yang

menyerupai kriptorkripmus. Pada keadaan ini terjadi penurunan testis, namun

cincin inguinal tidak menutup dengan sempurna setelah penurunan. Anak laki-laki

yang didiagnosis mengalami hernia inguinalis sebelum usia 15 tahun memiliki

resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker testis dibandingkan anak laki-laki

pada populasi umum (Heffner and Schust, 2006).

Kerusakan testis dapat dilihat dari gambaran histologis, seperti misalnya

intertubular edema, perubahan degeneratif pada epitelium gonad dengan

akumulasi sel giant pada lumen tubulus seminiferus, hipermetropi sel leydig, dan

ketiadaan spermatogenesis yang ditunjukkan pada gambar 4 (Kumar, Kanniappan,

and Mathuram, 2011).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

26

Gambar 4. Kerusakan sel penyusun testis

A. Akumulasi sel giant pada lumen tubulus seminiferus (gambar kiri);

A. Ketiadaan spermatogenesis, B. Hipermetropi sel leydig (gambar kanan)

(Kumar et al, 2011).

F. Ovarium

1. Anatomi dan fisiologi ovarium

Sistem reproduksi wanita terdiri atas organ interna dan organ eksterna.

Organ interna mencakup ovarium, tuba uterine (fallopii), uterus, dan vagina.

Organ eksterna terdiri dari labia mayora dan mons pubis, labia minora, klitoris,

dan bulbus vestibule. Terdapat juga organ aksesoris, yaitu kelenjar vestibularis

mayor (kelenjar bartholini) (Johnson, 1993).

Ovarium merupakan dua struktur kecil berbentuk oval, masing-masing

berukuran sekitar 2x4x1,5 cm, berada jauh didalam pelvis (Heffner and Schust,

2006). Zona luar ovarium (korteks), sangat seluler dan mempunyai komposisi sel

seperti fibroblast pada jaringan jala serat kolagen tipis. Zona dalam ovarium yang

lebih kecil (medulla), berwarna lebih pucat dan terdiri dari jaringan penghubung

renggang yang mengandung serat-serat yang lebih elastic, kadang-kadang sel otot

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

27

polos, dan sejumlah arteri dan vena yang berkelok-kelok dari cabang kecil

beradiasi ke korteks. Korteks dan medulla tersusun tanpa garis pemisah yang jelas

(Bloom and Fawcett, 1994). Kedua ovarium mengandung ribuan folikel, masing-

masing dengan satu oosit yang dikelilingi oleh sel granulosa, yang terbenam

dalam suatu matriks sel-sel teka. Sel-sel penunjang ini menghasilkan steroid dan

produk-produk parakrin yang penting dalam pematangan folikel dan koordinasi

proses-proses reproduksi (McPhee and Ganong, 2006).

Ovarium berfungsi untuk produksi sel germinal (memproduksi telur yang

matang untuk fertilisasi) dan biosintesis hormon steroid dalam jumlah besar.

Hormon steroid yang diproduksi oleh ovarium bekerja didalam folikel untuk

menunjang oosit yang sedang berkembang dan diluar ovarium pada jaringan

target (Heffner and Schust, 2006). Ovarium mengeluarkan tiga jenis steroid, yaitu

progesteron yang mengandung 21 karbon, androgen yang mengandung 19 karbon,

dan estrogen yang mengandung 18 karbon. Sintesis steroid terjadi melalui

konversi kolesterol dalam suatu rangkaian reaksi biokimiawi yang dikatalisis oleh

enzim di mitokondria dan retikulum endoplasma. Mekanisme utama kerja hormon

steroid adalah difusi melalui membran plasma, pengikatan steroid pada protein

reseptor di sitoplasma atau nukleus, dan setelah perpindahan ke nukleus, jika

perlu, pengaktifan trankripsi gen-gen tertentu melalui pengikatan kompleks

steroid-reseptor pada region spesifik DNA. Dengan cara ini, pola ekspresi gen di

berbagai jaringan yang memiliki reseptor steroid berubah. Reseptor steroid yang

terikat pada membran terbukti mengaktifkan kaskade fosforilasi yang biasanya

diatur oleh faktor pertumbuhan (McPhee and Ganong, 2006).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

28

2. Siklus ovarium

Setiap bulan sistem reproduksi wanita mengalami perubahan siklus

teratur yang dapat dikatakan sebagai persiapan untuk kehamilan. Pada mamalia,

siklus ini merupakan siklus menstruasi dengan gambaran yang paling menyolok

adalah adanya pendarahan vagina priodik yang timbul dengan pelepasan mukosa

uterus. Lama siklus ini bervariasi pada tiap wanita, tetapi gambaran rata-rata 28

hari dari mulai satu masa menstruasi ke masa berikutnya (Ganong, 2005). Siklus

menstruasi memiliki tiga fase yaitu:

a. Fase folikular

Fase folikular biasanya berlangsung 14 hari dan memuncak dengan

terbentuknya oosit matang. Pada awalnya, sekelompok folikel berkembang,

tetapi akhirnya hanya satu folikel dominan yang terpilih dan sisanya

mengalami proses degenerasi dan kematian apoptitik yang dinamai atresia

(McPhee and Ganong, 2006). Perkembangan folikel menjadi matang dan

ovulasi atau atresia bergantung pada perubahan dalam jumlah sel-sel folikel,

susunannya sekitar antrum dan hubungannya satu dengan yang lain dan

dengan oosit. Gambar 5 menunjukkan diagram ovarium mamalia yang

memperlihatkan rangkaian perkembangan sebuah folikel dan perkembangan

korpus luteum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

29

Gambar 5. Diagram ovarium (Ganong, 2005).

1) Folikel primordial dan folikel primer

Sel epitel folikel di folikel primordial membentuk lapisan gepeng

disekeliling oosit. Folikel primordial menjadi folikel primer yang

mempunyai banyak lapisan karena sel epitel berproliferasi membentuk

beberapa lapisan. Sel-sel stroma yang berdekatan pada tiap folikel yang

sedang bertumbuh membentuk lapisan konsentris disebut teka interna

2) Folikel sekunder (antral)

Folikel primer yang mempunyai banyak lapisan menjadi folikel

sekunder ketika terbentuk antrum (ruangan berisi cairan) yang sempurna.

Antrum akan terus tumbuh karena mengumpulkan cairan likuor folikuli.

Pada folikel yang lebih besar, antrum secara khas berada dekat tengah

folikel. Ovum terletak eksentris pada kelompok kecil disebut cumulus

ooforus dan dikelilingi oleh sel-sel granulosa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

30

3) Pematangan folikel

Sel-sel granulosa mengalami proliferasi akhir, produksi likuor

folikuli meningkat dan sel-sel granulosa sekeliling oosit saling lepas dari

sel-sel granulosa didekatnya. Folikel menonjol ke permukaan ovarium.

Karena ada rangsangan LH sebelum ovulasi, folikel yang menonjol

memecah epitel germinal dan oosit sekunder masuk ke rongga peritoneum

(Johnson, 1993).

b. Fase Ovulasi

Ovulasi merupakan proses dimana folikel dominan mengeluarkan

oosit matangnya untuk diangkut melalui tuba uterine dan dibuahi serta

tertanam di uterus yang sudah siap. Konseptus tertanam dalam rongga uterus

dan terbentuk hubungan yang erat dengan jaringan maternal

c. Fase luteal

Fase luteal biasanya berlangsung rata-rata 14 hari dan ditandai oleh

luteinisasi folikel yang pecah untuk menghasilkan corpus luteum (McPhee

and Ganong, 2006). Jika timbul kehamilan, maka corpus luteum menetap dan

biasanya tak ada haid lagi sampai persalinan. Jika tak ada kehamilan, maka

corpus luteum mulai berdegenerasi sekitar 4 hari sebelum haid berikutnya dan

kemudian digantikan oleh jaringan parut yang membentuk corpus albicans

(Ganong, 2005).

3. Pengaturan hormonal siklus ovarium

Hormon-hormon yang penting dalam pengaturan siklus ini adalah follicle

stimulating hormone (FSH), luteinizing hormone (LH), estrogen, dan progesteron.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

31

FSH dan LH disekresi oleh gonadotrop adenohipofisialis. Estrogen dan

progesteron disintesa di ovarium terutama di dalam dan di sekitar folikel

(Johnson, 1993). Hormon-hormon ini berubah kadarnya sesuai fase yang terjadi

(Gambar 6). Menurut Johnson (1993), siklus reproduksi wanita dibagi menjadi

beberapa fase, yaitu fase folikular (fase preovulasi) dan fase luteal (ovulasi dan

fase post ovulasi ).

Gambar 6. Kadar hormon dalam darah

(McPhee and Ganong, 2006).

a. Fase folikular mencakup perubahan-perubahan yang terjadi sebelum

ovulasi, berupa rangsangan FSH pada folikel yang sedang tumbuh untuk

menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen kemudian merangsang

pertumbuhan kelenjar endometrium.

b. Fase luteal mencakup pelepasan LH, ovulasi, perubahan sisa-sisa folikel

menjadi korpus luteum dan sekresi progesteron dari korpus luteum.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

32

1) Luteinisasi

a) Selama luteinisasi folikel, membran basalis epitel pecah-pecah, sel-

sel garnulosa kolaps dan sejumlah pembuluh darah dan sel-sel teka

interna pindah ke dalam korpus luteum yang sedang tumbuh

b) Korpus luteum terdiri dari sel-sel lutein teka dan sel-sel lutein

granulosa, dan banyak pembuluh darah (Johnson, 1993). Korpus

luteum mensekresi sejumlah besar steroid, hormon utama adalah

progesteron, tetapi androgen dan estrogen juga dihasilkan.

Kelanjutan sekresi korpus luteum membutuhkan stimulasi LH,

tanpa rangsangan LH, corpus luteum mengalami degenerasi

(McPhee and Ganong, 2006).

2) Progesteron merangsang kelenjar endometrium untuk mensekresi bahan

pertumbuhan yang mendukung perkembangan awal suatu embrio, yang

terdapat setelah fertilisasi.

3) Trofoblas embrional yang sedang berkembang menghasilkan hormon-

hormon, terutama human Chronic Gonadotropin (hCG). Hormon ini

hanya ada jika terjadi fertilisasi. Jika fertilisasi tidak terjadi, korpus

luteum dari siklus itu mundur, kehilangan dukungan progesteron untuk

endometrium dan sebagian besar endometrium dilepaskan sebagai

menstruasi. Pada menstruasi, folikel baru mulai berkembang karena

siklus ovarium mulai lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

33

4) Perkembangan folikel adalah proses yang terus menerus pada wanita yang

dapat bereproduksi dan fase awalnya tidak bergantung pada rangsangan

gonadotropin (Johnson, 1993).

4. Gangguan fungsi ovarium

Dalam sistem reproduksi wanita, telur dan ovarium dapat dipengaruhi

oleh toksikan. Namun biasanya telur yang telah dibuahilah yang dipengaruhi

secara langsung atau tidak langsung melalui perusakan terhadap rahim (Lu, 1995).

Kanker sel epitel ovarium biasanya terdeteksi setelah terjadi penyebaran

intraperitonial luas dan pada saat itu penyembuhan hampir tidak dapat terjadi

(Heffner and Schust, 2006). Agar ovarium berfungsi dengan benar, diperlukan

responsivitas terhadap gonadotropin, viabilitas instrinsik folikel, dan sejumlah

interaksi parakrin di dalam dan di antara folikel. Sindrom ovarium polikistik

(SOPK) adalah salah satu contoh disfungsi ovarium akibat gangguan mekanisme

umpan-balik yang terus-menerus (McPhee and Ganong, 2006). Merupakan

keadaan yang ditandai oleh penebalan capsula ovarium dan pembentukan

beberapa kista folikular, biasanya dalam kedua ovarium (Ganong, 2005). Sindrom

ovarium polikistik bermanifestasi sebagai anovulasi, infertilitas, dislipidemia, dan

pendarahan uterus abnormal (McPhee and Ganong, 2006).

Kerusakan ovarium dapat dilihat berdasarkan gambaran histologisnya,

diantaranya inflamasi dan nekrosis yang pada umumnya jarang ditemukan sebagai

kerusakan ovarium pada hewan uji. Dekstruksi oosit biasanya merupakan proses

atresia (program kematian sel atau apoptosis), jarang yang disebabkan karena

inflamasi dan nekrosis. Degenerasi oosit atau folikel ovarium pada manusia atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

34

hewan roden dapat disebabkan karena pemberian terapi antikanker seperti agen

alkilasi, antimetabolit, antibiotik, dan alkaloid vinca dengan atau tanpa radiasi

ionik. Ovarium yang mengalami atropi biasanya ditandai dengan ukuran organ

yang kecil dan tidak adanya perkembangan folikel atau corpus luteum. sel

ovarium dan corpora albicans mungkin masih berbentuk tetapi stroma ovarium

mengalami fibrosis (gambar 7). Akumulasi pigmen seroid (lipofuscin) umumnya

terkait dengan usia yang menyebabkan perubahan sel stroma pada ovarium roden

seperti pada strain Sprague-Dalwey (SD). Agen penghambat sintesis steroid

seperti imidazol (antijamur) juga berpotensi menyebabkan pigmentasi pada

ovarium roden (Greaves, 2000).

Gambar 7. Fibrosis pada stroma ovarium

(Greaves, 2000).

G. Keterangan Empiris

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif untuk mendapatkan bukti

adanya efek toksisitas subkronis dari infusa daun sirsak (Annona muricata L.)

pada testis dan ovarium tikus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

35

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian toksisitas subkronis infusa daun sirsak terhadap gambaran

histologis testis dan ovarium tikus termasuk penelitian eksperimental murni

dengan menggunakan rancangan penelitian acak lengkap pola searah.

B. Variabel Penelitian

1. Variabel bebas : dosis infusa daun sirsak.

2. Variabel tergantung : histologis testis dan ovarium tikus.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali

1) Subjek uji berupa tikus putih galur Sprague Dawley (SD), jenis

kelamin jantan dan betina, umur 2 – 3 bulan, berat badan 160 – 280 g,

keadaan fisik berstatus sehat, diperoleh dari Laboratorium Hayati

Imono, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

2) Bahan uji berupa daun sirsak, diperoleh dari wilayah Jetis, Ngaglik,

Sleman, Yogyakarta.

b. Variabel pengacau tak terkendali

Keadaan patologi tikus: meskipun keadaan fisik sehat, belum menjamin

bahwa tidak adanya kelainan atau gangguan pada testis dan ovarium.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

36

C. Definisi Operasional

1. Infusa daun sirsak adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara menginfundasi

6 g serbuk daun sirsak dengan 100 ml aquadest pada suhu 900C selama 15

menit.

2. Daun sirsak yang digunakan adalah daun dewasa segar yang berada antara

ujung dan pangkal dari ranting, berwarna hijau, bersih, tidak berlubang/sobek,

dan bentuk daunnya masih utuh.

3. Pengaruh efek toksik terhadap testis dan ovarium ditunjukkan dengan adanya

perbedaan pada organ tersebut antara perlakuan dan kontrol berdasarkan

gambaran histologis organ.

4. Sifat efek toksik adalah terbalikkan dan tak terbalikkan. Sifat terbalikkan,

berarti kerusakan pada suatu organ bisa pulih kembali pada kondisi normal

karena adanya proses perbaikan sel-sel dan jaringan-jaringan pada organ

tersebut sehingga dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. Sifat tak

terbalikkan, yaitu jika kerusakan struktural hewan uji tidak kembali menjadi

kondisi normal. Sifat efek toksik dilihat dengan membandingkan hasil

pemeriksaan histologis uji reversibilitas dengan masa perlakuan.

D. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat penelitian

a. Alat-alat untuk pembuatan simplisia, yaitu timbangan digital, oven,

blender, ayakan no. 40, wadah untuk menyimpan serbuk daun sirsak

b. Alat-alat untuk penetapan kadar air, yaitu timbangan, sendok, labu alas

bulat, gelas ukur, bekker glass, stopwatch

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

37

c. Alat-alat untuk pembuatan infusa daun sirsak, yaitu timbangan, sendok,

panci infusa, thermometer, heater, stopwatch, alat-alat gelas seperti bekker

glass, pengaduk, gelas ukur

d. Alat-alat untuk perlakuan dan pemeriksaan histologis, yaitu kandang tikus

(metabolic cage), jarum suntik per oral, spuit injeksi, timbangan,

seperangkat alat bedah, alat-alat gelas dan pot-pot untuk menyimpan organ

2. Bahan penelitian

a. Subjek uji yang digunakan yaitu tikus putih galur Sprague Dawley (SD)

jantan dan betina; umur 2-3 bulan; berat badan 160-280 g yang diperoleh

dari Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata

Dharma, Yogyakarta.

b. Bahan uji yang hendak diujikan adalah daun sirsak dalam kondisi segar,

utuh, dan tidak bercacat, diperoleh dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman,

Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012.

c. Bahan untuk penetapan kadar air, yaitu toluena yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

d. Bahan untuk kontrol negatif adalah aquadest yang diperoleh dari

Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi, Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta.

e. Bahan untuk makanan hewan uji, yaitu pellet AD2 dan bahan minuman

untuk hewan uji yaitu air reverse osmosis yang diperoleh dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

38

Laboratorium Hayati Imono, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma,

Yogyakarta.

f. Bahan untuk pemeriksaan histologis adalah formalin 10% yang dibuat

dengan mengencerkan formalin 37% dengan aquadest sesuai volume yang

dikehendaki.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi daun sirsak

Determinasi daun sirsak dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri daun

dengan buku acuan (van Steenis, 1975).

2. Pengumpulan bahan

Bahan uji yang digunakan adalah daun sirsak kondisi segar, utuh, dan

tidak bercacat, diperoleh dari wilayah Jetis, Ngaglik, Sleman, Provinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta pada bulan Mei-Juni 2012.

3. Pembuatan serbuk

Daun sirsak segar ditimbang, dibersihkan, dicuci dengan air mengalir,

kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu ±500C selama ±72 jam. Daun

sirsak yang telah kering dimasukkan ke dalam blender untuk dijadikan serbuk

kemudian diayak dengan ayakan No.40. Selanjutnya dihitung persen (%)

rendemen yang diperoleh.

4. Penetapan kadar air

Ke dalam labu kering masukkan 50 g serbuk kering daun sirsak.

Kemudian masukkan lebih kurang 200 ml toluena ke dalam labu, hubungkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

39

alat. Tuang toluena kedalam tabung penerima melalui alat pendingin.

Panaskan labu hati-hati selama 15 menit.

Setelah toluena mulai mendidih, suling dengan kecepatan lebih kurang 2

tetes tiap detik, hingga sebagian besar air tersuling, kemudian naikkan

kecepatan penyulingan hingga 4 tetes tiap detik. Setelah semua air tersuling,

cuci bagian dalam pendingin dengan toluena. Lanjutkan penyulingan selama 5

menit. Biarkan tabung penerima dan pendingin hingga suhu kamar. Setelah air

dan toluena memisah sempurna, baca volume air. Hitung kadar air dalam %.

5. Pembuatan infusa

Serbuk dibuat sediaan infusa dengan cara menginfundasi 6 g serbuk daun

sirsak dengan 100 ml aquadest pada suhu 900C selama 15 menit. Hasilnya

diserkai selagi masih panas dengan kain flanel, jika volume belum memenuhi

dapat ditambahkan air panas pada ampas sampai didapat volume yang

dikehendaki.

6. Penentuan peringkat dosis

Penentuan peringkat dosis infusa daun sirsak dilakukan dengan

mengambil dosis terapi yang digunakan oleh masyarakat sehari-hari, yaitu

2 g/70 kg BB manusia.

Konversi dosis dari manusia 70 kg ke tikus 200 g adalah 0,018 (Laurence

and Bacharach, 1964). Konsentrasi infusa yang digunakan berdasarkan hasil

orientasi yaitu 6 g dalam 100 ml aquadest.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

40

Dosis IV : 𝐷 𝑥 𝐵𝐵 = 𝐶 𝑥 𝑉

𝐷 =𝐶 𝑋 𝑉

𝐵𝐵

𝐷 =6 𝑔

100 𝑚𝑙 𝑥 2,5 𝑚𝑙

0,3 𝑘𝑔

= 0,5 g/kg BB

= 500 mg/kg BB

Dosis II : 2 g/ 70 kg BB

Dosis untuk tikus 200 g = 2 g x 0,018

= 0,036 g/200 g BB

= 180 mg/kg BB

Faktor pengali dosis = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 ℎ

𝑛−1

= 500

𝑚𝑔

𝑘𝑔𝐵𝐵

180𝑚𝑔

𝑘𝑔𝐵𝐵

2

= 1,67

Peringkat dosis ditetapkan dengan mengalikan dosis terapi dengan faktor

pengali yaitu 1,67. Sehingga didapatkan peringkat dosis untuk tiap g tikus

sebagai berikut:

Dosis I: 108 mg/kg BB tikus

Dosis II: 180 mg/kg BB tikus

Dosis III: 301 mg/kg BB tikus

Dosis IV: 503 mg/kg BB tikus

Kontrol aquades: 8333 mg/kg BB tikus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

41

7. Penyiapan hewan uji

Hewan uji yang digunakan terdiri dari satu jenis hewan uji tikus putih

jantan dan betina, galur Sprague-Dawley (SD), sehat, dewasa, umur 2-3 bulan,

berat badan 160-280 g, berjumlah 50 ekor (25 jantan dan 25 betina),

ditempatkan dalam kandang (metabolic cage) dimana dalam satu kandang

hanya berisi satu tikus. Hewan uji diadaptasikan dahulu selama tiga hari

sebelum dilakukan percobaan.

8. Pengelompokan hewan uji

Pada penelitian ini, digunakan lima kelompok perlakuan. Lima puluh

ekor tikus dibagi menjadi lima kelompok secara acak, masing-masing

kelompok uji terdiri dari sepuluh ekor tikus (lima jantan dan lima betina).

Pembagian peringkat dosis dengan faktor pengalian tetap dengan rincian

pengelompokan sebagai berikut:

Kelompok I : diberi sediaan uji infusa daun sirsak dengan dosis 108

mg/kg BB tikus

Kelompok II : diberi sediaan uji infusa daun sirsak dengan dosis 180

mg/kg BB tikus

Kelompok III : diberi sediaan uji infusa daun sirsak dengan dosis 301

mg/kg BB tikus

Kelompok IV : diberi sediaan uji infusa daun sirsak dengan dosis 503

mg/kg BB tikus

Kelompok V : diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB tikus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

42

9. Prosedur pelaksanaan

Sediaan uji berupa infusa daun sirsak diberikan pada hewan uji sesuai

dengan dosis pemberian dengan kekerapan pemberian sekali sehari selama 30

hari pada tikus jantan dan betina dengan tetap diberi makan dan minum. Pada

hari ke-31, lima ekor tikus dari masing-masing kelompok diambil secara acak

untuk dikorbankan. Organ testis dan ovarium diambil dan dimasukkan dalam

larutan formalin 10% untuk dibuat preparat histologis. Sementara hewan uji

dari masing-masing kelompok yang masih tersisa tetap dipelihara dengan

diberi makan dan minum tanpa perlakuan infusa daun sirsak maupun kontrol

selama 14 hari. Masa ini disebut dengan masa keterbalikan, untuk melihat

apakah pengaruh pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari terhadap testis

dan ovarium bersifat terbalikkan atau tak terbalikkan. Uji keterbalikkan

dilakukan pada hari ke-15, semua hewan yang tersisa dikorbankan, diambil

organ testis dan ovariumnya untuk dibuat preparat histologis. Pengamatan

histologis dilakukan di Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan

UGM dibawah bimbingan drh. Sitarina Widyarini, MP., Ph. D., untuk melihat

apakah ada gangguan atau kelainan pada testis dan ovarium. Hasil

pemeriksaan dibuat fotomikroskopi sebagai data kualitatif.

10. Pengamatan

a. Pengamatan berat badan hewan uji

Pengamatan berat badan hewan uji dilakukan dengan menimbang

berat badan masing-masing hewan uji setiap hari selama 30 hari.

Perhitungan purata kenaikan berat badan hewan uji dilakukan dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

43

melihat purata perubahan berat badan tiap kelompok hewan uji pada hari

ke-0, 7, 14, 21, dan 28.

b. Pengukuran asupan pakan hewan uji

Hewan uji diberikan asupan pakan berupa pellet AD2 setiap hari

sebanyak 20 g dan dilakukan penggantian pakan setiap harinya selama 30

hari masa pemejanan dan 14 hari masa reversibilitas. Cara mengukur

besarnya asupan makan tikus yaitu dengan menimbang pakan yang

diberikan pada hari pertama dan pakan yang masih tertinggal di wadah

pada hari kedua. Selisih penimbangan antara berat pakan hari pertama

dengan berat pakan hari kedua, dihitung sebagai asupan makanan yang

dihabiskan pada hari pertama.

c. Pengukuran asupan minum hewan uji

Hewan uji diberikan minum berupa air reverse osmosis (RO) setiap

hari sebanyak 120 ml selama 30 hari masa pemejanan dan 14 hari masa

reversibilitas. Minuman diberikan dalam wadah botol berskala dengan

pipa yang diberi lubang pada ujungnya. Air minum yang dihabiskan tikus

pada hari pertama dihitung dengan cara mengurangkan jumlah air minum

yang diberikan pada hari pertama dengan jumlah air minum sisa pada hari

kedua.

11. Pembuatan preparat dan pemeriksaan histologis

Testis dan ovarium yang telah disimpan dalam larutan formalin 10% di

celupkan ke dalam aquadest. Kemudian dipotong-potong dengan mikrotom

setebal 3-5 mm. Potongan organ dimasukkan dalam wadah (cassete) yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

44

direndam dengan larutan formalin 10%. Preparat dimasukkan ke dalam larutan

etanol secara bertingkat berturut-turut etanol 70% selama 20 menit, etanol

80% selama 20 menit, etanol 95% selama 20 menit, etanol absolute 20 menit

sebanyak 2 kali perlakuan. Selanjutnya, dimasukkan kedalam larutan propanol

selama 20 menit sebanyak 3 kali perlakuan.

Preparat kemudian dimasukkan ke dalam xilol paraffin, dipanaskan selama

satu jam. Perlakuan ini dilakukan sebanyak 2 kali. Pindahkan preparat ke

dalam paraffin cair selama 30 menit dalam blok preparat, kemudian

didinginkan. Setelah dicetak, preparat dipotong dengan mikrotom setebal 5

mikron, masukkan inkubator untuk memanaskan preparat. Preparat diletakkan

diatas kaca preparat yang telah diolesi albumin agar preparat dapat menempel

dengan baik di kaca. Cuci preparat dengan air, kemudian masukkan kedalam

hematoksilin-eosin. Selanjutnya, preparat dikeringkan pada suhu kamar dan

ditutup dengan obyek glass.

Diagnosis gambaran histologis testis dan ovarium dilakukan oleh pihak

Laboratorium Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

F. Analisis dan Evaluasi Hasil

1. Pemeriksaan histologis organ

Data pemeriksaan histologis organ dianalisis secara kualitatif berdasarkan

perubahan morfologi yang terjadi dibandingkan dengan kelompok kontrol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

45

negatif. Data ini digunakan untuk melihat hubungan antara dosis dan

spektrum efek toksik.

2. Uji reversibilitas

Data uji reversibilitas dianalisis secara kualitatif berdasarkan perubahan

morfologi yang terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari

pemberian infusa daun sirsak dibandingkan dengan kelompok tanpa berhenti.

3. Penimbangan berat badan hewan uji

Data penimbangan berat badan hewan uji dihitung purata perubahan berat

badan tiap kelompok hewan uji pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28. Data

perubahan berat badan hewan uji antar minggu dan kelompok perlakuan

dianalisis secara statistik dengan analisis General Linier Model (dengan

metode Multivariate).

4. Pengukuran asupan pakan dan minum hewan uji

Data asupan pakan dan minum dianalisis dengan cara menghitung purata

makanan dan minuman yang dihabiskan tiap kelompok hewan uji setiap

harinya, kemudian dibuat grafik perubahan pola makan dan minum hewan

uji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

35

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik

infusa daun sirsak terhadap testis dan ovarium tikus dilihat dari gambaran

histologis testis dan ovarium. Selain itu juga untuk mengungkapkan hubungan

kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak yang diberikan dengan spektrum efek

toksik yang terjadi, apakah dengan dosis yang semakin meningkat, efek toksik

yang ditimbulkan juga akan semakin meningkat, atau semakin meningkatnya

dosis tidak mempengaruhi derajat efek toksik yang timbul. Serta untuk

mengevaluasi reversibilitas spektrum efek toksik yang terjadi. Tolok ukur yang

dipakai adalah tolok ukur kualitatif berdasarkan analisis histologis testis dan

ovarium tikus.

Diagnosis gambaran histologis organ dilakukan berdasarkan derajat

kerusakan sel testis dan ovarium pada masing-masing kelompok. Data uji

reversibilitas di analisis secara kualitatif berdasarkan perubahan morfologi yang

terjadi pada kelompok tikus yang diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak

dibandingkan dengan kelompok tanpa berhenti.

Data pendukung penelitian ini adalah data berat badan, data asupan

pakan, dan data asupan minuman. Data berat badan di analisa dengan analisa

General Linier Model (metode Multivariat). Data asupan pakan dan minuman

dibuat grafik untuk melihat apakah pemberian infusa daun sirsak mempengaruhi

pola makan dan minum hewan uji.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

47

A. Hasil Determinasi Tanaman Sirsak

Determinasi tanaman yang akan digunakan dalam penelitian memegang

peranan penting untuk identifikasi tanaman. Tanaman sirsak (Annona muricata

L.) yang digunakan dalam penelitian ini diperiksa melalui determinasi dengan

cara mencocokkan ciri-cirinya dengan buku acuan Flora untuk Sekolah di

Indonesia (Steenis, 1975). Hasil determinasi tanaman sirsak sampai spesies adalah

sebagai berikut:

1b-2b-3b-4b-6b-7b-9b-10b-11b-12b-13b-14a-15a-109b-119b-120b-128b-129b-

135b-136b-139b-140b-142b-143b-146b-154b-155b-156b-162b-163a-164b-165b-

166a…………………………………………………………..….…50.Annonaceae

1b…………………………………..……………………………….…….2.Annona

1a………………………………………..……………………..Annona muricata L.

Hasil determinasi menunjukkan bahwa daun sirsak yang digunakan

dalam penelitian ini adalah benar daun sirsak yang berasal dari tanaman sirsak

dengan nama ilmiah (Annona muricata L.).

B. Pembuatan Serbuk dan Penetapan Kadar Air

Pembuatan serbuk dilakukan dengan mengolah 184,0 g daun sirsak segar

yang kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 500C selama 72 jam. Daun

sirsak yang telah kering kemudian dibuat serbuk dan diayak. Pengayakan

bertujuan untuk menyeragamkan ukuran serbuk. Serbuk kering yang telah diayak

kemudian ditimbang dan dilakukan perhitungan rendemen. Perhitungan rendemen

bertujuan untuk mengetahui banyaknya serbuk kering yang dihasilkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

48

sejumlah daun sirsak basah yang telah mengalami pengolahan. Dari proses

pembuatan serbuk, sejumlah 184,0 g daun sirsak segar yang mengalami proses

pengeringan dan pengayakan menghasilkan 41,4 g serbuk kering. Rendemen yang

diperoleh adalah 22,5%.

Penetapan kadar air bertujuan untuk mengetahui banyaknya air yang

terkandung dalam serbuk yang digunakan dalam pembuatan infusa. Menurut

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (1994), kadar air yang

diperbolehkan dalam suatu serbuk adalah tidak lebih dari 10%. Penetapan kadar

air ini penting untuk dilakukan karena air merupakan habitat yang disukai

mikroorganisme untuk dapat berkembangbiak dan melangsungkan hidupnya. Jadi

jika kadar air dalam serbuk lebih dari 10%, hal ini memungkinkan

mikroorganisme untuk tinggal di dalamnya dan mencemari serbuk tersebut

sehingga tidak layak digunakan sebagai bahan uji percobaan.

Penetapan kadar air dilakukan dengan memasukkan 50 g serbuk daun

sirsak kedalam labu kering ditambah dengan 200 ml toluena. Labu dipanaskan

dan ditunggu sampai air tidak menetes lagi, kemudian dibaca volume air pada

buret berskala. Dari hasil percobaan, didapatkan kadar air tiga kali replikasi

berturut-turut adalah 4,9 ml, 4,8 ml, dan 4,85 ml. Rata-rata dari ketiga replikasi

tersebut adalah 4,85 ml. Kemudian dilakukan perhitungan kadar air dan diperoleh

persen (%) kadar air yang terkandung dalam 50 g serbuk daun sirsak kering

adalah sebesar 9,7%, maka dapat dikatakan bahwa simplisia yang digunakan

dalam penelitian ini memenuhi persyaratan kadar air yang diperbolehkan karena

mengandung kadar air kurang dari 10%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

49

C. Gambaran Histologis Testis Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak

Pemeriksaan histologis digunakan untuk mengevaluasi adanya perubahan

struktural dari testis sebagai wujud efek toksik bahan uji. Semua data histologis

organ testis kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk

mengetahui spektrum efek toksik yang terjadi. Jika terdapat perbedaan gambaran

histologis antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dapat diduga testis

mengalami kerusakan.

Dari data yang diperoleh mengenai gambaran histologis pada tabel I,

semua kelompok baik kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan

menunjukkan tidak ada perubahan spesifik, bahwa ukuran, bentuk, dan struktur

sel serta jaringan penyusun organ yaitu tubulus seminiferus dan spermatogenesis

dalam batas normal.

Tabel I. Hasil pemeriksaan histologis testis tikus kelompok kontrol dan kelompok

perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari

Kelompok

Jumlah

hewan uji

(ekor)

Gambaran histologis

I 3 Tubulus seminiferus dan spermatogenesis

dalam batas normal

II 3 Tubulus seminiferus dan spermatogenesis

dalam batas normal

III 3 Tubulus seminiferus dan spermatogenesis

dalam batas normal

IV 3 Tubulus seminiferus dan spermatogenesis

dalam batas normal

V 3 Tubulus seminiferus dan spermatogenesis

dalam batas normal

Keterangan: I = kelompok dosis 108 mg/kg BB infusa daun sirsak

II = kelompok dosis 180 mg/kg BB infusa daun sirsak

III= kelompok dosis 301 mg/kg BB infusa daun sirsak

IV= kelompok dosis 503 mg/kg BB infusa daun sirsak

V= kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kg

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

50

Testis terdiri dari tubulus-tubulus seminiferus yang masing-masing berisi

sel-sel sperma dalam berbagai tahap perkembangan spermatogenesis. Setiap

tubulus seminiferus dipisahkan oleh suatu jaringan intersisial yang mengandung

sel leydig. Pada gambar 8, dapat dilihat tubulus-tubulus seminiferus (A) dan

spermatogenesis dari kelompok kontrol dalam keadaan normal. Tahap-tahap

perkembangan spermatogenesis dapat terlihat jelas. semakin ketengah lumen

tubulus seminiferus, maka perkembangan sel sperma semakin matang sehingga

siap dilepaskan dan memiliki kemampuan untuk membuahi sel telur.

Gambar 9 menunjukkan keadaan testis normal dengan perbesaran yang

lebih besar sehingga dapat dilihat dengan lebih jelas suatu keadaan normal dari

tubulus seminiferus. Dari gambar dapat dilihat bahwa proses spermatogenesis

telah mencapai tahap akhir dimana spermatozoa yang ditunjukkan dalam keadaan

matur.

Gambar 8. Gambaran histologis testis tikus akibat pemberian aquadest

8333mg/kgBB dengan pewarnaan hematoksilin eosin, perbesaran

100X. A. Tubulus seminiferus, B. Jaringan intertisial, C.

Spermatozoa matur, D. Spermatozoa yang belum matur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

51

Gambar 9. Gambaran histologis testis tikus akibat pemberian aquadest

8333mg/kgBB dengan pewarnaan hematoksilin eosin,

perbesaran 400 X. A. Tubulus seminiferus, B. Jaringan

intertisial, C. Spermatozoa matur

Gambaran histologis testis tikus dari semua kelompok perlakuan

menunjukkan tidak adanya perubahan yang terjadi terhadap testis, sehingga testis

dikatakan dalam keadaan normal. Tahap-tahap spermatogenesis terjadi secara

normal.

Berdasarkan hasil pemeriksaan histologis testis yang dilakukan, tidak ada

efek toksik dan kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik yang

terjadi. Ukuran, bentuk, dan struktur sel serta jaringan penyusun organ testis

teramati masih dalam keadaan normal baik pada kelompok kontrol maupun pada

kelompok perlakuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun

sirsak selama 30 hari tidak memberikan efek toksik terhadap organ testis tikus.

D. Gambaran Histologis Ovarium Akibat Pemberian Infusa Daun Sirsak

Ovarium merupakan organ reproduksi hewan betina yang menghasilkan

ovum (oosit). Didalam ovarium terdapat folikel-folikel yang merupakan salah satu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

52

komponen penting ovarium yaitu sebagai tempat perkembangan ovum menjadi

matang dan siap untuk dibuahi. Namun hanya ada satu sel telur yang menjadi

folikel dominan yang akan mengalami proses perkembangan selanjutnya,

sedangkan folikel-folikel lainnya akan mengalami atresia (program kematian sel

atau apoptosis) (McPhee and Ganong, 2006). Folikel yang matang, bentuknya

akan menjadi semakin besar dan letaknya akan semakin menepi ke permukaan

ovarium. Ovulasi terjadi ketika dinding folikel yang telah matang menipis dan

akan meluruh karena pengaruh enzimatik. Setelah folikel matang melepaskan

ovum, sisanya di ovarium akan meluruh dan mengalami transformasi. Sel

granulosa akan melebar (disebut dengan korpus luteum) yang mensekresi

estrogen, progesterone dan inhibin. Jika tidak terjadi pembuahan, korpus luteum

akan mencapai perkembangan maksimumnya selama 10 hari dan kemudian akan

mengalami apoptosis. Seperti yang kita tahu, hilangnya fungsi korpus luteum

mengawali terjadinya siklus menstruasi dan memulai siklus perkembangan folikel

baru.

Pemeriksaan histologis digunakan untuk mengevaluasi adanya perubahan

struktural dari ovarium sebagai wujud efek toksik dari pemberian infusa daun

sirsak selama 30 hari. Hasil pemeriksaan histologis ovarium kelompok perlakuan

dibandingkan dengan kelompok kontrol untuk melihat perubahan yang terjadi.

Hasil diagnosis histologis ovarium ditunjukkan pada tabel II.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

53

Tabel II. Hasil pemeriksaan histologis ovarium tikus kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari

Kelompok

Jumlah

hewan uji

(ekor)

Gambaran histologis

I 2 Tahapan perkembangan folikel dan pembentukan

corpus luteum terjadi secara normal

II 2 Tahapan perkembangan folikel dan pembentukan

corpus luteum terjadi secara normal

III 2 Tahapan perkembangan folikel dan pembentukan

corpus luteum terjadi secara normal

IV 2 Tahapan perkembangan folikel dan pembentukan

corpus luteum terjadi secara normal

V 2 Tahapan perkembangan folikel dan pembentukan

corpus luteum terjadi secara normal

Keterangan : I= kelompok dosis 108 mg/kg BB infusa daun sirsak

II= kelompok dosis 180 mg/kg BB infusa daun sirsak

III= kelompok dosis 301 mg/kg BB infusa daun sirsak

IV= kelompok dosis 503 mg/kg BB infusa daun sirsak

V= kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kg

Dari data gambaran histologis pada tabel II, baik kelompok kontrol

maupun kelompok perlakuan memberikan gambaran histologis ovarium dalam

keadaan normal. Tidak ada perubahan spesifik yang terjadi, ukuran, bentuk dan

struktur sel serta jaringan pembentuk organ ovarium dalam keadaan normal.

Gambaran histologis ovarium dari kelompok perlakuan dosis 180 mg/kg

BB, menunjukkan bahwa saat dilakukan nekropsi, tahapan oogenesis hewan uji

sudah mencapai fase luteal, yaitu terjadi perkembangan corpus luteum yang

ditunjukkan pada gambar 10 dan 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

54

Gambar 10. Gambaran histologis ovarium tikus akibat pemberian infusa

daun sirsak dosis 180 mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan

hematoksilin eosin, perbesaran 100X. A. folikel atresia, B.

corpus luteum matur

Gambar 11. Gambaran histologis ovarium tikus akibat pemberian infusa

daun sirsak dosis 180 mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan

hematoksilin eosin, perbesaran 400X. A. folikel atresia

Berdasarkan hasil pemeriksaan histologis ovarium yang telah dilakukan,

didapatkan hasil bahwa ukuran, bentuk, dan struktur sel serta jaringan penyusun

ovarium teramati dalam keadaan normal baik pada kelompok kontrol maupun

pada kelompok perlakuan. Dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

55

selama 30 hari tidak memberikan efek toksik terhadap organ ovarium tikus dan

tidak ada kekerabatan antara dosis dengan spektrum efek toksik yang terjadi.

E. Reversibilitas

Uji reversibilitas atau keterbalikkan bertujuan untuk melihat apakah

pengaruh pemberian infusa daun sirsak terhadap testis dan ovarium bersifat

terbalikkan atau tak terbalikkan. Sifat terbalikkan berarti bahwa efek toksik yang

terjadi dapat kembali seperti keadaan normal sebelum terjadinya efek toksik jika

pemberian perlakuan infusa daun sirsak dihentikan. Sifat tak terbalikkan berarti

bahwa efek toksik yang terjadi merupakan kerusakan struktural, walaupun

pemberian infusa daun sirsak dihentikan struktur dan fungsi organ testis dan

ovarium tidak dapat kembali seperti keadaan normal.

Hasil pemeriksaan histologis testis yang selama 14 hari diberhentikan

dari pemberian infusa daun sirsak, menunjukkan sel-sel dan jaringan penyusun

organ testis dalam keadaaan normal baik pada kelompok kontrol maupun

kelompok perlakuan, yang ditunjukkan pada tabel III. Gambaran histologis testis

yang diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak ditunjukkan pada gambar

12 dan 13.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

56

Gambar 12. Gambaran histologis testis tikus 14 hari setelah diberhentikan

dari pemberian infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg selama 30

hari dengan pewarnaan hematoksilin eosin, perbesaran 100X.

A. Tubulus seminiferus, B. jaringan intertisial, C. Spermatozoa

matur, D. Spermatozoa yang belum matur

Gambar 13. Gambaran histologis testis tikus 14 hari setelah diberhentikan

dari pemberian infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg selama 30

hari dengan pewarnaan hematoksilin eosin, perbesaran 400X.

A. Tubulus seminiferus, B. Jaringan intertisial, C. Spermatozoa

matur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

57

Tabel III. Hasil pemeriksaan histologis testis dan ovarium tikus kelompok kontrol

dan kelompok perlakuan uji reversibilitas

Kelompok

Gambaran histologis

Testis (n=2) Ovarium (n=3)

I

Tubulus seminiferus dan

spermatogenesis dalam batas

normal

Tahapan perkembangan folikel

dan pembentukan corpus luteum

terjadi secara normal

II

Tubulus seminiferus dan

spermatogenesis dalam batas

normal

Tahapan perkembangan folikel

dan pembentukan corpus luteum

terjadi secara normal

III

Tubulus seminiferus dan

spermatogenesis dalam batas

normal

Tahapan perkembangan folikel

dan pembentukan corpus luteum

terjadi secara normal

IV

Tubulus seminiferus dan

spermatogenesis dalam batas

normal

Tahapan perkembangan folikel

dan pembentukan corpus luteum

terjadi secara normal

V

Tubulus seminiferus dan

spermatogenesis dalam batas

normal

Tahapan perkembangan folikel

dan pembentukan corpus luteum

terjadi secara normal

Keterangan: I = kelompok dosis 108 mg/kg BB infusa daun sirsak

II = kelompok dosis 180 mg/kg BB infusa daun sirsak

III= kelompok dosis 301 mg/kg BB infusa daun sirsak

IV= kelompok dosis 503 mg/kg BB infusa daun sirsak

V= kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kg

n = jumlah hewan uji

Hasil pemeriksaan histologis ovarium tikus yang selama 14 hari

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari menunjukkan

tidak adanya perubahan yang terjadi baik pada kelompok kontrol maupun

kelompok perlakuan (tabel III). Ukuran, bentuk, dan struktur sel serta jaringan

penyusun ovarium dalam batas normal. Gambaran histologis organ ovarium

ditunjukkan pada gambar 14 dan 15. Dari gambar 14, dapat diketahui bahwa

siklus menstruasi hewan uji ketika dilakukan nekropsi mencapai fase luteal

ditunjukkan dengan terjadinya proses perkembangan korpus luteum. Pada gambar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

58

terlihat adanya darah yang terdapat dalam ovarium, tapi kondisi ini dikatakan

normal karena dalam organ ovarium memang terdapat banyak pembuluh darah

untuk memberikan suplai oksigen, terlebih dalam proses perkembangan sel telur.

Selain itu, terkait dengan metode nekropsi yang dilakukan yaitu dengan cara

menarik leher hewan uji, sehingga tidak ada darah yang keluar. Hal ini

menyebabkan darah terakumulasi seperti terlihat pada gambar. Gambar 15 dengan

perbesaran yang lebih besar (400 X) dengan lebih jelas menunjukkan korpus

luteum matur.

Gambar 14. Gambaran histologis ovarium tikus 14 hari setelah

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dosis 180

mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan hematoksilin-eosin,

perbesaran 100X. menunjukkan perkembangan corpus

luteum. A. Corpus luteum muda, B. Corpus luteum matur

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

59

Gambar 15. Gambaran histologis ovarium tikus 14 hari setelah

diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak dosis 180

mg/kg selama 30 hari dengan pewarnaan hematoksilin-eosin,

perbesaran 400X. A. menunjukkan corpus luteum matur

Tikus jantan dan betina yang diberi perlakuan infusa daun sirsak selama

30 hari memberikan gambaran histologis organ testis dan ovarium yang tidak

mengalami perubahan baik pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.

Setelah dilakukan penghentian pemberian infusa daun sirsak selama 14 hari, tikus

dibunuh kemudian diambil organ testis dan ovarium untuk dibuat dan dilakukan

pemeriksaan histologis. Hasil menunjukkan bahwa tidak ada perubahan yang

terjadi terhadap testis dan ovarium tikus kelompok kontrol dan perlakuan. Dalam

penelitian ini sifat efek toksik tidak dapat ditentukan apakah sifatnya terbalikkan

atau tak terbalikkan karena baik pada perlakuan maupun reversibilitas

menunjukkan testis dan ovarium dalam kondisi normal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

60

F. Pengaruh Pemberian Infusa Daun Sirsak Terhadap Perubahan Berat

Badan Tikus Jantan dan Betina

Penimbangan berat badan hewan uji bertujuan untuk mengetahui

kesehatan hewan uji, menyesuaikan volume pemberian infusa daun sirsak, dan

mengetahui kemungkinan perubahan berat badan selama perlakuan. Penimbangan

berat badan tikus dilakukan setiap hari untuk mengetahui apakah terjadi

perubahan berat badan yang signifikan antara kelompok perlakuan dibandingkan

dengan kelompok kontrol pada tiap minggunya. Data berat badan dianalisis

dengan analisis General Linier Model (metode Multivariate) dan diperoleh hasil

yang tidak signifikan baik pada tikus jantan maupun pada tikus betina dengan

harga P>0,05. Hasil analisis dapat diketahui dari tabel IV dan V yang

menunjukkan perbedaan berat badan tikus jantan dan betina yang tidak bermakna

antara kelompok perlakuan infusa daun sirsak dengan kelompok kontrol aquadest.

Tabel IV. Purata berat badan ± SEM tikus jantan pada kelompok kontrol dan

perlakuan infusa daun sirsak

Kel. Dosis

Purata berat badan hari ke-

(g ± SEM)

0 7 14 21 28

I IDS 108

mg/kg BB 234,9±13,1 246,5±8,3 267,1±9,3 279,1±11,0 295,1±8,9

II IDS 180

mg/kg BB 237,1±11,7 252,7±10,5 274,4±11,8 289,1±12,0 303,2±9,9

III IDS 301

mg/kg BB 227,3±15,0 256,6±13,7 272,4±9,7 281,6±9,1 294,9±9,3

IV IDS 503

mg/kg BB 235,8±11,9 256,0±10,8 270,0±8,1 283,9±6,7 298,2±6,6

V

Aquadest

8333

mg/kg BB

239,0±12,7 255,9±11,5 276,1±11,1 289,4±8,4 298,6±7,6

Keterangan : Kelompok I = diberi infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB

Kelompok II = diberi infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB

Kelompok III = diberi infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB

Kelompok IV = diberi infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB

Kelompok V = diberi aquadest dosis 8333 mg/kg BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

61

Tabel V. Purata berat badan ± SEM tikus betina pada kelompok kontrol dan

perlakuan infusa daun sirsak

Kel. Dosis

Purata berat badan hari ke-

(g ± SEM)

0 7 14 21 28

I IDS 108

mg/kg BB 194,4±8,1 191,7±4,8 196,2±2,8 201,5±3,4 206,3±4,7

II IDS 180

mg/kg BB 198,1±9,5 202,0± 6,6 201,3±7,5 206,0±8,0 213,8±7,4

III IDS 301

mg/kg BB 192,5±5,1 186,8±5,4 188,2±5,8 192,5±4,5 197,0±6,1

IV IDS 503

mg/kg BB 195,4±4,2 194,7±6,0 194,0±8,6 194,1±9,0 202,0±8,4

V

Aquadest

8333

mg/kg BB

194,8±5,1 191,4±6,6 193,0±6,2 195,8±8,4 199,5±7,8

Keterangan : Kelompok I = diberi infusa daun sirsak dosis 108 mg/kg BB

Kelompok II = diberi infusa daun sirsak dosis 180 mg/kg BB

Kelompok III = diberi infusa daun sirsak dosis 301 mg/kg BB

Kelompok IV = diberi infusa daun sirsak dosis 503 mg/kg BB

Kelompok V = diberi aquadest dosis 8333 mg/kg BB

Gambar 16 dan 17 yang merupakan grafik purata perubahan berat badan

tikus jantan dan betina juga menunjukkan pola perubahan berat badan yang mirip

antara kelompok perlakuan infusa daun sirsak dengan kelompok kontrol aquadest.

Berat badan tikus jantan mengalami peningkatan seiring bertambahnya usia,

sedangkan pada tikus betina, berat badan cenderung menurun pada minggu

pertama setelah pemberian perlakuan infusa daun sirsak dan mengalami

peningkatan pada minggu-minggu selanjutnya, baik pada kelompok perlakuan

maupun kelompok kontrol. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa infusa daun

sirsak yang diujikan tidak mempengaruhi berat badan hewan uji. Kenaikan berat

badan yang terjadi mungkin dikarenakan pola makan hewan uji dan proses

pertumbuhan hewan tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

62

Gambar 16. Grafik perubahan berat badan tikus jantan akibat

pemberian infusa daun sirsak

Keterangan : Dosis I = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 108 mg/kg BB

Dosis II = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 180 mg/kg BB

Dosis III = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 301 mg/kg BB

Dosis IV = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 503 mg/kg BB

Kontrol Aquadest = diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB

Gambar 17. Grafik perubahan berat badan tikus betina akibat

pemberian infusa daun sirsak

Keterangan : Dosis I = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 108 mg/kg BB

Dosis II = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 180 mg/kg BB

Dosis III = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 301 mg/kg BB

Dosis IV = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 503 mg/kg BB

Kontrol Aquadest = diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB

0,0

50,0

100,0

150,0

200,0

250,0

300,0

350,0

0 7 14 21 28

Be

rat

bad

an (g

ram

)

Hari

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Kontrol Aquadest

0,0

30,0

60,0

90,0

120,0

150,0

180,0

210,0

240,0

0 7 14 21 28

Ber

at

bad

an (g

ram

)

Hari

Dosis I

Dosis II

Dosis III

Dosis IV

Kontrol Aquadest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

63

G. Asupan Pakan Tikus Jantan dan Tikus Betina Akibat Pemberian Infusa

Daun Sirsak

Pada penelitian ini, data asupan pakan juga dijadikan sebagai data

pendukung untuk menegaskan apakah perubahan berat badan yang terjadi

merupakan akibat dari pemberian infusa daun sirsak atau merupakan proses

alami hewan uji yang mengalami pertumbuhan seiring bertambahnya usia dan

meningkatnya pola makan hewan uji. Hewan uji diberi pakan berupa pellet AD2

sejumlah 20 g setiap hari. Jumlah pakan yang dimakan tikus pada hari pertama

dihitung dengan mengurangkan jumlah pakan yang diberikan pada hari pertama

dengan pakan yang tersisa pada hari kedua. Grafik asupan pakan tikus jantan dan

betina pada gambar 18 dan 19 menunjukkan bahwa hewan uji kelompok

perlakuan peringkat dosis infusa daun sirsak memiliki pola makan yang mirip

dengan kelompok kontrol baik pada tikus jantan maupun tikus betina. Sehingga

dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola

makan hewan uji dan perubahan berat badan yang terjadi disebabkan oleh proses

pertumbuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

64

Gambar 18. Grafik asupan pakan tikus jantan akibat pemberian infusa daun

sirsak

Keterangan : Dosis I = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 108 mg/kg BB

Dosis II = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 180 mg/kg BB

Dosis III = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 301 mg/kg BB

Dosis IV = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 503 mg/kg BB

Kontrol Aquadest = diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB

Gambar 19. Grafik asupan pakan tikus betina akibat pemberian infusa daun

sirsak

Keterangan : Dosis I = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 108 mg/kg BB

Dosis II = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 180 mg/kg BB

Dosis III = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 301 mg/kg BB

Dosis IV = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 503 mg/kg BB

Kontrol Aquadest = diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB

0,0

4,0

8,0

12,0

16,0

20,0

24,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Be

rat

pak

an (g

)

Hari

Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV Kontrol aquadest

0,0

3,0

6,0

9,0

12,0

15,0

18,0

21,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Ber

at

pak

an (g

)

hari

Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV Kontrol aquadest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

65

H. Asupan Minuman Tikus Jantan dan Betina Akibat Pemberian Infusa

Daun Sirsak

Selain data perubahan berat badan dan data asupan pakan, data asupan

minuman juga dijadikan data pendukung penelitian ini. Semua hewan uji

diberikan minuman yang sama yaitu air reverse osmosis (RO) sebanyak 120 ml

setiap harinya. Volume minuman yang tersisa pada hari kedua diukur,

dikurangkan dengan volume minuman yang diberikan pada hari pertama.

Selanjutnya dihitung sebagai volume minuman yang diminum pada hari pertama.

Asupan minuman yang dikonsumsi oleh tikus jantan dan betina dihitung setiap

hari dan dibuat grafik asupan minuman untuk mengetahui pola konsumsi

minuman hewan uji.

Gambar 20. Grafik asupan minuman tikus jantan akibat pemberian infusa

daun sirsak

Keterangan : Dosis I = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 108 mg/kg BB

Dosis II = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 180 mg/kg BB

Dosis III = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 301 mg/kg BB

Dosis IV = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 503 mg/kg BB

Kontrol Aquadest = diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB

0,05,0

10,015,020,025,030,035,040,045,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Vo

lum

e m

inu

man

(ml)

Hari

Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV Kontrol Aquadest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

66

Gambar 21. Grafik asupan minuman tikus betina akibat pemberian infusa

daun sirsak

Keterangan : Dosis I = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 108 mg/kg BB

Dosis II = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 180 mg/kg BB

Dosis III = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 301 mg/kg BB

Dosis IV = diberi infusa daun sirsak dengan dosis 503 mg/kg BB

Kontrol Aquadest = diberi aquadest dengan dosis 8333 mg/kg BB

Gambar 20 dan 21 merupakan data asupan minuman tikus jantan dan

tikus betina yang menunjukkan pola minum normal dari keduanya karena tidak

ada peningkatan atau penurunan pola minum yang berarti jika dibandingkan

dengan kontrol aquadest melainkan cenderung mempunyai pola minum yang

sama antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol. Maka dapat dikatakan

bahwa pemberian infusa daun sirsak tidak mempengaruhi pola minum hewan uji.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari obat-

obat tradisional atau obat herbal jika digunakan dalam jangka panjang. Hasil

penelitian toksisitas subkronis infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari

dengan dosis 108; 180; 301; dan 503 mg/kg terhadap tikus jantan dan betina galur

Sprague Dalwey (SD) menunjukkan tidak adanya efek toksik yang ditimbulkan

terhadap testis dan ovarium tikus serta tidak mempengaruhi pola makan dan

0,05,0

10,015,020,025,030,035,040,045,0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728

Vo

lum

e m

inu

man

(ml)

Hari

Dosis I Dosis II Dosis III Dosis IV Kontrol Aquadest

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

67

minum tikus. Pada penggunaan di masyarakat, umumnya daun sirsak dikonsumsi

dalam jangka waktu yang lama, sehingga perlu dilakukan penelitian mengenai

toksisitas subkronis selama 90 hari tentang pengaruh infusa daun sirsak terhadap

testis dan ovarium tikus untuk lebih memberikan gambaran keamanannya.

I. Rangkuman Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan spektrum dan sifat efek

toksik infusa daun sirsak terhadap testis dan ovarium tikus dilihat dari gambaran

histologis testis dan ovarium, juga untuk melihat hubungan kekerabatan antara

dosis dan efek toksik yang terjadi. Hewan uji dibagi kedalam lima kelompok

perlakuan, yaitu empat kelompok peringkat dosis dan satu kelompok kontrol yang

diberi aquadest 8333 mg/kg BB tikus. Peringkat dosis yang digunakan adalah 108

mg/kg BB, 180 mg/kg BB, 301 mg/kg BB, dan 503 mg/kg BB.

Pemberian infusa daun sirsak dengan empat peringkat dosis dan kontrol

aquadest dilakukan selama 30 hari. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologis

terhadap organ testis dan ovarium tikus. Hasil pemeriksaan histologis

menunjukkan keadaaan testis dan ovarium yang diberi perlakuan infusa daun

sirsak dari empat peringkat dosis dalam keadaan normal, dibandingkan dengan

kontrol aquadest. Gambaran histologis organ testis menunjukkan tubulus

seminiferus dan spermatogenesis dalam batas normal. Pada hewan betina, dapat

dilihat tahapan perkembangan folikel dan pembentukan corpus luteum pada

ovarium juga terjadi secara normal. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa

pemberian infusa daun sirsak selama 30 hari tidak menimbulkan efek toksik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

68

terhadap testis dan ovarium tikus, dan tidak ada kekerabatan antara dosis dan

spektrum efek toksik yang ditimbulkan karena semua peringkat dosis

menunjukkan keadaan normal.

Uji reversibilitas dilakukan selama 14 hari, yaitu dengan menghentikan

pemberian perlakuan aquadest dan infusa daun sirsak pada hewan uji kelompok

kontrol dan kelompok perlakuan. Tujuan dari uji reversibilitas adalah untuk

mengetahui sifat efek toksik dari kandungan daun sirsak apakah kerusakan yang

ditimbulkan sifatnya reversibel atau irreversibel. Hasil pemeriksaan histologis

perlakuan infusa daun sirsak selama 30 hari dan uji reversibilitas menunjukkan

testis dan ovarium dalam kondisi normal. Sehingga tidak dapat ditentukan sifat

efek toksik dari senyawa-senyawa yang terdapat dalam daun sirsak.

Data pendukung dalam penelitian ini berupa perubahan berat badan,

asupan pakan, dan minum hewan uji. Data berat badan dianalisis dengan analisis

General Linier Model (metode Multivariate) dan diperoleh hasil yang tidak

signifikan baik pada tikus jantan maupun pada tikus betina dengan harga P>0,05.

Data asupan pakan dan minum hewan uji menunjukkan adanya kemiripan pola

makan dan minum antara hewan uji kelompok perlakuan dengan kelompok

kontrol aquadest. Sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian infusa daun sirsak

tidak mempengaruhi pola makan dan pola minum hewan uji dan perubahan berat

badan yang terjadi disebabkan oleh proses pertumbuhan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

35

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Infusa daun sirsak yang diberikan selama 30 hari dengan dosis 108; 180; 301;

dan 503 mg/kg BB tidak menyebabkan efek toksik terhadap testis dan

ovarium tikus galur Sprague Dalwey (SD).

2. Tidak ada kekerabatan antara dosis infusa daun sirsak dengan spektrum efek

toksik pada testis dan ovarium tikus.

3. Sifat efek toksik tidak dapat ditentukan apakah bersifat reversibel atau

irreversibel karena gambaran histologis baik pada perlakuan maupun pada uji

reversibilitas menunjukkan testis dan ovarium dalam keadaan normal.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh pemberian daun sirsak secara

subkronis dalam bentuk sediaan selain infusa, misalnya dibuat dalam bentuk

sediaan ekstrak.

2. Perlu dilakukan penelitian toksisitas subkronis infusa daun sirsak pada tikus

dengan waktu penelitian yang lebih panjang, yaitu 90 hari.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

70

DAFTAR PUSTAKA

Adewole, S.O., and Ojewole, J.A.O., 2009, Protective Effects of Annona muricata

L. (Annonaceae) Leaf Aqueous extract on Serum Lipid Profiles and

Oxidative Stress in hepatocytes of Streptozotocin-Treated Diabetic Rats,

Afr. J. Tradit. Complement Altern Med.,6 (1), 30-41.

Adeyemi, D.O., Komolafe, O.A., Adewole, S.O., and Obuotor, E.M., 2009, Anti

Hyperlipidemic Activities Of Annona muricata (Linn), Int. J. Altern.

Med., 7 (1).

Annasahmad, 2011, Daun Sirsak Makin Populer,

http://daunsirsakobatkanker.com/daun-sirsak-makin-populer.html,

diakses tanggal 13 Februari 2012.

Arthur, F.K.N., Woode, E., Terlabi, E.O., and Larbie, C., 2011, Evaluation of

Acute and Subchronic Toxicity of Annona muricata (L.) Aqueous

Extract in Animal, Euro. J. Exp. Bio., 1 (4), 115-124.

Baskar, R., Rajeswari, V., and Kumar, T.S., 2007, In vitro antioksidant studies in

leave of Annona Species, Indian. J. Exp. Bio., 45 (1), 480-485.

Bloom and Fawcett, 1994, A Textbook of Histology, 12th

ed., diterjemahkan oleh

Tambayong, J., penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta, pp. 731-732.

Derelanko, M. J., and Hollinger, M. A., 2002, Handbook of Toxicology, 2th

ed.,

Taylor and Francis, USA, pp. 74, 464.

Direktorat Obat asli Indonesia, 2010, Acuan Sediaan Herbal, volume V, ed. I,

Badan Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta, pp. 3.

Donatus, I. A., 2001, Toksikologi Dasar, Laboratorium Farmakologi dan

Toksikologi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,

pp. 200-202.

Enweani, I. B., Obroku, J., Enahoro, T., and Omoifo, C., 2004, The biochemical

analysis of Soursop (Annona muricata L.) and sweetsop (A. squamosa

L.) and their potential use as oral rehydration therapy, Food. Agri. Envi.,

2 (1), 39−43.

Ganong, W. F., 2005, Review of Medical Physiology, 22nd

ed., The McGraw-Hill

Companies, USA, pp. 433-435, 447.

Greaves, P., 2000, Histopathology of Preclinical Toxicity Studies, 2nd

ed.,

Elsevier, The Netherlands, pp. 709-714.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

71

Heffner, L.J., and Schust, D.J., 2006, At a Glance Sistem Reproduksi, Erlangga,

Jakarta, pp. 24-30, 60, 86, 90.

Hodgson, E., 2004, A Textbook of Modern Toxicology, 3rd

ed, A John Willey &

Sons, Canada, pp. 364-369.

Johnson, K. E., 1993, Histology and Cell Biology, alih bahasa oleh F. Arifin

Gunawijaya, Binarupa Aksara, Jakarta, pp. 361-367.

Klaassen, C. D., 2001, Casarett and Doull’s Toxicology: The Basic Science of

Poisons, 6th

ed, Mc Graw-Hill, United State of America,pp.

Kumar, P.R, Kanniappan, M., and Mathuram, L.N., 2011, Hexaconazole Induced

changes in the Histologiscal Architecture of Male and Female

reproductive system in Rats, Res. J. Pharmacol., 5 (2), 9-13.

Laurence, J., and Bacharach, M., 1964, Analytical Toxicology, CRC Press,

Philadelphia.

Lorenzi, H., Bacher, L., Lacerda, M., and Sartori, S., 2006, Brazilian fruits &

cultivated exotics, Instituto Plantarum , Brazil, pp. 672.

Lu, F. C., 1995, Basic toxicology: Fundamentals, Target Organs, and Risk

assessment, diterjemahkan oleh Edi Nugroho, ed.II, Universitas

Indonesia Press, Jakarta, pp. 103, 289-291, 294-295.

McPhee, S. J., and Ganong, W. F., 2006, Pathophysiology of Disease: an

Introduction to Clinical Medicine, 5th

ed., alih bahasa oleh Brahm U.

Pendit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 680, 683, 686-688,

695.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 1994, Persyaratan Obat Tradisional,

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Orwa, C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R., and Simons, A., 2009,

Agroforestree Database:a tree reference and selection guide version 4.0,

http://www.worldagroforestry.org/af/treedb/, diakses tanggal 29 Maret

2012.

Pathak, P., Saraswathy, Vora, A., and Savai, J., 2010, In Vitro Antimicrobial

Activity and Phytochemical Analysis of the Leaves of Annona muricata,

IJPRD, 2 (003), 1-6.

Pinto, A. C. Q., Cordeiro, M. C. R., Andrade, S. R. M., Ferreira, F. R., Filgueiras,

H. A. C., Alves, R. E., et al., 2005, Annona species, International Centre

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

72

for Underutilized Crops, University of Southampton, Southampton, pp.

263.

Plantamor, 2008, Annona muricata L.,

http://www.plantamor.com/index.php?plant=106, diakses tanggal 14

Februari 2012.

Romero, J., Beristain, C.I., Gabas, A.L., Telis, V.R.N., 2007, Effect of apparent

viscosity on the pressure drop during fluidized bed drying of soursop

pulp, Chem. E. Process, 46, 684–694.

Rajeswari, D., Gajalakshmi, S., and Vijayalakshmi, S.,2012, Phytochemical and

Pharmacological Properties of Annona muricata: A Review, Int. J.

Pharm. Sci., 5(2), 3-6.

Trubus, 2011, Sentosa Karena Graviola, Trubus, XLII, 22-25.

Van Steenis, C.G.G.J van, 1975, Flora untuk Sekolah di Indonesia, PT. Pradnya

Paramita, Jakarta.

Watson, R. R., and Preedy, V. R., (Eds.), 2009, Bioactive Foods in Promoting

Health, Elsevier Inc., Inggris, pp. 635.

Williams, P. L., James, R. C., and Roberts, S. M., 2000, Principles of Toxicology:

Environmental and Industrial Applications, 2nd

ed., John Wiley & Sons,

Inc., America, pp. 4.

Yuan, S.S., Chang, H.L., Chen, H.W., Yeh, Y.T., Kao, Y.H., Lin, K.H., et al.,

2003, Annonacin, a mono-tetrahydrofuran acetogenin, arrests cancer

cells at the G1 phase and causes cytotoxicity in a Bax- and caspase-3-

related pathway, Life Sci, 72(25), 2853-2861.

Zuhud, 2011, Kanker lenyap Berkat Sirsak, PT Argo Media Pustaka, Jakarta, pp.

2,4.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

73

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

74

LAMPIRAN

Lampiran 1. Foto Daun Sirsak

Lampiran 2. Foto Infusa Daun Sirsak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

75

Lampiran 3. Perhitungan Penetapan Peringkat Dosis Infusa Daun Sirsak dan

Dosis Kontrol Aquadest

Dosis terapi yang digunakan oleh masyarakat = 2 g/70 kg BB manusia.

Konversi dosis dari manusia 70 kg ke tikus 200 g = 0,018.

Konsentrasi infusa yang digunakan berdasarkan hasil orientasi yaitu 6 g

dalam 100 ml aquadest.

Berat badan tikus menggunakan berat badan tertinggi, yaitu 300 g

Volume pemberian menggunakan ½ volume pemberian maksimal secara

peroral, yaitu 2,5 ml

Dosis IV : 𝐷 𝑥 𝐵𝐵 = 𝐶 𝑥 𝑉

𝐷 =𝐶 𝑋 𝑉

𝐵𝐵

𝐷 =6 𝑔

100 𝑚𝑙 𝑥 2,5 𝑚𝑙

0,3 𝑘𝑔

= 0,5 g/kg BB

= 500 mg/kg BB

Dosis II : 2 g/ 70 kg BB

Dosis untuk tikus 200 g = 2 g x 0,018

= 0,036 g/200 g BB

= 180 mg/kg BB

Faktor pengali dosis = 𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

𝑑𝑜𝑠𝑖𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎 ℎ

𝑛−1

= 500

𝑚𝑔

𝑘𝑔𝐵𝐵

180𝑚𝑔

𝑘𝑔𝐵𝐵

2

= 1,67

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

76

Peringkat dosis ditetapkan dengan mengalikan dosis terapi dengan faktor

pengali yaitu 1,67. Sehingga didapatkan peringkat dosis untuk tiap g tikus

sebagai berikut:

Dosis I: 108 mg/kg BB tikus

Dosis II: 180 mg/kg BB tikus

Dosis III: 301 mg/kg BB tikus

Dosis IV: 503 mg/kg BB tikus

Dosis kontrol aquadest:

Konsentrasi aquadest = 1 g/ml = 1000mg/ml

𝐷 𝑥 𝐵𝐵 = 𝐶 𝑥 𝑉

𝐷 =1000 𝑚𝑔 𝑚𝑙 𝑥 2,5 𝑚𝑙

0,3 𝑘𝑔=

2,500 𝑚𝑔

0,3 𝑘𝑔

= 8333 mg/kg BB

Lampiran 4. Perhitungan konversi Dosis untuk Manusia

Faktor konversi dosis dari tikus 200 g ke manusia 70 kg = 56,0

Dosis I

108 mg/kg BB = 0,108 mg/g BB

Untuk tikus 200 g 0,108 mg/g BB x 200 g = 21,6 mg/200 g BB

Konversi dari tikus 200 g ke manusia 70 kg 21,6 mg x 56,0 = 1209,6 mg

Jadi dosis untuk manusia adalah 1209,6 mg : 70 kg = 17,28 mg/kg BB

Dosis II

180 mg/kg BB = 0, 180 mg/g BB

Untuk tikus 200 g 0, 180 mg/g BB x 200 g = 36 mg/200 g BB

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

77

Konversi dari tikus 200 g ke manusia 70 kg 36 mg x 56,0 = 2016 mg

Jadi dosis untuk manusia adalah 2016 mg : 70 kg = 28,8 mg/kg BB

Dosis III

301 mg/kg BB = 0,301 mg/g BB

Untuk tikus 200 g 0, 301 mg/g BB x 200 g = 60,2 mg/200 g BB

Konversi dari tikus 200 g ke manusia 70 kg 60,2 mg x 56,0 = 3371,2 mg

Jadi dosis untuk manusia adalah 3371,2 mg : 70 kg = 48,16 mg/kg BB

Dosis IV

503 mg/kg BB = 0,503 mg/g BB

Untuk tikus 200 g 0,503 mg/g BB x 200 g = 100,6 mg/200 g BB

Konversi dari tikus 200 g ke manusia 70 kg 100,6 mg x 56,0 = 5633,6 mg

Jadi dosis untuk manusia adalah 5633,6 mg : 70 kg = 80,48 mg/kg BB

Lampiran 5. Perhitungan Penetapan Kadar Air

Penetapan kadar air dilakukan dengan memasukkan 50 g serbuk daun sirsak

kedalam 200 ml toluenae kemudian dipanaskan dan ditunggu hingga air tidak

menetes, kemudian diukur volume airnya. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia (1994), kadar air yang diperbolehkan dalam suatu serbuk

tidak lebih dari 10%. Penetapan kadar air dilakukan sebanyak 3 kali replikasi,

didapatkan volume air sebanyak:

Replikasi I: 4,9 ml

Replikasi II: 4,8 ml

Replikasi III: 4,85 ml

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

78

Dari ketiga replikasi didapatkan rata-rata volume air sebesar 4,85 ml. Kemudian

dilakukan perhitungan kadar air yang terdapat dalam serbuk daun sirsak dalam

persen (%), yaitu: 4,85

50𝑚𝑙 𝑥 100% = 9,7% . Maka hasil penetapan kadar air

dalam daun sirsak yang digunakan dalam penelitian memenuhi persyarakatan

kadar air yang telah ditetapkan.

Lampiran 6. Foto Penetapan Kadar Air

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

79

Lampiran 7. Surat Pengesahan Determinasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

80

Lampiran 8. Surat Ethics Committee Approval

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

81

Lampiran 9. Hasil Diagnosis Histologis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

82

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

83

Lampiran 10. Hasil Pemeriksaan Histologis Testis Tikus

Kel.

Tikus

1 2 3 4 5

I Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

II Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

II Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

IV Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

V Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal

Tubulus

seminiferus

dan spermatoge-

nesis dalam

batas normal*

Keterangan: I = kelompok dosis 108 mg/kg BB infusa daun sirsak

II = kelompok dosis 180 mg/kg BB infusa daun sirsak

III= kelompok dosis 301 mg/kg BB infusa daun sirsak

IV= kelompok dosis 503 mg/kg BB infusa daun sirsak

V= kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kg

* = tikus yang diberhentikan dari pemberian infusa daun

sirsak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

84

Lampiran 11. Hasil Pemeriksaan Histologis Ovarium Tikus

Kel.

Tikus

1 2 3 4 5

I Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

II Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

III Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

85

IV Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

V Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal

Tahapan

perkembang-

an folikel

dan

pembentukan

corpus

luteum

terjadi secara

normal*

Keterangan : I= kelompok dosis 108 mg/kg BB infusa daun sirsak

II= kelompok dosis 180 mg/kg BB infusa daun sirsak

III= kelompok dosis 301 mg/kg BB infusa daun sirsak

IV= kelompok dosis 503 mg/kg BB infusa daun sirsak

V= kelompok kontrol aquadest 8333 mg/kg

* = tikus yang diberhentikan dari pemberian infusa daun sirsak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

86

Lampiran 12. Analisis Statistik Perubahan Berat Badan Tikus Jantan

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Berat badan hari ke-0 *

Kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-7 *

Kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-14 *

Kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-21 *

Kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-28 *

Kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Report

Kelompok perlakuan Berat badan

hari ke-0

Berat badan

hari ke-7

Berat badan

hari ke-14

Berat badan

hari ke-21

Berat badan

hari ke-28

Infusa daun sirsak

108 mg/kg BB

Mean 234.9400 246.5000 267.1200 279.1400 295.0600

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 29.30654 18.65449 20.85970 24.63966 19.98695

Std. Error of Mean 13.10628 8.34254 9.32874 11.01919 8.93843

Infusa daun sirsak

180 mg/kg BB

Mean 237.1200 252.7200 274.3800 289.0800 303.1800

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 26.22312 23.58341 26.35663 26.78371 22.22346

Std. Error of Mean 11.72734 10.54682 11.78704 11.97804 9.93863

Infusa daun sirsak

301 mg/kg BB

Mean 227.2800 256.6400 272.4400 281.6400 294.9200

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 33.60658 30.57569 21.75495 20.24483 20.78911

Std. Error of Mean 15.02932 13.67387 9.72911 9.05376 9.29717

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

87

Infusa daun sirsak

503 mg/kg BB

Mean 235.8000 256.0200 270.0400 283.8600 298.2200

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 26.71835 24.09672 18.03741 14.87105 14.66959

Std. Error of Mean 11.94881 10.77638 8.06657 6.65053 6.56044

kontrol aquadest

8333 mg/kg BB

Mean 239.0400 255.9400 276.0800 289.4400 298.5800

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 28.46556 25.72058 24.78310 18.87917 16.88659

Std. Error of Mean 12.73018 11.50259 11.08334 8.44302 7.55191

Total Mean 234.8360 253.5640 272.0120 284.6320 297.9920

N 25 25 25 25 25

Std. Deviation 26.77449 22.98887 20.83797 20.06310 17.71339

Std. Error of Mean 5.35490 4.59777 4.16759 4.01262 3.54268

General Linear Model

Between-Subjects Factors

Value Label N

Kelompok perlakuan 1 Infusa daun

sirsak 108

mg/kg BB

5

2 Infusa daun

sirsak 180

mg/kg BB

5

3 Infusa daun

sirsak 301

mg/kg BB

5

4 Infusa daun

sirsak 503

mg/kg BB

5

5 kontrol

aquadest 8333

mg/kg BB

5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

88

Multivariate Testsc

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept Pillai's Trace .997 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Wilks' Lambda .003 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Hotelling's Trace 375.298 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Roy's Largest Root 375.298 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Kelompok_perlakuan Pillai's Trace .385 .405 20.000 76.000 .987

Wilks' Lambda .662 .357 20.000 54.016 .993

Hotelling's Trace .442 .321 20.000 58.000 .997

Roy's Largest Root .204 .777b 5.000 19.000 .579

a. Exact statistic

b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.

c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan

Lampiran 13. Analisis Statistik Perubahan Berat Badan Tikus Betina

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

Berat badan hari ke-0 *

kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-7 *

kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-14 *

kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-21 *

kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

Berat badan hari ke-28 *

kelompok perlakuan 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

89

Report

kelompok perlakuan Berat badan

hari ke-0

Berat badan

hari ke-7

Berat badan

hari ke-14

Berat badan

hari ke-21

Berat badan

hari ke-28

Infusa daun sirsak

108 mg/kg BB

Mean 194.4000 191.6600 196.1800 201.4800 206.2600

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 18.13574 10.71812 6.27989 7.67835 10.47869

Std. Error of Mean 8.11055 4.79329 2.80845 3.43386 4.68621

Infusa daun sirsak

180 mg/kg BB

Mean 198.0600 202.0200 201.3200 205.9800 213.7800

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 21.13748 14.69956 16.86022 18.05580 16.45257

Std. Error of Mean 9.45297 6.57384 7.54012 8.07480 7.35781

Infusa daun sirsak

301 mg/kg BB

Mean 192.5000 186.7800 188.1800 192.5400 196.9800

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 11.49848 12.17280 13.03215 10.02487 13.57892

Std. Error of Mean 5.14228 5.44384 5.82816 4.48326 6.07268

Infusa daun sirsak

503 mg/kg BB

Mean 195.4400 194.7400 194.0400 194.1200 202.0200

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 9.41371 13.42378 19.23962 20.05261 18.69176

Std. Error of Mean 4.20994 6.00330 8.60422 8.96780 8.35921

Kontrol aquadest

8333 mg/kg BB

Mean 194.8000 191.4000 193.0200 195.8400 199.5200

N 5 5 5 5 5

Std. Deviation 11.51564 14.69303 13.97183 18.76774 17.51134

Std. Error of Mean 5.14995 6.57092 6.24839 8.39319 7.83131

Total Mean 195.0400 193.3200 194.5480 197.9920 203.7120

N 25 25 25 25 25

Std. Deviation 13.84070 13.12672 13.98511 15.25590 15.48075

Std. Error of Mean 2.76814 2.62534 2.79702 3.05118 3.09615

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

90

General Linear Model

Between-Subjects Factors

Value Label N

kelompok perlakuan 1 Infusa daun sirsak

108 mg/kg BB 5

2 Infusa daun sirsak

180 mg/kg BB 5

3 Infusa daun sirsak

301 mg/kg BB 5

4 Infusa daun sirsak

503 mg/kg BB 5

5 Kontrol aquadest

503 mg/kg BB 5

Multivariate Testsc

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept Pillai's Trace .996 9.008E2a 5.000 16.000 .000

Wilks' Lambda .004 9.008E2a 5.000 16.000 .000

Hotelling's Trace 281.510 9.008E2a 5.000 16.000 .000

Roy's Largest Root 281.510 9.008E2a 5.000 16.000 .000

kelompok_perlakuan Pillai's Trace .583 .648 20.000 76.000 .863

Wilks' Lambda .507 .613 20.000 54.016 .886

Hotelling's Trace .801 .580 20.000 58.000 .911

Roy's Largest Root .500 1.901b 5.000 19.000 .142

a. Exact statistic

b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance level.

c. Design: Intercept + kelompok_perlakuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

91

Lampiran 14. Langkah-langkah Analisis Data dengan General Linier Model

(metode Multivariat):

Contoh kasus adalah analisis perubahan berat badan tikus jantan dengan data

sebagai berikut:

Kelompok Tikus BB0 BB7 BB14 BB21 BB28

Infusa

daun

sirsak 108

mg/kg BB

1 197.8 226.1 256.9 277.8 301.0

2 211.3 237.2 261.2 277.1 284.6

3 250.1 242.2 258.5 269.7 282.0

4 247.1 251.4 254.8 252.0 280.1

5 268.4 275.6 304.2 319.1 327.6

Infusa

daun

sirsak 180

mg/kg BB

1 204.4 235.7 268.6 285.9 309.6

2 226.2 258.6 283.4 293.0 303.2

3 242.8 225.1 234.2 248.2 269.2

4 236.0 258.2 279.3 295.6 302.8

5 276.2 286.0 306.4 322.7 331.1

Infusa

daun

sirsak 301

mg/kg BB

1 189.2 219.8 241.9 257.2 267.7

2 225.3 247.2 270.3 285.1 300.0

3 238.3 246.1 267.3 281.0 293.3

4 206.3 268.2 281.0 272.5 288.4

5 277.3 301.9 301.7 312.4 325.2

Infusa

daun

sirsak 503

mg/kg BB

1 197.3 249.8 276.3 293.4 302.4

2 224.2 224.6 264.0 279.2 300.7

3 241.5 245.2 262.1 279.5 299.5

4 247.5 278.6 250.1 264.2 274.2

5 268.5 281.9 297.7 303.0 314.3

kontrol

aquadest

8333

mg/kg BB

1 193.8 223.9 247.7 268.6 282.3

2 236.4 256.8 269.2 281.1 279.9

3 246.6 238.6 259.9 278.7 302.2

4 246.6 271.8 298.7 311.6 317.6

5 271.8 288.6 304.9 307.2 310.9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

92

Input data

1. Buka lembar kerja baru dari prog SPSS. Kemudian klik Variable View, akan

muncul seperti ini:

2. Definisikan variabel yang diperlukan. Tempatkan pointer pada baris 1,

kemudian isi kolom

Name : Kelompok_perlakuan

Type : gunakan default numeric

Width : untuk keseragaman, ketik 8

Decimals : ketik 2

Label : Kelompok perlakuan

Values : tempatkan pointer dalam kotak kecil titik-titik di sebelah

kanan tulisan none, akan muncul Value labels. Pada kolom Value

masukkan angka 1. Pada kolom label masukkan keterangan Infusa daun

sirsak 108 mg/kg BB kemudian klik Add. Masukkan variabel bebas

lainnya. Maka akan tampak seperti gambar di bawah:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

93

Kemudian klik OK. Untuk kolom Missing, Columns, Align, Measure biarkan

seperti default

3. Tempatkan pointer ke baris 2. Ganti Name dengan BB0 dan Label dengan

Berat badan hari ke-0

4. Tempatkan pointer ke baris 3. Ganti Name dengan BB7 dan Label dengan

Berat badan hari ke-7

5. Tempatkan pointer ke baris 4. Ganti Name dengan BB14 dan Label dengan

Berat badan hari ke-14

6. Tempatkan pointer ke baris 5. Ganti Name dengan BB21 dan Label dengan

Berat badan hari ke-21

7. Tempatkan pointer ke baris 6. Ganti Name dengan BB28 dan Label dengan

Berat badan hari ke-28

Akan muncul seperti ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

94

8. Klik Data view. Arahkan pointer ke menu utama SPSS, pilih menu View,

aktifkan Value label.

9. Arahkan pointer ke baris 1 kelompok perlakuan, ketik angka 1 (menurun

sebanyak 5 kali) maka SPSS secara otomatis akan mengubahnya menjadi

sesuai label yang dimasukkan pada variabel view. Lakukan hal yang sama

dengan value 2, 3, 4, dan 5.

10. Untuk mengisi variabel BB0, BB7, BB14, BB21, dan BB28 masukkan data

berat badan tikus jantan. Jika sudah muncul seperti dibawah, maka data telah

selesai di input. Kemudian klik File lalu Save As.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

95

Analisis data

1. Pilih menu Analyze

2. Pilih General Linier Model

3. Pilih Multivariate

4. Maka akan muncul :

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

96

a. Dependent Variables: Pindahkan variabel-variabel tersebut ke kolom

Dependent Variables dengan cara mengklik berat badan hari ke-0,

kemudian klik simbol . Lakukan hal yang sama untuk memasukkan

berat badan hari ke-7, 14, 21, dan 28 ke kolom Dependent Variables.

b. Fixed factors: klik variabel kelompok perlakuan dari kolom kirin

kemudian pindahkan ke fixed factor dengan mengklik simbol

c. Covariate(s). abaikan saja bagian ini.

d. WLS Weight. Abaikan saja bagian ini.

e. Pilih option maka akan muncul

Klik kelompok perlakuan, kemudian pindahkan ke bagian Display

Means for. Beri tanda checklist (√) pada pilihan Homogeneity tests. Klik

Continue. Maka akan kembali menu Multivariate seperti dibawah,

kemudian klik OK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

97

Maka akan muncul tampilan output SPSS.

Interpretasi hasil analisis

1. Uji homogenitas varian yang dilihat dari hasil uji Levene, yaitu:

Levene's Test of Equality of Error Variancesa

F df1 df2 Sig.

Berat badan hari ke-0 .168 4 20 .952

Berat badan hari ke-7 .328 4 20 .856

Berat badan hari ke-14 .261 4 20 .899

Berat badan hari ke-21 .162 4 20 .955

Berat badan hari ke-28 .177 4 20 .948

Tests the null hypothesis that the error variance of the

dependent variable is equal across groups.

a. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan

Jika signifikansi (sig.) p>0.05, maka varian homogen. Namun jika

signifikansi p<0.05, maka varian tidak homogen.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

98

2. Uji multivariate

Keputusan diambil dengan analisis Pillai's Trace, Wilks' Lambda,

Hotelling's Trace, Roy's Largest Root, menghasilkan:

Multivariate Testsc

Effect Value F Hypothesis df Error df Sig.

Intercept Pillai's Trace .997 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Wilks' Lambda .003 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Hotelling's Trace 375.298 1.201E3a 5.000 16.000 .000

Roy's Largest

Root 375.298 1.201E3

a 5.000

16.000 .000

Kelompok_perlakuan Pillai's Trace .385 .405 20.000 76.000 .987

Wilks' Lambda .662 .357 20.000 54.016 .993

Hotelling's Trace .442 .321 20.000 58.000 .997

Roy's Largest

Root .204 .777

b 5.000 19.000 .579

a. Exact statistic

b. The statistic is an upper bound on F that yields a lower bound on the significance

level.

c. Design: Intercept + Kelompok_perlakuan

Jika signifikansi (Sig.) p<0.05, maka terdapat perbedaan yang bermakna

(signifikan). Namun jika signifikansi (Sig.) p>0.05, maka tidak terdapat perbedaan

yang bermakna (berbeda tidak signifikan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI UJI TOKSISITAS SUBKRONIS INFUSA DAUN SIRSAK (Annona muricata L.) TERHADAP GAMBARAN HISTOLOGIS TESTIS DAN OVARIUM TIKUS SKRIPSI Diajukan untuk

99

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi yang berjudul “Uji Toksisitas Subkronis

Infusa Daun Sirsak (Annona muricata L.) terhadap

Gambaran Histologis Testis Dan Ovarium Tikus”

mempunyai nama lengkap Niken Ambar Sayekti,

merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan

Antonius Slamet dan Sulistiyani. Penulis dilahirkan di

Purworejo, Jawa Tengah pada 12 Mei 1991. Pendidikan formal yang telah

ditempuh, yaitu pendidikan prasekolah dasar di TK Setyowuri (1996-1997),

Pendidikan dasar di SD Negeri Wonosari (1997-2003), Pendidikan menengah di

SMP Negeri 11 Purworejo (2003-2006), dan Pendidikan lanjutan di SMF

“INDONESIA” Yogyakarta (2006-2009). Penulis menempuh pendidikan sarjana

di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tahun 2009.

Selama menjalani masa perkuliahan penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan

diantaranya sebagai anggota divisi Dana dan Usaha acara Pharmacy Performance

and Event Cup 2010, anggota divisi Perlengkapan acara Paingan Festival.

Beberapa seminar telah diikuti oleh penulis diantaranya Seminar Hari AIDS

Sedunia, Seminar Kanker Serviks dan Kanker Paru-paru. Penulis juga pernah

menjadi Asisten Praktikum Mikrobiologi (2010, 2011), Bentuk Sediaan Farmasi

(2011), Farmakologi-Toksikologi (2012).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI