plagiat merupakan tindakan tidak terpuji · kolonialisme di indonesia pada masa orde baru, salah...

168
i ORIENTALISME TIMUR ATAS TIMUR WACANA “PEMBANGUNAN” DALAM PROGRAM TRANSMIGRASI PEMERINTAH ORDE BARU DI KABUPATEN MELAWI, KALIMANTAN BARAT TESIS Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Mendapat Gelar Magister Humaniora (M. Hum) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya Disusun Oleh Septian Peterianus 126322001 MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2015 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: duongdieu

Post on 17-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

i

ORIENTALISME TIMUR ATAS TIMUR

WACANA “PEMBANGUNAN” DALAM PROGRAM TRANSMIGRASI

PEMERINTAH ORDE BARU DI KABUPATEN MELAWI,

KALIMANTAN BARAT

TESIS

Dibuat Sebagai Persyaratan Untuk Mendapat Gelar Magister Humaniora

(M. Hum) di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya

Disusun Oleh

Septian Peterianus

126322001

MAGISTER ILMU RELIGI DAN BUDAYA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :

Nama : Septian Peterianus.

Nomor Mahasiswa : 126322001

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

ORIENTALISME TIMUR ATAS TIMUR

WACANA “PEMBANGUNAN” DALAM PROGRAM TRANSMIGRASI

PEMERINTAH ORDE BARU DI KABUPATEN MELAWI, KALIMANTAN

BARAT

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-

ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media

lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun mem-

berikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 15 Januari 2015

Yang menyatakan

( Septian Peterianus )

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Septian Peterianus

Nim : 126322001

Program : Magister Ilmu Religi dan Budaya

Demi kepentingan ilmu pengetahuan, saya menyerahkan sepenuhnya

kepada pihak Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang

berjudul:

ORIENTALISME TIMUR ATAS TIMUR: WACANA “PEMBANGUNAN”

DALAM PROGRAM TRANSMIGRASI PEMERINTAH ORDE BARU DI

KABUPATEN MELAWI, KALIMANTAN BARAT

Untuk menyimpan, menggunakan, serta mempublikasikan karya tesis ini

demi kepentingan akademis tanpa harus meminta ijin maupun memberi royalti

selama tetap mencantumkan nama penulis aslinya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Yogyakarta, 15 Januari 2015

Hormat saya

Septian Peterianus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

vi

ABSTRAK

Asumsi dasar penelitian ini adalah bahwa orientalisme yang terjadi di

negara-negara Timur Tengah dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap orang-

orang Timur. Sebagaimana yang disampaikan oleh Edward W. Said dalam buku

Orientalism, orang-orang Barat selalu merasa diri lebih superior dari orang-orang

Timur yang mereka anggap inferior. Oleh karena itu, ketika bangsa Barat

menjajah bangsa Timur, orang-orang Barat tidak merasa bahwa mereka sedang

menjajah orang-orang Timur melainkan orang-orang Barat merasa bahwa mereka

telah membantu orang-orang Timur untuk mendirikan pemerintahannya sendiri.

Dengan demikian, muncul anggapan bahwa orang-orang Timur tidak akan mampu

menjalankan pemerintahannya dengan baik tanpa bantuan orang-orang Barat.

Bertolak dari kesadaran itu, penelitian ini berusaha melihat bagaimana

orientalisme di Indonesia terus berlanjut pada masa pascakolonial dengan fokus

pada wacana pembangunan yang dibawa oleh pemerintah Orde Baru dalam

melaksanakan program transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Untuk melihat apakah kasus transmigrasi yang berlangsung di Melawi serupa

dengan orientalisme yang terjadi di Timur Tengah, penelitian tesis ini

menggunakan teori Orientalisme Edward Said. Dengan menggunakan teori

orientalisme akan diketahui bagaimana cara pandang Barat dalam menilai Timur,

juga digunakan oleh orang Timur untuk menilai sesama orang Timur.

Hasil penelitian tesis ini menunjukkan beberapa hal. Pertama,

Orientalisme itu tidak hanya terjadi di negara-negara Timur Tengah, melainkan

juga terjadi di negara-negara Asia seperti Indonesia. Kedua, orientalisme yang

terjadi di Indonesia pada masa pascakolonial lebih buruk lagi karena baik pelaku

maupun korbannya adalah sama-sama orang Timur. Ketiga, berlanjutnya

kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam

kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi.

Kata Kunci: Orientalisme, Kolonialisme, Berlanjutnya Kolonialisme, Pemerintah

Orde Baru, Pembangunan, Program Transmigrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

vii

ABSTRACT

The fundamental assumption in this thesis is that the orientalism happened

in the Middle-East countries is done by the people of the West to the people in the

East. As stated by Edward W. Said in Orientalism, the West always considers

themselves as superior to the East. Therefore, when the West colonized the East,

they believed that they were assisting the East to build their own government. As

a result, a condition where the East is believed would not be able to administer its

own government without the help from the West emerges.

Based on this understanding, this thesis would like to investigate how the

orientalism in Indonesia keeps on going in the postcolonial era in the context of

transmigration program in Melawi Regency, West Borneo Province by promoting

the development discourse. In order to examine whether the transmigration

program in Melawi Regency, West Borneo Province is similar to the orientalism

in the Middle-East, thus this thesis uses Edward Said’s Orientalism theory. This

theory will lead us to the reality in the transmigration program in Melawi

Regency, West Borneo Province that the way the West perceived the East is also

used by the East to perceive the East.

This thesis draws some conclusions. First, Orientalism is not only happens

in the Middle-East, but also in Asia such as Indonesia. Second, Orientalism in

postcolonial Indonesia is even worse since either the perpetrators or the victims

are Indonesian (the East). Third, the continuity of colonialism in Indonesia under

the New Order regime is reflected in the transmigration program in Melawi

Regency, West Borneo Province.

Key words: Orientalism, Colonialism, The Continuity of Colonialism, The New

Order Government, Development, Transmigration Program.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena berkat dan penyertaannya penulis mampu menyelesaikan karya tulis ilmiah

ini. Penyertaan Tuhan Yesus dalam kehidupan penulis sungguh luar biasa,

sehingga tidak pernah sekalipun penulis merasa putus asa saat menghadapi cobaan

dalam menyelesaikan penulisan tesis ini. Untuk itu, pada kesempatan yang

berbahagia ini perkenankanlah penulis mengucapkan beribu-ribu terima kasih

kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan baik secara materi maupun

moril pada penulis untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Ucapan terima kasih yang pertama penulis sampaikan kepada seluruh staf

pengajar di Program Magister Ilmu Religi dan Budaya yang selama ini telah

berjuang keras untuk memberikan ilmu dan mendidik penulis selama menempuh

studi di Program Pasca Sarjana Ilmu Religi dan Budaya Universitas Sanata

Dharma. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pada Prof. Dr. Agustinus

Supratiknya, Dr. St. Sunardi, Dr. G. Budi Subanar, S.J., Dr. Haryatmoko, S.J., Dr.

Budi Susanto, S.J., Dr. Bagus Laksana, S.J., Dr. Benny Juliawan, S.J, dan kepada

Mbak Desi seketaris IRB.

Secara khusus pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak

terima kepada kedua dosen pembimbing yakni, Dr. FX. Baskara T. Wardaya dan

Dr. Katrin Bandel yang selama ini telah dengan sabar meluangkan waktunya

untuk mendampingi penulis selama proses penyelesaian tesis ini dari awal hingga

akhirnya karya ilmiah inipun selesai ditulis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

ix

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada para narasumber yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk membantu penulis selama

berlangsungnya proses penelitian di lapangan. Secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih kepada bapak Muhamad Nazarudin yang menjabat

sebagai Kepala Bagian di Dinas Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Selain

itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Geovani Anton

yang menjabat sebgai staf di Dinas Transmigrasi Kabupaten Melawi. Ucapan

terima kasih juga penulis sampaikan kepada bapak Matius yang menjabat sebagai

Seketaris Desa di SP Lima Tiong Keranjik, Kabupaten Melawi.

Selanjutnya tidak lupa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada para

narasumber lainnya. Pertama, bapak Mahrudin peserta transmigrasi yang berasal

dari kota Jawa Barat. Kedua, bapak Rohim peserta transmigrasi yang berasal dari

kota Malang, Jawa Timur. Ketiga, bapak Siregar yang menjabat sebagai Kepala

Puskesmas di Kecamatan SP Lima Tiong Keranjik, Kabupaten Melawi. Keempat,

bapak Yusnono dari Institut Dayakologi kota Pontianak.

Pada kesempatan yang berbahagia ini, tidak lupa penulis juga

menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman IRB angkatan 2012,

yang banyak memberikan masukan maupun tanggapan selama proses penulisan

tesis ini berlangsung. Ucapan terima kasih secara khusus penulis sampaikan pada

Mbak Dwi, Nurani, Mas Saman, Taufik Darwis, Totok, Miko, Om Willy, Mbak

Ajeng, Mas Hendra, Perdinan, Om Rudi, dan Mbak Lani. Besar harapan penulis,

karya tesis ini dapat membantu penulis berpikir lebih kritis untuk menghasilkan

karya-karya akademik lainnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ………………………………………………………………….. i

Pernyataan Keaslian Karya …………………………………………………..... ii

Halaman Pengesahan ………………………………………………………….... iii

Persetujuan Pembimbing ……………………………………………………..... iv

Abstrak …………………………………………………………………………... v

Abstract ………………………………………………………………………….. vi

Kata Pengantar ………………………………………………………………..... vii

Daftar Isi ……………………………………………………………………….... viii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………….. 1

A. Latar Belakang Masalah …………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah ………………………………………………………….. 12

C. Tujuan Penelitian ...………………………………………………………… 12

D. Pentingnya Penelitian ……………………………………………………… 14

E. Tinjauan Pustaka …………………………………………………………… 14

F. Kerangka Teoritis ………………………………………………………….. 24

F. 1. Teori Orientalisme Edward W. Said ………………………………..... 24

F. 2. Orientalisme dan Wacana Kolonial …………………………………... 29

G. Teknik Pengumpulan Data ……………………………………………….... 35

G. 1. Lokasi Penelitian ……………………………………………………... 35

G. 2. Jenis Penelitian ……………………………………………………..... 35

G. 3. Sumber Data ………………………………………………………..... 36

G. 4. Teknik Pengumpulan Data …………………………………………… 36

H. Sistematika Penulisan …………………………………………………….... 37

BAB II IDEOLOGI KOLONIAL DI INDONESIA: DULU DAN

SEKARANG …………………………………………………………………….. 39

A. Orientalisme dalam Sejarah Indonesia …………………………………….. 39

B. Ciri-ciri Orientalisme ………………………………………………………. 47

C. Dilema Orientalisme, Kolonialisme dan Imperalisme ……………………... 52

D. Kolonialisme dalam Sejarah Indonesia …………………………………….. 56

E. Berlanjutnya Kolonialisme di Indonesia …………………………………… 59

F. Transmigrasi sebagai Kolonialisme Internal ………………………………. 60

G. Pembangunan sebagai Ideologi di Masa Pemerintahan Orde Baru ………... 66

H. Pemerintah Orde Baru dan Pelatihan Pembangunan ………………………. 69

I. Pembukaan Studi Politik di Indonesia ……………………………………... 73

J. Daerah-daerah “Tertinggal” dan Solusi Pembangunan ……………………. 77

K. Catatan Penutup ……………………………………………………………. 80

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

xi

BAB III BERLANJUTNYA ORIENTALISME DI INDONESIA DAN

PROGRAM TRANSMIGRASI ORDE BARU DI KABUPATEN MELAWI,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT ………………………………………….

81

A. Transmigrasi dalam Sejarah Indonesia …………………………………….. 81

B. Transmigrasi dalam Sejarah Kalimantan Barat ……………………………. 87

C. Transmigrasi dalam Sejarah Kabupaten Melawi …………………………... 89

D. Orang Dayak dalam Wacana Transmigrasi ………………………………... 91

E. Asal Mula Istilah Dayak …………………………………………………… 96

F. Penelitian tentang Suku Dayak di Masa Pascakolonial ……………………. 101

G. Transmigrasi dan Pembangunan Nasional …………………………………. 107

H. Pelatihan untuk Calon Peserta Transmigrasi ………………………………. 110

I. Pembangunan dan “Solusi” Memajukan Daerah-daerah Transmigrasi ……. 113

J. Transmigrasi untuk “Mensejahterakan” …………………………………… 116

K. “Maju”-nya Sistem Pertanian Pulau Jawa …………………………………. 119

L. “Buruk”-nya Sistem Pertanian Tradisional ………………………………… 122

M. Catatan Penutup ……………………………………………………………. 125

BAB IV PROGRAM TRANSMIGRASI PEMERINTAH ORDE BARU

SEBAGAI BENTUK ORIENTALISME TIMUR ATAS TIMUR …………... 127

A. Kebijakan Transmigrasi Pemerintah Orde Baru dan Orientalisme di Timur

Tengah ……………………………………………………………………... 127

B. Orientalisme dan Kemampuan untuk Menguasai ………………………….. 131

C. Orientalisme dan Program Transmigrasi di Kabupaten Melawi ….……….. 134

D. Orientalisme di Kabupaten Melawi ………………………………………... 136

E. Transmigrasi di Kabupaten Melawi dan Orientalisme Timur atas Timur …. 140

F. Catatan Penutup ……………………………………………………………. 146

BAB V PENUTUP ………………………………………………………………. 148

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………… 154

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam bukunya Orientalism (1978), Edward W. Said mencoba untuk

mendefinisikan ulang istilah “orientalisme”. Menurut Said, ada tiga pengertian

mengenai orientalisme. Pertama, orientalisme sebagai sebuah bidang studi yang

mempelajari “orient” (Timur) dengan menggunakan kata “orient” (Timur) sebagai

tanda pengenalnya, sebagaimana sering dilakukan oleh para akademisi Barat

dalam mempelajari seputar dunia ketimuran. Kedua, orientalisme sebagai suatu

gaya berpikir yang didasarkan pada pembedaan ontologi dan epistemologi antara

“Timur” dan (hampir selalu) “Barat”. Pengertian ini digunakan oleh orang-orang

dari berbagai kalangan, seperti para satrawan, filsuf, dan sebagainya. Ketiga,

orientalisme sebagai sebuah wacana dalam artian Foucauldian.1

Untuk memberi batasan mengenai kajian orientalisme, Said dalam buku

Orientalism mengambil konteks abad kedelapan belas sebagai suatu batasan

kajiannya. Menurut Said, orientalisme dapat dibahas dan dianalisa sebagai suatu

lembaga hukum (corporate institution) yang menangani permasalahan dunia

Timur. Dalam pandangan Said, berurusan dengan dunia Timur berarti juga

membuat istilah-istilah tentang Timur, menguasai cara pandangnya, dan

mendeskripsikannya dengan jalan mengajarinya, menempatinya, dan

1 Edward W. Said. Orientalism. New York: Vintage Books. 1978, hal. 2-3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

2

mengaturnya. Dengan kata lain, orientalisme merupakan gaya Barat untuk

mendominasi, menata kembali, dan menguasai dunia Timur.2

Melalui buku Orientalism, Said ingin menunjukkan bagaimana budaya

Eropa mampu mendapatkan kekuatan dan identitasnya dengan cara menempatkan

diri mereka berhadapan dengan dunia Timur sebagai semacam wali atau

pelindung, bahkan sebagai “diri” (the self) yang tersembunyi.3 Dalam hal ini Barat

mendefinisikan diri dengan memposisikan dirinya berhadapan dengan Timur dan

menjelaskan bahwa Barat tidak seperti Timur. Barat juga mempersepsikan Timur

sebagai wujud dari sisi diri Barat yang tersembunyi. Dalam artian ini, orang-orang

Barat pada satu sisi juga merasa punya sisi “irasional” dan spiritual, namun hal

tersebut disembunyikan dan diposisikan berada di luar diri orang-orang Barat.

Said menunjukkan bahwa orientalisme yang merupakan suatu bidang kajian

mengenai dunia ketimuran ternyata bersumber dari keberadaan orang-orang

Inggris dan Prancis yang telah memiliki hubungan khusus dengan dunia Timur,

terutama India dan tanah injili sebelum awal abad XIX. Sejak awal abad XIX,

Inggris dan Prancis mendominasi dunia Timur. Akan tetapi, sesudah berakhirnya

Perang Dunia II dominasi tersebut diambil alih oleh Amerika Serikat dengan

melakukan pendekatan terhadap dunia Timur seperti yang pernah dilakukan oleh

Inggris dan Prancis. Namun, pendekatan yang digunakan AS lebih bersifat

akademis.

Said mengawali uraiannya tentang orientalisme dengan mengacu pada

asumsi dasar bahwa dunia Timur bukanlah sebuah fakta alam yang bersifat statis.

2 Edward W. Said. Orientalism. New York: Vintage Books. 1978, hal. 3 3 Edward W. Said, hal. 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

3

Dunia Timur tidak semata-mata hadir seperti halnya Barat yang juga tidak semata-

mata ada.4 Oleh karena itu, untuk dapat memahami hal tersebut, Said lalu

mempelajari pernyataan Vico yang mengatakan bahwa manusia mengukir dan

menciptakan sejarahnya sendiri, bahwa apapun yang bisa manusia ketahui

merupakan sesuatu yang telah mereka ciptakan.5 Menurut Said jika pernyataan

Vico ditarik dalam konteks yang lebih luas, misalnya dalam konteks geografi,

maka dapat dipahami bahwa menurut Vico setiap manusia menciptakan lokalitas,

wilayah, serta tempat-tempat geografisnya sendiri. Misalnya, saat mereka

menciptakan “Barat” dan “Timur” merupakan konsekuensi dari faktor geografis,

kultural, dan historis.

Untuk dapat memahami Orientalisme secara utuh, menurut Said, ada tiga

pengertian (hal), yang harus dipahami terlebih dahulu. Pertama, sangatlah keliru

jika menyimpulkan bahwa dunia Timur pada dasarnya merupakan sebuah ide atau

gagasan imajiner yang tidak memiliki realitas. Kedua, bahwa semua ide-ide,

kebudayaan, hingga sejarah tidak mungkin mampu dipelajari dan dipahami secara

sungguh-sungguh tanpa mempelajari kekuatan atau lebih tepatnya pembentukan

dari kekuasaan itu sendiri. Ketiga, jangan pernah beranggapan bahwa struktur

orientalisme tidak lebih dari struktur kebohongan atau merupakan mitos belaka,

yang jika kebenaran tentangnya diungkapkan maka dengan mudah akan

menghilang. Said meyakini bahwa orientalisme secara khusus lebih bermakna

sebagai suatu tanda kekuasaan Atlantik-Eropa atas dunia Timur daripada sebagai

4 Edward W. Said, hal. 4-5 5 Ibid, hal. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

4

sebuah wacana murni dan jujur mengenai Timur (seperti yang sering dituduhkan,

baik dalam karya akademis maupun kesarjanaan).6

Said dalam buku yang sama mengatakan bahwa tujuan dari penulisan buku

Orientalism adalah untuk menunjukkan bahwa orientalisme yang terjadi secara

sistematis tersebut merupakan bagian dari wacana kolonial. Dengan kata lain,

orientalisme mendukung kolonialisme Eropa. Begitupun sebaliknya, kolonialisme

Eropa atas negara-negara jajahan tidak akan terwujud tanpa dukungan

orientalisme. Dengan demikian, Said ingin mengatakan bahwa pada dasarnya

orientalisme dan kolonialisme itu sama-sama merupakan cara Barat untuk

menegaskan kekuasaan kolonialnya atas negara-negara yang menjadi wilayah

kekuasaan Barat.

Orientalisme sebagai sebuah gagasan memberikan gambaran tentang sosok

Barat yang dianggap lebih superior dari Timur yang dianggap inferior. Melalui

orientalisme, Barat berusaha untuk melegitimasi kekuasaannya atas dunia Timur

dengan cara menguasai dunia Timur melalui ilmu pengetahuan yang telah

diproduksi ulang oleh para intelektual Barat. Menurut Said, produksi ilmu

pengetahuan Barat atas Timur dapat dengan mudah ditemukan dalam naskah-

naskah literer dan buku-buku orientalis yang menggambarkan adanya perbedaan

nyata antara dunia Barat dengan dunia Timur.

Dalam pandangan Said, melalui reproduksi ilmu pengetahuan orang-orang

Barat yang telah mempelajari studi orientalisme akan merasa punya pengetahuan

obyektif mengenai apa itu Orient (Timur) sehingga mereka menciptakan Timur,

6 Ibid, hal. 5-6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

5

merekonstruksi citra tertentu tentang Timur yang seakan-akan citra tersebut

merupakan suatu “kebenaran” (murni).

Bagi Said, berbagai pandangan obyektif orang-orang Barat dalam

memandang Timur bukanlah suatu bentuk “kebenaran” (murni), melainkan

sebuah konstruksi yang digunakan oleh para orientalis Barat untuk mendominasi,

menata kembali, dan menghegemoni dunia Timur. Melalui ilmu pengetahuan

orientalisme yang dipelajari oleh orang-orang Barat, para orientalis membawa

pandangan abstrak mengenai dunia Timur yang seolah-olah menujukkan bahwa

orang-orang Barat lebih tahu tentang dunia Timur melebihi orang-orang Timur

sendiri.

Said mengatakan bahwa ilmu pengetahuan yang telah direproduksi Barat

mampu melegitimasi kekuasaannya atas dunia Timur. Untuk membuktikan hal

tersebut, Said lalu mengambil satu contoh kasus yang terjadi di Timur Tengah,

yaitu pendudukan Inggris atas Mesir. Menurut Said, orang-orang Inggris tidak

memahami pendudukan negaranya atas Mesir sebagai bentuk dari penjajahan,

melainkan sebagai upaya untuk membantu bangsa Mesir memerintah dirinya

sendiri.

Orang-orang Inggris merasa bahwa mereka mengenal orang-orang Mesir

dengan baik, dan tahu betul apa yang dibutuhkan oleh bangsa Mesir agar menjadi

bangsa yang maju. Orang-orang Barat meyakini bahwa ketika Inggris menduduki

Mesir tujuannya bukanlah untuk menjajah bangsa Mesir, melainkan untuk

membantu orang-orang yang ada di Mesir mendirikan pemerintahannya secara

modern dengan cara menduduki Mesir.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

6

Untuk menunjukkan bagaimana ilmu pengetahuan orientalisme mampu

merubah cara pandang Barat dalam menilai di dunia Timur Said lalu mempelajari

kutipan pidato dari salah satu anggota Parlemen Inggris bernama Arthur James

Balfour yang menyampaikan orasinya di depan Majelis Rendah Inggris. Dalam

pidatonya, Balfour menyampaikan bahwa pendudukan Inggris atas Mesir bukan

dimaksudkan untuk menjajah bangsa tersebut, melainkan untuk membawa

kebaikan bagi bangsa Mesir.

Dalam pidato yang dikutip oleh Said, Balfour mengatakan bahwa bangsa

Mesir adalah bangsa yang besar. Akan tetapi, orang-orang pribumi di Mesir tidak

memiliki kemampuan untuk memimpin negaranya sendiri. Oleh karena itu,

menurut Balfour, Inggris memang harus menduduki Mesir agar bisa membantu

orang-orang Mesir menyelenggarakan pemerintahannya di negara Timur Tengah

tersebut. Dalam pidato yang disampaikan tanggal 13 Juni 1910, Balfour

mengatakan:

First of all, look at the facts of the case. Western nations as soon as

they emerge into history show the beginnings of those capacities for

self government. Having merits of their own. You may look through

the whole history of the Orientals in what is called, broadly speaking,

the Fast, and you never find traces of self government. All their great

centuries and they have been very great have been passed under

despotisms, under absolute government. All their great contributions

to civilisation and they have been great have been made under that

form of government. Conqueror has succeeded conqueror, one

domination has followed another, but never in all the revolutions of

fate and fortune have you seen one of those nations of its own motion

establish what we, from a Westren point of view, call self government.

That is the fact. It is not a question of superiority and inferiority. I

suppose a true Eastern sage would say that the working government

which we have taken upon ourselves in Egypt and elsewhere is not a

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

7

work worthy of a philosopher that it is the dirty work, the inferior

work, of carrying on the necessary labour.7

Pernyataan Balfour dalam pidatonya di atas seperti yang dikutip oleh Said,

berangkat dari asumsi bahwa Mesir memang harus diduduki oleh Inggris karena

menurut pandangan Balfour, orang-orang Mesir tidak akan mampu untuk

menyelenggarakan pemerintahan sendiri tanpa bantuan orang-orang Inggris. Bagi

Balfour, kehadiran orang-orang Eropa di Mesir akan membantu orang-orang

Mesir menyelenggarakan pemerintahan dengan baik. Untuk itu, Balfour kembali

berkata:

Is it a good thing for these great nations, I admit their greatness that

this absolute government should be exercised by us? I think it is a

good thing. I think that experience shows that they have got under it

far better government than in the whole history of the world they ever

had before, and which not only is a benefit to them, but is

undoubletedly a benefit to the whole of the civilised West. We are in

Egypt not merely for the sake of the Egyptians, though we are there

for their sake; we are there also for the sake of Europe at large.8

Bagi Said, pernyataan sikap Balfour dalam pidatonya tentang penguasaan

Inggris di Mesir sangatlah kompleks. Said menilai bahwa dalam pidatonya itu

Balfour melupakan satu hal, yakni sikap orang-orang Mesir terhadap kehadiran

orang Inggris. Mengenai hal ini, Balfour tidak menjelaskan apa-apa ataupun

memberi bukti apakah orang-orang Mesir menghargai atau benar-benar menerima

kebaikan yang diberikan oleh pendudukan kolonial Inggris. Bukannya memberi

bukti, Balfaour justru menutup kemungkinan bagi orang-orang Mesir untuk

berbicara mengenai dirinya sendiri.

7 Ibid, hal. 32-33 8 Edward W. Said, opcit, hal. 33

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

8

Dalam pandangan Said, Balfour benar-benar mengabaikan kerugian yang

dialami orang-orang Mesir akibat kehadiran Inggris. Hal ini terjadi karena Balfour

yakin bahwa orang-orang Mesir sudah pasti akan menerima keberadaan orang-

orang Inggris di negara mereka. Menurut Said, pidato yang disampaikan Balfour

tentang Mesir di depan Parlemen Inggris yang disaksikan oleh orang-orang

Inggris sendiri menunjukkan bahwa orang-orang Barat merasa diri lebih superior

daripada orang-orang Timur yang mereka anggap inferior.

Menarik bahwa sikap-sikap orientalistik seperti itu tidak hanya terjadi di

Timur Tengah, melainkan juga terjadi di negara-negara Asia lainnya, termasuk

Indonesia. Di Indonesia, sikap orientalistik pernah dilakukan oleh orang-orang

Eropa pada masa kolonial, secara khusus pemerintah Hindia Belanda terhadap

penduduk pribumi yang ada di wilayah Indonesia (dulunya Nusantara). Sikap

orientalistik tersebut ditunjukkan dengan berbagai kebijakan yang dilaksanakan

oleh pemerintah Hindia Belanda saat mereka menjajah Indonesia. Salah satu

kebijakan pemerintah Hindia Belanda yang mencerminkan sikap orientalistik

adalah dengan melaksanakan kebijakan kolonisasi.

Dalam pandangan pemerintah Hindia Belanda, kebijakan kolonisasi ini

dilaksanakan atas pertimbangan bahwa sebagian besar penduduk pribumi yang

ada di Pulau Jawa menderita kemiskinan akibat kebijakan Tanam Paksa

(Cultuurstelsel), yang dijalankan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun

1830-1870).9 Kebijakan Tanam Paksa telah menyebabkan penderitaan bagi

9 Nyoman Kutha Ratna. Poskolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008, hal. 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

9

sebagaian besar penduduk pribumi yang dipekerjakan secara paksa oleh

pemerintah kolonial Hindia Belanda demi mendapatkan keuntungan ekonomis.

Keprihatinan terhadap penduduk pribumi Indonesia yang dipekerjakan

secara paksa oleh pemerintahan Kolonial Belanda pada akhirnya melahirkan

Politik Etis yang merupakan politik balas budi terhadap penduduk pribumi

Indonesia. Politik Etis pada dasarnya berakar pada masalah kemanusiaan,

meskipun dalam pelaksanaannya politik ini juga digunakan untuk mencari

keuntungan ekonomis. Dalam melaksanakan Politik Etis, ada tiga tujuan pokok

yang hendak dicapai oleh pemerintahan Hindia Belanda. Tiga tujuan tersebut

adalah10

:

1. Edukasi, yakni memperluas bidang pengajaran dan pendidikan.

2. Irigasi (pengairan), yakni membangun dan memperbaiki pengairan dan

bendungan untuk keperluan pertanian.

3. Emigrasi, yakni mengajak penduduk untuk bertransmigrasi

Tampak bahwa kebijakan kolonisasi pada masa pemerintahan kolonial

Hindia Belanda dilaksanakan atas pemahaman bahwa pemerintah Hindia Belanda

merasa lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh penduduk pribumi di Pulau Jawa agar

bisa mengubah nasib mereka menjadi lebih sejahtera. Dengan melaksanakan

kebijakan kolonisasi, pemerintah Hindia Belanda merasa bahwa kebijakan

kolonisasi akan membantu orang-orang pribumi di Indonesia mengubah

10 M. C. Ricklefs. Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 2005, hal. 327

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

10

kehidupan mereka yang tadinya miskin menjadi sejahtera dengan cara ikut

program kolonisasi.

Menariknya, pada masa pascakolonial kebijakan kolonisasi pemerintah

Belanda itu diadopsi oleh pemerintah Indonesia dan dilaksanakan secara besar-

besaran oleh pemerintahan Orde Baru. Pada masa kemerdekaan Indonesia,

program kolonisasi berganti nama menjadi program transmigrasi, tepatnya pada

tahun 1948 oleh Kementerian Pembangunan dan Pemuda.11

Namun demikian,

meskipun namanya diganti, kebijakan ini tetaplah berkaitan dengan usaha

memindahkan penduduk dari daerah yang padat di Pulau Jawa menuju ke luar

Pulau Jawa.

Dengan melanjutkan kebijakan transmigrasi dari pemerintah kolonial Hindia

Belanda, pemerintah Indonesia, secara khusus Orde Baru sebenarnya telah

melanjutkan kebijakan kolonial dari pemerintahan Hindia Belanda. Dengan

demikian, di masa pascakolonial pemerintah Orde Baru telah melanjutkan

kolonialisme bangsa Barat dengan tujuan untuk menguasai sumber daya alam-

sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah tujuan transmigrasi yang ada

di Indonesia.

Tesis ini ingin menunjukkan bahwa orientalisme di Indonesia terus berlanjut

pada masa pascakolonial. Berlanjutnya kolonialisme di Indonesia pada masa

pascakolonial, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang

dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia, secara khusus pemerintah Orde Baru di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Menurut pemerintah Orde Baru, tujuan

11 Departemen Transmigrasi. Historiografi Transmigrasi. Jakarta: 1984, hal. 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

11

dilaksanakannya program transmigrasi adalah untuk memenuhi tiga hal. Pertama,

memindahkan penduduk dari Pulau Jawa menuju ke luar Pulau Jawa. Kedua,

melaksanakan proyek-proyek pembangunan di daerah-daerah yang konon

dianggap “tertinggal”. Ketiga, mensejahterakan seluruh penduduk yang mengikuti

program transmigrasi.

Program transmigrasi pemerintah Orde Baru yang berlangsung di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, pada tahun 1990-an, menunjukkan bahwa

pemerintah di Jakarta lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh penduduk lokal

(khususnya orang-orang Dayak) di Melawi agar menjadi maju melebihi

pengetahuan orang-orang Melawi sendiri. Bagi pemerintah Jakarta, program

transmigrasi di Kabupaten Melawi tidak hanya bertujuan untuk memindahkan

penduduk dari Pulau Jawa saja, melainkan juga bertujuan untuk membangun

daerah-daerah “tertinggal” yang ada di Kabupaten Melawi.

Bagi pemerintah Orde Baru, program transmigrasi yang berlangsung di

Kabupaten Melawi bukan untuk mencari keuntungan ekonomi semata, melainkan

lebih dimaksudkan untuk membantu orang-orang Dayak membangun daerah-

daerah mereka yang oleh pemerintah di Jakarta dianggap sebagai salah satu

daerah “tertinggal” dalam hal pembangunan nasional. Dalam pandangan

pemerintah di Jakarta, program transmigrasi adalah solusi untuk memajukan

daerah-daerah “tertinggal” yang ada di Kabupaten Melawi.

Program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi hanyalah

salah satu contoh yang dapat menunjukkan bahwa pemerintah Orde Baru telah

melanjutkan praktek-praktek kolonial di daerah-daerah transmigrasi yang ada di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

12

Kabupaten Melawi. Kasus transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi

juga menunjukkan bahwa praktek-praktek kolonial di Indonesia, yang dulunya

dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda, pada masa pascakolonial dilanjutkan

oleh pemerintah Indonesia sendiri, secara khusus pemerintah Orde Baru.

B. Rumusan Masalah

Bertolak dari penjelasan latar belakang masalah di atas, ada beberapa

permasalahan yang bisa dikaji dalam penelitian tesis ini. Permasalahan itu dapat

dirumuskan dalam beberapa pertanyaan:

1. Bagaimana kolonialisme di Indonesia berlanjut pada masa pascakolonial,

secara khusus di masa pemerintahan Orde Baru?

2. Apa wacana yang mampu melegitimasi kekuasaan pemerintah Orde Baru

terhadap penduduk lokal (orang-orang Dayak) di Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat?

3. Apakah wacana yang mengiringi kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan

oleh pemerintah Orde Baru di Melawi mempunyai kesamaan dengan

orientalisme yang terjadi terhadap Timur Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana telah disampaikan di depan dalam buku Orientalism, Edward

W. Said menjelaskan bagaimana orang-orang Barat membicarakan orang-orang

Timur. Dengan memakai konsep orientalisme, orang-orang Barat merasa dirinya

lebih superior dari orang-orang Timur yang menurut mereka inferior. Karena

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

13

Barat merasa bahwa dirinya superior dari Timur, maka orang-orang Barat yang

sedang menguasai dunia Timur tidak merasa bahwa mereka sedang menjajah

dunia Timur. Orang-orang Barat justru merasa bahwa mereka sedang berjuang

untuk membantu orang-orang Timur mendirikan pemerintahannya sendiri.

Dengan kata lain, orang-orang Barat merasa bahwa tanpa bantuan Barat, orang-

orang di dunia Timur tidak akan mampu untuk mendirikan pemerintahannya

sendiri.

Tesis ini memiliki beberapa tujuan, yaitu: pertama, memahami, mengetahui,

menganalisis, serta mencari tahu apakah kolonialisme di Indonesia pada masa

pascakolonial terus berlanjut atau tidak. Kedua, menunjukkan bahwa konsep

orientalisme itu tidak hanya digunakan oleh orang-orang Barat untuk menilai

dunia Timur, tetapi juga bisa digunakan oleh orang-orang Timur sendiri dalam

menilai sesama orang Timur.

Ketiga, menunjukkan bahwa kolonialisme yang berlanjut di Indonesia pada

masa pascakolonial, pelakunya bukanlah orang-orang Eropa pada umumnya

(pemerintah kolonial Hindia Belanda), melainkan pelakunya adalah pemerintah

Indonesia sendiri, secara khusus pemerintah Orde Baru. Keempat, menunjukkan

bahwa dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah kolonial Hindia

Belanda, pemerintah Indonesia, secara khusus Orde Baru telah bertindak sebagai

agen kolonialisme baru dengan menjadikan suku Dayak di Kabupaten Melawi

sebagai korbannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

14

D. Pentingnya Penelitian

Penelitian tesis ini menjadi sangat penting bagi penulis karena teori

Orientalisme Edward W. Said ternyata tidak hanya berlaku di negara-negara

Timur Tengah (Mesir), melainkan juga berlaku di negara-negara Asia lainnya

seperti Indonesia. Dengan kata lain, argumen Said mengenai orientalisme tidak

hanya digunakan oleh orang-orang Barat dalam memandang dunia Timur, akan

tetapi juga bisa digunakan oleh orang-orang Timur sendiri dalam memandang

sesama orang Timur.

Bertolak dari gagasan-gagasan di atas, tesis ini ditulis dengan beberapa

tujuan. Pertama, penelitian ini dapat menunjukkan bagaimana teori Orientalisme

Edward W. Said tidak hanya berlaku di negara-negara Timur Tengah seperti

Mesir, akan tetapi juga berlaku di Indonesia. Kedua, tesis ini menjadi penting,

karena berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya. Perbedaannya adalah

penelitian ini tidak mengambil contoh kasus di negara-negara Timur Tengah,

melainkan mengambil kasus program transmigrasi yang berlangsung di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Ketiga, hasil dari penelitian ini diharapkan

mampu menambah khasanah kajian ilmu Humaniora yang dapat memberi manfaat

bagi penulis sendiri dalam mengembangkan Kajian Ilmu Budaya.

E. Tinjauan Pustaka

Di Indonesia, kajian tentang Orientalisme memang merupakan hal yang

asing karena belum banyak orang yang meneliti hal tersebut. Akan tetapi, bukan

berarti bahwa tidak ada kajian yang menjelaskan mengenai Orientalisme di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

15

Indonesia. Di kalangan akademisi sendiri, sejauh ini sudah ada karya tulis tesis

yang membicarakan mengenai Orientalisme. Hasan Basri (2010), menulis tesis

berjudul Respon Intelektual Muslim Indonesia terhadap Buku Orientalisme Karya

Edward Said.12

Meskipun demikian, fokus penelitian Basri pada akhirnya

menunjukkan dua hal. Pertama, Basri menunjukkan bahwa para intelektual

Muslim di Indonesia sulit untuk menerima perspektif kritis yang disampaikan oleh

Said dalam buku Orientalisme. Kedua, para peneliti di Indonesia, secara khusus

kaum intelektual Muslim, cenderung menerima dan mengafirmasi karya orientalis

Barat.

Dalam pandangan Basri, tujuan utama penulisan tesisnya adalah untuk

melihat respon intelektual Muslim di Indonesia terhadap buku Orientalisme Said.

Untuk melihat respon intelektual muslim Indonesia, Basri dalam tesisnya

menggunakan teori empat wacana Lacanian (Lacanian four discourses).13

Akan

tetapi, fokus Basri dalam penelitian tesis ini hanya ingin melihat bagaimana kaum

Muslim terdidik di Indonesia merespon buku karya Edward Said serta melihat

bagaimana implikasi buku Said terhadap kaum muslim Indonesia terdidik.

Hasil penelitian tesis Basri merupakan hasil karya tulis orang Indonesia

dalam merespon buku Orientalisme karya Edward Said. Meskipun demikian,

penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, baik itu yang

pernah diteliti oleh para akademisi Barat maupun oleh peneliti Indonesia. Dalam

penelitian ini, penulis ingin menguraikan bahwa argumen Said dalam bukunya

12 Tesis Hasan Basri. Respon Intelektual Muslim Indonesia terhadap Buku Orientalisme Karya Edward Said. Mahasiswa IRB, 2010. 13 Tesis Hasan Basri. Respon Intelektual Muslim Indonesia terhadap Buku Orientalisme Karya Edward Said. Mahasiswa IRB, 2010. Abstrak, hal. xii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

16

Orientalism dapat diperluas dengan mengambil contoh kasus di Indonesia. Dalam

kasus yang terjadi di Indonesia, penelitian ini ingin menunjukkan bahwa sikap

orientalistik ternyata juga bisa dilakukan oleh orang-orang Timur sendiri terhadap

sesama orang Timur. Dalam buku Orientalism, Said menjelaskan bagaimana

orang-orang Barat memandang Timur dan membicarakannya. Oleh karena itu,

untuk memasuki wilayah Indonesia maka penulis akan menggunakan beberapa

literatur mengenai Indonesia yang ditulis oleh para peneliti Barat.

Sejauh ini sudah banyak para peneliti Barat yang menulis tentang Indonesia.

Namun, dalam penelitian ini penulis hanya akan menggunakan beberapa literatur

yang penulis anggap dapat membantu melihat permasalahan yang akan penulis

teliti. Simon Philpott (2000), misalnya menulis Rethinking Indonesia:

Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity.14

Menurut Philpott, Indonesia

di masa kolonial dikuasai oleh orang-orang Eropa seperti, Portugis, Inggris, dan

Belanda yang menggunakan pendekatan filosofis, sedangkan di masa

pascakolonial hegemoni atas Indonesia yang awalnya dipengaruhi oleh Belanda

digantikan oleh Amerika Serikat dan Australia dengan menggunakan pendekatan

berbeda dari penjajah Belanda, yakni social sciences (akademis).

Dengan berakhirnya kolonialisme Eropa (Belanda) atas Indonesia, tidak

membuat bangsa Indonesia benar-benar terbebas dari pengaruh asing. Hal ini

tampak dari terus direproduksinya ilmu pengetahuan Barat di negara-negara Asia

yang baru saja merdeka, misalnya Indonesia. Sebagai sebuah negara yang baru

saja merdeka, bangsa Indonesia di masa pascakolonial memang telah terbebas dari

14 Simon Philpott. Rethingking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press LTD. 2000.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

17

pengaruh pemerintah Belanda. Namun, pengaruh pemerintah Belanda atas

Indonesia di masa pascakolonial diambil alih oleh pemerintah Amerika Serikat

dengan cara menanamkan gagasan-gagasan Barat di bidang ekonomi dan kajian

politik.

Tujuan pemerintah AS menanamkan gagasan-gagasan Barat di Indonesia

adalah untuk menjauhkan Indonesia dari pengaruh komunis dan untuk menguasai

kembali Indonesia. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, pemerintah AS

mendirikan lembaga studi Ford Foundation yang bertugas untuk mengirim para

ilmuan Barat ke Indonesia. Selain bertugas mengirim ilmuan Barat ke Indonesia,

lembaga ini juga bertugas mengirim para pelajar Indonesia untuk belajar di

universitas-universitas yang ada di AS.

Menurut Philpott, Ford Foundation tidak hanya bertugas untuk mengirim

para ilmuan Barat ke Indonesia, melainkan juga ikut mendanai pendirian Modern

Indonesia Project di Cornell University yang oleh Philpott kajian ini bisa

dikatakan sebagai program studi tentang Indonesia paling berpengaruh selama

empat puluh tahun terakhir. Untuk menunjukkan hal tersebut, Philpott lalu

mengutip pernyataan Kahin yang mengatakan bahwa pengaruh intelektual Barat

atas Indonesia sudah tidak perlu lagi diragukan:

(e)ven Indonesian universities must use Cornell‟s elite-oriented studies to

teach post-independence politics and history…”Most of the people at the

university came from essentially bourgeois or bureaucratic families”,

recalls Kahin. “They knew precious little of their society”.15

15 Simon Philpott. Rethingking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press LTD. 2000, hal. 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

18

Tampak jelas, pernyataan Kahin yang dikutip oleh Philpott menunjukkan

bahwa hanya sedikit para elit Indonesia yang mengetahui tentang kehidupan

orang-orang di Indonesia dalam konteks diskursus baru setelah berakhirnya

Perang Dunia II. Namun, menurut Philpott, justru dari asumsi inilah genealogi

orientalis dari studi kawasan terlihat jelas. Dalam pandangan Philpott, cara

tradisional bisa digunakan untuk mengetahui bahwa “sejarah” tunduk pada ilmu-

ilmu sosial yang dianggap lebih superior.16

Selain itu, Philpott juga menyoroti reaksi kaum elit Indonesia dalam

menyikapi urusan pendanaan Ford Foundation. Dalam buku yang sama, Philpott

memberikan ilustrasi bagaimana ketika presiden Soekarno mengeluhkan

perubahan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia menjadi „sekolah ekonomi,

statistik, dan administrasi bisnis yang bergaya AS, Presiden Soekarno justru

mendapat perlawanan dari lembaga Ford Foundation:

„When Sukarno threatened to put an end to Western economics‟ says John

Howard, long-time director of Ford‟s International Training and

Research Program, „Ford threatened to cut off all programs, and that

changed Sukarno‟s direction.‟17

Kutipan di atas menunjukkan bagaimana bangsa Indonesia yang sudah

merdeka dari tangan penjajahan Belanda, di masa pascakolonial ternyata sangat

bergantung pada bantuan pemerintah AS. Tampak jelas pula bahwa pendirian

lembaga Ford Foundation dimaksudkan untuk menanamkan pengaruh Barat atas

Indonesia dengan cara menanamkan gagasan-gagasan Barat seperti pembangunan

ekonomi dan politik yang berbasis ke AS. Pemberian beasiswa bagi pelajar

16Ibid, hal. 119 17 Ibid, hal. 119

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

19

Indonesia serta pengiriman para ahli AS ke Indonesia merupakan bagian dari

usaha pemerintah AS untuk mereproduksi ilmu pengetahuan Barat di Indonesia.

George McTurnan Kahin (1970), menulis Nationalism and Revolution in

Indonesia.18

Dalam Bab I bukunya, Kahin menguraikan bahwa pengaruh orang-

orang Belanda terhadap kehidupan sosial penduduk pribumi di Indonesia dimulai

sejak perusahaan Belanda mendirikan Verenigde Oost Indische Compagnie

(VOC) tahun 1602. Tujuan dari pendirian ini adalah untuk memonopoli ekspor-

impor rempah-rempah dari Indonesia (dulunya Nusantara). VOC memusatkan

kegiatannya di Pulau Jawa dengan cara ikut campur dalam urusan politik dan

ekonomi. Namun pada tahun 1798 perusahaan VOC mengalami kebangkrutan

akibat ulah para pejabatnya yang melakukan korupsi. Tahun 1799 perusahaan

VOC ditutup dan wilayah kekuasaannya diambil alih oleh pemerintahan Belanda.

Setelah VOC ditutup, pemerintahan Belanda membuat kebijakan baru yang

bernama Cultivation System (Tanam Paksa) yang mewajibkan rakyat pribumi

untuk membayar pajak pada pemerintahan Belanda. Sistem ini pada akhirnya

hanya menimbulkan penderitaan bagi rakyat pribumi. Selanjutnya, pada tahun

1901, berdiri sebuah perusahaan dagang Islam bernama Sarekat Dagang Islam,

yang awalnya hanya mengurusi perdagangan namun dalam perkembangannya

mengarah pada tujuan politik. Jadi, menurut Kahin, Sarekat Dagang Islam adalah

gerakan nasionalis pertama yang bersifat anti-kolonial. Setelah berdirinya

perusahaan dagang Islam, pada tahun 1906-1908 berdiri sebuah organisasi

nasionalis pertama, yaitu Boedi Utomo.

18George McTurnan Kahin. Nationalism and Revolution In Indonesia. London: Cornell University Press. 1970.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

20

Bradley R. Simpson (2010) menulis buku Economists with Guns: Amerika

Serikat, CIA, dan Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru.19

Dalam

bukunya Simpson menguraikan bagaimana Indonesia pascakolonial dipengaruhi

oleh Amerika Serikat (AS) dalam hal politik, ekonomi, maupun budaya. Buku

karya Simpson ini menguraikan bagaimana pada masa pemerintahan Eisenhower,

AS berusaha untuk mengubah arah politik Indonesia dengan cara menggulingkan

presiden Soekarno yang oleh AS dianggap cenderung sosialis. Buku ini juga

menguraikan bagaimana usaha AS mengusai Indonesia karena dipengaruhi oleh

Perang Dingin. Pada masa Perang Dingin, tujuan utama bantuan AS pada

Indonesia menurut Simpson bersifat sangat politis. Tujuan politis ini bertujuan

untuk menjauhkan Indonesia dari pengaruh Uni Soviet.

Dalam penelitian ini, penulis ingin menunjukkan bahwa kolonialisme yang

terjadi di Indonesia pada masa pascakolonial tidak lagi dilakukan oleh orang-

orang Barat pada umumnya, melainkan dilakukan oleh orang-orang Indonesia

sendiri terhadap sesama orang Indonesia. Berlanjutnya kolonialisme di Indonesia

pada masa pascakolonial, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi

yang diadopsi oleh pemerintah Indonesia dan dilanjutkan secara besar-besaran

oleh pemerintah Orde Baru.

Di Indonesia sendiri pada masa pascakolonial, kajian mengenai program

transmigrasi bukanlah hal yang asing. Sejauh ini sudah banyak para peneliti yang

menulis tentang kajian transmigrasi di Indonesia. Namun, di dalam penelitian ini

19 Bradley R. Simpson. Ekonomist With Guns: Amerika Serikat, CIA dan Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. 2010

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

21

penulis hanya akan menggunakan beberapa literatur yang menurut penulis dapat

membantu dalam melihat persoalan transmigrasi di Indonesia.

Sri Edi Swasono dan Masri Singarimbun (1986), misalnya menulis

Transmigrasi di Indonesia (1905-1985).20

Mereka menyoroti permasalahan yang

terjadi dalam program transmigrasi di Indonesia. Permasalahan transmigrasi yang

terjadi di Indonesia diakibatkan oleh adanya kontak budaya antara penduduk

pendatang dengan penduduk lokal. Kontak budaya tersebut diakibatkan adanya

pertemuan budaya baru dengan budaya lama. Jika tidak diatasi dengan baik, tidak

jarang akan menimbulkan gesekan antara penduduk pendatang dengan penduduk

lokal. Berbagai gesekan bisa terjadi karena faktor kesenjangan sosial antara

penduduk pendatang dengan penduduk pribumi.

Menurut Swasono, biasanya warga pendatang kehidupan ekonominya jauh

lebih baik dari warga lokal. Sebagai contoh, Swasono dan Singarimbun dalam

buku yang sama melakukan penelitian dengan mengambil lokasi transmigrasi di

wilayah Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah. Di

wilayah ini, program transmigrasi telah berhasil mengubah nasib penduduk

pendatang, sedangkan untuk penduduk lokal program transmigrasi dianggap gagal

menyejahterakan penduduk lokal.

H. J. Heeren (1979) menulis buku berjudul Transmigrasi di Indonesia.21

Heeren membahas persoalan transmigrasi yang terjadi di Indonesia, secara khusus

di Sumatera Selatan pada tahun 1952-1958. Penjelasannya dimulai dengan

mempertanyakan mengapa perlu adanya program transmigrasi di Indonesia.

20 Sri Edi Swasono, Masri Singarimbun. Tranmigrasi di Indonesia (1905-1985). Jakarta: Universitas Indonesia, 1986. 21 H.J Heeren. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia, 1979

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

22

Menurut Heeren, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pemerintahan

melanjutkan program transmigrasi. Pertama, jumlah penduduk pulau Jawa

bertambah pesat, namun sebagian besar penduduknya menderita kemiskinan.

Kedua, pembangunan nasional dianggap tidak merata ke setiap daerah karena

hanya terkonsentrasi di Pulau Jawa. Oleh karena itu, pemerintahan melanjutkan

program transmigrasi dengan tujuan dapat memindahkan penduduk sekaligus

menyediakan lapangan kerja baru di lokasi transmigrasi. Namun, menurut Heeren,

program transmigrasi yang sudah berlangsung sejak tahun 1905 hingga tahun

1974 di masa pemerintahan Orde Baru tidak berhasil mengatasi jumlah penduduk

pulau Jawa-Madura dan Bali yang setiap tahun terus meningkat.

Rukmadi Warsito dkk (1984), menulis Transmigrasi: dari Daerah Asal

sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman.22

Rukmadi Warsito dkk

menjelaskan berbagai persoalan yang terjadi dalam kebijakan transmigrasi di

Indonesia. Menurut Warsito, ada tiga persoalan mendasar yang terjadi dalam

pelaksanaan program transmigrasi di Indonesia. Pertama, permasalahan dengan

daerah asal para transmigrasi. Kedua, benturan sosial budaya antara penduduk

pendatang dengan penduduk lokal. Ketiga, kerja sama dengan dinas terkait yang

berhubungan dengan kebijakan transmigrasi tidak maksimal. Rukmadi dkk dalam

buku yang sama menjelaskan bahwa kebijakan transmigrasi terjadi karena

permasalahan sosial masyarakat di pulau Jawa-Madura dan Bali yang sudah

terjadi sejak masa kolonial Belanda. Masalah kemiskinan dan kurangnya lahan

untuk pertanian memaksa pemerintahan Hindia Belanda menjalankan Politik Etis

22 Rukmadi Warsito dkk. Transmigrasi Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman. Jakarta: CV. Rajawali, 1984

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

23

yang bertujuan untuk memperbaiki keadaan sosial-ekonomi yang dialami

masyarakat pedesaan Jawa. Untuk itu pemerintahan Hindia Belanda

melaksanakan program ini dengan tujuan dapat mengatasi permasalahan sosial

masyarakat Jawa di pedesaan.

Menurut Warsito, kebijakan emigrasi telah dilaksanakan pada tahun 1905

melalui suatu program yang diberi nama kolonisasi. Tujuan dari program ini

adalah untuk mengatasi kemiskinan, sekaligus untuk mengatasi kepadatan

penduduk yang ada di pulau Jawa-Madura dan Bali. Di masa pemerintahan Orde

Baru, program ini diadopsi dan dilanjutkan oleh pemerintahan. Tujuan

pemerintahan Orde baru melanjutkan program ini adalah untuk mempercepat

pembangunan daerah yang ada di Indonesia. Rukmadi dkk, dalam buku yang

sama mengutip pidato presiden Soeharto di depan Majelis Permusyawaratan

Rakyat (MPR) yang berlangsung pada tanggal 16 Agustus 1975. Dalam

pidatonya, Soeharto menyampaikan bahwa ada empat tujuan dari transmigrasi

antara lain:

Pertama, transmigrasi bertujuan untuk memindahkan penduduk dari

pulau Jawa, Bali, Madura, dan Lombok ke pulau-pulau lain di

Indonesia. Kedua, transmigrasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan

tenaga kerja di daerah-daerah yang kurang padat penduduknya dan

membutuhkan tenaga kerja. Ketiga, transmigrasi bertujuan untuk

memperluas lahan pertanian agar produksinya dapat ditingkatkan.

Keempat, transmigrasi bertujuan untuk memperkuat keamanan dan

pertahanan nasional.23

Bertolak dari uraian buku-buku di atas, tampak bahwa penelitian tesis ini

berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian tesis ini tidak akan

23 Rukmadi Warsito dkk. Transmigrasi Dari Daerah Asal Sampai Benturan Budaya di Tempat Pemukiman. Jakarta: C.V. Rajawali. 1984, hal. vii.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

24

menguraikan menguraikan tentang kajian transmigrasi di Indonesia, melainkan

hanya memakai program transmigrasi sebagai salah satu contoh yang bisa

menunjukkan bahwa kolonialisme di Indonesia terus berlanjut pada masa

pascakolonial, secara khusus di masa pemerintahan Orde Baru.

F. Kerangka Teoritis

F.1. Teori Orientalisme Edward W. Said

Tesis ini akan menggunakan teori orientalisme Edward W. Said untuk dapat

meneropong beberapa hal. Pertama, dengan menggunakan teori Orientalisme

Said, akan tampak bahwa orientalisme tidak hanya terjadi di negara-negara Timur

Tengah saja, melainkan juga terjadi di negara-negara lain seperti Indonesia.

Kedua, dengan menggunakan teori Orientalisme Said, akan tampak pula bahwa

sikap orientalistik ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap

orang Timur saja, melainkan juga dapat dilakukan oleh orang-orang Timur sendiri

terhadap sesama orang Timur.

Program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi, Kalimantan

Barat hanyalah salah satu contoh yang bisa menunjukkan bahwa orientalisme itu

benar-benar terjadi di Indonesia pada masa pascakolonial. Meskipun demikian,

orientalisme yang tercermin dalam program transmigrasi di Kabupaten Melawi,

berbeda dari orientalisme yang terjadi di Timur Tengah. Perbedaannya adalah

pelaku dari tindakan orientalistik di Indonesia bukan lagi orang-orang Barat pada

umumnya, melainkan baik pelaku maupun korbannya adalah sama-sama orang-

orang Timur sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

25

Penggunaan teori Orientalisme Said juga dimaksudkan untuk melihat

apakah cara pandang pemerintah Indonesia (Orde Baru) di Jakarta memiliki

kesamaan dengan cara pandang orientalistik yang dilakukan oleh orang-orang

Barat terhadap orang-orang di Timur Tengah. Orientalisme yang terjadi di negara-

negara Timur Tengah telah menunjukkan bagaimana orang-orang Barat

mewacanakan orang-orang Timur. Hal tersebut tidak jauh berbeda dengan

kebijakan transmigrasi yang berlangsung di Indonesia, secara khusus di

Kabupaten Melawi, yakni dapat menunjukkan bagaimana orang-orang Timur

yang diwakili oleh pemerintah Orde Baru mewacanakan sesama orang Timur

(orang-orang Dayak).

Wacana tentang orang Dayak dapat dengan mudah ditemukan dalam buku-

buku penelitian yang sudah ada sejak masa kolonial hingga pascakolonial. Dari

hasil penelitian buku-buku tersebut dapat diketahui bahwa orang-orang Dayak

memiliki karakter maupun sifat yang tidak jauh berbeda dari karakter orang-orang

Timur yang ada di negara-negara Timur Tengah. Misalnya, orang-orang Dayak

dalam banyak buku hasil penelitian disebutkan sebagai salah satu suku

“tertinggal”, yang manusianya masih dianggap “primitip”, terbelakang, dan belum

beradab.

Sebagaimana telah kita lihat dalam buku Orientalism, Said menjelaskan

bahwa orientalisme adalah sebuah konsep yang berkaitan dengan pengetahuan

tentang dunia Timur yang diteliti oleh Barat. Menurut Said, pengetahuan tentang

Timur yang dipahami oleh orang-orang Barat mereka peroleh dari karya tulis

intelektual Barat yang meneliti tentang dunia Timur. Hasil penelitian tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

26

dengan mudah dapat dijumpai dalam buku-buku, novel, laporan-laporan

perjalanan, teks-teks orientalis, media televisi maupun karya sastra lainnya.

Dengan kata lain menurut Said, orang-orang Barat dapat mengetahui seperti apa

orang-orang Timur itu hanya dengan membaca karya-karya tulis orientalis.

Untuk mengkaji ulang orientalisme, Said menggunakan gagasan Foucault

tentang wacana (discourse) dalam buku The Archeology of Knowleadge dan

dalam buku Discipline and Punish. Gagasan Foucault tentang wacana digunakan

Said untuk mengidentifikasi kajian orientalisme. Menurut Said, tanpa mengkaji

orientalisme sebagai suatu diskursus, akan sangat sulit untuk memahami

orientalisme sebagai suatu disiplin keilmuan yang bekerja secara sistematis, yang

bersamaan dengannya kebudayaan Eropa mampu mengatasi bahkan menciptakan

dunia Timur secara politis, sosiologis, militer, ideologis, ilmiah dan imajinatif

yang berlangsung sejak masa pascapencerahan.24

Orientalisme, bagi Said, merupakan sebuah diskursus yang tidak hanya

berkaitan dengan satu kekuasaan politis saja, melainkan juga dihasilkan melalui

pertukaran berbagai jenis kekuasaan. Hubungan antara pengetahuan dan

kekuasaan yang dibongkar oleh Said menunjukkan bahwa pengetahuan yang

diciptakan oleh Barat telah berhasil merekonstruksi pikiran orang-orang Barat

dalam melihat dunia Timur. Melalui wacana orientalis yang merupakan bagian

dari wacana kolonial, orang-orang Barat ketika menjajah negara-negara Timur

merasa bahwa mereka lebih superior dari Timur yang dianggap inferior karena

menjadi daerah jajahan bangsa Barat.

24 Edward W. Said, hal. 3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

27

Menurut Said, ada relasi kekuasaan yang hidup dalam wacana Orientalisme.

Oleh karena itu, Said lalu membaginya ke dalam empat jenis kekuasaan. Pertama,

kekuasaan politis (pembentukan kolonialisme dan imperialisme). Kedua,

kekuasaan intelektual (mendidik Timur melalui sains, linguistik, dan pengetahuan

lain). Ketiga, kekuasaan kultural (kanonisasi selera, teks, dan nilai-nilai, misalnya

Timur memiliki kategori estetika kolonial, yang dengan sangat mudah bisa kita

jumpai di negara India, Mesir dan negara-negara bekas koloni lainnya). Keempat,

kekuasaan moral (apa yang baik dilakukan dan tidak baik dilakukan oleh Timur).

Empat jenis kekuasaan yang hidup dalam wacana orientalisme menunjukkan

bahwa dunia Timur dibentuk sedemikian rupa sehingga menjadi Timur yang

sesuai dengan standar Barat.25

Dalam pandangan Said, melalui kajian orientalisme, seorang yang berpikir

secara orientalis akan merasa bahwa dirinya lebih tahu tentang dunia Timur

dibandingkan dengan orang-orang Timur itu sendiri. Seorang orientalis akan

menganggap Timur sebagai objek dari kajiannya. Untuk membuktikan hal

tersebut, Said lalu memberi contoh bahwa seorang orientalis yang melakukan

perjalanan wisata (ziarah) ke negara-negara Timur seperti Mesir, India, Afrika dan

negara-negara Asia lainnya akan selalu membawa pandangan yang abstrak bahwa

mereka sudah mengetahui mengenai peradaban negara tersebut. Pandangan

semacam ini dipengaruhi oleh pengetahuan yang mereka terima dari membaca

naskah-naskah, teks-teks dan literatur yang menceritakan tentang dunia Timur,

sifat-sifat dari manusianya dan karakteristik yang dimiliki orang-orang Timur.

25 Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

28

Dengan membaca teks-teks orientalis, orang-orang Barat akan mengetahui

seperti apa karakter serta sifat-sifat dari orang Timur. Said dalam bukunya yang

sama lalu mengutip pernyataan Lord Cromer yang mengatakan bahwa “bangsa-

bangsa Timur pada hakikatnya berwatak platonis,26

yang bisa dikaji, dipahami

atau diekspos, bahkan oleh seorang orientalis (atau penguasa bangsa-bangsa

Timur) sekalipun.”27

Pernyataan Cromer seperti yang dikutip Said menunjukkan

bahwa dianggap ada perbedaan signifikan antara orang-orang Barat dengan orang

Timur. Perbedaannya antara lain menyangkut soal kecerdasan dan pemikiran.

Orang-orang Barat, kata Cromer, adalah penalar yang baik. Pengetahuan mereka

mengenai ilmu pengetahuan tidak ada yang meragukannya. Orang Barat memiliki

pemikiran yang jenius dan sangat skeptis. Pemahaman orang Barat dalam melihat

sesuatu selalu menuntut bukti sebelum meyakini kebenarannya.

Orang-orang Timur menurut Cromer, tidak bisa berpikir dengan baik.

Kemampuan mereka mengenai logika tidak ada yang baik. Meskipun sejarah

mencatat bahwa orang-orang Arab kuno memiliki ilmu dialektika yang tinggi,

namun keturunan mereka tidak mewarisi kemampuan ini. Mereka tidak mampu

mengambil sebuah kesimpulan dari pernyataan yang sangat sederhana sekalipun.

Mereka bukan pemikir yang cerdas. Dalam menjelaskan sesuatu biasanya akan

sangat panjang lebar dan tidak jelas. Bahkan saat penjelasan mereka diuji, orang-

orang Timur akan mengalami kesulitan untuk menjawabnya. Keterbatasan yang

26 Yang saya maksud dengan platonis (platonic essence), adalah semacam esensi yang tetap, tidak berubah (sifat “ketimuran” yang akan selalu terwujud kapanpun dan dimanapun di dunia Timur) 27 Edward W. Said, hal. 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

29

mereka miliki membuat mereka orang-orang Timur kelabakan jika pernyataan

mereka diuji.

Orang-orang Timur adalah makhluk yang mudah dikecoh, yang tidak

memiliki kemampuan untuk berusaha sendiri serta tidak memiliki inisiatif dalam

mengatasi masalah. Orang Timur dianggap suka “menjilat”, penuh dengan

kepura-puraan, licik serta tidak menyenangi binatang. Orang-orang Timur tidak

mengerti peradaban modern. Sebagai contoh, jika mereka berjalan di jalan raya

dan trotoar, otak mereka yang bermasalah tidak mampu untuk memahami apa

yang bisa dipahami oleh otak orang-orang Eropa yang cerdas bahwa

sesungguhnya trotoar dan jalan raya itu diciptakan untuk pejalan kaki.

Pernyataan Cromer di atas, seperti yang dikutip Said, hanyalah salah satu

contoh bagaimana orang-orang Barat menilai buruk orang-orang Timur. Oleh

karena itu tidaklah mengherankan jika orang-orang Barat merasa diri lebih

superior dari orang-orang Timur yang mereka anggap inferior. Dengan demikian,

tampak jelas bahwa wacana orientalisme juga berfungsi sebagai alat untuk

melegitimasi kolonialisme.

F.2. Orientalisme dan Wacana Kolonial

Ania Loomba dalam bukunya Colonialism/Postcolonialism telah

menjelaskan bahwa sifat dari pengetahuan itu tidak polos, namun sangat berkaitan

dengan operasi-operasi kekuasaan.28

Menurut Loomba, Said mencoba untuk

menguraikan kembali bagaimana kajian formal tentang dunia Timur (yang

28 Ania Loomba. Colonialism/Postcolonialism. NewYork: Routledge. 1998, hal. 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

30

sekarang disebut Timur Tengah) dengan cara menggunakan naskah-naskah kunci

literer dan kultural, dengan mencoba mengkonsolidasikan cara-cara tertentu untuk

melihat, memikirkan, dan membantu berfungsinya kekuasaan kolonial. Apa yang

terjadi bukanlah materi yang telah dibahas oleh analis tradisional mengenai

kolonialisme, namun saat ini itu semua bisa terlihat sangat penting dalam

pembentukan serta berfungsinya masyarakat-masyarakat kolonial yang terjadi

dengan adanya buku Orientalism serta perubahan perspektif tentang ideologi dan

budaya.

Dalam pandangan Loomba, buku Orientalism karya Said bisa dikatakan

mampu untuk mengantarkan pada suatu jenis studi baru atas kolonialisme.

Loomba mengutip peryataan Said yang mengatakan bahwa penggambaran

“Timur” dalam berbagai buku, naskah-naskah literer Eropa, kisah-kisah

perjalanan, dan tulisan-tulisan Orientalis lainnya telah membantu terciptanya

suatu dikotomi antara Eropa dan wilayah-wilayah lainnya, suatu dikotomi yang

mampu menempati posisi sentral dalam pembentukan budaya Eropa dalam

mempertahankan serta menyebarluaskan hegemoni Eropa atas negeri-negeri lain

di luar Eropa. Tugas utama yang dilakukan oleh Said adalah menunjukkan

bagaimana pengetahuan tentang orang-orang non-Eropa adalah bagian dari sebuah

proses untuk mempertahankan kekuasaan atas mereka; menjadikan sebuah status

“pengetahuan” itu didemistifikasi, serta batas-batas antara yang ideologis dengan

yang objektif dibuat kabur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

31

Menurut Loomba, semua ilmu pengetahuan yang dimiliki para orientalis

yang sangat mengesankan itu disaring melalui bias kultural mereka karena “studi”

atas Timur itu bersifat tidak objektif melainkan bersifat:

A political vision of reality whose structure promoted the difference

between the familiar (Europe, the West, „us‟) and the strange (the

Orient, the East, „them‟). When one uses categories like Oriental and

Western as both the starting and the end point of analysis, research,

public policy. The result is usually to polarize the distinction-the

Oriental becomes more Oriental, the Westerner more Western-and

limit the human encounter between different cultures, traditions, and

societies.29

Kutipan pernyataan Loomba di atas menunjukkan bahwa analisis wacana

memungkinkan kita menelusuri hubungan-hubungan antara yang kelihatan dengan

yang tersembunyi, yang dominan dengan yang marjinal, gagasan-gagasan dengan

lembaga-lembaga. Semuanya dapat memungkinkan kita melihat bagaimana

kekuasaan itu bekerja melalui bahasa, sastra, budaya, dan semua lembaga-

lembaga pemerintahan yang telah mengatur kehidupan kita sehari-hari. Dengan

menggunakan pengertian yang diperluas mengenai kekuasaan ini, Said mampu

meninggalkan pemahaman sempit dan teknis tentang otoritas kolonial serta

menunjukkan bagaimana otoritas ini berfungsi dengan menghasilkan suatu

“wacana” tentang Timur, yaitu dengan melahirkan struktur-struktur pemikiran

yang terdapat dalam produksi literer dan artistik, dalam tulisan-tulisan politis dan

ilmiah, terutama dalam penciptaan studi-studi Timur.30

Dalam pandangan Loomba, tesis dasar yang ingin disampaikan oleh Said

dalam bukunya Orientalism adalah bahwa Orientalisme atau studi mengenai dunia

29 Ibid, hal. 45 30 Ibid, hal. 47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

32

Timur, pada akhirnya merupakan suatu visi yang bersifat politis mengenai realitas

yang wilayah strukturnya mengemukakan suatu perlawanan biner antara yang

dikenal (Eropa, Barat, “kita”) dengan yang asing (Orient, Timur, “mereka”). Said

menunjukkan bahwa perlawanan ini menjadi sangat penting bagi konsepsi diri

Eropa. Said memberi contoh jika rakyat terjajah itu irasional, maka orang-orang

Eropa disebut rasional. Selanjutnya, jika yang pertama tidak beradab, sensual, dan

malas, Eropa adalah peradaban itu sendiri, dengan nafsu seksual yang terkendali

dan etik dominannya adalah kerja keras. Dengan kata lain, jika Timur itu statis,

Eropa dilihat berkembang dan maju ke depan, dan Timur harus feminin agar

Eropa bisa menjadi maskulin.

Dalam pandangan Loomba, orientalisme telah menunjukkan sejauh mana

pengetahuan tentang Timur yang dihasilkan oleh orang-orang di Eropa merupakan

penggiring ideologis kekuasaan kolonial. Menurut Loomba, buku Orientalism

karya Edward Said bukanlah berisi tentang budaya-budaya non Barat melainkan

tentang pandangan Barat terhadap budaya-budaya di luar Eropa dalam disiplin

penelitian orientalisme.31

Loomba mengatakan bahwa Said mencoba untuk

menunjukkan bagaimana pandangan Barat atas Timur diciptakan bersamaan

dengan penetrasi yang dilakukan orang-orang Eropa ke wilayah “Timur Dekat”

serta bagaimana hal tersebut mendapat dukungan dari berbagai disiplin ilmu lain

seperti filologi, sejarah, antropologi, filsafat, arkeologi, dan sastra.

Loomba mengatakan bahwa orientalisme memakai konsep wacana untuk

menata kembali studi mengenai kolonialisme. Buku Said, menurut Loomba,

31 Ania Loomba. Colonialism/Postcolonialism. London & New York: Routledge, 1999, hal. 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

33

melihat bagaimana sebuah studi formal atas “Timur” (yang saat ini disebut Timur

Tengah) bersama dengan naskah-naskah kunci literer dan kultural,

mengkonsolidasi cara-cara tertentu untuk melihat serta memikirkan segala sesuatu

yang pada akhirnya akan membantu berfungsinya kekuasaan kolonial. Semua ini

bukanlah naskah-naskah yang telah dibahas oleh para analis tradisional tentang

kolonialisme. Namun, saat ini hal tersebut bisa dilihat sangat penting sebagai

pembentukan masyarakat kolonial yang dihasilkan oleh buku orientalisme serta

perubahan pandangan tentang ideologi dan budaya. Loomba mengutip tulisan

Said tentang naskah-naskah yang diberi:

The authority of academics, institutions, and government. Most

important, such texts can create not only knowledge but also the very

reality they appear to describe. In time such knowledge and reality

produce a tradition, or what Michel Foucault calls a discourse, whose

material presence or weight, not the originality of a given author, is

really responsible for the texts produced out of it.32

Pada akhirnya, orientalisme menurut Loomba akan mampu mengantarkan

suatu jenis studi baru atas kolonialisme. Hal ini disebabkan oleh penggambaran-

penggambaran “Timur” dalam naskah-naskah literer Eropa dan kisah perjalanan,

serta tulisan-tulisan lain telah membantu terciptanya suatu dikotomi antara Eropa

dan “pihak-pihak lainnya” di mana dikotomi ini mampu menempati posisi sentral

dalam pembentukan budaya Eropa, serta mempertahankan dan memperluas

hegemoni Eropa atas negeri-negeri lainnya.

Leela Gandhi (1998), dalam buku Postcolonial Theory: A Critical

Introduction, mengatakan bahwa Orientalisme adalah buku pertama dalam suatu

trilogi yang dicurahkan untuk mengeksplorasi hubungan historis yang tidak

32 Ibid, hal. 44.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

34

seimbang antara dunia Islam di Timur Tengah dengan imperialisme Eropa dan

Amerika di sisi lainnya.33

Menurut Gandhi, pada dasarnya orientalisme merupakan kumpulan yang

berisi suatu pemahaman unik tentang imperialisme dan kolonialisme yang

merupakan sikap kultural dan efistemologis orang-orang Barat berdasarkan

kebiasaan mereka untuk mendominasi dan memerintah daerah-daerah yang berada

jauh dari wilayah Eropa. Untuk mempertegas penyataannya Gandhi lalu mengutip

tulisan Said dalam buku Culture and Imperialism yang mengatakan:

Neither imperialism nor colonialism is a simple act of accumulation

and acquisition. Both are suported and perhaps even impelled by

impressive ideological formations which include notions that certain

tertitories and people require and beseech domination, as well as

forms of knowledge affiliated with that domination (Said 1993, p. 8).34

Tulisan Said di atas, menurut Gandhi, ingin menunjukkan bahwa

orientalisme menjadi bagian tak terpisahkan dari kolonialisme. Dengan kata lain,

orientalisme menjadi bagian dari terbentuknya “formasi idiologi” yang

mendukung dan melatarbelakangi terjadinya kolonialisme. Bagi Gandhi,

orientalisme telah berhasil menempatkan posisi orang-orang Eropa berada di atas

posisi orang-orang Timur. Bagi orang-orang Eropa yang menduduki daerah-

daerah Timur, mereka tidak merasa bahwa orang-orang Eropa sedang

mendominasi orang Timur, melainkan memang orang-orang Timur yang

menginginkan untuk didominasi oleh orang-orang Eropa.

33Leela Gandhi, hal. 66. 34 Ibid, hal. 67.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

35

G. Teknik Pengumpulan Data

G.1. Lokasi Penelitian

Penelitian tesis ini mengambil lokasi transmigrasi di Desa Satuan

Pemukiman (SP) Lima Tiong Keranjik, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan

Barat. Alasan pemilihan lokasi ini karena memperhitungkan kemudahan untuk

akses mencapai tempat tujuan penelitian. Alasan lain dari pemilihan lokasi

transmigrasi ini adalah untuk menunjukkan bahwa kebijakan transmigrasi yang

dilaksankan oleh pemerintah Orde Baru tidak hanya sekedar untuk memindahkan

penduduk dari Pulau Jawa saja, melainkan bagian dari usaha pemerintah

Indonesia yang ada di Jakarta untuk menguasai sumber-sumber daya alam yang

dimiliki oleh daerah-daerah transmigrasi yang ada di Melawi.

G.2. Jenis Penelitian

Penelitian tesis ini akan menggunakan metode kualitatif di mana salah

satunya menggunakan metode wawancara. Metode wawancara digunakan penulis

untuk melihat bagaimana orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi

diwacanakan oleh para pejabat daerah maupun warga transmigran yang mengikuti

program transmigrasi di Kabupaten Melawi. Dengan demikian, maka penelitian

ini berbeda dengan penelitian Edward Said mengenai orientalisme. Perbedaannya

adalah penelitian ini mencoba untuk membongkar wacana orientalisme dengan

tidak menggunakan naskah-naskah maupun surat keputusan dari pemerintah Orde

Baru di Jakarta, melainkan penelitian ini akan fokus pada wacana tentang orang

Dayak yang dibicarakan oleh para pejabat daerah maupun warga transmigrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

36

Wawancara akan dilakukan pada para pejabat daerah yang mewakili dinas

terkait dan warga transmigrasi yang mengikuti program transmigrasi di Kabupaten

Melawi. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mengetahui bagaimana

penduduk lokal (orang-orang Dayak) di Kabupaten Melawi diwacanakan oleh

para pejabat daerah, yang mewakili pemerintah Orde Baru dan orang-orang

pendatang yang menjadi peserta program transmigrasi. Untuk memenuhi hal

tersebut, maka penulis akan memilih orang-orang yang akan diwawancarai

seperti: Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat, Dinas

Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Melawi, serta orang-orang pendatang

yang menjadi peserta program transmigrasi.

G.3. Sumber Data

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian tesis ini dibagi dalam

dua kategori. Pertama, data lisan yang akan melibatkan beberapa narasumber

wawancara. Kedua, data tertulis yang akan diambil dari beberapa buku-buku yang

terkait dengan kajian orientalisme, kajian transmigrasi, Surat Keterangan Menteri

Transmigrasi, serta karya tulis ilmiah lainnya yang menurut penulis dapat

membantu dalam penyelesaian tesis ini.

G.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah

melakukan beberapa tahapan, di antaranya observasi lapangan. Tujuan dari

observasi lapangan ini adalah untuk mengetahui bagaimana kondisi di lokasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

37

dijadikan wilayah transmigrasi. Selain itu, penulis juga akan melakukan

wawancara dengan beberapa narasumber sebagai berikut:

1. Wawancara dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi

Kalimantan Barat.

2. Wawancara dengan Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten

Melawi.

3. Wawancara dengan warga pendatang yang menjadi peserta program

transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

H. Sistematika Penulisan

Penulisan tesis ini akan dibagi menjadi lima bab. Masing-masing bab akan

memiliki keterkaitan satu dengan yang lainnya. Pada bab pertama tesis ini akan

berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, kajian pustaka, kerangka teoritis teknik pengumpulan data, dan

sitematika penulisan tesis.

Dalam bab dua penulis akan menguraikan tentang ideologi kolonial di

Indonesia dari masa kolonial hingga masa pascakolonial. Selain itu, dalam bab ini

penulis juga akan menguraikan mengenai orientalisme dalam sejarah Indonesia,

hubungan antara kolonialisme, orientalisme dan imperialisme, berlanjutnya

kolonialisme di Indonesia, dan contoh kasus program transmigrasi yang

menunjukkan bahwa kolonialisme di Indonesia terus berlanjut pada masa

pascakolonial, secara khusus di masa pemerintahan Orde Baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

38

Dalam bab tiga penulis akan menguraikan tentang wacana apa saja yang

mengiringi berlanjutnya kolonialisme di Indonesia pada masa pemerintahan Orde

Baru. Selain itu, dalam bab ini penulis akan menguraikan mengenai sejarah

transmigrasi di Indonesia, pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten

Melawi, dan menguraikan bagaimana penduduk lokal (orang-orang Dayak) yang

ada di Kabupaten Melawi diwacanakan oleh pemerintah Orde Baru.

Dalam bab empat penulis akan menganalisis hasil penulisan atas bab satu,

dua, dan tiga serta menguraikan apakah kebijakan transmigrasi yang dilanjutkan

oleh pemerintah Orde Baru serupa dengan orientalisme yang terjadi di Timur

Tengah, secara khusus orientalisme di Mesir. Selain itu, dalam bab ini penulis

akan menguraikan tentang bagaimana kebijakan transmigrasi pemerintah Orde

Baru yang berlangsung di Kabupaten Melawi mirip dengan orientalisme yang

terjadi di Timur Tengah, apa sebenarnya orientalisme itu, dan bagaimana

membuktikan bahwa orientalisme itu juga terjadi dalam pelaksanaan program

transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Sementara itu pada bab lima penulis akan menyimpulkan beberapa hal

pokok yang ada dalam tulisan tesis ini yang dimulai dari bab pertama, kedua,

ketiga, dan keempat. Beberapa hal tersebut mencakup gagasan-gagasan pokok

yang bisa menunjukkan bahwa orientalisme maupun kolonialisme yang terjadi di

Indonesia pada masa pascakolonial, pelakunya bukanlah orang-orang Barat pada

umumnya, melainkan pelakunya adalah orang-orang Indonesia sendiri, secara

khusus pemerintah Orde Baru.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

39

BAB II

IDEOLOGI KOLONIAL DI INDONESIA: DULU DAN SEKARANG

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kolonialisme di Indonesia. Selain itu,

bab ini akan menguraikan pula bagaimana kolonialisme di Indonesia terus

berlanjut pada masa pascakolonial. Kolonialisme di Indonesia yang berlanjut pada

masa pascakolonial pelakunya bukan lagi orang-orang Eropa (pemerintah kolonial

Hindia Belanda), melainkan pemerintah Indonesia sendiri, secara khusus

pemerintah Orde Baru. Dengan demikian, fokus dari bab ini adalah menguraikan

bagaimana kolonialisme Eropa di Indonesia digantikan oleh kolonialisme internal

pemerintahan Orde Baru.

A. Orientalisme dalam Sejarah Indonesia

Pada masa kolonial, Indonesia setidaknya pernah didominasi oleh empat

kekuatan imperial yakni Portugis, Belanda, Inggris dan Jepang. Dari keempat

kekuatan imperial tersebut, Belanda adalah negara Eropa yang paling lama

menjajah Indonesia. Namun, setelah berakhirnya kolonialisme di Indonesia,

dominasi pemerintah Hindia Belanda atas Indonesia diambil alih oleh Amerika

Serikat disertai dengan Australia dengan menggunakan pendekatan berbeda dari

Belanda maupun Jepang, yakni pendekatan akademis untuk dapat menguasai

Indonesia. Pengaruh Amerika Serikat atas Indonesia setidaknya dapat dilihat dari

tiga hal yaitu: politik, ekonomi, dan budaya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

40

Simon Philpott (2000), menulis Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory,

Authoritarianism and Identity.35

Untuk menjelaskan orientalisme yang terjadi di

Indonesia, Philpott memberikan definisi mengenai orientalisme dengan mengacu

pada buku Said Orientalism. Menurut Philpott, orientalisme pada dasarnya

merupakan cara berpikir yang menerima pemisahan yang tegas dan mendasar

antara Orient dan Occident. Philpott lalu mengutip pernyataan Said yang

mengatakan bahwa:

Under the general heading of knowledge of the Orient, and within the

umbrella of Western hegemony over the Orient during the period from

the end of the eighteenth century, there emerged a complex Orient

suitable for study in the academy, for display in the museum, for

reconstruction in the colonial office, for theoretical illustration in

anthropological, biological, linguistik, racial, and historical theses

about mankind and the universe, for instances of economic and

sociological theories of development, revolution, cultural personality,

national or religious character. Additionally, imaginative examination

of things Oriental was based more or less exclusively upon a

sovereign Western consciousness out of whose unchallenged

centrality an Oriental world emerged, first according to a detailled

logic governed not simply by empirical reality but by a battery of

desires, repressions, investments, and projections.36

Menurut Philpott, Edward Said dalam menjelaskan Orientalisme banyak

berhutang pada pemikiran Michael Foucault. Akan tetapi, baik Said maupun

Foucault sama-sama tidak memiliki pengaruh yang banyak terhadap studi politik

Indonesia. Oleh karena itu, Philpott dalam menguraikan kajian atas studi politik di

Indonesia berangkat dari ide-ide yang ditawarkan oleh Foucault dan Said.

Menurut Philpott, hampir serupa dengan saat Indonesia pada masa kolonial yang

35 Simon Philpott. Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000. 36 Simon Philpott. Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000, hal. 4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

41

menjadi subjek dari agenda penelitian budaya, di masa pascakolonial Philpott

tertarik pada “Indonesia” yang dihasilkan melalui kajian politik. Indonesia pada

masa pascakolonial adalah “Indonesia” yang sangat banyak dipengaruhi oleh

gagasan dari Amerika Serikat. Pengaruh kuat yang diterima dari AS dapat dilihat

dari: kekuatan militer, ekonomi, dan kekuatan kultural/intelektual AS yang

bersifat intergral dengan cara memunculkan Indonesia dalam studi ilmu-ilmu

sosial pascaPerang Dunia II.

Dalam buku yang sama, Philpott berpendapat bahwa Indonesia telah

diproduksi, ditandai secara khusus oleh teori serta asumsi diskursus mengenai

politik Indonesia. Buku Rethinking Indonesia, mencoba untuk mengeksplorasi

Indonesia sebagai sebuah negara yang muncul dari berbagai upaya yang panjang

dalam studi politik pasca Perang Dunia II. Dalam pandangan Philpott, Indonesia

memiliki keunikan tersendiri dan secara historis Indonesia bersifat spesifik,

dengan artian bahwa Indonesia dicirikan oleh lingkungan di mana ia dikaji dan

ditulis. Oleh karena itu, dalam pandangan Philpott, diskursus tentang Perang

Dingin, antikomunisme, teori modernisasi, teori ketergantungan, analisis

perbandingan rezim, politik kebudayaan, negara industri baru, dan nilai-nilai Asia,

semuanya telah mengambil bagian dalam memberi kontribusi pada “penciptaan”

Indonesia ini.37

Dalam buku yang sama, Philpott berpendapat bahwa dalam upaya

memahami dan menjelaskan politik di Indonesia, para ilmuan, pemerintahan,

pekerja sosial, dan diplomat Barat terpaksa menggunakan kategori-kategori serta

37 Simon Philpott. Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000, hal. xx

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

42

konsep-konsep yang hingga saat ini telah berhasil menjadikan Indonesia

bermakna bagi audiens “Barat”.38

Dengan kata lain, Philpott melalui kajiannya

tentang Indonesia ingin mengatakan bahwa sejak masa kolonial hingga

pascakolonial Indonesia tetap menjadi objek dari reproduksi kolonialisme Eropa.

Pada bagian awal buku Rethinking Indonesia, Philpott menunjukkan

bagaimana pengetahuan tentang Indonesia telah membantu terciptanya diskursus

orientalis. Untuk menjelaskan hal ini Philpott menunjukkan bagaimana peneliti

Barat mendefinisikan wilayah yang sekarang biasa disebut dengan nama

Indonesia. Untuk menjelaskan hal tersebut, Philpott lalu mengutip buku karya

George Earl yang memberikan beragam istilah untuk menggambarkan sebuah

wilayah yang ia pahami sebagai entitas geografis yang khusus: “Kepulauan

India”, “Kepulauan”, “Kepulauan Timur India”, “India Timur”, “Pulau India”,

“India”, dan terkadang Earl menggunakan istilah “India Belanda” untuk

menggambarkan wilayah Indonesia saat itu.39

Menurut Philpott, sebelum Earl, orang Barat lainnya seperti Sir Joseph

Banks juga merujuk pada wilayah yang sama dengan menggunakan istilah „Pulau

Timur India‟, „Pulau di sebelah timur‟, „Hindia Timur‟, „Hindia‟, „Pulau Kecil di

sebelah Timur‟, dan „India‟. Orang Barat lainnya seperti William Marsden

menyebut wilayah tersebut dengan istilah, “Kepulauan India”, “Hindia Timur”,

“Kepulauan Malaya”, dan “Polinesia”. Sedangkan Stamford Raffles

menggambarkan Indonesia dulu sebagai „Pulau di sebelah Timur‟, „Hindia

Timur‟, „Pulau India‟, „Pulau Kecil Asia‟, „Kepulauan Malaya‟, „Kepulauan‟, dan

38 Ibid, hal. xx 39 Simon Philpott. Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000, hal. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

43

„Pulau Malaya‟.40

Banyaknya istilah yang digunakan untuk memberi nama pada

apa yang sekarang dikenal dengan kepulauan Indonesia, menurut Philpott,

dikarenakan wilayah Indonesia saat itu merupakan sesuatu yang aneh dan tidak

familiar bagi kebanyakan orang Eropa yang melintasi wilayah tersebut.

Sampai pada abad ke-19 Masehi, istilah yang paling sering digunakan oleh

orang Eropa untuk memberi nama pada wilayah yang luasnya terbentang dari

negara Pakistan modern hingga kepulauan Indonesia itu adalah „India‟. Akan

tetapi, menurut Philpott, pada tahun 1850, Earl mencatat bahwa sudah waktunya

untuk memberikan nama khusus pada wilayah kepulauan India yang manusianya

terdiri atas ras berkulit coklat tersebut. Pada saat itu, terlintas dalam pikiran Earl

untuk memberi nama wilayah kepulauan „India‟ dengan nama „Indu-nesian‟ yang

diambil dari bahasa Latin Indus (India) dan bahasa Yunani Nesos (Pulau).

Meskipun Earl pada akhirnya menolak menggunakan istilah ini. Peneliti lain yang

merupakan teman Earl sendiri, yaitu James Logan, mengakui persamaannya

dengan Earl dalam penciptaan dan penggunaan istilah „Indonesia‟. Saat itu, Logan

menulis:

The name Indian Archipelago is too long to admit of being used in an

adjective or in an ethnographical form. Mr Earl suggests the

ethnographical Indunesians but rejects it in favour of Malayunesians.

I prefer the purely geographical term Indonesia, which is merely a

shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago. We

thus get Indonesian for Indian Archipelagian or Archipelagic, and

Indonesians for Indian Archipelagians or Indian Islanders, I have no

affection for the multiplication of semigrecian words, and would

gladly see all nesias wiped off the map if good Saxon equivalents

could be substituted. The term has some claim however to be located

40 Ibid, hal. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

44

in the region, for in the slightly different from of nusa it is perhaps as

ancient in the Indian Archipelago as in Greece.41

Philpott menjelaskan bahwa karya Earl dan Logan bukanlah sebuah karya

leluhur Indonesia kontemporer. Namun, diskursus pemerintahan kolonial,

antropologis, ahli etnografi, pedagang, serta penulis lain merupakan bagian dari

ikhtiar panjang dan tidak pasti yang di kemudian hari menjadi Indonesia. Menurut

Philpott, pemberian nama Indonesia sendiri berarti pengidentifikasian

karakteristiknya, batas-batas spasialnya, serta memutuskan siapakah yang bisa

dimasukkan sebagai orang Indonesia dan siapa pula yang tidak. Dengan kata lain,

bagi Philpott, Indonesia adalah suatu invensi.42

Tampak bahwa Indonesia sejak masa kolonial telah dijadikan objek

penelitian oleh orang-orang Eropa. Tampak pula bahwa kolonialisme yang terjadi

di Indonesia pada masa kolonial pelakunya adalah pemerintahan Hindia Belanda

yang menjadikan penduduk pribumi Nusantara (sekarang Indonesia) sebagai

korban dari berbagai tindakan penindasan fisik maupun non-fisik. Ketika

menjajah Nusantara, orang-orang Belanda merasa bahwa kehadiran mereka akan

membantu penduduk pribumi di Nusantara mendirikan pemerintahannya sendiri.

Pandangan semacam ini disebabkan oleh pandangan pemerintah Belanda

yang menganggap bahwa penduduk pribumi Nusantara tidak akan mampu

mendirikan pemerintahannya di Nusantara tanpa bantuan pemerintah Belanda.

Oleh karena itu, untuk dapat membantu penduduk pribumi Nusantara

menjalankan pemerintahan dengan baik, maka orang-orang Belanda menduduki

41 Ibid, hal. 2 42 Ibid, hal. 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

45

Nusantara dan mendirikan pemerintahan yang berpusat di Pulau Jawa dengan

Batavia sebagai ibu kota pemerintahannya.

M. C. Ricklefs (2005), menulis buku berjudul Sejarah Indonesia

Modern.43

Dalam buku tersebut Ricklefs mengatakan bahwa kedatangan bangsa-

bangsa Eropa yang pertama ke wilayah Asia Tenggara berlangsung pada abad

keenam belas.44

Orang-orang Eropa yang datang ke Nusantara pertama kali adalah

bangsa Portugis, Inggris, dan Belanda. Pada mulanya kedatangan bangsa Eropa ke

Nusantara hanya bertujuan untuk kepentingan perdagangan. Namun, dalam

perkembangan selanjutnya orang-orang Eropa terutama Belanda mulai memiliki

kepentingan politik karena wilayah Nusantara merupakan kawasan strategis untuk

mengembangkan perdagangan, terutama perdagangan rempah-rempah.

Sartono Kartodirdjo (1992), dalam buku Pengantar Sejarah Indonesia

Baru: 1500-1900, dari Emporium sampai Imperium, menyatakan bahwa

kedatangan bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda ke wilayah Nusantara memang

banyak dipengaruhi oleh motif-motif ekonomi. Namun, hal ini bukan berarti

bahwa faktor-faktor lainnya tidak berpengaruh. Justru sebaliknya, menurut

Sartono, beberapa contoh telah menunjukkan bahwa sejarah imperialisme Belanda

adalah manifestasi-manifestasi dari idealisme politik dan agama.45

Menurut

Kartodirdjo, bagaimanapun bentuknya kolonialisme Belanda di Indonesia saat itu

bertujuan untuk memperoleh keuntungan ekonomi. Namun, faktor lain seperti

43 M.C. Ricklefs (2005). Sejarah Indonesia Modern. Terjemahan. Dharmono Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 44M.C. Ricklefs (2005). hal. 31. 45Sartono Kartodirdjo (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru, 1500-1900 Dari Emporium Sampai Imperium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. hal. 5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

46

liberalisme, humanisme, dan kristianisme juga turut serta dalam membentuk

kolonialisme di Indonesia.

Dalam buku Poskolonialisme Indonesia: Relevansi Sastra (2008),

Nyoman Kutha Ratna berpendapat bahwa tidak benar jika kolonialisme di

Indonesia hanya dilatarbelakangi oleh motif-motif ekonomi semata. Sebelum

tahun 1870, perkembangan kolonialisme memang didominasi oleh faktor

ekonomi. Namun, setelah itu faktor-faktor lain seperti militer, agama, dan

kebudayaan pada umumnya bersama-sama ikut berperan dalam menopang

kepentingan ekonomi tersebut.46

Oleh karena itu, menurut Nyoman, ekspansi

bangsa Barat ke dunia Timur didasari atas tujuan untuk mencari keuntungan

ekonomi, kekuasaan, dan penyebaran agama Kristen yang secara metaforis

disingkat dengan istilah 3G (Gold, Glory, dan God).

Bagi Nyoman, sejarah kolonialisme di Indonesia harus dipahami sebagai

paham yang telah menjiwai bangsa-bangsa Barat untuk menguasai Timur maupun

dipahami sebagai ideologi yang telah menghantui bangsa-bangsa Timur yang

pernah mengalami penjajahan bangsa Barat, seperti Indonesia. Menurut Nyoman,

secara historis kolonialisme di Indonesia bisa diartikan sebagai bagian dari

hegemoni politik dan penguasaan ekonomi. Penguasaan tersebut dilakukan

bersamaan dengan eksploitasi sumber daya alam yang telah berlangsung sejak

awal abad ketujuh belas. Berdirinya Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC),

yang bertujuan untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di wilayah

Nusantara menjadi bukti bahwa kehadiran orang-orang Belanda di Nusantara

46 Nyoman Kutha Ratna. hal.23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

47

bertujuan untuk menghegemoni.47

Hegemoni politik dan sistem eksploitasi telah

membawa perubahan besar dalam berbagai bidang seperti: sistem birokrasi,

industrialisasi, transportasi, edukasi, komunikasi, dan berbagai bentuk hubungan

sosial lainnya.

Menurut Nyoman, untuk memahami orientalisme yang dilakukan atas

Indonesia, kita harus memulainya dengan memahami arti kolonialisme dan

imperialisme. Kasus yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru

bukan lagi soal orang-orang Barat memandang rendah orang Indonesia, melainkan

orang Indonesia sendiri yang memandang rendah sesama orang Indonesia. Oleh

karena itu, orientalisme yang terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru tidak jauh

berbeda dengan kolonialisme dan imperialisme yang dilakukan oleh orang-orang

Belanda terhadap penduduk Indonesia saat mereka menjajah Indonesia. Dengan

kata lain, orientalisme yang dilakukan oleh pemerintahan Orde Baru merupakan

kolonialisme yang berlanjut dari pemerintahan kolonial Belanda beralih ke

pemerintahan Indonesia, secara khusus Orde Baru.

B. Ciri-ciri Orientalisme

Sebagaimana disampaikan oleh Edward W. Said mengenai orientalisme di

bab satu, Said mencoba untuk menguraikan bahwa orientalisme adalah sebuah

konsep yang digunakan oleh orang-orang Barat untuk melegitimasi kekuasaannya

atas orang-orang yang ada di dunia Timur. Dalam pandangan Said, orientalisme

memiliki tiga pengertian. Pertama, sebagai sebuah institusi yang mempelajari

47 Nyoman Kutha Ratna. hal. 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

48

dunia Timur. Kedua, sebagai sebuah gaya Barat untuk menguasai dunia Timur.

Ketiga, sebagai sebuah wacana dalam pengertian Foucauldian.

Shelley Walia (2003), dalam buku berjudul Edward Said dan Penulisan

Sejarah, mencoba untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai tiga definisi

orientalisme yang Said jelaskan dalam buku Orientalism. Menurut Walia,

orientalisme adalah sebagai kajian akademis atas Orient (Timur) oleh para sarjana

Barat. Dengan menggunakan konsep Foucault mengenai kekuasaan dan

pengetahuan, Walia menjelaskan bahwa Said mencoba untuk menghubungkan

definisi pertama dengan kedua, bahwa kajian tentang Orient menciptakan satuan

pengetahuan yang digunakan oleh kalangan imperialis Barat yang lebih pragmatis

dan utilitarian sebagai sarana untuk meraih kekuasaan.48

Walia memberi contoh

mengenai minat akademis terhadap bahasa-bahasa oriental – diilhami dari seorang

ahli bahasa sansekerta bernama Sir William Jones – telah dimanfaatkan oleh

orang-orang Inggris yang utilitarian untuk tujuan-tujuan politik.

Menurut Walia, seluruh bidang kajian beserta dengan lembaga-lembaga

akademis yang dibuka oleh orang-orang Inggris penuh dengan berbagai

kepentingan. Pada abad ke-19, kajian mengenai Orient kemudian menjadi sebuah

disiplin ilmu yang menandai puncak ekspansi kolonial. Hal ini, menurut Walia,

semakin membuktikan bahwa pengetahuan tentang Orient adalah awal dari

permulaan wacana tentang kekuasaan.49

Oleh sebab itu, Walia dalam buku

Edward Said dan Penulisan Sejarah juga mengeksplorasi lebih lanjut mengenai

diciptakannya perbedaan efistemologis dan ontologis antara Orient dan Occident

48 Shelley Walia. Edward Said dan Penulisan Sejarah. Terjemahan. Sigit Djatmiko.Yogyakarta: Jendela. 2003, hal. 44 49 Ibid, hal. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

49

yang melestarikan berbagai stereotip-stereotip berupa maju/barbar,

berkembang/primitif, unggul/rendah, rasional/menyimpang dan seterusnya, yang

semuanya menurut Said bermuara pada pengkutuban yang lebih besar berupa

“diri” dan “yang lain”.50

John McLeod (2000), dalam buku Beginning Poscolonialism, mencoba

untuk menguraikan tentang orientalisme dengan cara menunjukkan enam bentuk

orientalisme dan enam striotipe tentang Timur yang sering dipakai oleh para

akademisi Barat dalam menjelaskan dunia Timur. Menurut Mcleod, enam bentuk

orientalisme tersebut antara lain: pertama, orientalisme merupakan konstruksi

divisi biner. Dalam pengertian ini orientalisme membuat pemisahan antara Barat

dan Timur yang memiliki perbedaan nyata. Baik Barat dan Timur diasumsikan

bertentangan satu sama lain. Namun, menurut McLeod, posisi Barat dan Timur

bukanlah sebagai mitra yang setara karena Timur selalu digambarkan dalam

rangkaian negatif yang bertujuan untuk menopang superioritas Barat.

Dalam pandangan McLeod, jika Barat diasumsikan sebagai pusat

pengetahuan, maka Timur justru sebaliknya dianggap sebagai kenaifan. Dengan

kata lain, bentuk orientalisme menurut McLeod menunjukkan bahwa Timur dan

Barat diposisikan melalui pembangunan sebuah dikotomi yang tidak sama.

Bentuk kedua, orientalisme dimaknai sebagai sebuah fantasi Barat. Dalam

pengertian ini, Mcleod menanamkan bahwa bagian ini sangat penting untuk

memahami argumen Said yang mengatakan bahwa pandangan Barat terhadap

Timur tidak hanya didasarkan pada apa yang diamati ada di tanah Timur, akan

50 Ibid, hal. 45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

50

tetapi seringkali muncul dari hasil mimpi, fantasi, dan asumsi tentang apa itu

Timur yang dipelajari oleh orang-orang Barat.51

Bentuk orientalisme ketiga, adalah orientalisme dipahami sebagai sebuah

lembaga (institusi). Dalam pengertian ini, orientalisme dipahami sebagai salah

satu studi tentang Timur yang dipelajari oleh orang-orang Barat. Keempat,

orientalisme adalah sebuah karya sastra. Dalam pengertian ini, orientalisme

diciptakan melalui karya sastra yang banyak dijumpai dalam tulisan-tulisan sastra,

seperti novel dan sebagainya. Kelima, orientalisme adalah legitimasi. Dalam

pengertian ini, digarisbawahi bahwa orientalisme merupakan sebuah sistem

representasi yang terikat dengan struktur dominasi politik. Dengan kata lain,

representasi orientalis berfungsi untuk membenarkan penguasaan kolonial Barat

atas dunia Timur.

Bentuk orientalisme keenam, adalah berupa laten dan nyata. Menurut

McLeod, dalam rangka untuk menekankan antara asumsi imajinatif orientalisme

dan efek materialnya, maka orientalisme dibagi menjadi dua, yaitu orientalisme

laten dan orientalisme nyata. Orientalisme laten menggambarkan mimpi dan

fantasi tentang Timur, yang dalam pandangan Said tetap relatif konstan dari waktu

ke waktu. Sedangkan orientalisme nyata adalah versi yang berbeda dengan

orientalisme laten, meskipun pada dasarnya memiliki disain yang sama. Misalnya,

ketika seorang penulis membuat representasi tentang Timur, mereka akan menulis

dengan asumsi yang sama terlepas dari gaya penulisan yang berbeda.52

51 John Mcleod. Beginning Postcolonialism. New York: Manchester University Press. 2000, hal. 41 52 Ibid, hal. 43

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

51

Selain orientalisme memiliki bentuk-bentuknya sendiri, menurut McLeod,

orientalisme juga mampu menciptakan berbagai stereotip tentang Timur yang oleh

orang-orang Barat selalu dipakai untuk menilai dunia Timur. Orang-orang Barat

juga meyakini bahwa berbagai stereotip tentang Timur ini sebagai sebuah

kebenaran murni. Berbagai stereotip tentang Timur antara lain: pertama, Timur

adalah abadi. Dalam pengertian ini, Timur diasumsikan oleh Barat tidak pernah

berubah. Barat selalu menganggap Timur berada jauh di belakang perkembangan

modern yang dimiliki dunia Barat.

Meskipun zaman telah berganti, namun orang-orang Timur dianggap tetap

tidak bisa berkembang seperti orang-orang Barat. Kedua, stereotip yang diberikan

pada Timur adalah adalah Timur itu aneh. Dalam pengertian ini, sangat penting

bagi orientalisme membuat stereotip tentang Timur yang tidak hanya dianggap

berbeda dari Barat, tetapi juga dianggap aneh bagi orang-orang Barat sendiri. Jika

Barat itu rasional (masuk akal) dan terkenal, maka Timur dianggap tidak rasional

dan tidak normal.53

Stereotip ketiga, orientalisme membuat asumsi tentang ras. Dalam

pengertian ini, orientalisme membuat klasifikasi mengenai ras Timur yang

berbeda dengan ras Barat. Sebagai contoh dalam buku Orientalism, Said mengutip

pernyataan Cromer yang mengatakan bahwa orang-orang Timur adalah ras yang

sudah sepatutnya diperintah oleh Barat. Dengan kata lain, Barat berusaha untuk

menjelaskan bahwa ras orang-orang Barat lebih superior dari ras orang-orang

Timur yang dianggap inferior.

53 Ibid, hal. 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

52

Stereotip keempat, orientalisme membuat asumsi tentang gender. Dalam

pengertian ini, untuk menggambarkan bahwa Timur itu berbeda dari Barat

orientalisme membuat stereotip gender yang memposisikan Barat sebagai laki-laki

dan Timur sebagai perempuannya. Kelima, Timur itu feminim. Terakhir, stereotip

yang keenam, Timur itu merosot. Dalam pengertian ini, orientalisme membuat

stereotip tentang orang-orang Timur yang dianggap memiliki kepribadian seperti:

penakut, nafsu seks tidak terkontrol, dan penuh dengan kekerasan. Karena

berbagai stereotip di atas, orientalisme hadir untuk menawarkan sebuah gagasan

bahwa masyarakat Timur perlu beradab dengan cara belajar dari orang-orang

Barat.54

C. Dilema Kolonialisme, Orientalisme dan Imperialisme

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, kolonialisme dan

imperialisme memiliki hubungan yang sangat erat dengan orientalisme. Secara

keseluruhan ketiga paham tersebut merupakan alat bagi bangsa-bangsa Barat

untuk mengusai bangsa Timur. Perbedaannya hanya terletak pada bahwa dua

komponen pertama murni bersifat praktis, lebih nyata, dan bersifat langsung.

Sementara itu, orientalisme lebih bersifat teoritis, tidak nyata, dan tidak bersifat

langsung.55

Meskipun berbeda, baik kolonialisme, kapitalisme, imperialisme

maupun orientalisme pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yakni

menghegemoni dunia Timur dengan menunjukkan perbedaan nyata antara Barat

yang superior dengan Timur yang inferior.

54 Ibid, hal. 44-46 55 Nyoman Kutha Ratna, SU. Poskolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008, hal. 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

53

Menurut Nyoman, kolonialisme berasal dari kata colonia (Latin/Romawi),

yang awalnya berarti kumpulan, perkampungan, masyarakat di perantauan. Jadi,

secara etimologis kata kolonial tidak sama sekali mengandung unsur penjajahan.56

Konotasi negatif tentang kolonial terjadi sesudah adanya hegemoni, sekaligus

eksploitasi oleh satu negara terhadap negara lainnya. Dengan demikian,

kolonialisme itu dapat menyangkut berbagai masalah yang berkaitan dengan

hegemoni yang dilakukan suatu negara terhadap negara lain yang lebih lemah.

Dalam perkembangan selanjutnya, setelah mengalami proses panjang dalam

menunjukkan kekuasaannya secara detail, seperti yang dilakukan oleh negara-

negara Eropa terhadap Asia, Afrika, Amerika Latin, secara khusus yang dilakukan

Belanda terhadap Indonesia, kata kolonial lebih diartikan sebagai pendudukan

atau penjajahan.

Imperialisme menurut Nyoman, berasal dari akar kata imperial dan isme.

Imperial berasal dari bahasa Latin, dari akar kata imperare/imperium yang

memiliki tiga arti antara lain: pertama, memerintah. Kedua, hak untuk

memerintah. Ketiga, kekaisaran atau kerajaan.57

Nyoman lalu mengutip

pernyataan Michael Doyle yang mengatakan bahwa imperialisme merupakan

hubungan formal dan informal, dalam hal ini secara politis suatu negara dapat

mengontrol negara lain. Dalam pandangan Nyoman, imperialisme dapat dicapai

dengan cara kekuatan fisik, kolaborasi politis, sosial, ekonomi, dan kebudayaan.58

Hingga saat ini, saat kolonialisme sudah berakhir, imperialisme masih terus

berlanjut dalam bentuk praktik-praktik politik, ideologi, ekonomi, dan sosial

56 Ibid, 20 57 Nyoman Kutha Ratna, SU. Ibid, hal. 23 58 Ibid, hal. 23-24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

54

lainnya. Oleh karena itu, kolonialisme dan imperialisme bisa dikatakan sebagai

dua kekuatan yang berbeda namun memiliki tujuan yang sama, yakni menguasai.

Ania Loomba mendefinisikan kolonialisme dengan mengacu pada Oxford

English Dictionary (OED), yang menjelaskan bahwa kolonialisme berasal dari

kata “colonia” yang berarti tanah pertanian atau sebuah pemukiman yang

mengacu pada orang-orang Romawi yang tinggal di wilayah lain, namun masih

mempertahankan kewarganegaraan mereka. Oleh karena itu, Ania Loomba

mendeskripsikan colonia sebagai:

A settlement in a new country...a body of people who settle in a new

locality, forming a community subject to or connected with their

parent state, the community so formed, consisting of the original

settlers and their descendants and successors, as long as the

connection with the parent state is kept up.59

Bagi Loomba definisi tentang kolonialisme menarik karena tidak sedikitpun

menyinggung keberadaan manusia-manusia lain, selain para pemukim yang

kemungkinan sudah mendiami tempat tersebut. “Kolonialisme,” menurut

Loomba, tidak mengandung implikasi adanya pertemuan antara manusia-manusia

dan adanya suatu penaklukan yang dilakukan oleh manusia-manusia baru terhadap

manusia-manusia lainnya, serta tidak ada yang mendominasi antara manusia satu

dengan manusia lainnya. Loomba lebih menekankan definisi kolonialisme sebagai

penaklukan dan penguasaan atas tanah serta harta benda yang dimiliki manusia.

Dengan kata lain, tujuan utama dari kolonialisme adalah menguasai daerah-daerah

tertentu dengan cara memperluas wilayah kekuasaan.

59 Ania Loomba. Colonialism/Poscolonialism. London and New York: Routledge. 1998, hal. 1.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

55

Imperialisme, menurut Loomba, awal mula penggunaanya dalam bahasa

Inggris hanya memiliki arti “kekuasaan tertinggi atau unggul.” Oxford English

Dictionary mendefiniskan imperial sebagai sesuatu yang mengacu pada

kemaharajaan dan imperialisme sebagai sebuah pemerintahan yang dipimpin oleh

seorang kaisar yang bertindak secara semena-mena. Asas dan tujuan dari

imperialisme adalah memajukan segala sesuatu yang berhubungan dengan

kepentingan-kepentingan kemaharajaan.60

Loomba juga mengutip tulisan Lenin dan Kautsky yang memberikan makna

baru pada kata imperialisme dan menghubungkan imperialisme dengan

perkembangan kapitalisme. Buku Imperialism: the Highes Stage of Capitalism

karya Lenin yang Loomba kutip mengatakan bahwa pertumbuhan kapitalis-

keuangan dan berkembangnya industri di negara-negara Eropa telah menghasilkan

modal yang sangat besar bagi negara Eropa. Modal yang melimpah tersebut tidak

dapat diinvestasikan di dalam negeri dan tidak akan memberikan keuntungan

besar karena buruh yang ada di dalam negeri terbatas. Sementara itu, wilayah-

wilayah bekas jajahan tidak memiliki modal untuk membangun industrinya,

namun memiliki banyak buruh dan sumber daya manusia. Oleh karena itu,

menurut Loomba, negara-negara Eropa harus keluar dan menundukkan wilayah-

wilayah non-industri agar dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi Eropa

sendiri. Pada akhirnya, tujuan dari imperialisme Barat adalah mewujudkan cita-

cita dari kapitalisme itu sendiri.

60 Ibid, hal. 4-5

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

56

D. Kolonialisme dalam Sejarah Indonesia

Nyoman Kutha Ratna (2008), dalam buku Poskolonialisme Indonesia,

berpendapat bahwa kolonialisme yang terjadi di kawasan Asia secara khusus

Indonesia memiliki sejarah perkembangan yang panjang. Dalam pandangan

Ratna, persoalan kolonialisme di Indonesia sangat kompleks karena menyangkut

persoalan ekonomi, sosial, politik, dan agama. Kehadiran orang-orang Eropa di

Nusantara saat itu tidak serta merta dapat dikaitkan dengan maksud untuk

mengadu domba, memecah belah, melakukan monopoli, berperang, dan berbagai

tujuan lain untuk menguasai wilayah Nusantara.61

Dalam buku yang sama Nyoman juga menjelaskan bahwa secara historis

kolonialisme di Indonesia beserta dengan hegemoni politik, ekonomi, dan

berbagai sistem eksploitasinya telah terjadi sejak awal abad ke-17, ditandai

dengan berdirinya Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC) oleh orang-orang

Belanda. Pada saat yang sama, orang-orang Inggris juga mendirikan organisasi

sejenis, yaitu East Indies Company (EIC) yang berpusat di Kalkuta, India.62

Pendirian serikat dagang Belanda ini bertujuan untuk menguasai perdagangan

rempah-rempah di wilayah kepulauan Nusantara.

Frances Gouda (2007), dalam buku Dutch Culture Overseas menguraikan

bahwa praktek-praktek kolonial yang terjadi di Indonesia sudah berlangsung sejak

lama, tepatnya saat bangsa-bangsa Eropa seperti Belanda datang dan menguasai

sebagian besar wilayah Nusantara (sekarang Indonesia). Kolonialisme yang

61Nyoman Kutha Ratna. Poskolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008, hal. 3 62 Nyoman Kutha Ratna. Poskolonialisme Indonesia, Relevansi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2008, hal. 10

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

57

dilakukan oleh orang-orang Belanda terhadap penduduk di Indonesia merupakan

kajian yang sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut. Sebab, sebagai salah satu

negara demokrasi kecil di wilayah Eropa Utara, Belanda telah berhasil menjadi

raksasa kolonial di kawasan Asia dengan menguasai Indonesia.63

Dalam buku yang sama, Gouda mengatakan bahwa tujuan bangsa Eropa

seperti Belanda datang dan menjajah Indonesia adalah untuk menguasai sumber

daya alam-sumber daya alam yang dimiliki Indonesia demi membangun negeri

Belanda yang sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan air laut.

Sebagai negara kecil di Eropa Utara, Belanda memainkan peran kolonial yang

sangat besar dalam menguasai wilayah kepulauan Indonesia. Frances Gouda

bahkan mengatakan bahwa “Belanda sebagai administrator (kolonial) terbaik di

dunia.” Dalam pandangan Gouda, para pengamat luar negeri baik di Inggris,

Prancis, maupun Amerika Serikat cenderung meyakini keberhasilan Belanda

dalam menjalankan praktek-praktek kolonialnya terhadap penduduk pribumi

Indonesia.64

Meskipun di negara aslinya kekuatan Belanda hampir tidak diperhitungkan

oleh kekutan Eropa lainnya seperti Inggris dan Prancis, namun kekuasaan kolonial

Belanda tidak kalah dari kedua negara penjajah lainnya. Hal menarik yang

dilakukan oleh orang-orang Belanda ketika menguasai Indonesia adalah mereka

merasa bahwa diri mereka sebagai seorang ayah yang sedang berjuang untuk

mendidik orang-orang pribumi yang ada di Pulau Jawa dan Bali agar menjadi

lebih baik lagi.

63 Frances Gouda. Dutch Culture Overseas. Terjemahan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta. 2007, hal. 81 64 Ibid, hal. 88

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

58

Untuk dapat membantu penduduk pribumi Indonesia yang masih “primitif,”

orang-orang Belanda menjadikan dunia pendidikan sebagai alat untuk mengajari

orang-orang pribumi agar menjadi lebih baik lagi. Oleh karena itu, orang-orang

Belanda mulai membuka sekolah-sekolah khusus bagi kaum perempuan atau

gadis pribumi dari kalangan menengah atas yang ada di Pulau Jawa dan Bali.

Tujuan dari dibukanya sekolah-sekolah khusus bagi gadis pribumi ini adalah

untuk mendidik para gadis Jawa dan Bali menjadi ibu rumah tangga dan

menjalani takdir mereka sebagai seorang ibu.65

Tampak jelas bagaimana orang-orang Belanda memandang penduduk

pribumi Indonesia sebagai salah satu manusia “primitif” yang memiliki pola hidup

dan kebiasaan yang berbeda dari orang-orang Belanda yang sudah modern.

Menurut Gouda, bangsa Eropa menggambarkan orang-orang pribumi Indonesia

sebagai anak-anak nakal atau sebagai kaum mistik yang bermalas-malasan dalam

harmoni spriritual dengan alam dan berpesta dalam sebuah kebebasan eksistensial

yang sejak lama tidak lagi dimiliki oleh sebagian besar warga Eropa yang sudah

modern.66

Selanjutnya menurut Gouda, orang-orang Eropa menggambarkan orang-

orang “primitif” di Indonesia sebagai representasi dari keliaran yang terpendam di

dalam diri mereka, di mana tempat perilaku naluriah tak terkendali, irasionalitas,

atau kebebasan berbuat yang tidak senonoh, yang sudah mereka coba untuk

kendalikan sejak lama.67

Selain itu, orang-orang Eropa juga melihat kaum primitif

sebagai personifikasi dari identitas budaya primitif yang mengacu kembali pada

65 Ibid, hal. 137 66 Ibid, hal. 209 67 Ibid, hal. 210

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

59

zaman awal bangsa Eropa. Namun demikian, yang membedakan orang Eropa dan

Timur saat ini adalah bangsa Eropa telah mengalami kemajuan dari ketertinggalan

dan menjadi bangsa yang modern, sedangkan orang-orang Timur tetap tidak

berubah.

Dari beberapa gagasan di atas, tampak bahwa keberhasilan orang-orang

Belanda dalam menjajah Indonesia dikarenakan oleh pemahaman orang-orang

Belanda yang merasa bahwa diri mereka lebih baik daripada orang-orang pribumi

Indonesia yang masih dianggap “primitif”. Oleh karena pribumi di Indonesia saat

itu masih “primitif”, maka orang-orang Belanda merasa perlu untuk mengajari

orang-orang pribumi bagaimana hidup lebih baik lagi seperti orang-orang

Belanda.

E. Berlanjutnya Kolonialisme di Indonesia

Pada bagian ini, akan diuraikan mengenai kolonialisme yang terus berlanjut

di Indonesia meskipun Indonesia telah merdeka dari tangan penjajahan Eropa

(pemerintah Hindia Belanda). Berlanjutnya kolonialisme di Indonesia pada masa

pascakolonial, di mana pelakunya bukan lagi pemerintah Hindia Belanda,

melainkan pemerintah Indonesia, secara khusus pemerintah Orde Baru. Peran

pemerintah Indonesia, secara khusus Orde Baru dalam melanjutkan praktek-

praktek kolonial di Indonesia, salah satunya tercermin dalam kebijakan

transmigrasi yang berlangsung di berbagai daerah yang ada di luar Pulau Jawa.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, pemerintahan Indonesia, mengadopsi

program transmigrasi dari pemerintahan kolonial Belanda. Meskipun program

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

60

transmigrasi merupakan produk asing, namun, menurut pemerintahan Orde Baru,

program ini cukup berhasil karena beberapa hal. Pertama, program transmigrasi

telah berhasil memindahkan penduduk yang padat terutama di Pulau Jawa, Bali,

dan Madura ke wilayah baru yang penduduknya lebih sedikit. Kedua, program ini

menjadi solusi untuk mengatasi jumlah penduduk miskin di Indonesia. Ketiga,

program transmigrasi membuka jalan untuk pemerataan pembangunan di seluruh

wilayah Indonesia.

Dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah kolonial Hindia

Belanda, pemerintahan Orde Baru, telah melanjutkan kebijakan kolonial. Namun,

dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah kolonial Belanda,

pemerintah Indonesia tidak merasa bahwa kebijakan transmigrasi sebagai bentuk

dari kolonialisme baru. Hal ini dikarenakan oleh pandangan pemerintah yang

menganggap bahwa kebijakan transmigrasi sebagai solusi untuk mengatasi jumlah

penduduk di Pulau Jawa, mengurangi angka kemiskinan, dan melaksanakan

pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia.

F. Transmigrasi Orde Baru sebagai Kolonialisme Internal

Dengan berakhirnya kolonialisme Eropa di Indonesia, secara khusus

kolonialisme Belanda, maka secara de iure bangsa Indonesia memang telah

terbebas dari segala macam bentuk penindasan asing. Ini bukan berarti bahwa

Indonesia terlepas dari pengaruh asing. Hal ini tampak dengan terus

direproduksinya ilmu pengetahuan Barat di Indonesia. Meskipun bangsa

Indonesia telah merdeka dari tangan penjajahan asing, secara de facto praktek-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

61

praktek kolonial di Indonesia tidak ikut berakhir, sebaliknya terus berlanjut dan

digantikan oleh kolonialisme internal yang baik pelaku maupun korbannya adalah

sama-sama orang Indonesia.

Menurut Bradley Simpson, di masa awal kemerdekaan Republik Indonesia,

Presiden Soekarno mengakui bahwa Indonesia adalah negara besar yang kaya

sumber daya alam. Oleh karena itu, dalam menjalankan pemerintahannya Presiden

Soekarno mulai mengambil alih kontrol ekonomi dari tangan asing dengan cara

membangun basis ekonomi bagi kesatuan nasional, pembangunan, dan

kemandirian nasional. Pengambilalihan kontrol ekonomi tersebut dilakukan

karena Soekarno meyakini bahwa kolonialisme di Indonesia belum benar-benar

berakhir. Oleh karena itu, dalam pidato kenegaraan yang disampaikan presiden

pada pembukaan Konferensi Asia-Afrika di Bandung, Soekarno mengatakan:

Saya meminta Anda, jangan memahami kolonialisme hanya dalam

bentuknya yang lama, seperti kami orang Indonesia, dan saudara-

saudara kita di berbagai belahan Asia dan Afrika pahami.

Kolonialisme juga memiliki pakaiannya yang baru, dalam bentuk

kontrol ekonomi, kontrol intelektual, kontrol tindakan fisik oleh

kelompok kecil tapi asing dalam sebuah bangsa.68

Kutipan pidato Presiden Soekarno dalam pembukaan Konferensi Asia-

Afrika seperti yang dikutip oleh Simpson menunjukkan bahwa semangat

kolonialisme tidak pernah berakhir meskipun daerah jajahan telah merdeka

sekalipun. Dengan kata lain, menurut Simpson, kolonialisme yang berakhir di

Indonesia hanyalah penjajahan dalam bentuk fisik bukan non-fisik.

68 Ibid, hal. 25

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

62

Tampak jelas bahwa program transmigrasi yang berlansung di Indonesia

seperti yang telah disinggung pada Bab I, bukanlah kebijakan baru bagi

pemerintah Indonesia, secara khusus Orde Baru. Kebijakan yang berkaitan dengan

pemindahan penduduk sudah berlangsung sejak masa pemerintahan kolonial

Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, program ini dikenal

dengan nama kolonisasi. Menurut pemerintah Hindia Belanda, tujuan dari

pelaksanaan program kolonisasi adalah untuk mengurangi laju pertumbuhan

penduduk di Pulau Jawa dan Madura serta memperbaiki taraf hidup penduduk

pribumi yang berada di daerah-daerah pedesaan.

Dalam pandangan pemerintah Hindia Belanda, program kolonisasi adalah

solusi untuk mengatasi permasalahan kemiskinan dan pengangguran yang dialami

sebagian besar rakyat pribumi yang ada di Pulau Jawa. Selain itu, tampaknya

pemerintah Hindia Belanda ingin mengatakan bahwa kebijakan ini bertujuan

untuk membantu orang-orang Jawa yang menderita kemiskinan akibat sistem

Tanam Paksa mengubah taraf hidup mereka menjadi lebih baik. Muncul anggapan

bahwa tanpa adanya program kolonisasi ini maka orang-orang pribumi yang ada

di Pulau Jawa tidak akan pernah bisa terbebas dari belenggu kemiskinan.

Kebijakan pemerintahan Belanda dalam menjalankan politik Tanam Paksa

telah mengakibatkan penderitaan penduduk pribumi karena mereka harus

membayar upeti pada pemerintahan dengan cara tidak menyerahkan uang tapi

menggantinya dengan kerja paksa. Oleh karena itu, penyelenggaraan kolonisasi

pada masa pemerintahan Belanda lebih didasari pada politik balas budi

pemerintahan Belanda terhadap penduduk pribumi. Kolonisasi pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

63

pemerintahan Belanda dimulai pada tahun 1905 atas usulan H. G. Heyting yang

menjabat sebagai asisten residen Sukabumi.69

Menurut Heyting, pelaksanaan program kolonisasi ini mempertimbangkan

beberapa faktor di antaranya: pertama, kepadatan penduduk di Pulau Jawa yang

semakin meningkat. Kedua, lapangan pekerjaan yang tersedia semakin sedikit.

Ketiga, memperbaiki kehidupan penduduk pribumi yang menderita akibat

pelaksanaan politik Tanam Paksa. Kolonisasi pertama masa pemerintahan Hindia

Belanda berlangsung pada bulan Nopember 1905 yang dilaksanakan dengan cara

memindahkan 155 kepala keluarga dari daerah padat dan miskin di desa Kedu,

Jawa Tengah ke daerah Lampung.

Tujuan dari pemerintahan Hindia Belanda memindahkan orang-orang

Jawa ke daerah Lampung adalah untuk mengembangkan sektor pertanian terutama

persawahan dengan menggunakan teknologi modern seperti pengaturan irigasi

yang tepat di bawah pengawasan langsung pemerintahan Hindia Belanda.70

Selain

itu, pada tahun yang sama pemerintahan Belanda juga mengirim penduduk Pulau

Jawa ke daerah Kalimantan Timur (Banjarmasin).71

Tujuan dari pemindahan ini

tidak untuk mengembangkan sektor pertanian melainkan untuk mempekerjakan

orang-orang Jawa di bagian pertambangan dan perkebunan milik Pemerintahan

Belanda maupun perusahaan swasta milik orang-orang Belanda. Untuk menarik

minat orang-orang Jawa agar mengikuti program ini, pemerintahan Belanda

memberikan premi sebesar 20 gulden pada setiap kepala keluarga yang bersedia

69 Departemen Transmigrasi. Historiografi Transmigrasi. Jakarta: 1984, hal. 22 70 Lihat Sri Edi Swasono. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: Universitas Indonesia. 1986, hal. 32 71 Ibid, hal. 55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

64

dipindahkan. Pemerintahan juga menyediakan tempat tinggal gratis serta

menanggung biaya hidup peserta kolonisasi selama satu tahun penuh.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, program transmigrasi dilanjutkan

oleh pemerintahan Soeharto atas pertimbangan bahwa kebijakan ini telah berhasil

membangun daerah-daerah yang dianggap “tertinggal.” Sebagai sebuah kebijakan,

program transmigrasi Orde Baru dianggap berbeda dengan transmigrasi pada

periode sebelumnya, terutama dalam hal pelaksanaannya. Menurut Soedigjo

Hardjosudarmo, program transmigrasi Orde Baru tidak hanya sekedar sebagai

usaha untuk mengurangi jumlah penduduk dan menciptakan lapangan kerja,

melainkan sebagai usaha dari pemerintahan untuk melaksanakan cita-cita dari

Undang-Undang Dasar 1945, yaitu mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.

Namun, tujuan lain dari program transmigrasi Orde Baru adalah untuk

meningkatkan pendapatan nasional dengan cara membuka lahan produksi

sebanyak mungkin.72

Tampak bahwa, program transmigrasi yang sudah berlangsung pada masa

pemerintahan kolonial Hindia Belanda dilaksanakan atas dasar cara pandang

pemerintah Belanda yang menganggap rakyat pribumi di Indonesia (dulunya

Nusantara), memang membutuhkan bantuan pemerintah Belanda untuk bisa

mengubah nasib rakyat pribumi menjadi lebih baik. Tanpa bantuan pemerintah

Belanda, maka rakyat pribumi di Indonesia akan tetap menderita kemiskinan.

Program transmigrasi yang dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia juga didasari

72 Soedigdo Hardjosudarmo. Kebijaksanaan Transmigrasi Dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Bharatara. 1965, hal. 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

65

atas cara pandang pemerintah di Jakarta yang menganggap bahwa program ini

benar-benar bertujuan untuk membantu mensejahterakan penduduk transmigrasi.

Untuk menyukseskan program transmigrasi di Indonesia, pemerintah

Indonesia, secara khusus Orde Baru membawa konsep pemerataan pembangunan

di daerah-daerah yang dianggap “tertinggal.” Muncul anggapan bahwa dengan

dilaksanakannya program transmigrasi pada masa Orde Baru maka dapat

membantu terciptanya pembangunan nasional di daerah-daerah “tertinggal” yang

ada di Indonesia.

Wacana pembangunan menjadi sebuah konsep yang digunakan

pemerintahan Orde Baru dalam melaksanakan program transmigrasi di Indonesia.

Konsep pembangunan Orde Baru menunjukkan bahwa pemerintahan pusat

memiliki standar tersendiri dalam menilai program transmigrasi. Itulah sebabnya

dalam menjalankan kebijakan transmigrasi, pemerintahan tidak perlu melibatkan

penduduk lokal karena pemerintahan merasa yakin bahwa penduduk lokal akan

menerima kebijakan tersebut. Pandangan semacam ini menunjukkan bahwa

pemerintahan yang ada di Jakarta merasa lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh

penduduk lokal daripada penduduk itu sendiri.

Program transmigrasi yang dilanjutkan oleh pemerintah Orde Baru

hanyalah salah satu contoh dari kebijakan pemerintahan pusat yang bisa

menunjukkan bahwa koloniaisme di Indonesia terus berlanjut pada masa

pascakolonial. Hanya saja kolonialisme yang terjadi di Indonesia pada masa

pascakolonial bukan lagi soal kolonialisme Eropa (Belanda), akan tetapi lebih

merupakan kolonialisme internal di mana pelaku maupun korbannya sama-sama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

66

orang Indonesia sendiri. Jadi kolonialisme yang berlangsung di Indonesia pada

masa pascakolonial adalah bentuk dari kolonialisme modern.

Ania Loomba dalam buku Colonialism/Postcolonialism (1999),

mengatakan bahwa kolonialisme modern tidak hanya mengambil upeti, harta

benda, dan kekayaan dari daerah-daerah taklukannya melainkan juga mengubah

struktur perekonomian daerah tersebut ke dalam hubungan kompleks dengan

negara-negara induk sehingga terjadi arus perpindahan manusia dan sumber daya

alam antara daerah yang dikuasai dengan daerah yang menguasainya.73

Dengan

kata lain, segala bentuk kolonialisme di muka bumi ini akan terus berlanjut dan

tidak akan pernah berakhir. Program transmigrasi yang dilanjutkan oleh

pemerintah Orde Baru adalah contoh nyata dari kolonialisme modern yang tidak

menjajah fisik manusia melainkan penjajahan non fisik.

G. Pembangunan sebagai Ideologi di Masa Pemerintahan Orde Baru

Istilah pembangunan yang digunakan oleh pemerintahan Indonesia, secara

khusus Orde Baru, pada dasarnya adalah sebuah konsep yang digunakan oleh

pemerintahan pusat untuk menguasai sumber-sumber daya alam yang ada di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Di Indonesia istilah

pembangunan mulai dikenal pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada masa ini

hampir di setiap kebijakan pemerintahan selalu memakai istilah pembangunan.

Salah satu contoh dari kebijakan pemerintahan yang menggunakan kata

pembangunan adalah program Pelita (Pembangunan Lima Tahun). Selain itu, pada

73 Ania Loomba. Colonialism/Poscolonialism. London and New York: Routledge. 1998, hal. 3-4

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

67

masa Orde Baru, istilah pembangunan juga digunakan sebagai nama kabinet

pemerintahan Presiden Soeharto, yaitu Kabinet Pembangunan. Maka, tidak

mengherankan jika kata pembangunan di masa pemerintahan Orde Baru menjadi

sangat populer di kalangan umum.

Konsep pembangunan sendiri merupakan produk Barat yang diadopsi oleh

pemerintahan Orde Baru. Istilah pembangunan untuk pertama kalinya

diperkenalkan oleh negara Barat, yaitu Amerika Serikat. Pembangunan atau yang

dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah development, merupakan sebuah

gagasan yang muncul pada tahun 1940-an, tepatnya tanggal 20 Januari 1949 yang

dipelopori oleh presiden Amerika Serikat bernama Harry S. Truman. Sejak

diumumkan menjadi sebuah gagasan, istilah development ini telah berhasil

menjadi sebuah bahasa dan doktrin dari kebijakan luar negeri Amerika Serikat.74

Pada masa pemerintahan Orde baru, pemerintahan Indonesia mengadopsi gagasan

development dari pemerintahan AS dalam rangka membangun daerah-daerah

tertinggal yang ada di Indonesia. Tujuan utama pemerintahan Orde Baru

mengadopsi konsep pembangunan adalah untuk meletakkan dasar-dasar

pembangunan ekonomi serta politik Indonesia yang sesuai dengan standar Barat

(Amerika Serikat).

Menurut Simpson (2010), sejak bangsa Indonesia memproklamasikan

kemerdekaannya pada tahun 1945, secara otomatis Indonesia telah menjadi negara

yang merdeka. Akan tetapi, menurut Simpson, saat Indonesia sudah menjadi

sebuah negara yang merdeka, banyak negara-negara Barat yang tertarik untuk

74C. Teguh Dalyono: Reader. Ekonomi Pembangunan I. Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hal. 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

68

kembali menguasai Indonesia salah satunya adalah Belanda. Di lain pihak, negara

Barat seperti Amerika Serikat juga memiliki kepentingan besar atas Indonesia

yang baru saja merdeka saat itu. Menurut Simpson, ada dua tujuan pihak AS

mendekati Indonesia. Pertama, dalam konteks Perang Dingin, AS berusaha untuk

menjauhkan Indonesia dari pengaruh komunis Uni Soviet. Kedua, AS ingin

menguasai sumber daya alam yang dimiliki Indonesia.

Simpson dalam buku yang sama menjelaskan bahwa pemerintahan AS

memiliki kepentingan politik dan ekonomi atas pemerintahan Indonesia yang baru

saja merdeka. Sebagai sebuah negara merdeka, selain kaya akan sumber daya

alamnya, Indonesia juga merupakan sebuah negara dengan populasi penduduk

terbesar keempat di dunia dan penganut agama Islam terbesar di dunia.75

Oleh

karena itu, Indonesia menjadi sangat penting bagi pihak AS. Simpson berpendapat

bahwa dari pembacaan literatur mengenai pemerintahan Kennedy dan Johnson,

orang-orang tidak akan pernah tahu bahwa sampai pertengahan tahun 1960-an

sebagian besar pejabat AS masih menganggap bahwa Indonesia jauh lebih penting

daripada Vietnam dan Laos.76

Pihak AS berusaha menguasai Indonesia melalui ilmu pengetahuan yang

diciptakan oleh Barat. Melalui ilmu pengetahuan Barat, pemerintahan AS berhasil

menanamkan gagasan-gagasannya mengenai demokrasi, pembangunan politik,

dan pembangunan ekonomi yang berbasis condong ke Barat. Dalam pandangan

Simpson, pemahaman pemerintahan Indonesia sebagai negara yang baru saja

merdeka mengenai pembangunan ekonomi tentu akan sangat banyak dipengaruhi

75 Lihat Bradley R. Simpson. Ibid, hal. 19 76 Lihat Bradley R. Simpson. Op.cit, hal. 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

69

oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pengaruh tersebut bersifat sangat

eksploitatif karena berorientasi pada pertumbuhan ekonomi pihak asing dengan

mengarahkan fokus perhatian pada produksi komoditas, seperti karet, timah,

minyak goreng, dan minyak tanah, yang semuanya akan dijual untuk pasar

dunia.77

Presiden Soekarno yang merupakan presiden pertama Indonesia beserta

dengan para nasionalis Indonesia berharap untuk dapat mengambil alih kontrol

atas ekonomi yang awalnya dikuasai oleh tangan asing. Tujuan Soekarno

mengambil alih kontrol ekonomi dari pihak asing adalah untuk dapat membangun

basis bagi kesatuan nasional, pembangunan, dan kemandirian nasional. Oleh

karena itu, Presiden Soekarno berusaha untuk tidak bergantung pada pihak asing

dalam mengelola perekonomian Indonesia. Usaha Presiden Soekarno untuk

membangun Indonesia tanpa campur tangan asing dikarenakan adanya anggapan

bahwa dengan berakhirnya kolonialisme di Indonesia tidak menjamin bahwa

praktek-praktek kolonialisme itu benar-benar berakhir. Dalam pandangan

Soekarno, kolonialisme itu akan terus berlanjut dalam bentuk yang berbeda

namun memiliki tujuan yang sama, yaitu menguasai.

H. Pemerintah Orde Baru dan Pelatihan Pembangunan

Seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, berkembangnya

konsep pembangunan di Indonesia pasca berakhirnya kolonialisme Jepang dan

Belanda di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari konflik Perang Dingin antara dua

77 Lihat Bradley R. Simpson. Ibid, hal. 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

70

kekuatan besar yang saling bersaing untuk menguasai Indonesia saat itu, yakni

Amerika Serikat dan Uni Soviet. Menurut Simpson dalam bukunya Economist

with Guns, saat terjadinya Perang Dingin antara blok Barat yang diwakili oleh

Amerika Serikat dengan blok Timur yang diwakili oleh Uni Soviet, pemerintahan

AS beserta organisasi non-pemerintahan dan organisasi internasional lainnya

mulai mengarahkan perhatian mereka pada tantangan untuk menjelaskan berbagai

upaya yang mengarah pada perubahan di negara-negara yang dikenal sebagai

dunia ketiga, di mana salah satunya adalah Indonesia.78

Pihak AS merasa bahwa Indonesia sangat penting bagi pemerintahan

Amerika Serikat. Hal ini yang melatar belakangi dibukanya program kajian

wilayah pada akhir tahun 1940-an dan awal tahun 1950-an. Pembukaan kajian

wilayah ini yang dilakukan oleh sekelompok lembaga akademik, yayasan-yayasan

kemanusiaan dan para cendekiawan AS merupakan bagian dari perkembangan

yang sangat penting dalam sejarah hegemoni pemerintahan AS di negara-negara

dunia ketiga, seperti Indonesia. Tujuan AS membuka program kajian wilayah

untuk Indonesia merupakan bentuk dukungan dari intelektual Amerika pada

penciptaan national security state yang ada di tingkat universitas AS seperti:

Harvard University, University of Chicago, University of California at Berkeley,

MIT, John Hopkins University, dan Cornel University yang pada akhirnya sangat

berperan penting dalam mengonstruksi dan menyebarkan pemikiran sosial ilmiah

78 Lihat Bradley R. Simpson. Ibid, hal. 26

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

71

mengenai pembangunan politik dan ekonomi di negara-negara berkembang,

khususnya Indonesia.79

Simpson dalam buku yang sama mengatakan bahwa tidak ada negara lain

selain Indonesia di mana program-program yang didanai oleh Ford Foundation

terbukti telah berhasil menciptakan kesamaan pengertian antara Amerika Serikat

maupun Indonesia mengenai berbagai peluang dan keterbatasan pembangunan di

Indonesia. Simpson lalu mengutip pernyataan dari sejarawan Henry Benda yang

mengatakan bahwa Indonesia mendapat perhatian khusus dari pemerintahan

Amerika Serikat. Pernyataan Benda yang dikutip Simpson pada tahun 1964

berbunyi:

Pada tahun-tahun setelah perang, tidak ada negara lain di Asia

Tenggara yang mendapatkan perhatian, dukungan kelembagaan, dan

beasiswa yang diberikan kepada individu yang lebih besar dari pada

Indonesia.80

Berbagai pelatihan untuk pembangunan Indonesia dilakukan pemerintahan

Amerika dengan cara memberikan bantuan berupa beasiswa bagi para pelajar

Indonesia untuk belajar ke universitas yang ada di Amerika Serikat. Tujuan dari

pemberian beasiswa ini adalah untuk mereproduksi ilmu pengetahuan Barat dan

menanamkan gagasan-gagasannya di Indonesia. Untuk dapat menciptakan

pembangunan Indonesia, pihak Amerika melalui lembaga Ford Foundation dan

Rockefeller Foundation memberikan bantuan dana mencapai $20 juta untuk

79 Ibid, hal. 26 80 Ibid, hal. 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

72

mendanai pendidikan, pertanian, kesehatan, dan bantuan teknis lainnya baik di

Amerika Serikat maupun di Indonesia. 81

Berbagai bantuan keuangan dari kedua lembaga kemanusiaan di atas tidak

hanya memfasilitasi ekspansi yang dramatis dalam berbagai riset ilmu sosial

tentang Indonesia, akan tetapi lembaga ini juga terlibat dalam pembiayaan

program-program relawan dan pertukaran pendidikan bagi para teknisi, ahli

ekonomi, guru, ahli agraria, personel militer, dan insinyur, yang oleh duta besar

Amerika Serikat untuk Indonesia tahun 1958-1965, Howard Jones, disebut

sebagai bentuk dari “perjuangan jangka panjang untuk otak Indonesia.” Menurut

Simpson, berbagai pelatihan pendidikan yang didanai oleh lembaga Amerika

untuk pakar ilmu sosial Indonesia telah memberikan implikasi langsung terhadap

pemikiran pembangunan Indonesia.

Tampak bahwa berbagai pelatihan mengenai pembangunan di Indonesia

yang didanai oleh lembaga-lembaga kemanusiaan AS merupakan cara Amerika

Serikat untuk menguasai orang-orang Indonesia melalui ilmu pengetahuan Barat.

Melalui ilmu pengetahuan, pihak Barat yang diwakili Amerika Serikat berhasil

merekonstruksi pemikiran orang-orang Indonesia mengenai pembangunan

Indonesia yang berorientasi pada negara Amerika Serikat. Dengan demikian,

ideologi pembangunan yang digunakan Amerika Serikat terhadap Indonesia tidak

jauh berbeda dengan ideologi orientalisme yang digunakan Inggris saat menguasai

dunia Timur, seperti Mesir maupun India. Dengan kata lain, orientalisme dan

81 Ibid, hal. 27

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

73

pembangunan sama-sama merupakan ilmu pengetahuan Barat yang sengaja

diciptakan untuk menguasai dunia Timur.

I. Pembukaan Studi Politik di Indonesia

Dengan berakhirnya kolonialisme Belanda di Indonesia, dominasi

pemerintah Hindia Belanda atas Indonesia memang telah berakhir. Namun

demikian, di masa kemerdekaan Indonesia pengaruh Barat tetap berlanjut atas

negara yang baru saja merdeka ini. Di masa kemerdekaan Indonesia pengaruh

pemerintah Hindia Belanda digantikan oleh Amerika Serikat yang mencoba untuk

menanamkan gagasan-gagasan tentang pembangunan, ekonomi, dan politik atas

Indonesia yang berorientasi ke arah Amerika Serikat.

Pengaruh AS yang tampak jelas terhadap Indonesia di masa pascakolonial,

salah satunya ditunjukkan dengan pembukaan studi politik di Indonesia yang

berorientasi ke arah AS. Pembukaan studi politik di Indonesia, menunjukkan

bahwa Indonesia sebagai salah satu negara yang baru saja merdeka dari tangan

penjajahan asing menjadi sangat penting bagi pemerintah AS. Oleh karena itu,

dibukanya studi politik Indonesia merupakan salah satu cara pemerintah AS untuk

mengambil alih kontrol serta dominasi atas Indonesia dari pemerintah Hindia

Belanda.

Sebagaimana yang telah kita lihat dalam buku Rethinking Indonesia, Simon

Philpott menjelaskan bahwa pembukaan studi politik Indonesia pada masa

kemerdekaan merupakan suatu perkembangan pasca berakhirnya Perang Dunia II.

Menurut Philpott, kemerdekaan Indonesia dideklarasikan pada 17 Agustus 1945

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

74

dalam sebuah proklamasi yang dibacakan oleh Soekarno yang kemudian menjadi

presiden pertama Republik Indonesia. Pada saat itu, Indonesia merupakan salah

satu dari sekian banyak negara yang baru berdiri pasca berakhirnya Perang Dunia

II. Oleh karena itu, studi politiknya dipengaruhi oleh banyak faktor yang secara

khusus berkaitan dengan masa pasca berakhirnya Perang Dunia tersebut.82

Dalam pandangan Philpott, jika dikaitkan dengan politik internasional,

Indonesia memperoleh kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda itu pada masa-

masa awal Perang Dingin. Antara tahun 1945 dan 1975, kebanyakan imperium

Eropa di wilayah Afrika dan Asia telah mengalami kemunduran. Sebagian usaha

dekolonisasi formal berhubungan dengan tuntutan Perang Dingin. Pada masa

Perang Dingin keterlibatan Amerika Serikat sangat jelas saat mereka menguasai

Vietnam. Akan tetapi, dengan terbentuknya banyak negara baru merdeka, maka

memicu perkembangan berbagai teori dan wacana akademik. Wacana yang

berkembang ini memusatkan perhatiannya pada permasalahan yang sedang

dihadapi oleh negara-negara baru merdeka, seperti masalah keterbelakangan

ekonomi, sosial, dan politik. Hal ini ditambah dengan absennya lembaga-lembaga

politik yang mapan untuk membangun bangsa dari berbagai kelompok etnik yang

seringkali terpecah-belah, bahkan saling bermusuhan; komunisme,

pemberontakan, kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan modern, dan

sebagainya.

Dalam buku yang sama Philpott mengatakan bahwa dengan cepat wacana

akademik dan wacana pemerintahan Amerika Serikat mengelompokkan berbagai

82 Simon Philpott. Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000, hal. 46-47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

75

negara baru ke dalam klasifikasi Dunia Ketiga. Menurut Philpott, istilah Dunia

Ketiga ini muncul untuk melambangkan suatu wilayah yang membutuhkan

kesejahteraan dan keahlian Barat untuk membantu menyelesaikan berbagai

permasalahan yang ada di negara-negara baru yang tergabung dalam Dunia

Ketiga. Dalam hal ini, Barat dijadikan sebagai contoh model kemajuan dan

kesempurnaan, dan tentunya bertolak belakang dengan kondisi negara-negara

Dunia Ketiga yang dianggap sangat kekurangan, memerlukan bantuan, kurang

sempurna, dan terbelakang. Dengan kata lain, menurut Philpott, negara-negara

Dunia Ketiga menjadi objek dari belas kasihan dunia Barat.83

Setelah berakhirnya Perang Dunia II serta dimulainya Perang Dingin,

menurut Philpott, Amerika Serikat menjadi pusat “kekuasaan” akademik.

Pemerintahan Amerika Serikat melakukan investasi besar-besaran untuk

pengembangan program-program studi kawasan demi mendukung status baru AS

sebagai penguasa global. Bantuan militer dan non-militer dari pemerintahan AS

dan kegiatan lembaga non-pemerintahan yang memang difokuskan pada negara-

negara Dunia Ketiga beriringan dengan pembentukan analisis dan teori akademik.

Menurut Philpott, kemajuan dan modernisasi menjadi kunci penekanan dalam

kebanyakan teori yang diajukan untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi oleh negara-negara Dunia Ketiga. Philpott lalu mengutip pernyataan

James Scott yang menegaskan bahwa keberhasilan studi-studi Asia Tenggara di

universitas-universitas di Amerika Serikat sangat terkait erat dengan tumbuh dan

83 Simon Philpott. Rethinking Indonesia: Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000, hal.47

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

76

tumbangnya Amerika Serikat sebagai kekuatan global. Penyataan Scott yang

dikutip oleh Philpott menegaskan bahwa studi-studi Asia Tenggara:

Dominated by the social sciences which themselves were expanding

rapidly in American universities during the 1950s and 1960s. Not only

was the knowledge of Southeast Asian languages, societies, and

cultures deemed essential for America‟s new global role, but the

social scienties were seen as directly germane to understanding

economic growth, modernization, and political stability or instability.

By European standart, Southeast Asian studies here is somenthing of

a freak, relatively overdeveloped when it comes to political science

and anthropology, woefully underdeveloped when it comes to

literature, art, music, classical studies, and contemporary popular

culture. Lacking a tradition of Orientalism that, for all its prejudices,

would have given us somenthing of an anchor against political winds,

we moved in the direction the wind blew.84

Pernyataan di atas mencoba untuk menghubungkan perkembangan studi

politik-studi politik tentang Asia Tenggara yang berbasis di Amerika Serikat

dengan perhatian global pihak Amerika Serikat yang dapat memicu keraguan

mengenai kemandirian serta objektifitas para ilmuan dalam menentukan

kepentingan-kepentingan penelitian.85

Pihak Amerika Serikat dalam hal ini

mengambil peran penting dalam “menciptakan Indonesia.” Menurut Philpott,

tujuan utama AS mendukung kemerdekaan Indonesia dari Belanda adalah untuk

menjauhkan Indonesia dari pengaruh kekuatan “kiri,” secara khusus komunis dari

kekuatan politik formal di Indonesia. Untuk menjelaskan hal ini, Philpott lalu

mengutip pernyataan Southwood dan Flanagan yang menegaskan bahwa

Indonesia telah menjadi bagian sentral dari pemikiran strategis AS tentang Asia

84 Simon Philpott. Rethinking Indonesia, Postcolonial Theory, Authoritarianism and Identity. New York: St. Macmillan Press Ltd. 2000, hal. 48 85 Ibid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

77

Tenggara saat berakhirnya Perang Dunia II dan menurut Philpott, Indonesia

dijadikan tonggak dominasi AS atas wilayah kepulauan Asia-Pasifik.

J. Daerah-daerah “Tertinggal” dan Solusi Pembangunan

Kebijakan pemerintahan Orde Baru yang berkaitan dengan program

transmigrasi selalu dikaitkan dengan pembangunan nasional di daerah-daerah

transmigrasi yang konon katanya dianggap sebagai daerah “tertinggal” dan

“terbelakang” oleh pemerintah pusat. Bagi pemerintahan Orde Baru, program

transmigrasi adalah solusi untuk mengatasi permasalahan pembangunan di

daerah-daerah yang dianggap “tertinggal,” terutama yang berada di luar Pulau

Jawa. Dalam pandangan pemerintahan pusat, Pulau Jawa adalah contoh sebuah

wilayah maju karena telah merasakan suksesnya pembangunan nasional. Oleh

karena itu, pemerintahan pusat menjadikan Pulau Jawa sebagai standar untuk

menilai daerah-daerah lain yang ada di luar Pulau Jawa.

Sejauh ini sudah ada beberapa peneliti yang menulis tentang pembangunan

nasional di daerah-daerah yang ada di Indonesia. Beberapa peneliti tersebut antara

lain: R. A. Rachmad Sahudin (2010), menulis makalah berjudul “Hak dan

Kewajiban Dewan Adat dalam Pembangunan.”86

Sahudin berpendapat bahwa

untuk memaknai pembangunan daerah-daerah yang ada di Indonesia kita bisa

merujuk pada Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), yang mana telah

dirumuskan bahwa pada dasarnya hakekat pembangunan nasional adalah

pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia secara

86Paulus Florus dkk. Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi. Kata Pengantar. Pontianak: Institut Dayakologi. 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

78

merata di seluruh wilayah Indonesia.87

Pembangunan nasional yang dimaksudkan

Sahudin dalam GBHN tersebut meliputi beberapa hal seperti: pembangunan

ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan nasional.

Semua aspek yang telah disebutkan di atas, menurut Sahudin, harus diperhatikan

secara berimbang oleh pemerintahan pusat.

Soetandyo Wignjosoebroto (2010), menulis makalah berjudul “Pokok-

Pokok Pikiran Tentang Nasionalisme Pembangunan dan Kebudayaan Daerah.”88

Wignjosoebroto mengatakan bahwa pembangunan nasional pada hakekatnya

adalah upaya berencana untuk mempertinggi ketahanan suatu bangsa. Dengan

demikian, setiap upaya dari pembangunan nasional harus menghasilkan semangat

nasionalisme yang mampu mengilhami dan menjiwai manusia itu sendiri.

Pembangunan model ini meliputi bidang pemerintahan (politik), dunia usaha

(ekonomi), dan kehidupan masyarakat sipil (sosial-budaya). Pembangunan

nasional sebagai sebuah upaya yang sadar dan terencana sesungguhnya

merupakan suatu fenomena baru yang muncul di negara-negara yang sedang

berkembang, antara tahun 1945-1962, di mana mereka telah berhasil melepaskan

diri dari belenggu penjajahan bangsa Barat. Pembangunan nasional muncul

sebagai upaya untuk membangun negara yang baru merdeka menjadi negara yang

berkembang dalam hal ekonomi.

87 Lihat Paulus Florus dkk. Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi. Kata Pengantar. Pontianak: Institut Dayakologi. 2010, hal. 99 88Paulus Florus dkk. Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi. Kata Pengantar. Pontianak: Institut Dayakologi. 2010

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

79

Wariso Ram (2010), menulis makalah berjudul “Penelitian dan

Pengembangan Kebudayaan dan Pengambilan Keputusan Pembangunan.”89

Menurut Ram, pembangunan nasional meliputi pertumbuhan ekonomi yang

tinggi, pemerataan pembangunan di daerah-daerah, dan stabilitas nasional yang

mantap.90

Meskipun demikian, menurut Ram, dalam pelaksanaan pembangunan

nasional ternyata antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan di

daerah-daerah “tertinggal” tidaklah selalu seiring sejalan. Secara umum, target

pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dapat tercapai, akan tetapi belum tentu

pertumbuhan ekonomi tersebut dibarengi dengan keberhasilan pembangunan di

daerah-daerah tersebut. Oleh karena itu, sebagai akibat dari tidak seimbangnya

pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan pembangunan, maka kenaikan

pendapatan tidak dapat diperoleh seluruh lapisan masyarakat secara merata.

Bertolak dari beberapa hasil penelitian di atas, dalam penelitian ini penulis

ingin menunjukkan bahwa logika pembangunan telah dipakai oleh pemerintah

Orde Baru untuk membangun daerah-daerah tujuan transmigrasi yang dilabeli

“tertinggal” oleh pemerintah di Jakarta. Dengan melaksanakan program

transmigrasi, pemerintah Orde Baru merasa bahwa kebijakan ini merupakan solusi

untuk mengatasi masalah pemerataan pembangunan yang dinilai belum merata di

daerah-daerah “tertinggal” yang ada di Indonesia.

89Paulus Florus dkk. Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi. Kata Pengantar. Pontianak: Institut Dayakologi. 2010 90Lihat Paulus Florus dkk. Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi. Kata Pengantar. Pontianak: Institut Dayakologi. 2010, hal. 140

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

80

K. Catatan Penutup

Tampak jelas bahwa dengan berakhirnya kolonialisme Eropa (Belanda) di

Indonesia, tidak berarti pula bahwa praktek-praktek kolonialisme tersebut ikut

berakhir di Indonesia. Uraian dalam bab ini menunjukkan bahwa meskipun

kolonialisme Eropa telah berakhir di Indonesia, namun reproduksi ilmu

pengetahuan kolonial terus berlanjut. Dengan kata lain, kolonialisme di Indonesia

pada masa pascakolonial hanya berganti pakaian saja, yakni dari kolonialisme

Eropa (pemerintah Hindia Belanda), digantikan oleh kolonialisme internal

(pemerintah Indonesia, secara khusus Orde Baru).

Kolonialisme di Indonesia yang terjadi pada masa pascakolonial, salah

satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang diadopsi dari pemerintah

Hindia Belanda dan dilaksanakan secara besar-besaran oleh pemerintah Orde

Baru. Dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah Belanda,

pemerintah pusat Orde Baru secara tidak langsung telah melanjutkan kebijakan

kolonial pemerintah Belanda. Dengan kata lain, tampak jelas bahwa program

transmigrasi di masa Orde Baru adalah contoh nyata dari kolonialisme internal

yang pelakunya bukan lagi pemerintah Belanda, melainkan pemerintah Indonesia

sendiri.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

81

BAB III

BERLANJUTNYA ORIENTALISME DI INDONESIA DAN PROGRAM

TRANSMIGRASI ORDE BARU DI KABUPATEN MELAWI,

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Pada bab ini akan diuraikan mengenai peran pemerintah Indonesia, secara

khusus pemerintah Orde Baru, yang melanjutkan kebijakan transmigrasi dari

pemerintah kolonial Hindia Belanda. Dengan membawa konsep pembangunan,

pemerintah Orde Baru melegitimasi kebijakannya dengan argumentasi bahwa

program transmigrasi benar-benar bertujuan untuk mensejahterakan penduduk

Indonesia yang mengikuti program ini. Selain itu, pemerintah Orde Baru juga

melegitimasi kebijakan transmigrasi dengan argumentasi bahwa program

transmigrasi sebagai solusi untuk pemerataan pembangunan di daerah-daerah

yang konon dianggap “tertinggal.”

A. Transmigrasi dalam Sejarah Indonesia

Seperti yang telah dijelaskan pada Bab II, kebijakan yang berkaitan

dengan program transmigrasi di Indonesia bukanlah hal yang baru. Kebijakan ini

telah berlangsung sejak masa kolonial. Pada masa kolonial kebijakan yang

berkaitan dengan pemindahan penduduk ini dikenal dengan istilah kolonisasi.

Menurut pemerintahan Belanda, tujuan dari pelaksanaan program ini adalah untuk

mengurangi laju pertumbuhan penduduk di Pulau Jawa serta memperbaiki taraf

hidup penduduk pribumi yang berada di daerah-daerah pedesaan di Pulau Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

82

Kebijakan kolonisasi lahir akibat politik Tanam Paksa yang dijalankan

pemerintahan Hindia Belanda di mana penduduk pribumi di Pulau Jawa sangat

menderita karena harus bekerja di perkebunan milik Belanda tanpa digaji.

Ketika menjajah Indonesia, pemerintahan Hindia Belanda melaksanakan

kebijakan kolonisasi yang didasari atas politik Balas Budi pemerintahan Hindia

Belanda terhadap penduduk pribumi yang telah menderita akibat sistem Tanam

Paksa yang dijalankan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada masa

kolonial, kebijakan kolonisasi pertama kali dilaksanakan pada tahun 1905.

Pelaksanaan ini dilakukan atas usulan asisten residen Sukabumi H. G. Heyting.91

Dalam pandangan Heyting, program kolonisasi saat itu memiliki tiga tujuan,

yakni pertama, mengatasi masalah kepadatan penduduk di Pulau Jawa yang

semakin meningkat. Kedua, menciptakan lapangan kerja baru di daerah

kolonisasi. Ketiga, memperbaiki taraf hidup penduduk Pulau Jawa yang menderita

akibat pelaksanaan politik Tanam Paksa.

Menurut H. J. Heeren dalam buku berjudul Transmigrasi di Indonesia

(1979), menjelaskan bahwa sejarah transmigrasi di Indonesia telah berlangsung

sejak masa pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Pada masa pemerintahan

Hindia Belanda, program transmigrasi atau yang waktu itu dikenal dengan nama

kolonisasi, pertama kali dilaksanakan oleh pemerintah Belanda dan melalui tiga

fase. Pertama, Fase Eksperimen: 1905-1911. Pada fase ini, pemerintah Belanda

mengirim orang-orang Jawa menuju ke lokasi kolonisasi di daerah Lampung.

91 Departemen Transmigrasi. Historiografi Transmigrasi. Jakarta: 1984, hal. 22

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

83

Untuk menarik minat orang-orang Jawa agar mau mengikuti program

kolonisasi di Lampung, pemerintah kolonial Belanda memberikan uang premi

sebesar 20 gulden kepada setiap peserta kolonisasi. Selain itu, para peserta

kolonisasi juga mendapatkan rumah dan jatah makanan dari pemerintahan

Belanda selama satu tahun penuh.92

Pada fase kedua, program kolonisasi ini

dikenal dengan istilah Periode Bank Kredit Lampung: 1911-1929. Pada periode

ini, pemerintah Hindia Belanda mendirikan sebuah bank yang bertugas untuk

membantu penduduk kolonisasi dan bank ini bertugas untuk memberikan

pinjaman kredit kepada penduduk maksimal 300 gulden per kepala keluarga.

Pada tahapan ketiga menurut Heeren, program kolonisasi yang

dilaksanakan oleh pemerintah kolonial Belanda adalah kolonisasi Periode sejak

Depresi hingga Perang Dunia II: 1930-1941. Pelaksanaan kolonisasi pada masa

ini dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda dengan cara mengirim orang-

orang Jawa yang menguasai teknologi pertanian ke wilayah-wilayah kolonisasi

dengan tujuan untuk dapat membantu melakukan panen raya. Karena

pelaksanaannya dilakukan pada saat perang, maka pemerintah Belanda hanya

menanggung biaya perjalanan ke lokasi kolonisasi saja, sedangkan biaya hidup

dan lain-lainnya tidak lagi ditanggung oleh pemerintah Belanda.

Menariknya, pada masa kemerdekaan Indonesia, program kolonisasi

pemerintahan Belanda diadopsi oleh pemerintahan Republik Indonesia dan

berganti nama menjadi program transmigrasi, tepatnya pada tahun 1948 oleh

92 H. J. Heeren. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia. 1979, hal. 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

84

Kementerian Pembangunan dan Pemuda.93

Tujuan utama dari program

transmigrasi di masa kemerdekaan Indonesia tidak jauh berbeda dengan masa

pemerintahan Hindia Belanda yang selain untuk memindahkan penduduk di Pulau

Jawa, Madura dan Bali, program ini juga bertujuan untuk mensejahterakan

penduduk Indonesia yang mengikuti program transmigrasi.

Pada masa pemerintahan presiden Soekarno, pelaksanaan program

transmigrasi di Indonesia lebih dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus

bertambah di Pulau Jawa, Bali dan Madura yang tidak sebanding dengan jumlah

lapangan kerja yang tersedia. Akibatnya, hasil produksi terutama di sektor pangan

tidak mampu mencukupi kebutuhan konsumsi penduduknya. Sasaran yang ingin

dicapai pada program transmigrasi di masa pemerintahan presiden Soekarno

adalah pemindahan penduduk dan menciptakan lapangan kerja baru bagi

penduduk lokal di daerah-daerah tujuan transmigrasi.

Menariknya lagi, setelah berakhirnya masa jabatan presiden Soekarno,

kebijakan yang berkaitan dengan penyelenggaraan program transmigrasi

dilanjutkan oleh pemerintahan presiden Soeharto (Orde Baru) dan dilaksanakan

secara besar-besaran di banyak daerah yang ada di luar Pulau Jawa. Pada masa

Orde Baru, program transmigrasi bahkan menjadi program unggulan yang

dianggap mampu mengatasi banyak permasalahan seperti: pertama, kepadatan

penduduk. Kedua, mengatasi jumlah kemiskinan. Ketiga, pemerataan

pembangunan di daerah-daerah “tertinggal.”

93 Ibid, hal. 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

85

Program transmigrasi yang dilanjutkan oleh pemerintahan Orde Baru pada

dasarnya tidak jauh berbeda dengan program transmigrasi di masa pemerintahan

Hindia Belanda maupun presiden Soekarno. Perbedaan yang signifikan adalah

program transmigrasi di masa pemerintahan Orde Baru tidak hanya bertujuan

untuk mengurangi jumlah penduduk di Pulau Jawa, Madura, dan Bali saja

melainkan juga bertujuan untuk membangun daerah-daerah “tertinggal.”

Kebijakan transmigrasi Orde Baru yang berkaitan dengan pembangunan

nasional dilaksanakan dalam bentuk pembangunan jangka pendek, yakni program

Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Program transmigrasi sendiri di masa Orde

Baru telah dilaksanakan pada Pelita I, II, dan III. Pada pelaksanaan Pelita I,

program transmigrasi berlangsung pada tahun 1969-1974 di mana pemerintah

Orde Baru telah berhasil memindahkan penduduk dari Pulau Jawa sebanyak

180.749 jiwa atau sekitar 39.436 kepala keluarga (kk).

Konon katanya, menurut pemerintah Orde Baru tujuan utama dari

dilaksanakannya program transmigrasi pada Pelita I adalah untuk meningkatkan

taraf hidup penduduk transmigrasi sekaligus meletakkan dasar bagi pembangunan

nasional untuk daerah-daerah tertinggal yang menjadi lokasi transmigrasi. Sasaran

utama dari program transmigrasi pada Pelita I adalah pembangunan di bidang

pertanian untuk menghasilkan produksi pertanian yang akan meningkatkan

pendapatan negara.

Pelita II berlangsung pada tahun 1973-1978. Pemerintahan menargetkan

untuk memindahkan 250.000 kepala keluarga dengan rincian sebagai berikut:

30.000 kk di tahun pertama, 40.000 kk di tahun kedua, 50.000 kk di tahun ketiga,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

86

60.000 kk di tahun keempat, dan 70.000 kk di tahun kelima. Sasaran utama dari

Pelita II adalah untuk menyediakan sandang, pangan, perumahan, sarana

prasarana, dan memperluas lapangan kerja. Beberapa tujuan program transmigrasi

dalam Pelita II di antaranya: pertama, membangkitkan potensi ekonomi di luar

pulau Jawa. Kedua, membuka lapangan kerja baru di luar pulau Jawa. Ketiga,

meningkatkan perekonomian nasional serta meningkatkan integrasi sosial dan

budaya. Keempat, memperbaiki pola penyebaran penduduk dalam jangka waktu

berjenjang. Kelima, pemenuhan kebutuhan tenaga kerja dalam membantu proyek-

proyek pembangunan nasional. Keenam, memperluas daerah pertanian di luar

pulau Jawa sehingga meningkatkan produksi dan ekspor pemerintahan.94

Pelita III berlangsung pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984, di

mana sasarannya adalah meningkatkan penyebaran penduduk, menambah tenaga

kerja pembangunan, serta mengembangkan daerah produksi untuk lahan pertanian

daerah transmigrasi. Selain itu, program transmigrasi pada Pelita III juga

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk peserta program transmigrasi

dan penduduk lokal. Penyebaran penduduk yang merata di seluruh daerah akan

mempercepat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah-daerah tersebut.

Selain itu, program transmigrasi akan membantu tersedianya tenaga kerja dan

lapangan kerja baru untuk mendukung proyek-proyek pembangunan.

Bagi pemerintahan Orde Baru, program transmigrasi yang dilaksanakan

dalam program Pelita I, II, dan III adalah bagian integral dari pemerintahan untuk

menyejahterakan peserta program transmigrasi. Agar tujuan pemerintah pusat

94 Majalah Monitor. “Transmigrasi Sebuah Obsesi?”. Pusat Pengembangan Etika Atma Jaya, Jakarta: 1980, hal. 7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

87

dapat terlaksana, ada beberapa kriteria bagi orang-orang Jawa, Madura, dan Bali

yang menjadi bakal calon peserta program transmigrasi, di antaranya: pertama,

orang-orang Jawa, Madura dan Bali harus memiliki keterampilan khusus di

bidang pertanian, perkebunan atau peternakan. Kedua, sebagai calon transmigran,

orang Jawa, Madura dan Bali harus berpendidikan minimal Sekolah Dasar.

Tujuannya agar peserta transmigrasi dapat mengembangkan sektor pertanian dan

perkebunan di daerah-daerah transmigrasi serta dapat menjalin hubungan baik

dengan penduduk lokal.

Tampak bahwa, pemerintah Orde Baru telah melegitimasi kekuasaannya

untuk melaksanakan program transmigrasi dengan menggunakan argumentasi

bahwa daerah-daerah transmigrasi memang masih dianggap sebagai daerah

“tertinggal” sehingga memang sangat membutuhkan pemerataan pembangunan

dari pemerintah Orde Baru yang ada di Jakarta. Dalam hal ini, tampak pula bahwa

pemerintah Orde Baru memandang orang-orang Jawa lebih modern daripada

penduduk lokal yang ada di daerah-daerah transmigrasi, sehingga orang-orang

Jawa tersebut di kirim ke daerah-daerah transmigrasi sebagai tenaga kerja yang

dianggap profesional untuk membangun daerah-daerah transmigrasi.

B. Transmigrasi dalam Sejarah Kalimantan Barat

Pelaksanaan program transmigrasi di Kalimantan Barat pertama kali

berlangsung pada masa pemerintahan presiden Soekarno, tepatnya pada tahun

1955, dengan mendatangkan 224 kepala keluarga (kk) atau sebanyak 1.114 jiwa

warga transmigrasi dari Pulau Jawa ke wilayah Sungai Durian, Kecamatan Sungai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

88

Raya, Kabupaten Pontianak (sekarang Kabupaten Kubu Raya).95

Tujuan utama

dari pemerintahan Soekarno melaksanakan program transmigrasi di Pulau

Kalimantan adalah untuk memindahkan penduduk dan sebagai sarana penyebaran

penduduk di setiap daerah yang ada di Kalimantan dengan tujuan penyebaran

penduduk tersebut bisa merata. Selain itu, program transmigrasi pada tahun 1955

juga bertujuan untuk membantu pemerintah Soekarno menciptakan lapangan kerja

baru bagi penduduk yang mengikuti program transmigrasi di Pulau Kalimantan.

Pada masa pemerintahan Orde Baru, program transmigrasi di wilayah

Kalimantan, secara khusus Kalimantan Barat terus berlanjut. Pada masa Orde

Baru, program transmigrasi berlangsung di beberapa daerah seperti: Pontianak,

Kubu Raya, Sambas, Singkawang, Bengkayang, Sanggau, Sekadau, Sintang,

Melawi, Ketapang, dan Kapuas Hulu.96

Menurut pemerintahan daerah di Dinas

Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat, tujuan

dilaksanakannya program transmigrasi adalah mempercepat pembangunan

infrastruktur dan ekonomi di wilayah Kalimantan Barat. Sebagaimana

disampaikan oleh Muhamad Nazarudin dalam sesi wawancara:

Program transmigrasi yang berlangsung pada masa pemerintahan Orde

Baru, dilaksanakan hampir diseluruh wilayah Provinsi Kalimantan

Barat. Tujuan utama dari pelaksanaan program transmigrasi ini adalah

untuk mempercepat pembangunan daerah-daerah transmigrasi, yang

ada di wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Selain itu, pelaksanaan

program transmigrasi juga bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan

ekonomi daerah penyelenggara, karena program transmigrasi juga

akan menciptakan banyak lapangan kerja baru.97

95 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Target dan Realisasi Program Pembangunan RTJK dan Penempatan Transmigrasi (TPS & TPA). Tahun 2012 96 Ibid 97 Wawancara dengan bapak Nazarudin. Kepala Bagian Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat. Selasa, 12 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

89

Pernyataan di atas, menunjukkan bagaimana para pejabat pemerintahan

daerah Kalimantan Barat meyakini bahwa program transmigrasi yang

dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru memang memberikan kontribusi positif

bagi pembangunan ekonomi di wilayah Provinsi Kalimantan Barat. Dengan

demikian, tampak jelas bahwa kutipan pendapat pejabat daerah di atas

menunjukkan bahwa mereka meyakini kebijakan transmigrasi memang benar-

benar bertujuan untuk membangun dan memajukan daerah-daerah di Kalimantan

Barat yang oleh pemerintah Orde Baru masih dianggap “tertinggal”.

C. Transmigrasi dalam Sejarah Kabupaten Melawi

Program transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, pertama kali

berlangsung pada tahun 1996 dengan didatangkannya 175 kk atau 368 jiwa warga

transmigrasi dari Pulau Jawa ke desa Tiong Keranjik, Kecamatan Belimbing,

Nanga Pinoh.98

Menurut pemerintahan Orde Baru, seperti yang tertuang dalam

Surat Keputusan (SK) Menteri Transmigrasi Republik Indonesia, pemilihan desa

Tiong Keranjik sebagai lokasi transmigrasi merupakan wujud nyata dari usaha

pemerintahan Orde Baru untuk membangun daerah-daerah transmigrasi dan

penduduk lokal yang tinggal di sana menjadi maju dan bisa mandiri.99

Menurut Pemerintahan Daerah Kabupaten Melawi, tujuan dari

dilaksanakannya program transmigrasi di Melawi adalah untuk meningkatkan

tujuh hal. Pertama, meningkatkan efektifitas dan kemampuan kelembagaan

98 Wawancara dengan bapak Matius. Seketaris Desa SP Lima Tiong Keranjik. Melawi 17 Februari 2014 99 Penempatan status transmigrasi di Melawi telah sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Transmigrasi Republik Indonesia, Nomor: KEP. 49/MEN/1990, tentang Penetapan Status Transmigrasi dan Pengaturan Transmigrasi Pengganti.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

90

pemerintahan dalam menegakkan hubungan industrial yang manusiawi dan

harmonis. Kedua, meningkatkan kemitraan global dalam rangka memperluas

kesempatan kerja dan meningkatkan perlindungan kerja. Ketiga, meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan masyarakat miskin dalam mengembangkan

kemampuan kerja dalam berusaha.

Keempat, meningkatkan perlindungan terhadap buruh migran di dalam

negeri dan di luar negeri. Kelima, melindungi pekerja baik laki-laki maupun

perempuan serta menjamin keberlangsungan, keselamatan, dan keamanan kerja.

Keenam, mengembangkan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi. Ketujuh,

mengembangkan kelembagaan masyarakat miskin dalam meningkatkan posisi

tawar dan efisiensi usaha.100

Dalam pandangan pemerintah daerah, peningkatan ketujuh hal di atas harus

dilaksanakan jika ingin memajukan daerah-daerah transmigrasi yang ada di

Melawi. Argumen pemerintah Orde Baru mengenai pelaksanaan transmigrasi di

Melawi juga dibenarkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Melawi yang

mengatakan bahwa pelaksanaan transmigrasi di Melawi adalah untuk memajukan

daerah-daerah tujuan transmigrasi.

Pemerintah daerah juga meyakini bahwa program transmigrasi yang

berlangsung di Melawi sebagai solusi untuk memajukan daerah-daerah

transmigrasi yang ada di Kabupaten Melawi. Sebagaimana disampaikan kembali

oleh M. Nazarudin:

100 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Target dan Realisasi Program Pembangunan RTJK dan Penempatan Transmigrasi (TPS & TPA). Tahun 2012, hal. 6-7

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

91

Tujuan dari pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten Melawi

adalah untuk mencapai tiga hal. Pertama, meningkatkan kesejahteraan

penduduk yang mengikuti program ini. Kedua, memindahkan

penduduk dari Pulau Jawa ke lokasi transmigrasi dengan harapan

orang-orang Jawa tersebut dapat membangun daerah transmigrasi.

Ketiga, menjalankan proyek-proyek pembangunan seperti,

pembangunan insprastruktur jalan raya, sarana pendidikan, sarana

kesehatan, dan fasilitas pendukung lainnya. Pada akhirnya tujuan

utama yang ingin dicapai oleh pemerintah di Jakarta adalah

pemerataan pembangunan nasional daerah-daerah “tertinggal” seperti

Melawi.101

Kutipan peryataan di atas menunjukkan bagaimana logika pembangunan

sangat mendominasi cara berpikir pejabat pemerintahan daerah dalam menilai

program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi. Jika ideologi

pembangunan menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi dan insfrastruktur

adalah solusi untuk memajukan daerah-daerah “tertinggal,” maka untuk

memajukan daerah Melawi pemerintah Orde Baru harus melaksnakan program

transmigrasi di Melawi.

D. Orang Dayak dalam Wacana Transmigrasi

Kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, menunjukkan bahwa pemerintah Orde

Baru yang ada di Jakarta merasa diri lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-

orang Dayak yang ada di Melawi agar bisa menjadi masyarakat yang maju dan

berkembang dalam hal pembangunan. Dengan membawa konsep pembangunan

dalam melaksanakan program transmigrasi, tampak jelas bahwa pemerintah Orde

101 Wawancara dengan bapak Nazarudin. Kepala Bagian Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat. Selasa, 12 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

92

Baru ingin “memajukan” daerah-daerah transmigrasi di Melawi yang oleh

pemerintah Jakarta masih dianggap sebagai salah satu daerah “tertinggal.”

Dengan melaksanakan program transmigrasi di Melawi, maka pemerintah

Orde Baru telah melanjutkan kebijakan kolonial. Karena melanjutkan kebijakan

kolonial ini, maka pemerintah Orde Baru yang ada di Jakarta telah menjadi agen

kolonialisme baru yang menggantikan peran pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Namun demikian, sebagai penyelenggara program transmigrasi, pemerintahan di

Jakarta tidak merasa bahwa mereka sedang menjajah orang-orang Dayak,

melainkan mereka merasa bahwa kebijakan ini akan membantu orang-orang

Dayak untuk membangun daerah-daerah transmigrasi yang ada di Melawi.

Sebagai penyelenggara program transmigrasi di Melawi, pemerintah Orde

Baru yang ada di Jakarta memang merasa bahwa kebijakan transmigrasi ini

sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang dialami oleh

orang-orang Dayak yang ada di Melawi. Dengan demikian, tampak bahwa

pemerintah Orde Baru memang berpandangan bahwa program transmigrasilah

yang dapat membantu orang-orang Dayak agar terlepas dari permasalahan

kemiskinan. Dengan kata lain, pemerintah Orde Baru juga ingin mengatakan

bahwa tanpa program transmigrasi maka orang-orang Dayak yang ada di Melawi,

tidak akan pernah bisa hidup sejahtera.

Tampak pula bahwa program transmigrasi yang dilaksanakan oleh

pemerintah Orde Baru di Kabupaten Melawi merupakan kelanjutan dari praktek-

praktek kolonialisme yang pada masa kolonial dilakukan oleh pemerintah Hindia

Belanda terhadap penduduk Indonesia. Dengan demikian, program transmigrasi di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

93

Melawi, menunjukkan bahwa praktek-praktek kolonialisme tidak hanya bisa

dilakukan oleh orang-orang Barat pada umumnya, melainkan juga dapat

dilakukan oleh orang-orang Timur sendiri dengan menjadikan sesama orang

Timur sebagai korbannya.

Tampak pula bahwa pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan program

transmigrasi di Melawi sama sekali tidak merasa bahwa kebijakan transmigrasi

akan merugikan orang-orang Dayak yang ada di Melawi. Pemerintah Orde Baru

yang ada di Jakarta justru merasa bahwa mereka sedang berjuang untuk

membantu orang-orang Dayak untuk membangun daerah-daerah transmigrasi di

Melawi yang oleh pemerintah Jakarta masih dianggap sebagai salah satu daerah

“tertinggal.”

Salah satu cara yang digunakan oleh pemerintahan Orde Baru untuk

membangun daerah-daerah “tertinggal” di Melawi adalah dengan cara

melaksanakan program transmigrasi. Menurut pendapat pejabat pemerintahan

yang ada di Kabupaten Melawi, program transmigrasi yang sudah berlangsung

sejak tahun 1990-an telah banyak memberikan kebaikan bagi orang-orang Dayak

yang ada di Melawi. Program transmigrasi juga dianggap telah berhasil merubah

pola pikir masyarakat Dayak di Melawi menjadi “lebih baik” dari sebelum adanya

program transmigrasi. Sebagaimana yang disampaikan oleh Giovani Anton:

Dulu sebelum program transmigrasi masuk ke Kabupaten Melawi,

sebagaian besar orang-orang Dayak itu masih banyak yang tinggal di

daerah-daerah pegunungan dan banyak juga yang tinggal di hutan. Hal

itu mereka lakukan karena mereka memang menggantungkan

kehidupan mereka dari hasil hutan dan hasil 102

pertanian tradisional.103

102 Yang dimaksudkan dengan pertanian tradisional di sini adalah sistem pertanian orang-orang Dayak yang biasa dikenal dengan istilah ladang berpindah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

94

Kutipan pernyataan di atas, menunjukkan bahwa logika berpikir pejabat

daerah di Melawi dalam memandang program transmigrasi memang dipengaruhi

oleh faktor kemajuan daerah-daerah transmigrasi yang dengan cepat berkembang

karena adanya pemerataan pembangunan. Tampak bahwa, kutipan pejabat

pemerintahan di atas ingin menunjukkan bahwa tanpa adanya program

transmigrasi di Melawi, maka akan sangat sulit untuk memajukan daerah-daerah

“tertinggal” yang ada di Melawi.

Kebijakan transmigrasi yang berlangsung di Melawi menunjukkan

bagaimana orang-orang Dayak diwacanakan oleh pemerintah Orde Baru yang

diwakili oleh para pejabat daerah maupun orang-orang Jawa yang menjadi peserta

program transmigrasi di Melawi. Orang-orang Jawa yang menjadi calon peserta

program transmigrasi di Melawi – sebelum berangkat ke lokasi transmigrasi –

telah mendapatkan penjelasan dari pemerintah Orde Baru (Departemen

Transmigrasi), mengenai siapa itu orang-orang Dayak dan seperti apa karakter

yang mereka miliki. Sebagaimana disampaikan oleh bapak Mahrudin peserta

transmigrasi dari Jawa Barat:

Awalnya saya mengira bahwa orang-orang Dayak itu keras dan kejam

terhadap warga pendatang. Tadinya kami sempat berpikir kalau

kehadiran kami di lokasi transmigrasi, pasti tidak akan diterima oleh

orang-orang Dayak. Saya mengetahui kalau orang Dayak itu sudah

marah, mereka akan bertindak nekat. Sebagai contoh kasus kerusuhan

antara orang Dayak dan Madura sebenarnya membuat kami takut

untuk mengikuti program transmigrasi, namun karena ini jalan satu-

103 Wawancara dengan bapak Anton. Staf pemerintah daerah. Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 24 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

95

satunya agar kami dapat mengubah nasib, maka pada akhirnya kami

pun memutuskan untuk mengikuti program transmigrasi.104

Kutipan pernyataan di atas menunjukkan bagaimana wacana tentang orang

Dayak yang diterima oleh orang-orang Jawa sebelum berangkat ke lokasi

transmigrasi sangat mempengaruhi cara berpikir orang-orang Jawa dalam menilai

orang-orang Dayak. Karena wacana tersebut, tidaklah mengherankan jika orang-

orang Jawa pada awalnya menganggap orang-orang Dayak sebagai salah satu

penduduk yang dianggap “liar”, “primitif” dan belum beradab. Sebagaimana

disampaikan oleh calon peserta transmigrasi lainnya bernama Rohim asal kota

Malang, Jawa Timur:

Ketika akan berangkat ke lokasi transmigrasi di Melawi, saya dan istri

saya awalnya merasa was-was karena menurut cerita yang kami

dengar, orang-orang Dayak yang ada di Kalimantan itu adalah

pemakan daging manusia. Oleh karena itu, awalnya saya dan keluarga

saya merasa takut untuk diberangkatkan ke lokasi transmigrasi.

Perasaan takut saya dan keluarga dikarenakan oleh pemahaman kami

tentang orang-orang Dayak saat itu, sangat menakutkan. Tapi ketika

kami sudah berada di lokasi transmigrasi, perasaan takut tersebut

hilang, karena yang temui di lokasi transmigrasi, orang-orang

Dayaknya tidak seburuk yang kami bayangkan sebelumnya.105

Kutipan pernyataan di atas menunjukkan bahwa bagaimana wacana tentang

orang Dayak yang diperoleh orang-orang Jawa sebelum mereka berangkat ke

lokasi transmigrasi di Melawi benar-benar mempengaruhi cara berpikir orang-

orang Jawa dalam menilai orang-orang Dayak yang ada di Melawi. Namun

demikian, kutipan di atas juga menunjukkan bahwa wacana kolonial yang

104 Wawancara dengan Bapak Mahrudin. Warga transmigrasi asal Jawa Barat. Rabu 20 Februari 2013 105 Wawancara dengan bapak Rohim. Warga transmigrasi asal kota Malang, Jawa Timur. Kamis 21 Februari 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

96

berlanjut di Melawi tidak sepenuhnya berhasil. Hal ini ditunjukkan dengan cara

pandang orang-orang Jawa yang menilai buruk orang Dayak berubah manakala

mereka telah hidup berdampingan di lokasi transmigrasi.

Program transmigrasi pemerintah Orde Baru yang berlangsung di

Kabupaten Melawi hanyalah salah satu contoh yang bisa menunjukkan bahwa

praktek-praktek kolonial terus berlanjut pada masa pascakolonial. Pada masa

pasacakolonial, penyelenggaraan program transmigrasi di Melawi juga

menunjukkan bahwa berlanjutnya kolonialisme di Indonesia bukan lagi dilakukan

oleh orang-orang Barat pada umumnya, melainkan dilakukan oleh orang-orang

Timur sendiri terhadap sesama orang Timur.

Bertolak dari beberapa gagasan dan kutipan di atas, tampak jelas bahwa

pemerintah Orde Baru sedang melegitimasi wacana tentang suku Dayak yang

dalam pandangan pemerintah Orde Baru, masih dianggap sebagai salah satu suku

“primitif” yang ada di Indonesia. Tampak jelas pula bahwa pemerintah Orde Baru

memandang orang-orang Jawa sebagai representasi dari kemajuan atau yang

dianggap modern, sehingga orang-orang Dayak harus belajar dengan orang-orang

Jawa agar bisa menjadi masyarakat yang maju dalam hal pembangunan nasional.

E. Asal Mula Istilah Dayak

Nama Dayak sendiri pada dasarnya adalah pemberian pemerintah kolonial

Hindia Belanda. Nama Dayak diberikan pada penduduk lokal yang mendiami

Pulau Kalimantan. Tujuan pemerintah kolonial Hindia Belanda memberikan nama

Dayak adalah untuk mempermudah proses administrasi pendataan pemerintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

97

kolonial Hindia Belanda. Akan tetapi, istilah Dayak juga dipakai oleh para peneliti

kolonial yang menulis tentang Pulau Kalimantan.

Di Indonesia sendiri, penelitian mengenai suku Dayak yang merupakan

penduduk lokal Pulau Kalimantan bukanlah hal yang baru. Sejauh ini sudah

banyak para peneliti yang melakukan riset serta menulis hasil penelitian mereka

mengenai suku Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan. Penelitian mengenai

orang-orang Dayak di Pulau Kalimantan sudah pernah dilakukan oleh para

peneliti Barat pada masa kolonial. Namun demikian, penulis hanya akan

menggunakan beberapa literatur yang penulis anggap bisa membantu penelitian

tesis ini.

P. J. Veth (2012) misalnya menulis buku berjudul “Borneo‟s

Westerafdeeling: Geographisch, Statistisch, Historisch” 1854.106

Buku ini

merupakan hasil penelitian dari seorang antropolog Belanda di masa kolonial,

tepatnya pada tahun 1856. Hasil penelitian ini diterbitkan ulang dan diterjemahkan

ke dalam bahasa Indonesia oleh P. Yeri dan diterbitan kembali oleh Institut

Dayakologi, Pontianak pada tahun 2012. Tujuan dari penerbitan ulang buku ini

adalah untuk melihat bagaimana sejarah orang-orang Dayak menurut perspektif

orang-orang Belanda.

Di dalam buku Veth terdapat gagasan bahwa orang-orang Dayak adalah

penduduk asli yang mendiami Pulau Borneo (Kalimantan). Penelitian Veth

menunjukkan bahwa orang-orang Dayak yang ada di wilayah kepulauan Borneo

kehidupannya menyebar hingga ke wilayah pedalaman. Dengan kata lain, hasil

106 P. J. Veth. Borneo Bagian Barat: Geografis, Statistis, Historis. Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Jilid 1. Pontianak: Institut Dayakologi, 2012

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

98

penelitian Veth menunjukkan bahwa orang-orang Dayak menjalankan pola

kehidupan nomaden. Hal ini dilakukan karena sebagian besar dari orang-orang

Dayak memang memilih tinggal di daerah-daerah yang dekat dengan sumber

makanan.

Selanjutnya dalam buku Veth juga terdapat gagasan bahwa sebagian besar

dari orang-orang Dayak yang tinggal di Pulau Kalimantan lebih memilih untuk

bertempat tinggal di daerah pinggiran sungai. Hal ini disebabkan oleh selain

sungai dipakai sebagai jalur transportasi. Selain itu, tinggal di daerah pinggiran

sungai juga membuat orang-orang Dayak dapat dengan mudah memanfaatkan

sungai sebagai sumber mata pencarian bagi orang-orang Dayak yang bekerja

sebagai nelayan.

Dalam buku yang sama, Veth juga menguraikan tentang sifat dan karakter

orang-orang Dayak yang bermukim di Pulau Kalimantan. Dalam uraiannya, Veth

mengatakan bahwa orang-orang Dayak tidak memiliki kemampuan dalam hal

perdagangan. Oleh karena itu, sistem perdagangan yang ada di Pulau Kalimantan

selalu dikuasai oleh orang-orang Cina dan Melayu. Karena kalah bersaing dari

orang-orang Cina dan Melayu, orang-orang Dayak akhirnya memilih untuk

pindah ke daerah-daerah baru yang tidak ditempati oleh orang-orang Cina maupun

Melayu.

Hasil penelitian Veth juga memperlihatkan gagasannya bahwa orang-orang

Dayak yang dikenal sebagai penduduk lokal Pulau Kalimantan merupakan salah

satu suku “tertinggal” yang memiliki sifat “liar,” “primitif,” “tidak beradab,”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

99

“kasar,” dan percaya pada hal-hal yang bersifat “tahayul.”107

Orang-orang Dayak

dalam menjalani kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada alam. Mereka

sangat percaya pada hal yang bersifat mistis. Orang-orang Dayak juga tidak

memiliki tulisan maupun dokumentasi berupa catatan mengenai sejarah suku

Dayak yang ada di Pulau Kalimantan.

Pengalaman sejarah yang dimiliki oleh orang-orang Dayak hanya

disimpan dan diteruskan dalam bentuk cerita lisan dari mulut ke mulut. Oleh

karena itu, cerita-cerita tentang sejarah Dayak yang mereka peroleh berasal dari

cerita nenek moyang mereka tidak banyak menjelaskan tentang asal-usul

mengenai sejarah orang-orang Dayak yang mendiami Pulau Kalimantan dan

bagaimana mereka bisa tinggal di daerah tersebut.108

Veth juga mengatakan bahwa salah satu sifat buruk yang dimiliki oleh

orang-orang Dayak adalah melakukan kebiasaan mengayau yang oleh orang-

orang Dayak sudah dianggap sebagai tradisi yang sudah ada sejak zaman nenek

moyang mereka masih hidup.109

Dalam hal mengayau, Veth mencoba untuk

menunjukkan bahwa orang-orang Dayak memiliki sifat yang kasar dan bengis

karena setelah melakukan hal tersebut mereka juga memiliki kebiasaan yang aneh,

yaitu mengumpulkan kepala-kepala manusia yang menjadi korban dan

menyimpannya sebagai tanda kemenangan.110

Dalam pandangan Veth, kebiasaan

107 P. J. Veth. Borneo Bagian Barat, Geografis, Statistis, Historis. Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Pontianak: Institut Dayakologi, 2012, hal. 1x. 108 P. J. Veth. Borneo Bagian Barat, Geografis, Statistis, Historis. Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Pontianak: Institut Dayakologi, 2012, hal. 160 109 Mengayau adalah cara orang Dayak mengalahkan musuh dengan cara memenggal kepala korban. Kebiasaan ini seakan-akan oleh para peneliti Dayak merupakan tradisi Suku Dayak yang dianggap kejam dan membuktikan bahwa suku Dayak adalah suku primitif. 110 P. J. Veth. Borneo Bagian Barat, Geografis, Statistis, Historis. Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Pontianak: Institut Dayakologi, 2012, hal. 247

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

100

orang-orang Dayak melakukan kebiasaan mengayau ini menunjukkan bahwa

orang-orang Dayak memang masih “primitif” dan “belum beradab.”

Penelitian orang-orang Barat lainnya yang menulis tentang kehidupan

penduduk lokal yang tinggal di Pulau Kalimantan adalah J. J. K. Enthoven 1905,

yang menulis buku berjudul Bijdragen Tot De Geographie van Borneo‟s Wester-

Afdeeeling.111

Hasil penelitian Enthoven juga telah diterjemahkan ke dalam

bahasa Indonesia oleh P. Yeri dan di terbitkan ulang oleh Institut Dayakologi,

Pontianak pada tahun 2013. Tujuan dari penerbitan ulang buku juga tidak jauh

berbeda dengan buku P. J. Veth, yakni untuk melihat bagaimana sejarah dan

geografi Pulau Kalimantan Barat menurut perspektif peneliti Barat.

Hasil penelitian Enthoven menguraikan tentang sifat dan tingkah laku

orang-orang Dayak yang dianggap suka meminta-minta dan terkesan tidak tahu

malu. Enthoven dalam buku yang sama memberikan contoh bahwa manakala ada

orang-orang asing yang datang dan berinteraksi langsung dengan orang-orang

Dayak ini, maka orang asing tersebut harus menyerahkan apa yang mereka miliki

sebagai hadiah untuk orang-orang Dayak. Misalnya, Enthoven menjelaskan

bahwa ketika ada orang asing yang ingin bermalam di rumah orang-orang Dayak,

maka mereka harus siap untuk terus menerus diganggu oleh orang-orang Dayak

terutama para wanitanya yang tidak akan berhenti mengganggu sebelum mereka

diberikan hadiah oleh orang asing tersebut.

Hasil penelitian Enthoven mengenai kebiasaan hidup orang-orang Dayak

yang tinggal di wilayah kepulauan Kalimantan juga menunjukkan bahwa orang-

111 J. J. K. Enthoven, 1905. (Bijdragen Tot De Geographie Van Borneo’s Wester-Afdeeling). Dialihbahasakan oleh: P. Yeri, OFM. Cap. Sejarah dan Geografi Daerah Sungai Kapuas Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi, 2013

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

101

orang Dayak memiliki pola hidup yang masih jauh dari kesan modern sehingga

sangatlah wajar jika orang-orang Dayak memang dianggap sebagai manusia

“primitif,” terbelakang dan belum beradab.

Dari hasil penelitian tentang orang-orang Dayak yang dilakukan oleh orang-

orang Barat di masa kolonial di atas menunjukkan bahwa orang-orang Dayak

yang merupakan penduduk asli Pulau Kalimantan memang dianggap sebagai salah

satu suku “tertinggal” yang memiliki karakter dan sifat buruk oleh para peneliti

Barat. Dalam pandangan para peneliti Barat, sebagaimana yang diuraikan oleh

Veth dan Enthoven di atas, keterbelakangan yang dialami oleh orang-orang Dayak

dapat dilihat dari sifat mereka yang kasar, liar dan percaya pada hal-hal yang

bersifat mistis (tahayul).

F. Penelitian tentang Suku Dayak di Masa Pascakolonial

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bagaimana orang-orang Dayak

yang di Pulau Kalimantan telah dijadikan objek penelitian oleh orang-orang Barat

yang melakukan penelitian tentang penduduk lokal yang mendiami Pulau

Kalimantan. Hasil penelitian orang-orang Barat di masa kolonial menunjukkan

bagaimana para peneliti Barat menilai “buruk” orang-orang Dayak yang ada di

Pulau Kalimantan. Namun demikian, menariknya cara pandang orang-orang Barat

terhadap orang-orang Dayak di masa kolonial ternyata masih berlaku di Indonesia

pada masa pascakolonial.

Hingga saat ini sudah banyak para peneliti lokal yang menulis tentang

sejarah Dayak di Pulau Kalimantan, mulai dari tradisi Dayak, ritual adat hingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

102

konflik antar suku yang melibatkan suku Dayak dengan suku pendatang. Namun,

para peneliti lokal yang menulis tentang sejarah Dayak cenderung mengamini

hasil penelitian orang-orang Barat dalam memberikan definisi mengenai orang-

orang Dayak yang tinggal di wilayah kepulauan Kalimantan Barat.

Hasil penelitian Sujarni Aloy dkk (2008), misalnya yang menulis Mozaik

Dayak - Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Aloy

dkk, dalam buku yang sama menguraikan bahwa pada masa pemerintahan

kolonial Hindia Belanda, sudah banyak peneliti Barat yang terdiri dari bidang

studi antropologi, linguistik, arkeologi, maupun sosiologi, tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap orang-orang Dayak yang mendiami Pulau

Kalimantan (Borneo).112

Hasil penelitian Aloy dkk juga memperlihatkan bahwa sejak masa kolonial

Hindia Belanda, Pulau Kalimantan sudah dianggap oleh peneliti Barat sebagai

sebuah pulau yang unik, nan eksotik, karena memiliki hutan belantara yang lebat,

memiliki kekayaan dan keindahan alam, serta keunikan yang dimiliki oleh

penduduk lokal (orang-orang Dayak) yang mendiaminya. Menurut Aloy dkk,

penelitian tentang penduduk lokal di Pulau Kalimantan sudah berlangsung sejak

tahun 1800-an, di mana pada waktu itu banyak peneliti Barat yang melakukan

riset tentang orang-orang Dayak, siapa mereka, dari mana asal usulnya, dan

seperti apa bahasa yang digunakan oleh orang-orang Dayak tersebut.

Menariknya, Aloy dalam buku yang sama juga cenderung meyakini

pendapat para peneliti asing yang mengatakan bahwa istilah Dayak digunakan

112 Sujarni Alloy, Albertus, & Istiyani, Chatarina Pancer. Mozaik Dayak - Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi. 2008, Hal. 11.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

103

untuk memberi nama pada penduduk asli yang mendiami pulau Kalimantan.

Menurut Aloy, pada awalnya orang-orang Dayak menolak untuk menggunakan

nama ini sebagai identitas mereka. Penolakan ini disebabkan oleh makna Dayak

sendiri yang mulanya berkonotasi buruk karena mengarah pada hal-hal negatif

seperti: perilaku jorok, kotor, terbelakang (primitif), dan tidak berperadaban. Pada

masa kolonial, orang-orang Barat menurut Aloy mendefinisikan orang-orang

Dayak sebagai “manusia pedalaman”, non Muslim, primitif, tidak berperadaban,

dan dengan berbagai citra negatif lainnya.113

Dalam pandangan Aloy dkk, penggunaan nama Dayak ini tidak muncul

begitu saja. Sebelum istilah ini menjadi populer di kalangan umum dan menjadi

nama identitas penduduk Kalimantan, banyak istilah yang sering digunakan untuk

menyebut penduduk Pulau Borneo ini di antaranya: Daya, Daya, Dyak, Dadjak,

Dayaker, hingga Dayak. Baru pada tahun 1992, atas persetujuan Institute of

Dayakology Research and Development yang saat ini bernama Institut

Dayakologi, istilah Dayak secara resmi digunakan sebagai identitas penduduk

yang mendiami Pulau Kalimantan.114

Menurut Aloy dkk, sebelum istilah Dayak menjadi populer di kalangan para

peneliti dan kalangan umum, orang-orang asing, secara khusus bangsa Eropa yang

pernah berkunjung ke Pulau Kalimantan, menyebut orang-orang Dayak dengan

istilah Borneers dan Beyajos.115

Dengan demikian, Aloy dkk berpendapat bahwa

113 Ibid, hal. 11 114 Alloy, Sujarni, Albertus, & Istiyani, Chatarina Pancer. Mozaik Dayak - Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak: Institut Dayakologi. 2008, Hal. 9. 115 Ibid, hal. 11

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

104

istilah Dayak sendiri merupakan hasil dari rekonstruksi para peneliti Barat untuk

memberi nama pada penduduk asli yang mendiami Pulau Kalimantan.

Peneliti lokal lainnya yang menulis tentang sejarah Dayak adalah Nico

Andalas dan Stefanus Djuweng (1996), yang menulis buku berjudul Manusia

Dayak: Orang Kecil yang Terperangkap Modernisasi.116

Menurut Andalas dan

Djuweng, Dayak adalah nama kolektif yang kemudian membentuk sebuah label

etnik untuk menyebut kira-kira 450 suku asli non-Muslim yang mendiami Pulau

Kalimantan (Borneo).117

Menurut Andalas dan Djuweng, pembagian suku ini

dilakukan oleh para peneliti Barat di masa kolonial atas dasar kesamaan bahasa,

hukum adat dan ritus kematian. Dengan demikian, pemberian nama Dayak pada

penduduk Pulau Kalimantan adalah semata-mata untuk mempermudah proses

administrasi pendataan.

Peneliti lainnya yang menulis tentang orang-orang Dayak di Pulau

Kalimantan adalah J .U. Lontaan (1975), yang menulis buku berjudul Sejarah

Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat.118

Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Lontaan menguraikan bahwa sifat dan karakter orang-orang Dayak

yang meskipun terdiri dari ratusan suku, tetapi orang-orang Dayak pada umumnya

memiliki karakter dan sifat yang hampir sama, seperti percaya pada hal-hal yang

116 Nico Andalas dan Stefanus Djuweng. Manusia Dayak, Orang Kecil Yang Terperangkap Modernisasi. Pontianak: Institut Dayakologi, 2006. 117 Ibid, hal. 4 118 J.U. Lontaan. Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat. Pontianak: Pemda Tingkat I Kal-Bar, 1975.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

105

bersifat mistis, tahayul, percaya pada mimpi, mempercayai suara burung tertentu,

menghormati leluhur yang telah meninggal dan macam-macam kuasa gaib.119

Untuk menjelaskan mengenai karakter dan sifat orang-orang Dayak,

Lontaan dalam buku yang sama lalu mempelajari pernyataan F. Ukur dalam buku

berjudul Tantang Jawab Suku Dayak, yang mengatakan bahwa orang-orang

Dayak memang cenderung mempercayai hal-hal yang bersifat tahayul dalam

menjalani kehidupan sehari-hari. Lontaan lalu memberi contoh: dalam hal

menjalani kehidupan sehari-hari orang-orang Dayak selalu dihantui perasaan

sangsi, jika ingin keluar rumah biasanya mereka melihat ke langit atau

memandang tanah untuk mengetahui tanda-tanda yang diberikan oleh alam.

Menurut Lontaan, tanda-tanda yang orang-orang Dayak terima dari alam

akan menentukan langkah mereka untuk mengambil keputusan apakah akan pergi

ke ladang, berburu, ke hutan mencari kayu, atau tinggal di rumah saja. Tampak

jelas bahwa hasil penelitian yang dilakukan Lontaan menunjukkan bahwa orang-

orang Dayak sangat mempercayai hal-hal yang berkaitan dengan mistis dan

tahayul. Bahkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari orang-orang Dayak juga

sangat bergantung pada alam.

Peneliti lokal lainnya yang menulis tentang orang-orang Dayak di masa

pascakolonial adalah Nistain Odop dan Frans Lakon yang menulis buku berjudul

Dayak Menggugat: Sejarah Masa Lalu, Hak atas Sumber-sumber Penghidupan,

dan Diskriminasi Identitas.120

Hasil penelitian Odop dan Lakon menguraikan

119 J.U. Lontaan. Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat. Pontianak: Pemda Tingkat I Kal-Bar. 1975, hal. 38 120 Nistain Odop dan Frans Lakon. Dayak Menggugat: Sejarah Masa Lalu, Hak Atas Sumber-Sumber Penghidupan, dan Diskriminasi Identitas. Yogyakarta: Pintu Cerdas 2009

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

106

tentang beberapa hal. Pertama, membicarakan tentang sejarah orang Dayak yang

digambar dengan berbagai stereotip buruk seperti memiliki pola hidup yang

misterius, sakti, tradisional, nomaden, ketinggalan zaman, kanibal dan

sebagainya.121

Kedua, Odop dan Lakon juga menguraikan tentang penggunaan istilah

Dayak yang baru dikenal dunia setelah diperkenalkan oleh seorang sosiolog

Belanda bernama August Kanderland pada tahun 1803. Menurut Kanderland,

sebagaimana dikutip oleh Odop dan Lakon, menjelaskan bahwa penduduk yang

mendiami pedalaman Borneo mengaku diri mereka sebagai “orang Daya”,

komunitas penduduk yang tinggal di kawasan hulu sungai dan memeluk

kepercayaan non-Muslim.

Buku karya Odop dan Lakon ini mencoba untuk mengkritisi pandangan

umum tentang orang-orang Dayak yang selama masa pemerintahan Orde Baru

menganggap bahwa orang-orang Dayak sebagai salah satu suku “tertinggal” yang

masih dianggap suka mengayau, tidak bisa maju, kolot, nomaden, dan dengan

berbagai stereotip buruk lainnya. Buku ini juga tidak hanya berbicara mengenai

kebudayaan orang Dayak saja, melainkan juga bicara mengenai kehidupan politik,

sosial, lingkungan dan sistem religi yang dianut oleh orang-orang Dayak.

Selanjutnya, peneliti lain yang melakukan penelitian tentang sejarah Pulau

Kalimantan adalah Tjilik Riwut yang menulis buku berjudul Kalimantan

Membangun Alam dan Kebudayaan.122

Dalam bukunya yang terdiri dari tiga

puluh tiga bab, Riwut menjelaskan banyak hal mengenai sejarah perkembangan

121 Ibid, hal. 1 122 Tjilik Riwut. Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan. Yogyakarta: NR. Publishing. 1993

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

107

Pulau Kalimantan, mulai dari sejarah Kalimantan Barat, Tengah, Timur, maupun

Kalimantan Selatan. Riwut dalam buku yang sama juga menguraikan bahwa

sebutan kata Dayak adalah sebutan umum di Pulau Kalimantan.

Menurut Riwut, sebutan Dayak diberikan kepada penduduk lokal yang tidak

beragama Islam dan mereka bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman pulau

Kalimantan.123

Dalam pandangan Riwut, sebutan Dayak ini diberikan oleh orang-

orang Melayu untuk mengatakan bahwa Dayak penduduk lokal yang mereka

sebut juga dengan istilah orang gunung. Selain itu, menurut Riwut istilah Dayak

diberikan oleh orang-orang Inggris untuk penduduk lokal yang mendiami Pulau

Kalimantan.

Bertolak dari beberapa hasil penelitian di atas, tampak jelas bahwa

penelitian tentang suku Dayak yang dilakukan oleh peneliti Indonesia sekalipun

cenderung mengakui hasil penelitian orang-orang Eropa di masa kolonial.

Meskipun di satu sisi para peneliti Indonesia di masa pascaolonial mencoba untuk

lebih kritis terhadap hasil penelitiannya, namun di sisi lainnya para peneliti

Indonesia juga tidak bisa lepas dari sumber-sumber acuan para peneliti Barat di

masa kolonial.

G. Transmigrasi dan Pembangunan Nasional

Pada masa pemerintahan Orde Baru, program transmigrasi selalu dikaitkan

dengan usaha memajukan daerah-daerah transmigrasi dengan cara pemerataan

pembangunan nasional. Dalam hal ini, muncul anggapan bahwa pemerintah

123 Ibid, hal. 261

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

108

Indonesia, secara khusus Orde Baru di Jakarta, ingin memajukan daerah-daerah

transmigrasi dengan cara melaksanakan “pemerataan pembangunan.” Pemerataan

pembangunan di daerah-daerah transmigrasi berupa pembangunan di bidang

infrastruktur dan ekonomi. Pembangunan di bidang insfrastruktur berkaitan

dengan proyek-proyek pembangunan, seperti jalan raya, jembatan, sarana

pendidikan, sarana kesehatan, kantor-kantor pemerintahan, koperasi dan

sebagainya. Sedangkan pembangunan ekonomi selalu dikaitkan dengan

kesejahteraan penduduk yang mengikuti program transmigrasi.

Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya, program

transmigrasi di Indonesia merupakan salah satu kebijakan kolonial yang sudah

pernah dilaksanakan pada masa pemerintahan Hindia Belanda saat mereka

menjajah Indonesia (dulunya Nusantara). Tujuan awal pemerintah Belanda

melaksanakan program transmigrasi ini adalah untuk mengatasi masalah

kemiskinan dan memindahkan penduduk yang padat di Pulau Jawa menuju ke

luar Pulau Jawa. Menariknya, pada masa kemerdekaan Indonesia, kebijakan

transmigrasi ini diadopsi oleh pemerintah Indonesia dan dilaksanakan secara

besar-besaran pada masa pemerintahan Orde Baru. Pada masa Orde Baru

kebijakan transmigrasi tidak hanya bertujuan untuk mengurangi jumlah penduduk,

melainkan juga bertujuan untuk membangun daerah-daerah “tertinggal.”

Program transmigrasi di masa pemerintahan Orde Baru, dilaksanakan dalam

bentuk Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Menurut pemerintah Orde Baru, waktu

lima tahun menjadi tolak ukur pemerintah di Jakarta untuk menilai apakah

program transmigrasi mampu membangun daerah-daerah transmigrasi yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

109

tadinya “tertinggal” menjadi maju dalam hal pembangunan. Sebagaimana

disampaikan oleh M. Nazarudin:

Program transmigrasi yang berlangsung di Kalimantan Barat telah

memberikan kontribusi besar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat

Kalimantan Barat. Pada tahun 1955, program transmigrasi pertama

kali masuk ke wilayah Pontianak. Saat itu, Pontianak masih

merupakan kota Kabupaten yang masuk wilayah Provinsi Kalimantan

Tengah. Pada masa Orde Baru, program transmigrasi dilanjutkan dan

dilaksanakn secara besar-besaran dengan tujuan agar dapat

memajukan daerah-daerah yang ada di Kalimantan Barat.124

Menurut Nazarudin, program transmigrasi juga berkontribusi dalam

pembentukan Provinsi Kalimantan Barat. Oleh karena itu, M. Nazarudin kembali

berpendapat bahwa:

Untuk bisa menjadi sebuah Provinsi ada dua syarat utama yang harus

dipenuhi setiap daerah. Pertama, jumlah penduduk. Kedua,

pendapatan ekonomi daerah harus meningkat. Penyelenggaraan

program transmigrasi di Kalimantan Barat sejauh ini mampu

memenuhi dua hal tersebut. Dengan adanya program transmigrasi,

penyebaran penduduk menjadi lebih merata. Penciptaan lapangan

kerja baru menjadikan wilayah transmigrasi memperoleh pendapatan

daerah yang tinggi dari sebelum adanya program transmigrasi.125

Kutipan di atas menunjukkan bagaimana ideologi pembangunan sangat

mendominasi cara berpikir para pejabat pemerintahan dalam menilai program

transmigrasi yang berlangsung di Melawi. Jika kemajuan daerah itu dinilai dari

keberhasilan pembangunan, maka berdirinya Provinsi Kalimantan Barat dan

Berdirinya Kabupaten Melawi bisa menjadi tolak ukur dari keberhasilan proyek-

124 Wawancara dengan bapak Nazarudin. Kepala Bagian Dinas Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Selasa, 12 Februari 2014 125 Wawancara dengan bapak Nazarudin. Kepala Bagian Dinas Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Selasa, 12 Februari 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

110

proyek pembangunan dalam pelaksanaan program transmigrasi di Kalimantan

Barat.

Beberapa kutipan di atas seolah-olah ingin menegaskan bahwa

pembangunan nasional menjadi sangat penting jika ingin memajukan daerah-

daerah “tertinggal”. Pada dasarnya, tidak ada yang salah dengan pembangunan

nasional. Hanya saja pemerintah Orde Baru melegitimasi kekuasaannya untuk

dapat melaksanakan kebijakan transmigrasi dengan memakai argumen bahwa

daerah-daerah yang akan dijadikan sebagai tempat pelaksanaan program

transmigrasi adalah daerah “tertinggal” yang bisa maju dengan bantuan program

transmigrasi.

Tampak jelas bahwa argumentasi yang dipakai oleh pemerintah Orde Baru

didasari oleh standar yang mereka gunakan untuk menilai mana itu daerah yang

dianggap maju, dan mana daerah yang dianggap “tertinggal” (belum maju).

Padahal, pada akhirnya tujuan yang ingin dicapai oleh pemerintah Orde Baru

bukan hanya sekedar membantu orang-orang Dayak menjadi maju, melainkan

kebijakan transmigrasi digunakan untuk mengekploitasi kekayaan alam yang

dimiliki oleh daerah-daerah transmigrasi yang ada di Melawi.

H. Pelatihan untuk Calon Peserta Transmigrasi

Untuk dapat “memajukan” daerah-daerah transmigrasi di Melawi,

pemerintah Indonesia, secara khusus Orde Baru memberikan berbagai pelatihan

bagi calon peserta transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa. Tujuan dari

pemberian pelatihan ini adalah untuk memberikan keahlian pada warga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

111

transmigran yang akan berangkat ke lokasi transmigrasi. Berbagai pelatihan yang

diberikan pemerintah pada calon peserta transmigrasi berupa pelatihan di bidang

pertanian dan perkebunan. Berbagai pelatihan ini mampu menghasilkan tenaga

kerja yang handal serta profesional dalam mengolah tanah pertanian.

Sebagaimana disampaikan oleh bapak Rohim:

Sebelum kami berangkat ke lokasi transmigrasi, kami sudah diberi

tahu oleh pemerintah kota Malang bahwa, di lokasi transmigrasi kami

akan mendapat jatah tanah. Masing-masing setiap kepala keluarga

mendapatkan satu hektar tanah kosong dan satu kapling kebun sawit.

Saat itu, kami diberitahu bahwa penduduk lokal yang adalah orang-

orang Dayak, tidak akan mengolah tanah milik mereka menjadi lahan

pertanian. Hal ini disebabkan oleh sistem pertanian orang-orang

Dayak berbeda dengan sistem pertanian yang kami pelajari. Kami

sebagai calon peserta transmigrasi diharapkan dapat memajukan

daerah transmigrasi dengan cara mengembangkan sistem pertanian

modern yang kami terapkan di Pulau Jawa.126

Kutipan pernyataan di atas menunjukkan bahwa menurut pandangan para

warga transmigran orang-orang Dayak yang ada di Melawi tidak akan mampu

memajukan daerah-daerah transmigrasi. Oleh karena itu, pemerintah Jakarta

mengirim orang-orang Jawa sebagai tenaga kerja yang akan mengerjakan proyek-

proyek pembangunan dari pemerintah Orde Baru di Jakarta. Sebagaimana yang

disampaikan oleh Mahrudin:

Untuk bisa menjadi peserta transmigrasi di Melawi, kami harus

memenuhi syarat yang ditentukan oleh pemerintah. Syarat tersebut

seperti, menguasai bidang pertanian dan perkebunan modern. Untuk

saya sendiri, ketentuan tersebut tidaklah sulit, karena di daerah asal

saya memang bekerja sebagai petani. Namun dari pemerintah juga

menginginkan kami benar-benar menguasai bidang pertanian dan

perkebunan, sehingga pihak pemerintah ikut serta dalam memberikan

berbagai pelatihan di bidang pertanian pada kami sebelum berangkat

ke lokasi transmigrasi. Bahkan saat kami berada di lokasi

126 Wawancara dengan bapak Rohim. Peserta transmigrasi dari kota Malang Jawa Timur. Melawi 18 Februari 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

112

transmigrasi, pemerintah juga aktif memberikan penyuluhan seputar

pertanian pada kami, dengan harapan kami mampu meningkatkan

produksi pertanian di daerah transmigrasi.127

Kutipan pernyataan di atas juga menunjukkan bahwa wacana tentang orang

Dayak yang diterima oleh warga transmigrasi telah mempengaruhi cara berpikir

orang-orang Jawa dalam menilai orang-orang Dayak yang ada di wilayah

transmigrasi Melawi. Dengan demikian, tampak bahwa Pemerintahan Orde Baru

menginginkan para peserta transmigrasi yang diberi pelatihan khusus tentang

pertanian dan perkebunan mampu menjadi tenaga kerja profesional yang akan

membangun daerah-daerah tujuan transmigrasi di Melawi. Dalam pandangan

pemerintah di Jakarta, pembangunan nasional akan tercapai apabila didukung oleh

tenaga kerja yang handal dan professional di bidang pertanian dan perkebunan.

Bagi pemerintah Orde Baru, pemilihan orang-orang Jawa sebagai tenaga

kerja yang akan membangun daerah-daerah transmigrasi di Melawi adalah pilihan

yang tepat. Alasannya karena orang-orang Jawa telah menguasai sistem pertanian

modern jauh sebelum mereka dikirim ke lokasi transmigrasi. Oleh karena itu,

pemerintahan Orde Baru tidak akan mengalami kesulitan ketika harus

memberikan pelatihan khusus pada orang-orang Jawa yang di daerah asalnya

memang sudah menguasai teknologi pertanian modern.

Sementara itu, berbeda dengan orang-orang Jawa yang telah mengerti sistem

pertanian modern, orang-orang Dayak di Melawi tidak menguasai teknologi

pertanian modern. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah di Jakarta lebih

127 Wawancara dengan bapak Mahrudin. Peserta transmigrasi asal Jawa Barat. Melawi 23 Februari 2014

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

113

memilih orang-orang Jawa sebagai tenaga kerja pembangunan di daerah-daerah

transmigrasi. Sebagaimana disampaikan kembali oleh Anton:

Tujuan dari pemerintah Orde Baru lebih banyak mengirim orang-

orang Jawa ke lokasi transmigrasi di Melawi adalah untuk

mengembangkan produksi pertanian dan perkebunan kelapa sawit di

daerah-daerah transmigrasi. Orang-orang Jawa itu, dalam bekerja

sangat terampil. Misalnya saya kasih contoh: untuk memanen sawit

dibutuhkan alat seperti: arit, dan dodos. Sejauh ini, yang mengerti cara

menggunakan alat ini dengan baik ya orang-orang Jawa. orang-orang

Dayak tidak terbiasa menggunakan alat semacam ini. Itulah sebabnya,

lebih mudah bagi pemerintah mengajari orang-orang Jawa daripada

orang-orang Dayak.128

Kutipan di atas menunjukkan bahwa menurut pandangan para pejabat

pemerintahan di Kabupaten Melawi, orang-orang Jawa dianggap lebih baik dari

orang-orang Dayak dalam hal melakukan pekerjaan. Pemilihan orang-orang Jawa

sebagai tenaga kerja pembangunan di daerah-daerah transmigrasi juga

menunjukkan bahwa pemerintah di Jakarta menganggap hanya orang-orang Jawa

yang akan mampu membantu orang-orang Dayak membangun daerah-daerah

transmigrasi di Melawi.

I. Pembangunan dan “Solusi” Memajukan Daerah-daerah Transmigrasi

Menurut pemerintah Kabupaten Melawi, program transmigrasi yang

berlangsung di Kabupaten Melawi sejak tahun 1990an memang telah banyak

memberikan kontribusi positif bagi pembangunan daerah-daerah tujuan

transmigrasi yang ada di Melawi. Menurut pandangan para pejabat pemerintahan

yang ada di Melawi, program transmigrasi telah ikut membantu memajukan

128 Wawancara dengan bapak Anton. Staf pemerintahan daerah Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 24 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

114

daerah-daerah yang dulunya “tertinggal” menjadi maju. Dengan adanya

transmigrasi, daerah yang pada tahun 1990 masih hutan belantara kini, tepatnya

tahun 2005, telah berubah menjadi salah satu kota kecamatan yang cukup maju

dalam hal pembangunan nasional. Sebagaimana yang disampaikan oleh Matius:

Menurut saya, kalau tidak ada program transmigrasi di daerah ini,

pasti tidak mungkin daerah ini bisa berkembang seperti sekarang ini.

Tanpa program transmigrasi, mungkin tidak ada kota kecamatan

seperti yang kita lihat sekarang. Dulu sebelum ada program

transmigrasi, jumlah penduduk di desa Tiong Keranjik tidak sampai

200 jiwa. Tapi sekarang jumlah penduduk di daerah transmigrasi ini

lebih dari tiga ribu jiwa.129

Kutipan di atas juga menunjukkan bahwa menurut pandangan pejabat

pemerintahan daerah di Kabupaten Melawi, pembangunan adalah kunci untuk

memajukan daerah-daerah “tertinggal”. Pernyataan Matius yang mengatakan

bahwa program transmigrasi telah memajukan daerah-daerah “tertinggal”

memang tidak bisa disalahkan sebab Matius menilai program transmigrasi di

Melawi menggunakan konsep pembangunan yang menurut Matius telah berhasil

memajukan daerah-daerah transmigrasi yang tadinya “tertinggal” menjadi lebih

modern. Oleh karena itu, Matius kembali berpendapat bahwa:

Dulu sebelum program transmigrasi masuk ke daerah kami, desa kami

ini hanya dihuni oleh orang-orang Dayak yang jumlahnya tidak

sebanyak saat ini. Waktu itu daerah ini sebagian besar masih hutan

lebat. Perjalanan dari kota Nanga Pinoh menuju desa kami Tiong

Keranjik saat itu membutuhkan waktu sepuluh jam dengan

menggunakan jalur sungai. Saat itu jalur darat belum ada. Ketika

program transmigrasi masuk, jalan dibangun, fasilitas pendukung

seperti PLN (Perusahaan Listrik Negara), disediakan oleh pemerintah.

Sekarang waktu yang ditempuh kalau kita mau ke kota Nanga Pinoh

129 Wawancara dengan bapak Matius. Seketaris Desa SP Lima Tiong Keranjik, Kabupaten Melawi. 17 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

115

hanya satu jam saja, bandingkan dengan dulu butuh waktu satu hari

perjalanan melalui jalur sungai.130

Tampak bahwa kutipan pernyataan di atas juga menunjukkan bahwa

ideologi pembangunan sangat mempengaruhi cara berpikir para pejabat daerah

dalam memandang program transmigrasi di Melawi. Tampak pula bahwa para

pejabat daerah yang ada di Melawi merasa bahwa program transmigrasi yang

dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru telah membawa kebaikan bagi orang-

orang Dayak yang tinggal di daerah-daerah transmigrasi yang ada di Melawi.

Dengan adanya program transmigrasi, pemerintah Orde Baru telah berhasil

membantu orang-orang Dayak untuk membangun daerah-daerah “tertinggal” yang

ada di Melawi, sebagaimana disampaikan kembali oleh Anton:

Dengan dilaksanakannya program transmigrasi di Melawi, maka

pemerintah di Jakarta memang telah membuktikan bahwa mereka

benar-benar ingin membangun daerah Melawi menjadi lebih baik lagi.

Saya ambil contoh: misalnya sebelum ada program transmigrasi di

Melawi, sekitar tahun 1980an, untuk menuju ke satu desa yang ada di

pedalaman Melawi satu-satunya jalur transportasi yang bisa digunakan

hanyalah jalur sungai. Belum banyak jalan darat yang bisa

menghubungkan satu desa dengan desa lainnya. Sedangkan sekarang,

setelah adanya program transmigrasi banyak jalan dibangun, sehingga

lebih mudah mencapai tujuan dari pada menggunakan jalur sungai.

Oleh sebab itu, pada saat ini transportasi air sudah tidak terlalu

diminati lagi, karena sudah digantikan oleh moda transportasi darat.131

Tampak jelas bahwa menurut pandangan pejabat pemerintahan di Melawi,

program transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru telah berhasil

membangun daerah-daerah transmigrasi yang tadinnya dianggap “tertinggal”

130 Wawancara dengan bapak Matius. Seketaris Desa Tiong Keranjik. Tiong Keranjik, Melawi 17 Februari 2014 131 Wawancara dengan bapak Anton. Staf pemerintahan daerah Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 24 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

116

menjadi maju dalam hal pembangunan nasional. Kutipan beberapa pernyataan di

atas juga menunjukkan bahwa para pejabat pemerintahan daerah di Melawi

menganggap bahwa kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah

Orde Baru merupakan solusi untuk memajukan daerah-daerah transmigrasi yang

ada di Melawi.

Bertolak dari beberapa uraian di atas, tampak jelas bahwa pemerintah Orde

Baru merasa bahwa kebijakan transmigrasi benar-benar dimaksudkan untuk

membantu orang-orang Dayak membangun Melawi menjadi kota yang modern.

Namun demikian, beberapa kutipan di atas juga menunjukkan bahwa para pejabat

daerah dalam menilai program transmigrasi melupakan satu hal bahwa

pemerataan pembangunan di daerah-daerah “tertinggal” memang sudah menjadi

kewajiban pemerintahan di Jakarta terlepas dari sedikit atau banyaknya jumlah

penduduk di daerah tersebut.

J. Transmigrasi untuk “Mensejahterakan”

Menurut Pemerintahan Daerah Kabupaten Melawi, program transmigrasi

yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru memiliki tujuan mulia. Selain

sebagai sarana untuk membangun daerah transmigrasi, program transmigrasi juga

bertujuan untuk mensejahterakan penduduk yang mengikuti program ini.

Meskipun demikian, pemerintah daerah juga tidak memungkiri bahwa program

transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi memang lebih banyak

mensejahterakan orang-orang pendatang daripada penduduk lokal (orang-orang

Dayak). Sebagaimana yang kembali disampaikan oleh Anton:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

117

Sekarang begini, boleh dicek langsung ke lokasi transmigrasi,

misalnya kita ambil contoh transmigrasi di SP Lima Tiong Keranjik.

Transmigrasi di sini memang lebih banyak mensejahterakan penduduk

pendatang daripada penduduk lokal. Penduduk pendatang lebih

sejahtera karena mereka benar-benar serius dalam bekerja. Sebagai

contoh setiap penduduk transmigrasi mendapatkan satu kapling

perkebunan kelapa sawit dari pemerintah. Kebun sawit tersebut harus

dirawat dengan baik agar menghasilkan panen yang melimpah. Nah

sebagian besar orang-orang Dayak yang mendapat jatah perkebunan

sawit ini, lebih memilih untuk menjual kebunnya kepada para

pendatang dengan harga yang murah. Ketika para pendatang sudah

menikmati hasil dari panen perkebunan sawit, orang-orang Dayak

hanya bisa gigit jari, karena sudah tidak memiliki perkebunan sawit

lagi.132

Kutipan pernyataan di atas menunjukkan bahwa menurut pendapat pejabat

daerah di Kabupaten Melawi, keberhasilan orang-orang pendatang dalam

mengikuti program transmigrasi lebih dikarenakan oleh sifat mereka yang rajin

dan ulet dalam bekerja. Selain itu, kutipan di atas juga menunjukkan bahwa

menurut pandangan pejabat daerah Melawi, orang-orang pendatang pola pikirnya

jauh lebih baik dari orang-orang Dayak. Sebagaimana yang disampaikan kembali

oleh M. Nazarudin:

Kebanyakan dari penduduk pendatang itu sukses karena mereka

bekerja keras demi merubah nasib mereka. Di daerah asal kehidupan

mereka sangat sulit, sehingga saat mereka punya kesempatan untuk

merubah nasib, mereka gunakan kesempatan tersebut dengan sebaik-

baiknya. Saya tidak memungkiri bahwa hampir di setiap daerah

transmigrasi kami menjumpai bahwa sebagian besar penduduk

pendatang kehidupannya lebih sejahtera dari pada orang-orang

Dayak.133

Kutipan peryataan di atas juga menunjukkan bahwa dalam pandangan

pejabat daerah di Melawi, ada perbedaan pola pikir anatara orang-orang Dayak

132 Wawancara dengan bapak Anton. Staf pemerintahan daerah Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 24 Februari 2014. 133 Wawancara dengan bapak Nazarudin. Kepala Bagian Dinas Tranmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Pontianak, Selasa 12 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

118

dengan orang-orang Jawa. Orang-orang Jawa dalam mengikuti program

transmigrasi memiliki pola pikir lebih baik. Mereka orang-orang Jawa mengikuti

program transmigrasi karena memang ingin mengubah nasib menjadi lebih baik,

sedangkan orang-orang Dayak, menurut pemerintah daerah di Melawi, tidak

memiliki motivasi untuk merubah nasib seperti orang-orang Jawa. Sebagaimana

yang kembali disampaikan oleh M. Nazarudin:

Orang-orang Dayak yang sering saya jumpai biasanya malas untuk

bertani. Hal ini dikarenakan mereka orang Dayak sudah terbiasa hidup

dengan memiliki banyak tanah. Karena banyak tanah, mereka

terkadang malas untuk bertani, tanah yang ada dipekarangan rumah

mereka biasanya hanya dibiarkan begitu saja. Hal ini berbeda dengan

orang-orang Jawa yang menjadi warga transmigrasi, yang di daerah

asal mereka kehidupannya sulit karena tidak memiliki tanah untuk

digarap. Ketika mereka diberi tanah oleh pemerintahan, mereka

menggunakan lahan tersebut untuk ditanami sayur-sayuran.134

Kutipan di atas juga menunjukkan bahwa menurut pendapat pejabat

pemerintahan daerah Kabupaten Melawi, orang-orang Jawa benar-benar memiliki

motivasi untuk mengubah nasib mereka yang tadinya sangat miskin menjadi

makmur di daerah baru. Selain itu, kutipan di atas juga menunjukkan bahwa

keahlian khusus yang dimiliki orang-orang Jawa mempengaruhi cara mereka

bekerja, sehingga meskipun lahan pertanian yang mereka olah itu terbatas jika

dibandingkan dengan lahan orang-orang Dayak, namun orang-orang Jawa mampu

menghasilkan panen yang melimpah. Oleh sebab itu, M. Nazarudin kembali

berpendapat bahwa:

Dari pengamatan saya dan petugas dilapangan, kami sering melihat

orang-orang Dayak dalam mengerjakan pekerjaan, sering tidak fokus

134 Wawancara dengan bapak Nazarudin, Kepala Bagian Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Provinsi Kalimantan Barat. Selasa, 12 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

119

pada satu pekerjaan. Tidak fokus yang saya maksudkan adalah:

sebagaian besar dari orang-orang Dayak ingin mengerjakan banyak

pekerjaan sekaligus. Berbeda dengan orang-orang Jawa yang kalau

bekerja di bidang pertanian selalu fokus pada pertaniannya, orang

orang Dayak dalam bekerja hanya setengah-setengah saja, sehingga

hasilnyapun tidak maksimal. Itulah sebabnya, orang-orang Dayak

secara ekonomi kalah bersaing dengan orang-orang pendatang.135

Bertolak dari beberapa kutipan di atas, tampak jelas bahwa para pejabat

daerah menganggap orang-orang Dayak tidak akan mampu bersaing dengan

orang-orang Jawa karena pola pikir masyarakat Dayak belum semaju pola pikir

orang-orang Jawa. Dalam hal ini, tampak sekali bahwa cara berpikir para pejabat

daerah memang dipengaruhi oleh ideologi pembangunan yang memberikan

standar tentang kemajuan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, para pejabat

daerah meyakini bahwa orang-orang Dayak memang masih “tertinggal” jika

dibandingkan dengan orang-orang Jawa yang mereka anggap sudah modern.

K. “Maju”-nya Sistem Pertanian Pulau Jawa

Dalam rangka membantu percepatan pembangunan nasional di daerah-

daerah transmigrasi yang ada di Melawi, pemerintah di Jakarta memberikan

berbagai pelatihan di bidang pertanian dan perkebunan kepada setiap calon

peserta transmigrasi dari Pulau Jawa. Tujuan utama dari pemberian pelatihan ini

adalah memberikan keahlian khusus pada calon peserta transmigrasi. Keahlian

khusus yang dimiliki para calon peserta transmigrasi akan membuat mereka lebih

siap dalam bekerja ketika berada di lokasi transmigrasi.

135 Ibid, Selasa, 12 Februari 2013.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

120

Menurut pemerintah daerah, pelaksanaan program transmigrasi Orde Baru

yang berlangsung di Melawi selalu dikaitan dengan empat hal. Pertama,

penyebaran penduduk. Kedua, penciptaan lapangan kerja. Ketiga,

mensejahterakan penduduk transmigrasi. Keempat, membangun daerah-daerah

“tertinggal.” Dalam hal pembukaan lapangan kerja, pemerintahan di Jakarta lebih

memfokuskan pada sektor pertanian dan perkebunan. Untuk meningkatkan

produksi pertanian dan perkebunan, pemerintah di Jakarta mengirim orang-orang

untuk membuka lahan dan mengerjakan proyek-proyek pembangunan di bidang

pertanian maupun perkebunan.

Menurut pemerintah daerah, pemilihan orang-orang Jawa sebagai tenaga

kerja pertanian dikarenakan oleh pengalaman kerja yang mereka dimiliki sudah

cukup memadai. Dalam pandangan pemerintah daerah, jauh sebelum orang-orang

Jawa dikirim ke lokasi transmigrasi, mereka memang telah mengenal teknologi

pertanian modern. Di Pulau Jawa sendiri, teknologi pertanian modern selalu

dipakai oleh para petani untuk menggarap lahan pertanian. Teknologi pertanian

yang para petani Jawa gunakan seperti: penggunaan traktor tangan, bibit unggul,

pestisida, dan pupuk yang sesuai sehingga para petani di Pulau Jawa mampu

menghasilkan panen melimpah.136

Dalam pandangan Pemerintah Daerah Kabupaten Melawi, orang-orang Jawa

yang bekerja sebagai petani juga sudah terbiasa mengolah tanah dalam kondisi

apapun. Meskipun di daerah-daerah transmigrasi yang ada di Melawi, sebagian

besar wilayah tanah memiliki tekstur gambut, para petani Jawa selalu bisa

136 Soedigdo Hardjosudarmo. Kebidjaksanaan Transmigrasi dalam Rangka Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta : Bhratara. 965, hal. 51

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

121

menyiasati lahan pertanian tersebut sehingga tetap mampu menghasilkan panen

yang melimpah. Selanjutnya menurut pejabat daerah, orang-orang Jawa tidak

mengalami kesulitan dalam hal menggarap tanah pertanian. Hal ini disebabkan

oleh kemampuan mereka dalam menguasai sistem pertanian modern yang sudah

terbukti berhasil dilaksanakan di Pulau Jawa.

Menurut Karl J. Pelzer, seperti yang dikutip oleh Soedigdo Hardjosudarmo,

tanah garapan di Pulau Jawa dibagi ke dalam tiga macam. Pertama, tanah

pekarangan yang digunakan untuk menanam sayur-sayuran, buah-buahan, dan

tanaman obat-obatan. Kedua, tanah persawahan yang digunakan untuk menanam

padi. Ketiga, tanah tegalan yang digunakan oleh petani yang berada di lereng

bukit dengan cara membentuk bidang miring, sehingga terhindar dari erosi saat

hujan turun. Tanah tegalan ini biasanya digunakan untuk menanam sayur-sayuran

buah-buahan, tembakau, dan teh.

Menurut pemerintah Orde Baru, keberhasilan pertanian modern di Pulau

Jawa tidak lepas dari peran serta pemerintahan di Jakarta dalam melakukan

pembinaan maupun menyediakan berbagai teknologi pertanian modern bagi para

petani yang ada di Pulau Jawa. Peran serta pemerintahan dalam menyediakan

fasilitas pendukung pertanian dinilai sebagai salah satu keberhasilan pemerintahan

Orde Baru dalam menyediakan fasilitas teknologi pertanian modern.

Keberhasilan para petani di Pulau Jawa mengolah tanah pertanian menunjukkan

bahwa orang-orang Jawa memang memiliki kemampuan untuk membuka lahan

pertanian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

122

Tampak bahwa pemerintah Orde Baru di Jakarta menginginkan teknologi

pertanian modern yang berhasil memajukan sistem pertanian di Pulau Jawa juga

digunakan untuk memajukan pertanian di daerah-daerah “tertinggal” secara

khusus daerah-daerah yang berada di luar Pulau Jawa. Tujuannya tentu

dimaksudkan untuk memajukan daerah-daerah “tertinggal” dengan cara

memperkenalkan sistem pertanian modern dan membuka lahan pertanian baru di

daerah-daerah transmigrasi dengan menggunakan teknologi pertanian modern

yang telah berhasil di Pulau Jawa.

Tampak pula bahwa pemerintah Orde Baru menganggap sistem pertanian

modern yang dimiliki orang-orang Jawa sebagai sistem pertanian terbaik yang

perlu dikembangkan di daerah-daerah tujuan transmigrasi. Anggapan pemerintah

Jakarta adalah dengan menggunakan teknologi pertanian modern, maka daerah-

daerah tujuan transmigrasi akan berkembang menjadi daerah pertanian yang maju

seperti Pulau Jawa.

L. “Buruk”-nya Sistem Pertanian Tradisional

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa sistem pertanian di Pulau

Jawa dianggap oleh pemerintah Jakarta sebagai salah satu sistem pertanian terbaik

yang perlu dicontoh oleh daerah-daerah luar Pulau Jawa jika ingin memajukan

bidang pertanian seperti di Pulau Jawa. Bertolak dari kesadaran tersebut, pada

dasarnya tidak ada yang salah dengan anggapan pemerintah Jakarta yang

mengatakan bahwa sistem pertanian di Pulau Jawa lebih maju daripada sistem

pertanian di luar Pulau Jawa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

123

Hanya saja, pemerintahan Orde Baru di Jakarta ketika menilai sistem

pertanian di Pulau Jawa itu lebih baik daripada pertanian lainnya, pemerintah

Jakarta melupakan satu hal yakni tentang konsep pertanian modern yang

menggunakan teknologi pertanian modern pula belum tentu cocok jika

dilaksanakan di daerah-daerah tujuan transmigrasi yang di luar Pulau Jawa.

Namun demikian, sepertinya pemerintah Jakarta tidak memikirkan hal tersebut.

Bagi pemerintah Jakarta, sistem pertanian modern yang ada di Pulau Jawa pasti

akan berhasil memajukan daerah-daerah pertanian yang ada di luar Pulau Jawa.

Sementara itu, orang-orang Dayak di Melawi juga memiliki sistem

pertanian sendiri yang selalu mereka kerjakan setiap tahun. Sistem pertanian

orang-orang Dayak memang berbeda dengan sistem pertanian yang ada di Pulau

Jawa. Orang-orang Dayak dalam hal mengolah tanah pertanian, tidak

menggunakan teknologi pertanian modern seperti yang digunakan oleh orang-

orang Jawa. Pertanian orang-orang Dayak dikerjakan dengan cara tradisional dan

menggunakan lahan yang tidak tetap. Sistem pertanian orang-orang Dayak biasa

dikenal dengan istilah Ladang Berpindah. Sebagaimana disampaikan oleh Anton:

Sistem pertanian orang-orang Dayak tidak menggunakan teknologi

modern seperti yang digunakan oleh para petani di Pulau Jawa. Dalam

mengerjakan tanah garapan, mereka hanya membuka hutan, lalu

membakarnya, dan setelah itu mereka langsung menanam padi dengan

cara memasukan benih padi ke dalam lubang tanah yang mereka buat

sendiri dengan menggunakan kayu. Orang-orang Dayak tidak pernah

mencangkul atau menggarap lahan pertanian milik mereka. orang-

orang Dayak dalam menggarap tanah juga tidak menggunakan alat-

alat pertanian modern seperti: cangkul, traktor tangan, arit, pupuk

kimia, pestisida dan sebagainya.137

137 Wawancara dengan bapak Anton. Staf pemerintahan daerah Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 24 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

124

Menurut pemerintah daerah, perbedaan antara sistem pertanian orang-orang

Dayak dengan pertanian orang-orang Jawa dapat dilihat beberapa hal. Pertama,

lahan pertanian yang digunakan oleh petani Dayak selalu berpindah-pindah

tempat setiap tahunnya. Kedua, masa tanam hingga mencapai panen

membutuhkan waktu satu tahun. Ketiga, para petani Dayak tidak menggunakan

teknologi pertanian modern seperti yang digunakan oleh para petani di Pulau

Jawa. Keempat, para petani Dayak membuka lahan pertanian bukan untuk dijual

hasil panennya, tetapi digunakan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.

Menurut pemerintah daerah Kabupaten Melawi, setelah program

transmigrasi masuk ke daerah Melawi pertumbuhan ekonomi masyarakat Melawi

menjadi tumbuh lebih baik. Karena perekonomian tumbuh lebih baik banyak

orang-orang Dayak meninggalkan sistem pertanian tradisional dan lebih memilih

untuk mengerjakan pekerjaan lain daripada kembali membuka lahan untuk

bertani. Sebagaimana yang disampaikan kembali oleh bapak Anton:

Semenjak program transmigrasi masuk ke Kabupaten Melawi, hingga

saat ini sudah jarang kita jumpai ada orang-orang Dayak yang

mengerjakan pertanian ladang berpindah, kalaupun masih ada itu

hanya sebagian kecil saja. Hal ini dikarenakan orang-orang Dayak

sudah mulai mengerti bahwa sistem pertanian ini tidak memberi

keuntungan dalam segi ekonomi. Pertanian semacam ini

membutuhkan waktu satu tahun untuk masa panennya, sedangkan jika

bandingkan dengan sistem persawahan, dalam waktu satu tahun bisa

menghasilkan panen dua hingga tiga kali. Saat ini juga kebanyakan

dari orang-orang Dayak lebih memilih untuk membeli beras ke pasar

daripada harus kembali bertani. Hal ini dilakukan karena mereka

sudah berpikir maju, untuk apa capek-capek bertani kalau mereka

mampu membeli beras.138

138 Wawancara dengan bapak Anton. Staf pemerintahan daerah Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi. 24 Februari 2014.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

125

Kutipan di atas menunjukkan bahwa program transmigrasi telah berhasil

merubah cara berpikir orang-orang Dayak untuk tidak lagi mengerjakan pertanian

tradisional yang oleh pemerintah di Jakarta, sistem pertanian orang-orang Dayak

ini tidak meberi kontribusi apapun pada kemajuan daerah Melawi. Tampak jelas

pula bahwa program transmigrasi yang dilaksankan oleh pemerintah Orde Baru

telah berhasil membangun daerah-daerah yang tadinya dianggap “tertinggal”

menjadi maju dalam hal pembangunan.

M. Catatan Penutup

Program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi, Kalimantan

Barat hanyalah salah satu contoh yang dapat menunjukkan bahwa praktek-praktek

kolonial tersebut tidak hanya terjadi pada masa pemerintahan kolonial Hindia

Belanda, melainkan juga terjadi pada masa kemerdekaan Indonesia, secara khusus

pada masa pemerintahan Orde Baru. Program transmigrasi yang dilanjutkan oleh

pemerintah Orde Baru di Melawi, memperlihatkan bagaimana orang-orang Dayak

yang ada di Melawi diwacanakan oleh para pejabat pemerintahan Orde Baru.

Dalam pelaksanaan program transmigrasi di Melawi juga memperlihatkan

dengan jelas bagaimana ideologi pembangunan mendominasi cara berpikir para

pejabat pemerintahan di Kabupaten Melawi maupun di Provinsi Kalimantan Barat

dalam memandang orang-orang Dayak maupun daerah-daerah tujuan transmigrasi

yang dulunya dianggap “tertinggal” oleh pemerintah Orde Baru. Program

transmigrasi yang dilaksanakan di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat juga

menunjukkan bahwa pemerintah Orde Baru beserta para pejabat daerah merasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

126

lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-orang Dayak yang ada di Melawi

melebihi kemampuan orang-orang Dayak itu sendiri.

Dengan menggunakan konsep pembangunan, pemerintah Orde Baru

melegitimasi kebijakan transmigrasi dengan menggunakan argumentasi

pembangunan yang seakan-akan menunjukkan bahwa daerah-daerah transmigrasi

adalah daerah yang “tertinggal”, sehingga layak untuk merasakan pemerataan

pembangunan dari pemerintah Orde Baru. Dengan kata lain, program transmigrasi

memang dianggap sebagai solusi untuk pemerataan pembangunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

127

BAB IV

PROGRAM TRANSMIGRASI PEMERINTAH ORDE BARU SEBAGAI

BENTUK ORIENTALISME TIMUR ATAS TIMUR

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai kebijakan transmigrasi

pemerintah Orde Baru yang memiliki persamaan dengan wacana orientalisme

yang dianalisis oleh Edward W. Said. Kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan

oleh pemerintah Orde Baru di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat dapat

menunjukkan tiga hal. Pertama, orientalisme itu tidak hanya terjadi terhadap

orang-orang Timur Tengah saja, melainkan juga terjadi terhadap orang-orang di

Indonesia. Kedua, pada umumnya yang bertindak sebagai pelaku orientalis

tersebut adalah orang-orang Barat, dengan menjadikan orang-orang Timur sebagai

korbannya. Ketiga, kasus transmigrasi yang berlangsung di Melawi, baik pelaku

maupun korban dari tindakan orientalis tersebut adalah sama-sama orang

Indonesia.

A. Kebijakan Transmigrasi Pemerintah Orde Baru dan Orientalisme di

Timur Tengah

Pada bagian ini penulis akan memperlihatkan bahwa kebijakan transmigrasi

yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru di Kabupaten Melawi, Kalimantan

Barat memiliki kemiripan dengan orientalisme yang terjadi di negara-negara

Timur Tengah, seperti negara Mesir. Kemiripan antara kebijakan transmigrasi dan

orientalisme yang secara khusus terjadi di Timur Tengah (Mesir) terletak pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

128

sikap orientalis para pejabat pemerintahan dalam memandang penduduk lokal,

baik itu yang ada di daerah transmigrasi Indonesia, maupun penduduk pribumi

yang ada di negara-negara Timur Tengah seperti Mesir. Hanya saja bedanya,

orientalisme di Timur Tengah (Mesir), di masa kolonial pelakunya adalah orang-

orang Barat (pemerintah Inggris), dan korbannya adalah orang-orang Timur.

Sedangkan orientalisme yang berlanjut di Indonesia pada masa pemerintahan

Orde Baru, pelakunya bukan lagi pemerintah kolonial Hindia Belanda melainkan

pelakunya adalah pemerintah Indonesia sendiri, secara khusus pemerintah Orde

Baru.

Said dalam buku Orientalism menguraikan bahwa wacana orientalisme

digunakan oleh bangsa Barat untuk menata kembali, mendominasi, dan

menghegemoni dunia Timur. Untuk melegitimasi kekuasaan Barat atas Timur,

Said mengambil salah satu contoh, yakni kasus pendudukan Inggris atas Mesir,

yang dalam pandangan orang-orang Eropa, pendudukan Inggris atas Mesir

bukanlah merupakan penjajahan, melainkan dimaksudkan untuk dapat membantu

bangsa Mesir mendirikan pemerintahan sendiri di negara tersebut. Dalam

pandangan orang-orang Inggris, bangsa Mesir tidak akan mampu menjalankan

pemerintahannya dengan baik tanpa dukungan orang-orang Inggris.

Orang-orang Inggris menduduki Mesir agar bisa membantu orang-orang

Mesir menjalankan pemerintahannya dengan baik. Ketidakmampuan orang-orang

Mesir dalam menjalankan roda pemerintahannya sendiri, menurut orang-orang

Inggris, lebih dikarenakan oleh sifat dan karakter mereka sebagai orang Timur

yang dianggap aneh dan berbeda dari orang-orang Barat. Sebagaimana yang telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

129

penulis bicarakan dengan merujuk pada pernyataan pejabat Inggris bernama Lord

Cromer pada bab satu, orang-orang Timur oleh Barat dianggap berbeda dengan

Barat dalam segala hal. Sebagai contoh: menurut Cromer, orang-orang Barat

adalah penalar yang baik, sedangkan orang Timur tidak bisa berpikir dengan baik.

Orang Barat berpikir rasional, sedangkan orang Timur berpikir secara irasional.

Barat melangkah maju ke depan, sedangkan Timur selalu mundur ke belakang.

Dalam pandangan Cromer, orang-orang Timur adalah makhluk yang mudah

dikecoh dan tidak memiliki kemampuan untuk berusaha sendiri. Itulah sebabnya

mengapa orang-orang Timur seperti di Mesir membutuhkan bantuan orang-orang

Barat seperti Inggris untuk bisa menjalankan pemerintahannya dengan baik.

Dengan menggunakan logika berpikir orientalis ini, maka tidaklah mengherankan

jika orang-orang Inggris yang diwakili oleh Cromer merasa bahwa ketika Inggris

menduduki Mesir, orang-orang Barat selalu merasa diri superior dari orang-orang

Timur yang mereka anggap inferior.

Sementara itu, di Indonesia, kebijakan transmigrasi pemerintah Orde Baru

yang berlangsung di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat telah menunjukkan

bahwa tindakan orientalis tersebut ternyata tidak hanya bisa dilakukan oleh orang-

orang Barat pada umumnya, melainkan juga bisa dilakukan oleh orang-orang

Timur sendiri, secara khusus orang Timur menjajah sesama orang Timur. Program

transmigrasi yang berlangsung di Melawi telah menunjukkan bagaimana orang

Timur (pemerintah Orde Baru) menjajah sesama orang Timur (orang-orang

Dayak) di Melawi. Dengan kata lain, program transmigrasi di Melawi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

130

menunjukkan bahwa kebijakan ini merupakan bagian dari kolonialisme internal

yang dilakukan oleh orang Timur terhadap sesama orang Timur.

Tampak jelas bahwa program transmigrasi yang berlangsung di Melawi

tidak jauh berbeda dengan orientalisme yang terjadi di negara-negara Timur

Tengah. Dengan kata lain, orientalisme yang tercermin dalam program

transmigrasi di Melawi bukan lagi soal bagaimana orang-orang Barat memandang

buruk orang Timur, melainkan soal bagaimana orang-orang Timur memandang

buruk sesama orang Timur.

Program transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru di

Kabupaten Melawi telah menunjukkan bagaimana bagaimana penduduk lokal

(orang-orang Dayak) diwacanakan oleh pemerintah Indonesia, secara khusus

pemerintah Orde Baru. Wacana tertentu yang diberikan oleh pemerintah di Jakarta

kepada orang-orang Dayak di Melawi menjadikan suku Dayak sebagai salah satu

suku yang dianggap “primitif,” “terbelakang,” dan “belum beradab.” Oleh karena

itu, kehadiran pemerintah Orde Baru dalam program transmigrasi di Melawi

dimaksudkan untuk membantu orang-orang Dayak membangun daerah Melawi

menjadi lebih baik lagi.

Cara pandang para pejabat pemerintahan Indonesia yang ada di Kabupaten

Melawi, Kalimantan Barat menunjukkan bahwa sikap orientalistik tidak hanya

dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap orang-orang di dunia Timur saja,

melainkan sikap serupa juga bisa dilakukan oleh orang-orang Timur sendiri

terhadap sesama orang Timur. Dalam kasus transmigrasi yang berlangsung di

Melawi, yang bertindak sebagai agen orientalistik adalah para pejabat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 142: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

131

pemerintahan Indonesia yang menganggap bahwa orang-orang Dayak yang ada di

Melawi tidak akan pernah bisa membangun daerahnya menjadi maju tanpa

bantuan pemerintah Jakarta.

Tesis ini telah berhasil menunjukkan bahwa orientalisme itu tidak hanya

terjadi di negara-negara Timur Tengah, akan tetapi juga bisa terjadi di negara-

negara lainnya seperti Indonesia. Hasil penelitian tesis ini juga menunjukkan

bahwa orientalisme yang tercermin dalam program transmigrasi pemerintah Orde

Baru di Kabupaten Melawi lebih buruk lagi karena baik pelaku maupun

korbannya sama-sama orang Indonesia. Buruknya lagi, orientalisme yang

tercermin dalam program transmigrasi justru terjadi di masa pascakolonial di

mana negara-negara tersebut sudah merdeka dari tangan penjajahan asing.

B. Orientalisme dan Kemampuan untuk Menguasai

Secara sederhana orientalisme dapat diartikan sebagai suatu kajian akademis

yang membicarakan dunia Timur. Sebagai sebuah kajian tentang dunia Timur,

orientalisme menjelaskan bagaimana orang-orang Timur dibicarakan oleh orang-

orang Barat. Dalam kajian orientalisme, orang-orang Barat selalu merasa diri

lebih superior sedangkan Timur selalu mereka anggap inferior. Dengan demikian

dapat dipahami bahwa sebagai sebuah kajian yang mempelajari dunia Timur,

orientalisme mampu menunjukkan perbedaan nyata antara Barat dan Timur yang

tidak hanya berbeda secara geografis, tetapi juga berbeda secara politis.

Selain itu, orientalisme tidak hanya merupakan kajian akademis yang

mempelajari dunia Timur, melebihi itu semua orientalisme adalah sebuah gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 143: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

132

Barat untuk menata kembali, mendominasi, dan menguasai dunia Timur. Melalui

pengetahuan orientalis, orang-orang Barat selalu merasa bahwa diri mereka lebih

tinggi derajatnya dari orang-orang Timur yang mereka anggap lebih rendah dari

Barat. Karena Barat selalu merasa diri superior dari Timur, maka tidaklah

mengherankan jika orang-orang Barat yang sedang menjajah orang-orang Timur,

tidak merasa bahwa mereka sedang menjajah Timur, melainkan mereka justru

merasa bahwa pendudukan Barat atas Timur bertujuan untuk membantu orang-

orang Timur mendirikan pemerintahannya dengan baik.

Melalui pengetahuan orientalisme, orang-orang Barat juga selalu merasa

lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-orang Timur agar bisa maju melebihi

kemampuan orang-orang Timur sendiri. Bagi orang-orang Barat yang sedang

menjajah Timur selalu membawa pandangan bahwa orang-orang yang ada di

dunia Timur tidak akan bisa membangun pemerintahannya sendiri tanpa bantuan

orang-orang Barat. Oleh karena itu, untuk dapat membantu orang-orang Timur

mendirikan pemerintahan mereka dengan baik, maka orang-orang Barat harus

menduduki, dan menguasai dunia Timur.

Tampak jelas bahwa, pada dasarnya orientalisme tidak jauh berbeda dengan

kolonialisme. Keduanya sama-sama digunakan oleh bangsa Barat untuk

melegitimasi kekuasaan Barat atas dunia Timur. Dengan kata lain, orientalisme

mendukung terjadinya praktek-praktek kolonialisme Barat atas dunia Timur.

begitu juga sebaliknya, kolonialisme Barat atas Timur tidak akan terlaksana

dengan baik tanpa dukungan orientalisme. Dengan demikian, kolonialisme yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 144: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

133

dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap orang-orang Timur, membutuhkan

sebuah wacana yang tidak lain adalah wacana orientalisme.

Menariknya, sikap orientalis Barat terhadap Timur tidak hanya berlaku di

negara-negara Timur Tengah saja, melainkan juga berlaku di negara-negara yang

berada di luar negara Timur Tengah, seperti Indonesia. Di Indonesia, sikap

orientalis yang terjadi lebih buruk lagi dari apa yang terjadi di negara-negara

Timur Tengah. Sebab, orientalisme yang terjadi di Indonesia, secara khusus pada

masa pemerintahan Orde Baru, adalah orang-orang Timur sendiri yang

memandang buruk sesama orang Timur.

Orientalisme yang terjadi di negara-negara Timur Tengah telah

menunjukkan bagaimana orang-orang Barat membicarakan orang-orang Timur.

Sedangkan orientalisme yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Orde

Baru telah menunjukkan bagaimana orang-orang Timur (pemerintah Orde Baru),

membicarakan sesama orang-orang Timur (Dayak) yang ada di Kabupaten

Melawi, Kalimantan Barat. Dengan demikian, maka tampak bahwa orientalisme

tidak hanya terjadi di negara-negara Timur Tengah saja, melainkan juga dapat

terjadi di tempat-tempat lain seperti Indonesia.

Orientalisme yang terjadi di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru

salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang berlangsung di

Kabupaten Melawi, oleh pemerintah Orde Baru di Jakarta. Program transmigrasi

yang berlangsung di Melawi, menunjukkan bahwa pemerintah Jakarta merasa

lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-orang Dayak yang ada di Melawi

melebihi kemampuan orang-orang Dayak itu sendiri. Dengan kata lain,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 145: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

134

pemerintah Jakarta merasa bahwa orang-orang Dayak di Melawi tidak akan

mampu membangun daerah Melawi menjadi lebih baik tanpa bantuan pemerintah

Jakarta.

Bertolak dari beberapa gagasan di atas, tesis ini telah berhasil menunjukkan

bahwa orientalisme yang berlanjut di Indonesia pada masa pascakolonial, salah

satunya tercermin dalam program transmigrasi pemerintah Orde Baru di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Selain itu, tesis ini juga telah berhasil

menunjukkan bahwa tindakan orientalis tersebut tidak hanya bisa dilakukan oleh

orang Barat terhadap orang Timur, melainkan juga bisa dilakukan oleh orang-

orang Timur terhadap sesama orang Timur. Dalam hal ini menunjukkan bahwa

orientalisme yang terjadi dalam program transmigrasi di Melawi, bukan lagi soal

bagaimana orang-orang Barat membicarakan orang Timur, melainkan soal

bagaimana orang-orang Timur (pemerintah Orde Baru) membicarakan sesama

orang Timur (orang-orang Dayak).

C. Orientalisme dan Program Transmigrasi di Kabupaten Melawi

Pada bagian sebelumnya telah diuraikan bahwa orientalisme yang terjadi di

Timur Tengah, secara khusus dalam kasus Mesir, yang menjadi pelaku dari

tindakan orientalis tersebut adalah orang-orang Barat (pemerintahan Inggris).

Selain itu, dalam kasus Mesir sebagaimana yang telah disampaikan oleh Said

dalam buku Orientalism, terlihat jelas bagaimana orang-orang yang ada di Mesir

dijadikan objek penelitian oleh orang-orang Barat. Untuk menguasai Mesir,

orang-orang Barat memakai wacana orientalisme yang mampu menunjukkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 146: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

135

bahwa orang-orang di Mesir memang tidak akan pernah bisa mendirikan

pemerintahan sendiri tanpa bantuan orang-orang Inggris. Dengan demikian, maka

tampak jelas bahwa wacana orientalisme mendukung terjadinya kolonialisme di

Mesir.

Sementara itu, orientalisme yang terjadi di Indonesia pada masa

pascakolonial, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi pemerintah

Orde Baru yang dilaksanakan di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat. Program

transmigrasi yang berlangsung di Melawi menunjukkan bahwa ada kemiripan

dengan orientalisme yang terjadi di Timur Tengah. Hanya saja bedanya, kebijakan

transmigrasi di masa pemerintah Orde Baru bukan dilaksanakan oleh orang-orang

Barat pada umumnya, seperti halnya pemerintah Hindia Belanda, akan tetapi

kebijakan ini dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia sendiri, secara khusus

pemerintah Orde Baru.

Kebijakan transmigrasi yang dilanjutkan oleh pemerintah Orde Baru di

Melawi, menunjukkan bahwa kebijakan ini bagian dari kolonialisme internal yang

baik pelaku maupun korbannya adalah sama-sama orang Indonesia. Program

transmigrasi yang berlangsung di Melawi juga menunjukkan bahwa pemerintah

Orde Baru di Jakarta menganggap daerah Melawi dan penduduk lokalnya (orang-

orang Dayak) sebagai salah satu daerah “tertinggal,” yang masih dianggap

“primitif,” terbelakang, dan kurang beradab. Karena dianggap “tertinggal,” maka

pemerintah berniat untuk membantu orang-orang Dayak yang ada di Melawi,

dengan cara melaksanakan program transmigrasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 147: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

136

Pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan kebijakan transmigrasi merasa

bahwa pelaksanaan program transmigrasi di Melawi benar-benar dilakukan untuk

membantu orang-orang Dayak membangun daerah Melawi yang tadinya dianggap

“tertinggal,” menjadi daerah yang maju menurut standar yang dimiliki pemerintah

di Jakarta. Dengan kata lain, muncul anggapan bahwa orang-orang Dayak yang

ada di Melawi memang membutuhkan bantuan pemerintah di Jakarta untuk

membangun daerah-daerah “tertinggal” yang ada di Melawi menjadi daerah yang

maju.

Tampak jelas bahwa orientalisme memang tidak hanya terjadi di negara-

negara Timur Tengah saja melainkan juga bisa terjadi di negara-negara yang

berada di luar Timur Tengah, seperti contoh Indonesia. Tesis ini telah berhasil

menunjukkan bahwa program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten

Melawi pada masa pemerintahan Orde Baru tidak jauh berbeda dengan

orientalisme yang terjadi di negara-negara Timur Tengah, seperti Mesir. Jika

orientalisme di Timur Tengah menunjukkan bagaimana orang-orang Timur

diwacanakan oleh orang Barat, orientalisme yang terjadi di Melawi menunjukkan

bagaimana orang-orang Timur diwacanakan oleh sesama orang Timur.

D. Orientalisme di Kabupaten Melawi

Penelitian tesis ini, telah menunjukkan bahwa kebijakan transmigrasi yang

dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia, secara khusus pemerintah Orde Baru di

Kabupaten Melawi, tidak hanya dilakukan untuk membangun daerah-daerah

transmigrasi, tetapi juga menjadi bagian dari usaha pemerintah di Jakarta untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 148: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

137

menguasai sumber-sumber daya alam yang dimiliki oleh daerah-daerah

transmigrasi yang ada di Melawi. Penelitian ini juga telah menunjukkan

bagaimana orang-orang Dayak diwacanakan oleh pemerintah Orde Baru. Selain

itu, kebijakan transmigrasi di Melawi juga menunjukkan bahwa tindakan

orientalis juga bisa dilakukan oleh orang-orang Timur terhadap sesama orang

Timur.

Program transmigrasi di masa pemerintahan Orde Baru yang dilaksanakan

di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat telah menunjukkan bahwa kebijakan

kolonial yang pernah dilakukan oleh orang-orang Barat dilanjutkan oleh

pemerintah Indonesia sendiri di masa pascakolonial. Dengan melaksanakan

program transmigrasi di Melawi, pemerintah Orde Baru telah melanjutkan

kebijakan kolonial pemerintah Hindia Belanda. Dengan demikian, entah secara

sadar atau tidak sadar pemerintah Indonesia telah menjadi agen kolonialisme baru

yang menjadikan orang-orang Dayak di Melawi sebagai korban dari tindakan

orientalis pemerintah Orde Baru di Jakarta.

Dengan melaksanakan program transmigrasi di Melawi, pemerintah Orde

Baru telah menjadikan orang-orang Dayak di Melawi sebagai korban dari

tindakan orientalis pemerintahan di Jakarta. Karena menganggap daerah Melawi

dan penduduk lokalnya (orang-orang Dayak), sebagai salah satu daerah

“tertinggal” dan masih “primitif” maka pemerintah Orde Baru merasa bahwa

kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Kabupaten Melawi akan membantu

orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi membangun daerahnya

menjadi lebih baik lagi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 149: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

138

Dalam melaksanakan program transmigrasi, pemerintah Orde Baru, merasa

lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-orang Dayak yang tinggal di

Kabupaten Melawi melebihi orang-orang Dayak itu sendiri. Karena pemerintah di

Jakarta memandang orang-orang Dayak sebagai salah satu suku yang dianggap

masih “primitif,” yang belum beradab, maka pemerintah Orde Baru merasa bahwa

orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi tidak akan mampu

membangun daerahnya tanpa bantuan pemerintah Jakarta. Oleh karena itu, ketika

akan melaksanakan program transmigrasi, pemerintahan di Jakarta tidak perlu

melibatkan orang-orang Dayak dalam pengambilan keputusan, karena pemerintah

meyakini bahwa orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi pasti akan

menerima program transmigrasi di daerah mereka.

Tampak bahwa dalam melaksanakan program transmigrasi di Melawi

pemerintahan di Jakarta melupakan satu hal, yakni penerimaan orang-orang

Dayak terhadap program transmigrasi. Dalam pandangan pemerintah Orde Baru,

semua orang Dayak yang ada di Melawi pasti akan menerima kebijakan

transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintahan di Jakarta. Pemerintah Orde

Baru, sama sekali tidak merasa bahwa kebijakan transmigrasi di Melawi sebagai

bentuk dari penjajahan terhadap orang-orang Dayak di Melawi, pemerintah

Jakarta justru merasa bahwa kebijakan ini akan membantu orang-orang Dayak

untuk membangun daerah mereka.

Dalam pandangan pemerintah Jakarta, tanpa bantuan pemerintah Orde

Baru maka orang-orang Dayak yang tinggal di Kabupaten Melawi tidak mungkin

bisa membangun daerahnya dari “keterbelakangan.” Ketidakmampuan orang-

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 150: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

139

orang Dayak dalam membangun daerahnya sendiri dikarenakan oleh sumber daya

manusia yang dimiliki orang-orang Dayak, menurut pemerintah di Jakarta masih

jauh dari kata maju. Orang-orang Dayak sebelum adanya program transmigrasi,

sebagian besar dari mereka masih hidup terisolasi, tidak mengenal dunia

pendidikan, dan sebagian besar dari penduduk Dayak hidup di bawah garis

kemiskinan.

Dalam pandangan pemerintah Jakarta, tujuan utama dari pelaksanaan

program transmigrasi di Kabupaten Melawi adalah untuk untuk membantu orang-

orang Dayak membangun daerah Kabupaten Melawi dan membantu orang-orang

Dayak keluar dari masalah kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang

diakibatkan oleh tidak meratanya pembangunan nasional. Dengan kata lain,

menurut pemerintah Orde Baru, program transmigrasi yang berlangsung di

Kabupaten Melawi memang mutlak harus dilaksanakan jika ingin memajukan

daerah Kabupaten Melawi dan orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten

Melawi.

Bagi pemerintah Orde Baru, pembangunan nasional adalah kunci dari

kemajuan suatu daerah. Pemerintah di Jakarta juga berpendapat bahwa tanpa

adanya pemerataan pembangunan di daerah-daerah transmigrasi maka daerah

tersebut tidak akan pernah bisa menjadi daerah yang berkembang apa lagi menjadi

daerah maju. Oleh karena itu, program transmigrasi adalah jalan keluar untuk

melaksanakan pemerataan pembanguna di daerah-daerah “tertinggal” yang ada di

Kabupaten Melawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 151: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

140

E. Transmigrasi di Kabupaten Melawi dan Orientalisme Timur atas

Timur

Kebijakan pemerintah Orde Baru yang berkaitan dengan program

transmigrasi, secara khusus yang dilaksanakan di Kabupaten Melawi, Kalimantan

Barat menunjukkan bahwa kebijakan ini bagian dari orientalisme internal yang

baik pelaku maupun korbannya adalah sama-sama orang Indonesia. Orientalisme

yang terjadi dalam program transmigrasi di Kabupaten Melawi ditunjukkan dari

sikap para pejabat pemerintahan yang menganggap bahwa orang-orang Dayak di

Kabupaten Melawi tidak memiliki kemampuan untuk membangun daerahnya

tanpa bantuan pemerintah di Jakarta. Dengan kata lain, para pejabat pemerintahan

juga meyakini bahwa program transmigrasi pemerintah Orde Baru benar-benar

bertujuan untuk membantu pemerataan pembangunan di daerah-daerah

“tertinggal.”

Program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi hanyalah

salah satu contoh yang bisa menunjukkan tindakan orientalis yang dilakukan oleh

para pejabat pemerintahah yang bekerja di instansi pemerintahan terhadap orang-

orang Dayak di Kabupaten Melawi. Program transmigrasi di Kabupaten Melawi

juga menunjukkan bagaimana orang-orang Dayak diwacanakan oleh para pejabat

pemerintahan daerah yang menjadi wakil dari pemerintah Orde Baru di Jakarta

dalam melaksanakan program transmigrasi di daerah-daerah yang ada di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Berbagai pandangan orientalis para pejabat pemerintahan dalam

memandang orang-orang Dayak di Melawi, ditunjukkan dari sikap pemerintah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 152: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

141

daerah yang memandang orang-orang Dayak di Kabupaten Melawi tidak akan

mampu membangun daerahnya sendiri tanpa bantuan pemerintah di Jakarta.

Menurut pemerintah Orde Baru, ketidakmampuan orang-orang Dayak dalam

membangun daerahnya sendiri disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, orang-

orang Dayak memiliki sifat yang pemalas. Kedua, orang-orang Dayak tidak

berpendidikan. Ketiga, orang-orang Dayak tidak memiliki keterampilan khusus

dalam bekerja, terutama skills di bidang pertanian maupun perkebunan. Keempat,

orang-orang Dayak dalam melakukan pekerjaan tidak pernah fokus pada satu

pekerjaan, semua pekerjaan ingin mereka kerjakan, sehingga hasilnyapun tidak

pernah maksimal.

Tampak jelas bahwa bagaimana para pejabat pemerintahan dalam

memandang orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi menggunakan

logika pembangunan yang menjadikan orang-orang Dayak di Kabupaten Melawi

sebagai korban dari tindakan orientalis yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru

di Jakarta. Tampak pula bahwa, idiologi pembangunan yang dibawa oleh

pemerintah Orde Baru memang mendominasi cara berpikir para pejabat

pemerintahan daerah, saat mereka membicarakan orang-orang Dayak. Dengan

kata lain, para pejabat pemerintahan juga meyakini bahwa pemerataan

pembangunan adalah solusi untuk membantu orang-orang Dayak dalam

membangun daerah-daerah transmigrasi di Kabupaten Melawi.

Tesis ini juga telah berhasil menunjukkan bahwa bahwa kebijakan

transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi mirip dengan orientalisme di

Timur Tengah (Mesir). Kemiripannya ditunjukkan dengan adanya penggunaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 153: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

142

berbagai striotipe tentang suku Dayak yang oleh pemerintah Orde Baru maupun

para pejabat di pemerintahan daerah yang masih menilai bahwa sebelum program

transmigrasi masuk ke wilayah Melawi, orang-orang Dayak yang ada di sana

masih dianggap sebagai manusia “primitif” yang hidupnya terisolasi dan jauh dari

kata modern.

Penilaian “buruk” terhadap orang-orang Dayak juga dilakukan oleh para

pejabat pemerintahan daerah yang mengatakan bahwa orang-orang Dayak yang

ada di Melawi tidak akan mampu bersaing dengan orang-orang pendatang seperti

Jawa dalam hal mengolah tanah pertanian. Hal ini menurut pejabat daerah

setempat dikarenakan oleh orang-orang Dayak sendiri yang memang tidak

menguasai sistem pertanian modern. Oleh karena itu, maka wajar saja jika pejabat

daerah beranggapan bahwa orang-orang Jawa yang mengikuti program

transmigrasi pasti akan lebih sukses dari orang-orang Dayak.

Dalam pandangan pejabat daerah, orang-orang Jawa lebih sejahtera karena

pola pikir mereka lebih baik dari orang-orang Dayak, yang masih dianggap

“primitif” berperilaku kasar, kurang beradab, pemalas, dan sebagainya. Berbagai

stereotip yang diberikan pada orang-orang Dayak ini mirip dengan apa yang

dijelaskan oleh John McLeod dalam buku Beginning Postcolonialism, yang

merangkum hasil pembahasan Said tentang apa itu orientalisme yang memiliki

ciri-ciri sebagai berikut.

Pertama, Timur adalah abadi. Berangkat dari gagasan yang sampaikan oleh

McLeod dalam buku Beginning Postcolonialism, tampak jelas bahwa salah satu

keunggulan orang-orang Barat dalam menguasai orang-orang Timur adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 154: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

143

dengan cara menciptakan striotipe tertentu tentang orang-orang Timur yang dalam

hal ini orang-orang Timur oleh orang-orang Barat selalu diasumsikan tidak pernah

berubah dari masa ke masa. Hal serupa juga terjadi di Indonesia dalam kasus

transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru, dimana para pejabat

pemerintahan daerah selalu menganggap bahwa orang-orang Dayak yang ada di

Melawi, tidak akan pernah bisa berubah dari masa ke masa. Dalam artian bahwa,

sampai saat inipun masih banyak yang beranggapan bahwa orang-orang Dayak

adalah manusia “primitif”.

Kedua, Timur itu aneh. Dalam uraian McLeod juga tampak jelas bahwa

orang-orang Barat tidak hanya menganggap orang-orang Timur berada jauh di

belakang Barat, melainkan Barat juga merasa bahwa perbedaan nyata antara

Timur dan Barat adalah terletak pada sifat dan karakter orang-orang Timur yang

oleh Barat dianggap memiliki prilaku yang aneh. Hal ini menurut McLeod

ditunjukkan dengan memberikan perbandingan yang nyata antara Barat dan

Timur. Misalnya, orang-orang Barat menganggap diri mereka rasional (masuk

akal), modern, berprilaku baik dan sebagainya. Sedangkan orang-orang Timur

mereka anggap sebaliknya yakni irasional, terbelakang, kasar, dan tidak normal.

Menariknya, striotipe tentang orang-orang Timur yang oleh orang-orang

Barat dianggap aneh juga memiliki kemiripan dengan penilaian para pejabat

pemerintahan daerah yang menilai bahwa sifat dan karakter orang-orang Dayak

juga dianggap aneh. Misalnya, dalam pandangan pejabat pemerintahan daerah

yang menganggap bahwa orang-orang Dayak tidak memiliki kemampuan dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 155: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

144

ha mengolah tanah pertanian secara modern seperti yang dilakukan oleh orang-

orang Jawa.

Dalam pandangan para pejabat pemerintahan daerah, sistem pertanian

ladang berpindah yang dilaksanakan oleh orang-orang Dayak yang ada di Melawi,

tidak memberikan kontribusi positif bagi kemajuan daerah Melawi. Para pejabat

daerah justru beranggapan bahwa sistem pertanian yang dilakukan secara rotasi

setiap tahun ini, hanya akan merusak alam karena setiap tahun orang-orang Dayak

selalu membuka lahan baru. Oleh karena itu, para pejabat daerah merasa bahwa

sistem pertanian orang-orang Dayak ini harus segera digantikan dengan sistem

pertanian modern, yang dianggap lebih baik dari sistem pertanian ladang

berpindah.

Dengan demikian, tampak jelas bahwa orang-orang Dayak yang ada di

Melawi tidak hanya dianggap “primitif‟ oleh pemerintah Orde Baru, namun dalam

pandangan pejabat pemerintahan daerah, orang-orang Dayak juga memiliki

karakter serta sifat yang berbeda dari orang-orang Jawa yang mengikuti program

transmigrasi. Orang-orang Jawa dianggap memiliki karakter yang lebih baik dari

orang-orang Dayak. Orang-orang Jawa dianggap rajin, ulet, serta tidak mudah

putus asa dalam melaksanakan pekerjaannya.

Sementara itu orang-orang Dayak oleh para pejabat pemerintahan daerah

selalu dianggap pemalas, dalam bekerja tidak fokus, serta tidak sabaran. Hal ini

mirip dengan apa yang di uraian Mcleod, bahwa prilaku orang Timur itu sangat

aneh. Demikian pula dengan orang-orang Dayak yang dalam pandangan para

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 156: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

145

pejabat pemerintahan memiliki karakter dan sifat yang berbeda dari orang-orang

pendatang seperti Jawa.

Orang-orang Jawa dianggap memiliki kemampuan untuk membangun

daerah-daerah transmigrasi. Oleh karena itu, pemerintah Orde Baru yang ada di

Jakarta mengirim orang-orang Jawa ke daerah-daerah tujuan transmigrasi di

Kabupaten Melawi agar orang-orang Jawa tersebut dapat membantu orang-orang

Dayak dalam membangun daerah-daerah transmigrasi yang ada di Kabupaten

Melawi. Dengan mendatangkan orang-orang Jawa, pemerintah Orde Baru merasa

yakin bahwa program transmigrasi di Kabupaten Melawi akan berhasil

melaksanakan proyek-proyek pembangunan di daerah-daerah “tertinggal,” seperti

Kabupaten Melawi.

Kehadiran orang-orang Jawa di lokasi transmigrasi juga akan mempercepat

terlaksananya proyek-proyek pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah

Orde Baru. Hal ini dikarenakan oleh orang-orang Jawa yang telah mendapatkan

pelatihan khusus dari pemerintah memiliki skills serta keterampilan khusus di

bidang pertanian dan perkebunan. Dengan demikian, maka daerah-daerah tujuan

transmigrasi akan mampu mengembangkan sektor pertanian dan perkebunan yang

pada akhirnya akan meningkatkan produksi pertanian dan perkebunan serta

meningkatkan kesejahteraan penduduk yang mengikuti program transmigrasi.

Selain itu, orang-orang Jawa juga dapat memberikan contoh pada orang-orang

Dayak untuk mengembangkan sektor pertanian modern.

Bertolak dari gagasan-gagasan di atas, tampak jelas bahwa pemerintah Orde

Baru melegitimasi kebijakannya dengan mengatakan bahwa program transmigrasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 157: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

146

memang dimaksudkan untuk membantu orang-orang Dayak membangun daerah-

daerah transmigrasi yang ada di Kabupaten Melawi. Pemerintah di Jakarta juga

merasa bahwa dengan adanya program transmigrasi maka orang-orang Dayak

yang tadinya dianggap “tertinggal” akan berubah menjadi lebih baik lagi dari

sebelum adanya program transmigrasi.

F. Catatan Penutup

Program transmigrasi pemerintah Orde Baru yang dilaksanakan di

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat menunjukkan bahwa kolonialisme di

Indonesia belum benar-benar berakhir. Kebijakan transmigrasi yang dilanjutkan

oleh pemerintah Orde Baru menunjukkan bahwa pemerintah di Jakarta telah

bertindak sebagai agen kolonialisme baru. Sebagai agen kolonialisme, pemerintah

Orde Baru menjadikan program transmigrasi sebagai instrumen dari kebijakan

kolonial yang pada dasarnya bertujuan untuk menguasai sumber-sumber daya

alam yang dimiliki oleh daerah-daerah transmigrasi, seperti yang ada di

Kabupaten Melawi.

Dengan melanjutkan program transmigrasi dari pemerintah kolonial Hindia

Belanda, pemerintah Orde Baru telah melanjutkan kebijakan kolonial, dengan

menjadikan orang-orang Dayak di Kabupaten Melawi sebagai korban dari

kebijakan transmigrasi. Meskipun demikian, menariknya, pemerintah Orde Baru

tidak merasa bahwa program transmigrasi di Kabupaten Melawi sebagai bentuk

dari penjajahan. Pemerintah Orde Baru justru merasa bahwa kebijakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 158: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

147

transmigrasi ini dimaksudkan untuk membantu orang-orang Dayak di Kabupaten

Melawi membangun daerah-daerah “tertinggal” yang ada di Kabupaten Melawi.

Tampak jelas bahwa dalam melaksanakan program transmigrasi pemerintah

Orde Baru telah bersikap orientalis terhadap orang-orang Dayak yang ada di

Kabupaten Melawi. Program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi

juga menunjukkan bahwa orientalisme dan kolonialisme tidak hanya terjadi di

Timur Tengah (Mesir), namun juga terjadi di Indonesia. Selain itu, program

transmigrasi di Kabupaten Melawi juga menunjukkan bahwa sikap orientalis tidak

hanya dilakukan oleh orang-orang Barat terhadap orang Timur, akan tetapi juga

bisa dilakukan oleh sesama orang Timur.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 159: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

148

BAB V

PENUTUP

Tesis mengenai berlanjutnya kolonialisme di Indonesia pada masa

pascakolonial, secara khusus di masa pemerintahan Orde Baru ini telah berhasil

menunjukkan bahwa kolonialisme di Indonesia tidak hanya terjadi di masa

kolonial saja, melainkan juga berlanjut pada masa pascakolonial. Tesis ini

menunjukkan bahwa kolonialisme yang terjadi di Indonesia, pelakunya tidak

hanya orang-orang Eropa pada umumnya (pemerintah Hindia Belanda),

melainkan juga bisa orang-orang Indonesia sendiri (pemerintah Orde Baru).

Tesis ini juga telah berusaha menunjukkan bahwa praktek-praktek kolonial

yang dulunya dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda terhadap penduduk

pribumi Indonesia (dulunya Nusantara), ternyata juga dilakukan oleh pemerintah

Indonesia sendiri terhadap suku Dayak di Kabupaten Melawi pada masa

pascakolonial. Dengan kata lain, tesis ini telah berusaha memperlihatkan bahwa

pelaku kolonialisme di Indonesia pada masa pascakolonial adalah pemerintah

Indonesia sendiri, secara khusus pemerintah Orde Baru.

Berlanjutnya kolonialisme di Indonesia pada masa pemerintahan Orde Baru,

salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang diadopsi dari

pemerintah kolonial Hindia Belanda dan dilaksanakan secara besar-besaran oleh

pemerintah Indonesia di masa pemerintahan Orde Baru. Dengan melanjutkan

program transmigrasi dari pemerintah kolonial Belanda, tampak jelas bahwa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 160: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

149

pemerintah Orde Baru telah melanjutkan kebijakan kolonial yang pernah

dilaksnakan oleh pemerintah Hindia Belanda.

Tesis ini diharapkan mampu menunjukkan beberapa hal. Pertama,

kolonialisme yang terjadi di Indonesia, secara khusus pada masa pemerintahan

Orde Baru adalah bentuk dari kolonialisme internal yang baik pelaku maupun

korbannya adalah sama-sama orang Indonesia. Kedua, kolonialisme yang terjadi

dalam pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat

pelakunya adalah pemerintah Orde Baru, sedangkan korbannya adalah orang-

orang Dayak. Ketiga, kebijakan transmigrasi pemerintah Orde Baru yang

dilaksanakan di Kabupaten Melawi ternyata memiliki kemiripan dengan

orientalisme yang terjadi di Timur Tengah, secara khusus di Mesir.

Kolonialisme internal yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru

ditunjukkan dengan cara melanjutkan kebijakan transmigrasi dan

melaksanakannya di daerah-daerah Indonesia yang konon katanya menurut

pemerintah Jakarta dianggap sebagai daerah “tertinggal.” Namun, menariknya,

meskipun pemerintah Orde Baru telah melanjutkan kebijakan kolonial Belanda,

akan tetapi pemerintah di Jakarta tidak merasa bahwa dengan melanjutkan

program transmigrasi, pemerintah telah bertindak sebagai agen kolonialisme baru

yang menggantikan kolonialisme pemerintah Hindia Belanda.

Pemerintah Orde Baru justru merasa bahwa kebijakan transmigrasi yang

dilaksanakan di daerah-daerah Indonesia, secara khusus transmigrasi di

Kabupaten Melawi ini bertujuan untuk membantu penduduk lokal membangun

daerah-daerah mereka yang oleh pemerintah Jakarta dianggap sebagai daerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 161: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

150

“tertinggal.” Dengan kata lain, pemerintah Orde Baru dalam melaksanakan

program transmigrasi merasa bahwa kebijakan ini sebagai solusi untuk membantu

terlaksananya pemerataan pembangunan, pembukaan lapangan kerja, dan sebagai

solusi untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia yang mengikuti program

ini.

Program transmigrasi di masa pemerintahan Orde Baru oleh pemerintah

Jakarta memang dianggap berbeda dengan program transmigrasi di masa

pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Di masa pemerintahan Orde Baru,

program transmigrasi tidak hanya berkaitan dengan usaha pemindahan penduduk

semata, namun selalu dikaitkan dengan usaha pemerataan pembangunan di

daerah-daerah yang oleh pemerintah Jakarta dianggap sebagai daerah “tertinggal.”

Sebagai contoh, program transmigrasi yang dilaksanakan di Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat bertujuan untuk membantu penduduk lokal (orang-orang

Dayak) membangun daerah Kabupaten Melawi menjadi maju.

Pemerintah Orde Baru berpendapat bahwa orang-orang Dayak yang ada di

Kabupaten Melawi tidak akan mampu membangun daerahnya sendiri tanpa

bantuan pemerintah di Jakarta. Ketidakmampuan orang-orang Dayak dalam

membangun daerahnya disebabkan oleh karakter dan sifat orang-orang Dayak

yang masih dianggap sebagai manusia “primitif,” terbelakang, liar, dan belum

beradab oleh pemerintah Jakarta. Oleh karena itu, untuk membantu orang-orang

Dayak membangun daerah-daerah transmigrasi di Kabupaten Melawi, pemerintah

Orde Baru mengirim orang-orang Jawa yang dianggap memiliki skills, serta

keterampilan khusus di bidang pertanian, maupun perkebunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 162: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

151

Program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi, Kalimantan

Barat merupakan salah satu contoh bagaimana orang-orang Dayak diwacanakan

oleh pemerintah Indonesia, secara khusus pemerintah Orde Baru. Dalam

pelaksanaan program transmigrasi di Kabupaten Melawi, tampak jelas bahwa

pemerintah di Jakarta merasa lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh orang-orang

Dayak melebihi kemampuan orang-orang Dayak itu sendiri. Dengan kata lain,

pemerintah Orde Baru sama sekali tidak merasa sedang menjajah orang-orang

Dayak, justru pemerintah merasa sedang berjuang untuk membantu orang-orang

Dayak di Kabupaten Melawi membangun daerahnya.

Tesis ini juga telah berupaya untuk memperlihatkan bahwa kebijakan

transmigrasi yang dilaksanakan oleh pemerintah Orde Baru di Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat memiliki kemiripan dengan orientalisme yang terjadi di Timur

Tengah, secara khusus orientalisme di Mesir. Kemiripan program transmigrasi

Orde Baru dengan orientalisme di Mesir ditunjukkan lewat sikap orientalis yang

dilakukan oleh pemerintah Orde Baru terhadap penduduk lokal (orang-orang

Dayak), yang ada di Kabupaten Melawi.

Di Timur Tengah seperti Mesir orientalisme menunjukkan bagaimana

orang-orang Timur diwacanakan oleh orang Barat. Sedangkan di Indonesia kasus

transmigrasi di Kabupaten Melawi menunjukkan bagaimana orang-orang Timur

secara orientalistik diwacanakan oleh sesama orang Timur. Tesis ini juga telah

mencoba memperlihatkan bahwa orientalisme tidak hanya terjadi di negara-negara

Timur Tengah saja, melainkan juga terjadi di negara-negara Asia seperti

Indonesia. Dengan kata lain, orientalisme terjadi di Indonesia pada masa Orde

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 163: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

152

Baru bukan lagi soal bagaimana orang-orang Barat memandang buruk orang-

orang Timur, tapi soal bagaimana orang Timur memandang buruk sesama orang

Timur.

Bertolak dari beberapa gagasan di atas, tesis ini telah berusaha menunjukkan

beberapa hal penting. Pertama, orientalisme tidak hanya terjadi di negara-negara

Timur Tengah, melainkan juga terjadi di tempat-tempat lain yang berada di luar

negara Timur Tengah, seperti contoh Indonesia. Kedua, orientalisme yang terjadi

di Indonesia lebih buruk lagi dari yang terjadi di negara-negara Timur Tengah,

sebab di Indonesia yang terjadi bukan lagi soal bagaimana orang-orang Barat

menilai buruk orang-orang Timur, melainkan bagaimana orang-orang Timur

memandang buruk sesama orang Timur.

Ketiga, membongkar wacana orientalisme yang dilakukan oleh pemerintah

Orde Baru di Jakarta terhadap orang-orang Dayak yang ada di Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat. Dengan cara membongkar wacana orientalisme yang

diungkapkan oleh para pejabat pemerintahan daerah dan orang-orang Jawa yang

mengikuti program transmigrasi di Kabupaten Melawi, maka dapat diketahui

bagaimana orang-orang Dayak yang menjadi penduduk lokal Kabupaten Melawi

diwacanakan oleh pemerintah Orde Baru.

Sebagai penutup, penulis menyadari bahwa tesis ini hanya merupakan salah

satu contoh kecil yang bisa menunjukkan bahwa orientalisme yang pada

umumnya terjadi di negara-negara Timur Tengah, ternyata juga terjadi di tempat-

tempat lain seperti Indonesia. Dengan kata lain, penulis ingin mengatakan bahwa

program transmigrasi yang berlangsung di Kabupaten Melawi, hanyalah salah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 164: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

153

satu contoh kecil yang bisa menunjukkan bahwa orientalisme juga terjadi di

Indonesia, dan pelakunya bukan lagi orang-orang Barat pada umumnya,

melainkan orang-orang Indonesia sendiri yang menjadikan orang-orang Indonesia

(Dayak) sebagai korbannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 165: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

154

DAFTAR PUSTAKA

Buku-buku

Chatarina Pancer, Sujarni Alloy, Albertus & Istiyani (2008). Mozaik Dayak -

Keberagaman Subsuku dan Bahasa Dayak di Kalimantan Barat. Pontianak:

Institut Dayakologi.

Departemen Transmigrasi (1984). Historiografi Transmigrasi. Jakarta:

Departemen Transmigrasi.

Enthoven, J.J.K. (2013). Sejarah Dan Geografi Daerah Sungai Kapuas

Kalimantan Barat. Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Pontianak: Institut

Dayakologi.

Florus, Paulus dkk (2010). Kebudayaan Dayak, Aktualisasi dan Transformasi.

Pontianak: Institut Dayakologi.

Gouda, Frances (2007). Dutch Culture Overseas, Praktik Kolonial di Hindia

Belanda. 1900-1942. Terjemahan. Jugiarie Soegiarto & Suma Riella

Rusdiarti. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Gandhi, Leela (1998). Postcolonial Theory, A Critical Introduction. Australia:

Allen & Unwin.

Heeren, H.J (1979). Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia.

Hardjosudarmo, Soedigdo (1965). Kebijaksanaan Transmigrasi Dalam Rangka

Pembangunan Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Bharatara.

Kahin, George McTurnan (1970). Nationalism and Revolution In Indonesia.

London: Cornell University Press.

Kartodirdjo Sartono (1992). Pengantar Sejarah Indonesia Baru, 1500-1900 Dari

Emporium Sampai Imperium. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Loomba, Ania (1998). Colonialism/Postcolonialism. New York: Routledge.

Lontaan, J.U (1975). Sejarah Hukum Adat dan Adat Istiadat Kalimantan Barat.

Pontianak: Pemda Tingkat I Kal-Bar.

McLeod, John (2000). Beginning Postcolonialism. Manchester and New York:

Manchester University Press.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 166: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

155

Masri, Singarimbun Dan Sri Edi Swasono (1986). Transmigrasi Di Indonesia

1905-1985. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press)

Odop, Nistain dan Frans Lakon (2009). Dayak Menggugat: Sejarah Masa Lalu,

Hak Atas Sumber-Sumber Penghidupan, dan Diskriminasi Identitas.

Yogyakarta: Pintu Cerdas.

Philpott, Simon (2000). Rethingking Indonesia, Postcolonial Theory,

Authoritarianism and Identity. New York: ST. Macmillan Press LTD.

Ratna SU, Nyoman Kutha (2008). Poskolonialisme Indonesia (Relevansi Sastra).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ricklefs, M.C. (2005). Sejarah Indonesia Modern. Terjemahan. Dharmono

Hardjowidjono. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Riwut, Tjilik (1993). Kalimantan Membangun Alam dan Kebudayaan.

Yogyakarta: NR. Publishing

Said, Edward W. (1978). Orientalism. New York: Vintage Books.

Simpson, Bradley R. (2010). Ekonomist With Guns, Amerika Serikat, CIA dan

Munculnya Pembangunan Otoriter Rezim Orde Baru. Terjemahan. Johanes

Supriyono. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Said, Edward W. (1993). Kebudayaan Dan Kekuasaan. Terjemahan. Rahmani

Astuti. Bandung: Mizan Anggota IKAPI.

Said, Edward W. (2005). Bukan-Eropa, Freud dan Politik Identitas Timur

Tengah. Terjemahan. L.P. Hok. Tangerang: Marjin Kiri.

Said, Edward W. (1978). Orientalism. New York: Vintage Books.

Stefanus, Djuweng dan Nico Andalas (2006). Manusia Dayak, Orang Kecil Yang

Terperangkap Modernisasi. Pontianak: Institut Dayakologi.

Veth P.J. (2012). Borneo Bagian Barat: Geografis, Statistis, Historis. Jilid I.

Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Pontianak: Institut Dayakologi.

Veth, P.J. (2012). Borneo Bagian Barat: Geografis, Statistis, Historis. Jilid II.

Terjemahan. P. Yeri, OFM. Cap. Pontianak: Institut Dayakologi.

Warsito, Rukmadi dkk (1984). Transmigrasi Dari Daerah Asal Sampai Benturan

Budaya di Tempat Pemukiman. Jakarta: CV Rajawali.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 167: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

156

Walia, Shelley (2003). Edward Said dan Penulisan Sejarah. Terjemahan. Sigit

Djatmiko. Yogyakarta: Jendela.

Surat Keputusan Pemerintah

Surat Keputusan Menteri Transmigrasi Republik Indonesia. Nomor: KEP.

49/MEN/1990. Tentang Penetapan Status Transmigrasi dan Pengaturan

Transmigrasi Pengganti

Kumpulan Surat Keputusan Bupati Melawi. Nomor: 520/210 Tahun 2010.

Tentang Penetapan Status Transmigrasi WPP/D/A.SP.I Desa Lengkong

Nyadom Kecamatan Ella Hilir Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat.

Majalah dan Reader

Majalah Monitor. “Transmigrasi Sebuah Obsesi?”. Pusat Pengembangan Etika

Atma Jaya. Jakarta: 1980.

C. Teguh Dalyono. Reader. Ekonomi Pembangunan I. Pendidikan Ekonomi,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat. Target dan

Realisasi Program Pembangunan RTJK dan Penempatan Transmigrasi (TPS

& TPA), Tahun 2012

Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Melawi. Bahan

Penyuluhan Calon Warga Transmigrasi TPA Dan TPS Tahun 2012.

Narasumber Wawancara

M. Nazarudin. Kepala Bagian Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja. Pontianak

Provinsi Kalimantan Barat.

Giovani Anton. Staf Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja Kabupaten Melawi,

Kalimantan Barat.

Petrus Yusnono. Disain Visual di Institut Dayakologi Pontianak.

Matius. Seketaris Desa SP Lima Tiong Keranjik, Kabupaten Melawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 168: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI · kolonialisme di Indonesia pada masa Orde Baru, salah satunya tercermin dalam kebijakan transmigrasi yang dilaksanakan di Melawi. Kata Kunci:

157

Rohim. Peserta transmigrasi asal Kota Malang Jawa Timur.

Mahrudin. Warga transmigrasi asal Jawa Barat.

Siregar. Kepala Puskesmas Desa SP Lima Tiong Keranjik, Kabupaten Melawi.

Lamianus Kale. Orang Dayak yang mengikuti program transmigrasi di Melawi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI